Difference between revisions of "Dragon Egg Indo:Bab 217"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
 
(No difference)

Latest revision as of 11:49, 15 February 2020

Chapter 217 - Dibawah Bulan Yang Sama[edit]

Aku terbang selama setengah hari. Langit sudah gelap, dan bulan bersinar di langit.
Lalu, aku akhirnya melihat kota yang dikelilingi dinding.
Itu adalah negeri yang disebutkan Adofu, Ardezia.


Kalau aku mendekat lagi, aku akan terlihat.
Aku masih jauh dari kota, tapi meski begitu aku mendarat.
Nah sekarang.... apa yang harus kami lakukan?


Gak ada pilar batu yang dibangun untuk membuat para monster gak berani mendekat, tapi..... meski aku ingin pergi ke kota itu secepat mungkin, aku akan tetap berada disini untuk sekarang ini.
Haruskah aku berubah menjadi manusia dan masuk kesana?
Tapi, [Art of Human Transformation] punyaku tidaklah sempurna.
Di Haranae aku menyembunyikan wajahku.... tapi, aku tetaplah mencurigakan dimata orang lain.
Terlebih lagi sekarang ada rumor di Haranae bahwa ada naga yang menyamar jadi manusia.


Mumpung bicara soal Haranae, aku bertanya-tanya bagaimana Adofu dan Hagen menjelaskannya pada orang-orang.
Semua itu bergantung pada bagaimana orang-orang bereaksi dan bagaimana rencana gereja berbuat sesuatu soal itu mengingat pengaruhnya terhadap rakyat.
Jika berita tentang seekor naga menyamar jadi manusia dari Haranae sampai ke Ardezia, maka kesan terhadap Nina mungkin gak akan bagus.


Sudah dibahas di Haranae bahwa mereka gak akan menanyakan identitas Nina untuk mendapatkan kekuasaan di Ardezia, itu mungkin sesuatu yang dilakukan Adofu untukku.... tapi, aku tetap ingin menghilangkan keraguan yang ada di kepalaku.
Lebih baik berpisah disini dan mengamati dia dari kejauhan.


Aku berhenti berjalan dan menurunkan Nina.


"Irushia-san.... BallTama-chan.... Terimakasih banyak untuk semuanya nyaa... kita akan.... berjumpa lagi, kan?"


Aku dan Ball Rabbit gak bisa menjawab.


"Gra~a!"


Sekali lagi, Sobat mengatakan sesuatu duluan.
...... Bisakah kau membaca situasinya?
Atau, mungkin dia sudah memahami situasinya dan itu sebabnya dia mengatakannya?


"Gru~a~a!"


Aku mengatakan sesuatu pada Sobat.
Dan, Ball Rabbit juga.... Ball Rabbit?
Ada apa? Ini adalah perpisahan, jadi kau harus mengatakan sesuatu juga.....


Lalu tiba-tiba, aku merasakan hawa kehadiran dari belakang.
Itu seorang manusia. Kayaknya dia menyembunyikan hawa kehadirannya seraya mendekati kami.
Ini buruk. Karena kotanya sudah terlihat, aku harusnya lebih waspada.


Aku berbalik, dan disaat yang sama, aku bergerak mundur.
Itu hanyalah pergerakan ringan, aku gak berencana melakukan pembunuhan.


Aku melihat pasir berhamburan.
Aku menghantam apapun itu yang ada dibawah pasir dengan ekorku dan disana ada sesuatu.
Kayaknya dia bisa bertahan cukup baik.


"Gu~u?!"


Itu adalah seorang pria berambut biru.
Dia jatuh dan pasir berhamburan di belakangnya.


"Ayo pergi, dasar tolol! Apa yang kau lakukan, Cain?! Makhluk raksasa ini bukanlah sesuatu yang bisa kita hadapi sendirian! Cepat kembali ke kota dan melaporkannya!"


Dibelakang pria yang terjatuh di pasir itu ada pria lain menunggangi seekor kuda.


"G-Gadis itu dan kelinci miliknya diserang oleh monster itu!"


Pria berambut biru itu, Cain, berkata sambil berdiri.
Kurasa Cain menggigit bibirnya saat dia mendarat di pasir, mulutnya berdarah.
Dia segera mengusap darahnya dengan punggung tangannya.
Dia memakai armor di lengannya, dan kayaknya ekorku sudah merusaknya.


Yah, kesampingkan Nina, mereka juga menganggap bahwa aku menyerang Ball Rabbit juga dan mereka pikir Ball Rabbit adalah peliharaannya Nina....
Aku sudah mendengar dari Adofu kalau Ball Rabbit itu bersahabat dan mereka peliharaan yang bagus.


"Karena naga itu melihat kita, bagian yang tak terlindungi dari Ardezia akan diserang oleh naga itu! Jika itu terjadi, banyak orang yang akan mati!"


"Itu sebabnya lebih baik jangan sampai naga itu menyerangnya! Kalau kau takut, kau boleh kabur!"


"Cih.....! Kalau kau mau mati, mati aja sana sendirian!"


Pria yang menunggangi kuda itu berputar dan mengarah kearah Ardezia.


"Kau yang disana, apa kau baik-baik saja?!"


Cain berteriak pada Nina.


"T-Tolong tunggu nyaa! Kau salah paham! Irushia-sa...... Naga-san ini menolong Nina......"


Aku menghantamkan ekorku pada tanah. Tanahnya terpecah dan aku menyebabkan guncangan ringan.
Nina kehilangan keseimbangan dan jatuh.


"Ki ~ya~a!"


"Oh tidak! Aku akan segera menyelamatkanmu, oke?"


Cain menghunus pedangnya dan melompat kearahku.


Kalau kau menganggap aku sebagai seekor monster jahat yang menyerang Nina, maka kecurigaan terhadap Nina akan berkurang.
Gimanapun juga, tidaklah bagus untuk menghasilkan kesan pertama yang buruk.


Selain itu, aku gak bisa masuk ke Ardezia sekarang ini.
Jika mereka salah paham pada situasi ini, dan menganggap Nina diserang, maka itu bagus.
Akan sulit menjelaskan bagaimana dia bisa sampai sini, meskipun dia bilang dia tersesat, meski aku berharap sebuah kereta akan lewat dan memberi dia tumpangan, tapi bukan ini.
Dia mungkin bisa membuat alasan nantinya.


Aku melirik pada Sobat tanpa membiarkan Cain menyadarinya.


"Gru~u~o~oooo!"


Aku menghentakkan kakiku tepat didepan Cain sambil meraung.
Cain melompat keatas kakiku dan menempel pada wajahku. Lalu dia menebas wajahku dengan pedangnya.


"[Fire Slash]!"


Pedang yang berkobar itu menebas pipiku menyamping.


"Gruho~o!"


Aku secara sengaja menerima serangan itu, tapi damage yang dihasilkan lebih besar dari yang kuduga.
Orang ini lumayan juga.


Aku menarik mundur kepalaku dan segera melangkah menjauh.
Setelah menerima serangan semacam ini, apa gak masalah kalau aku kabur sekarang?


"Pefu~u?!"


Lalu, Ball Rabbit tiba-tiba jatuh ke tubuhku entah darimana.
Dia melipat telinganya sebagai bantalan untuk meredam dampak jatuhnya.


Saat aku mau mengambil Ball Rabbit, dia mengarahkan tatapannya ke tempat lain.... Saat aku mengikuti arah tatapannya, aku melihat Nina jatuh.
.....Aku masih kuatir pada dia. Tapi, kurasa dia sekali lagi berpura-pura baik-baik saja selama perjalanan ini.


Kalau itu adalah Ball Rabbit, dia mungkin bisa masuk ke Ardezia bersama Nina.
Akan lebih aman bagi Nina jika Ball Rabbit bertindak sebagai bodyguardnya.
Ball Rabbit cerdas dan terampil.


Ball Rabbit menatapku.


Ball Rabbit.... apa yang kau inginkan sekarang?
Aku gak punya [Telepathy] jadi aku gak tau apa yang kau pikirkan.
Tapi, kurasa.... kau berpikir tentang apa yang ingin kau lakukan sekarang, kan?


"Pe, pefu......"


Aku menyadari bahwa setiap kali Ball Rabbit gelisah, dia selalu menatapku, dan dia nggak menggunakan [Telepathy].
Bagiku, itu merupakan jawaban yang jelas dari Ball Rabbit.


"U ~ooooo!"


Cain bersiap menyerangku dan berlari kearahku.
Aku menyembunyikan Ball Rabbit dari pandangan dan bergerak mundur, meninggalkan Ball Rabbit.
Lalu aku menghentak tanah dan terbang keatas.


Cain mengarahkan pedangnya padaku dan ingin menahanku.
Aku berbalik dan membelakangi Cain.
Setelah jaraknya cukup jauh, aku menoleh pada mereka dan mereka sudah terlihat kecil.


Cain berhenti mengikuti aku, menyarungkan pedangnya, dan menghela nafas lega.


"Pefu~u! Pefu~uuu!"


Terimakasih, Ball Rabbit.
Berkat kau lah aku gak kesepian di gurun ini.
Meskipun aku selalu sibuk dengan hal-hal lain.... Kau sudah banyak menyelamatkan aku.


Aku gak tau apa yang harus kulakukan sebelumnya.
Aku mengambilmu hanya karena aku ingin kau menggalikan aku sebuah rumah.
Tidak.... Kurasa itu hanyalah sebuah alasan saja, yang sebenarnya, aku ingin punya rekan perjalanan saat itu.


Aku terbang kearah timur.


Kurasa aku gak perlu menengok ke belakang.
Cain mungkin merasa curiga, dan itu hanya akan menggoyahkan hatiku.
Saat aku berpikir soal itu. Ball Rabbit terus menatap langit, menatapku, dan hal itu membuatku ingin berbalik, lagi dan lagi, tapi aku mengarahkan tatapanku ke timur.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya