Ero Manga Sensei (Bahasa Indonesia):Volume 3 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Error creating thumbnail: Unable to save thumbnail to destination


Bab 3[edit]

Hari kedua perjalanan.

Di luar, matahari sudah akan terbit.

Aku duduk di depan laptopku, masih bekerja. Sekarang ini aku sedang menulis novel yang aku janjikan pada Muramasa-senpai.

Selain itu, aku sudah memberinya “Novel Izumi Masamune yang tidak di terbitkan”. Yang kutulis kini adalah after story dari Reinkarnasi Sang Serigala Perak.

Sejak aku kembali dari hutan elf, aku langsung bekerja.

Tentu saja aku merasa lelah setelah seharian penuh bermain, tapi karena banyak hal terjadi, aku pun merasa sakit kepala. Karenanya aku tidak bisa tidur dan aku punya ide bagus, lalu aku mencoba menulis.

“Baiklah, selesai!”

Aku merasa seperti aku sedang menikmati game, atau membaca novel yang sangat menarik – akan percuma kalau tidur sekarang. Meskipun aku tahu aku harus sekolah besok, tanpa tidur yang cukup besok akan banyak masalah, tapu aku masih tidak bisa berhenti. Hanya sedikit lagi. sedikit lagi. Satu monster boss lagi....dan malahan terus berlanjut sepanjang malam. Kalian tau perasaan itu, 'kan?

Itulah yang kurasakan sekarang.

Aku sudah menulis untuk waktu yang lama. Tanpa kusadari ini sudah pagi.

“...Aku akan susah bangun kalau aku tidur sekarang."

Aku menghidupkan printer yang aku pinjam dari Chris-aniki.

Jika aku menyatukan setiap kertas A4 ini menjadi satu, aku akan mendapat sebuah manuskrip.

Seringkali, menjadi novelis termasuk juga membawa manuskrip untuk didebatkan dengan editornya. Biasanya sewaktu bertemu kami akan melakukan hal seperti itu.

“Siap....siap.....siap.”

Aku mengambil pakaian dan pergi ke pintu yang mengantarkanku ke koridor, mengambil napas dalam, menenangkan diri dan melangkah keluar.

Koridor mansion ini sebagus di hotel kelas tinggi, semuanya begitu cemerlang.

Ketikan aku sampai dia aula utama, aku berhenti.

“........................”

Dari tempat aku berdiri, aku bisa melihat Muramasa-senpai di kursi. Dia memakai kimono yang sama seperti yang dia kenakan saat kami pertama kali bertemu.

Cahaya jingga berkilau di leher putihnya. Dia punya aura keren dan memikat, yang dapat dengan mudah membuat orang tertarik.

Aku kehilangan kata-kata.

Setelah berdebat dalam hati, aku memutuskan untuk menyapanya:

“Senpai.”

“..........................”

Tidak ada respon. Sepertinya dia sedang fokus membaca.

....Itu sepertinya salah satu novelku yang tidak diterbitkan. Sagiri pernah bilang kalau melihat orang membaca novelmu di depanmu itu memalukan.

......Dan akan lebih memalukan lagi kalau orang itu membacanya dengan sangat fokus.

Sekarang kalau kupikir-pikir, Eromanga-sensei, yang mempublikasikan semua gambarnya secara online benar-benar gadis yang mesum. Mungkin semua ilustrator memang mesum, semuanya sama.

Aku melangkah masuk dan duduk di depan Muramasa-senpai, dan kukeluarkan manuskripku untuk kubaca.

Aku seharusnya membacanya dulu sebelum diberikan pada Muramasa-senpai – yah, sebenarnya pengalamanku mengatakan aku tidak akan pernah menemukan masalah dengan manuskripku.

Tapi demi senpai, aku harus melakukan ini.

....Sekali saja....

“Ah~ ini sangat bagus!”

Sebuah suara seperti anak kecil datang dari hadapanku.

Aku melihat ke depan dan menemui mata Muramasa-senpai ketika dia meregangkan pundaknya.

“...............”

Kami berdua tenggelam dalam kesunyian untuk sesaat.

“Eh? Ehhhhh? ---ah, ah, ----- Ma, Masamune?” Dia memerah dan panik.

“Kenapa, kenapa kamu disini?”

“Aku sedang membaca manuskripku.”

“....Dari, dari kapan?”

“Aku tidak tahu pastinya. Tapi menurutku sepertinya sudah lama.”

“Kenapa.....kamu tidak bilang...”

“Sudah, tapi sepertinya kau tidak menyadarinya.”

“~”

Segenap tubuh Muramasa-senpai membeku, dia bergumam sendiri secara berulang-ulang.

“....Aku kalah...kalah....lagi....”

“Sudah biasa bagi orang yang terlalu fokus dalam sesuatu untuk tidak menyadari apa yang terjadi disekitarnya, kau tidak perlu merasa malu.....”

“Tidak, tidak....ini bukan....terus....um....apa aku....bilang sesuatu yang aneh?

“Tidak.”

Atau mungkin, kau terlalu cantik hingga membuatku terpesona.

“Hah...syukurlah....aku selamat....”

Aku tidak tau kenapa Muramasa-senpai nampak seperti itu, tapi sekarang dia sepertinya baik-baik saja. Dia menampar-nampar dirinya sendiri dan berkata:

“Baiklah.”

Ekspresi paniknya sudah lenyap, digantikan oleh dingin dan tenang seperti biasa.

“Aku sudah baik.....maaf membuatmu melihatku seperti itu.”

“Jangan dipikirkan.”

“Eh, ngomong-ngomong....kamu bangun sangat pagi, ya?”

“Aku tidak bisa tidur. Hari sabtu adalah hariku bekerja semalaman, waktu terbaik untuk menulis.”

“Aku mengerti....kamu bekerja semalaman dia hari sabtu juga. Sama....aku menghabiskan kemarin untuk membaca novelmu yang tidak dipublikasikan. Tentang itu....setelah aku sepenuhnya mengerti aku akan memberitahumu pendapatku.”

“Aku senang mendengarnya.”

Aku mencoba untuk tetap tenang, tapi di dalam aku merasa begitu malu.

“Kenapa penerbitmu tidak menerbitkan cerita yang sangat bagus begini?!”

“............”

Karena tidak ada orang yang akan membelinya.

Dia mungkin tidak pernah mengecek internet, tidak pernah melihat komentar orang yang menyebutku sebagai “Muramasa palsu” atau “Muramasa ‘’wannabe’’”

....Aku tahu itu....kami....selain jumlah penjualan, kami sangatlah mirip...

Aku sudah menduga apa yang akan dia katakan, jadi aku bilang:

“Waktu itu akhir pekan, tidur hanya mubazir waktu. Aku biasanya ingin menulis, tapi aku harus bangun untuk sekolah besok, jadi aku tidak bisa.”

“Iya kan! Aku juga begitu!”

Respon yang sudah kuduga.

“Karena aku tidak perlu pergi sekolah pada akhir pekan, itu jadi waktu terbaik untuk menulis! Serius, kenapa manusia perlu makan dan tidur? Kenapa kita tidak bisa hidup tanpa tidur atau makanan! Mubazir saja.”

Setiap kali aku bicara tentang pekerjaan dengan Elf, kepribadian kami selalu berbenturan.

“Aku sangat-sangat setuju!”

Dia benar-benar seseorang yang mirip denganku.

Seseorang yang kesukaannya terhadap menulis dan membaca novel melebihiku─

Seseorang yang suka menghabiskan waktu untuk menulis – lebih - lebih dariku.

Itulah kenapa setiap kali bicara, kami meresa nyaman.

Dibandingkan dengan adikku, dibandingkan dengan Elf yang hampir sempurna, aku merasa Muramasa-senpai lebih sempurna, dan versi lebih ekstrem dariku.

* * * * *

“Baiklah....ini.”

Aku tersenyum dan memberinya manuskrip baruku.

“Ini....?”

“Cerita yang aku janjikan kemarin, aku sudah menyelesaikannya.”

“’’Afterstory’’ dari ‘‘Serigala Perak’’! Wah, sangat cepat! Sangat panjang! Menakjubkan!”

Melihat betapa senangnya dia, aku jadi merasa senang menjadi seorang penulis.

“Ada orang yang membaca novelnya” itu adalah kebahagiaan terbesar bagi seorang penulis.

Dari profesional sampai amatir, semua suka jika ada orang membaca ceritanya.

Hanya orang yang pernah merasa tidak ada orang yang membaca novel webnya, hanya orang yang mengerjakan manuskrip dengan susah payah dan berakhir dengan “kami tidak bisa menerbitkannya” yang bisa mengerti bagaimana berharganya ini.

“Terima kasih, Masamune! Aku akan membacanya sekarang!”

“Harusnya aku yang bilang begitu, aku yang seharusnya berterima kasih padamu.”

Aku mengucapkan terima kasih pada satu-satunya pembacaku dari dalam hatiku.

“Kenapa kamu berterima kasih padaku?”

Kalau dia bilang begitu, berarti meskipun ada banyak kesamaan di antara kami, pada intinya kami berbeda.

* * * * *

Waktu kami berckapan, matahari pun terbit. Kami pergi ke ruang makan untuk sarapan sebelum aku mulai menulis novel yang lain.

Untuk sekarang, aku masih belum punya ide untuk volume kedua dari ‘‘Adik Perempuan Terimut di Dunia’’.

Aku seharusnya sudah menyiapkan sesuatu, tapi entah kenapa aku merasa sangat tenang, seperti aku tahu dengan pasti bahwa ketika saatnya datang, aku akan menemukan banyak inspirasi.

Di samping dari adikku, salah satu alasan aku setuju untuk ambil bagian dalam perjalan ini adalah untuk menyiapkan bahan referensi untuk saat itu – jadi aku bermaksud untuk menulis sesuatu yang aku inginkan.

Bukan volume kedua dari ‘‘Adik Perempuan Terimut di Dunia’’, bukan’’ after story’’ dari ‘‘Serigala Perak’’. Ini adalah cerita baru, sesuatu yang kubuat karena aku punya ide.

Aku harap cerita ini bisa menjadi novel terbaik di dunia yang Muramasa-senpai inginkan.

Cerita yang hanya untuk satu pembaca.

Bagiku, beginilah cara lain untuk bersantai.

Dan sekarang inni ─

“Pagi! Masamune! Bangun!”

*Bruk* pintu ditendangnya dan Elf pun masuk dengan memakai yukata.


“Oh, kupikir kau masih tidur. Pagi.”

“Ya ya....selamat pagi, Elf.”

Jantungku berdebar lebih cepat. Bagaimana tidak!

‘’’“Di masa depan....kau tidak akan menyukai siapapun selain aku...”’’’

Dia berkata begitu!

Jujur saja, dia bertingkah sepeti tidak terjadi apapun itu sangat aneh!

“............”

Apa semua itu mimpi? Dia, dia sangat manis semalam – tidak, tidak! apa yang kupikirkan ─ aku menggelengkan kepalaku.

Elf menatap ke laptop di sampingku.

“Kenapa kau menulis novel selama perjalanan?”

“.....Perjalanan ini di sebut “perjalanan untuk bekerjasama dan mendapatkan bahan referensi” , bukan?”

“Eh? Ah ah – benar benar, kau benar.”

‘’Padahal itu judul yang simpel, bagaimana bisa kau melupakannya?’’

“Referensi....ya, referensi....baikalah, Masamune, kembalilah ke tempat tidurmu dan tidur.”

“.....Untuk apa?”

“Tentu saja untuk adegan dari novel romansa! Ini bahan referensi untukku! Di pagi hari, sang heroine datang untuk membangunkan si lelaki, tapi ketika dia melihat kekasihnya tertidur, jantungnya jadi berdegup kencang ─- seperti itu!”

“Sebenarnya, aku penasaran sejak kemarin, apakah main pura-pura begini ada manfaatnya?”

“Tentu saja ada. Baiklah, ayo mulai!”

“Oi!”

Mengabaikan keluhku, Elf mendorongku ke tempat tidur. Jika seseorang masuk ke sini sekarang, kami akan mendapatkan kesalahpahaman yang aneh lagi. Semoga saja Chris-aniki tidak melihat ini.

“Baiklah, aktor, mulai tidur.”

Elf memaksaku untuk berbaring, melemparkan selimut padaku dan menepuk-nepukku beberapa kali.

“Bagus, baiklah, Masamune, tutup matamu.”

“.........................Aku ingin menulis novel sebelum makan siang.....”

Pada akhirnya, aku pasrah dan menutup mataku.

“Apa ini sudah cukup?”

....Aku pura-pura tidur sekarang, apa yang akan dia lakukan selanjurnya? Apa dia akan mencoba melakukan....hal yang begituan? Setelah tidak ada apapun yang terjadi, aku diam-diam sedikit membuka mataku.

Dan lalu ─

“!!!”

Aku tidak bisa bergerak. Baik secara fisik atau secara mental.

A, alasannya....karena Elf dengan perlahan mendekatkan wajahnya pada wajahku....wajah kami hampir bersentuhan satu sama lain.

Ikat pinggangnya terlepas, bagian dada dari yukatanya hampir terbuka.

“.....Um.....Bangun.....Masamune.....”

“......!”

Aku hampir bisa merasakan napasnya menerpa bibirku.

“Cepat ~ bangun.....atau aku akan menggodamu.....”

.....Ap, ap, apa......

Apa dia.....apa dia seriusan cuma berpura-pura?

Wajahnya jadi berwarna merah, Elf terlihat seperti di benar-benar kepanasan. Dia mungkin benar-benar akan melakukannya!

Hanya sedikit lagi.....bibir kami akan saling bertemu ─ terlalu dekat....!

Sekarang....aku tidak punya cara untuk menghindarinya.... gerakan sekecil apapun akan memgakibatkan.....sesuatu terjadi.

Waktu aku sudah pasrah dan bersiap bertemu takdirku.

*Bam!* Suara keras tiba-tiba muncul. Lalu *Krrrrrrrrrrrrrrr* itu seharusnya bukan suara yang dibuat seorang gadis.

“Ap, apa itu?”

Aku dengan cepat membuka mataku dan melihat Elf di lantai dan Muramasa-senpai, memakai pakaian memasak.

Dengan mata seperti gadis kuil yang berusaha untuk mengusir roh jahat, Muramasa-senpai mengangakat sendok di tangannya dan berbicara dengan keras:

“Hampir saja....kamu berhasil meloloskan diri walau tinggal sedikit lagi, Masamune-kun.”

Apa yang dia katakan terdengar seperti sesuatu yang diucapkan heroine dari novel genre pertarungan.

“Sebenarnya, senpai.....ini?”

“Um....aku membantu menyiapkan makanan. Aku tidak bisa membiarkan si manusia jadi-jadian yang berbaring disini ini terus-menerus berbuat semaunya.”

Jadi-jadian.....

“Kuh ~ kenapa kau selalu menghalangi jalanku.....! dan panggil aku Elf. Aku Elf, paham? Bukan manusia jadi-jadian! Elf panggil aku Elf ─!

Mata Elf berubah menjdi “>< “, lalu dia dengan cepat melindungi kepalanya dari serangan Muramasa-senpai.

Untuk menenangkan suasana, aku dengan cepat turun dari tempat tidur:

“Senpai, jadi kau bisa memasak?”

“Ya. Meskipun aku tidak bisa membuat yang seperti makan malam kemarin, tapi kalau soal makanan Jepang, aku yakin aku bisa menangani pertarungan ini.”

Kemarin, makan malam yang Elf buat sangat menakjubkan – aku yakin itu ada di ranking sepuluh teratas makanan yang pernah aku makan. Bahkan setelah memakan makan malam seperti itu, Muramasa-senpai masih mengatakan kalau dia bisa menangani pertarungan memasak. Sepertinya masakan Muramasa-senpai lebih baik dariku.

Separtinya penulis light novel, baik wanita ataupun laki-laki sangat pandai dalam memasak.

“Aku menantikannya.”

“Um. Aku hampir selesai.....datanglah ke ruang makan.”

Dia bilang, dengan masih mengenakan apron, dia pergi dengan cepat.

Meskipun biasanya, Muramasa-senpai terlihat keren dan dingin, tapi sesekali dia bisa berubah jadi gadis normal seperti itu.

....Perubahan kepribadiannya yang tiba-tiba ini membuat jantungku berdegup kencang.

“.......Hm.....kali ini.....aku hampir.....”

“Apa yang kau katakan?”

“Bukan apa-apa.”

Tetap saja....Elf benar-benar tenang. Aku mulai berpikir kalau kemarin hanyalah mimpi.

Mungkin keraguan ini membuatku dengan tanpa sadar memanggilnya dengan nama aslinya.

“....Emily.”

“Ya ♥”

Respon yang langsung tanpa pikir panjang. Mungkin karena aku memanggilnya, wajah Elf langsung memerah, dia melihatku tanpa mengatakan apapun. Bahunya sedikit gemetar.

Tiga detik. Lima detik. Sepuluh detik.

“Y, ya, Ma....Masamune?”

Melihat kepolosannya, mata lembabnya, aku hanya bisa menjawab:

“.....Aku, aku hanya memanggilmu.”

“Kau....”

Rahang Elf jatuh, dan lalu....

“Kau menakutiku hingga mau mati! Aku akan membunuhmu!”

“Kau tidak perlu marah!”

“Aku sangat bodoh! Aku, kupikir kau mau melamarku! Sudah kubilang – kemarin – gunakan nama asliku untuk itu! Hanya di suasana itu! Tapi kau hanya memanggilku secara Cuma-cuma? Apa kau ingin memberiku serangan jantung?”

“Maaf. Melihatmu begitu tenang membuatku berpikir kalau kemarin itu hanya mimpi.”

“Mimpi jidatmu! Aku berusaha sangat keras kemarin! Jangan anggap itu seperti mimpi! Kalau aku tahu kau akan menyimpulkannya seperti itu, aku akan memotong 10% kesempatannya dan menyesallah!”

Setekah menggeleng-gelengkan kepalanya seperti anjing yang baru keluar mandi, Elf berkata:


“Dasar.....ok, tenang. Aku itu seorang gadis....baiklah, selanjutnya babak kedua. Setelah makan kita akan pergi ke pantai untuk bermain lagi.”

“Kita sudah cukup bermain kemarin, hari ini yang lain berencana untuk bekerja bersama.”

“Hah? ~~~~~~~~~~~~~~~~~Apa kau bilang?”

Elf melihatku seperti dia bertanya “Apa kau serius?”

“Baik kau dan Muramasa menghabiskan tadi malam untuk menulis, bukan? Itu sudah cukup, ayo main.”

“Bisakah kau bekerja dengan serius walau untuk sebentar saja?”

*Kresek* Elf menunjukanku kertas beberbentuk lingkaran yang entah bagaimana dia ambil dari tidak dari manapun.

Kelihatannya itu adalah rencananya untuk hari ini.

Error creating thumbnail: Unable to save thumbnail to destination

“Bagaimana? Sempurna bukan?”

Di belakangnya, entah kenapa Chris-aniki muncul dan langsung memukul kepalanya.

“Maaf atas kelakuan adikku.”

Hari ini dia memakai kaos putih. Dia mengambil kertas rencana dari Elf, dia menggunakan penanya untuk mencoret dan mengubah sesuatu.

“Ini rencanaku untuk hari kedua, bagaimana?”

Error creating thumbnail: Unable to save thumbnail to destination

“Ah, itu oke.”

“Tunggu, tunggu! Itu salah! Ada apa dengan kalian berdua! Di mana permainan erotisku untuk di laut? Di mana kencanku di hutan dengan Elf-sensei?”

“Selama kau menyelesaikan pekerjaanmu aku dengan senang hati membantumu dengan itu.”

“Kuh....kau laki-laki brengsek! Kau semaunya saja!”

Mengahadapi amukan Elf, Chris-aniki dengan dingin berkata dengan nada seperti seorang editor:

“Hmm, apa maksudmu? Lagi pula, Yamada-sensei....karena kau tidak serius dalam bekerja, aku akan menguncimu sampai kau menyelesaikan pekerjan dengan supervisor-mu dari cerita game selanjutnya.”

Dalam sekejap, Chris-aniki menggenggam belakang kepala Elf dan menyeretnya.

“Baiklah, sensei. Ayo kita lihat pekerjaanmu sebelum sarapan.”

“Sakit sakit itu sakiiiiiiittt! Aku tidak mau! Kenapa aku masih harus bekerja waktu di pulau selatan? Tolong aku Masamune! Lawanlah laki-laki brengsek ini dan selamatkan tuan putri! Hati murniku akan ternodai! Aku kan berubah jadi Dark Elf!”

Aku tidak mengerti. Hati Elf-sensei seharusnya sudah ternoda.

*Dug dug dug ─ bam* pintu ditutup dengan keras, ruangan jadi sunyi kembali.

....Meskipun dia menuai apa yang dia tanam, tapi nasib dia menyedihkan.

“.....Yah, setidaknya kita bisa bekerja bersama.”

* * * * *

Dengan begini, hari kedua perjalanan, bagian “bekerjasama” dimulai.

Setelah makan masakan Muramasa-senpai, kami berkumpul di aula utama.

Beberapa orang mungkin mengatakan ini sangat aneh, kenapa kami harus bekerja selama perjalanan? Tapi di luar terlalu terang, aku tidak bisa melihat layar laptop, makanya kami berakhir di dalam.

“♪”

Di depanku, Muramasa-senpai dengan bahagia membaca after story dari ‘‘Serigala Perak’’. Dia sangat senang, senyum mempesona lahir di bibirnya.

“Baiklah.....aku seharusnya mulai bekerja juga.”

Aku menghidupkan laptop dan menyelesaikan novel yang kutulis pagi tadi. Di sampingku, aku melihat Shidou-kun dengan laptop kecil di tangannya.

“Shidou-kun, apa itu? Laptop tidak sekecil itu, ‘kan?”

“Ini Sigmarion III, alat tulis ‘’portable’’ terbaik di dunia.”

Ia bahkan sampai sejauh itu. Shidou-kun memuji mesin itu dan berkata:

“Meskipun ini model lama dari ‘’Dokomo,’’ tapi aku masih menggunakannya. Aku sudah menggunakanya sejak debutku, aku sudah memilikinya untuk beberapa tahun.”

“Ha....”

Aku merasa takjub dengan laptop mini ini dan betapa cepatnya ia mengetik dengan ukuran segitu.

Tentu saja, Let’s note-chan-ku –yang layarnya bisa dipisah dan bisa menunjukanku si adik perempuan terimut di dunia ini hebat juga.

“Orang berkata bahwa [Katana adalah jiwa samurai] , tapi bagi Shidou-shi, itu mungkin [Jiwa novelis] mu, bukan?”

Muramasa-senpai menyela kami. Dia mengangkat kepalanya dan melihat pada kami.

“Karena aku selalu menulis ceritaku dengan pena dan kertas, aku tidak pernah memiliki perasaan seperti itu. Aku sedikit cemburu.”

“Kau tidak menulis dengan komputer?”

“Tulisan tanganku lebih cepat.....daripada mengetik?.” Seperti yang diharapkan. Melihat betapa cepatnya dia menulis, aku tahu kalau dia akan lamban dalam mengetik. “Ngomong-ngomong, aku juga pernah membaca web novel Masamune-kun dengan Sigmarion III.”

“Masa!?”

Shidou-kun terlihat sangat senang.

“Menakjubkan! Ini pertama kalinya aku bertemu seseorang yang menggunakan Sigmarion III juga! Aku tidak pernah mengira ada orang lain yang masih menggunakannya!”

“Karena kalian berdua menggunakan Sigmarion III, masuk akal jika kalian akan memiliki hubungan. Bagaimana kalau kalian berdua menikah saja?” dari sampingku, Elf berbicara.

Hari ini dia tidak menggunakan yukata, tapi memilih pakaian lolita tanpa lengan.

‘’Jadi bagimu, Sigmarion III bisa berubah menjadi pedang iblis?’’

Melihat mereka akan bertengkar lagi Shidou-kun berkata:

“Itu bukan pilihan yang buruk, tapi mungkin itu akan sedikit sulit – Muramasa-san sepertinya sudah punya orang yang dia sukai.”

“Ueh?”

Muramasa-senpai membeku, dan mulai panik:

“Ke, ke, ke, kenapa kamu menggodaku juga....”

“Kenapa kau pikir kami tidak tahu?” “Kenapa senpai pikir kami tidak tahu?”

Elf dan Shidou-kun berbicara di waktu bersamaan.

“Cerita yang kau kirimkan ke ‘‘Turnamen Dunia Light Novel’’ itu berdasarkan situasi kehidupan nyatamu dengan Masamune, bukan? Aku hanya mendengar itu darinya, tapi aku sudah mengerti itu dari hanya membacanya. Kau adalah seorang penulis naif yang menulis semuanya tanpa menyembunyikan perasaanmu – apa kau punya sesuatu untuk dikatakan?”

“Sebelum aku bertemu dengan kalian, aku sudah merasakannya. Setelah kita bertemu, aku jadi makin yakin.”

“..................” “............”

Mendengar apa yang Elf dan Shidou-kun katakan tidak hanya membuat Muramasa-senpai memerah, tapi aku juga. Sialan, kenapa topiknya berubah dari peralatan bekerja ke cinta?

Shidou-kun melihatku dan Muramasa-senpai:

“Tapi....kalian berdua tidak pacaran, kan?”

“Ya.....” jawabku.

“Apa itu karena.....”

“Aku bukan gay!”

Entah kenapa aku harus selalu menyelesaikan kesalah pahaman ini.

Waktu aku bicara dengan Shidou-kun, Muramasa-senpai menurunkan kepalanya, dan bergumam:

“....Kenapa....kenapa....kalian bisa tahu....apa itu berarti....semua pembacaku....juga....”

Apa ini....pertama kalinya Senju Muramasa memperdulikan pendapat pembacanya?

Mungkin karena memikirkan hal yang sama, Elf menambahkan dengan bahagia:

“Tentu saja! Cinta pertama Muramasa-chan yang polos akan menjangkau semua pembaca! Aku yakin semua pembaca remaja dari novel ini akan berpikir [Muramasa-sensei hebat, dia menembak dengan novel! Manisnya~!]“

“Uhhhhhhhhhhhhhhh.........”

Lebih banyak dia mendengar, muka Muramasa-senpai makin memerah.

“Sebenarnya, topik [temukan orang yang Muramasa-senpai cintai] sedang sangat panas di internet! Ehehehe....aku benar-benar suka sesuatu yang seperti ini!” kata Elf dengan keras.

“.........Kuhhhhhh.”

Muramasa-senpai bersembunyi dibalik tangannya.

Hei, cukup..... dia mungkin akan mati karena malu!

Di waktu yang sama, Shidou-kun bergabung:

“Oh iya, Toggetter[1] juga punya topik tentang [Cinta pertama Senju Muramasa-sensei] .”

“Aku mengaku, aku yang memostingnya! Aku juga yang menulis rumor bahwa Muramasa adalah gadis yang cantik”

“Kamu keterlaluan! Kamu sengaja melakukannya, ‘kan?!”

Lihat! Tubuh Muramasa-senpai gemetaran semua!

“Uuuuuuuu.....uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Sudah cukup! Aku tidak peduli lagi!”

*Bam!* tiba-tiba Muramasa-senpai berhenti merintih dalam rasa malunya, dan berdiri lalu berteriak.

“Baik! Sudah ketahuan? Biarkan saja ketahuan!”

Dia menaikan payudara berkembangnya dan menatap langsung padaku:

“Semuanya dengarkan! Aku, aku! Aku sangat menyukai Masamune-kun!”

“Se, senpai!”

“Aku tidak peduli dengan penyelidikan! Aku tidak peduli dengan rumor! Tidak ada yang perlu disembunyikan! Semuanya benar! Cintaku sejati dan aku tidak perlu malu karenanya!”

Senpai sangat keren! Tapi aku akan mati kerena rasa malu, tolong berhenti! Aku mohon!

“Kukuku....kau tidak bisa lagi menyembunyikannya. Aku benar-benar suka melihat gadis yang tidak mempedulikan apapun seperti waktu kau panik ketika di tolak! Aku sangat sangat menyukainya!”

Mengabaikan Elf yang benar-benar merasa senang, Muramasa-senpai melihat kearahku dan dengan keras mengatakan:

“Akan kujelaskan! Aku ikut perjalanan ini yang akan menyita waktuku untuk menulis bukan hanya karena aku tahu aku bisa membaca novel Masamune-kun yang tidak di terbitkan!”

“Ehh......”

Yeah, aku ingat bahwa Elf sesuatu tentang syarat lain.

Muramasa-senpai menunjuk pada Elf:

“Karena dia bilang aku bisa duduk di sebelah Masamune-kun dalam perjalanan....!”

“Hanya karena itu?”

“Ya.” Dia mengangguk.

Oh ya. Waktu di pesawat dan di perahu, aku duduk di sebelah Muramasa-senpai.

Tekanan yang dia berikan melemah, dia bergumam:

“Dia....dia bilang dalam perjalanan ini kami mungkin punya kesempatan untuk hanya berduaan.....jadi.....”

“......Ah.....um....”

Serius, sampai kapan dia ingin membuatku malu?

*Prok prok prok* Elf menepukkan tangannya:

“Oke oke, maaf memotong – Masamune, jangan teperdaya oleh betapa menyedihkannya Muramasa.”

Elf melirik padaku dan pada Muramasa-senpai, lalu berkata:

“Aku sudah menunjukkan padamu kalau dia punya suatu ‘’skill’’ kelas A yang tidak diketahui sebelumnya! Oke, dengar baik-baik: sebenarnnya, dia adalah karakter perempuan yang seperti si manusia listrik di Am*zing Spi*derman 2.”

“....Tolong gunakan referensi yang bisa kumengerti.”

“Aku yakin waktu dia sendiri, dia sering berbicara dengan ‘’’Masamune’’’ khayalan.”

“Kau pasti bercanda, kan!?”

Tidak mungkin sesuatu yang menakutkan itu benar! Iya, ‘kan, Muramasa-senpai?

Melirik Muramasa-senpai, aku melihatnya dengan ekspresi ketakutan tertempel pada wajahnya.

“.....Kamu, bagaimana kamu bisa tahu.....”

“..........!”

‘’Itu...benar?’’

Aku menyeka keringat dinginku. Insting Elf lebih baik daripada yang kupikirkan.

Karena melihat aku jadi pucat, Muramasa-senpai bertanya padaku dengan suara yang lemah lembut:

“....Tidak....boleh?”

“Maaf, tapi tolong jangan.”

Seseorang yang membayangkan seseorang untuk diajak bicara mungkin bisa dibilang ‘’moe’’, tapi kalau orang yang dibayangkannya itu diri sendiri ya menyeramkan.

*Clang* Muramasa-senpai menjadi pucat seperti hantu. Lalu tubuhnya jatuh ke sofa, mulutnya terbuka dan setengah nyawanya telah keluar.

Sekarang ini, suara tepuk tangan muncul, mencoba menghentikan kami.

Itu bukan Elf. Tapi itu berasal dari kakaknya, Chris-aniki.

“Maaf menyela cerita kalian, tapi aku harap kalian bisa membiarkan Yamada-sensei fokus pada pekerjaanya.”

“Ah, maaf.”

Shidou-kun dan aku menurunkan kepala kami.

“Kalau begitu...Elf-san, Izumi-kun, ayo kita bekerja.”

“Tunggu, tunggu! Aku masih ingin menyelamatkan diri dari kenyataan! Pekerjaanku lebih besar dari gunung dan lebih dalam dari laut, aku tidak tahu berapa lama aku harus mengerjakannya.”

“Kerjakanlah.” Kataku.

Dia tahu kalau dia punya banyak pekerjaan tapi masih mencoba bermain-main....di depannya ada banyak tumpukan kertas, masing-masingnya setebal buku telepon.

“Lihat! Semua ini adalah pekerjaanku karena mengawasi sebuah game! Aku harus membaca semua, menyelesaikan masalah yang kutemukan, mengecek semua pilihan pemain! Bagaimana mungkin aku bisa melakukan semua ini!” Tangis Elf.

Ya, aku dengar debut animenya, “Seruan Api Merah Sang ‘’Dark Elf’’” direncanakan akan dibuat game. Jadi tumpukan kertas yang seperti buku telepon ini adalah bagian dari “supervisor game” legendaris.

“Menjadi seorang supervisor game pasti berat.”

Hanya melihatnya saja membuatku sakit kepala.

“’’Deadline’’-mu kurang dari satu minggu lagi. Aku harap kau bisa menyelesaikannya selama perjalanan ini.” Chris-aniki bilang dengan lemah lembut.

“.....Kalau hanya seminggu munngkin mustahil, Aniki. Aku lihat itu ternyata sulit untuk dikerjakan. Ada banyak hal yang harus dikerjakan dalam memeriksa semua rute karakter dalam sebuah galge.

Departemen pengembangan game, ’’Bandai Namco’’, [hanya menghabiskan satu minggu untuk memeriksa setting cerita dari Toradora]. Waktu dulu itu masih belum begitu jelas, tapi masih tetap diterima. Sekarang aku rasa itu mustahil.”

“Kau benar-benar bodoh.”

Sebagus apapun kondisiku, melakukan pekerjaan sebanyak ini adalah mustahil. Dibandingkan dengan yang lain, menggunakan hasrat penulis untuk berjaya adalah penipuan.

“Jangan katakan itu dengan blak-blakan! Ini adalah pertama kalinya aku melakukan pekerjaan seperti ini, aku tidak tahu kalau akan sebanyak ini jadinya! Aku sudah di tipu!”

Chris-aniki dengan lembut menepuk bahu Elf dan berkata dengan nada berbahaya:

“Oh iya, kau harus mengurusi pekerjaan mengenai cerita animemu, deadlinenya juga sebentar lagi. Novel yang animenya sekarang sedang ditayangkan perlu sedikitnya dua volume lagi, kau seharusnya menyiapkannya juga.”

“Di manakah adanya keadilan!? Di manakah adanya hukum!? Kenapa semua deadline datang di waktu yang sama? Sudah jelas aku kalau aku tidak bisa tamatkan semuanya.”

“Aku akan terus memaksamu untuk bekerja sampai kau menyelesaikannya. Setelah perjalanan ini, kau ada pertemuan perihal naskah cerita yang ‘’original’’, dan itu setelah rekaman musimannya. Lalu versi Blu-ray juga volume spesial untuk game. Akhir-akhir ini, fans juga meminta novel yang lebih panjang. Oh ya, kau harus memeriksa manga yang diadaptasi dari ceritamu juga. Ah, soal seminar dan pameranmu....”

‘’’“Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh wahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”’’’

Hal yang paling mengenaskan adalah ketika kau sadar bahwa kau harus melakukan sesuatu yang “tidak mungkin untuk dilakukan”. Aku akan mengingat pelajaran ini selama hidupku.

* * * * *

Setelah itu, kami bekerja selama kurang lebih dua jam. Aula utama sangat sunyi, dengan hanya sesekali saja suara menggema di koridor.

Suara dari ketikan keyboard.

Suara dari pena.

*Hiks - hiks* Suara dari Elf-sensei yang menangis.

Di pulau selatan, suasana sejuk dan nyaman yang AC buat, menyelesaikan pekerjaan lebih mudah daripada yang kuduga. Aku hampir selesai.

Kemudian setelahnya – waktu aku merasa konsentrasiku memudar.....

Tiba-tiba aku merasa ada seseorang memperhatikanku, aku mengangkat kepalaku dan melihat Muramasa-senpai di depanku, tersenyum:

“Masamune-kun ♥ Apa novel terbarumu sudah selesai?”


Dia terdengar seperti burung kecil yang menunggu makanan. Secara diam-diam meminta maaf karena punya pemikiran begitu itu, aku menjawab:

“Sedikit lagi. tapi apa kau sudah selesai membaca novel terbaruku ‘‘Serigala Perak’’ yang kutulis hari ini?”

“Ya.”

Dia memegang ‘’after story’’ dari ‘‘Serigala Perak’’ di dadanya, dan berkata:

“Seperti yang kamu bilang, ini cerita sampingan yang benar-benar menarik.”

“Hehe ~ begitukah?”

Padahal aku tahu kalau dia akan tersenyum seperti ini, tapi aku pun ikut tersenyum juga.

Menulis novel, lalu dengan cepat mengetahui apa yang pembaca pikirkan membuatku senang. Dan kesenangan itu berlipat ganda karena menulis juga adalah hobiku.

Meskipun aku menolak tawaran untuk “menjadi penulis novel pribadi Senju Muramasa” – tapi yang sekarang aku lakukan justru berlawanan.

“Cerita sampingan seperti apa itu?”

Masih dengan satu telapak tangannya di wajah, Elf dengan lesu bertanya. Aku mengacungkan jariku dan menjawab sambil bergaya:

“Cerita dimana seluruh karakter dari ‘‘Serigala Perak’’ bahagia.”

“Cerita yang jelek.”

Elf menggerutu dan tersenyum masam:

“Dasar tidak seru. Seharusnya aku bilang padamu kalau kau merusak novelmu sendiri atau seharusnya aku bilang padamu kalau kau sudah merusak endingmu.....tentu saja ini tidak akan diterbitkan.”

Aku tahu itu, orang akan menganggapnya tidak berharga. Tapi aku tahu kenapa aku menulisnya.

Ini adalah cerita yang aku tidak akan membiarkan fansku membacanya.

Cerita yang meskipun aku ingin menulisnya, tidak ada orang yang akan membacanya.

“Tapi....kau menyukainya, bukan?”

“Um” Muramasa-senpai memeluk manuskrip itu ke dadanya “Ini adalah cerita yang ingin aku baca.”

Sudah kuduga dia akan merespon seperti itu.

Mungkin ada beberapa fansku yang akan jatuh cinta sampai ingin membaca cerita ini seperti Muramasa-senpai. Tapi aku tidak bisa mengirim ini pada mereka. Dan karena aku tidak bisa, biasanya aku tidak akan menulisnya juga.

“Terima kasih, senpai.”

Entah kenapa, aku jadi memikirkan tentang ‘’orang itu’’, yang hanya berbicara denganku via internet. Orang pertama yang memberiku pendapat.....kalau ‘’orang itu’’ ada disini.....mungkin ‘’orang itu’’ akan menikmati cerita ini juga.

Tiba-tiba ─ aku ingin menunjukan ini pada Eromanga-sensei setelah aku pulang.

* * * * *

Kemudian, setelah menyelesaikan cerita pendek untuk Muramasa-senpai, aku mulai bekerja pada volume dua dari ‘‘Adik Perempuan Terimut di Dunia’’.

Muramasa-senpai kembali membaca cerita baruku tanpa mempedulikan dunia.

Elf bekerja dengan proyek seorang surpervisornya, Shidou-kun mengubah cerita pendeknya yang ia buat untuk ‘‘Turnamen Dunia Light Novel’’ ke dalam novel.

Semuanya bekerja – mungkin memang ini “perjalanan untuk bekerjasama dan mendapatkan bahan referensi” yang seharusnya.

Waktu itu─

“Maaf, aku harus pergi ke suatu tempat selama tiga puluh menit.”

Chris-aniki melihat pada jam tangannya dan berdiri.

Telinga Elf berkedut sedikit. Melihat itu, Chris-aniki bertanya dalam nada risih:

“....Jangan bermain-main ketika aku tidak disini, mengerti?”

“Tentu.” Elf menjawab dengan patuh.

“Jangan malas, paham? Jangan main game atau pergi entah kemana, mengerti?”

“Tentu, Onii-sama ♪. Aku tidak akan malas.”

Matanya berbinar-binar. Mereka terlihat seperti mata yang mati beberapa detik yang lalu.

“..................”

Chris-aniki memijat keningnya dan mengeluh:

“....Tolong jaga dia untukku.”

Mengatakan itu, ia agak ragu-ragu dulu, lalu pergi.

*Tuk* Pintu ditutup. Elf menunggu sebentar untuk memastikan jika ia benar-benar pergi sebelum moodnya meroket, sepertinya segelnya sudah rusak.

“Baiklah! Ayo bermain! Semuanya, ayo main.”

*Tuk tuk* Chris-aniki kembali.

“Apa seseorang mengatakan sesuatu?”

“Onii-sama, salah dengar kali.”

*Tuk* Chris-aniki pergi lagi.

“Wah....itu mengejutkanku hingga mau mati.”

......Dasar pasangan saudara yang menarik.

Sejujurnya, aku cemburu. Jika saja aku dan Sagiri bisa berbicara satu sama lain seperti ini.

“Baiklah.....ayo main.”

Masih duduk di sofa, Elf menyarankan diam-diam seperti seorang pencuri.

“Ia meminta kami untuk menjagamu.”

“Elf-san, bekerjalah.”

“Aku tidak ~ mau! Tadi itu sudah dua jam kerja paksa. Aku perlu bermain untuk mengembalikan konsentrasiku! Ayolah! Hanya sebentar! Ayolah? Si lelaki brengsek sudah pergi, kumohon? Ayolah? Ayolah? Kumohon ♥”

Elf memohon padaku dan Shidou-kun.

Tentu saja, Muramasa-senpai masih membaca tanpa memperdulikan apapun, dia adalah seseorang yang hanya peduli tetang apa yang dia anggap menarik.

Karena Elf sangat rewel yang membuat kami tidak bisa bekerja, kami tidak punya pilihan tapi mengatakan:

“Hanya sebentar saja, ya?”

“Terima kasih ♪Aku suka sifatmu yang lemah lembut.”

....Itu tidak terdengar seperti pujian.

Shidou-kun juga tersenyum masam:

“.....Jadi apa yang akan kita mainkan? Dengan jelas kita tidak bisa bermain di luar, ayo bermain sesuatu yang simpel.”

“Kita hanya bisa bermain ini!”

*Shhhzzzz* Elf tiba-tiba berdiri dan mendorong sofa untuk beberapa centimeter:

“Permainan raja.”

“Kau.....kau berencana untuk bermain permainan raja?”

“Se...permainan yang sekelompok biasanya...”

Shidou-kun dan aku gemetaran. Elf masih tetap tenang dan serius:

“Ya....permainan raja. Satu diantara tiga game untuk membangun hubungan antara laki-laki dan wanita.”

“Tapi, tapi....”

“Elf! Apa kau....serius? kau benar-benar ingin bermain game legendaris itu?”

“Tentu saja. Kalian berdua mungkin belum pernah memainkannya sebelumnya, ‘kan?”

“Belum penah!” “Belum sekalipun!” Shidou-kun dan aku mengatakananya disaat ynng bersamaan.

“Eh? Shidou-kun belum penah memainkannya? Bukankah kau sudah mahasiswa?”

“Tidak, jangan bilang seakan semua mahasiswa itu jago membuat teman!”

Yah itu benar. Bahkan diantara gadis SMP ada gadis bersahabat dan penuh semangat seperti Megumi, polos dan tidak berdosa seperti Sagiri, dan orang mesum seperti Eromanga-sensei. Jadi wajar saja mahasiswa juga bermacam-macam.

Tapi karena Shidou-kun tidak jelek secara penampilan, dan ia sopan, mudah bergaul, kupikir ia akan jadi tipe orang yang suka berpesta.

“Sebenarnya....aku sudah pergi ke beberapa pesta dan bertemu beberapa gadis....tapi.....”

“Tapi kau belum pernah bermain permainan raja sebelumnya?”

“.....Mungkin.....”

‘’Mungkin? Aku bertanya padamu!’’

Aku mengambil beberapa langkah kesamping dan berbalik kebelakang mengahadap Elf:

“Lihat, Elf!? Bahkan mahasiswa seperti Shidou-kun belum pernah bermain permainan raja sebelumya. Kalau begitu pasti permainan seperti ‘’Pocky’’ atau ‘’Twister’’ hanya angan-angan belaka!”

“Itulah kenapa aku ingin memainkannya! Ini kesempatan untuk bermain permainan langka dan mendapatkan bahan referensi berharga!”

“Kuh.......”

Benar juga......

Permainan raja tidak membutuhkan sesuatu yang spesial, jadi kita bisa dengan cepat menyelesaikannya. Elf menunjuk pada Muramasa-senpai (yang masih fokus membaca novel) dan berteriak:

“Muramasa! Kau harus ikut juga!

“.............”

“Dengarkan aku sialan!”

Akhirnya, dia sadar.

Dengan bersutan yang berkata “Aku akan membunuhmu jika kau membuat keributan”, dia berkata:

“...Apa yang kau katakan?”

“Ayo bermain permainan raja!”

“Permainan raja? Apa itu? Aku sedang ingin membaca....”

“Iya iya, aku sudah tahu jawabanmu....kesinilah sebentar.”

Elf menarik bahu Muramasa-senpai dan membisikan sesuatu padanya.

“......Muramasa-chan, permainan raja adalah....”

“....Apa maksudnya?”

“Maksudnya ─ah, terus Masamune.....”

“Apa? Apa itu mungkin.....oh.....oh...”

....Apa aku barusan mendengar namaku?

Aku dapat firasat buruk, tapi mereka berdua berbalik menghindari muka kami. Dan lalu....

“Ma, Masamune-kun! Ayo kita main permainan raja!”

Dia terlihat seperti dia benar-benar ingin bermain sekarang. wajahnya merah, dan penuh dengan kegembiraan.

“....Elf, kau hebat. Bagimana kau bisa meyakinkan dia?”

“Itu rahasia. Menangani Muramasa itu masalah kecil.”

Ah, maksudnya dia menipu Muramasa-senpai.

“Ayo cepat. Pertama kita menggunakan kartu untuk mengambil sedotannya.”

Elf mengambil empat kartu dari kotak kartu dan menyimpannya dengan posisi terbalik.

“Urutanya as, dua, tiga dan king. As berarti satu. Paham?”

Elf mengocok ke empat kartu tersebut.

“Sekarang masing-masing silahkan ambil satu kartu – oke? Siapapun yang mendapatkan kartu king akan menjadi raja dan bisa memerintah sisanya untuk melakukan apapun – bagus, mulai. Aku raja!”

Elf bilang seakan dia sudah tahu dia akan menjadi raja.

“Oi, kenapa kau bertingkah seperti kau sudah tahu kalau kau akan mendapatkan kartu king?”

Di manakah keadilan? Sebelum aku bisa bertanya, ratu Elf menatapku dan melirik budaknya (kami):

“Baiklah....perintah seperti apa yang harus kuberikan ~”

“...!”

Muramasa-senpai berkedip-kedip pada Elf, seperti dia mencoba memberi sinyal. Elf meliriknya lalu pada kami.

“Pertama pembuka! Nomer satu~~”

Aku nomer satu.

“Cium nomer dua!”

“Pfffffffffffffffffff”

Aku mengirim semua ludah dalam mulutku terbang.

Ap....ap.....apa? cium? Elf bejat! Ada perempuan dalam permainan ini juga dan dia masih memberi perintah seperti itu? Yah, aku seharusnya sudah menduga perintah itu...

Siapapun akan tau dia akan memulai dengan itu....

Aku berkedip beberapa kali sebelum menenangkan diri.

Baiklah! Nomer dua! Siapa nomer dua? Mungkinkah Muramasa ─--

Ketika aku melihat sekeliling untuk mencari targetku.....

“!”

*Shhhhz!* tanpa mengatakan apapun, Shidou-kun melarikan diri ke luar.

“Ah! Ia lari ! kejar dia Masamune! Ia nomer dua!”

“Kejar ia jidatmu!”

Aku tidak cukup gila untuk memaksa mencium laki-laki.

“Apa! Padahal aku sudah menyiapkan kamera untuk mengambil gambar!”

‘’Apa kau ingin membunuhku?’’

Dan kenapa aku merasa kalau dia sudah tahu aku ini nomer satu?

─Pada akhirnya, Shidou-kun melarikan diri tanpa kembali, pemain permainan raja langsung berkurang satu.

Muramasa-senpai menatap Elf:

“Elf....ini bukan kesepakatan kita....aku sudah memberitahumu nomerku....”

“Sudah kubilang ini pembukaan. Tunggulah sebentar.”

“Oi, apa yang kalian lakukan! Bagaimana bisa kita bermain permainan raja hanya dengan tiga orang? Semua perintah akan langsung jelas setelah dibuat.”

“Kau benar, ayo tambahkan satu orang lagi.”

Elf dengan tenang berkata─

* * * * *

[Eh? Permainan raja? Masa! Ayo main! Aku ingin main juga!]

Dia memanggil “Orang yang paling buruk untuk bermain permainan ini.”

Sekarang ini, di dalam tablet di dadaku ada Eromanga-sensei. Kami menghubungkan tempat ini dengan ‘’kamar terlarang ‘’via skype.

[Ah ~ mungkin moodku sedang bagus karena baru menyelesaikan ilustrasi yang bagus ~ tapi permainan raja, ya? Aku harus ikut! Aku sudah lama ingin bermain permainan legendaris ini!]

Yah, tentu saja hikikomori tidak bisa bermain permainan ini.

Kelihatannya Eromanga-sensei menyukai permainan ini juga, sama seperti kami.

“Tapi bagaimana bisa kita bermain dengan satu pemain via skype? Selain itu, jika kita ingin bermain kalian berdua harus berhenti bekerja sama!” Aku menyuarakan permintaanku pada Elf.

“Kalau begitu, ayo buat Eromanga-sensei menjadi raja kita mulai sekarang.”

Itu ide bagus. Aku tidak perlu berkata apapun lagi.

“Tunggu, kalau seperti itu bagaimana bisa aku dan Muramasa curang?”

”Jadi kalian berdua curang?”

“Tidak tidak. Tapi jika kita melakukan itu akankah Eromanga-sensei senang?”

Mungkinkah Elf ingin Sagiri merasa sama senangnya seperti kami? Tapi....!

“Apa benar-benar tidak apa-apa?”

Bagaimana jika kita justru melahirkan raja iblis? Aku benar-benar khawatir sekarang....

“Mari kita coba. Bagaimana dengan itu, Eromanga-sensei?”

[Oke, ngomong-ngomong, aku tidak kenal seseorang dengan nama itu. ]

Pada akhirnya....

Eromanga-sensei akan menjadi raja kami selamanya. Ronde kedua dimulai.

[Terus~ intinya~ aku bisa memerintahkan kalian semua, ’kan? Seperti nomer satu, lakukan ini dan itu....’kan?]

“Ya ─ bagus, sekarang berikanlah kami perintah! Kami ,’’Ksatria Meja Bundar’’ menunggu perintah Anda, ‘’Yang Mulia Eromanga’’.”

[Aku, aku tidak kenal seseorang dengan nama yang terdengar berbahaya seperti itu!]

Sudah cukup, selain itu kami mungkin mendapatkan keluhan dari Dengeki Daiou.

Eromanga-sensei, bukan, Yang Mulia Raja Eromanga berdehem dan memberikan perintah pertamanya:

[Nomer satu, lepas satu pakaianmu!]

“Aku nomer satu!”

Elf melemparkan kartu AS ke bawah dan dengan cepat membuka baju. Tindakannya cekatan dan cepat – tunggu sebentar!

“Kau, kau.....! Jenis pakaian apa itu?”

“Ahahaha, aku sudah menyiapkan diri dari sejak aku menerima Eromanga-sensei sebagai raja.”

Elf sedikit memerah dan tersenyum padaku. Eromanga-sensei berteriak:

[Ah, Elf-chan curang! Itu bikini!]

“Hmhm.....aku tahu ini akan terjadi, jadi aku sudah bersiap-siap.....”

‘’Kau tahu kalau permainan raja ini akan jadi perintah untuk jadi “telanjang”?’’

[Gemas! Gemas! Tapi itu sangat manis]

Adikku berubah ke dalam mode Eromanga-sensei lagi.

....Lupakan itu, yang penting dia bersenang-senang.

“Baiklah, ronde pertama selesai! Puja Yang Mulia Raja Eromanga!”

Karena raja tetap tidak berubah, kami hanya mengundi ulang kartu kami.

Yang mulia raja Eromanga melompat naik turun seperti seekor monyet dan membuat perintah baru:

[Ahaha ~! Ini sangat menyenangkan! Ok ~ selanjutnya! Nomer satu!]

*Brr* Muramasa-senpai langsung melompat dari tempat duduknya.

....Kelihatannya dia nomer satu.

Dalam sekejap, sebuah tatapan iblis muncul di mata Yang Mulia Raja Eromanga-sensei.

Error creating thumbnail: Unable to save thumbnail to destination

[Kau yang memakai kimono, lepaskan satu pakaianmu!]

“Yyyyy~!”

Seluruh tubuh Muramasa-senpai menjadi merah, dia mencoba lari menuju pintu. Dalam sekejap, Elf menghentikannya dan mengunci pintu.

“Aku tidak akan membiarkanmu kabur Muramasa! Buka! Sekarang!”

“Aku, aku aku aku tidak tahu kalau permainan ini sangat tak tahu malu!”

“Tentu saja, aku tidak memberitahumu.”

“Kamu, kamu! Kamu menipuku! Kamu bilang kalau kamu akan menggunakan perintah raja untuk memberikan aku kenangan manis!”

Jadi mereka punya kesepakatan rahasia....

Dengan mata yang berair, tangannya memeluk dadanya, Muramasa-senpai berubah menjadi gadis pemalu. Aku tidak bisa berdiam diri saja, jadi aku memprotes Eromanga-sensei:

“Baiklah, Yang Mulia Raja Eromanga-sensei! Anda tidak bisa memerintahkan seorang gadis untuk membuka baju! Gantilah perintah itu!”

[Eh?]

Meskipun suara Yang Mulia Raja terdengar tidak puas, tapi dengan mengejutkannya, dia menyetujuinya.

[Oke, aku akan merubahnya. Jika kau tidak mau membuka baju, maka......]

“Glek.”

Yang Mulia Raja Eromanga-sensei menepuk dadanya dan lalu memberikan perintahnya pada senpai:

Error creating thumbnail: Unable to save thumbnail to destination

[Beritahu aku celana dalam jenis apa yang kau gunakan!]

Sudah kuduga kau akan bertanya seperti itu. Menyedihkan sekali karena aku membiarkannya.

Tapi....perintah ini seharusnya tidak apa-apa,’kan? Apa aku berpikir begini karena apa yang terjadi antara Eromanga-sensei dan Megumi sebelumnya?

“Um, senpai, jangan khawatir....aku akan menutup telingaku ─“

Seharusnya takkan apa-apa jika hanya gadis yang mendengar jawabannya,’kan? Aku melirik padanya, mencoba mentransfer pemikiranku ─

“...................................................”

Sekarang dia lebih memerah daripada ketika dia mendapat perintah untuk “melepas baju”. Matanya melihat ke bawah, tangannya menutupi bagian bawahnya.

─Eh? Apa segitu sangat memalukannya perintah itu? Aku sendiri berpikir kalau “melepas baju” lebih memalukan.

[Apa? Muramasa-chan, seperti apa celana dalammu?]

Jika ini bukan game, semua yang Eromanga-sensei katakan merupakan pelecehan seksual berat.

Tapi dia masih menundukan kepalanya, seperti dia diminta melakukan sesuatu yang sangat, sangat memalukan.

Sial....itu....itu berarti....

............................

....................................Uhuk! mungkinkah, mungkinkah kalau...............!

Sekarang aku akhirnya mengerti, Elf juga berteriak:

“Ah! Aku paham! Muramasa, mungkinkah kau –”

Dengan *Wuush*, Senpai muncul dibelakang Elf dan menutup mulutnya.

“Aku akan membunuhmu jika kau mengatakan sesuatu!”

“Ugmugm! Ugmugm!”

Meskipun dia menghentikan Elf, Muramasa-senpai masih panik. Jika ini adalah sebuah manga maka sekarang matanya akan berubah menjadi dua lingkaran yang berputar-putar.

Ketika aku masih tidak bisa memutuskan apa yang harus dilakukan, Eromanga-sensei dengan dingin bertanya:

[Nopan?]

‘’Apa kau perlu mengatakannya?’’

“.........................”

Semua suara lenyap dari aula utama. Elf, Muramasa-senpai dan Eromanga-sensei, dan aku....tidak ada yang mengatakan apapun. Ini seperti waktu telah berhenti.

..................................................

Setelah beberapa menit berlalu, karena kita tidak bisa membiarkan suasana yang tidak nyaman ini berlanjut, aku melihat pada Muramasa-senpai, bertanya “Masa?” dengan mataku.

“..........!”

Bahunya gemetar– lalu dia bergerak ke depan dan mengenggam leher bajuku.

“Soalnya, soalnya kimono....! Soalnya kimono! Kimono, kamu mengerti????”

“Iya iya, aku mengerti!”

Dengan ekspresi yang sangat malu pada wajahnya, Muramasa-senpai berusaha keras menjelaskan padaku kalau “ini tidak sepeti kelihatannya”

“Oi, Eromanga-sensei, karenamu, kita tidak bisa memainkan permainan ini lagi.”

[.....Aku, aku hanya penasaran.]

‘’Penasaran jidatmu!’’

“......Sekarang apa....”

Meskipun Sagiri kembali ke mode Eromanga-sensei, dia masih berusaha meminta maaf kepada Muramasa-senpai:

[Maaf tentang itu....um....jika aku memberimu ilustrasi terbaik yang bisa aku gambar, maukah kau memaafkanku?]

“Bagaimana bisa aku memaafkanmu?!”

Yah, itu bisa dimengerti.

Karena menurutku hanya Elf yang akan memaafkan seseorang dengan hanya ilustrasi ero.

Senpai menaikkan kepalanya dan berkata dengan mata yang penuh air mata:

“Baiklah! Ayo lupakan tentang ini! Cepat dan lupakan! Aku tidak.....akan pernah lagi bermain permainan ini! Elf! Tunggulah!”

“Jadi....apa yang harus kita mainkan selanjutnya?” Elf mencoba untuk menenangkan Muramasa-senpai.

Di waktu yang sama, Chris-aniki dan Shidou-kun kembali.

“Sial.”

Elf menunjuk pada Shidou-kun dan berteriak dengan penuh rasa takut:

“Kunimitsu, kau mengkhianati kami semua! Kau bilang pada kakakku kalau kita bermain-main dan memainkan permainan raja, bukan!”

“.....Eh? Tidak, aku tidak mengatakan apapun.”

“Eh?”

“Aku hanya kebetulan bertemu Chris-san di luar.”

“Ah, begitu ya. Maaf karena mencurigaimu.”

Elf menghela nafas dalam kelegaan. Akan tetapi.....

“Hm.....bermain-main.....dan bermain permainan raja ya?”

Lihat, kau malah jadi mengatakan semuanya pada Chris-aniki.

“Sial!”

Ini sedikit terlambat, tapi Elf menyadari kesalahannya. Dia dengan cepat menutup mulutnya dan jadi pucat.

Dengan ekspresi penuh emosional, Chris-aniki melihat pada si pencetusnya:

“Wah wah wah, permainan raja ya? permainan raja,’kan?”

“Um.....Onii-sama? Ini tidak seperti yang kau pikirkan.”

“Kalau begitu aku akan menjadi raja selanjutnya. Semua penulis yang ada di sini jawablah pertanyaanku ─ [Apa kalian sudah selesai] ?”

Dia langsung menceramahi kami. Ini serangan area luas yang mengenai kami semua, karena kami bermain denganElf, kami bersalah juga.

Aku melirik pada layar tablet dan melihat kalau sambungan pada skype sudah terputus.

.....Eromanga-sensei sudah meloloskan diri....

Chris-aniki menatap kami semua dan dengan perlahan bertanya:

“Pertama Shidou-sensei. Apa kau sudah selesai?”

“Tugasku adalah mengubah cerita pendekku kedalam novel! Sebagian besar sudah selesai.”

“Bagus. Izumi-sensei.”

“Aku sudah menyelesaikan sebuah sinopsis untuk volume dua dari novel baruku!”

Sebenarnya aku bahkan belum memulainya, tapi setiap penulis punya ‘’skill’’ untuk menulis dalam pikiran kami [bekerja ikhlas tanpa jadi malas].

Chris-aniki berkata “Um”, dan mengangguk lalu berbalik pada adiknya. Ia berkata dengan nada rendah berbahaya:

“Yamada.”

“Ya!”

“Bagaimana pekerjaanmu?”

“Memeriksa skirpsi sebuah game.”

“Ya –jadi di mana hasilmu? Kenapa kau masih bermain permainan raja padahal sudah tau soal ini?”

“Aku hanya istirahat.”

“Begitukah? Apa kau sudah cukup beristirahat?”

“Sedikit.”

“Bagus – hari ini kau tidak diizinkan untuk tidur sampai kau berhasil mengecek tiga rute heroin utama.”

“Tunggu! tunggu! tunggu! Efisiensi dari pekerjaanku akan kacau kalau aku butuh tidur atau aku harus bekerja lembur!”

“Tidak. Yamada Elf-sensei hanya bisa menunjukan kemampuan sebenarnya bukan saat semangatnya maksimum – tapi hanya ketika dia dipaksa hingga disudutkan. Sebagai editormu, aku lebih tau ini. Kali ini ‘’supervising’’ akan sukses – meskipun kita tidak mendapatkan apapun.”

“Ja, jahat! Orang yang memberiku pekerjaan ini adalah seorang iblis! Aku harus bekerja gila-gilaan dan tidak mendapatkan apapun? Aku ingin meningkatkan kondisi pekerjaanku!”

“Kau bisa mengatakan apapun yang kau inginkan, tapi demi pembaca dan pemain, aku rela menjadi iblis.”

Chris-aniki menghetikan ketidaksetujuan dari si penulisnya.

“Terakhir – Senju Muramasa-sensei.”

Ketika dia melihat Muramasa-senpai, suaranya menjadi sangat sopan.

“Aku tidak khawatir tentang Senju-sensei. Dalam perjalanan ini, Anda selalu berusaha untuk menyempurnakan tulisan Anda. Aku berharap seorang penulis malas bisa belajar dari Anda.”

“Diam! Tinggalkan aku sendiri! Aku marah!”

Mengabaikan Elf, ia melanjutkan:

“’’Fantasy Blade’’ akan berlanjut bulan di September ini setelah berhenti di volume dua belas. Berdasarkan pada penjualan hingga saat ini, itu akan membuat rekor lain di industri light novel. Ini adalah salah satu topik panas di perusahaanku.”

Sebuah rekor di industri light novel?

Benarkah....? dia hebat. Dan buku ini akan di terbikan bulan September.

Pertarungan antara Senju Muramasa dan Izumi Masamune tidak akan bisa terwujudkan.

Mungkin aku bilang kalau aku tidak ingin membandingkan penjualan dengan yang lain – tapi aku masih tidak suka untuk dibandingkan juga.

“Senju-sensei, apa Anda sedang menulis volume tiga belas?”

Mendengar pertanyaannya, Muramasa-senapai dengan perlahan menggelengkan kepalnya.

“Saya sangat minta maaf.”

Dia melihat ke manuskripku pada tas di depannya:

“Aku tidak ingin menulis lagi.”

Keluarlah sebuah jawaban pendek denga maksud yang sulit dipercaya.

* * * * *

Adegan berganti ke luar ‘’mansion’’.

Kami memilih tempat yang dekat dengan laut untuk makan siang dengan barbekyu. Di atas panggangan ada banyak makanan: udang, gurita, daging sapi, −banyak sekali ‘’seafood’’. Kami semua mengelilingi meja dan makan sambil mengobrol.


Saat itu –

“Apa maksudnya ini?!” cetus Shidou-kun.

Ia berdiri dan menghembuskan nafas, nafasnya berbau alkohol.

“Apa kau bilang? Kupikir kau sudah cukup, apa kau baik-baik saja?”

Aku melihat ekspresinya.

“Hanya satu cangkir, berisik kau.”

“....Jelas-jelas ini tidak bagus.”

Muka Shidou-kun merah, matanya tidak fokus – ia jelas tengah mabuk.

Chris-aniki bilang “Aku akan mengambil air” dan lari ke ‘’mansion’’.

Karena ia bilang sudah menyelesaikan pekerjaannya, Shidou-kun meminta bir sebagai hadiah.

Dan hasilnya....tapa kami sadari, ia sudah berubah jadi seperti ini.

Kupikir ia adalah pria yang pantas dihormati, tapi secara tak terduga ia punya banyak kelemahan. Bukan hanya ia tidak bisa minum, ia sangat buruk saat minum. Jadi ini adalah alasan kenapa ia tidak bisa mengingat apapun saat ia makan bersama temannya.

“Ah ~ Ini panas sekali! Kenapa panas sekali? Kenapa musim panas seperti ini?”

....Ini sangat sedih sekali melihatnya seperti itu.

“Kau harus istirahat.”

“Aku tidak perlu istirahat! Lebih keras kalau bicara! Oi, apa yang Muramasa-san katakan? Apa maksudnya ini?”

Mungkin karena pengaruh dari alkohol, ia jadi mengatakan apapun yang ia pikirkan....

Melihat Shidou-kun menunjuk padanya, mata Muramasa-senpai melebar:

“Aku bilang apa?”

Ngomong-ngomong, dia sudah pulih dari insiden [Nopan].

“[Aku tidak akan menulis lagi] ! Apa kau serius?”

“Aku serius.”

“~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~!!”

Mata Shidou-ku berubah menjadi ><, dan dia menggemertakan giginya.

Tadi, waktu Muramasa-senpai mengatakan “Aku tidak akan menulis lagi”, Elf dan Aku – mungkin karena alasan yang sama – tidak bereaksi. Meskipun Chris-aniki menyempitkan matanya, ia juga tidak mengatakan apapun. Hanya Shidou-kun saja yang terlihat merinding.

Mungkin alasan ia tidak mengatakan apapun waktu itu adalah karena ia takut bertanya. Sekarang dengan dibantu alkohol, ia tidak punya masalah waktu meneriakannya.

Masih dengan nada berbelit-belit, ia bertanya:

“Kenapa....!? Kenapa!? Kenapa!?”

“Aku akan memberitahumu alasanya, tapi kenapa Shidou-shi bertanya? Apa kamu penggemarku juga?”

“Sangat sulit aku percaya seorang novelis yang mungkin dapat dengan mudah menulis maha karya sepertimu untuk mengatakan itu! Apa kau tahu seberapa berbakatnya dirimu? Seberapa hebatnya dirimu? Seberapa banyaknya pembacamu yang menunggu ceritamu? Tapi kau dengan entengnya membuang sebuah light novel yang sangat luar biasa! Bahkan kalau kau hanya bercanda, itu sudah keterlaluan! Ini tidak bisa dimaafkan! Kau kasar pada novel, dan pada para pembaca!”

Setelah jadi mabuk – Shidou-kun berubah menjadi pria yang penuh semangat.

Tapi dengan mengatakan itu pada Muramasa-senpai ─

“....Aku tidak bercanda. Dan aku tidak membuang ceritaku, yang aku maksudkan hanyalah aku tidak akan menulis lagi.”

Percuma saja. Muramasa-senpai merenung untuk beberapa saat sebelum berkata lagi:

“Tapi kamu benar. Ini tidak bisa dipercaya dan kasar. Orang akan tersakiti jika aku tidak menulis lagi.”

“Jadi....”

“Tapi tidak tetaplah tidak.”

“Ap.....!?”

Meskipun Shidou-kun benar-benar terkejut, aku tetap tidak. Aku kenal dia. Kecuali sesuatu yang sangat besar terjadi, dia tidak akan merubah pendiriannya.

Kalau kuingat lagi....Elf pernah bilang pada Muramasa-senpai ‘’“Kenapa kau tidak peduli dengan media lain? Kau harus memikirkan tentang mereka juga!!”’’

Dan Muramasa-senpai menjawab ‘’“Kamu benar.” “Aku mengerti apa maksudmu.” “Kamu benar juga.” ‘’– pada dasarnya dia mengakui bahwa Elf benar, tapi dia selalu menambahkan “Tapi melakukan itu akan menyita waktuku, waktu yang kusiapakan untuk menulis, jadi lupakan saja.”

Orang sepertinya sangat keras kepala. Kecuali bila aku bisa memperlihatkan padanya ‘’light novel terbaik di dunia’’.

“Kenapa? Kenapa?” Shidou-kun berteriak lagi.

Muramasa-senpai dengan dingin menjawab:

“Karena mimpiku sudah terwujud!”

“Apa?”

“Tidak....justru tidak terwujud, tapi yah? Mimpiku untuk [Menulis novel terbaik di dunia] – sebuah cerita yang bisa aku baca dengan bahagia – tapi setelah perjalanan ini, sekarang aku tahu!”

Dia dengan bahagia melihat....aku. lalu berkata, seperti seorang gadis yang membicarakan mimpinya:

“Asalkan Masamune-kun menulis cerita pendek untukku setiap hari – tak apa kalaupun aku tidak menulis lagi.”

“Tidak, aku tidak akan menulis untukmu setiap hari.”

Aku mengambil segigit besar barbekyunya lalu dengan tenang menjawab.

“Eh? Eh? Kenapa?”

“Kenapa? Aku bukan novelis pribadimu. Sudah pasti aku akan mengutamakan novelku sendiri....”

Cih! Senpai sialan ini dan caranya menganggapku... hnnnggg...

Aku tidak tahan melihat penggemar gila ini lagi dan aku berkata:

“Kalau ada waktu, aku akan menuliskan sesuatu.”

“Terima kasih♪”

Biasanya dia sangat dingin, namun sekarang dia memperlihatkan senyum hangat – mengira kalau ceritaku bisa memberikan perasaan berbeda pada seseorang – aku merasa sangat bahagia.

Bahkan meski aku tahu kalau aku sudah menyukai orang lain juga.

Melihat tingkahku, Elf menggoda:

“Kau ini menggoda terus, ya, Masamune?”

“Berisik! Jangan beritahu Sagiri itu.”

“Baiklah baiklah, yah, penggemar lawan jenis yang memperlihatkan seberapa sukanya dia terhadap karyamu– setiap penulis akan bertingkah seperti itu.”

Cara dia mengatakannya terdengar seperti Elf ada maksud yang lain juga.

Dengan mimik yang berkata “Mimpiku terwujud”, Muramasa-senpai tersenyum dan berbalik pada Shidou-kun, lalu dengan dingin berkata:

“Itulah alasan kenapa aku tidak perlu menulis lagi, kau paham?”

“Ya....”

Ia tidak terdengar menyakinkan. Oh ya senpai, kau membuatnya terdengar seperti aku harus menulis novel untukmu setiap minggu....yah kalau dia meminta, aku ragu aku bisa menolak.

Shidou-kun mengambil beberapa gelas alkohol lagi dan berbalik menatapku juga Elf:

“Tidakkah kalian mengerti? Muramasa-sensei tidak akan menulis lagi – tapi kalian berdua tidak terlihat terkejut.”

“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ’kan?” Elf melihatku, dengan enggan.

“Tentu.”

Kami tersenyum masam. Elf menambahkan:

“Dan....lebih baik kita abaikan ia, ya?”

Aku mengambil segigit lagi, dan mengangguk setuju.

“Ke....kenapa? Kita teman, bukan? Bagaimana bisa kalian begitu dingin....”

“Bukan, percuma saja meyakinkan Muramasa.”

“Dia tidak akan peduli. Dia orangnya pelupa.”

Aku dan Elf menyuarakan pikiran kami.

Mendengar kami menghinanya, Muramasa-senpai panik:

“Hei kalian berdua! Itu menyakitkan! Memang aku berharap kalian berdua tidak akan mencoba menghentikanku, tapi....tidakkah kalian khawatir sedikit?”

“Kalau begitu ~ Biarkan aku bertanya padamu ~”

Elf menatap tangan kanan Muramasa-senpai dengan tatapan setengah hati.

Tangannya yang tertutup perban

“Ada apa dengan perban ini? Kenapa kau menggunakannya?”

Sebenarnya, aku juga ingin tahu jawabannya.

‘’’─ Karena aku tidak bisa menulis lagi.’’’

Dia pernah bilang itu ketika dia menunjukkan padaku perban di tangannya.

“Kau tidak menyegel [Setan Api] di bawah perban itu, bukan?”

“Apa pertanyaan ini....berhubungan dengan alasan kamu bilang [Jangan khawatir tentangku] ?”

“Ya.”

“....Baiklah.”

Muramasa-senpai menaikan tangan kanannya ke depan wajahnya dan memberinya sentuhan ringan.

“Aku memperbannya karena terluka.”

Eh? Lebih normal daripada yang kuduga – dan di saat aku memikirkannya.

“Um ~ jadi, luka seperti apa? Dari mana kau mendapatkannya?”

Mendengar pertanyaan Elf, mungkin Muramasa-senpai masih kelihatan ragu, dia masih bisa menjawab:

“Kalian semua mungkin tahu kalau ada saatnya aku benar-benar merasa ‘’down’’, aku tidak bisa menulis novel genre pertarungan di waktu itu.”

“Ya, terus?”

“Setelah itu, aku membuat perjanjian dengan diriku sendiri.”

“Ya, terus?”

“Sampai semua syaratnya terpenuhi, aku akan menghukum tanganku dengan paku.”

Shidou-kun meludahkan semua bir dari dalma mulutnya.

“Uhuk uhuk uhuk...hueek” “Uhuk uhuk ~! Uhuk!!!”

Aku juga melakukan hal yang sama di dalam mulutku. Hanya Elf saja yang sudah menduganya.

“Eh....yah, itu tidak jauh beda dari apa yang kupikirkan.....dan....apa kalian mendengar itu?”

“Ya....”

“Um.”

Shidou-kun dan aku mengangguk dengan lemah.

....Dulu, aku pernah menilai Elf [Novelis tsundere pada pembacanya]

Dengan pemikiran yang masih searah, Senju Muramasa adalah seorang [Novelis yandere pada light novel]

Muramasa-senpai sambil meratapi perban ditangannya, berkata:

“Ini adalah perjanjian yang aku paksakan pada diriku sendiri demi aku menulis cerita yang bagus tanpa gagal.”

“Tapi kau tidak harus sampai seperti itu.” Ujarku.

“Aku dengar bahwa ada novelis terkenal yang akan mematahkan jari tangan atau kakinya kapanpun ia gagal memenuhi syarat-syaratnya. Dari jari kakinyanya, ia sudah korbankan delapan buah. Tapi itu memotovasinya, ia bisa menulis mahakarya – tapi sayangnya, aku masih belum bisa begitu.”

Dia melirik padaku dan memerah.

“Jangan menakutiku seperti itu.”

Kami semua hampir mati ketakutan.

“Masamune, kau benar-benar perlu berhati-hati jika kau setuju menjadi penulis novel pribadi Muramasa. Aku takut akan ada banyak darah.”

“......Jangan mengatakan sesuatu yang begitu menakutkan.”

Gemetar gemetargemetar! Ini pertama kalinya kau merasa begitu ketakutan dalam hidupku!

Ahhhh~~~~~~~~!!! ‘’Syukurlah aku menolak! Eromanga-sensei! Aku mencintaimu! Terima kasih sudah menghentikanku!’’

“Nah – kau paham, Kunimitsu?”

“.....Ya....aku.....mengerti....”

Shidou-kun sangat ketakutan bahkan hingga pulih dari mabuknya.

“Kita tidak perlu sebegitu khawatir.”

“Ke, kenapa? Tidakkah aku sudah dengan jelas memberitahumu?”

“Tidak, tidak – atau mungkin, harus kukatakan ─“

Elf melirik tajam pada Muramasa-senpai, dan dengan dingin berkata:

“Novelis sepertimu tidak akan benar-benar bisa berhenti menulis.”

“.....Hah....”

“Aku yakin kau akan memulai lagi menulis dalam waktu dekat.”

“Aku....aku benar-benar bermaksud untuk.....”

“Tiga hari. Aku akan yakin bahwa kau tidak akan bisa bertahan lebih dari tiga hari.”

Elf mengangkat tiga jarinya dengan penuh percaya diri.

Mulut Muramasa-senpai berubah menjadi bentuk [ へ] , dan dia berkata:

“Masamune....Apa kamu berpikir begitu juga?”

“Ya. Karena kita sangat mirip.”

“....Oh.”

“Aku yakin kau akan merubah pikiranmu setelah bangun tidur besok.”

“.....Apa kamu ingin bilang bahwa aku ini orang bodoh?”

Kupikir tidak ada seorang pun disini yang berani memperlakukanmu seperti orang bodoh, mungkin.

Ngomong-ngomong, caranya memanyunkan terlihat sangat imut.

* * * * *

“Kamu ingin berpendapat, Kouhai?”

Seperti kata Elf, dia tidak akan bisa bertahan selama tiga hari.

Seperti kata Elf, dia akan melupakan deklarasinya yang berisikan dia akan menyerah untuk menulis setelah bangun dari tidur.

Senju Muramasa bukanlahseseorang yang akan menyerah untuk menulis.

Tapi....

“Ya, aku – sebenarnya, ada sesuatu yang ingin kau katakan padamu.”

“.....Apa itu?”

“Cara untuk menulis ‘’light novel terbaik di dunia’’”

Setelah makan, aku membawa Muramasa-senpai ke kamarku. Sebuah kamar sederhana dengan tempat tidur dan meja.

Ketika baru masuk, dia bertanya:

“Masamune, yang kamu katakan selama makan malam....apa maksudmu?”

“Aku memanggilmu kesini justru karena itu....tunggu....ah, ini.”

Aku mengabil tumpukan surat dari tasku dan melambaikannya di depan Muramasa-senpai.

“Apa pendapatmu soal ini?”

“Ah! Ini!”

....Itu reaksi yang kutunggu. Matanya terbuka, dia berguncang dari dalam hati.

....Sudah kuduga.

Karena tau pilihanku benar, aku mengerahkan semua. Ada lima lima puluh surat yang ditulis dalam bahasa Jepang, semuanya berisikan [Surat untuk Izumi Masamune]

“Itu adalah surat yang penggemarku kirim padaku.”

“.................................Ah, ah ahah ......penggemar....ya.”

Senpai panik. Keningnya tertutupi keringat, dan dia menghindari mataku. Meskipun aku sudah menebak alasannya, aku masih melanjutkan:

“Semua datang dari seseorang yang selalu mengawasi setiap langkahku – kali ini, ketika cerita pendekku ‘‘Adik Perempuan Terimut di Dunia’’ diterbitkan di majalah, orang itu mengirimiku banyak surat. Lihat, ada lebih dari lima puluh. Hebat bukan? Ada ilustrasinya juga!”

“Apa, apa kamu membawa surat dari penggemarmu kemanapun kamu pergi?”

“Aku ingin memamerkannya pada yang lain– yah, hanya bercanda, editorku yang mengirimkan semua ini padaku. Aku ingin membacanya segera jadi aku membawanya bersamaku – ini alasan kedua diantara tiga alasan aku membawanya sekarang.”

“.....Jadi apa alasan pertama?”

“Aku ingin kau melihatnya.”

“!”

Matanya terbuka lebar. Itu juga sudah kuduga.

“....Dengan kata lain..., ada hubungan antara surat yang penggemar ini kirimkan padamu dengan cara menulis ‘’light novel terbaik di dunia’’?”

‘’Karena itulah, aku kamu biarkan melihat surat ini.’’

Dia mungkin berpikir seperti itu. Yah, dia tidak sepenuhnya salah, tapi itu bukan topik utamanya. Kupikir dia sudah menebak apa yang ingin kukatakan.

“Kau pernah bilang [light novel terbaik di dunia itu berarti dalam skala seratus poin, masihlah mungkin untuk menulis novel dengan nilai satu juta poin], bukan?”

“Ya.”

“Kau bilang kau ingin menulisnya dengan tanganmu sendiri – menurutku itu mimpi yang hebat. Jadi aku bertanya pada diriku sendiri: Bagaimana denganku?”

Aku melihat pada tanganku.

“Bisakah aku melakukan itu....jadi aku mencoba....”

“Kamu mencoba untuk menulis ‘’light novel terbaik di dunia’’?”

“Ya.” Aku mengangguk ”Sejujurnya, semua yang kutulis untukmu dalam perjalanan ini adalah hasil dari pengalamanku.”

“─“

Dia melebarkan matanya, setelah mengambil beberapa langkah ke depan, dia bertanya padaku:

“Jadi? Di mana hasilnya? Di mana ‘’light novel terbaik di dunia’’-mu?”

Aku menggaruk kepalaku dan tertawa:

“Aku tidak bisa melakukannya.”

“Eh....”

Dia terbengong. Aku tertawa lebih keras:

“Kupikir jika aku bisa menulis sesuatu yang kusuka, menulis untuk satu orang, maka hasilnya akan hebat. Pada akirnya, terlalu naif untuk berpikir begitu. Mimpi ini tidak akan terwujud dengan mudah.”

Kalau dipikir lagi, itulah bagaimana cara Muramasa-senpai menulis. Aku tidak akan bisa menulis ‘’light novel terbaik di dunia’’ dengan cara ini juga.

Itulah pengalaman yang kudapatkan.

Mimik penyesalan muncul di mata Muramasa-senpai, dia menurunkan bahunya dan berkata:

“Ha....begitu yah....itu tidak lucu.”

Aku melihat langsung padanya:

“Mungkin kau tidak bisa menulis ‘’light novel terbaik’’ atau ‘’light novel terbaik di duniaku’’, tapi aku merasa sangat bahagia seperti aku baru menulis novel dengan nilai satu juta.

Karena kau senang ketika membacanya.”

“─────────”

Dia berkedip-kedip.

“Apa kau bilang?”

“Aku ingin bilang terima kasih.”

Aku ingin menunjukan padanya.

“Semua surat ini dikirim dari penggemar yang sama, dia berbicara seperti seorang anak SMP – bukan hanya dia seperti karakterku, dia bilang dia ingin membaca lebih banyak lagi! Aku....aku sangat senang – itu terasa luar biasa! Bahkan satu juta poin saja tidak cukup!”

“!”

Mata Muramasa-senpai melebar lagi.

“Maksudmu....”

“Ya. Cara untuk menulis ‘’light novel terbaik di dunia’’ ─ Meskipun tidak sama seperti mimpimu, menurutku keduanya cukup mirip. Asalkan seseorang membaca ceritamu dan memujinya, nilainya bisa dibandingkan dengan mimpimu.”

“.......”

Dia tidak mengatakan apapun. Apa aku gagal untuk mencapai hatinya?

Pada akhirnya. Dia tidak pernah mempedulikan para pembacanya sampai sekarang.

Tapi meski begitu, aku masih ingin dia setidaknya tau. Meskipun dia tidak peduli tentang siapapun atau apapun, dia masih akan menulis novel dengan caranya sendiri.

“Senpai. Apa yang kumaksud adalah kalau kau menyerah untuk menulis karena satu atau dua mimpi telah terwujud, itu bisa berarti kekalahan.”

Lihat sekelilingmu.

‘’’─ Mimpiku adalah menulis ultimate light novel untuk menaklukkan dunia.

─ Mimpiku adalah suatu hari nanti bisa bekerja sama dengan pengusaha dan menjual pekerjaanku bersama dengan manisanku.

─ Mimpiku adalah untuk menulis [light novel terbaik di dunia] untuk dibaca.

─ Lalu aku akan membawamu keluar dari kamar dan menonton anime bersama!’’’

Banyak mimpi, banyak harta karun menunggu untuk orang memburunya.

Menulis adalah salah satunya. Aku ingin menyampaikan ini padanya, tidak peduli apa bagi senpaiku yang lebih muda dariku ini.

Tentu saja, aku merasa kalau kata-kataku saja belum cukup bagus dan mungkin tidak cukup bagus untuk mengungkapkan yang benar-benar ingin kuungkapkan.

Juga.....

“Ada sesuatu yang membuatku penasaran sejak lama.”

“Sejak lama? Padahal kamu dan aku baru bertemu.....”

‘’Baru-baru ini? Aku tahu’’.

Tapi itu salah. Kita sudah saling kenal untuk waktu yang lama.

“Orang yang mengirim surat ini adalah kau, bukan?”

“!”

Nama pengirim yang tertulis di surat ini adalah nama yang sangat feminim.

Mungkin ─ rasa sukanya terhadap ceritaku sama besarnya seperti ‘’orang itu’’. Dia juga peduli padaku, mengirimiku surat.

Bayangkan keterkejutanku jika aku tau bahwa ‘’orang itu’’ adalah senpaiku, Senju Muramasa-sensei.

“....Kamu....kamu....sejak kapan....”

“Volume 12 dari Fantasy Blade yang kau kirim padaku adalah tulisan tangan, ingat? Aku mengenali tulisan tanganmu. Gadis SMP dengan tulisan tangan yang sangat bagus begitu mungkin hanya milik penggemar spesialku.”

“.....Ah.”

“Aku dengan cepat menyadari semuanya. Waktu aku membuat debutku, suratmu adalah yang pertama aku terima. Aku sudah membacanya beberapa kali. Waktu aku tidak bisa menulis, waktu ceritaku di hina dengan mengerikan, ketika aku merasa ‘’down’’....Aku selalu membacanya untuk memulihkan diri. Bahkan jika aku menulis hanya untuk satu orang saja, aku masih mau mengambil penaku sekali lagi. Karena orang itu bilang ceritaku bagus, itu membuatku senang, itu membuatku bangga, itu membuatku merasa senang telah menulis.”

“........................Aku......aku tidak bermaksud.....menggoda-mu......”

Dia memerah.

Melihat itu, aku merasa malu juga.

Memalukan sekali untuk menyatakan ini secara empat mata.

“Jadi....jadi....”

Aku gugup selama acara penandatanganku. Sekarang melihat seberapa cantiknya dia, aku bahkan jadi lebih gugup.

Ah....sial....padahal aku sudah menyiapkan diriku.....tapi kenapa mulutku terasa begitu kering....

Mungkin senyumku terlihat sangat aneh sekarang.

“Terima kasih atas dukunganmu.”

Sejak debut, aku selalu ingin berterima kasih padanya.

Matanya terbuka lebar, lalu setelah terdiam beberapa lama, dia berbisik:

“Terima kasih juga.”

Ucapan terimakasih yang lemah lembut.

“............”

“.................................”

Tidak satupun di antara kami bersuara.

Aku merasa kalau sekarang ini, kami berdua sedang memikirkan hal yang sama.

Akhirnya, Muramasa-senpai jadi yang bicara pertama.

“Kupikir....semua orang hanya akan memiliki satu mimpi. Sepertinya aku salah.”

Dia berkata dengan rasa malu:

“Meskipun jika mimpiku terwujud, aku masih bisa bermimpi lagi....dan lagi. Tak ada yang salah dengan itu, aku bisa mengejarnya satu demi satu.”

“Tentu saja tidak. Semuanya seperti itu juga. Aku tahu kalau kau tidak berpikir jauh kedepan, senpai.”

Aku tertawa. Dia juga tertawa.

“Jadi, senpai? Apa kau masih ingin berhenti menulis?”

“Hei hei, Masamune-kun, kamu ini bicara apa? Bagaimana bisa aku berhenti?”

“Kau blilang kau akan menyerah untuk menulis kurang dari setengah hari yang lalu.”

“Hahahaha, bagaimana bisa ramalan manusia jadi-jadian itu benar.”

“Elf mungkin tidak mengira akan secepat ini.”

Aku sudah memperkirakan ini! Reaksi ini! Hasil ini!

Sungguh kami sangat mirip:

“Jadi, mungkin mimpiku sementara terwujud karenamu...”

Dia memutarkan penanya dengan keanggunan seorang novelis.

“Aku sudah memutuskannya, Masamune-kun.”

“Ya.”

“Aku akan mewujudkan mimpiku untuk [menulis light novel terbaik di dunia untuk dibaca] dengan tanganku sendiri. Waktu dulu, jika kamu tidak menjadi novelis pribadiku, maka sumberku malah tidak akan aman. Aku harus melakukan ini sendiri.”

“Kau seharusnya mengetahui hal itu dari sejak awal.”

Aku bilang padamu kalau sesekali aku akan menulis untukmu.

Mengabaikan protesku, dia mengacungkan jarinya:

“Sekarang aku punya mimpi baru.”

“Ha? Apa itu?”

Apa mimpi baru Senju Muramasa?

“Ah – mimpi baruku.....kalau hanya aku sendiri, tidak akan bisa aku wujudkan...”

Dia terlihat malu, tapi dia tertawa dengan percaya diri.

“Aku tidak akan memberitahumu semua.....”

Ini pertama kalinya aku melihat gadis yang terlihat sangat ketakutan ketika membicarakan mimpinya.

Lalu dia menodongkan penanya padaku:

“Pertama aku akan mulai dengan membuatmu menyukaiku.”

Mimpi yang mengerikan. Sesuatu yang bisa menghancurkan mimpiku.




























Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Semacam acara di Jepang yang seperti Meme Comic, 9 Gag, atau Lambe Turah. Cara kerjanya kurag lebih seperti itu atau Twitter.



Bab 2 Halaman Utama Bab 4