Fuyuu Gakuen no Alice and Shirley (Indonesia):Volume 1 Epilogue

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Di hari berikutnya--

Sekolahnya ditutup dan cuacanya sedang bagus. Ini terasa panas seperti tidak pernah keluar.

Masaki datang ke ruangan Alice dan Shirley lagi, sepertinya itu sudah di statuskan sebagai seni dapur.

Para gadis sedang menunggu untuk makanan penutupnya di meja tengah. Masaki sedang memasak.

“Meskipun itu kau Shirley, bukankah bahan makannya terlalu banyak?”

“Aku baik-baik saja! Aku bukan seorang anak kecil lagi! Cepatlah, cepatlah!”

Shirley, orang yang sedang berbicara sambil bernyanyi, memakai perban yang menutupi sekeliling lehernya, torso, dan bagian tubuhnya.

Disana ada sebuah bekas luka di tangan kirinya.

Alice konsentrasi pada tehnya.

“... Satu porsi sudah cukup bagiku.”

“Itu adalah sesuatu yang akan kuberikan padamu. Alice makan curry. Shirley memakan sebuah hamburger, curry, ramen, omurice, yakisoba, katsu curry... hey, bukankah itu aneh?”

Bagaimanapun juga, curry dan katsu curry adalah makanan penutup yang hampir sama.

Alice tanpa ekspresi.

“... Aneh? Apa kau membicarakan tentang perut Shirley? Atau otaknya?”

“Tidak, terdapat dua curry... ya, itu tak apa.”

“Masaki, Alice, kalian tidak megerti! Curry dan Katsu Curry adalah makanan penutup yang berbeda!”

“... Sepertinya aku tidak akan bisa mengerti cara pikirmu.”

Untuk beberapa saat, setiap porsi ada pada ukuran kecil dan ramen disediakan untuk hidangan pembuka.

Itu menjadi kumpulan makanan penutup yang aneh, seperti semuanya adalah hidangan utama.

Shirley mengambil sumpitnya.

“Tungguuu!”

“Apakah sesulit itu bagimu untuk makan?”

“Nihaha, Aku tak apa, Aku baik-baik saja!”

Shirley cukup pintar dalam urusan perutnya, tulang rusuk dan tangan kirinya sudah retak. Masaki tidak tau berapa banyak luka kecil yang dia punya.

Itu karena dia terkena serangan langsung oleh kejutan listriknya.

Dia melindungi Masaki.

Kekuatan dari Dialect Shirley tidak ada batasnya pada saat menyerang, tapi itu tidak berguna saat digunakan untuk bertahan. Doktornya bilang dalam khawatir kekuatan yang ada dalam tubuhnya adalah alasan kenapa dia bisa bertahan.

Dia menghabiskan malam dengan perawatan yang intensif tapi sudah cukup baik untuk pergi ke kehidupan sehari-harinya. Lukanya juga sepertinya bisa menghilang dalam waktu beberapa hari.

“Nihaha! Kau tidak perlu khawatir, Aku baik-baik saja Misaki! Aku sudah terbiasa terluka, tapi karena jari tangan kiriku yang retak, ini tidak terlalu sulit. Ah, aku baru ingat, Alice kidal, kan?”

“... Ya.”

“Eh, benarkah? Tapi kau selalu menggunakan tangan kananmu saat sedang makan?”

Bahkan sekarang, dia memegang cangkir tehnya dengan tangan kanannya.

“... Karena ini sudah menjadi cara makan.”

“Aku mengerti.”

Tentu saja di restoran, pisau dan garpu digariskan dari tangan kanannya, dan di cafe cara mengatasi cangkir berubah ke kanan saat diletakan di atas meja. Itu mungkin sedikit tidak bergaya untuk makan dengan tangan kirimu.

“... Pengalaman.”

“Ah, ya kau bebas untuk menggunakan tangan kirimu jika kau mau.”

“........Hmph. Ini aneh... Masaki-kun, sudah pernahkah kau melihatku menggunakan tangan kananku dengan bebas?”

“Aku baru saja keluar dari kamar mandi barusan... Ah! Tidak , Aku, Aku lupa.”

“.... Benarkan.”

Alice menatapnya dan lalu Masaki kembali memasak.

Topiknya berubah.

“Pagi ini, Apakah Midorikawa-sensei pergi menemuimu?”

“....Ya.”

“Aku tidak begitu mengerti dengan ucapan Harii-sensei.” *telan* *telan*---“

“... Jangan membuat suara saat kau makan.”

“Kenapa? Aku menelan karena itu enak.”

“Itu tata cara makan yang buruk.”

“Alice belum pernah merasakan ramen yang asli sebelumnya!”

“... Aku tidak tertarik... seperti yang aku duga, sepertinya Hariya sedang tidak sadar sekarang.”

“Yeah, sama seperti Ishounuma juga, mungkin itulah apa yang terjadi jika APPD digunakan.”

“Nyaha, itu menakutkan... *telan* *telan*---“

“... itu menyertainya kan.”

Dia menahan setuju dengannya.

“Setidaknya Hariya-sensei sudah tau apa yang akan terjadi padanya. Ishounuma dan pria yang lainnya mungkin juga korban... tapi mereka tidak harus menyakiti orang lain, ini dia omuricenya.”

Omurice Masaki tidak terlalu matang dan bentuknya dibuat seperti setengah lingkaran sempurna tanpa sesuatu yang menarik disana. Bentuknya adalah sebuah bulan sabit yang melayang di atas piring yang bundar.

Shirley menggoyangkan tangannya.

“Ini dia!”

“Apakah kau mau kecap? Atau akankah kau memakannya tanpa bumbu?”

“Ah, Aku ingin kau untuk menggambar sebuah hati!”

“Aku tidak melakukan itu tapi... ya mungkin aku akan mencobanya.”

Karena Masaki adalah tipe yang melebihkan pada rasa dibandingkan tampilannya, persentasinya baiknya bukanlah keahliannya tapi--

Dia bisa menggambarnya dengan terkejut ya karena dia sudah terbiasa membuat kue.

Sebuah hati di atas omurice, dan karena disana masih ada sedikit kecap tersisa ditulisnya “Shirley” juga.

“Bagaimana dengan ini?” “Wow!? Dengan kata lain, apa ini artinya ‘Masaki MENCINTAIKU’!?”

“Tidak, ini artinya ‘Porsi Shirley.’”

“Aku paham.”

Alice menatap itu saat sekilasnya melihat dari pinggir.

“Ada apa?”

“.... Ah, tidak... ya... aku...”

“Huh? Apa ini?”

“... Aku... omu... nya.. tidak... itu... bukan apa-apa.”

“Apa Alice juga ingin Omurice seperti ini?”

“...!?”

Matanya berkilauan.

Wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa.

“Aku kira ini akan menjadi lebih enak jika kau punya curry besok, ya karena aku sedang membuatnya sekarang, tolong tunggu sebentar. Aku membeli banyak bahan. Apartemen ini punya kulkas yang besar.”

“... Ya, Aku akan menunggu.”

“Tidak~, ini adalah makanan yang ditunggu. Ini menyenangkan.”

“... Cepatlah.”

“Jadi ini adalah sistem dapur yang terakhir. Ini berkilau seperti baru! Aku ingin tinggal dengan dapur yang seperti ini.”

“.... Kalau begitu tinggalah disini?”

“Eh!?”

Masaki langsung berbalik menghadap Alice.

Dia terlihat lelah dan mengangkat cangkir tehnya ke bibirnya. Ini adalah sikap yang selalu dia gunakan saat dia ingin menutupi ekspresinya.

Shirley mengangkat tangan kanannya yang sedang memegang sendok.

“Ya! Apa kau ingin tinggal disini juga , Masaki? Tempat ini penuh dengan ruangan kosong!”

“... benar.”

“Ah, ya, itu benar.”

“Walaupun saat libur, Breaker bisa dikirim saat ada keadaan darurat. Karena kita team, ini akan menjadi lebih mudah jika kita tinggal dekat dengan yang lainnya.”

“Itu benar.”

“Aku akan senang jika aku bisa makan makanan lezat seperti ini setiap hari!”

“Hahaha... jadi itu motifmu? Ya, tidak terlalu buruk rasanya saat masakanku dipuji. Aku akan memikirkannya tentang itu.”

“Ya, berpikir, berpikir!”

“... Kerja bagus, Shirley.”

“Nya?”

“Mereka selesai makan.”

Walaupun mereka hanya makan bagian kecil, Shirley sudah memakan semua lima porsi.

“Uuu, Aku sangat kenyang...”

“Apa kau baik-baik saja? Apa kau sakit perut atau patah tulangmu terasa sakit?”

“Aku tak apa, Aku baik-baik saja. Ah, aku ingin mandi.”

“Ada apa?”

“Jika aku makan banyak, aku berakhir berkeringat. Dan, aku sudah membeli sampo baru.”

Sepertinya Shirley meninggalkan tas belanja di sudut ruangan.

Ini mengejutkan dia punya sisi perempuan seperti memilih tentang samponya, Pikir Masaki.

Alice berdiri.

“... Apa boleh buat. Aku akan menemanimu.”

“Makasih.”

“... Karena kau sakit, kau akan mendapat perlakuan spesial. Ini adalah hal yang tidak boleh diserahkan kepada Masaki-kun.”

Masaki menganggukan kepalanya berulang-ulang.

Tentu saja, dia tidak bisa membantunya!

Pembalut yang menutupi lengan kiri Shirley bisa tahan air, jadi dia tidak perlu khawatir jika itu akan basah, tapi dia tidak bisa membersihkan tangan kanannya karena tanga kirinya tidak bisa digunakan. Itu cukup menyulitkan.

Jika ini adalah rumah sakit atau rumah orang tuanya, disana akan ada sebuah robot yang bisa membersihkan tubuh seseorang, tapi tidak smudah itu, dibutuhkan waktu beberapa hari untuk mengaturnya.

Apapun yang terjadi, Masaki tidak bisa membantunya pada saat mandi.

“Nihaha! Aku tidak begitu memikirkannya!”

“Aku yang peduli.”

“... Tingkah menjijika seperti ini dilarang disini.”

Masaki perlahan bangkit.

“Kalau begitu, aku akan bersiap untuk...”

“Eh!? Aku sudah sangat lama menunggu untuk ini, Aku ingin makan malam juga, Masaki!”

“... Disana masih ada sedikit curry yang tersisa.”

“Itu benar. Jika kau membuatnya sebanyak itu, bukankah itu akan menjadi masalah bagimu untuk membuat makan malam lagi dirumah!?”

“Eh, Apakah tak apa?”

“...Ya.”

“Sebenarnya, kau tidak perlu kembali ke rumah! Kenapa kau tidak tinggal disini?”

Masaki mengangguk dengan senyum kecil.

“Untuk sekarang kita bisa makan malam bersama. Ah, bisakah aku meminjam dapurmu sedikit lebih lama? Aku membawa bahan untuk kue.”

“... Kau boleh menggunakan dapurnya selama yang kau inginkan. Aku tidak terlalu sering menggunakannya kecuali aku membuat teh.”

“Kau dan Shirley tidak memasak? Semua peralatannya terlihat baru...”

“kita selalu makan diluar atau mendapatkannya dari seseorang.”

“... Karena Masaki-kun bilang dia akan kembali memasak, aku sudah meyiapkan peralatan yang dibutuhkan.”

“Itu benar, terima kasih!”

“... Kau, Kau malu.”

Alice berbalik arah.

“Aku tidak membayangkan kau melakukan itu untukku. Terima kasih! Karena kau menungguku untuk membuat kue yang enak, kau bisa mandi dulu, dan kau bisa memakannya saat kau sudah selesai.”

“Tentu saja!”

“... Tolong buatkan teh dingin juga.”

“Kau ingin teh dingin setelah kau selesai mandi!?”

“... Disana ada pendingin super.”

“Ka-kau bahkan punya yang seperti itu.”

Jika Masaki punya itu, akan lebih mudah untuk membuat makanan penutup beku.

Alice dan Shirley pergi ke kamar mandi.

“Sekarang, apa yang harus aku buat...”

Dia berencana membuat tart stroberi dari bahan yang sudah dibelinya.

Bagaimanapun juga, karena dia membuatnya sendiri, dia mempunyai keyakinan akan kebebasan yang dia punya untuk mencampurkan bahan.

Karena, perut mereka mungkin masih kenyang, akan lebih baik jika membuat sesuatu yang ringan daripada berat jadi bisa dimakan dengan cepat--

Dia tiba-tiba menyadari.

Tas belanja milik Shirley yang berencana digunakan tertinggal di sudut ruangan.

Tas kertasnya masih di segel dan tidak terlihat sudah dibuka. Didalamnya ada sebuah botol tembus pandang.

“Hmm, ya, Aku seharusnya menaruhnya di depan pintu,kan?”

Alice dan Shirley sudah berganti dari ruangan yang digunakan biasanya, dan disana sekarang pintunya bertulisakn “Ruang Istirahat” dan “Kamar Mandi”.

Ini cukup mudah.

Dia menaruh tas belanjanya di depan pintu.

“Shirley, kau melupakan sesuatu! Aku meninggalkannya di koridor, jadi buka pintunya dalam waktu sepuluh detik--“

“Baiklah, Masaki! Makasih!!”

Pintunya terbuka.

Kenapa pintunya terbuka?

Walaupun aku bilang untuk menunggunya 10 detik—!?

“Huh? Ada apa?”

Shrley berdiri disana, bahkan tidak menggunakan celana dalam.

Daya tarik tubuhnya, pinggang langsingnya dan gairahnya melompat ke matanya.

Satu-satunya yang tertutupi hanyalah tangan kirinya yang dibunggkus oleh perban.

Dia tersenyum.

FGnAS01 P277.jpg

Itu bisa disebut dengan senyum bahagia penuh keberuntungan.

Shirley mungkin tidak malu terlihat oleh Masaki saat telanjang. Masalahnya adalah gadis yang ada di belakangnya.

Walaupun handuk menutupi bagian penting tubuhnya...

Alice sedikit lebih jauh di kamar mandinya, dan Masaki melihat wajahnya memerah terang sekali lagi.

Tubuhnya yang putih, dan langsing indah seperti biasanya.

Porselennya seperti kulitnya yang tidak memiliki luka sedikipun.

“...A...Aaah...”

Sekali lagi, dia teriak.