Difference between revisions of "Hyouka Bahasa Indonesia:Jilid 2 Bab 2"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Line 83: Line 83:
 
Rasa ingin tahunya terpicu, Ibara bangkit dari tempat duduknya, dan begitu juga Chitanda. Para anak perempuan itu lalu berjalan ke arah kami. Ibara mencondongkan dadanya yang rata ke arah Satoshi dan bertanya, “Lalu, Fuku-chan menjadi apa kalau begitu?”
 
Rasa ingin tahunya terpicu, Ibara bangkit dari tempat duduknya, dan begitu juga Chitanda. Para anak perempuan itu lalu berjalan ke arah kami. Ibara mencondongkan dadanya yang rata ke arah Satoshi dan bertanya, “Lalu, Fuku-chan menjadi apa kalau begitu?”
   
“Aku? Hmm, aku adalah ‘Si Bodoh’, rasanya… bukan, mungkin lebih cocok ‘Si Penyihir’. “Si Bodoh’ adalah Chitanda-san.”
+
“Aku? Hmm, aku adalah ‘The Fool’, rasanya… bukan, mungkin lebih cocok ‘The Magician’. “Si Bodoh’ adalah Chitanda-san.”
   
 
Betapa merupakan kelancangan yang tak berotak memanggil orang lain bodoh. Tetapi Chitanda terlihat tidak meresponnya dengan buruk. Hanya untuk alasan keamanan, Satoshi menambahkan, “Aku tidak bermaksud lancang, pastinya. Tapi aku yakin Chitanda-san memahami yang aku katakan.”
 
Betapa merupakan kelancangan yang tak berotak memanggil orang lain bodoh. Tetapi Chitanda terlihat tidak meresponnya dengan buruk. Hanya untuk alasan keamanan, Satoshi menambahkan, “Aku tidak bermaksud lancang, pastinya. Tapi aku yakin Chitanda-san memahami yang aku katakan.”
Line 97: Line 97:
 
Satoshi segera membalas, “Itu mudah, ‘Strength’.”
 
Satoshi segera membalas, “Itu mudah, ‘Strength’.”
   
“? Mengapa begitu? Kupikir dia lebih seperti ‘The Star’…”
+
“? Mengapa begitu? Saya pikir dia lebih seperti ‘The Star’…”
   
 
“Tidak, tanpa diragukan lagi, ‘Kekuatan’ sangat cocok dengannya.”
 
“Tidak, tanpa diragukan lagi, ‘Kekuatan’ sangat cocok dengannya.”

Revision as of 10:11, 17 May 2013

2 – “Pembunuhan di Desa Terbuang Furuoka”

Setelah kembali ke Ruang Geologi sehabis dari menonton preview, Satoshi bicara.

“Irisu Fuyumi lumayan terkenal, tahu?

“Masa’? Jadi, apa dia punya tiga wajah di kepalanya atau semacamnya?”

“Yah, aku tidak tahu soal itu, tapi aku tidak akan terkejut kalau memang begitu. Sebelumnya aku pernah mengatakan ini, tapi Irisu berasal dari salah satu klan yang menyaingi empat Klan-klan Eksponensial”

Klan-klan Eksponensial mengacu pada para Jumonji, Sarusuberi, Chitanda, dan Manninbashi, yang nampaknya merupakan empat keluarga bersejarah panjang yang paling berpengaruh di Kota Kamiyama. Ngomong-ngomong, sebutan yang agak aneh untuk mereka ini sepertinya diciptakan oleh Satoshi sendiri, karena aku hanya mendengar Satoshi yang menggunakannya.

Satoshi menunjuk pada jalanan di luar jendela.

“Keluarga Irisu adalah yang menjalankan Rumah Sakit Rengou disana.”

Bangunan yang ditunjuk oleh Satoshi sepertinya memang merupakan Rumah Sakit Rengou. Merupakan rumah sakit swasta dengan fasilitas yang setara dengan rumah sakit yang dikelola oleh Palang Merah Jepang. Karena hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari SMA Kamiyama, setiap murid yang yang terluka atau sakit akan berakhir di bangsal mereka. aku mengerti, jadi itulah kenapa Irisu Fuyumi terkenal.

Walaupunaku mulai teryakinkan, Satoshi tidak berhenti sampai disitu.

“Tapi tidak hanya itu yang membuat irisu Fuyumi terkenal. Ia punya nama panggilan lain.”

“Masa’?”

“Jadi bagaimana, Houtarou, mau mencoba menebaknya?”

Sementara aku tidak punya niatan untuk mengikuti permainan, aku memutuskan untuk memikirkannya setelah ditanya. Kalau Satoshi yang menanyakan pertanyaan semacam itu, maka nama panggilan bergaya Ibara seperti Iri-chan dapat dicoret. Karena ia punya aura anggun yang dingin, sesuatu yang dapat membuat teman sekelasnya gemetar, maka…

“Theresa[1] .”

Satoshi tersenyum lebar.

“Hebat! Kau sebenarnya hampir tepat. Lebih tepatnya ‘The Empress[2] ’. Pikirkan saja, dipercayai oleh ‘Sang Permaisuri’ untuk menyelesaikan sesuatu, tidakkah itu terdengar hebat?”

Sang Permaisuri, nama julukan lain yang berlebihan lagi. Sampai ia dianugerahi nama seperti itu…

“Apa dia seorang dominatrix[3] ?”

Ibara, yang berbicara dengan Chitanda untuk satu dan lain hal, sekarang menoleh dan menyela, “Itu sih ratu, bukan permaisuri.”

Ia kemudian berpaling lagi. Aku mengagumi kemampuannya untuk mengejek seenaknya.

“Begitu. Terus, kenapa ia dijuluki ‘Sang Permaisuri’?”

“Well, dia cantik, bla bla bla, plus dia pintar membuat orang melakukan perintahnya dengan sikap yang tenang. Ia selalu seakan-akan dapat mengendalikan orang-orang disekitarnya dengan mudahnya.”

“Sungguh?”

“Taruhlah kejadian di pertemuan dengan OSIS yang aku sebutkan sebelumnya sebagai contoh. Irisu-senpai dapat melihat akar permasalahan antara ketiga anggota yang berdebat, dan mengarahkan mereka untuk secara bergantian menyebutkan point mereka, yang pada akhirnya menghasilkan resolusi.”

Kedengarannya hebat. Ia mampu menyimpulkan masalah hanya dari mendengarkan. Ia sepertinya tipe orang pemimpin. Tapi karena itu, situasinya berkembang ke arah yang tidak aku sukai. Aku tidak punya niatan untuk melakukan apapun untuk siapapun, tapi berakhir melakukan pekerjaan untuknya.

Saat aku menyilangkan lenganku, Satoshi mengetuk meja dengan jarinya. Pada saat ia menghentikan ketukan beriramanya, aku melihatnya tersenyum lebar lagi.

“Selain itu,”

“Selain itu apa?”

“Karena kita sedang membicarakan ‘Sang Permaisuri’ dan hal lainnya, bagaimana kalau kita memberikan simbol untuk kita sendiri juga?”

“Sebuah simbol?”

Untuk sesaat, aku dipermainkan oleh Satoshi. Tidak lama kemudian, ia melanjutkan, “Pertama-tama, Mayaka adalah ‘Justice[4] ’.”

‘Permaisuri’ dan ‘Keadilan, ya? Sebagai orang yang logis dan hampir tidak percaya dengan takhayul, aku juga tahu ia membicarakan tentang kartu tarot. Satoshi berbicara dalam suara yang dapat didengar oleh Ibara, jadi aku diam saja untuk mengamati perkembangan situasinya.

Seperti yang kuduga, Ibara menimpali tajam dari seberang ruangan, “Dan kenapa aku harus jadi pelindung keadilan?”

Satoshi berbalik untuk menghadap kearahnya.

“Bukan pelindung keadilan. Kau tertukar dengan ‘Judgment’. Orang-orang dari tipe keadilan cenderung keras terhadap diri sendiri bukan?”

Dia terlihat telah meredakan amarahnya. Sementara aku sama sekali tidak tahu apa arti kartu keadilan, penggambaran Satoshi cukup cocok dengan Ibara. Saat aku berpikir seperti itu, Ibara menoleh dan melotot ke arahku.

“Apanya yang lucu?”

“Oi! Kamu harusnya protes ke Satoshi, bukan padaku.”

“Walaupun Fuku-chan sedang membicarakan aku, toh kamu juga tidak begitu mendengarkan, jadi kamu seharusnya tidak berkomentar juga!”

… cara pembenaran yang hebat.

Rasa ingin tahunya terpicu, Ibara bangkit dari tempat duduknya, dan begitu juga Chitanda. Para anak perempuan itu lalu berjalan ke arah kami. Ibara mencondongkan dadanya yang rata ke arah Satoshi dan bertanya, “Lalu, Fuku-chan menjadi apa kalau begitu?”

“Aku? Hmm, aku adalah ‘The Fool’, rasanya… bukan, mungkin lebih cocok ‘The Magician’. “Si Bodoh’ adalah Chitanda-san.”

Betapa merupakan kelancangan yang tak berotak memanggil orang lain bodoh. Tetapi Chitanda terlihat tidak meresponnya dengan buruk. Hanya untuk alasan keamanan, Satoshi menambahkan, “Aku tidak bermaksud lancang, pastinya. Tapi aku yakin Chitanda-san memahami yang aku katakan.”

Chitanda perlahan membuka mulutnya.

“Ya, saya mengerti. Kalau dipikir-pikir, saya memang sesuai dengan penggambaran ‘Si Bodoh’, saya tidak berpikir itu menghina, tapi… Fukube-san, kamu memang cocok dengan kesan ‘Si Penyihir’.”

Sepertinya mereka membicarakan makna tersembunyi dari setiap kartu tarot. Sementara Chitanda dan Satoshi saling mengerti apa yang dikatakan yang lain adalah tentang kartu tarot, aku benar-benar diluar lingkaran mereka. Meskipun Ibara juga terlibat dalam percakapan, ia juga mungkin tidak mengerti artinya.

“Kalau begitu, bagaimana dengan Oreki-san?”

Satoshi segera membalas, “Itu mudah, ‘Strength’.”

“? Mengapa begitu? Saya pikir dia lebih seperti ‘The Star’…”

“Tidak, tanpa diragukan lagi, ‘Kekuatan’ sangat cocok dengannya.”

Dia tersenyum sementara aku perlahan menyadari kalau dia sedang mengolok-olok ku. Chitanda memiringkan kepalanya sambil mencoba berpikir, tetapi tetap tidak dapat memahami yang dikatakannya. Baik aku dan Ibara pun tidak bisa berkata apa-apa.

“Tapi kenapa?”

“Yah, ‘The Star’ juga cocok dengannya.”

Satoshi sedemikian rupa mengelak dari pertanyaannya. Chitanda sekarang memiringkan kepalanya dari kiri ke kanan, tapi untungnya, ia tidak bilang, “saya sangat penasaran” kali ini. Aku bersandar lebih jauh ke belakang sambil memberengut.

“…Hmph. Toh, kau juga bukan sedang memujiku.”

“Oh, tidak, sama sekali bukan begitu!”

Ia tersenyum singkat lagi. Benar-benar orang yang menyebalkan.

Topiknya lalu berganti menjadi hal lain. Walaupun hari ini cukup tidak produktif, secara efisiensi, toh tidak begitu banyak energi yang terbuang. Aku yakin besok juga akan sama.

Catatan Penerjemah dan Referensi

  1. Maria Theresa
  2. Ini merupakan salah satu arcana mayor dalam kartu tarot. Lebih lengkap lagi silahkan dilihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tarot
  3. Untuk anak baik yang tidak tahu apa yang dimaksud dominatrix, dominatrix merupakan nama lain dari sadistic yang merupakan salah satu perversi seksual.
  4. Kartu ke-11 arcana mayor



Kembali ke Halaman Utama Maju ke Bab 3