Infinite Stratos (Indonesia):Jilid 1 Bab 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 4: Showdown! Pertarungan Liga Kelas[edit]

Bulan Mei.

Sudah beberapa minggu sejak kejadian itu, dan Rin masih belum membaik, yang ada malahan memburuk.

Tidak cuma dia menghindariku, dia juga memalingkan mukanya kalau kami bertemu secara tidak sengaja di kantin. Sepertinya dia benar-benar mengeluarkan seluruh tenaganya di bagian 'aku sangat marah'. Sayangnya, seluruh tenaga ini tidak digunakan di kapal perang kelas Yamato saat Perang Dunia 2…yah, aku juga tidak tahu, tapi itu sayang sekali 'kan.

"Ichika, pertarungan antar-kelas akan dimulai minggu depan. Tapi, arenanya akan diatur dan diperbaiki, jadi hari ini adalah hari terakhir latihan bertarung."

Setelah sekolah, sambil melihat kearah langit yang perlahan-lahan berubah menjadi orange, akupun berjalan menuju arena ke-3 untuk melakukan latihan spesialku.

Seperti biasa, anggotanya cuma aku, Houki dan Cecilia. Karena situasi tegang yang ada di kelasku menjadi tambah parah, jumlah diriku dikerumuni dengan pertanyaan dan tatapan sudah benar-benar menurun.

Meski begitu, fakta kalau topik yang selalu dibicarakan adalah tentang aku ada di sekolah ini belum berubah. Ayolah, kapan sih kalian ingin mengganti topiknya!

Ayo bicarakan bagian ini dulu. Anak tahun kedua yang menjual tempat duduk di kursi penonton saat aku latihan sebagai 'kursi yang sudah di reservasi' sudah dihukum oleh Chifuyu-nee beberapa hari yang lalu. Sepertinya dalang dibelakang penjualan kursi itu dikurung di dalam asramanya selama 3 hari. Memangnya apa sih yang mereka lakukan sampai sebegitunya?

"Setidaknya kontrol IS mu sudah menjadi lebih baik sekarang, jadi kali ini--"

"Karena aku sudah melatihnya juga! Justru aneh kalau dia tidak menjadi hebat seperti ini."

"Sejak kapan latihan jarak menengah berguna untuk dia! Pertama, IS milik Ichika tidak punya senjata jarak jauh."

Suara Houki makin meninggi sekarang, mungkin karena perkataannya di sela.

Tapi sebenarnya, dia benar. Byakushiki-ku tidak punya senjata jarak jauh, dia hanya punya Yukihira Nigata.

Biasanya, setiap IS seharusnya mempunyai senjata uniknya sendiri, tapi kalau cuma satu 'senjata prototype' saja 'kan tidak akan cukup, jadi ada juga yang namanya senjata cadangan. Sebagai contoh, senjata awal dari IS milik Cecilia adalah Blue Tears, sedangkan pistol dan pedang jarak dekatnya adalah senjata cadangannya. Seperti itu lah.

Dan kalau soal senjata cadangan seperti itu, di IS hal itu namanya semacam 'equalizer'. Walau jumlah senjata cadangan yang bisa digunakan suatu IS berbeda sesuai spesifikasinya, IS yang biasa seharusnya memiliki 2 equalizer… seharusnya sih begitu.

Alasan aku bilang 'seharusnya begitu' adalah karena IS milikku tidak seperti itu. Jumlah equalizer yang kupunya adalah nol. Dan karena aku tidak bisa mengganti senjata awal, Senjata yang kupunya hanyalah pedang jarak pendek itu.

"Kalau kau ingin membanggakan latihanmu, kalau begitu apa gunanya latihan kendo dari Shinonono-san? Sangat tidak berguna bukan kalau latihan tanpa IS."

"A-Apa kau bilang? Pernahkah kau mendengar perkataan kalau 'inti dari kendo adalah 'pemahamannya'? Pemahaman disini maksudnya yaitu yang ada di depan mata--"

"Ichika-san, kita akan belajar mulai dari 'serangan berputar tanpa recoil' yang sudah kita lakukan sejak kemarin!"

"Hey, kau--dengarkan aku, Ichika!"

"Sudah kubilang, aku dengar!"

Ngomong-ngomong, kenapa kau malah melampiaskan kemarahanmu padaku?

Setelah merasa ada yang salah, aku menyentuh sensor dari pintu zona control A di arena ke-3. Melalui identifikasi sidik jari dan denyut nadi, aku pun diperbolehkan masuk, dan pintunya terbuka dengan suara 'whuuush'. Mau berapa kalipun aku mendengarnya, suara dari pelepasan udara yang bertekanan tinggi masih terlalu keras untukku.

"Aku sudah menunggumu lama sekali, Ichika."

Untuk apa Rin menungguku disini. Dia melipat tangannya, terlihat sombong dan tidak takut sambil tersenyum. Dia terlihat sangat marah kemarin, moodnya sudah sangat berubah bukan sejak kemarin…ah, aku bisa merasakan kalau Houki dan Cecilia mengerutkan dahi mereka. Jangan melihat kearahku, 'kan bukan salahku!

"Kenapa kau disi—"

"Orang yang tidak berkepentingan tidak boleh memasuki tempat ini!"

Perkataan Houki di sela lagi. Menyerahlah, sepertinya sekarang memang sedang hari di sela.

Dengan 'ah?', Rin tersenyum simpul sambil dia berkata sesuatu dengan penuh percaya diri.

"Aku 'kan berkepentingan, aku memiliki hubungan dengan Ichika! Jadi tidak masalah, 'kan"

Ya, begitulah, tapi ada yang agak aneh, kenapa Houki jadi terlihat—

"Oh? Kalau begitu aku tanya hubungan apa yang kau punya dengannya..."

"Ku kira pasti perkataan 'orang jahat akan menyerang duluan' itu maksudnya orang-orang sepertimu!"

Wah, ternyata Cecilia juga marah. Bibir Houki yang berkedut-kedut itu juga terlihat lebih mengerikan. Walaupun bukan aku yang salah, kemarahan yang diam-diam ini juga menekanku. Untuk yang punya hati yang lemah, tolong ingat, ada senjata humanoid yang berbahaya disini.

"…Apakah kau sedang memikirkan hal yang buruk, Ichika?"

"Tidak, tidak ada. Aku cuma memberi peringatan."

"Kalian, kalian sialan—!!"

Rin menyela obrolanku dan Houki.

"Sekarang giliranku untuk tampil di panggung, aku pemeran utamanya sekarang, semua pemeran pembantu diharap turun dari panggung!"

"Pe-pemeran pembantu—?"

"Oke oke. Kita tidak akan melakukan apa-apa kalau begini terus, jadi akan ku jelaskan nanti saja deh...Ichika, apakah kau sudah sadar?"

"Huh? Tentang apa?"

"Tentang apa, katamu! Kau seharusnya merasa bersalah karena membuatku marah, atau kau seharusnya sudah berpikir untuk 'melakukan sesuatu untuk minta maaf padaku', 'kan?"

"Walaupun kau sudah bilang begitu…tapi kaulah yang selalu bersembunyi dariku, 'kan?"

"Kau ini…jangan bilang kau akan benar-benar ngecuekin seorang cewek ketika dia bilang 'jangan ganggu aku'?"

"Yup."

Jelas 'kan? Kalau cewek itu bilang dia tidak ingin diganggu, bukannya lebih baik kita cuekin saja dia?

"Emangnya salah?"

"Emangnya sal…AHH, BODOH SEKALI KAU INI!!"

Rin berteriak dengan gelisah sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan jengkel. Kalau kau mengacaukan rambutmu, bukan salahku ya!!

"CEPAT MINTA MAAF!"

Maaf yah, tapi aku tidak akan setuju dengan permintaan yang menguntungkan satu pihak ini. Bukannya aku sudah putus asa, tapi aku tidak ingin merasa bersalah untuk kesalahan yang tidak kulakukan.

"Buat apa? Aku ingat janjinya, 'kan?"

"Tak bisa dipercaya! Jadi kau masih berbicara soal itu? Kau salah dalam mengingat arti janji itu, yang lebih penting 'kan artinya!"

"Arti (Imiga)?" Itu 'kan makanan dari Okinawa yang terbuat dari babi? Eh, itu sih kuping babi (Mimiga).

"Kau sedang memikirkan yang tidak sopan lagi, 'kan?"

Wah, ketahuan lagi. Seperti yang sudah kukira dari seorang teman masa kecilku setelah Houki, dia sudah terbiasa untuk mengamatku juga!

"Sangat menyebalkan. Jadi kau tidak mau meminta maaf bagaimanapun juga hah?"

"Memang begitu, Aku akan meminta maaf kalau sudah diberikan penjelasan tentang janji itu!"

"Ju-justru karena aku tidak ingin menjelaskannya lah aku cape-cape kesini!"

Jadi apa? Aku benar-benar tidak mengerti dari tadi.

Tapi karena aku sudah mengatakannya, aku tidak bisa mundur lagi. Seorang pria tidak bisa menarik kata-katanya semudah itu; pernyataan tanpa perbuatan itu cuma pemikiran yang aneh atau suatu kebohongan. Dan kejujuran adalah hasil dari kemauan untuk berbuat, bukan cuma omong saja. Inilah yang harus pria buktikan.

"Baiklah kalau begitu! Di pertarungan perwakilan kelas minggu depan, yang kalah harus melakukan apa yang disuruh yang menang, oke?"

"Okay, kalau aku menang, kau harus menjelaskan janji itu dengan jelas."

Lawan api dengan api, mata dengan mata, ini kesepakatan yang aku tidak bisa mundur lagi darinya. Sebagai seorang pria, masa aku mundur setelah aku sudah bilang setuju? Aku tidak akan se-tidak tahu malu seperti itu.

"Hah? Me-menjelaskannya..."

Untuk berbagai alasan, Rin pun tersipu-sipu sambil dia menunjuk kearahku. Kenapa? Memangnya semalu itu untuk memberitahu orang lain kalau kau sedang marah?"

"Ada masalah apa? Kau bisa mundur kalau mau."

Untung aku bilang itu dengan cukup ramah, tapi perkataan itu sepertinya memiliki efek yang benar-benar berbeda terhadap Rin.

"Siapa yang mau mundur? Bukannya kau yang seharusnya cepat-cepat latihan meminta maaf padaku?"

"Buat apa? Dasar idiot!"

"Siapa yang kau bilang idiot? Kau orang keras kepala yang bodoh! Idiot! Kau yang idiot!"

Dasar menyebalkan.

"Diam kau, dasar meja setrikaan!"

—Ah, sial nih!

Clang—!

Benturan dan ledakan yang tiba-tiba itu membuat seluruh ruangan bergetar. Setelah dilihat lebih dekat, tangan kanan Rin telah berubah menjadi bagian dari IS.

Itu seperti meninju tembok tanpa menyentuhnya sama sekali—serangan seperti itulah.

"Kau, tadi sudah bilang…kau sudah bilang sesuatu yang tak boleh kau bilang!"

Bunga api ungu pun berterbangan dari jaket defensif IS itu.

—Ini buruk, dia benar-benar marah sekarang.

"Ma-maafkan aku soal itu. Itu semua salahku, itu semua salahku."

"'Itu semua'? Seharusnya 'itu semua juga'! Pokoknya semua salahmu!"

Benar-benar logika yang bodoh, tapi sayangnya, aku tidak bisa membalasnya lagi.

"Aku sebenarnya ingin tidak terlalu kejam denganmu, tapi sepertinya kau benar-benar ingin mati…okay, akan ku kabulkan permintaanmu—akan kuhancurkan kau dengan seluruh kekuatanku sampai kau tidak bisa berdiri lagi."

Rin lalu memberikan tatapan tajam yang tak pernah kulihat sebelumnya, dan meninggalkan zona kontrol ini.

*BAM*…suara pintu menutup itu menjadi sangat mengerikan. Momentum yang sudah dikeluarkan oleh Rin benar-benar kuat.

Aku pun melihat kearah pintu itu. Ada lubang berdiameter 30cm. Bagaimanapun kau melihatnya, dia memiliki tenaga yang cukup kuat untuk menembus tembok besi spesial.

"…Tipe power! Dan dia juga tipe jarak dekat seperti Ichika-san!"

Cecilia memeriksa kerusakannya dengan sangat serius. Kalau dibandingkan dengan dia, aku malahan terduduk dalam penyesalan yang sangat dalam atas kata-kataku tadi.

(Dan aku benar-benar menyebutkan kata-kata itu tanpa berpikir dulu...)

Dan itu benar-benar kata yang akan membuat Rin sangat marah. Itu semua memang salahku.

(Ini buruk sekali...)

Mau aku menang atau tidak, sepertinya aku tetap harus meminta maaf kepada Rin bagaimanapun juga.



Di hari saat pertarungan, pertarungan antara aku dan Rin berlangsung di arena ke-2, dan itu terjadi pada pertarungan yang pertama.

Karena sekarang adalah pertarungan antara anak baru yang sering di rumorkan, tidak ada yempat duduk yang kosong di kursi penonton. Bahkan trotoar sekolah pun dipenuhi dengan para murid. Dan bagi para orang yang tidak bisa masuk ke sini lagi, mereka hanya bisa menonton melalui layar yang menyiarkannya.

(…Tapi sekarang bukan waktunya untuk memikirkan itu, bukan?)

Yang sedang berada di depanku adalah Rin, yang sedang menunggu dimulainya pertarungan dengan diam, dan IS-nya 'Shenlong'. Seperti Blue Tears, bagian-bagian yang mengambang-ngambang itu pasti ciri unik dari 'Shenlong'. Meriam yang ada di kedua bahunya terlihat bisa menyerang sendiri-sendiri…pasti sakit kalau tertembak hal itu...

(Tapi nama IS itu pasti ada artinya. Tapi kanji-nya berbeda…okay, akan kupanggil dia Kouryuu. 'Kan sama kanji-nya. Pasti baik-baik saja!)

"Kalau begitu kalian berdua, mohon bergerak menuju posisi."

Sang penyiar menyuruh kami. Aku dan Rin sedang mengambang di udara, berjarak 5m dari masing-masing. Aku dan Rin lalu menyalakan alat komunikator dan berbicara.

"Ichika, kalau kau mau minta maaf sekarang, akan kukurangi rasa sakit yang akan kuberikan padamu!"

"Rasa sakitnya 'kan hanya akan sedikit, bukan? Aku tidak perlu musuhku melawanku dengan ogah-ogahan. Berikan aku apa yang kau bisa!"

Aku tidak akan memaksa. Seperti saat pertarungan dengan Cecilia, aku selalu serius dalam pertarungan; aku tidak akan melemahkan diriku dengan sengaja saat bertarung dengan orang lain, dan aku tidak suka orang lain melemahkan dirinya saat bertarung denganku. Duel yang disebut-sebut sebagai pertarungan penentuan ini juga seperti itu, setiap pertarungan hanya akan berarti kalau kita menunjukkan seluruh kemampuan kita.

"Biar ku beritahu kau ini dulu, pertahanan IS tidaklah sempurna. Suit ini bisa dirusak dengan tenaga serangan yang menembus perisai pertahanannya."

Itu bukan cuma ancaman, tapi fakta. Ada yang bilang kalau sepertinya ada suatu 'senjata terakhir' yang bisa menyerang dan menyakiti pilot dari IS itu secara langsung. Tapi, itu melanggar aturan, dan yang lebih penting, itu berbahaya.

"Jadi itu adalah hal yang mungkin untuk menghancurkan seluruh suit tanpa membunuh pilotnya."

Itu sih tidak ada pengaruhnya dengan situasi sekarang. Dan kandidat perwakilan seharusnya bisa melakukan hal seperti itu, 'kan? Aku seharusnya berpikir bahwa berhasil memojokkan Cecilia itu memang keajaiban saja.

Tapi keajaiban tidak terulang dua kali.

"Maka kalian berdua, pertarungan di mulai."

*HUA*—dengan suara bel, Rin dan aku langsung bergerak.

*CLANG!*

'Yukihira Nigata' yang kukeluarkan dengan sangat cepat itu berhasil di tahan oleh tembakan fisik darinya. Aku pun menggunakan Cross Grid 3 Dimensi dan memegang Rin dari depan.

"Oh. Kau cukup hebat untuk bisa menahan tembakan pertamaku seperti itu. Tapi—!"

Pedang 'scimitar' yang berbentuk unik—walaupun aku menyebutnya begitu, bentuknya sebenarnya sama saja dengan pedang biasa— yang ada di tangan Rin itu sedang berputar-putar seperti tongkat para pemandu sorak. Dan karena ada mata pedang di kedua sisi, benda itu jadi lebih terlihat seperti 'tongkat yang dipasang di mata pedang'. Lalu Rin pun menyerangku secara horizontal, vertikal, dan diagonal, dan karena pedangnya berputar-putar dengan cepat, sangat susah untuk memotongnya jadi dua.

PA!*, Penutup bahu milik Rin pun terbuka.

(Tidak baik. Ini akan menjadi pertarungan dimana aku dikalahkan secara sedikit-sedikit. Aku harus mundur dulu—)

"—Itu terlalu naif!"

*PA!*, Penutup bahu milik Rin pun terbuka, dan saat benda yang seperti bola itu ditembakkan, tubuhku 'terdorong' oleh suatu benturan tak terlihat.

Aku langsung memanggil lagi kesadaranku yang mulai hilang, tapi Rin tetap tidak berhenti menyerang.

"Itu tadi adalah sebuah pukulan jab."

Dia pun menampakkan muka bangga. Setelah itu, serangan sesungguhnya akan datang—!

*DOMP!*

"WAH!"

Aku pun terpukul oleh pukulan yang tak terlihat itu kebawah. Rasa sakitnya menembus perisai pertahanan saat pukulan itu mengenaiku, dan suit-nya terkena damage yang tidak sedikit. Ini buruk!



"Apa itu tadi...?"

Houki, yang sedang menonton siaran langsung di arena itu juga, bergumam.

Yang membalasnya adalah Cecilia, yang juga sedang menonton layar itu.

"'Impact cannons'. Senjata ini menekan udara di sekitarnya dan memasukkannya ke dalam laras meriam itu, dan hasil dari gelombang kejutnya akan menembakkan peluru dari udara itu seperti meriam—"

Mereka adalah senjata dari Generasi ke-3 seperti Blue Tears, kata Cecilia. Tapi, Houki tidak mendengarkan, karena di layar, Ichika sedang berada dalam kesulitan.

Setiap Ichika terluka, jantungnya akan berhenti berdetak untuk sesaat.

(Ichika—)

Sekarang adalah pertarungan yang lebih sulit daripada ketika melawan Cecilia. Daripada menang, Houki lebih ingin Ichika untuk selamat.



"Kau benar-benar bisa menghindar dengan baik, walaupun keahlian khusus dari 'Dragon's Roar' adalah laras dan pelurunya tidak bisa terlihat."

Benar sekali, karena itu, aku bahkan tidak bisa melihat laras dari meriam-meriam itu, apalagi tembakannya. Dan sepertinya kemiringan sudut dari meriam itu bisa mengarah kemana saja. Mereka bisa menyerang dari atas, bawah dan bahkan belakang. Dan jalur pelurunya juga akan sama. Jadi karenanya, bisa kita bilang kemampuan Rin sangatlah hebat, mau itu dalam 'pergerakan tak terbatas'-nya atau 'putaran meriam seluruh sudut'-nya, dia berhasil mempelajari dasar-dasarnya sampai cukup mahir.

Dan karena dia bisa menggabungkan semua kemampuan dasar itu, dia benar-benar lawan yang tangguh.

(Mungkin aku harus menggunakan radar tingkat tinggi untuk mencari perubahan-perubahan kecil di udara dan mengikuti arah larasnya, tapi itu pasti sangat lambat. Aku bisa mendeteksinya cuma setelah aku tertembak duluan. Jadi aku harus menyerang dia duluan...)

Aku menggenggam 'Yukihira Nigata' ini dengan erat di tangan kananku dan mengingat saat latihan minggu kemarin,


"—'Serangan Barrier Void'?"

Saat aku menanyakan itu kepadanya, Chifuyu-nee pun menganggukan kepalanya.

Setelah pertarunganku melawan Cecilia, Houki dan aku bertanya-tanya kenapa aku kalah.

Meski sudah melihat-lihat di rekaman dari pertarungan IS itu, kami tetap tidak dapat menemukan penjelasan. Karenanya, Chifuyu-nee, yang sudah jengkel karena kami tidak menunjukkan kemajuan, akhirnya menjelaskan kenapa hal itu bisa terjadi.

"Itu adalah kemampuan dari 'Yukihira'. Mau seberapa banyak jumlah shield yang dimiliki oleh lawan, dia tetap bisa menembus shield itu dan memberikan kerusakan langsung ke pertahanan utamanya. Kalau itu terjadi, apa yang akan terjadi, Shinonono?"

"I-Iya. IS-nya akan menyalakan 'pertahanan absolut'-nya, yang akan mengurangi shield-nya dengan sangat drastis."

"Itulah yang terjadi. Aku menjadi Nomor 1 di dunia karena kemampuan dari 'Yukihira' ini."

Walaupun Chifuyu-nee sudah bilang begitu, tetap saja itu adalah hal yang sangat keren. 'Mondo Grosso' itu diselenggarakan 3 tahun sekali, dan orang yang memenangkan turnamen Mondo Grosso yang pertama adalah Chifuyu-nee. Sebagai adik laki-lakinya, perasaanku karena memiliki kakak N° 1 di dunia sangatlah rumit dan memusingkan. Itulah yang sebenarnya kurasakan.

"Kalau begitu, kalau serangan terakhirku bisa kena aku bisa menang?"

"'Kalau bisa kena'. Ngomong-ngomong, menurutmu kenapa kau bisa kalah?"

"Huh? Aku juga gak tahu kenapa bisa begini, tapi itu karena jumlah energi shield-ku menjadi 0, 'kan?"

"Bukannya 'gak tahu kenapa bisa begini', tapi hal itu memang sudah pasti. Memangnya berapa banyak energi yang dibutuhkan untuk menyalakan 'Yukihira'? Apakah kau idiot?"

"...Ah—"

Jadi begitu. Artinya—

"Artinya…energi dari shieldnya diubah menjadi tenaga serangan?"

Houki pun bertanya. Chifuyu-nee kembali menganggukan kepalanya.

"Dengan kata lain, itu adalah suit yang cacat."

—HEY!

"SUIT YANG CACAT!? KAU TADI BARU BILANG KALAU SUITNYA CACAT, BUKAN!?"

*BAM*…sepertinya aku harus lebih berhati-hati tetang sikapku ketika sedang berbicara dengan guru.

"Maksudku bukan benar-benar cacat. IS itu sendiri memang sudah merupakan suatu produk yang kurang lengkap, bukan jelek atau apalah. Maksudku adalah, kalau dibandingkan dengan suit-suit yang lain, Byakushiki itu lebih unik dalam bagian penyerangan. Biasanya suit yang lain punya equalizer, 'kan?"

"Jadi itu, hal itu kau katakan sebagai kecacatan?"

"Dengarkan dulu! Karena seharusnya masih ada sisa tempat untuk equalizer, tempat itu malah digunakan untuk menggunakan 'Yukihira', jadi kekuatan serangannya adalah yang paling kuat dibandingkan IS lainnya."

Sekarang setelah dia bilang itu, aku pun baru ingat.

(Chifuyu-nee dulu juga cuma punya 'Yukihira' saja...)

Dan Chifuyu-nee yang ini adalah orang yang terkuat. Cuma hal itu saja sudah cukup menjelaskan seberapa tidak manusiawi-nya dia. Aku selalu berpikir kalau dia itu sangat menakjubkan, dan sekarang, setelah aku menjadi pilot IS, aku baru sadar seberapa jauh Chifuyu-nee melebihi perkiraanku.

"Lagipula, memeangnya seorang amatiran sepertimu ini bisa bertahan di pertarungan jarak menengah? Menahan recoil, memperkirakan arah tembakann dan menjaga jarak, berhenti tiba-tiba, berbelok dengan cepat…dan juga menghapalkan ciri-ciri dari masing-masing peluru, kondisi udara, efek dari senjata-senjata musuh; itu semua adalah suatu pertarungan penuh strategi…dan masih banyak lagi! Memangnya kau bisa melakukannya?"

"…Maaf."

Aku memang cuma bisa mengakui kesalahan dan meminta maaf. Chifuyu-nee pun menganggukan kepalanya dan berkata,

"Baguslah kau sudah menyadarinya. Kau memang lebih bagus kalau hanya berlatih satu hal saja sampai sangat hebat, karena lagipula—kau 'kan saudaraku."


Setelah itu, aku memfokuskan seluruh latihanku dalam pertarungan jarak dekat dan gerakan-gerakan dasar seperti percepatan darurat pengereman. Dan dengan latihan kendo ku dengan Houki, aku juga belajar segala sesuatu tentang 'pedang' dan apa yang terjadi antara dua pedang.

(Dan yang terakhir adalah…hati yang tak mudah menyerah!)

Diatas kertas, perbedaan kemampuan diantara kami memang sudah sangat jelas. Lagipula, Rin itu sangat berbeda dengan Cecilia kalau dalam pertarungan, dia tenang dan dapat menguasai diri dalam bertarung. Dan musuh yang seperti ini sudah pasti sangat kuat.

Kalau aku harus menggunakan 'sesuatu' untuk menghilangkan perbedaan itu, 'sesuatu' itu pasti adalah 'hati'. Selama hatiku tidak kalah dari siapapun, 'kemauan' itu pasti akan menciptakan sinar penerang dalam kegelapan. Aku pun percaya sepenuhnya dengan hal itu, dan yang tersisa tinggal mencobanya.

"Rin."

"Apa?"

"Aku akan bertarung dengan serius."

Aku menatap Rin dengan tegas. Dia menatapku dengan tatapan penuh makna, mungkin dia kaget dengan sikapku.

"Wh-Wha…emang jelas 'kan…la-lagian, aku lah yang akan memperlihatkan perbedaan dalam kemampuan kita!"

Rin memutarkan kedua pedang 'scimitar'-nya seperti tongkat pemandu sorak sebelum menggenggamnya. Kalau aku, aku kembali ke posisi dimana aku bisa berakselerasi untuk mengurangi jarak antara kami sebelum dia menembak duluan.

Aku baru belajar skill 'ignition boost' minggu ini; kalau aku memperhitungkan waktunya dengan benar, aku tetap bisa menyamai kemampuan dia meskipun dia seseorang yang berlevel Kandidat Perwakilan. Fitur protektif dari pilot IS menjaga pilotnya agar tidak pingsan karena G-Force yang tiba-tiba akibat akselerasi itu.

"WOOOHHH!!"

Karena serangan tiba-tiba ini cuma bisa dipakai sekali saja, aku harus menggunakan kekuatan 'barrier void' dari 'Yukihira Nigata'. Kalau aku tidak bisa merusak setengah dari meriamnya dan menghancurkan sisanya sedikit demi sedikit, aku pasti bakal kalah.

*THOMP* *THOMP* *THOMP* *THOMP!*

"?"

Persis ketika pedang Rin akan mengenaiku, seluruh arena tiba-tiba bergetar karena ledakan. Penyebabnya--bukan karena meriam milik Rin; jarak serangan dan kekuatannya berbeda darinya.

Dan juga, dari tengah arena pun terlihat asap. Sepertinya suara yang dari tadi itu berasal dari gelombang kejut yang dihasilkan oleh 'benda itu' yang berhasil menembus barrier pertahanan arena ini.

"A-Apa yang terjadi...?"

Melalui jalur pribadi, Rin lalu bertanya kepadaku, yang juga sedang bingung karena gak mengerti juga.

"Ichika, pertarungannya dihentikan! Cepat kembali ke zona kontrol!"

Apa pula yang tiba-tiba diomongin oleh Rin? Ketika aku sedang memikirkan ini, sensor berteknologi tinggi dari IS tiba-tiba memberikan peringatan darurat.

--Sumber suara dari tengah arena berasal dari IS tak dikenal. Mengunci arena.

"Haa--"

Arena dan barrier-nya terbuat dari bahan-bahan yang sama dengan IS. Karena tiba-tiba datang sesuatu yang bisa menembus hal itu, tempat ini pun dikunci secara otomatis.

Jadi, dalam kata lain, kita sedang dalam masalah.

"Cepat, Ichika!"

"Apa yang kau mau aku lakukan?"

Karena aku tidak tahu caranya berkomunikasi dengan musuh, dan aku baru pertama kalinya berbicara sambil bertarung lewat alat mengobrol ini, aku pun menanyakan hal itu kepada Rin dengan nada biasa saja.

"Aku akan mengulur waktu untukmu, cepat kabur sana!"

"Nyuruh aku untuk kabur begitu aja…masa aku meninggalkan seorang cewek sendirian?"

"Idiot! Kau 'kan lemah! Mau bagaimana lagi, hah?"

Rin berkata seperti itu tanpa pikir-pikir. Sebagai catatan, karena aku tidak tahu caranya memakai jalur pribadi, Rin pun menggunakan jalur biasa untuk berbicara denganku.

"Tentu saja aku tidak akan bertarung sampai selesai. Kalau dalam situasi tidak normal kayak begini, para guru pasti akan datang untuk mengatasi--"

"AWAS!"

Persis di detik-detik terakhir, aku melompat kearah Rin. Laser infrared pun tertembak kearah dimana kami berada beberapa detik yang lalu.

"Tu-tunggu sebentar, dasar idiot! Lepaskan aku!"

"H-Hey, berhenti gelisah begitu--kau idiot! Stop mukulin aku!"

"Di-dieeem! Berisik tau!"

Walaupun aku punya perisai pelindung, tinjuan seperti meriam yang sedang memukuli mukaku itu bukanlah sesuatu untuk disenangi.

"La-lagipula, kau memegangku dimana sih--"

"Ada yang datang!"

Lupakan Rin, sekarang, setelah kabut asap mulai menghilan, tembakan lain pun datang.

Setelah hampir terkena tembakan itu, akhirnya IS milik musuh mulai mengambang.

"Sejak kapan ada yang seperti ini..."

IS abu-abu itu terlihat abnormal; tangannya panjang yang tidak wajar, karena terjuntai sampai ke waist, dan dia juga tidak punya leher, pundak, atau kepala yang terlihat.

Dan kesimpulannya, dia punya 'armor penuh'.

Biasanya, IS hanya akan mengeluarkan armor untuk beberapa bagian tubuh saja, karena armor penuh itu sangat tidak perlu. Pertahanannya 'kan sudah dilakukan oleh 'perisai energi', jadi penampilan armor itu tidak berguna sama sekali. Tetap saja sih, ada juga sebagian IS untuk pertahanan yang juga bisa bertahan dengan fisiknya, tapi walau begitu, aku belum pernah mendengar ada sebuah IS tanpa 1cm kulit pun yang terlihat .

Dan juga, IS itu memiliki ukurang yang besar, jadi dia bukan IS biasa. Kalau tangannya dihitung juga, panjang benda itu sepertinya lebih dari 2m, dan karena benda itu sangat besar, mungkin lubang jet penggeraknya yang ada di seluruh tubuhnya itu berfungsi hanya untuk menjaga posisinya. Kepalanya memperlihatkan sensor-sensor yang tidak diatur dengan benar. Ada juga 4 lubang di kedua sisi dari tangannya yang membuat dia bisa menembakkan laser.

"Kau itu apa sih?"

"..."

Yah tentu sajalah--itu memang jawaban yang sudah kuperkirakan, tapi sang penyelusup misterius tidak menjawab pertanyaanku.

"Orimura-kun! Huang-san! Tinggalkan arena itu! Para guru akan menggunakan IS mereka untuk menahan benda itu."

Orang yang berbicara melalui siaran radio itu adalah Yamada-sensei. Apakah cuma menurutku saja? Suara dia terdengar lebih serius dari biasanya.

"--Tidak-tidak, kami akan melawannya sampai para guru datang."

IS itu berhasil menembus barrier sekolah kami. Jadi, kalau tidak ada yang akan melawannya, dia mungkin akan menyerang para penonton.

"Gak masalah, 'kan? Rin?"

"Siapa, emangnya kau pikir aku ini siapa? Ta-tapi sebelumnya, lepasin aku! Aku gak bisa bergerak kalau begini!"

"Ahh, maaf."

Setelah aku melepaskannya, Rin langsung memeluk dirinya sendiri sambil menjauhi aku. Uu…memangnya dia benar-benar kesal kalau di sentuh olehku?

"Aku benar-benar minta maaf."

"Orimura-kun? Tidak, kau tidak boleh melakukannya! Kalau ada yang terjadi terhadap para sis--"

Aku hanya mendengar kata-katanya sampai sana. Ketika IS musuh bergerak menyerang kami, aku pun hanya fokus untuk menghindari dia--berhasil.

"Oh, sepertinya musuh kita sangat senang untuk menyerang!"

"Sepertinya sih begitu."

Rin dan aku berdiri di sebelah masing-masing, masing-masing menggenggam senjatanya sendiri.

"Ichika, akan ku lindungi kau dengan shock cannon-ku, jadi kau serang dia. Kau emang cuma punya senjata itu, 'kan?"

"Betul. Ayo kita lakukan."

*CLANG!*, dengan suara itu, kami memukulkan senjata kami. Itu adalah sinyalnya; Rin dan aku melompat ke depan dengan gerakan kombinasi yang baru saja kami rencanakan.



"HALO, HALO? ORIMURA-KUN, KAU BISA DENGAR AKU? HUANG-SAN!!"

Sebenarnya tak ada gunanya berteriak ke jalur komunikasi pribadi IS, itu semua karena Maya sangat cemas sampai-sampai dia lupa hal simpel seperti itu.

Sebagai catatan, orang di sekitar dia pasti berpikir kalau dia itu orang yang aneh.

"Karena dia sendiri yang bilang ingin melawannya, terus kenapa gak kita biarkan saja?"

"A-APA, ORIMURA-SENSEI! KENAPA KAU BISA BERBICARA SEPERTI ITU DENGAN SANTAI SAJA!?"

"Tenang dong, ayo kita minum kopi dulu. Kau cemas karena kau kurang makan gula."

"...Erm, sensei, itu 'kan garam..."

"..."

Tiba-tiba menghentikan tangannya sendiri yang sedang memasukkan garam ke dalam kopi, Chifuyu pun kembali memasukkan benda-benda putih itu kedalam kotaknya.

"Kok bisa ada garam disini?"

"Yah, siapa tahu…? Tapi 'kan ada label yang gede banget bertuliskan 'garam' di situ..."

"..."

"Ah, jadi kau sangat mencemaskan adikmu 'kan? Wajar aja kau membuat suatu masalah--"

"..."

Keheningan yang sangat menyakitkan, benar-benar keheningan yang menyakitkan. Karena merasa sesuatu yang buruk akan terjadi, Maya pun mencoba untuk mengganti topiknya.

"Oh, iya--"

"Yamada-sensei, tolong minum kopi ini."

"Huh? I-it-itu 'kan yang kau masukkan garam tadi..."

"Nih."

Karena sedang menghadapi secangkir kopi (yang ada garamnya) sedang dipaksakan ke arahnya, Maya hanya bisa tersedu-sedu saat menerimanya.

"Kalau gitu a-a-aku ambil ya..."

"Kopi nya masih panas, jadi langsung habiskan sekali teguk saja."

ADA SETAN DISINI!

"Sensei, tolong izinkan aku untuk menggunakan IS-ku! aku bisa mengeluarkannya sekarang juga!"

"Aku juga mau, tapi--liat sini."

Chifuyu mengetuk-ngetuk layar flatscreen itu dan mengubah layar itu menjadi layar intel. Angka-angka yang ada di layar ini sekarang adalah data dari arena ke-2.

"Barrier di atur ke tingkat 4…? Dan semua pintu telah di kunci--apakah ini kerjaan si IS itu?"

"Begitulah. Karenanya, kita tidak bisa mengevakuasi ataupun membantu dia."

Walaupun Chifuyu mengatakan hal ini dengan tenangnya, sebenarnya kalau dilihat lebih dekat lagi, tangannya tidak bisa menahan kecemasannya lagi ketika dia memukul layar itu.

"Kalau, kalau itu yang terjadi, kenapa kita gak minta bantuan dari pemerintah saja, dengan alasan situasi darurat!--"

"Kami sudah melakukannya. Sekarang, para elit yang sudah berlatih selama 3 tahun sedang berusaha untuk memasuki sistem secara paksa. Setelah kita berhasil menyingkirkan pelindungnya, kita akan minta pasukan itu untuk menyerang."

Setelah itu, Chifuyu pun bertambah cemas sampai menyebabkan alisnya bergetar. Karena berpikir kalau hal itu mungkin sinyal bahaya, Cecilia pun menahan amarahnya dan duduk di kursi.

"Huh…jadi kita cuma bisa menunggu..."

"Memangnya kenapa? Kita 'kan tidak akan menyuruhmu untuk ikut serta dalam pasukan penyerang, jadi jangan khawatir!"

"A-Apa katamu?"

"Senjata IS-mu itu lebih cocok untuk mengalahkan banyak suit, jadi kalau kamu menyerang sambil beramai-ramai, kau malahan jadi seorang pengganggu kalau lawannya hanya satu orang."

"Masa begitu! Jadi kau bilang2--"

"Memangnya kamu pernah latihan gabungan? Terus misi apa yang kau lakukan waktu itu? Bagaimana caranya menggunakan senjata wide-area***? Bagaimana konfigurasi dari IS musuh? Apakah kau sudah tahu level berapa musuh itu? Waktu pengoperasian IS--"

"I-Iya aku ngerti! Cukup deh!"

"Humph, baguslah kalau mengerti."

Sambil menampilkan pose 'aku menyerah', Cecilia menggelengkan kepalanya agar Chifuyu tidak melanjutkan kuliah satu jam-nya itu.

"Sigh…aku sama sekali gak senang karena ketidaklayakan ku.."

Karena kelelahan, suara helaan nafas yang sekarang lebih lama dari yang sebelumnya. Lalu Cecilia menyadari sesuatu.

"Eh ada yang aneh? Mana Shinonono-san..."

Sangat berbeda dengan Cecilia, yang sedang celingukan mencarinya, hanya Chifuyu yang menatap tajam kearah yang berbeda. Tapi, tidak ada yang punya waktu atau mood yang cukup untuk menyadarinya.



"Ugh..."

Walaupun aku sudah hampir sekali berhasil memberikan serangan 1 hit kill, tapi tetap saja seranganku mudah dihindari.

Dan ini sudah yang ke-4 kalinya aku gagal.

"Ichika, kau idiot! Bidik yang bener dong!"

"Udah!"

Aku sudah menyerang suit musuh dari sudut dan kecepatan yang normalnya sih tidak mungking untuk dihindari. Tapi, lubang jet penggerak yang berada di seluruh tubuhnya itu sangatlah tidak normal, sampai-sampai dia cuma membutuhkan waktu kurang dari 1 detik agar bisa menghindariku! Dan bagaimanapun juga caranya Rin mengalihkan perhatiannya, dia tetap akan memprioritaskan dan bereaksi pada gerakan tiba-tibaku dan menghindarinya.

(Benar-benar ribet...)

Jumlah shieldku sudah kurang dari 60, aku cuma punya 1 kesempatan lagi untuk menggunakan serangan Barrier Void.

"Lari, Ichika!"

"O-Oh!"

Musuh itu biasanya akan balas menyerang dengan sangat gila setelah menghindari seranganku. Tangan-tangan yang sangat panjang itu meraung-raung sambil berputar-putar mengarah kearah kami bagaikan sebuah gasing. Dia terus menembakkan laser kearah kami sambil berputar dengan sangat cepat, sehingga tidak mungkin bagi kami untuk bereaksi dengan cepat.

"Ahh, sialan! Orang ini benar-benar menyebalkan!"

Rin menembakkan impact cannonnya dengan tidak sabar--tapi, tangan musuh itu tetap saja menahan serangan yang tak terlihat darinya. Dan itu sudah yang ke-7 kalinya.

Bagaimanapun juga, dengan Rin yang membantuku, aku berhasil menghindari tembakan beruntun dari musuh itu. Sepanjang yang kutahu, dia memiliki jarak tertentu dalam menembakkan laser saat berputar, tapi sekarang jaraknya hanya setengah dari sebelum-sebelumnya.

"...Rin, berapa jumlah shield yang tersisa darimu?"

"Sekitar 180."

Itu adalah energi yang tidak bisa digunakan untuk menyerang…atau HP (health points) di game-game. Walaupun dia sudah kehilangan sebagian dari jumlah shieldnya, setidaknya keadaan dia lebih baik daripada ku. Ngomong-ngomong, 'Yukihira Nigata'-ku ini memang benar-benar banyak menghisap energi.

"Bakalan sedikit susah nih…kalau cuma dengan serangan seperti ini saja, kutebak sepertinya hanya ada satu-digit kemungkinan saja kita berhasil menembus shield orang itu dan menghancurkannya, 'kan?"

"Setidaknya bukan 0 'kan."

"Kau memang aneh. Jelashlah kalau lebih banyak kemungkinannya, lebih bagus! Kau pasti selalu mengoceh tentang kalau kesehatan harus di utamakan, kayak kakek-kakek tua, tapi, kau juga tipe orang yang suka beli tiket undian atau main mesin selot, 'kan!?"

"Diam kau..."

Sebagai catatan, aku tidak pernah membeli tiket undian. Aku benar-benar tidak bisa berjudi. Saat sekolah menengah, aku malahan jadi sering mentraktir Gotanda sampai hanya tuhan yang tahu berapa. Humans only have their own savings, and the so-called pensions are just urban legends.

"--Sekarang apa?"

"Kalau bisa kabur, kabur."

"Wha…stop ! Aku 'kan masih seorang calon perwakilan! Gak lucu kalau aku akan kabur dengan ekorku dibelakangku <--chaotic run: metafora mungkin?-->!"

Ternyata mereka memang memikirkan masalah kebanggaan juga dalam memilih calon perwakilan! Cecilia juga pasti akan berbicara begitu.

"Begitukah? Akan ku jaga sisi belakangmu kalau begitu."

"Wha? Ah, mm…makasih--"

Tembakan laser pun hampir mengenai Rin, yang sedang tersipu-sipu untuk suatu alasan tak menentu. Sialan kau, kita 'kan sedang dalam pertempuran. Walaupun kita sedikit ceroboh, kita tetap harus mencoba fokus sebisa mungkin.

"…Kau tahu, Rin, gerakan orang itu mirip seperti sesuatu."

"Sesuatu? Maksudmu seperti gasing?"

"Bukan, tapi penampilan dia mirip seperti--apa namanya? Itu tuh robot yang dibuat oleh pembuat mobil, 'kan?"

"Memangnya ada?"

Jadi kau tidak tahu? Kalo gak salah namanya 'ASI...'[1] sesuatu...

"Bukan-bukan, yah… bukankah dia mirip mesin?"

"IS 'kan emang mesin!"

"Maksudnya bukan begitu! Maksudnya…yakin ada orang di dalamnya?"

"Ah? Tidak mungkin untuk suatu IS tanpa ada seseorang di dalamnya untuk--"

Setelah dia berbicara sampai disitu, Rin tiba-tiba terdiam.

"--Ngomong-ngomong, musuh itu tidak menyerang saat kita sedang mengobrol, 'kan? Sepertinya dia tertarik untuk mendengarkan..."

Bagaikan sedang merenung, Rin mengingat-ingat kembali pertarungan sampai sekarang. Ekspresinya yang keras itu berbeda dari biasanya.

"Tidak, tunggu dulu, di dalamnya pasti ada seseorang. Sebuah IS tidak bisa bergerak tanpa ada seseorang di dalamnya. Memang begitu apa adanya."

Aku sih juga sudah membaca di buku. Sebuah IS tidak bisa bergerak tanpa ada seseorang di dalamnya.

Tapi memangnya itu benar-benar 'benar'? Kalau dengan teknologi terkini, itu bukannya tidak mungkin 'kan. Bagaimanapun juga, kita tidak bisa tinggal diam kalau itu benar.

"Kalau, dan cuma kalau kalau itu suit tanpa orang, apa yang akan kita lakukan?"

"Apa? Memangnya kita bisa menang kalau begitu?"

"Yup, kalau nggak ada orang di dalamnya, kita bisa menyerang tanpa di tahan-tahan lagi."

Tenaga dari 'Yukihira Nigata', termasuk juga 'Reiraku Byakuya', sangatlah tinggi, karenanya, aku tidak bisa menggunakan tenaga penuh ketika latihan atau pertarungan biasa, tapi kalau tidak ada orang di dalam IS musuh, pasti baik-baik saja meskipun aku tidak memperhatikan kemungkinan terburuk.

--Dan aku juga punya rencana.

"Kau tetap saja gak akan bisa mengenainya kalaupun kau berusaha semampu mungkin, 'kan?"

"Berikutnya pasti kena deh."

"How conceited. Walaupun ini tidak mungkin, ayo kita lihat kalau dia benar-benar suit tanpa orang!"

Apakah dia tahu aku punya rencana? Rin pun menyengir dengan berani. Itu adalah ekspresi yang biasanya dia perlihatkan setahun yang lalu, sebuah ekspresi 'kalau kau salah, kau akan mentraktir aku crepes dari toko di depan stasiun!'. Cewek ini benar-benar kejam, berhenti meminta traktiran dari orang yang kerja paruh waktu! Seriusan deh.

"Ichika."

"Hm?"

"Apa yang akan kita lakukan?"

Rin sekarang menampilkan ekspresi 'Aku akan bantu, tapi kalau kita gagal, aku akan…yah kita tinggalkan saja dia'. Kami bertukar pandang; skenario-nya mirip seperti perkataan lama soal 'hati ke hati'.

"Nanti akan kuberi kau aba-aba, dan tembak dia dengan shock cannon sekuat-kuatnya."

"Okay. Tapi kalau aku salah sasaran?"

"Tak apa-apa."

--Aku punya ide sendiri kok.

"Kalau gitu bersiaplah--"

Saat aku sedang menuju posisi menyerang, siaran audio dari arena ini meneriakkan suara yang sangat keras.

"ICHIKA!"

*Tiing*--yang bergema-gema itu adalah suara Houkis.

"A-Apa-apaan kau ini..."

Ketika aku melihat ke ruang audio itu, wasit dan komentatornya sudah terjatuh ke lantai! Pasti mereka terjatuh saat pintunya dibuka olehnya, 'kan!? Dan sepertinya mereka tidak bisa bangun dulu untuk waktu yang cukup lama. Uwahh...

"KALAU KAU SEORANG PRIA…KALAU KAU SEORANG PRIA, MESKI TIDAK MENANG, KAU TETAP HARUS MENGALAHKAN MUSUH SEMACAM ITU!"

Dia berteriak, dan gema *tiing--* berdering dari speaker itu. Aku pun menggunakan sensor hi-zoom untuk melihat kearah Houki dengan zoom 10x, dan aku bisa melihatnya terengah-engah 'ha...ha...' dan pundaknya bergetar. Dia terlihat marah, tapi juga terlihat cemas, benar-benar ekspresi yang luar biasa.

"..."

--Sialan! Saat aku baru menyadarinya, IS musuh sepertinya tertarik dengan suara yang datang dari ruang audio. Sensor-sensornya berplaing dari kami dan malah melihat ke arah Houki.

"LARI, HOUK--"

Ahh, sialan! Karena sudah terlalu lambat, jadi--sepertinya aku cuma bisa melakukan hal ini!

Aku bersiap untuk menyerang dan menyalakan ignition boost. Dilihat lebih dekat lagi, aku bisa melihat senjata meriam musuh telah diarahkan kepada Houki.

"TEMBAK, RIN!"

"A-Aku tahu!"

IS v01 231.jpg

Sambil merendahkan tangannya dan mengeluarkan senjata dari dalam pundaknya, Rin pun bersiap untuk menembakkan impact cannon terbesar dan aku pun mengeluarkan 'sayap energy field' di belakangku sambil bergerak ke depan Rin.

"Tunggu, tunggu sebentar! Kau ngapain, dasar idiot?"

"Gak penting, cepat tembak!"

"Ah, seriusan…aku gak peduli sama apa yang akan terjadi padamu nanti!"

Setelah merasakan reaksi energi yang tinggi dari belakangku, aku menyalakan 'ignition boost'.

'Ignition boost' bekerja seperti ini--energi yang dilepaskan dari sayap-sayap di belakangku akan mengkonsentrasikan dan menekan semua tenaga yang ada sebelum melepaskannya, menggunakan kelembaman yang terjadi untuk menghasilkan percepatan yang tiba-tiba.

Dan itu berarti aku bisa menggunakan tenaga dari luar, dan kecepatan dari 'ignition boost' akan sebanding dengan jumlah tenaga yang di tambahkan tadi.

*THOMP!* Aku merasakan ledakan besar di belakangku. Itu pasti ledakan dari impact cannon. Sambil mendengarkan bunyi retakan di seluruh suitku, aku terus--bergerak cepat ke depan.

"---WOOHHH!!"

'Yukihira Nigata' di tangan kananku ini berkilau-kilau, dan aku bisa melihat bagian tengah nya sedang mengeluarkan sebuah pedang energi yang lebih besar daripada 'Yukihira Nigata'.

--'Reiraku Byakura' bisa digunakan. Pertukaran dari pengeluaran sudah melebihi 90%.

Informasi ini bukan cuma terdengar, tapi juga di mengerti. Saat pertama kalinya aku menyentuh IS, aku bagaikan merasakan seluruh rasa yang ada di dunia, sebuah pikiran yang sepertinya lebih fokus 10 kali lipat…dan yang paling penting, aku merasakan energi bertambah dalam diriku.

(Aku…akan menjaga Chifuyu-nee, Houki, Rin--dan semuanya!)

Satu serangan itu mengenai tangan kanan musuh.

Tetapi, seluruh tangan kiriku berhasil di serang balik. Kalau menurut sumber panasnya, sepertinya musuh ingin menyerang balik lagi dengan laser meskipun dari jarak dekat.

""ICHIKA!!!""

Aku mendengar Houki and Rin berteriak--jangan khawatir. Bukannya sudah kubilang aku punya rencana?

"…Apakah target sudah terkunci?"

"Dengan sempurna!"

Suara itu pun datang. Meskipun kupikir dia kadang-kadang bisa menjadi cerewet, kalau sekarang, suara dia terdengar lebih bisa diandalkan.

Tepat pada saat itu, 4 Blue Tear menembak menembus IS musuh dari kursi penonton.

Benar sekali. Serangan tadi itu baru saja berhasil menembus barrier musuh.

*BAM!* Serangan itu mengakibatkan sebuah ledakan kecil, dan IS musuh pun jatuh ke tanah. Karena sudah tanpa pelindung, musuh seharusnya tidak bisa lagi menahan sedetik saja serangan kombinasi dari Blue Tear.

Walaupun manusia masih dapat memperkirakannya, sebuah suit tanpa awak tidak bisa melakukan fugsi penyerangan yang melebihi apa yang ia tahu. Ada seseorang yang terkenal sepertinya pernah mengatakan kalau keinginan yang bebas adalah keuntungan terhebat dari manusia, dan sepertinya itulah yang terjadi saat ini. Manusia adalah makhluk cerdik yang bisa mengendalikan dengan berbeda-beda dan menggunakan taktik yang tidak bisa dipikirkan oleh robot.

"Nyaris saja."

"Kalau Cecilia yang melakukan sih, mungkin-mungkin saja."

Aku membalasnya dengan nada yang sangat percaya diri. Karena dia adalah musuh yang pernah aku lawan sebelumnya, aku sangat tahu seberapa kuat dia.

Eh tapi memangnya kata-kataku sangat mengagetkan? Respon darinya sepertinya sedikit aneh.

"Be, benarkah…itu, itu 'kan pasti! Lagipula, aku 'kan Cecilia Alcott, kandidat perwakilan dari Inggris!"

Sekarang, obrolan kami dilakukan di saluran privat. Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk berbicara terlebih dahulu dengan seseorang yang sedang aku lawan, karena kalau sebelumnya, aku hanya cukup membalas saja dengan komunikator, bukan bicara terlebih dahulu.

Ternyata rasanya seperti menggunakan bagian kanan belakang kepala dan berbicara dengan telepon.

"Hoo, yah bagaimanapun, ini semua sudah sele--"

--Deteksi oleh IS musuh telah dikonfirmasi! Peringatan! Sedang terkunci oleh IS musuh--

"?"

Tangan kirinya, satu-satunya sisa dari IS itu, sedang mengarah ke arahku dari lantai dengan tenaga maksimum.

Saat lasernya ditembakkan, aku pun melompat untuk menyerang kearahnya tanpa ragu-ragu.

Sambil dikelilingi dengan warna putih, aku bisa merasakan pedangku menembus armornya--


"Uu..."

Setelah terbangun karena semua rasa sakit yang ada di seluruh tubuhku, aku pun membuka mata.

Tanpa mengetahui dimana aku berada, aku melihat ke sekeliling. Sepertinya ini ruang perawatan, dan aku sedang terkapar di kasur.

Di tempat kecil dan sempit ini yang hanya terpisah oleh tirai, keadaan seperti itu membuatku merasa sempit tapi nyaman. Aku terus melihat-lihat sambil kesadaranku berusaha mengerti perasaan-perasaan yang bertentangan ini dan juga berusaha untuk mengetahui apa yang terjadi tadi.

(Hm…apa sih yang terjadi…? Apa yang terjadi setelah aku menyerang--)

"Kau sudah bangun?"

Tirainya pun dibuka. Melakukan sesuatu sebelum dia yakin apa yang terjadi...ahh, dia pasti Chifuyu-nee.

"Tubuhmu memang tidak mengalami cedera yang fatal, tapi banyak sekali memar di seliruh tubuhmu. Kutebak pasti kau berasa seperti sedang tinggal di neraka, yah cepatlah terbiasa."

"Iya..."

Aku masih pusing. Sambil mendengarkan kata-kata Chifuyu-nee, aku masih heran kenapa tubuhku penuh dengan memar. Mataku secara alami melihat ke luar jendela. Langitnya sudah mulai berubah menjadi merah; pasti sudah jam pulang sekolah.

"Kau terkena ledakan terbesar dari impact cannon dan kau malah mematikan pertahanan absolut IS? Aku tidak bisa berpikir bagaimana bisa kau selamat."

Setelah mendengarkan penjelasan Chifuyu-nee, aku masih tetap tidak bisa mengingat apa-apa. Huh? Bukannya pertahanan absolut tidak bisa dimatikan?

"Bagaimanapun juga, untung saja kau selamat. Aku tidak akan bisa tenang sehari-hari kalau ada seorang dari keluargaku yang mati."

Sekarang, ekspresi dari Chifuyu-nee lebih lembut dari biasanya. Sebagai anggota keluarga yang bergantung kepadaku, sepertinya dia cuma bisa menampilkan ekspresi yang seperti itu.

"Chifuyu-nee."

"Hm? Ada apa?"

"Tidak, yah…maaf sudah membuatmu khawatir."

Terkejut karena kata-kataku, Chifuyu-nee pun tersenyum.

"Aku tidak perlu khawatir karenamu, karena kau 'kan gak semudah itu untuk mati. Lagipula, kau 'kan adikku."

Itu adalah jenis kepercayaan yang aneh. Tapi, aku tahu kalau ini adalah cara Chifuyu-nee untuk menyembunyikan kecanggungannya, jadi aku tidak terlalu terganggu.

"Kalau begitu, aku masih ada beberapa urusan untuk di selesaikan. Aku akan kembali bekerja. Kau bisa kembali ke kamarmu kalau kau sudah selesai istirahat."

Chifuyu-nee hanya sekedar mengatakan hal ini saat dia sedang berjalan keluar ruang perawatan dengan cepat. Dia adalah orang yang benar-benar serius dalam kerja; itulah orang dewasa yang ideal menurutku.

"Ah--ahem, ahem!"

Sepertinya seseorang baru saja melewati Chifuyu-nee…atau haruskah kubilang, orang yang pura-pura batuk itu pasti Houki. Aku gak mungkin salah.

*Shua!* Dia menarik tirai dengan kedua tangannya. Tirai yang tadinya setengah terbuka itu sekarang terbuka sepenuhnya oleh Houki...eh, buat apa dibuka sepenuhnya!

"Yo, Houki."

"Hm, nn."

Teman masa kecilku dengan rambut ekor kuda itu menegakkan tubuhnya sambil mendengus kesal.

Bagaimana cara menjelaskannya? Dia gak marah, tapi dia jelas bukan sedang dalam mood yang baik.

"I-Itu, yah, soal pertarungan hari ini..."

"Hm? Ngomong-ngomong, gimana pertarungannya? Itu gak dihitung, 'kan?"

"Ah, ahhh, pasti begitu, karena ada banyak hal yang terjadi."

Betul sih, tapi kapankah pertarungan berikutnya berlangsung? Aku akan sangat senang sekali kalau pertarungannya dilanjutkan setelah aku pulih.

"A-Apa yang sedang kau pikirkan!?"

"Huh?"

I suddenly got scolded. Kenapa dia marah? Apakah dia benar-benar marah? Sepertinya dia pura-pura marah untuk menyembunyikan emosinya yang lain.

"AKu sudah bilang padamu untuk menang…tapi kau bisa tinggalkan saja dia untuk diurus para guru, 'kan? Pernahkah kau mendengar 'kePeDean hanya akan menyebabkan kehancuran'?"

"Ah, jadi aku menang?"

"Jangan bilang-bilang menang lagi!"

Kenapa sih dia?

Hauki terus terengah-engah dan bahunya bergetar-getar. Kenapa sih kau sangat marah--ah!

"Apakah kau khawatir padaku?"

"Ten, tentu saja tidak! Siapa juga yang mau mengkhawatirkanmu?"

Jadi kau tidak khawatir…setidaknya khawatir sedikit kenapa! Kau 'kan teman masa kecilku!

"Ba-bagaimanapun juga! Kau bersyukur karena latihan yang kau lakukan, 'kan!? Kita akan lanjutkan lagi, ngerti!?"

"Ah--okay, okay, aku mengerti."

"Bagus sekali…aku akan kembali ke kamar."

Tidak nungguin aku? Benar-benar teman masa kecil yang dingin.

"...Ichika."

"Hm?"

"Em, saat kau sedang bertarung…kau terlihat, terlihat, terlihat..."

Lucu?…Atau semacamnya?

"Keren…bu-bukan apa-apa!"

Aku tidak bisa mendengar bagian awalnya dengan jelas, tapi karena dia bilang bukan apa-apa, pasti bukan apa-apa, 'kan? Akan kuanggap bukan apa-apa!

"Baiklah kalau begitu."

Houki berjalan keluar dari ruangan dengan tergesa-gesa bagaikan dia sedang kabur dari sini. Mau bagaimanapun juga, ingat untuk menutup pintu! Dan juga, kalau boleh, semoga dia mau menarik tirainya lagi untukku!

"Hooo…aku ngantuk sekali..."

Aku pun terus tertarik ke dalam tidur nyenyak, mungkin karena kelelahan. Tanpa melawan lagi, tubuhku pun tidur sendirinya dengan nyaman di kasur itu.

"..."

Hm? Ada apa ya? Sepertinya seperti ada orang yang sedang bernapas di atasku dan orang itu sepertinya sangat dekat denganku. Siapa dia? Ngomong-ngomong, sudah berapa lama aku sudah tidur? Sekarang jam berapa?

"Ichika..."

"Rin?"

"Uu?"

Aku tahu pasti suara itu milik Rin, tapi aku sangat kaget saat aku membuka mata--muka Rin hanya berjarak 3cm dari mukaku.

"…Ngapain kau?"

"K-K-Ka-Kau-Kau sudah bangun?"

"Aku terbangun karena suaramu. Kenapa kau tiba-tiba ketakutan?"

"A-Aku gak panik! Berhenti ngomong yang enggak-enggak, idiot!"

Apakah orang ini memang orang yang selalu mengakhiri setiap kalimat dengan kata 'idiot' kata pelengkap? Sepertinya terlalu berlebihan kalau mengatakannya terlalu sering! Peranan yang aneh tapi gagal tidak akan berakhir dengan baik!

"Ah--betul sekali, kudengar pertarungannya di anulir!"

"Jelas lah!"

Karena dia sedang duduk di sebelahku di kasur, maukah Rin mengupaskan aku sebuah apel? Walaupun aku gak melihat ada apel...

"Ah!"

"A-Apa?"

"Jadi hasilnya apa!? Kita belum mengkonfirmasikan pertarungan ulang, 'kan?"

"Itu sih nggak masalah!"

"Huh? Kenapa?"

"Bagaimanapun juga, itu nggak masalah!"

Alasan yang benar-benar konyol. Tapi karena dia sudah bilang begitu, akan kudengarkan saja! Tapi masalah ya masalah, pria harus tetap pilih kasih untuk beberapa hal.

"Rin."

"Apa?"

"Soal itu…ya, aku minta maaf, soal banyak hal…maaf."

Aku pun merendahkan kepalaku untuk meminta maaf dengan jujur. Apapun yang terjadi, atau apapun yang akan terjadi, kalau aku menyadari suatu kesalahan, aku tetap harus meminta maaf.

Melihatku sedang seperti ini, Rin pun menampilkan ekspresi terkejut sebelum akhirnya kembali.

"Aku terlalu gelisah saat itu…nggak masalah kok sekarang!"

Sepertinya dia memaafkanku dengan sukarela. Bahkan teman yang sangat dekat pun harus mengikuti aturan, karena aku juga tidak ingin kehilangan ikatan yang kumiliki dengan yang lain.

"Ah, aku ingat."

Untuk suatu alasan, janji yang kubuat dengan Rin tiba-tiba muncul di kepalaku. Kalau tidak salah, kita saat itu sedang kelas 6. Tempatnya yaitu ruang kelas, dan seperti sekarang, saat itu juga sedang hampir tenggelam matahari.

"Lebih tepatnya, janjinya adalah 'kalau kemampuan memasakku tambah baik, kau akan memakan daging babi asam manis ku setiap hari', 'kan? Atau semacamnya? Jadi gimana? Apakah kemampuan memasakmu bertambah baik?"

"Huh? Ah, erm..."

Rin sepertinya kehilangan kata-kata saat melihat ke sekeliling dan menganggukan kepalanya. Apakah hanya imajinasiku saja? Mukanya sepertinya terlihat sangat merah.

"Walaupun aku baru kepikiran soal itu, janji itu pasti tidak punya arti yang lain, 'kan? Aku selalu berpikir kalau kau akan mentraktir ku makanan gratis--"

"Be-betul sekali! Kau mengingatnya dengan sangat benar! Kalau, kalau aku meminta orang lain untuk memakan masakanku, bukankah kemampuan memasakku jadi bertambah? Jadi…itu, itu betul kok!"

Rin tiba-tiba rattled off bagaikan machine-gun. Aku berasa seperti terdorong oleh momentum darinya.

"Begitu. Huh, kukira janjinya yang mirip sama 'minum sup miso setiap hari~!' Untung saja enggak, sepertinya aku kepikiran yang aneh-aneh."

"..."

"Rin?"

"Huh, betul, betul itu! Kau kepikiran yang aneh-aneh! Ah ha, ahhahahaha!"

Tertawa dengan sikap yang aneh, Rin sepertinya sedang mencoba untuk menyembunyikan sesuatu. Tapi kalau dia memang sengaja untuk menyembunyikan sesuatu, tak perlu kita cari tahu!

Ngomong-ngomong, masih ada sesuatu yang ingin aku katakan padanya,

"Apakah kau akan membuka kembali tokomu? Masakan ayahmu 'kan hebat, aku mau lagi!"

"Ah…soal itu, tokonya…tidak akan dibuka lagi."

"Huh? Kenapa?"

"Karena orangtuaku bercerai..."

…Apa? Bukannya mereka itu pasangan yang saling mencintai? Ada apa?

Tapi sepertinya itu bukanlah lawakan. Setelah melihat muka Rin yang sangat kosong, aku pun putus asa soal apa yang akan kukatakan.

"Itulah kenapa aku kembali ke Cina."

"Jadi begitu..."

Sekarang aku baru ingat, saat itu, emosi Rin sangatlah tidak stabil. Dulu, sepertinya dia ingin menyembunyikan sesuatu karena biasanya dia sangat ceria. Aku sellu berpikir kalau itu aneh.

"Sederhananya, ibuku lah yang menjadi perwalianku. Sekarang, dalam aspek apapun, perempuan memang lebih hebat, dan mereka diperlakukan lebih baik, jadi..."

Kupikir dia akan berusaha untuk meyakinkanku, tapi nada suaranya malah mendalam.

"Sudah setahun aku tidak melihat ayahku. Aku tebak pasti dia masih penuh semangat!"

Aku tidak tahu mau bilang apa pada Rin, fakta bahwa orangtua Rin bercerai sudah meninggalkan dampak yang dalam padaku.

Pasti suatu hal yang buruk bagi sebuah keluarga untuk berpisah, tapi pasti ada sesuatu yang membuat mereka berpisah!

Aku kembali mengingat paman yang tenang dan suka bercanda dan bibi yang penuh semangat.

Kenapa--kenapa jadi seperti ini?

Tapi aku tidak bisa bertanya itu pada Rin, karena dialah yang paling terluka karenanya daripada orang lain.

"Setiap keluarga punya rahasianya sendiri[2]."

Aku…tidak tahu orang seperti apakah kedua orangtuaku. Bagiku, yang cuma punya Chifuyu-nee sebagai keluarga, aku tidak benar-benar mengerti soal perasaan dalam kata-kata Rin.

"Soal itu...Rin."

"Hm? Ada apa?"

"Kita mau jalan-jalan kemana nih lain kali?"

"Ha? Maksudmu ini, sebuah kenca--"

"Aku bakal minta Gotanda untuk ikut juga. Kita 'kan belum pernah ketemu untuk waktu yang lama."

"..."

"Aku gak ikut."

Rin menggembungkan pipinya saat sedang mengatakan itu. Apa! Aku baru aja mengajakmu! Kau ini memang benar-benar tidak mengerti pentingnya menjadi seorang teman!

"Kalau, kalau kalian berdua saja yang mau jalan-jalan, kalau kau mau aku untuk menemani saja, itu juga--"

*BAM!*, pintu ruang perawatan tiba-tiba terbanting.

"Ichika-san, bagaimana badanmu? Aku datang untuk merawa--ah!?"

Saat melangkah masuk, Cecilia pun langsung berhenti saat melihat Rin di kasur.

"Kenapa kau…? Ichika 'kan dari Kelas 1, dia tidak perlu didatangi oleh seseorang dari Kelas 2, 'kan?"

"Ngomong apa kau? 'Kan tidak apa-apa karena aku teman masa kecilnya! Justru kau yang orang asing!"

"A-Aku teman sekelasnya, jadi tidak apa-apa! Dan aku 'kan sekarang pelatih spesial-nya Ichika-san!"

Dia baru saja menekankan pada kata 'spesial'. Tapi, saat Cecilia bilang 'karena aku kandidat perwakilan', dia baru saja gali lubang kuburannya sendiri.

"Kalau begitu aku juga akan menjadi pelatih spesialnya juga dari besok, aku juga kandidat perwakilan."

"Itu, itu saja 'kan tetap tidak boleh?!"

"Kenapa? Memangnya ada alasan lain? Ichika setuju, 'kan?"

"Enggak, kau nggak boleh! Iya 'kan, Ichika-san!?"

Kenapa kau tanya padaku? Sejujurnya, aku sih tidak apa-apa diajari oleh siapapun, yang penting aku diajari tentang IS...ah, Rin pasti lebih baik, bukan? Walaupun dia campurang petarung jarak jauh/dekat, tapi dia punya tipe energi yang sama denganku.

"Rin pasti lebih cocok."

"Wha...?"

"Humph, iya 'kan?"

"Karena kita berdua tipe power."

"..."

"..."

Aneh? Kenapa mereka membelalakkan mata mereka? Memang tidak ada alasan lain, 'kan?

"Betul sekali! Itu hanya karena kalian berdua sama-sama tipe power, 'kan? Tapi, jangan khawatir! Walaupun aku, Cecilia Alcott, adalah seorang tipe jarak menengah, aku tetap akan menjadi pelatih spesial yang sangat baik untuk Ichika-san!"

Dan sekarang dia menekankan pada kata 'hanya'.

Apakah ini yang membuat Rin merasa tidak enak? Sekilas, dia terlihat marah. Atau lebih tepatnya, dia memelototi aku. Eh? Apakah aku yang menjadi masalahnya disini?

"Okay, ayo kita analisa pertarungan hari ini! Hanya kau dan aku."

"Ngomong apa kau! Ichika 'kan bertarung bersamaku, pastilah dia akan menganalisanya dengan ku! Emangnya kau ini idiot!?"

"Id...? Humph, karena itu, orang tak berkelas sepertimu memang menyusahkan."

"Setidaknya mereka lebih baik daripada orang yang sok anggun."

"Apa kau bilang!?"

"Apa?"

Ah, kepribadian kedua orang ini memang sangat tidak cocok…atau lebih tepatnya, kenapa Cecilia nggak setidaknya sedikit ramah kepada Houki atau Rin--meski aku bilang begitu, karena dia tidak ramahlah ini terjadi!

(Ahh, beneran deh…aku hanya ingin kembali ke kamarku dan tidur…atau lebih tepatnya, aku pengen mandi...)

Mereka benar-benar mengabaikan masalahku. Tepat ditengah-tengah mereka yang sedang bertengkar, aku pun menghela nafas.



50m dibawah tanah sekolah adalah tempat rahasia yang hanya orang dengan otoritas tingkat 4 saja yang bisa masuk.

IS yang sudah tidak berfungi lagi itu langsung dikirim kesini. Dalam dua jam ini, Chifuyu terus-terusan untuk menonton kembali pertarungan tadi.

"..."

Lampu di ruangan itu mati,. dan muka Chifuyu, yang diterangi oleh lampu layar, terlihat sangat dingin.

"Orimura-sensei?"

Sebuah jendela pop-up tiba-tiba mucul di layar. Gambar yang muncul di pop-up tersebut menampilkan Maya, yang sedang memegang laptop layar datar.

"Kau boleh masuk."

Setelah diperbolehkan masuk, dan ketika pintunya terbuka, Maya pun masuk dengan lebih semangat dari biasanya.

"Analisis dari IS itu sudah selesai."

"Ah, jadi bagaimana?"

"Ya, benda itu adalah--sebuah drone tanpa awak."

Masih ada teknologi IS yang masih dikembangkan oleh dunia, dan antara atau keduanya dari teknologi ini--kendali jarak jauh, gerakan mandiri lah yang digunakan untuk mengendalikan benda ini. Ini adalah fakta yang semua orang yang berhubungan dengan Akademi diminta untuk tutup mulut.

"Kami masih tidak tahu bagaimana dia dikendalikan. Intinya sudah terbakar oleh serangan terakhir Orimura-kun, dan sepertinya kita tidak bisa memperbaikinya."

"Intinya?"

"…Intinya bukan salah satu yang di registrasi."

"Benarkah?"

Chifuyu lalu menggumamkan 'sudah kukira'. Melihatnya berkata begitu dengan sikap yang sangat percaya diri, Maya pun memberikan tampang terkejut.

"Sudahkah kau kepikiran tentang sesuatu?"

"Tidak, tidak ada. Tidak ada--untuk sekarang ini."

Setelah berkata itu, Chifuyu pun kembali berpaling untuk melihat ke gambar di layar lagi.

Dan itu bukanlah ekspresi seorang guru, tapi lebih ke ekspresi seorang pejuang. Ekspresi itu akan membuat orang-orang kembali kepikiran tentang 'pilot legendaris' yang dulu merupakan terbaik di dunia; tetapi, mata-mata yang tajam dari Chifuyu itu sebenarnya hanya sedang menatap gambar yang ada di layar.


"Kau lambat sekali!"

Itu adalah kata-kata yang pertama yang kudengar sesaat setelah aku kembali ke kamar. Apakah teman masa kecilku ini seorang setan?

"Apa sih yang kau lakukan? Beneran deh…aku sudah menunggumu dengan perut yang lapar!"

"Sudah menunggu ku--huh, apa? Kau belum makan malam?"

"'KAN SUDAH KUBILANG AKU NUNGGUIN KAMU!"

Tidak, kau 'kan bisa makan duluan…walaupun aku mau bilang begitu, aku tidak berbicara begitu karena itu pasti akan membuat Houki marah! Hm, aku 'kan masih belajar soal itu!

"Kalu gitu ayo kita ke kafetaria! Sekarang sudah hampir waktunya mereka tutup."

"Tu-tunggu!"

Houki menghentikanku persis saat aku keluar. Apa yang terjadi? Sekarang sudah nggak ada waktu lagi, memangnya ada yang sangat penting? Sebagai catatan, kafetaria nya tutup saat jam 8, kita bahkan tidak bisa memesan anchovies setelah jam segitu.

"Ha-hari ini, aku, itu...erm..."

"Hm? Apakah aku mencium makanan?"

Dan sepertinya makanan itu baru saja dimasak. Sekarang, indra penciumanku 20% lebih kuat, karena perutku kosong.

"Sepertinya ada sesuatu di meja…ohh? Itu 'kan nasi goreng? Ada apa?"

Ada harum yang sangat ajaib di nasi goreng itu. Itu adalah harum dari nasi goreng yang di goreng dengan minyak wijen. Harum itu menambah selera makanku.

"A-Aku…yang masak."

"Apa? Beneran?"

"Kenapa kau kaget banget?"

Gak, yah, itu memang mengagetkan...

Tapi fakta kalau yang dia masak bukanlah masakan Jepang membuatku lebih kaget. ANgin apa yang berhembus hari ini!? Apakah dia bakalan meminta uang dariku? Jangan khawatir, aku tidak bawa uang.

"Ka-kau mau makan atau tidak; mau pilih yang mana?"

"Yah, aku makan sih, tapi…kok kamu marah?"

"E-Enggak kok!"

Dia terdengar marah, tapi sepertinya dia tidak marah. Tapi karena dia bilang begitu, dia pasti nggak marah, 'kan? Dengan percaya sebelum mencurigai orang, inilah dasar dari membangun hubungan manusia.

"Bagaimanapun juga, boleh aku makan?"

"Cuci tangan dulu. Dan juga, kumur-kumur dulu."

Sepertinya yang sudah kau harapkan dari Houki, dia memang orang yang sangat mementingkan budaya. Walaupun aku tidak bisa bilang budaya itu adalah pengetahuan umum, karena orang-orang dari semua umur yang kurang rasa pedulinya dengan budaya sudah semakin bertambah, hal itu sudah tak bisa dibilang sebagai pengetahuan umum lagi.

Karena hal itu adalah hal yang biasanya aku lakukan meskipun tidak disuruh, aku tidak akan melakukannya dengan lama, dan akupun menyelesaikannya dengan cepat.

Saat aku keluar dari kamar mandi, Houki sudah di meja menyuruhku untuk duduk. Aku pun duduk dengan perlahan dan menempelkan tangan untuk berterima kasih.

"Kalau begitu, itadakimasu."

"Hm, silahkan saja. Makanlah sebanyak yang kau mau."

Aku pun mulai menelan makanan itu.

"..."

"Bagaimana? Enak?"

Houki terlihat gembira, tapi aku belum memberikan jawaban yang pasti.

"Rasanya…hambar."

Houki langsung mengambil sendok keramik dari tanganku dan memakan sesendok besar dari nasi goreng itu.

"…Rasanya hambar."

"Iya 'kan?"

Kalau dari penampilannya…itu sih sebenarnya cuma nasi goreng biasa, tapi aku tidak bisa merasakan rasanya. Kenapa bisa begitu? Sepertinya, dia kurang memasukkan bumbu--enggak, mungkin dia enggak memasukkan bumbu sama sekali. Kalau begitu, aku kagum karena dia bisa memasaknya sampai warnanya bagus sekali. Apakah warna coklat sedikit gosong yang meningkatkan selera makan itu sejenis sihir?

"Ini, ini cuma sebuah kecelakaan kecil…betul sekali! Biasanya, aku gak pernah lupa memasukkan bumbu!"

"Enggak, lupa memasukkan bumbu itu gak boleh sering terjadi."

"Berisik kau! Kalau gak mau, aku saja yang makan!"

"Aku gak bilang begitu! Sini, berikan aku sendoknya."

Aku mengambil sendoknya dari Houki yang sedang marah dan mulai melahap nasi gorengnya. Meskipun nasi gorengnya hambar dan aku tidak bisa terlalu menikmatinya, aku tetap mengunyahnya dengan hati-hati sebelum menelannya.

Meskipun rasanya hambar, aku tetap harus berterima kasih kepada orang yang membuatnya secara pribadi. Bukan pria namanya kalau menyisakan makanan!

"Terima kasih makanannya."

Setelah menghabiskan nasi itu, aku pun menaruh sendoknya dan merapatkan tanganku untuk berterima kasih.

"..."

"A-Apa?"

Houki pun menatap tanpa kata padaku sambil memperlihatkan ekspresi yang susah untuk dijelaskan--suatu ekspresi yang memiliki banyak emosi, tapi tidak terlalu juga.

"Ja-jangan salah!"

"Apa?"

"Hari ini, itu, tadi…cuma kecelakaan, kejadian yang sangat jarang dimana aku gagal memasak. Biasanya sih, aku berhasil!"

Benarkah? Aku tidak terlalu tahu, tapi setidaknya aku bisa mempercayainya…tapi, sekarang sepertinya pertama kalinya aku melihat Houki memasak. Tapi sekali lagi, terakhir kali kami ketemu adalah saat kelas 4, jadi itu sih tidak terlalu aneh.

"Tapi kenapa masakan Cina? Bukannya kamu lebih hebat kalau masakan Jepang?"

"Jenis, jenis-jenis masakan itu bukan dipisah menurut negaranya, aku cuma ingin membuktikan itu."

Tapi karena kau gagal, akhirnya kau gak bisa membuktikannya, 'kan!? Lagipula ini 'kan makanan yang tidak punya kebangsaan!

"Ta-tapi, bagaimanapun juga, kalau kau gak senang, aku bisa memasaknya dan bukan kau."

"KAU, KAU GAK MAU MAKAN APA YANG KU MASAK UNTUKMU!?"

"Enggak, aku gak pernah bilang begitu…kau kenapa sih? Kau sudah bertingkah aneh sampai sekarang!"

"…Aku bilang aku mau memasak untukmu setiap hari..."

Apa yang terjadi dengan suara raungan yang tadi-tadi itu? Houki pun tiba-tiba meringkuk kembali dan menggerakkan mulutnya dengan halus. Tentu saja, aku tidak bisa mendengar apa yang dia bilang.

"I-ini semua salahmu! Kau membuat janji dengan seseorang, bagaimana rencanamu untuk menyelesaikannya?"

"Janji…apakah soal Rin? Aku sudah menyelesaikannya kok!"

"A-Apa...?"

"Kubilang 'aku sudah menyelesaikannya'. Aku minta maaf ke dia, dan dia memaafkanku."

"..."

Kenapa kau terlihat sangat curiga, memangnya aku tidak bisa dipercaya?

"Itu 'kan bukan sesuatu yang bisa diselesaikan cuma dengan minta maaf!"

"Bukannya sudah kubilang aku sudah menyelsaikannya!?"

Kenapa orang ini keras kepala banget? Konyol sekali!

"Lagipula, sejak kapan janji seumur hidup bisa diselesaikan semuda--"

Suara yang bagaikan machine gun marah dari Houki itu pun tergantikan dengan suara terbukanya pintu.

"Apakah Shinonono-san and Orimura-kun ada?"

Respon yang lambat itu pasti dari Yamada-sensei, saat dia membuka pintu dengan paksa. Benar 'kan! Itu dia.

"Ada masalah apa, sensei?"

"Oh, kalian harus berganti kamar."

"Apa?"

Ganti ruangan? Yamada-sensei? Ini 'kan kamar untuk dua orang!

"...Sensei, tolong beri tahu kami apa yang terjadi."

"I-Iya! Maaf!"

Tatapan tajam dari Houki menyebabkan Yamada-sensei menyusut ketakutan seperti hewan kecil. Serius, berhenti menggertak dia, dia itu guru!

"Baiklah, maksudku yang harus berganti kamar adalah Shinonono-san. Kamarnya sekarang sudah diatur, jadi kaliang berdua tidak perlu tinggal bersama dari sekarang."

Tidak perlu tinggal bersama-oh, Yamada-sensei bijak juga ya.

"Ichika!"

"Oh, ohh!"

Ketahuan lagi! Kenapa, kenapa sih?

"Akan kubantu juga kok. Cepatlah dan bersiap-siap!"

"Tu-Tung-Tunggu sebentar, apakah aku harus pindah sekarang?"

Houki baru saja berkata sesuatu yang luar biasa, dan Yamada-sensei pun berkedip karena terkejut, mungkin karena tidak memperkirakannya.

"Itu…itu betul. Pasti akan ada banyak masalah 'kan kalau seorang cowok dan seorang cewek untuk tinggal bersama dalam ruangan yang sama. Lagipula, Shinonono-san, kau tidak pernah bisa santai, 'kan?"

"Enggak kok, soal itu, aku--"

Houki kembali tergagap saat dia melirik kearahku--ahh, begitu ternyata! Jadi itu alasannya.

"Tidak usah pedulikan aku. Jangan cemas, aku akan bangun dan gosok gigi dengan teratur meski tidak ada Houki."

"--!"

*PA!*...huh, itu aneh? Sepertinya aku mendengar sesuatu yang aneh, seperti akan ada orang yang menjadi gila atau semacamnya...

"SENSEI, AKU AKAN PINDAH SEKARANG!"

"O-Oke! Kalau begitu ayo mulai!"

Saat Houki memintanya, badan Yamada-sensei pun bergetar kembali.

"Boleh kubantu?"

"GAK PERLU!"

Wah, dia benar-benar marah, bagaikan sebuah katana yang bisa mengiris hanya dengan disentuh. Sepertinya aku harus diam dulu.

"…Aku sudah sangat mengkhawatirkanmu, tapi kau malahan..."

Dia bergumam bagaikan kemarahan bercampur dengan kata-katanya, tapi hanya begitu saja. Seperti yang diharapkan dari Houki, pengepakan barang-barangnya selesai kurang dari satu jam.

"Umm..."

Karena orang yang hidup bersamaku tiba-tiba pergi, kamar ini sepertinya berasa seperti dua kali lebih besar.

Ngomong-ngomong, benar-benar sepi ya kalau kita sendirian.

Kalau boleh, aku benar-benar ingin mandi. Tapi, hal yang menyedihkannya adalah mereka masih mengatur jadwal waktu untuk cowok/cewek--Aku masih ingat muka Yamada-sensei saat dia bilang dia akan coba menyelesaikan hal ini dalam bulan ini juga.

(Tapi kalau soal itu…karena IS, aku bersatu kembali dengan Houki dan Rin, dan bertemu Cecilia…itu benar-benar luar biasa.)

Orang-orang biasanya bilang 'takdir diantara orang-orang itu sulit untuk dijelaskan', dan sebenarnya, takdir itu lebih penuh khayalan kalau dibandingkan dengan novel, dan light novel itu lebih banyak penggambarannya daripada novel--aku tidak akan melanjutkan, itu terlalu berlebihan.

"…Ayo tidur!"

Aku pun mandi, menggosok gigi dan memakai baju tidur. Sebagai catatan, baju rumahku adalah baju tidurku juga. Okay, ayo tidur!

*THOMP* *THOMP!*

WAH! Tinju siapa itu sekarang! Aku langsung melompat keluar dari kasurku dan berlari ke pintu.

"Iya, siapa disana--"

"..."

Orang yang berdiri di depan pintu dengan muka tak senang itu adalah Houki.

"Ada apa? Kau kelupaan sesuatu?"

"..."

Houki tidak menjawab. Dia kembali terlihat tidak senang, bagaikan dia adalah bom waktu dengan tingkat bahaya yang tidak diketahui dan punya waktu tinggal 5 menit lagi…yah, aku belum pernah menonton film begituan.

"Ada apa? Masuk dulu!"

"Gak perlu, aku disini saja."

"Beneran?"

"Iya."

"..."

"..."

Oi!

"...Houki, kalau gak mau ngomong apa-apa, aku mau tidur."

"TENTU, TENTU SAJA ADA APA-APA!"

Houki tiba-tiba berteriak, membuatku takut. Kau akan dimarahi kalau berteriak sekeras itu di koridor--oleh pengawas asrama yang seperti setan itu.

"Bu-bulan depan, di turnamen divisi individual…"

Turnamen itu seharusnya diadakan pada bulan Juni, dan hal itu sepertinya berbeda dari turnamen wakil kelas; itu adalah turnamen individual untuk siapa saja. Kecuali fakta bahwa para pendaftar akan diurut berdasarkan tahun siswa tersebut, tidak ada persyaratan-persyaratan spesial lainnya. Tapi, fakta kalau siswa yang memiliki IS personal punya keuntungan yang sangat besar belum berubah.

"Kau akan jalan-jalan denganku!"

"Kalau, kalau aku menang--"

Houki pun tersipu-sipu sambil melanjutkan. Untu suatu alasan, dia sepertinya tersipu-sipu saat dia melihatku.

"Ka-Kau akan jalan-jalan denganku!"[3]

Houki menunjuk kearahku dengan sungguh-sungguh.

"…Apa?"

Tentu saja, sekarang ini, aku sedikit pusing, tapi ini sepertinya seperti pernyataan perang. Sekarang, andai saja aku bisa tahu siapakah yang ditujukan oleh pernyataan itu--





Catatan Penerjemah[edit]

  1. Maksudnya ASIMO, robot yang diciptakan oleh Honda Motors.
  2. Aslinya "Every family has their own skeleton in the closet", metafora dalam bahasa inggris.
  3. Kata yang dipakai (dalam bahasa Inggris maupun Jepang-nya) Houki bisa dipakai untuk: 1. Mengajak seseorang kencan, atau 2. Meminta seseorang untuk menemani si peminta ini ketika dalam suatu tugas.


Mundur ke Bab 3 Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Catatan Pengarang