Konjiki no Master(Indo):Arc 1 Chapter 37

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 37: Ibukota Gabranth, Passion[edit]

"Ada apa?" ucap Aquinas, Rank 1 Cruel.

Tepat di depannya adalah Maou-sama, Eveam, sedang menghela nafas.

Aquinas telah mendengar tentang keputusan Eveam, tetapi dia tidak tahu apa tujuannya. Sang Maou-sama, Eveam menatapnya dengan seksama dan berkata, "Aku ingin minta sesuatu darimu, Aquinas."

Kiria juga ada di samping Maou juga menatapnya.

"Aku memiliki beberapa hal yang aku urus, tapi sepertinya kau sudah membuat keputusan." (Aquinas)

Ada kilatan tekad di matanya, jelas bahwa apapun yang ia katakan setelah ini sangat berkaitan dengan perang yang akan datang.

"Katakan jika Anda sudah menginginkannya...." (Aquinas)

"Yah, ini ..."

.

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

.

Aquinas mendengarkan dengan diam dan segera setelah melebarkan matanya karena terkejut. Memikirkan bahwa Maou akan mengatakan hal seperti itu.

"Aku mengerti, itu adalah sesuatu yang pasti Anda lakukan, Maou-sama?" (Aquinas)

Aquinas menerima permintaan itu seperti sedang meminum obat pahit. Maou mengatakan hal itu bagaikan tak ada solusi lain selain menyerah atau menyerang.

"Sebenarnya, ini adalah sesuatu yang sesuai dengan kepribadianmu.." (Aquinas)

Ini juga salah satu cara yang Aquinas pertimbangkan sebelumnya.

"Apakah kau bisa melindungi rahasia ini?" (Maou)

Kepribadiannya mempercayai orang lain adalah kelemahan dan kekuatannya. Kepribadian itu tetap bersamanya ketika dia masih kecil, dan dia tidak pernah kehilangan itu hingga kini.

Meski begitu, Aquinas menilai jika itu cara Maou-sama melindungi orang-orang yang ia kenal.

"Bagaimana menurutmu Aquinas?"

Sang Maou tidak yakin dengan dirinya sendiri, tetapi dia merasa dia sedang mengeluh dan menyampaikan niatnya kepadanya.

"Aku pikir, walaupun keputusan itu tidak akan menyelesaikan apapun?" (Aquinas)

"Meskipun demikian, itu adalah keputusanku." (Ratu)

“……………….” (Aquinas)

Aquinas mengembalikan pandangan kepada Maou. Dia tahu, bahwa apa pun yang dia katakan sejak saat ini dan seterusnya tidak akan mengubah keputusannya.

Menarik, apa yang terjadi pada Maou saat dia menjalankan keputusan ini, akan menjadi penentu ke depannya, pikir Aquinas.

"Baiklah, tolong beri aku perintah" (Aquinas)

Menanggapi kata-kata itu, Eveam menarik nafas dalam-dalam. Karena jika dia mengatakan sesuatu seperti itu, maka jelas bahwa dia setuju dengannya dan akan setuju dengan keputusannya.

"Kamu sekarang Maou-sama, bukan?" (Aquinas)

Eveam merasakan kebahagiaan dari kata-kata itu. Kilia juga sedikit tersenyum di belakangnya; dia juga bersukacita dengan jawabannya.

“… Maafkan karena membuatmu menunggu, tolong bantu aku, Aquinas!” (Ratu)

Aquinas membungkuk dengan satu lutut dan berkata, "Dengan senang hati, Putri..." (Aquinas)

Dengan ini mungkin, Gabranth, dan Evila mungkin akan saling mengerti. Jujur saja hal itu sama sekali tidak pasti, tetapi mari kita rayakan untuk saat ini.

.

.

Ibukota Kerajaan Binatang, Passion. Di pusat kota ini ada sebuah pohon raksasa bernama, [Tree of Origin, Aragon]. Seluruh kota tampaknya berkembang dari sana.

Itu benar-benar berbeda dari kota buatan manusia. Semua rumah terbuat dari pohon. Penduduk hanya melubangi pohon dan tinggal di sana.

Ada juga sungai yang mengalir melewati kota. Bahkan ada ikan kecil yang berenang santai di dalamnya. Kota ini tampaknya dibangun selaras dengan alam.

Karena ada sebuah pohon bernama [The King Tree] tempat tinggal para keluarga kerajaan, dengan kastil mereka seperti rumah yang terbuat dari beberapa pohon besar yang disatukan.

Di dekatnya, ada banyak penduduk dan pendatang yang meminta berkah serta doa kepada [Tree of Origin, Aragon]. Raja pertama Gabranth, memilih pohon itu sebagai simbol untuk Gabranth dan membangun kota di sekitarnya. Bagi Gabranth, "[Tree of Origin, Aragon] adalah entitas suci bagi mereka.

Setahun sekali, [Origin Festival] berlangsung di pusat kota. Banyak orang datang dari seluruh dunia, terutama anak-anak. Pada saat itu, jika kau berhasil memanjat Tree of Origin, kau akan menerima berkat dari pohon itu.

Diyakini bahwa berkah dari Tree of Origin, Aragon, orang yang berhasil memanjat akan menjadi orang yang kuat, mulia, dan terhormat. Ritual semacam itu sudah menjadi tradisi. Secara umum, ini diperuntukkan untuk anak-anak Gabranth, tetapi di masa lalu ada Humas yang telah memanjat pohon itu juga.

The Tree of Origin, sangat dihormati oleh Gabranth. Bagi ras lain yang hanya menyentuh pohon itu akan membuat kemarahan dari Gabranth.

"Yah, itulah yang mereka katakan, bagaimanapun juga kau tidak mampu menyentuh pohon ini dalam bentuk manusiamu." (Arnold)

Dengan kuatnya Arnold memberikan peringatan, Hiiro yang saat ini menyamar sebagai Gabranth menggunakan karakter [Copy], memastikan untuk mencatatnya guna berhati-hati, yaitu untuk tidak pernah menyentuh pohon itu dalam bentuk manusia.

“Aku mengerti alasan itu. Ini memang pohon yang sangat besar, tapi itu bukan satu-satunya alasan, kan? ”(Hiiro)

Sambil berjalan, Hiiro menatap pohon itu; tingginya jelas lebih dari 200 meter, ukuran yang konyol untuk sebatang pohon. Tapi Hiiro tidak yakin apakah perlu menghargai pohon hanya karena ukurannya.

“Tidak hanya itu. Aku pernah mendengar bahwa jika kau sakit karena penyakit atau cedera, jika kau hanya menyentuh pohon itu, pohon itu akan menyembuhkannya. Jika kau memiliki bayi yang tidak berhenti menangis, dan membawa bayinya ke pohon, pohon itu akan membuatnya berhenti menangis. Ada rumor misterius lain tentang apa yang telah atau mampu dilakukan pohon itu.”

"Hah, dan itu adalah?" (Hiiro)

"Itu saja sudah cukup. Jika ada orang yang datang ke kota ini, mereka semua akan terpana oleh keindahan Tree of Origin. Akan bodohnya dirimu jika tidak terpana."(Arnold)

"Itu hanya bagi Gabranth, kan? Tapi aku adalah Humas." (Hiiro)

"... Yah, itu memang benar.." (Arnold)

Itu saja, tapi Hiiro berpikir ada yang lebih dari itu. Yang pasti, [Tree of Origin, Aragon], pasti adalah sesuatu yang akan dibanggakan Gabranth.

Alih-alih mendengar desas-desus tentang pohon, dia ingin tahu lebih banyak informasi tentang apa yang ingin dia lakukan di sini.

"Selain itu, sejak kau ingin ke sini, untuk apa kau ke sini, untuk bertemu seseorang, kah?" (Arnold)

"Hmm, benar juga, ya.. aku sudah menerima madu yang enak, jadi setidaknya aku akan memenuhi permintaan mereka." (Hiiro)

"Apa, bukankah itu sudah kau selesaikan di desa para Bearnt?" (Arnold)

"Ya, seperti itulah intinya, ada seseorang yang ingin kau bawakan madu itu kan? Orang itu mungkin berada dalam suasana hati yang buruk jika tak menerimanya." (Hiiro)

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Arnold berpikir apa mungkin membawa madu manis akan menciptakan suasana yang bagus sebagai oleh-oleh.

"Tetap saja, Gabranth sudah mulai berbaris ke medan perang. Apakah kau yakin para beruang tidak ikut? "(Hiiro)

Kota ini tampaknya lebih sepi dari biasanya. Sangat mungkin bahwa semua orang yang bisa bertarung sudah berangkat dengan pasukan depan dalam persiapan untuk perang. Saat ini, ada kemungkinan bahwa saat ini hanya tersisa kekuatan minimum di kota ini.

"Hmm, aku heran..." (Hiiro)

“Hei, apa maksudmu? Apakah maksudmu para rakyat?" (Arnold)

Tidak seperti petualang, rakyat biasa tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk berpartisipasi dalam perang. Mereka cenderung terus menjalani kehidupan sehari-hari mereka.

Namun, Arnold menggelengkan kepalanya untuk menyangkalnya.

"Yah, tentu warga negara biasa biasanya tidak berpartisipasi dalam perang, tetapi banyak dari kita berburu dan bertarung setiap hari untuk memenuhi kebutuhan mereka." (Arnold)

"Jadi begitu? Bukankah itu pekerjaan untuk para prajurit?" (Hiiro)

"Semuanya bersifat sukarela, tetapi Gabranth adalah ras yang suka berperang dan mereka ikut tanpa basa-basi." (Arnold)

"Mereka sama sekali tak tahu apapun tapi ikut menjadi sukarelawan?" (Hiiro)

"Mungkin... Pihak militer membuat keputusan yang nekat..." (Arnold)

"Lalu? Jika tidak ada seseorang lagi yang menerima permintaan itu, bukankah itu akan berakhir?” (Hiiro)

“Ya, itu akan menjadi akhir dari perang. Tapi ada juga masalah lain." (Arnold)

"Apa?" (Hiiro)

"Kesampingkan itu dahulu, mari selesaikan satu tugas terlebih dahulu." (Arnold)

"Apa kau sudah muak? Jadi ada apa selanjutnya? Orang seperti apa yang kita temui?” (Hiiro)

Muir memandang Arnold untuk merespons pertanyaan itu. Tetapi karena suatu alasan Arnold gemetar ketika dia memikirkan jawaban.

"Apa yang salah?" (Muir)

Melihat Muir mengajukan pertanyaan itu, Arnold memalingkan wajahnya dan berkata dengan sangat jelas.

"Orang itu .... adalah guruku."

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>