Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 7 Prolog

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Prolog[edit]

—2222 Gerbang Luar ‘Kota Cahaya Bulan'

Kuro Usagi menangis sesenggukan berlarian melewati hutan kediamannya. Dia yang masih muda dengan anggota tubuh mungilnya memaksanya untuk terus berlari meski terengah-engah, dan ketika dia dikejutkan oleh binatang yang meraung dibawah sinar rembulan, dia terus berlari.

Jalanan utama telah dipenuhi binatang buas dan tak dapat dilalui lagi. Dia berlari melewati jejak binatang tak beraspal. Berlari tanpa alas kaki di atas kerikil dan duri, kaki mudanya terasa nyeri akibat terluka dan berdarah. Meski demikian, dia masih terus berlari sambil menangis.


“Haah. Haah………!”

—Hari ini sebarusnya menjadi festival ulang tahun menyenangkan seperti tahun-tahun sebelumnya. Dia memakai pakaian ahli waris yang dipilihkan ibu dan bibinya, dan dia seharusnya menghabiskan waktu bersenang-senang sampai matahari terbit layaknya tahun-tahun lain saat merayakan Honou-Enbu[1] yang telah ia latih sejak lama. Namun ketika berbalik, kediamannya terbungkus api dan terjadi kekacauan.

“……Hik………!”

Dia menahan paksa cegukannya di tenggorokan. Jika ia tegakkan telinganya, suara raungan binatang buas yang menyerang komunitas akan terdengar. Jika kakinya berhenti sekarang, tubuh mudanya bisa dengan mudah dikoyak. Bahkan kelinci bulan yang kuat dan tabah kehilangan nyawa dengan cara itu. Mereka, diberkahi banyak Hadiah dan terkenal sebagai yang terbaik di Taman Mini, dengan mudahnya dicabik oleh binatang buas. Terlepas dari penghalang yang seharusnya milik wilayah Sakra Devanam Indra, mereka datang memerintahkan seorang tentara yang mondar-mandir pada gerombolan dewa.

“Ayah……… Ibu………!!”

Orang tuanya menjaga bagian belakang untuk membiarkannya kabur. Meski prihatin atas keselamatan mereka, Kuro Usagi berlari gemetar melewati hutan. Namun di sampingnya, dia mulai mendengar suara engahan dari binatang buas. Tubuh yang lebih besar dan mampu menjatuhkan pohon. Cakar-cakar sekuat baja yang mampu mengobrak-abrik tanah. Dan taring yang mampu secara langsung mengunyah gunung dan sungai. Gemuruh langkah kaki binatang buas yang seakan menipiskan jarak di belakang Kuro Usagi. Meski berada di hutan pada malam hari, cahaya bulan cerah malam ini dan memudahkan mereka melihat sosoknya. Semakin lama mendengar getaran gemuruh semakin dia merasa ketakutan. Ketika Kuro Usagi ditatap sorotan ganas ketika berlari melalui hutan, dia merasakan sensasi haus darah darinya.

“………Ah,”

Kakinya tersandung dan dia merasakan gelombang intimidasi yang kuat di sekujur tubuhnya. Jatuh ke jurang, Kuro Usagi menabrak batang pohon besar yang lebih besar dari kebanyakan pohon yang ada di hutan.

“O,Ow………!”

Dia menabrak akar yang timbul di atas tanah dan berteriak saat tubuh mudanya mengeluarkan suara berderik. Meski masih bisa melihat jelas, tubuhnya tidak mampu untuk berlari. Tubuhnya berguncang hebat karena takut saat bersandar pada pohon. Suara gemuruh dan nafas binatang buas menyertai tekanan kuat atas kehadirannya saat menebang dan menghancurkan pohon-pohon di dekatnya. Binatang buas yang perlahan menunjukkan diri dari bayangan adalah—naga putih berbadan dan berkepala dua.

“Uh, ah………!?”

Mata iblis merah delima yang mengarah padanya cukup membuatnya ketakutan dengan suara yang tertahan di tenggorokan. Rahang besarnya pasti mampu menelan Kuro Usagi bulat-bulat. Melihat ada mangsa, monster berkepala dua terbang lalu mendarat, menatap Kuro Usagi yang lebih kecil darinya. Naga berkepala dua yang mendapatkan mangsa berkualitas, air liurnya terus menetes saat mengintimidasi Kuro Usagi. Menyentuh pelan tubuh muda Kuro Usagi yang lembut dan berkulit indah seputih salju menggunakan cakar, lalu dia menjilat darah dari lukanya. Melesat turun, kedua kepala naga berebut menjadi pemakan pertama. Kuro Usagi muda semakin berguncang takut dan bersiap menerima kematian.

“─────GEEEYAAAAA!!!”

Suara keras yang menggetarkan langit dan bumi. Bukan dari naga putih berkepala dua melainkan singa emas dengan bulu seterang matahari.


“Eh………!?”

Kuo Usagi sempat mengira sedang berhalusinasi. Singa itu hanya berjarak sepuluh sentimeter dari moncong ular berkepala dua. Bulunya mengibas layaknya meteor; pasti banyak yang mengira itu tanda dari sesosok raja. Singa itu menancapkan giginya pada leher salah satu kepala lalu dibanting ke tanah setelah digoncangkan layaknya boneka. Air mancur darah pun bertebaran di udara.

Naga berkepala dua mendapat pukulan fatal, namun dari darah yang keluar muncul ular-ular dan kalajengking yang menyelimuti tubuh singa. Naga putih itu segera melilit tubuh singa. Cakar-cakar tajamnya berusaha merobek surai singa. Sang singa segera berguling untuk melindungi bagian vitalnya, namun surainya bahkan lebih keras dari vajra[2]. Jika sang singa mendapat serangan langsung di area itu, mustahil tidak cedera. Saat naga putih berkepala dua akan menyerang lagi, sosok lain tiba-tiba menyela dengan berucap kasar.

"Bodoh, jangan membuka pertahananmu! Singa matahari macam apa kau?!"

“Grr, aku tidak mau mendengarnya darimu, bocah iblis!!!"

Ucapan kasar itu berasal dari seorang wanita. Dia muncul dengan membelakangi cahaya bulan, rambutnya bersinar terang layaknya benang emas dengan penampilan mempesona. Di dunia Tama Mini, hanya ada satu spesies berpenampilan seperti itu. Kuro Usagi yang masih belum mampu berdiri, hanya bisa menahan nafas terkejut.

"V, vampir berdarah murni. . . Dan singa matahari. . .?!"

Dia akhirnya bersuara setelah kebingungan dengan perubahan situasi itu. Sekilas, sungguh merupakan kombinasi yang aneh. Vampir yang mengendalikan malam, dan dari matahari—Sosok singa yang menarik kereta pertempuran sang Surya. Melihat dua sosok spesies bertentangan bekerjasama di medan tempur adalah pemandangan ajaib.

"Dasar kadal rendahan, jangan kira bisa menahanku selamanya!!!"

Singa itu mengeluarkan raungan layaknya hembusan angin. Diikuti surai yang melepaskan gelombang panas yang berubah menjadi badai api yang bisa menghanguskan apapun.

“……………!?”

—Vampir darah murni dan singa matahari. Melawan mereka berdua sangat tidak menguntungkan. Menyadari itu, naga putih berkepala dua kabur ke dalam bayangan hutan. Sebuah suara menghentikan mereka berdua yang berniat mengejar.

"Kalian berdua, cukup. Tidak perlu mengejarnya."

Suara yang memerintahkan untuk berhenti juga berasal dari wanita. Sama seperti saat melihat kejadian tadi, dia melihat lamat-lamat pada sosok wanita yang muncul dari jejak binatang. Dia mengenakan jas militer putih, sepatu kulit panjang, dan anting kerang melingkar di kedua telinganya. Rambut pirang lembutnya mirip konfeti[3], dan wajah ramahnya menggambarkannya sebagai sosok yang penuh kebaikan. Singa itu mengeluh pada wanita berambut pirang lalu berkata:

"Tapi Canaria. Kalau hanya begini, bisa-bisa perkembangannya malah tak terkendali. Jika ingin menghentikan hingga akarnya, sekaranglah saatnya."

“Tidak akan ada yang berubah jika hanya memburu satu ekor saja. Kecuali kita mengalahkan tubuh utamanya, tetap saja mereka akan terus menerus membelah diri."

“Meski kau bilang begitu, kalau dibiarkan kan—"

"Dengarkan aku. Kau mungkin sudah diperkuat dengan kedaulatan matahari, tapi kau hanya bisa menangkis pedang tajam. Melawan naga itu cukup buruk bagimu. . . Tapi sebelun itu."

Wanita yang dipanggil Canaria menghembuskan nafas saat menatap Kuro Usagi. Mengangkat tubuh Kuro Usagi menggunakan kedua lengannya, Canaria memiringkan kepala sambil tersenyum.

"Senang bertemu dengan mu, nona kelinci kecil. Apakah kamu baik-baik saja?"

“I, iya."

Dia menelan ludah sekaligus mengangguk. Canaria juga juga mengangguk terdenyum saat rambutnya juga berkibas.

"Untuk menuntaskan sumpah Aliansi, kami harus bergegas ke tempat kelinci bulan. Siapa namamu?"

“K,Kuro Usagi.”

Oh? Ucap Canaria saat masih memiringkan kepalanya. Saat mulai mengerti situasinya, dia tersenyum masam.

"Aku mengerti. Kamu bahkan belum diberi nama, ya."

"I, iya. Festival ulang tahun hari ini, seharusnya ibu yang—"

Dia ingin mengucapkannya namun tidak mampu. Air matanya bercucuran ketika kesedihannya muncul. Ibu dan ayahnya, keluarga, klannya, mereka tertinggal untuk membiarkannya kabur. Bahkan Kuro Usagi yang berumur sepuluh tahun sudah bisa mengerti. Walaupun dia kepayahan menahannya, air matanya tetap saja bercucuran.

". . . Dimana orangtuamu?"

"Mereka bilang akan pergi menjaga gerbang menuju Surga dari Tiga puluh tiga Dewa. . . Seluruh klanku, mereka tinggal di kastil. Karena aku seorang pewaris. . . Ayah bilang, . . . Untuk mengambil hadiah yang ditujukan pada kami dan lari. . .!"

Tangisnya semakin pecah, dia menyerahkan sebuah kartu hadiah pada Canaria. Melihat kartu yang menggambarkan hitam putih setengah bulan, Dia menurunkan tatapannya saat dia mengetahui situasi.

"Otoritas bulan dan Candra Mahal. . . Aku mengerti. Jadi kamulah pewaris yang dirumorkan."

Canaria mengusap air matanya lalu memeluknya lembut.

—Kelinci bulan secara alami dianugerahi berbagai hadiah dari tugas mereka yang menjaga dewa, diantaranya, ada satu yang bersifat khusus bahkan memiliki tingkat tertinggi pada armor agung. Meski memiliki sejarah panjang, tercatat hanya tiga orang saja yang dianugerahi peralatan agung. Namun di generasi sekarang, catatan itu sudah musnah.

Kuro Usagi baru sepuluh tahun dan menjadi seorang yang diwarisi empat jenis armor agung.

‘Tiruan Vajra'

‘Mahabharata Karna’

‘Tiruan Brahmastra'

Kedaulatan Bulan ‘Chandra Mahal’

Sakra devanam Indra, menemani dewa perang, dua belas Aditya. Diantaranya, gadis ini mendapatkan keempat armor agung. Bakatnya yang tak tertandingi jelas membuat klannya sangat gelisah. Karena salah satu anak mereka, tidak hanya terlahir sebagai penguasa bulan, juga kediaman lama mereka, Candra Mahal. Meski kelahiran sebagai penguasa bulan masih wajar, tapi anugrah yang dimiliki Kuro Usagi telah lama hilang dari mereka, yaitu—[Candra Mahal]. Pertanda baik ini akan membawa kemakmuran pada kelinci bulan dan tidak ada yang meragukannya setelah menggantungkan harapan mereka padanya. Karenanya, Kuro Usagi diangkat menjadi pewaris kelinci bulan dan ulang tahunnya selalu dirayakan setiap tahun. Saat ini, seharusnya dia menghabiskan waktu semalaman bersama ibu dan ayahnya.

"Heem. . . Kamu sudah berjuang. Sisanya serahkan pada kami, tidurlah dan ketika kamu bangun nanti—segalanya sudah berakhir."

Tiba-tiba angin sepoi-sepoi berhembus melewati hutan. Hembusan angin terlihat mencerai beraikan awan di langit malam, menampilkan bintang-bintang yang bertebaran di seantero langit. Mengangkat tangan kanannya pelan, Canaria menyuntikkan kekuatannya pada cincin hingga berkilauan. Menunggu di belakangnya, mulut Leticia gugup karena terkejut.

“H,Hey, Canaria.”

"Dengan hancurnya gerbang agung yang menghubungkan langit ke tiga puluh tiga Dewa, jalan kedua belas Aditya menuju Taman Mini telah tersegel. . . Itu berarti yang bisa menghentikan Raja Iblis adalah kita. Jika pasukan langit lainnya keluar, lantai bawah dan tengah akan dibakar dengan dalih pemurnian. Aku tidak ingin melihatnya terjadi—Kalau begitu, saatnya kita beraksi, Croix Baron."

Segera, bayangan yang lebih gelap dari lubang terdalam muncul di langit luas. Menyertai sejumlah kecil roh suci dan iblis ekstrim, itu adalah kekuatan untuk mengontrol batas-batas dunia—Gerbang Astral, yang memotong langit dan mengunci gerbang. Bayangan yang mulai muncul dari celah langit malam membentuk sosok manusia tanpa wajah, berjubah panjang dan bertopi caplin, berdiri di depan Canaria.

Kuro Usagi tidak mampu menahan jeritan menyedihkan melihat di depannya ada ular putih dengan di atasnya sesosok berjubah itu.

“De, de, dewa kematian asli………!?”

"YES! Khaha, ini pasti favoritku, kelinci liar dengan masa depan terjamin! Tidak salah lagi anak ini akan tumbuh sebagai wanita seksi! Apakah dia penghargaanku kali ini, Master?! Kalau begitu mari bergegas!! Kita akan bersenang-senang tiga hari tiga malam tanpa makan atau minum, jadi ayo lakukan yang terbaik!!!"

  • Eeek* Berteriak, telinga kelincinya menegang saat Canaria memegangnya. Seakan tertarik pada ketakutannya, dewa kematian berjubah panjang tanpa wajah menunjukkan senyuman berbentuk bulan sabit sambil tertawa berguling-guling di tanah.

─────Dewa Kematian ‘Raja Iblis Berjubah'.

Berasal dari Amerika Selatan, orang-orang mengenalnya sebagai roh suci kehidupan, kematian, dan nafsu. Berdiri di persimpangan dunia, dikatakan jika dia membiarkan kehidupan lewat, menjadi mahatahu. Walaupun dikenal sebagai roh Dewa bijaksana, pada dasarnya dia itu cabul, dan membenarkan berhubungan seks dengan nafsu bejat, Dewa cinta. Sepanjang waktu, di hari kematian yang disebut Halloween, status spiritualnya, yang dilambangkan dengan bagian seribu roh di beberapa bagian dunia, tidak diragukan lagi sangat kuat.

Karena tidak ada pilihan lain, dia menyerahkan Kuro Usagi pada Leticia yang sudah sepenuhnya ketakutan pada sikap menyimpang dewa kematian ini. Setelah mendesah singkat, Canaria diam-diam menginjak bagian jubah yang menyelimuti selangkangan Raja iblis itu.

“Oh b-!!!”

"Tenanglah sedikit, dasar dewa gak guna. Dia ketakutan tuh."

"M, meski begitu, sungguh ide bagus menginjak botol emasku[4], Master somplak. . .!!!"

"Nggak peduli! Beritahu Aliansi pakai namaku. Katakan, 'Kumpulkan seluruh pasukan'."

—Sosok yang sibuk memegang selangkangan mendadak sepenuhnya patuh. Sesosok dewa kematian itu bertanya balik dengan nada aneh.

". . . Seluruh pasukan katamu?!"

“Ya. Semuanya. . . Aku tidak menerima kata 'tidak', Raja Iblis berjubah. Di awal musim dingin ini, sudah waktunya status spiritualmu meningkat bersamaan dengan penguasaan kekuatanmu. Panggil seluruh Komunitas yang bisa bergerak."

Dia menyatakan tanpa takut saat didramatisir dengan jubah putihnya yang berkibar. Ekspresi lembutnya tidak lagi ada. Wajah Canaria nampak seperti prajurit yang sudah menghadapi ratusan peperangan saat memberi perintah. Saat itu juga Raja Iblis Berjubah berhenti bermain-main. Dia menatap langit, matanya secara seksama mengamati dengan menyembunyikan ke-mahatahu-nya. Setelah beberapa saat mengamati sekeliling, dia mendapati tubuh utama musuh lalu mendecak lidah.

". . . Kau pasti bercanda. Kadal itu ada di antara tetua Raja Iblis. Yang berarti kelasnya setara keduabelas Aditya atau pada Dewa tertinggi. Bahkan setelah membawa semua orang, apa jaminannya kita bisa menang?!"

"Bego. Itulah kenapa ini sangat menarik."

Dia yang bersemangat akan situasi sulit, Canaria tersenyum nakal. Sosok itu terbelalak sesaat, Seolah dipengaruhi semangatnya, dia pun tertawa.

". . . Semangat ini begitu nostalgia. Mengingatkanku saat kau membunuh Raja Iblis Dystopia. Aku merasa jatuh hati padamu lagi dan lagi."

“Heheh, lakukan semaumu. . . Kau bisa melakukannya, kan?"

Sosok berjubah itu menerima harapan tulus dari masternya. Memenuhi permintaannya, sang pelayan tertawa menyolok saat menebas silang ke langit malam.

“Khahahahah!!! Oke, kena! Kubuatkan jalan masuk yang sangat luas hingga cukup untuk menutupi langit."

Celah di langit menjadi gerbang yang menghubungkan anatara dunia mereka dengan dunia spiritual, dan mulai memanggil rekan-rekan dari jarak sangat jauh. Gerbang astral berbentuk silang ini termasuk gerbang bintang yang dipercayakan pada Dewa Kematian yang berpengetahuan. Di sisi lain gerbang, terbuka oleh para pelintas ribuat roh, yang—Sangat banyak simbol, sekitar ribuan, berduyun-duyun melewatinya.

"Spanduk itu. . . Mereka semua. . .!?"

Saat masih dipegangi, Kuro Usagi bergumam takjub. Spanduk-spanduk itu berasal dari Komunitas veteran.


Bendera [Iblis Laplace], dengan jutaan mata. The flag of the [Demon of Laplace], with a million eyes.

Bendera [Salamandra], dengan api yang menyinari malam.

Bendera [Draco Greif], berjalan melalui langit.

Bendera [Avalon], dengan sinar pedang suci.


Berasal dari teritori empat bilangan, mereka semua veteran hebat yang seorang saja setara dengan ribuan pasukan. Mereka semua adalah mantan penduduk tingkat atas dan Master Lantai terhebat dalam sejarah. Yang pertama menjawab panggilan, [Salamandra], membiarkan spanduknya terbang dan menunjukkan diri di depan Canaria. Diikuti spanduk naga api, seluruh naga bersayap saling mendarat di depannya.

Canaria tersenyum, terlihat cukup terkejut.

". . . Mengejutkan. Tak kusangka yang datang pertama adalah kamu. Bisa beri tahu aku alasanmu, Pak Tua Salamandra?"

Canaria bertanya sambil tersenyum nakal. Naga tua besar, yang tampak sebagai pemimpin, mendengus kesal.

"Hufth. . . Aku tidak akan mendengarkan omong kosongmu. Kau terlihat baik-baik saja terhadap tulang-tulang tuamu."

“Kalau begitu pensiunlah. Dik Sala akan jadi Master Lantai yang baik."

“………Sok tau.”

Naga api itu mendengus semakin keras dan Canaria tersenyum senang. Tepat di belakang mereka adalah Komunitas [Draco Greif] dan sesosok gryphon, Draco Greif mengikuti. Tanduk naga, menurut Dewa Yunani, mampu melepaskan petir menembus badai. Mengepakkan sayap besarnya, Draco Greif mendarat dan di punggungnya, sosok manusia kucing muda menegakkan kepalanya.

"Mbak! Terakhir ketemu pas jaman baheula! Kayaknya mbak masih sehat wal'afiat!"

“Sudah cukup lama, Garol. Kamu juga, Draco. . . Apa tidak ada masalah dengan tanduk patahmu?"

“Heem, bukan sesuatu yang perlu ditanyakan di saat panggilan mendesak. Situasinya sangat genting, kan?"

“Semacam itulah. Kali ini, untuk melawan Raja Iblis, kita butuh banyak pasukan. Draco memimpin family-nya dan mendukung Avalon. Garol, segera bergabung dengan anak-anak Laplace dan berperan sebagai pendukung. Serta Koumei. . . Eh, sebentar."

Dia mengulurkan alisnya dengan cepat. Melihat sekitar sambil bersungut.

". . . Mana Koumei? Bukannya dia bersamamu, Draco?"

“Kurasa dia menuju Barat beberapa hari lalu."

“Apa dia meninggalkan pesan?"

“Dia tidak meninggalkan apapun ataupun kabarnya."

Dengan bertolak pinggang, dia menghembuskan nafas, teekejut hebat.

"Astaga. . . Orang bebas tak terkendali itu. Apa dia tidak tahu jadi senjata terkuat ku, hah?"

“Khahahah! Mana mungkin si bodoh itu tau?!"

Serius, orang-orang sekitarnya bergumam. Sakit kepala menyerang Canaria saat menurunkan pundaknya, namun segera membenahi diri dan menegakkan kepalanya.

"Ngomong-ngomong! Draco, Garol ikuti perintah. Salamandra, bangun garis pertahanan dan blokade sebelum kumpulan musuh keluar. Tolong ingat untuk tidak membiarkan satu musuh pun kabur ke tingkat bawah yang bisa menuntun ke situasi kacau."

“Mengerti."

“Semoga beruntung untukmu, Mbak!"

Mengepakkan sayapnya, Draco Greif dan Garol Gundach terbang ke udara. Naga Salamandra mengikuti. Kuro Usagi yang tercengang mendengarkan percakapan, akhirnya memiliki pertanyaan 'Siapa dia?' di pikirannya.

Vampir berdarah murni. Raja Iblis berjubah. Singa matahari sebagai sekutu.

Master Lantai Selatan, [Avalon] dan [Draco Greif]. Master Lantai utara, [Salamandra] dan [Iblis Laplace].

Dilihat darimanapun, tidak ada kesamaan, sungguh kelompok yang tidak masuk akal. Mamlu memanggul beberapa Komunitas kuat tanpa ada yang bertanya, dia penasaran tentang pentingnya orang itu. Mengetahui tatapan heran Kuro Usagi, Canaria menanggapi dengan senyum nakalnya.

"Kalau diingat-ingat, aku belum pernah memperkenalkan diri, Putri Usagi sang pewaris. Aku Canaria, bertugas sebagai penasihat untuk '. . . . . .'. "

“………Tuan, Canaria.”

"Benar. Kita bisa mendiskusikan masa depanmu saat matahari terbitan. Kami akan menjaga keamanan Kelinci Bulan yang selamat semampu kami." “B, benarkah?"

"Tentu. Kami dari Aliansi '. . . . . .' tidak akan meninggalkan siapapun. Terutama kelinci bulan yang selalu bertarung bersama kami. Tidak mungkin kami mengabaikan mereka. Jadi—"

Beristirahatlah, katanya. Kemudian mencium keningnya. Saat itu, Kuro Usagi tiba-tiba terserang ngantuk.

Dengan suara lembut seperti ibunya dan pelukan andal seperti ayahnya, Kuro Usagi pun tenggelam dalam mimpinya. Saat ia akan terlelap, Canarian membisikkan sebuah janji.

'Saat kamu terbangun, mimpi buruk ini akan berakhir.'

***

Dan begitulah mimpi buruknya berakhir. Beberapa saat setelahnya, Kuro Usagi diadopsi anak oleh Canadia setelah bertemu lagi dengannya dan setuju bergabung dengan '. . . . . .'. Inilah saat Kuro Usagi dan Canaria—takdir pertemuan yang membawa mereka hingga di masa depan dipanggil sebagai No Name.


Translator’s notes[edit]

  1. dikutip [Magrefnote: Honou-enbu = ritual menari yang dipersembahkan pada Dewa.
  2. silakan cek google :(
  3. konfeti=gulungan kertas berwarna yang dihamburkan sewaktu pesta
  4. botol emas? 'My golden magnum', atau haruskah kuartikan secara langsung? yang berarti kemaluannya? :v
Kembali Ke Halaman Utama