Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 8 Pesta Minum teh

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Pesta Teh[edit]

Bagian 1[edit]

"—Dik Izayoi. Ini adalah angin yang berhembus di zamanmu saat ini, zaman modern alkimia. . .!"


Bagian 2[edit]

—[Underwood], Kediaman VIP. Ruang pribadi Sakamaki Izayoi.

Di waktu senja. Setelah terbangun dari mimpi masa lalunya, Izayoi tersenyum masam.

"Ha. . . Mimpi nostalgia."

Raungan Air Terjun pasti telah mengingatkannya pada kenang-kenangan itu. Suara terusan Air Terjun yang masuk ke aliran sungai di akar pohon yang menyerap di dinding ruang VIP ini keluar dari lubang Cabang Pohon besar.

Pasti membutuhkan banyak usaha agar bisa membuat nada suara hingga terdengar nyaman di telinga, dan suaranya mirip lagu tidur. Tidak ada kegunaan yang lebih sempurna dari denyutan Pohon Air Raksasa selain ini.

Mendengarkan orkestra dari aliran air yang memainkan lagu Nina Bobo, Izayoi mengenang masa lalunya menelentang, bersandar di tempat tidur jerami lalu menatap kosong atap kayu ukir di atasnya.

—Sudah seminggu berlalu sejak dia mengalahkan Naga Raksasa.

Karena kemenangan alot antara [Draco Greif] dan [No Name], mereka tidak mampu melanjutkan penyelenggaraan Festival Panen; Karena itu, akhirnya ditangguhkan untuk masa istirahat dan penyembuhan.

Sebagai pengakuan atas penghargaan memukul mundur seorang Raja Iblis, Kota Bawah Tanah [Underwood] telah menerima banyak persediaan bantuan bencana serta para Komunitas yang datang membantu. Jika langkah ini terus berlanjut, penyelenggaraan ulang Festival Panen dan pembukaan upacara [Master Lantai] bisa dilakukan dalam setengah bulan.

Untuk membantu mempercepat penyelenggaraan ulang Festival Panen, para anggota [No Name] juga tetap tinggal di [Underwood]. Setelah melambungkan nama mereka dengan bisnis "menangani segala masalah yang berhubungan dengan Raja Iblis", mereka pun menerima komisi dari [Draco Greif].

Namun, Izayoi hanya berpartisipasi dengan senang hati di dua hari pertama sebelum menyerahkan seluruh pekerjaan sepele pada Kudou Asuka dan Kasukabe Yō.

“………,”

Untuk menghindari segala bentuk kesalahpahaman, aku ingin sedikit mengklarifikasi. Izayoi bukannya menolak gagasan bekerja dalam upaya membantu.

Atas anjuran Sala, proyek untuk mengkristalkan air di Pohon Air adalah pemandangan menakjubkan untuk dilihat. Proses memadukan kayu untuk membentuk jalur air kristal dengan kualitas tembus pandang sungguh pemandangan yang membuat terbelalak dan menganga yang membuat semua orang keheranan dan gembira.

Lagipula, itu adalah teknik konstruksi unik yang tersedia di dunia Taman Mini dengan hadiah melimpah. Yang bertugas dalam upaya rekonstruksi diserahkan pada binatang buas dan Eudemon, yang memanfaatkan baik dengan cara klasik maupun pendekatan golongan pelopor seni, itu tidak akan membosankan. Sebaliknya, itu adalah pemandangan menyegarkan yang mampu membuat jantung siapapun berdebar gembira.

". . . Ahh. Jadi itu kenapa aku mulai mikirin masa laluku."

Berputar seratus delapan puluh derajat di atas tempat tidur jerami, Izayoi tersenyum setelah mengetahui alasannya.

Terbangun sepenuhnya, dia baru saja berpikir akan berguling di kasur sebentar ketika ketukan kecil *Tok Tok* terdengar dari pintu ruangan.

“Um. . . Izayoi, kamu masih terbangun?”

“Aahh, Kasukabe ya? Pintunya nggak dikunci.”

Sambil telentang, Izayoi mengundang orang lain untuk masuk.

Kasukabe mengintip, memutar kenop pintu sebelum mendorongnya hingga terbuka lebar untuk memasuki ruang tamu Izayoi dengan ekspresi tegang. Dan di tangannya, ada bungkusan kecil.

Melihat eskpresi Yō, Izayoi segera mengetahui alasan kunjungannya..

(. . . Gegara insiden headphone kah?)

Rasanya sudah lama sejak insiden itu terjadi, pikirnya saat menggosok rambutnya yang gimbal.

Dengan kelembapan tinggi di [Underwood], rambut gimbalnya benar-benar merepotkan karena lengket dan berantakan, layaknya surai singa. Headphone adalah alat yang digunakan untuk menjepit rambutnya yang acakadut. . . Dengan kata lain, tidak ada alasan penting lainnya untuk benda itu. Namun, setiap kali tatapannya bertemu Kasukabe, dia selalu memiliki suasana dan reaksi menjauh seolah dia baru saja melihat seseorang yang ingin dihindari. Faktanya, tindakannya selama seminggu penuh ini bisa dikatakan sangat merepotkan.

Perasaan baiknya dipengaruhi oleh reaksi itu, namun mendengarkan alasan yang ditawarkan oleh terdakwa juga kewajiban oleh sang korban. Jadi dia menopang dirinya untuk memasang ekspresi angkuh.

"Wah, tumben, kenapa nih?"

Dia bertanya tanpa basa-basi.

Yō duduk bersila di tanah. Ekspresinya lebih tegang dari biasanya, siapapun bisa melihat kegelisahannya.

"Yah. . . Karena berbagai masalah yang terus membuatku sibuk, ini sedikit tertunda dari yang kuharapkan. Sebenarnya, headphone Izayoi hancur selama penyerangan Raksasa."

“Oi, rentetan kejadiannya kacau tuh. Mulailah dari kenapa benda itu diambil."

Oh, Yō menyusut dalam posisi bersilanya.

Izayoi tidak marah, tapi dia hanya ingin kejadiannya diceritakan sesuai urutan. . . Tapi menurut Yō, benda itu sudah benar-benar hancur.

Untuk menghindari segala macam kesalahpahaman, aku ingin mengklarifikasi sedikit. Izayoi bukannya menutup masalah headphone. Namun, itu kebetulan seperti "Rambutku nggak bakal turun kalau gak pakai headphone" saat dia terus mendengarkan urutan kejadian.

Insiden pencurian oleh kucing Calico.

Insiden penyerangan Raksasa di Festival Panen.

Dan ketika benda itu hancur akibat robohnya asrama.

Mendengar hingga bagian itu, Izayoi mendesah bingung.

". . . Kemalanganmu sungguh membuat orang lain bakal ngilangin pikiran buruk terhadapmu."

“Be, begitukah?

“Aahh. Kalau ini kasus biasa, nggak bakal ada rentetan kebetulan kayak gitu. Dari yang kudengar sejauh ini, aku nggak kepikiran ini semua salahmu, Kasukabe." Ucap Izayoi, berniat untuk menyelesaikan seluruh topik secepat yang dia bisa.

Tapi Yō menggeleng.

"Itu tidak bisa diterima. Tanggung jawab ada padaku. Sebagai pemilik kucing Calico, mengakhiri insiden ini secara sederhana tidak akan bagus untuk hubungan kita. Sebagai seseorang yang hidup di bawah atap yang sama, hal yang benar bagiku untuk menunjukkan etiket kecil yang dibutuhkan sebagai anggota."

……Uuh. Giliran Izayoi yang melihat Yō dengan jelas.

Izayoi akhirnya memahami alasan kegelisahan Yō.

Dia tidak menyangka akan mendengar kalimat "Tanggung jawab ada di tanganku" dari gadis yang tidak menunjukkan banyak kepedulian di sekitarnya. Meski sedikit, Izayoi mengagumi penyelesaian itu.

Yō mengumpulkan semangat untuk meneruskan pembicaraan.

"Ditambah, aku juga mendengar dari Leticia jika headphone itu dibuat oleh sanak keluarga Izayoi. Lalu, jelas aku merasa lebih bertanggung jawab."

"Eeh? Sampai segitunya, pasti kamu nyiapin diri sebelum datang minta maaf, kan?"

Yō semakin menyusut saat Izayoi menggodanya.

"Itu karena. . . Butuh cukup banyak usaha buat bersiap serta memantapkan hati."

“Persiapan?”

"He'em. Untuk menyiapkan benda pengganti headphone. Namun karena sembrono, benda itu hilang. . . Untuk menemukannya, butuh waktu dan tertunda hingga satu pekan."

Yō mendadak menerawang jauh. Walaupun penjelasannya terhenti, namun masalahnya jauh lebih dalam. Headphone telinga kucing yang dia panggil, sudah ditemukan di antara reruntuhan Kota Vampir Kuno, masih utuh. Yō sangat gembira ketika mendapatkannya, namun setelah mendengar cerita Leticia tentang cerita dibalik headphone itu, situasinya berubah.

Leticia yang telah mendengar cerita keseluruhan tentang pencurian dan headphone telinga kucing, mencarinya dengan ekspresi gelisah sambil mendekapkan tangannya ke dada.


". . . Tentang headphone itu, kupikir akan lebih baik, tidak, jangan pernah memberikannya."

"Sama, seperti yang kupikirkan, kan?"

"Aahh. Meski aku tidak bisa menjamin. . . Akan jadi kacau balau jika kamu membuatnya marah."

"Begitu ya. He'em, Izayoi terlihat mengerikan ketika sedang marah."


—Hmm? Leticia menatap heran.

Namun sepertinya dia tidak keberatan pada keputusan "tidak memberikannya".

Terlebih, gagasan seperti "Izayoi yang suka memakai headphone telinga kucing" sulit dibayangkan. Akan lebih baik untuk 'tidak memasukkan lebih banyak minyak ke dalam api[1]' dengan menyimpannya dari Izayoi.

"Pada akhirnya, meski aku tidak bisa menyiapkan sesuatu sebagai pengganti. . . Namun menunda juga pasti tidak sopan. Jadi, aku berharap bisa menggantinya di Festival Panen selanjutnya. . . Apa tidak masalah?"

Yō memiringkan kepala kecilnya.

Izayoi tersenyum masam yang bercampur antara terkejut dan kagum.

"Karena sudah kau pertimbangan matang, aku nggak keberatan. . . Tapi Kasukabe, kau emang aslinya sopan ya? Padahal menurut kesanku, kamu itu acuh tak acuh loh."

"He'em. Sekarang, aku sedang dalam proses perbaikan diri dan akan menyangkal segala macam pujian. Jadi, nantikan diriku yang baru."

*Bishi!* Mengangkat jempol, membusungkan dada, serta menaikkan dagu.

Apa-apaan itu? Izayoi mengendalikan dorongan untuk tertawa gelak.


Bagian 3[edit]

"Sejujurnya, ada masalah lain."

Yō mengendurkan kakinya saat pikirannya sekarang sudah tenang setelah masalah headphone selesai dan bungkusan kecil yang ia bawa tadi ia taruh di depannya.

Di dalam bungkusan kecil ada buah kuning emas dan buah merah yang dibeli dari Festival Panen.

"Meski sudah kubicarakan dengan Asuka sebelumnya. . . Tapi rasanya kita belum tahu banyak satu sama lain. Terlebih, kita bertiga tidak berusaha membicarakannya kan?"

"Yah, lagian kita kan baru kenal tiga bulan. Masih susah gambarin kita sebagai kenalan lama, ya?"

"He'em. Jadi malam ini, kami memiliki tujuan untuk memperdalam ikatan kita dan bisa lebih rukun lagi. Kurasa Asuka akan segera datang setelah menyiapkan beberapa kōcha[2].”

Tepat ketika Yō berhenti bicara, suara Kudou Asuka bisa terdengar dari balik pintu.

"Apakah kalian sudah selesai bicara? Aku sudah memasak beberapa kōcha, maukah kalian beristirahat?"

"Nona Muda, kau datang tepat waktu."

"He'em, tapi kedua tanganku sedang memegang nampan saat ini, bisa bantu aku membuka pintunya?"

""Ogah!""

“Begitukah? Terima kasih.”

… … … … .

… … … … … .

… … … … … … .

"—Apakah kalian sudah selesai bicara? Aku sudah memasak beberapa kōcha, maukah kalian beristirahat?"

"Nona Muda, kau datang tepat waktu."

"He'em, tapi kedua tanganku sedang memegang nampan saat ini, bisa bantu aku membuka pintunya?"

"Oke."

Aroma kōcha menyeruak ke ruangan saat Yō membukakan pintu.

Asuka pasti telah mencampurnya dengan bumbu lain yang dibeli dari Festival Panen di teh ini. Bahkan Yō yang tidak familiar dengan kōcha, bisa menduga jika ini berkualitas tinggi.

Namun, orang yang dimaksud yang membawakan kōcha, Asuka, urat pelipisnya membengkak bahkan ketika menjaga senyuman kesabaran.

"Ada apa Kasukabe? Jika kamu terus berdiri di lorong, kōcha berkualitas ini akan dingin dan jadi sia-sia. Jadi, bisakah kamu segera minggir?"

“B, baik."

Sepertinya ada yang salah menempatkan waktu untuk bercanda.

Asuka melangkah masuk ke ruangan Izayoi dan duduk dengan cantik di kursi yang melengkapi ruang tamu. Setelah meletakkan kōcha ke atas meja, Asuka bertukar tatapan dengan mereka berdua.

"Jadi, ayo mulai pesta pertama kita sebagai pendatang."

Oohh~, *Pak Pak*, Asuka dan Yō bertepuk tangan.

Walaupun Izayoi kebingungan dengan kelompok gadis yang menyelonong masuk ke ruangannya lalu memulai keributan ini, menimang cara bagus mereka dalam memilih kōcha dan camilan, dia memutuskan untuk mengatur ulang pemikirannya dan membiarkan perilaku mereka saat ini.

"Yah, aku nggak masalah ngelakuin ini di ruanganku ketimbang ruangan kalian, tapi karena penyelenggaranya kelompok gadis, kuserahkan proses acaranya pada kalian para gadis."

“Tentu saja. Pokok pembahasan sudah diputuskan."

“He'em. Topik pertama pesta ini—Kurasa pasti "tren di zamanmu"."

……Hueh? Izayoi sedikit teriak saking terkejutnya.

Menyatakan usulan yang jauh melebihi ekspektasinya, rasa ingin tahu Izayoi menyala.

Menjadi pesta yang dia anggap menjadi pesta standar gadis SMA, tidak aneh jika pembahasan tak biasa ini membuat Izayoi tertarik.

"Bener-bener gak kepikiran. Kukira Nona Muda dan Kasukabe nggak tertarik sama topik SF[3].”

"Tidak, itu tidak benar. Ketika berbicara dengan orang yang berbeda zaman, tidakkah kamu merasakannya sebagai pertukaran yang sangat cerdas dan luar biasa?"

"Yah, aku tidak setertarik itu. . . Tapi dari getaran yang menyala dari kalian berdua, aku memahami jika aku dipanggil jauh di masa depan. Dan memandang pengangkatan topik ini, aku percaya akan ada nilainya."

Kasukabe Yō, yang menyatakan dari masa depan, tersenyum saat menatap mereka bergantian.

Menyadari bahwa Izayoi dan Asuka memberikan getaran dari masa lalu, mereka berdua yang tercermin di mata Yō bisa saja memiliki kesamaan.

"Kesempatan langka nih, jadi ayo mulai sesuatu urutan zaman. . . Kita mulai dari Nona Muda."

“Aku mengerti "

Dua pasang mata kemudian berfokus pada Asuka.


—Menurut Kudou Asuka, mereka hanya mendengar singkat dirinya mengenai "Tuan Putri dari konglomerat keuangan". Tapi tidak ada yang bisa memastikan gaya hidupnya selain informasi mengenai dia dari zaman akhir Perang Dunia Kedua. Dalam hal tertentu itu terlihat menarik.

Namun terbaliknya ketertarikan mereka pada ceritanya, Asuka berusaha agar tidak malu.

"Yah, sarannya sangat bagus. . . Tapi aku tidak terlalu mengerti tentang tren di zamanku."

"Kok gitu?"

"Aku ingat pernah bilang padamu Izayoi. Aku selalu ada di asrama gadis. Bagiku, tempat yang kutinggali hanyalah kediaman utama dan asrama gadis. Jadi, mengenai gaya hidup Jepang setelah perang, aku sangat tidak yakin."

Asuka memaksakan diri tertawa. Bertentangan dari namanya, dia telah hidup layaknya burung dalam sangkar[4]. Baginya yang hidup dalam pandangan sempit dengan institusi tertutup, pembahasan ini sangat menantangnya untuk memberikan bahan-bahan yang dia punya.

"Aku sungguh malang tidak mampu memberikan kalian bahan percakapan menarik untuk memulai. Aku hanya bisa memberikan informasi seperti Keluarga Kudou yang menjadi salah satu dari lima perusahaan keuangan terbesar atau jarang mendengar latar belakang untuk mempertahankan keberadaan perusahaan."

"Kedengarannya cukup menarik juga." Tawa Izayoi pecah.

Namun tiba-tiba, Izayoi bertanya dengan sikap sangat prihatin.

". . . Oi, Nona Muda. Perusahaan keuangan Kudou, apa skalanya cukup besar buat mewakili konglomerat keuangan Jepang?"

"Benar, memang begitulah. Bahkan jika aku yang sudah muak dengan asosiasi keluargaku, juga memandangnya begitu. Jadi mungkin skalanya lebih besar lagi."

“……Hueh?”

Memiringkan kepala lalu menunduk, Izayoi dalam keadaan termenung.

Di sampingnya, Yō mengangkat tangan untuk bertanya pada Asuka.

"Lalu, masih ada pertanyaan. Apa benar wanita di periode Shōwa tidak diperbolehkan memakai pakaian yang menampakkan apapun di atas lutut? Jadi tidak ada rok mini dan celana pendek?"

"Tentu saja. Kasukabe dan Kuro Usagi harus lebih sadar tentang menjaga rasa malu wanita pada hal-hal itu."

Wanita perwakilan periode Shōwa menghancurkan komentar tajam.

Mengesampingkan penduduk yang tinggal di iklim lembap [Underwood], pemandangan wanita di Bagian Timur yang Damai dengan menampilkan kaki mereka secara keterlaluan adalah sesuatu yang sulit untuk Asuka mengerti.

Tapi Yō yang lebih suka mengenakan pakaian yang memudahkannya untuk bergerak, tidak berniat merubahnya dan kata-kata Asuka pun masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

"Pertanyaan akhir. Dari pandangan seseorang dari periode Showa, bagaimana menurutmu tentang dunia Taman Mini?"

"Kurasa tempat ini menakjubkan. Pohon Air yang tumbuh mengaliri sungai dan penduduk yang tinggal disana. Itu adalah hal yang tidak bisa dibayangkan di dunia kita."

Asuka meringkasnya begitu.

Dan Yō mengangguk setuju.

Namun setelah mendengarkan kesimpulan Asuka, ekpresi Izayoi sedikit pucat.

". . . Nona Muda. Ucapanmu tadi, apa itu istilah mutlak yang meliputi segalanya di dunia kita?"

"H'em, h'em, itulah gagasan ucapanku."

"Maaf kalau aku berbeda. Lagian, meski kita nggak punya pohon besar yang membentang di aliran sungai. . . Tapi kita punya sesuatu yang setara di dunia kita loh."

Kata-kata itu seolah mencoba membela tanah air mereka.

Sebenarnya, tidak ada keajaiban yang merusak aturan seperti Pohon Besar. . . Tapi ada hal yang setingkat dan mata Izayoi memberikan tatapan cerca.

Meski Asuka tahu sisi berpengetahuan Izayoi, tatapan terkejut masih hadir di matanya setelah mendengar itu.

"Kita punya sesuatu yang sama luar biasanya dengan [Underwood] di dunia kita?"

"Ahh. Meski aku bilang gitu, kayaknya belum ada di masa Nona Muda."

Asuka mengeryitkan alis. Lalu, bagaimana mungkin aku bisa tahu, kurang lebih begitulah arti ekspresi dari reaksinya.

Bahkan Yō yang sedang mengunyah buah, memiringkan kepala saat bertanya pada Izayoi.

"Belum ada, berarti bangunan yang dibuat manusia dong? Mirip Sky Tree[5] atau sesuatu semacamnya?"

"Yang pasti bukan. Ya jelas nggak bisa disamain lah? Terlalu aneh kalau dibandingin sih. Karena kita pakai Pohon Besar beserta sungainya sebagai perbandingan, bukannya aneh kalau nggak disamain dengan pemandangan sungai?"

Kedua gadis saling bertatapan saat kepala mereka dipenuhi sangsi.

Bahkan tatapan mereka sudah dipenuhi keraguan.

". . . Apa itu, benar-benar ada?"

“Yap."

“Kalau begitu giliranmu, Izayoi. Ceritakan lebih lanjut tentang itu."

Yō menyesuaikan posisinya untuk menunjukkan sikap penuh memperhatikan. Di sampingnya, Asuka juga melakukan hal serupa.

Izayoi sedikit ragu tapi jika dia mundur sekarang setelah mengangkat topik, sama saja dia kalah dalam pertarungan.

(Meski bakal ada sangkut-pautnya sama Canaria. . . Yah, biarin deh.)

Memutuskan arah dan bergerak cepat adalah karakter Izayoi.

Izayoi menatap kosong langit-langit, terlihat sedang mengenang masa lalunya.


Bagian 4[edit]

—Izayoi menceritakan kenangannya ketika masa-masa kecilnya saat berwisata bersama Canaria.

"Dik Izayoi, aku harus memakai kesempatan ini buat bilang: Hal-hal yang menyenangkan dan menarik tidak akan datang dengan sendirinya. Jadi kamu harus pergi mencarinya."

Canaria, yang rambutnya mirip konpeitō[6] bergoyang saat dia berjalan, membusungkan dadanya sambil membicarakan banyak hal yang enak di dengar saat membawa Izayoi keluar Jepang untuk berkeliling dunia.

. . . Ketika mengingat kembali, jelas itu adalah kenangan perjalanan yang sangat acak. Saat itu, pemilihan tujuan didasarkan atas kemauan dan mereka akan berkelana ke negara itu tanpa rencana.

Namun, tujuan awal perjalanan menjadi keputusan yang dibuat Canaria.

Perhentian pertama adalah benua Amerika Selatan. Bergerak di sepanjang jalan yang belum dipetakan, tujuan mereka adalah sungai besar yang bisa berfungsi sebagai perbatasan nasional.

Terkenal dengan skala besarnya, tiga Air Terjun terbesar di dunia.

Air Terjun Niagara, Air Terjun Victoria, dan Air Terjun Iguazu bersamaan ditunjuk sebagai tiga Air Terjun terbesar di dunia. Dan Air Terjun Iguazu dikenal menjadi yang paling besar dengan Air Terjunnya yang lebar disertai pemandangan indah yang juga dikenal dengan "Iblis Iguazu".

Air Terjun besar yang mengalirkan beberapa ton volume air per detik, menjadi kekuatan tak terduga yang dipikul oleh manusia disamping bentuknya yang menakutkan. Terlebih, tercebur di dalam kolam Air Terjun Iguazu yang mustahil bisa selamat, manusia juga menemukan keberadaan misterius yang disebut dengan penghormatan yang menakutkan sebagai—iblis.


Bagian 5[edit]

". . . Iblis itu, setara dengan [Underwood]?"

"Nggaklah, mustahil. Itu sungguh pemandangan menakjubkan tapi tetap saja Pohon Besar masih juaranya. Bahkan, aku terjun ke kolamnya buat buktiin sendiri. . . Tapi nggak ada apapun yang bisa disebut iblis."

Mengenai pertanyaan Asuka, Izayoi menyipitkan mata kecewa ketika melanjutkan cerita.


Bagian 6[edit]

—"Iblis Iguazu" menjadi kesempatan ghoib pertama bagi Izayoi menyaksikan misteri bintang setelah pertemuannya dengan Canaria. Dan pengalaman hari itu jelas menjadi salah satu yang akan dikenang sepanjang masa.

Luasnya dunia dan keberadaannya yang sangat kecil di dunia.

Pemandangan itu telah membalik harga diri angkuhnya.

Namun yang ada dalam pandangan bocah itu adalah bayangan hijau yang bergantian dengan birunya pinggiran sungai, dan besarnya volume aliran air yang tampak seperti sumber kehidupan bintang-bintang yang mengalir melalui saluran arteri. Nilai mistiknya memberikan dampak besar pada Izayoi yang tumbuh di taman mini yang dikenal dengan nama Jepang.

Walaupun dia memiliki kekuatan manusia super, Izayoi saat itu masihlah bocah berusia sepuluh tahun.

Izayoi yang masih berpandangan sempit dan naif, telah mengalami suasana yang luar biasa dan misterius di sekitar Air Terjun Iguazu dan itu membangkitkan keinginan serta harapan di dalam dirinya.

Membawa harapan bahwa mungkin ada kemungkinan keberadaan, monster, yang bisa ia lawan dengan setara –“iblis”.

Namun harapan pertama yang dibawa oleh jiwa muda itu kemudian hancur lebur.


Bagian 7[edit]

Di dalam lubang dalam yang tidak dirusak oleh keberadaan manusia, hanyalah kolam air terjun biasa bahkan setelah menyingkap kemisteriusannya.

Keberadaan "iblis" yang bersembunyi di dalam Air Terjun Besar hanya membutuhkan sedikit waktu—untuk membuat Izayoi kecewa.

". . . Eeh? Jangan-jangan kesialanku dengan air dimulai sejak saat itu?"

“Eh?”

"Aahh, nggak. Bukan apa-apa."

Jika dia terus memikirkannya, bisa jadi kenangan sialnya dengan air hanya akan membuatnya terngiang dan penting baginya untuk memprioritaskan pembahasan pesta saat ini.


Bagian 8[edit]

Izayoi melompat penuh semangat ke kolam namun perasaan kecewanya terlalu besar. Setelah melompat dari air terjun, dia bahkan tidak menimbang untuk naik ke tepi sungai tapi membiarkan aliran Iguazu membawanya ke hilir.

Terapung-apung seperti kayu yang terhanyut oleh arus sungai, Izayoi telah terhanyut begitu saja hingga ke pertemuan Sungai Paraná. Seolah sudah meramalkan kejadian ini, Canaria terlihat sedang duduk mengenakan pakaian biru, menunggu kedatangannya.

Canaria mencoba mengeringkan rambut Izayoi yang basah menggunakan handuk di tasnya sambil menanyai pemikirannya.

"Bagaimana? Sudah bertemu "Iblis Iguazu"?

. . . Ahhh. Sejujurnya sangat-sangat membosankan.

"Ahaha—seperti dugaanku—mana mungkin ada iblis atau sebangsanya ada di situ, kan—?" Setelah mengeluh jengkel, nenek bau itu dengan ceria menggosokkan garam ke lukanya.

Walaupun Izayoi masih muda, dia bukan anak yang akan melamun tentang khayalan. Perasaan suci manusia hanyalah ilusi yang diolesi kosmetik. Itulah yang dia ketahui sejak awal.

Bagi Izayoi yang memiliki hadiah bakat bawaan, dia lebih mengenal misteri dibanding orang lain.

“…………”


Atau mungkin—Lebih tepatnya karena dia menginginkannya. Dalam berbagai kasus, "Iblis" terbukti tidak ada. Dan baru saja dia berpikir "nggak ada alasan lagi buatku tetap di sini". dan menghadap ke sungai—


"Kalau begitu, ayo lihat misteri sebenarnya."


—Apa? Izayoi langsung bersuara terkejut.

Selanjutnya adalah acara utama dan Canaria menarik tangan Izayoi untuk melanjutkan perjalanan setelah berkata begitu.

Kata-kata itu benar-benar membuatnya terbungkam dan menyerah ketika Canaria menariknya.

Mengikuti tepian sungai berbusa, mereka berjalan ke hulu dari pertemuan sungai tadi.

Selama itu pula, keduanya terus mengulang pujian atas indahnya pemandangan atau sesekali mengomentari burung liar yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, serta percapakan lainnya yang tidak berfaedah sama sekali, sambil berjalan menuju tujuan.

Saat lampu jalanan mulai menyala satu demi satu, Canaria menunjuk mereka sambil mengajukan pertanyaan.

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v8 p128.jpg


"Dik Izayoi, bagaimana menurutmu tentang lampu jalanan dan lampu-lampu di kota?"

…………?

"Awalnya, aku nggak suka lampu terang loh! Lampu-lampu itu nyembunyiin atmosfer malam dan nutupin cahaya bintang. Juga ngalahin hal mendasar kecemasan yang harusnya datang bareng kegelapan. Seolah menyatakan kalau semua warna cuma ada di perkumpulan manusia."

“…………”

Cahaya tiruan yang membanjiri dunia.

Itu bukan kiasan atau merujuk pada hal lain. Selama sejarah manusia terus tertulis, cahaya yang menyala dari planet ini akan selalu dikendalikan manusia. Dan memang akan begitu. Yang membuat Izayoi mengangguk setuju.

"Fufu. Mirip pandangan sempitku. Meski aku berniat mengumpulkan berbagai pengalaman, tapi pikiranku masih dangkal. . . H'em. Manusia memang hebat."

Canaria dengan ceria berjalan maju, sambil menggoyangkan rambut mirip Konpeitō.

Canaria yang dengan anggun mengenakan mantelnya, membawa Izayoi ke tempat kurang lebih tiga puluh kilometer jauhnya dari Ari Terjun Iguazu—Pembangkit listrik Itaipu.

Sekitar delapan kilometer di sepanjang Sungai Paraná, bendungan PLTA yang memiliki beberapa ton aliran air sebelum pelepasan terkontrol yang menyebabkan sejumlah besar semburan dan kabut dipancarkan dari kaki bendungan.

Canaria menatap ke bawah pada bendungan dari tepi dan menunjuk dinding raksasa yang dibuat manusia sambil tertawa.

"Wuaa! Sangat besar dan lebar! Dik Izayoi, bagian atas pembangkit listrik ini adalah tembok raksasa yang tidak bisa dilihat! " Bertingkah layaknya bocah gembira, dia menunjuk pembangkit listrik.

Menatap bendungan buatan manusia yang besar itu, Izayoi mendadak melihat kedua tangannya.

—Tangan manusia, dapat benar-benar membangun objek sebesar itu?

"Surga tidak mampu menciptakan sesuatu yang berdiri di atasku", Izayoi membuat sarkasme itu. Namun bangunan ini yang telah dibangun oleh manusia membuatnya merasakan dorongan tak terduga di hatinya, yang sangat berbeda dari perasaannya ketika melihat Air Terjun Iguazu dan dia pun mengepalkan tangannya.

Keahlian teknis semacam ini dalam teknologi adalah sesuatu yang tidak akan diperoleh dari evolusi mendadak "individu". Itu adalah bukti pencapaian yang hanya mungkin dari "spesies", Manusia, yang telah kehabisan evolusi di Pohon Filogenetik.

"H'em. Ini sangat besar dan memuaskan dari yang kubayangkan. Ini murni menakjubkan. Mampu membuat pencahayaan peradaban di tempat begini, tidak ada salahnya memberi mereka pengakuan kan? Memanen aliran sungai yang baru dan mengubahnya menjadi cahaya bintang-bintang. Tidakkah itu terasa puitis?"

“…………,”

Lampu jalanan yang masih terlihat dari sini.

Cahaya yang terletak di jalanan kota.

Semua itu yang Canaria gambarkan sebagai cahaya bintang.

—Listrik yang diproduksi dari dinding raksasa, yang mirip tebing menjulang, setara dengan sepuluh kali jumlah yang diproduksi PLTN. Mengubah ribuan juta listrik kinetik aliran air menjadi sejumlah listrik besar. Jika seseorang mengubah kekuatan yang mengalir alami di dunia menjadi cahaya di lampu jalanan kota, maka cahaya bintang—


"—Dik Izayoi. Ini adalah angin yang berhembus di zamanmu saat ini, zaman modern alkimia. . .!"


Canaria memandangi dinding raksasa buatan manusia sambil memberikan narasi yang seolah menggambarkan kebanggaannya. Menghadapkan punggungnya ke pemandangan air yang mempesona yang menari-nari sebagai latar belakangnya, Canaria memberikan senyuman yang tampaknya menjadi berkat bisu untuk kemajuan umat manusia.


Bagian 9[edit]

Sstelah menyelesaikan ceritanya, di mengakhirinya dengan tepuk tangan.

"Dan seperti yang kukatakan tadi, itulah kemakmuran tonggak bersejarah Manusia yang nggak bakal kalah dari [Underwood]. . . Jadi gimana? Meski cuma gambaran kasar, pastinya mengesankan bisa disetarakan sama arena air Pohon Besar kan?"

“……Uu, Mhm, Mhm.”

Berkebalikan dari postur tubuh Izayoi yang mengangkat kepala sambil membusungkan dada, Asuka menjawab dengan bungkam. Pasti mengejutkan dan tidak percaya jika sesuatu seperti itu akan dibangun di masa selanjutnya.

Yō, yang duduk bersila di lantai, mengangguk dengan penuh arti sambil bergumam dengan suara lembut yang tidak bisa terdengar oleh yang lain.

"Begitu ya. . . Di zaman Izayoi, peninggalan Itaipu masih beroperasi."

"Hmm? Ngomong apa tadi?"

"Tidak, tidak ada. Tapi kalau dipikir-pikir, ibu angkat Izayoi sepertinya seorang yang penuh semangat. Rasanya aku ingin menemuinya."

"Sama. Kalau bukan karena dia, aku pasti sudah lama bakal jemu tak tertahankan."

"Begitukah. . .? Itu sangat membuat yang lain iri padamu. Jika aku diangkat anak olehnya, mungkin aku akan seperti Izayoi dan mempelajari banyak hal."

Asuka mencibir sampai-sampai mirip marah.

Di sisi lain, Izayoi menjawab dengan tawa terbahak-bahak.


—Catatan sampingan, cerita yang disebutkan sebelumnya masih ada lanjutannya.


Izayoi yang sangat gembira, kemudian ketertarikannya terangsang dan menghancurkan sebagian dinding bendungan raksasa yang mirip benteng. Tentu saja, itu menbuat PLTA berhenti berfungsi dan menyebabkan pemadaman listrik di sebagian besar negara. Keduanya yang telah disebut sebagai teroris bergegas kabur dari perbatasan negara dan begitulah akhir cerita. Tapi nampaknya tidak disebutkan kali ini.


"Terakhir, akhirnya sampai pada seseorang dari masa depan, Kasukabe untuk cerita."

"H'em. Tapi sudah larut malam."

"Kurasa itu benar. Kita juga perlu bangun pagi besok, jadi ayo kita akhiri setelah ini."

Walaupun tidak terlihat dari kediaman VIP, bulan sudah naik hingga puncak langit malam.

Masuk akal bahwa tidak baik dua wanita tetap di kamar lelaki hingga larut malam.

"Kalau dipikir-pikir, apa yang kalian para gadis lakukan?"

"Yah, bukan tugas besar. Meskipun telah menerima permintaan untuk konstruksi, kami juga tidak banyak membantu. Jadi aktivitas utama kami adalah mengintai Raksasa."

"H'em. Aku biasanya mengintai di wilayah lautan pepohonan, membantu memanen buah. Lagipula masih ada bekas Peryton dan binatang iblis, dan sepertinya cukup bahaya."

Asuka dan Yō menyilangkan tangan, memeluk dada mereka sambil menatap cemas.

"Meski Sala masih tahap penyembuhan, dia terus bekerja tanpa istirahat. Mengatakan "Masih ada ancaman bahkan jika permainan Raja Iblis berakhir, jadi bagaimana aku, sebagai perwakilan hanya berbaring istirahat?!" ketika dia baru saja terbangun."

"Anggap saja ancaman binatang iblis mirip seperti Percher waktu itu. Meski kutukan Kematian Hitam sudah dilepaskan, kita menemukan sejumlah besar tikus yang membiarkan penyakit itu tererami dalam tubuh mereka kan?"


  • Hueh*, Izayoi langsung berekspresi terkejut.

Memikirkan masalah itu, dendam lama para Raksasa juga bisa dihitung sebagai bagian susulan dari permainan Raja Iblis sebelumnya. Menjadi pelindung dari gelombang kedua atau ketiga bencana juga menjadi tanggung jawab [Master Lantai].

"Kalau dipikir lagi, Komunitas sirkus yang kita lawan dulu. Juga peninggalan lain dari Raja Iblis kan?"

"Menurut Shiroyasha, sepertinya begitu. Mirip [Grimoire Hamelin], yang bahkan masih berfungsi setelah Raja Iblis dikalahkan."

"Tapi sirkus bergerak itu cukup menarik."


—Tepat sebelum Festival Panen.

Komunitas tanpa teritorial jelas dengan hanya kemah bergerak, Komunitas sirkus berjalan mengelilingi Taman Mini dan sampailah di Bagian Timur. Dengan kedatangannya ke Bagian Timur yang kekurangan hiburan, pasukan sirkus telah membuat keributan.

Fakta sebenarnya, itu adalah arena bergerak sirkus yang digunakan untuk menarik penonton untuk berpartisipasi dalam permainan.

"Sepertinya hanya mereka yang masih beroperasi. Andaikan seluruh sisa Raja Iblis seperti itu, pasti tidak akan membosankan."

"Kalau korban mereka sampai tahu, mereka pasti bakal marah. Tapi kupikir, bagus juga."

Yō dan Izayoi menahan dorongan tawa saat saling mengangguk.

Asuka menguap lebar dan menutupi mulutnya, malu. Setelah bekerja seharian, rasa ngantuknya sudah mulai mengambil alih inderanya.

Menurunkan bahunya seolah menyedihkan untuk menyelesaikannya segera, dia memulai bahasan terakhir.

"Lalu untuk mengakhiri malam ini, mari dengar pembicaraan Kasukabe pada topik ini. Tolong beritahu tentang "tren di zaman Kasukabe"."

". . . Tren? Apakah mengacu pada pakaian dan sejenisnya?"

"Apapun boleh, tapi bakal lebih baik kalau kamu sebutkan nama tren yang bisa menggambarkan Kasukabe sebagai seorang dari masa depan."

Izayoi memberinya tatapan senyum sinis. Itu adalah langkah kejam yang mewujudkan gagasan keraguan pada ucapan Yō yang berasal dari masa depan karena kurangnya bukti.

Yō memeluk tubuhnya sendiri saat berpikir hati-hati.

—Jenis tren yang pendek dan ringkas yang mampu membedakan zamannya dalam sekali bicara.

Kesulitan pembahasannya sangat tinggi tapi pikiran Yō sudah jelas.

". . . Aku mengerti. Lalu, tidak masalah kalau dalam bentuk aksesoris?"

"Tentu saja."

Asuka memberinya izin.

Izayoi juga mengangguk terkejut.

"Baik. Kalau begitu. . . Akan kuperkenalkan pada kalian headphone yang semarak di zamanku."

Haa? Izayoi membiarkan teriakan keluar dari mulutnya.

Reaksi itu jelas menunjukkan keraguan pada headphone yang mampu menjadi tren, tapi Yō tidak mempermasalahkan dengan meletakkan tangannya ke atas telinganya—


"Di zamanku—Heaphone telinga kelinci menjadi tren di seluruh dunia."


*Bishi*! Kedua tangannya mewakili telinga kelinci.

Mata kedua orang lainnya terbelalak—tidak lama kemudian tawa gelak pecah memenuhi ruangan.

Di dalam pikiran mereka berdua, yang tertawa hingga merasa geli, memiliki gambaran sama.

Gambaran tentang dunia yang sangat banyak orang mirip dengan Kuro Usagi, simbol perdamaian.

Melihat sisi lain dari ucapan Yō, jika benar headphone telinga kelinci menjadi tren saat itu. . .

Pasti zaman itu sangat damai, dan dipenuhi tawa yang bahkan membuat jepitan jatuh ke meja. Pujian ironis itu juga tersisip dalam ledakan tawa mereka.

Tawa Sakamaki Izayoi dan Kudou Asuka menggema di malam hari dari Pohon Besar saat permukaan sungainya terus memercik.

Translator's Notes[edit]

  1. Peribahasa yang berarti tidak macam-macam atau tidak mencari kerusuhan
  2. kutip [magrefnotes: kōcha berarti teh hitam, artian langsungnya adalah teh merah, tapi sama saja.]
  3. cek —>>[magrefnotes: kayaknya memang asli tulisannya SF. Jadi ngikutin agan magref yang jadi singkatan dari Science Fiction (SF) atau fiksi ilmiah]
  4. cekidot—>>[magrefnotes: Asuka berarti burung terbang/burung bebas, kira-kira seperti itulah.]
  5. Sky tree atau bisa juga disebut menara Tokyo
  6. Dari agan [magrefnotes: Konpeitō adalah manisan warna-warni yang tidak ada rasanya.] Hmm?
Kembali Ke Halaman Utama