Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Insonesia):Jilid 8 Petualangan Besar Lily

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Petualangan Besar Lily[edit]

Bagian 1[edit]

—[Kota Bawah Tanah, Underwood], Malam Festival Panen.

Waktu berlalu, sudah tiga hari berlalu sejak Festival Panen diselenggarakan ulang.

Kelompok Senior [No Name] membantu persiapan penyelenggaraan sebagai bantuan karena telah memperpanjang undangan Festival Panen kepada mereka. Dan hari ini, Lily yang ditunjuk menjadi pemimpin Kelompok Senior, sedang mengantarkan pesanan di Kota Bawah Tanah.

Lily dan Kirino sedang mengangkut keranjang ketika hembusan dingin menyapu Kota Bawah Tanah, melewati cabang-cabang Pohon Raksasa dan berlalu begitu saja.

“Kya!”

Diterpa angin, telinga rubah Lily tertarik dan membuatnya berteriak kaget. Menekan aksesoris rambutnya yang menambah bonus keistimewaan, Kirino sang peri pohon tertawa saat berjalan mendampingi Lily.

"Angin yang berhembus ke [Underwood] sangat kuat. Berhati-hatilah Mbak Lily."

“Mhm. Terima kasih, Kirino.”

*Beishi* Telinga rubahnya tegak. Keduanya berhati-hati menyusun ulang bahan-bahan sekeranjang penuh sebelum melanjutkan perjalanan menuju lokasi yang ditunjuk untuk mengantarkan bahan-bahan pesanan dengan baju pelapis[1] mereka mengayun. Keranjangnya penuh dengah jagung dan labu yang disumbangkan seseorang yang terlibat dalam Festival Panen. Wewangian kesegaran panen jagung dari sawah membuat semangat Lily membumbung bahagia dan langkahnya berderai gembira di atas trotoar.

"Jagungnya terlihat lezat kan~? Apakah akan kita masak atau memanggangnya di Festival Panen nanti?"

"Kudengar di kedai malam akan memanggangnya. Nanti akan dibakar di pemanggang kawat setelah mengupas helai halus jagung dan kelobot[2]nya. Ini karena Menteri Garol mengatakan jika jagung yang baru dipanen pasti manis dan lezat."

"Begitu ya~? Aku sangat menantikan Festival Panen~"

*Beishi* Telinga rubahnya tegak gembira.

Mereka akhirnya berlari setelah kegembiraan tak terkendalikan dalam mengantisipasi Festival Panen, mereka tiba dengan cepat ke lokasi pengiriman.

—Walaupun telah diserang Naga Raksasa di [Underwood], Festival Panen kembali diselenggarakan, berkat Komunitas sekitar yang datang membawa materi untuk perbaikan dan usaha untuk melaksanakan kembali. Namun, meski dikatakan terdekat, yang ada di balik Gerbang Luar di tempat luas yang disebut Taman Mini adalah dunia yang sangat jauh. Karena itu, juga mengakibatkan beragam bahan dan makanan yang tidak seragam.

Ambil contoh, tempat kaya air [Underwood], gandum menjadi bahan pokok makanan dan produksi biji yang populer. Namun jagung adalah biji yang mencintai iklim yang lebih kering dan menjadi bahan yang hanya ditanami di sejumlah kecil wilayah tetangga. Lalu, bagaimana bisa ada banyak makanan yang bisa ditemukan di Festival Panen?

Itu karena bahan-bahan itu seluruhnya di panen oleh Komunitas yang berlokasi di Gerbang Luar jauh ketiga, di tengah padang gurun, dan disumbangkan pada Festival Panen [Underwood].

Disamping menjadi sumber makanan, biji jagung juga bisa dimanfaatkan sebagai minyak. Itulah sebabnya [Six Scar] juga menandatangani kontrak untuk mengimpor dari penyumbang berbeda. Pihak lain pun akan sangat senang mendapatkan kontrak baru.

Meski nampak seperti rencana berliku untuk mencoba mengambil keuntungan demi kebaikan menarik perhatian perdagangan, keuntungan dari menerima sumbangan dan mendirikan hubungan dengan Komunitas yang jauh adalah bagian terberatnya. Karenanya, itu menjadi agenda dibalik pengantaran barang-barang bantuan untuk disumbangkan pada Komunitas yang mengalami kerugian akibat perang melawan Raja Iblis.

Ini adalah kebajikan yang diperlukan seseorang demi kemakmuran di dunia luas Taman Mini.

(Ah, menyedihkan. Seandainya sawah [No Name] sudah siap, kami juga bisa menyediakan nikmatnya nasi ke dalam daftar.)

Meski langkah kaki Lily gembira, dia masih sedikit kecewa karena melewatkan kesempatan membuat debut di Festival Panen. Lagipula, ritual makanan yang hadir dalam bentuk Festival Panen menjadi panggung terbaik untuk menampilkan hasil harian kerja mereka.

Menjadi pelayan binatang agung dari biji Dewa Uka, itulah harapan asli Lily untuk bisa berpartisipasi sebagai penyelenggara.

Namun, Lily segera menampik pikirannya dengan menepuk tangan bersamaan.

(Tapi, harus kutahan. Keegoisan itu bisa menunggu dan dilakukan setelah membayar hutangku pada Mas Izayoi dan Mbak Kuro Usagi.)

Area perkebunan [No Name] memang sedang mengembalikan kesuburannya. Lily pernah menyerah karena berpikir tanahnya tidak akan pernah bisa digunakan lagi di generasinya. Namun, sekarang berbeda.

Tahun depan sawah [No Name] nampaknya mampu menghasilkan hamparan biji kuning keemasan yang bergoyang indah.

“……HeHe”

“Ada masalah?”

"Tidak, tidak ada. Ayo kita cepat kita serahkan keranjang ini. . . Kyaah."

  • Thunk!* Tidak diketahui siapa yang menabraknya dari belakang dan itu membuat jagung dan labu yang ada di dalam keranjang beterbangan dan berserakan di jalanan.

"Aduh, maaf Lily. Aku nggak perhatiin jalan."

Dia adalah Sakamaki Izayoi, yang berdiri di tempat penyerahan bahan-bahan itu.

Lily dengan gelisah mengambil bahan-bahan itu dan menggoyangkan ekor kembarnya sambil menunduk.

"Ma, maaf! Akulah yang tidak memperhatikanmu. . .Tapi Mas Iz?"

“Nggak, nggak masalah. Siniin keranjangnya. . . Ya?!"

“Mas Izayoi, kenapa bisa ada di gudang penurunan bahan-bahan?"

"Hmm~, aku cuma bosan. Jarang-jarang ada kesempatan buat pakai beberapa bahan jadi aku pengen menghibur diri. Lagian, aku sudah lama nggak masak."

Setelah bicara, dia menggigit apel yang diambil dari gudang makanan, memastikan rasanya.

Lily terbelalak kaget.

"Mas, Mas Izayoi bisa masak?"

“Oi. Meski aku nyerahin bagian nyiapain makanan pada kalian selama tinggal di Taman Mini terus nggak ada kesempatan buat masuk dapur, awalnya aku hidup sendirian loh. Apalagi, rumah lamaku punya sistem pergantian tugas masak rutin. Meski saat itu aku bocah nakal, tapi aku juga nyelesain rutinitas tugas rumah loh."

Izayoi menjawab acuh tak acuh sambil melihat tumpukan bahan untuk diseleksi.

Sebaliknya, mulut kecil Lily menganga saat berdiri sambil melamun. Bagi anggota Kelompok Senior [No Name], Izayoi menjadi pasukan utama Komunitas dan dia menjadi juru kunci yang mampu membawa Komunitas menjadi terkenal.

Dia, yang mampu melawan musuh setingkat setengah Dewa hingga Dewa sebenarnya mampu membantu pekerjaan rumah? Lily benar-benar terkejut.

"Mas Izayoi. . . Tidakkan kamu merasa tidak puas dengan kehidupan seperti itu?"

“Maksudmu?"

“Maksudku, Mas Izayoi sungguh seorang yang luar biasa. Kekuatanmu bertujuan untuk menghadapi makhluk setingkat Dewa, dan tidak memegang pisau dapur. Lalu, orang-orang itu dengan mudahnya memintamu mengurusi tugas rumah dan sejenisnya. . ."

Telinga Lily menunduk saat pipinya menggelembung.

Dari istilah "dengan mudahnya memintamu mengurusi", itu pastilah kesalahpahaman bahwa Izayoi telah dipaksa melakukan pekerjaan yang tidak cocok dengan kemampuannya.

Izayoi yang memahami kesalahan itu, lalu tersenyum masam.

Walaupun dia memahami ucapan Lily, namun fakta bahwa dunia Taman Mini dan dunia Luar memiliki perbedaan budaya. Struktur masyarakat juga sangat berbeda.

Di Taman Mini, mereka yang memiliki kekuatan akan bergantung pada mereka yang tanpa kekuatan untuk hidup. Namun itu bukan segalanya. Bahkan setelah memenangkan wilayah atau memperoleh sumber air, mereka masih harus bekerja untuk menyuburkan tanah secara efektif.

Agar menang melawan para Dewa, hanya orang-orang yang bisa menggunakan berbagai Hadiah, mampu selamat dari pertempuran. Usia dan kekuatan bukan masalah. Selama yang kuat dan yang tidak kuat mampu bekerja sama. Itulah budaya di dunia Taman Mini.

Tapi berbeda dengan dunia Izayoi. Tanpa menghiraukan bakatnya, anak-anak akan berada dalam perlindungan orang dewasa hingga mereka cukup umur untuk masuk kedalam ranah masyarakat. Meski wajib belajar juga memberikan teknik kehidupan, namun belum mampu memberikan seseorang pengetahuan dan kemampuan praktis. Terutama di Jepang tempat Izayoi tinggal yang memberikan kelebihan kenyamanan material dimana bakat luar biasa bisa dengan mudah diganti dengan peralatan peradaban modern. Kepribadian Izayoi yang seharusnya berefek dalam masyarakat, malah membongkar angin kemunduran.

Era dimana benih kejahatan tidak dihukum.

Suara penuh perhatian dari orang biasa yang meminta kesetaraan.

Merayakan kesetaraan manusia ketika sebenarnya tidak mampu dicapai oleh siapapun.

Jepang, negara yang bergantung pada sistem monitor antar tetangga untuk berhasil mengatur kejahatan serta membuat kejahatan, Izayoi menganggapnya sebagai tempat membosankan bahkan sebelum didatangi Canaria. "Warga yang mengharapkan kemasyarakatan ideal (Utopia), tapi juga warga yang membuat sistem pengelolaan dalam kemasyarakatan (distopia). Sungguh contoh yang langka"—Dan itu adalah susunan dan ringkasan langsung terhadap situasi.

Jika Izayoi dengan bakat luar biasanya hadir ke dunia dengan negara seperti itu, sudah dipastikan jika dia akan dianggap sebagai orang yang menyusahkan. Itulah yang Izayoi hindari.

Lagipula kepribadiannya adalah tak kenal ampun terhadap lawan. Mengenai lawan lemah yang harus menjadi musuhnya, tetap saja akhirnya tak terelakkan meski Izayoi mengasihani mereka.

Meski Izayoi tidak tertarik dengan kerja dunia, bukan berarti dia tertarik untuk menganiaya yang lemah.

Dia merasa keren jika menggunakan kekuatan hebatnya melawan musuh yang sangat kuat.

". . . Ahh, nggak. Bukannya gitu."

“Aye?”

Izayoi terdiam oleh ucapannya sendiri, dia pun memikirkan cara lain untuk menjelaskannya dengan sudut pandang berbeda.

"Itu bukan tugas wajib. Cuma, negara asalku— Yah, kami pakai pedang yang bisa membelah gunung dan sungai buat mengupas apel dan pakai api yang bisa membakar hutan buat nyalain lampu. Tempat yang damai dan makmur sampai-sampai kami bebas pakai sumber daya buat hal-hal nggak guna."

Tertawa "wahahaha", dia menggigit lagi hingga mulutnya dipenuhi apel merah. Jika zaman itu seperti zaman perang Asuka, masa depan Izayoi pasti akan berbeda. Namun, kelebihan itu hanya menjadi pertimbangan tak berguna di masanya sendiri.

Mata Lily semakin melebar seolah memahami gagasannya ketika tersenyum dan mengangguk.

"Itu sungguh. . . Negara yang sangat damai."

"Aahh. Berkat itu pula, kemampuan kulinerku berkembang. . . Jadi gimana? Kalau mau kumasakin, aku bisa mencampur bahan yang kamu sebutin loh."

Setelah menghabiskan apelnya, Izayoi tersenyum penuh percaya diri.

Lily menegakkan telinga rubahnya gembira.

"Begitu ya, aku ingin hidangan makanan menggunakan bahan-bahan di keranjang ini!"

“Heh~? Barang-barang yang barusan kamu antar?”

"Iya. Ada jagung, labu, telur sakura, dan beberapa keju."

Izayoi antusias mengintip bahan-bahan di dalam keranjang. Ukuran keranjang besar diiisi dengan bahan-bahan yang baru diantar dan salah satu yang menarik perhatian adalah telur besar dan berwarna bunga sakura.

"Hei, telur berwarna sakura. Apa rasanya enak?"

“Iya. Ini adalah telur dari jenis burung Sakuramiru yang membangun sarangnya di pohon sakura. Kudengar telur ini sering dibuat Kue Pai."

“Oohh? Kue Pai?"

Melirik sekilas keranjang itu, Izayoi menatap bahan-bahan itu sambil mengernyit alis.

Dia tiba-tiba mendongak dengan ekspresi seolah teringat sesuatu.

"Labu, telur, dan keju. Kalau ada bacon[3] dan tepung gandum, aku bisa nyiapin Kue Pai Labu Asin."

"Pai Labu. . . Asin?"

“H'em. Itu masakan lokal Eropa. . . Kalau cuma diomongin susah dipahami kan? Mencampur telur dan bubur labu bersamaan sebelum menuangkan adonan buat pondasi lalu topping-nya krim gandum sama keju. Itulah panggangan bergaya Eropa. Meski cuma sekali nyicipin pas bepergian, rasanya mantap abis."

Mengambil sebuah labu dengan ekspresi seolah tenggelam dalam kenangan yang membuat bibirnya terlihat santai. Itu adalah ekspresi yang langka dari Izayoi.

Dan Lily, yang tenggelam dalam imaginasi Kue Pai Labu Asin yang belum pernah ia temui, tersenyum bahagia.

"Hanya mendengarkan rinciannya cukup membuatku menilai kenikmatannya."

"Oh! Aku bakal jamin kalau rasanya emang maknyus."

Tertawa gelak, Izayoi memutar labu di tangannya sambil berdiri.

"Kalau membuat Kue Pai labu asin, kita masih butuh tepung gandum dan bahan-bahan lain. Lily, kau tahu dimana nyarinya?'

"Ah iya! Akan kupimpin jalan!"

*Pi* Telinga rubah Lily tegak.

Setelah memberikan salam perpisahan pada Kirino yang tetap tinggal di gudang makanan, mereka berdua pergi ke alun-alun tempat kios-kios kecil menjajakan daging dan gandum.


Bagian 2[edit]

—Bazaar [Underwood].

Sosok Kudou Asuka dan Kasukabe Yō muncul di wilayah Bazaar.

Bazaar itu, yang sangat ramai karena banyaknya pengunjung dan tamu di Festival Panen bukan hanya menjajakan makanan, tapi juga memajang berbagai kain lebar, kain tenun, dan pakaian yang diwarnai dengan warna unik lokal, dan menawarkan ukuran yang diinginkan pelanggan.

Namun, dikarenakan berkah iklim panas di Bagian Selatan selama setahun penuh, ukuran kain yang dijadikan pakaian relatif kecil. Dengan kata lain, cukup terbuka.

Asuka menatap tegas pakaian Bagian Selatan di tangannya.

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v8 p146.jpg

". . . Ini, sedikit memalukan."

"Begitukah? Kupikir ini cocok denganmu, Asuka."

Yō, yang menemani Asuka berbelanja ikut melihat-lihat.

Yang dia pegang adalah 'hakama' yang bagian sekat rongga badannya dihilangkan dan bagian bawahnya diganti dengan rok mini ketat. Rok dengan pola bunga sepertinya didesain dengan maksud untuk memamerkan satu kaki.

Meski Asuka tertarik dengan desain bunganya, pikirannya tentang pahanya yang sepenuhnya tampak cukup membuat ekpresi kesakitan di wajahnya.

"Pakaian ini, kurasa tidak. . ."

“Oh baiklah. Lalu pakaian macam apa yang Asuka suka? Pakaian Barat?"

"Mengenai gaya barat atau timur, tidak masalah selama terlihat imut. Aku juga sering mengenakan 'kimono' dulu."

Ohh, mata Yō bersinar.

"Aku juga suka kimono. Ada perasaan mirip dipeluk ketika mengenakannya."

“Fufu, benar. Lebih baik jika kita punya satu setnya untuk berjaga-jaga. Ayo berkunjung ke [Thousand Eye] untuk melihat-lihat ketika ada kesempatan."

Keduanya saling melempar senyum dan mengangguk.

Ketika berbalik ke arah yang mendadak ramai, mereka menandai keberadaan Lily dan Izayoi yang tangan mereka dipenuhi barang-barang yang mereka beli.

Melihat lambaian Asuka, Izayoi pun membalas lambaiannya.

"Hei, kalian para gadis juga berbelanja di sini?"

“H'em. Kami cukup senggang saat ini."

“Kami sedang menggunakan kesempatan ini untuk menyiapkan rencana itu. . . Mendapatkan hadiah untuk Kuro Usagi."

Yō menunjuk kios-kios Bazaar yang memajang banyak barang.

Telinga rubah Lily langsung tegak sambil tersenyum.

"Mbak Kuro Usagi. . . Pasti senang setelah menerima hadiahnya kan?"

"Yah, tergantung dari usaha sih. Kembali ke topik, terus sudah dapat sesuatu?"

"Fufu. Ini adalah sisir yang diwarnai merah yang dipahat dari ranting Pohon Air."

"Sisir ini bagus, bisa melembapkan rambut berantakan menjadi halus dan rapi. Dan kami punya tiga dengan desain berbeda untuk kita bertiga."

Heheh, mereka berdua mengangkat kepala sambil membusungkan dada. Sisir yang dipahat dari ranting Pohon Air mungkin patut dengan memberi kelembapan pada rambut ketika dibuat menjadi produk seperti ini.

Izayoi yang belum memutuskan jenis hadiahnya, takjub dengan pilihan cepat tak terduga dan jujur mereka.

"Ohh. Benda indah dari pahatan lokal memang pilihan yang sangat bagus. Meski nggak ada faktor 'wow', tapi cukup resmi."

"Kurasa aku harus berterima kasih pada sikap ramahmu. Jadi, apa kamu sudah memutuskan hadiahmu Izayoi?"

"Belum, aku belum memilihnya. Aku ke sini buat hal lain."

Mereka berdua memiringkan kepala dan Lily yang berdiri di samping segera memberi penjelasan.

"Karena Mas Izayoi bilang ingin membuatkanku Kue Pai Labu Asin. . . Maukah kalian bergabung?"

Lily mengundang mereka berdua ketika ekornya mengibas vertikal.

Asuka dan Yō terkejut hingga mematung tapi segera tersenyum lebar sambil mengangguk setuju.

“Hm~. . . Izayoi memasak. Kamu sungguh bisa?”

“Heheh, jelas dong. Aku berani bertaruh bakal lebih baik dari kalian, loh."

". . .Wah, komentar itu sepertinya tidak bisa dibiarkan berlalu begitu saja."

Kedua gadis bersemangat atas tantangan Izayoi. Itu adalah tantangan yang tidak bisa diabaikan mereka.

Ketiganya saling menatap mata bergantian.

“—topik?”

"Makanan bergaya barat. Hidangan utama kue pai asin dan yang tersisa adalah sup sama perangsang selera."

"Mengerti. Ayo, Asuka!"

Asuka dan Yō segera pergi ke gudang bahan makanan dan Izayoi menatap kepergian mereka sambil tertawa gelak, puas.

"Kita berhasil, Lily! Jumlah makanan bakal bertambah!"

“Hehe, kita berhasil—?"

*Pi* Telinga rubah Lily tegak gembira.

Selanjutnya, Izayoi yang telah mendapatkan bahan yang dibutuhkan, terlihat termotivasi setelah berpisah dengan Lily setelah berucap, "ayo ketemu di sini sejam lagi".

Dengan waktu senggang itu, Lily mulai berjalan-jalan di sekitar bazaar sambil mencari hadiah untuk diberikan pada Kuro Usagi, seperti Asuka dan lainnya.

Untuk bersiap di Festival Panen, Kelompok Senior telah diberi sejumlah gaji yang cukup memenuhi dompet mereka. Namun itu telah terhitung dan dibayarkan setelah menyelesaikan pekerjaan. Melompat-lompat dengan ekor kembarnya mengibas, Lily mulai mencari hadiah di toko hadiah kecil.

(Awalnya, aku ingin memberi jepitan ke Mbak Kuro Usagi. . . Tapi setelah berpikir lagi, akan lebih baik kalau memberikannya barang lain, kan?)

Hmm~ Lily kesulitan. Awalnya ia mempertimbangkan jepitan yang berfokus pada kecantikan pengguna seperti yang dipakai Kirino. Kemudian, meski Kuro Usagi suka mengenakan gaun indah, dia bukan orang yang peduli dengan aksesoris. Dan itulah yang dipikirkan Lily.

(Walaupun ada aksesoris rambut cantik berwarna putih dan kuning, perhiasan rambut cantik itu akan cocok dengan kesukaan Mbak Kuro Usagi, tapi kalau Mbak Asuka dan Mbak Yō memberinya sisir. . . HmmHmm Sepertinya cocok.)

“WUAAAAAAHHHHHHH! Ada sapi gilaaaaaaaaaa!!!!"

Eh? Mendengar seruan itu, dia menengok ke arah kerumunan. Kemudian, dari arah berlawanan jalan yang berpusat di bazaar, suara dentaman tapak kaki *Don don don!!!* dan pusaran debu disertai sapi yang kabur dengan bengis menyerbu menuju bazaar.

“Aie….. AIIEE–!??”

Tidak mampu menghindari serbuan insiden ini, dia melayang setelah diseruduk dari belakang. Momentum hebat dari tubrukan membuat Lily salto beberapa putaran di udara sebelum memantul. Mengenai kerumunan dan memantul lagi, mata Lily sudah berputar-putar.

Kya~ dengan teriakan kaget, meskipun dunia sekitarnya berputar hingga membuatnya mampu melihat bintang, dia memaksakan diri tetap sadar.

Kemudian, setelah kesulitan itu, dia menyadari perubahan di sekelilingnya.

(Ah. . . Eh? Tadi masih siang, bagaimana bisa sudah gelap. . .?)

Dia menatap ke segala arah.

Tampaknya dia telah tergelinding ke celah jurang tertentu di Kota Bawah Tanah. Jurang itu tampak menjulang di sekitarnya dan mencegah cahaya matahari masuk. Juga membuatnya gelap. Melihat ke atas, seseorang bisa melihat jika akar pohon telah tumbuh di retakan jurang seperti jahitan luka dan seolah menambah alasan kegelapan tempat itu.

Namun, ada sumber cahaya buatan yang jarang dibuat di kedalaman jurang.

"Ada toko. . . Di tempat seperti ini?"

Jalan terusan yang terhubung di kedalamaan cukup luas hingga seukuran lelaki dewasa, namun bisa dipastikan jika ada obor sungguhan atau semacamnya di depan sana yang berkelap-kelip goyah.

Lily terdorong untuk meninggalkan lokasi gelap ini, serta minatnya yang mulai membuatnya penasaran tentang toko di tempat tidak masuk akal ini.

(Mungkin, aku bisa menemukan hadiah sempurna di tempat ini. . .)

—Karena di dunia Taman Mini adalah tempat tinggal para Dewa. Kemungkinan ada kesempatan untuk menggali harta karun tidak diketahui di tempat tidak biasa ini. Rasa penasaran Lily menekan rasa takutnya saat terus berjalan.

Setelah semakin mendekati sumber cahaya, jalan lintasan di celah jurang melebar lalu memasuki sebuah gang kecil yang dihias dan ketika menengok jelas sudah jika Lily telah berjalan cukup jauh.

Mungkinkah aku tersesat di tempat mengerikan? Tubuhnya mulai gemetar ketika memikirkannya. Walau begitu, dia tetap berjalan menuju pintu anggun bergaya mewah. Dan itu pasti jalan masuk menuju toko.

Potongan kaca tergantung di sisi pintu mewah dan berputar ketika terkena cahaya. Pintu yang berwarna hitam legam sesuai dengan pola daun emas di sepanjang pintu. Walau sempat membuatnya ragu untuk melihat toko berkelas yang bisa dikenali setiap orang dengan sekali tatap, di tempat ini, jelas akan sia-sia jika dia kembali begitu saja setelah jauh-jauh datang kemari.

Lily memutar kenop pintu perlahan lalu diam-diam menyelidiki interior toko.


Bagian 3[edit]

—[Underwood], Makan malam di bagian Ruang Tamu Utama.

Matahari terbenam, dan malam pun tiba. Suara gemericik air dari Pohon Raksasa, anggota [No Name] memulai pesta makan malam mereka.

Mendengar kabar jika bocah rusuh akan menunjukkan kemampuan mereka, Garol dari [Six Scar] dan Sala dari [One Horn] juga bergabung hingga membuat perjamuan lebih gaduh dari yang direncanakan.

Garol yang membawa anggur merah, meminumnya dengan senang sambil memuji para koki yang menyajikan makanan mereka di perjamuan malam itu.

"Kuu ha!! Wah wah! Rupanya kalian juga sangat baik dalam memasak ya? Akan menyedihkan jika kalian tidak menaikkan kepandaian memasak dengan standar ini!"

“Oh jangan bercanda. Kemampuan memasakku cuma sebatas minat. Kalau kepengen kami main di ranah kompetisi, aku lebih milih Kasukabe yang jadi perwakilan."

Izayoi sedikit muram ketika menggigit Kue Pai asinnya.

Asuka yang duduk di sampingnya juga menambahkan dengan lesu.

"Kamu benar. . . Aku sangat tidak menyangka jika Kasukabe pandai memasak. Malahan, itu membuatku sedikit cemas. . ."

"Be, benarkah?"

Yō menggaruk kepalanya sambil tersenyum malu.

Di hadapannya ada sup sayuran yang siap dihidangkan.

Aroma rempah-rempah menyeruak bersamaan dengan uap dari sup yang merangsang hidung. Dan terlihat merangsang selera makan di malam dingin [Underwood].

Sala yang duduk bersama mereka, mengambil sesendok kentang kukus lalu dimasukkan ke dalam mulut dengan pertimbangan. Pipi Sala memerah dan mulutnya terlihat santai saat mengangguk.

"Tidak, ini dibuat dengan sangat baik. Bukan hanya metode memasak, tapi juga seleksi bahan-bahan yang penuh kehati-hatian ketika mempertimbangkannya."

"H'em. Aku ahli dalam menemukan bagian terbaik yang kubutuhkan. Lagipula, aku hidup sendirian dan demi bisa membuat masakan lezat untuk diriku sendiri, secara tidak sadar aku telah mencapai tahap ini."

Yō mengangguk dan menjawab dengan cukup bangga. Izayoi semakin muram saat menggigit Kue Pai asinnya lagi.

Kemudian, Yō mengalihkan pandangan pada Lily yang duduk lurus di depannya.

". . . Ada apa Lily? Apa kamu tidak mau makan?"

"Aye. . . Ah, iya! Selamat makan!"

Menepuk tangannya bersamaan sebelum menyendok makanannya dengan wajah susah. Semuanya pasti akan berpikir jika Lily akan segera ceria. Tapi waktu berlalu dan tidak ada tanda Lily memberi respon itu. Bahkan terlihat bingung ketika memakannya.

Menyadari hal itu, Asuka bertanya cemas.

"Lily, ada apa? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

“Tidak, bukan. Tidak seperti itu."

“Tapi kamu tidak terlihat seperti biasanya. Kenyataannya, ada sesuatu yang terjadi, kan?"

Asuka memajukan badan ketika bertanya.

Walaupun Lily sempat terdiam kesusahan, dia kemudian mendongak sejenak untuk menceritakan kejadian yang menyuarakan pikiran terdalamnya.

"Sebenarnya, aku menemukan toko yang sangat luar biasa hari ini. . . Ada bros cantik di pajangan yang sangat ingin kuberikan pada Mbak Kuro Usagi."

“Heh? Bukankah bagus?"

“Iya. Tapi. . . Aku tidak mampu membelinya. . ."

Telinga rubahnya menunduk gundah. Membuat prakiraan alasannya, Yō langsung menambah.

"Kalau kekurangan uang, maukah kubantu membayar sisanya?"

"Tidak, bukan begitu! Meski uangku memang tidak cukup, tapi toko itu juga tidak mengizinkanku membeli barang karena hal lain."

"Toko yang tidak mengizinkanmu membeli barang karena hal lain?"

Semua orang saling pandang keheranan.

Namun Izayoi memiliki kilat tajam di matanya disertai seringai.

"Jangan bilang kalau itu ada sangkut pautnya sama Permainan Berhadiah?"

". . . Iya. Ada [Gulungan Geass] yang menempel di depan toko yang artinya 'hanya mereka yang mampu melewati permainan, bisa membayar sebagai pelanggan'."

"Toko yang nggak niat jualan barang. Emang ada?"

Izayoi menatap para Tuan Rumah, Sala dan Garol.

Mereka berdua berekspresi bingung namun tidak mengelak.

"Bukan berarti tidak ada. Beberapa toko yang memiliki harga diri tinggi terhadap Bendera Komunitas mereka boleh menambah kondisi itu."

"Benar. Bahkan toko [Six Scar] juga memiliki syarat bagi pelanggan baru untuk melewati Permainan. . . Namun ini jarang terjadi ketika bazaar umum dibuka."

Garol menambah informasi dengan suara tidak menyenangkan. Itu pasti ketidakpuasan karena ada toko yang menyeleksi pelanggan di bazaar yang ia selenggarakan. Dalam keadaan normal, ini sangat tidak sopan.

Namun Lily menggeleng.

"Itu, kurasa Permainan Berhadiah ini tidak bermaksud begitu. Karena di sana tidak ada pemilik tokonya."

“Apa?”

Garol sungguh-sungguh berteriak kaget. Lily mengulang kejadian dengan menceritakan tentang toko yang berada di lokasi tak biasa dengan lengkap.

Mulai dari lampu temaram yang terlihat di jalan terusan celah jurang.

Pintu mewah yang dicat hitam dengan pola dedaunan emas.

Barang pajangan yang memamerkan keanggunan.

Boneka bermata biru yang memegang [Gulungan Geass].

"Ohh. Jalan terusan mirip labirin, pintu mewah, banyak pajangan mewah dipajang tanpa pramuniaga. . . Biasanya skenario itu buat jebak pencuri kan?"

“Yeah. Jika bukan anak kecil berpikiran murni, seperti Lily, orang itu mungkin sudah diserang ketika mengambil barang."

Asuka juga mengangguk mewaspadai pikiran itu. Pembahasan mengarah pada kecurigaan.

"Terus, apa isi [Gulungan Geass]-nya?"

"Yah, meski tidak bisa mengingat seluruh teks. . . Di dalam toko, ada kursi ini yang mungkin milik pemilik toko. Dan isinya menunjuk pada perbaikan boneka yang didudukkan di atas kursi. . . Begitulah kira-kira."

". . . Terdengar ambigu."

Yō memiringkan kepala sementara Lily mengayunkan ekor kembarnya dan menunduk dengan ekspresi susah.

Karena merasa terlalu banyak berpikir tidak akan berbuat banyak, trio bocah rusuh bangkit dari kursi.

"Bagaimanapun, kalau ada toko yang pasang pikatan sama jebakan, itu masalah buat kita."

"Yeah. Kita tidak akan bisa menyimpulkan apapun jika tidak melihat dengan mata kepala sendiri."

"H'em. Bagian terpentingnya, sepertinya menarik."

Setelah Yō mengatakannya, Izayoi dan Asuka mengangguk setuju.

Garol dan Sala menatap linglung ketiganya sebelum mengangkat bahu.

"Oi, Tuan Perwakilan. Bisakah aku memintamu ikut melihat lokasinya sebagai Tuan Rumah?"

"Mengerti. Jika keberadaannya mengancam, tidak apa kan menghancurkannya?"

“Aahh. Hancurkan saja sebelum ada korban."

Dengan berakhirnya perjamuan, arah tindakan selanjutnya diputuskan.

Trio bocah rusuh, Sala, dan Lily meninggalkan Ruang Tamu Utama.


Bagian 4[edit]

—Malam Festival Panen, Bazaar [Kota Bawah Tanah, Underwood].

Menerobos kerumunan berisik dan ramai di bazaar, karena ketidaksabaran partisipan yang berseliweran di bazaar untuk menunggu dimulainya Festival, regu itu sampai di celah jurang. Dan mereka mengerutkan kening ketika merasakan suasana aneh yang mengelilingi celah tidak wajar itu.

Walaupun celahnya cukup luas untuk dilewati seseorang, apakah masuk akal jika tidak ada orang yang menyadarinya hingga kini? Toko bergerak dan kerumunan geger bahkan tidak mendekati dengan area ini dan tampak agak sunyi.

Mencurigai tempat itu, Izayoi menatap sekitar dan menyeringai.

"Gitu ya. Ini dibuat dengan niat biar susah diliat sembarang orang, eh?"

"Sepertinya begitu. . . Mungkin ada Hadiah yang bisa membuat orang menjauh."

“Ara, lalu bagaimana Lily bisa menemukan celah ini?"

“Itu, itu, karena. . . sapi mengamuk yang menerbangkanku. . ."

Apa? Semuanya serentak bertanya.

"Oi oi. . . Apa maksudmu sapi ngamuk? Emangnya kamu masuk arena adu sapi?"

“Yeah. Sapi mengamuk hingga membuatmu terbang hingga masuk celah. . . Bukannya terlalu kebetulan?"

“H'em. Kebetulan memang ada sapi mengamuk dan membuat Lily terbang. Bagaimana mungkin kebetulan itu. . ."

“Wuaaaaahhhh! Ada kuda ngamuuuuuuuuuuukkkkkkk!!!!!!!!”

*Neigh NEIGH~!!!!* Terdengar suara ringkik disertai datangnya para kuda.

Lily yang berdiri paling belakang sekali lagi “Kyaa~!?” diterbangkan ke dalam celah sambil berteriak.

“—……”

“—……,”

“—…… .”

“Oi! Apa yang kalian tunggu?! Cepat kejar anak itu!”

Sala berseru pada mereka sebelum menarik trio bocah rusuh.

Kembali sadar, ketiganya bergegas mengejar Lily.


Bagian 5[edit]

Setelah lima menit perjalanan melewati celah Kota Bawah Tanah, Izayoi dan lainnya menemukan Lily di lokasi yang rapi mirip toko yang tertata rapi.

Asuka bergegas melangkah untuk memeluknya cemas.

"Apa, apa kamu baik-baik saja, Lily?!"

"I, iya. . . Aku masih merasa agak pusing. . ."

Walaupun bintang-bintang masih berputar di kepalanya, Lily masih mampu menjawab sopan. Dan setelah semuanya merasa lega, kemarahan muncul mengacu pada kuda ngamuk tadi.

"Kasukabe. Gimana kalau makan malam besok sashimi daging kuda?"

"Setuju. Ditambah sapi panggang sebagai pelengkap."

H'em, mereka saling mengangguk mantap.Walaupun Sala sangat terkejut, dia menyalakan api di ujung jarinya sebagai ganti pencahayaan, menyinari area sambil memimpin jalan. Lagipula, cahaya bulan diblokir oleh jaringan akar dari Pohon Raksasa.

Area celah masih cukup lembap, dan itu berarti ini dibuat selama kemunculan Naga Raksasa. Setidaknya, toko ini muncul selama jangka waktu sepuluh hari.

(Ini, mungkinkah. . .?)

Walaupun memiliki firasat buruk yang melintas di pikiran Sala, dia terus berjalan mengikuti jalur yang dicat dan dirapikan dalam kondisi yang cukup rapi.

Akhirnya sampai di depan toko, regu lima orang itu berdiri di depan pintu hitam yang menjadi topik perjalanan mereka. Gulungan Geass yang menyatakan "Hanya menerima pelanggan yang berhasil melewati Permainan" tertempel, dan gaya mewah ditambah dengan pola daun emas memberikan perasaan mewah yang tak terbantahkan untuk indera mereka.

Kelompok lima orang itu saling bertatapan sebelum meletakkan tangan ke pintu dengan gerak lambat.

Ketika sedang membuka pintu, cahaya menyilaukan menerjang mata mereka.

“—Hey……!”

Benda yang menyalakan cahaya menyilaukan berasal dari sejumlah besar perhiasan anggun dan antik tak terkira. Tersampir di lemari pajangan, yang dilapisi cincin merah dan emas, adalah sepotong permadani berwarna-warni yang tampaknya merupakan karya yang diproduksi dengan teknik pengerjaan terbaik. Jika seseorang membeli barang itu dengan harga tertinggi, kemungkinan besar karena benda itu memancarkan cahaya halus yang tidak akan hilang jika dibandingkan dengan logam mulia lainnya dan itu jelas merupakan karya pengrajin terkenal dari negeri yang tidak dikenal.

Sedikit menjauh, di depan karpet yang terlalu indah, berdiri sebuah barang antik yang dibuat dengan teknik yang paling detail.

Seluruh ruangan dimanfaatkan secara efektif untuk memajang barang-barang dari rak baju besar, jam panjang, dan miniatur roda air yang didukung oleh prinsip daya apung, gelas yang tidak berhenti goyang dan banyak item lainnya yang tidak diketahui kegunaannya. Ruangannya sangat besar dari yang terlihat di luarnya.

"Ini sungguh. . . Bagiku terlihat mirip museum ketimbang toko."

"Ara, tapi nampaknya bukan ini masalahnya. Kalau kamu perhatikan seksama, kamu bisa menemukan seluruh label harga di seluruh barang, kan?"

Apa? Asuka bertanya, namun segera mengambil cincin dari rak terdekat untuk melihat lebih seksama.

Label harga yang tertempel menunjukkan kesetaraan sepuluh tahun biaya hidup di Komunitas [No Name] saat ini.

". . . Yang bener saja." Izayoi menanggapi sambil mengangkat bahu.

Tidak peduli seberapa berkilau atau menarik perhatian barang-barang itu, tetap saja tidak berbeda dengan museum dengan penawaran harga yang membuat malas untuk membelinya.

Di sisi lain, Yō dan Sala melangkah maju, sama sekali tidak tertarik pada permata dan harta di sana. Keduanya yang bergerak mengikuti garis lurus menyusuri lorong toko, segera menemukan kursi penjaga toko dan boneka wanita bermata biru. Dan sesuai rincian Lily, boneka itu memegang [Gulungan Geass]. Walaupun Yō membaca berkas di tangannya, dia terbungkam bingung setelah melihat sekilas.


<<– Aku adalah pekerja paling keras di dunia—


Aku yang pertama adalah pekerja paling keras di dunia!
Aku bisa kerja, kerja, dan kerja tanpa henti tanpa bantuan, loh?!
Dan karena upayaku dalam giat bekerja, ayah nomor 1 juga sangat senang!
Namun tiba saatnya kebohongan ditemukan .
Ayah pertamaku dan aku dihancurkan oleh kebohongan tak terungkap.


Aku yang kedua adalah pekerja paling keras di dunia!
Karena dibantu teman, aku bisa kerja, kerja, dan kerja tanpa henti, loh?!
Dan karena upayaku dalam giat bekerja, ayah nomor 2 juga sangat senang!
Namun tiba saatnya kepalsuan ditemukan.
Tapi ayah keduaku dan aku bisa terus bekerja karena dibantu teman.


Aku yang ketiga adalah pekerja keras sejati!
Meski belum terlahir, tapi aku akan terus bekerja tanpa henti, loh?!
Cepatlah terlahir! Cepatlah terlahir! Oh, itulah yang semua orang katakan!
Namun tiba saatnya ketika aku ditemukan tidak mampu terlahir.
Jadi ayah ketiga menelantarkan aku yang ketiga!
Tapi itu tidak diizinkan! Para ayah sedang menunggu kedatanganku!
Keberuntungan! Kemasyhuran! Idaman Lelaki! Segalanya akan terwujud jika aku bisa terlahir!
Jadi kumo. . . Jangan menyerah padaku. . .! Bagi mereka yang patuh, akan mencapai kebenaran. . .!>>


"Itu. . . [Gulungan Geass]?"

"Meski gayanya sangat tidak biasa pada susunan kontennya, kemungkinan besar begitu."

Wajah serius Sala menatap isi gulungan dengan mata fokus, namun setelah membacanya sekali, dia menyerah.

"Maaf tentang ini, tapi aku sangat tidak mengerti. Kurasa akan kuserahkan pada kalian."

"Oi oi, gimana bisa [Master Lantai] yang baru diangkat kayak gitu?"

Mendengar cemoohan Izayoi, Sala menjawab sambil mencibir yang jarang ia lakukan.

"Aku tidak pandai dalam Permainan yang menstimulasi kecerdasan. Bahkan di [Salamandra], ada departemen yang khusus menangani teka-teki. . ."

“Tapi nggak ada departemen kayak gitu di Aliansi [Draco Greif], kan? Terus gimana kalau pertarungan selanjutnya kalian ngadepin Raja Iblis dengan kecerdasan kayak gini?"

Ugh, Sala terbungkam. Rasanya menyakitkan sampai-sampai membuatnya tak bisa menjawab.

Rambut merah Sala bergoyang ketika menggeleng dengan pipinya memerah.

". . . Aku tahu itu. Tapi tidak semua orang serba bisa seperti dirimu atau Tuan Putri Shiroyasha, loh."

Sala gelisah. Namun, dia kemudian mengalah dengan mengangkat bahu, mengambil gulungan itu dan dibacanya sekali lagi. Walaupun Izayoi sejenak memegang dagu sambil menyelam ke dalam pikirannya. . . Dia tiba-tiba terpejam dengan pandangan jauh.

"Bagi kalian yang patuh, akan mencapai kebenaran. . .? Ha, Permainan ini jelas kejam."

“"Aye?”"

Yō dan Asuka berseru nyaring. Tidak lama kemudian, toko itu tiba-tiba terguncang.


"Apa. . . Apa yang terjadi. . .?!"

Walaupun tidak ada jendela di dekat mereka untuk memastikan situasi, sangat jelas jika ini bukan gempa biasa. Toko itulah yang bergetar. Di dalam toko menyilaukan ini, ada sesuatu yang merayap.

Merasakannya, Sala dan Yō berseru memberi peringatan.

"Hati-hati! Ada sesuatu yang datang!"

"Dan kemungkinan. . . Ada banyak jumlahnya. . .!"

Yō menggunakan inderanya untuk mencari sumber lokasi dan menemukan sumbernya yang berlawanan dari jalan masuk. Jauh di kedalaman toko, dengan tanda "Dilarang masuk bagi personil tidak sah", nampaknya ada ancaman mendekat dari sana.

Izayoi tanpa bicara, manaruh Lily di pundaknya.

"Lily. Pokoknya tetap di sini."

“Ba, baik!"

“—Mereka datang!


Dengan aba-aba Yō, mereka muncul di pintu, berjumlah ratusan dengan ukuran berbeda—


Sekelompok boneka pria kuat.


“ “ “ ——Waaaah! ” ” ”

Si trio berteriak takut bersamaan. Seperti reaksi waktu yang tidak memiliki jeda, itulah lambang sejati persatuan.

Bahkan Sala yang memasuki mode bertarung, terkena dampaknya hingga rambut merah cantiknya kehilangan kilauan dan berubah putih keabuan. Sementara Lily sudah ketakutan hingga air mata menetes di ujung matanya.

Tangan logam musuh dibentuk dengan rincian otot mengkilap. Para ahli pasti bisa memahami keindahan otot-otot itu dengan sekali lihat. Dari otot kecoklatan dan pakaian megah yang dipadu celana, kerumitan geletis otot dada dan punggung, seseorang bisa melihat ketrampilan luar biasa pada rincian kerjanya. Orang yang menciptakan boneka ini tidak diragukan lagi adalah perancang boneka yang baik. Dan setelah melakukan beberapa pose anggun, para boneka pria kuat melontarkan senyum cerah yang memamerkan gigi putih mempesona mereka.

". . .Marah!”

“Marah?!”

“Marah?!!”

“Dia bilang marah, kan?!! Barusan dia bilang marah, kan??!”

“Hey, para gadis tenanglah. Yang kalian dengar, pasti bukan suara mereka."

Izayoi mencoba menenangkan para gadis yang kebingungan. Walaupun skenario ini sangat jarang terlihat.

Dalam kesempatan ini, otot-otot para boneka berubah memasuki mode bertarung,

“. . . pria kuat!”

“pria kuat?!”

“pria kuat?!!”

“pria kuat?!! Jelas-jelas dia ngomong pria kuat barusan!”

“Iya memang. Mereka teriak pria kuat barusan.”

Mengenai keadaan sangat kacau para gadis saat itu, Izayoi menilai tidak ada kartu yang bisa dimainkan dan segera menyerah. Di sisi lain, Lily sudah *Ka Da Ka Da*, gemetar di bahu Izayoi.

Pihak pemandu yang kehilangan rantai komando VS campuran boneka pria kuat berbeda ukuran.

Kelompok Izayoi telah memasuki keadaan darurat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kedua belah pihak saling bertatapan—Dan yang pertama bereaksi adalah pihak pria kuat.

“—SERANG WUOOOOOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHH!!!”

“—Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh!!!”

Menyerang dengan berani, iya, menyerang dengan berani menjadi satu-satunya istilah untuk menggambarkan kelompok para boneka lelaki yang mendekat dengan deru ketika menyerang.

Tidak terlalu berlebihan jika menyebut pemandangan otot-otot berdesir, di tengah serbuan mereka, sebagai khayalan. Otot besar yang berisi keindahan menakjubkan yang tidak hanya menampilkan otot tapi juga lari penuh energi.

Dihadapan otot-otot ideal itu, emas dan permata tidak mampu dibandingkan dengan itu dan langkah pria kuat itu membajak logam mulia dan menghancurkannya hingga menjadi bubuk. Sepertinya jika sampai ditangkap mereka hasil akhirnya tidak bisa disepelekan.

Namun yang membuat kelompok gadis ketakutan adalah karena hal lain.

"Ini, menjijikkan! Sangat Menjijikkan!!"

“Tidak mungkin, benda ini seharusnya tidak ada."

Wajah Asuka dan Yō pucat, mereka pun membelakangi para pria kuat dengan otot ideal. Sala, dia sudah keluar melewati pintu, tampaknya dia sangat ketakutan. Tidak peduli seberapa keras keadaan di sekitarnya dalam situasi biasa, tampaknya dia baru saja menghadapi batas menjijikkan yang secara biologis tidak pernah ia sentuh seumur hidupnya.

Izayoi menjadi satu-satunya yang mundur sambil bicara tenang.

“. . . Aku pengen kayak gitu.”

“Tidak, jangan!”

“Hentikan!"

“To, tolong jangan Mas Izayoi!”

*Uu* Mengeluarkan suara malang yang terdengar mirip desahan pasrah.

Izayoi kemudian menarik tangan Asuka untuk berlari menerjang untuk lolos dari kerumunan pria kuat.

Saat-saat terakhir sebelum keluar toko—Izayoi melirik ke arah boneka yang diam dan kesepian yang duduk di atas kursi penjaga toko.

". . . Pokoknya, aku kudu balik ke sini lagi."

"Ditolak mentah!!"

Sungguh jarang bagi Yō bisa sekeras Asuka ketika menyuarakan pikirannya.

Sampai jalan masuk celah jurang, kelompok empat orang itu yang kabur dari dari toko terus dikejar oleh kelompok pria kuat.


Bagian 6[edit]

Di kedalaman toko berdekorasi mewah, boneka itu diam-diam memperhatikan punggung para penyerang yang mundur.

Ketika suara pintu tertutup menggema ke seantero ruangan, boneka itu mulai bergemeretak ke kiri dan kanan dengan suara *Ka Chi Ka Chi*.

—Mendesah *Ahh*, pelanggan kali ini masih belum bisa puas?

Boneka dengan mata biru transparan dan rambut pirang pucat yang akan mengesankan dalam pikiran seseorang akan memberikan ilusi seolah mirip manusia asli ketika berdiri dengan anggun. Matanya juga berisi pancaran kehidupan, kulitnya memerah, mirip dengan tubuh yang dialiri panas dan darah.

Berjalan menjauhi kursinya, toknya mengibas ketika menari melewati toko hancur dengan gerakan memutar kecil.

Gerakan anggun itu terlihat mirip tarian ballerina.

Tidak, itu bukan kiasan—Dia memang menari "Boneka Menari (Coppelia)".

“La……La,La……”

Bersenandung di dalam toko tanpa musik, roknya mencambuk udara ketika melompat dan berbalik tajam di tarian kakinya.

Dipadukan dengan gerakan lincah di sekitar toko, puing-puing kembali ke bentuk dan tempat semula. Sang boneka yang memeriksa sekeliling dengan menyisir seluruh area toko, kembali ke posisi semula tanpa memikirkan hal lain.

"Akankah pengunjung selanjutnya—Menginginkanku?"

Seolah mengantisipasi hal ini, pencahayaan toko padam bersamaan dengan menghilangnya pancaran kehidupan di mata biru itu.


Ketika penyelundup pergi, "Boneka Menari" kembali ke tidur nyenyaknya.

Sampai ketika dimana takdir cintanya muncul.


Bagian 7[edit]

—Waktu senja, bazaar [Underwood].

Kota Bawah Tanah, dibangun dengan menggali tanah di bawah Pohon Raksasa, terus saja sibuk pada beberapa malam sebelum Festival Panen. Dan di Bazaar yang pada siang dan malam selalu ramai, tanda dilarang masuk ditancapkan di samping untuk menghalangi jalan menuju celah jurang yang dibuat tidak alami.

Gadis rubah yang mengenakan pelapis—Lily, berdiri di depan papan sambil mengepalkan tinjunya erat.

"Seperti yang kuduga. Bros itu memang yang paling imut. . ."

*Pa Da Pa Da* Lily menatap celah sambil mengibaskan ekornya.

Selain Komunitas utama dari Pertanian dan Pemburu, ada juga Komunitas suku gembala, pertunjukan, dan banyak pengunjung lain dari berbagai profesi. Meskipun barang yang mereka bawa itu unik dan tidak jelek sedikit pun, tapi masih kurang pas sebagai hadiah untuk Kuro Usagi.

Begitulah kemudian dia menemukan keberadaan mustahil—Toko yang berlokasi di kedalaman wilayah celah.

Bagian dalamnya dihias dengan dekorasi mewah, dan berisi barang-barang berkilauan yang tidak akan bisa Lily bayar dengan label harga selangit, yaitu bros kayu yang letaknya terpencil di sudut toko. Bros yang selain dibuat dengan indah juga desainnya cantik dengan tampilan sederhana, dia optimistis jika Kuro Usagi akan menyukainya dalam sekali lihat.

"Meski hanya bros, andai aku mampu membelinya. . ."

Mhm~, mengapit kepalanya di antara kedua tangannya, dia merenungkan masalahnya.

Dan alasannya selain mengumpulkan keberanian, karena ketakutannya pada penghuni toko. Walaupun tidak ada rasa benci pada mereka, kelompok yang memiliki otot seolah-olah hidup jelas memberi perasaan menjijikkan.

Walaupun Lily sangat ingin menyenangkan Kuro Usagi, lebih dari siapapun, dia masih butuh bantuan untuk mendorongnya dari belakang.


"Ada kuda menggilaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"

"Ada Sapi kabur gilaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"


*Aye?* Menengok.

Selanjutnya, karena kuda dan sapi yang menggila, Lily diterbangkan menuju celah.

Kyah-! Sambil berteriak, dia menggelinding layaknya roda gerobak ke jalan terusan. Dengan kekuatan dua kali lipat dari sebelumnya, Lily menggelinding dua kali lebih jauh hingga punggung dan kepalanya mengenai sebuah pintu.

Berdiri dengan gelimpungan, Lily menghadap pintu hitam mewah dengan pola daun emas sambil menguatkan tekadnya.

". . . Kali ini ayo coba. Tunggu aku, Mbak Kuro Usagi."

*Pi* Telinga rubahnya tegak ketika memutar kenop pintu.

Lily yang sendirian membuka pintu toko yang mencurigakan.


Bagian 8[edit]

—[Underwood], dapur nomor 14.

Walaupun tidak perlu disebutkan lagi.

Sakamaki Izayoi memiliki sifat keras kepala yang tidak mau mengakui kekalahan.

Walaupun dia Dihadiahi banyak bakat bawaan, bukan berarti dia akan terus-menerus menang. Terutama dalam kontes memasak, kekalahannya sudah tak terhitung. Dia juga tidak acuh dikarenakan bidang keahlian yang berbeda darinya.

Namun, makan malam kemarin sedikit berbeda.

Kasukabe Yō dan Sakamaki Izayoi, berdiri sebagai pasukan utama Komunitas. Dan itu merupakan kontes dari posisi sama dan gaya memasak sama hingga makanan dibawa ke meja untuk dinilai antara makanan superior dan inferior. Karena Izayoi juga setuju bahwa hidangan itu "lebih baik dari milikku", maka ia harus berusaha lebih keras lagi nantinya. Atau dia tidak akan tenang.

"—Taruh ini. Beres."


Dengan wajah puas, dia bertolak pinggang mengkonfirmasi hidangannya.

Hidangannya sama seperti kemarin, Kue Pai labu asin. Namun bahan-bahan yang digunakan sangat berbeda. Lagipula, bahan-bahan yang dikirim di Festival Panen berkualitas super dan tidak bisa ditemukan di hari biasa.

Menggunakan bacon dari babi bertanduk, keju dari sapi putih, telur sakura, dan disatukan dengan margarin spesial dari sari labu [Will-O'-Wisp], dan lainnya.

Faktanya, ada kehadiran kuat dan mengintimidasi dari bayang-bayang Izayoi saat berupaya keras menyiapkan hidangan itu. Kemungkinan, dalam hal ini dia lebih fokus daripada Permainan Berhadiah lainnya.

Dan yang membantu menyiapkan hidangan—Shirayuki menghela kaget.

"Huhh. Masterku, sampai sejauh ini hanya untuk makan malam, sungguh menunjukkan kurangnya kemurahan hati dalam dirimu."

“Yah, terserah kamu mau bilang apa. . . Tapi bentar deh, aku memintamu buat motong bacon-nya tipis-tipis kan? Kok malah jadi kotak? Ini sih kecerobohan hakiki."

“Ini, ini semua gara-gara bocah nakal yang meminta pemegang Keagungan memegang pisau dapur!"

Shirayuki memamerkan giginya dengan wajahnya memerah.

Pada akhirnya, Izayoi menyimpulkan jika dia tidak membantu dan hanya mengangkat bahu.

Dia menempatkan adonan Kue Pai untuk dipanggang ke oven jadul dari tanah liat.

"Kita tes satu dulu. Masih ada beberapa menit. Nah Shirayuki, sambil nunggu jadi, mau menemaniku?"

“Kemana?"

“Teka-teki Permainan Berhadiah yang kusebut tadi. Belum kupikirin sih, tapi kemungkinan besar ini pancingan dan bisa jadi Permainan tipe jebakan, mending dihancurin dulu sebelum ada yang nggak sengaja ikut andil."

—Mhm? Shirayuki sedikit memiringkan kepala.

"Itu sungguh pendapat langka dari orang yang selalu percaya diri. Bukan buat memperjelas tapi langsung menghancurkan?"

"Aahh. Kesimpulan itu mirip Paman Garol dan aku setelah lama berdiskusi."

Melepas apron-nya, Izayoi membuat persiapan untuk keluar.

Shirayuki terus mengerutkan dahi tidak setuju. Baginya yang telah menyelenggarakan banyak Permainan sebagai pemegang Keagungan, topik ini jelas buruk baginya.

—Permainan Berhadiah secara umum dibagi menjadi dua kategori.

Bertujuan demi perdagangan atau ujian yang dibuat oleh Dewa untuk manusia.

Terutama yang terakhir, itu adalah jenis Permainan yang paling sulit. Namun sulitnya ujian juga merupakan cara menunjukkan kepercayaan diri mereka juga cinta pada Dewa ketika berpartisipasi. Walaupun ujiannya mungkin alot, Permainan yang menganugerahkan Hadiah Kedewaaan pada lainnya tanpa melampirkan syarat. Jadi pastilah ada belas kasihan pada partisipan Permainan.

Untuk mengatakan "harus dihancurkan karena terlalu berbahaya", cukup berlebihan.

". . . Topiknya nggak enak. Apa tidak ada cara untuk membatasi partisipan selain menghancurkannya?"

"Aku paham apa yang kau pengen omongin. . . Sayangnya nggak gitu. Permainannya nggak ada ketetapan buat diselesaikan."

—Apa? Shirayuki mengeluarkan pemikirannya.

Izayoi menambah bagian terakhir saat dia mengangkat bagian permukaannya.

"Aku juga baru denger dari Paman Garol. . . Shirayuki, pernah denger [Permainan Paradoks]?"


Bagian 9[edit]

—[Underwood], Kantor Perwakilan Aliansi.

Sala sang perwakilan Aliansi [Draco Greif], melirik tumpukan berkas yang jika diakumulasi akan menjadi seukuran gunung kecil dan pundaknya merosot seolah energinya terkuras.

"Semua itu adalah berkas berdasarkan perlawanan terhadap Raja Iblis yang perlu kurapikan?"

Meja kantor bukannya penuh dengan informasi yang menyangkut Aliansi. Malahan informasi untuk dipelajari [Master Lantai], mengenai pembentukan departemen khusus yang dibutuhkan untuk organisasi.

Dan itu adalah informasi yang dibutuhkan untuk membentuk [Pasukan Anti Raja Iblis].

Seorang [Master Lantai] tidak selalu perlu turun tangan untuk menyelesaikan seluruh pertarungan. Tidak perlu dikatakan jika dibutuhkan para ahli dalam berbagai aspek Permainan ketika bertarung dengan Raja Iblis.

Jika dikategorikan secara rinci, pembahasannya tidak akan pernah selesai. Namun, ada tiga klasifikasi besar untuk pembagian pasukan.

Pasuka Militer, pasukan berpengetahuan—dan Pengendali Permainan yang akan memimpin dalam Permainan untuk menggapai kemenangan.

Jika seseorang menjadi [Master Lantai], aspek militer tidak perlu dikhawatirkan. Tentunya, mampu menyiapkan anggota yang lebih pastinya diterima, namun harus ada syarat minimal pada tingkatan kekuatan.

Namun, bakat yang memiliki pengetahuan tentang Taman Mini dan dunia lain harus dipelihara sejak awal. Bahkan jika peran Pengendali Permainan diberikan pada Sala, Aliansi masih kekurangan orang yang mampu memberikan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Permainan.

"Lalu, itu berarti aku harus mengambil semuanya. Aku akan mencobanya dan melihat perkembangannya. . ."

Sala menggaruk rambut merahnya dan mendesah sekali lagi.

Komunitas lamanya—[Salamandra], pemimpin Utara, memiliki departemen spesial yang mampu menutupi kekurangannya. Namun, tidak ada yang seperti itu di Aliansi [Draco Greif]. Yang bisa dipercayai untuk memegang tugas itu hanya Tetua Garol, tapi juga tidak bisa diandalkan karena [Sic Scar] memutuskan untuk berpisah.

. . . Sejauh yang kita ketahui, itu semua karena ramalan mereka pada masalah ini yang membuat mereka memutuskan untuk pergi.

Ketika Sala menjepit kepala sambil memikirkannya, terdengar suara ketukan dari pintu kantor perwakilan.

"Sala. Boleh kami masuk?"

“Asuka? Iya, boleh, ada apa?"

Setelah mendapat izin, Kudou Asuka dan Kasukabe Yō berjalan memasuki kantor.

Setelah membungkuk anggun, Yō menatap Sala.

". . . Mungkinkah kamu sibuk saat ini?"

“Tidak, aku sedang beristirahat, sambil menjepit kepalaku—Lalu, ada masalah apa?"

Setelah mendengar pertanyaan Sala, wajah Asuka tersenyum lebar.

"Berdasarkan teka-teki Permainan Berhadiah yang kita lihat kemarin, kami berharap agar bisa mendapat izin untuk ikut sebagai partisipan."

“Ketika kita kesana sebelumnya, kami menemukan tanda area masuk terbatas, jadi kami harap bisa mendapat izin."

Mereka berdua menatap Sala penuh percaya diri.

Sala sangat terkejut sampai menganga dan membelalakkan matanya.

"Mungkinkah kalian berhasil menyingkap Permainannya?!"

“Eh, h'em h'em. . . Walaupun yang menyingkap Kasukabe."

“H'em. Ranah itu adalah salah satu pelajaran wajib di zamanku."

Yō mengepalkan tinjunya ringan.

Dia terlihat memiliki sisi bijaksana dan terpelajar yang tampaknya tidak sesuai dengan penampilannya. Selama Permainan Naga Raksasa, Yō juga menggunakan pengetahuan dan aksinya dalam memecah Permainan hingga berakhir. Sangat tertarik, Sala menyesuaikan posisi kakinya yang disangga sambil bertanya sekali lagi.

"Sepertinya ini pembahasan yang sangat menarik. Boleh kuminta Kasukabe menjelaskannya?"

H'em. Mengangguk lalu membuka salinan [Gulungan Geass].

Isinya sebagai berikut.


<<–Aku adalah pekerja paling keras di dunia—


Aku yang pertama adalah pekerja paling keras di dunia!
Aku bisa kerja, kerja, dan kerja tanpa henti tanpa bantuan, loh?!
Dan karena upayaku dalam giat bekerja, ayah nomor 1 juga sangat senang!
Namun tiba saatnya kebohongan ditemukan .
Ayah pertamaku dan aku dihancurkan oleh kebohongan tak terungkap.


Aku yang kedua adalah pekerja paling keras di dunia!
Karena dibantu teman, aku bisa kerja, kerja, dan kerja tanpa henti, loh?!
Dan karena upayaku dalam giat bekerja, ayah nomor 2 juga sangat senang!
Namun tiba saatnya kepalsuan ditemukan.
Tapi ayah keduaku dan aku bisa terus bekerja karena dibantu teman.


Aku yang ketiga adalah pekerja keras sejati!
Meski belum terlahir, tapi aku akan terus bekerja tanpa henti, loh?!
Cepatlah terlahir! Cepatlah terlahir! Oh, itulah yang semua orang katakan!
Namun tiba saatnya ketika aku ditemukan tidak mampu terlahir.
Jadi ayah ketiga menelantarkan aku yang ketiga!
Tapi itu tidak diizinkan! Para ayah sedang menunggu kedatanganku!
Keberuntungan! Kemasyhuran! Idaman Lelaki! Segalanya akan terwujud jika aku bisa terlahir!
Jadi kumo. . . Jangan menyerah padaku. . .! Bagi mereka yang patuh, akan mencapai kebenaran. . .!>>


Yō menunjuk kata "aku" yang pertama.

"Dugaanku yang pertama adalah "aku" di sini tidak mengacu pada seseorang dan anggap saja dia adalah ciptaan X."


“Huoeh…….?”

"Dugaanku yang kedua adalah "ayah" seorang pencipta yang telah melewati berbagai proses sehingga mampu menciptakan X, dan ada pencipta A, B, dan C."

""Aku" diucapkan dengan cara sama tapi sebaliknya, "ayah" disebutkan dengan index. Dengan seluruh dugaan itu, kemudian muncul pertentangan antara "aku" dan "ayah"."

Mendengar tambahan penjelasan Asuka, Sala mengangguk kagum.

"Aku mengerti. . . Jadi alasan ada nomor pada "ayah" adalah petunjuk jika "aku" adalah obyek buatan manusia, benar?"

—Memahami hingga titik ini, teka-teki hampir terpecahkan.

Susunan Permainan Berhadiah ini dibagi menjadi tiga bait.

Masing-masing menggambarkan proses pembentukan berbeda.

Bait pertama merupakan kegagalan pencipta A.

Bait kedua merupakan kesuksesan pencipta B.

Bait ketiga merupakan masa depan dari ciptaan X dan pencipta C.

Kemudian, penyelenggara Permainan pasti—ciptaan dari penelitian tiga kali itu dan mungkin sudah memiliki spiritual yang mencapai antromorfis[4].

Dan dia takut jika ciptaan itu adalah keberadaan yang mendekati konsep Dewa atau Iblis.

"Setelah menyelidiki tiga zaman untuk menganalisa dan membangun "obyek tertentu", secara kasarnya itu adalah Ciptaan X yang kita bicarakan."

Masalah pengetahuan bisa datang nantinya. Nada dasar dari bait itu adalah keinginan agar proses serupa tiba di Penciptaan X. Kemudian, itu akan tersingkap jika mereka menggabungkan berkas yang dibutuhkan untuk menjawab teka-teki.

Dan dalam kasus kebanyakan, langkah pertama dalam permainan itu adalah menemukan identitas Penyelenggara.

Selama identitas "aku" bisa dimengerti, masih ada harapan untuk menyelesaikan permainan.

Ketika Sala mengagumi terkaan mereka, Sala menatap Yō penuh minat.

"Aku kagum. Bukan hanya kekuatanmu lebih dari gadis biasa, tapi kamu juga kaya pengetahuan. Sungguh menakjubkan. . . Nona Kasukabe, apa Anda tidak puas dengan Komunitasmu saat ini?"

“Aye?”

“Haa?”

Mereka berdua tercekat kebingungan.

Sala dengan kuat meraih bahu Yo,

"Yah, contohnya, tidak puas terhadap rekan-rekanmu, kekurangan uang, ingin memiliki tempat tinggal dan makan yang lebih baik, bagian dari standar kehidupanmu dan sejenisnya. . ."

"Tidak, tidak punya. . . Masakan Lily selalu lezat."

"Oh, aku mengerti, sangat mengerti. Perlakuan yang didapat kasukabe dari Komunitas dilindungi oleh makanan, ya? Berdasarkan hal itu, tidak masalah.—Hanya saja, kami, rekan-rekan [Draco Greif] selalu bisa pesta makan lezat setiap malam."

"Tunggu, tidak, tidak boleh, Sala! Aku tidak akan mengizinkanmu terus mengoceh dan memburunya." Tepat saat itu, Asuka menyadari tujuan Sala dan segera menyela ucapannya.

Walaupun pikiran Yō masih bingung dengan pembicaraan mengoceh dan berburu dadakan itu, dia masih tersenyum masam ketika menjawab.

"Begitu ya. . . Terima kasih atas penyambutan hangatmu, Sala."

“Kasukabe?!”

"Baiklah, serahkan saja padaku!"

"TIDAK BOLEH! Aku tidak mengizinkan!! [No Name] melarang perburuan[5]!!!"

Asuka mendekap kepala Yō di bawah tangannya sebelum bergegas mundur. Bagian lucunya adalah itu reaksi nyata dari kegelisahan.

Mata Sala menyipit dan tajam layaknya predator, dan tidak biasanya dia seserius itu.

Senang melihat mereka berdua, Yō menahan keinginan tawanya saat melihat Sala.

"Maaf, Sala, nampaknya [No Name] melarang perburuan."

"Oh. . . Kalau begitu, mau bagaimana lagi. Meski pestanya hanya terbuka untuk rekan-rekan sealiansi saja."

“—Ugu.”

"Mengguncang hatinya juga dilarang! Kasukabe seratus persen ada di pihak kami—!!!"

Di sudut tertentu, Asuka yang merasakan situasinya lebih buruk dari ancaman Raja Iblis, memeluk Yō saat mereka meninggalkan kantor Perwakilan. Menuruni Pohon Raksasa sambil menyerukan kata-kata itu.

Cukup serius dengan usaha perburuan, Sala kemudian melihat kedua sosok yang mundur itu bercampur kasihan.

—Namun, ekspresinya segera berubah setelah mengingat masalah mereka berdua.

"Sial. . .! Oi, ada orang?"

“I, iya! Apa ada masalah?!"

"Segera menuju pintu masuk Permainan Berhadiah dan berikan peringatan pada orang-orang agar menjauhi area itu! Kuulangi, jangan biarkan siapapun melewati area itu!"

Mendapatkan perintah Sala, bawahannya segera meluncur ke Pohon Raksasa.

Mengkonfirmasi sekali lagi, Sala menjatuhkan diri ke kursi sambil menjepit kepalanya.

"Dengan gaya unik di [Gulungan Geass] itu. . . Aku takut itu mungkin—"

—Penyelenggaraan ujian dengan menggunakan [Wewenang Master Penyelenggara]. Dan karena menggunakan gaya unik puisi dalam isinya, nampaknya itu kerjaan dari Penyelenggara dengan kekuatan spiritual tinggi yang menarik senar di belakangnya.

Karena itu, Sala menduga jika ini adalah Permainan jebakan oleh Raja Iblis.

Tidak peduli betapa baik Asuka dan Yō menggunakan bakat mereka, selalu lebih baik jika menambahkan persiapan tambahan. Walaupun identitas musuh dapat dimengerti, masih butuh beberapa persiapan untuk menghadapi masalahnya.

"Yah. . . Aku sudah mengirim orang, kurasa tidak akan ada orang yang akan memaksa masuk."

Menggelengkan kepala untuk menghilangkan kegelisahannya.

Mengembalikan perasaaannya, Sala memotivasi dirinya sendiri saat kembali bertarung melawan tumpukan berkas di atas meja kantornya.


Bagian 10[edit]

—[Underwood], celah luas di Bumi.

Lily sedang membuka pintu ketika cahaya menyilaukan yang sama menerjang matanya.

Di sana ada banyak dekorasi anggun tak tergambarkan yang begitu banyaknya dan unik diletakkan dalam rak kaca pajangan. Berjalan melewati lemari kaca pajangan, yang dilapisi cincin merah dan emas, adalah sepotong permadani berwarna-warni yang tampaknya merupakan karya yang diproduksi dengan teknik pengerjaan terbaik.

Selubung yang memancarkan cahaya indah, yang tidak akan memudar jika dipadukan dengan logam mulia lainnya tidak salah lagi adalah karya pengrajin terkenal dari beberapa negeri tak dikenal.

Tidak jauh dari sana, bagian depan dengan karpet yang sangat indah, ada yang berdiri dengan sangat antik dibuat dengan teknik yang sangat rinci.

Seluruh ruangan dimanfaatkan secara efektif untuk memajang barang-barang dari rak baju besar, jam panjang, dan miniatur roda air yang didukung oleh prinsip daya apung, gelas yang tidak berhenti goyang dan banyak item lainnya yang tidak diketahui kegunaannya. Ruangannya sangat besar dari yang terlihat di luarnya.

“—Aye……?”

Suara Lily menggema di dalam toko. Namun, suara itu bukan karena dikejutkan oleh benda menakjubkan yang ada di hadapannya.

Yang ada di hadapannya masihlah interior toko yang berdesain anggun dan mewah.

Dan tidak ada kerusakan, dibanding saat terakhir ia berkunjung.

“—.”


Iya—Sama sekali tidak ada kerusakan.


"Tidak. . . Tidak mungkin. . .?!"

Erangan pelan Lily lebih seperti merasakan kengerian. Tapi itu bisa diduga.

Semalam di toko ini, interiornya sepenuhnya hancur berkeping-keping ketika Izayoi dan lainnya melarikan diri. Aksesoris yang dibuat oleh pengrajin berketerampilan terbaik hancur, lemari-lemari hancur, dan permadani robek.

Meski begitu, dekorasi interior saat ini seolah tidak pernah hancur.

Melihat pemulihan dekorasi seolah mengembangkan foto dari roll film, telinga rubah Lily merunduk takut.

(Ini. . . Permainan Berhadiah sesungguhnya. . .!)

Pencahayaan di dalam toko tidak lagi bisa menyembunyikan suasana aneh.

Ini adalah cermin Emas Iblis. Perut monster yang terkenal karena menelan mangsanya dengan memikat ketenaran dan kekayaan.

Walaupun hati mudanya merasakan maksud dendam, Lily terus menguatkan diri untuk maju.

Seperti dugaannya, toko dengan cahaya kemilau ini tidak memiliki kehadiran manusia. Dan jauh di dalam toko ada boneka bermata biru yang duduk di tempat duduk penjaga toko, memegang [Gulungan Geass] sama seperti sebelumnya.

Di samping kursi penjaga toko, ada meja yang memajang barang yang Lily inginkan.

"Ketemu!. . . Tapi seperti dugaanku, aku tidak bisa membelinya ya?"

Mhm~, dia berpikir sambil mengibaskan ekor kembarnya.

Tidak lama kemudian, seseorang menyela pembicaraan dari belakang.

"—Sungguh pelanggan yang menarik. Bukan emas ataupun permata yang menarik minatmu, tapi kamu malah menyukai bross kayu itu?"

Eeeya!? Teriak kaget, Lily menengok. Di belakangnya ada boneka yang memiliki suasana yang sangat berbeda dari sebelumnya.

Kedua matanya dipenuhi harapan, kulitnya kemerahan seolah ada pembuluh darah di bawah kulitnya. Langkahnya ringan dan lemah gemulai, dan postur tubuhnya merupakan penampilan gadis sempurna.

Walaupun dia ketakutan melihat boneka yang menjadi hidup, Lily bertanya dengan ketakutan.

"Boleh aku tanya. . . Apa kamu Penyelenggara Permainan ini?"

“Kamu salah paham. Aku adalah pemimpin acara dan di saat yang sama juga sebagai penjaga toko ini. Namaku Coppelia. Dengan tujuan melayani pelanggan, aku di sini untuk menunggu perintah. . . Dan tolong jangan berisik di toko ini."

Meletakkan jari telunjuk di depan bibir, dia meminta Lily untuk tetap diam.

*Pi* Setelah mengetahui boneka yang dipanggil Coppelia tidak memiliki dendam padanya, telinga rubah Lily tegak saat dia mengangguk kecil.

". . . Nona Boneka?"

"Benar. Seperti itu, rubah kecil."

Setelah Coppelia mengangguk, Lily mencondongkan tubuh ke depan dengan mata berkilauan.

"Woah. . .! Ini pertama kalinya melihat Nona Boneka secantik ini!"

*Pi!* Telinga rubah Lily tegak saat bertepuk.

Coppelia yang memiliki tatapan polos, menerima pujian itu. Walaupun tidak ada perubahan di ekspresinya, tapi dia mengangkat ujung roknya untuk membungkuk anggun.

"Aku menghargai pujianmu, rubah kecil. Telinga rubahmu juga sangat manarik."

"Be, begitu ya?"

"Iya. Hanya dengan melihat telinga rubah yang polos dan terlihat hebat, rasanya aku ingin menirunya dengan menempatkan tanganku ke atas kepala."

Mendengar pengakuan Coppelia, Lily terkekeh malu. Walaupun tidak diketahui apakah itu penghinaan atau pujian, sepertinya keduanya memiliki kesamaan kepribadian.

Lily dan Coppelia, yang selesai mengenalkan diri, kemudian duduk di kursi dan mulai berbincang-bincang mengenai situasi di sekitar toko.

"Dik Coppe, boleh, aku tanya?"

“Dik Coppe?"

"Aye? Ah, Hmm. Apakah Dik Coppe pemilik toko ini?'

Coppelia kembali bertanya karena terkejut mendapatkan sapaan akrab, tapi Lily tidak mengindahkan dan terus bertanya. Ekspresi datar Coppelia mengendur sejenak sebelum berekspresi seperti boneka lagi lalu menjawab pertanyaan.

"Iya. Peranku adalah mengurusi segala aktivitas yang menyangkut dengan penjualan di toko ini. Meskipun itu hanya membutuhkan uang untuk menutup kesepakatan perdagangan. ”

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v8 p186.jpg

"Begitu kah?! Kalau begitu, bisakah bross ini dijual padaku. . .?"

*Pi!*<nowiki> Dengan telinga rubah yang tegak dan mata bersinar penuh ketertarikan, dia mengeluarkan bros untuk ditunjukkan pada Coppelia. Coppelia tanpa banyak bicara menerima bros itu dan melihatnya dengan ekspresi bingung. ". . . Ini, bukanlah produk yang dijual di toko ini." “Aye?” "Ini hanyalah pahatan kecil yang kubuat ketika waktu senggang. Karena itu, ini tidak memiliki nilai apapun. Kalau kamu mau, kamu bisa memilikinya, rubah kecil." Bros itu diletakkan kembali di tangan Lily. Namun ekor kembar Lily mulai mengibas lebih cepat dengan tatapannya yang bahkan lebih berkilauan. "Coppe, bros ini kamu yang buat?!" "Iya. Tapi ini hanyalah benda yang merusak pemandangan. . ." "Itu, itu tidak benar! Bros ini sangat imut!" <nowiki>*Pi!* Telinga rubahnya tegak lagi ketika memuji.

Mata polosnya menunjukkan tidak adanya maksud tersembunyi atau memiliki maksud tersembunyi didalamnya. Tersentuh oleh terus terangnya, Coppelia seakan kebingungan saat pipinya merona.

Sambil melihat bros dengan bahagia, Lily mendadak ingat sesuatu yang ingin ia tanyakan.

". . . Dik Coppe, kenapa kamu di toko ini sendirian?"

Menanyakan hal yang paling mencurigakan. Tapi seharusnya itu adalah rahasia, kan? Wajah merona Coppelia menjadi pucat, memeluk tubuh langsingnya yang buatan manusia, hingga mengeluarkan suara.

Sambil menekan perasaan kuatnya yang berusaha melawan kehendak, Coppelia dengan tenang menjawab.

"Karena. . . Aku terabaikan. Bukan oleh orang lain, melainkan ayahku yang menciptakanku."

“……Aye?”

—Diabaikan anggota keluarga.

Kata-kata itu menusuk hati Lily.

"Diabaikan. . . Oleh ayahmu. . .?"

". . . Iya. Alasan keberadaanku adalah karena cinta ayahku. Tapi cinta itu sudah lama hilang. Para ayah yang berkumpul di sisiku hanya tertarik pada nilaiku. Tapi aku salah menganggapnya sebagai keinginan manusia agar aku ada dan terus menunggu seseorang yang bisa melengkapiku. Ketika orang yang ditakdirkan—dengan jelas tidak mau mendatangiku. . .!!"

Tangisan Coppelia pecah.

Rasa sakit akibat kehilangan cinta ayahnya.

Tidak mampu menahan penurunan alasan keberadaannya, air mata menetes dari matanya.

(Diabaikan oleh ayahnya. . . Di toko ini, sendirian. . .!!)

Walaupun Lily tidak mengetahui cerita penuh dan alasannya, rasa sakit kehilangan sangat dipahaminya.

Tiga tahun lalu—Ketika dia harus berpisah dengan ibunya.

Lily masih mengingat rasa sakit setelah berpisah. Rasa sakit karena diabaikan keluarga kemungkinan akan menjadi lebih dalam dan lebih intens.

Lily dengan takut mengulurkan tangan untuk menyentuh rambut Coppelia, membelai kepalanya untuk menghiburnya.

"Tidak masalah, loh. Ibuku pernah bilang. Tidak peduli seberapa jauh kita, orang tua akan selalu memikirnya anak-anak mereka."

". . . Itu adalah khayalanmu, rubah kecil. Toko ini adalah tempat berkumpulnya mereka yang terabaikan. Jika kamu masuk lebih dalam lagi, kamu akan menemukan yang terabaikan lebih banyak lagi."

"Jadi. . . Jadi begitu ya, Hmm."

Mendadak—Hal spesial muncul di pikirannya, dan Lily berusaha fokus pada kata-kata Coppelia.

"Kalau begitu, [Gulungan Geass] yang Coppe pegang. . ."

“. . . Itu digunakan untuk mencari seseorang yang mampu melengkapiku. Tapi Permainan itu—"

Ku! Dia menutup mulut tidak wajar. Lily tidak yakin dengan maksud gerakan itu. Tapi dia paham jika dia tidak bisa membiarkan boneka itu dan mengabaikan situasinya.

Memegang tangan Coppelia yang berwajah sedih, Lily menunjuk jalan keluar.

"Dik Coppe, ayo pergi dari tempat ini. Bahkan jika kamu tetap tinggal di tempat ini, tidak mungkin kamu bisa menemukan ayah barumu."

“. . . Aku tidak bisa. Jika aku kabur. . . Itu akan menyerang. . .!!"

“Tidak, tidak masalah! Jika itu boneka otot, Mas Izayoi akan mengalahkan mereka."

“Tidak, bukan itu. . .!! Toko ini dijaga oleh keberadaan yang lebih mengerikan."

*Ka Chi Ka Chi* Tubuh langsing Coppelia bergetar.

Tidak lama kemudian—*Saa* Angin abu-abu gelap meniup keduanya.

Lily memiringkan kepalanya pada pemandangan angin yang sangat tidak wajar.

Namun reaksi Coppelia menjadi lebih intens.

"Tolong, tolong pergilah sekarang, rubah kecil!"


“Aye……?”

“Orang itu. . . 'Kehampaan Akhir' datang—!!!”

Dalam sekejap, toko kuning keemasan dikelilingi oleh angin abu-abu.

Angin abu-abu itu menerbangkan segalanya yang membuat interior mewah, seolah mengamuk ketika menelan apapun yang memiliki cahaya. Angin ganas yang rakus itu segera menelan keduanya.


—Tapi siapa sangka.

Angin ini adalah Iblis pembunuh Dewa terkuat yang mampu melenyapkan ratusan Dewa.

Raja Iblis tak terbentuk yang dipanggil 'Kehampaan Akhir'.

Penyebar 'bencana alam' di Taman Mini yang juga memusuhi dunia.


Bagian 11[edit]

Dekorasi yang indah dalam interior toko emas—akhirnya terwujud sesuai dengan kenyataan sebagai perwujudan kehancuran.

Bahkan di antara para Raja Iblis, dia adalah pelaku sesungguhnya dari kelas 'bencana alam'. Karena Raja Iblis spesial ini adalah 'bencana alam', dan tidak memiliki tujuan yang sama seperti Raja Iblis lainnya.

Terkadang, dia bertindak logis di dalam ujian.

Terkadang, dia cenderung menjadi gelombang pembinasaan.

Keberadaan yang dipanggil dari akhir waktu dan meninggalkan kenangan mengerikan.

Dikenal sebagai Raja Iblis 'Kehampaan Akhir'.[6]

Dia adalah Raja Iblis tak terbentuk yang menyebabkan keyakinan menjadi terabaikan, ketakutan menjadi terlupakan, dan penelitian terhenti.

Tidak masalah jika seseorang mencoba membawa banyak cita-cita luhur menghadapi 'Kehampaan Akhir'. Angin itu akan membuat segala benda atau konsep yang ada di depannya menjadi debu seakan kiamat datang.

Angin abu-abu ini adalah Iblis pembunuh Dewa terkuat yang mampu melenyapkan ratusan macam dewa.

"Tolong, tolong segeralah kabur, rubah kecil."

Ekspresi Coppelia pucat ketika mendorong Lily untuk kabur. Namun terlambat.

Toko ini telah dilemparkan ke ujung kenangan, seperti jejak mimpi yang diimpikan oleh pejuang pemberani. Dibutuhkan harga sepadan untuk keluar dari sini—melewati ujian dan menunjukkan kekuatan spiritual yang tidak bisa dimusnahkan oleh gelombang waktu.

Mereka yang tidak mampu melakukannya, jiwa mereka akan ditelan oleh rahang yang menganga oleh 'Kehampaan Akhir'.

Angin abu-abu yang memojokkan mereka dari segala arah, menyambar kedua gadis sambil memamerkan taringnya.

“……!!”

“—Lily, menunduk!!”

Sebuah teriakan. Suara seorang gadis yang terdengar di telinga Lily.

Angin abu-abu yang membabat toko emas dengan ganasnya.

Ditahan oleh sorotan sayap berkilauan.

"Apa. . . Menghentikan gerak 'Kehampaan Akhir'?! Siapa dia—?!"

"Asuka, lindungi mereka! Shirayuki, bantu!"

“Paham!!”

“Mengerti!”

Kedua gadis mendarat di depan Coppelia yang mematung.

*Pi* Telinga rubah Lily tegak saat berjalan menuju kedua penyelamat.

"Mbak Asuka! Mbak Yō! Bahkan Mbak Shirayuki! Kenapa kalian kemari?"

"Seharusnya kami yang bertanya! Lily datang lagi ke toko ini?! Bukankah sudah kami bilang kalau ini terlalu berbahaya untuk didatangi?!"

Mendengar cercaan Asuka, telinga rubah Lily menunduk.

Shirayuki dan Yō membentuk pusaran air untuk mendorong 'Kehampaan Akhir'. Namun aliran air Shirayuki malah tidak efektif, dihamburkan layaknya asap, bahkan sebelum mengenai udara abu-abu.

Melihat fenomena yang membuat merinding, Shirayuki memucat dan berseru,

"Ai ai, hari ini malang sekali?! Aku tidak pernah mendengar 'Kehampaan Akhir' tinggal di lokasi spesifik!"

“. . . Kehampaan Akhir?"

"Itu adalah nama dari monster ini! Dia juga punya banyak nama di Taman Mini yang ditinggali banyak Dewa! 'Kemunduran Akhir'! 'Badut Rakus'! 'Raja Iblis Kanibal'! Raja Iblis murni yang menelan cahaya kehidupan, bintang, dan Dewa—Itulah wajah asli angin ini!!!"

Sambil berseru, Shirayuki terus melepaskan air. Namun bukannya menghentikan laju 'Kehampaan Akhir', tapi juga menghamburkannya, dan itu bukan fenomena pembatuan.

Jika seseorang menyebutkan contoh—Itu akan mirip dengan badai yang memiliki kapasitas perut yang ditawarkan pelukis dunia. Inilah tepatnya angin itu.

'Kehampaan Akhit' telah mewarnai air Shirayuki menjadi abu-abu.

"Jangan sentuh anginnya! Bahkan dia akan melahapmu meski menggunakan Hadiah! Berbagai kekuatan hanya akan lenyap di depannya! Tepat ketika kamu menyentuhnya, kekuatan spiritualmu akan berkurang hingga benar-benar lenyap. . .!"

Walaupun Shirayuki tahu akan sia-sia, dia terus melepaskan air untuk melindungi Asuka dan lainnya.

Di sisi lain, Yō menggunakan angin berkilauan yang diproduksi dari sepatu 'Kuda Sayap Bercahaya (Pegasus)' untuk memblokir 'Angin kemunduran'. Namun tidak berhasil memukul mundur serangan gencarnya. Kekuatan Pegasus saja tidak mampu menghentikan 'Angin Kemunduran'. Lagipula, angin ini adalah Raja Iblis yang mengizinkan pertarungan satu sisi dan tidak akan terkalahkan.

Karena itu, Yō tidak menggunakan kekuatannya—dan menggunakan atribut 'Angin Kemunduran' untuk melindungi tiga lainnya.

(—Angin abu-abu seolah marah dan membinasakan cahaya emas dalam kerakusannya. Itu juga berarti angin ini juga diprogramkan untuk mencari jelmaan cahaya.)

Tapi dia tidak bisa memastikannya. Itu bisa dibilang sebagai tindakan putus asa.

Jika spekulasi Yō tidak tepat, mereka akan tertelan oleh 'Angin Kemunduran'.

Menghadapi badai rakus, Yō merasakan keringat dingin menjalar di punggungnya saat melihat pemandangan di hadapannya.

(Ini pertama kalinya. . . Aku melihat angin mengerikan yang tidak pernah berharap akan kutemui. . .!!!)

Yō tdak tahu jenis kekuatan yang dimiliki ' Angin kemunduran'.

Namun insting binatang Yō menyadarkannya akan kepastian kekalahannya.

Angin itu memiliki ancaman yang sangat berbeda dari Raja Iblis yang selama ini mereka hadapi, entah Naga Raksasa atau Dewa Kematian. Jika mereka melawannya langsung, tidak ada kesempatan untuk menang.

Ketika 'Angin Kemunduran' mulai melahap angin berkilauan, Yō menggenggam tiga orang itu untuk dibawa terbang.

"Asuka! Lily! Dan. . . Kamu yang tidak kukenal! Pegangan yang erat, kita meninggalkan toko ini sekarang!"

“Jangan, tidak bisa! Jika aku meninggalkan toko ini—"

“Akan kudengarkan alasanmu nanti! Yang lebih penting sekarang, kabur!"

“H'em! Kasukabe! Pikat 'Angin Kemunduran' ke dalam toko!"

Yō melakukan yang terbaik untuk melepaskan angin berkilauan untuk memikat 'Angin Kemunduran' ke dalam toko. Menanggapi cahaya itu, 'Angin Kemunduran' termakan umpan layaknya binatang liar yang rakus.

Saat itu juga, kelimanya melarikan diri dari museum emas—penjara kenangan.


Bagian 12[edit]

— [Underwood], Ruang Tamu Utama.

Jalanan Pohon Raksasa terasa hidup dan ramai karena persiapan Festival Panen. Dan semua orang berkumpul di ruang tamu utama, yang memiliki pemandangan menghadap sejumlah peri yang tinggal di tepi sungai.

Ketika Izayoi selesai menyiapkan Kue Pai labu asin dan akan berjalan menuju toko, dia tidak sengaja bertemu Asuka dan Yō dan memutuskan untuk menyerahkan Shirayuki pada mereka.

"Wah wah. . . Kuserahkan pada kalian karena kalian pede banget pas ngomong habis mecahin teka-tekinya. Tapi kalian malah kalah total?"

Izayoi duduk di sebuah kursi di ruang tamu utama dan mengangkat bahunya sambil mengejek Asuka dan lainnya. Walaupun Asuka dan Yō mencibir, mereka tidak mampu menjawab dan memutuskan untuk diam.

Kelima orang itu berkumpul di ruang tamu utama bersama Izayoi dan Garol.

Setelah mendengar keseluruhan cerita, ekspresi mereka berdua berubah.

Setelah Garol dan Izayoi saling berbisik, Garol kemudian menatap serius Asuka dan lainnya.

". .. Aku memahami situasi kalian. Itu berarti boneka ini adalah target dari 'Angin Kemunduran', kan?"

“H'em."

“Kalau begitu mudah saja. Segera kembalikan boneka ini ke toko, sekarang."

Garol langsung membuat keputusan dengan nada perintah.

Telinga rubah Lily tegak gelisah ketika protes.

"Bagaimana mungkin kita melakukannya?! Jika kita mengembalikan Dik Coppe ke toko sekarang, dia bisa dalam bahaya!"

“Bisa jadi begitu. Tapi dalam kasus ini, seluruh wilayah [Underwood] akan terancam dan terseret ke seluruh insiden. . . Ditambah, lawan kita adalah 'Angin Kemunduran'. Dan bisa dikatakan sebagai salah satu ancaman terbesar bencana alam di Dunia Taman Mini. Dia bisa diasumsikan sebagai monster yang tak terkalahkan, terus apa yang para wanita ingin lakukan?"

“Ta, tapi. . .!"

Telinga rubah Lily bergetar saat dua ekornya berkibas karena protes. Namun gadis normal sepertinya tidak akan mampu membalikkan keadaan. Dan tidak lama kemudian, telinga rubah dan dua ekornya menunduk dalam diam, kecewa.

Shirayuki juga menatap serius tapi berbeda.

“Sebenarnya, ada cara untuk mengusir 'Angin Kemunduran'. "

“Apa itu benar?!”

“Uh, H'em. . . Gadis rubah, kamu ingat warna anginnya?"

Warna? Dia memiringkan kepala saat memikirkan pertanyaannya.

Shirayuki menjaga ekspresi seriusnya ketika menambah penjelasan.

"'Angin Kemunduran' adalah Raja Iblis yang bisa berubah warna yang berhubungan dengan perbedaan tingkat kekuatan. Hitam berarti yang terkuat dan putih berarti yang terlemah. Yang kita temui adalah bayangan abu-abu gelap—Kukira kita bisa menganggapnya setingkat Bilangan Lima."

“Bilangan Lima. . ?"

“Dia tidak bisa merusak kekuatan spiritual tingkat rendah. . . Tidak, itu berbeda. Lebih akuratnya, akan lebih baik dikatakan jika 'kerakukasannya tidak diizinkan'."

Seolah berbicara sendiri, Shirayuki bergumam pelan.

Melihat Lily yang semakin kebingungan, dia berpura-pura batuk sebelum menatap wajah-wajah lain.

"Yang paling utama adalah—'Kita butuh Bendera di tingkat yang lebih tinggi untuk mengusir Angin itu'."

“Ah, itu……!”

—Mustahil. Lily menelan kata-kata itu yang hampir ia ucapkan.

Komunitas di atas Bilangan Lima adalah komunitas yang berbasis di eselon Taman Mini. [No Name] saat ini tidak bisa meminjam bendera karena hubungan sebelumnya.

Lily menggenggam tangan Coppelia yang terdiam menekuk kepalanya, sambil menatap Izayoi untuk meminta bantuannya ketika menaruh harapan terakhir padanya.

"Mas Izayoi. . . Apa tidak ada cara lain?"

“—”

Izayoi menyilangkan tangan saat ia membiarkan kesadarannya surut ke kedalaman pikirannya.

Tapi ia sudah tahu jawaban di hatinya. Jika perkataan Garol tentang 'Angin Kemunduran' adalah monster tak terkalahkan benar, Izayoi juga meragukan kemampuannya untuk mengalahkannya.

Entah Roh Kelas Bintang Algol, Dewa Kematian Percher, atau bahkan Naga Matahari, dia yang belum pernah merasakan rasa takut, saat ini merasakan kegelisahan tentang sensasi dari 'sesuatu' yang kelasnya di atas mereka.

Meski begitu, jika seseorang tetap berusaha menyelamatkan Coppelia—

". . . Cuma bisa lewat nyelesaiin permaian, kan?"

“Aye?”

"Oi, Paman Garol. 'Angin Kemunduran' itu Raja Iblis yang dipanggil buat bertindak sebagai Permainan Berhadiah logika, kan?"

". . . Hmm. Sejauh yang kutahu, Permainan kali ini memang begitu."

“Bagus. Terus Nona Muda. Apa Deen bersamamu?"

“Tentu saja. Tapi saat ini satu tangannya hancur. Pertarungan sengit bisa saja. . ."

“Nggak masalah. Nggak bakal buat bertarung juga. Sisanya—"

Memalingkan wajah lalu menyentuh Coppelia.

Gadis berambut perak terus menunduk—Tapi Izayoi menekan dagunya, memaksakan wajah Coppelia untuk mendongak.

Menatap mata birunya lebih dekat, Izayoi menyipitkan matanya untuk mengamati.

"Oi, boneka bego. Sampai kapan kau murung gini? Semuanya lagi diskusiin masalah situasimu, tau nggak?"

“. . . Situasi atau apapun itu, tidak ada yang perlu didiskusikan karena kalian sudah mengetahui jawabannya. Selama kalian mengembalikan aku ke penjara kenangan, semuanya akan berakhir."

“Hoho, bener. Memang cara paling gampang dan teraman. Tanyakan ke seratus orang dan seratus jawaban sama bakal kau dapatkan. Karena aku juga mikir itu sebagai metode terbaiknya."

“Lalu?"

“Tapi, tau nggak sih? Gadis rubah kecil dari komunitasku nggak bakal nerima itu."

Haa, Coppelia menengok ke arah Lily.

Lily terdiam, tapi harapan kuatnya tersalurkan melalui caranya menggenggam erat.

Tidak masalah—Kami pasti akan menyelamatkanmu.

". . . Tapi mustahil menyelesaikan Permainannya! Itu berarti menjelaskan masalah menyempurnakan 'aku'! Sudah ada ratusan bahkan ribuan yang meneliti dan mengambil tantangan tapi tetap tidak berhasil. Karena 'aku' adalah khayalan akhir dari mimpi manusia—"

“Mesin gerak abadi ketiga. Meski dianggap bisa dikerjakan, tapi itu mirip kayak bangun kastel di udara, terus ditinggalin gitu aja jadi teori gerakan kemunduran."

Benar kan? Izayoi tersenyum bangga sementara Coppelia terbungkam, terbelalak, dan terkejut.

Namun yang lebih dikejutkan oleh terbongkarnya teka-teki, adalah Asuka dan Yō yang diam mendengarkan.

“Ah, Ara?”

". . . Bukankah jawaban Permainannya, mesin gerak abadi ketiga?"

"Bukan gitu. Jawaban asli Permainannya itu adalah menyelesaikan mesin gerak abadi ketiga. Karena itu juga, yang buat permainannya nggak ada jawaban. . . Ujian yang nggak bisa dilewati. Karenanya disebut juga 'Permainan Paradoks[7]'."

Di dunia Taman Mini dimana para Dewa berkumpul, membuat jawaban dengan teknik tidak lengkap tidak akan melanggar aturan.

Ambil contoh, penciptaan mesin gerak abadi yang memiliki proses produksi paradoks dalam tekniknya. Jika tidak lengkap, bisa dikatakan sebagai kegagalan. Dalam Permainan memikat dan jebakan, jenis ini jelas mengerikan.

Tatapan fokus Coppelia sampai memantulkan sosok Izayoi di matanya yang dipenuhi rasa menyalahkan diri sendiri.

"Begitu ya. . . Kamu dipanggil di abad dua puluh satu. Kalau begitu kamu tahu itu, kan? Akhir dari mimpi manusia pada mesin gerak abadi."

". . . Aahh. Kalau itu sih, aku bersimpati padamu."

Izayoi melepaskan pegangannya dan mengangguk.

Suaranya lebih lembut dan mungkin beginilah caranya menunjukkan keharuan.

—Mesin gerak abadi ketiga.

Sesuai namanya, itu adalah mesin yang mampu berfungsi tanpa batas.

Khayalan terakhir bahwa manusia memiliki keyakinan untuk menyelesaikannya sendiri.


Itu menjadi pencapaian tertinggi cita-cita para pencipta yang juga menginginkan kekayaan dan kemuliaan. Namun, seiring berubahnya waktu, mesin gerak abadi menjadi proyek angan-angan semata.

Di zaman Izayoi yaitu abad kedua puluh satu, mesin gerak abadi telah dianggap sebagai teknik yang mirip membangun kastel di langit. Karena itu, hanya beberapa yang masih bercita-cita terhadapnya.

Walaupun masih terus ada yang mengejar proyek itu, mereka hanyalah pencipta yang yang bercita-citakan mimpi itu, tapi kebanyakan hanyalah penipu dengan harapan mengambil keuntungan dari mimpi manis gerak mesin abadi. Mereka yang mempercayai keberadaannya sekarang berubah menjadi pemeras.


Dia yang dikenal sebagai titik akhir manusia—mesin gerak abadi, Coppelia serta kehormatan, kemuliaan, dan alasan keberadaannya dinodai oleh jejak kaki berlumpur dari mereka yang dinodai oleh keserakahan.

"Sisa-sisa cahaya kekayaan dan kemuliaan. . . Itu adalah wajah asli dari 'aku'. Keberadaan 'aku' juga merupakan paradoks. Dengan keberadaanku sebagai dasar, dan diberi nama mesin gerak abadi, aku siap menjadi Hadiah Ujian dan keberadaan yang tidak terselesaikan. Menjadi umpan tak terbatas dari kerakusannya yang tidak pernah terpuaskan.

Untuk menghentikan 'Angin Kemunduran', seseorang harus mencoba menyelesaikan Permainan dan mendapatkan cahaya mesin gerak abadi—"



"Itulah kenapa, aku bakal kasih cahaya itu ke kamu."



—Wha? Kali ini, Coppelia benar-benar terbungkam.

Izayoi menyeringai saat dia menyentil kening Coppelia.

"Boneka bego, kau pikir ini dunia apa? Ini kan Dunia Taman Mini, tempat mainnya Para Dewa. Mesin gerak abadi jelas nggak bisa dibuat manusia doang. . Tapi kalau kita pake Hadiah, keberadaannya bakal mirip kan."

“Ap….?”

Coppelia menekan keningnya yang memerah dan membengkak sambil menatapnya kaget.

Berdiri dengan bertolak pinggang, Izayoi berseru pada Coppelia.

"Mulai hari ini dan seterusnya, kau bukan lagi Coppelia sang mesin gerak abadi. Tapi boneka baru yang diciptakan [No Name]—Coppelia mesin abadi yang agung."



Bagian 13[edit]

—Celah di Bazaar Festival Panen [Underwood].

Bulan baru mulai naik menuju puncaknya.

Terdapat perintah evakuasi darurat di wilayah Bazaar Festival Panen dan area sekitar menjadi hening. Walaupun seharusnya saat ini adalah masa-masa ceria di Malam Festival Panen, Kota Pohon Raksasa terlihat hening, seolah tertidur. Suara yang terdengar hanyalah percikan air di sungai dan gesekan dedaunan di Pohon Raksasa.

Di jantung Bazaar yang tadi masih dilakukan persiapan untuk festival, berdiri Kasukabe Yō, Shirayuki, dan gadis rubah kecil, Lily.

"Masih ada satu jam sebelum 'Angin Kemunduran' keluar dari museum. Sampai Coppelia selesai, kita harus menghentikannya."

"Oi, jangan membuatnya terdengar gampang. Meski nggak dalam keadaan terkuat, itu masih Raja Iblis murni, loh!"

Shirayuki terlihat seperti menarik keberuntungan yang paling tidak beruntung saat menatap Yō penuh benci.

Menyibukkan diri mengibaskan ekornya, Lily menatap mereka sambil meminta maaf.

"Aku sungguh minta maaf. . . Aku tidak mengira akan jadi begini."

Telinga rubah Lily turun. Terkejut bahwa kata-katanya dianggap sebagai keluhan karena kesal dengan pekerjaan yang membosankan, Shirayuki bertolak pinggang sambil bergeleng menyangkal tanggapannya.

"Meski aku bilang gitu, kamu nggak perlu minta maaf. . . H'em. Kalau boleh jujur, ini sangat mengagumkan. Kemantapan hatimu berjuang demi teman, aku sangat menghargainya."

Mengekspresikan kekagumannya, Shirayuki mengelus kepala Lily hingga telinga rubahnya, hingga membuat suara desut yang menenangkan.

Yō tersenyum melihatnya, tapi segera kembali ke eskpresi tegang.

"Aku harap kalian mengikuti rencana. Kabur saja jika dalam bahaya. Akan kulakukan sisanya."

“H'em, kaulah garis terakhir pertahanan. Jangan gagal, ok!"

“Mbak Yō, kami mengandalkan sisanya padamu!"

*Pi* Lily menegakkan telinga rubahnya penuh energik dan mengangguk.

Tepat ketika ketiganya mengkonfirmasi masing-masing peran, terdengar gemuruh rendah seperti getaran yang berasal dari celah di pasar.


Bagian 14[edit]

—Bengkel Bawah Tanah [Underwood].

". . . Meski sudah dibacarakan kapan lalu, tapi tetap saja kita yang melakukan, ha?"

Mari memundurkan waktu sejenak, berlokasi di bengkel Bawah Tanah.

Yang bicara tadi adalah taktisi di bawah Bendera Api Biru, Jack O' Lantern [Will-O'-Wisp], saat di bawah tanah Pohon Raksasa.

Mendengar kisahnya dari Izayoi, dia menganggukkan kepala labunya sambil menengok kanan dan kiri melihat Coppelia dan boneka lainnya—Boneka Besi Langka yang dibuat dari Besi Langka Suci, Deen.

Memasukkan kepingan bagian Deen ke pengapian, Jack tertawa karena terkejut.

"Tapi berpikir untuk menciptakan mekanisme mesin gerak abadi? Itu sungguh permintaan tak terduga. Akan kukatakan kalau aku hanya penempa besi loh."

“Aku tau kok. Tapi nggak ada komunitas lain yang bisa kami percaya. Lagian, nggak ada Komunitas yang bisa menyukseskan ini. . . Kau tau mekanisme mesin gerak abadi, kan?"

Jack menjawab dengan tenang dari tantangan Izayoi.

"Tentang itu. Hmm, aku ingat itu sebagai 'mekanisme yang terus berfungsi tanpa masukan energi dari luar, begitu kan? Tapi itu karena hukum termodinamika. . . Setelah hukum entropi ditetapkan, bukankah itu disimpulkan sebagai tugas yang mustahil? "

“Kan gini, selama kita memakai besi langka Taman Mini, masalah selesai. Ini karena Deen jadi bukti nyata."

Yahoho? Jack memiringkan kepala labunya merenung.

Asuka, yang menunggu perintah, juga memiringkan kepala saat bertanya pada Izayoi.

"Wah, itu. . . Izayoi, apa maksudmu?"

“Ini cuma teori sederhana. Nona Muda, apa kau tau prinsip dibalik operasi kendaraan bertenaga uap?"

“Jangan meremehkanku. Aku tahu benda-benda sepele seperti itu. . . Yah, itu menggunakan panas dan tekanan untuk menggerakkan rodanya, kan?"

"Benar. Mesin kendaraan bertenaga uap ditenagai oleh suhu berbeda yang diciptakan dari batu bara yang dibakar terus menyebabkan pistonnya bergerak. Tapi, kalau suhunya nggak berbeda, pistonnya nggak mau gerak terus energinya malah putus. Ini hukum termodinamika kedua yang terkenal. Disebut juga dengan prinsip entropi."

“. . . Ye, yeah mungkin."

Memaksakan diri untuk merespon dengan samar. Ini pasti cukup berlebihan bagi gadis lima belas tahun yang mewakili zaman Shōwa untuk mengerti.

Izayoi sempat tersenyum kecut sebelum kembali fokus pada Jack untuk meneruskan pembahasan.

"Tapi kalau kita pakai Logam Suci Langa, masalahnya bakal kelar. Kalau kuberi tahu alasannya, ya karena atribut dari besi itu yang bisa memanjang dan dikendalikan sesuka hati. Kalau komponen paling penting, piston, digantikan sama material yang punya karakteristik memanjang dan dikendalikan sesuka hati, masih mungkin ciptain desain sederhana mekanisme gerak abadi."

*Don!* Jack memalu kepalannya ke telapak tangan sambil mengangguk mengerti.

“Yahohoho! Aku paham sekarang! Kalau strukturnya disederhanakan sampai seperti itu, nggak masalah meninggalkan tugas pemurnian besi itu padaku!"

"H'em. Aku juga butuh saran selain kerajinan struktur dan komponen. Masalahnya tinggal. . . Nona Muda setuju atau tidak."

Melirik Asuka. Di tangan Izayoi ada kepingan Logam Suci Langa yang lepas ketika pertarungan Deen melawan Naga Raksasa. Nampak seperti meminta izin untuk menggunakan kepingan-kepingan itu.

Tingkat kekuatan spiritual Logam Suci Langka ditetapkan dengan volume besarnya pengembangan. Bahkan jika sedikit saja kepingan Deen diambil, kekuatan spiritual Deen berkurang dengan proporsi yang sama.

"Huh. . . Jadi itu alasanmu membutuhkan Deen?"

“Iya. Karena kalau aku nggak izin dulu sama Nona Muda, kami nggak bakal ngerjain. . . Jadi, gimana?"

Sedikit tidak mengharapkannya, Asuka menghela nafas.

Melihatnya, Jack mengacungkan jempol saat dia juga memikirkannya sebagai ide yang bagus.

"Kalau begitu, begini saja. Sebagai balasan mendapatkan izin menggunakan Besi Suci Langka dari Nona Asuka, Izayoi akan membayar seluruh biaya perbaikan Deen. Bagaimana menurutmu?"

“Wha?”

Mendengarkan saran dadakan itu, Asuka berteriak kaget.

Reaksi Asuka lebih luas lagi. Ekspresi tidak puasnya berubah saat menggenggam tangan Jack dengan penuh semangat.

"Mungkinkah Deen bisa diperbaiki?!"

“Yahohoho! Itu tugas mudah! Meski pemurnian tambahan Besi Suci Langka cukup menyusahkan, kira-kira akan selesai sebulan!. . . Yah, tapi ada biaya yang besar untuk itu."

— Melirik Izayoi.

Pada akhirnya, sekalipun ekspresinya tidak puas, dan menggaruk kepalanya, namun karena orang yang diminta tidak lain adalah Izayoi, dia mengangkat tangan mengaku kalah sambil tersenyum masam.

"Ok, paham. Selama nggak keberatan kalau bayarku agak telat, bakal kubayar biaya keseluruhan."

“Yahohoho! Tentu saja, tidak masalah! Kami menerima pembayaran langsung 'cash' atau cicilan tiga puluh enam kali."

Jack menggoyangkan kepala labunya ketika tertawa terbahak-bahak. Kemungkinan besar yang mendapatkan keuntungan paling banyak adalah monster kepala labu ini.

Di sisi lain, Coppelia yang bersandar di kursi bengkel, diam menunggu mulainya operasi.

(Besi Suci Langka. . . Besi yang mencabut kehendak. Jika dimanfaatkan, tidak diragukan lagi akan menyelesaikan mekanisme mesin gerak abadi. Walaupun tidak dihitung sebagai pencapaian manusia sendiri.)

Dia menggelengkan kepala seolah mencoba menghilangkan perasaan sedih dalam hatinya.

Ini bukan waktunya untuk memikirkan hal-hal itu. Prioritas saat ini adalah untuk mengusir 'Angin Kemunduran'. Selama belum terpenuhi, dia tidak punya kualifikasi untuk memikirkan masa depan.

(Rubah kecil. Seperti katamu. Aku selalu berdoa agar orang yang ditakdirkan menemukan 'aku'. Tapi jika aku ingin mewujudkan mimpiku. . . Harusnya 'aku' yang mencari orang yang ditakdirkan.)

Karena itu, dia akan mengabaikan pikirannya.

Dia harus terbebas dari belenggu kemuliaan di masa lalu.

Sekarang adalah waktunya meninggalkan penjara kenangan dan bergerak maju atas kehendaknya sendiri.

"Kalau begitu, waktunya modifikasi, sudah siap, Nona Coppelia?"

"—Iya, tolong bantuannya, penempa Labu."[8]


Bagian 15[edit]

Saat ini, di Bazaar Festival Panen, rauangan rendah si kejam yang mengamuk, menggema dari kedalaman.

Raja Iblis ini tidak memiliki tujuan atau kewarasan.

Yō dan Shirayuki langsung membuat kuda-kuda saat melihat ke kedalaman celah.

". . . Dia datang. Kalian, bersiaplah!"

Mematuhi perintah Yō, Shirayuki dan Lily menyalakan obor di sekitarnya.

Bazaar yang tadinya diterangi oleh lampu tergantikan oleh terangnya sejumlah besar obor dengan material yang mudah terbakar, dan kayu sebagai cadangan yang ditaruh di samping.

"Angin itu memiliki atribut untuk mencari cahaya! Lakukan yang terbaik untuk membuatnya tercerai dan turunkan kekuatannya!"

"Paham!"

“Mengerti!"

Dengan begitu, ketiganya menyebar ke arah berbeda. Lily terus menyalakan kayu yang sudah dilumuri minyak, dan Shirayuki menuju bukit kecil yang memiliki limbah kayu.

Menggunakan perlengkapan Pegasus, Yō menyelubungi dirinya sendiri dengan angin berkilauan menuju langit.

Untuk mencerai-beraikan angin dari kirir, kanan, atas, dan bawah, itu hanya akan mengurangi kerusakan yang dibuat oleh 'Angin Kemunduran'.

(Skenario terburuknya, Garol bilang dia akan membawa Coppelia kembali ke toko. Kami harus mengulur-ulur waktu untuk menghindari hal itu.)

Melihat geladak observasi [Underwood] dari langit, di sanalah tempat Garol mengobservasi mereka. Berjaga-jaga jika Yō, Lily, atau lainnya dalam bahaya karena tertangkap angin, dia akan segera bertindak.

Untuk mencegah situasi itu, Yō perlu memerintahkan mereka berdua.

(. . . Itu dia!)

Dari getaran yang mengguncangkan bumi hingga terdengar seperti suara ledakan, Raja Iblis itu, yang melahap seluruh cahaya di toko, menunjukkan diri ketika menghancurkan bagian pintu hitam untuk mengalir melewati celah.

Ledakan susulannya cukup untuk merubuhkan celah dan si rakus 'Angin Kemunduran' menghapus seluruh jejak bumi yang bersentuhan dengannya. Namun, nampaknya melahap bumi pun tidak sanggup memuaskan rasa laparnya.

“Aye……?!”

“Itu sungguh. . .!”

Lily dan Shirayuki yang terus menyalakan bahan mudah terbakar, berteriak kaget.

Seolah ingin memiliki dan merasakan cahaya menyilaukan yang dikeluarkan dari sepatu Pegasus, 'Angin Kemunduran' mengabaikan cahaya lemah api unggun dan fokus pada Yō sebagai mangsanya.

Perubahan tak terduga membuat Yō panik, namun dia sadar untuk tidak menetap di posisinya.

Langsung mengarah ke udara, Yō melepaskan angin berkilauan ke segala arah.

“Dalam situasi ini. . .!"

Apa yang harus kulakukan? Yō menggunakan seluruh kekuatannya untuk memancing 'Angin Kemunduran' menyesuaikan gerakannya.

Sayangnya, efektivitasnya terlalu sedikit. Walaupun dia mencoba menyebar, keagresifan 'Angin Kemunduran' malah memperkuat pengejaran. Hingga akhirnya Yō menyadari tujuan asli sang musuh.

(Angin ini. . . Mencoba melahapku!!)

Tidak peduli seberapa menyilaukan anginnya, tetap tidak kokoh dan dilahap layaknya asap, tidak mampu meredam laparnya. Setelah selera makannya terangsang oleh museum emas, angin rakus itu bergairah pada angin berkilauan yang memutuskan untuk menjadi hidangan utamanya.

Konfrontasi langsung ini hanya akan membawa kematian.

Memahami jika situasi ini tidak menguntungkan baginya, Yō memutuskan untuk melarikan diri dari 'Angin Kemunduran'.

"Ini, ini buruk! Jika dia menjadi target, dia tidak akan bisa kabur!"

“Mbak Yō. . .!!!"


Keduanya menyerukan kegelisahan yang sama.

Yō dikejar dengan ancaman yang sangat cepat di belakangnya, sambil merinding memikirkan akhir riwayatnya jika tertangkap angin itu. Mati tanpa meninggalkan jejak saat tubuhnya dilahap tak tersisa.

Dia melepaskan angin berkilau di punggungnya dengan seluruh sisa kekuatannya. Namun 'Angin Kemunduran' menganggapnya sebagai pertunjukan berlebihan dari kekuatan yang memerlukan warna darinya dan dihancurkan sebelum dibuang.

(Aku terlalu naif. . .! Meski dia tidak punya kecerdasan, angin ini tetap Raja Iblis. . .!!!)

Yō terus melarikan diri hingga keningnya dibanjiri keringat namun jarak di antara mereka terus menipis.

(Aku tidak bisa. . . Dia tidak bisa dihindari—!!!)

Tepat ketika kematian memenuhi kepala Yō.

Angin abu-abu itu menghilang.

“—Oi Oi. Terlalu cepat nyerah, Kasukabe!!”

Sosok yang bergerak cepat yang cukup untuk membakar udara di atmosfer, telah menggunakan ranting Pohon Raksasa sebagai pijakan untuk membuat lompatan berkekuatan penuh.

Izayoi mandarat dengan memegang tangan Yō dengan kekuatan yang cukup untuk mengguncangkan Pohon Raksasa sejauh lima ratus meter.

Berdiri seperti Nio di kawah besar, Izayoi tersenyum mengejek Yō.

"Wah wah wah, kau membuatku takut. Karena Kasukabe ngasih kesan yang lebih berani. Aku nggak nyangka kalau kamu bakal secepat itu nyerah."

". . . Hu. Kalau Izayoi berpikir begitu, kenapa tidak mencoba dikejar dia?"

“Yah, aku akan dengan senang hati menolak. Meski sekali lihat pun sudah kelihatan. Aku nggak bakal mau menghadapinya langsung—Lagian, seluruh pemain sudah berkumpul."

Izayoi menatap langit. Badai abu-abu yang tadi mengejar ganas secara perlahan membentuk gumpalan yang mengombak.

Mengarahkan keinginannya pada geladak observasi [Underwood].

Raja Iblis tak terbentuk itu menatap ke—Mata biru Coppelia dengan rambut perak terang yang bergoyang karena angin.

"Maaf telah membuat semuanya menunggu. Operasi telah berjalan baik. Dan—"

Coppelia membentangkan perkamen berkulit kambing.

Ketika perkamen berkulit kambing yang merupakan [Gulungan Geass] mengeluarkan sinar menyilaukan, saat itu juga berubah menjadi Bendera raksasa yang berkibar di atas [Underwood].

"—Permainan berakhir. 'Kehampaan Akhir', kau tidak bisa menghancurkanku lagi. . ."

Terpampang di kain Bendera yang berbahan dasar Merah adalah desain persneling yang tumpang tindih dan kelopak dari khayalan yang mulai tumbuh.

Bendera itu adalah bukti nyata kekayaan dan kemuliaan.

Mewakili putik abadi khayalan terakhir manusia.

Bendera dari Komunitas—[Embrio Terakhir].

"Segera pergi, 'Kehampaan Akhir'. 'Permainan Paradoks'—mimpi tiada akhir 'aku' telah berakhir. Jika kamu memaksakan keberadaanmu di sini, kau dianggap melanggar aturan. Meski kau Raja Iblis tak terkalahkan, kamu tidak akan pernah bisa kabur dari nasib diusir dari Taman Mini."

Coppelia menyalakan cahaya keperakan ketika mengumumkan dengan tenang. Tidak ada secercah kesedihan dan boneka yang diimpikan manusia di masa lalu itu berdiri di depan mereka.

Raja Iblis tak terbentuk berhenti di udara di atas kota, berubah-ubah dalam kegelisahan seolah keseimbangannya goyah.

—Memang, kontraknya telah berakhir. Namun sepertinya seluruh wilayah ini akan menjadi segunung makanan.

Menekan malapetaka itu, gerakannya mirip dengan menjilat bibir seseorang, seperti berjuang melawan hasratnya yang mengerikan.

Mau makan,

Mau makan,

Mau makan. Penampilannya mirip seperti anjing pemburu yang terus meneteskan air liurnya.

Menatap langit dan menyadari penampilan itu, Izayoi kesal sambil mendecap lidah dan berseru.

"Oi, Tuan Raja Iblis nggak berbentuk. Kalau kau coba merusak kesepakatan terus ngamuk—Kami juga bakal pake kemampuan merusak aturan serupa buat menghakimimu, paham?"

Sekejap, cahaya terang dipancarkan dari tangan kanan Izayoi.

Cahaya di tangannya setara dengan intensitas Matahari dan menyinari seluruh kota di malam hari.

Walaupun Raja Iblis abu-abu sedikit terganggu oleh cahaya tak terduga itu, dia tampaknya belum mau mundur. Sebaliknya, keberadaannya perlahan dipenuhi kesenangan.

—Hidangan spesial telah ditemukan. Raja Iblis yang secara logika tidak memiliki bentuk, terlihat tertawa.

Kurang dari satu detik, dia sepertinya memberikan perasaan sedang tersenyum namun segera menghilang.

Ketika 'Kehampaan Akhir' membengkak, dia kemudian melesat lurus ke arah pusat Taman Mini—Pergi menuju dunia Poros.

Jejak 'Kehampaan Akhir' mengoyak lautan mendung dan menelan cahaya bintang di antara awan.

". . . Kurasa masalahnya sudah berakhir, kan?"

"Kurasa, iya?"

Yō mengulang kata-kata Izayoi. Walaupun situasinya diluar perkiraan, namun kerusakannya sangat minim dan tidak ada hasil yang lebih baik dari itu. Izayoi bertolak pinggang menatap langit berbintang dengan tatapan puas sambil perlahan dialihkan ke [Underwood].

Melihat tunas abadi terpampang pada bendera [Embrio Terakhir], dia bergumam penuh emosional.

"Mesin gerak abadi. . . Eh? Ha, meski katanya diabaikan, ini sangat luar biasa. Karena manusia yang berjuang agar putik itu mekar telah membangun abad kedua puluh satu."

Izayoi menyipitkan matanya saat mengingat masa lalu.

—Fasilitas raksasa PLTA di Air Terjun Iguazu yang ia lihat ketika masih kecil.

Untuk mendaur ulang energi dari sungai besar yang tersebar ke seantero planet lalu mengubahnya menjadi energi untuk menyinari jalanan. Teknik seperti itu hanya bisa dicapai manusia setelah mengejar penemuan dasar dari mimpi mesin gerak abadi.

Bukan tidak mungkin lagi menciptakan mesin gerak abadi dengan kemampuan manusia saja. Namun disertai keinginan kuat dan kemakmuran tahun-tahun itu, cahaya dari bendera itu tidak akan terlalu berlebihan untuk disebut sinar yang dicapai manusia. Ketika dia dipenuhi emosi melihat Bendera [Embrio Terakhir], dia menyadari sosok Lily dan Shirayuko berlari di kejauhan.

"Mas Izayoi! Mbak Yō! Kalian baik-baik saja—?!"

“Oh, kami baik-baik saja."

“Meski sedikit berbahaya."

Tersengal-sengal setelah berlarian, Lily mengibaskan ekornya.

Melepaskan tangan Yō, Izayoi melebarkan tangannya sambil tersenyum.

"Baiklah, karena masalahnya sudah selesai, sebagai ganti perayaan makan malam, gimana kalau kalian makan Kue Pai Labu Asin?"


Bagian 16[edit]

—[Underwood], Kediaman VIP.

Kelompok yang memukul mundur 'Angin Kemunduran' bercengkrama bahagia di kediaman VIP ketika mendapatkan hidangan Pai Labu Asin Izayoi sebagai makan malam.

Kehangatan dan keharuman cukup menenangkan pipi semua orang. Mengidentifikasi sapi putih panggang dengan keju diantara kue kering, mata Yō berkilauan ketika melihat lapisan kulit Pai.

"Oh~. . . Ini seukuran kepalan. Sepertinya ini jauh lebih enak ketimbang Pai Labu Asin yang kamu buat kemarin."

“Jelas. Itu gegara bahan-bahan pilihannya diambil dari persediaan bahan Festival Panen."

“Yahohoho! Berkat labu matang yang kami sediakan! Tentu saja pasti enak!"

Izayoi merespon dengan tawa gelak sementara Jack menjawab dengan tawa bangga 'Yahohoho'.

Lily, yang memotong Pai Labu Asin menjadi beberapa irisan, menyerahkan sepotong kepala Coppelia di atas piring.

"Silakan, Coppelia."

“Terima kasih, rubah kecil. . . Semuanya berkat dirimu aku bisa di sini, bisa makan bersama semuanya.

“Tidak, itu tidak benar! Mas Izayoi dan Mbak Yō yang menyelamatkanmu."

“Tidak kok. Walaupun aku sudah siap membayar hutangku. . . Tapi rasanya memalukan karena yang kumiliki hanya tubuhku ini. Aku akan senang jika kamu punya sesuatu yang bisa kubantu."

Coppelia menunduk ketika memegang dadanya dengan eskpresi gelisah.

Namun mata Lily berkilauan dan telinga rubahnya tegak.

"Kalau begitu, aku ingin kau menjual bros itu padaku! Ada seseorang yang menurutku cocok untuk memakainya, aku ingin menghadiahkan itu padanya!'

"Tapi, rubah kecil, bros itu. . . Jika kuberi harga, akan sangat mahal loh. Karena bahan bros itu dipahat dari potongan kayu agung."

Uuh, Lily terdiam ketika mulai terlihat kesusahan. Melihatnya seperti itu, Garol berbicara untuk memberi solusi.

"Tidak ada jalan lain. Jika Nona rubah mau, aku bisa membantumu menemukan pekerjaan. Bantuan lain sangat kami hargai di penyelenggaraan Festival Panen."

"I-iya, aku sangat berterima kasih!"

*Pi!* Telinga rubahnya tegak. Lily kemudian menatap Coppelia.

"Ibuku selalu mengajarkanku bahwa kita harus membayar harga yang setara dengan usaha. Karena pembuat bros itu adalah Coppelia, kalau aku tidak membayar harganya setara, aku pasti telah berpaling dari ajaran itu."

H'em! Dia mengepal penuh semangat.

Menganggukkan kepala dengan malu, Coppelia tersenyum dengan menyegel kesepakatan.

Ketika semua orang duduk di meja makan dengan piring PAI asin di depan mereka, dan dalam sekejap ketika mereka berdoa—situasi mendadak berubah.

“Wuaaaahhhh! Ada boneka pria kuat menggilaAAAAAaaahhhhhhhhhh!!!”


“——SERANG WUOOOOOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHH!!!”

Teriakan perang itu terdengar ke seluruh penjuru Kota Bawah Tanah.

Ketika niatannya memasukkan Pai asin ke mulutnya terhenti, dia menatap dingin Coppelia.

". . . Oi, kerumunan otot itu bukan bagian Permainan kan?"

"Itu candaan yang lucu. Mereka adalah perwujudan dari benda tertentu yang dilepaskan ke dunia kenangan."

“Hooh. Jenismu dong?"

". . . Itu sungguh candaan yang menarik, Tuan. Bahkan jika kamu dermawan padaku, aku tidak akan mengabaikan komentar penghinaan itu."

“Menarik banget nih. Tunjukkan padaku sedikit kekuatan mesin gerak abadi. Permainannya disebut <<~Perburuan Pria Kuat tingkat sulit~Di malam Festival Panen>> Gimana?”

Walaupun terasa menjengkelkan, Coppelia mengangguk pada saran Izayoi.

Masih dalam posisi 'hampir menggigit' Pai asin, Asuka dan Yō mendesah kesal.

"Permainan itu. . . Jangan-jangan kami juga harus berpartisipasi?'

"Se, setidaknya biarkan kami menghabiskan dulu pai labu asinnya,"

“Berhenti ngomong ngawur. Jelas, kelompok wanita juga ikut serta."

“Ta, tapi. . .!!!"

Izayoi meraih kerah keduanya dan menyeret mereka ke jendela dengan letih.

"Nggak peduli di dunia manapun atau kapanpun itu, orang hebat selalu bilang—'Mereka yang nggak kerja, nggak bakal makan'—!"


Kemudian melemparkan mereka dari ranting Pohon Raksasa ke kerumunan pria kuat.



Translator's Notes[edit]

  1. baju pelapis atau nama lainnya smock-frock, sila tanya mbah google :)
  2. Kelobot=pembungkus/kulit jagung
  3. Bacon=daging babi yang dikukus dan diasini
  4. Antromorfis berarti penggambaran ciri-ciri manusia ke makhluk selain manusia.
  5. Poaching alias berburu, mirip game MMORPG, ketika salah satu seseorang dari guild lain berusaha merayu pemain dari guild lain yang diincar agar dia mau pindah guild. (ノ`Д´)ノ彡┻━┻
  6. info —>> [magrefnotes: istilah [Kehampaan Akhir] memiliki artian langsung [Angin Kemunduran].]
  7. Paradoks, Penyataan yang seolah-olah bertentangan dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran [KBBI]
  8. Penempa Labu? Haruskah kuganti Penempa Jack? Atau Pumpkin Smith kayak yang aslinya? Atau biar gini? hmm. Boleh diganti kalau nemu kata yang pas ^^


Kembali Ke Halaman Utama