Ochitekita Ryuuou to Horobiyuku Majo no Kuni (Indonesia):Jilid 1 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 1: Pria yang Jatuh di Bak Mandi[edit]

Ada sebuah kelompok yang hanya terdiri dari perempuan, yang tinggal di dalam ‘Hutan Hitam’ yang luas hingga perbatasan yang terpencil.

Orang-orang memanggil mereka ‘Penyihir’. Dengan kata lain, mereka adalah makhluk dengan kemampuan yang berbeda.

Dari sudut pandang manusia yang percaya pada satu Tuhan yang mutlak, yang memerintah mayoritas orang, memang jelas bahwa penyihir yang menyembah ratusan makhluk-makhluk lain untuk sebuah perlindungan begitu ditakuti. Sambil merasa takut terhadap penyihir, mereka juga memiliki perasaan iri dan cemburu terhadap orang-orang tersebut yang memiliki kemampuan spesial, tidak seperti mereka yang menyembah Tuhan.

Tentu saja, mereka tidaklah selaras, sehingga mereka terus berperang lama sekali.

Penyihir, yang sangat bangga dengan banyaknya populasi mereka, serta memegang kuasa yang mampu mempengaruhi dunia, kini telah menurun jumlahnya. Seolah-olah mereka berjalan sepanjang jalan pemusnahan secara perlahan. Sementara menyadari posisi rendah mereka, mereka takkan mencoba mencari pertempuran apapun. Namun dengan hal itu, wilayah mereka terus diserbu, mereka pun takkan ragu-ragu untuk melawan, walaupun itu berarti jumlah mereka akan terus menurun.

Karena sejumlah pertempuran terhadap penyihir diturunkan untuk sementara, banyak dari mereka bisa hidup damai di tempat yang jauh dari kota. Namun, itu hanya sementara karena konflik antara sesama manusia, negara-negara yang berbeda telah meningkat.

Usai perang besar, yang melibatkan banyak negara dan banyak kehidupan yang terenggut, mata mereka akan kembali kepada penyihir. Itu hanyalah tindakan alami yang tentu saja untuk bangsawan di berbagai negara yang dikelilingi tanah penyihir, untuk mempertimbangkan penghapusan mereka.

Negara-negara sekitarnya kini tengah mempersiapkan untuk penghapusan penyihir.

Sementara pidato dengan dalih menyapu penyihir dari dunia ini, didukung serangan berbagai negara, mereka bersekongkol merencanakan pembunuhan pemimpin penyihir dengan mengirim Assassin.

Walau tindakan pengambilan itu memang tepat, konflik antara bawahan dan atasan takkan pernah berhenti.

Sering kali ketika konflik akan tumbuh pada skala nasional, mengakibatkan perang baru.

Sementara konflik antara sesama manusia masih terus terjadi, mereka masih dapat terus mengurangi populasi para penyihir.

Walaupun penyihir memiliki kemampuan tempur yang tinggi, mustahil bagi mereka untuk melawan ratusan dan ribuan unit pasukan yang dikerahkan. Sebagai akibatnya, sambil membunuh sejumlah pasukan musuh, mereka akan berakhir melaksanakan taktik mundur tanpa memperoleh kemenangan.

Pada akhirnya, lingkaran setan kebencian dari manusia terus bermunculan dengan pikiran kehilangan wilayah dan kawan-kawan...

Saat ini pun penyihir diikuti oleh rantai kekalahan.

Tampaknya, tak ada tempat yang damai untuk mereka di dunia ini.


Ada beberapa kelompok diantara penyihir.

Jika saat ini dijelaskan, kelompok-kelompok ini dekat dengan konsep ‘klan’. Beberapa klan ini berkumpul dan membentuk aliansi, yang menonjol dan disebut oleh manusia sebagai ‘Negeri Penyihir’.

Tak ada pria di kalangan kaum-kaum mereka, hanya terdiri dari perempuan, yang dilahirkan sebagai penyihir dengan kemampuan spesial. Penyihir tidak merekrut siapapun selain orang-orang yang mereka anggap sebagai penyihir. Oleh karena itu, itu juga dikenal sebagai negeri perempuan.

Salah satu penyihir, yang merupakan pemimpin dari salah satu klan, yakni Harrigan Halliway Haindora.

Tempat tinggal keluarganya jauh di dalam Hutan Hitam.

Selain Harrigan, ada beberapa klan penyihir lain, yang menetap di dalam Hutan Hitam, tapi keluarga miliknya itu dulunya adalah keluarga yang berpengaruh.

Benar, ‘dulunya’ itu berpengaruh.

Karena lokasi mereka yang strategis, mereka akan menjadi orang pertama yang berada di garis depan, mengakibatkan penurunan klannya. Dan setelah ia menolak, tak terelakkan bagi mereka untuk kehilangan kekuasaan sebagai akibatnya. Karena itu, Harrigan sebagai pemimpin merasa sangat menderita dikarenakan kehilangan orang-orang di klannya.

Sementara khawatir tentang masa depan keluarganya, dia berendam sendiri di pemandian air panas terbuka, yang berlokasi di daerah perbukitan, di dalam hutan.

Pemandian air panas tersebut terbuat dari kayu sederhana yang bergaya arbor yang dibangun di daerah yang tidak ditempati, pemandian tersebut dibangun dengan memotong tanah longgar miring yang terbuat dari bukit-bukit kecil.

Di tengah pemandian panas yang transparan dari 3 sisi, bak mandi diletakkan di lantai kayu. Air panas, yang dipompa dari sumber yang mengalir di dekatnya, memenuhi bak mandi seperti biasanya.

Di dalam bak mandi dengan air panas, yang tercium sedikit bau belerang, Harrigan bersandar dengan anggunnya.

Apa yang dapat menarik perhatian seseorang dari tubuh Harrigan, yang tenggelam secara terang-terangan di dalam bak mandi, adalah rambutnya yang panjang hitam-kebiruan, dadanya menggembung, pinggang ketat dan pantat besarnya. Tentu, bisa dikatakan itu adalah sosok seorang wanita dewasa. Tanda kewanitaannya juga terlihat diantara selangkangannya, yang ditutupi dengan semak hitam tebal.

Harrigan, yang tetap tenggelam di dalam bak mandi, membentangkan tangannya, dan mengeluarkan napas kecil, dia tidak peduli apakah itu terdengar atau tidak.

Bagaimana kita harus mencapai kesepakatan dengan manusia? Atau kita harus meninggalkan gagasan itu? Harrigan memikirkan hal itu, namun banyak hal yang ia renungkan, apakah tidak ada tanda-tanda untuk prospek masa depan, maupun harapan untuk masa depan yang lebih baik...

Apakah dia hanya harus menunggu pemusnahan mereka dengan tenang?

Atau haruskah mereka mati secara terhormat dalam perang?

Tampaknya hanya ada dua pilihan.

Mengedutkan kepalanya, Harrigan mengubah arah pandangannya ke sisi lain.

Di satu sisi bak mandi, ada sebuah ruang kecil yang digunakan untuk berganti pakaian, namun tiga diantaranya adalah ruang transparan tanpa dinding, meskipun ada balok, Harrigan mampu melihat pemandangan sekitarnya.

Melihat ke bawah dari bukit, ada hutan tebal berwarna hijau, yang menerima sinar mentari menyilaukan awal musim panas, yang dapat menyilaukan salah satu mata. Di sisi lain, dimana hutan hijau ini juga disebut oleh orang-orang sebagai “Hutan Hitam”, ada wilayah membentang yang dihuni oleh manusia. Wilayah yang diperintah oleh manusia itu luas dan dibandingkan dengan populasi para penyihir, mereka memiliki populasi yang lebih besar. Selain itu, wilayah yang di tempati oleh penyihir secara bertahap direbut terus-menerus oleh manusia.

(Apakah kita harus bertempur atau tidak, hanyalah kepunahan yang menantikan kita? Atau mungkin nasib? Jika begitu, maka pertempuran besar dan menghilang dengan cara yang cepat hanyalah sebuah hiburan yang singkat... tidak.)

Harrigan memandang penyihir muda di sampingnya.

(Bertempur secara sembrono hanya akan mengakibatkan kematian anak-anakku. Masih akan lebih baik untuk diriku sendiri, tapi kalau anak-anakku yang melakukannya, aku akan memikirkan cara yang lain.)

“Yuuki.”

Gadis, yang mendengar suara Harrigan, mengangkat kepalanya.

“Ada apa, Harrigan-nee?”

Walau gadis itu memanggilnya dengan ‘nee’, mereka bukanlah saudara sungguhan. Mengikuti adat mereka, penyihir muda akan memanggil Harrigan, yang mana pemimpin mereka, seperti Ane-sama, Aneue, Nee. Di sisi lain, Harrigan akan sering menyebut seorang penyihir muda, dan pada saat yang sama anggota keluarganya atau sebagai anaknya sendiri.

Harrigan memberi isyarat kepada penyihir muda itu.

“Kemarilah, dan ayo mandi sama-sama denganku.”

Bak mandi kayu buatan itu cukuplah besar, jadi walaupun keduanya masuk, itu tidak akan berdempetan.

“Apa tak masalah? Sepertinya kau tenggelam dalam pikiranmu, sehingga jangan repot-repot mengajakku.”

“Itu tak masalah, bahkan baik-baik saja. Kemarilah.”

“Kalau begitu, Maaf atas ketidaksopananku.”

Gadis itu bangkit berdiri, melepas pakaiannya dan menjadi telanjang.

Sepasang bukit dada yang tidak kecil maupun besar, mereka indah dengan ukuran dan bentuknya, cocok untuk seusianya. Ujung bukit payudaranya yang berwarna pink yang lucu, lebar bahunya sempit, pinggangnya yang terlihat agak moderat, dan area selangkangannya terlihat lembut. Berbeda dengan Harrigan, ia memiliki tubuh yang lebih kekanak-kanakan.

Apa yang menarik perhatian adalah rambutnya panjang bersinar yang diikat ekor kuda. Ini juga adalah warna yang kontras dengan rambut hitam-kebiruan Harrigan.

Gadis bernama Yuuki melangkah dengan kakinya tanpa menahan diri dan duduk di sudut.

“Jangan cuma duduk di sudut sana. Datanglah padaku.”

Dengan tubuh atasnya yang terlihat, Harrigan mengulurkan tangan kanannya dan mencapai Yuuki hanya untuk menarik dia terhadap dirinya. Ia mengikuti langsung tanpa menunjukkan perlawanan.

Membuat dia duduk di daerah kaki Harrigan yang membentang, Harrigan membungkus Yuuki dengan dua bukit dadanya dan kedua telapak tangannya yang mendekap.

“Ha... Harri-nee...”

Untuk memeriksa kelembutan mereka, Harrigan memindahkan kedua tangannya di kedua bukit dan meremasnya.

“Tidak… hentikan… ahn.”

(Aku ingin memberikan masa depan pada anak-anak ini. Aku ingin mereka memiliki harapan. Ini juga bagian dari tugasku, aku yang adalah kepala keluarga ini. Tapi, apa yang bisa kulakukan...?)

Ketika merenungkan hal itu, dia memindahkan kedua telapak tangannya dengan lembut.

Namun, dia tetap merenungkan hal itu, dia tidak tahu jalan lain, yang dia tahu hanyalah jalan menuju kebuntuan, yang membayangi pikirannya.

“Ha... Harri-nee... Aku tidak tahan lagi... aah.”

Hm? Kembali kepada dirinya sendiri, Harrigan berhenti memerasnya.

(Ups, aku tenggelam dalam pikiranku, aku mulai meremasnya terlalu serius.)

Memiliki wajah yang memerah, Yuuki, merasa tubuhnya telah kehilangan kekuatannya, menyandarkan dirinya di dada Harrigan.

(Fumu. Tapi, apa yang harus kulakukan? Aku tidak mau mengorbankan anak-anak perempuanku yang lucu ini, tapi...meskipun begitu, tanpa berjuang, akhirnya kita akan diusir dari tempat ini. Setelah ini terjadi, kita akan pergi lebih jauh menuju kedalaman hutan, berakhir di dunia ini hanyalah manusia. Bukankah itu akan sama dengan jatuh dalam kehancuran?)

Yuuki yang bersandar di dadanya, dia melihat ruangan dengan wajahnya yang bijaksana.

Tiba-tiba, pemandian panas itu berguncang.

Ruangan mulai berguncang.

“Ap, apa yang terjadi!?”

Harrigan, yang kembali dari terkejut mulai memandang langit melalui sisi transparan bangunan...

Sebelumnya mungkin seseorang dapat melihat langit biru jernih, tapi sekarang langit tersebut ditutupi dengan awan gelap.

“Apa yang terjadi!? Beberapa saat yang lalu, langit biru itu jernih yang luas?!”

Harrigan bisa merasakan bahwa sesuatu yang tidak biasa terjadi. Walau begitu, dia tak tahu apa itu.

Tiba-tiba air hujan mulai menetes diatas pemandian air panas.

Air hujan mulai bergerimis, sekaligus berganti dengan deras, suara gemuruh disertai petir mulai terlihat di langit yang redup seperti pada waktu senja.

“Kenapa di sini tiba-tiba terjadi hujan deras!? Tidak ada tanda-tanda akan terjadinya hujan?! Hanya saja apakah bumi... Jangan-jangan ini bisa menjadi tanda kemunculan Water Dragon?!”

Melihat pemandangan menakutkan ini, tubuh Harrigan mulai gemetar. Dia bisa memahami kenapa Yuuki ikut gemetar.

Segera setelah itu, ia mendengar suara dari suatu tempat.

“≠◇▼£=★!?”

Walaupun hanya ada Yuuki dan Harrigan, terdengar suara orang lain. Alih-alih mendengar suara, Harrigan bertanya-tanya apakah itu sesuatu yang bergema di dalam benaknya. Lalu, itu adalah suara seorang pria. Konon itu tidak lain hanyalah pria manusia di sekitarnya.

(Mustahil, seharusnya ini tidak mungkin.)

Mencari sumber suara, Harrigan melihat ke segala arah, namun, dia tak bisa menemukan sosok seseorang maupun hawa kehadirannya.

Mungkin ini hanyalah imajinasiku – Harrigan mengangguk seolah-olah meyakinkan dirinya sendiri.

Harrigan takkan membiarkan orang-orang luar maupun mata-mata memasuki desa dan benteng, atau lebih tepatnya, wilayah tinggal seorang penyihir, terdapat penghalang yang diletakkan di sekitar desa. Di sini juga, seharusnya tidak mungkin bagi setiap orang biasa untuk menerobos penghalang dan masuk ke dalam wilayah ini. Selain itu, dengan menghapus kehadiran mereka bukankah terlihat aneh membiarkan diri mereka mendekat terlalu dekat, bahkan tidak ada kesempatan satu dibanding sepuluh ribu, bahkan dibanding satu juta.

Namun, ada suara. Tentu saja itu terdengar. Itu bukanlah kesalahan pendengaran atau imajinasi seseorang.

Mereka tidak bisa mengerti akan hal ini, Namun demikian, itu adalah suara yang kuat dan tinggi, yang mencapai telinga mereka.

“*Gemetar* Ada seseorang, seorang P-Pr-ia.”

Sebagai bukti, Yuuki, membenci pria, kehilangan ketenangannya. Kepekaannya terhadap pria bahkan lebih besar daripada siapapun.

“*Gemetar* Mana, mana pria itu?”

Berdiri ketika tengah telanjang bulat, dia melihat ke arah kiri dan kanan, dan sekali lagi kanan, bergerak dengan tubuh dan leher yang gelisah.

“Tenang Yuuki.”

Walaupun Harrigan berseru padanya, Yuuki melihat ke belakang dan berputar dengan tubuhnya.

(Astaga, sudah kuduga, Yuuki sangat benci dengan pria.)

Menatap Yuuki dengan bingung, yang di depan matanya, ia tersenyum masam.

(Tetap saja, suara sebelumnya, apa yang sebenarnya terjadi…)

Menghentikan senyum di wajahnya, Harrigan menoleh sekali lagi seolah-olah mencari sesuatu.

Tiba-tiba seorang turun dari langit.

Sepertinya itu sebuah pengucapan yang salah. Lebih tepatnya, pria itu jatuh dari langit ke bak mandi.

Jatuhnya pria itu ke dalam bak mandi yang membuat air memercik.

“Apa!?”

Harrigan melebarkan matanya.

Pria yang telah jatuh itu melakukan hal yang sama.

“Pria, pria, pria, pria.”

Yuuki juga, membuka matanya lebar-lebar dan membeku.

Harrigan memperhatikan pria itu.

Pria itu melihat ditempat ia jatuh, segera ia kembali ke dirinya sendiri. Ia segera pergi dengan kepala menunduk dan malu-malu.

Pandangan Harrigan dan pria itu bertemu.

“Si…Siapa kau? Dari mana dan bagaimana caramu datang ke sini?”

“★◇?”

Pria itu menanggapi Harrigan menggunakan semacam bahasa, bagaimanapun, dia tidak bisa mengerti apa-apa.

(Hm? Mungkinkah perkataanku tidak dimengerti olehnya? Itu sebuah pakaian yang aneh, mungkinkah dia orang asing? Kalau begitu, hal itu tampaknya tidak masuk akal, tapi...)

Mengenai pakaian asing dan bahasanya, jika ada orang yang berpikir ia adalah orang asing, mungkin orang lain akan setuju akan hal itu. Walau begitu, kau tidak bisa setuju dengan fakta bahwa seseorang muncul seketika di pemandian ini. Tidak ada penjelasan untuk itu.

Ketika Harrigan mengamati dia, pria itu mengangkat tangan kanannya dan menunjuk padanya.

“☆■▽×≠♀£§★→∋”

Harrigan mengerutkan alisnya.

(Aku tidak mengerti sama sekali apa yang dia katakan. Sepertinya, dia bukan Assassin yang dikirim untuk membunuhku oleh para penyembah Tuhan.)

Menafsirkan kata-katanya, pria itu mengatakan ini...

“Payudara! Dan itu besar!”

Yang benar-benar basah, pria itu melompat pada Harrigan.

“A, A, A, Apa yang kaulakukan!?”

Kewalahan oleh sikap yang kuat dan sosok pria itu, Harrigan mencoba untuk melangkah mundur, walau begitu, dia telah berada di tepi bak mandi.

Naga01 041.jpg

Pria itu mengulurkan tangan kanannya dan, menyerobot! – Dia menyambar payudara dengan erat.

“Aah?”

“Aku belum pernah melihat sepasang payudara indah semacam ini!”

“Jangan menyentuhnya dengan kuat!”

“Apa-apaan dengan ukuran ini, apa-apaan dengan kelembutan ini, apa-apaan dengan keelastisan ini?!”

“H...Hei, jangan aah... buat aah... payudaraku sebagai kesenangan buatmu ahh.”

Suara jeritan, seperti marah, dan suara panggilan Harrigan, Yuuki, yang kaku sebelumnya, kembali pada dirinya sendiri.

“Ada apa Harrigan-nee?”

Apa yang terlihat di matanya adalah seorang pria dengan gaya rambut yang misterius dan dibungkus dalam pakaian yang belum pernah ia lihat sebelumnya, menggunakan kedua tangannya untuk meraba payudara Harrigan-nee. Itu adalah pemandangan yang mengerikan.

“Pria itu meraba-raba payudara H-Ha-Harri-nee?!”

Rambut Yuuki menggeliat warnanya menjadi lebih gelap.

“Hei Yuuki! Tenang!”

“Payudara besar! Payudara besar! Payudara besar!”

“Kau juga tenanglah! Dan apa yang ingin coba kaukatakan!? Omong-omong, berhenti meraba-raba payudaraku!”

“Bunuh, bunuh, bunuh, bunuh pria ini.”

“Argh! Kubilang tenanglah kalian!”

Rambut hitam-kebiruan dan panjang Harrigan diangkat ke udara.

Rambut Harrigan yang dibundel tebal diayunkan dengan keras.

WHACK.

Rambut Harrigan mengeluarkan suara kusam sambil mengetuk Yuuki di belakang kepala. Lehernya dilipat secara diagonal.

Dengan matanya berubah putih, gadis itu hilang kesadarannya dan jatuh ditempat.

“Aku akan menyentuh, menggosok, menjilat, dan mengubur diriku di dalamnya!”

“Aku tidak tahu apa yang kaukatakan, tapi tenanglah!”

WHAACK!

Sekali lagi rambutnya yang dibundel mengayunkan, memukul pria itu di belakang kepalanya, mata pria itu berubah menjadi putih. Kekerasan yang luar biasa untuk sebuah rambut...

Kehilangan kekuatan dari tubuhnya sendiri, pria itu melepas tangannya dari payudara Harrigan dan hilang kesadaran sementara jatuh di atas tubuhnya.

“Ada apa dengan pria ini?”

Harrigan bergumam sambil menatap pria muda yang pingsan dengan pakaian yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

“Aku belum pernah mendengar bahasa yang dia berbicarakan sebelumnya, aku ingin tahu kalau dia adalah orang asing... Apakah ini terjadi atau tidak, tak seorang mampu menerobos penghalangku tanpa aku menyadarinya. Bahkan tak ada satupun yang bisa sedekat ini tanpa aku menyadarinya. Ini akan menjadi kasus yang berbeda untuk penyihir sepertiku, tapi setidaknya, bukan untuk manusia di dunia ini. Kalau begitu, apakah itu berarti bahwa pria ini datang untuk menciptakan dunia lain? Jadi dia bukan orang asing, melainkan seseorang dari dunia yang berbeda?”

Harrigan menggeser sedikit pandangannya.

Di sebelah pria, mata Yuuki berubah putih seperti dia kehilangan kesadarannya.

(Sungguh membingungkan, aku akan meninggalkan penyelidikan identitas asli pria ini untuk nanti. Pertama, aku harus mengurus Yuuki agar dia tidak mengamuk, saat setelah dia bangun, dia akan mencoba untuk membunuh pria ini. Aku tidak tahu siapa pria ini, sehingga lebih banyak alasan untuk tidak membiarkan Yuuki membunuhnya. Dengan asumsi dia benar-benar jatuh dari dunia lain...)

Sekali lagi Harrigan menatap pria itu lagi.

Seorang pria dengan gaya rambut yang aneh.

Seorang pria yang mengenakan pakaian yang aneh.

Seorang pria yang perkataannya tidak dimengerti.

Seorang pria yang tiba-tiba jatuh dari langit.

(Aku ingin tahu apakah dia tahu cara apapun untuk menyelamatkan kita dari krisis ini?)

Harrigan berdiri dari bak mandi. Air panas, yang menutupi kulitnya yang halus, berubah menjadi tetesan air yang tergelincir.

Matanya, yang menatap pria itu, berhenti pada pinggangnya.

“Pedang pria ini memiliki tampilan yang aneh, ya? Yah, daripada tampilan, kalau dia bangun hanya untuk mengayunkan pedangnya pada kami, itu akan merepotkan. Harus aku bawa?”

Membungkukan pinggangnya, Harigan mencapai tangannya ke arah kiri bawah punggung.

“Apa? Cuma dimasukkan di dalam ikat pinggang? Ini adalah beberapa cara ceroboh memakai pedang. Tapi...”

Usai Harrigan berdiri, dia menatap senjata khusus, yang ia ambil di pinggang pria itu.

“Itu sedikit melengkung. Tentu, ini bukan bentuk yang dapat ditemukan di sekitar sini. Ini bahkan berbeda dari pedang yang digunakan di bagian Timur dari dunia ini. Menarik. Tapi, bagaimana kautarik ini? Mungkin, seperti ini?”

Sementara menarik keluar pedang pria itu, Harrigan mengalami beberapa masalah.

“Keluar.”

Dia mengangkat pedang, yang memancarkan dalam warna perak, di depan matanya.

“Ini cukup berat. Pedang ini tidak terlalu tebal. Dan tampak indah lebih dari apapun. Rasanya pandanganku tertarik olehnya, ini bukan saat yang tepat untuk mengaguminya. Aku harus berurusan dengan cepat dengan pria asing ini dan Yuuki.”

Usai Harrigan kembali meletakkan pedang ke dalam sarungnya, dia meletakkannya di lantai kayu. Setelah itu, dia berbalik dan berjalan ke arah pintu keluar untuk membuka pintu.

Membawa keranjang pakaian, yang di dalam ruangan kecil, Harrigan kembali ke pemandian. Lalu ia berlutut dan meletakkan keranjang di lantai, dia meringkuk ke dalam keranjang untuk mengambil pakaian.

Berdiam diri dalam posisi itu, dia menggunakan kuku jari telunjuk untuk memotong sehelai rambutnya yang panjang.

Setelah itu, ia menyalurkan kekuatan sihir ke dalam helaian itu, segera menjadi kaku dan membentang secara lugas yang berbentuk jarum.

Harrigan yang memegang pakaian di tangan kirinya, dengan helai rambut yang berubah menjadi jarum panjang. Setelah menusuk, pakaiannya mulai bergerak seperti objek hidup.

Pakaian bergerak itu melompat dari tangannya dan turun ke lantai kamar mandi, bergerak sambil mengubah bentuknya secara bertahap. Akhirnya, itu mengambil bentuk manusia.

“Master Harrigan Halliway Haindora, apa perintah Anda?”

“Pergi dan panggilah anak-anakku – Ais dan Lela.”

Pakaian yang mengambil bentuk manusia, membungkuk ke arahnya, seperti manusia. Lalu, keluar dari bak mandi.


“Ane-sama, ini aku Aishu.”

“Dan aku, Le-la.”

Dipandu oleh sihir Harrigan yang mengambil bentuk, dua penyihir muda, Ais Aishuria Haindora dan Lela Laylah Haindora, yang dipanggil ke bukit, melakukan sikap hormat pada Harrigan ketika ia berdiri telanjang di lantai bak mandi.

Anak-anak Harrigan, untuk menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari klannya, mereka memiliki nama ketiga yang sama.

“Ada masalah apa?”

Memperlihatkan senyum di wajahnya, penyihir tersebut bertanya pada Harrigan.

“Maaf sudah memanggil kalian secara mendadak. Aku membutuhkan bantuan kalian.”

“Ya, jangan cemas.”

Mereka memberikan kesan sebagai remaja pertengahan akhir.

Yang memiliki tubuh besar dan senyum yang menyenangkan adalah Ais. Dibandingkan dengan Lela, dia lebih tinggi, tubuhnya yang terekspos dan memiliki volume dada yang besar. Dia memberikan aura seorang wanita dewasa.

Di sisi lain, fisik Lela tidak jauh berbeda dari Yuuki...dibandingkan dengan Yuuki, Lela memiliki dada yang kurang dari Yuuki. Toh, jika kebenaran harus diberitahu, dia memiliki payudara yang kecil.

Namun, Ais maupun Lela mengenakan pakaian yang memperlihatkan banyak kulitnya. Untuk Lela, ia memakai semacam rok pendek yang terbuat dari banyak jimat yang melingkari pinggang yang terlihat mencuat.

Naga01 047.jpg

“Aku ingin kalian membawa Yuuki.”

Harrigan menujuk dengan jari telunjuknya ke arah kakinya.

“Sebenarnya, apa yang Yuuki lakukan kali ini…”

Sambil tersenyum masam, Ais mengalihkan matanya di luar bak mandi. Usai dia menyadari bahwa itu bukan hanya Yuuki, napasnya pun terhenti.

“Tunggu, bukankah dia seorang pria?!”

Lela, yang berekspresi sama sampai sekarang, dia pun membuat alisnya berkedut.

“Bisa saja dia adalah seorang Assassin yang diutus oleh Gereja.”

Kedua gadis tersebut mulai bergidik merinding.

“Tidak, jangan panik. Ini bukan hal seperti itu. Mungkin.”

“….Mungkin?”

Ais dan Lela memiringkan kepala mereka, tanda bahwa mereka kebingungan.

Harrigan menjelaskan semua hal yang terjadi sampai sekarang.

“Jadi hal seperti itu terjadi?”

Ais membuka mata lebar-lebar sambil menatap pria asing itu maupun Harrigan.

Di sisi lain, penyihir muda yang bernama Lela tampaknya tidak menunjukkan reaksi apapun.

Berbicara dengan nada monoton.

–Sulit untuk percaya, tetapi ada cara untuk Ane-sama ber-bohong. Dan faktanya bahwa ada seorang pria berbaring di-sini. Kalau begitu, aku tidak punya pilihan selain menyetujui hal tersebut.

Seolah-olah berusaha meyakinkan diri, dia mengatakan hal itu.

Mencoba untuk menenangkan diri dengan napas dalam-dalam, Ais melihat ke arah Harrigan.

“Lalu, apa yang harus kita lakukan, Ane-sama?”

“Untuk berjaga-jaga, mungkin kita bisa mengali informasi dari pria ini. Itu sebabnya aku memanggilmu kemari, menduga bahwa kau akan membantuku membawa keduanya. Dan Lela akan melakukan komunikasi dengan pria ini.”

Ada alasan untuk apa yang dikatakan Harrigan. Lela memiliki sihir yang dapat melakukan komunikasi dengan orang asing yang hanya bisa berbicara dengan bahasanya sendiri.

“Mengerti, tapi...”

Sambil mengangguk-angguk, Lela memiringkan kepalanya, tanda dia bingung...

“Itu akan menjadi cerita yang berbeda jika ia adalah orang a-sing, tapi ini adalah pertama kalinya aku menjalin komunikasi dengan seseorang yang berasal dari dunia yang ber-beda.”

“Lakukanlah dan jika itu gagal, kita akan memikirkan beberapa cara lain lagi.”

“Dipaha-mi.”

“Ais, aku akan mempercayakan mereka berdua padamu.”

“Ya, Ane-sama.”

Ais meraih dengan kedua tangannya tubuh Yuuki yang tidak sadarkan diri, tubuhnya telanjang bulat, dan mengangkatnya dengan ringan. Dia meletakan tubuh Yuuki pada bahu kanannya. Lalu, sambil memegang Yuuki di bahu kanannya, ia membungkuk dan melakukan hal yang sama dengan pria yang basah kuyup di dalam air.

Memang benar bahwa dibandingkan dengan Lela atau Yuuki, tinggi Ais melebihi mereka. Walaupun begitu, dia bukanlah raksasa. Pada kenyataannya, Harrigan lebih tinggi daripada dirinya. Menilai dari penampilannya, ototnya tidak terlihat dilatih khusus, itu hanyalah kekuatan fisik biasa.

Ais tampaknya menjadi pemilik dari kekuatan yang mengerikan, kau tidak akan bisa memahami hal itu hanya dari melihat penampilannya.

“Dimana aku harus membawa mereka Ane-sama?”

Ais bertanya santai saat dia tidak merasakan berat kedua orang yang diangkatnya.

“Untuk saat ini, bawa mereka ke kamarku. Aku tidak ingin hal ini menyebabkan kekacauan apapun. Bawa mereka diam-diam sehingga tidak menarik perhatian anak-anak lain.”

“Mengerti.”

“Dan untuk Lela, bawalah pedang itu.”

Lela memandang dimana jari Harrigan menunjuk.

“I-tu? Pedang itu punya bentuk yang aneh, buk-an?”

“Kau tidak mengetahui tentang pedang itu?”

“Ini adalah kali pertama aku melihat pedang i-tu.”

“Itu adalah pedang yang terletak di pinggang pria itu.”

Mengerutkan keningnya, Lela mengalihkan perhatiannya pada pria yang dibawa oleh Ais.

“Pria itu membawa pedang yang terletak di ping-gang. Jadi bukankah dia Assas-sin?”

“Tidak, dia bukanlah Assassin, mungkin.”

(Itu karena, orang itu memegang payudaraku tanpa tanda-tanda menarik pedangnya padaku.)

Tentu saja, Lela tidak tahu tentang pria yang melakukan tindakan tersebut, dia tidak bisa mengerti pada dasar apa Harrigan menempatkan asumsinya, tapi jika dia mengatakan tidak, maka mungkin begitu. Untuk saat ini, Lela tetap diam.

“Pergi dulu saja, aku akan segera menyusul.”

“Ya, Ane-sa-ma.”

Usai Harrigan melihat dua orang itu meninggalkan bak mandi, sihir yang mengambil bentuk manusia itu kembali menjadi pakaian normal dan kemudian dia mengenakan pakaian itu dengan sikap tenang.


Harrigan membuat Ais meletakkan pria itu di atas tempat tidur di dalam kamarnya, dan Yuuki yang telanjang digulung di atas kain tebal yang terbentang di lantai yang di tutupi sprei.

“Lela, tolong bawa pedang itu ke ruang kerjaku dan taruh di tempat yang tak bisa dilihat siapapun.”

Begitu Lela pergi, Harrigan mengalihkan perhatiannya pada Yuuki, yang sedang berguling-guling di dalam sprei.

(Ada risiko bahwa Yuuki mungkin mengamuk begitu dia terbangun, mau bagaimana lagi.)

Harrigan memerintahkan Ais untuk membungkus tubuh Yuuki menjadi gulungan dengan menggunakan kain tipis dan sebagai tambahan, ada tali yang disiapkan. Terlebih lagi, untuk memastikan penyihir lain tidak mendengar teriakan Yuuki, mereka membungkam mulutnya dengan kain. Harrigan masih belum mau mengekspos kehadiran pria tersebut.

Karena kerusuhan di bak mandi, tubuh Harrigan menjadi dingin. Karena pakaian pria itu juga lembab, ada risiko dia terkena flu. Harrigan menyalakan perapian untuk mencoba dan menghangatkan ruangan.

Harrigan menggosok batu menyala dan memicunya menyala. Begitu dia melemparkannya ke perapian, nyala api membakar merah di dalamnya.

Dia mengarahkan pandangannya ke arah pria itu dengan sekilas.

(Walaupun pakaiannya basah, mana mungkin kita menelanjangi dia atas kesenangan kita.)

Harrigan tak kekurangan rasa ingin tahu untuk melihat pemuda itu telanjang, namun dia menahan diri di depan Ais.

(Pertama, walaupun kita bisa membuka pakaian pria itu, kita tidak punya pakaian cadangan untuknya, dan kita tidak bisa membiarkannya telanjang sampai pakaiannya menjadi kering. Walau begitu, kita tidak tahu apakah orang dari dunia lain bisa sakit pilek.)

Ruangan di dalam bangunan kayu memberi kesan sederhana. Bisa melihat dokumen, meja tulis dan kursi diletakkan di sudut ruangan. Selain itu, ada rak buku yang diletakkan di dekat dinding. Rasanya semua ini adalah barang kayu buatan tangan, yang menggunakan pohon dari hutan.

Di rak buku, ada buku-buku kertas berbaris, yang langka pada periode ini.

Buku-buku itu adalah produk kelas atas, yang langka berasal dari daerah Timur jauh. Terlebih lagi, pada waktu sekarang, tidak ada mesin cetak, oleh karena itu, buku-buku itu disalin dengan tangan. Karena itu, tidak mungkin menghasilkannya secara massal. Itu alasan lain mengapa buku kertas sangat berharga.

Selain meja dan rak buku, sudah diduga, hanya ada tempat tidur kayu dan meja kecil yang ditempatkan di sampingnya di dalam ruangan ini.

Di atas ranjang terbaring pemuda tak sadarkan diri dengan pakaian anehnya, yang terlentang di atasnya. Yuuki, yang diikat erat-erat dan terbungkus kain tebal, terbaring di lantai saat telanjang.

Melihat pemandangan yang tidak lazim, yang terjadi di dalam kamarnya, Harrigan merasa sakit kepala. Pada saat yang sama, ia sendiri merasakan dorongan untuk tertawa.

Usai kembali ke kamar setelah beberapa saat, Lela duduk di depan meja sambil menulis sesuatu di selembar kertas kecil.

Ais dan Harrigan duduk di bangku dan melihat pekerjaan Lela diam-diam.

Suara kayu bakar menyala di dalam ruangan saat udara memanas.

Begitu Lela menyelesaikan persiapannya, Harrigan membuat Ais menggunakan bau garam yang disiapkan agar pria itu menghirupnya. Tanpa harus menunggu, pria itu terbangun.

“~X=≦∴℃#§★◇▲↑←⊆#†∩!”

Begitu pria itu mengangkat tubuhnya, dia menghadap ke arah Harrigan saat berbicara kepadanya seolah meminta jawaban.

“Sudah kuduga, aku tidak mengerti apa-apa, bukankah itu jelas? Meski begitu, ini adalah bahasa misterius yang pernah kudengar.”

“十˧△¶#>≡⇔∩↓◆☆*♂♀〆?”

“Baiklah, tenang dulu... walaupun aku mengatakan itu, kau mungkin takkan mengerti.”

Sambil mengangkat tangan kanannya, Harrigan melebarkan telapak tangannya di depan mata pria itu.

Untuk saat ini, berhenti bicara – begitulah arti tindakannya, tapi, apakah pria itu merasakan niatnya? Begitu dia menutup mulutnya. Dia menggaruk kepalanya seolah mengatakan ‘aku mengerti’.

(Hmm, sepertinya dia mengerti.)

Harrigan menjadi tercengang dan pada saat yang sama, dipenuhi kekaguman pada sikap pria yang tampaknya tenang itu.

(Bagaimana dia bisa tetap tenang dalam situasi seperti ini? Apa pria ini orang penting atau hanya orang bodoh?)

Karena tidak membiarkan pikirannya bocor, Harrigan mengalihkan pandangannya pada Lela.

“Apa persiapannya sudah selesai?”

“Ya, Ane-sa-ma.”

Harrigan, yang menerima dua jimat yang diberikan oleh Lela, menempatkan salah satunya di tengah kedua matanya dan menempelkannya di dahinya sendiri. Walau dia melepaskan tangannya, jimat itu akan menempel dengan sendirinya.

Memegang jimat lain di tangan kirinya, dia menunjukan cara tersebut pada pria itu sambil menunjukkan dahinya dengan tangan kanannya yang kosong. Dia menekan jimatnya sendiri dengan telunjuknya.

Kau juga harus melakukan apa yang kuperbuat dan meletakkan ini di dahimu. – adalah yang ingin dia katakan, entah bagaimana, pria itu sepertinya mengerti saat dia menerima jimat itu dan menempelkannya dengan kuat di dahinya. Sama seperti Harrigan, jimat itu tidak akan jatuh meski dia melepaskan tangannya.

Dia berbicara dengannya secara perlahan.

“Apa kau mengerti perkataanku? Siapa kau? Dari mana kau berasal?”

Menekan jimat di dahinya, pria itu mengerutkan alisnya. Meski begitu, akhirnya dia mengangkat kepalanya dan berbicara.

“★※∪......kata......▲↓......menjadi...bisa dimengerti?”

“Oh, apa dia memahaminya?”

Harrigan menatap Lela, yang menunggu di sebelahnya.

“Sudah kuduga dari Lela.”

“Hmph.”

Lela tersenyum kecil sambil membusungkan dadanya yang mungil.

“Yah, itu biasa sa-ja.”

“Ara, meski kau tidak yakin apakah akan berhasil atau tidak.”

Ais menggodanya dari samping.

“Itu adalah sesuatu yang seder-hana.”

“Baiklah, aku mengerti.”

Hmm.

Lela menatap Ais

“Hei, tidak bisakah kalian berdua diam?”

Dimarahi oleh Harrigan, mereka berdua saling memalingkan muka.

“Kalau begitu, bagaimana dengan sekarang? Apa kau mengerti apa yang kukatakan?”

“Ya, aku mengerti...tapi, sensasi aneh ini, rasanya perkataanmu bergema langsung di kepalaku, apakah karena ini?”

Dengan menggunakan telapak tangan kanannya, pria itu mengetuk jimat di keningnya.

“Itu benar, kalau kau menganggapnya sebagai perangkat penerjemah bahasa asing, maka itu seperti yang kaupikirkan.”

“Wow, aku ingin tahu apakah itu menakjubkan atau aneh. Yah, omong-omong tentang aneh…”

Usai mencari jawaban di kepalanya, pria itu mengalihkan pandangannya mulai dari Harrigan, Ais dan Lela.

“Kalian juga aneh. Warna rambut, kulit, mata, lalu pakaian kalian. Aku belum pernah melihat sesuatu seperti itu.”

“Bagi kami juga, itu pertama kalinya kami melihat seseorang sepertimu dengan pakaian yang aneh. Jadi, siapa kau dan dari mana asalmu? Bagaimana caramu datang ke sini?”

“Aku? Aku....Aku....Hmm? Aku….Siapa aku?”

“Tidak, itulah apa yang ingin kuketahui.”

Pria itu melipat tangannya dan, Hmm, mulai membuat erangan rendah.

“Aku tidak tahu. Maksudku, aku tidak ingat dari mana aku berasal dan siapa diriku.”

Melepaskan tangannya yang dilipat, pria itu menggunakan kedua tangannya untuk menggaruk kepalanya.

“Nama...ku... nama...ku...Sialan, apa perasaan tidak menyenangkan ini!”

Harrigan, Lela dan Ais, wajah mereka semua tampak kebingungan.

“Ane-sama, mungkinkah pria ini, telah kehilangan ingatannya?”

Harrigan mendesah.

“Kalau itu yang terjadi, maka dia tidak tahu apa-apa. Sekarang, apa yang harus kita lakukan?”

“No...Naga....”

Pria itu bergumam seakan mengerang.

“Naga? Apa itu?”

Diminta oleh Harrigan, pria itu melepaskan kedua tangannya dari wajahnya dan berbalik ke arahnya dengan ekspresi bermasalah.

“Aku memiliki perasaan... Bahwa itu bagian dari namaku. Selain itu, aku tak ingat apa-apa lagi. Siapa jati diriku?”

Harrigan merenungkan tentang kata-kata pria itu sambil menyembunyikan keterkejutannya.

(Naga… seperti pada [NagaDragon King]? Apa dia serius tentang itu menjadi bagian dari namanya? Atau pria ini hanyalah orang gila?)

“Nah, kesampingkan hal itu dulu.”

Pria itu mengangkat kepalanya.

“Siapa kalian?”

“Kau mengganti topik terlalu cepat!”

Harrigan sedikit terkejut.

“Tidak, walau aku berusaha keras untuk mengingat, aku takkan ingat apa-apa, sehingga mau bagaimana lagi, kan?”

“Hmm, kau punya cara berpikir yang positif. Tidak, bukan, apa kaupikir ingin mengetahui diriku?”

“Setelah aku berhasil mengingat sesuatu, aku akan memberitahumu. Pertama, katakan sesuatu tentang diri kalian.”

“Baiklah.”

Begitu dia membetulkan postur duduk di bangku, Harrigan menunjuk dirinya sendiri.

“Aku Harrigan Halliway Haindora, Pemimpin penyihir yang berada di sini.”

Pria itu mengerutkan alisnya.

“Penyi…Penyihir? Apa itu penyihir?”

“Jadi kau belum mengetahui tentang hal itu juga?”

Harrigan menatap udara sementara ia merenungkan.

“Fue...mu, menjelaskan kepada orang yang tidak punya petunjuk sama sekali agak merepotkan, bukan?”

Akhirnya, kembali ke posisinya, Harrigan.

“Kalau aku harus menggambarkan witchpenyihir dengan satu kalimat, maka itu akan menjadi ‘wanita yang bisa menggunakan sihir’.”

“Begitukah? Aku tidak cukup mengerti, tapi aku juga memahaminya.”

“Yang mana?!”

“Aku tidak mengerti tentang hal yang disebut sihir. Namun, walau aku diberitahu perkataan tidak bisa dimengerti satu per satu, tapi dengan banyak waktu berlalu, mungkin aku akan memahaminya, seperti itu. Meninggalkan sesuatu yang tak kumengerti dikemudian hari dan memahaminya sedikit demi sedikit maka itu akan baik-baik saja. Untuk saat ini, aku ingin mengatakan aku memahami hal-hal itu.”

“Hou?”

Apa yang mengejutkan Harrigan yakni pria itu tiba-tiba bisa mempertahankan sikap tenangnya walau dilemparkan ke dunia yang berbeda sambil kehilangan ingatan. Selain itu, caranya menangani situasinya juga tenang.

(Biasanya, jika satu orang belajar tentang ingatannya yang hilang sendiri, mereka akan merasa terguncang dan bingung, Yah, mungkinkah 2 atau 3 sarafnya masih normal? Ataukah pola berpikirnya sudah rusak?)

“Nah, apa yang ingin kutahu, atau lebih tepatnya hal yang harus kutahu, adalah di mana tempat ini, dan tahun berapa sekarang?”

“Kalau aku harus memberitahunya, aku akan bilang ini di bagian dalam ‘Hutan Hitam’. Adapun tentang tahun, kalau kita menggunakan kalender dari negara sebelah, itu akan menjadi tahun ke-12 dari Cassandra III. Lalu, menggunakan kalender kami akan menjadi 415 tahun setelah kematian Great Witch, Echidna.”

“Sudah kuduga, aku tidak mengerti sama sekali.”

Sementara berpikir keras tentang hal itu, pria itu berbicara pelan pada dirinya sendiri.

“Aku punya perasaan seperti aku telah mendengar tentang negara di Barat. Aku ingin tahu apakah mungkin aku tak dipindahkan ke negara tersebut.”

Mendengar perkatan pria itu, Harrigan

“Negara di Barat...., Apa itu?”

Setelah dia bertanya, pria itu mengalihkan pandangannya ke arah Ais dan Lela serta menjawab.

“Sama seperti kalian berdua, aku membicarakan orang-orang yang memiliki rambut merah dan mata biru.”

“Rambutku tidak berwarna merah.”

“Ah, benar juga. Warna kalian mirip dengan kami.”

“Kami? Jadi penduduk duniamu, tidak semua orang di duniamu memiliki rambut hitam yang sama? Kau ingat itu?”

“Tidak, hanyalah sebuah naluri, daripada sebuah ingatan atau pengetahuan, yang kupikir akan lebih dekat dengan naluri tersebut, di duniaku...Tidak, bukan apa-apa.”

Pria itu mengubah pandangannya pada Yuuki yang digulung seperti cacing besar, dia berada di dalam tikar, di lantai.

“Sepertinya tidak ada orang yang punya rambut dan warna mata seperti ini.”

“Kalau begitu, silakan berbicara apapun yang kau tahu berdasarkan instingmu. Tidak masalah jika seperti itu.”

“Walaupun kau bilang itu.”

Pria itu melipat tangannya sambil memiringkan kepalanya berkali-kali.

“Setelah aku mencoba untuk memikirkan sesuatu, tidak ada satu hal pun yang kutahu. Kalimat yang kukatakan sebelumnya benar-benar tak ada di dalam ingatanku.”

“Ini entah bagaimana mengganggu, bukan?”

Mengatakan hal itu, Harrigan berwajah masam.

“Rasanya aku tidak terlalu terganggu dengan hal itu. Memang, aku melupakan jati diriku, dan kemudian, aku dilempar ke tempat yang tidak diketahui, tapi, setelah itu, aku diselamatkan olehmu. Juga, tampaknya kita bisa saling memahami, sehingga tidak perlu panik atau terburu-buru.”

“Kau.... sungguh punya nyali, ya?”

“Ya, begitulah, Aku hanya berusaha untuk menerima apa yang ada di depanku.”

“Itu bukan sesuatu yang harus dilakukan dengan santai, sulit untuk menerima kenyataan di depan mata seseorang.”

Meskipun pria itu berpikir bahwa tampaknya ada sesuatu yang lebih dalam dari apa yang dia katakan, dia memutuskan untuk tidak menunjukkan hal itu.

(Aku mungkin tidak harus menggali terlalu dalam pada situasi orang lain. Daripada itu.)

“Jadi apa aku boleh mengatakan masalah besarku sekarang?”

Mengatakan hal itu, Harrigan mencondongkan tubuhnya ke depan.

“Hou? Apa itu? Coba katakanlah.”

“Aku merasa lapar.”

Tidak hanya Harrigan, tapi Ais dan Lela juga, terkejut dengan perkataan pria itu. Akhirnya, walau Harrigan sempat terkejut, dia tersenyum mengejek.

“Tidak masalah, itu memang masalah besar. Siapa sangka kau akan bilang bahwa ‘aku lapar’ dalam keadaan seperti ini, apa kau sungguh orang penting? Atau hanya orang bodoh?”

“Ketika kau lapar, kau tidak bisa bertarung atau jadi akan.... Hmm.”

“Apa ada masalah?”

“Tidak…perang...perang? Perang, rasanya aku tak melakukannya tapi apa itu.”

“Hou? Perang? Jika perang, maka kita juga melakukan hal tersebut, walau belakangan ini, kami belum memenangi apapun. Kami, penyihir, melakukan pertempuran atas dasar persamaan dengan para manusia.”

Mengatakan hal itu, Harrigan mengejek dirinya sendiri.

Hm? Pria itu mengangkat wajahnya.

“Manusia? Jadi musuhmu dalam pertempuran adalah manusia?”

“Betul. Kami para penyihir dan manusia tidak sepaham. Bisa dikatakan bahwa kami adalah.... musuh bebuyutan”

“Aku tidak cukup mengerti. Bagiku kau terlihat seperti manusia, kau benar-benar manusia, bukan?”

“Memang. Hanya saja kita manusia yang bisa menggunakan sihir. Kita tidak mengatakan bahwa kita orang-orang biasa, tapi, manusia masih akan mendiskriminasi kita. Mereka akan membeda-bedakan dan mendiskriminasi kita, karena, manusia biasa tidak bisa menggunakan sihir. Makanya, mereka akan merujuk kepada mereka yang bisa menggunakan sihir sebagai ‘penyihir jahat’. Penyihir adalah musuh alami manusia, itu sebabnya mereka harus membasmi kita.”

“Kau makhluk jahat?”

Mendengar pertanyaan sederhana yang diucapkan oleh pria itu, senyum mengejek muncul kembali di wajah Harrigan.

“Dilihat dari sudut pandang mereka yang tidak bisa menggunakan sihir, mungkin tampak begitu.”

“Menjadi pihak yang ditargetkan dengan iri dan cemburu oleh orang-orang yang tidak punya kemampuan spesial, bukankah kau pasti berharap mereka sebaiknya menghilang? Tentu, mereka orang-orang yang berpikiran sempit.”

Harrigan mengarahkan pandangannya yang penuh dengan sarkasme pada pria tersebut.

“Kau juga, apa kau tak merasa takut dan jijik setelah melihat kekuatan kami?”

“Hah? Memangnya kenapa?”

“Tidak, walaupun kau bilang begitu…. Apa kau tidak takut orang-orang dengan kemampuan spesial? Bukankah itu menakutkan?”

“Entah kau punya kemampuan atau tidak, itu tergantung pada masing-masing orang. Kalau aku harus takut dengan seorang yang memiliki kemampuan spesial yang tidak aku miliki, maka mungkin aku tidak akan bisa hidup di dunia ini. Aku masih tidak tahu apa-apa tentang ‘sihir’ yang kaumaksud, tapi yang aku tahu adalah kaulah orang yang telah menyelamatkanku. Kalau kau memiliki permusuhan terhadap manusia, kau mungkin telah membuangku.”

“Benar juga, aku mungkin telah membuangmu dari tadi.”

Harrigan mengalihkan pandangannya ke arah Yuuki, yang bergulir di lantai.

“Kalau Yuuki, dia mungkin akan berteriak hal-hal seperti ‘membunuh’.”

Mengatakan hal itu, wajah pria itu menjadi suram saat ia menatap Harrigan.

“Kenapa hanya gadis ini yang memusuhiku dan siap untuk membunuhku?”

“Walau harus kukatakan.”

Sementara menjawab, Harrigan membuat wajah tertekan.

“Rasa benci Yuuki pada pria sudah di batas akhir.”

“Walau jika ada pria lain, apa dia tak masalah dengan mereka?”

“Tidak, tidak ada pria di tempat kami.”

“Apa? Apa artinya itu?”

“Ini seperti yang kukatakan sebelumnya. Kami adalah kelompok yang terdiri dari hanya wanita saja. Pertama, hanya perempuan yang bisa menjadi penyihir. Itu sebabnya penghinaan besar Yuuki terhadap pria tidak pernah meledak hingga sekarang. Anggap saja sebagai sebuah keterkejutan saat kau tiba-tiba muncul.”

“Begitukah...? Aku tidak begitu mengerti, tapi aku sedikit memahaminya.”

(Apa-apaan sikap tidak serius itu, atau lebih tepatnya sebuah kalimat yang dia rencanakan. Entah bagaimana aku tidak mengetahui apa yang dia pikirkan.)

“Ais, Maaf mengganggumu, tapi bisakah kau membawakan makanan? Aku tidak keberatan kalau itu makanan sisa.”

“Ya, Ane-sama.”

“Apa perlu aku ban-tu?”

“Itu memang bagus. Tapi kau harus tinggal di sini, Lela. Kalau sihir jimat ini habis, kau mungkin harus menggantinya dengan yang lain.”

“Benar ju-ga.”

“Kalau begitu, aku akan pergi.”

Melihat Ais pergi, Harrigan menatap pria itu lagi.

“Dengan itu, silakan tunggu makanannya.”

Hahahaha – karena pria itu mulai tertawa keras, ekspresi Harrigan menjadi sedikit curiga.

“Apa? Ada apa?”

“Ini seharusnya menjadi kelanjutan dari apa yang kukatakan sebelumnya, tapi bagimu untuk membiarkan orang asing sepertiku yang asal-muasalnya tidak diketahui dan membiarkanku untuk makan, tidak mungkin bagimu untuk menjadi jahat.”

“Aku senang dengan perkataanmu, tapi tidak semua orang memiliki pemahaman seperti dirimu. Mana mungkin bagi mereka untuk memahami apa yang benar atau salah. Sebaliknya, itu karena langkanya orang-orang seperti dirimu, dan kita telah berjuang lama sekali dengan orang-orang semacam itu.”

“Yah, aku tidak mengerti, tapi aku merasa tidak ada akhir yang bahagia pada perang di negara ini, di mana aku tinggal sekarang.”

Pria itu mendongak dengan mata yang jauh seakan mengingat ingatan yang telah hilang.


“Maaf sudah membuatmu menunggu.”

Segera setelah itu, Ais kembali sambil memegang sebuah nampan di kedua tangan.

Usai dia meletakkan nampan kayu di atas meja, dia meraih apel, yang matang di awal musim semi. Ini semacam buah-buahan dan tanaman liar yang berlimpah di Hutan Hitam ini.

“Sekarang aku akan memeras jus buah.”

Begitu dia meraih apel di lengan kanannya, ia mengangkatnya di atas cangkir anggur kayu buatan yang ditutupi dengan kain saring. “Ei” mengatakan hal itu, dia memeras dengan tangan kanannya.

Apel langsung hancur dan menetes sebagai jus. Melihat itu, pria itu sedikit terkejut.

“Kau punya kekuatan yang luar biasa.”

“Kalau itu kepala seseorang, aku bisa dengan mudah menghancurkan itu sendirian. Jadi jangan melakukan sesuatu hal yang mencurigakan, oke?”

(Perempuan ini, sungguh menakutkan.)

Karena pria itu bergidik ketakutan, Harrigan tersenyum saat berbicara.

“Bagi Ais, kekuatan lengan dan kekuatan mencengkeramnya hanyalah sebagian kecil dari kemampuannya. Setelah dia menggunakan sihir, dia bisa lebih meningkatkan kekuatannya. Menghancurkan batu, mengangkat batu-batu besar, mematahkan tulang beruang, bahkan menangkap dan melemparkan badak.”

“Tulang beruang!? Itu luar biasa. Dan apa itu badak?”

“Mereka binatang besar dengan tanduk yang hidup di dataran. Mereka lebih tinggi dariku dan 10-15 kali lebih berat daripada orang dewasa.”

“Dan kau bisa melemparkannya sendiri?”

“Ooh, benar. Setelah dia mencengkram tanduknya, dia melemparkan seperti ini- Eiyaah!”

Berdiri dari bangkunya, Harrigan menunjukkan bagaimana Ais melakukannya.

“Ane-sama, kau terlalu melebih-lebihkan hal itu.”

Wajah Ais menjadi cemberut.

Kukuku. – Sebuah senyum terlihat, dan Harrigan duduk lagi.

“Nah, apa kau tidak takut?”

“Memang itu menakutkan, tapi, hal seperti itu mungkin sama dengan seorang pria memegang senjata. Tidak ada alasan khusus bagiku untuk meremehkanmu, kurasa.”

(Hmm, itu adalah cara berpikir yang menarik dari pria ini. Apa dia berpikir logis atau rasional? Setidaknya, itu tidak datang dari sentimennya.)

Melihat terlalu banyak orang yang benci terhadap penyihir, Harrigan menjadi tertarik akan respon dan cara berpikir pria ini.

Ais dan Lela yang masih muda, dan tidak pernah menghadapi siapapun langsung seperti Harrigan, tidak bisa dibandingkan dengan cara berpikir dan penilaian sebanyak Harrigan, bagaimanapun, meskipun mereka percaya pembicaraan pria itu tentang dia kehilangan ingatan dan tidak tahu siapapun, mereka terkejut dan kagum pada sikap pria ini yang masih tenang, walau ia harus menghadapi situasi yang tidak biasa.

“Karena kami baru saja selesai sarapan, sayangnya, tidak terlalu banyak makanan yang tersisa.”

Setelah Harrigan mengatakan hal itu, Aisu menyajikan nampan, yang memiliki roti, sup dan sayuran.

Segera setelah ia menerima itu, pria itu meletakkannya pada pahanya. Ais menambahkan cangkir anggur mengandung jus yang diperas olehnya di atas nampan.

“Oh, maaf telah merepotkan. Nah kemudian, selamat makan.”

Saat ia meraih tangannya ke makanan, dia berhenti bergerak dan menunjuk jimat di dahinya.

“Hal ini cukup mengganguku.”

Jimat yang bergelantungan turun sampai ujung hidungnya, memang itu mengganggu saat kau makan.

“Apa baik-baik saja bagiku untuk melepaskannya?”

“Benar juga. Mungkin sebaiknya dilepaskan... tidak, mungkin lebih baik untuk dipasang di leher?”

Setelah mengatakan hal itu, Harrigan melihat Lela.

“Menurutku itu tidak akan menyebabkan masalah dalam penggunan-nya.”

“Lakukanlah hal itu.”

Mengangguk kecil, Lela melepaskan jimat di dahi pria itu. Lalu berdiri di belakang punggung pria itu, ia membungkukan tubuhnya dan menyambungkan jimat di belakang lehernya.

“Bagaimana? Apa kau masih bisa memahami perkataanku?”

Atas pertanyaan Harrigan, pria itu mengangkat lengan kanannya sambil mengatakan bahwa tidak ada masalah.

“Nah, kemudian, bolehkah sekarang aku makan? Perutku sudah kelaparan.”

Pria itu meraih makanan di mangkuk yang berada di atas nampan dan menempatkan sayuran dan roti di mulutnya satu per satu.

“Aku rasa... Heh? Aku tahu... Ini memiliki rasa yang berbeda, tapi sangat lezat.”

“Kau makan atau bicara? Lakukanlah salah satu dulu.”

Tidak hanya Harrigan, tapi juga Ais dan Lela sedang menatap heran karena pria itu makan makanan yang disajikan dengan penuh semangat.

(Pria ini, dia hanya memakannya dengan lahap tanpa menahan diri atau was-was. Apa dia tidak tahu bagaimana cara untuk berhati-hati pada orang asing? Atau mungkinkah dia mempercayai kami? Apakah dia idiot atau pintar? Apakah dia orang penting atau mungkin orang gila? Aku tidak bisa memahaminya sama sekali. Meskipun begitu, sangat mungkin dia bukan orang dari dunia ini. Sepertinya tidak ada gunanya mencari petunjuk, sehingga kita harus mengawasinya untuk sementara waktu. Hal paling buruk, dia bisa saja menjadi keberadaan yang akan mengancam kita nantinya, atau jika ia mencoba untuk menyakiti kita, kita hanya harus membunuhnya, tapi, sebelum saat itu tiba....)

Harrigan melihat sekilas pada Yuuki, yang diikat bulat-bulat dengan tali dan berguling-guling di lantai. Dia menarik napas, mendesah.

(Pertanyaan besarnya sekarang, Bagaimana kita mengendalikan Yuuki?)


Segera setelah Harrigan merenungkan ide itu, Yuuki terbangun.

Sementara setengah terbangun, samar-samar dia melihat ke dalam kamar kepada seorang pria, yang memakan makanannya dengan penuh semangat, yang membuatnya terbangun sekaligus. Yuuki berusaha melompat, bagaimanapun, diikat dengan tali, dia tidak bisa berdiri. Selain itu, karena dia di bungkam dengan kain, dia tak bisa berbicara. Daripada mencoba untuk memahami bagaimana dia berakhir seperti ini, Yuuki terus bergerak sambil mencoba mengangkat tubuhnya dan terus berteriak pada pria itu.

“Mnn! Mnnnn! Mmmnnnnnn!”

Dengan wajah bingung, pria itu berhenti makan dan menatap Harrigan, Lela dan Ais.

“Aku tidak mengerti sama sekali, apa yang dia katakan?”

Pada pertanyaan pria itu, Lela menanggapi dengan tenang.

“Bunuh, aku akan benar-benar membunuhmu – adalah apa yang dia kata-kan.”

“Kau bisa memahaminya?!”

“Itu karena kita telah berteman sejak kita ke-cil.”

“Oh, begitu.”

Pria itu merasa canggung untuk mengabaikan Yuuki dengan niat membunuh sambil terus makan.

Memikirkan apa yang harus ia lakukan, dia memandang Harrigan.

Harrigan mengalihkan pandangannya pada Yuuki, yang terus berusaha berteriak sambil menekuk tubuhnya seperti udang, dan mendesah saat ia menghadap Ais, dengan mengatakan ‘lakukanlah’ dengan tanda matanya.

Ais, yang bergerak maju, berlutut di depan Yuuki.

Menempatkan senyum di wajahnya, dia meraih kedua bahu Yuuki dan menegakkannya. Karena Ais lebih tinggi dari Yuuki, ia mengangkat Yuuki setara dengan matanya dan jari kaki Yuuki yang mengambang di udara.

Tubuhnya gemetar dan penampilannya yang diikat dalam gulungan, memberi kesan cacing besar yang bergoyang di udara.

Ais mempererat pegangannya pada Yuuki dengan tegas.

“Hmm hmm hmm!”

Wajah Yuuki yang membungkuk kesakitan.

Dengan wajah santai, Lela mentafsirkannya.

“Ow ow ow...adalah apa yang dia kata-kan.”

Mengangkat lengannya lebih tinggi, Ais mendongak ke wajah Yuuki dan sambil tetap tersenyum padanya lalu mengatakan.

“Bisakah kau berhenti membuat keributan, kau menganggu Ane-sama, Yuuki?”

“Hmm, mnnn, hmm, MNN, hmmmm!”

“Aku mengerti, aku mengerti, bisakah kau menghentikannya, bahuku terasa sakit...itu yang dia kata-kan.”

(Ada apa dengan cara menyakinkannya?)

Terkejut, pria itu menatap Yuuki dan Ais.

“Aku senang, kau mengerti.”

Ketika Ais mengendurkan kekuatan tangannya, Yuuki kehilangan kekuatan dan jatuh ke depan.

Ais tidak akan berhenti tersenyum.

(Si Ais ini, walau terlihat lembut, dirinya yang sebenarnya sangat menakutkan.)

Pria itu tak bisa menyembunyikan keterkejutannya atas perbedaan atas penampilan Ais diluar dan didalam.

“Kalau begitu, kau akan tetap patuh sampai orang itu selesai makan, oke? Tapi, aku tidak mengatakan tak masalah untukmu membuat keributan setelah itu. Kau mengerti?”

KAKU KAKU KAKU – Yuuki menggeleng tanpa kekuatan.

“Ah, aaah, aku tercekik!”

Yuuki mengambil napas dalam-dalam.

Ais, mulai mundur.

“Dengan itu, silakan lanjutkan makanmu.”

Dia mendesak pria itu.

“Tidak, walaupun aku bilang silakan, itu sungguh baik-baik saja?”

Dengan kecurigaan tersebut, pria itu memandang Harrigan.

“Aku tidak keberatan. Silakan makan dengan cepat. Setelah itu, aku ingin bicara sebentar.”

“Benar juga. Aku juga ingin mengajukan beberapa pertanyaan, jadi aku harus menyelesaikan makanku sekaligus.”

Pria itu meraih piring lagi.

“Meskipun begitu, kenapa kau menyimpan dendam kepada pria? Apa sesuatu terjadi padamu sebelumnya?”

Ketika pria itu berbicara dengan tenang, pada saat yang sama, padangan Yuuki menjadi suram.

Sambil menunduk, sebuah gumaman kecil datang dari mulut Yuuki.

“Jangan....membahas....hal...itu.”

“Haa? Aku tidak bisa mendengarmu.”

Berada di posisi digulung, Yuuki melengkungkan tubuh bagian atas sambil mengangkat wajahnya.

Dengan ekspresi sangat marah, dia memelototi pria itu dan membentaknya.

“Jangan membahas hal itu di depanku!”

Meskipun berada di dalam ruangan, angin muncul, terkena wajah dan tubuh Naga.

Bahkan sampai saat tadi, ia hanya berbicara tentang ‘bunuh’, ‘usir’ pria, bagaimanapun juga hal itu berbeda daripada sebelumnya.

Pria itu melompat mundur secara refleks dan menyentuh pinggang kirinya, bersiap pada posisi menyerang.

Tidak merasakan sensasi di tangan kanannya, pria itu melihat di pinggang kirinya dan mendecakkan bibir.

(Tidak ada, sejak kapan....)

“Gawat!”

Harrigan berteriak tajam pada Ais.

“Hentikan dia!”

Tali yang diikat ditubuh Yuuki mulai berpisah. Pada saat yang sama, Ais melompat ke arah Yuuki.

“Hal seperti pria, hal-hal seperti pria, bunuh, bunuh, bunuh, aku akan membunuh mereka semua.”

SNAP

Mendengar suara aneh, setelah pria itu mengalihkan pandangannya ke arah mereka, Ais memutar leher gadis itu dari belakang saat ia terpaut padanya.

Mata Yuuki berubah putih dengan kekuatannya meninggalkan tubuhnya.

“Itu berbahaya, bukan?”

Ais masih terus dalam posisi memutar leher Yuuki sambil tersenyum ke arah pria itu.

“Tidak.... Bukankah lehernya akan patah? Apa dia baik-baik saja? Matanya tampak telah berubah menjadi putih.”

Menunduk, Yuuki yang tubuhnya kehilangan kekuatannya, Ais berbicara dengan tenang.

“Tentu saja, akan baik-baik saja. Yuuki sangat kuat.”

“Be...begitukah? mungkin dia baik-baik saja, tapi tadi itu....”

Pria itu mengalihkan wajahnya ke arah Harrigan dengan maksud ingin bertanya, tapi, ekpresinya tampak rumit.

“Jangan menanyakan alasan di balik kebencian Yuuki pada pria. Aku juga, rasanya tidak ingin menjelaskannya padamu.”

“Aku mengerti. Aku akan berhati-hati mulai sekarang.”

“Terima kasih. Daripada itu, cepat habiskan makananmu.”

“Tidak, itu tidak bagus, perutku sudah kenyang, dan aku tidak enak makan setelah membuat seseorang marah dengan kata-kata kasarku tadi.”

“Begitukah?”

“Ya, sudah cukup. Terima kasih untuk makanannya, ini lezat.”

Usai pria itu kembali ke sikap santainya lagi, ia menundukkan kepalanya ke arah Harrigan.

“Kau telah menyelamatkanku, jadi aku ingin mengucapkan terima kasih. Jika itu bukan karenamu dan telah memberiku makanan ini, aku mungkin sudah mati seperti anjing kelaparan.”

“Ini bukan masalah besar, jadi aku tidak keberatan dengan hal itu.”

“Tidak, jangan begitu, aku menganggap hal ini adalah masalah besar. Hanya beberapa saat yang lalu, beberapa kata muncul di dalam kepalaku, seperti [utang untuk menginap semalam dan makanan] tapi, rasanya itu berlaku dalam situasiku sekarang. Itu sebabnya aku takkan ragu untuk berterimakasih.”

“Kau tidak perlu mengangapnya serius.”

Mengatakan hal itu, sepertinya Harrigan tidak dalam suasana hati yang buruk.

Pria itu membungkuk pada Ais dan Lela juga.

“Terima kasih sudah menyelamatkanku, terima kasih.”

“Tidak, tidak perlu melakukan hal itu.”

“Jangan cemaskan hal i-tu.”

Menjadi orang yang diucapkan terima kasih oleh pria, Lela dan Ais tampaknya merasa sedikit puas, tapi Ais masih terus menekuk leher Yuuki sambil memiliki banyak ekspresi aneh.

“Kalau begitu, bisakah kita berbicara sebentar?”

Mengatakan hal itu pada pria tersebut, Harrigan memberikan instruksi kepada Lela dan Ais.

“Aku akan bicara sesuatu hal dengan pria ini. Lela, tetaplah di sini. Ais, bawalah Yuuki ke kamarmu dan bangunkan dia. Tapi, tetaplah awasi dia agar tidak melakukan tindak kekerasan.”

“Ya, Ane-sama.”

“Dan kalian berdua, jangan katakan pada gadis-gadis lain tentang pria ini, kalian paham?”

“Ya, Ane-sama.”

“Mengerti.”

“Nah kemudian, ikutlah denganku.”

Diajak oleh Harrigan, pria itu meninggalkan kamarnya.


Ruangan yang Harrigan tuju adalah ruangan untuk belajar.

Ada sebuah rak buku yang berbaris dengan buku-buku yang berjajar hingga ke dalam kamar tidur.

Namun disetiap sisi terdapat empat dinding yang ditempatkan dengan rak buku yang menjulang tinggi dan buku yang berjajar.

Kamar tersebut memberi kesan seperti sebuah ruangan yang terkubur dengan buku.

“Kau seorang kutu buku? Aku bahkan tidak tahu jenis buku yang ada disini.”

“Ini sangat diperlukan untuk penelitian dan pengembangan sihir. Daripada itu, duduklah.”

Pria yang berdiri di samping rak buku sambil menatap sekeliling, mulai berbalik.

Duduk di bangku kayu, Harrigan menunggu pria itu untuk duduk.

“Karena kau telah kehilangan ingatanmu, aku akan menahan diri dalam mengajukan pertanyaan pribadi. Sebagai gantinya, aku berpikir untuk memberitahumu lebih banyak tentang kami.”

“Itu akan sangat membantu. Aku juga ingin belajar dengan cepat tentang dunia ini dan dirimu.”

“Aku akan menjelaskan secara umum dan singkat. Mungkin ada hal-hal yang tidak kau mengerti, tapi tinggalkan pertanyaan itu untuk nanti.”

Intinya kau hanya harus mendengarkan saja.

“Ya, aku mengerti. Kalau begitu akan kuserahkan padamu.”


“Pertama, aku akan memberitahumu lebih lanjut tentang perang antara penyihir dan manusia. Sama seperti yang kukatakan sebelumnya, kita direndahkan dan diasingkan oleh manusia karena kita memiliki kekuatan yang tidak biasa. Sambil terus melawan manusia, populasi kita terus menurun, dan itu bukan hanya klan kami saja. Saat ini, seluruh ras penyihir populasinya terus menurun, ras kita telah diambang batas kepunahan.”

“Tapi, alasan terbesar di balik itu adalah jumlah kita. Jika harus aku bilang, itu karena kami akan kehilangan kekuatan setelah kami melahirkan anak. Bukan berarti kami akan langsung kehilangan kekuatan kami, tapi jelas itu sebuah kerugian besar untuk kami.”

“Itu sebabnya, kami tidak bisa melahirkan anak sesuka hati. Setelah penyihir berkurang kekuatan sihirnya, satu-satunya pekerjaan yang tersisa baginya adalah membesarkan anak.”

“Pasangannya adalah seorang pria, kau tahu, kan? Mereka akan dipilih oleh kemauan kami sendiri. Bagi kami, ayah tidak memainkan peran besar. Masalah lain yakni anak yang lahir tidak selalu memiliki kualitas sebagai penyihir. Karena itulah, kami tidak tahu anak tersebut memiliki kekuatan sihir atau tidak. Itu sebabnya jumlah kami sulit meningkat.”

“Jika itu dulu, itu masih sedikit lebih baik. Beberapa waktu yang lalu...ketika manusia tidak begitu banyak dan negara-negara yang didirikan oleh manusia tidak begitu kuat. Waktu itu, kami lebih kuat dari sekarang dan banyak orang yang mengakui kami, bagaimanapun, waktu telah berubah.”

“Manusia melewati pegunungan, menciptakan kota baru dan bermunculan lebih banyak lagi. Bahkan sekarang mereka melakukannya. Mereka mengembangkan sistem pertanian dan jumlah panen yang mengakibatkan pertumbuhan alami penduduk. Lalu, manusia mulai menyebar kesana-kemari, meningkatkan konflik antara kedua belah pihak.”

“Kita juga tidak bisa melupakan pengaruh perluasan gereja. Bagaimanapun, mereka musuh kita yang sebenarnya. Alasan mengapa tidak ada kesesuaian antara manusia dan penyihir adalah karena pengaruh mereka. Sementara mengkambing-hitamkan kami sebagai orang sesat, mereka juga menyebarkan berita bahwa orang-orang seperti kami harus dimusnahkan. Semakin dalam mereka menacapkan akar di dunia ini, semakin banyak pula pengaruh yang mereka miliki, membuat kita menjadi musuh manusia.”

“Ketika manusia mulai mengakui kami sebagai musuh mereka dan setiap kali mereka memiliki kesempatan atau celah, mereka akan merebut tanah kami.”

“Mencoba untuk memusnahkan kita, mereka memulai serangan. Kami lebih unggul dalam hal keterampilan tempur individu, namun, mereka memiliki jumlah kekuatan yang melebihi kami. Walaupun kami bisa menggunakan sihir, menghadapi beberapa ratusan tentara manusia...adalah tugas yang mustahil.”

“Karena itu, tanah kami di ambil alih secara bertahap. Saat ini pun, kami telah mundur cukup jauh hingga ke Hutan Hitam.”

“Ah, selain kami, ada beberapa ras lain yang hidup di hutan ini. Tapi, kami tidak memiliki hubungan yang baik dengan mereka.”

“Tampaknya manusia menggambarkan kami semua dengan istilah ‘Negara Penyihir’ tapi, aktivitas kami tidak termasuk integrasi mendalam dengan klan lainnya. Dulu, ketika Great Witch masih hidup, klan memiliki koneksi kuat dengan satu sama lain. Meskipun begitu, kami semua masih diperlakukan sama oleh manusia.”

“Kami akan menjadi yang pertama untuk menahan pasukan Kerajaan Cassandra, karena mereka negara manusia terdekat dengan kami. Entah bagaimana kami menolak untuk bertempur pada saat ini, tapi kami tidak tahu berapa lama kami bisa tetap menolak. Jika kami kalah, seluruh Hutan Hitam mungkin akan berada di tangan manusia. Akan berbeda ceritanya jika klan lain ikut bergabung, tapi...”

Harrigan berbicara samar-samar tanpa kemarahan, tidak ada ekpresi kegembiraan di wajahnya.

“Lalu di sinilah benteng kami. Dihitung dengan yang satu ini, mayoritas dari mereka yang berjuang bertahan di benteng yang terletak di hutan ini. Anak-anak dan orang lansia di sebuah desa tersembunyi. Aku akan mengatakannya, tapi aku tidak bisa membawamu ke sana, dan aku belum punya banyak kepercayaan padamu.”

“Aku memahaminya.”

Pria itu mengangkat tangannya untuk mengekspresikan mengerti.

Usai menyelesaikan penjelasan secara umum, Harrigan mendesah dan berkata, – “kalau begitu”.

“Aku menjelaskan secara luas tentang kami dan situasi kami saat ini, tapi apa kau sudah memahaminya?”

“Benar. Aku tidak cukup mengerti, tapi aku paham.”

“Itu sebabnya! Mana maksudmu!?”

“Tentang itu. Aku bisa memahami kira-kira dengan yang kau katakan, tapi, bagaimanapun juga, untuk mengetahui hal-hal secara detail, satu-satunya hal yang dapat kulakukan adalah untuk mengalaminya sendiri... atau semacam itu.”

Fufu – Harrigan tersenyum senang.

(Huh, pria yang menarik. Nah, mengesampingkan apakah dia orang yang pintar atau bodoh, itu tak masalah jika dia tidak takut pada kami.)

Harrigan mulai memiliki minat pada orang di depannya. Tidak, mungkin dia tertarik dengan pria itu sendiri.

Pria yang turun tiba-tiba dari langit.

Bahkan untuk seorang penyihir terkenal seperti Harrigan, sihir yang bisa mengirim orang ke tempat yang jauh, dia belum pernah melihat atau mendengarnya. Belum lagi, daripada dikirim ke tempat yang jauh, tampaknya lebih seperti ia menyeberangi ruang-waktu dari tempat lain.

Harrigan berpikir tentang keinginan untuk menyelidiki fenomena itu.

Dan bukan hanya itu.

Dia juga ingin belajar lebih banyak tentang manusia itu sendiri.

Seorang pria, yang bisa menerima situasi dengan tenang seperti itu, meskipun dilemparkan ke dalam dunia yang berbeda.

Seorang pria yang tidak terpengaruh oleh emosi, dan memiliki tekad kuat untuk berkewajiban membayar utang atas ‘makan dan tinggal semalam’ dan seseorang itu tidak membeda-bedakan antara kami penyihir dan manusia.

Pria, yang memegang nama Naga.

Yang Harrigan tahu, kata itu mungkin berasal dari ‘Dragon’ atau ‘Dragon King’.

Dia tidak tahu apakah namanya berasal dari kata itu. Namun, pria yang jatuh dari langit, yang namanya memiliki arti ‘Dragon’ bisa berarti sesuatu. Karena itu, Harrigan tidak berencana untuk melepaskan pria ini. Meski begitu, sebagai kepala klan, tidak ada cara baginya untuk memprioritaskan kepentingan pribadinya. Berbicara jujur ​​tentang diri mereka sendiri, dia menempuh jalur tanggapan pria itu.

Sudah diduga, pria itu menunjukkan respon sesuai dengan pikirannya. Dia tidak takut pada kami atau menolak kami. Di sisi lain, ia biasanya akan melakukan kontak dengan mereka tanpa bersimpati apapun. Itu bukan sikap yang ada di dunia ini.

Dengan asumsi bahwa orang itu memang berasal dari dunia yang berbeda, mungkin, berbicara dengan dia bisa membuka jalan bagi masa depan klannya.

Tidak ada alasan khusus, atau prinsip-prinsip yang ditetapkan untuk itu. Sebaliknya, itu adalah intuisinya sebagai pemimpin klan.

Harrigan telah memutuskan.

Dia memutuskan untuk mengurus orang ini sebagai bagian dari klannya. Jika dia menjadi beban, tak masalah untuk membuangnya, dan jika ia berniat untuk melakukan kejahatan apapun, seharusnya tidak ada masalah dalam membunuh dia.

Begitulah kesimpulan Harrigan ini.


Setelah ia mengungkapkan kehadiran pria itu pada orang lain dan mengatakan bahwa dia bermaksud untuk bekerjasama dengannya, keberatan dan keraguan terus-menerus diungkapkan oleh para penyihir. Tanpa ada siapapun, yang akan menyetujui, jika itu bukanlah sesuatu yang diputuskan oleh Ane-sama, Lela dan Ais hanya akan menunjukkan persetujuan pasif tanpa melawan. Walau begitu, pada akhirnya, semua orang akhirnya mengakui pria itu, pada kondisi mengacuhkan dia saat dia menyebabkan masalah.

Yuuki adalah satu-satunya, yang akan terus menentang sampai akhir, dia sangat tegas, dan juga keras kepala. Pada akhirnya, setelah menyakinkan dan menjelaskannya, Harrigan berhasil meyakinkan Yuuki.

“Ini adalah apa yang sudah diputuskan dan aku tidak bermaksud menentangnya.”

“Kalau Harri-nee bilang begitu, itu bagus. Apapun yang terjadi, aku tidak peduli.”

Mengatakan hal itu, Yuuki menjadi benar-benar marah, tapi tampaknya dia tidak melakukan sesuatu di luar jalur, seperti membunuh pria itu atau mengusir dia keluar dari desa. Karena itu, Harrigan beranggapan akan baik-baik saja untuk membiarkannya saja untuk saat ini.

Akan menjadi masalah untuk mengurus seorang pria, tapi, bagaimana seharusnya mereka mengurusnya? Untuk saat ini, itu bukanlah masalah yang bisa dikesampingkan begitu saja.

(Karena pria ini bilang bahwa ia berpikir namanya adalah Naga atau sesuatu, tidak mungkin bagi kita untuk mengabaikan hal itu. [NagaDragon King]... Apa kita harus memanggilnya begitu? Aku menduga nama itu terlalu berlebihan untuknya. Jika itu untuk menjadi Dragon King asli, mungkin dia akan marah dan kalau kita menganggap itu sebagai nama panggilan saja, mungkin hal itu akan baik-baik saja.)

Berpikir begitu, Harrigan memutuskan untuk memanggil pemuda itu sebagai Naga.

Heh? Begitulah hasilnya – Setelah mengumumkannya, itu akan menjadi alami bagi seseorang untuk terkejut. Meski begitu, mayoritas penyihir tertawa sebagai gantinya.

Tertawa mereka memiliki unsur mengejek.

“Itu tidak cocok untuknya.”

“Nama itu sungguh aneh.”

“Apa dia telah membunuh Dragon King sungguhan?”

Seperti itulah ejekan dari para penyihir

“Kenapa kalian mengatakan hal seperti itu?”

Walau Harrigan membelanya, pria itu tetap tenang.

“Bagaimanapun juga, aku tidak tahu apa itu Dragon King.”

Apakah ia seorang individu yang penting atau bodoh? – Harrigan, yang tidak bisa mengira apa yang dipikirkannya mulai terkejut.

(Tak masalah, kalau dia hanya bodoh, dia mungkin tidak akan berguna, tapi kalau dia seorang pintar yang terlihat bodoh maka mungkin dia bisa menghasilkan sesuatu. Haruskah aku mengawasinya untuk saat ini?)

Dengan begitu, Naga, yang telah memutuskan mendukung Harrigan dan lainnya, untuk saat ini memutuskan tidak mengambil tindakan apapun. Daripada itu, karena ia tidak mengerti banyak tentang klan Harrigan, atau tentang dunia ini, meski ia ingin melakukan suatu hal, dia tidak akan mampu.

Mula-mula, aku akan membiarkan diriku untuk mengamati dan belajar? – Naga mulai berbicara.

“Itu bagus. Lalu, akankah kita berkeliling di sekitar benteng ini setelah kita selesai makan siang?”

Setelah itu, mereka makan siang dan pergi berkeliling di sekitar bagian dalam benteng. Saat itu Naga bertanya...

“Hei Harrigan. Saat aku jatuh ke dalam bak mandi, apakah tidak ada sesuatu yang aku bawa?”

“Maksudmu pedang berbentuk aneh di pinggangmu?”

Naga bertanya penuh semangat.

“Itu dia! Apa yang terjadi dengan itu!?”

“Kami menyimpannya.”

“Bisa tidak kaukembalikan kepadaku? Entah kenapa, sisi kiriku terasa kesepian, aku merasa cemas dan tidak aman.”

“Kami akan menyimpannya sementara.”

“............”

“Aku bilang, bahwa kami akan tetap menyimpannya, sementara!”

Wajah Naga berubah menyedihkan.

“Apa kau menduga bahwa aku menjagamu itu suatu hal yang berbahaya?”

“Bukankah itu wajar?”

“Eh... begitu? Baik, itu mungkin.”

“Yakinlah. Setelah kita mempelajari lebih lanjut tentang dirimu ketika kita tinggal bersama-sama, kami akan mengembalikannya padamu.”

Naga menghela napas kecil dan mengangguk.

“Maka, itu bagus.”

“Yah, kita harus pergi berkeliling dan menyegarkan diri kita sendiri.”

Dipimpin oleh Ais dan Harrigan, mereka berjalan di sekitar bagian dalam benteng.

Terdapat 3 benteng, yang bisa dikatakan menjadi basis utama mereka, itu tidak sebesar dibandingkan benteng lain. Itu dikelilingi oleh pagar kayu dan tidak ada parit. Di dalam lapangan, ada konstruksi yang kompleks, seperti bangunan perumahan, rumah penyimpanan, persenjataan, dan sebuah menara jam yang tinggi.

Semuanya adalah konstruksi sederhana yang dibuat menggunakan kayu.

Itu mungkin pemandangan langka dan belum pernah terjadi baginya.

Naga akan sering berhenti dan melihat ke dalam bangunan dan bertanya tentang nama dan fungsi mereka. Setelah melakukan hal itu hingga sore hari dan melakukan makan malam, Naga beristirahat di kamar yang ditawarkan oleh Harrigan.

“Oh, kuakui, hari ini salah satu hari yang melelahkan. Aku akan membiarkan diriku untuk pergi tidur lebih awal. Apakah itu baik bagiku untuk melepaskan ini?”

Naga menunjuk jimat di lehernya.

“Lela akan mempersiapkan yang baru untukmu besok, jadi jangan cemaskan hal itu.”

“Kalau aku tidak bisa bangun besok, tolong bangunkan aku. Aku berterimakasih untuk makanan dan selimut. Nah kemudian, permisi.”

Mengangkat tangannya ia memberi tanda untuk Harigan, yang mengawalnya ke kamarnya.

Tiba-tiba ia mulai menanggalkan pakaiannya, Harrigan menjadi bingung.

“Hei, apa yang kaulakukan tiba-tiba!?”

“Pakaianku masih belum kering, jadi aku membukanya saat aku tidur agar benar-benar kering.”

“Kalau begitu, lakukanlah setelah aku meninggalkan kamar!”

“Ah? Aku tidak terlalu keberatan. Apa kau merasa begitu Harrigan?”

Meskipun sedikit memerah wajahnya, Harrigan menjawab tanpa mengalihkan matanya.

“T, tidak, aku penasaran apakah aku juga, tidak keberatan sama sekali.”

“Kalau begitu, bukankah itu bagus?”

Naga01 090.jpg

Hanya dengan cawatnya saja, dengan tenang Naga mulai meregangkan pakaiannya yang setengah kering.

(Tubuhnya cukup terlatih... Wh, tidak, tidak. Ini bukan waktunya untuk mengagumi otot.)

Setelah dia meninggalkan kamar dan menutup pintu, dengkuran Naga terdengar dari dalam.

(Dia pasti tertidur cepat. Apa dia punya banyak keberanian atau apakah ia tidak memiliki kekhawatiran? Dia orang yang sulit untuk dipahami.)

Menggelengkan kepala, Harrigan kembali ke kamarnya.


Keesokan hari, setelah melakukan sarapan bersama dengan Ais dan Harrigan, Naga mengungkapkan keinginannya untuk berjalan di sekitar benteng sekali lagi.

Hari ini juga, ia mengenakan pakaiannya, yang Harrigan anggap aneh, ia memakai jimat yang di buat khusus oleh Lela dan di tempatkan di tempat yang sama.

(Karena tidak ada pakaian lain untuknya, itu mau bagaimana lagi. Aku harus berurusan dengan masalah itu bagaimanapun caranya. Nah, haruskah hal itu kuurus nanti? Tapi...)

Tidak mungkin untuk membiarkan Naga berkeliling sendirian, sehingga membimbing dia adalah hal yang harus dilakukan. Bagian yang hanya bisa dilakukan oleh seseorang seperti Harrigan, namun, dia juga memiliki banyak tugas menumpuk sebagai kepala klan.

“Aku juga, hanya dapat membantumu di waktu senggangku, dan... ini bukan apa yang kuinginkan.”

Setelah dia mengatakan itu dengan cara yang agak kecewa.

“Bukan masalah. Dalam hal ini, kau tidak perlu memanduku. Karena aku hanya akan berkeliling di sekitar benteng.”

“Sekitar benteng? Kau berencana untuk berkeliling di sekitar hutan juga?”

“Ya, aku ingin belajar, meskipun itu hanya sedikit, tentang bagaimana dunia ini terlihat. Tapi mula-mula, aku ingin melihat dengan mataku sendiri wilayah ini di mana kalian tinggal.”

“Hutan ya hutan. Kalau kau melihatnya hanya ada pepohonan.”

“Ah, benar juga. Aku ingin melihatnya sambil menghirup udara segar.”

(Dasar orang aneh. Pertama saat di muncul juga dengan cara yang aneh, tapi...)

“Meskipun kau mengatakan hal itu.”

“Apa? Apakah ada sesuatu yang tidak boleh kulihat di hutan?”

“Tidak, bukan itu. Tapi, orang-orang yang berjalan di hutan ini tanpa pengalaman tentang hutan akan tersesat. Ini karena selain hutan yang sangat gelap, kami memasang penghalang. Ini akan berbeda jika seseorang fokus dan menetapkan patokan, tapi...”

“Sebuah penghalang...”

Naga merenungkan.

“Ya, anggap saja sebagai salah satu jenis sihir. Ini adalah sihir yang digunakan untuk menipu mata orang, yang tidak tahu tentang tempat ini.”

“Begitukah? Lalu, aku tidak bisa berkeliling sendirian?”

Membuat wajah kecewa, setelah ia melihat hutan di luar benteng, Lela, yang sedang menunggu agak jauh dari mereka, melangkah.

“Ane-sama, apakah aku bisa memandu-nya?”

“Boleh? Apa kau baik-baik saja sendiri?”

“Meskipun efek jimat habis, aku akan berada di sana, sehingga tidak ada masa-lah. Sekarang, ada hal-hal yang perlu kaulakukan, jadi.”

“Bukan itu maksudku, Apa kau baik-baik saja sendirian dengan pria mesum? – apa yang ingin kukatakan, pria ini adalah orang mesum!”

“Jangan tanya hal-hal kasar! Dan jangan mengatakan itu!”

“Ah….”

“Dan kau, jangan mulai memikirkan itu!”

Menunduk sementara memiliki wajah yang tegas, Lela mengangkat wajahnya dan menatap Naga dengan pandangan dari atas ke bawah.

“Yah, itu akan baik-baik saja, kura-sa. Jika perlu, aku akan membakar dia menggunakan mantra a-pi.”

“Begitu? Lalu aku akan menyerahkannya padamu.”

Harrigan mengatakan hal itu, dia berbisik di telinga Lela seolah-olah terlihat memeluknya.

“Hati-hati pria itu.”

“Itu sebabnya, aku bisa mendengarmu! Seperti perkataan burukmu!”

Kukuku – Harrigan terkekeh saat ia sekali lagi menekankan pada apa yang dia katakan.

“Lebih baik kau mengikuti bimbingan Lela dengan patuh?”

“Aku tahu, itu sebuah tekanan yang buruk. Jika kau terlalu khawatir akan berdampak buruk bagi kesehatanmu.”

“Tidak khawatir tentang seorang pria yang datang entah dari mana dan meraba-raba dada seseorang, apa lagi yang harus aku khawatirkan?”

“Ah...benar juga, aku masih bingung waktu itu. Tidak perlu merasa khawatir sekarang.”

“Aku ingin berharap begitu...”

Pergeseran pandangan menjauh dari dia, Harrigan melirik sosok Lela.

Meski begitu, gadis itu tetap tanpa emosi dan menatap Naga.

(Meskipun dia memiliki sikap acuh tak acuh terhadap suatu hal, itu jarang bagi Lela untuk tertarik dengan ini. Mungkinkah dia tertarik dengan pria itu....?)

Entah baik atau buruk? Sampai saat ini, Harrigan tak bisa mengerti. Namun, dia merasa itu bisa menjadi semacam angin segar baru yang mulai bertiup melalui penyihir monoton dalam suasana hatinya saat ini.

“Baiklah, aku akan mempercayakan dia padamu, Lela.”

“Serahkan pada-ku.”

Sepertinya Naga dipandu oleh Lela dan mereka berdua pindah dari benteng menuju hutan.


Di hutan suci ini, semua pohon tinggi dengan banyak cabang yang tebal ditumbuhi dedaunan.

Walau sekarang masih siang, hutan itu terasa redup. Namun demikian, rumput di bawah kaki seseorang itu tidak tinggi sehingga tidak menimbulkan masalah saat bergerak.

Karena Naga berjalan dengan kecepatan yang cepat dan lebar, wajar baginya untuk berada di depan Lela.

“Berada di dalam hutan ini, tampaknya memberiku rasa suram.”

Di dalam hutan redup, Naga mengalihkan pandangannya ke kiri dan kanan sambil bergumam saat jalan. Mendengar itu, Lela keberatan dengan sekejap.

“Ini bukan karena kita ingin tinggal di sini. Apa boleh buat untuk hidup sambil menghindari konflik dengan manu-sia.”

Naga tiba-tiba berhenti dan berbalik.

“Apakah kalian puas dengan itu?”

Lela tertangkap lengah.

“Kupikir, aku telah melihat bagaimana hal tersebut terjadi di benteng ini kemarin dan hari ini, tapi entah bagaimana suasananya terasa hening. Bisa dibilang tidak ada semangat atau ambisi? Dan juga kau tampak telah menyerah?”

Naga menatap sekilas wajah Lela.

“Hidup di dalam hutan seakan diusir oleh manusia, dan menyembunyikan kehadiranmu di sini untuk menghindari konflik dengan mereka. Apakah kau puas dengan itu?”

“Mana mungkin, kami merasa pu-as!”

Tanpa sadar telah berteriak, Lela menutup mulutnya buru-buru.

Mungkin, Harrigan juga merasa ketidakpuasan sementara menjadi pemimpin kelompok.

Naga melihat itu dan menyela.

“Lupakan tentang apa yang baru saja terjadi ta-di...”

“Kalau kau bilang begitu, aku tidak akan bertanya.”

Sekali lagi menghadap ke depan, Naga terus berjalan.

Di sisi lain, Lela merasa seolah-olah tubuhnya menjadi berat, karena tidak mampu mengambil langkah lagi.

Sementara itu, Naga terus berjalan.

Setelah ia kembali ke dirinya sendiri, tidak ada sosok Naga.

(Sia-lan. Karena aku le-ngah.)

Sementara panik, Lela mencoba untuk mengejar Naga.

Tidak peduli seberapa cepat dia, dia tidak mampu berjalan jauh di hutan ini. Terlebih lagi, selama tidak ada banyak jarak antara mereka, Lela dapat mengikutinya berkat sihirnya sendiri yang berada di dalan jimat itu, jadi dia tidak terlalu khawatir.

Sama seperti hal yang diantisipasinya, ia melihat kembali Naga setelah berjalan beberapa saat.

Seolah-olah ia bersembunyi di dalam bayangan, berlutut dan menahan napas saat mengintip sesuatu di depannya.

Karena ketegangannya diteruskan pada Lela, dia mendekati tanpa sengaja dengan langkah diam-diam.

Saat ia mulai mendekat, Naga berbalik belakang saat ia melihatnya dan memberi tanda padanya untuk membungkuk menggunakan tangannya.

Begitu dia berada di sampingnya sambil menjaga kepalanya tetap rendah, ia bertanya seakan berbisik.

“Apakah ada monster atau suatu ha-l?”

“Keberadaan yang ganas dan brutal.”

Karena Naga berbisik kembali, Lela menjadi tegang.

Setelah dia mengintip dengan wajahnya dari bayangan batang pohon tebal.

Di depan, ada sungai dengan lembah berbentuk kecil yang mengalir, di dalamnya terdapat Yuuki yang sedang mandi. Dia telanjang, yang pastinya terlihat semuanya.

“A...ah..memang monster li-ar. Sebuah keberadaan yang sama seperti manu-sia, tapi...”

Tidak ada keraguan bahwa dia membiarkan pekerjaan yang ditunjuk dan pergi untuk mandi karena dia sebelumnya berhadapan dengan Naga di benteng.

(Dalam hal ini, kaumenuai apa yang kautabur, tapi..)

Lela berpikir tentang apa yang harus mereka lakukan.

Yuuki, yang tidak menduga siapapun mengintip dirinya, memanjat daerah berbatu saat ia tampil dengan berani, dan melompat ke air yang dalam dari batu sambil bersenang-senang.

Tubuh Yuuki basah dan telanjang yang tersinari matahari. Wajar saja, karena dia tidak mencurigai siapapun untuk mengintip, dia tidak akan berpikir tentang menyembunyikan tubuhnya.

Tubuhnya memiliki kulit putih, yang hampir transparan.

Bahu dan pinggangnya menarik kurva halus.

Bukit dadanya, yang tidak kecil maupun besar, menonjol dengan kondisi yang cukup.

Di atas mereka, puting lucu dan merah muda menonjol.

Semak ringan emas antara pangkal paha basah dengan air dan agak menempel perutnya.

Lalu, wajah tersenyum, yang belum Naga lihat sampai sekarang, muncul di wajahnya.

“Apa itu? Jadi dia bisa tersenyum seperti ini?”

Naga01 099.jpg

Naga benar-benar terpaku pada wajah Yuuki dan tubuh telanjangnya.

Lela mengintip dengan lirikannya pada penampilan Naga.

(Dia pandai mengintip, ya? Yah, aku bisa mema-hami itu, tapi... tubuhnya tidak sama dengan Ais, Yuuki memang memiliki tubuh yang cukup menarik.)

Atau setidaknya itu lebih feminin daripada aku – adalah apa yang Lela akui.

(Walau begitu, dia mungkin terlalu percaya diri. Kalau begini, rasa takut Yuuki akan memperi-ngatinya. Gadis itu sangat sensitif terhadap pria yang mengin-tipnya.)

“Naga-sa-n.”

Begitu Lela meletakkan tangannya di pundaknya, Naga melihatnya dengan wajah terkejut.

“A... ah, maaf, tentang hal ini..”

Naga membuat alasan, bagaimanapun, dia tampaknya tidak berpikir seperti itu.

“Kita baru saja sampai, jadi aku belum melihatnya terlalu banyak.”

(Dia tampaknya tidak begitu tapi, daripada i-tu.)

“Jangan berge-rak! Apa boleh buat jika kau telah melihatnya. Kau tidak boleh melihatnya setelah kau telah melihat bagian terpen-ti-ngnya.”

“Apa maksudmu?”

“Kalau kau mencoba mengintip, kau akan ma-ti. Lebih jelasnya , kau akan dibunuh oleh Yuu-ki. Itu adalah 9/10, atau 99%.”

“Bukankah yang terakhir memberiku kurang dari 10% kesempatan untuk menghindarinya?”

“Ya, itu sebuah penge-cualian. Meskipun Ane-sama mencoba untuk menghentikannya, Yuuki mungkin tidak akan mendengarkan dia.”

Tubuh Naga menggigil.

“Kau... yakin, kau berencana untuk melaporkanku pada Yuuki?”

Tanpa menjawab pertanyaan Naga, sekali Lela mengambil jimat dari pinggang, ia mulai menulis dengan menggunakan kuas kecilnya.

“Ya, pasang i-ni.”

“A-apa? Apa yang ingin kau lakukan?”

Pada saat itu, Yuuki, yang hendak melompat dari area batu, berhenti. Mengerutkan kening matanya curiga, di sebuah sisi dengan penuh perhatian.

“Kita akan terlihat, cepat pasang. Atau aku yang akan memasangkan-nya!”

Lela memasangkan jimat baru dengan tamparan di dahi Naga.

“Ini jimat yang dapat menghilangkan kehadiran seseorang. Tetap te-nang”

Seperti yang Lela katakan, Naga menghentikan gerakan dan napasnya sambil terus mengintip Yuuki.

Yuuki, yang mencari-cari sejenak dengan kecurigaan yang mendalam, tiba-tiba berteriak – Ah! Tubuh Naga membeku berpikir bahwa ia terlihat, bagaimanapun, bahwa itu tidak terjadi.

“Sebuah sinyal asap dari benteng!”

Yuuki melompat ke arah pakaiannya dilemparkan dan memakai mereka sebelum salah satu bahkan bisa melihat. Setelah dia melakukan itu, dia berlari ke lereng dalam sekejap dan menghilang ke dalam hutan.

Menunggu sampai dia menghilang, Lela berdiri.

“Kau lolos dari kematian, Na-ga-san.”

“A... ah, sepertinya begitu.”

Usai Naga menarik napas lega dan melonggarkan tubuhnya, Lela melemaskan pinggangnya sambil mengulurkan tangan kanannya untuk melepas jimat di dahinya.

“Omong-omong, Yuuki bilang ada sinyal asap mengepul. Bukankah kita harus kembali juga?”

Lela menatap langit menuju benteng.

Memang ada sinyal asap merah dilihat dari antara pepohonan.

“Tidak ada keraguan bahwa sesuatu terja-di di benteng. Ayo kemba-li.”

Naga berdiri perlahan.

“Walau begitu, mengapa kau tidak melaporkanku padanya?”

“Kalau aku melaporkanmu, kau akan ma-ti. Meski aku melaporkanmu pada Yuuki di benteng, bukan tempat ini, kau akan terbu-nuh.”

“Apa kau benar-benar mempertimbangkannya dengan cermat?”

Lela mengangkat tepi mulutnya sambil menyeringai.

“Mari kita membuat kesepakatan, Naga-san.”

“Ah, jadi seperti ini.”

Kemudian Naga menyeringai ketika ia memahami situasi.

“Yah? Apa kesepakatannya?”

“Setiap kali kau berhasil mengingat kembali ingatanmu yang hilang, bicaralah kepadaku dahulu, tidak peduli apa i-tu.”

“Apakah kau baik-baik saja dengan itu?”

“Kau mungkin berpikir bahwa itu sepele, tapi bagiku itu sangat pen-ting. Aku pasti ingin belajar lebih banyak tentang dunia lain, yang tidak ada disi-ni.”

Naga dan Lela saling memandang, pandangan mereka saling terkait satu sama lain.

Naga tidak bisa menebak apa jenis permintaan dia, bagaimanapun, ia mengangguk sambil berkata – “Ya, baiklah”.

“Jika itu cukup bagimu untuk tidak membocorkannya, maka itu adalah harga yang murah. Aku akan mengatakan apa saja yang kau inginkan.”

Lela menurunkan pandangannya dan berterima kasih.

“Terima ka-sih.”

“Tidak, itu baik-baik saja. Omong-omong, aku bisa menanyakan satu hal?”

Naga berbicara kembali saat Lela hendak berjalan.

“A-pa?”

“Kenapa Yuuki sangat benci pria?”

“Bukannya Ane-sama telah memberitahumu untuk tidak bertanya terlalu banyak?”

“Tidak, aku hanya terganggu oleh itu. Dia tidak menunjukkan reaksi kekerasan sampai sekarang?”

“Itu baik-baik sa-ja. Yuuki adalah spesi-al.”

“Kenapa?”

“Ini bukan sesuatu yang aku harus ja-wab. Jika Ane-sama mengatakan semua telah membaik, dia mungkin akan berbicara denganmu tentang hal itu.”

“Seperti cara berbicara saat dulu.”

“Tampaknya dia membuat beberapa kenangan yang tidak menyenangkan saat dia kecil. Mungkin, dia tidak bisa melupakan pengalaman menyakit-kan.”

Naga merasa berdenyut di dadanya.

Dia tidak bisa menjelaskan alasan di balik itu, bagaimanapun, tidak ada keraguan, beberapa fragmen dari kenangan bereaksi pada kata-kata Lela ini.

(Aku tahu. Jadi dia memiliki beberapa pengalaman yang menyakitkan di masa kecilnya? Sepertinya aku telah melalui hal yang sama. Ketika datang ke sini, kehilangan ingatan seseorang tampaknya tidak menjadi setengah buruk, bukan?)

Senyum masokis melayang di wajah Naga ini.

Naga01 106.jpg

Melihat senyum menyakitkan di wajahnya, Lela menarik kembali ucapannya namun, senyum Naga segera lenyap dan wajahnya berubah menjadi sangat berani.

“Ah, maaf sudah menghentikanmu. Kita harus buru-buru.”

“Lalu... mari kita la-ri. Ikuti aku, jangan sampai terja-tuh.”

Karena Lela menerobos masuk ke dalam hutan, Naga berlari mengejarnya.

(Sinyal asap? Apa terjadi sesuatu? Mungkinkah benteng diserang?)

Kecurigaan Naga ini setengah benar dan setengah salah.