Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 11 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Tulip[edit]

Part 1[edit]

Selasa, 16 Maret

Saat bulan Maret tiba, klub dan komunitas di sekolah punya tugas penting untuk dilakukan, yakni merekrut anggota baru.

Sebagai sekolah negeri, SMA Kisshouharukaze mengadakan ujian masuk pada dua tanggal berbeda, dan hasilnya diumumkan pada tanggal 5 dan 20 Maret. Karena kegiatan klub di sekolah berjalan dengan begitu aktif, tidak ada di antara para klub yang menunggu sampai upacara penerimaan murid baru tiba, dan justru memulai pertarungan sengit untuk merekrut calon anggota klub baru mereka pada hari dimana hasil ujian masuk SMA itu diumumkan.

Tentu saja, baik Koutarou dan Harumi dari komunitas merajut juga akan ikut serta dalam pertarungan merekrut ini. Untuk bersiap-siap menghapi hari itu, mereka berdua pergi ke mall untuk membeli beberapa barang. Mereka berdua cukup bersemangat dan tidak hanya bersedia untuk menggunakan dana milik komunitas, tapi juga uang milik mereka sendiri.

"Kita harus bisa dapet anggota baru pas pengumuman kedua nanti."

"Maaf, aku tidak bisa banyak membantu."

"B-Bukan itu maksudku!"

Ada alasan di balik rasa semangat itu. Karena pertarungan pada hari pengumuman pertama tidak membuahkan hasil yang memuaskan, mereka berdua memutuskan untuk mengerahkan semuanya pada hari pengumuman kedua.

Pada hari pengumuman pertama, Harumi dibawa secara paksa oleh para anggota klub drama dan dipaksa memakai gaun untuk membantu klub drama merekrut anggota baru. Sebagai hasilnya, Koutarou sendirilah yang harus merekrut anggota baru untuk komunitas menjahit, dan dia tidak berhasil karena tidak ada satu murid barupun yang mau mendaftar. Komunitas merajut sendiri memang tidak terlalu populer, dan situasinya memburuk karena yang merekrut adalah seorang murid laki-laki.

Dengan begitu, mereka berdua memutuskan bahwa mereka harus berhasil merekrut seseorang pada hari pengumuman kedua.

"Kelihatannya memang nggak baik kalau ketuanya nggak ada, ya kan?"

"Kelihatannya, klub drama akan mengubah cara mereka merekrut pada pengumuman kedua nanti, jadi kita akan bisa merekrut."

Klub drama bisa disebut sebagai klub yang kecil, tapi pada tahun ini mereka mendapat peningkatan jumlah pendaftar yang cukup besar. Dua pementasan drama yang mereka adakan pada tahun lalu mendapat perhatian baik dan memegang peranan besar dibalik meningkatnya jumlah pendaftar. Hanya dengan membuat Harumi berdiri di dekat meja pendaftaran klub drama sambil memakai gaun Alaia sudah cukup untuk membuat calon-calon pendaftar menjadi tertarik.

Karena itulah klub drama merasa puas dengan jumlah pendaftar yang mereka dapatkan dan memutuskan untuk tidak memakai Harumi untuk hari pengumuman kedua. Mereka justru akan memamerkan anggota-anggota laki-laki mereka yang tampan dan perempuan-perempuan berpakaian tomboy untuk menarik perhatian. Karena Koutarou dan Harumi tidak akan berurusan dengan hal itu, komunitas merajut akan bisa melakukan perekrutan dengan anggota lengkap.

"Tapi..."

Walau begitu, ada sedikit rasa kuatir yang mulai muncul di dalam diri Harumi.

Aku akan senang kalau kita bisa mendapat anggota baru...tapi, nanti aku tidak akan bisa berduaan saja dengan Satomi-kun...

Karena rasa tanggung jawabnya, Harumi benar-benar ingin bisa mendapat anggota komunitas baru. Dia ingin agar kegiatan komunitas merajut jangan sampai berhenti sementara dirinya dan Koutarou masih bersekolah. Itulah sebabnya mengapa Harumi ingin merekrut setidaknya satu siswi baru sebelum Koutarou jadi sendirian, karena sudah jelas apa yang akan terjadi jika Koutarou sendirian yang harus merekrut anggota baru di tahun depan.

Namun, di saat yang sama, Harumi juga merasa tidak ingin sampai ada yang mengganggu waktu pribadinya dengan Koutarou. Bagi Harumi, waktu yang dihabiskannya melakukan kegiatan komunitas bersama dengan pria yang disukainya adalah waktu yang begitu berharga. Itulah sebabnya bagian wanita di dalam dirinya berharap agar komunitas itu terus berjalan hanya dengan mereka berdua saja di dalamnya.

Kedua keinginan itu saling beradu dan membuat raut wajah Harumi nampak kesepian.

"Kamu kenapa?"

Koutarou, yang menyadari keadaan Harumi, menengok ke arahnya.

"Ah, e-em....aku hanya berpikir, kalau kita mendapat anggota baru, k-kita, kemungkinan harus mengubah bagaimana kita harus melakukan kegiatan komunitas...", tukas Harumi dengan terburu-buru. Dia tidak bisa mengatakan apa yang ada di pikirannya, apapun alasannya. Inilah yang bisa dilakukannya.

"Ah, bener juga, soalnya biasanya kita kan cuma berdua. Kalau kita dapat anggota baru, kita bakal ngelakuin lebih banyak hal, jadi kita juga perlu mikirin hal itu juga", balas Koutarou yang menyetujui perkataan Harumi. Karena dia pernah berada di dalam klub baseball sebelumnya, Koutarou tahu betul apa jadinya jika anggota sebuah klub bertambah. Ada perbedaan besar antara sebuah klub yang mempunyai 18 orang anggota dan bisa bermain sendiri, atau jika klub itu mempunyai jumlah anggota dibawah jumlah itu dan harus bermain melawan tim dari klub lain. Tentu saja, komunitas merajut tidak seperti klub baseball, tapi tetap saja akan ada perubahan dalam kegiatan klub. Karena mengetahui hal itu, Koutarou justru terarah lebih jauh dari hal yang dimaksud oleh Harumi.

"....Justru lebih banyak hal yang tidak akan bisa kita lakukan....dasar...", gerutu Harumi dengan pelan agar Koutarou tidak mendengarnya.

Harumi tidak akan bisa menyuapi Koutarou kue-kue yang dibuatnya sendiri. Mereka tidak akan bisa mendengarkan CD musik baru yang baru saja mereka beli bersama. Harumi tidak akan bisa membuat Koutarou mencicipi isi bekal makanan baru yang sudah dibuatnya, dan dia tidak akan bisa membuat Koutarou secara diam-diam tertidur di pangkuannya saat Koutarou tertidur pulas.

Kalau mereka mendapat anggota baru, mereka tidak akan bisa melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan oleh pasangan kekasih di dalam ruangan komunitas. Ini adalah masalah serius bagi Harumi.

"Aku pingin bisa ngadain pameran pas festival budaya. Jelas....hasil rajutanku pasti kacau balau."

Namun, Koutarou kelihatannya tidak menyadari niatan Harumi dan dengan santainya memikirkan apa yang akan terjadi jika mereka mendapat lebih banyak anggota. Melihat hal itu, Harumi menjadi cemberut dan menampakkan raut wajah yang lebih kekanakan yang tidak akan diduga oleh orang-orang.

"Kenapa mukamu begitu?"

"...Dasar Satomi-san telmi."

Karena Harumi kelihatan imut saat mengatakan itu, Koutarou jadi tidak tahan untuk tertawa.

"K-Kenapa tiba-tiba kamu begitu! Ahahahaha!"

"Telmi ya telmi! Dasar Satomi-kun telmi[1]!"

Karena Harumi merasa masih terlalu awal untuk hal itu, Harumi tidak mengatakan apa yang sebenarnya ada di pikirannya. Namun, dia masih kesal karena Koutarou tidak juga mengerti, dan itulah yang membuat Harumi tidak segera meredakan kekesalannya. Hasilnya, butuh waktu lama sebelum Koutarou bisa berhenti tertawa sementara Harumi masih cemberut.


Part 2[edit]

Setelah selesai membeli barang-barang yang mereka perlukan, seperti papan styrofoam dan spidol permanen, mereka berdua pergi ke halte bis. Harumi akan naik bis untuk pulang ke rumahnya.

"Kadang-kadang, kamu bisa jadi imut banget ya, Sakuraba-senpai", kata Koutarou sambil mengingat-ingat wajah Harumi beberapa saat yang lalu dan mulai tertawa kecil. Sebagai gantinya, Harumi menundukkan wajahnya yang berubah merah.

"T-Tolong lupakan itu."

"Nggak akan. Aku bakal inget-inget itu buat sementara ini, kalau-kalau aku perlu ketawa."

"Satomi-kun, dasar jahat..."

Dengan wajah yang memerah, Harumi melirikkan matanya ke atas seakan memohon, sebelum melihat ke bawah lagi. Karena biasanya dia tampak pucat, dengan lehernya yang turut menjadi merah membuat warna merah di wajahnya tampak mencolok.

Kayaknya aku memang udah kebanyakan ngeledek dia...udahan deh...

Setelah memikirkan itu, Koutarou berhenti berbicara, meletakkan barang bawaannya dan mulai memutar-mutar lengannya.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Harumi yang melihat Koutarou melakukan itu, sambil mengikuti gerakan tangan Koutarou dengan matanya yang terlihat kebingungan. Harumi pun sudah mulai pulih kembali.

"Sebenernya, belakangan ini bahuku rasanya agak pegel", balas Koutarou yang berhenti memutar-mutar lengannya. Dia lalu mengepalkan tangannya dan memukul-mukul lehernya.

Bahu Koutarou yang pegal bukanlah alasan yang dibuat-buatnya untuk sekedar mengganti topik pembicaraan. Nyatanya, belakangan ini bahunya memang sering menjadi pegal. Karena Koutarou sudah mengalami berbagai macam masalah pada tahun ini, dia merasa bahwa bahunya yang kaku adalah karena kelelahan.

"Pegal...."

Setelah melihat sikap Koutarou selama beberapa saat, Harumi akhirnya nampak tersenyum senang.

"Benar juga, Satomi-kun, apa kau mau aku memijat bahumu?"

Harumi merasa bahwa idenya menyenangkan dan dia tersenyum seraya mulai melakukan gerakan memijat dengan tangan kosong. Tingkahnya itu tampak lebih imut daripada saat dia cemberut dan membuat Koutarou hampir tertawa terbahak-bahak. Namun, karena Harumi sudah menawarkan hal itu, Koutarou tidak mau membuat Harumi kembali kesal dan berusaha keras menahan tawanya.

"B-Boleh."

"Kalau begitu, tolong duduk di sana, Satomi-kun."

Sambil menggerakkan jari-jarinya dengan ceria, Harumi mengarahkan Koutarou untuk duduk di bangku di halte bis. Saat dia berjalan ke sana, Koutarou berusaha keras untuk menahan tawanya, dan kalau dia sampai lengah sedikit saja, tawanya pasti sudah lepas.

"Kamu kelihatannya kaku sekali."

"Pfft."

Harumi salah mengartikan sikap aneh Koutarou dan lalu bergerak ke belakangnya saat Koutarou duduk. Mungkin Koutarou beruntung karena tidak melihat raut wajah Harumi saat ini. Kalau saja dia melihatnya, Koutarou pasti sudah tertawa terbahak-bahak dan membuat Harumi kembali kesal.

"Aku mulai ya."

"Oke."

Harumi lalu meletakkan tangannya yang ramping di bahu Koutarou.

Punggung Satomi-kun...

Harumi berhenti bergerak. Dia merasa begitu ingin memeluk bahu yang kekar dan punggung yang lebar yang ada di hadapannya itu. Saat dia membayangkan dirinya yang memeluk Koutarou dan berbisik bahwa dia mencintainya, jantung Harumi mulai berdetak cepat dan wajahnya memerah. Badannya pun menjadi kaku dan tidak bisa bergerak.

"Senpai?"

Koutarou, yang penasaran mengapa Harumi berhenti bergerak, menoleh untuk melihat Harumi, dan tatapannya yang biasa itu membuat Harumi bisa bergerak kembali.

"Kenapa?"

"Em, sudah lama aku tidka memijat bahu seseorang...jadi aku bingung bagaimana aku harus melakukannya..."

"Ah, silahkan pijat yang keras. Aku tahan banting kok", ujar Koutarou sambil tersenyum dan lalu kembali melihat ke depan. Dia kelihatannya tidak menyadari niatan Harumi sama sekali.

"Baiklah..."

Harumi merasa lega melihat hal itu dan lalu mulai menggerakkan jari-jarinya. Karena Koutarou berkata bahwa Harumi bisa memijatnya dengan cukup keras, Harumi mengerahkan tenaganya ke jari-jarinya.

Rokujouma V11 017.jpg

"Sakuraba-senpai, rasanya geli."

"Eh? Apa tidak apa-apa, kalau aku pijat lebih keras lagi?" tanya Harumi yang terlihat kaget. Bagi Harumi, dia sudah mengerahkan banyak tenaga. Namun karena dirinya yang lemah, usahanya itu hanya terasa seperti gelitikan bagi Koutarou.

"R-Rasanya masih ada yang kurang. Wahahaha!"

"Baiklah...kalau begitu aku akan coba sedikit lebih keras lagi..."

Harumi pun berusaha memijat lebih keras lagi setelah melihat Koutarou tertawa.

"Nah, sekarang udah mendingan."

Saat Harumi melakukan itu, Koutarou berhenti tertawa, karena akhirnya Harumi berhasil mencapai tingkatan pijatan yang diinginkan Koutarou.

"...B-Badanmu tidak hanya besar, tapi juga kekar ya, Satomi-kun", ujar Harumi yang kagum saat memijat bahu Koutarou dengan sekuat tenaganya.

Bagi Harumi, badan Koutarou tidak terlihat berotot seperti halnya seorang binaragawan. Namun saat dia menyentuh badannya itu, Harumi tahu kalau otot-ototnya sudah dilatih secara rutin. Perbedaannya begitu jauh dengan badan ayah Harumi.

"'Kan aku kerja keras di kerja sampingan penggalian arkeologi itu."

Badan Koutarou sudah terlatih karena latihannya yang rutin setelah dia pergi ke Forthorthe. Tentu saja, Koutarou tidak menyebutkan hal itu.

Karena Harumi yang nampak seperti Alaia sendiri, Koutarou terkadang hampir membicarakan soal Forthorthe. Namun, jika Koutarou sampai mengatakan hal itu padanya, Harumi pasti hanya akan kebingungan. Itulah sebabnya Koutarou berhati-hati untuk tidak berbicara terlalu banyak.

"Kerja sampingan itu kelihatannya cukup berat."

"Berkat itu juga aku jadi kekar begini...waaah!"

Koutarou berbalik untuk berbicara pada Harumi dan di saat yang sama mengencangkan otot bahunya sedikit.

"Kyaa!?"

Bahu yang sedang dipijat Harumi menegang dan menepis jari-jarinya yang ramping.

"Iiih, Satomi-kun! Aku tidak akan bisa memijatnya kalau begini!" keluh Harumi sambil mengepalkan tangannya, namun raut wajahnya tidak terlihat begitu menakutkan karena dia tidak ada niat untuk melakukan kekerasan.

"Puh."

Namun, hal itulah yang membuat bahu Koutarou menjadi rileks kembali. Saat Koutarou melihat Harumi yang cemberut sambil mengepalkan tangannya di dekat dadanya, dan karena Koutarou sendiri sudah menahan tawanya sedari tadi, dia akhirnya tertawa lepas.

"S-Sakuraba-senpai, pfft, ahahahahaha!"

"Satomi-kun!"

"M-Maaf! K-Kamu kelihatan lucu sih, jadi aku nggak tahan ketawa- *uhuk* *uhuk*"

"Kamu seharusnya tidak tertawa sekeras itu sampai batuk-batuk!"

Harumi berteriak saking kesalnya sementara Koutarou terus tertawa sambil menahan sakitnya. Karena hal ini terus berlanjut sampai bisnya datang, bahu Koutarou yang pegal tidak kunjung sembuh juga.


Part 3[edit]

Setelah berpisah dengan Harumi, Koutarou berjalan pulang sendirian. Langkahnya begitu ringan karena dia sedang gembira.

"Belakangan ini, Sakuraba-senpai kelihatannya ceria banget, kayak habis keluar dari dalam tempurung kura-kuranya. Kayaknya partisipasinya di drama berhasil..."

Sekitar satu tahun lalu Koutarou dan Harumi bertemu saat kegiatan perekrutan pada hari pengumuman hasil ujian masuk. Dulu, Harumi hampir tidak pernah menyatakan apa yang sedang dirasakannya. Yang terbaik yang bisa dilihat Koutarou adalah senyuman Harumi yang kadang-kadang muncul di tengah-tengah kegiatan komunitas mereka. Namun, satu tahun yang telah berjalan ini telah mengubah Harumi. Dia sudah berkomunikasi dengan banyak orang dan berteman dengan orang-orang di kelasnya. Dulu, temannya hanya Koutarou dan Yurika, dan ini sudah menjadi sebuah langkah yang besar baginya.

"Theia, ini semua berkat kamu."

Naskah Theia adalah titik awal dari berubahnya Harumi. Karena terpilih sebagai pemeran wanita utama, Harumi bisa menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang di klub drama. Akting bukanlah hal yang bisa dilakukan sendirian, karena dia harus berlatih dan bekerjasama dengan para aktor lainnya. Dengan berdiri di atas panggung, Harumi berhasil mendapatkan keberanian dengan cara menjadi pusat perhatian. Sebagai hasilnya, dia berhasil mendapatkan kekuatan mental yang dibutuhkannya.

Koutarou merasa bahwa berkat Theialah Harumi bisa berkembang seperti ini.

"Yah, Theia sendiri juga udah berubah..."

Theia juga berbeda dari sebelumnya. Alasan dibalik perubahannya itu adalah karena dia perlu bekerjasama demi suksesnya pementasan drama itu. Koutarou yakin bahwa drama itu berbuah baik bagi semua orang yang terlibat.

"Oh?"

Pada saat itulah Koutarou melihat seorang gadis yang dikenalnya di arah yang akan ditempuhnya. Rambut keemasan itu nampak mencolok bahkan dari jauh. Dialah Theiamillis Gre Forthorthe. Karena dia baru saja memikirkan Theia, tanpa sadar Koutarou tersenyum.

"Begitu rupanya...rupanya dia bunga yang betul-betul cantik..."

Theia sedang berjongkok di depan sebuah toko di pinggir jalan sambil memandangi sesuatu. Koutarou, yang penasaran dengan hal itu, berlari kecil untuk menghampirinya.

"Hei, Theia."

Dan saat dia berada di dekatnya, Koutarou menepuk pelan kepala Theia.

"Hm?"

Dulu, hal seperti itu sudah cukup untuk membuat Theia marah dan mengeluarkan senjatanya. Namun, dia sudah berbeda sekarang. Dia mulai dengan mencari tahu siapa itu, dan saat dia melihat bahwa ternyata itu Koutarou, Theia tersenyum senang.

"Oh, Koutarou."

"Kamu lagi ngapain disini?"

Theia sedang memandangi sebuah toko bunga kecil. Setelah memasuki pertengahan bulan Maret, toko itu mulai dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi. Koutarou mengerti kalau ada satu bunga tertentu yang menarik perhatian Theia, tapi karena ada banyak bunga di toko itu, Koutarou memutuskan untuk bertanya langsung.

"Yah, aku ke sini untuk melihat tulip."

Tulip.

Saat dia mengatakan hal itu, Theia menyentuh pipinya dan tersenyum manis. Dia lalu melihat kembali ke bunga-bunga yang tadi dipandanginya, dimana di hadapannya terdapat bunga-bunga tulip merah yang sedang mekar.

"Tulip ya....oh iya, dulu aku sering manggil kamu itu ya."

Tepat setelah mereka pertama kali bertemu, Theia dibungkus oleh gaunnya sendiri oleh serangan balasan Sanae. Karena saat itu dia tampak seperti bunga tulip, Koutarou mengejeknya dengan sebutan Tulip selama beberapa waktu. Namun, seiring berjalannya waktu dan hubungannya dengan Theia membaik, Koutarou berhenti menggunakan ejekan itu.

"Namun, saat aku memikirkannya, aku sadar bahwa aku tidak tahu tentang bunga bernama tulip itu. Jadi, dengan alasan itu aku datang ke sini."

Theia belum pernah melihat bunga tulip. Dulu saat dirinya masih diejek sebagai Tulip, Theia hanya mengerti bahwa kata itu digunakan sebagai ejekan, jadi dia merasa tidak perlu tahu lebih dari itu. Ditambah, Theia merasa tidak perlu mencari arti kata yang digunakan untuk mengejeknya.

Saat ini, Theia penasaran seperti apa bunga tulip itu. Dia ingin tahu seperti apa gerangan bunga tulip itu, karena orang yang mencintainya telah memanggilnya seperti itu.

"Jadi, gimana?"

"Aku tidak pernah membayangkan bahwa ternyata bunga itu secantik ini", balas Theia sambil terus menatap bunga dibalik kaca jendela dengan begitu dekatnya, seakan-akan dia sudah menempel pada kaca jendela itu.

Rokujouma V11 025.jpg

Saat dia menemukan bunga itu, Theia menjadi begitu terkesan karena keindahannya. Warna merah tua kelopak bunganya membuat hati Theia membara.

"Kamu suka?"

"Ya. Dia begitu sederhana, namun nampak dinamis dan indah."

Raut wajah Theia yang memandangi bunga itu nampak begitu tenang, sedikit berbeda dari yang dulu. Itulah sisi feminim yang selama ini disembunyikan olehnya.


Theia memang masih cewek....

Saat Koutarou baru menyadari sesuatu yang memang sudah jelas, Theia tanpa diduga-duga menoleh ke arahnya.

"Koutarou, kalau kau mau, aku akan mengizinkanmu untuk memanggilku Tulip kembali", kata Theia sambil tersenyum bahagia.

"Hei..."

Namun, tawaran Theia membuat Koutarou heran.

Tulip adalah ejekan yang digunakan Koutarou untuk mengejek Theia karena penampilannya pada saat itu yang terlihat mirip dengan bunga itu. Panggilan itu bukanlah panggilan yang memiliki rasa hormat maupun keramahan karena panggilan itu murni untuk mengejek Theia.

Seiring berjalannya waktu, Koutarou mulai merasa bisa berteman dan menghargai Theia, dan keinginannya untuk mengejeknya pun menghilang. Saat dia merasa paling kesal pun, Koutarou hanya merasa bahwa Theia sedikit keras kepala.

Jadi, kalau Koutarou sampai memanggil Theia dengan sebutan Tulip lagi, panggilan itu akan bermakna bunga tulip yang sesungguhnya - seperti mengatakan bahwa Theia bagaikan sebuah bunga yang begitu cerah dan indah, yang sedang bermekaran.

Masalah lainnya adalah karena Koutarou merasa bahwa Theia sekarang sudah pantas untuk dipanggil dengan nama bunga. Theia sudah memiliki martabat seorang tuan puteri untuk bisa membuatnya merasa seperti itu. Tidak mungkin Theia lebih rendah dari sebuah bunga yang cantik.

Dengan berbagai alasan itu, Koutarou merasa sulit untuk memanggil Theia dengan nama Tulip. Dia merasa agak malu karena mereka sudah menjadi dekat. Kalau saja hubungan mereka masih agak jauh, mungkin Koutarou akan bisa memanggilnya Tulip.

"Aku nggak perlu lagi ngeledek kamu pake sebutan yang punya arti jelek, ya kan?"

Jadi, Koutarou berusaha menghindari panggilan itu. Memanggil Theia dengan nama sebuah bunga saat ini adalah hal yang terlalu frontal bagi Koutarou.

"Tapi, aku sudah tidak lagi merasa tersinggung dengan panggilan itu."

Namun, Theia langsung menggelengkan kepalanya. Dia merasa tidak apa-apa dipanggil sebagai Tulip dengan artian yang lain.

"Ada benarnya bahwa aku dulu memang bodoh, dan mendapat panggilan seperti itu adalah bagian dari kenanganku yang berharga."

Kalau dia dipanggil Tulip dengan nada mengejek, maka Theia harus bekerja keras untuk bisa lebih baik lagi.

Kalau dia sebutan itu dipakai dengan artian yang baik, maka Theia bisa bangga untuk terus bisa memperbaiki dirinya.

Yang manapun artian panggilan yang dimaksud, mereka akan menjadi pembimbing bagi Theia untuk masa yang akan datang. Karena rasa percayanya pada Koutaroulah, Theia merasa tidak apa-apa dengan apapun makna panggilan itu.

"....Kamu aneh juga ya."

"Ya, aku memang aneh."

Theia juga memiliki satu alasan penting lain. Dia ingin memiliki sebuah hubungan yang spesial hanya antara dirinya dengan Koutarou, dengan dipanggil sebagai Tulip yang menjadi lambang hubungan itu. Wajar bagi seorang gadis untuk berharap bisa mendapat perlakuan spesial dari laki-laki yang dicintainya, tidak peduli dari planet mana dan seberapa tua.

"Ayolah, coba panggil aku itu."

"Susah juga, kalau kamu sendiri yang minta..."

Bagi Koutarou, menyebut Theia dengan Tulip hampir sama dengan mengatakan sejujurnya pada Theia apa yang dirasakan Koutarou terhadapnya. Situasi ini sulit untuk dihadapi oleh Koutarou.

"...Tulip."

Setelah merasa ragu sejenak, Koutarou akhirnya berbicara. Saat dia mendengar kata itu, Theia menjawab dengan wajah gembira.

"Ada apa, Primitif?"

Primitif. Itulah panggilan Theia pada Koutarou pada saat dulu, yang digunakan sebagai bentuk rasa bencinya terhadap orang-orang di planet yang terbelakang ini.

Theia...?

Namun, meskipun kata yang digunakan sama, rasanya kata itu tidak mengandung makna yang sama seperti dulu. Itu karena kata itu adalah tanda yang besar dari cinta Theia, yang disamarkan sebagai kebencian. Itulah sebabnya Koutarou hanya bisa memandangi Theia dengan keheranan.

"Fufu..."

Theia pun tersenyum puas melihat Koutarou yang seperti itu.

"A-Apa-apaan maksudnya itu, bukannya tadi kamu sendiri yang minta dipanggil begitu?"

Sambil berusaha menahan gejolak yang ada di dalam hatinya, Koutarou menjawab dengan cara yang cukup terang-terangan seperti itu.

Semenjak Theia menyatakan perasaannya pada Hari Valentine, terkadang Theia akan membuat hati Koutarou bergetar dari waktu ke waktu, namu Theia tidak akan meminta lebih dari itu. Dia mengerti kalau jika Koutarou harus memilih seseorang menjadi kekasih, Kiriha pasti akan terjerat dalam krisis. Itulah sebabnya yang dilakukan Theia saat ini adalah untuk menunjukkan perasaannya dari waktu ke waktu. Selain dari itu, dia tetap sama seperti biasanya.

Jangan goyah....tetap bersikap biasa...itu yang terbaik buat semuanya...

Namun, meskipun sudah tahu akan hal itu, Koutarou kesulitan untuk menjaga hatinya untuk tetap tenang. Dibandingkan dengan saat ini, berurusan dengan Theia yang pertama kali bertemu dengannya akan jauh lebih mudah. Saat ini, Koutarou merasa bahwa hatinya akan dicuri kalau dirinya sampai lengah.

"Benar juga."

Theia tersenyum simpul dan berusaha bangkit berdiri setelah berjongkok untuk waktu yang agak lama di depan bunga tulip. Koutarou dengan refleks mengulurkan tangannya, dan Theia menggenggamnya tanpa ragu sedikitpun.

"Hei, primitif."

Setelah berdiri, Theia berbicara sambil tetap memegang tangan Koutarou, menatap lurus ke arah kedua matanya.

"Satu hari nanti, aku akan menjadi bunga yang indah, yang megah, yang bisa kau banggakan dan kau peluk erat-erat. Jadi, tetaplah melangkah dengan penuh percaya diri, seperti biasanya."

Theia percaya bahwa Koutarou adalah ksatria di antara ksatria. Itulah sebabnya, selama Theia sendiri menjadi bangsawan yang betul-betul pantas, Koutarou tidak akan berpisah dari dirinya. Theia tidak bisa memberi batasan yang jelas antara perasaannya yang ingin menjadi bangsawan yang pantas dan perasaannya terhadap Koutarou. Kedua perasaan itu menyatu dan menjadi penuntun bagi jalannya.

"...Aku--"

"Yang Mulia! Satomi-sama!"

Tepat saat Koutarou akan menjawab Theia, mereka bisa mendengar suara Ruth dari jauh.

"Ah..."

Hasilnya, kata-kata Koutarou pun terputus.

"Kau sudah datang rupanya, Ruth! Ayo, mari kita pergi, primitif!"

Theia tersenyum lebar, melepaskan tangan Koutarou dan mulai berlari ke arah Ruth yang tersenyum hampir sama lebarnya. Koutarou tidak segera mengikuti Theia, dan justru terdiam sendiri sambil bertanya pada dirinya sendiri.

Tadi aku mau ngomong apa ke dia....?

Bahkan Koutarou sendiri tidak tahu apa yang akan dikatakannya kepada Theia, yang sudah menyatakan bahwa dirinya akan menjadi bunga yang indah.

"Ruth."

Theia, yang sudah berlari menghampiri Ruth, mengulurkan tangannya pada Ruth.

"Kau bisa memberikan sebagian bawaanmu padaku."

Ruth sedang berjalan pulang ke rumah dari berbelanja. Di tangan kanannya terdapat tas belanja, dan di tangan kirinya kantong plastik yang penuh dengan barang belanjaan yang tidak muat di dalam tas belanja.

Saat Ruth sedang mengantri untuk membayar, Theia menggunakan waktu menunggu itu untuk melihat bunga-bunga di sini.

"Aku senang mendengar itu, tapi aku tidak bisa membuat Yang Mulia membawa belanjaan."

"Kalau aku hanya sekedar tuanmu, maka itu benar. Tapi kita sudah membuat janji beberapa hari yang lalu, kalau kita akan selalu bersama mulai dari saat ini."

"....Ada benarnya. Kalau begitu, mungkin ini berat, tapi tolong bawa sebagian."

"Tidak masalah. Lagipula, aku lebih kuat dari kau."

"Fufufu, itu benar."

Awalnya, Ruth enggan membiarkan tuannya membawa barang belanjaan, tapi pada akhirnya dia memberikan Theia kantong plastiknya. Saat dia menerima kantong plastik itu, Theia menjadi senang dan tersenyum saat dia memeriksa isinya. Saat melihat Theia yang seperti itu, Ruth bertanya padanya, meskipun jawabannya sudah cukup jelas.

"Ngomong-ngomong, Yang Mulia, apa anda sudah melihat bunga tulipnya?"

"Sudah! Bunga-bunga itu ternyata sangat cantik!"

"Bagus sekali."

Jawaban Theia rupanya tepat seperti perkiraan Ruth, namun baru pada saat itulah Ruth memperhatikan adanya sesuatu yang lain. Berdasarkan senyuman Theia, fakta bahwa dia sudah melihat bunga-bunga itu dan Koutarou ada bersamanya membuat Ruth merasa ada sesuatu yang indah yang sudah terjadi pada Theia. Peristiwa bahagia itu membuat Ruth tersenyum lebih senang lagi.

"Bunga-bunga itu dipajang di jendela toko bunga itu, jadi kamu harus melihatnya juga, Ruth."

"Ya, aku juga ingi--"

Lalu, tepat saat Theia hampir kembali ke toko bunga itu sambil membawa Ruth bersamanya..

"Itu nggak perlu."

Saat dia mendengar suara Koutarou, ada sesuatu yang besar yang mengenai belakang kepala Theia. Benda itu tidak begitu keras, tapi setidaknya ukurannya sebesar kepala Theia.

"Dasar bodoh."

Meskipun Theia mengomeli Koutarou, saat dia berbalik, Theia tidak terlihat sekesal itu.

"Ah..."

Namun saat dia berbalik, apa yang dilihat Theia bukanlah Koutarou, namun sebuah buket bunga-bunga tulip dengan tangkai yang terbungkus kertas berwarna putih.

"Tulip..."

"Ini."

Setelah Koutarou memberikan buket bunga itu kepada Theia yang kebingungan, Koutarou mengambil tas plastik yang dipegang Theia. Theia tidak mengerti apa maksud Koutarou dan hanya terdiam membeku sambil memegang buket itu dengan kedua tangannya.

"Satomi-sama, apa bunga-bunga tulip ini hadiah bagi Yang Mulia?"

"Bisa dibilang begitu", jawab Koutarou pada Ruth sambil mengangguk dan menggaruk-garukkan kepalanya karena malu.

"Apa ini....buatku?"

"Yap. Itu balasan buat coklat Hari Valentine, atau sesuatu semacam itu."

Koutarou sudah memutuskan untuk membalas budi semua orang yang telah memberinya coklat saat Hari Valentine. Namun karena Koutarou tidak punya pengalaman untuk hal-hal seperti ini, dia kesulitan untuk memikirkan apa yang akan dia berikan, dan meskipun White Day sudah lewat, Koutarou masih belum memberi hadiah balasan kepada sebagian besar orang. Theia merupakan salah satu dari orang-orang itu, tapi karena Theia sedang melihat bunga tulip hari ini, Koutarou memutuskan untuk memberinya bunga sebagai hadiah.

"Begitu rupanya....bagus sekali, tidak, terima kasih, primitif."

Setelah mengerti situasinya, Theia akhirnya tersenyum senang.

"S-Sama-sama..."

Koutarou menyadari mata Theia yang terlihat sembab dan membuatnya merasa lebih malu lagi dan lalu memalingkan wajahnya.

"Apa anda merasa senang, Yang Mulia?"

"Ya...huh?"

Di dalam tangan Theia, kertas pembungkus bunga itu membuat suara.

"Ada buket lain...primitif?"

Theia menyadari bahwa dia sebenarnya sedang memegang dua buah buket. Karena bingung, dia meminta jawaban kepada Koutarou, yang masih mengalihkan wajahnya, namun dengan segera menjawb pertanyaan Theia.

"Aku nggak bisa cuma ngasih bunga ke kamu aja buat situasi ini, ya kan?"

Koutarou sudah menyiapkan buket ini sebagai rasa terima kasih untuk coklat pada Hari Valentine, dan dalam situasi ini, dia tidak bisa berterima kasih kepada Theia saja.

"Kelihatannya yang ini untukmu."

Theia dengan cepat menyadari kepada siapa buket kedua itu diperuntukkan dan lalu menyerahkannya kepada orang yang dimaksud.

"Wah wah!"

Buket kedua itu tentu saja disiapkan untuk Ruth.

Coklat yang didapat Koutarou saat Hari Valentine sudah dibuat oleh Theia dan juga Ruth, jadi dia memerlukan dua buket bunga untuk membalas hadiah dari mereka.

"Apa kau juga merasa senang, Ruth?"

"Ya! Terima kasih banyak, Satomi-sama!"

Saat Ruth menerima buket bunga itu, dia mendekapnya erat-erat layaknya seorang anak kecil yang diberikan sebuah harta karun. Buket bunga itu merupakan hadiah yang tidak disangka-sangka olehnya dari pria yang dicintainya, dan karena Ruth tidak menyangka bahwa dirinya juga akan mendapat buket bunga, dia merasa begitu senang. Dia pun terus menyatakan terima kasihnya kepada Koutarou diiringi dengan air mata yang mulai bercucuran.

"Terima kasih, Satomi-sama! Aku akan merawatnya baik-baik!"

"Terima kasih, primitif. Aku senang kau tidak lupa dengan Ruth."

"Y-Ya...."

Koutarou hanya bisa tersipu malu karena Theia dan Ruth merasa begitu bersyukur kepadanya, karena Koutarou tidak berpengalaman untuk hal-hal semacam Hari Valentine dan tidak terbiasa mendapat ucapan terima kasih langsung dari seseorang.

"Aku pergi duluan ya."

"Satomi-sama?"

"Kenapa, primitif?"

Itulah sebabnya Koutarou mengambil belanjaan yang dibawa Ruth juga dan meninggalkan mereka berdua seakan-akan mencoba lari dari sana. Koutarou ingin menjauh dari mereka berdua secepat mungkin agar dia bisa menenangkan dirinya sendiri.

"Fufufu....kita hanya mengucapkan terima kasih padanya. Dia seharusnya menerimanya tanpa malu-malu..."

"Tapi memang itulah Satomi-sama."

"Ya...itu benar..."

Dengan buket bunga tulip di tangan masing-masing, Theia dan Ruth memandangi Koutarou yang bergegas pergi. Setelah dia menghilang di balik tikungan, Ruth memandangi buket di tangannya.

"...Yang Mulia, apa anda tahu arti bunga tulip dalam bahasa bunga?"

Saat dia mendengar Ruth bicara, Theia juga turut memandangi buket miliknya, yang berisikan bunga tulip merah yang begitu indah. Sayangnya, mata Theia masih basah, jadi dia tidak bisa menikmati keindahan mereka sepenuhnya.

"Tidak. Aku baru saja mengerti seperti apa rupa dari bunga-bunga ini. Aku tidak pernah melihat makna dari bahasa bunganya", jawab Theia sambil menggelengkan kepalanya selagi air mata mengalir membasahi pipinya dan jatuh ke bunga-bunga tulip itu.

"Makna dari bunga tulip merah adalah cinta sejati."

"...Cinta...sejati..."

Sambil terus mengulangi kata-kata itu, tanpa sadar Theia menoleh ke arah Ruth. Karena Ruth sendiri juga sedang melihat ke arahnya, mereka menjadi saling berpandangan. Setelah mengangguk pelan, Ruth melanjutkan bicaranya.

"Tapi, karena yang memberikannya adalah Satomi-sama, dia mungkin tidak melakukannya secara sadar."

Kenji mungkin akan melakukan hal itu, tapi sulit membayangkan Koutarou memberikan mereka berdua bunga tulip dengan sengaja. Koutarou memilih bunga itu karena Theia terlihat menyukai bunga-bunga itu, itulah yang diyakini oleh mereka berdua.

"Meskipun dia memang memilihnya dengan sengaja, mungkin maksudnya bukan cinta antara seorang pria dan wanita, tapi tetap saja---"

"Tidak diragukan lagi, cinta sejati, ya....", ucap Theia yang melengkapi kalimat Ruth. Dia pun memeluk buket bunga itu sedikit lebih erat lagi dan membuat kertas pembungkusnya berdesir.

"Ya. Itulah yang aku pikirkan", balas Ruth yang menyetujui perkataan Theia sambil tersenyum. Itulah yang ingin dikatakan olehnya.

"Dasar....benar-benar orang yang rumit..."

".....Tuan....terima kasih banyak..."

Baik Theia maupun Ruth tahu bahwa artian bahasa bunga untuk bunga-bunga itu sebagai cinta sejati adalah sebuah kebetulan, namun mereka tidak meragukan bahwa hadiah ini berasal dari rasa cinta sejati Koutarou. Mereka berdua merasa bahwa Koutarou betul-betul menghargai mereka, dan agak sedih karena cinta yang mereka rasakan bukanlah cinta yang romantis, namun mereka tetap senang menerima perasaan Koutarou itu.


Kembali ke Ilustrasi Jilid 11 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 2
  1. Di FT Inggris, kata aslinya "nincompoop", yang artinya sekelas dengan "bodoh, tolol"