Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 3 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Kartu dan Kumbang Langka[edit]

Part 1[edit]

Senin, 11 Agustus

Setelah betul-betul menikmati semangka, Koutarou, para penjajah, Harumi, Shizuka dan anggota klub cosplay bermain sampai sore.

Sewaktu mereka sampai ke penginapan, mereka semua sudah kelelahan.

Karena itu, Koutarou dan yang lainnya pergi ke pemandian air panas untuk menyegarkan badan.

"Ahhhh~ Rasanya kayak hidup lagi~"

Saat Koutarou masuk ke dalam kolam air panas, dia merasa rasa lelahnya hilang begitu saja.

Selain itu, kulitnya yang terjemur matahari terasa tersengat saat dia masuk ke dalam kolam air panas.

Tapi itu bukan rasa sakit yang tajam, melainkan salah satu faktor pemulihan.

"Kamarnya kecil, tapi pemandiannya besar juga..."

Pemandiannya dipisah antara untuk wanita dan pria.

Jadi, Koutarou masuk ke kolam air panas yang berbeda dengan para gadis dan karena tidak ada tamu yang lainnya, dia seakan-akan masuk ke dalam bak mandi yang sangat besar.

Karena keadaan sekitar Koutarou selalu berisik, kolam air panas yang besar dan tenang itu adalah hal yang dia butuhkan.

"Hari ini asyik juga...selain dari munculnya orang mesum itu, kita bermain lumayan lama juga.."

Koutarou mengingat kejadian hari ini.

Setelah mengusir para orang mesum(?), Koutarou dan yang lainnya, sejumlah 14 orang, bermain bersama.

Tidak hanya berenang, mereka bermain voli pantai dan memasak barbeque.

"Dan senpai bisa akrab dengan semuanya, bagus bagus"

Meskipun Harumi tidak ikut berenang karena badannya yang lemah, dia, Yurika, Ruth dan anggota klub cosplay, dalam kata lain orang-orang yang tidak terlalu bisa berolahraga, bermain di pantai.

Dan dia juga bergabung dengan Koutarou untuk bermain voli pantai meskipun hanya sebentar.

Yang penting adalah bersenang-senangnya...

Dan hal itulah yang membuat Koutarou paling senang.

Karena itulah, meskipun Harumi telah kembali ke villanya, Koutarou masih merasa senang.

"...!"

"...!?"

Suara para gadis dari kamar 106 bisa di dengar dari kolam wanita.

Meskipun suara itu terdengar lewat dinding dan Koutarou tidak bisa mendengarnya dengan jelas, mereka semua kelihatannya sedang membahas sesuatu.

"Fufufu, apa mereka lagi asyik bercanda ya?"

Biasanya, Koutarou akan marah dan berteriak kepada mereka untuk tidak membuat masalah bagi tamu yang lain, tapi tidak kali ini.

Dia bisa mendengar para gadis berbicara dengan tenang.

Mereka semua sudah bermain sepanjang hari dan sedang kelelahan.

"Kalian semua, jangan kelewatan ya..."

Dan saat Koutarou sedang menyelam di dalam kolam, dia pun mulai tidur.

Setelah Koutarou tertidur di kolam pria, sebuah topik spesial yang sedang dibahas dapat terdengar dari kolam wanita.

Di kolam wanita, hanya para gadis dari kamar 106 yang ada disana, selain itu, Koutarou yang selalu bersama mereka berada di kolam pria di sebelah mereka.

Karena itulah, topiknya berlanjut ke arah sesuatu yang biasanya tidak mereka bicarakan.

Topik pertama mereka adalah keluhan soal Koutarou.

Biasanya dia cepat tanggap, tidak menahan apapun, tapi sewaktu-waktu dia akan melakukan sesuatu yang benar-benar bodoh.

Karena tidak puas dengan itu, mereka semua sedang menceritakan pengalaman masa lalu mereka.

"...Itulah kenapa sebabnya. Sebenarnya, aku tidak terlalu ingin naik takhta. Selama aku bisa melindungi ibuku, aku tidak perlu menjadi kaisar"

Topik selanjutnya bercabang dari sana.

Karena perlawanan Koutarou yang tidak diduga-dua, invasi para gadis tidak berjalan sesuai yang diharapkan.

Sudah empat bulan sejak mereka datang ke kamar 106, maka dari itulah semuanya menjadi panik.

Tapi tidak ada yang mau menyerah, dan itu semua karena mereka punya alasan untuk tidak mundur.

Jadi pembicaraan mereka dengan alaminya mengarah ke topik itu.

"Tapi, untuk melindungi ibuku, yang menjadi kaisar saat ini, menjadi tuan puteri saja tidak cukup. Aku harus menunjukkan bahwa aku memang pantas menjadi kaisar, atau rakyat tidak akan setuju dengan tindakanku. Dari sana, aku hanya akan diserap oleh organisasi militer yang sudah sangat terstruktur"

Rokujouma V3 123.jpg

"Jadi, kamu mau menguasai kamar 106 bukan karena mau jadi kaisar, tapi buat melindungi ibumu?"

Anehnya, Sanae mendengarkan Theia dengan serius tanpa mengejeknya sekalipun.

"Itu benar. Jadi, aku pasti tidak akan mundur"

"Hmmm, jadi kamu sama sepertiku"

"Seperti dirimu?"

Dan Theia sendiri juga terlihat serius.

Dia tidak ingin bermain-main dengan tujuannya saat itu.

Dan saat badannya yang kecil berendam di dalam air, dia mengarahkan telinganya ke arah Sanae.

"Ya, sepertiku. Aku harus menunggu papa dan mamaku di kamar 106"

Sanae duduk di pinggir kolam air panas dan mulai berbicara sambil menendang-nendang ke arah kolam.

Tapi, karena dia adalah hantu, dia tidak bisa membuat airnya bergerak, kakinya mengayun seakan-akan tidak ada air disana.

"Papa dan mamaku pasti cemas kalau aku nggak ada disana pas mereka kembali, ya kan? Makanya, aku ngga boleh kalah. Tempat itu adalah rumahku"

"Begitu, jadi kamu melakukannya demi orang tuamu juga..Kalau begitu kamu tidak bisa menyerah"

Theia menunujukkan ekspresi yang tenang.

Ekspresi kasarnya yang biasa tidak terlihat saat itu.

Fakta bahwa Theia juga kelelahan mungkin adalah salah satu alasannya.

Karena itulah Sanae melupakan antipati yang mulai dia rasakan.

"K-Kalau begitu, aku juga nggak bisa menyerah!"

"Kamu?"

"Kamu cuma berbohong~"

Theia terkejut dan Sanae dengan cepat membantahnya.

"Aku nggak bohong! Aku juga punya alasan yang kuat!"

Yurika biasanya akan menyerah, tapi karena atmosfirnya yang serius, tingkahnya tidak berubah.

Dengan semangat, dia menggenggam handuk yang tadinya ia mainkan.

"Aku jadi tertarik. BIsakah kau ceritakan, Yurika?"

Tepat di sebelahnya, Kiriha tersenyum.

Dadanya yang terbebas dari gaya gravitasi terlihat lebih besar dari biasanya setelah dia masuk ke kolam air panas.

Dan saat Kiriha menyembunyikannya di balik handuk, ia menunjukkan ekspresi yang kalem.

"Y-Ya"

Yurika kebingungan karena ia mendapat dukungan yang tidak terduga.

Tapi, dia dengan cepat kembali sadar dan menjelaskan situasi yang dihadapinya.

"Sebenarnya, aku adalah gadis penyihir sebagai pengganti dari orang yang sudah menyelamatkan nyawaku"

"Menyelamatkan nyawamu.."

Shizuka, yang berada di depan Yurika, nampak terheran-heran.

Dia sedang menata rambutnya, jadi orang bisa salah mengira dirinya sebagai orang lain.

Dan rambutnya yang panjang bergoyang saat dia memiringkan kepalanya karena bingung.

Shizuka masih tidak yakin bagaimana seseorang bisa berhutang nyawa kepada seorang cosplayer.

"Ya. Saat aku dalam bahaya, orang itu menyelamatkanku. Tapi sebagai gantinya, dia terluka parah.."

Yurika menunduk dengan wajah sedih.

Dia merasa bertanggung jawab atas luka yang didapat orang itu.

"Jadi, apakah itu sebabnya kamu menjadi gadis penyihir sebagai pengganti orang itu?"

"Itu benar"

Yurika mengangguk.

"Itulah kenapa aku akan menjaga kedamaian di bumi. Aku akan merindukan keluargaku, tapi ini adalah sesuatu yang harus kulakukan"

"Apa maksudnya kamu akan merindukan keluargamu?"

"Kalau seorang gadis penyihir tinggal di rumah, mereka akan menyebabkan masalah bagi keluarga mereka. Itulah kenapa aku pergi sebelum keluargaku terkena masalah. Orang yang menolongku juga bertarung sendirian"

"Oh..itu tekad yang sangat hebat.."

Sebelum menyebabkan masalah dirumah sebagai seorang cosplayer, dia mencoba untuk menjadi mandiri...Dan dia mulai menjadi cosplayer untuk membalas kebaikan yang orang lakukan untuknya. Aku pikir dia tidak berguna, tapi kelihatannya dia punya nyali..

Bahkan Sanae yang selalu berkomentar secara negatif kepada Yurika pun mulai menunjukkan sedikit rasa hormatnya kepada Yurika.

"Begitu rupanya, alasan yang memang cocok dengan dirimu"

Theia merasakan hal yang sama, tapi dia dengan tenang menerima alasan dari Yurika.

Dan setelah mengangguk ke arah Yurika, Theia berbalik ke arah Kiriha.

"Jadi, untuk alasan apa kau naik ke permukaan, Kiriha?"

"Aku rasa aku sudah mengatakannya sebelumnya. Aku disini untuk mengambil kembali apa yang telah dicuri. Itu saja"

Theia tidak puas dengan jawaban Kiriha.

"Setelah menghabiskan beberapa ratus tahun di bawah tanah, pastinya ada suatu alasan kenapa kalian tiba-tiba berencana menjalankan invasi ke parmukaan tanah, benar? Kenapa kalian memilih saat ini untuk melakukannya?"

"Kejamnya..."

Kiriha tersenyum kecut dan dia menyerah untuk menyembunyikan alasannya setelah Theia melotot ke arahnya.

"...Saat para penduduk permukaan terus berkembang, kami, Orang Bumi, mulai kehilangan jumlah penduduk kami"

"Penduduk kalian?"

"Karena kagum dengan permukaan yang semakin modern, penduduk kami mulai melakukan emigrasi dan di saat yang sama, sumber daya di bawah tanah mulai habis. Saat kami menghitung turunnya laju populasi dan berkurangnya sumber daya yang ada, akan menjadi mustahil bagi kami untuk terus hidup di bawah tanah dalam beberapa generasi yang akan datang"

Dulunya, klan dari Kiriha mempunyai teknologi dan sains yang lebih maju dibandingkan para penduduk permukaan bumi.

Dan kebanyakan penduduk bawah tanah bangga dengan itu, jadi hampir tidak ada yang pergi ke permukaan.

Tapi, dengan penduduk permukaan mulai mengalami modernisasi dalam skala besar, kehidupan di bawah tanah mulai kehilangan daya tariknya.

Alasan terbesarnya adalah dari segi budaya, dimulai dari seni dan musik yang mulai berkembang dengan saat pesat.

Semakin banyak penduduk bawah tanah yang pergi ke permukaan dan tidak pernah kembali.

Dan dengan sumber daya yang semakin berkurang, emigrasi yang terjadi semakin cepat.

"Tapi, kami tidak bisa duduk diam menunggu kepunahan kami. Dan itulah kenapa aku memutuskan untuk pergi ke permukaan. Satu-satunya pilihan yang kami miliki adalah pergi ke permukaan, membuat markas dan berusaha untuk makmur kembali"

"Tapi, pemerintah di permukaan tidak akan membiarkan hal itu"

"Itu benar. Setelah dipaksa untuk hidup di bawah tanah oleh para penduduk permukaan, hal itu akan terdengar seperti alasan yang egois bagi kami"

"Aku nggak benar-benar mengerti, tapi kalau kamu tidak melakukan invasi, penduduk kalian akan kehilangan tempat tinggal?"

"Fufufu, secara garis besar, itu sudah benar"

Berlawanan dengan situasi serius saat itu, Kiriha justru tersenyum.

"Tapi, Kiriha-san, kamu kelihatannya menikmati saat-saat ini?"

"Meskipun klanku akan punah kalau terus begini, hal ini bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan hanya oleh generasiku. Kami tidak bisa menyerah apapun yang terjadi, tapi di sisi lain, kami tidak bisa melakukan semuanya secara paksa dan menyebabkan sesuatu yang tidak bisa diperbaiki. Karena jumlah penduduk kami yang sedikit, kami hanya punya satu kesempatan"

"Begitu rupanya. Jadi, invasi yang berjalan dengan pelan, hati-hati namun pasti dalam jangka waktu yang lama memang diperlukan. Aku asumsikan kalau dirimu sedang membuat pondasi untuk melakukan hal itu, benar?"

"Tepat sekai, Theia-dono"

Klan dari Kiriha adalah minoritas; ketakutan terbesar mereka adalah dicap sebagai teroris oleh para penduduk permukaan.

Kalau hal itu sampai terjadi, mereka akan mengalami hal yang sama yang dialami oleh kaum minoritas di berbagai belahan bumi yang lainnya.

Jadi, dalam beberapa generasi yang akan datang, jika mereka tidak berhasil membuat suatu markas di permukaan, nasib mereka akan berakhir.

Jadi, bagi Kiriha yang memimpin jalannya invasi, hal yang paling penting baginya adalah invasi yang terlihat biasa, aman namun pasti.

Kalau mereka bergantung kepada kekuatan, mereka tidak akan bisa menghindari kepunahan.

Dalam beberapa hal, situasinya mirip dengan Theia.

Kalau invasi yang dijalankan tidak mendapat dukungan dari penduduk, mereka tidak akan bertahan hidup.

"Begitu juga, memang benar kalau aku menikmati saat-saat ini sejak aku datang ke permukaan"

"Apakah ada sesuatu yang ingin kamu lakukan?"

Kiriha mengangguk saat Shizuka menanyakan hal itu.

"Aku sudah lama ingin naik roller coaster"

"Roller coaster!?"

Semuanya kaget mendengar hal itu.

"Sebenarnya, aku pernah pergi ke permukaan saat masih kecil dulu, tapi aku tidak bisa naik wahana itu karena terlalu pendek"

Kiriha mulai bernostalgia.

"Jadi itu sebabnya kamu ingin naik itu? Seleramu bagus juga untuk penduduk bawah tanah"

"Kalau kau mengatakan itu kepada ayahku, dia akan marah"

Saat Kiriha mengatakan hal itu, bahunya tertunduk lemas.

Keinginan untuk pergi ke permukaan adalah salah satu alasan dari berkurangnya penduduk klan Kiriha.

Itulah kenapa hal semacam anak perempuan dari kepala klan ingin naik roller coaster adalah hal yang menggelikan.

"Kalau dilihat dari luar, kelihatannya semua penjajah kamar 106 memiliki masalah keluarga"

Setelah terdiam selama itu, Ruth mendapat kesimpulan seperti itu dan Shizuka dengan cepat setuju.

"Ada benarnya juga...Lagipula, aku ingin merawat Rumah Corona yang ditinggalkan oleh orang tuaku kepadaku, dan Satomi-kun juga tinggal di kamar 106 karena dia nggak mau bikin masalah apapun dengan bapaknya. Jadi kami juga sama seperti yang lain"

Sebagai sebuah kebetulan yang misterius, semuanya terlahir dengan kondisi keluarga yang seperti itu, dan itulah kenapa mereka dapat mengerti satu sama lain.

Bahwa mereka sendiri atau yang lainnya tidak akan menyerah begitu saja.

Pertarungan mereka memperebutkan kamar 106 akan terus berjalan.

"Cukup bermasalah juga ya"

"Tidak masalah. Aku pasti akan menang nantinya"

"A-Aku juga nggak mau kalah!"

"Aku nggak mengerti kenapa Yurika belum kalah juga. Nggak peduli bagaimana aku melihatnya, dia nggak begitu hebat, tapi.."

"Itu jahat banget~!"

"N-Nah, Nijino-san, orang bilang keberuntungan itu juga suatu kemampuan loh"

"Jangan bilang seakan-akan aku masih bertahan hanya karena aku beruntung!"


Part 2[edit]

Suara-suara yang terdengar ceria dapat terdengar dari tempat mandi wanita.

Mereka semua adalah musuh, dan mereka masih akan bertarung, tapi anehnya mereka semua tersenyum.

Mungkin hal itu terjadi karena mereka tahu bahwa jauh di dalam lubuk hati mereka masing-masing, mereka adalah musuh sekaligus teman.

"...Ayo Hachi"

"Iya, Kakak"

Dan di saat itulah para pemburu hantu mencoba menjalankan rencana kedua mereka.

"Hm....? E-Eh? Apa?"

Koutarou terbangun dari tidurnya setelah dia mendengar keributan dari tempat mandi wanita.

"Tidaaaaaaaaaaaaaak, o-orang mesum! Tukang intip!"

"Dasar kalian manusia sialan! Beraninya kalian datang kesini untuk menodai tubuhku yang anggun!?"

"M-Mereka mau menyentuhnya!! Mereka mau meraba dadaku!!"

"Karama, Korama, lindungi Ruth! Ruth, kesini!"

"Bisakah kalian menghentikan ini!? Apa kalian tukang untit!?"

"Ahhhh, cukup sudah!! Pas kita lagi seru-serunya!"

Koutarou bisa mendengar suara keenam gadis itu.

Dan untuk suatu alasan mereka terdengar marah.

"Apa yang terjadi disana?"

Koutarou tidak tahu apa yang terjadi karena baru saja bangun.

"I-Ini cuma salah paham! Kami bukan mau mengintip! Kami tidak tertarik dengan tubuh normal kalian!"

"Itu benar! Kami hanya mau mengurung gadis kecil itu dan menyeruput yang manis-manis darinya!"

Suara yang terdengar akrab dari beberapa pria bisa di dengar dari sebelah.

Tapi, karena masih pusing, Koutarou tidak bisa mengenali pemilik suara itu.

"Arrggghh!!! S-Shizuka, b-bisakah aku menghancurkan mereka!? Aku tidak bisa memaafkan mereka setelah mengatakan hal itu kepadaku!!"

"Nggak apa-apa! Buat kali ini spesial! Melepaskan para kriminal itu memang salah!"

"Ksatria Biru!! Bawa keluar meriam sinar kepadatan tinggi!!"

"Karama, Korama, buatlah area penguatan energi!"

"Dimengerti Ho-! Ayo, Korama!"

"Sekarang waktunya untuk formasi paling hebat Ho-!"

"Waaaaaah, tamat sudah!!"

"Kakak! Kakaaaak!!"

"Matilah, dasar mesum!!"

Kilatan cahaya dapat terlihat dari tempat mandi wanita.

"Woah!?"

Tepat setelahnya, dua pria yang tebakar hangus melayang dari tempat mandi wanita dan mendarat tepat di depan Koutarou.

"Kalian yang dari pantai tadi..."

Saat dia mengelap air yang terciprat ke mukanya, Koutarou akhirnya mengingat para pria yang ada di hadapannya.

Mereka adalah orang-orang mesum yang mencoba menangkap Theia di pantai.

"...Kalian...meski tadi sudah dipukul babak belur..kalian berani juga, aku salut dengan itu.."

Koutarou tidak bisa tidak kagum dengan tekad mereka, meskipun dia harus mengesampingkan tujuan mereka.

"M-Mas, ada apa dengan para cewek yang bersama mas...?"

"Aku juga ada masalah dengan mereka sih"

"B-Begitu ya..."

Tapi itulah akhir dari keberanian mereka.

Setelah kembali dipukul habis-habisan oleh para gadis, mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Glub glub glub"

"Semoga kalian tenang di alam sana..."

Koutarou menyaksikan saat kedua pria itu tenggelam ke dasar kolam air panas.


Part 3[edit]

"Ya ampun, sudah larut begini rupanya"

Koutarou meninggalkan pemandian pria beberapa saat setelah para gadis meninggalkan pemandian wanita.

Karena dialah satu-satunya yang berada di pemandian pria, butuh waktu baginya untuk mengeluarkan para pemburu hantu dari dasar kolam air panas.

"Aku kembali"

Karena itulah seharusnya para gadis sudah berada di kamar sebelum dia datang.

Tapi setelah dia membuka pintu kamar, tidak ada suara yang terdengar. Anehnya, kamar itu sunyi.

"...Aneh, mereka seharusnya sudah disini sekarang"

Koutarou memiringkan kepalanya, melepas sandalnya dan masuk ke kamar.

"Selamat datang, Koutarou"

Kiriha adalah satu-satunya yang berada di kamar.

Lampunya mati dan kamar itu dalam keadaan gelap.

Saat itu, Kiriha disinari oleh cahaya redup yang datang lewat jendela.

Kiriha duduk disebelah kusen jendela dan memandang keluar.

Yukata yang dipakainya dan rambutnya yang hitam berkibar oleh angin yang datang lewat jendela.

DIa sedang melihat ke arah laut di malam hari.

Meskipun dia melihat ke arah laut di malam hari, yang dilihatnya bukanlah warna hitam.

Laut saat itu disinari oleh bintang dan sinar bulan.

Oh, jadi itu sebabnya lampunya mati...

Jika lampu kamar itu menyala, dia tidak akan bisa melihat permukaan air yang samar-samar.

Postur tubuh Kiriha yang sedang melihat laut anehnya terlihat lembut.

Dan dia terlihat lebih lembut lagi saat dia menunduk dan melihat ke arah tangannya.

Kiriha sedang memegang sebuah kartu yang tua dari sebuah permainan kartu yang sudah lama.

Meskipun kartu itu sebelumnya punya kilauan layaknya besi, waktu telah memakannya dan kartu itu hanya bisa memantulkan sedikit sinar bulan.

Di kartu itu terdapat sesuatu yang ditulis menggunakan spidol.

Dan saat Kiriha menyentuh tulisan itu, senyumnya bertambah cerah.

Dia pasti punya kenangan yang penting tentang kartu itu..

Raut wajah Kiriha, gerakan halus dari ujung jarinya dan tatapannya yang bersungguh-sungguh membuat Koutarou percaya bahwa Kiriha sedang mengenang sesuatu tentang kartu itu.

Koutarou sendiri juga memiliki beberapa barang yang memiliki kenangan penting baginya, jadi dia juga mengerti perasaan Kiriha.

Ada apa denganku? Hanya dengan melihatnya, aku merasa lega...

Koutarou sudah melihat senyuman Kiriha setiap harinya.

Kiriha pasti akan tersenyum dengan maksud tertentu kepada Koutarou.

Tapi, senyum yang Koutarou lihat saat ini berbeda dengan senyuman manapun yang sudah Kiriha tunjukkan kepadanya selama ini.

Anehnya, senyuman itu masuk ke dalam lubuk hati Koutarou yang paling dalam.

Dan untuk suatu alasan, Koutarou merasa lebih tenang di dekat Kiriha.

"Ada apa Koutarou? Kenapa kamu terdiam di sana?"

Kiriha memecah kesunyian saat itu.

Dia melihat ke arah Koutarou dan tersenyum.

Senyuman yang ia tunjukkan sama persis dengan senyuman yang ia tunjukkan sewaktu melihat kartu yang dipegangnya.

"Ah, e-em..."

Koutarou tidak bisa berkata begitu saja kalau dia sedang memandang ke arah Kiriha dengan penuh kagum dan segera mencari alasan.

Untungnya dia mendapat alasan mengenai apa yang sedang Kiriha pegang saat itu.

"Kamu kelihatannya menjaga kartu itu untuk waktu yang sangat lama, jadi aku penasaran saja"

"Ini tidak cocok denganku, betul bukan? Aku sadar akan hal itu, tapi aku tetap tidak bisa berpisah dengan ini"

Saat Kiriha mengatakan itu, dia menunduk sembari melihat kartu di tangannya dan tersenyum kecut.

Tapi Koutarou menggelengkan kepalanya.

"Kamu nggak harus berpisah dengan itu. Itu adalah sesuatu yang berharga bagimu, ya kan?"

"...Koutarou?"

Kiriha melihat Koutarou dengan curiga.

Dia kebingungan dengan kata-kata Koutarou saat itu.

"Ada apa, Kiriha-san?"

"Aku sempat berpikir kalau dirimu akan tertawa saat melihat aku yang memiliki sesuatu seperti ini. Itulah yang membuatku kaget"

"Tidak peduli siapapun dirimu, Kiriha-san, aku tidak punya niatan untuk menertawakan kenangan orang lain. Lagipula, aku juga punya barang seperti itu yang kusembunyikan"

Saat Koutarou sedang bercanda saat senyum Kiriha muncul kembali, senyuman misterius itulah yang muncul dan kembali masuk ke dalam lubuk hati Koutarou.

"...Terima kasih, Koutarou"

"Kamu nggak akan dapat apa-apa dari bilang 'terima kasih' kepadaku loh"

Saat Koutarou mengatakan itu untuk menyembunyikan rasa malunya, Kiriha menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa-apa. Aku sudah mendapat cukup banyak hal darimu"

"H-Hei..."

Koutarou menjadi kebingungan saat itu.

Ada yang berbeda dengan Kiriha di saat itu.

Bisa dibilang kalau Kiriha punya semangat murni yang bisa dilihat siapapun, atmosfir yang tampak disekitarnya terlihat berbeda.

Dan Koutarou menyukai hal itu.

Meskipun dia tahu kalau dia tidak bisa lengah disekitar Kiriha.

"Aku mendapat kartu ini dari orang yang aku cintai sudah dari lama sekali. Dan aku belum pernah menjumpainya lagi.."

"Apa kamu ingin melihatnya lagi?"

"Ya, aku ingin melihatnya lagi..Tapi aku tidak tahu apa yang akan kulakukan kalau kami bertemu.."

Biasanya Kiriha akan merencanakan sesuatu dan menggunakan kebohongan, tapi, menggunakan kenangannya sendiri sebagai senjata belum pernah dilakukannya.

Ini berarti bahwa inilah pertama kalinya Kiriha menunjukkan kepada Koutarou sedikit dari jati dirinya yang asli.

Kiriha menunjukkan rasa terima kasihnya kepada Koutarou karena tidak menertawakan kartu yang dipegangnya.

Apa dia mencoba menjebakku lagi? Nggak, kelihatannya nggak tapi...Nggak, nggak, kita bicara soal Kiriha-san. Aku nggak boleh lengah. Tapi, apa matanya terlihat seperti pembohong?

Tapi, Koutarou tidak mengerti apa yang Kiriha lakukan saat itu dan kebingungan dengan pengakuannnya yang mendadak.

"Ah, itu mereka! Koutarou, Kiriha, buruan ke sini!"

"Eh!?"


Koutarou kaget dengan kemunculan Sanae yang tiba-tiba, dan jantungnya seakan-akan berhenti berdetak.

Entah baik atau buruk, yang ada di kepala Koutarou saat itu adalah Kiriha.

"C-Cuma Sanae rupanya.."

"Kenapa, Koutarou? Wajahmu aneh. Menjijikkan"

"T-TInggalkan aku sendiri"

Aku sedang lengah rupanya, benar juga, karena pergi ke pantai, aku merasa sedikit terbuka..

Meskipun dia benar-benar kaget dengan kemunculan Sanae, hal itu membuat Koutarou kembali fokus.

"Kalau begitu, ada tenis meja di sebelah sana, jadi buruan datang! Kita lagi ngadain lomba!"

"Oh ho, boleh juga!"

Sanae dan yang lainnya belum kembali karena mereka menemukan tenis meja ditengah perjalanan kembali ke kamar.

Karena itulah, Kiriha yang sedang merenung kembali sendirian ke kamar.

"Ayo, Sanae!"

"Yap, yap, kapten!"

Setelah mendengar kata tenis meja, Koutarou yang menyukai olahraga dengan senangnya menyeret Sanae dengannya dan berlari keluar kamar.

Karena itu, Kiriha kembali menjadi satu-satunya orang di kamar itu.

"...Aneh, kenapa aku mengatakan itu semua kepada Koutarou...?"

Kiriha terkejut karena dia sadar sudah membuka sedikit jati dirinya yang asli kepada Koutarou.

Meskipun dia senang karena Koutarou tidak menertawakan kartu miliknya, dalam pertarungan memperebutkan kamar 106, membuka jati dirinya sendiri hanya akan menjadi kelemahan baginya.

Tapi, hal itu tidak membuatnya berhenti berbicara.

Kiriha merasa kalau dia ingin Koutarou tahu.

"Aneh juga, rasanya seperti situasi kami sedang terbalik.."

Kiriha pasti akan mencoba membaca pikiran Koutarou kapanpun dia bisa untuk bisa merebut kamar 106.

Tapi, hal yang terjadi justru sebaliknya.

"Seorang ahli strategis yang lebih hebat dari ahli strategis yang lain..Fufufufu"

Meskipun dia berkata seperti itu, Kiriha tidak menyesali keputusannya.


Part 4[edit]

Koutarou dan yang lainnya tidur setelah lewat tengah malam.

Biasanya, mereka akan begadang sedikit lebih lama, tapi saat itu semuanya sedang kelelahan setelah bermain sepanjang hari.

Selain itu, mereka masih punya dua hari lagi untuk bermain di pantai, jadi mereka memilih untuk tidur daripada memaksakan badan mereka.

Tapi, bagi tujuh orang untuk tidur bersama di kamar seluas enam tatami bukanlah hal yang mudah.

Bukan hanya masalah kurangnya ruangan, sempit dan panasnya kamar juga menjadi masalah.

Pada akhirnya, Sanae tidur di langit-langit, dan Yurika yang kalah dalam batu-gunting-kertas tidur di dalam sleeping bag, jadi untuk sementara masalahnya sudah terselesaikan.

Tapi, hal itu tidak mengatasi masalah panasnya kamar. Untungnya, karena dekat dengan laut, pada saat jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, suhu kamar akhirnya menjadi cocok untuk tidur.

Pada saat jam menunjukkan pukul 2 dini hari, semuanya sudah tertidur lelap.

Tapi masalah sebenarnya mengenai tidur baru saja akan dimulai.

"...Hm..H-Huh?"

Ruth adalah orang pertama yang memperhatikan apa yang berbeda.

Saat dia berusaha bergerak, badannya tidak bisa digerakkan.

Dia merasa ada sesuatu yang hangat yang membungkus seluruh badannya.

"Fuh...Fuh.."

Hembusan nafas yang tidak berasal dari Ruth menyentuh pipinya berulang kali.

Dan sebuah aroma sabun yang tidak dikenal oleh Ruth tercium olehnya.

Aku penasaran...apa ini...?

Ruth tidak tahu apa yang membungkus seluruh badannya.

Tapi saat hembusan nafas yang hangat menyentuh pipinya, Ruth menjadi lengah dan merasakan rasa bebas yang cukup aneh.

Dan Ruth mempercayakan dirinya kepada kehangatan yang kuat itu.

"Ini punyaku..."

Suara pria dapat terdengar dekat telinga Ruth.

Dan sesuatu yang membungkus tubuh Ruth mengencangkan bungkusannya dan Ruth malah merasa semakin aman.

Suara pria...

Tapi, setelah menyadarinya, Ruth dengan cepat bangun.

"A-Apa!?"

Hal pertama yang dilihat Ruth setelah bangun dari tidurnya adalah sosok seorang pria yang berada di atas badannya.

Orang-orang mesum yang ditemuinya di pantai dan pemandian air panas muncul di pikirannya dan Ruth mulai merasa tegang.

A-Aku sedang d-diserang lagi...!?

Ruth tidak bisa berkata apapun karena kaget dan takut.

Dia tidak bisa berteriak, dan dia tidak bisa berbuat apapun kecuali memandang wajah siapapun yang berada di depannya.

Saat itulah seberkas cahaya yang redup datang melalui jendela dan menyinari wajah orang itu.

Karena itulah, Ruth bisa mengenali orang itu.

"...Eh? S-Satomi-sama!?"

Wajah itu ternyata milik Koutarou.

Setelah Ruth berhasil mengenalnya, ketegangan Ruth menghilang seketika itu juga.

"Oh, rupanya dirimu, Satomi-sama...Tolong jangan kejutkan aku seperti itu...ya ampun.."

Ruth menghela nafas lega saat nafas milik Koutarou terasa di pipinya lagi.

Dan rasa aman yang sebelumnya dirasakan Ruth pun kembali.

Ruth terdiam sesaat menikmati saat-saat itu sampai akhirnya dia menyadari keadaan yang dialaminya.

"...Eh? Jadi ini Satomi-sama!?"

Setelah Ruth kembali menyadari hal itu, Ruth kembali merasa tegang.

DI saat yang sama, pikiran Ruth menjadi kosong, dan dia tidak bisa berpikir dengan jernih lagi.

"S-Satomi-sama me-menginkanku..menginginkan..ahhh!"

Ruth merasakan rasa takut yang sama dengan saat dia berhadapan dengan para orang mesum.

Dia merasakan rasa kaget dan malu yang luar biasa, yang bercampur dengan sedikit perasaan senang.

"A-A-A-Apa yang harus aku lakukan!? A-Aku belum siap! Satomi-sama, ini terlalu mendadak!!"

"Nggak akan kuserahkan ke siapapun juga..."

Saat kata-kata itu keluar dari mulut Koutaruo, kepanikan dan ketegangan Ruth semakin meningkat.

"F-Fuaaaaah!!"

Di saat itu, badan Ruth menjadi lemas seutuhnya.

"K-Kalau dirimu berkata seperti itu, aku...!!"

Situasi saat itu adalah situasi yang tidak bisa dihadapi oleh Ruth yang berasal dari keluarga bangsawan dan dibesarkan di dalam lingkungan yang hanya dipenuhi oleh perempuan.

Jika yang saat itu melakukan hal itu kepadanya adalah orang yang dibenci Ruth, mungkin dia akan baik-baik saja, tapi lain halnya jika Koutarou yang melakukannya.

Di saat itu, Koutaoru mendekatkan wajahnya dengan wajah Ruth, dan intuisi Ruth berkata bahwa Koutarou akan menciumnya.

Rokujouma V3 147.jpg

Dan Ruth kembali teringat saat dia membayangkan mencium punggung Koutarou di tenda undian.

"I-Ini...Kalau terus begini aku...akan..!"

Ini tidak apa-apa kan!? Aku memang diinginkan dan dipeluk saat ini, jadi aku tidak bisa kabur. Ini bukan khayalan dan keegoisanku semata, bukan!?

Ruth akhirnya menyerah, mengangkat wajahnya dan menutup matanya.

Syukurlah...Ternyata hanya kesalahpahamanku saja..Aku pikir dia tidak peduli saat aku sedang memakai baju renang...dia benar-benar melihatku layaknya wanita..

"Aku yang nemuin pohon ini duluan, Mackenzie. Kalau kamu mau dapat kumbang, cari pohon lain..."

Tapi sayangnya, Koutarou tidak melihat Ruth sebagai wanita, tapi sebagai pohon besar dengan banyak kumbang yang hinggap di pohon itu.

"Eh...?"

Di saat itu, pikiran Ruth kembali kosong.

"...Nggak akan aku kasih satu pun buat kamu..."

"D-Dia hanya bermimpi...?"

Ruth akhirnya mengerti sesuatu.

Koutarou tidur dengan posisi yang benar-benar buruk.

Dia akan selalu berguling-guling dalam tidurnya, sampai-sampai Ruth selalu menginjaknya setiap pagi.

Kali ini, Ruth kebetulan berada di jalur bergulingnya.

Koutarou hanya memeluk Ruth karena dia pikir Ruth adalah sebuah pohon.

"Aku menang tahun ini, Mackenzie..Guhehehehe.."

"Dia bukan menginginkanku, tapi kumbang...?"

Jantung Ruth yang berdetak kencanng, perasaannya yang ingin untuk diinginkan dan rasa percaya bahwa dia akan dicium hanya sebuah kesalahpahaman Ruth.

Kenyataan terlalu kejam untuk Ruth.

"T-Tidaaaaaaak! Ini tidak mungkiiin!"

Ruth mulai meronta-ronta untuk bisa lepas dari kenyataan yang kejam dan Koutarou.

Dia dengan susah payah mendorong dada Koutarou dan mulai berteriak.

"G-Gempa bumi...ini gawat..."

"Tidaaaaaaaaaaaaaaaak!!"

Koutarou salah mengira saat itu sebagai gempa bumi dan memeluk Ruth semakin erat.

Tapi Ruth tidak berhenti hanya karena hal itu dan Koutarou berguling kesana kemari selagi tetap memeluk Ruth.

"Kyaaa!"

"Gue"

"Kyaaaa, s-siapa yang menyentuh dadaku!?"

"A-Apa, apa yang terjadi!?"

Koutarou dengan semangatnya berguling bersama-sama Ruth.

Mereka melindas Yurika, menyentuh dada Shizuka, dan menginjak wajah Theia.

Yang aman dari kejadian itu hanya Kiriha yang sudah menyadari kekacauan itu sejak awal dan Sanae yang tidur di langit-langit.

"Ok, ayo Hachi!"

"Baik, Kakak!"

"Satomi-kun, dasar kamu mesum!!"

"Matilah!! Kau akan membayarnya dengan jiwamu!!"

"Satomi-sama, kau idiot!!"

Para pemburu hantu berniat untuk menyelinap masuk ke kamar saat semuanya sedang tertidur, tapi saat mereka mencoba masuk lewat jendela, mereka terkena peluru yang tersasar.

"...H-Hachi...a-apa yang, barusan terjadi?"

"S-Siapa tahu? Tapi kita tahu sesuatu, Kakak"

"Apa itu?"

"Kita harus nunggu sampai hantu itu sendirian.."

"I-Itu juga yang kupikirkan..kalau terus begini, kita bakal mati..."

Kedua orang itu terlempar ke dasar penginapan dan pingsan.

Dan dengan itu, usaha mereka yang ketiga berakhir dengan kegagalan.

"Apa yang kamu lakukan, Satomi-kun? Cobalah sadar. Kamu pikir ini jam berapa, ya ampun..."

"Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak punya alasan apapun. Aku benar-benar lupa dengan posisi tidurku yang jelek"

Saat itu sudah pukul 02:30 dini hari.

Di dalam kamar yang menyala itu, Koutarou sedang meminta maaf berulang kali kepada para gadis.

"Lagipula, mimpi macam apa yang bisa membuatmu berguling melewati penjuru kamar?"

"Yah, aku dan Mackenzie lagi berburu kumbang tepat saat ada gempa bumi. Aku pegangan di pohon dengan sekuat tenaga, tapi kelihatannya saat itulah aku mulai berguling-guling"

"Getarannya muncul gara-gara kamu berguling kesana kemari. Kamu memang benar-benar idiot...Lagipula, kamu seumur ini masih berburu kumbang?"

"Meski kamu bilang begitu, ada kumbang yang besar, lebih dari delapan senti. Sebagai pria jepang, aku ngga bisa--"

"Satomi-sama, cukup dengan kumbangnya! Aku merasa muak!"

"M-Maaf"

Semua gadis saat itu sedang marah, tapi Ruth yang berguling-guling dengan Koutarou yang paling marah saat itu.

Ruth yang sangat marah saat itu membuat sikap tenangnya yang biasanya nampak hanya bagaikan mimpi.

Yang tidak marah saat itu hanyalah Kiriha yang tidak terlibat dan Yurika yang pingsan.

"Hey, Primitif"

Di saat itu, Thiea menarik baju Koutarou dan berbisik kepadanya.

"Ada apa?"

"Apa yang kamu lakukan kepada Ruth? Amarahnya tidak normal. Apa kamu yakin yang kamu lakukan kepadanya hanya memeluknya dan berguling-guling?"

"Yah, kelihatannya sih itu saja, tapi.."

Tentu saja, Koutarou tidak tahu kenapa Ruth sangat marah.

Yang Koutaoru lakukan hanyalah berburu kumbang.

"Hmm. Ini aneh...Ini pertama kalinya Ruth semarah itu kepada orang lain selain aku"

"Ini gawat.."

"Saat Ruth seperti itu, lebih baik kamu membiarkannya sendiri. Butuh waktu satu minggu baginya untuk bisa tenang kembali"

"Yang Mulia! Satomi-sama! Apa yang sedang kalian bisikkan satu sama lain!?"

Mata Ruth saat itu terbakar dengan api kemarahan.

"B-Bukan apa-apa"

"B-Bukan apa-apa, bukan apa-apa kok"

Koutaoru dan Theia langsung mundur dan berhenti berbicara.

"...Jangan seret aku bersamamu"

"Jangan egois. Kamu yang mulai berbicara denganku duluan, kan?"

"Apakah kalian berdua mendengarkanku!?"

Sanae mengerti perasaan Koutarou dan yang lainnya lebih baik daripada orang lain.

"..."

Itu karena dialah yang paling dekat dengan Koutarou dan fakta bahwa dia adalah seorang hantu.

Sanae mengerti betul bagaimana perasaan Koutarou dan yang lain terhadap yang lainnya, lebih daripada orang lain.

Theia dan Ruth tertarik dengan Koutarou...Aku harus melakukan sesuatu dengan cepat atau Koutarou akan lebih cepat akrab dengan mereka daripada denganku..

"Ada apa, Sanae? Wajahmu lucu"

"K-Koutarou!?"

Pikiran Sanae terhenti karena Koutarou.

"Maaf, kamu marah juga kan?"

"A-Aku nggak benar-benar marah. Aku bukan korban kok"

"Benarkah? Terus kenapa wajahmu begitu?"

"Kenapa kamu peduli denganku!? Kita 'kan musuh!"

Kita 'kan musuh...

Sanae kaget dengan kata-katanya sendiri.

Koutarou dan Sanae memang musuh.

Pada akhirnya, satu dari mereka pasti akan pergi.

Kenyataany yang jelas itu membebani perasaan Sanae.

Dibandingkan dengan mereka, Koutarou dan Theia bukan benar-benar musuh.

Theia memang mengincar kamar 106, tapi pada akhirnya dia mencoba membuat Koutarou menjadi sekutunya.

Dia harus mengusi Koutarou.

Sanae tahu itu dari awal, tapi saat ini Sanae tidak bisa menerima kenyataan itu.

"Yah, betul sih kalau kita itu musuh. Persis seperti yang kamu bilang"

Koutarou menurunkan pundaknya dan percakapan pun terhenti.

'Betul sih kalau kita itu musuh'...

Kata-kata Koutarou menusuk perasaan Sanae.

Meskipun Sanae tahu balasan seperti apa yang akan Koutarou berikan.

Tetap saja, hal itu mengejutkan Sanae.

Aku...nggak bisa...Aku..mulai...gila...

Kenyataan yang dia sadari betul, dan rasa tidak enak yang semakin tumbuh hari demi harinya.

Menderita karena semua itu, senyuman polos di wajah Sanae menghilang.



Kembali ke Bab 2 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 4