Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 7.5 Bab 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Layous Fatra Veltlion[edit]

Beberapa hari telah berlalu setelah Koutarou dan yang lainnya mengalahkan Dextro dan pasukannya. Para penduduk desa berencana mengulang kembali festival panen. Karena mereka sempat diserang oleh penyakit dan juga pasukan ksatria, festival itu hampir dibatalkan, namun karena keinginan para penduduk desa, festival itu akhirnya berlanjut.

"Hei, Ksatria Biru!"

"Ya, Yang Mulia?"

"Bukan apa-apa. Tetaplah disana."

"Baik..."

"Jangan pergi berdua lagi hanya dengan kakakku saja."

"Saya tidak akan pergi, sungguh..."

Koutarou dan Charl sudah berjanji akan pergi bersama-sama mengunjungi festival panen. Charl rupanya memendam dendam karena Koutarou dan Alaia sempat pergi berdua saja sebelumnya.

"Charl-sama, kalau anda tidak bergegas berganti pakaian, anda tidak bisa pergi keluar."

"Aku tahu, aku tahu."

Charl tengah berganti pakaian dibalik sebuah sekat. Si pelayan, Mary, sedang membantunya berganti pakaian, dan mereka berdua sudah membuat keributan selama beberapa saat ini. Sementara itu, Koutarou sedang duduk di sebuah kursi dan menunggu Charl selesai berganti pakaian.

"Saya senang kau kembali ceria, Charl."

"Itu benar...untuk sesaat, saya tidak yakin apa yang akan terjadi..."

Alaia saat itu duduk di hadapan Koutarou, dengan Flair dan Fauna disebelahnya. Mereka berempat sedang duduk mengelilingi sebuah meja.

"Semua orang menjadi lebih sehat berkat Clan-chan yang bekerja semalam suntuk. Anda punya pelayan yang hebat, Layous-sama."

"Hahaha, saya akan memberitahu padanya kalau Fauna-san sudah memujinya."

Fauna memanggil Clan, 'Clan-chan', yang mana Clan tidak begitu menyukai panggilan itu dan sering mengeluhkan hal itu pada Koutarou.

"Layous-sama."

"Ya, ada apa?"

"Setelah semua peristiwa ini, ada sesuatu yang sudah saya putuskan", kata Alaia dengan senyum tipis dan pandangan yang serius.

"Saya akan meneruskan perjalanan saya ke wilayah Pardomshiha dan bertarung melawan Maxfern."

"Jadi, anda sudah membuat keputusan, rupanya."

Gitu toh, jadi itu kenapa matanya kelihatan serius...

Koutarou pun menyadari makna dibalik raut wajah Alaia saat itu setelah mendengar perkataannya.

"Ya. Untuk bisa menangkap saya, Maxfern tanpa pandang bulu meracuni sebuah desa. Saya tidak bisa membiarkan orang seperti itu menjadi seorang pemimpin", kata Alaia pada Koutarou sambil menatap lurus padanya dan menjelaskan keputusannya.

"Jadi, saya akan mengalahkan Maxfern, dan menjalankan tugas saya sebagai keluarga kekaisaran negeri ini."

"Tekad anda sungguh luar biasa."

Beberapa hari lalu, Alaia merasa tidak apa-apa menyerahkan negeri itu pada Maxfern selama dia bisa memimpin rakyat di dalamnya. Apa yang seharusnya menjadi pertimbangan yang paling utama bukanlah hukum maupun harga diri, melainkan penduduk yang ada.

Namun, Maxfern sudah memerintahkan sebuah serangan yang sembarangan terhadap para penduduk, dan itulah yang membantu Alaia mengambil sebuah keputusan. Penduduk yang seharusnya dilindungi, justru dilukai oleh Maxfern.

"Izinkan saya untuk terus membantu anda."

"Terima kasih, Layous-sama. Saya merasa seperti telah dibantu oleh berlaksa-laksa orang."

"Kenapa kau hanya berbicara dengan kakakku saja, Ksatria Biru!? Aku juga ingin ikut berbicara!"

"Ah, anda tidak bisa keluar dengan pakaian seperti itu, Charl-sama!"

Tepat di saat itulah Charl keluar dari balik sekat hanya memakai pakaian dalamnya saja.

"Layous-sama, permisi!!"

"A-apa!?"

"Kakak, mari kita angkat Ksatria Biru menjadi pengawal pribadi kita!"

Namun, sebelum Koutarou bisa melihat Charl, Mary menutup mata Koutarou dengan tangannya.


Saat dia mendengar suara yang riuh dari luar, Clan berhenti menggunakan alatnya.

"Suara apa itu?"

"Tunggu sebentar..."

Saat dia memperhatikan hal yang sama, Lidith, yang bertindak sebagai asisten bagi Clan selama beberapa hari ini, membuka jendela dan melihat keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi.

"Ah, kelihatannya Alaia-sama dan yang lainnya sedang berjalan-jalan keluar."

"Begitu rupanya."

Clan pun menghentian apa yang dikerjakannya dan mendekati jendela lalu mulai melihat-lihat keadaan bersama Lidith. Karena kamar mereka berada di lantai tiga, mereka bisa langsung tahu apa yang terjadi di jalan yang berada di bawah mereka. Di luar penginapan itu terdapat kerumunan yang mengelilingi Alaia, Koutarou dan yang lainnya yang pergi keluar untuk menikmati festival.

"Alaia-sama!"

"Ksatria Biru-sama! Terima kasih sudah menyelamatkan anak perempuanku!!"

"Tolong rebut negeri ini dari Maxfern!!"

Kerumunan itu meneriakkan ungkapan terima kasih dan dukungan mereka dengan kondisi badan yang terlihat sehat tanpa terliha sakit sedikitpun.

"Hhhh...mereka tidak sadar dengan kerja kerasku..."

Sambil melihat ke arah Koutarou yang membalas sorakan dari orang-orang itu sambil menggendong Charl di pundaknya, Clan tersenyum dengan senyuman lembut yang memiliki rasa pertemanan terhadap Koutarou.

Apa yang dilakukan Clan untuk menyembuhkan semua orang adalah menulis ulang gen mereka untuk menyembuhkan penyakit itu.

Koutarou tidak mengalami gejala apapun setelah terkena virus itu, dan Clan hanya mengalami demam ringan. Jadi, dengan membandingkan perbedaan genetis antara para pasien, Koutarou dan Clan, Clan bisa mendapatkan sebuah gen yang kebal terhadap penyakit itu.

Clan lalu menyuntikkan gen itu dengan virus yang menyebarkan penyakit itu dan membuat sebuah virus buatan. Dengan menyuntikkan virus itu kepada pasien yang mengalami gejala penyakit karena virus yang dimaksud, gen pasien itu akan dirubah menjadi gen yang kebal terhadap virus itu. Dengan melakukan itu, sebagian dari gen pasien itu diganti dengan gen milik Koutarou, dan mereka menjadi kebal.

Yang tersisa setelahnya adalah menyingkirkan virus buatan dari pasien itu dan menyuntikkannya kepada pasien yang lain. Karena virus yang asli dan virus buatan Clan saling melawan satu sama lain, tidak ada tanda-tanda bahwa virus itu tertinggal dalam pasien itu. Karena itulah, hampir semua pasien sudah sembuh pada hari itu.

Namun, di saat yang sama, hal yang dilakukan Clan memiliki resiko yang besar.

Masalah yang pertama adalah waktu. Menyembuhkan seluruh penduduk desa akan memakan waktu yang cukup lama. Kalau pasukan Maxfern menyerang pada saat itu, semuanya akan berakhir pada saat itu juga.

Ditambah, tidak ada jaminan kalau virus buatan itu akan menghasilkan efek yang diinginkan. Bisa jadi, efeknya berbeda pada tiap orang. Jadi, tidak ada cara untuk mengetahui tingkat keberhasilan cara itu sampai Clan mencobanya.

Terlebih lagi, wajar jika sebuah virus tiba-tiba bermutasi[1]. Beberapa generasi akan lahir seiring menyebarnya virus itu, yang berarti ada kemungkinan virus itu akan bermutasi. Dalam kemungkinan terburuk, bisa jadi sebuah penyakit baru akan muncul, yang berarti sebuah mimpi buruk yang baru akan lahir.

Itulah sebabnya mengapa Clan enggan menggunakan cara ini sebagai pilihan terakhir hingga saat-saat terakhir. Mencuri penawar racun dari Dextro akan lebih aman, menurutnya.

Pada akhirnya, mereka beruntung, dan apa yang ditakutkan oleh Clan tidak terjadi.

Pasukan Maxfern tidak menyerang desa itu. Mereka menunggu agar racun yang sudah tersebar itu hilang dengan sendirinya dan agar Alaia dan yang lainnya mati lebih dulu. Karena itulah, Clan memiliki cukup waktu untuk menangani virus itu, tapi mereka yang berada di desa itu tidak bisa merayakan itu. Pasukan Maxfern kemungkinan akan menggunakan jeda waktu itu untuk bersiap-siap dan menunggu Koutarou dan kelompoknya jauh di depan sana.

Virus buatan itu cocok terhadap semua pasien, dan dengan sukses menulis ulang gen mereka. Masih ada beberapa orang yang begitu lemas yang meninggal, tapi secara keseluruhan, penanganan dari Clan sukses besar.

Mutasi mendadak yang dikhawatirkan pun tidak terjadi, karena itulah bahaya terbesar yang paling dikhawatirkan oleh Clan. Jadi, saat semua pengobatan berakhir dengan selamat, Clan sampai lemas atas keberhasilan itu.

Setelah meniti di atas tali takdir yang begitu tipis, Clan begitu lelah secara mental dan tidak ingin melakukan taruhan yang berbahaya seperti itu lagi.

Karena akan sulit menjelaskan pengobatan seperti ini kepada para penduduk, Koutarou berkata kalau dia sudah mendapatkan obatnya dari Dextro. Akan lebih mudah untuk mengklaim bahwa obat yang tidak ada sebenarnya ada, daripada menjelaskan bahwa obat itu dibuat menggunakan teknologi yang aneh.

"Aku penasaran, seberapa keras aku sudah berusaha beberapa hari ini...", ujar Clan sambil meletakkan sikunya pada bingkai jendela dan memandangi pelosok desa sambil terus tersenyum. Dia sebenarnya tidak memikirkan bahwa kerja kerasnya tidaklah seburuk itu. Dia tahu kalau para prajurit Maxfern menunggu mereka diluar sana, tapi hari ini dia ingin menikmati kemenangannya.

"Bukankah ini bagus Clan-san? Kalau Tuan Veltlion menjadi terkenal, anda juga akan mendapat untung karena menjadi pelayannya."

"Pelayan...pelayan, ya..."

Clan lebih tidak suka disebut sebagai pelayan daripada musuh mereka yang masih ada.

"Kalau bukan karena saya, ini pasti akan menjadi bencana. Saya tidak bisa terima hanya dianggap sebagai peran pembantu."

"Nah, nah, Clan-san."

Lidith mengerti apa yang dirasakan Clan, dan dia pun tersenyum persis seperti Clan. Setelah membantu Clan selama beberapa hari ini sebagai asistennya, Lidith menjadi mengenal Clan lebih baik lagi.

"Mari kita rayakan nanti. Bagi saya, Clan-san adalah bintangnya hari ini", ujar Lidith yang berusaha menyemangati Clan. Namun, pada saat itu, Clan tidak bisa mendengarnya, karena wajahnya yang berubah menjadi pucat pasi dan mulutnya yang menganga.

Tunggu dulu!? Kalau bukan karena aku....!?

Clan pun kaget dengan kata-katanya sendiri, karena hal itu benar adanya.

Apa yang disembuhkannya adalah virus yang tidak bisa disembuhkan dengan sihir ataupun obat yang ada pada zaman ini. Kalau Ksatria Biru yang asli berada disini, apakah dia bisa menyembuhkannya?

Terlebih lagi, Clan punya kekebalan terhadap penyakit itu. Apa mungkin dia mendapat kekebalan itu setelah menulis ulang gen orang-orang yang ada pada zaman ini?

Dan kalau dia berasumsi jika kata-kata terkenal Ksatria Biru, 'Dari waktu yang tak berujung dan dari jarak yang tak terhitung' berasal dari orang lain, semuanya menjadi masuk akal.

"Begitu, jadi begitu rupanya!! Pantas saja aku tidak bisa menemukannya tidak peduli seberapa keras aku mencarinya!!" ujar Clan seraya memukulkan kedua tangannya ke bingkai jendela dan mendorong badannya naik. Semua pertanyaan yang ada di benaknya tiba-tiba terjawab bagaikan kepingan-kepingan puzzle yang menyatu dengan sendirinya dan mengarahkannya pada satu jawaban.

Kalau aku tidak ada disini, wabah ini tidak akan bisa disembuhkan! Hanya ada satu penjelasan mengapa aku punya kekebalan terhadap penyakit ini dan mengapa aku harus ada disini! Dalam legenda Ksatria Biru, aku pasti berada disini! Dan dia memang berasal dari 'waktu yang tak berujung dan jarak yang tak terhitung', yang berarti...

"Pria itu, Veltlion, adalah Ksatria Biru yang sebenarnya!!"

Identitas asli pahlawan legendaris Forthorthe, Layous Fatra Veltlion, adalah seorang pemuda yang terlihat konyol yang berasal dari planet Bumi.


Kembali ke Bab 5 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Kata Penutup
  1. Perubahan yang terjadi pada tingkat DNA/RNA, yang bisa menyebabkan munculnya perubahan-perubahan pada makhluk hidup dimana mutasi itu terjadi