Saenai Heroine no Sodatekata (Indonesia):Jilid 2 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ah, tapi kalau terjadi event kebetulan bertemu itu masih rute bersama kah ?[edit]

"Kalau begitu, maaf mengganggu"

"Maaf, berantakan......"

Meski aku mengajak kak Utaha masuk sambil membuka pintu, tapi bukan wanita yang lebih tua yang datang menjengukku itu yang kulihat baik-baik, tapi isi kamarku yang seharusnya tidak ada orang lain.

"Hee, lebih rapi dari dugaanku ya. Mengabaikan tingkat otaku barang yang ada"

"Eeh, yaa......"

Memang, kamarku sudah rapi. Terutama dari beberapa saat lalu.

Walau di atas meja tersisa tumpukan buah-buahan yang separuh dimakan, piring dan gelas sudah benar-benar berkurang satu persatu.

Naskah di atas meja tulis dengan rapinya dibereskan, ada aroma deodoran entah untuk memastikan.

Noda hijau di karpet masih apa adanya, kalau itu ya mau bagaimana lagi.

Ya, tidak ada yang terlewat, Eriri.


'Sebentar Tomoya ! Bawalah Utaha Kasumigaoka ke luar ! 10 menit cukup !'

'Bagaimana caranya ?'

'Karena tidak ada minuman ayo ke toserba, kau harus pakai alasan yang pas !'

'Be, begitu ya......lalu, kenapa aku yang harus melakukan itu ?'

'Sudah jelas kan ?! Supaya aku bisa pulang pada kesempatan itu !'

'Be, begitu ya......lalu, kenapa kau sebenci itu ditemukan oleh kak Utaha ?'

'Soalnya orang itu kalau melihatku pasti akan merendahkanku dengan gaya sok tahunya seperti biasa ! Matanya yang menampakkan 'Aku tahu segalanya lho Sawamura' itu menjengkelkan sekali !'

'Menyusahkannya hubungan kalian......'


Yah, tapi percakapan itu terjadi sekitar sepuluh menit lalu.

Setelah itu aku mengikuti rencana Eriri, membawa kak Utaha dari jalan masuk belanja di toserba setempat sekalian menarik undian[1], dan pulang ke rumah dengan sedikit santai.

"Ah, buah-buahan ini, walau hanya sisa silakan dinikmati"

"Sebanyak ini......ada yang datang menjengukmu ?"

"......aku membelinya sendiri kalau-kalau hal seperti ini terjadi"

Ngomong-ngomong, aku lupa mengatakan satu hal penting.

Sangat disayangkan, hadiahnya F.


※ ※ ※


"Oh, enaknya melon ini. Terasa borjuis"

"......Lalu, kenapa bisa tahu aku masuk angin ?"

Entah masih tidak bisa membuang kecurigaan akan sesuatu kah, kak Utaha sambil mencomot buah-buahan, mengatakan hal sugestif yang aneh.

"Aku menerima email dari Katou, tengah hari"

"Begitu ya......"

Tentu karena Katou, yang dalam artian seperti jaringan klub, menyebarkan informasi ini dengan sangat datar.

Dengan kata lain, seharusnya yang menyampaikan informasi tentang aku sakit pada Eriri juga......apanya yang bukan menjenguk.

"Walau Katou juga sepertinya bingung ingin menjenguk atau tidak, kalau semua orang pergi juga hanya akan melelahkan yang sakit jadi tidak usah kataku"

"......haa, gitu ~"

Sambil minum es kopi, kak Utaha dengan enteng mencurahkan hal yang penting.

Ngomong-ngomong, gelas yang digunakan kak Utaha, sayang sekali adalah barang pasaran yang sangat normal.

Meski kucoba menggunakan mug karakter 'Koisuru Metronome' yang dengan susah payah kuajukan untuk hadiah pembaca majalah dan entah bagaimana kudapatkan, yang paling aneh sang pengarangnya sendiri dengan sopan menolaknya.

Mau bagaimana lagi, sekarang gelas itu diabadikan di atas meja jadi vas dihiasi bunga yang dibawa kak Utaha saat menjenguk.

Tidak, makanya sekarang informasi tidak berguna itu tidak masalah......

"......tidak puas ?"

"Tidak, bukan apa-apa"

Ya, bukan apa-apa......hanya sedikit tidak puas tahu ?

Maksudku, meski orang-orang yang disebarinya informasi muncul semuanya seperti ini, tidak ada reaksi apa-apa dari orangnya sendiri sebagai penyebar utama terpenting.

Nah, bagaimana pun juga yang meninggalkan janji itu aku, yang memaksa mengajak juga aku, yang salah curiga pada lelaki kerabat juga aku, pertama-tama, yang melibatkannya dalam klub yang aneh juga aku.

......eh, kalau dipikir seperti itu, ia benar-benar baik berhubungan denganku ya. Seperti orang suci yang memberikan telinga kirinya dan dinodai obrolan otaku ketika telinga kanannya dinodai komentar pelecehan seksual.

"Nah, soal itu, sebaiknya kalian saling menebusnya kan, pada kencan berikutnya"

"Ia juga menulis itu di email !?"

Astaga......sampai menyebarkan kencanitu juga kah Katou......

Mungkin setelah ini, orang yang jadi benar-benar menyukainya, perasaan hati yang serius itu, juga akan disebarkan pada semuanya dengan artian seperti jaringan klub kah ?

Jangan-jangan gadis bernama Megumi Katou itu, meski gampangan, tidak, justru karena gampangan jadi bisa dikatakan orang yang sulit didekati dan tak masuk akal......

"............jelaslah, tidak mungkin kan menulisnya di email, Katou itu"

"Iya kan ~ !"

Kecurigaanku yang semakin menjadi-jadi itu, dihapus habis kak Utaha dengan sepatah kata.

Biarpun begitu, kenapa meski mengatakan sepatah kata itu ada time lag ?

Mengapa sambil melihat wajahku menaikkan sedikit ujung mulut ?

Walau segitunya mengusikku......tapi ya, mungkin menyenangkan, sungguh.

"Kudengar secara langsung, ketika ada sedikit keperluan dan kutelepon"

"Lalu dengan mudah Katou membicarakannya ?"

"Yah, tentu dengan mudah......setelah diberi pertanyaan yang mengarahkan"

"Menakutkan !?"

"Tidak apa-apa. Karena aku benar-benar memerhatikan perasaan pendengar. Tentu bahkan orangnya sendiri tidak sadar telah membongkarnya lho ?"

"Sangat menakutkan !?"

Sang Uta yang terjatuh atau Utaha Kasumigaoka, hari ini pun kira-kira sama hitamnya dengan rambut panjangnya.


"Bagaimana pun juga, meski hari ini pertama kalinya kucoba bicara macam-macam dengan Katou, tapi sangat menyenangkan ya"

"Pertama-tama, kurasa masalahnya adalah meski tiap minggu melaksanakan meeting, kak Utaha dan Eriri sama sekali tidak ngobrol dengan Katou"

"Soalnya anak itu kesayangannya Rinri kan ? Itu artinya dorongan atau paksaan produser, maksudku menimbulkan kesan untouchable pasti mereka kekasih ya, dari sisi produksi siapapun tidak bisa ikut campur"

"Selain sama sekali tidak begitu, kalian tidak menganggapku setinggi itu, juga sangat ikut campur bukan !"

Yah, terlepas ocehan sembarangan kak Utaha, seandainya game yang kubuat sukses besar lewat doujin, lalu sejajar dengan produsen besar, kemudian dikembangkan besar-besaran dan jadi anime, kurasa aku harus berhati-hati untuk benar-benar tidak mengatakan ini, yep.

"Yah, terlepas dari itu, terus, bicara soal apa ?"

"Kalau soal apa, obrolan gadis-gadis normal ?"

"Aku hampir tidak bisa membayangkan obrolan gadis normalnya kak Utaha"

"Pertama-tama pokoknya obrolan soal anak laki-laki"

"Walau aku punya firasat buruk, standar ya"

"Apa yang kau rasakan terhadap Rinri ?"

"Teman. Teman yang sangat-sangat datar"

Aku yakin dengan prediksi jawaban ini.

Biar dipanasi kak Utaha sejauh apa pun, Katou tidak ada elemen menjawab selain itu.

Secara fakta, secara kepribadian, kemudian, secara kesadaran orang itu juga.

"Pernah pergi sampai sejauh mana ?"

"Tempat terjauh kota Wago"

Untuk menebus yang berikutnya, mungkin sampai tempat yang sedikit lebih jauh lagi.

"Nah, setelah ini dan itu kami jadi sangat keasyikan dan lupa waktu"

"Tidak terasa satu pun elemen yang mengasyikkan sampai sekarang......"

"Kemudian inti pembicaraan mendekati soal pengalaman pertamaku dan Rinri......benar, waktu itu menyakitkan"

"Tidak ada ! Tidak ada pengalaman pertama ! Sama sekali tidak melakukan hal yang menyakitkan !"

"Tidak apa-apa, soalnya yang sakit adalah hati"

"Itu juga bermasalah ! Hentikanlah rumor bodong......tidak, rumor bohong semacam itu !"

"Bukannya tidak ada kenyataan seperti itu ? Katou benar percaya itu tahu ?"

"Tidak, yang memercayai semakin bermasalah ! Ampun......"

Kak Utaha racun mematikan dan Katou yang transparan tanpa warna......

Mungkinkah kedua orang ini, kalau dicampurkan jadi senjata pembunuh terkuat yang tidak disadari siapa pun ?

"Nah, setelah ini itu, adalah waktu yang sangat bermakna"

"Makanya di mana maknanya obrolan tadi......"

"Kurasa aku sedikit mendekati pembentukan heroine bernama Megumi Katou"

"Eh......"

Ketika aku terkejut dan memandang kembali kak Utaha, tanpa disadari cahaya yang berada di matanya berubah.

"Kepribadian, perkataan & perbuatan, ucapan khas, minat, makanan favorit, warna favorit......"

Beda dari sinisme yang dipenuhi racun halus dingin biasanya, sedikit panas, sedikit serius, sedikit seperti malu-malu......

"Ulang tahun, golongan darah, tiga ukuran......macam-macam informasi yang bisa kuambil darinya"

"Anu, untuk pertama bisakah memberitahuku tiga ukuranyang terakhir saja ?"

"Sekarang tolong dengarkan cerita orang"

"Baik......"

Oleh karena itu, biar kucoba bertindak bodoh supaya tidak kelihatan malu seperti ini pun, tidak dibiarkan kabur seperti itu.

"Dengan ini, secara umum data personal yang penting untuk pembuatan karakter sudah lengkap kan"

Hal itu, adalah mata pencipta ketika ia benar-benar melakukan aktivitas produksi.

"Tentu seperti yang dikatakan Rinri, tak bisa kutolak kalau satu satu datanya tidak banyak keistimewaannya dan tipis"

Cahaya mata yang sedikit malu-malu, saat kebetulan bertemu sebagai pengarang dengan karir belum berpengalaman yang tidak terbiasa dengan fans pada perkataan, perbuatan serta pandanganku yang terang-terangan sebagai fans menyakitkan.

"Tetapi, kalau mengonsentrasikan satu satu itu, sedikit dideformasi, menggeser porosnya dengan halus, kurasa bisa diangkat sebagai karakter dalam cerita"

Biar selalu berlagak sebagai penyindir yang tenang pun, pada akhirnya kalau kedoknya sebagai pengarang dibongkar, sifat alami penderita chuunibyou menyakitkan sedang tertidur.

Pada bagian rencana menuangkan khayalan sendiri yang melimpah ke dalam karya, tak perlu memberikan pandangan seperti kritikus segala.

"Itu......"

Dengan kata lain, saat ini......

"Ya, ayo segera memulai kerja"

"Kak Utaha...... !"

Bagi gadis itu, waktunya telah tiba.

"Pertama dari membuat plot skenario dan pembuatan karakter main heroinenya......bagaimana ?"

"Te, terima kasih kak ! Ini kunjungan yang terbaik !"

Sungguh, bagiku yang sekarang tidak ada hadiah yang lebih dari ini.

Pokoknya beda dari orang yang menggambar naskah doujin lain di depan mataku, biar membawa persik kalengan atau melon pun. Atau membawa citro* soda untuk semakin mengganggu, jangan bercanda.

"Tidak usah segitunya berterima kasih. Hanya saja, karena akhirnya pekerjaan bisnis selesai, aku ingin membereskannya segera"

"Ya, dapat diandalkan ! Memang kak Utaha apa pun yang dikatakan adalah orang baik"

Begitulah, meski kulupa berapa banyak caciannya menyayat hati baru-baru ini, orang bernama Utaha Kasumigaoka itu, pada dasarnya kakak kelas yang sangat penolong dan baik hati.

"Bukan begitu, cuma perbedaan antara teman dan lawanku sedikit tajam"

"Ya, ya, kayak pimpinan Yakuza !"

"Kau dikeluarkan"

"Bos !?"


※ ※ ※


Lalu, setelah itu pembicaraan pun bersemi, soal pergerakan sekitar light novel baru-baru ini, hinaan editor, pertarungan dengan bagian editor dan penjualan soal jumlah cetakan edisi pertama karya baru, terus berlanjut tanpa henti.

Eh, tapi apa ia pikir tidak apa-apa membicarakan yang terakhir pada aku yang orang biasa ini ?

"Nah, nampaknya aku terlalu lama berada di rumah orang sakit, sudah waktunya"

"Begitu kah......"

Terlepas dari itu, belum 30 menit kak Utaha sudah siap meninggalkan tempat duduknya.

Ketegasan sekitar ini juga, pada dasarnya berbeda dengan seseorang yang sama sekali tidak ada niatan pulang dan tinggal terlalu lama dengan santai tanpa memikirkan orang.

Benar-benar, meski bedanya hanya satu tahun, kenapa bisa sedewasa ini ?

......tentu itu termasuk juga kejahatannya, kecurangannya, dan kekeraskepalaannya saat menjadi musuh.

"Latar dan plotnya, untuk sementara tenggat waktu pertamanya akhir minggu depan, bagaimana ?"

"Cukup. Terima kasih walau sibuk, kak......"

"Ya, tidak apa-apa......karena aku pun lumayan senang. Bersatu lagi dengan Rinri......"

"Tidak ada bersatu. Pertama-tama apanya yang lagi ? Hentikan seenaknya memalsukan masa lalu seperti hubungan yang dalam begitu"

"Itu contoh kecil kan"

"Kalau dicontohkan oleh pengarang aktif yang kaya emosi akan mudah melahirkan berbagai kesalahpahaman !"

Meski aku selamat karena tidak sebegitunya memengaruhi Katou, sepertinya kalau dengan yang lain akan jadi bahaya tandanya semakin menjadi-jadi.

"Tapi yang senang itu sungguh lho ? Bisa berhubungan lagi denganmu. Tapi kurasa ia pun sama"

"Er, tapi aku sama sekali tidak ada niat untuk berpisah dengan kak Utaha"

Yah, terlepas dari Eririia.

Eh, pertama-tama kalau merasa menyenangkan berhubungan denganku, seharusnya segera bergabung ke klub. Tidak mencari kesalahan pada proposal tidak berguna itu.

Karena kalau menambah sepatah kata yang tak perlu ceritanya akan jadi ribet lagi kuputuskan diam di sini.

"......Yah, kalau perasaan dari sisi pengguna, hal itu mungkin saja"

"......apa artinya ?"

Tapi kak Utaha tidak menelan sepatah katanya yang tidak perlu seperti aku......

Soal apa itu ?

Apa kakak punya semacam rasa gelisah ?

Itu pun, rasanya gelisah yang mencekik hingga tidak bisa diam !

"Hei Rinri......tidak, Tomoya, ingatlah ?"

"Kakak......?"

Entah membaca rasa gelisah dalam lubuk hatiku itu atau tidak, kak Utaha berdiri di hadapanku, menatapku tepat di mata.

"Apa pun akan kulakukan untukmu kan ?"

"Eh, eeeh......"

Lalu, mengutarakan kalimat berbahaya seperti rayuan.

Itu pun dari jarak dekat hingga menarik nafas.

"......yah, itu juga kalau ada kelebihan waktu, uang, dan emosi"

"Tiba-tiba jadi normal !?"

Kegelisahanku itu dapat disapu bersih oleh sepatah kata kak Utaha lagi.

Oleh karena itu, kenapa meski hanya menambah sepatah kata ada time lag yang sepanjang itu......

"Toh kalau ada waktu luang, aku tidak segan-segan bekerja sama kan ? Seperti sampai sekarang"

Lalu, mengalihkan pandangan ke sisi kananku sedikit, melepaskan senyuman yang hanya sedikit tipis, seperti sangat kejam.

Akibatnya, kak Utaha mengembuskan nafasnya di telinga kananku lagi.

Ini menggelitik perasaan yang tak tertahankan lagi. Ah sudahlah.

"Maaf......tapi yang bisa kulakukan hanya memberikan jari kelingkingku"

"Kau tidak perlu meneruskan material itu lagi"

"Ah, begitu ?"

Dengan perasaan seperti itu, kak Utaha sudah kembali ke aslinya.

"Kalau begitu"

"Ah, akan kuantar sampai pintu masuk......"

"Tidak usah, orang sakit tidur saja dengan tenang"

Setelah kak Utaha membelakangiku seolah tidak ada apa-apa, ia dengan cepat keluar dari kamar.

Walau aku sampai memikirkan apa-apaan tingkahnya yang menghasut tadi......yah, tingkah orang ini bukan yang pertama kalinya.

"Ah, lalu......kau juga seharusnya menyembunyikan sepeda dulu"

"Sepeda ?"

"Sudah ya"

"Ya......"

Lalu, sampai seakhir-akhirnya, sembari meninggalkan ucapan perpisahan yang seperti memberi pertanda, kak Utaha menutup pintu kamar.

Selanjutnya, bergema suara yang perlahan menuruni tangga, suara menutup pintu masuk di depan.

Saat kubuka gorden di jendela, wujud kak Utaha dari belakang di pintu masuk, dengan cepat ditelan kegelapan.

Tanpa disadari, di luar telah sepenuhnya menjadi gelap.

".........Fuuh"

Kembali sendirian di kamar, aku yang seperti kehabisan tenaga menarik nafas perlahan-lahan.

Meski kukira seharian akan bosan karena hanya terbaring masuk angin dari pagi, dari siang ada berbagai orang yang datang dan melakukan berbagai hal.

Hal yang menjengkelkan, hal yang disyukuri, hal yang mengkhawatirkan, kemudian, hal yang menyenangkan......

Terutama kenyataan bahwa rencanaku semakin mulai berjalan, meningkatkan semangatku yang seharusnya sakit, panasnya pun nampaknya sedikit naik lagi.

Akibatnya kepalaku mulai agak pusing, tapi untungnya sekarang tidak ada orang aku berbaring di tempat tidur.

Sudah, tidur saja. Lalu ubah istirahat menjadi tenaga untuk esok.

Saat awal minggu, akhirnya produksi game sungguh-sungguh dimulai.

Mulai sekarang, tidak ada waktu luang karena kalah dengan penyakit.

Ah, sekalian aku harus berhadapan dengan 'masalah Mal Rokutenba'......


'Srrt'


"......?"

Ketika tanganku meraih saklar lampu, dan ketetapan hati mulai minggu depan dalam dadaku......

'Srrrrrrrt'

"A......"

Dari dalam kamar, bergema suara besar yang aneh yang bukan pena, AC, atau jangkrik.

'Krrk, krrrrrrk'

Apalagi suara aneh itu berubah suara dan nyaringnya, tetapi, hanya arahnya yang tidak berubah, terdengar dari sisi barat kamar.

Tapi, di arah itu, tidak ada kamar di sampingnya......

'Dukk'

"A......"

Hanya saja, pintu lemari......

'~~~!?'

"......Kau tidak apa-apa ?"

Hanya ada pintu lemari yang tidak bisa dibuka dengan mudah dari dalam, dipenuhi dengan dakimakura.

'Bukbukbuk ! Bukbukbukdukkrrktoktok!'

"......Aku mengerti jadi jangan hancurkan kamarku"

Dengan kata lain, karena tidak ada cara lain selain membukanya dari luar, sembari menahan kepalaku yang semakin pusing, aku meraih pintu itu, menariknya dengan seluruh tenaga.

Lalu......

"Adududududududu......h"

"Tidak puas ya kalau tidak membenturkan kepala tiap kali datang ke kamarku......?"

Aku juga menarik keluar gadis berambut pirang yang memeluk semacam dakimakura dengan kedua tangannya.

"Haah~ Sedikit lebih lama dan aku akan pingsan karena panas"

"Kau tidak pulang......?"

Lebih basah oleh keringat daripada aku yang sakit, bahkan wajahnya merah......tentu dalam berbagai arti lagi panas-panasnya.

"Wa, wanita itu......benar-benar menjengkelkan......apanyaa yang 'apa pun akan kulakukan untukmu' !"

Ah, jadi begitu, tingkah kak Utaha yang menghasut tadi......sindiran ya.

Tidak, tentu rasanya selain itu juga ada macam-macam yang tersirat. 'Terasa borjuis', 'Semua orang pergi juga', lalu 'Kau juga seharusnya menyembunyikan sepeda dulu'......

Telepatikah kedua orang ini......berkali-kali aku meragukannya, tapi apa mereka benar-benar bertengkar ?

Biarpun begitu......

"Pokoknya, padahal aku susah-susah membuat waktu supaya kau melarikan diri, kenapa malah tidak pulang ?"

"A~h, itu, aku kelewatan timingnya ketika sedang membereskan gelas"

"......sungguh ?"

"Di......di mana alasanku untuk berbohong ?"

"............"

"............"

Aku tidak begitu yakin tidak ada alasannya, atau alasannya tidak masuk di akal.

"Haah, sudahlah, pulang sana"

Tapi, sekarang sudah cukup. Aku kelelahan.

"Tak perlu kau katakan"

Sambil menyebarkan gerutunya yaitu ungkapan kasar yang luar biasa cocoknya untuk kemarahan yang klise ke sekitar, Eriri mau keluar ruangan dengan derap langkah yang bergema.

"Ah, lalu !"

"Masih ada ya......"

"Aku juga akan mulai desain karakter dari awal minggu......sepertinya entah bagaimana naskah doujinnya bisa selesai esok"

"Gitu ya"

"Eh, apa-apaan tingkah tidak pedulian begitu !? Padahal saat Utaha Kasumigaoka bilang melakukannya kau segitu senangnya !"

"......tidak, aku sangat tertolong. Senangnya ~ Wah ini kunjungan yang terbaik~"

"Makanya kenapa cuma pas giliranku ditambah akhiran yang tidak tertarik ?!"

"Anu, yaah......"

Soalnya kalau orang ini, alasannya terlalu jelas......

"Sudah kukatakan dari awal niatku begitu kan ? Bukannya dipancing wanita itu atau melawannya, bukan yang seperti itu"

"Ah~ begitu"

Nah, tidak salah lagi dipancing dan melawannya sekuat tenaga kan.

"......tidak percaya ?"

"Yang mana pun aku tertolong. Terima kasih. Aku mengharapkannya"

"......cih"

"Jadi, sampai jumpa minggu depan ya"

"Hmph !"

Entah ucapan terima kasih yang seperti tulus di akhir itu efektif (aslinya sih memang benar-benar berterima kasih), akhirnya marahnya sedikit reda, kali ini Eriri keluar kamar dengan langkah cepat.

Kemudian saat pergi, menarik kenop pintu dengan sekuat tenaga......

"Tunggu, letakkan itu"

"Cih"

Dakimakura yang dikepitnya di tangan terjepit jadi pintu tidak tertutup.

Orang ini, memancing barang yang paling premium dalam lemari......


Catatan[edit]