Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid15 Bab 7

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 7 – Wujud Raja Naga Sebenarnya[edit]

Bagian 1[edit]

Di bawah matahari terbenam, Gugusan Pegunungan Kelbreth Mountain diselimuti oleh cahaya senja.


Setelah melihat reaksi yang mengkhawatirkan di tangan kirinya, Kamito segera menghentikan tur udara Dragondola, lantas dia menunggangi roh naga Leonora untuk kembali ke Istana.

Lalu—


"Restia telah menghilang?"


Ketika kembali ke kastil, dia mendengar laporan dari para pelayan wanita di istana, lantas Kamito pun tercengang.


"K-Kami sangat menyesal! Kami tidak pernah berpikir ini akan terjadi—"


Para pelayan wanita istana menundukkan kepalanya sambil gemetaran. Kabarnya, salah satu dari mereka telah menemukan ruang dalam keadaan kosong ketika hendak memeriksa Restia.


Saat ini, mereka telah mengerahkan semua orang untuk mencari di seluruh sudut istana, tapi belum ada tanda-tanda keberadaannya.


(Restia...)


Kamito menatap tangan kiri yang terbungkus sarung tangan kulit. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, nyeri terbakar adalah tanda-tanda bahwa sesuatu pasti telah terjadi padanya.


Rasa sakit ini sudah lenyap, tapi tidak ada jaminan bahwa Restia aman dan selamat. Sebaliknya, mungkin dia dalam bahaya sekarang.


(...Apa yang terjadi? Apa yang terjadi dengan Restia?)


"Ada kemungkinan dia tersesat di istana. Bagaimanapun juga, istana ini sangat besar."


Leonora berkata dengan suara gugup. Berbeda dengan ketika mereka berdua saja, wajahnya kembali serius seperti seorang prajurit.


"Knight of Dragon Emperor dan aku akan mencari di luar benteng dari udara."


"Ya terima kasih—"


Setelah Kamito mengangguk, Leonora menunjuk beberapa bawahan untuk keluar bersamanya.


"K-Kami akan terus mencari di dalam istana!!"


Para pelayan wanita istana membungkuk lagi, lantas meninggalkan ruangan.


"..."


Kamito sekali lagi memeriksa di dalam ruangan.


Ruangan itu tidak terlalu berantakan.


Tentu, akan lebih baik jika dia hanya tersesat di dalam kastil, tapi—


(...Apakah seseorang telah menculiknya?)


Kemudian, kekhawatiran muncul di dalam pikirannya.


Sacred Spirit Knights dari Kerajaan Suci diam-diam mencoba untuk menangkap Restia di Ragna Ys dan di Hutan Laurenfrost.


Meskipun tempat tersebut berada di bawah kendali Raja Naga yang bermusuhan terhadap Kerajaan Suci, dengan mempertimbangkan contoh di Ordesia, tidaklah mengejutkan meskipun satu atau dua mata-mata telah menyusup. Dan juga, Restia saat ini hanyalah seorang gadis biasa yang bahkan tidak dapat melindungi dirinya sendiri, dan bukanlah roh kegelapan yang kuat.


(Akan tetapi, ada sesuatu yang aneh...)


Karena merasakan kejanggalan saat ini, Kamito pun memiringkan kepalanya untuk berpikir.


Menurut para pelayan wanita istana, tidak ada seorangpun di istana yang melihat tanda-tanda keberadaan Restia.


Tak peduli apakah dia keluar karena kemauannya sendiri, ataukah diculik oleh seseorang, menghilang dari dalam istana dimana ada begitu banyak saksi mata—apakah itu hal yang mungkin?


Para pelayan wanita istana mengatakan mereka telah mengerahkan semua orang untuk mencarinya.


Kemungkinan besar, setiap kamar di istana ini telah diperiksa.


(Jika ini tidak cukup untuk menemukannya, maka berarti—)


Pada saat itu, Kamito tiba-tiba menyadari sesuatu.


Ada satu tempat di dalam istana yang tidak akan diselidiki oleh para pelayan wanita istana itu.


Itu adalah tempat suci dan tidak bisa diganggu gugat. Sehingga, tidak ada seorang pun diizinkan untuk melangkahkan kaki ke sana—


(Tidak mungkin...!)


Kenapa dia tidak langsung menyadarinya?


Harusnya dia menyadari ini sejak awal.


"Sial—!"


Sembari memegang Demon Slayer, Kamito bergegas keluar dari kamar Restia.


Bagian 2[edit]

Di depan koridor menuju ruang tahta, Kamito dihentikan oleh penjaga istana.


"Mohon biarkan aku lewat—"


"Tidak, bahkan tamu tidak boleh lewat tanpa ijin."


Penjaga bersenjata melotot Kamito dengan penuh tanda tanya.


Ya, ada penjaga di ruangan ini. Harusnya, Restia tidak akan bisa memasukinya sendirian.


Namun—


"Bolehkah aku bertanya, apakah kalian pernah melihat seorang gadis mengenakan pakaian pelayan datang ke sini? Dia bersama denganku—"


"Tidak, kami tidak pernah melihat orang seperti itu."


"Sungguh..."


Dia bisa melihat bahwa tidak ada yang mencurigakan pada sikap si penjaga.


...Dia benar-benar tidak melihat apa-apa.


(...Benar, Bagaimanapun juga, ini hanyalah spekulasiku. Aku pun mungkin salah.)


Jikalau dia salah menebak, ini mungkin akan menyebabkan Dracunia menarik bantuan mereka.


Namun, sewaktu di Sekolah Instruksional, Kamito pernah menyaksikan Restia melakukan hal yang sama berkali-kali pada orang-orang biasa. Dan jika mempertimbangkan tentang roh kelas mistis yang jauh lebih kuat daripada Restia, yang memiliki kekuatan legendaris hanya kedua setelah para Elemental Lord—


Harusnya tidak mungkin memanggil Restia dari jarak jauh dalam tidurnya, kemudian memanipulasi memori para saksi mata—


Dia harus membicarakan hal ini dengan Claire dan cewek-cewek lainnya terlebih dahulu, tapi waktu adalah hal yang paling utama dalam situasi macam ini. Bagaimanapun juga, dia tidak tau apa yang akan dilakukan untuk Restia.


"Maaf, silahkan tidur siang sementara—"


"Apa?"


Penjaga di depannya mengerutkan kening dengan heran.


Pada saat itu, Kamito menghantam armor penjaga dengan kepalan tangan yang diselimuti kekuatan suci. Karena tidak bersiap, penjaga pun pingsan di tempat.


Ini adalah skill pembunuhan dari Sekolah Instruksional. Itu cukup efektif kecuali lawannya adalah Elementalist.


"A-Apa yang kau lakukan—Uwah!"


Sebelum para pengawal lainnya bisa menyelesaikan omongan, Kamito bergerak dengan cepat, lantas dia membuat yang lainnya pingsan.


Dengan begitu, dia berlari menyusuri koridor menuju ruang tahta.


Berikutnya, dia tiba di pintu raksasa pada ujung koridor—


Kamito menghunuskan Demon Slayer, dan berniat untuk mendobrak pintu.


Namun, ketika dia hendak mengayunkan pedangnya ...


"...Apa!?"


Gruuk... Dengan suara seperti gempa bumi, pintu terbuka ke dalam.


Seolah-olah mengundang Kamito untuk masuk ke dalam—


(...Gerakanku sedang diawasi.)


Kamito bergumam dalam benaknya, kemudian melangkah ke dalam, sembari memegang Demon Slayer.


Begitu memasuki ruang tahta, pintu di belakangnya perlahan tertutup.


(Oke, biarkan aku melihat apakah apa yang akan keluar, apakah iblis, ataukan naga—)


Dengan menggunakan cahaya pedang suci itu, Kamito langsung masuk ke dalam kegelapan.


Pada saat itu, dia melihat suatu jenis wujud raksasa bergerak dengan gelisah di depannya.


Kamito mengangkat pedang suci untuk menerangi apa yang ada di hadapannya.


Hanya untuk melihat—


"—Restia!"


Kamito hanya bisa berteriak ketika melihat sosok itu.


Apa yang telah dilihat oleh mata-kepalanya adalah—


Dia terjerat oleh tanaman merambat dari pohon yang aneh, dan Restia pun tak sadarkan diri.


Terlihat ekspresi damai di wajahnya seolah-olah dia tertidur dengan begitu nyenyak.


"...Raja Naga, apa yang telah kau lakukan pada Restia!?"


Kamito berteriak. Pada saat itu...


Cahaya bersinar turun dari langit-langit, sehingga memproyeksikan bayangan raksasa Raja Naga pada tirai.


'Waktu yang tepat, Oh manusia yang telah mewarisi kekuatan Ren Ashdoll'


Dengan geraman bagaikan gemuruh, bayangan Raja Naga mulai bergerak—


Tirai yang menyembunyikan wujud yang sebenarnya perlahan-lahan terbuka.


"...Apa!?"


Kamito langsung kehabisan berkata-kata, dan hanya tertegun di tempat.


Bagian 3[edit]

Sementara itu...


"Meskipun dia meninggalkan istana, dia seharusnya tidak pergi terlalu jauh—"


Sembari menunggangi roh naga berwarna hitam pekat, Leonora bergumam sambil melihat ke bawah.


Istana itu dikelilingi oleh tebing yang landai. Seseorang yang meninggalkan tempat ini harus melintasi jembatan bebatuan yang menghubungkan ngarai dalam.


Para penjaga yang ditempatkan di jembatan tak mungkin luput melihat seorang gadis yang hendak melewatinya.


(...Ngomong-ngomong, siapakah dia sebenarnya?)


Dia tidak tampak seperti gadis pada umumnya—Leonora penasaran.


—faktanya, Knights of the Dragon Emperor yang dipimpin oleh Leonora telah diserang ketika Blade Dance oleh Nepenthes Lore yang didampingi Restia, tetapi karena saat itu Restia menyembunyikan keberadaannya, maka Leonora tidak pernah melihatnya.


(...P-Pastinya, dia adalah salah satu selir kesayangan Kamito, kan...?)


Tiba-tiba, Leonora mengingat apa yang telah terjadi di Dragondola sebelumnya, kemudian wajahnya pun merona tanpa sadar.


(...M-Mungkin aku tadi terlalu memaksanya.)


Dia menghela napas.


Meskipun dia menanggung malu karena menaiki Dragondola yang tidak senonoh itu—


Ketika dia mengumpulkan keberanian untuk menyerang, Kamito tampak benar-benar ketakutan.


Benar saja, meminta mengandung bayi secara tiba-tiba adalah suatu tindakan yang tidak pantas. Tidak, tunggu dulu, sebelum itu.... sepertinya seorang gadis yang memakan 7 steak di hadapan Kamito adalah tindakan yang lebih tidak layak. Awalnya dia ingin menunjukkan betapa sedikit porsi makannya—


...Mungkin Kamito sudah membencinya. Tidak, harusnya dia bukanlah tipe pria macam itu, mungkin dia hanya menjaga sedikit jarak—


Pikirannya dipenuhi dengan penyesalan.


"... Mengapa aku begitu gelisah ketika memikirkannya?"


Semakin dia berpikir tentang Kamito, maka semakin sulit baginya untuk berpikir jernih.


Dia awalnya berpikir bahwa itu adalah keinginan naluriah Darah Naga untuk mendapatkan benih yang kuat, sehingga dia pun termakan oleh nafsu—


(Tapi sebenarnya, sedikit berbeda dari itu, kan?)


...Benar-benar bingung, pikirannya terganggu oleh perasaan tidak nyaman.


(...S-Sekarang, aku harus berkonsentrasi untuk menemukan pelayan Kamito!)


Sembari menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran-pikiran yang tidak perlu, Leonora kembali menatap tanah.


—Pada Saat itu.


Naga hitam pekat yang dia tunggangi mengerang untuk memberikan peringatan.


"...? Nidhogg, ada apa?"


Leonora menyipitkan mata karena terkejut.


Dia melihat sosok mungil di sebelah jembatan batu yang menghubungkan tebing.


"—bukankah itu—!?"


Bagian 4[edit]

(... A-Apa yang terjadi?)


Ketika melihat penampilan yang begitu berbeda dari dugaannya—


Kamito berdiri disana membeku dengan mulut menganga.


Yang terungkapkan dibalik tirai Raja Naga itu adalah—


Seorang gadis cantik, terjerat oleh cabang-cabang pohon yang menggeliat.


Mata berwarna merah tua dengan pesona yang menggoda. Rambut panjang bersinar redup dan berwarnakan lapis lazuli. Kulit yang bahkan lebih putih daripada mutiara. Lengan ramping dan kaki sehalus boneka.


Seorang gadis dengan kecantikan bagaikan berasal dari dunia lain—Kamito sebisa mungkin ingin mendeskripsikan kecantikan makhluk itu, tapi sudah jelas bahwa dia bukanlah manusia.


Di sisi kepalanya ada dua tanduk yang indah.


Dikelilingi oleh cabang yang menggeliat, gadis telanjang bulat itu menunduk dengan santai pada Kamito.


Saat melihat tubuh telanjang yang indah yang tersajikan di depannya, Kamito sontak mengalihkan pandangannya—


Namun, dia bahkan lupa untuk bernapas, dia benar-benar terpesona oleh pemandangan itu.


Seakan-akan kecantikan wanita itu tidaklah berujung.


"Ada apa? Kenapa bengong seperti itu—"


Suara manis terdengar dari bibir gadis itu.


"...S-Siapa kau—"


Kamito akhirnya berbicara.


"Aku adalah raja Dracunia. Roh Naga— Bahamut."


Gadis itu perlahan-lahan memperkenalkan dirinya.


"Apa—"


Kamito langsung kehilangan kata-kata.


Ditakuti oleh semua bangsa di benua itu, dia lah roh naga terkuat— Roh Naga Bagamut.


Dia tak pernah berpikir bahwa penampilan sesungguhnya Bahamut adalah gadis yang begitu cantik, begitu lembut, dan begitu lemah—


Untuk sesaat, Kamito bahkan melupakan kemarahannya atas penculikan Restia, dia pun masih kesusahan mengatakan sesuatu.


"Fufu, jika kau terus menatap begitu, aku akan malu."


"... Oh, eh, maaf...!"


Menyadari dia menatap seorang gadis telanjang bulat, Kamito pun memalingkan tatapannya dan wajahnya memerah padam.


"Merasalah terhormat. Areishia adalah satu-satunya manusia yang pernah melihat penampilanku ini. Dan kau adalah manusia kedua sepanjang sejarah."


Sembari mengatakan itu, gadis itu menggunakan tanaman merambat untuk menutupi auratnya sambil tersenyum nakal.


"A-Apakah... kau benar-benar Raja Naga...?"


STnBD V15 151.jpg


Kamito yang kebingungan pun bertanya.


Memang, adalah suatu hal yang umum jika roh tingkat tinggi mengenakan wujud manusia—


Est, Restia dan Iseria, Elemental Lord Air, semuanya tampak seperti gadis muda.


Dalam hal ini, apakah sosok bayangan raksasa misterius yang Kamito dan kawan-kawan lihat, sesungguhnya adalah seorang gadis muda telanjang yang terjerat ranting-ranting pohon?


(...Tunggu, kenapa aku memikirkan hal seperti ini sekarang?)


Sesaat kemudian, kesadaran Kamito kembali.


"Apa yang kau rencanakan pada Restia!?"


Dia bersiap menggenggam Demon Slayer dengan kedua tangan.


Apapun jawabannya, dia siap untuk melawan, bahkan jika dia harus berhadapan dengan sang Raja Naga.


Namun, gadis yang duduk di atas tahta itu tidak menunjukkan emosi apapun


"Aku hanya berniat untuk mengembalikan ingatannya sebagai Restia Ashdoll."


Itulah jawabannya.


"Mengembalikan ingatan Restia?"


"Ya. Betapa tidak masuk akal jika kau memilih menghunuskan pedangmu, bukannya menunjukkan rasa terimakasih."


"Kenapa kau melakukan ini? Apa tujuanmu dengan memulihkan ingatannya?"


Kamito terus mengajukan pertanyaan. dia juga berharap bahwa ingatan Restia bisa dipulihkan, namun tampaknya wanita ini mempunyai semacam tujuan tersembunyi.


"Aku tidak punya niatan tertentu. Hanya saja aku berkewajiban untuk menjaganya. Ini adalah tugasku sebagai bawahan yang terpercaya dari Tuan tertentu."


"...Tuan tertentu?"


Kamito sedikit memiringkan kepalanya—


Dia ingat apa yang dikatakan Rubia di kapal.


"Maksudmu Ren Ashdoll... 'kan?"


"Tepat, pencipta roh kegelapan Restia Ashdoll—"


Raja Naga, yang tampak seperti seorang gadis, mengarahkan tatapan penuh kebajikan pada Restia yang sedang tertidur di antara pepohonan.


Roh Naga Bahamut yang kuat telah bertarung sebagai bawahan terpercaya Ren Ashdoll untuk melawan tentara Lima Elemental Lord Agung. Meskipun menderita kekalahan dalam perang dan Ren Ashdoll pun mati, apakah dia masih berniat untuk mengungkapkan kesetiaannya kepada Restia yang masih tertinggal?


Kamito tidak tau apakah dia berbicara dengan jujur dari lubuk hatinya, tapi—


"Kau tidak akan membahayakan Restia, kan?"


Kamito bertanya untuk berjaga-jaga.


"Itu sudah pasti. Dan juga, harusnya sudah sejak lama aku berniat melakukannya."


"...Itu benar."


Gumam Kamito.


"Sekarang, kau sudah paham, aku harap kau bisa menyingkirkan pedangmu itu. Meskipun dia telah kehilangan kekuatan aslinya, bagi roh yang mengalami era Perang Roh, dia mengalami trauma pada faksi manapun tanpa terkecuali."


"... Oh, tentu, aku paham."


Kamito dengan perlahan menurunkan Demon Slayer.


Terminus Est, roh pedang terkuat, rupanya ditakuti bahkan oleh Raja Naga itu sendiri.


"Namun, roh sepertimu harusnya dapat menghancurkanku dalam sekejap mata, kan?"


Kamito berbicara dengan ragu-ragu bercampur takut.


Bagaimanapun juga, yang berdiri di hadapannya adalah Raja Naga yang merupakan makhluk terkuat kedua setelah para Elemental Lord. Melenyapkan Kamito dalam hitungan detik bukanlah hal sulit baginya.


Namun—


"Sayangnya, itu tidak benar."


Raja Naga menggeleng pelan.


"...Hah?"


"Aku bisa tidak meninggalkan kastil ini, dan aku juga tidak mampu mengerahkan kekuatan penuhku ketika berada di luar kastil. Aku benar-benar tak berdaya—"


"Kau tidak bisa meninggalkan kastil?"


Kamito bertanya dengan heran. Memang, sudah terkenal bahwa Raja Naga Dracunia tidak pernah muncul di konferensi dan upacara tingkat kenegaraan manapun...


Mendengar itu, Raja Naga tersenyum dengan lesu—


"Ya, itu semua karena kutukan hina ini, yang diberikan oleh Elemental Lord Tanah."


Dia sedikit menggerakkan tubuhnya dalam tanaman yang merambat.


Seketika, tanaman merambat menggeliat untuk menahan lengan dan kaki gadis itu.


"...!?"


"Ini adalah kutukan Elemental Lord Tanah. Aku tidak diijinkan keluar batas negara Dracunia, sehingga aku tidak bisa meninggalkan tempat ini ataupun kembali ke Astral Zero—"


"Tidak mungkin..."


Karena tidak dapat memikirkan kata-kata, Kamito pun langsung terdiam.


Seandainya kutukan ini diberikan pada saat Perang Roh, maka—


Gadis ini telah menghabiskan beberapa ribu tahun sendirian di tempat semacam ini.


Itu adalah kesepian yang tak terbayangkan oleh Kamito, tidak peduli apapun alasannya, dan hidupnya pun terbatas pada tempat ini—


Pada saat itu, sebuah ide tiba-tiba terpikirkan oleh Kamito.


"Oh benar juga, mungkin aku bisa menggunakan kekuatan Est untuk melepas kutukan itu—"


"Gadis suci yang datang ke sini seribu tahun yang lalu juga telah melakukan hal yang sama."


Raja Naga menggeleng.


"Sacred Maiden Areishia?"


"Ya... Namun, dia gagal. Kutukan itu terlalu kuat dan merusak kesehatan tubuhnya yang merupakan kontraktor roh pedang—"


"I-Itukah yang terjadi...?"


Kamito hanya bisa menundukkan kepalanya dan mengertakkan gigi. Sacred Maiden Areishia telah melepas kutukan yang terakumulasi pada Est, sehingga menyebabkan dia berubah menjadi batu setelah mengalahkan Raja Iblis.


"Fufu, nggak perlu memasang wajah seperti itu. Waktu selama ribuan tahun bukanlah hal yang berarti bagi roh. Lagipula, kehidupan mengawasi manusia agaknya cukup menarik bagiku."


Raja Naga mengangkat bahu, lantas menatap Restia.


"Hari ini benar-benar hari yang sangat baik. aku akhirnya bisa bertemu dengan salah satu Tuanku yang tersisa—"


Sembari dibuai oleh tanaman dan cabang-cabang yang merambat, Restia tertidur dengan ekspresi damai di wajahnya.


"Restia masih Restia yang dulu, kan?"


"Apa maksudmu?"


"... Uh, apakah saat ini dia masihlah roh?"


Tanya Kamito.


Kamito menilai dari sudut pandangnya, bukan dari wujudnya yang bertransformasi menjadi sosok manusia—


Seakan-akan, Restia telah dilahirkan kembali sepenuhnya sebagai gadis manusia.


"...Yahh..."


Setelah mendengar itu, Raja Naga pun sedikit mendesah—


"Memang, dari penampilannya sekarang, mungkin dia bisa dianggap sebagai manusia seperti kalian semua."


"..."


"Namun, bagaimanapun juga itu hanyalah tubuh pinjaman. Dia telah kehilangan sifat-sifat sebagai roh karena dia sudah dipisahkan dari tubuh yang sebenarnya di Astral Zero. Setelah dia memulihkan ingatannya dan membangun kembali hubungan dengan Astral Zero, harusnya dia bisa mengembalikan kekuatan rohnya."


"Sungguh...?"


Kamito menatap tangan kiri yang terbungkus sarung tangan kulit. Dengan begitu, meskipun segel roh telah lenyap, apakah kontrak roh yang dibuat oleh Kamito masih terjalin?


"Bisakah ingatannya dikembalikan?"


"Aku akan mencoba semua hal yang kubisa. Ini adalah hal terakhir yang mampu aku lakukan karena kesetiaan kepada tuanku."


Raja Naga mengangguk pelan.


Kamito memegang tangan Restia dengan lembut.


...Saat ini, hanya ini yang bisa dilakukan oleh Kamito.


Sembari mengawasi tindakan Kamito, Raja Naga terkekeh dan tersenyum dengan lembut.


"—Kau benar-benar mencintai roh terkontrakmu, ya?"


"... Apa!? Uhuk, uhuk..."


Kamito tersedak sehingga dia terbatuk.


"Astaga, aku hanya bercanda. Betapa lucu melihatmu memerah seperti itu—


Raja Naga tertawa gembira.


"A-Ayolah—, kau..."


Namun, Kamito tidak bisa memaksa dirinya untuk marah pada gadis berwajah menggemaskan itu, dia hanya tersenyum polos...


Apakah makhluk yang dihadapannya itu benar-benar Raja Naga menakutkan dengan suara yang menggelegar?


"Lalu bagaimana dengan Leonora?"


"...K-Kenapa kau membahas tentang gadis itu!?"


Karena terkejut lagi oleh pertanyaan yang tak terduga, Kamito pun terguncang.


Bagaimanapun juga, dia baru saja melakukan 'hal' seperti itu dengan gadis tersebut. Kamito hanya bisa mengingat sensasi dada besarnya yang menempel pada tubuhnya, sehingga wajah pria itu langsung memanas.


"Serius, dia sudah berusaha dengan sangat keras, sedangkan dirimu juga merupakan Casanova."


"...Jangan bilang, kau melihat apa yang terjadi tadi!?"


Kamito hanya bisa berteriak padanya dengan putus asa.


"Ya, aku meminjam mata naga terbang yang membawa Dragondola."


"Gah..."


Itu kemungkinan besar merupakan sihir pengindraan jauh dengan berbagi penglihatan pada seekor naga. Meskipun dia tidak bisa melangkahkan kaki keluar kastil, roh naga kelas mistis masihlah tidak bisa dianggap enteng.


"Dia cukup canggung, sehingga dia bahkan tidak bisa membedakan perasaan sendiri dengan jelas."


Raja Naga berbicara dengan senyum kecut.


"Mengapa kau tidak memilih Leonora? Dia berasal dari keluarga baik-baik, kepribadiannya juga baik, jadi dia adalah gadis yang pantas untukmu. Dan dadanya juga besar... Ah, atau mungkin kau lebih suka yang kecil?"


Seuntai ranting pohon anggur telah terjulurkan kepadanya tanpa diketahui, kemudian mencolek Kamito dari samping.


...Meskipun tumbuhan itu adalah bentuk kutukan, sepertinya dia bisa mengendalikannya sampai batas tertentu.


"L-Leonora adalah gadis yang sangat menarik, tentu saja, tapi... Tunggu, aku sama sekali tidak punya niat seperti itu."


Kamito menjawab dengan wajah agak muram.


"Kalau begitu, yang manakah dari keempat gadis itu yang ingin kau nikahi?"


"M-Menikah...?"


Raja Naga tersenyum nakal.


"Sebagai raja Dracunia, aku ingin merekomendasikan Leonora, tapi jika aku harus memilih di antara mereka, putri Ordesia juga tidak buruk. Dia terlihat cukup terampil. Jika perlu, kau dapat menjadi kaisar Sah Ordesia yang baru—"


"H-hentikan omong kosong ini!"


"Gadis dengan rambut kuncir kuda itu juga memiliki dada yang cukup besar. Aku memprediksi bahwa dia bisa menjadi tipe cewek yang lebih loyal dan setia daripada gadis manapun setelah dia jatuh cinta pada seorang pria. Sedangkan gadis yang tampak jahat itu sedikit tidak jujur pada perasaannya sendiri, tapi dia benar-benar memiliki sisi yang manis. Oh, dan gadis pirang itu tidaklah baik. Meskipun dia memiliki keanggunan, dia bersekongkol dengan musuh bebuyutanku, Elemental Lord Air—"


(D-Dasar roh naga sialan...!)


Kamito mencengkeram kepalanya dalam batin.


Gawat, kalau begini terus, dia akan terjebak dalam permainannya ...


"Ahhh, sangatlah menarik, wahai kau manusia—"


Setelah mengatakan banyak hal, dia tersenyum dengan puas.


Lalu dia memasang ekspresi serius lagi—


"Hei, kau pikir kenapa roh sepertiku bisa memerintah negeri ini sebagai raja?"


"...?"


Memang, tidak ada contoh kasus lain tentang roh yang bisa memerintah negara di dunia manusia. Roh biasa tidak akan berminat untuk mencampuri urusan alam manusia.


"Aku berharap bisa memahami lebih dalam tentang ras yang dikenal sebagai manusia. Ini semua kulakukan untuk mengetahui mengapa tuanku, Ren Ashdoll, begitu tertarik pada bangsamu, dan juga untuk memahami perasaannya."


"Ren Ashdoll menaruh minat pada manusia?"


Tanya Kamito. Ini adalah pertama kali baginya mendengar tentang hal ini.


Gadis roh naga mengangguk sebagai jawaban.


"Ren Ashdoll merasakan semacam potensi pada umat manusia. Oleh karena itu, di ambang kematiannya, dia mempercayakan seporsi kekuatannya untuk mereka. Bukannya ras yang kuat seperti naga dan raksasa, dia malah mempercayakan kekuatannya kepada kalian, wahai umat manusia"


"..."


Kamito menatap dadanya sendiri.


Mengapa dia(perempuan)—Elemental Lord Kegelapan—menyebabkan kekuatan Raja Iblis untuk menjelma pada manusia? Sekarang dia baru sadar, namun dia masih tidak bisa mempercayainya.


"Awalnya, aku hanya mulai mengamati manusia untuk memahami perasaan Ren Ashdoll. Tapi selama proses itu berlangsung, aku semakin mencintai ras rapuh yang disebut sebagai manusia, dan jatuh cinta dengan negara Dracunia ini. Mereka hampir seperti anak-anakku sendiri."


Raja Naga tersenyum dengan tatapan mata lembut. Namun, Kamito merasakan semacam aura kesepian yang terpancar dari ekspresi di wajahnya.


Tidak peduli berapa banyaknya cinta yang dia curahkan, bagaimanapun juga rentang umur manusia sangatlah terbatas. Sudah berapakah banyaknya anak-anak raja naga meninggal jika dilihat dari sudut pandangnya di kastil?


Dan karena dia harus mempertahankan harga dirinya sebagai Raja Naga, dia hanya bisa menunjukkan wujudnya aslinya pada sacred maiden seribu tahun yang lalu dan Kamito yang merupakan reinkarnasi Elemental Lord Kegelapan.


"..."


Kamito menatap Raja Naga dan berkata:


"Biarkan aku tinggal di sini untuk sementara sampai Restia bangun. Aku bisa minum teh bersamamu dan ngobrol."


"Fufu, sayangnya tidak ada teh disin... Ah, tapi ada getah pohon jika kau ingin meminumnya."


"Ah, lupakan..."


—Ketika Kamito mengangkat bahu...


"...!?"


Ekspresi tenang Raja Naga tiba-tiba berubah menjadi serius.


Mata merah menggoda dan menawan dari gadis itu pun menyempit, dia menatap pada kejauhan.


"Sepertinya, sesuatu yang tak menyenangkan telah datang—"


Dia berkata dengan suara dingin.


"...Sesuatu yang tak menyenangkan?"


"Ya... Aku merasakan kehadiran kegelapan yang kotor."


Raja Naga menutup matanya, seakan-akan kesadaraannya berpindah ke suatu tempat entah dimana.


Kemudian dia mengatakan sesuatu yang mengejutkan—


"—Gadis itu... Mungkinkah dia adalah si Penyihir Senja?"


"...Apa!?"


Kamito melebarkan matanya.


Bagian 5[edit]

Warna senja menutupi langit Gugusan Pegunungan Kelbreth.


Pada satu-satunya jembatan di seberang ngarai antara Istana dan ibukota naga.....


Seorang gadis berambut abu-abu berdiri di sana, sembari memegang pedang iblis berwarna merah darah.


Yang menghadapi gadis muda itu adalah Leonora dengan Dragon Slayer raksasa di tangannya.


Seluruh tubuhnya memancarkan niat membunuh yang merusak.


"Sebutkan urusanmu. Aku tidak ingat pernah mengundangmu ke kastil."


Leonora berkata dengan pelan.


"Kau adalah pengendara naga di ibukota kekaisaran, huh—"


Si Penyihir Senja bergumam tanpa ekspresi dan mengambil langkah maju.


"Tujuanku adalah memenggal kepala Raja Naga."


"Begitu kah? Aku baru tau ada pembunuh yang begitu blak-blakan sepertimu."


Aura membunuh yang dilepaskan Leonora semakin pekat.


"Tidak peduli berapa banyak orang yang datang, mereka tidak akan lolos dari sini."


"Untuk permulaan, aku berniat lewat dengan paksa—"


Penyihir itu pun tersenyum.


Sebelumnya Bab 6 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 8