Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid18 Bab 11
Chapter 11 - Malaikat dari Dunia Lain[edit]
Bagian 1[edit]
"...Ah, ooh, ahhhhh... Ahhhhhhhhh!"
Kegelapan yang keluar dari mata kiri Millennia Sanctus menyebar di tanah.
Kegelapan yang pekat ini mampu merusak para Elemental Lord dan membuat mereka gila—
Millennia menggeliat kesaktian, mata kirinya berlinang air mata.
Kegelapan yang keluar mengotori jubah putih polos miliknya, perlahan melahap dia.
"....! Apa yang kau lakukan—"
Dihadapkan pada cewek yang dilahap oleh kegelapan yang dia hasilkan sendiri, Kamito gak tau harus berbuat apa.
...Apa dia gak bisa mengendalikan Kegelapan Dunia Lain itu?
Tidak. Itu gak mungkin—
Kardinal ini telah mengendalikan Kegelapan Dunia Lain berkali-kali sebelumnya.
"Kamito, hati-hati."
Est yang dipegang di tangan kanannya berbicara.
"—Ada sesuatu didalamnya."
"....Apa!?"
"Fufufu, jadi kau merasakannya, saudariku—"
Dengan setengah tubuhnya telah dilahap oleh Kegelapan Dunia Lain, Millennia mencibir.
"Kegelapan Dunia Lain yang ada didalam diriku adalah kunci untuk membuka sebuah gerbang—"
"Gerbang kau bilang?"
"Untuk memanggil.... Dunia Lain...."
Kegelapan Dunia Lain yang bergejolak sepenuhnya melahap Kardinal Millennia.
Berubah menjadi sebuah bola hitam yang melayang di udara, bola itu mulai bergetar dan mengeluarkan suara yang memekakan telinga.
"Apa yang terjadi...?"
"Kamito, cepat hancurkan bola itu—"
"...! Dimengerti!"
Mendengar suara desakan Est, Kamito segera beraksi.
"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketujuh—Biting Dragon!"
Dia melepaskan semua divine power yang dikumpulkan pada kakinya sekaligus dan melesat ke udara untuk mengeluarkan Absolute Blade Art anti-serangan udara.
Divine power yang bersinar meninggalkan jejak cahaya di malam hari, melesat di udara layaknya seekor naga panjang.
Akan tetapi—
Wwwwwn!
Sebuah penghalang tak kasat mata muncul di sekitar bola itu, memantulkan pedang putih perak tersebut.
(....Apa!?)
Hampir seperti terpental, Kamito terhempas menghantam tanah.
Kamito mendarat.
(...Apaan barusan itu!?)
Apa itu sebuah dinding yang dihasilkan oleh penghalang, atau sihir roh—
"....! Gak bisa kupercaya itu menangkis Demon Slayer..."
Kamito menengadah dan menatap langit.
Lalu, sebuah retakan tiba-tiba muncul di tengah bola hitam yang menelan Millennia—
Sesaat setelahnya, bola itu terpecah dari dalam.
Kegelapan Dunia Lain menerembes layaknya darah lalu jatuh, membuat reruntuhannya menjadi berwarna hitam.
Lalu, dua lengan bersinar muncul dari pusat retakan tersebut membelah bola itu.
"...!?"
Kamito langsung merasa merinding.
Dia merasakannya secara naluriah.
Ini adalah sesuatu yang bukan berasal dari dunia ini—
Bola hitam tersebut hancur dan kemudian itu muncul di dunia ini.
Sosok dari seorang prajurit, tiga kali lebih tinggi dari manusia, memiliki sayap emas yang bersinar.
Wajah cantik yang terbentuk dari batu putih murni yang tampak maskulin serta feminim.
Matanya yang seperti permata bersinar terang menatap dingin pada tanah.
(....Roh?)
Bergumam dalam benaknya, Kamito menganggapnya bukan roh dan menggeleng.
(...Bukan. Aku pernah melihat sesuatu yang mirip dengan itu sebelumnya—)
Di Forest of Ice Blossoms di Laurenfrost, bergabung dengan roh dominasi es Zirnitra.
Mahluk ini merasuki adiknya Rinslet, Judia Laurenfrost—
Didalam Kegelapan Dunia Lain yang muncul di kuil Elemental Lord, Kamito telah melihatnya.
"....Malaikat."
Keringat dingin perlahan mengucur di tangannya.
Demon Slayer di tangannya sepertinya juga sedikit bergetar.
Millennia Sanctus mengatakan bahwa dia merupakan gerbang untuk memanggilnya.
Untuk memanggil pengujung ini dari Dunia Lain, bukan dari alam manusia maupun Astral Zero—
Malaikat itu perlahan-lahan turun ke tanah dan memunculkan sebuah pedang bermata satu di tangannya.
Panjangnya pedang itu dua kali lipat dari Demon Slayer.
Dihadapkan dengan itu, Kamito menyiapkan Demon Slayer dan menuangkan divine power kedalam pedangnya.
"Kamito—"
Lalu, pedang yang menyala putih perak itu berbicara.
"Ya, aku tau. Itu—"
"Aku diciptakan untuk tujuan menghancurkan mereka."
"Huh?"
Mendengar apa yang dikatakan Est, Kamito balik bertanya.
"Est, kamu tau mahluk itu?"
"Ya. Ingatan lama yang tertidur dalam diriku memberitahuku. Aku— Bukan, tujuan asli dari setiap roh senjata diciptakan di dunia ini adalah untuk menghancurkan para malaikat seperti itu."
Dipegang di tangan Kamito, Est memancarkan permusuhan yang sangat besar dari bilahnya.
Itu seperti seekor binatang menghadapi musuh alaminya dengan dendam yang tak bisa dimaafkan—
"Roh-roh senjata huh—"
Istilah itu telah diucapkan oleh Est sendiri berkali-kali sebelumnya.
Mereka merupakan senjata-senjata kuat yang digunakan untuk memusnahkan para roh saat Perang Roh. Seperti dia, Ortlinde Scarlet Valkyrie juga merupakan seorang roh senjata.
Kalau tujuan aslinya adalah untuk melawan para malaikat dari Dunia Lain—
(...Terus siapa yang menciptakan mereka?)
Seolah untuk mengganggu pemikiran Kamito—
Kiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin—
Malaikat itu mengeluarkan suara bernada tinggi yang aneh.
"—Kamito, dia datang."
Malaikat itu bertindak.
Malaikat itu melesat layaknya terbang. Sesaat setelahnya, malaikat itu tiba-tiba menghilang dari pandangan.
".....!"
Gerakan yang cepat, bergerak dengan kecepatan suara—
Sebagai tanggapan, Kamito menggunakan Demon Slayer untuk memblokir.
Mengerahkan divine power seluruh tubuhnya, dia mengerahkan segalanya untuk menahan dampak yang mampu menghempaskan tanah.
"Kamito, aku butuh divine power lebih banyak lagi—Atau kita akan kalah."
".....! Aku sudah habis-habisan ini!"
Meskipun dia telah mengerahkan divine power dalam jumlah yang sangat besar dalam satu tarikan nafas, Kamito masih terdorong mundur.
Dengan kakinya yang terseret di tanah, Kamito terdorong sampai ke sebuah bangunan di tempat latihan.
"Uhuk... Huff—!"
Nafasnya terhenti sesaat, Kamito memuntahkan darah.
Tanpa Perlindungan Baja milik Est, dia mungkin sudah hancur berkeping-keping.
Yang ada didepan matanya adalah wajah cantik menakutkan yang terukir dari batu putih polos.
Tanpa ekspresi apapun, malaikat itu terus menggumamkan nada aneh sepanjang waktu.
(.....! Kekuatan yang amat sangat besar... Ah....!)
Dibandingkan dengan penampilannya yang tampak anggun, kekuatannya jauh melampaui roh-roh militer besar sekalipun.
"Koneksi domain ingatan tempur terhubung. Analisa selesai—Kamito, ini adalah Dunamis."
"Apa? Itu adalah nama mahluk ini?"
"Bukan, sebuah klasifikasi untuk membedakan tipe. Tipe yang muncul sebelumya adalah tipe pengintai, tapi yang ini adalah—"
Lalu, bahu malaikat itu terbuka dan mengeluarkan banyak lengan yang memegang pedang cahaya.
"Tipe tempur murni—"
"...! Ohhhhhhhh!"
Kamito berteriak. Menghentak dinding tempat latihan, dia membuat divine power yang terkumpul meledak.
"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketujuh—Biting Dragon Revised!"
Kekuatan dari Absolute Blade Art anti-udara ini seharusnya diarahkan secara vertikal, tapi dia melepaskannya kerah depan.
Boom—
Dengan suara yang seperti peluru meriam, dinding itu langsung hancur. Divine power yang dikeluarkan menghasilkan lubang besar di tanah.
Disaat yang singkat itu, Kamito menepis pedang yang mendekat dan segera berbalik. Merendahkan kuda-kudanya, dia menyerbu kearah dada musuh.
"Absolute Blade Arts, Bentuk Pertama—"
Lalu, kedua sayap malaikat itu beresonansi untuk menghasilkan suara aneh.
Lalu, sesuatu yang menyerupai rune kecil yang bersinar terus bermunculan di sekitar malaikat itu.
(....Sihir pertahanan? Itu gak ada gunanya!)'
Tak terpengaruh, Kamito mengeluarkan teknik pedang miliknya.
"—Purple Lightning, Flare!"
Pedang yang melesat dengan kecepatan dewa pada jarak mati itu mengeluarkan petir saat mengenai perut malaikat itu.
Akan tetapi, ujung pedang suci tersebut dimana divine power terkonsentrasi, diblokir oleh penghalang rune yang bersinar.
(....Apa!?)
Rune yang berputar cepat disekitar malaikat itu agak mirip dengan High Ancient.
(....! Apa, jadi itu bukan sihir roh!?)
"Anti-medan—penghalang pertahanan ini telah meniadakan atribut bajaku pada tingkat konseptual."
"Apaan itu!?"
"Bukan sihir roh. Penulisan ulang peraturan. Sebuah fenomena yang bukan berasal dari dunia ini—"
Sebuah lingkaran cahayahalo muncul di kepala malaikat itu.
Riiiiiiiiiiiiiiii—
Mengeluarkan lolongan yang menyerupai gelombang supersonik, malaikat itu menghempaskan Kamito.
"Guh—"
Kamito berguling sambil memperbaiki keseimbangannya lalu segera menyiapkan pedangnya.
"....Apa kamu mengatakan atribut bajamu di tiadakan? Apa maksudmu?"
"Menghubungkan pada domain ingatan tempur—memulai analisa."
Saat Est mengatakan itu, kata-kata High Ancient muncul pada bilahnya dan berkedip-kedip.
"Est? Apa yang kamu lakukan—"
"Karena kontak dengan musuh alami, sebagian dari domain ingatan roh senjata telah dilepaskan. Kamito, aku akan menganalisa penghalang itu. Sampai aku selesai, ulur waktu."
Dia mendengar suara Est yang tenang didalam pikirannya.
"Kalau aku mengulur waktu, kamu akan bisa menghadapi penghalang sialan itu?"
"Ya, Kamito. Demi nama Terminus Est—"
Demon Slayer yang ada ditangan memancarkan cahaya putih perak.
Didepan musuh, mode tempur Est yang aslinya nampaknya telah bangkit.
"....Aku mengerti. Aku mengandalkanmu, Est."
Sambil menjaga jarak. Kamito mengulur waktu dengan hati-hati.
Meskipun pergerakan berkecepatan suara itu merupakan sebuah ancaman, tidaklah mustahil untuk menghindarinya asalkan dia melihat waktu aktivasi dari gerakan itu.
(—Ren Ashbell gak akan kalah dalam kontes kecepatan.)
Malaikat itu merentangkan sayap cahayanya dan mengarahkan satu tangan ke langit.
Lalu, rune cahaya itu berubah menjadi lingkaran yang sangat banyak, menangkap para roh iblis yang melayang di udara.
(...Apa lagi yang akan dia perbuat kali ini?)
Dengan Demon Slayer dalam posisi siaga, Kamito terus waspada.
Seolah memberi perintah, malaikat itu mengayunkan sebuah pedang besar kebawah.
Lalu, seekor roh iblis meraung dan menyerbu kearah Kamito.
Roh iblis itu membuka rahangnya, menunjukkan giginya yang mengerikan dan terbang kearah dia layaknya peluru meriam.
(....Jangan bilang malaikat itu bisa mengendalikan para roh iblis!?)
Itu berbeda dari bagaimana para elementalis menggunakan para roh.
Itu hampir seperti eksistensi roh itu sendiri telah di tulis ulang—
Kamito langsung bereaksi dan mengayunkan pedangnya—
"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketiga—"
"Kamito, jangan!"
Suara Est bergema. Diwaktu yang tepat, Kamito memilih menghindar.
Lalu, roh iblis itu meledak.
"...!"
Ledakan ganas terus berdengung di telinganya. Kamito berguling di tanah, menghindari gelombang panasnya.
Kalau dia menyerang roh iblis itu bukannya menghindar, dia akan diledakkan hingga berkeping-keping.
"Para roh bisa menjadi pasukan bom bunuh diri?"
"Ya. Malaikat itu menulis ulang sifat roh iblis itu untuk melancarkan serangan bunuh diri."
"Mahluk itu bahkan bisa melakukan hal itiu?"
Sambil menghindari para roh iblis yang terus terbang mendekat untuk menyerang, Kamito bergumam.
Malaikat itu mengangkat tangannya lagi, mengendalikan para roh iblis yang terus keluar melalui retakan di langit.
"Sialan—"
Gelombang panas dari ledakan-ledakan memanggang kulit Kamito.
Itu seperti menggunakan divine power yang sangat besar yang dimiliki oleh para roh, mengubahnya menjadi energi untuk ledakan.
Sederhananya, ini seperti penciptaan bom roh kecil dengan pelacak otomatis yang gak ada habisnya.
Menggunakan sebuah elemental waffe yang terspesialisasi pertarungan jarak dekat untuk menghadapi mereka merupakan kompatibilitas yang sangat buruk.
(....Aku gak bisa memanggil Restia kembali, kan?)
Kalau dia memanggil Restia sekarang, Claire akan bertarung sendirian.
Menargetkan Kamito yang menghindari bombardir, malaikat itu menembakkan proyektil roh iblis baru.
(....Amunisi tanpa batas!?)
Dia menengadah menatap langit yang memerah dan menggerutu dalam benaknya. Lalu....
Tiba-tiba Kamito menyadari perubahan pada pemandangan sekitar.
"....dua bulan?"
Berada di langit diatas Akademi merupakan bulannya Astral Zero.
Bagian 2[edit]
"...A-Apa yang terjadi!?"
Didepan reruntuhan yang hancur, Claire tercengang melihat sekeliling.
Seperti kabut darah, racun dari para roh iblis menyebar ke sekitar, menurunkan daya pandang.
...Lingkungan yang akrab dari Akademi pada dasarnya sudah menjadi pemandangan yang berbeda.
"—Astral Shift telah terjadi."
Restia berbicara pelan dan tenang.
"...Astral Shift?"
Bahkan seorang siswi berprestasi seperti Claire tak pernah mendengar istilah itu.
"Itu adalah sebuah fenomena ketika alam manusia dan Astral Zero tumpang tindih. Meskipun terkadang terjadi didalam Hutan Roh, aku gak pernah melihat yang berskala sebesar ini."
"A-Apa itu..."
Claire berbicara dengan penampilan gelisah.
"Bukankah inti dari penciptaan gerbang adalah untuk memanggil roh iblis?"
Ketika Claire dalam keadaan kebingungan, roh iblis dalam jumlah banyak masih terus keluar. Retakan yang membelah udara menjadi semakin besar. Para roh iblis besar mulai bermunculan.
"Jelas-jelas aku sudah menghancurkan reruntuhan yang ada disini—"
"Sepertinya Astral Shift hanya terbatas pada lingkungan Akademi. Misalkan reruntuhan ini belum dihancurkan, mungkin seluruh kota Akademi akan bersatu dengan alam iblis."
"Terus itu artinya bahwa ada reruntuhan yang belum dihancurkan."
"Ya—"
Mata Restia yang berwarna senja menatap ke kejauhan.
Claire menyadari tanda-tanda kekhawatiran dalam mata itu.
(Roh kegelapan ini kuatir pada Kamito.)
Dia pasti ingin segera ke sisi Kamito.
Claire menggenggam Flametongue erat-erat.
"Pergilah, roh kegelapan—"
"Huh?"
"Biar aku dan Scarlet yang menangani tempat ini. Kau kembalilah ke sisi Kamito—"
"Claire Rouge..."
Restia berpikir sejenak—
"Tak bisa diterima. Aku berjanji pada Kamito untuk melindungimu."
Dia menggeleng.
"Setelah nama sejati Scarlet dilepaskan, divine powermu pasti terkuras."
"Uh..."
Claire menggigit bibirnya.
Dia benar, Claire memang telah mengerahkan cukup banyak energi.
Tapi meski begitu—
"Aku bisa melindungi diriku sendiri. Gimanapun juga, aku adalah rekan tim Kamito."
"......"
Mendengar kata-kata Claire—
Restia mengangkat bahu dan mendesah ringan.
"...Baiklah. Claire Rouge, aku telah mengubah sedikit pendapatku tentangmu."
Berkata demikian, dia mencabut beberapa bulu dari sayapnya dan menyerahkannya pada Claire.
".....Apa ini?"
"Jimat Kegelapan. Itu akan melindungimu."
Bulu-bulu dari Restia si roh kegelapan biasa dikenal sebagai berkah kegelapanBlessing of Darkness.
Itu merupakan jimat tingkat tinggi yang mungkin tak akan bisa dibeli dari toko manapun gak peduli seberapa besar seseorang menginginkannya. Dimasa lalu, bahkan pernah ada keluarga kerajaan negara besar memulai perang demi bulu itu. Itu memang artefak legendaris.
Akan tetapi, Claire gak tau seberapa berharganya pemberian itu.
"...m-makasih."
Dia menerimanya.
"—Kupercayakan Kamito padamu."
"Tentu—"
Restia mengangguk lalu merentangkan kedua sayap hitamnya dan terbang ke langit malam.
Bagian 3[edit]
Dua bulan, merah dan putih, ada di langit diatas Akademi.
Menatap bulan Astral Zero, Kamito terpaku ditempat.
"Apa yang terjadi, Est?"
Meskipun dia menanyai partnernya, Est tidak menjawab.
Dia sepenuhnya memfokuskan semua perhatiannya pada menganalisa malaikat Dunamis itu.
(—Millennia mengatakan itu untuk membuat alam manusia dan Astral Zero bersatu.)
Astral Shift mengacu pada fenomena seperti itu?
(Apa tujuan melakukan hal itu...?)
Tunggu sebentar, musuh didepan dia jauh lebih penting saat ini.
Dunamis terus menulis ulang para roh iblis yang keluar dari gerbang menjadi roh-roh peledak.
Mungkin karena efek Astral Shift, sekeliling perlahan-lahan rusak karena alam iblis—
Para roh iblis yang bertindak sebagai bahan mentah menjadi jauh lebih besar daripada yang sebelumnya.
...Membayangkan daya ledaknya saja sudah membuat Kamito ngeri.
Sayap malaikat itu bersinar terang.
—Disaat yang sama, Dunamis mengayunkan pedang besarnya layaknya seorang algojo.
Tujuh roh peledak yang terbentuk dari roh-roh iblis raksasa segera melesat kearah Kamito.
Karena daya ledaknya telah meningkat, Kamito menyimpulkan bahwa menghindar dengan jarak yang tipis seperti sebelumnya gak akan berhasil.
Dia gak punya metode unyuk menangani bom-bom bunuh diri yang datang dari tujuh arah yang berbeda disaat yang bersamaan.
(Apa yang bisa kulakukan? Haruskah aku menggunakan sihir baja untuk menciptakan belati dari divine power dan menikam ketujuh roh itu bersamaan?)
Percuma saja. Para roh iblis itu semuanya tingkat menengah atau diatasnya.
Menggunakan sihir roh untuk menciptakan senjata sebisanya gak akan cukup untuk menimbulkan kerusakan, mungkin.
(Aku harus bertaruh dan menggunakan kecepatan dewa dari Purple Lightning untuk kabur dari ledakan—)
Kamito mengkonsentrasikan divine power dalam jumlah besar pada kakinya.
Kegagalan sama artinya dengan diledakkan sampai berkeping-keping.
"Absolute Blade Arts, Bentuk Pertama—"
"O petir hitam yang mampu membakar jiwa-jiwa menjadi kehampaan—Hell Blast!"
—Sesaat sebelum Kamito melepaskan divine power miliknya...
Petir hitam legam yang ganas menembus ketujuh roh iblis raksasa itu.
BOOOOOOOOOOM!
Terjadi reaksi berantai disertai ledakan yang memekakan telinga. Gelombang panas dari kobaran api membuat kulit Kamito terasa sakit.
"....!?"
Seraya melindungi matanya dari percikan api yang berhamburan, Kamito menengadah.
Dan melihat ditengah kobaran api yang tampak menerangi langit malam—
Mengepakkan sayap hitam legam, roh kegelapan turun perlahan-lahan.
"Restia!?"
"Fufu, sepertinya kami mengalami pertarungan yang sengit, Kamito—"
Segel roh di tangan kirinya bersinar terang.
Mendarat di tanah, Restia mengangkat tangannya dan menghempaskan kobaran api tersebut.
"Restia, kenapa—"
"Reruntuhan di sebelah sana sudah dihancurkan oleh Claire Rouge."
Restia menjawab Kamito yang terkejut yang bertanya mengenai apa yang terjadi.
"Claire baik-baik saja, kan?"
"Aku sudah memberi dia bulu-bulu yang bertindak sebagai jimat. Dia harusnya bisa bertahan sampai dia berkumpul dengan rekan-rekannya."
Restia tertawa pelan.
"Kau kembalilah ke sisi Kamito—Itulah yang dia katakan. Anak yang sungguh menggemaskan."
"Sungguh—"
Perasaan Claire menghangatkan hati Kamito.
"Kalau kamu kuatir pada nona kucing neraka itu, cepat kalahkan mahluk itu."
"Ya, kamu benar—"
Kamito mengangguk dan segera menggenggam tangan Restia.
"Datanglah, penguasa malam. O dewi kegelapan yang tak kenal ampun—jadilah engkau pedang kebijaksanaan, penembus kebenaran—!"
Dia merapal kalimat pelepasan elemental waffe.
—Demon Slayer dan Vorpal Sword.
Memegang pedang suci dan iblis terkuat, Kamito menghadapi malaikat Dunamis lagi.
"—Maaf membuatmu menunggu. Aku Ren Ashbell, Penari Pedang Terkuat."
Sayap cahaya milik malaikat itu berkedip. Wajah cantik layaknya ukiran itu tetap tak menunjukkan ekspresi—
Tapi sepertinya mahluk itu tampak kebingungan.
"Kamito, analisa konsep penghalang itu telah selesai—"
Kata-kata High Ancient muncul pada bilah Est.
"—Gak ada yang gak bisa dipotong baja terkuat."
"Bagus, Est."
"Ya, Kamito."
Gambaran Est membusungkan dadanya penuh kebanggaan muncul dalam pikiran Kamito.
"Kalian berdua, saatnya beraksi—"
"Ya." "Aku adalah pedangmu, keinginanmu adalah perintah bagiku—"
Kedua roh pedang itu menjawab bersamaan.
Meskipun sering bertengkar, mereka berdua sangat sinkron saat beraksi.
Dunamis mengangkat pedang besarnya. Mengeluarkan suara aneh, dia menciptakan bom dari para roh iblis.
"—Berhentilah menganggap kau akan menang dengan teknik gerakan yang sama!"
Kamito menarik nafas panjang dan menghentak tanah keras-keras.
Sambil berteriak, dia menargetkan para roh iblis yang melesat ke arahnya.
"O kegelapan, tembuslah—Vorpal Blast!"
Menggunakan teknik original Ren Ashbell, dia memusnahkan mereka dalam sekali serang.
Diantara kobaran api dan gelombang panas, Kamito menyelimuti dirinya sendiri dengan divine power dan menyerbu.
"Absolute Blade Arts, Bentuk Pertama—Purple Lightning Revised!"
Menarik Demon Slayer, dia melepaskan divine power.
Seketika, Kamito menutup jarak dengan targetnya, menusukkan pedang putih perak pada armor yang menyerupai pelindung dada.
Rune cahaya muncul didepan ujung pedang untuk membentuk sebuah penghalang, namun—
Disaat yang bersamaan, rune cahaya yang serupa muncul pada Demon Slayer dan menetralisir penghalang yang terbentuk.
Bilah putih perak menusuk pelindung dada tersebut, menghancurkan tubuh yang seperti marmer itu.
(Serangannya berhasil!)
Kamito bersorak dalam pikirannya. Lalu...
Menargetkan tubuh besar malaikat yang terhuyung-huyung, dia mengeluarkan serangkaian teknik pedang secara beruntun—
"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketiga—Shadowmoon Waltz!"
"Absolute Blade Arts, Bentuk Keenam—Crushing Fang!"
"Absolute Blade Arts, Bentuk Keempat—Blaze Slash!"
"Absolute Blade Arts, Bentuk Pengantar—True Bursting Cherry Blossom Flurry!"
"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketiga, Variasi Alfa—Shadowmoon Waltz, Putaran Ganda!"
"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketujuh—Biting Dragon Double Blossom!"
Setiap serangan dari Absolute Blade Art itu, yang mana masing-masingnya mampu melakukan one-hit kill, berhasil didaratkan—
Armor yang menutupi malaikat itu mulai retak dan hancur.
Lalu—
"Absolute Blade Arts, Bentuk Kedua—Obverse Meteor, Peerless Zetsura!"
Sebuah teknik pedang ganda menggunakan seluruh tubuhnya, dia menghempaskan tubuh besar Dunamis.
Crash!
Menghantam reruntuhan, malaikat itu kehilangan lengannya yang terpotong secara tragis.
<—La—La...>
Malaikat itu sepertinya tak mampu memahami fenomena didepan matanya.
Tanpa ekspresi, malaikat itu menatap bagian tubuhnya yang rusak.
"....Apalagi sekarang? Baru pertama kali terluka?"
Kamito menyeringai jahat.
Dia bisa merasakan kekuatan ganas yang bersemayam didalam dirinya perlahan-lahan terbangun.
Aliran divine power yang menyelimuti seluruh tubuhnya berubah menjadi warna hitam.
Setelah dia kehabisan divine power miliknya sendiri, kekuatan Ren Ashdoll mulai keluar.
Lalu, tubuh besar malaikat itu perlahan-lahan berdiri.
Dia mengarahkan pedangnya ke langit, menulis ulang para roh iblis yang beterbangan.
".....Ha, apa kau gak ingat sama sekali—"
Kamito menggunakan Vorpal Sword untuk memanggil petir iblis hitam legam. Akan tetapi—
Bukannya menyerang Kamito, para roh iblis berkumpul disekitar malaikat yang terluka.
"Apa....?"
Saat para roh iblis yang berbentuk aneh menyentuh armor malaikat itu—
Mereka diserap layaknya es yang mencair.
Tubuh malaikat yang terluka perlahan mulai beregenerasi—atau lebih tepatnya, membentuk ulang.
"....Apa-apaan itu, apa kau bercanda?"
Kamito mengerang.
"—Dia menulis ulang struktur roh iblis untuk menyatu dengan dirinya sendiri."
"Darimana dia mendapatkan begitu banyak teknik curang itu..."
Mendengar suara Est dalam pikirannya, Kamito cuma bisa berseru putus asa.
Seluruh tubuh malaikat itu tertutup oleh armor yang menyerupai sebuah cangkang keras.
(...Kalau diingat-ingat lagi, malaikat di Laurenfrost juga bergabung dengan para roh dan para naga es.)
Lalu, Kamito teringat kejadian itu.
Itu seperti mereka memiliki otoritas untuk menulis ulang eksistensi dunia ini.
Pada dasarnya begitu....
"....Sialan. Sepertinya cuma buang-buang upaya saja kalau aku gak menghabisi dia dalam satu serangan."
Kamito mengangkat bahu dan tertawa.
....Dihadapkan dengan mahluk tak masuk akal seperti itu, dia cuma bisa tertawa.
(—Bursting Blossom Spiral Blade Dance, kurasa?)
Kamito mengatur nafasnya sambil memasang kuda-kuda dengan dua pedangnya.
Absolute Blade Art paling mematikan, dimaksudkan untuk digunakan terhadap roh-roh besar.
Kalau teknik ini gagal—
"Maka tamatlah kita—"
Kamito bergumam sinis. Lalu—
"—Ketegasan merupakan hal yang bagus, tapi ada garis yang tipis yang memisahkan ketegasan itu dari kecerobohan, bocah."
Sebuah suara berbicara pada dia disebrang lautan api.
"...!?"
Kamito berpaling ke belakang, dan melihat seorang cewek mungil mengenakan tudung abu-abu mendekati dia.
Membawa sebilah pedang iblis mengerikan yang berwarna merah darah, cewek itu berjalan kearah dia.
Dibawah tudung itu, dia bisa melihat mata abu-abu, bersinar samar dalam kegelapan.
"...! Kau—"
Tak bisa berkata apa-apa, Kamito membelalakkan matanya.
Cewek itu melepas tudungnya, rambutnya yang berwarna abu-abu seketika berkibar diterpa angin.
"Greyworth!"
Teriakan Kamito menggema di sekitar.
Ya, cewek itu tak lain tak bukan adalah—
Greyworth yang menghilang setelah jatuh ke jurang di Dracunia.
Setelah mendapatkan kembali kemudaannya serta kemampuan puncaknya, dia menjadi seorang pembunuh untuk Kerajaan Suci—
"Greyworth, sudah kuduga, kau masih hidup!"
"Pastilah. Gimana bisa Penyihir mati?"
Berkata demikian, Greyworth muda menyeringai.
Melihat ekspresi nostalgia itu, Kamito mengerti.
"....Kau mendapatkan kembali ingatanmu?"
"—Ya. Aku ingat semuanya. Semuanya."
Greyworth mengangguk dan menatap malaikat yang terus menyerap para roh iblis
"24 tahun lalu, aku melihatnya juga."
"24 tahun lalu—"
Itu adalah tahun ketika Greyworth Ciel Mais menenangkan Blade Dance.
"Akan tetapi, kita simpan saja ceritanya untuk nanti. Kita harus mengakhiri ini sebelum mahluk itu selesai merekonstruksi dirinya sendiri."
"Ya, kau benar—"
Armor malaikat Dunamis membesar. Beratnya sudah cukup untuk menghancurkan tanah dibawah kaki.
Selain para roh iblis, malaikat itu bahkan mulai menyerap reruntuhan yang mempertahankan gerbangnya.
Greyworth mengacungkan pedang iblis berwarna merah darah—elemental waffe Vlad Dracul.
Begitu juga dengan Kamito, dia menyiapkan kedua pedangnya dan berdiri di samping Greyworth.
Ren Ashbell, sang Penari Pedang Terkuat, dan sang Penyihir Senja—
"—Bisakah kau mengimbangiku, bocah?"
"Aku mau menanyakan hal yang sama padamu. Ngomong-ngomong, bukankah aku menang dalam tarian pedang di Dracunia?"
"Aku kehilangan ingatanku saat itu. Jadi gak dihitung."
"....Kau pakai alasan kayak gitu? Terserahlah. Aku akan menang gak peduli berapa kali kita mencobanya lagi."
"Oh? Kayaknya mulutmu sudah semakin pandai bersilat lidah, bocah yang pernah bekerja sebagai seorang maid di kediamanku."
"....Ampun deh, hilang ingatan aja lagi dah."
Mereka berdua adu mulut seraya memperkuat divine power mereka.
"—Selesaikan pertarungan ini dalam satu serangan. Akan buruk kalau kekuatan Ren Ashdoll terus menggerogoti aku."
"Niatku juga begitu—"
Mereka berdua menghentak tanah disaat yang bersamaan.
Seperti kilatan dari petir ungu, mereka langsung melesat ke arah malaikat Dunamis besar untuk melakukan pertarungan jarak dekat.
Malaikat itu mengangkat keempat tangannya dan memasuki posisi bertahan.
"—Bisakah kau menerobosnya, Greyworth?"
"Hmph, kau pikir kau itu bicara dengan siapa?"
Malaikat itu meraung. Terhadap serangan tebasan yang seperti badai—
Dengan gerakan menghindar yang mengalir, Greyworth melakukan serangan kuat yang diarahkan pada sendi.
"Absolute Blade Dance, Bentuk Alternatif—Ice Storm Rakshasa!"
Sebuah es menjalar dikeluarkan dari bilah pedang iblis untuk menjerat seluruh tubuh malaikat itu.
Ini adalah Absolute Blade Art unik dari Penyihir, dengan sebuah kombinasi dari sihir roh dan teknik pedang.
Pergerakan malaikat itu terhenti.
—Akan tetapi, rune cahaya segera muncul, cuma butuh waktu sekejap untuk menghapus es sihir yang menyaingi Ice Nein milik Rinslet.
"Oh?"
"Disintegrasi instan dari konstitusional elemen. Semua efek magis akan di netralisir."
Est menjelaskan dalam pikiran Kamito.
"Cocok denganku. Coba kita lihat berapa kali kau bisa menetralisir!"
Terselimuti petir iblis, Vorpal Sword menghantam kaki malaikat itu. Pedang iblis milik Greyworth menepis pedang besar yang mengarah pada Kamito, lalu berputar untuk memotong lengan yang memegang pedang besar itu.
Tebasan demi tebasan pedang menghiasi malam hari—
Teknik-teknik pedang-pedang ini hampir seperti sebuah tarian pedang yang dipersembahkan pada para roh.
(Jadi ini sang Penyihir Senja di masa keemasannya, huh—)
Kamito mendegus dalam benaknya. Dia beruntung bisa menang saat duel di Dracunia.
"Absolute Blade Dance, Flash Form—Death Butterfly Flash Dance!"
Menghindari gempuran serangan-serangan ganas, Greyworth melakukan serangan balik. Meskipun malaikat itu berusaha mengerahkan sebuah rune penghalang, Est menghapusnya.
Dua lengan telah terpotong. Celah muncul pada pertahanan musuh. Di waktu yang sangat singkat itu...
Gak dibutuhkan yang namanya aba-aba.
Seolah mereka sudah membicarakannya sebelumnya....
Mereka berdua mengeluarkan Absolute Blade Art ultimate disaat yang bersamaan.
" "Absolute Blade Arts, Bentuk Penghancur—Bursting Blossom Spiral Blade Dance, Hundred Combination Ashura!" "
Tebasan pedang yang tak terhitung jumlahnya saling bersilangan silih berganti, menghasilkan cahaya yang menerangi area sekitar.
Itu adalah teknik pedang ultimate yang aslinya cuma ada dalam teori saja.
Dengan Raja Iblis dan Penyihir mengeluarkan Double Absolute Blade Art terkuat bersama—
—Malaikat Dunamis musnah.
Sebelumnya | Halaman Utama | Selanjutnya |