Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid19 Bab 9

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 9 - Menuju Altar Tarian Pedang[edit]

Bagian 1[edit]

Kapal seremonial, Grand Titania, lepas landas kearah kuil Elemental Lord.


Meskipun tetua dewan dari Divine Ritual Institute enggan membiarkan keempat Ratu pergi secara langsung, tekad kuat dari Reicha dan para Ratu berhasil membujuk mereka.


Tetua dewan mungkin tak bisa memberi tanggapan efektif terhadap peringatan Holy Lord dan gerbang ke Dunia Lain yang telah muncul diatas ibukota suci.


Grand Titania merupakan sebuah kapal berwarna putih dengan bentuk efisien yang anggun.


Tiga tahun lalu, kapal itu pertama kali lepas landas saat upacara pembukaan Blade Dance. Kapal itu tak memiliki senjata karena bukan sebuah kapal militer, tapi merupakan kapal tercepat di Astral Zero.


Tentu saja hal ini juga pertama kalinya membawa seorang pria.


"Tujuannya tidaklah jauh. Dengan kecepatan kapal ini, kita harusnya bisa sampai sekitar setengah jam."


Menatap ibukota suci yang ada di kejauhan, Reicha berbicara.


Dia memegang sebuah bola transparan yang bersinar di tangannya.


Kayaknya itu adalah sebuah artefak yang terhubung pada kristal roh sumber daya dan digunakan untuk mengendalikan kapal.


Grand Titania terbang dengan cepat melintasi dataran yang luas.


Simorgh yang bertugas untuk pengawasan, saat ini berada di dek untuk berjaga terhadap serangan roh.


Meskipun ada sosok roh-roh besar yang bisa terlihat di langit, belum ada tanda-tanda mereka mendekat untuk menyerang.


Menatap langit diatas ibukota suci, seseorang bisa melihat gerbang yang menyerupai sebuah pusaran kegelapan.


Itu sebesar gerbang yang Kamito lihat di dalam ingatan Elemental Lord Kegelapan.


Kalau gerbang itu sepenuhnya diaktifkan, berapa banyak malaikat yang akan muncul?


Saat dia tersesat didalam pikiran yang mendalam–


"Kamito, lagi ngerenungin apa?"


Claire menarik lengan bajunya dan menyapa dia.


"A-Ada apa?"


"Rinslet dan Ellis bilang mereka membuat bekal makan siang. Ayo isi perut dulu sebelum kita sampai di ibukota suci."


"Ya, aku mengerti."


Memang, gak seorangpun yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi di ibukota suci. Karena itu gak terlalu jauh, dia harus memanfaatkan kesempatan ini dan makan dulu.


"...Hmm?"


Lalu, menyadari sesuatu yang aneh pada sikap Claire, Kamito mengernyit terkejut.


Menarik lengan seragam Kamito, Claire menatap matanya.


Seolah mengamati dengan serius–


Lalu–


"....Kayaknya nggak apa-apa."


Dia bergumam pelan.


"....Apanya yang gak apa-apa?"


Kuatir, Kamito bertanya.


"B-Bukan apa-apa!"


Wajahnya Claire memerah dan menggeleng, kembali ke Rinslet dan yang lainnya.


Di dek Grand Titania, para cewek mengerluarkan bekal mereka.


Bukan camilan sederhana seperti roti lapis. Setiap bagian dari kotak kayu dipenuhi dengan porsi masakan.


"Kapten dan aku susah payah membuat ini."


"Ya, dan kami bahkan menggunakan bahan-bahan yang dipilih dengan hati-hati untuk membantu mengisi ulang divine power."


Rinslet dan Ellis menaruh kotak-kotak kayu berwarna-warni di lantai.


"Wow, luar biasa!"


"B-Boleh kami mencicipi juga!?"


Ratu Angin Sylpha dan Ratu Tanah Nia berseru.


"Tentu. Nyatanya, karena terlalu semangat, kami membuatnya terlalu banyak."


"Wow, terimakasih banyak!"


Keempat Ratu membungkuk sopan.


Bahkan para Ratu, orang elit dari yang elit, punya sisi seperti cewek pada umumnya... Pikir Kamito.


"Dimana Rubia?"


"Aku udah mengajak dia, tapi dia bilang dia perlu memeriksa beberapa sastra tentang ritual."


Fianna menggeleng.


"Gitu ya...."


Tentunya, berkumpul dengan para Ratu junior akan terasa canggung.


"Aku akan mengantarkan jatah kakak nanti."


Berkata begitu, Claire mengambil kotak berwarna merah muda.


"Itu jatahmu, Claire."


"....? Semua ini isinya berbeda?"


"Memang, buka saja dan lihatlah. Kau akan terkejut."


Rinslet tampak bangga saat dia bicara.


"Yah, sudah pasti rasanya enak karena kau yang memasaknya."


Berkata begitu, Claire membuka penutupnya.


"H-Hwahhhhhhhhhhhh, seokor roh i-iblis!?"


Seketika dia berteriak.


"....Kau itu kenapa, itu kasar sekali. Itu Scarlet, tau!?"


Rinslet memprotes gak puas.


"Huh? Gimana bisa ini mirip Scarlet!?"


Claire menunjukkan apa yang ada didalam kotak bekal itu.


Saat mereka melihatnya, selain Rinslet ekspresi semua orang langsung membeku.


Diatas omelet gulung terdapat desain menakutkan digambar menggunakan saos merah.


"Itu bahkan nggak kelihatan seperti seekor kucing!"


"Miaow—!"


Boshboshbosh.


Scarlet memprotes dan memukul-mukul lutut Rinslet.


"Lihat, Scarlet aja sampai marah."


"Ehh, bukankah aku menggambar telinga dan ekornya!? Lihat, ini–"


"Uh, aku betul-betul nggak paham–"


Fianna juga mengangkat bahu.


"Jangan bilang estetika Rinslet separah ini?"


Kamito berbisik di telinga Ellis.


"Hmm, sepertinya dia betul-betul yakin gambaran itu cantik."


Ellis menggaruk wajahnya sambil menjawab pelan.


....Sungguh gak disangka, kelemahan mengejutkan dari seorang cewek bangsawan perfeksionis.


"Mungkinkah semua bekalnya kayak gini juga?"


Fianna membuka kotak berwarna putih.


"Ini mimpi buruk.... Bukan, pola yang sangat inovatif, apa ini?"


"Itu Nona Roh Pedang. Aku membuatnya menggunakan tahu."


Rinslet menjawab acuh tak acuh.


"B-Begitukah...."


"Jangan bilang ada jatah untukku juga?"


Dalam wujud manusia, Restia bertanya penasaran.


"Ini."


Apa yang Rinslet serahkan adalah sebuah bekal berwarna hitam, penjelmaan dari kekacauan.


"Ini bukan Kegelapan Dunia Lain, kan!?"


"Selera humor yang bagus sekali, Nona Roh Kegelapan. Aku menggunakan truffle[1] yang dihaluskan."


"Hmm..."


Restia menampilkan penampilan yang rumit.


"Oh, t-tapi ini sangat lezat!"


Setelah mencicipi penuh keraguan, Reicha berusaha memperbaiki suasananya.


"....Yah, rasanya nggak buruk."


Claire bergumam pelan dengan ekspresi rumit diwajahnya.


"O-Oke, abaikan saja penampilannya."


"Kamito-san, apa maksudmu!?"


"K-Kamito, kalau kau nggak keberatan, cobalah masakanku juga."


"Ya."


Dia menerima ubi rebus yang Ellis ulurkan pada dia dan memakannya.


"Mm, lezat!"


Meski rasanya sederhana, rasa alami dari bahan-bahannya bisa terasa.


"Sungguh, aku senang sekali."


Mendengar komentarnya, Ellis tersenyum malu-malu.


Seperti itulah, kelompok itu menikmati waktu istirahat.


"Kamito-kun, lihat sebelah sana–"


Lalu, Fianna menunjuk pada pemandangan di luar.


"Hmm?"


Ada sebuah kota kecil dibawah, diarah yang dituju kapal seremonial ini.


Bicara soal kota di Ragna Ys, ini adalah satu-satunya kota yang ada.


kota fantasiTown of Fantasy dibangun buat orang-orang untuk menonton dan menikmati Blade Dance.


"Nostalgia sekali, tempat itu masih ada disini."


Claire memandang keluar pada pemandangan kota itu.


"Ya, itu awalnya dimaksudkan untuk dibongkar secara perlahan dalam beberapa bulan." balas Reicha.


Setelah pesta perayaan Tim Scarlet dan bertamasya dengan Leonora, tempat ini juga dipenuhi dengan kenangan Kamito juga. Akan tetapi, Museum Memorial Ren Ashbell adalah satu-satunya bangunan yang ingin dia musnahkan sesegera mungkin.


Diatas sebuah bukit, masih bisa dilihat kastil dimana Tim Scarlet menginap.


(Aku ingat hutan didekat sana. Roh militer milik Muir bahkan menyerangnya....)


Aneh sekali. Meski belum lama waktu yang berlalu, rasanya begitu nostalgia.


'"(–Itu menunjukkan sangat banyak hal yang terjadi baru-baru ini.)


Saat Kamito dan rekan-rekannya tengah mengenang....


Kyeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee!


Simorgh yang siaga mengeluarkan teriakan keras yang menggema diseluruh dek

Bagian 2[edit]

"...!?"


Kamito dan rekan-rekannya langsung berdiri dan mengerahkan elemental waffe mereka. Mereka mengelilingi para Ratu yang kebingungan untuk melindungi mereka.


Seekor roh besar terbang dari arah ibukota suci.


Itu kelihatan seperti seekor ular bersayap, sepanjang kapal seremonial.


"....! Apa itu, seekor roh yang mengamuk?" Tanya Ellis.


"Bukan, roh-roh berperingkat setinggi itu harusnya gak ada disekitar sini." Fianna menggeleng.


Memang, ini adalah lokasi dari kota Blade Dance.


Mereka gak akan membangun sebuah kota disini kalau roh-roh berbahaya semacam itu berkeliaran disekitar sini.


"Itu serangan roh militer milik Kerajaan Suci–Kerykeion."


Berada di dek, Rubia dengan cermat memeriksa roh besar itu dan angkat bicara.


"Aku sudah menerima laporan tentang itu saat aku mengirim Lily untuk menyusup ke Kerajaan Suci. Mereka sangat lincah meski ukurannya besar. Roh-roh ini terlatih untuk menyerang kapal-kapal militer berkecepatan tinggi."


"Apa Kerajaan Suci menyadari kita...?"


Seperti yang dikatakan Rubia, roh militer Kerykeion mendekat dengan kecepatan tinggi sebagaimana yang ditunjukkan ukuran dan penampilannya. Sepertinya Grand Titania akan kesulitan bertahan.


"Bersiap bertempur. Lindungi para Ratu. Kuserahkan soal penghalang padamu, Fianna."


Sebagai ketua tim, Claire segera memberi perintah.


"Gak akan kubiarkan kau mendekati kapal."


Menyiapkan elemental waffe miliknya, Rinslet menciptakan sebuah es sihir dan menariknya.


"Tunggu, ada penunggangnya–"


Lalu, Ellis menggunakan sihir Penglihatan Jauh dan berteriak.


"Itu–"


Kamito memfokuskan pandangannya. Meskipun dia gak tau gimana cara menggunakan sihir Pandangan Jauh, para pembunuh dari Sekolah Instruksional mampu memperkuat pandangan mereka untuk waktu yang singkat.


Sosok mungil berada diatas kepala ular raksasa itu.


Seorang cewek pirang mengenakan jubah putih polos.


"—Millennia Sanctus."


"Apa kau bilang!?" teriak Claire.


....Gak salah lagi. Itu adalah kardinal dari Kerajaan Suci.


Dengan adanya Kegelapan Dunia Lain yang bersemayam dimatanya, menjadikan dia seorang makhluk yang bukan manusia maupun roh–


ROOOOAAAAAR!


Kerykeion si roh militer raksasa meraung.


Udara bergetar. Gelombang kejut yang kuat menghantam Grand Titania.


"Kyahhhhh!"


Disertai suara ledakan, deknya berguncang keras.


Kehilangan keseimbangan, Claire jatuh terduduk.


Kalau Fianna nggak mengerahkan Save the Queen, kapal ini mungkin telah hancur karena serangan itu.


Tubuh besar Kerykeion melingkar, melilit lambung kapal.


Lalu–


"Fufu, halo, nona-nona."


"...!?"


Suara manis seorang cewek terdengar di dek.


Berdiri diatas kepala roh militer itu, Millennia Sanctus menatap kelompok Kamito.


"Aku minta maaf harus mengatakannya pada kalian, matilah disini."


Dengan ekspresi polos, dia menyeringai dan berkata.


"Jangan harap! Taring es pembeku, maju dan tembuslah–Freezing Arrow!"


Rinslet menembakkan panah dari elemental waffe miliknya.


Menghasilkan udara dingin, panah es itu menghujani Millennia dan roh militer itu dari atas.


Kerykeion mengepakkan sayapnya, menghembuskan hujan panah itu menjauh.


"....! L-lumayan juga! Kalau begitu rasakan ini–"


Rinslet memejamkan matanya dan mengumpulkan divine power dalam jumlah besar pada jari-jarinya.


Itu seperti dia mau mengeluarkan serangan penghabisan.


"Fu, fufu, fu... Haha, ahahahahahahahahaha!"


Millennia terbawa sombong seraya jubahnya berkibar.


Melepaskan penutup mata yang menutupi mata kirinya, dia melemparkannya ke udara.


"...!?"


Mata ungunya, Kegelapan Dunia Lain yang mengerikan mengalir keluar.


"Aku tak akan membiarkan kalian mengganggu keinginan tuanku. Matilah disini!"


Lalu, dek Grand Titania berguncang keras.


"Apa!?"


Kecepatan kapal langsung menurun seraya badan kapalnya miring.


"Tunggu, apa yang terjadi!?" teriak Claire.


"....! T-Tak bisa dikendalikan, kristal roh yang bertindak sebagai sumber daya telah rusak!?"


Memegang bola yang digunakan untuk mengendalikan kapal, Reicha berbicara dengan suara yang hampir seperti ratapan.


"....! Kegelapan Dunia Lain lah yang menyebabkan gangguan ini!"


Kegelapan Dunia Lain yang bahkan mampu membuat para Elemental Lord menjadi gila, telah digunakan oleh Millennia dalam serangan terhadap kota Akademi. Tercemar oleh kegelapan, para roh di Akademi menggila.


Kristal roh yang berfungsi sebagai sumber daya kapal seremonial adalah yang pertama terpengaruh.


Lepas kendali, Grand Titania mengeluarkan cahaya divine power saat jatuh.


"Kyahhhhhhhhh!"


"K-Kita jatuh!"


"Semuanya, pegangan pada pagar! Kita akan menabrak!"


Ditengah tawa Millennia Sanctus, Kamito berteriak sekeras yang dia bisa.


Tepat dibawah kapal adalah kota yang dibangun untuk pengunjung Blade Dance.


"–O angin agung, penjaga yang tak kenal lelah, lindungilah pelayan engkau!"


Ratu Angin Sylpha mengeluarkan penghalang angin disekitar Grand Titania.


Orientasi kapal diperbaiki, tapi momentum dari jatuhnya tetap gak bisa dihentikan.


Roh militer Kerykeion menggerakkan tubuh besarnya untuk menyerang mangsanya yang bergerak lambat. Ekor besar itu menghantam kabin secara langsung, menghancurkan penghalangnya.


"Rasakan ini–Fireball!"


BOOOOM!


Claire menembakkan sihir roh api pada kepala ular itu.


Bola api tersebut menyebabkan ledakan besar di jarak yang sangat dekat.


Hisssssssssssssssssss!


Kerykeion mendesis marah.


Dia langsung terbang ke langit, kali ini berniat untuk menghancurkan kapal dari atas.


"Dia datang!" teriak Ellis.


"Hmph, gak akan kubiarkan!"


Rinslet mempersiapkan busur sihirnya dan menutup satu mata. Lalu–


"O tombak es tajam yang menembus dinding kokoh—Icicle Driver!"


Dia mengeluarkan sebuah serangan mematikan dengan segala kekuatannya.


Sebuah tombak es raksasa melesat, merobek perut roh iblis itu.


Shigyahhhhhhhhhhhhhh!


"Berhasil!"


Tubuh besar Kerykeion meronta lalu berubah menjadi partikel cahaya dan menghilang.


".....! L-Luar biasa, kau mengalahkan seekor roh militer dengan sekali serang!"


Para Ratu, terutama Reicha, tercengang.


"Hmph, ini sangat mudah setiap kali aku mengeluarkan kemampuan asliku."


"Hasil dari latihan di Dracunia."


Pasangan kucing neraka dan iblis es dari kelas gagak bergembira di dek.


"Kalian berdua, tetap waspasa. Kardinal menghilang."


"Hmm...."


Mendengar peringatan Ellis, Claire mengubah ekspresi.


Saat ini, Grand Titania perlahan turun.


Kota reruntuhan dibawah mereka semakin dekat.


"Kapal ini sudah tak ada harapan. Semuanya bersiap akan dampaknya." ucap Rubia dengan tenang.


Reicha dan para Ratu berkumpul, mati-matian berpegangan pada pagar kapal.


Lalu–


Craaaaaaaash...!


"...!"


Sebuah dampak yang mengejutkan menghantam seluruh kapal.


Menghantam bangunan-bangunan di kota, badan besar kapal itu mengikis permukaan jalan yang terbuat dari batu.


Lapisan pelindung pecah, menunjukkan bagian dalamnya.


Seraya menyebabkan kehancuran di jalanan, Grand Titania terus meluncur, akhirnya berhenti setelah menghantam sebuah menara jam besar di alun-alun dengan cara yang spektakuler.


Kalau bukan karena penghalang milik Fianna dan perisai milik Ratu Angin, kapal ini pasti telah hancur berkeping-keping.


Terjadi awan debu yang tebal, memblokir seluruh pandangan mereka.


"....! Apa kalian baik-baik saja, semuanya?"


Dengan Demon Slayer menancap di dek, Kamito berpaling ke belakang.


"Y-Ya, kami baik-baik saja."


Dibalik debu, dia mendengar jawaban Reicha.


Disaat yang sama, ada suara cipratan. Sepertinya Ratu Air Feirei Sin Quina telah mengaktifkan sihir perlindungan air.


"Itu gila sekali...."


"Seragamku penuh debu!"


"T-Tunggu.... Kyah!"


"Apakah anda baik-baik saja, Yang Mulia–"


Claire dan para cewek satu persatu melompat keluar dari dek yang miring ke tanah.


Kamito tetap waspada saat dia mendarat di kota yang hancur.


(Oh, tempat ini...)


Melihat sekelilingnya yang dipenuhi asap dan debu, dia bergumam sendiri.


Gak heran tempat ini terasa begitu nostalgia–


Ini adalah alun-alun dimana dia dan Leonora berjalan-jalan sebelum babak final.


"Kamito, hati-hati."


Bilah pedang berwarna putih perak berkedip saat Est memberi peringatan.


"Ya, aku tau–"


Roh militer raksasa itu kemungkinan hanyalah penyambutan.


Kardinal nggak mungkin segitu naifnya sampai berpikir bahwa sesuatu setingkat ini akan membunuh kelompok Kamito.


Tiba-tiba–


"Ahaha, gimana rasanya mendapati sayap kalian patah?"


Tawa ejekan menggema di alun-alun.


"K-Kau!"


Claire menatap langit.


Melayang di udara, jubah berkibar, Millennia Sanctus menatap Kamito dan rekan-rekannya.


Dari mata kirinya dimana sudah tak ditutupi penutup mata, Kegelapan Dunia Lain mengalir tanpa henti.


Roh-roh kecil berkelip-kelip menari-nari dilangit.


Meskipun roh-roh berperingkat tinggi seperti Scarlet, Fenrir, dan Simorgh tak terpengaruh selama mereka nggak kontak langsung dengan kegelapan itu, namun roh-roh peringkat rendah yang tinggal di Astral Zero tak mampu bertahan dari racunnya, mereka semua kalang kabut.


"Sungguh sambutan yang barbar, Millennia Sanctus."


Kamito menyiapkan Demon Slayer dan Vorpal Sword.


Sebagai tanggapan, Millennia Sanctus menyeringai ganas.


"Gimanapun juga, tak satupun dari kalian yang dibutuhkan di dunia tuanku. Sama seperti aku."


".....!"


Kegelapan Dunia Lain yang keluar–


Seolah-olah sangat lapar, kegelapan itu terus melahap tubuh cewek itu.


"Ah, ahhh, ahhhhhhhhhhhhhhh!"


Dari tenggorokan Millennia Sanctus keluar jeritan serak.


"D-Dia mau apa–?"


"Dia tiba-tiba bunuh diri!"


Claire dan rekan-rekannya kebingungan dengan perilakunya, tapi....


"–Tunggu. Itu sebuah gerbang." kata Kamito.


"...Huh?"


"Roh itu menciptakan sebuah gerbang untuk memanggil malaikat."


Setelah menyerap tubuh Millennia, sebuah bola hitam melayang di udara.


....Gak salah lagi. Ini sama persis seperti ketika malaikat Dunamis dipanggil di Akademi.


Demon Slayer di tangan Kamito mengeluarkan dengung pelan.


Sebagai seorang roh senjata, Est merasakan keberadaan musuh bebuyutan didalamnya.


Whooosh–Tiba-tiba, sebuah retakan muncul di bola itu.


...Zu...Zuzuzuzu...Zuzuzuzuzuzuzuzuzuzu...!


Sesuatu mau keluar dari kegelapan itu.


"....! Sesuatu keluar...!"


Mungkin merasakannya melalui naluri seorang princess maiden, Fianna menahan nafasnya.


"Jangan harap semudah itu! O kobaran api menghanguskan–Fireball!"


Melihat itu, Claire menembakkan sihir roh api, mencoba menghancurkan gerbang itu.


Namun, api merah itu memasuki kegelapan tersebut dan segera menghilang.


".....! Rasakan ini–"


"Itu percuma saja. Jangan buang-buang divine powermu."


Melihat Claire hendak menggunakan sihir roh lagi, Rubia memegang pundaknya untuk menghentikan dia.


...Zuzuzu... Zuzuzuzuzuzuzuzuzuzu...!


Bola kegelapan itu pecah seolah dihancurkan dari dalam–


Mahluk itu muncul.


"A-Apa itu!?"


Memegang Ray Hawk, Ellis berseru terkejut.


"...!?"


Kamito juga cuma bisa memegang kedua pedangnya tanpa bisa berkata apa-apa.


Yang muncul entah darimana adalah sebuah pilar spiral besar yang berputar-putar.


....Itulah yang bisa Kamito gambarkan menggunakan pengetahuannya sendiri.


Pilar spiral itu memancarkan cahaya berwarna pelangi sambil perlahan-lahan turun ke tanah.


"Apa itu yang disebut malaikat?" tanya Claire.


"Ya, tapi itu berbeda dari malaikat yang kulihat sebelumnya."


"–Itu adalah Ophanim."


Suara Est bergema di pikirannya.


"Jadi itu tipe yang berbeda dari yang kita lawan di Akademi, huh?"


"Memang, tapi otoritas spesifiknya gak diketahui. Membutuhkan domain ingatan untuk melakukan analisa–"


"Dimengerti."


....Meskipun penampilannya aneh, gak diragukan lagi itu adalah malaikat.


Memegang kedua pedangnya erat-erat, Kamito berkata pada Claire dan yang lainnya yang ada dibelakangnya.


"Semuanya, bawa para Ratu pergi. Aku akan menangani malaikat ini."


"A-Apa yang kau katakan? Kita harus bertarung bersama juga."


"Aku setuju!"


Ellis dan Rinslet keberatan, tapi....


"Tidak–"


"Kenapa?"


"Kamito, apa kau menganggap kami sebagai beban?"


"Tidak, bukan itu maksudku."


Kamito menggeleng.


"Para malaikat memiliki otoritas yang mengganggu hukum alam dan meniadakan serangan-serangan roh. Serangan roh biasa gak mempan pada mereka."


"Apa yang kau katakan?"


"Mereka cuma bisa dikalahkan oleh para roh senjata, yang dilahirkan untuk melawan para malaikat."


Berkata begitu, Kamito menuangkan divine power pada Demon Slayer.


"....! Nggak mungkin, bahkan kekuatan para roh nggak berguna?"


"....Aku mengerti, kalau begitu lakukan saja apa yang Kamito-kun katakan." kata Fianna.


"Yang Mulia...."


"Kamito-kun, bisa kuserahkan ini padamu?"


"Ya–"


Mendengar itu, Kamito mengangguk pelan.


"Tunggu. Kalau begitu, aku akan bertarung bersamamu."


"Claire?"


Kamito mengernyit dan menoleh ke belakang.


"Seperti Terminus Est, aku juga roh senjata yang diciptakan untuk melawan para malaikat. Meskipun ingatanku dari perang besar sudah tidak ada, sebagai yang terakhir selamat dari seri Valkyrie, aku menganggap melawan mereka sebagai misiku."


Flametongue milik Claire berbicara.


"Ortlinde, ngomong-ngomong, itu benar–"


"Roh pedang, tolong sediakan data analisanya–"


"–Dimengerti, Ortlinde."


Huruf-huruf bersinar melayang disekitar Demon Slayer dan mulai berputar dengan kecepatan tinggi.


Lalu, seolah menanggapi, huruf-huruf bersinar itu juga muncul disekitar Flametongue milik Claire.


"Kamito-kun, Claire, kuserahkan ini pada kalian."


"Jangan memaksakan diri."


"Terimakasih sudah mau menanganinya."


"Ya, jangan kuatir–"


Kamito mengangkat jempol ke arah mereka dibelakangnya.


"Claire..."


"–Pergilah, Nee-sama. Aku akan mengurus Kamito."


Mendengar suara Rubia, Claire mengangguk tegas pada dia.


Didepan kelompok Kamito, malaikat itu mendarat di tanah.


"Apa kau siap, Claire? Kupercayakan punggungku padamu."


"Hmph, serahkan padaku!"


Memegang Flametongue, Claire tersenyum tak kenal takut.


Berdiri berdampingan, mereka berdua menatap malaikat yang ada didepan mereka.

Catatan Penerjenah & Referensi[edit]

  1. Truffle adalah bagian yang membesar dari jamur Ascomycetes, yang merupakan salah satu spesies jamur dari genus Tuber. Truffle adalah jamur ectomycorrhizal, dan dengan demikian biasanya ditemukan menempel ke akar pohon. tkp wiki
Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya