Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid19 Bab 10

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 10 - Terpanggilnya Raja Iblis[edit]

Bagian 1[edit]

Disekitar malaikat itu terdapat rune bercahaya yang menyerupai High Ancient.


Ini adalah bahasa untuk mengubah hukum fisika di dunia ini, menulis ulang hukum tersebut–


Menurut Est, musuhnya adalah Ophanim, sebuah tipe pengintai astral.


Tak seperti malaikat Dunamis yang dia lawan, ini adalah tipe malaikat yang berbeda.


"Claire, jangan lengah meski lawannya seperti itu. Ini adalah seekor monster yang sebenarnya."


"Ya. Scarlet aja sampai gementaran kayak gini."


Flametongue yang ada di tangan Claire menghasilkan dengungan pelan yang menyerupai gelombang ultrasonik.


Seorang roh senjata seperti Est, Orlinde bereaksi pada kekuatan musuh.


"Aku gemataran karena bersemangat, master."


"Aku tau."


Mendengar penjelasan bangga roh terkontraknya, Claire tersenyum masam.


"Est, butuh berapa lama untuk menguraikan rune itu?"


"–Ya, butuh waktu 64 detik."


"Sekitar satu menit, huh?"


Ini waktu yang cukup lama. Namun, sebelum rune yang mampu memanipulasi hukum alam itu diuraikan, serangan dari elemental waffe akan dinetralkan.


"Dimengerti. Satu menit. Aku akan mengulur waktu sebanyak mungkin."


"Aku akan melindungimu, Kamito. Nona Roh Pedang bisa berfokus pada analisa."


Seraya petir sihir hitam legam memancar, Est menanggapi Restia.


"–Makasih, roh kegelapan."


Bilah putih perak milik Est bersinar dan menjawab.


"Fufu, karena roh pedang legendaris mengandalkan aku, aku gak boleh menghianati harapan itu."


"Ya, itu benar–"


Berkata begitu, Kamito menuangkan divine power pada Vorpal Sword.


Lalu, dia merasakan sengatan pada mata kirinya, tapi....


(....Diamlah, Ren Ashdoll!)


Tak terpengaruh, Kamito melanjutkan melepaskan divine power.


Ini bukanlah lawan yang bisa dikalahkan dengan kekuatan yang setengah-setengah.


"Claire, aku yang akan jadi barisan depan. Lindungi aku."


"Oke, kalau gitu biar aku dan Scarlet yang membatasi pergerakannya."


Dengan ayunan Flametongue dari Claire, api merah segera berkobar di tanah.


Mereka merupakan anggota tim yang paling lama, bekerjasama sejak mereka mulai berpatisipasi dalam turnamen peringkat Akademi.


Mereka gak perlu membahas terlebih dahulu bagaimana melakukan koordinasi dalam pertempuran.


"Ayo maju–"


Mengumpulkan divine power di kakinya lalu meledakkannya. Kamito menghentak tanah kuat-kuat.

Bagian 2[edit]

Mendengar suara pertempuran dibelakang mereka, Rubia dan yang lainnya berlari di jalanan yang telah berubah menjadi tanah gersang.


Tak seperti Ellis dan Rinslet, yang telah melalui pelatihan tarian pedang di Akademi, dan Rubia yang tubuhnya telah diperkuat oleh segel persenjataan terkutuk, Fianna dan keempat Ratu tak memiliki stamina fisik yang besar.


Ditambah dengan fakta bahwa tanahnya telah hancur, mereka hampir jatuh berkali-kali.


"Kita harus meninggalkan tempat ini secepat mungkin, atau kita akan terkena dampaknya!"


Berada dibelakang untuk melindungi para Ratu, Ellis berteriak.


Meskipun dia gak menyaksikan kekuatan malaikat secara langsung–


Kalau apa yang dikatakan Kamito memang benar, maka sekeliling mereka bisa menjadi bumi hangus setiap saat.


Lalu.....


"...! Kyah!"


Seorang Ratu didepan berteriak.


"....Apa!?"


Ellis terbelalak.


Sebuah dinding api yang berkobar memblokir jalan mereka.


"....! Apa yang terjadi? Blizzard Breath!"


Rinslet merapal sihir roh es–


Namun, api itu semakin kuat, seketika melahap badai es tersebut.


"Mustahil....!?"


Melihat itu, Rinslet terkejut.


Lalu–


"Fufu... Percuma saja lari, tikus-tikus kecil."


"Kurang ajar–!"


Ellis menengadah dan berteriak.


Disana diatas dinding api yang memblokir mereka–


Seorang cewek manis memakai jubah putih berdiri disana.


"....! Kenapa ada Millennia Sanctus lagi!?"


Berhenti, Fianna menggigit bibirnya.


"Jumlah mereka ada berapa banyak?"


"Astaga, ketahuilah bahwa aku selalu satu. Semua diriku adalah aku–"


Millennia Sanctus memegang sebuah pedang besar berwarna merah yang terselimuti api–


Kemungkinan pedang itulah yang menghasilkan dinding api tersebut–


Lalu–


"....! Pedang itu, mungkinkah–"


Suara Rubia menjadi serak.


Matanya yang seperti rubi tampak membara. Rambutnya menyala merah.


Segel roh yang ada di tangan kanannya bersinar terang.


Warna merah yang mirip dengan darah yang mendidih–


"Rubia-sama..."


Menyadari sesuatu yang gak biasa pada sikapnya, Fianna bergumam terkejut.


Seolah beresonansi pada cahaya dari segel roh miliknya–


Pedang sihir berwarna merah gelap di tangan Millennia mengeluarkan api.


"Ya, pedang ini adalah pedang api ultimate yang membawa kehancuran dunia–Ragnarok."


Millennia Sanctus tersenyum dan mengangkat pedang sihir itu.


"Elemental waffe dari Elemental Lord Api Volcanicus."


"Bangsat–"


Menatap penuh kemarahan pada Millennia Sanctus, Rubia berkata pelan.


"Beraninya kau mengeluarkan itu didepanku–!"


Elemental Lord Api Volcanicus.


Dia adalah pelaku dibalik kenapa Rubia menjadi Ratu Bencana.


Dendam karena mengubah wilayah Elstein menjadi lautan api–


"Aha, sungguh adegan yang menyentuh, Ratu Bencana. Berterimakasihlah padaku. Aku akan menggunakan api ini, api yang menghancurkan kampung halamanmu, untuk membakar kalian semua!"


Pedang api Ragnarok di tangan Millennia menjadi merah terang seolah memerah kepanasan.


Lalu....


"Tombak aliran Fahrengart, teknik rahasia–Storm Strike!"


Ellis melemparkan Ray Hawk ke dinding api yang menjulang didepan mereka.


BOOM!


Terselimuti badai, tombak sihir itu membuat lubang di dinding api tersebut.


"Apa!?"


Situasi yang tak terduga itu menyebabkan Millennia mengernyit.


"Rinslet, bawa para Ratu pergi!"


"Dimengerti! Fenrir!"


Pemahaman mutual dalam Tim Scarlet membuat Rinslet segera bereaksi.


Dia nggak mengatakan apa-apa lagi. Celah pada dinding api itu cuma sementara. Sedikit saja keraguan akan menyia-nyiakan peluang langka untuk melarikan diri yang dibuat oleh Ellis.


Saat ini, melindungi keempat Ratu adalah yang paling penting.


Woof!


Terselimuti badai, serigala putih dipanggil.


Fenrir melahap keempat Ratu, menunggu Rinslet menaiki punggungnya, lalu melompat melewati celah yang semakin sempit tersebut.


"Tikus kecil dengan trik murahan, apa kalian pikir bisa lolos begitu saja?"


Mendengus, Millennia mengayunkan Ragnarok.


Percikan api yang berhamburan berubah menjadi anjing-anjing api, mengejar Fenrir.


"....! Gawat!"


Ellis berseru–


"Astaga, apa ini waktunya mengkhawatirkan rekanmu, nona kecil?"


Millennia Sanctus mencemooh dan perlahan mendarat di tanah.


Ditancapkan di tanah, Ragnarok mengubah ubin batu menjadi lava yang membara.


"Rubia-sama, mundurlah–"


Fianna berkata sambil memegang rapier elemental waffe miliknya yang bersinar putih perak.


Formasi mereka melibatkan Ellis di barisan depan dan Fianna memberi perlindungan dari belakang.


Meskipun hanya mereka berdua, ini tidaklah nggak meyakinkan, namun ini merupakan formasi taktis terbaik yang tersedia bagi mereka saat ini.


Namun–


"Kalian berdua, mundur."


Mengabaikan suara Fianna, Rubia berjalan ke depan.


"...Rubia-sama!?"


"Elemental Lord Api biar aku yang tangani."


Dia menatap Millennia Sanctus yang menyeringai.


Tidak, dia menatap Ragnarok yang ada di tangannya.


Kobaran api muncul di tangan Ratu Bencana.

Bagian 3[edit]

Kiiiiiiiiiiiin—


Dengan suara yang memekakan telinga–


Malaikat spiral yang bersinar itu mulai berputar dengan kecepatan tinggi.


Rune yang ada disekitarnya memancarkan cahaya yang terang.


"–Dia datang, Claire!"


Memberi peringatan, Kamito melepaskan divine power dan segera mendekat.


Malaikat spiral itu berhenti berputar.


Dengan nalurinya, Kamito menilai itu adalah gerakan serangan.


Lalu, rune bersinar itu berkumpul pada satu titik dan melepaskan kilauan cahaya.


(....Dia datang!?)


Kamito merendahkan posturnya seolah menerjang tanah.


Rekasi ini cuma bisa dilakukan dengan memprediksi sebuah serangan.


Tembakan petir melintas diatas kepala Kamito dari titik fokusnya.


Udara terbelah. Gelombang panas dari tembakan itu memanggang kulitnya.


Ditembakkan lurus, jejak tembakan petir itu menghilang jauh dibelakang dia.


Kalau tembakan itu mengenai dia, seluruh tubuhnya mungkin telah berubah menjadi abu.


Menghancurkan ubin dibawah kakinya, Kamito melesat kedepan.


"O petir sihir kegelapan, hancurkan lawanku–Vorpal Blast!"


Petir hitam legam memancar dari bilah pedang iblis dan menyambar malaikat spiral itu.


Tapi–


K... iiii... iiiiiiiiiiiiii—!


Malaikat itu mengeluarkan rune bercahaya disekitarnya lagi, menghasilkan suara aneh yang mirip dengan gesekan metalik.


Petir sihir kegelapan yang mampu menghancurkan segalanya, dimentahkan dengan mudah oleh penghalang malaikat itu.


Ini adalah pertahanan absolut untuk menetralkan kekuatan para roh, merusak hukum alam dunia.


(....! Ternyata betul, gak mempan, huh?)


Kamito menduga pertahanan malaikat itu akan renggang setelah melakukan serangan yang kuat.


Malaikat spiral itu melayang.


Lalu enam titik cahaya mulai berkontraksi disaat yang bersamaan.


(....! Berikutnya pengeboman masal!?)


Mengamati lintasan tembakan petir itu, Kamito menyadari kalau menghindar adalah hal yang mustahil.


Kalau begitu–


(Est, bisakah kau menahannya!?)


Sambil melompat ke samping, Kamito berteriak dalam hatinya.


....Tapi hanya keheningan yang dia dapatkan.


(Huh, E-Est....?)


"Percuma saja, Kamito. Nona Roh Pedang saat ini sedang berfokus pada menganalisa penghalangnya."


"....Waduh!"


Mendengar suara Restia, Kamito mengerang putus asa.


"Bukankah kita setuju untuk mengulur waktu selama satu menit? Baiklah, ayo maju–"


"T-Tunggu....!"


Lalu–


"Menarilah, kobaran api, O kobaran api yang menyala panas–Flare Rose Garden!"


Suara Claire yang keras terdengar.


Sihir roh yang dituangkan pada Flametongue dilepaskan–


BOOOOOOOOOOM!


Terjadi ledakan. Berpusat pada malaikat itu, seluruh areanya meledak.


Dengan menyerang titik fokus dari tembakan petir itu, Flametongue telah meledakkan tembakan tersebut.


"Claire, kau menyelamatkan aku!"


"Aku dan Scarlet akan mengurus titik awal serangannya."


Melompat keatas bangunan yang runtuh, Claire mengayunkan Flametongue.


"Kamito, teruslah bergerak untuk bertindak sebagai pengalihan."


"....Dimengerti. Aku akan berusaha menarik perhatiannya sebisa mungkin."


"T-Tapi, jangan berlebihan!"


Berkata demikian, Claire buru-buru melanjutkan.


"Ya, aku akan baik-baik saja!"


Tersenyum masam, Kamito menyiapkan Vorpal Sword.


(Waktu yang dibutuhkan Est untuk menyelesaikan analisa, 34 detik lagi, 33 detik, 32 detik....)


Sambil berfokus pada pertempuran, Kamito juga terus menghitung waktu mundur dalam benaknya.


.....Asalkan dia gigih, kesempatan akan datang.


...i, iii, iiiiiiiiiiiii—!


Suara aneh terdengar lagi. Seketika kobaran apinya dihapus.


Kali ini, rune bersinar merah dikerahkan disekitar malaikat spiral tersebut.


(–Pola ini berbeda dari yang barusan!?)


Tentu saja, Kamito gak bisa memahami apa maksud rune itu.


Tapi setidaknya dia tau bahwa serangan berikutnya akan berbeda dari yang sebelumnya.


Rune bersinar itu mencapai tanah dan dikeluarkan secara melingkar.


"Ada datang, Claire. Hati-hati–"


"Apa yang datang?"


"Mana kutau–"


"A-Apa.... Eh, kyah!"


"Claire, pegangan padaku!"


Kamito bergegas ke samping Claire dan mengangkat dia.


Mengangkat tubuh Claire yang mungil dengan tangannya, Kamito melompati puing-puing.


"Hwa... K-Kamito!?"


Claire langsung tersipu merah padam. Matanya jadi lembab.


Lalu, tanah dibawah kaki Kamito berubah menjadi lumpur. Tubuhnya langsung tenggelam.


"...!?"


Kamito melepaskan divine power terkonsentrasi sekaligus, melompat lagi, melompat ke atas sebuah bangunan.


Berpusat pada malaikat spiral itu, bangunan sekeliling perlahan-lahan tenggelam kedalam tanah.


"A-Apa yang terjadi....!?"


"Sifat area sekitar telah ditulis ulang–"


Menurunkan Claire di atap, Kamito menatap kebawah.


Jalan berubin batu telah berubah menjadi lumpur hitam legam, melahap segalanya.


"I-Ini gila sekali...."


Tertegun, Claire bergumam pelan.


"Ini bukan apa-apa...."


Masih memegang erat kedua pedangnya, Kamito menyeka keringat dari alisnya.


Setelah itu, rune bersinar tersebut menghilang dan lumpur hidup tanpa dasar itu kembali menjadi tanah lagi.


Bersinar dengan warna pelangi, malaikat spiral itu perlahan mulai berputar ditempat.


(Tapi itu tampak agak aneh...)


Tiba-tiba Kamito sadar.


Dibandingkan dengan malaikat Dunamis yang dia lawan di Akademi, malaikat ini tampak cendurung pada pertahanan.


Kekuatannya memang gak main-main, tapi–


(Itu hampir seperti dia menunggu datangnya sesuatu...)


Berpikir begitu, Kamito lalu menyadarinya.


Selain penghalang yang dikerahkan disekitar malaikat itu–


Rune telah berputar didalam spiral sepanjang waktu ini.


'"(...Apa yang terjadi? Apa yang dia lakukan?)


"Kamito, analisa malaikatnya telah selesai."


Lalu, suata Est masuk kedalam pikiran Kamito.


Huruf High Ancient dengan cepat mengalir pada bilah Demon Slayer.


"Bagus, Est!"


"Ya, Kamito. Aku lebih cepat sekitar 7 detik."


Dengan suara yang tanpa emosi, Est menyatakannya dengan agak bangga.


"Akhirnya kita sekarang bisa menyerang balik."


"Ya, bukan gayaku untuk terus menerima serangan."


"Berbagi data dengan roh kucing neraka."


Beresonansi, Demon Slayer dan Flametongue milik Claire mulai bersinar.


"Aku gak tau kenapa, tapi malaikat ini gak kelihatan kuat dalam serangan. Ini jauh lebih mudah ditangani daripada malaikat Dunamis yang kutemui di Akademi."


Saat Kamito mau menyerang balik.


"–tunggu sebentar, Kamito."


"Ada apa?"


"Kepadatan eksistensi didalam malaikat itu meningkat dengan cepat."


Bilah putih perak bersinar terang.


"....Maaf, bisakah kamu menjelaskan lebih jelas lagi?"


"Malaikat itu kayaknya memanggil sesuatu didalamnya."


"....Apa kau bilang!?"


Malaikat spiral itu terus berputar memancarkan cahaya yang menyilaukan.


Spiralnya terurai lalu lenyap–


Sesuatu terselimuti cahaya muncul ditempat yang sama.


"....Apa!?"


Kamito cuma bisa terperangah.


Itu adalah sosok manusia.


Seorang manusia tinggi, memakai jubah hitam legam yang bentuknya terus berubah layaknya bayangan.


Seluruh tubuhnya dikelilingi oleh kabut hitam. Dibalik topeng yang berbentuk tengkorak itu, sepasang mata berwarna merah darah bersinar tak menyenangkan.


Sosok itu hampir seperti–


"....Apa-apaan itu!?"


Mahluk paling kuat dan paling kejam di sejarah benua–Raja Iblis Solomon telah muncul.

Bagian 4[edit]

"Aha, lucu sekali, Ratu Bencana!"


Dengan membelakangi dinding api yang berkobar, Millennia Sanctus tertawa.


"Setelah kehilangan kekuatanmu, apa yang bisa kau lakukan sekarang?"


"Kehilangan kekuatanku, apa kau menganggapnya begitu?"


Rubia mengulurkan tangan kanannya, terselimuti kobaran api.


"Apa!?"


"–O api kuno yang kacau, bersemayamlah ditanganku dan berubahlah menjadi pedang yang tajam!"


Seketika, sebuah senjata yang membara serta dengan lekukan yang anggun muncul di tangannya.


Bentuknya sangat mirip dengan senjata yang dikenal sebagai katana yang telah ada sejak dahulu di negara timur jauh.


"Apa itu sebuah elemental waffe!?"


Fianna membelalakkan matanya, berseru terkejut.


Elemental waffe Laevantein harusnya sudah hancur saat babak final Blade Dance.


Dan juga, Rubia harusnya sudah kehilangan kekuatan dari roh terkontrak.


"Eh, sungguh menarik. Kenapa kau punya elemental waffe?"


"Ini bukan elemental waffe."


"Apa kau bilang?"


Rubia menyiapkan pedang yang dia panggil.


Bilahnya meninggalkan jejak api biru setiap kali diayunkan.


"Roh militer Kagutsuchi, sebuah model percobaan yang dibuat Vivian Melosa atas permintaanku."


"R-Roh militer....?"


Mendengar itu, Fianna tertegun.


Roh militer dimaksudkan menjadi roh yang bisa dikerahkan tanpa membuat kontrak roh. Secara normalnya, mereka mustahil berubah menjadi elemental waffe.


Bahkan bagi militer Ordesia, teknologi terkait seharusnya masih dalam tahap penelitian.


Gak disangka Rubia betul-betul menerapkannya.


"Mirip dengan Elemental Panzer milik kakak angkatku, huh....?"


"Ya, teorinya cukup mirip." balas Rubia.


"Meskipun permainan pedang bukanlah spesialisasiku, setidaknya aku lebih baik daripada kau, kardinal."


Dia menatap tajam Millennia Sanctus yang ada didepannya.


Segel persenjataan terkutuk yang ada di seluruh tubuh Rubia memancarkan cahaya dari balik seragam militernya.


Api biru pada bilah pedangnya mulai berkobar ganas.


"Rubia-sama, jangan—!"


Fianna cuma bisa berteriak.


Menggunakan begitu banyak segel persenjataan terkutuk disaat yang bersamaan sama seperti bunuh diri.


"Aku gak peduli. Aku hanyalah mayat hidup."


"Ho... Aha, ahahahahaha, padahal kupikir itu adalah sesuatu yang lain, gak bisa dipercaya, roh militer?"


Millennia Sanctus mengejek dingin.


"Kau berniat beradu pedang dengan Ragnarok ini menggunakan sesuatu seperti itu?"


Elemental waffe ultimate ditangan Millennia Sanctus mengeluarkan kobaran api merah.


Pedang itu diayunkan.


Sebuah mansion terbelah secara diagonal. Bagian atasnya perlahan meluncur kebawah.


CRAAAAAAASH!


Dengan suara kehancuran yang berkelanjutan, asap debu yang besar mengepul ke udara.


"Berterimakasihlah padaku atas kebaikanku. Aku akan membakar kalian bertiga dengan cepat dan bersih. Begitu bersih hingga abu pun gak akan tersisa!"


Sisa dari bangunan yang runtuh berubah menjadi hujan api, menghujani Rubia.


" "Rubia-sama!" "


Fianna dan Ellis bergegas mendekat, tapi mereka dihadang oleh puing-puing yang terbakar.


Namun, Rubia berdiri tenang ditengah hujan api.


Rambut merahnya, yang seperti kobaran api, melambai-lambai diterpa angin.


"Kardinal, kau gak layak memegang senjata itu."


Rubia perlahan berbicara.


"–Seseorang sepertimu tak bisa menggunakan api itu."


Segel roh api yang ada ditangan kanannya memancarkan cahaya menyilaukan.


"...!"


Sesaat, tubuh Millennia membeku seolah terkejut.


"Kalian berdua gak perlu ikut campur. Aku akan menangani ini." Kata Rubia seraya menoleh kebelakang.


"Waduh, kata-katamu membuatmu tertawa. Ratu Bencana."


Merendahkan kepalanya, Millennia berbicara.


"Baiklah. Sesuai keinginanmu, aku akan membakarmu menjadi arang!"


Dengan wajahnya yang dipenuhi kemarahan, Millennia mengayunkan Ragnarok.


Ular naga api menyapu tanah, melelehkan ubin batu seraya menyerbu kedepan.


Sebagai tanggapan, Rubia–


Dia menikamkan Kagutsuchi miliknya ke tanah.


"–Bahkan waktu sekalipun tak bisa lolos dari takdir membeku, kobaran api absolute zero–Frost Blaze!"


Rahasia yang diwariskan dalam garis keturunan Elstein.


Api dunia lain yang bahkan mampu membekukan api terkuat di Astral Zero.


"Apa kau lupa api ini, Volcanicus?"


Ditengah kobaran api biru, dia berkata.


"–Kalau begitu, aku akan membuatmu ingat!"

Bagian 5[edit]

–Raja Iblis Solomon.


Elementalis terkuat dalam sejarah, orang yang membawa teror dan kekacauan pada benua seribu tahun yang lalu.


Melihat dia muncul didepan matanya–


"....Apa yang terjadi?"


Kamito bertanya pada Claire yang ada dibelakangnya.


"Apa yang membuatmu berpikir aku bisa menjelaskan...."


Mata Claire sama-sama dipenuhi keraguan dan kebingungan.


Penampilan yang ada didepan mereka sama seperti Raja Iblis dalam legenda.


(....Aku pernah melihat topeng dan jubah itu sebelumnya.)


....Gak salah lagi, itu adalah Raja Iblis yang asli.


Mahluk yang ada didepan mereka memancarkan aura yang mengerikan, cukup untuk meyakinkan Kamito.


Sang Raja Iblis mendarat di tanah. Racun kegelapan yang padat seketika meluap dari seluruh tubuhnya.


"Est, apa yang terjadi? Apa yang dilakukan malaikat itu?"


"–Sebuah pemanggilan dari koordinat masa lalu, Kamito."


"....Huh?"


Kamito membalas dengan pertanyaan.


"Sebuah penulisan ulang hukum dunia, dilakukan oleh otoritas malaikat itu. Mengekstrak koordinat dari waktu yang ada didunia ini, lalu mewujudkannya–"


"Uh, dengan kata lain, apa yang kamu maksudkan?"


"Dengan kata lain, Raja Iblis seribu tahun lalu dipanggil kesini seutuhnya?"


Melalui Ortlinde, Claire mendengar suara Est dan menanggapi.


"Tepat."


"....Sungguh nggak masuk akal–"


Kamito menggerutu.


(....Pemanggilan Raja Iblis? Itu gak masuk akal.)


Raja Iblis Solomon merupakan reinkarnasi dari kekuatan Elemental Lord Kegelapan. Jika Raja Iblis didepan matanya adalah yang asli, itu artinya malaikat itu telah memanggil kekuatan tersebut berserta dia.


Kemampuan ini pada dasarnya sama dengan keajaiban. Gak heran Holy Lord sangat menginginkannya.


Perilaku malaikat itu berfokus pada pertahanan untuk mengulur waktu, huh?


–Tiba-tiba, mata kirinya mulai terasa sakit.


Mungkin kemunculan dari makhluk yang memiliki kekuatan yang sama menyebabkan dia bereaksi.


"Pemanggilan makhluk terkuat yang tercatat dalam sejarah benua ini."


Memegang Flametongue, Claire melompat ke tanah.


Kamito mengikutinya, berhadapan dengan Raja Iblis didepannya.


Tatapannya bertemu dengan kedua mata yang ada dibalik topeng tengkorak itu.


Tiba-tiba, Kamito teringat pria muda yang dia temui di Kota Raja Iblis.


"...Oh, ohhhh... Oh, ohhhhhhhhhhh...!"


Dengan suara raungan yang aneh, racun kegelapan yang lebih pekat lagi memenuhi sekeliling.


Suara kebencian itu tampak mengutuk semua mahluk.


Raja Iblis perlahan mengulurkan tangan kanannya.


".....! Dia datang!"


"Bakar semua.... jiwa, petir hitam–Hell Blast."


–sihir petir kegelapan yang dikeluarkan Raja Iblis melesat seolah badai yang ganas.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya