Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid20 Bab 8

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 8 - Doa Para Princess Maiden[edit]

Bagian 1[edit]

Dibawah Gerbang menuju Dunia Lain, menebus langit...


Dua kilatan cahaya, satu berwarna putih dan satunya berwarna hitam, terus berkejaran dan bertabrakan, begitu cepat hingga membuat pusing untuk mengikuti pergerakannya dengan mata telanjang.


Serangan-serangan pedang berhantaman dengan kecepatan dewa, seketika menghasilkan hujan percikan api dan dentuman logam dari pedang-pedang itu.


(....! Apa yang terjadi!?)


Seraya terlibat dalam pertempuran sengit, Kamito bergumam kebingungan.


(Dibandingkan yang sebelumnya, pergerakan itu betul-betul berbeda!?)


Setiap serangan yang dilancarlan oleh Kamito terbaca sepenuhnya.


Ada yang aneh. Dia punya firasat semacam ini.


"Apa kau merasa ini menarik, Ren Ashbell?"


Seraya bersilangan pedang, Holy Lord berbicara.


"Aku sudah mendapatkan sebagian besar hak kendali dari wadah ini dari dia."


"Apa yang kau bicarakan?"


"Gimanapun juga, aku harus terbiasa dengan tubuh ini."


Mendengar itu, Kamito mengerti. "Dia" yang disebutkan ini mengacu pada–


"...Sacred Maiden Areishia!"


"Areishia Idriss adalah princess maiden terbaik didalam sejarah umat manusia. Ini juga merupakan salah satu alasan kenapa aku memilih dia sebagai sebuah wadah."


"....Jadi begitu, jadi itu sebabnya pergerakan pesangku terbaca, jadi itu adalah–"


Intuisi seorang princess maiden.


Itu merupakan kemampuan yang dimiliki oleh para princess maiden tingkat tinggi seperti Rubia dan Fianna, serta Claire meski dalam gaya yang tak bisa diandalkan.


Bakat alami ini memungkinkan mereka untuk merasakan fenomena di dunia dalam bentuk firasat.


Intuisi Sacred Maiden Areishia bisa dikatakan jauh melampaui Rubia yang dikenal sebagai princess maiden paling elit.


Intuisi tajam pada dasarnya mirip dengan memprediksi masa depan.


'"(....Mengayunkan pedang dengan insting bukannya mengandalkan ilmu pedang, huh,?)


Demon Slayer dan Terminus Est menghasilkan percikan api diantara mereka.


Holy Lord melangkah maju, melanjutkan serangan berikutnya.


Tebasannya bahkan lebih cepat. Pergerakan ini hampir seolah dilakukan oleh orang yang berbeda.


".....!"


Kamito melepaskan divine power yang terkumpul dan melompat mundur untuk memberi jarak.


"Maju dan tembuslah–Vorpal Blast!"


Dia mengayunkan pedang iblis kegelapan. Petir hitam menyerang Holy Lord.


Akan tetapi, divine power cahaya yang terpancar disekujur tubuh Sacred Maiden menetralisir petir kegelapan tersebut.


"...Nggak mungkin!?"


Gak disangka serangan itu dibatalkan hanya dengan divine power–

Menghancurkan ubin lantai di bawah kakinya, Holy Lord mendekat pada Kamito.


Kamito segera mempertimbangkan untuk menghindar, tapi dengan cepat mengabaikan pikiran itu. Gimanapun juga, pergerakannya akan diprediksi oleh intuisi princess maiden meskipun dia berusaha menghindar. Kalau begitu–


Kamito menyiapkan kedua pedangnya dan memilih langsung menghadapinya.


Dia akan menggunakan kekuatan penghancur yang besar serta kuantitas serangan untuk menundukkan musuh!


"Absolute Blade Arts—Bursting Blossom Spiral Blade Dance, Enambelas Tebasan Beruntun!"


"Terminus Est, O ratu baja yang menguasai semua pedang–"


Seketika, pedang cahaya berjumlah banyak muncul disekitar Holy Lord.


Pedang cahaya yang dilepaskan tersebut memblokir setiap serangan Kamito.


(...! Setiap serangan dari Bursting Blossom Spiral Blade Dance diblokir!?)


Tidak, nggak cuma diblokir.


Dua pedang cahaya berhasil lolos dan melukai kaki dan lengannya.


"Guh—!"


Mengerang, Kamito terjatuh berlutut satu kaki.


"Berakhir sudah, Ren Ashbell!"


Holy Lord mengangkat pedang suci miliknya.


Divine power dalam jumlah besar keluar dan memancar.


Bersinar dengan cahaya putih-perak, bilah Terminus Est mengubah seluruh Istana Holy Lord menjadi putih polos.


Ini adalah cahaya yang telah menghancurkan daratan Ragna Ys.


Tidak, ini melampaui cahaya itu.


"O kegelapan, kembalilah menuju ketiadaan–Deus Ira!"


Pedang cahaya yang menjulang ke langit tersebut diayunkan ke bawah.


Seketika, Kamito melepaskan divine power, menuangkannya pada Demon Slayer.


"Absolute Blade Ultimate—Last Strike, Dual!"


Ini merupakan teknik terkuat yang mana Greyworth sampai harus mempertaruhkan nyawanya untuk mengajarkan pada Kamito, teknik yang dia gunakan untuk mengalahkan Rubia saat babak final Blade Dance.


Kedua pedang itu bertabrakan.

Bagian 2[edit]

"—Huh?"


Reishia tiba-tiba berhenti saat berjalan menuju puing-puing di jalanan.


"Reishia, ada apa?"


Berjalan disampingnya, Rakka bertanya.


Karena Kota Akademi rusak parah akibat serangan dari para roh iblis beberapa hari lalu, para siswi, dipimpin oleh para Sylphid Knight, sibuk dengan rekonstruksi.


"....Apa kau dengar suara barusan?"


"Suara?"


Rakka mengangkat alisnya kebingungan.


"Suara roh?"


"B-Bukan. Itu kedengaran seperti seseorang memanggil–"


<—Mohon... persembahkan... doa kalian—>


"...! A-Aku juga dengar!"


Terkejut, Rakka menjatuhkan gada elemental waffe miliknya ke tanah.


Para siswi yang membantu pekerjaan rekonstruksi di alun-alun menatap tanah, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.


<Aku Ratu Api Reicha Alminas. Aku membutuhkan kalian semua untuk membantu sekarang ini—>


"Seorang Ratu!?"


Bagi para elementalis, para Ratu merupakan orang paling penting.


Gimanapun juga, sabda tidak diteruskan secara langsung pada masing-masing individu.


<Saat ini, Tim Scarlet sedang bertempur.>


"Kapten dan rekan-rekannya–"


Kedua ksatria itu tampak tersentak.


Para anggota Sylphid Knight beserta para siswi Kelas Gagak ada di alun-alun.


Mereka juga tampak seperti sedang mendengarkan ucapan sang Ratu.


Mereka mengetahui kebenarannya, bahwa demi mencegah kehancuran dunia, Kamito dan Tim Scarlet serta kepsek Greyworth saat ini tengah bertempur di Astral Zero–


<Kumohon, semuanya–>


Tentunya, para siswi di alun-alun semuanya berlutut dan mulai berdoa agar para Elemental Lord kembali stabil.

Bagian 3[edit]

Di wilayah Laurenfrost, didalam aula yang terbuat dari batu di kastil Winter Gulf, Judia Laurenfrost yang bertindak sebagai penguasa menengadah meskipun dia buta.


"Mireille, apa kau mendengarnya?"


"Ya, jadi kau juga dengar, Judia-oneesama?"


Memeluk seekor roh musang, Mireille menjawab.


"Saya juga mendengarnya. Sebuah sabda dari seorang Ratu, jadi begitu?"


Berdiri di samping, maid Milla Bassett juga mengangguk.


"Ehhh, apa yang terjadi? Saya masuk hitungan?"


Carol berbicara dengan panik.


Suara itu merupakan hasil dari sihir roh.


Tentunya, hanya para princess maiden yang bisa mendengar suara Ratu.


"Onee-sama dan Kamito-sama saat ini sedang bertempur."


Milla memberitahu Carol tentang sabda Ratu.


"Nyonya..."


Carol menengadah ke langit.


"Mungkin doa kita bisa membantu membangunkan para Elemental Lord."


Berkata demikian, Judia menyatukan kedua tangannya.


"Mari kita semua berdoa."


"Ya, saya akan mempersembahkan usaha saya juga dan menyemangati anda, nyonya!"


Carol mengeluarkan bendera Tim Scarlet yang memiliki pola seekor kucing neraka. Disamping dia, Milla Bassett juga memegang sebuah bendera dengan dua tangan.


"Darimana kalian berdua dapat bendera itu?"

Bagian 4[edit]

"—Wow, Reicha, sudah lama sekali sejak terakhir kali aku mendengar suaranya."


Ini adalah istana besar Karan, ibukota Kekaisaran Quina.


Di taman besar yang dipenuhi bunga teratai, seorang cewek mungil mengenakan pakaian ritual yang megah berbicara gembira.


Dia adalah putri ketiga Kekaisaran Quina, Linfa Sin Quina. Sebagai pemimpin dari Four Gods, dia pernah melawan tim Kamito di Blade Dance.


"Yang barusan itu suara kenalan anda, Linfa-sama?"


Rion "si Burung Vermilion" salah satu dari Four Gods yang berdiri di samping Linfa berperan sebagai penjaga, bertanya.


"Ya, Reicha adalah temanku dikala masih di Divine Ritual Institute."


Linfa mengangguk. Diberkahi dengan bakat-bakat princess maiden tingkat tinggi, dia pernah direkomendasikan sebagai Ratu Elemental Lord Air saat dia masih di Divine Ritual Institute.


Meskipun posisi Ratu pada akhirnya diberikan pada putri pertama, Feilei Sin Quina, Reicha yang lebih junior juga merupakan rekan Linfa ketika ujian proses seleksi.


Dan saat ini, permintaan bantuan dari Reicha sampai pada telinga Linfa.


"Tim Kazehaya Kamito saat ini bertaring melawan anjing-anjing Kerajaan Suci–"


Elementalis terkuat dari Four Gods, Shao Fu "si Macan Putih", menatap langit sambil bergumam.


"haaaaah, aku sungguh ingin pergi juga. Aku betul-betul ingin melawan para Elemental Lord."


Menepukkan tangannya pada sarung tangan elemental waffe miliknya, dia gelisah penuh semangat.


"Shao-oneesama..."


"Omongkosong apaan yang kau bicarakan?"


Hakua dan Rao bergumam gak berdaya.


"Shao, kau masih memikul misi menjaga aku."


"Ya ya, aku tau. Yah, karena Ratu meminta bantuan, itu artinya Kamito dan yang lainnya sedang dalam pertempuran yang sulit."


"Ya, begitulah. Ayo bersiap untuk berdoa sekarang. Kita masih berhutang budi pada si Raja Bejat dan Tim Scarlet. Sekarang adalah saatnya untuk membayar hutang kita!"

Bagian 5[edit]

Sama seperti yang lain, suara sang Ratu mencapai ujung gurun, sampai di istana Teokrasi Alpha.


"Segera kumpulkan semua princess maiden, untuk berdoa pada para Elemental Lord."


Putri Saladia Kahn memberi perintah pada para pengikutnya fi ruang singgasana.


Meskipun penduduk Teokrasi jarang sekali berdoa pada para Elemental Lord, karena penyembahan mereka terhadap Raja Iblis, masih ada kuil-kuil kecil untuk berdoa seperti meminta panenan yang berlimpah.


Orang-orang yang bertempur di Astral Zero saat ini merupakan orang yang berjasa bagi mereka.


Dia ingin melakukan apapun yang mereka bisa untuk membantu orang yang berjasa bagi mereka.


Saladia berbicara pada pria muda berkulit coklat yang berdiri berjaga disampingnya.


"Jio, kau seorang elementalis juga kan? Buruan berdoa."


"Hah, aku ini Raja Iblis. Aku nggak berdoa pada siapapun."


Namun, pria muda yang ditunjuk Saladia sebagai penjaganya menyeringai dan menjawab sinis.


"...~! Jio, astaga!"


Saat Saladia mau mengeluh...


"Tapi, Holy Lord betul-betul membuatku jengkel. Lihat saja akan kuhajar dia."


Pria muda itu tersenyum berani dan berjalan keluar istana.


"Kau mau kemana!?"


"Huh? Beri aku kapal. Ini mudah kan buat seorang ratu?"


"Gak akan kuberi! Kerjakan tugasmu sebagai bodyguardku dengan benar!"


Meskipun ada para pengikutnya, Saladia Kahn berteriak marah.

Bagian 6[edit]

Raungan dari para naga yang tinggal di Dragon's Peak menyebabkan atmosfer berguncang.


"Sepertinya para naga bereaksi pada sabda Ratu juga."


Wakil komandan Knight of Dragon Emperor, Yuri El Cid, menatap langit dan bergumam.


Kemampuan princess maiden terkadang dimiliki oleh para naga berperingkat tinggi. Meskipun ada penghalang bahasa, mereka masih bisa menerima pikiran Ratu.


Banyak api unggun dinyalakan di Benteng Dragon Rock disertai para priestess naga yang berdoa.


Mereka berdoa agar para Elemental Lord yang mengamuk segera tenang, serta untuk keselamatan Leonora Lancaster, sang putri naga yang saat ini bertempur di Astral Zero.


(Leonora-sama...)


"Wakil komandan Yuri, berita buruk!"


Lalu, seorang bawahan berlari mendekat, terengah-engah.


"Ada apa?"


Melihat itu, Yuri tampak terkejut.


"Y-Yang Mulia Raja Naga–"


"Tenanglah. Ada apa dengan Yang Mulia?"


Ksatria naga bawahan itu berbicara dengan wajah pucat.


"....telah menghilang dari Benteng Dragon Rock!"


"Apa kau bilang!?"

Bagian 7[edit]

Pedang-pedang berbenturan, cahaya divine power yang menyilaukan memancar ke sekeliling.


Dihadapkan dengan Deus Ira milik Holy Lord, Kamito mengeluarkan Last Strike, teknik tertinggi dari Absolute Blade Art.


Ini merupakan teknik pedang tertinggi yang memantulkan kekuatan dari sebuah serangan dengan membaca aliran divine power musuh.


Akan tetapi–


"O-Ohhhhhhhhhhhhhh!"


Plink—


Sebuah retakan muncul pada bilah Demon Slayer saat pedang itu memblokir Terminus Est.


(...! Est!)


—Aktivasi Last Strike tidak gagal.


Namun, teknik itu nggak bisa bertahan terhadap kekuatan penghancur yang sangat besar dari Terminus Est.


Hujan percikan api. Jika pedang-pedang itu terus berhantaman, Est akan hancur–!


Setitik keraguan itu menganggu divine power milik Kamito.


"...!"


Cahaya dari Terminus Est semakin membesar.


Aliran cahaya tersebut menelan Kamito, menghempaskan tubuhnya.


"—Uhuk... Huff...!"


Kamito terlempar menghantam penghalang Istana Holy Lord. Setelah memuntahkan darah, dia tergeletak, tak mampu bangun.


"....Sial...!"


Kamito segera Menatap elemental waffe dikedua tangannya.


–Demon Slayernya nggak hancur. Hanya ada retakan saja pada bilahnya.


Dia menghela lega. Akan tetapi, jari jemarinya yang memegang gagang pedang itu gak lagi punya tenaga.


Pandangan berguncang. Dia menduga bahwa ada banyak tulangnya yang patah.


"Untuk seorang yang palsu, nggak hancur sudah sangat menakjubkan."


Menatap Kamito yang tergeletak di lantai, Holy Lord berbicara.


"...Sudah kubilang, dia bukan palsu...!"


Meludahkan darah yang ada di mulutnya, Kamito melotot pada Holy Lord.


Divine power kegelapan keluar menyelimuti seluruh tubuhnya dan mulai menyembuhkan tubuhnya yang terluka.


....Tapi nggak cukup cepat. Holy Lord perlahan berjalan mendekat.


Tiba-tiba, karena suatu alasan, Sacred Maiden berhenti ditengah aula.


"...?"


"Lihat, Elemental Lord Air sudah akan berubah menjadi Gerbang terakhir."


Dia merentangkan tangannya, menatap langit, seolah mempersembahkan sebuah berkah.


"...Ap-a...?"


Dengan pergerakan lambat, Kamito mengerahkan segala kekuatannya untuk mengangkat kepalanya.


Lalu melihat bahwa singgasana Elemental Lord Air, yang diselimuti Kegelapan Dunia Lain, perlahan berubah menjadi sebuah pilar cahaya.


Jika pilar cahaya tersebut menyebabkan retakan yang ada dilangit semakin melebar–


Holy Lord mungkin akan bisa terhubung dengan mahluk yang ada di sisi lain dari retakan tersebut.


(...Jangan harap... kau bisa... berhasil...!)


Menggenggam erat gagang kedua pedangnya, Kamito berdiri.


"Sayang sekali, sudah berakhir, Ren Ashbell."


Dengan senyum tenang, Holy Lord mengulurkan tangannya pada Gerbang terakhir tersebut.


Lalu....


"Apa?"


Pergerakan Holy Lord tiba-tiba terhenti.


"–Para Elemental Lord kembali stabil?"


"huh?"


Kamito juga mengernyit–


Lalu, dia memahami makna dari kata-kata itu.


Kecerahan pilar-pilar cahaya yang menembus retakan di langit melemah.


(...Apa yang terjadi?)


Apa itu betul-betul bisa bagi para Elemental Lord yang dirasuki Kegelapan Dunia Lain menjadi tenang?


"...Jadi begitu. Jadi itu kelakuan dari para Ratu–"


Holy Lord bergumam. Ada unsur kecemasan pada suara Sacred Maiden.


Kamito nggak paham apa maksud kata-katanya. Ataupun dia mengetahui bahwa banyak princess maiden di alam manusia tengah berdoa, menyebabkan para Elemental Lord mendapatkan kembali setitik kewarasan. Tapi–


"...Kayaknya masih ada harapan, Alexandros."


Kamito menyeringai berani.


"Tidak, ini cuma penangguhan waktu saja. Kegelapan Dunia Lain akan segera menguasai Gerbangnya."


Holy Lord menyatakan dengan dingin.


"...Penangguhan waktu... sudah lumayan bagus–"


Divine power kegelapan yang menyelimuti seluruh tubuh Kamito bergejolak ganas.


"Jadi kau masih belum menyerah? Percuma saja, manusia gak bisa menang melawan para Elemental Lord."


Berkata begitu, Holy Lord memasang kuda-kuda dengan Terminus Est.


(...Teknik tertinggi Absolute Blade Art, Last Strike, gak berhasil–)


Roh pedang terkuat nggak bisa dikalahkan hanya dengan menggunakan Absolute Blade Art milik Kamito.


(Apa yang harus kulakukan–?)


Saat Kamito menggeretakkan giginya.


"–O anak yang manis, maukah kau mendengarkan aku dan bertaruh?"


(–Huh?)


Sebuah suara yang bukan milik Est maupun Restia terdengar didalam benaknya.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya