Seirei Tsukai no Blade Dance:Extra 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 5 - Misteri Jin Djarum 76[edit]

Bagian 1[edit]

Suatu hari, setelah menyelesaikan patroli mereka di kota Akademi, Kamito dan Ellis kembali ke markas Sylphid Knight didalam Akademi untuk menulis laporan mereka.


"Untungnya, hari ini semuanya damai juga–"


"Mm-hmm. Setelah pertandingan itu, ketertiban Akademi yang terganggu telah pulih secara perlahan."


Setelah mencatat hasil patroli hari ini dalam laporannya, Ellis mengangguk tegas.


Memang, selama beberapa hari belakangan, konflik dan segala macam masalah di Akademi telah menurun drastis.


Alasan terbesar yang bisa dipikirkan seseorang kemungkinan besar adalah pertandingan yang diadakan seminggu yang lalu untuk menentukan perwakilan Akademi untuk Blade Dance.


Disatu sisi adalah elementalis terkuat di Akademi dan mantan kapten Sylphid Knight, Velsaria Eva. Namun seorang karakter setinggi itu dikalahkan secara spektakuler oleh tim dari kapten ksatria saat ini, Ellis.


Berkat hal itu, para anggota Sylphid Knight yang awalnya meremehkan Ellis mulai memgakui kapten mereka, dengan demikian akhirnya memulihkan fungisonal organisasi.


".....Begitulah, pekerjaan hari ini selesai. Kerja bagus, Kamito."


Meletakkan laporan itu kedalam sebuah file, Ellis berdiri dari kursinya.


Tepat saat dia hendak mengembalikan file itu ke rak, Ellis tiba-tiba berhenti.


"....Oh ya. Aku hampir lupa."


Ellis mengambil sebuah file di samping dan menghela nafas pelan.


"....Apa itu?"


"Hmm, ini adalah sebuah laporan tentang keluhan-keluhan yang diterima para ksatria dari para siswa. Tapi karena kurangnya tenaga kerja belakangan ini, kami gak bisa menangani masalah ini, oleh karena itu kami cuma bisa–"


Sambil menjawab pertanyaan Kamito, Ellis membolak-balik file tersebut.


"Beberapa hari lalu, ada sebuah rumor tentang suara aneh berasal dari gudang dibelakang Akademi. Karena itu cukup meresahkan, para ksatria diminta untuk menyelidikinya, tapi masalah itu terlupakan karena semua perkerjaan yang semrawut ini–"


"Ada sebuah gudang di belakang Akademi?"


Kamito bertanya sambil memiringkan kepalanya. Setau dia cuma ada kandang kuda dibelakang bangunan sekolah tanpa adanya gudang.


"....Yah, tempat tinggalku yang aslinya memang tampak seperti gudang sih."


"G-Gak usah menggali masa lalu, oke....?"


Ellis menghindari kontak mata dengan canggung.


"Gudang ini mengacu pada sebuah bangunan di hutan di belakang Akademi."


"Didalam hutan, huh? Kalau begitu, mungkinkah suara aneh itu dibuat oleh roh yang nyasar dan masuk kesana?"


"Bisa jadi, kemungkinan begitu–"


Ellis mengangguk tanpa membantah pemikiran itu.


"Namun, ada bagian dari rumor itu yang agak mengkhawatirkan."


"Agak mengkhawatirkan?"


"Tepat.... Sepertinya, seseorang melihat sebuah sosok didalam gudang itu."


"Suatu sosok huh.... Aku paham sekarang."


Kamito berpikir secara mendalam dan bergumam pelan.


Cuma roh-roh berperingkat tinggi seperti Est yang mampu mewujudkan diri dalam wujud manusia. Sangat gak masuk diakal bagi seorang roh berperingkat setinggi itu muncul di tempat semacam itu.


"Oh yah, itu cuma rumor sih. Tempat itu memang selalu berhubungan dengan segala macam legenda."


"Legenda?"


"Memang. kamito, kau mungkin gak tau karena kau masih baru, tapi satu legenda mengatakan sesosok roh yag bersemayam disana memiliki kemampuan untuk mengabulkan semua permohonan."


"Kemampuan untuk mengabulkan semua permohonan... Gimana bisa roh semacam itu ada?"


Kamito berkomentar sambil mengangkat alisnya. Kalaupun didunia ini ada yang bisa begitu, itu pasti sesuatu yang setara dengan keajaiban dari para Elemental Lord yang diberikan pada pemenang turnamen Blade Dance.


"Tentunya, ini adalah sebuah rumor yang beredar diantara para siswi. Nyatanya, dulu para siswi usil sudah menyelidikinya berulang kali, tapi meski bayangan roh sekalipun gak pernah ditemukan."


Berkata begitu, Ellis mengangkat bahu.


".....Bisa dikatakan, karena keluhan-keluhan sudah menumpuk, sebuah penyelidikan harus dilakukan. Aku minta maaf, Kamito, tapi bisakah kau mendampingi aku?"


"Tentu, sebetulnya aku agak penasaran dengan rumor itu."


Hasilnya, mereka berdua pergi ke gudang di hutan sambil membawa lentera.

Bagian 2[edit]

Matahari sudah terbenam. Hutannya gelap gulita.


Lenteranya bersinar dari roh api tersegel, menerangi bagian luar bangunan yang berdiri ditengah hutan.


"....Hei Ellis."


"Ada apa?"


"Kenapa mereka membangun sebuah rumah ditempat seperti ini?"


Dilihat dari luar, itu gak kelihatan seperti sebuah gudang gak peduli gimana melihatnya–


Malahan, itu tampak lebih seperti kediaman seseorang, dan merupakan kediaman yang cukup besar.


"Awalnya ini adalah kediaman sekunder milik kepsek yang juga berfungsi sebagai sebuah fasilitas penelitian."


"....Laboratoriumnya mak lampir Greyworth huh?"


Kamito bergumam dengan ekspresi masam.


Menyingkirkan tanaman merambat di gerbangnya, Ellis membuka pintu masuknya dan masuk kedalam.


"Menggunakan seluruh rumah untuk penyimpanan, murah hati amat."


"masa sih? Dirumah, gudangnya aslinya dari sebuah kastil kuno utuh."


"Itu mah udah beda kelasnya...."


Kamito merendahkan suaranya dan berkomentar jengkel.


(....Kalau dipikir-pikir, Ellis adalah nona muda dari keluarga aristokrat berperingkat tinggi.)


Karena berinteraksi secara normal dengan para cewek sepanjang waktu ini, Kamito kelupaan soal fakta ini. Ellis dan para cewek lain merupakan para bangsawan muda yang mana orang sipil seperti Kamito gak bisa membantah perkataan mereka.


"Meski begitu, tempat ini membuatku merasa merinding kalau dilihat-lihat...."


Rumah itu sendiri cukup megah, tapi dindingnya sudah dirambati tanaman merambat dan semak berduri, memberi suasana menakutkan layaknya sebuah rumah berhantu.... Mempertimbangkan penampilannya yang seperti ini, gak aneh kalau ada begitu banyak rumor aneh.


".....Ini kayak sesuatu bisa keluar setiap saat."


"J-Jangan mengada-ada....!"


Kamito cuma bergumam tapi Ellis langsung gemetaran disampingnya.


"....Ellis, jangan bilang kau takut hantu?"


"T-T-T-Tentu saja enggak! K-K-Kuberitahu kau, aku adalah seorang ksatria dari keluarga Fahrengart!"


Ellis membantah dengan wajahnya merona merah terang.


"...Oh oke. Maaf."


Kamito tersenyum masam dan menggapai gagang pintu.

Bagian 3[edit]

...C-Creak... Tangganya berderak setiap diinjak.


Bagian dalam rumah itu dipenuhi debu. Kristal-kristal roh yang terpasang di dinding untuk penerangan gak ada yang bereaksi saat diresapi divine power. Roh-roh didalam kristal itu mungkin sudah kabur sejak lama.


"Hati-hati lantainya bisa saja patah."


"Y-Ya, hati-hati... Wah!"


Kamito segera menangkap Ellis saat kakinya menembus papan lantai.


"...Apa kau baik-baik saja, Ellis?"


"Y-Ya, kurasa, aku baik-baik saja....."


Tersipu merah cerah, Ellis melepaskan tangan Kamito.


"A-Ayo lanjut..."


Batuk ringan, Ellis melangkah maju.


Lalu dia berhenti didepan sebuah ruangan yang memiliki tanda perpustakaan.


"Menurut laporan, sosok yang terlihat berada di ruangan yang berada di lantai dua ini–"


Memegang gagang pedang di pinggangnya, Ellis membuka pintunya.


Dari belakang pintu sedikit tercium bau gak sedap. Bagian dalam ruangan tersebut dipenuhi rak buku. Lantainya disapu bersih dan gak ada debu di koridor depan ruangan itu juga.


"Apa buku-buku ini bagian dari koleksi Greyworth?"


"Ya, semuanya adalah buku kuno yang dikumpulkan sejak kepsek masih sekolah. Tapi tentu saja, grimore-grimore berharga sudah didonasikan ke perpustakaan Akademi. Gak ada buku yang berharga yang berada disini."


"Tapi kalau demikian, ada sesuatu yang menggangguku."


"...sesuatu yang mengganggumu?"


Kamito berjalan ke rak buku didepan dia dan menggapai sebuah buku.


"Sampul buku ini masih sangat baru–"


"Apa!?"


Melihat sampul dari buku yang diambil Kamito, Ellis segera tersipu merah.


"taman rahasiaS-Secret Garden....?"


Memang, bukannya grimore kuno–


Ini adalah novel asmara yang cukup bejat, ditujukan untuk para cewek.


"Yang ini, ini dan ini juga...."


Kamito mengeluarkan buku-buku itu satu per satu dari rak. Blooming Flower in the Night, Young Lady in the Dungeon, The Bullying Count—Semua buku bergenre ini.


"K-Kenapa buku-buku bejat ini ada disini...!?"


"....Yah, karena suatu alasan, aku bisa membayangkan alasannya."


Kamito mengangkat bahu dan menepuk sampul sebuah buku.


"....Ngomong-ngomong, tidakkah kau pikir barisan buku ini cukup familiar–?"


–Disaat yang bersamaan....


"...Hmm? Kurasa aku mendengar sesuatu."


Kamito tiba-tiba menengadah.


"A-Apa!? B-berhentilah membuat komentar aneh!"


"Nggak, ini beneran–"


...daripada malam.... kegelapan yang pekat.... melahap dunia... pertanda kekacauan–


"...!?"


Didalam ruangan yang tenang, bisikan pelan dan aneh terdengar.


Kamito dan Ellis saling bertatapan lalu bergegas ke koridor.


....percobaan... disini... dimensi alternatif.... portal–


"Sebuah perapalan sihir roh?"


Ellis bergegas menuju kearah suara itu–


"Ellis, tunggu! Aku pernah mendengar suara ini disuatu tempat sebelumnya–"


"Bajingan kurang ajar, pemanggilan apa yang kau coba disini!?"


Sepenuhnya mengabaikan saran Kamito, Ellis membuka pintu ruangan menggunakan sihir angin.


"Kyahhh!"
"Apa yang terjadi!?"
"Nyonya~!"
"Hya!"


Badai mengamuk didalam ruangan, menyebabkan para cewek yang ada didalam berteriak.


"....Ka-Kalian!?"


Dengan begitu, Ellis membeku ditempat, ditengah melepaskan sihir.

Bagian 4[edit]

"Kalian lagi, anak bermasalah dari Kelas Gagak!"


Memegang buku bejat sitaan di tangannya, Ellis menatap keempat cewek yang ada didepan dia–Claire, Fianna, Rinslet dan Carol maidnya.


"K-Kau salah sangka...."


"Kami datang kesini bukan untuk membaca buku atau semacamnya!"


Claire dan Rinslet mati-matian membantah bukti yang ada didepan mata mereka.


"Oh? Kalau begitu, kenapa namamu tertulis disini?"


"U-Umm..."


Claire memalingkan tatapannya.


"Pelanggaran terhadap peraturan sekolah. Sylphid Knight akan bertindak dan menangani masalah ini."


"Ah, kejam amat!"
"Kau sudah keterlaluan!"


"Sebenarnya, Ellis, bukankah kau juga tertarik?"


"M-Mana mungkin seseorang tertarik pada hal bodoh semacam itu...."


Gumaman Fianna langsung membuat Ellis tersipu merah.


".....Ujung-ujungnya, kebenaran dibalik rumor itu ternyata Claire dan kalian semua."


Memperhatikan para cewek ini, Kamito menghela nafas.


Peraturan sekolah melarang kepemilikan dan membaca sesuatu yang bisa merusak moral publik. Untuk menghindari pemeriksaan dari para ksatria, Claire dan teman-temannya menyembunyikan buku-buku itu disini lalu masuk secara sembunyi-sembunyi untuk membacanya.


Namun, Kamito cukup kuatir soal perilaku Claire.


Claire masih tampak agak gelisah, seolah masih ada yang disembunyikan.


(....Betul juga, Fianna merapal semacam sihir barusan.)


Kamito memperhatikan ruangan yang berantakan karena angin.


Lalu dia menyadari sebuah buku yang jatuh di pojokan.


Angin pasti berhembus kesana barusan. Gak seperti sampul dari novel romansa milik para cewek itu, itu adalah sebuah grimore bersampul kulit tua. Kamito mengambil buku itu.


"Apa buku ini dari koleksi kepsek?"


Ellis memicingkan matanya dan menatap Claire cs.


"Ngomong-ngomong, aku mendengar perapalan sihir tadi. Apaan itu?"


"I-Itu...."


Claire, Rinslet dan Fianna bertukar tatap malu–


Lalu akhirnya, mereka pasrah.


"....Yah, karena kau menyaksikannya, mau gak mau kami mengakuinya."


"Tadi, kami mencoba sebuah ritual yang tercatat dalam buku ini."


"Ritual apa?"


Mendengar jawaban Fianna, Ellis mengangkat alisnya penuh keraguan.


Cewek-cewek itu menemukan buku tersebut betul-betul gak sengaja.


Mereka menggunakan perpustakaan tersebut untuk menyembunyikan buku-buku mesum mereka, namun menemukan buku yang tersembunyi didalam rak buku. Mengingat kemampuan Fianna yang mengagumkan sebagai seorang princess maiden, dia secara naluri mengetahui kalau grimore ini mengandung kekuatan yang gak biasa.


Fianna membawa buku tersebut ke kamarnya dan menghabiskan berhari-hari untuk menguraikannya. Lalu dia menemukan bahwa sesuatu yang gak bisa dipercaya tertulis dibuku ini.


"....Sesuatu yang gak bisa dipercaya huh?"


"Ya, yang tertulis di buku ini adalah–"


Fianna berhenti dan berbicara dengan ekspresi serius.


"Metode untuk memanggil om jin roh yang mampu mengabulkan harapan apapun–"


"Apa.... kau bilang...."


Ellis menelan ludah.


"Mungkinkah, rumor itu, yang beredar diantara para siswi...."


"Ya, rumor itu benar..."


Fianna mengangguk.


"Barusan, kami ada disini untuk melakukan ritual pemanggilan roh ini–"

Bagian 5[edit]

Secercah cahaya rembulan masuk melalui jendela yang tertutupi semak berduri dan tanaman menjalar.


Duduk agak jauh, Kamito memperhatikan saat Fianna membuat persiapan untuk ritualnya.


"I-Itu cuma sebuah rumor gak berdasar. Roh yang bisa mengabulkan keinginan, gak masuk akal–"


"Kau boleh kembali sendiri kalau kau takut."


"H-Hmph.... Setidaknya aku harus memastikan keaslian rumor itu."


Ellis melotot balik untuk menanggapi ejekan Claire. Ellis ikut serta sebagai anggota Sylphid Knight yang harus hadir untuk mengawasi ritual tersebut, tapi nyatanya, dia pasti cukup tertarik juga.


(....Gimanapun juga, itu adalah roh yang bisa mengabulkan keinginan orang.)


Fianna mengatur batu-batu dengan rapi di lantai lalu menatap grimorenya.


"Sepertinya aku harus menaruh pancinya disini...."


"Aku gak pernah mendengar ritual sihir yang membutuhkan sebuah panci."


"Sama, aku juga."


Lalu, Fianna menaruh panci yang berisikan air di batu yang disusun. Panci tembikar ini diambil dari gudang penyimpanan bawah tanah kediaman, sebuah artefak yang diperkuat dengan sebuah roh tersegel yang berguna.


Claire menghasilkan api ditangannya dan menyalakan api untuk pancinya.


"....Katanya, panaskan pancinya dengan api terus masukkan rumput laut."


Fianna memastikan urutan ritualnya lalu menutup pancinya dengan penutupnya. Kemudian–


"Mungkinkah ini adalah ritual hotpot misteri?"


"Kau pernah mendengarnya, Est?"


Est mengangguk.


"Ritual hotpot misteri merupakan sebuah pertarungan diantara para elementalis, memiliki dasar yang sama dengan turnamen Blade Dance. Banyak elementalis yang telah tumbang dalam upaya mengatasi cobaan ini–"


"A-Apa ini sebuah ritual yang berbahaya.....?"


"Sekarang adalah kesempatan terakhirmu untuk melarikan diri."


Claire tersenyum menantang.


"J-Jangan harap aku melarikan diri!"


"Sebenarnya aku ingin kabur..... Tapi–"


Kamito mengangkat bahu.


"Hei Claire–"


"......?"


"Bisakah roh panci itu mengabulkan permintaan apapun?"


"Ya, tentu saja. Tapi keinginan setingkat Elemental Lord akan mustahil–"


"Aku paham...."


Kamito menatap api yang berkedip-kedip.


(...Kalau aku beruntung, aku mungkin bisa menemukan informasi tentang Restia.)


Fianna menempatkan kedua tangannya diatas panci itu dan dengan tenang mulai merapal mantra ritualnya.


"–"


"–Kegelapan yang terpanggil, berilah kami ujian, portal dimensi alternatif, dengan ini terbukalah!"


Seketika, kuali tembikar itu memancarkan cahaya putih yang menyilaukan, membutakan pandangan mereka.


Fianna perlahan mengambil penutupnya.


Lalu dia tertiup oleh uap yang mengepul.


"Kayaknya berhasil."


Fianna tersenyum puas.


"Apa ini?"


Menatap isi panci itu, Claire mengangkat alisnya dan bertanya.


Didalam panci itu merupakan suatu sup hitam mendidih yang gak diketahui.


"Gerbangnya sudah terbuka. Saat ini, dasar dari panci ini terhubung dengan Astral Zero."


"Bergantian untuk memakan bahan yang ada dipanci ini–"


Rinslet berbicara pelan.


"Orang terakhir yang bertahan diakhir akan mendapatkan hak untuk bertemu dengan roh panci."


Claire mengangguk gugup.


"....Siapa yang mau mulai?"


Kamito menatap semua yang ada disini.


"K-Kalau begitu aku yang duluan!"


"Berjuanglah, nyonya!"


Saat Rinslet menawarkan diri, Carol menyemangati dia.


"Hoo–"


Rinslet memasukkan sumpitnya kedalam panci tanpa ragu-ragu.


....Apa yang diambil sumpit itu adalah benda hitam yang mulai meleleh.


"....A-Apa ini?"


Rinslet memiringkan kepalanya, menatap benda itu.


"C-Cepat makan–"


Ahm.


Didesak oleh Claire, Rinslet memasukkan benda hitam itu kedalam mulutnya.


"Manis sekali.... Ini coklat!"


"Kayaknya upaya pertama cukup beruntung–"


Fianna mengangkat bahu.


"K-Kalau begitu aku selanjutnya–hah!"


Claire segera memasukkan sumpitnya kedalam panci dan mengaduk sup yang mendidih tersebut.


"....H-Huh?"


Bahan yang dia ambil kayaknya nyangkut.


"Ada apa?"


"A-Aku gak bisa menariknya....."


Claire menarik kuat-kuat benda itu.


Lalu–


"....Dapat!"


Saat dia mengangkat sumpit miliknya, itu muncul didepan dia.


....Seekor lobster besar, panjangnya 30cm.


"....H-Hwah!"


"E-Ellis!?"


Ellis berteriak menggemaskan dan memeluk Kamito erat-erat.


"....M-Muka yang sungguh menyeramkan!"


"Tunggu sebentar, Ellis!"


"Apa maksud dari tindakan gak bermoral itu?"


"Sungguh gak adil, aku juga mau–"


"....Hwah, j-jauhkan benda itu!"

Bagian 6[edit]

.....Namun, coklat dan udang itu bahkan gak bisa dianggap sebuah pembukaan pada ritual hotpot misteri tersebut.


Kebrutalan dari pertempuran hotpot misteri perlahan meningkat.


Ellis memaksa dirinya sendiri untuk menelan gabus yang meleleh sedangkan Kamito menelan sebuah parfait coklat.


"...Urgh, guh, guhguh..."


"K-Kamito, apa kau baik-baik saja?"


Melihat Kamito menjadi pucat, Ellis bertanya kuatir.


"Y-Ya.... H-Hal semacam ini.... aku sudah terbiasa..... U-Uhuk....."


"Suaramu bergetar...."


Saat dia masih kecil, Kamito telah menjalani pelatihan keras di Sekolah Instruksional. Memakan apapun untuk bertahan hidup, Kamito telah mendapatkan kemampuan untuk menekan indera perasanya dengan menghipnotis diri sendiri.


(N-Namun, ini betul-betul....)


....Memegang sumpit, jarinya gemetaran. Otaknya menolak secara alami terhadap fakta bahwa dia memakan sebuah parfait.


"A-Air.... Ada yang punya air....?"


"Kamito-kun, kamu akan didiskualifikasi kalau kamu minum air."


Fianna memberi peringatan.


Secara kebetulan, sebagai princess maiden yang memimpin ritual tersebut, Fianna bukanlah peserta.


....Tetap saja, kayaknya dialah satu-satunya yang menikmatinya. Apa ini imajinasi Kamito saja?


"S-Sungguh ritual yang kejam...."


"Kamito, apa perutmu sakit?"


Est mengelus-elus punggung Kamito saat Kamito terbaring di lantai.


"G-Giliranku lagi...."


Rinslet mengulurkan sumpitnya dan memasukkannya kedalam panci.


....Tapi apa yang dia ambil adalah secarik kertas kasar.


"....Apaan ini?"


"Tunggu sebentar, coba kulihat–"


Fianna membuka grimorenya.


"Hmm.... Ketemu, ini adalah Double Card."


"Double Card?"


Mendapat perasaan buruk, Rinslet mengernyit dan bertanya.


"Ya, kau harus memakan dua porsi sekaligus."


"A-Apa, itu udah keterlaluan!"


"Bahan berikutnya adalah telur salmon dan landak laut..."


Yang mengapung dari dasar panci hotpot misteri adalah telur salmon berlapis kristal garam dan daging lunak landak laut.


"N-Nyonya, kombinasi ini sudah pasti merupakan keberuntungan."


"...Kalau saja ini bukan hotpot."


Rinslet menjawab dengan penampilan meratap.


Memejamkan matanya, dia menelannya.


"...Ugh, ugugu~"


"Nyonya, a-apa anda baik-baik saja, nyonya!?"


Memegang tenggorokannya, Rinslet batuk-batuk sambil berguling-guling di lantai.


"Sekarang Claire, giliranmu."


"A-Aku tau, oke...."


Ekspresi Claire kaku dipenuhi penampilan ketakutan. Dia memasukkan sumpitnya kedalam panci.


"....? Kartu lagi."


"Itu adalah Skip Card. Lanjut ke orang berikutnya, sekarang giliran Kamito-kun."


"W-Waduh, yang betul saja...."


"Kamito, kau tau kau gak bisa menyerah, kan?"


"....Duh, aku tau. Aku akan ambil–Huh? Kartu lagi."


[imege:STnBD EF 158.jpg|thumb]


"Yang ini Reverse, jadi urutannya berjalan secara terbalik sekarang."


"....Artinya giliran Ellis."


"....K-Kamito, lihat nih kelakuanmu!"


Ellis memprotes sambil berlinang air mata.


"M-Maaf...."


Jadi, sekarang giliran Ellis.


Apa yang dia ambil dari panci adalah sepotong ayam goreng.


"Ellis, yang ini betul-betul keberuntungan!"


"Ya, minyak ayam goreng melindunginya dari menyerap sup. Kau sungguh beruntung."


"J-Jadi begitu...."


.....Kayaknya indera semua orang sudah mati rasa.

Bagian 7[edit]

Pertarungan hotpot misteri yang mengerikan masih berlanjut.


"Gah, kue coklat, ini akan mengaduk-aduk perutku...."<br/" "A-Apa ganggang marimo betul-betul bisa dimakan?"<br/" "Iyahhhh, aku gak mau makan belalang rebus saus asam!"
"Hya!"


Para cewek itu berguling di lantai seolah tercekik, hampir seperti pemandangan dari tumpukan mayat.


Dengan ini, pada ronde keempat.... Peserta pertama gugur.


"....Maaf, Carol. Aku gak bisa... Uhuk, uhuk...."


Rinslet memakan crepe berlumur saus hitam.


"Nyonya, bertahanlah, nyonya!"


"....Carol, kuserahkan.... Mireille, padamu...."


"Nyonyaaaaaaaaaa!"


Teriakan Carol tak lagi bisa terdengar. Rinslet tumbang dan kehilangan kesadaran.


"Keberanianmu sangat mengagumkan, Rinslet Laurenfrost."


"....Ya, aku gak akan melupakan dirimu."


Claire berbicara pada Rinslet yang sudah gak bergerak dan memasukkan sumpit kedalam panci.


"Ugh, gugu, uhhhh... guh..."


Claire menjepit hidungnya penuh penderitaan dan memakan acar cumi-cumi... Bagaimana menggambarkannya? Ini adalah ekspresi tragis dari kemartiran yang gak ada satupun dari para cewek itu yang mau orang luar melihatnya.


Meski begitu, sup malapetaka yang mendidih itu bukanlah sesuatu yang bisa dipahami seseorang.


"Kurasa giliranku....."


Apa yang Kamito ambil adalah–


"...A-Apa-apaan ini!?"


"Bahan" yang dia ambil adalah sesuatu yang berlumuran sup hitam.


...Itu adalah sebuah kaos kaki, berlumuran sup hotpot misteri.


"...Mana ada yang mau makan ini!"


Kamito secara reflek memprotes pada Fianna.


"Dalam hotpot misteri ini, bahkan hal yang gak bisa dimakan bisa muncul."


"Gah, beneran nih...?"


Kamito menatap kaos kaki yang mengepulkan uap itu.


....sepertinya bahannya adalah sutra. Sutra dari benang ulat sutra, sejenis protein. Karena sudah dimasak begitu lama, Kamito menduga itu harusnya sudah agak melunak.


Memang, itu bukanlah sesuatu yang akan ditolak oleh sistem pencernaan, bukan sesuatu yang sepenuhnya gak bisa dimakan.... Mungkin.


(....A-Aku harus bertanya soal Restia...!)


Kamito membulatkan tekadnya dan memejamkan matanya.


Lalu dia menggigit kaos kaki itu yang asal-usulnya gak diketahui.


"K-Kamito...!"
"D-Dia betul-betul memakannya!"
"Kamito sungguh bejat....!"


Ellis, Claire, diikuti Est menatap terbelalak penuh keterkejutan.


"Ugh, gugu, guguguguguguu...!"


....Sudah sewajarnya, Kamito tersedak.


"Kamito-kun!"
"Tunggu, Kamito!"
"Jangan paksakan dirimu, Kamito!"


"Guh... A-Aku sekarat...!"


Dengan kaos kaki nyangkut ditenggorokannya, kesadaran Kamito menjadi kabur.


(....Fufu, bodohnya dirimu, Kamito. Gak bisa kupercaya kau sekarat ditempat seperti ini.)


(....Ya, aku... memang bodoh, sungguh...)


Melihat Restia sambil tersenyum lembut, Kamito mulai menyaksikan kehidupannya terpampang didepan matanya.


....Lalu dia kehilangan kesadaran.

Bagian 8[edit]

"Akhirnya, sekarang adalah duel antara aku dan kau, Ellis Fahrengart–"


"Dengan kehormatanku sebagai seorang ksatria, aku gak akan kalah, Claire Rouge–"


Dengan demikian, pertarungan final dimulai.


Saat ini, orang yang masih aktif diruangan itu adalah Claire dan Ellis, dengan Fianna sebagai pemimpin ritual tersebut. (sebagai catatan sampingan, Est berubah menjadi pedang saat Kamito tumbang, sedangkan Carol membawa Rinslet yang gak sadarkan diri kembali ke Akademi.)


Sup kental hotpot misteri menggelegak seperti lava, memancarkan aura jahat.


"....Sebelum pertarungan akhir, aku punya pertanyaan untukmu."


Ellis bertanya dengan tenang.


"Apa itu?"


"Claire, apa keinginanmu?"


"...U-Umm, umm..."


Claire melirik payudara besar milik Ellis yang duduk didepan dia–


"...S-Seseorang sepertimu gak akan bisa mengerti... Itu rahasia."


Lalu dia dengan murung memalingkan tatapannya.


"Begitukah...?"


"Dan kau sendiri?"


Ellis menatap Kamito yang tergeletak di lantai.


"A-Aku sedang berpikir, menghabiskan seharian bersama Kamito, kencan... I-Itu rahasia, ngerti....!"


Akhirnya dia berteriak, tersipu merah padam.


"Sungguh gak adil, kau jelas-jelas yang menanyaiku duluan–"


"B-Bukankah kau menolak, bilang itu rahasia juga!?"


"Sudah sudah jangan berteman :v, kalau kalian gak bergegas, batas waktunya akan habis."


"D-Dimengerti... Sekarang giliranku...!"


Didesak Fianna, Claire memasukkan sumpitnya kedalam panci lagi.


Apa yang diambil Claire adalah sebongkah berwarna hitam... Sejak awal, semua bahan didalam hotpot misteri akan berlapiskan sup hitam, tapi yang ini lebih hitam lagi dari itu.


"Aku gak betul-betul tau apa ini, tapi.... Ahm!"


Claire memasukkan benda hitam itu kedalam mulutnya.


"......!"


Lalu dia membeku.


"A-Ada apa, Claire?"


"Ini, ini adalah.... arang!"


Menghembuskan kepulan asap hitam, Claire tumbang ke lantai.


"Kenapa aku merasa kalau dia mendapatkan apa yang layak dia dapatkan...?"


Fianna mengangkat bahu.


"....Kau menang, Ellis.... Sela... mat...."


Mengatakan kata-kata itu sambil tersenyum, Claire tumbang dan berhenti bergerak.


"Claire..."


"Ini bukan waktunya tenggelam dalam kesedihan, Ellis. Giliranmu–"


"Ya, aku tau–"


Ellis memasang ekspresi serius. Setelah semua peserta gugur, roh pengabul keinginan dari panci bisa dipanggil dengan memakan komponen terakhir, sup hitam yang kental itu.


"Kamito, Claire, Rinslet.... Gak akan kubiarkan pengorbanan kalian sia-sia!"


Ellis mengangkat pancinya dan mulai meminum sup kental yang berminyak itu.


"Ugh, gurgle... guh... ughhhh....!"


....Sup kental ini adalah hasil campuran parfait, nattō, gabus, acar cumi-cumi, arang, kaos kaki dsb. Rasanya jauh melampaui kognisi alam manusia dan pada dasarnya merupakan perwujudan dari konsep masakan "menjijikkan" dalam sebuah panci.


"Nngu, gu... nn... gu..."


Ellis secara paksa menelan sup hitam itu.


"A-Aku meminum... semuanya...."


–Hampir disaat yang bersamaan, panci tembikar didepan dia tiba-tiba bersinar terang.


"A-Apa yang terjadi...?"


"Roh dari panci akan muncul!" teriak Fianna.


Lalu ada sosok yang muncul dari panci itu.


"....A-Anda!?"


kuberi satu permintaan. Monggo.... :v

Bagian 9[edit]

"....Jadi ini yang sedang terjadi?"


....Tiga menit kemudian, Kamito akhirnya sadarkan diri dan berkomentar sambil memicingkan mata.


"Hoo, gak bisa dipercaya kalian benar-benar melakukan ritual hotpot misteri itu."


Didepan panci tembikar yang telah kosong, kecantikan berambut abu-abu tersenyum riang.


Memang, apa yang muncul dari panci itu bukanlah roh pengabul keinginan–


Malahan, yang muncul adalah kepala sekolah, Greyworth.
bukannya om jin yang muncul, malah mak lampir yang nongol wkwkwkwkwk


"Kepala sekolah, saya tidak yakin apa yang terjadi.... Apa yang sebenarnya terjadi–"


Ellis bertanya kebingungan.


Greyworth menatap grimore yang dipegang Fianna–


"Ini menggugah kenangan. Sudah beberapa dekade lalu ketika aku menciptakan ritual hotpot misteri ini–"


"Anda menciptakan ritual ini, Kepala Sekolah?"


Fianna memiringkan kepalanya dan bertanya sambil terbelalak.


"Itu sudah lama sekali. Saat ini, Akademi Roh Areishia belum membentuk Sylphid Knight, jadi sekolahnya kacau. Duel diantara para bangsawan terjadi setiap hari–"


Dengan tangannya menyentuh panci, Greyworth memejamkan matanya mengenang.


"Dengan pertarungan selalu terjadi, banyak siswi yang terlibat dan cidera. Menganggap itu merupakan situasi yang serius, dewan Ordesia memutuskan bahwa tindakan pencegahan harus diambil, yakni–"


"Ritual hotpot misteri, kan....?"


"–Tepat. Saat itu, aku belum menjadi kepala sekolah."


Greyworth mengangguk. Bukannya bertarung secara langsung menggunakan roh, para elementalis akan menyelesaikan konflik mereka melalui pertarungan hotpot misteri ini. Metode pertarungan sederhana ini, yang mana telah digunakan sejak jaman kuno, didukung oleh mayoritas siswi, dengan demikian membawa akhir pada banyak pertikaian tanpa menyebabkan kerusakan besar.


"Jadi ada sejarah semacam ini dibalik ritual hotpot misteri."


Ellis mengangguk-angguk.


"Lalu rumor tentang roh didalam panci itu–"


"Tentunya, hal semacam itu gak ada–"


Greyworth menggeleng tenang.


"Namun, ada sebuah sistem dimana Akademi akan memberi hadiah pemenang dari pertarungan hotpot misteri dalam skala besar. Peningkatan peringkat mereka di sekolah, membebaskan dari hukuman, sesuatu seperti itu. Kurasa rumor itu mungkin mulai beredar diantara para siswi setelah sistem ini dihapuskan, perlahan menjadi seperti yang sekarang ini."


Apa yang memanggil Greyworth dari panci itu adalah mantra teleportasi yang dia pasang untuk memberi hadiah pemenangnya. Kemungkinan besar, dia lupa menghapus segel sihir Transfer itu dan meninggalkannya disana.


"....Oh yah, dan disini aku berpikir itu beneran."


Kamito menjatuhkan bahunya penuh kekecewaan.


"Tapi dalam arti tertentu, rumor itu benatr–"


"Apa maksud anda?"


Ellis bertanya pada si penyihir yang menyeringai itu.


"Jika kau memiliki ketahanan fisik dan kekuatan mental untuk menjadi pemenang dari pertarungan hotpot misteri yang kejam ini, serta tekad untuk mewujudkan keinginanmu, maka sebagian besar keinginan akan terwujud pada akhirnya, kan? Itulah maknanya."


"Sungguh logika berbelit...."


Kamito menimpali sambil memicingkan matanya.... Namun, Greyworth memang ada benarnya. Pada akhirnya, apa yang mewujudkan harapan adalah kehendak manusia, itu adalah dasar paling sederhana.


"Aku mengerti sekarang. Apa yang mewujudkan harapan adalah kehendak manusia huh..."


Ellis yang lurus tergerak dan mencatat kata-kata ini pada buku catatannya.


"Tapi ritual hotpot misteri ini dengan cepat dihapuskan. Itu terjadi setelah pendirian dari Sylphid Knight, dengan demikian menciptakan pembela ketertiban di Akademi...."


"Jadi begitu...."


"Aku senang sekali bahwa sistem mengerikan ini sudah tidak ada–"


Menatap Claire yang masih pingsan di lantai, Kamito menghela nafas.


"....Oh yah, sekarang kebenaran dari rumornya sudah jelas, misi Knight selesai."


"Ya. Ayo kembali ke Akademi untuk menulis laporan. Dan ini untuk mencegah munculnya korban lagi."


Ellis berdiri dan menghantam panci itu menggunakan sihir angin.


"....Ngomong-ngomong, harapan apa yang kau inginkan, Ellis?"


"...~U-Umm... Itu rahasia, ngerti!"


Ellis berteriak, tersipu.


Halaman Utama