Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid18 Bab 8

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 8 - Terbukanya Alam Iblis[edit]

Bagian 1[edit]

Sebuah pilar api muncul dijalan. Udara berguncang.


Kobaran api di malam yang gelap menampilkan pemandangan yang aneh.


"Apa itu?"


Berlari tak jauh dari sana, Kamito cuma bisa melongo, terpaku di tempat.


Retakan yang tak terhitung jumlahnya muncul di udara—


Mahluk-mahluk dengan bentuk aneh yang menakutkan merangkak keluar dari retakan-retakan tersebut.


Meskipun mahluk-mahluk itu memiliki penampilan yang berbeda, dalam hal jumlah, setidaknya ada beberapa ratus.


"....! Para roh iblis, darimana asalnya sebanyak itu!?" Claire berteriak.


Roh-roh iblis merupakan sebutan untuk roh-roh yang struktur mentalnya aneh yang mana membuatnya mustahil bagi mereka untuk membentuk kontrak dengan para elementalis.


Mayoritas roh iblis bersifat ganas dan memiliki kecenderungan menyerang manusia dan roh-roh lain.


Akan tetapi, hampir gak ada laporan mengenai roh-roh iblis muncul di alam manusia.


Meskipun ada elementalis seperti Sjora Kahn, yang dikenal sebagai penyihir dan mampu mengkomando roh-roh iblis, mereka merupakan pengecualian.


"Kenapa roh-roh iblis berada di kota Akademi?"


"Sepertinya itu ada hubungannya dengan gerbang aneh itu..."


Kamito menengadah menatap lubang besar di udara diatas bangunan sekolah Akademi.


Roh-roh iblis itu sepertinya menyerang barikade yang dibuat oleh para siswi. Meskipun para siswi membuat penghalang untuk bertahan, pada tingkat ini, pertahanan mereka akan hancur.


"Rakka, kalian pergilah melindungi barikade. Biar kami yang menghadapi roh-roh iblis itu."


Ellis memberi arahan pada rekan-rekan Sylphid Knight-nya.


"Kapten, tapi...."


"Tidak usah khawatir. Terlepas dari jumlah mereka, aku nggak melihat musuh yang cukup kuat."


"Ya, serahkan pada kami."


Mengatakan itu, Ellis dan Claire mengeluarkan elemental waffe mereka.


Rakka mengangguk dalam diam dan berlari kearah barikade.


Menyadari pergerakan mereka, roh-roh iblis itu meluncur kearah mereka.


Akan tetapi—


"Tak akan aku biarkan mereka berhasil! Taring es pembeku, tembuslah—Freezing Arrow!"


Panah-panah es sihir meluncur layaknya hujan, menusuk puluhan roh iblis dalam sekali serang.


Rinslet menyibakkan rambutnya dengan bangga dan mengeluarkan suara "hmph".


"Aku akan memberi tembakan perlindungan. Baiklah, bergegaslah—"


"....! Terimakasih banyak, putri Margrave Laurenfrost!"


Para Sylphid Knight dikelilingi oleh anak panah es yang gak terhitung jumlahnya. Roh-roh iblis yang menyerbu mereka semuanya ditembak dengan kemampuan bidikan yang akurat milik Rinslet.


"Roh-roh iblis rendahan, beraninya kalian mengacau kota Akademi yang ada dibawah perlindungan kami—"


Amarah yang bergelora bisa terlihat di mata Velsaria yang berwarna biru es. Dia menempatkan tangannya di dadanya.


Didalam sebuah kristal roh yang memancarkan cahaya menakutkan, roh benteng miliknya disegel di dalam kristal itu.


Juggernaut adalah roh penghancur masal, yang bahkan mampu membunuh roh-roh kelas archdemon.


Kalau dia menggunakan kekuatan ini, pemusnahan roh-roh iblis itu dalam sekali serang akan mudah.


"Kakak—"


Saat dia hendak menggunakan rohnya, Ellis meraih tangannya.


"....?"


"Roh benteng milikmu sangat menggabiskan tenaga, serahkan ini pada kami—"


"Oh? Kau memerintahku sekarang, Ellis?"


Velsaria menatap adik angkatnya dan tersenyum.


"....! Kakak, aku—"


"Tidak, aku memujimu."


Velsaria menggeleng dan menurunkan tangannya.


"Kekuatanmu yang telah matang selama Blade Dance. Tunjukkan padaku."


"B-Baik!"


Ellis segera menegapkan punggungnya dan memegang Ray Hawk.


"Roh-roh militer milik Muir bisa dengan mudah menyelesaikan ini. Tapi biar Muir melihat kemampuan para Onee-chan ini terlebih dulu."


Mengatakan itu, Muir dengan lincah melompat ke atas atap.


"Tunggu, ayolah....!"


"Tidak, itu sempurna."


Kamito menghentikan Claire, yang melotot pada Muir.


Kekuatan khusus milik Muir, Jester's Vice, mirip dengan kutukan dan akan mengendalikan roh-roh militer sampai ke titik tumbang.


Sebelum mengetahui kenapa roh-roh iblis itu muncul dalam jumlah besar, akan lebih baik menyimpan kartu as-nya.


"Kita bertiga akan melakukannya. Claire, apa formasinya?"


"Anti-army Blitz Lightning—Musnahkan mereka sekaligus."


"—Oke."


"Dimengerti!"


Kamito, Claire dan Ellis mengeluarkan elemental waffe mereka masing-masing.


Tim Scarlet menggunakan kode nama untuk formasi taktis mereka untuk memenangkan turnamen Blade Dance. Totalnya ada 24 kombinasi, bisa dengan cepat menyesuaikan dengan karakteristik musuh di medan pertempuran. Karena inti pertahanan mereka, Fianna, tidak ada, sedangkan Rinslet sedang memberi tembakan perlindungan pada barikade, formasi itu dilakukan oleh mereka bertiga kali ini.


Kamito yang merupakan spesialis pertarungan jarak dekat, berada ditengah, diapit oleh Claire dan Ellis.


Ini adalah sebuah formasi serangan super mengabaikan semua pertahanan, dimaksukan untuk membombardir musuh.


"Ayo maju—Est, Restia!"


"Ya, Kamito. Keinginanmu adalah perintah bagiku—"


"Fufu, Ayo menggila."


Menuangkan divine power pada pedang kembar baja dan kegelapan, Kamito menyerbu kearah kerumanan roh-roh iblis.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketiga—Shadowmoon Waltz, Black Thunder Dual Strike!"


Demon Slayer yang ada ditangan kanannya diayunkan sambil meninggalkan jejak cahaya putih perak.


Vorpal Sword di tangan kirinya melahap kegelapan, memancarkan petir hitam legam.


Kemanapun Kamito bergerak, lambaikan berwarna hitam dan putih mengikuti dia layaknya bayangan, tanpa ampun memotong setiap roh iblis.


"Kita maju juga, Scarlet!"


Claire mengayunkan Flametongue.


Dengan deruan, ada suara tebasan di udara—


"Kalian semua, jadilah arang—Flare Blaze!"


Dalam sekejap, para roh iblis yang ada di depan dia semuanya terbakar.


Ini adalah sebuah teknik yang dilakukan dengan memberi Flametongue sihir roh ultimate, Hell Blaze. Menyertai tebasan yang menyapu kegelapan, kobaran api ganas terus menyala untuk melahap roh-roh iblis tanpa henti.


Dengan twintailnya berayun-ayun di udara, dia menari spektakuler di malam hari, mengingatkan pada tarian ritual Rubia.


Adapun untuk barikade di jalanan, para siswi kocar-kacir karena kedatangan tim Kamito yang tiba-tiba.


Dibawah cahaya suci dari penghalang isolasi, suara-suara ribut terdengar.


"Bukankah itu Tim Scarlet!?"


"Anak bermasalah dari Kelas Gagak, Claire Rouge si Kucing Neraka!"


"Anak laki-laki itu... Uh, Kazehaya... Si Raja Bejat... Itu benar, si Raja Bejat!"


"Raja Iblis Malam Hari!"


.....Meskipun ada komentar aneh bercampur disana, setidaknya sepertinya mereka telah menyadari kedatangan kawan.


"Ellis, kuserahkan yang di sebelah sana padamu!"


"Ya—!"


Berlari, Ellis memutar-mutar Ray Hawk dan terbang.


Lalu—


"Teknik Tombak Aliran Fahrengart—Wind of Death!"


Dengan sebuah nama teknik yang menakutkan, dia melemparkan tombaknya pada roh-roh iblis yang tersisa.


Tombak sihir itu terbang seperti petir dan terus menembus para roh iblis.


Itu adalah sebuah serangan tombak absolut yang tak bisa dihindari, pasti kena.


Dengan residual momentumnya, Ellis mendarat di barikade.


"Heh, itu cukup bagus."


Melihat itu, Muir bersiul dari atas atap.


Dibawah serangan kombinasi dari tim Kamito, para roh iblis tersapu habis.

Bagian 2[edit]

Saat Kamito dan rekan-rekannya berjalan ke arah barikade, para siswi langsung bersorak.


Gimanapun juga, mereka adalah tim pemenang pada turnamen Blade Dance. Dari para senior sampai adik kelas, tak seorangpun yang tidak tau tim Kamito.


"R-Raja Iblis Malam Hari datang, apa yang harus kulakukan..."


"Kudengar kau akan hamil cuma dengan menatap matanya—"


"Tapi barusan, dia kelihatan lumayan keren, kan?"


"Y-Ya, itu benar..."


...Akan tetapi, ketenaran Kamito nampaknya memiliki alur yang berbeda.


Lalu—


"—Perfect timing."


Suara yang familiar terdengar dari tengah-tengah para siswi.


"Freya-sensei!"


Guru wali kelas dari Kelas Gagak, bu Freya Grandol.


Sudah pasti, beliau ikut serta dalam gerakan penentang para siswi.


"Aku telah mendengar ringkasannya dari mereka. Selamat datang."


Mengatakan itu, bu Freya mengisyaratkan dengan tatapannya pada Rakka dan yang lainnya.


Disaat Kamito dan rekan-rekannya bertarung melawan roh-roh iblis, para cewek Sylphid Knight sepertinya memberitahu guru itu tentang mereka.


"Kami juga sudah mendengar apa yang terjadi disini secara garis besarnya. Semuanya benar-benar gila."


"Memang, siapa yang menyangka Imperial Knight yang mulai memanggil roh-roh ibils?"


Bu Freya berbicara pelan sambil memasang ekspresi merendahkan.


"Apa tepatnya roh-roh iblis itu...?"


"—entahlah."


Freya menggeleng pada pertanyaan Claire.


"Aku melihat sebuah pilar cahaya muncul di atas Akademi dan kemudian tiba-tiba mereka sudah ada disini."


"Siapa yang menyangka roh-roh iblis muncul di alam manusia...."


"Itu betul-betul tak pernah terjadi sebelumnya."


Rinslet mengangguk dengan ekspresi aneh.


Seperti yang dia katakan, para roh iblis biasanya gak muncul di alam manusia.


Meskipun Sjora Kahn memanggil kawanan besar roh iblis saat turnamen Blade Dance, itu bisa dilakukan didalam Astral Zero.


Sekarang ini, apa sebenarnya yang terjadi?


"Apapun itu, berkat kalian pertahanan kami masih selamat. Ijinkan aku menyatakan rasa terimakasihku."


"Terlalu dini untuk mengatakan itu. Tak ada yang tau kapan roh-roh iblis itu muncul lagi."


Kamito melihat ke arah bangunan sekolah Akademi, menatap pilar cahaya yang menjulang ke langit.


"....Itu benar."


Berkata demikian, Freya berbalik dan mengajak kelompok Kamito masuk.


"Ini bukanlah tempat untuk mengobrol. Kesini, mari kita diskusikan langkah kita yang selanjutnya."


"Kita akan kemana?"


"Ada sebuah restoran didekat sini bernama Sablefish Pavilion. Itu adalah sebuah tempat pertemuan yang sempurna."


"Aku tau itu. Sebuah toko masyarakat biasa, kan?"


"Ya, itu adalah sebuah tempat—"


Itu adalah tempat dimana Vivian Melosa dari Murders menyamar sebagai seorang pelayan.


Kamito ingat Est memesan parfait ekstra besar disana. Itu merupakan situasi yang gila pada saat itu.


"Apa ada yang terluka saat serangan barusan?"


Dengan ekspresi sedih, Ellis melihat ke kiri-kanan lorong.


Beberapa siswi menerima perawatan menggunakan sihir roh.


"Ya. Tapi berkat kalian, tidak ada yang tewas."


"Kami tak akan sampai tepat waktu jika dia tidak memberitahu kami jalan pintas."


"Kalau dipikir-pikir lagi, aku terkejut kita sampai tepat waktu..."


"Kami datang—"


Freya membuka pintu Sablefish Pavilion.


"S-Selamat datang! Apakah anda ingin makan? Atau beristirahat—Kyah!"


Lalu, seorang cewek berjalan menuruni tangga dengan cepat—


Lalu dengan suara keras, dia jatuh secara spektakuler.


"Ooooh~, sakit sekali..."


Mengusap kepalanya sambil berdiri, cewek berpakaian main ini sangat akrab bagi mereka.


"Carol, apa kau baik-baik saja!?"


"N-Nyonya!?"


Cewek berpakaian maid itu segera berdiri dan melompat ke pelukan Rinslet.


"Nyonya, saya sangat khawatir pada anda!"


"Ya, Carol, aku sangat merindukanmu."


Tuan dan pelayan dari keluarga Laurenfrost saling berpelukan erat.


STnBD V18 BW06.jpg

Bagian 3[edit]

Saat kelompok Kamito lari dari Kekaisaran dan mengasingkan diri ke Dracunia, Carol tetap berada di Akademi bukannya kembali ke keluarga Laurenfrost.


Niatnya adalah untuk bertahan dan menunggu kembalinya tuannya sebagai maid dari Rinslet, tapi justru karena itulah, dia jadi terlibat dalam pemberontakan Akademi.


"Nyonya, apa anda baik-baik saja saat saya tidak ada?"


Menarik sebuah kursi untuk tuannya, Carol menyeka sudut matanya sendiri.


"Ya, tenanglah."


"S-Saya mengerti...."


Mendengar itu, Carol terlihat agak depresi.


"Ah, uh, tentu saja, aku sedih tidak melihatmu!"


"N-Nyonya...."


Rinslet buru-buru ngeles, menghibur Carol dengan memeluk dia erat-erat lagi.


"Carol, apa kau kerja di toko ini?"


Lalu Claire bertanya.


"Ya, saya bekerja disini paruh waktu."


"...Kau cukup ulet."


"Ngomong-ngomong, saya juga bekerja di toko crepe."


Sepertinya dia cukup serius mengenai pekerjaannya selain menjadi seorang maid.


"Setelah Akademi dikuasai, apa yang terjadi pada kamar-kamar kami?"


"Para ksatria mengambil alih bangunan asrama Kelas Gagak, sepertinya untuk digunakan sebagai markas mereka."


"....Yah, sepertinya begitu."


Bahu Claire merosot sedih.


"Apa buku-buku berharga dan hartaku dibuang?"


"Sungguh menjengkelkan."


"Tenanglah, Nona Claire."


"Eh?"


"Semua barang pribadi dari kamar anda sekalian ada di saya."


"B-Benarkah!?"


"Ya, saya mengambil semuanya dan lari saat kami diusir."


"Kerja bagus, Carol."


"Sungguh menakjubkan!"


Carol tersenyum, mengeluarkan sebuah buku catatan dan menjilat ujung pena miliknya.


"Kotak harta milik Nyonya Rinslet berisikan stempel Laurenfrost. Pusaka keluarga, Belati Es SihirDagger of Magic Ice. Dan juga boneka yang diberikan oleh Nona Claire pada beliau saat mereka berusai 7 tahun, sebuah cincin mainan dari Nona Claire di usia 8 tahun, dan juga...."


"C-Cukup!"


Rinslet tersipu merah padam dan membungkam mulut Carol.


"....K-Kau menyimpan semuanya sebagai harta."


Claire bergumam pelan.


"Harta pribadi Nona Claire termasuk persik kaleng, buku-buku spiritology, tersimpan jauh didalam rak buku merupakan Gadis Bangsawan Muda Berkembang Di Malam Hari, Apa Kau Suka Kucing Garong?, Roh Payudara Raksasa Benar-Benar Ada—"


"T-Tunggu sebentar! Kenapa kau tau tentang buku-buku tersembunyi!?"


"Maaf, apa semua putri bangsawan membaca buku-buku cabul semacam itu?"


"T-Tentu saja tidak!"


"Menurut aturan, buku-buku tak bermoral harus disita."


Ellis berbicara tegas.


"Catatan buletin Fan Club Ren Ashbell-sama milik Nona Ellis juga disimpan dengan aman."


"T-Terimakasih banyak! Itu adalah baham-bahan berharga yang mustahil untuk dikumpulkan lagi."


Ellis memegang tangan Carol penuh rasa terimakasih.


(Disisi lain, aku lebih senang membakar semua itu sesegera mungkin...)


Kamito mengerang didalam benaknya.


Carol tersenyum senang dan berkata:


"Biar saya bawakan sesuatu yang hangat untuk anda sekalian. Saya yakin anda sekalian lapar."


"Biar aku yang masak. Carol, apa ada bahan?"


"Ya. Meskipun tidak banyak, kami memiliki sedikit tepung."


"Cukup bagus. Claire, aku pinjam Scarlet."


"Meow—"


"Tunggu, Scarlet!"


Scarlet berjalan mengikuti Rinslet.


"Muir akan membantu mencicipi rasanya."


Mengatakan itu, Muir berjalan ke dapur juga.


Menatap panggung adik adopsinya, Kamito merasa hatinya menjadi hangat

Bagian 4[edit]

Saat Rinslet berada di dapur, Kamito menjelaskan segala sesuatu yang telah terjadi sampai sejauh ini pada Freya.


"—dan begitulah, Kami kembali untuk merebut kembali Akademi."


"Aku mengerti—"


Guru wali kelas yang cerdas itu segera memahami perkataan Kamito dan mengangguk.


"Dengan kata lain, entah pemberontakan Akademi berhasil atau tidak, menentukan pergeseran kesetiaan dan tatanan politik dalan Kekaisaran."


"Ya. Setelah berita tentang perebutan kembali Akademi menyebar, para bangsawan netral akan memberikan dukungan mereka pada Fianna."


"Memang benar, harapan akan kembalinya sang putri kedua bukanlah hal yang tak biasa didalam masyarakat. Berita tentang pencapaian hebatmu di Teokrasi dalam menghentikan Leviathan telah sampai ke sini juga."


"Semua rakyat Kekaisaran mengharapkan penobatan Fianna." Kata Claire.


"Memang. Saat ini, pemerintahan Arneua sangat buruk tak peduli bagaimana kalian mengatakannya. Akan tetapi, ada para bangsawan yang lebih suka menerima penguasa tak kompeten daripada melihat putri yang cantik dan bijaksana memegang kekuasaan."


"Apakah orang-orang ini menyadari bayangan Kerajaan Suci dibalik Kaisar saat ini?"


"Tentu saja mereka menyadarinya. Kardinal Kerajaan Suci berada di Istana Nefescal. Akan tetapi, mereka masih memilih untuk patuh dan mengambil hati orang-orang yang berkuasa."


Bibir indah bu Freya membentuk senyum ejekan.


"Ngomong-ngomong, aku tak pernah menduga Imperial Knight menggunakan trik-trik semacam itu—"


Ellis berbicara keras, penuh kemarahan di wajahnya.


Karena mengagumi para ksatria, dia mungkin tak bisa menerima tindakan kekejaman seperti itu.


"Jadi mereka telah mengabaikan moral mereka—"


Karena memasang sebuah segel persenjataan terkutuk pada dirinya sendiri sebelumnya, Velsaria bergumam.


"Akan tetapi, itu tak bisa dipahami. Setelah berita tentang melepaskan para roh iblis terhadap para siswi menyebar, itu pasti akan menyebabkan kemarahan yang besar."


"....itu memang benar."


Freya setuju dengan Claire.


Selain Teokrasi Alpha, roh-roh iblis merupakan tabu di setiap negara.


Jika para ksatria Ordesia menggunakan roh-roh iblis, itu akan membuat semua negara di benua mengutuk mereka. Para bangsawan di Kekaisaran juga akan membenci Arneus karena memberi ijin pada tindakan semacam itu.


Dan juga, jika mereka meredam pemberontakan dengan segala cara, mereka bisa menggunakan roh-roh militer secara langsung. Kenapa juga harus sampai memanggil roh-roh iblis?


"Kemungkinan besar pemanggilan roh-roh iblis merupakan sebuah efek samping."


"Restia?"


Dengan tebaran bulu-bulu hitam, Restia muncul disamping Kamito.


"Tujuan sejati mereka mungkin sesuatu yang lain."


"Apa maksudmu?"


"Menurutmu pilar cahaya itu apa?"


Berkata demikian, Restia menatap keluar jendela.


Pilar cahaya yang mereka lihat dari jalanan sebelumnya, saat ini menebus awan-awan tebal di langit.


Cahaya merah menakutkan keluar dari celah awan-awan.


Semua orang menggeleng dalam diam. Bahkan Freya pun tak paham.


"—Itu adalah sebuah gerbang menuju alam iblis."


"Alam iblis?"


"Ya, kontras dengan tempat suci, ada suatu tempat di Astral Zero yang dikenal sebagai alam iblis. Itu adalah tempat dimana mayoritas roh-roh iblis tinggal."


Restia menatap Kamito dan yang lainnya.


"Pilar cahaya itu merupakan garbang untuk membuka koneksi dengan tempat itu."


"Sebuah gerbang penghubung dengan Astral Zero? Gimana caranya membuka sesuatu seperti—"


Di pertengahan kalimat, Claire melebarkan matanya.


"Jangan bilang, mereka menggunakan reruntuhan dari Hutan Roh...!?"


"Ya, tepat sekali."


Restia mengangguk pelan.


"Suatu gerbang sebesar itu memungkinkan untuk dibuka selama resonansi dihasilkan dari kekuatan banyak reruntuhan. Para roh iblis yang sebelumnya datang dari alam iblis melalui gerbang tersebut."


"Lalu kenapa mereka melakukan ini....?"


"Kalau itu aku nggak tau..."


Mengatakan itu, dia menggeleng.


"Tapi kalau kita membiarkan itu berlanjut, gerbangnya akan menelan kota ini cepat atau lambat."


"Apa kau bilang!?"


"Apa yang terjadi!?"


Claire dan Ellis berteriak bersamaan. Velsaria juga mengernyit.


"Lihatlah. Bukankah cahaya mereka diantara awan itu meningkat?"


"...!"


Kalau diperhatikan lagi, dia benar. Tingkat keterangan cahaya merah itu telah meningkat dari sebelumnya.


Cahaya itu berasal dari Astral Zero, huh—


Misalkan gerbang itu terus membesar, maka pasti roh iblis dalam jumlah yang lebih besar dari sebelumnya akan keluar ke kota Akademi.


"....Jangan sampai mereka berhasil!"


Didalam mata Claire yang seperti rubi api berkobar.


"Ya. Sebagai kapten dari Sylphid Knight yang melindungi Akademi, aku tak boleh membiarkan ini terjadi!"


Ellis juga berdiri.


"Jadi apa yang bisa kita lakukan?"


Lalu, bu Freya berbicara.


"Karena mereka menggunakan kekuatan reruntuhan untuk membuka gerbang ke alam iblis, yang perlu kita lakukan adalah menghancurkan reruntuhan tersebut dan gerbangnya akan lenyap, kan?"


"Tepat. Gerbang menuju ke Astral Zero sangat tidak stabil. Setelah reruntuhannya dihancurkan, gerbang itu seharusnya lenyap."


Mendengar Claire, Restia mengangguk.


"Tapi Akademi telah dijadikan sebuah benteng oleh Imperial Knight. Menyusup kesana tidak akan mudah." Kata Velsaria.


"Tidak bisakah kita menggunakan sihir banyangan milik anda untuk masuk, bu Freya?"


"Sayang sekali, itu tak akan berhasil. Alarm pasukan akan terpicu."


"Jadi begitu...."


Biasanya, itu gak masalah, tapi mengingat situasi saat ini, mungkin ada banyak perhalang tipe pendeteksi yang dipasang. Jika demikian, bahkan Kamito dan Muir akan kesulitan menyelinap masuk tanpa diketahui.


"Bagaimana dengan negosiasi? Ellis kenal banyak orang didalam ksatria itu kan?"


"....Negosiasi mungkin akan sulit. Aku gak punya hak untuk mengkritik siapapun, tapi Imperial Knight sangat keras kepala."


"Kalau kau sampai bilang begitu, maka kekeraskepalaan mereka sudah pasti bukan kekeraskepalaan biasa."


Claire sedikit mengangkat bahu.


"Jadi hanya tersisa menyerbu masuk dari depan huh—" gumam Kamito.


"....Cuma itu satu-satunya cara."


"Apa kalian semua serius?" tanya bu Freya.


"Aku tau itu sangat sembrono, tapi aku tak bisa diam saja dan melihat Akademi dihancurkan oleh roh-roh iblis."


Kamito mengangguk pelan.


"Bagiku, Akademi adalah sebuah tempat yang sangat penting."


"Kamito..."


Claire terlihat terkejut saat dia menatap Kamito.


Sama terkejutnya, Restia juga menatap Kamito.


Ini adalah perasaan sejati Kamito yang keluar secara alami.


Meskipun dia cuma tinggal di Akademi selama dua bulan—


Kamito telah mengalami begitu banyak hal baru untuk pertama kalinya dalam masa waktu itu.


Bertemu rekan-rekannya. Berlatih siang-malam untuk berpartisipasi dalam pertempuran tim. Bekerja paruh waktu di kota Akademi, Festival Valentine, kamp pelatihan, misteri hot pot, dan bahkan berburu roh payudara raksasa legendaris.


Setiap kejadian merupakan kenangan berharga bagi Kamito—


Dan kenangan-kenangan itu terlahir di tempat bernama Akademi Roh Areishia.


"Ya, aku juga."


Lalu, Ellis menambahkan.


"Aku juga, Kamito!"


"Sama halnya denganku!"


Lalu, Rinslet keluar dari dapur, membawa roti lapis.


"Ini adalah pesona keberuntungan Laurenfrost."


"Sangat lezat."


Muir menjejali mulutnya... Manis sekali, seperti seekor tupai.


"Tapi aku tidak setuju dengan menyerbu tanpa rencana. Mari kita diskusikan rencana tindakan kita terlebih dahulu."


"...Kurasa kau benar."


Kamito menempelkan tangannya di meja dan berpikir mendalam.


Memang, menerobos masuk kedalam Akademi dari depan mungkin akan sangat sulit.


Misalkan ada cara lain untuk menyebabkan pengalihan perhatian yang besar terlebih dahulu—


"...Oh."


Tiba-tiba Kamito terpikir sesuatu.


"Hei, Ellis—"


"Ada apa?"


"Saat aku lupa ingatan, bukankah ada suatu tempat harta dari Raja Iblis yang muncul dibawah tanah kota Akademi?"


Dia menanyai Ellis.


"Ya, Burial Chamber itu kan?"


Ellis mengangguk. Dia memasuki Burial Chamber itu bersama Kamito.


Memang, kejadian itu merupakan alasan kenapa Imperial Knight mulai ditempatkan di Akademi.


Dihasut oleh Millennia, para roh di Akademi mengamuk, menyebabkan bencana besar.


Pada saat itu, Kamito amnesia karena syok kehilangan Restia, tapi setelah membuat kontak dengan Est di Burial Chamber dibawah Akademi, dia mendapatkan kembali ingatannya.


Terpanggil sebagai hasil dari kebangkitan Kamito, Burial Chamber merupakan tempat dimana banyak artifak dan tempat disegelnya roh-roh tersegel yang pernah digunakan oleh Raja Iblis Solomon legendaris dimasa lalu.


"Kau ingin mengambil senjata-senjata milik Raja Iblis yang bersemayam di Burial Chamber, kan?"


Claire segera bereaksi.


Tapi bu Freya menggeleng.


"Sayang sekali, kau sudah terlambat."


"Kenapa?"


"Kabarnya, Imperial Knight telah mengambil semua harta di tempat bersejarah dibawah tanah tersebut. Artifak-artifak kuno dan roh-roh tersegel yang kuat, aku menduga semua itu di simpan di Perpustakaan Tersegel milik Akademi sekarang."


Itu masuk akal juga. Itu wajar bahwa musuh akan turun tangan saat artifak-artifak kuno dan berharga muncul.


"Sepertinya rencanamu gagal."


"Tidak, tidak sepenuhnya digagalkan. Malah sebaliknya, ini adalah suatu peluang."


Berkata demikian, Kamito memasukkan tangannya ke saku dadanya.


"Ah. Kamito, aku tau apa yang kamu pikirkan."


Melihat itu, Restia berbisik pelan.


Seperti yang diharapkan dari partner lamanya.


"Ya, kita akan menggunakan segala yang kita bisa."

Bagian 5[edit]

Membawa Fianna sang Putri Kedua, pemimpin Ordesia Sah, Revenant bertemu dengan Ksatria Naga Terbang dari Dracunia di wilayah udara Laurenfrost.


Terdiri dari para penunggang naga, Ksatria Naga Terbang dikenal sebagai yang terkuat di benua.


Bahkan ada rumor bahwa Dracunia secara terang-terangan menolak membuat armada kapal terbang besar karena mereka merasa bahwa kapal-kapal militer yang lebih lambat daripada para penunggang naga tak memiliki nilai strategi.


Dibawah cahaya rembulan, puluhan naga terbang tersusun dalam formasi yang rapi dan teratur.


Di darat, api unggun besar dinyalakan di Kastil Winter Gulf. Para prajurit yang melayani Margrave Laurenfrost bersiap untuk pertempuran secara teratur.


Fianna dan Rubia berdiri di dek untuk mengumpulkan moral.


"Para bangsawan netral masih belum menyatakan posisi mereka."


Sambil menatap Pegunungan Kyria yang membentang di depan, Fianna berbicara.


Meskipun ada beberapa bangsawan yang secara rahasia berhubungan dengan dia dan telah setuju untuk bergerak, pada akhirnya, yang menanggapi panggilan dia untuk bertindak adalah para bangsawan anti-Arneus.


"Sampai situasinya jelas, aku ragu mereka akan bertindak. Akan tetapi, setelah kita merebut kembali Akademi, keadaannya akan condong pada kita."


Rubia menjawab. Dalam suaranya sama sekali tak ada gejolak emosi.


Fianna menjauhkan tangannya dari tangga disisi kapal.


"Apa kau khawatir pada Claire?"


STnBD V18 BW08.jpg


"..."


Kali ini, Rubia tak menjawab.


Akan tetapi, ketegangan lembut di jari-jari Rubia tak luput dari mata Fianna.


"Dia akan baik-baik saja. Bagaimanapun juga, ada Kamito-kun bersama dia."


"Ya—"


Angin yang berhembus membuat rambut panjang kedua cewek itu berkibar.


Perang mereka melawan Kekaisaran akan dimulai pada pagi hari.


(...Kami harus bergegas.)


Fianna menggigit bibirnya yang telah kehilangan warnanya karena angin yang dingin.


Lalu, kristal ditangan Rubia bersinar.


Disaat yang sama, sebuah gambaran besar diproyeksikan di udara.


Itu adalah sebuah bayangan hitam dengan penampilan dari seekor naga raksasa.


"....! Raja Naga!"


Terkejut, Fianna menengadah.


"Putri dari Ordesia, usahamu bagus sekali dalam misi untuk meredam perang sipil Teokrasi."


Suara kalem dari siluet naga raksasa itu terdengar diseluruh anjungan.


"Oleh karena itu aku mengakui Ordesia Sah sebagai sekutu Dracunia dan berjanji untuk melawan Kerajaan Suci bersama-sama."


"Terimakasih atas bantuan anda, Raja Naga."


Fianna membungkuk dalam-dalam pada sosok di udara tersebut.


"Jadi, bagaimana situasi pertempurannya?"


"Lebih dari setengah bangsawan berpihak pada Kaisar. Sisanya akan bergantung pada situasi di Akademi."


"—Hmm, sudah sewajarnya. Akademi itu sama saja dengan jantung Kekaisaran."


Raja Naga Dracunia berkata muram.


"Tapi tenanglah. Aku telah membuat persiapan untuk hal itu juga sejak awal."


"....Apa maksud anda?"


Fianna mengedip-kedipkan matanya.


"Aku sudah mengirim naga terkuat ke jantung itu."

Bagian 6[edit]

"Kakak, kuserahkan ini padamu."


"Tenanglah. Bahkan seekor semut pun tak akan kubiarkan lewat."


Menatap Ellis yang berada di depan barikade yang menengok ke belakang, Velsaria mengangguk.


Menurut rencana serangan Claire, Velsaria dan Muir akan tetap berada di belakang menjaga barikade.


Roh-roh iblis yang menyerang pasti akan kembali. Karena gerbang yang terhubung dengan Astral Zero terus meluas, kemungkinan besar gelombang berikutnya akan lebih besar daripada yang sebelumnya. Terlebih lagi, celah-celah hampir terlihat pada penghalang yang buat oleh para princess maiden.


Oleh karena itu, diperlukan bagi Velsaria, yang mampu menggunakan roh benteng ultimate, dan Muir yang mampu mengerahkan roh-roh militer, untuk tetap berada di belakang sebagai penjaga.


"Serahkan ini pada kami, Kapten."


Kata Rakka sambil membawa palu elemental waffe miliknya di pundaknya.


"Sebagai wakil kapten dari Sylphid Knight, aku akan melindungi para siswi."


Berkata begitu, Reishia juga mengangguk.


"Ya, semoga beruntung."


Ellis bersalaman erat dengan para sahabatnya.


"...Ah~ ah~, Muir mau ikut Onii-sama juga."


Muir cemberut tak senang.


"Kenapa Muir harus melindungi lalat kecil?"


"Karena kau lah yang paling sesuai untuk tugas itu. Memburu dan menghabisi para roh iblis."


Claire berkata sambil menyilangkan tangannya.


"Berhentilah memerintah orang lain dan bertindak paling tinggi, dasar cewek arang berdada rata."


"A-Apa yang kau katakan!? K-Kau lah yang paling rata!"


Dengan twintailnya berdiri tegak, Claire berteriak marah.


"Ya~ betul~, Muir masih tumbuh. Benarkan Onii-sama?"


Berkata begitu, Muir memeluk pinggang Kamito.


"Uh, ya, benar..."


Kamito menepukkan tangannya pada kepala Muir.


"Muir, aku mengandalkanmu. Lindungi semua orang."


Dia dengan lembut membelai rambut abu-abu Muir.


"....B-Baik, dimengerti, Onii-sama."


Muir setengah menutup matanya dalam kegembiraan dan mengangguk patuh.


"Kamito, manjakan aku juga."


Melihat Est memeluk dia juga, Kamito mulai membelai kepalanya di saat yang sama.


"Hua..."


"Ampun deh, yang kau lakukan cuma memanjakan adik angkatmu dan Est!"


Melihat itu, Claire begitu marah hingga dia memukulkan cambuknya keras-keras.


Di belakang Kamito dan yang lainnya—


"M-Masih ada lagi, kyah—"


"Uwawa, Nyonya, apa anda baik-baik saja!?"


Memberikan cemilan pada mereka yang ada dibarisan depan, Rinslet dikelilingi oleh para roh.


"Rinslet, berhentilah bermain-main. Kita harus pergi."


"A-Aku nggak main-main!"


Kamito tersenyum masam dan menatap Akademi yang berada di kejauhan.


Pilar cahaya itu, menjulang ke awan, itu mengingatkan dia pada cahaya dari Sacred Maiden yang dia lihat di Kota Raja Iblis.


"Kamito, kami mengandalkanmu."


Mendengar kata-kata bu Freya, Kamito mengangguk ringan.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya