Seirei Tsukai no Blade Dance (Indonesia):Jilid 4 Bab 5

From Baka-Tsuki
Revision as of 06:18, 23 August 2013 by Irant Silvstar (talk | contribs) (Created page with "==Bab 5: Olahraga Air== ===Bagian 1=== Matahari menyinari dengan lembut ke hutan itu. Beraneka ragam warna berganti-ganti di udara. Buah beragam warna menghiasi cabang dari...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 5: Olahraga Air

Bagian 1

Matahari menyinari dengan lembut ke hutan itu.

Beraneka ragam warna berganti-ganti di udara.

Buah beragam warna menghiasi cabang dari kepadatan pohon-pohon yang tumbuh.

Itu adalah danau disamping kastil tersebut.

Karena roh-roh yang melayang dekat pesisir danau itu, danau ini memberikan kemurnian yang tinggi. Ini adalah sebuah tempat berkualitas tertinggi bagi pemurnian seorang gadis tuan putri.

“Claire dan yang lain belum juga disini……”

Kamito, yang baru saja tiba, memantau area itu.

Belahan atasnya terbuka. Di belahan bawahnya, dia memakai celana pendek. Tentu saja, dia telah melepas sarung tangan kulit di tangan kirinya, tapi dia membungkus segel dibawahnya dengan sebuah kain hitam.

“Menjadi yang pertama sampai membuat saya kelihatan sangat gembira dan itu memalukan.”

Sambil menggaruk kepalanya, dia mengeluh dan–

“Kamito–kun, maaf untuk membuatmu menunggu!”

"Owaa!?"

Squish. Tiba tiba dipeluk dari belakang, Kamito secara tidak sadar menyalak.

"Fianna!?"

Terkejut, dia menoleh kebelakang–

Dan disana berdiri tuan putri imut itu memakai sebuah pakaian renang hitam yang nekat.

“Apa ini cocok denganku?”


"......!?"

Pakaian renang Fianna adalah sebuah bikini dewasa. Terbungkus disekeliling panggulnya yang lentur adalah sebuah celana dalam low-leg. Sebuah pita hitam menghiasi dadanya. Jumbainya membungkus sekeliling pahanya ditambah dengan pengikat kaus kakinya terlihat erotis. Kain segitiganya yang menutupi buah dadanya sangat merangsang dan terlihat akan tumpah.

“Seorang ratu tidak boleh tidak sopan seperti itu!”

"Fufu, Kamito-kun marah ♪"

Fianna menjulurkan lidahnya dengan tingkah yang imut dan melepaskan lengannya.

"K-Kamu......"

Jantung Kamito berdebar oleh kata kata memikat itu.

“Oh iya. Kamito-kun, haruskah saya menunjukkan kepadamu <<Segel Roh>>-ku?”

"Apa–"

Fianna membungkuk dan–

Membiarkannya memandang ke buah dadanya didalam celah dari pekaian renang nekatnya.

Kamito menelan kuat.

“Lihat. Itu disini. Di dalamnya…….”

Sambil menggodanya dengan aksi nekatnya, wajahnya sedikit berwarna merah.

Walaupun memakai sebuah pakaian renang dewasa, dia masih seorang ojou-sama yang murni.

Belahan yang lembut itu, sampai sekarang, mendorongnya untuk membenam wajahnya kesana.

Persis saat dia memandang <<Segel Roh>> itu yang terukir didalamnya–

“Fianna-san, a-apa yang kamu lakukan!”

Dari jalan kecil didalam hutan lari Rinslet berpakaian pakaian renang.

Itu adalah sebuah pakaian renang wajar yang cocok dengan seorang ojou-sama, tapi itu menekankan volume buah dadanya. Kaki yang muncul dari bawah pareonya sangat indah sampai Kamito membeku dalam pesonanya.

“Ka-Kamito-san, bagaimana pakaian renangku?”

“……Y-Ya, itu sangat cocok denganmu.”

Kamito mengutarakan pikirannya yang sejujurnya dan Rinslet tersipu.

“K-Kamu benar benar……. berpikir begitu? S-Saya tidak suka disanjung-sanjung.”

“Itu bukan sanjungan. Kamu benar benar, um……..cantik.”

"......Auu......"

Rinslet memerah tepat sampai ke telinganya.

Dan terjatuh begitu saja.

“M-Maaf membuatmu menunggu!”

Dan sekarang datang sebuah suara kaku.

Yang muncul dari jalan yang sama seperti Rinslet adalah si kapten ksatria, Ellis.

Dia memakai sebuah pakaian renang berwarna biru laut yang menyolok dengan sebuah penekanan ke kegunannya. Itu sangat polos dibanding ke pakaian renang Fianna dan Rinslet, tapi jarak antara dia yang berzirah dengan dia yang sekarang menekankan garis tubuhnya sangat berbahaya.

Dia terpancang ditempat.

“Ka-Kamito, jangan lihat kesini, lihat kesana!”

“M-Maaf……!”

Kamito segera memalingkan pandangannya dan–

Ellis mengosongkan tenggorokannya.

“……T-Tidak, saya maksud tidak apa-apa untuk melihatnya?

“Yang mana yang benar……”

“D-Diam! Lagipula, kamu mungkin saja berpikir itu hanya sebuah pakaian renang menjemukan!”

“Tidak ada yang berkata begitu.”

Kamito menghela dengan capek.

“……Saya seharusnya memakai pakaian renang yang lebih erotis.”

"Hmm?"

Rasanya kapten ksatria itu baru saja mengatakan sesuatu yang menakjubkan tapi–

“Ellis terlihat sangat cantik dalam pakaian renangnya.”

"Eh?"

Seru Ellis yang mata ambernya melebar.

“Saya pikir itu cocok dengan Ellis yang serius.”

"Kamito......"

Ellis mengetatkan lengannya ke dadanya dan tersipu.

“Yang tersisa adalah Claire dan Est–“

Kamito bergugam dan,

"Ka-Kamito......"

"Claire?"

Ke suara yang dia sudah terbiasa, dia menoleh kebelakang – Claire berdiri disana.

……Tidak.

Dari belakang sebuah pohon besar, twintail menonjol keluar.

“Kamu, apa yang kamu lakukan?”

"......"

Claire tetap bersembunyi di belakang pohon.

“Apakah jangan-jangan tali pakaian renangmu terpotong?”

“I-Itu salah!”

Twintail itu berdiri tegak.

“Jadi mengapa kamu tidak keluar?”

“K-Karena itu…….memalukan.”

“Memalukan, katamu…….semuanya juga dlaam pakaian renang.”

“Itu benar tapi…….o-oke.”

Claire menyerah dan dengan malu malu keluar.

Pada saat itu–

Napas Kamito berhenti.

Claire sedang memakai sebuah bikini merah polos. Sebuah desain yang biasa dan sederhana – sebaliknya, itu malah menekankan kecantikannya. Celana dalam ditahan dengan tahi yang membungkus kulit mulus itu dan pahanya memiliki sebuah garis tipis dari bekas cambuk kulitnya.

Itu sangat menyakitkan untuk diakui, tapi dia sangat-sangat imut.

Jujur saja, dia tidak mengerti mengapa dia malu.

“Kamu…….”

“J-Jangan berkata apapun, sebab saya cuma……”

Ketika dia melihatnya malu-malu menyembunyikan dadanya dengan kedua tangannya–

Kamito menyadari alasannya.

Claire ternyata prihatin dengan buah dada kecilnya.

"......Geez."

Kamito membuat sebuah senyum masam dan meletakkan tangannya ke kepala Claire yang malu.

"Fuaa!"

“Dengar, oke? Ini adalah pemikiranku yang sebenarnya. Saya tidak akan mengatakannya lagi.”

“A-Apa itu…….!”

“Kamu imut, Claire.”

"Fuaaa, i-idiot, apa yang kamu katakan!"

Pukul, pukul, pukul.

Claire memukul bahunya dengan wajah semerah buah bit.