Seirei Tsukai no Blade Dance Bahasa Indonesia Jilid 13

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Novel Illustrations[edit]

Prolog[edit]

—aku di sini, Kamito. Tidak diragukan lagi di sini, di hatimu.

Bergema di pikirannya adalah suaranya.

Sebuah suara lembut yang seseorang bisa menenggelamkan dirinya kedalamnya.

Namun, dia tidak lagi di dunia ini. Segel roh yang berdiri sebagai bukti kontrak sudah lenyap. Hanya tanda seperti-bulan tetap tertanda di tangan kanannya.

Untuk melindungi Kamito, dia telah meninggalkan kekuatan kegelapan.

Kekuatan ini diwariskan kepada Terminus Est, sang «Pedang Raja Iblis».

(...Kehendak Restia telah menjadi bagian dari hatiku, tapi—)

Berbaring di tempat tidur di kamarnya sekarang ini, Kamito mengulurkan tangan untuk memblokir cahaya di depan matanya.

Dia sudah melepas sarung tangan kulit hitam yang dia gunakan untuk dikenakan di tangan kirinya.

...Saat ini, dengan hilangnya segel tersebut, itu tidak perlu lagi memakai hal itu.

"Karena, kamu sudah..."

Kamito mendesah ringan. Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu menggeliat yang menggelisahkan dibawah seprainya.

"...?"

Kamito dengan panik menarik seprainya.

"...Wah, itu terasa dingin, Kamito."

Roh berambut perak yang menawan muncul dari bawah seprai Kamito.

Bagi Kamito, ini sudah menjadi sebuah adegan yang tidak bisa menjadi lebih akrab lagi. Namun, pemandangan ini—

"E-Est, ada apa dengan penampilanmu..."

Memang, Est tidak dalam penampilan telanjang berkaos kaki yang biasanya.

Dua tanduk bengkok, satu di setiap sisi kepalanya. Warna kulitnya yang seperti salju tertutup oleh sebuah baju hitam perbudakan. Sayap gelap gulita tumbuh dari punggungnya. Mata ungu misteriusnya melihat kebawah dengan dingin pada Kamito dari atas.

Berbeda dengan kemurnian dan kepolosan dia yang biasanya, Est saat ini sangat berkesan dari moral yang buruk dan penggoda.

(...T-Tidak mungkin—!)

Kamito tiba-tiba menyadari bahwa Est telah mewarisi kekuatan kegelapan milik Restia sebagai «Pedang Raja Iblis». Apakah dia berubah menjadi ini di bawah pengaruh kekuatan itu?

"—Kamito."

Mengenakan pakaian hitam tersebut, Est menyentuh bibir Kamito dengan ringan dengan jari telunjuknya.

Rasa panas sampai pada titik menggetarkan Kamito hingga ke inti, penampilan Est membuat hatinya berdebar tak terkendali.

"Est, k-kamu..."

"Tidak, aku bukan lagi pedang suci «Terminus Est»."

"...Huh?"

Melihat Est menggeleng tidak setuju, Kamito kehilangan kata-katanya.

Tanpa ekspresi, Est menatap Kamito.

"Aku... roh yang telah jatuh ke dalam kegelapan, «Dark Est»."

"Dark... Est...?"

"Memang. Aku sekarang utusan dari malam abadi, eksistensi yang akan terjun ke dunia kegelapan—"

Est dengan lembut menutup mata ungunya dan menyatakan dengan ringan dengan suara begitu sedih sehingga itu hampir menjatuhkan si pendengar ke dalam kegelapan.

"...Hei Est."

Meletakkan dahinya pada tangannya, Kamito mendesah sambil mengulurkan satu tangan ke arah kepala Est.

"Ah, apa yang kamu lakukan, Kamito?"

Dengan tanduknya tiba-tiba dicabut, Est dengan panik mencoba merebut mereka kembali.

...Begitu ringan. Mereka terasa seolah-olah mereka terbuat dari sesuatu seperti karton.

"....Astaga. Darimana sih kamu menemukan hal ini?"

Kamito bertanya dengan ringan sambil menghindari tangan Est yang mencoba untuk merebut kembali tanduk tersebut.

...Yah, jawabannya sudah jelas. Kemungkinan besar dari antara peralatan ritual putri tertentu atau sesuatu seperti itu.

"Kamito, kembalikan itu padaku."

Est membuat sebuah penampilan terguncang yang langka.

"Tanpa itu, aku tidak bisa menjadi Dark Est."

"...Kalau begitu jangan menjadi Dark Est. Ngomong-ngomong, apa sebenarnya Dark Est itu?"

"Ya, karena Kamito tidak mau bermain dengan aku baru-baru ini, aku telah berubah menjadi seorang gadis yang nakal."

Kata-kata Est mengagetkan Kamito.

Memang, Kamito telah merenungkan masalah hilangnya Restia untuk beberapa hari terakhir, meninggalkan dia tidak ada waktu untuk dihabiskan dengan Est. Rupanya dia merajuk karena alasan ini.

"M-Maaf Est."

Kamito meminta maaf sambil membelai rambut perak Est dengan lembut.

"Huah~"

"Tapi kamu harus kembali ke Est yang asli untukku. Aku masih suka Est yang biasa lebih baik."

Sementara Kamito memeluknya dan membelai kepalanya dengan ringan, roh pedang legendaris setengah menutup matanya dalam kenikmatan.

"Ya, Kamito."

Est mengangguk.

"—aku pedangmu, keinginanmu adalah tugasku."

...Gemerisik, gemerisik.

Est mulai melepas pakaian hitam tersebut sambil masih berada di lengan Kamito.

"T-Tunggu! Kamu tidak harus melepas pakaian di sini—"

Saat Kamito hendak menghentikan dia—

"Kamito-san, berita buruk!"

Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka lebar.

"...Apa?"

Menerobos masuk ke ruangan, gadis itu menatap dengan mata emerald-nya.

Wajah cantik yang menyilaukan, dihiasi dengan rambut pirang platinum rapi dan berkilau.

Pengunjung tersebut ternyata Rinslet Laurenfrost, putri Margrave Laurenfrost dari Kekaisaran Ordesia.

"...~K-Kamito-san, apa, sebenarnya, yang kamu lakukan!?"

"T-Tunggu! Ini adalah kesalahpahaman, Est mengatakan dia akan terjun ke dalam dunia kegelapan, umm—"

Kamito berusaha keras untuk menjelaskan, tapi—

Dia saat ini duduk di tempat tidur, memegang dalam pelukannya seorang roh setengah telanjang dalam bentuk seorang gadis muda yang cantik. Tidak ada penjelasan yang bisa membantu.

"I-Itu benar-benar terlalu vulgar. Benar saja, Kamito-san, kamu adalah raja nafsu."

"Rinslet! Pelankan suaramu atau orang akan mendengar di luar—"

"Kamito, pakaian ini sulit untuk dilepaskan karena sayap itu."

"Seperti yang aku katakan, berhenti melepas pakaian!"

"Jadi kamu lebih suka keadaan setengah menanggalkan pakaian, Kamito?"

"...?"

"...Kamito-san!"

Byoooooooo...!

Udara dingin meledak dari seluruh tubuh Rinslet, membekukan udara dalam ruangan sekaligus.

Embun beku muncul di jendela. Karpet di bawah kaki juga membeku.

"—Serius, apa sebenarnya yang kalian berdua lakukan?"

"...Eh?"

Sebagai Kamito berseru kaget, serigala putih raksasa muncul di luar pintu—roh terkontrak Rinslet, «Fenrir».

"Fenrir... K-Kamu bisa berbicara?"

Benar-benar melupakan krisis dihadapannya, Kamito bertanya terkejut.

Namun, Fenrir menggeleng.

"Tidak, aku hanya meminjam tubuh roh iblis es ini."

Kamito ingat suara ini.

Suara jernih dari seorang gadis, menyampaikan tekad yang kuat.

"...Mungkinkah, anda «Lord Elemental Air»?"

"Dengarkan baik-baik, penerus Raja Iblis. Aku memiliki hal-hal penting untuk dikatakan padamu sekarang."

"...Hal-hal yang sangat penting?"

Fenrir mengangguk mengiyakan, matanya bersinar terang saat mereka menatap Kamito.


Bab 1 - Kebangkitan Sang Gadis[edit]

Bagian 1[edit]

—«Great Festival of the Spirits». Pada hari itu, roh militer yang tidak diketahui asalnya telah mengambil kesempatan untuk menyerang Academy.

Tidak hanya Akademi tetapi kota di kaki gunung juga terjebak dalam insiden ini. Beberapa hari telah berlalu sejak saat itu.

Hampir setengah dari Akademi yang teserang telah rusak berat. Dipimpin oleh Greyworth, para guru secara aktif mendiskusikan solusi. Termasuk Ellis sang kapten, semua anggota Sylphid Knight menghentikan tugas mereka karena pelajaran di Akademi juga dihentikan untuk sementara. Sebagian besar putri keturunan bangsawan telah kembali ke wilayah keluarga mereka. Bahkan asrama Kelas Raven dimana Kamito tinggal tidak terkecuali.

Teman sekamar Kamito, Claire, telah kembali ke ibukota kekaisaran untuk bertemu orang tuanya yang telah dibebaskan. Sebuah pengampunan khusus telah diberikan karena kemenangan Tim Scarlet dalam Dance Blade.

Teman sekamar lainnya, Fianna, sudah berangkat bahkan sebelum Claire, kembali ke keluarga kekaisaran. Meskipun Fianna sudah melepas hak warisan takhtanya dan meninggalkan keluarga kekaisaran, karena mendapatkan kembali kekuatannya dari roh terkontrak, tidak peduli seberapa enggan Fianna merasa, kesempatan ketika dia dipanggil kembali sebagai seorang anggota penting dari keluarga kekaisaran yang secara bertahap menjadi lebih sering.

Oleh karena itu, hanya dua orang yang tersisa saat ini di asrama siswa yang Kamito yang tidak punya tempat lain untuk pergi dan Rinslet yang belum kembali ke wilayah keluarganya. Keberangkatannya ditunda karena hujan salju baru-baru ini bertentangan dengan norma-norma musiman telah memblokir rute gunung kembali ke wilayah Laurenfrost.

(...Badai salju itu mungkin berkaitan dengan amukan «Elemental Lord».)

Berpikir pada hal-hal tersebut, Kamito mengambil secangkir teh hitam yang disiapkan di atas meja.

"...Mmm, aromanya begitu baik."

"Tak perlu dikatakan lagi, ini adalah daun teh berkualitas tinggi, ciri khas daerah Laurenfrost."

Duduk di sebelah kanan Kamito, Rinslet tersenyum bangga.

"Ya, tapi aku pikir itu karena kamu menyeduh teh itu secara pribadi, Rinslet."

"...! Kamu tidak akan mendapatkan dimanapun bahkan jika kamu menyanjung aku."

Tersipu, Rinslet menyuarakan "Hmph" dan memalingkan wajahnya.

Juga ada banyak makanan ringan yang tampak lezat di atas meja, kue yang dia telah panggang pagi ini. Sirup manis menetes di atas permukaan renyah dari kue. Benar-benar lezat.

Setelah melepas pakaian Dark Est-nya, Est telah berganti pada seragamnya dan menjejali dirinya dengan kue disamping Kamito. Sementara itu, duduk di lantai, serigala putih menggunakan kaki untuk menahan cangkir teh dengan cekatan, menikmati teh hitam tersebut.

"Ini benar-benar kesengsaraan bahwa tubuh ini tidak bisa menikmati teh dan makanan ringan yang telah kamu siapkan secara khusus. Aku benar-benar akan senang untuk menikmati pancake dari kamu lagi lain kali."

"Ijinkan saya tahu setiap saat dan saya bisa membuat persembahan kepada Anda di kuil ibukota kekaisaran."

Rinslet menunduk hormat dan menjawab.

Setelah beberapa saat, Kamito meletakan kembali cangkirnya ke meja dan berkata:

"Jadi—"

Mempersingkat langsung ke poin.

"Jadi apa yang penting yang Anda sebutkan tadi?"

"...Ya. Menghitung hari ini, itu adalah sesuatu yang terjadi empat hari yang lalu."

Inkarnasi elemental lord yang muncul dalam bentuk seekor serigala putih— Iseria—mulai berbicara serius.

"«Ratu» Divine Ritual Insitute telah mengamati kemunculan «Gerbang» di lokasi tertentu di alam manusia."

"Gerbang...?"

Kamito mengerutkan kening.

"Maksud anda sebuah «Gerbang Astral»?"

Pada lokasi khusus seperti «Hutan Roh», Itu wajar-wajar saja untuk «Gerbang» yang mengarah ke Astral Zero untuk terwujud. Dalam kenyataannya, «Sylphid Knight» dari Akademi sering terrepotkan oleh roh-roh dan binatang yang secara tak sengaja melewati Gerbang Astral.

"...«Gerbang» itu, Apakah ada masalah?"

"Sebuah «Gerbang» muncul di alam manusia itu sendiri bukanlah yang sangat istimewa. Namun, hutan itu bukan sebuah tempat dimana gerbang biasa dapat terwujud."

"...Sebuah gerbang diluar «Hutan Roh», Anda bilang?"

"Apakah sesuatu seperti itu mungkin?"

Melihat Rinslet tidak sepenuhnya yakin, Iseria mengangguk serius.

"Memang. Karena «Elemental Lord» menjadi gila, itu tidak jelas apakah keanehan dapat terjadi antara «Astral Zero» dan alam manusia. Merasa sedikit khawatir, aku mengirim roh-roh bawahan untuk menyelidiki tempat dimana «Gerbang» tersebut Muncul. Pada akhirnya, tidak ada keanehan yang ditemukan, tapi—"

Mata bulat serigala putih itu menatap lurus pada Kamito.

"Roh-roh yang aku kirim kesana menemukan sesuatu yang aneh di sekitarnya."

"...Sesuatu yang aneh?"

"—Ya, seorang gadis dengan rambut warna gelap, mengenakan gaun hitam."

"...!"

Kamito menatap dengan mata terbelalak.

Imej dari dia, terukir dalam pikirannya, langsung tersentak keluar.

"—Sebuah perpisahan terakhir, Kamito."

Air mata mengalir di pipinya.

"Nona Pedang Suci, harap melindungi... Kamito dengan baik..."

(...Ya, dia—seharusnya sudah menghilang. Hanya tersisa dalam hatiku.)

Demi menyelamatkan Kamito dari kendali «Elemantal Lord Kegelapan»—

Melihat tangan kirinya dimana segel roh yang telah menghilang, Kamito kemudian menatap inkarnasi elemantal lord di depannya. Sebuah suara cemas diperas keluar dari tenggorokannya:

"...Ini pasti sebuah kebetulan. Saya yakin gadis berpakaian seperti itu dapat ditemukan dimana-mana."

"Memang, itu bisa jadi sebuah kebetulan. Gadis berpakaian seperti itu dapat ditemukan dalam jumlah berapapun di benua ini."

Iseria mengangguk jujur.

"Namun, gadis itu tiba-tiba muncul di sebuah hutan di perbatasan. Berapa besar dari kebetulan itu? Dan gerbang tersebut kebetulan juga diamati empat hari yang lalu."

"Berbicara dari empat hari yang lalu—"

Rinslet berbicara kaget:

"Itu akan menjadi hari ketika Kamito-san mendapatkan kembali ingatannya, bukan?"

"..."

Empat hari sebelumnya, dalam rangka untuk mengambil kembali Est yang tersegel dalam «Burial Chamber», Kamito pergi ke instalasi militer bawah tanah. Disanalah dia telah diserang oleh Lurie Lizaldia dari «Number». Terluka parah diambang kematian, Kamito membangkitkan kesadaran Restia, menghidupkan kembali ingatannya sendiri.

Apakah ini masih kebetulan?

"...Restia masih hidup, kan?"

Iseria menggeleng.

"Aku tidak tahu. Mungkin aku hanya memberimu gelembung harapan. Roh terkontrakmu, Restia Ashdoll, telah menghilang sepenuhnya, ini adalah apa yang kamu alami sendiri, apa yang kamu saksikan sendiri dengan matamu sendiri. Namun, misalkan... Misalkan bagian dari dirinya yang tersisa dan melewati «Gerbang» ke dunia manusia—"

"...!"

(Tapi dia—)

Segel roh tangan kiri telah lenyap sepenuhnya... Ya.

Saat ini, dia bahkan tidak bisa merasakan kehadirannya sedikitpun.

Seorang gadis menyerupai Restia muncul di hutan itu.

...Itu saja. Tidak ada bukti untuk mengkonfirmasi sama sekali.

Kamito melihat segel di tangan kanannya.

...Dia di sini, hanya di sini.

"Itu semua yang aku punya untuk dikatakan padamu. Aku akan menyerahkan sisanya padamu, penerus Raja Iblis."

Iseria menggeleng ringan dan berbicara.

Kamito menundukkan kepalanya.

"Aku..."

Dia menghela napas dalam-dalam.

Itu tidak mungkin untuk menegaskan bahwa gadis itu adalah Restia.

Mungkin ini akan membawa keputusasaan yang bahkan lebih dalam.

Namun—

Tiba-tiba, Kamito merasa sesuatu menarikan lengan bajunya.

Kamito melihat kembali untuk menemukan mata ungu misterius milik Est saat ini menatapnya.

"Roh kegelapan itu adalah sainganku. Dia tidak akan hilang begitu mudah."

"Est..."

Est memegang tangan kanan Kamito erat-erat.

Tangan dimana bulan milik Restia tertanda—

"..."

"..."

"Ya, jadi......"

Kamito mengambil napas dalam-dalam dan mengangguk.

(...Bagiku, keputusanku sudah lebih jelas dari apapun.)

Memang, tidak peduli seberapa kecil kemungkinan tersebut.

—Tidak ada lagi keragu-raguan.

Kamito berbalik menghadap Iseria dan bertanya:

"Jadi, dimana tepatnya itu? Dimana «Gerbang» tersebut muncul?"

"Perbatasan antara Kekaisaran Ordesia dan Kerajaan Suci Lugia, hutan perbatasan."

"Perbatasan Kekaisaran dan Kerajaan Suci? Dengan kata lain—"

"Memang, itu adalah wilayah Laurenfrost."

Bagian 2[edit]

"...Mmm, ooh..."

Gadis itu membuka matanya—

Yang pertama masuk pandangannya adalah daun yang menutupi tanah dan langit-langit.

(...Dimana ini?)

Tepat saat dia akan bangun, dia menyadari.

Itu seperti dia sedang berbaring di tempat tidur tenunan dari rumput.

Hampir tidak ada sinar matahari mengalir masuk. Sebuah ruangan gelap. Dupa terbakar, memenuhi udara dengan aroma menyedak.

Rambut gelapnya yang indah tersampir turun, tersebar.

Tepat pada saat ini—

"Oh, Onee-chan telah bangun!"

"Cepat dan beritahu Rana-sama!"

Tiba-tiba, dia mendengar suara-suara ini.

"...?"

Dia menoleh ke arah suara tersebut.

Di depan pintu kecil dari ruangan, sekelompok anak-anak berkumpul.

Warna kulit putih-salju mereka mengingatkan oak putih. Rambut warna hijau giok. Telinga runcing. Pasang mata bersinar merah yang mengawasinya dalam rasa ingin tahu.

(...Anak-anak ini?)

...Dia mencari-cari kenangannya dengan putus asa.

Kenapa dia di tempat semacam ini?

Sebelum kehilangan kesadaran, dia pasti berkeliaran di hutan, seharusnya seperti itu—

(Benar, aku sedang dikejar oleh sesuatu...)

Secara bertahap, ingatannya menjadi jelas.

Ketika dia pertama kali bangun, itu di hutan gelap, dingin.

Mendengar lolongan menakutkan dimana-mana, dia berlari putus asa.

Dia tidak bisa mengingat apa yang mengejarnya.

Yang dia yakin adalah bahwa dia baru saja ditangkap oleh sesuatu.

(...Tapi aku tersandung sesuatu dan jatuh.)

...Itu wajar saja. Duduk di tempat tidur, gadis itu mengkonfirmasi kondisinya. Di bawah keliman panjang gaun hitam, dia mengenakan sepatu dihiasi dengan pita lucu.

...Pakaian yang tidak cocok untuk berjalan di hutan tidak peduli bagaimana kamu melihat.

Di dalam hutan yang gelap, gadis itu tidak bisa bergerak.

Jika dia terus berbaring disana, dia mungkin akan menjadi makanan bagi binatang liar pada akhirnya. Atau kehilangan nyawanya pada sesuatu yang lebih menakutkan.

Memang, seperti roh hutan—

(Tapi pada akhirnya, apa yang aku temui bukan roh. Benar, mereka adalah—)

...Dia ingat. Mereka adalah manusia.

Melewati hutan, pasangan manusia tua yang membawa kayu bakar di punggung mereka.

(Kedua orang itu menyelamatkan aku dan memberiku makanan dan air—)

"Onee-chan—"

Salah satu dari anak-anak itu memanggil. Suara jelas anak laki-laki itu membawanya kembali ke realitas dari pikirannya.

"Onee-chan ditangkap oleh manusia."

"Yeah! Itulah kenapa kami menyelamatkan Onee-chan."

Anak-anak dibsekeliling semua mengangguk.

"...Kamu menyelamatkan aku?"

Di tempat tidur, gadis itu menyandarkan kepalanya ke depan.

"Mungkinkah, kamu mengambil orang-orang tua yang ramah itu dan—"

Gadis itu berteriak, wajahnya pucat.

"—Kami tidak membunuh mereka. Hanya sedikit menakuti mereka kemudian mencuri ingatan mereka."

Berjalan masuk—

Seorang gadis mengenakan pakaian putih dari putri kuil, kira-kira usia yang sama seperti dirinya.

"Rana-sama."

Anak-anak semua membuat jalan bagi gadis yang telah masuk itu. Gadis bernama Rana berjalan ke samping tempat tidur dan menempatkan tangannya di atas dahi gadis yang terbangun tersebut.

"Sepertinya kau terjebak dalam sihir kami juga."

"...Apa maksudmu?"

"Kami «Forest Dweller» akan menghapus ingatan manusia jika mereka menangkap pemandangan kami."

"Forest Dweller?"

Gadis itu memiringkan kepalanya.

"Kau berbeda dengan manusia-manusia itu?"

Mendengar pertanyaan ini, Rana dan anak-anak semua saling bertukar pandang dengan heran.

"Bukankah sudah jelas?"

Menyala dengan cahaya yang menakjubkan, mata merah itu menatap mata gadis itu.

"—Karena ini adalah hutan dari ras Elfim."

Bagian 3[edit]

"—kau yang disana, apakah kau benar-benar melihat seorang gadis dalam gaun hitam?"

"Y-Ya, tidak ada kesalahan tentang itu..."

Pada batas-batas utara wilayah Laurenfrost di Kekaisaran Ordesia, hutan lebat dan subur tumbuh di sepanjang perbatasan dengan Kerajaan Suci Lugia. Bahkan pada siang hari, sinar matahari tidak menembus ke dalam.

Sebuah desa kecil di salah satu ujung hutan telah diambil alih oleh sekelompok orang-orang aneh.

Gadis mengenakan mantel abu-abu.

Sebanyak lima. Semua membawa pedang. Mereka menyapu tatapan mereka pada penduduk desa yang ketakutan.

"...Apa yang kau pikirkan?"

Gadis tersebut, rupanya sang komandan, mengarahkan pedangnya pada orang tua sambil menanyai bawahannya di belakangnya.

"Itu kemungkinan besar roh kegelapan itu, tidak ada kesalahan tentang itu."

"Hmph, jadi «Des Esseintes» ternyata benar dalam prediksi mereka—"

Gadis itu bergumam pelan pada dirinya sendiri dan berpaling ke orang tua itu lagi.

"Jadi, kau kehilangan gadis yang kau selamatkan di hutan?"

"Y-Ya, itu benar. Ketika aku dan nona itu berjalan bersama-sama, kabut tebal tiba-tiba turun. Pada saat kami menyadari, gadis itu tiba-tiba menghilang."

Orang tua itu gemetaran ketakutan, sambil menggeleng putus asa.

(...Tampaknya bukan kebohongan, aku kira?)

Gadis itu perlahan menarik pedangnya—

Ksatria dari Kerajaan Suci —Luminaris Saint Leisched—mendesah dalam kejengkelan.

(Kejahilan yang dibuat oleh roh-roh hutan? Jika roh kegelapan tersebut jatuh ke tangan kekuatan lain selain dari Kerajaan Suci itu, itu akan merepotkan.)

Itu sudah beberapa hari berlalu ketika «Des Esseintes» mengkonfirmasi keanehan «Gerbang» yang muncul di hutan di perbatasan Kekaisaran Ordesia. Atasan langsung «Sacred Spirit Knights», Cardinal Millenia Sanctus, langsung mengeluarkan perintah untuk menangkap makhluk yang muncul di dekat «Gerbang»— Sang roh kegelapan.

Meskipun ini adalah perbatasan, itu jelas ilegal bagi ksatria Kerajaan Suci untuk memasuki wilayah Ordesia. Jika mereka ditemukan, itu akan berkembang menjadi masalah hubungan luar negeri antar negara.

(Pergi sejauh ini untuk menangkap dia, apa roh kegelapan itu benar-benar sepenting itu?)

...Segala macam keraguan berputar-putar dalam pikirannya. Tapi seperti seorang ksatria, dia tidak seharusnya untuk menaruh keraguan.

Ksatria Kerajaan Suci hanyalah pelaksana yang sepenuhnya melaksanakan kehendak «Des Esseintes».

(Aku kalah di Blade Dance melawan gadis itu dan juga gagal pada misi untuk memusnahkan roh kegelapan.)

Sebelum misi ini selesai, aku mungkin tidak diizinkan untuk melangkah kembali ke negeri asliku.

Dalam rangka untuk memulihkan kehormatan «Sacred Spirit Knights», aku harus menemukan roh kegelapan itu tidak peduli apa—

"Semuanya, karena itu, kita—"

"Luminaris-sama—"

Dia diganggu oleh Ayla Cedar.

"Apa itu?"

"Ada masalah dengan penyerangan hutan."

"Apa?"

Luminaris mengerutkan kening—

"...salju?"

Dia tidak bisa menahan tawa kecut dan diam-diam.

Kepingan salju putih menari di hutan, berkibar di udara.

Bahkan untuk wilayah Laurenfrost yang dikenal karena iklim yang dingin, berbicara secara normal, salju tidak seharusnya turun waktu ini dari tahun tersebut.

Sebuah salju besar yang bertentangan dengan norma-norma musiman.

"Sejak Blade Dance berakhir, iklim di wilayah Laurenfrost telah sangat aneh."

"Kekaisaran tersebut seharusnya menerima berkah «Elemental Lord»."

"Jika hal ini bisa dianggap berkah tersebut, itu benar-benar tidak dapat diterima—"

Meskipun tidak seburuk «Hutan Roh», hutan ini juga tempat yang sangat berbahaya. Selain itu, melakukan sebuah ekspedisi dalam cuaca semacam ini, hanya kembali hidup-hidup sudah tidak pasti.

"Bagaimana kalau kita kembali untuk saat ini dan meminta bantuan?"

Mendengar saran bawahannya, Luminaris menggeleng.

"Bagaimana mungkin kita kembali dengan tangan kosong? Untuk memulihkan kehormatan yang ternoda dari «Sacred Spirit Knight», roh kegelapan itu harus ditangkap dan dibawa kembali tidak peduli apa."


Bab 2 - Warisan Raja Iblis[edit]

Bagian 1[edit]

Begitu dia selesai sarapan, Kamito mulai mengemasi kopernya untuk perjalanan yang akan datang ke tanah Laurenfrost.

"...Meskipun itu sudah dikatakan, aku tidak bisa percaya aku benar-benar akan ke tempat seperti Laurenfrost."

"Bagaimana dengan tempat seperti Laurenfrost, Kamito-san? Meskipun di perbatasan Kekaisaran, memang, aku akan mendapati kamu tahu bahwa kampung halamanku adalah sebuah tempat yang indah dengan pemandangan yang indah."

"Tidak, aku minta maaf, kamu salah paham dari apa yang aku katakan."

Kamito dengan panik meminta maaf kepada Rinslet.

Rinslet cemberut marah.

Setelah merasuki Fenrir sebelumnya, kesadaran Iseria telah kembali ke «Astral Zero». Karena terkorosi oleh kegelapan dunia lain, «Elemental Lords» yang lain memerlukan banyak energinya untuk menekan. Akibatnya, dia hanya bisa membuat penampilan dalam waktu yang sangat terbatas.

Melanjutkan berkemas, Kamito diam-diam berdoa di dalam hatinya.

(Dia pasti masih hidup, pasti—)

Didampingi oleh «Gerbang» yang tidak normal, Gadis dalam gaun hitam muncul di hutan perbatasan.

...Mungkin ini benar-benar hanya sebuah kebetulan.

Spekulasi sederhana yang membawa sebuah harapan indah. Kamito paham dengan jelas di dalam hatinya.

Namun demikian, dia masih bersedia untuk percaya pada kemungkinan yang sedikit.

(—kamu harus menungguku, Restia.)

Kamito diam-diam membulatkan tekadnya sementara dengan cepat mengemasi semua peralatan yang dibutuhkan untuk melintasi pegunungan yang tertutup salju.

Peralatan tersebut dipinjam dari ruang pelatihan Akademi dan termasuk «Artefak» khusus untuk digunakan di medan salju.

Rute terpendek ke wilayah Laurenfrost— Pegunungan Kyria—saat ini sedang hujan salju lebat untuk alasan yang tidak diketahui. Meskipun saat di «Instructional School», Kamito sudah mengalami banyak pelatihan untuk ekspedisi melintasi medan salju, dia tahu bahwa melintasi pegunungan yang tertutup salju tanpa peralatan yang tepat adalah setara dengan bunuh diri.

"Yah, setelah mempersiapkan sebanyak ini, harusnya cukup..."

Kamito menepuk ransel yang menggembung dan mengkonfirmasi peralatan saat berbicara.

"Kamito-san, tolong jangan meremehkan Pegunungan Kyria."

Rinslet berbicara dengan ekspresi serius.

"Pegunungan itu telah mengambil ratusan nyawa. Meskipun aku bisa mengerti perasaanmu yang memaksamu untuk berangkat secepat mungkin, jika kamu tidak ingin mati disana, tidak ada jumlah persiapan yang terlalu banyak."

"...A-Aku paham."

Kamito tersentak.

Sebagai putri margrave yang berkuasa lahan tersebut, kata-kata Rinslet membawa dampak tambahan.

"...Tapi aku masih perlu untuk berterima kasih, Rinslet."

Di tengah pengemasan, Kamito menghentikan tangannya dan berbicara.

"Eh?"

"Umm, aku benar-benar senang bahwa kamu menemaniku."

Wajah Rinslet langsung berubah merah cerah.

Baru pagi ini, ketika Kamito membuat keputusannya untuk melakukan perjalanan ke wilayah Laurenfrost, Rinslet telah menyarankan pergi dengan dia karena dia akrab dengan daerah setempat dan kondisi jalan. Karena itu adalah pertama kalinya dia mengunjungi Laurenfrost, Kamito tidak bisa lebih senang menerima bantuannya.

"I-Itu karena aku berencana untuk pulang ke rumah. I-Ini tidak seperti aku akan kembali hanya karena kamu, Kamito-san, tolong jangan salah paham."

Rinslet memalingkan wajahnya dengan malu-malu ke samping.

Sudah terbiasa pada sikap semacam ini darinya, Kamito hanya bisa tersenyum kecut. Meskipun tampak seperti seorang gadis sombong pada pandangan pertama, dia sebenarnya hanya buruk dalam mengekspresikan perasaannya. Pada intinya, dia benar-benar seorang wanita muda yang baik.

"...~! A-Apa yang kamu senyumkan, Kamito-san?"

Rinslet melotot marah pada Kamito.

"Oh, umm—"

Kamito dengan panik memutar tatapannya.

"Omong-omong, tidakkah Claire akan marah jika kita mengambil barang-barangnya tanpa bertanya?"

Kamito mengambil sebuah kristal roh terdekat dan bertanya dengan cemas.

kristal roh yang baru saja dia masukkan ke dalam tas itu ditemukan dalam lemari Claire. Meskipun itu adalah sebuah item rendah dengan kemurnian yang sangat rendah, meskipun begitu, itu masih alat yang sangat diperlukan bagi elementalist.

"Tidak masalah. Claire sering memakan makanan ringanku tanpa bertanya juga."

"...aku kira itu benar."

Claire sering mengambil makanan ringan untuk dimakan dari kamar Rinslet tanpa ijin, tapi dia tidak memonopoli mereka semua untuk dirinya sendiri. Menggunakan makanan yang dicuri sebagai makanan ringan teh, teman sekamarnya Kamito dan Fianna, serta Scarlet adalah pelaku sebenarnya semua komplotan dalam arti tertentu.

...Oh yah, harusnya baik-baik saja mengingat bahwa Claire dan Rinslet tumbuh bersama sebagai teman masa kecil.

Meskipun merasa bersalah, Kamito masih "meminjam" kaleng yang tersembunyi di kedalaman lemari. Sebanyak dia berharap itu tidak akan terjadi, jika mereka benar-benar terdampar di salju di pegunungan, ini akan menjadi persediaan darurat yang sangat berharga.

(...Dia harusnya memaafkan aku jika aku menjelaskan dengan benar padanya lain kali. Sepertinya dia menjadi tidak terlalu keras akhir-akhir ini.)

Menemui kakaknya mungkin membantu menenangkannya. Meskipun mereka bertemu dalam situasi seperti itu, terlepas dari itu, Rubia masih berhasil menyampaikan alasan dia untuk mengkhianati «Elemental Lord» serta betapa dia merindukan adiknya. Untuk Claire, ini bisa dianggap semacam penyelamatan.

Kembali ketika Kamito pertama kali bertemu dia, Claire akan menutup hatinya seperti binatang kecil yang terluka, selalu menyerang orang lain. Namun, kepribadian semacam itu telah menghilang sekarang.

(...Ya, dia awalnya adalah seorang gadis baik dan lembut, setelah semua.)

Saat Kamito sedang memikirkan gadis tersebut yang sudah kembali ke kampung halamannya...

"Kristal roh ini—"

Rinslet bergumam lirih.

"Banyak dari mereka tidak memiliki roh tersegel di dalamnya."

Pada pemeriksaan lebih dekat, kristal roh di tangan Rinslet memang telah kehilangan sinar mereka. Jika kristal memiliki roh tersegel di dalam mereka, bahkan tanpa memasukkan divine power, mereka harusnya tetap mengeluarkan cahaya lemah.

"Melempar mereka ke bagian belakang lemari seperti ini, dia benar-benar gagal untuk menjaga mereka dengan baik."

"...Serius, seberapa malas dia meskipun jelas menjadi siswa terhormat."

Rinslet mengangkat bahu dalam kejengkelan.

Kristal Roh bertindak sebagai tempat tinggal sementara bagi roh. Oleh karena itu, mereka harus hati-hati dirawat dan sering menjalani ritual pemurnian untuk menciptakan suasana yang nyaman dan santai bagi roh yang tinggal didalamnya. Jika tidak, roh mungkin membuka segel sendiri dan melarikan diri. Ini adalah dua kali lipat benar untuk kristal roh kualitas buruk seperti yang satu ini.

"Kalau begitu aku akan pergi ke «Hutan Roh» untuk menangkap beberapa roh api."

"Ya, aku akan pergi menemukan si wanita jahanam Greyworth untuk mendapatkan izin untuk pergi."

Mengatakan itu, Kamito menurunkan Terminus Est yang tergantung di dinding.

"Pergi ke gedung sekolah?"

"—aku menduga dia mungkin di Kota Akademi."

Bagian 2[edit]

Meninggalkan gerbang depan Akademi, Kamito melangkah ke jalan utama yang melalui seluruh Kota Akademi.

"...Ini sudah empat hari huh."

Melihat jalan-jalan lebar di kaki gunung, Kamito bergumam pelan.

Menggunakan «Great Festival of the Spirits» sebagai pembuka, tujuh roh militer telah menyerang Kota Akademi. Bahkan roh militer kelas-taktikal milik Imperial Knight «Glasya-Labolas» dirusak oleh kegelapan dan menjadi mengamuk, merusak kota.

Rekonstruksi kota yang rusak sedang dilakukan di bawah kepemimpinan Imperial Knight. Namun, kerusakan «Undine Zone» yang paling parah masih sebuah tanah kosong.

Berjalan di jalan yang terkubur puing-puing, Kamito melihat sosok roh batu yang familiar. Tubuh raksasanya yang tertutup bebatuan saat ini sedang membereskan tanah dan batu-batu yang tersebar.

"Aku mengerti, ini harusnya dipindahkan ke... Hmm?"

Naik di bahu raksasa batu tersebut, gadis berambut pendek menengok ke belakang. Itu Rakka dari «Sylphid Knight».

"...bukankah itu Kamito? Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Hanya mencari Greyworth untuk sesuatu."

Rakka melompat turun dengan ringan dari bahu raksasa batu tersebut.

"Dia membantu pekerjaan pembangunan kembali kota. Begitu menakjubkan."

"«Cabracan» ini benar-benar cocok untuk pekerjaan semacam ini, kamu tahu?"

Hmph, Rakka membusungkan dadanya dengan bangga.

"Aku harus bekerja cukup keras untuk melakukan bagian Kapten juga sementara dia memulihkan diri."

"Ellis bilang dia akan kembali ke tugas Ksatria secepat mungkin."

Terluka dalam serangan insiden sebelumnya, Ellis saat ini menerima perawatan di fasilitas medis Kota Akademi. Meskipun dia bersikeras dia baik-baik saja, Ellis pasti mengalami kerusakan dari pedang iblis Lurie Lizaldia. Setelah mewarisi kekuasaan Raja Iblis, Kamito adalah masalah yang sama sekali terpisah.

"Rumah Sakit Sairaelle memiliki fasilitas medis yang paling canggih, jadi dia pasti segera keluar."

"Kamu harusnya pergi mengunjunginya, Kamito. Aku pikir Kapten pasti akan senang melihatmu."

"Ya, aku akan mengunjunginya nanti."

Menyampaikan pada Rakka selamat tinggal, Kamito melanjutkan perjalanannya.

Akhirnya, dia mencapai tujuannya— sebuah instalasi militer di bawah yurisdiksi Imperial Knight.

"Apakah Greyworth disini?"

"Oh itu kamu. Dia harusnya hadir setiap hari diwaktu-waktu seperti ini—"

Setelah menunjukkan sandi wewenangnya pada penjaga, Kamito memasuki fasilitas itu dengan sukses. Karena peringatan tingkat atas, satu-satunya orang yang diizinkan masuk ke instalasi bawah tanah tersebut adalah Greyworth dan Kamito.

Dipandu oleh cahaya dari kristal roh di dinding, Kamito menelusuri lorong bawah tanah.

Suasana bawah tanah itu sangat berat. Tidak peduli apa, ini adalah sebuah fasilitas yang digunakan untuk penelitian militer selama Perang Ranbal.

(...Suatu tempat yang menyeramkan, aku tidak percaya dia masih datang ke sini setiap hari.)

Setelah berjalan beberapa saat, dia melihat sosok Greyworth di kejauhan, memegang sebuah lentera.

Mungkin mendengar langkah kaki Kamito itu, Greyworth melihat kebelakang.

"Jadi itu kau, nak."

"Ya~ tidakkah kau bosan mengunjungi tempat semacam ini setiap hari?"

Ini adalah ruang terbuka lebar di bagian bawah tanah. Dinding sekitarnya runtuh dan permukaan tanah juga cekung.

Pusat dari kehancuran dimana Kamito telah bertarung dengan Lurie sebelumnya.

Melangkah pada puing-puing dibawah kaki, Kamito berjalan ke Greyworth.

"Kau seharusnya membawa seorang pengawal setidaknya. Sudah jelas kau bukan lagi penyihir terkuat di benua."

"Oh? Anak ini mengkhawatirkan aku?"

"Kau memikirkannya terlalu berlebihan."

Kamito mengalihkan tatapannya.

"Hoo~, pada akhirnya, kau lebih manis ketika kau kehilangan ingatanmu."

Greyworth mengangkat bahu dan menatap langit-langit ruang bawah tanah yang hancur.

"Aku tidak ingin siapapun selain dari diriku sendiri untuk datang ke sini."

Kamito mengikuti tatapannya.

Tanpa alasan tertentu, hanya karena kegelapan tak berujung menyebar dari sana...

Namun, dia bisa merasakan rasa disonansi samar-samar.

Tampaknya ada sesuatu di sana.

Greyworth mungkin merasakan itu juga.

"«Burial Chamber» Raja Iblis huh..."

«Burial Chamber»—sebuah ruang harta diberikan pada Raja Iblis yang memenuhi.

Itulah apa yang telah Lurie Lizaldia sebutkan.

Menyegel harta milik Raja Iblis dari seribu tahun yang lalu, itu adalah dimensi khusus dengan sifat magis. Pada saat yang sama, itu adalah tempat dimana Est telah disegel ketika Kamito telah kehilangan ingatannya di tempat suci dari «Elemental Lord».

Tempat dimana Est telah disegel.

Itu secara otomatis terwujud di basis operasi Raja Iblis. Hanya mereka yang memiliki kelayakan sejati untuk menjadi Raja Iblis mampu membuka segelnya.

"Benar-benar dimensi yang luar biasa. Tidak peduli sistem sihir apa, itu tidak dapat dianalisis."

Greyworth mengangguk, sedikit terkesan, kemudian kembali menatap Kamito.

"Nak, coba gunakan kekuatanmu untuk mengaktifkan «Burial Chamber» itu."

"Ini tidak seperti itu mudah dilakukan."

Kamito mengangkat bahu tak berdaya.

Tidak mungkin bagi Kamito untuk membuka «Burial Chamber» dengan kehendaknya sendiri— Lurie mengatakan begitu. Oleh karena itu, dia hanya nyaris berhasil mengaktifkan «Burial Chamber» dengan beralih ke metode menempatkan Kamito dalam krisis di ambang kematian.

"... Memang, itu masih tidak baik caramu saat ini."

"Tidak ada gunanya memprovokasiku. Selain itu, aku tidak membutuhkan hal semacam itu."

"Apakah kau yakin? Tertidur didalamnya adalah roh-roh yang kuatnya tak masuk akal, kau tahu?"

«Burial Chamber»—ruang harta Raja Iblis. Jika itu benar-benar terjadi, hal itu sangat mungkin bahwa tujuh puluh dua roh yang diperintahkan oleh Raja Iblis legendaris «Solomon» disegel di dalamnya.

Walaupun sebagian besar dari roh-roh milik Raja Iblis telah hilang, rumor menyebutkan bahwa beberapa yang tersegel sementara yang lain telah diubah menjadi roh militer, harusnya ada beberapa yang tersisa di dalam «Burial Chamber».

Namun—

"...Tidak membutuhkan mereka."

Dikenakan di pinggangnya, sang «Demon Slayer» berbicara.

"... Est?"

"Kamito telah memiliki aku sebagai senjata pilihan Raja Iblis dan tidak memerlukan roh sampah lain."

Sebuah nada kepastian yang mutlak. Menyebut roh-roh sampah milik Raja Iblis, ini adalah Est yang telah membunuh Raja Iblis sebagai pedang pribadi Sacred Maiden.

"...Jadi begitulah. Aku tidak memerlukan roh Raja Iblis apapun."

Kamito menepuk pedang di pinggangnya dengan ringan saat dia berbicara.

"begitukah? Oh yah, jika itu yang terjadi, lupakan saja. Kalau begitu mari kita menutup daerah ini terlebih dulu."

Berbicara dengan sedikit kekecewaan, Greyworth—

"Katakanlah, kenapa tepatnya kau datang untuk mencariku?"

Saat itulah Kamito ingat—

"Oh ya..."

Hampir saja. Dia hampir lupa alasan awalnya untuk datang ke sini.

Kamito buru-buru mengeluarkan formulir permintaan dari saku kemejanya.

"Aku ingin ijin jangka panjang untuk meninggalkan halaman sekolah. Tanda tangan di sini kumohon."

Membaca formulir permintaan tersebut, Greyworth membuat penampilan terkejut.

"Laurenfrost?"

"Ya, ada sesuatu yang mendesak."

Kamito mengulangi apa yang Iseria katakan pagi ini tentang gadis menyerupai Restia yang terlihat di Laurenfrost.

Hal mengenai «Elemental Lord» itu merupakan tabu mutlak dari perspektif Iseria, jadi Kamito dengan lincah menghindari subjek ini.

Setelah mendengarkan Kamito, Greyworth mengatakan:

"Nak, apa informasi ini dapat diandalkan?"

"...Mungkin, aku rasa."

Kamito mengangguk samar-samar.

"Aku telah mendengar bahwa salju lebat saat ini jatuh di Pegunungan Kyria menuju ke Laurenfrost. Akankah aku akan mengizinkan siswa berhargaku untuk pergi ke suatu tempat yang begitu berbahaya demi informasi yang tidak pasti seperti itu?"

"...Suatu hari di masa lalu, seseorang tertentu rasanya dilemparkan ke sebuah gunung yang tertutup salju selama beberapa hari sebagai apa yang disebut pelatihan. Aku ingin tahu apakah kau masih ingat?"

"Itu sudah lama sekali. Lupakan saja."

Melihat Greyworth masih membuat penampilan itu, Kamito mendesah tak berdaya.

"...aku juga tahu bahwa berita ini sangat rendah dalam kepastiannya. Namun, asalkan ada setitik harapan, aku—"

Kamito mengepalkan tinjunya keras.

"Haaa—"

Greyworth menatap Kamito dengan mata lembut.

"Kau selalu begitu peduli tentang roh kegelapan itu... Itu membuatku merasa sedikit iri."

Terkikih-kikih.

"...maka begitulah. Tapi ketika nona kecil kucing neraka kembali, bukankah dia akan marah padamu?"

"Jika itu Claire, aku mengandalkan padamu untuk menjelaskan kepadanya ketika saatnya tiba."

"Aku minta maaf tapi aku mungkin tidak akan bisa membantu. Aku akan meninggalkan Akademi segera."

"Meninggalkan Akademi pada saat seperti ini?"

Kamito mengerutkan kening.

Sekolah itu sedang dibangun ulang saat ini. Selama saat seperti ini, Greyworth harusnya lebih diperlukan sebagai direktur Akademi.

"Justru karena itu waktu seperti ini. Kau harusnya telah mendengar dari Fianna juga tentang «Konferensi Semua Negara» yang akan diadakan di ibukota kekaisaran. Benua ini sedang dalam keadaan darurat yang belum pernah terjadi sebelumnya."

"Kudeta di Teokrasi huh..."

Beberapa hari sebelumnya, Sjora Kahn telah membunuh Hierarch di tetangga Alpha Theocracy. Selain itu, dia telah mengambil komando dari istana kalajengking iblis «Scorpia». Sangat jelas, pergolakan itu tidak akan mereda dengan itu. Faksi Hierarch dalam Teokrasi membuat kerusuhan di seluruh tempat, memulai perang dimana-mana, menenggelamkan bangsa ke dalam kekacauan.

"Ada alasan juga di depan itu, tetapi kekhawatiranku sebenarnya terletak pada Kerajaan Suci."

"...Kerajaan Suci Lugia?"

Mendengar kata-kata tak terduga dari bibir penyihir itu, Kamito memiringkan kepalanya dengan bingung.

Berbicara tentang Kerajaan Suci Lugia, itu adalah negara yang sangat stabil seperti Ordesia. Sejak Kerajaan Rossvale mendeklarasikan kemerdekaan, tidak ada yang menghawatirkan telah terdengar dari sana dalam beberapa tahun terakhir—

"—Sebuah intuisi penyihir."

Greyworth menyipitkan mata abu-abunya.

"Ini adalah perasaan yang sama yang aku alami sebelum perang itu. Pada «Konferensi Semua Negara» ini, aku secara pribadi akan memastikan keingginan Kerajaan Suci tersebut. Kamito—"

Bagian 3[edit]

[Sunting]

(...Intuisi seorang penyihir huh.)

Memegang ijin yang ditandatangani, Kamito kembali ke permukaan tanah, mengambil napas dalam-dalam dari udara segar.

(...Oh yah, itu tidak ada hubungannya denganku, aku kira.)

Bagi Kamito, bagaimana masalah-masalah politik antar negara pada akhirnya tidak ada hubungannya dengan dia. Namun, jika itu terkait dengan mencari Restia, maka itu akan menjadi masalah yang berbeda—

Membungkukkan tubuhnya sedikit, Kamito berjalan ke jalanan perbelanjaan.

Bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya bisa dibeli di sini. Bahkan, siswa di Akademi hampir tidak pernah datang ke sini untuk berbelanja. Sebagian besar konsumen disini adalah penduduk dari Kota Akademi. Tapi untuk Kamito yang bukan seorang bangsawan, ini adalah sebuah tempat yang penting untuk membeli makanan murah.

Untungnya, karena itu cukup jauh dari jantung Kota Akademi dan tidak ada instalasi militer di dekatnya, serangan beberapa hari sebelumnya tidak mempengaruhi tempat ini.

Kamito datang ke sini untuk membeli hadiah untuk mengunjungi Ellis. Karena dia meninggalkan Akademi untuk sementara, itu wajar baginya untuk memberitahu Ellis yang adalah rekan setimnya serta kapten dari «Sylphid Knight» yang dia adalah seorang anggotanya.

Setelah membeli melon favorit Ellis di sebuah toko pangan, Kamito berjalan ke fasilitas dimana dia dirawat.

«Saint Sairaelle Hospital»— fasilitas ini dinamai seorang «Ratu» yang telah melayani Holy Lord Alexandros beberapa abad yang lalu. Meskipun rumah sakit Akademi Roh Areishia juga memiliki standar tinggi, itu masih kalah jauh dengan Rumah Sakit Sairaelle.

Kamito pergi melalui pintu depan untuk masuk ke pusat bangunan. Gadis di resepsi sangat ketakutan dan dia tersentak.

"...R-Raja binatang nafsu!"

Ini sudah keempat kalinya dia mengunjungi Ellis. Penampilan Kamito rupanya berkomitmen tegas pada ingatan sekarang.

(...Jika memungkinkan, bisa tolong ingat namaku juga?)

Merasa sangat terluka, Kamito selesai menangani prosedur mengunjungi kemudian berjalan ke ruangan Ellis.

Mengetuk ringan di pintu, Kamito bertanya lembut:

"Ellis, kamu masih terjaga?"

"...Ya. K-Kamito!? Oh, ya. Aku terjaga!"

Setelah dentingan suara, jawaban paniknya terdengar.

"Oke, kalau begitu aku masuk—"

Membuka pintu, Kamito melihat Ellis berbaring di ranjangnya.

"...Kamito!"

Bibir merah mudanya terbuka sedikit, mengenakan gaun putih longgar, ponytailnya tidak terikat, Ellis tampak sangat berbeda dari biasanya, hampir seperti sebuah adegan dari fantasi.

"Ellis, bagaimana kesehatanmu?"

"B-Baik-baik saja. Aku hampir pulih... aku harusnya bisa kembali ke tugasku di Ksatria segera."

"Benarkah?... Itu bagus."

Kamito duduk di kursi di samping ranjang. Wajah Ellis tampak sedikit merah.

"Aku membawa favoritmu, Ellis, melon. Aku akan memotongnya untukmu segera."

"...O-Oke. Aku merasa sangat menyesal untuk merepotkan kamu sepanjang waktu."

"Ellis, itu berkat kamu bahwa aku masih berdiri disini. Jadi serahkan saja hal-hal ini padaku."

Kamito mengeluarkan pisau dari saku kemejanya dan mengiris melon menjadi potongan-potongan kecil, mengatur mereka di piring dengan cara yang berpengalaman.

"Omong-omong, apa yang kamu lakukan sekarang?

"...Huh?"

"Sebelum aku memasuki ruangan, aku pikir aku mendengar dentingan suara. Jika aku mengganggumu, aku akan minta maaf—"

"...~! Itu, u-umm... Bukan apa-apa yang aku lakukan, tidak ada sama sekali, jujur!"

Ellis merah padam karena malu, berputar di sisinya di tempat tidur. Pada saat ini, sesuatu jatuh dari bajunya.

"...?"

Ellis dengan panik mengambil mereka... Tapi sudah terlambat.

Tatapan Kamito berhenti pada buku-buku yang jatuh di tempat tidur.

"...«Nectar Menetes di Malam Hari»?"

Kamito sepertinya ingat melihat Claire membaca novel ini beberapa hari yang lalu.

"I-Ini, ini bukan apa yang kamu pikirkan!"

Ellis dengan panik mengambil buku tersebut dan memasukan mereka di bawah bajunya.

"I-Ini, umm... buku-buku yang disita oleh Ksatria, aku hanya, umm, memeriksa mereka! ..."

"A-Aku mengerti."

Dipelototi oleh Ellis, Kamito terus mengangguk-angguk.

"N-Ngomong-ngomong, makanlah beberapa melon."

"..."

Ellis menatap piring yang membawa irisan melon...... Rupanya kehilangan kata-kata, dia bertindak sangat canggung.

"...? Apa yang terjadi, tidak nafsu makan?"

"Tidak, umm, tanganku... tidak bisa bergerak dengan baik."

Ellis tiba-tiba mengatakan itu.

"...? Bukankah kamu baik-baik saja barusan?"

"I-Itu tiba-tiba mulai sakit!"

Ellis cemberut.

"Jadi, umm, pada dasarnya... umm..."

"Hmm?"

"K-Kamu bisa... menyuapi aku, kan?"

"...!"

Ellis menunduk dan melihat ke mata Kamito.

Sekilas samar belahan dadanya berkelebat keluar dan masuk dari pandangan, menarik tatapan Kamito secara paksa.

"...K-Kamu menolak...?"

Dengan ekspresi gelisah, Ellis menggigit keras bibirnya.

Melihat dia meminta dengan cara ini, bagaimana mungkin Kamito bisa menolak—

"...A-Aku mengerti, oke."

Kamito mengangkat bahu tak berdaya dan digunakan garpu untuk mengambil sepotong melon.

"...ini, buka mulut."

"Hmm, kamu memerintah aku?"

Ellis cemberut tapi dia benar-benar tampak agak senang.

"Hmm, nada perintah tersebut tidak terasa buruk, benar-benar..."

...Ah~

"...Mmmmmm~♪"

Menelan melon, Ellis menempelkan tangannya ke pipinya dalam kebahagiaan.

"L-Lagi..."

Seperti burung kecil yang menunggu untuk diberi makan, dia membuka bibirnya yang menggemaskan.

"...Aku menyerah. ini~"

...Ah~

STnBD V13 044.jpg

"...Huah~♪"

Ellis membuat suara manis yang lain.

"...Sepertinya kamu benar-benar menyukai makan melon."

"T-Tidak persis. Apa yang saya sukai bukanlah melon tapi..."

Ahem~ Karena terlalu malu, Ellis berdeham dengan sengaja.

Kamito meletakkan garpu dan berkata:

"Umm, Ellis. Aku punya sesuatu untuk dikatakan padamu—"

"A-Apa itu?"

"Aku akan meninggalkan Akademi untuk sementara waktu."

"...Eh?"

Ellis melebar mata coklat gelapnya, begitu terkejut bahwa dia tidak bisa berbicara.

Menghadapi Ellis, Kamito menceritakan apa yang telah terjadi pagi ini.

"...Karena itu, aku harus mengunjungi Laurenfrost untuk mencari Restia. Adapun untuk kapan aku akan kembali, aku masih belum tahu?"

"...A-Aku mengerti."

Setelah mendengarkan Kamito, Ellis mengangguk patuh.

"Jika memungkinkan, aku ingin pergi bersamamu—"

"O-Oh~ aku sangat senang bahwa kamu ingin melakukan itu, tetapi mengingat kondisi kesehatanmu saat ini, aku tidak berpikir kamu harus memaksakan diri sendiri sebanyak itu."

Mengatakan itu, Kamito mengelus kepala Ellis.

"...~!"

Wajah Ellis tampaknya mngeluarkan uap.

"Kalau begitu aku akan—"

"T-Tunggu, Kamito—"

Ellis meraih tangan Kamito saat dia bangkit untuk pergi.

"...Ellis?"

"Umm, jika kamu akan melakukan perjalanan panjang, akan lebih mudah untuk memiliki «Perlindungan Angin»."

"...Oh, itu akan bagus jika kamu bisa, tapi..."

Di antara semua jenis berkah roh, «Perlindungan Angin» adalah salah satu yang paling dihargai oleh para penjelajah. Menjadikan angin disekeliling menjadi sekutu seseorang, hal itu juga akan meningkatkan kecepatan gerakan.

"Tapi apakah itu benar-benar baik-baik saja?"

Di antara berbagai jenis sihir roh, sihir yang berlangsung selama jangka waktu yang panjang juga mengkonsumsi sejumlah besar divine power. Oleh karena itu, Kamito tidak bisa membiarkan Ellis untuk memaksakan dirinya dalam keadaan dia dirawat di rumah sakit.

"Jangan khawatir. Kesampingkan tubuh fisikku, energiku sudah pulih sepenuhnya berkat para princess maiden."

Ellis mengangguk dan akhirnya melepaskan tangan Kamito itu.

"...Silakan tutup matamu sejenak."

"Oh tentu..."

Kamito menutup matanya dengan patuh.

Dia bisa mendengar suara Ellis mulai melantunkan doa di dekat telinganya.

"O angin yang menyapu tanah, limpahkan perlindungan-mu pada penjelajah ini—"

Angin sepoi-sepoi bertiup di dalam ruangan, membelai wajah Kamito. Seluruh tubuhnya diselimuti angin ringan—

ciuman~

"...Huh?"

Tiba-tiba merasakan sensasi lembut dari bibirnya, Kamito membuka mata lebar-lebar karena terkejut.

"...~!"

Dia bisa melihat Ellis, wajahnya memerah—

"...E-Ellis?"

Kamito berkedip-kedip—

"K-Kamu memiliki jenis konstitusi yang membuat sihir tidak efektif kecuali ini selesai, kan?"

Ellis malu-malu mengalihkan tatapannya menjauh dan berkata.

"Itu... benar, tapi..."

"H-Hmph... «Perlindungan Angin» diberikan kepadamu tanpa gagal sekarang!"

Mengabaikan Kamito yang benar-benar bingung, Ellis dengan panik membenamkan wajahnya di pakaiannya.

Bagian 4[edit]

(...«Perlindungan Angin» huh?)

Keluar dari rumah sakit, Kamito menggaruk wajahnya dan bergumam.

...Jantungnya berdetak begitu cepat. Sensasi bibir lembut itu tampaknya masih melekat.

"—Kamito tidak memiliki kesetiaan."

Dikenakan di pinggangnya, pedang suci mengeluh tidak senang.

"K-Kesalahpahaman! Ellis hanya memberiku «Perlindungan Angin»."

"«Perlindungan Baja» saja sudah cukup untuk menjaga Kamito!"

...Est tidak mengatakan apa-apa setelah itu, benar-benar ngambek.

"...Yah, bagaimanapun, itu sangat membantu."

Jika melakukan sebuah perjalanan, bisa meminjam kekuatan angin layak dirayakan. Karena dalam aksi angin, terjadi peningkatan dramatis dalam kecepatan.

"Selanjutnya, aku rasa aku akan pergi membantu Rinslet menangkap roh."

Mengatakan itu, Kamito berjalan menuju Akademi.

"—sosok dari Raja Iblis Malam Hari seperti biasa. Kazehaya Kamito."

"...!"

Sebuah suara mengejek. Kamito buru-buru melihat ke arah suara itu.

Keluar dari bayang-bayang bangunan, seorang gadis mungil dengan potongan rambut laki-laki muncul.

"...Ugh, itu kau, Virrey Branford!"

Wajah Kamito sangat canggung.

Dia adalah nomor sembilan dari ksatria roh elit Kekaisaran—«Numbers».

Seorang kesatria operasi khusus yang berasal dari lembaga «Umbra» yang mengkhususkan diri dalam operasi pengawasan asing.

Dia berada di bawah perintah dari eselon atas Kekaisaran untuk memantau Kamito. Dari sudut pandang Kamito, dia adalah seseorang yang Kamito ingin hindari seperti wabah.

"Apa yang kau maksudkan dengan 'ugh,' Kazehaya Kamito?"

"Oh, umm..."

Ksatria operasi khusus menatap Kamito, berjalan di depannya acuh tak acuh.

"Aku melihat kau memasuki ruangan cucu Duke Fahrengart... Mungkinkah itu kau terlibat dalam sesuatu yang tak tahu malu dan tak bermoral?"

"...Kau sudah mengikutiku selama ini huh."

Tidak ada yang kurang diharapkan dari sisi gelap «Numbers», Meskipun dia menyembunyikan kehadirannya di Kota Akademi, untuk berpikir bahwa bahkan Kamito gagal menyadari dia.

"Berhenti berbicara tentang hal-hal yang dibuat-buat, bagaimana mungkin aku bisa melakukan sesuatu yang tak tahu malu dan tak bermoral?"

Kamito membantah tegas. Memang, itu hanya ritual yang diperlukan untuk «Perlindungan Angin». Jelas bukan sesuatu yang tak tahu malu dan tak bermoral... Mungkin.

"Matamu goyah, Kazehaya Kamito."

...Sesuai dengan namanya sebagai seorang ksatria dari Umbra, dia melihat dengan tampilan tunggal.

"Dalam pandanganku, kelakuanmu bahkan lebih tak tahu malu."

"Apa...!?"

Kamito terpaksa membalas, memaksa gadis «Numbers» itu untuk menjadi merah karena malu.

Dalam kenyataannya, yang sangat mengungkapkan pakaian kulit hitam membuat Kamito bingung dimana dia harus melihat.

"I-Ini dikembangkan secara khusus untuk pertempuran, pakaian tempur untuk ksatria operasi khusus!"

Virrey menarik pistolnya dari pinggangnya dan mengarahkannya pada Kamito.

"Beraninya kau menatapku dengan mata cabul seperti itu, kau, kau raja binatang nafsu!"

"Hei, mengeluarkan pistol di jalanan sangat berbahaya."

Kamito mengambil pistol Virrey dan mengacungkannya tinggi-tinggi.

"K-Kembalikan. Pria jahat!"

Itu tampak seperti itu benar-benar sangat berharga baginya. Virrey tiba-tiba menangis, melompat naik dan turun berusaha untuk merebut pistolnya kembali. Tapi sangat disayangkan, tinggi badannya benar-benar tidak cukup.

"Sebelum aku melakukan itu, biarkan aku bertanya sesuatu... Kenapa kau masih di kota?"

Memegang senjata tersebut tinggi-tinggi, Kamito bertanya. Menurut apa yang Greyworth katakan, dia seharusnya pergi untuk mengejar Lurie yang melarikan diri.

"...!"

Virrey terdiam sejenak. Lalu—

"Misi untuk menangkap Dame Lurie telah... dibatalkan."

Dengan suara gemetar, bercampur dengan penyesalan.

"...Apa yang sebenarnya terjadi?"

Meskipun itu benar bahwa dia telah gagal untuk menyadari Lurie adalah seorang mata-mata, itu bukan hanya salahnya sendiri. Sebagai seorang ksatria operasi khusus, seharusnya tidak ada orang yang lebih cocok daripada dia untuk memburu Lurie.

"Itu adalah perintah dari atas, menuntut «Umbra» untuk berhenti memburu Dame Lurie."

"...Tidak mungkin, bagaimana bisa pelaku yang menyebabkan suatu insiden besar... begitu saja..."

Kamito tidak bisa tidak berteriak... Tiba-tiba mendengar suatu hal yang tidak dapat diterima seperti itu.

"Tentu saja, aku telah menyarankan melanjutkan perburuan pada petinggi. Namun, benar-benar disisihkan. 'Dengan datangnya «Konferensi Semua Negara», jangan membuat masalah besar dari hal ini.' Itu adalah jawaban dari atas. Aku sangat khawatir apakah petinggi menyembunyikan sesuatu."

(Eselon atas Kekaisaran yang melindungi Lurie dengan sengaja— Apakah begitu?)

Jika bagian dalam Kekaisaran— Dengan kata lain, ada pengkhianat dalam dewan— itu masuk akal bagaimana Lurie mampu mengintai di Kekaisaran begitu lama.

Selain itu, Lurie Lizaldia— siapa sebenarnya wanita itu?

Sementara Kamito dalam pemikiran yang mendalam, Virrey akhirnya merebut pistolnya kembali.

"Ini masih akan baik-baik saja jika dia masih di daerah dekat Teokrasi, tapi segera setelah dia melintasi perbatasan, tidak ada yang bisa kita lakukan tentang dia. Kami juga kehilangan kontak dengan mata-mata «Umbra» yang telah menyusup di «Murders».

"Apakah karena kudeta itu juga...?"

Dalam kondisi kacau, berusaha untuk menyembunyikan jejak seseorang mungkin bukan hal yang sulit.

"Tentang masa lalunya, bisakah kau menggali apapun?"

Virrey menggeleng.

"Tujuh tahun yang lalu, dia muncul di Kekaisaran dan disebut penyembuh ajaib. Tapi bagaimana dia menyusup ke Kekaisaran, bagaimana dia direkrut ke «Numbers», Tentang masa lalunya, semuanya masih belum diketahui."

"...aku mengerti, kalau dipikir-pikir itu— Apakah kau tahu sesuatu tentang nama Yggdra?"

"Yggdra?"

Virrey menatap Kamito dengan penampilan yang sangat terkejut.

"...Ya. Selama serangan terhadap Akademi, gadis dalam jubah itu menyebut nama tersebut... Pernahkah kau mendengar tentang hal itu?"

Gadis dengan penutup mata, tuan rumah dari «Kegelapan Dunia Lain»—Millenia Sanctus. Pada hari «Great Festival of the Spirits», Dia adalah pelaku utama yang telah memanggil roh-roh militer, membiarkan nama itu terlepas di depan Kamito.

"Mungkinkah Yggdra gagal?" —Itulah katanya.

Nama itu mungkin terkait dengan identitas asli Lurie yang mungkin.

"Setiap tanggapan akan menjadi sebuah persoalan—"

Virrey berkata dengan wajah terkejut:

"—Itulah nama pemenang «Blade Dance» lima belas tahun yang lalu."

"...Huh?"

Sebuah jawaban yang tak terduga— Kamiot hanya bisa membuat suara aneh.

Greyworth adalah pemenang «Blade Dance» dua puluh empat tahun yang lalu.

Kemudian tiga tahun yang lalu, Ren Ashbell adalah pemenangnya.

Tapi juga ada «Blade Dance» yang diadakan lima belas tahun yang lalu.

Negara yang telah memperoleh kemenangan lima belas tahun yang lalu harusnya...

(...Kerajaan Suci Lugia, kan?)

Dalam kasus apapun, Lurie saat ini tampak sekitar berusia dua puluh lima tahun sekarang. Berdasarkan itu, dia tidak mungkin telah berkompetisi di «Blade Dance» lima belas tahun sebelumnya... Itu mungkin tidak ada hubungannya dengan dia sama sekali.

"Serius, ini hanyalah sebuah pengambilan kesimpulan berdasarkan pada akal sehat biasa. Oh yah, dibandingkan dengan «Dusk Witch» dan «Ren Ashbell» sang Penari Pedang Terkuat, Yggdra-sama tidak terlalu terkenal, tapi itu tidak dapat membantu sama sekali—"

Virrey mengangkat bahu.

"Jika itu mengganggumu, aku bisa pergi menyelidikinya. Aku akan kembali ke ibukota kekaisaran lain kali."

"Kembali ke ibu kota?"

"Misi terbaruku adalah untuk melayani sebagai pengawal untuk Dame Greyworth yang berpartisipasi dalam «Konferensi Semua Negara». Meskipun dia sudah pensiun, dia masih sangat berpengaruh."

"...aku paham. Jika itu adalah ibukota kekaisaran, itu akan benar-benar berlawanan arah ke Laurenfrost."

Mengatakan itu, Kamito mengembuskan napas panjang.

...Bagaimanapun juga, dia tidak akan perlu dipantau oleh gadis ini lagi.

"...Hmm? Mungkinkah kau akan pergi ke Laurenfrost?"

Virrey mengangkat alis dan bertanya.

"Oh, ya..."

"Apa kau sudah lelah untuk hidup? Pegunungan Kyria saat ini sedang dilanda badai salju besar tidak diketahui penyebabnya, kau tahu?"

"Aku juga tahu itu. Oh yah, karena aku punya seseorang yang dapat diandalkan untuk memimpin jalan, mungkin tidak akan ada masalah, aku pikir."

"...Hmph, tidak seperti hidup atau matimu adalah salah satu urusanku."

"Oh, berbicara tentang Laurenfrost—"

Virrey dengan santai memikirkan sesuatu dan berkata:

"«Umbra» tampaknya telah menerima laporan bahwa ksatria Kerajaan Suci telah ditemukan di hutan dekat perbatasan."

"...Apa?"

Wajah Kamito langsung menjadi marah.

"—Tunggu sebentar, tolong katakan padaku rincian tentang laporan ini."

"Uwah...! Wajahmu terlalu dekat, Kazehaya Kamito!"

Kamito tiba-tiba membungkuk, menyebabkan wajah Virrey menjadi memerah merah terang.

"Aku baru-baru ini mendengar tentang ksatria Kerajaan Suci muncul di dekat perbatasan. Itu terjadi di waktu-waktu normal, Kekaisaran pasti akan mengajukan keberatan atas dasar invasi teritorial. Tapi karena itu adalah periode sensitif dari «Konferensi Semua Negara» sekarang ini, untuk menghindari memprovokasi Kerajaan Suci, para petinggi tampaknya telah memutuskan untuk hanya menonton untuk saat ini—"

"Apakah itu tim Luminaris Saint Leisched?"

"Tampaknya begitu—"

Kamito melepas bahu Virrey.

(...Kenapa ksatria Kerajaan Suci muncul di Laurenfrost sekarang?)

...Sebuah rasa firasat. Selama «Blade Dance», «Sacred Spirit Knights» dipimpin oleh Luminaris telah mengambil tindakan untuk membasmi Restia.

...Ini benar-benar bukan kebetulan.

(...Sekarang bukan waktunya untuk bersantai-santai.)

Bagian 5[edit]

"O «Salamander» lahir dari api primordial, aku dengan ini kiranya untuk membuat jalan-Mu di sini—"

Tersembunyi di balik sebuah pohon, roh salamander memasuki kristal roh di tangannya dengan sebuah deru angin.

Di belakang gedung sekolah, Rinslet saat ini sedang mempersiapkan roh-roh api yang sangat diperlukan untuk melintasi pegunungan yang tertutup salju.

"...Hoo, roh di daerah tersebut telah sangat berkurang jumlahnya juga."

"Mungkin terpengaruh oleh serangan beberapa hari sebelumnya, sepertinya pohon-pohon hutan yang telah terkontaminasi."

Maid Carol menjawab.

Saat dia menunjukkan, tepi pohon yang rusak itu sudah berubah menjadi hitam.

Roh-roh tidak akan hidup di tanah yang terkontaminasi oleh kegelapan. Meskipun para princess maiden mencoba menggunakan doa untuk pemurnian, mengembalikan segalanya dengan cara mereka masih akan membutuhkan waktu yang sangat lama.

"Pada tingkat ini, matahari akan turun. Haruskah kita masuk lebih dalam ke hutan?"

"Ya, Nyonya."

Saat Rinslet masuk ke kedalaman hutan, Carol mengikuti dengan suara derap langkah kaki.

Itu dikatakan, para siswa hanya diizinkan masuk ke pinggiran «Hutan Roh». Pergi lebih dalam, tidak hanya «Sylphid Knight» tapi bahkan para guru tidak diizinkan untuk masuk.

Setelah berjalan sebentar di hutan—

"...Umm, Carol."

"Ya, Nyonya."

Rinslet berhenti berjalan dan batuk sekali.

"A-Aku akan pergi pada perjalanan dengan Kamito-san, hanya kami berdua..."

"Ya."

"U-Umm. Pergi pada perjalanan dengan anak laki-laki, ini akan benar-benar menjadi pertama kalinya. Jujur saja, itu agak mengganggu."

Memang, dalam kenyataannya, Rinslet sangat gugup sekarang ini.

"Tidak masalah, Nyonya. Saya pernah mendengar bahwa perjalanan akan membantu memperdalam perasaan antara jenis kelamin yang berlawanan."

Carol tersenyum "fufu~"

"...! A-Apa memperdalam perasaan, tidak ada semacam itu yang ada di dalam pertimbanganku sama sekali!"

Rinslet membantah dengan wajah merahnya. Carol berbisik di telinganya:

"...Sebuah perjalanan kecil dengan hanya nyonya dan Kamito-sama saja. Ini adalah kesempatan besar untuk didepan dari orang lain!"

"A-Aku tidak mengusulkan menemani Kamito-san untuk alasan seperti itu!"

Rinslet berbalik dengan rasa bersalah.

"Memang, aku hanya, hanya ingin menjadi kekuatan Kamito-san, itu saja—"

(...Tapi apa itu benar-benar terjadi?)

Kamito selalu dikelilingi oleh banyak gadis-gadis manis—

Rinslet hampir tidak memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu sendirian dengan Kamito.

Tapi kali ini, itu adalah perjalanan kecil hanya mereka berdua.

...Itu akan berbohong kalau dia bilang dia tidak melihat ke depan untuk ini sama sekali.

(...Meskipun Est-san bersama kita, dia hampir selalu tidur di siang hari.)

Hatinya tidak bisa tidak berdebar-debar.

...Omong-omong, novel yang dipinjamnya dari Claire beberapa hari sebelumnya adalah tentang seorang pria berstatus rendah jatuh cinta dengan seorang wanita muda keturunan bangsawan. Sementara mereka kawin lari, beristirahat bersama-sama, pasangan itu alaminya berpelukan erat di tempat tidur—

(...Ah, k-khayalan sesat apa yang aku bayangkan!?)

Huff... Huff... Huff...!

Rinslet menggeleng tegas. Tepat pada saat ini—

"—Rinslet!"

"K-Kamito-san!?"

Pada jejak hutan, Kamito berlari dengan panik.

"...Maaf, bisa kita segera berangkat?"

"...Eh? Tapi aku masih belum mengumpulkan roh api yang cukup."

"Yang satu ini kita miliki di tangan sudah cukup. Mari kita berangkat sekarang."

"Kenapa kamu tiba-tiba begitu tidak sabar untuk pergi?"

"Selain kita, tampaknya ada orang lain yang mencari Restia."

"Huh?"

Kamito menjelaskan secara singkat tentang ksatria Kerajaan Suci muncul di dekat perbatasan.

"...! Sekarang jelas bukan waktunya untuk persiapan yang lambat."

Rinslet mengangguk dan berbalik menghadap Carol.

"Aku akan menyerahkan sisanya padamu, Carol."

"Ya, harap yakinlah, Nyonya."

Carol mengangguk dengan serius.

"Kalau begitu mari kita berangkat, Kamito-san—"

"Yeah!"

Bagian 6[edit]

Di tempat tidur anyaman rumput, gadis itu membuka matanya.

Dia sudah berganti dari gaun hitam robeknya dan saat ini sedang mengenakan pakaian hitam yang disiapkan oleh «Forest Dwellers». Pakaian ini hanya terdiri dari kain sederhana yang membungkus dada dan pinggang. Semakin banyak dia melihat itu semakin tampak seperti setengah telanjang.

Meski begitu, dia tidak merasa dingin sama sekali, rupanya karena jenis kain ini diberkahi oleh roh-roh hutan.

"Roh-roh— Aku pasti tahu eksistensi seperti mereka."

Seakan membenarkan ingatannya, dia bergumam lirih.

"Ada di dunia lain yang berbeda dari dunia ini, makhluk khusus—"

Ingatannya yang berkaitan dengan bidang ini hanya terdiri dari fragmen-fragmen yang masih tertinggal. Sebagai contoh, yang dikenal sebagai manusia— mereka adalah ras yang paling berkembang di dunia ini.

(...Pada saat yang sama, mereka adalah orang-orang yang memburuku.)

—Namun, dia hampir tidak ada ingatan tentang dirinya sendiri.

STnBD V13 060.jpg

Setelah bangun di hutan, satu-satunya ingatannya adalah kata tunggal "Restia."

Mengatakan kata itu keras-keras memberinya perasaan nostalgia misterius, hanya satu kata ini.

...Oleh karena itu, ini mungkin namanya sendiri.

(Mengatakan bahwa aku telah kehilangan ingatanku karena sihir manipulasi ingatan milik anak-anak ini—)

Tapi itu tidaklah benar. Beberapa hari sebelumnya, ketika dia muncul di hutan ini, dia sudah tidak dapat mengingat masa lalu.

Gadis itu menghela napas dan duduk dari tempat tidur.

Di dalam tenda yang terbuat dari kulit hewan, beberapa jenis ramuan terbakar. Aroma menyedak merangsang sarafnya. Mungkin ini digunakan untuk semacam ritual.

Lalu dia berjalan keluar dari tenda. Hutan yang luas membentang tanpa henti. Bahkan cabang-cabang dibekukan.

Es menggantung di pohon-pohon seperti bunga-bunga mekar, oleh karena itu tempat ini dikenal sebagai «Forest of Ice Blossoms».

Di hutan ini, anak-anak dari «Forest Dwellers» sedang bermain.

Luar biasa, desa ini hanya terdiri dari anak-anak. Yang tertua adalah mungkin princess maiden dikenal sebagai Rana.

(...Atau mungkin, ini adalah seperti apa ras Elfim itu.)

Tidak ada ingatan tentang ras Elfim dalam pikirannya. Dari Rana, dia telah belajar bahwa tidak seperti manusia, Elfim adalah ras yang datang dari «Astral Zero».

Anak-anak yang bermain di hutan melihat dia dan melambaikan tangan. Dia balas melambai dengan ramah.

«Forest Dwellers» semua sangat ramah. Tidak hanya mereka menawarkan dia tempat perlindungan dari diburu oleh manusia, tetapi juga menawarkan keramahan yang hangat padanya.

...Tapi dia masih tidak tahu kenapa mereka menyelamatkannya.

"Restia-san—"

Dia tiba-tiba mendengar suara seorang gadis.

Melihat ke belakang, Restia menemukan sang princess maiden Rana berdiri di belakangnya, menatapnya.

"Jangan berjalan di luar sembarangan. Hutan adalah tempat yang sangat berbahaya."

"...Maaf."

Restia meminta maaf dengan jujur.

Lalu dia berbalik untuk melihat anak-anak bermain di hutan lagi.

"...Sepertinya, hanya ada anak-anak di sini."

"Orang-orang dewasa di sini diusir beberapa dekade yang lalu dalam perang melawan manusia. Kami Elfim mampu untuk tinggal di sini karena princess maiden memegang kekuatan Elementalist."

Rana menggigit bibirnya dengan kecewa, suaranya penuh dengan kebencian.

"Apakah kamu begitu membenci manusia?"

"Semua dari kami «Forest Dweller» Seperti ini. Karena manusia dari benua ingin mengambil hutan kami..."

"Dalam hal ini, kenapa kamu masih menyelamatkan aku?"

"...Huh?"

Mendengar pertanyaan Restia, Rana memiringkan kepalanya dengan bingung.

"Karena, aku manusia juga."

"Itu karena..."

Mata Restia yang berwarna senja menatap langsung ke mata crimson Rana.

Mata berwarna senja— Setidaknya, Restia yakin bahwa dia bukan bagian dari ras Elfim.

Kebimbangan mata Rana membawa keragu-raguan—

"Karena kamu sangat mirip orang tertentu yang terhormat."

...

"Seorang tertentu yang terhormat?"

"Ya, «Queen of Ice Blossoms»."

"Ratu?"

Restia mengulangi kata tersebut tanpa berpikir. Ini adalah pertama kalinya dia mendengar tentang seorang ratu di desa ini.

"Dia bukan salah satu dari «Forest Dweller»?"

"Tidak, «Queen Ice Blossom» Bukanlah salah satu dari Elfim. Namun, dia bukan manusia juga. Meskipun disebut manusia, namun berbeda dari manusia, dalam hal ini, kamu sangat mirip dengan dia."

"Meskipun disebut manusia... namun berbeda dari manusia."

Restia bingung... Itu semakin dan semakin tak bisa dimengerti.

(Juga, sangat mirip dengan aku...)

"Oke, mari kita masuk dan bicara panjang yang baik. Aku akan menyeduh teh untukmu."

Mengatakan itu, Rana memasuki tenda dan duduk di karpet bulu.

Kemudian dia menceritakan kisah gadis yang dikenal sebagai «Queen of Ice Blossoms».

—Ini telah terjadi sebelum kemunculan Restia di hutan tersebut.

Seperti Restia, gadis tersebut tersesat di hutan. Dia memiliki kekuatan ajaib, tak terbayangkan bagi ras Elfim. Tak bisa dipercaya, «Ice Dragon», meskipun dianggap punah di Laurenfrost, akan mematuhi kendalinya.

"...kendali naga?"

"Naga es adalah pelayan dari «Zirnitra», roh penjaga dari «Forest Dweller». Mampu mengendalikan naga es dengan kehendak, dia pasti princess maiden yang dikirim oleh «Zirnitra», Princess maiden sejati yang kami cari selama berabad-abad—"

Rana berbicara dengan nada gembira. Dia tampak seperti dia benar-benar menyembah gadis itu.

Mengesampingkan masalah roh penjaga princess maiden tersebut— Restia sangat tertarik dengan topik «Queen of Ice Blossom».

...Mungkin dia mungkin ingat sesuatu jika dia dengan hati-hati menggali ke dalam ingatannya.

"Kalau saja aku bisa bertemu «Queen of Ice Blossom» ini secara langsung."

"Ya, kamu akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya pada akhirnya."

Rana mengangguk.

"...Aku tidak bisa bertemu dengannya sekarang?"

"Dia saat ini dalam keadaan tidur. «Queen of Ice Blossom» tidak akan bangun kecuali dia tidur untuk jangka waktu tertentu."

"...Apa maksudmu?"

"«Queen of Ice Blossom» saat ini dipaksa untuk menyimpan kekuatan untuk ritual penting tertentu. Jadi dia telah tidur di kuil «Forest Dweller» untuk sementara waktu sekarang."

"...aku mengerti. Itu terlalu buruk kalau begitu."

"Tapi dia harusnya segera bangun. Dalam beberapa hari lagi."

"Beberapa hari lagi..."

Restia jatuh ke dalam pemikiran yang mendalam.

"Aku tidak ingin tinggal di sini terlalu lama—"

"...Eh? Kenapa begitu?"

Rana melebarkan matanya dalam kaget.

"manusia pengejar itu pasti masih memburu aku."

Melanjutkan untuk tinggal disini akan membawa masalah untuk semua orang.

"Jangan khawatir tentang itu. Hutan ini memiliki «Penghalang» kuno. Bahkan para elementalist tidak mungkin untuk menemukan tempat ini. Juga—"

Mengatakan itu, dia memandang Restia.

"Dalam waktu dekat, sang «Queen of Ice Blossom» Akan menghidupkan kembali «Zirnitra» yang tertidur di Pegunungan Kyria. Setelah kami memperoleh kekuatan roh penjaga, tidak ada yang perlu ditakutkan dari manusia sama sekali."


Bab 3 - Tim Inferno Terlahir Kembali[edit]

Bagian 1[edit]

—Beberapa hari sebelum kebrangkatan Kamito dan Rinslet dari Akademi...

Claire kembali ke kampung halamannya sendirian— mantan wilayah Elstein.

"Ayah dan Ibu ada disini, kan..."

Di depan sebuah pondok kecil di tepi sungai, Claire menekan tangannya di dadanya, menyesuaikan napasnya, mencoba menenangkan.

Itu sudah empat tahun sejak dia terpisah dari orang tuanya. Empat tahun yang lalu, karena penghianatan «Ratu Bencana», Orang tua Claire dilepaskan dari status bangsawan mereka dan dilemparkan ke Penjara Balsas ibukota kekaisaran.

Karena telah melayani keluarga kekaisaran Ordesia selama bertahun-tahun, mereka tidak diperlakukan seperti narapidana lain dari kejahatan berat meskipun dipenjara. Dengan hanya kebebasan mereka dibatasi, itu adalah keadaan yang lebih mirip dengan tahanan rumah.

Namun, tahun-tahun panjang kehidupan penjara akhirnya berakhir baru-baru ini. Selama Blade Dance diadakan sebelumnya, tim Kekaisaran Ordesia telah memperoleh kemenangan. Sebagai pemimpin tim pemenang, Claire dihadiahi oleh Kekaisaran.

Tentu saja, keinginan Claire adalah sebuah pengampunan bagi orang tuanya.

Dewan Kekaisaran itu sangat terbagi atas hal ini, karena itu keinginannya menerima sebuah tanggapan resmi. Namun karena peningkatan wibawa dan pengaruh putri kedua, kata-kata Fianna sekarang memiliki bobot yang lebih besar dan akhirnya di bawah usahanya, orang tua Claire akhirnya memperoleh kembali kebebasan mereka. Namun, gelar bangsawan mereka tidak dipulihkan dan tanah mereka diambil oleh Kekaisaran. Semua yang tersisa bagi keluarga Elstein adalah sebidang tanah kecil dan pondok ini.

Dibandingkan dengan wilayah mereka di masa lalu, ini adalah sebuah pondok yang sangat sederhana.

Berdiri di pintu ke pondok, Claire melihat sekeliling dengan gugup.

Dia menekan kristal roh di pintu. Setelah menunggu singkat, pintu terbuka perlahan-lahan ke dalam.

Di dalam taman kecil, orang tua Claire datang ke pintu untuk menyambutnya, berpakaian sederhana.

"—Selamat datang kembali, Claire."

"...Kau tumbuh begitu banyak sekarang."

"Ayah, Ibu..."

Memeluk orangtuanya erat-erat, Claire menangis sepenuh hatinya seperti anak kecil.

Bagian 2[edit]

Makan malam yang terdiri dari kentang dan daging rebus, roti kenari, telur rebus dan ayam yang dipanggang sampai kulitnya renyah. Makanan penutup adalah buah tart favorit Claire.

Tidak ada kebutuhan untuk mengenang tentang mantan makan malam yang dimakan di wilayah Elstein. Meskipun makanan ini sangat sederhana, bagi Claire, masakan ibunya adalah lebih lezat dari apapun di dunia.

Duduk di meja di dalam ruangan, ada terlalu banyak hal untuk dibicarakan setelah dipisahkan selama empat tahun.

Kehidupan di sekolah persiapan, mendaftar di Areishia Spirit Academy, memasuki «Blade Dance», Juga tentang Kamito—

"Memakan makanan kaleng sepanjang waktu tidak baik untuk kesehatanmu.

Ibunya mengingatkan dengan peduli dan perhatian.

"A-Aku sudah mulai memasak baru-baru ini."

Claire membusungkan dadanya bangga.

"...Benarkah? Dalam surat sebelumnya, kamu bahkan mengatakan ada seorang anak laki-laki yang memasakkan untukmu—"

"Y-Ya, itu adalah—"

Tatapan Claire mulai mengembara dan dia menggumamkan kata-katanya.

"Atau mungkin, maksutmu kamu memasak secara khusus untuk Kamito itu?"

"...Hmm?"

Duke Elstein tampaknya menangkap pada topik yang sensitif.

"T-Tidak mungkin. Kenapa aku harus memasak secara khusus untuk dia—"

Tersipu merah, Claire menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Begitukah...?"

"K-Kamito hanya seorang budak... Dan rekan satu tim, itu saja! Lagipula, kesampingkan itu—"

Claire terbatuk ringan, buru-buru mengubah topik pembicaraan.

"Aku bertemu Ren Ashbell di waktu «Blade Dance» ini."

"...Ohoh, gadis yang menenangkan kemurkaan «Elemental Lord Api»."

"Ya... aku sangat mengaguminya. Kali ini, akhirnya aku bertemu dengannya."

Dengan semangat yang besar, Claire terus mengatakan pada orangtuanya tentang dia(dia). Bukan sang «Penari Pedang Terkuat» yang dia mengidolakan dari tiga tahun yang lalu tetapi Ren Ashbell yang telah berjuang bersama sebagai rekan satu tim.

TL note : Dia diluar kurung menunjuk dia perempuan (she/her), Dia didalam kurung menunjuk dia laki-laki (he/him)

"Dia(dia) lebih kuat dan lebih ramah dari siapapun. Seseorang yang sangat gagah—"

Hanya ketika berbicara tentang Ren Ashbell, dia yang paling mampu mengekspresikan perasaan dalam hatinya dengan kejujuran dan keterusterangan.

(A-Apa yang harus aku lakukan, perasaan dalam hatiku ini tiba-tiba melonjak keluar...)

Di tengah-tengah percakapan, menyadari perasaannya terhadap Kamito, wajah Claire menjadi panas berapi-api.

Meski begitu, dia masih terus berbicara tentang perbuatannya(nya)...

Perasaan ini, yang ditekan untuk waktu yang lama, mengalir keluar dalam aliran yang deras.

(...Jadi ini adalah perasaanku yang sebenarnya huh?)

Claire menekan keras dadanya.

...Ini adalah perasaan yang sebenarnya yang dia tidak mampu untuk menyampaikan kepada wajah Kamito.

Perasaan yang selalu dia kubur di dasar hatinya sejak pertemuan pertama mereka pada musim semi di Hutan Roh.

"Ketika aku sendirian, dia(dia) mengulurkan tangan padaku..."

Memang, Kamito selalu tinggal di samping Claire.

Melindungi Claire.

"...Dia(dia) adalah orang yang aku cintai."

Claire memerah hingga telinganya.

"Begitukah—?"

Sambil tersenyum, ibunya membelai rambut Claire.

"...kamu telah membuat teman yang sangat baik, aku mengerti."

"Y-Ya!"

Setelah makan malam, Claire pergi tidur, memeluk ibunya di tempat tidur yang sama.

Seperti ketika dia masih muda, Claire memeluk lengan ibunya.

Dia telah ragu-ragu apakah dia harus memberitahu orangtuanya tentang kakaknya. Tapi kalau dia melakukan itu, itu akan melibatkan soal «Elemental Lord» yang menjadi gila. Tentang «Kegelapan Dunia Lain» yang menggerogoti dunia ini, elemental lord air telah melarang mereka untuk memberitahu orang lain.

(...Ibu, aku pasti akan membawa Nee-sama kembali.)

Berada pada pelukan ibunya, Claire diam-diam menguatkan tekadnya.

Bagian 3[edit]

Penjara Balsas adalah penjara benteng yang terletak di sisi utara ibukota kekaisaran.

Semua penghuni penjara tak tertembus ini entah bangsawan berperingkat tinggi di negara atau elementalist yang telah melanggar undang-undang Kekaisaran. Oleh karena itu, tidak seperti penjara biasa, berlapis-lapis penghalang untuk menyegel sihir roh didirikan disini.

Pada tingkat terdalam dari penjara ini, tempat di mana tidak cahaya sedikitpun yang masuk—

"Aku mendengar seseorang di lantai atas mendapat pengampunan. Sungguh tak memeuaskan."

Suara seorang pemuda sombong.

"Hei, kau pikir juga begitu, kan?"

Melakukan push-up satu tangan, pemuda tersebut memasuki percakapan dengan narapidana tetangganya.

"...aku tidak peduli. Tidak peduli apa, aku di hukum seumur hidup."

Wanita yang menjawab memiliki mata crimson dan rambut hijau giok.

Vivian Melosa. Seorang pedagang milik «Murders» yang berhasil menyusup ke Kota Akademi beberapa bulan sebelumnya untuk menjual Cursed Seal Armament kepada siswa. Dihukum dengan hukuman mati, dia akhirnya berhasil menghindari kematian berkat bantuan «Dusk Witch». Namun, setelah melakukan kejahatan mengerikan, dia mungkin tidak akan pernah melihat cahaya lagi.

"Aku terlalu bodoh. Untuk berpikir aku bisa lolos dengan melakukan hal-hal seperti itu tepat di bawah hidung penyihir itu—"

Berpikir tentang hal-hal ini, dia hanya bisa mengepalkan keras tinjunya, menghasilkan suara berderit.

"...Hmph, berhenti membuat aku tertawa."

Pemuda itu beralih ke handstand satu lengan.

"...aku pasti akan kabur dari sini."

Lengan kiri pemuda itu menggantung tanpa daya. Meskipun lukanya sudah sembuh, itu tidak mungkin untuk mengembalikan lengan ke keadaan semula.

"—Lalu aku akan membunuh orang itu."

Di bawah pencahayaan redup, sebuah wajah bermerek muncul.

Jio Inzagi. Mantan pembunuh «Instuctional School» yang dipenjara oleh Kekaisaran setelah kekalahannya di tangan Kamito dalam pertempuran di tambang yang ditinggalkan Kota Akademi. Dengan satu tangan diamputasi dan kekuatan Cursed Seal Armament hilang, hanya api kebencian masih terbakar hebat, mengedipkan matanya.

"—aku akan membunuhnya, membunuh dia, membunuh dia, membunuh dia!"

Sambil berdiri terbalik, dia mengulangi kata-kata itu tanpa henti seperti sebuah kutukan. Tapi dia bahkan tidak bisa ingat sama sekali seperti apa penampilan target dendamnya.

"Sialan roh kegelapan yang terkutuk itu. Aku tidak percaya dia menghapus ingatanku—"

Semua ingatan yang berkaitan dengan anak itu telah lenyap sama sekali.

Sementara dia sedang diserahkan kepada Imperial Knight, dia membaca mantra pada dirinya.

Untuk mencegah Jio dari membalas dendam? Atau untuk menghindari masalah yang timbul jika Jio mengatakan kepada Imperial Knight tentang anak itu—

"Aku pasti akan menemukanmu, orang yang mengambil tangan kiriku..."

"...Sia-sia. Tidak ada yang bisa melarikan diri dari penjara ini!"

"Hmph, bagaimana kau akan tahu jika kau tidak mencobanya?"

Jio melompat turun dari tempat tidurnya dan meluncurkan pukulan pada jeruji sel tersebut.

"Oahhhhhhhh.... Itu benar-benar sakit!"

Bunyi tulang jari yang retak tampaknya telah terdengar. Jeruji tersebut telah diperkuat menggunakan sihir roh, bukan sesuatu yang seorang pembunuh «Instructional School» bisa hancurkan dengan tangan kosong.

"...Oh my, menonton kebodohanmu membuat aku ingin menangis."

"...Tutup mulutmu!"

Meludah, dia berpaling ke sisi lain.

"Hei, bagaimana denganmu? Aku pernah mendengar bahwa kau sangat sesuatu."

"..."

Tapi hanya ada keheningan di kedalaman sel tunggal yang diselimuti kegelapan.

"...cih. Setiap salah satu darimu begitu menyedihkan..."

Jio Inzagi berbaring kesal. Hanya pada saat ini—

Tiba-tiba, ada getaran keras, bahkan menyebabkan tingkat terdalam dari penjara bergetar.

"...A-Apa yang terjadi? Apa itu karena pukulanku barusan?"

Jio Inzagi berteriak. Tepat pada saat itu—

Crash—

Disertai dengan suara memekakkan telinga, langit-langit sel jatuh ke bawah.

"...Apa!?"

Jio menatap dengan mata terbelalak, tidak dapat berbicara.

Sebuah langit-langit runtuh. Debu mengepul di udara. Pada tumpukan puing-puing kecil, sebuah monster raksasa muncul.

Sebuah badan besar yang menakutkan, kaki kekar setebal pilar penjara, mata merah darah berkedip dalam gelap— Seekor laba-laba besar.

"...roh militer! Kenapa di tempat ini—"

"Seorang musuh!" "M-Mustahil..." "Bagaimana bisa tempat ini diserang—Uwahhhhhhh!"

Para tentara yang menjaga penjara berteriak menyedihkan satu demi satu. Untuk daerah pusat ibukota kekaisaran untuk diserang, itu benar-benar tak terpikirkan.

"Haha, tendang mereka semua pergi— «Shingryador»!"

Sebuah suara gadis manis bergema di kegelapan bawah tanah. Roh laba-laba raksasa tersebut melambaikan delapan kakinya, mengirim dinding sekitar dan para tentara terbang seperti rumput yang terpotong, membuat kekacauan total.

"...! Gadis itu..."

Jio ingat penampilan gadis mungil ini.

Rambut abu-abu diikat twintail di sisi kepalanya. Mata biru sejernih es.

"Kau, bukankah kau nomor dua «Instructional School»—Muir Alenstarl!?"

"...Hmm?"

Duduk di kepala laba-laba, gadis itu menoleh ke belakang, menyipitkan matanya pada Jio.

"...Apa kau Jio Inzagi? Apa yang kau lakukan di sini?"

"...Hal semacam ini harusnya benar-benar sudah jelas. Aku tertangkap oleh para ksatria terkutuk itu! Ngomong-ngomong, kenapa kau bahkan di sini? Kau tidak di sini untuk menyelamatkan aku, kan?"

"...Huh?"

Muir Alenstarl benar-benar tak bisa berkata-kata.

"Kenapa Muir harus menyelamatkan seorang teri sepertimu?"

"Ap... teri?"

Jio dengan marah memukul jeruji besi tapi tentu saja, jeruji tersebut tetap tak bergerak.

"Hei, keluarkan aku dari sini sekarang, «Monster»!"

Begitu dia berteriak pada Muir—

Kaki depan laba-laba raksasa datang di depan mata Jio.

Tanah terbagi menjadi dua. Dahi Jio mengeluarkan keringat dingin.

"Jangan panggil Muir dengan nama itu, atau jika tidak kau akan menderita nasib yang sama seperti sel-sel yang hancur ini."

"—Muir, abaikan orang itu. Lanjutkan menghancurkan."

Di tengah jeritan dan teriakan, gadis lain melompat turun dari laba-laba.

"Setelah «Number» tiba, itu akan merepotkan."

"Hmph, Muir mengerti, Lily—"

Roh militer berbentuk laba-laba memuntahkan sejumlah besar sutra, memusnahkan tentara yang menjaga penjara. Setelah turun dari laba-laba tersebut, Lily berjalan melewati sel Jio, datang di depan sel Vivian.

"Hey hey. Berhenti mengabaikan aku, jalang!"

"Diam, Raja Iblis palsu. Sampah sepertimu benar-benar tidak berharga—"

Cahaya kristal roh bersinar pada Vivian yang sedang duduk di sudut sel.

"—pedagang «Murders», Vivian Melosa."

"..."

"Kau harusnya merasa terhormat. Kardinal memegang harapan untuk kekuatanku."

"...Yang benar saja. Biarkan aku terus tinggal di sini."

Duduk di sana, Vivian Melosa menjawab hampa. Rupanya, rasa takutnya terhadap «Dusk Witch» telah benar-benar menghancurkan pikirannya.

"Kau tidak ingin untuk mendapatkan kembali kebebasanmu?"

Mengatakan itu—

"Jika kau ingin tinggal di sini seperti ini, silakan saja. Aku tidak punya niat untuk memaksamu—"

Suara sepatu bot militer keras datang dari kedalaman kegelapan.

Perlahan-lahan muncul adalah seorang wanita yang mengenakan topeng merah, mengenakan seragam militer Teokrasi.

Vivian menahan napas. Jio juga terpana dengan kehadiran kuatnya.

Mengabaikan keduanya, wanita itu berjalan ke sel terjauh.

Untuk menghadap narapidana yang telah diam selama ini, benar-benar tak terpengaruh oleh situasi yang dihadapi.

"Hei, kau jalang! Jangan abaikan aku—"

Mendapatkan kembali akal sehatnya, Jio berteriak pada wanita itu.

"...Apa sekarang?"

"Kau membutuhkan kekuatan, kan? Maka bawa aku. Akulah satu-satunya penerus «Raja Iblis» dari «Instructional School»—"

"Penerus dari «Raja Iblis», katamu?"

Kardinal berhenti berjalan dan melihat ke belakang.

"...Ya. Aku orang yang mendekati Raja Iblis—Solomon."

Jio menyeringai saat dia berbicara.

Di balik topeng tersebut, mata merah bersinar dengan cahaya yang tajam.

"Lucu. Kalau begitu ijinkan aku mencoba menggunakan kekuatan itu."

Dia menunjuk jarinya ke arah sel Jio. Dihasilkan dari ujung-ujung jarinya, api tersebut langsung melelehkan jeruji besi yang dilindungi oleh sihir roh.

"Hmph, tunjukkan rasa terima kasihmu kepada kemurahan hati Kardinal, Jio Inzagi."

Lily melirik Jio.

Setelah memperoleh kebebasannya, Jio dengan cepat berlari keluar dari sel, tapi—

"...rasa terima kasih? Hoh, sungguh tak menguntungkan bagimu, wanita baik hati!"

Dengan itu, dia melarikan diri ke kedalaman kegelapan...

"Jio Inzagi, kau bajingan!"

"Abaikan dia. Biarkan karakter tak penting seperti dia pergi."

Meninggalkan Lily yang marah, Kardinal berbalik ke sel itu.

Dia berdiri di depan sel. Kehadiran dalam tampak goyah sedikit.

"Urusan apa yang kau miliki denganku? Ren Ashbell palsu."

"Ah, kau memahami itu?"

Dia tampak sedikit terkejut.

"Aku kebetulan tahu yang sebenarnya."

"Aku mengerti. Kalau dipikir-pikir, kau telah bertarung dengan dia(dia) sebelumnya."

Api di ujung jarinya menerangi sel tersebut.

rambut pirang bersinar. Mata biru jernih. Sebuah kehendak yang bahkan lebih kuat terpancar dari tingkat terdalam dari penjara.

"Maka aku akan mempersingkat, ksatria mulia. Aku butuh kekuatanmu."

"Aku sudah memikul dosa. Apakah kau percaya aku akan melakukan seperti yang kau katakan?"

Melihat tahanan dalam sel tersebut, gadis bertopeng mendesah.

"Penebusan huh? Namun, semakin kau bertindak seperti ini semakin aku menginginkanmu."

"...Apa yang kau bicarakan?"

Kardinal melepas topeng untuk menunjukkan pihak lain penampilannya yang sejati.

"—aku menyelamatkan dunia ini."


Bab 4 - Kota Beku[edit]

Bagian 1[edit]

Setelah berangkat dari Akademi pagi ini, beberapa jam telah berlalu. Menunggangi kuda di sepanjang jalan, Kamito dan Rinslet akhirnya tiba di sebuah tempat yang disebut «Kota Beku». Dari sini, Pegunungan Kyria bisa terlihat di kejauhan.

Mencapai kampung halaman Rinslet memerlukan melintasi Pegunungan Kyria yang terjal, menjulang di depan mata mereka. Meskipun ketinggiannya lebih rendah daripada Pegunungan Colbresse dari Dracunia, Pegunungan Kyria sebenarnya yang paling berbahaya di benua. Di hutan konifer yang luas tumbuh di pegunungan, disana hidup banyak binatang sihir yang buas.

Meskipun ada jalan gunung yang disiapkan, mereka tidak mungkin untuk digunakan dalam kondisi bersalju saat ini. Sebagian besar pedagang bepergian bolak-balik antara Laurenfrost dan ibukota kekaisaran akan mengambil rute panjang mengelilingi gunung dengan pergi selatan.

(...Yah, bagi kami, itu akan memakan waktu terlalu lama.)

Menunggangi kuda, Kamito mendesah, menghembuskan napas kabut putih.

Jika mereka mengambil rute panjang mengelilingi gunung, itu adalah tebakan siapapun kapan mereka akan tiba di «Forest of Ice Blossom». Dalam upaya untuk sampai kesana secepat mungkin, melintasi Pegunungan Kyria secara langsung adalah satu-satunya pilihan.

Selain itu, matahari secara bertahap berada di barat sekarang. Setelah memacu untuk satu hari, kuda-kuda tersebut hampir di batas mereka. Jika dia tidak menerima «Perlindungan Angin» dari Ellis sebelum berangkat, mereka mungkin tidak akan berhasil sampai ke kota ini hari ini.

"Tapi ngomong-ngomong, perubahan pemandangan di sini benar-benar sangat dramatis—"

Mencapai gerbang kota, Kamito tidak bisa tidak berseru dengan emosi sepenuh hati. Jalan-jalan dan tembok kota semua seputih salju.

"Setelah melewati gerbang kota ini, kamu pada dasarnya memasuki wilayah Laurenfrost."

Rinslet dengan anggun turun dan menunjukkan lambang keluarga Laurenfrost pada penjaga—Lambang dari serigala raksasa. Penjaga itu langsung panik dan buru-buru mengantar mereka berdua ke kota.

Meninggalkan kuda di kandang di pintu masuk kota, Kamito dan Rinslet memasuki kota. Begitu mereka melangkah masuk, «Perlindungan Angin» yang diterapkan pada para penjelajah telah menghilang, menyebabkan medan angin disekitar mereka berdua menghilang. Setelah dilindungi oleh sebuah kota, mereka tidak lagi dianggap penjelajah.

"Dingin, itu begitu dingin... Aku kira kita akan lebih baik cepat-cepat dan menemukan tempat untuk tinggal."

"Lalu bagaimana kalau kita menuju kesana untuk mendapatkan beberapa makanan panas terlebih dulu?"

Jari Rinslet menunjuk pada sebuah kedai di mana tanda "The Sunny Fox" menggantung.

Bagian 2[edit]

Mengabaikan pelanggan lain di kedai tersebut, Rinslet berjalan lurus ke bar.

Rambut panjang pirang platinumnya yang menyilaukan menarik setiap pasang mata di kedai.

(...Oh yah, itu suatu pemandangan yang diharapkan.)

Kamito merasa sedikit tak berdaya di dalam. Meskipun itu tidak berarti bahwa pelanggan kedai berperilaku buruk, dalam hal akal sehat, ini benar-benar bukan sebuah pendirian wanita keturunan bangsawan biasanya akan mengunjungi.

Tapi Rinslet tidak keberatan sama sekali, berjalan langsung ke konter.

"Segelas minuman keras menghangatkan, yang terbaik yang Anda miliki."

"N-Nona bangsawan... Yang terbaik yang kami miliki adalah hanya vintage sepuluh tahun dari Abachan..."

"Tidak masalah. Juga, bawakan beberapa makanan sederhana."

"Umm, aku sama juga—"

Kamito duduk di samping Rinslet.

"Katakanlah, Rinslet, kamu benar-benar minum?"

Minuman beralkohol pada dasarnya dilarang di Akademi Roh Areishia, dengan hanya pengecualian ketika princess maiden memberikan persembahan tarian kagura.

"Penduduk Laurenfrost sering minum minuman keras hangat untuk tetap hangat. Satu tegukan kecil sudah cukup untuk menghangatkan seluruh tubuhmu... Jadi, bagaimana dengan kamu, Kamito-san?"

"Dalam kasusku, aku hanya bisa minum sedikit."

Kamito menjawab ambigu. Dia benar-benar tidak seburuk itu pada menahan alkoholnya, tapi itu hanya selama mantan hari-harinya bekerja di bawah Greyworth, dipaksa untuk menjadi teman minumnya setiap malam telah meninggalkan dia dengan trauma mental yang cukup besar, sehingga mencegah dia dari menikmati minum dalam perasaan aktif lagi. Itu adalah kebenaran yang sebenarnya.

Dua gelas ditempatkan di konter, diisi dengan minuman keras menghangatkan. Sebuah wewangian manis dari jahe mentah dan buah citrous tercium. Mengambil sesapan ringan, Kamito langsung merasakan sebuah sensasi terbakar ke tenggorokannya.

"...Minuman keras ini benar-benar bekerja efek yang besar."

Dia bisa merasakan aliran hangat menyebar bertahap dalam tubuhnya.

"Ya, ini adalah minuman yang sangat diperlukan untuk musim dingin Laurenfrost."

Dengan elegan menikmati minuman keras tersebut, Rinslet menjadi sedikit merah di pipi. Di bawah pencahayaan redup, pemandangan ini hampir membuat Kamito kehilangan kontrol.

(...A-Ada apa dengan debaran gila pada jantungku ini?)

Kamito dengan panik menjauhkan matanya dari profil gadis itu.

"Oh benar, ada beberapa hal yang aku ingin tanyakan—"

Rinslet meletakkan gelas anggurnya dan berbicara.

Bukan pada Kamito tetapi pada barkeep yang berdiri di dalam bar.

"Apakah badai salju besar ini bertahan selama ini?"

(...Aku mengerti.)

Kamito menyadari tujuan Rinslet memilih untuk duduk di konter. Sebelum memasuki Pegunungan Kyria, mereka setidaknya harus mengumpulkan beberapa informasi yang berguna dari penduduk setempat.

"Ya, nona bangsawan. Meskipun tidak setiap hari, cuaca sudah seperti ini selama dua minggu terakhir. Setelah tim perwakilan Kekaisaran memenangkan «Blade Dance», Kami awalnya berharap untuk iklim di sini untuk menjadi lebih ringan..."

Mendengar keluh kesah barkeep itu, Kamito tiba-tiba punya sebuah pikiran yang terjadi padanya.

(...Oh yah, itu harusnya baik-baik saja.)

Penonton «Blade Dance» kebanyakan bangsawan dari berbagai negara di benua. Kesampingkan nama «Tim Scarlet», orang biasa mungkin tidak akan tahu wajah Kamito dan rekan setimnya.

"Sejak badai salju dimulai, apa ada yang memasuki Pegunungan Kyria?"

Ini adalah pertanyaan Kamito.

"Itu tidak mungkin. Mencoba untuk melintasi pegunungan sama saja bunuh diri. Juga—"

Barkeep menurunkan suaranya tiba-tiba.

"Ini bukan hanya karena badai salju. Rumor mengatakan bahwa monster telah muncul."

"...Monster?"

Kamito dan Rinslet bertukar pandang.

"Baru-baru ini, orang telah melihat «Ice Dragon» terbang di udara dekat pegunungan. Rumor-rumor memenuhi kota sekarang."

"Naga es?"

"naga es dari Laurenfrost sudah punah. Mungkinkah ada kesalahan?"

Rinslet ragu-ragu.

Kekaisaran Ordesia adalah rumah bagi naga yang kuat, tapi itu ada di sisi timur perbatasan Dracunia. Mereka tidak seharusnya terbang menuju ke tempat seperti Laurenfrost.

"Memang. Itu sebabnya ada juga banyak warga kota mengatakan ini mungkin peringatan tanda-tanda kebangkitan «Zirnitra». Karena «Ice Dragon» adalah pelayan dari roh penjaga ini."

"Aku tidak tertarik pada rumor konyol seperti itu."

Rinslet sedikit kecewa.

"Ini hanyalah rumor bagaimanapun juga, nona bangsawan. Aku tidak tahu apa situasi sebenarnya. Satu-satunya hal yang aku yakin adalah bahwa memasuki pegunungan sekarang akan bunuh diri."

Barkeep itu menggeleng.

(...Monster di pegunungan salju, huh.)

Meninggalkan keduanya pada percakapan mereka, Kamito jatuh ke dalam pemikiran yang mendalam.

Naga memang ras yang kuat tetapi bagi Kamito sekarang, mereka tidak lebih dari pakan ternak. Dalam kenyataannya, Kamito sudah mengalahkan monster dan roh lebih kuat daripada naga pada berbagai kesempatan.

(...Tapi di pegunungan dimana itu sulit untuk berjalan di salju...)

Jika mereka diserang di tebing, bertarung sekaligus melindungi Rinslet—

"Pokoknya, akan lebih baik untuk beristirahat di kota ini untuk saat ini."

"...Ya. Mari kita berangkat setelah fajar."

Mendaki gunung yang tertutup salju di malam hari cukup tidak bijaksana. Selain itu, tubuh mereka saat ini cukup lelah juga.

Makan malam yang disediakan oleh kedai terdiri dari sup lobak kacang-kacangan, roti hitam dan salmon asap goreng dengan buah kering.

Rasanya tidak buruk meskipun makanan yang sederhana. Untuk perut Kamito yang kosong, tidak ada makanan yang lebih baik dari ini.

Sambil minum minuman keras hangat, mereka berdua menikmati makan malam dengan kepuasan besar.

Masalahnya adalah apa yang terjadi setelahnya...

Bagian 3[edit]

"...Tidak ada kamar kosong lainnya?"

"Ya. Karena salju lebat, banyak penjelajah tidak dapat melanjutkan dan tinggal di «Frost Town» ini."

Pemilik penginapan menggeleng sangat meminta maaf.

...Satu-satunya kamar yang tersisa adalah sebuah kamar tunggal.

Juga, itu adalah ruang yang digunakan untuk penyimpanan karena itu biasanya kosong.

Ruangan semacam itu mungkin di luar apa yang Rinslet bisa mentolerir.

"...apa boleh buat, mari kita pergi memeriksa tempat-tempat lain."

"Aku pikir tempat-tempat lain pasti penuh juga. Aku pernah mendengar bahwa banyak orang yang tidur di kandang."

"Kandang... Bukankah mereka takut menjadi beku sampai mati?"

"Masih jauh lebih baik daripada tidur di jalanan, kan? Bagaimana? Aku akan memberikan diskon untuk ruangan tersebut."

Kamito berpaling ke Rinslet.

Tersipu merah, Rinslet bergumam sesuatu yang tak terdengar.

"...~b-berpelukan dalam sebuah ruangan bersama-sama, h-hal semacam itu..."

"...Hei Rinslet—"

"Y-Ya!"

Rinslet membuat suara aneh.

"Penguasa kota ini harusnya pengikut Laurenfrost, kan? Jika kamu mengumumkan statusmu, Rinslet, kamu seharusnya mampu untuk mendapatkan kita akomodasi untuk semalam."

Kamito membuat saran yang sangat praktis, tapi—

"Itu mungkin memang, namun..."

Rinslet ragu-ragu dan menggeleng.

"Meskipun aku seorang bangsawan, aku tidak pernah mengandalkan statusku untuk melakukan sesuatu."

"...Oh, aku mengerti."

....Benar. Sebagai seorang wanita muda bangsawan lebih terlindung daripada rata-rata orang, harga dirinya pasti tidak akan membiarkan dia meminta orang lain untuk membantu dengan mengandalkan status keluarganya.

Seolah-olah siap dengan tekad, Rinslet menatap lurus pada pemilik penginapan tersebut.

"Tidak masalah. Bawa kami ke ruangan itu."

"...Rinslet?"

"T-Tidak masalah. Bahkan jika itu berarti berbagi kamar dengan kamu, Kamito-san, aku tidak keberatan sama sekali. Bukankah kamu tidur di kamar Claire selama ini, Kamito-san?"

"Itu benar tapi masih..."

"A-Atau maksudmu... kamu tidak suka berbagi kamar dengan aku?"

Rinslet memanyunkan bibir cherrynya, sedikit merajuk.

Mata emerald jernihnya menatap Kamito.

"...B-Baiklah, aku mengerti."

Kamito menyerah. Karena Rinslet sudah mengatakan dia tidak keberatan, jika dia masih menolak, dia akan menjadi orang yang tidak sopan.

"Kalau begitu mari kita memesan kamar tersebut. Tolong bawa kami ke sana."

"Oke, silakan datang ke lantai dua."

Dipimpin oleh pemimpin penginapan «The Sunny Fox», mereka berdua menaiki tangga berderit.

Satu-satunya kamar yang tersisa sudah pasti berantakan benda yang disimpan.

Pemilik penginapan menyalakan sebuah lampu. Melihat sekeliling, Kamito dan Rinslet terkejut tak bisa berkata-kata.

"Ini... bahkan lebih... dari yang diduga..."

"Lebih sempit..."

Memang, bahkan kamar tunggal ini terlalu sempit. Sama seperti yang mereka bisa lihat, hanya ada satu tempat tidur sementara meja dan kursi semua memiliki artikel acak ditumpuk di atas mereka. Tempat tidur juga tertutup debu abu-abu. Jelas tempat tersebut tidak dibersihkan selama beberapa hari.

"Maaf semua yang kami miliki adalah ruangan standar ini. Silakan gunakan sesuai keinginan Anda."

Rinslet melangkah ke kamar dengan ragu-ragu.

Berderit suara, debu terbang ke seluruh udara—

"Sebuah tempat untuk mandi... Sepertinya tidak ada."

"Hanya asrama sekolah yang akan memiliki fasilitas kamar mandi yang terpasang di setiap kamar."

Kamito mengangkat bahu. Beberapa bulan sebelumnya, selama hari-harinya mencari Restia, Kamito telah sering tinggal di kamar seperti ini.

"...Apakah tempat ini benar-benar baik-baik saja?"

"T-Tentu saja. Serigala Laurenfrost tidak akan pernah menarik kata-katanya."

Rinslet mengangguk dengan tekad kemudian memulai dengan cepat membersihkan debu di dalam ruangan menggunakan sapu dengan pegangan yang rusak.

...Dalam beberapa saat, kamar tersebut sudah dibersihkan ke keadaan yang layak.

"Wow! Haruskah aku mengatakan ini adalah mengejutkan atau sesuatu? Aku tidak pernah tahu kamu sebagus ini!"

"Hmph, asalkan aku serius, ini sama sekali bukan apa-apa."

Hmph hmph~ Rinslet membusungkan dadanya dengan bangga.

Tempat tidur tersapu bersih dan rapi, sampah berantakan semua ditangani. Menyaksikan keterampilan yang bahkan akan menempatkan maid profesional untuk malu, Kamito hanya bisa menatap dengan takjub.

"Oke, mari kita beristirahat lebih awal untuk besok. T-Tolong cepat kesini."

Menyiapkan seprai, Rinslet kembali menatap Kamito.

"Uh, umm..."

Kamito dengan panik menggeleng. Meskipun ruangan itu sudah dibersihkan, fakta dari satu tempat tidur tidak berubah. Oleh karena itu, Kamito tidak berniat tidur disana, tapi—

"Kamu tidak bisa menjamin pemulihan energi yang cukup kecuali jika kamu tidur dengan benar di tempat tidur."

"Tapi dua orang tidur di satu tempat tidur benar-benar sedikit..."

"Dalam hal ini, aku akan tidur menggunakan Fenrir sebagai kasur."

"...Oke oke, aku mengerti! Aku akan tidur di tempat tidur, jadi tolong jangan lakukan itu!"

Karena Rinslet sudah mengatakan itu, Kamito tidak punya pilihan selain patuh. Tetapi jika fakta tidurnya dengan Rinslet bocor keluar, dia pasti akan dibasmi oleh pengikut Laurenfrost, kan?

(...Atau mungkin, aku hanya berlebihan memikirkan?)

Mengangkat bahu tak berdaya, Kamito berjalan ke tempat tidur.

Namun, Rinslet mencengkeram seprai tanpa bergerak.

"Permisi, Kamito-san?"

"Huh?"

"Aku tidak bisa berganti pakaian saat kamu di sini, Kamito-san!"

"Oh, maaf!"

Kamito dengan panik meninggalkan ruangan.

Kemudian setelah menunggu di pintu untuk sementara waktu—

"Kyah! Ada apa dengan gaun tidur ini?"

Sebuah jeritan kecil terdengar dari dalam ruangan.

"Rinslet?"

"Tidak, bukan apa-apa. Umm... Kamu bisa masuk sekarang."

"Oh, oke..."

Dia tampaknya telah selesai berganti. Kamito mengambil napas dalam-dalam dan membuka pintu.

(...!)

Tapi dia tersentak, otaknya menjadi kosong.

Piyama Rinslet adalah—

Sebuah gaun tidur yang sangat tipis, bordir indah.

(P-Pakaian dalamnya benar-benar terlihat...)

Melalui kain tipis dari gaun tidur itu, model pakaian dalamnya benar-benar jelas untuk dilihat.

Rinslet dengan panik memegang selimut di depan dadanya.

"J-Jangan salah paham! Ini pasti kesalahan Carol... Aku tidak pernah memakai gaun tidur tak tahu malu seperti ini..."

Suara Rinslet tumbuh lebih kecil dan lebih kecil.

...Itu tampak seperti Carol telah membuat kesalahan yang lain lagi.

"A-Aku mengerti..."

Kamito menelan ludah dan perlahan-lahan berjalan ke ruang dibawah suasana yang jauh lebih tegang.

Lampu samping tempat tidur menyinari wajahnya yang terbakar rasa malu.

Kamito perlahan-lahan mendekat. Rinslet begitu malu bahwa dia membenamkan kepalanya dalam selimut.

"...Umm, apa ini benar-benar tidak apa-apa? Tidur bersama-sama..."

"Seorang bangsawan tidak pernah menarik kembali kata-katanya!"

Rinslet berpaling.

Sementara Rinslet berpaling, Kamito dengan cepat melepas seragamnya dan berganti pada piamanya. Menekan kebimbangan dalam hatinya, dia meremas ke seprai.

Tempat tidur dingin dan keras, tidak seperti yang ada di Akademi sama sekali.

"Jadi, bukankah hanya satu selimut akan dingin?"

Berbaring dengan punggung mereka berhadapan satu sama lain, Kamito memadamkan lampu di samping tempat tidur.

"Kita tidak bisa menyia-nyiakan kristal roh api sembarangan."

Rinslet berbisik ringan disamping telinganya.

"Juga, Pegunungan Kyria adalah jauh lebih dingin daripada ini."

"Kamu benar..."

Di bawah selimut, Kamito menggigil kedinginan.

Dalam kegelapan, suara gemerisik gesekan antara pakaian bisa terdengar—

Boing~♪

Menggunakan kedua tangan, Rinslet memeluk Kamito dari belakang.

"R-Rinslet!? Apa yang kamu—"

"S-Seperti ini, itu akan menjadi sedikit lebih hangat."

Rinslet membenamkan wajahnya ke punggung Kamito dan berkata lembut.

"Benar, ini akan lebih baik untuk kehangatan, tapi..."

Dirangkul oleh tangannya, Kamito tidak bisa bergerak sama sekali.

Rambut halus tergesek bagian belakang lehernya... Begitu menggelitik...

(...Situasi ini buruk!)

Ingin mengubah posisi tidur nya, Kamito berbalik sedikit.

Boing~♪

"Ah... Mmm...♪"

"...!"

"K-Kamito-san... Tolong jangan bergerak tiba-tiba, mmm..."

"...Hmm?"

Boing, boing♪

"...Ah, mmmmm..."

Kamito bergerak lagi, menyebabkan suara-suara aneh untuk terdengar.

"Mmm... H-Hah... Serius, Kamito-san, kamu begitu buruk."

Ingin menggeser posisi tidurnya, Kamito merasa bahwa sesuatu telah tertangkap pada pakaiannya.

(Dalam hal ini, aku harus menggunakan gerakan itu...)

Kamito menutup matanya—

Merilekskan seluruh tubuhnya, membuat pikirannya diam seperti air.

"...Kamito-san?"

"Zzz...Zzz..."

...Poke, poke.

"Zzz..."

Tidak ada reaksi bahkan ketika terpukul di pipi. «The Act of Mental Oblivion»—Dilatih sebagai skillset seorang pembunuh, itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan siapapun.

"...Serius, dia sudah tertidur."

Rinslet mengatakan sedikit kecewa.

"...maka aku akan tidur juga."

Merilekskan lengannya sedikit, Rinslet bertahap tertarik ke dalam mimpinya.

(...Itu adalah cara jatuh tertidur terlalu mudah!)

Claire juga tipe orang yang mudah jatuh tertidur. Mungkin semua wanita muda bangsawan seperti ini?

Dan juga karena kelelahan. Tidak peduli apa, mereka harus buru-buru dalam perjalanan mereka pagi berikutnya.

Dalam kasus apapun, Kamito menarik napas lega. Sedikit, dia menggerakkan tubuhnya di bawah selimut.

Mereka masih diperlukan untuk mempercepat ekspedisi mereka besok, bertujuan untuk menyeberangi pegunungan yang dilanda angin dingin dan salju tebal sebelum matahari terbenam.

Menutup matanya, Kamito tidur yang sebenarnya kali ini.

Bagian 4[edit]

"...Segera, aku akan dapat melihat... judia."

Mungkin di tengah-tengah mimpi, kata-kata ini menyelinap keluar dari mulutnya.

(...Judia?)

Kamito terkejut.

Judia Laurenfrost. Dia adalah adik Rinslet yang telah gagal dalam persembahan tarian kagura kepada elemantal lord dan disegel ke dalam kutukan es abadi beberapa tahun yang lalu.

Alasan Rinslet untuk memasuki «Blade Dance» adalah untuk menyelamatkan dia. Tapi pada akhirnya, keinginan ini tidak bisa direalisasikan. Sampai Iseria Seaward mendapatkan kembali kekuatan penuhnya, mematahkan kutukan es tersebut adalah mustahil.

Meskipun suasana angkuhnya di sekolah, pikirannya selalu bersama adiknya yang disegel didalam es.

"Aku pasti... menyelamatkan kamu..."

"... Rinslet."

Kamito menggenggam tangan Rinslet erat-erat.

Bagian 5[edit]

Keesokan paginya, Kamito terbangun sebelum matahari telah benar-benar terbit.

"Gah... Begitu dingin... Tempat ini membeku!"

Membalik selimut, dia menarik napas dari udara dingin.

Saat Kamito peregangan, sebuah suara familiar terdengar dari tempat tidur.

Berbaring di samping Kamito, mengenakan baju tidur, Rinslet masih tertidur. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang rentan dan tanpa penjagaan yang hampir mustahil untuk dilihat secara normal.

Tak sengaja mengingat apa yang terjadi tadi malam, Kamito merasa wajahnya memanas.

Agar tidak membangunkannya, Kamito dengan lembut turun dari tempat tidur dan membuka jendela kecil di sudut ruangan.

Meskipun badai telah berhenti bertiup, salju terus turun. Timbunan salju di pinggir jalan sedang dicairkan oleh roh api yang seseorang telah dipanggil. Meskipun memanggil roh di pinggir jalan tanpa izin dilarang oleh Kekaisaran, apa boleh buat dalam kondisi seperti itu.

(...Tapi tampaknya masih ada badai di sisi itu.)

Kamito melihat keluar pada pegunungan di kejauhan.

Pegunungan tersebut memiliki awan tebal berkumpul di atasnya. Itu tidak mungkin untuk melihat puncaknya dari lokasi dia.

"...Meskipun pria pemilik penginapan menyebutkan kemunculan monster..."

"Kamito, kamu sudah bangun?"

"...Hmm?"

Kamito berbalik pada suara di dalam ruangan tersebut.

STnBD V13 097.jpg

Berdiri di sana adalah peri salju.

"...E-Est, ada apa dengan penampilan itu?"

Kamito hanya bisa melebarkan matanya.

Est mengenakan jaket musim dingin besar dengan sarung tangan tebal di tangannya dan topi bulu halus silinder. Sangat manis.

"Ini adalah perlengkapan musim dingin standar untuk penduduk setempat. Aku menyihir itu dengan menggunakan pejalan kaki di jalanan untuk referensi."

Est menjawab sambil berputar tanpa ekspresi.

Rambut putih-peraknya yang panjang, mengkilap semenyilaukan salju di bawah sinar matahari.

"Kamito, bagaimana menurutmu?"

"O-Oh. Itu sangat manis."

Kamito mengungkapkan perasaan jujurnya.

(...Roh-roh tidak seharusnya merasa dingin, kan?)

Kamito mengatakan dalam hatinya. Oh yah, terserahlah, itu manis lagipula.

Saat dia mengatakan itu, Est berputar lagi—

"Bagaimana?"

"Ya! Itu sangat manis!"

"Aku sangat senang, Kamito."

Est berputar lagi dan lagi.

...Berputar, berputar.

...Berputar, berputar.

"Uwah, Kamito. Mataku mulai berputar—"

"Hei, kamu baik-baik saja?"

"...Kalian berdua, apa sebenarnya yang kalian lakukan?"

Bangun, Rinslet memiringkan kepalanya dengan bingung.

Bagian 6[edit]

Saat kelompok Kamito hendak berangkat menuju Pegunungan Kyria—

Claire telah kembali ke Akademi dari tanah Elstein.

"...Jika itu Kamito, dia harusnya baik-baik saja tanpa aku di sisinya, kan?"

Menyenandungkan lagu dalam suasana hati yang baik, Claire berjalan menuju ruang kelas dari kelas Raven.

Dia membawa sebuah kotak yang berisi ciri khas Elstein yang terkenal, roti kukus musim panas.

"Jika aku tidak ada di sini, dia pasti sangat kesepian... Dia bahkan mungkin sampai bersenda gurau."

Bagaimanapun juga, setelah menghabiskan saat-saat bahagia bersama keluarganya, Claire saat ini sedang dalam suasana hati yang sangat penuh kegembiaraan.

"Lain kali, aku harus mengajak Kamito dalam perjalanan ke sumber air panas Elstein. Karena Kamito memasak untukku sepanjang waktu— Ini dianggap sebagai hadiah untuk semua bantuan yang dia berikan padaku secara teratur."

Claire berhenti di depan jendela Kelas Raven.

Mengatur twintailnya dengan tangannya, dia kemudian memeriksa pakaiannya.

(...Apa yang membuat aku menjadi tegang tinggi?)

Tiba-tiba merasa gugup untuk beberapa alasan, pipi Claire berubah merah cerah.

(I-Ini hanya beberapa hari aku tidak melihat dia...)

Membersihkan tenggorokannya, Claire melangkah maju lagi.

(Fianna telah pergi ke Konferensi Semua Negara, jadi kamar tersebut tersisa untuk h-hanya kamu berdua...)

Dalam perjalanan ke asrama siswa, Claire merasa gugup yang misterius, jantungnya berdebar-debar tanpa henti.

Akhirnya mencapai pintu asrama, dia mengambil napas dalam-dalam dan membuka pintu.

"Kamito, aku kembali... Oh?"

Masih memegang gagang pintu, Claire memiringkan kepalanya dengan bingung.

...Tak ada seorang pun di dalam ruangan.

"...Hmm? Kamito?"

Dia mencari di seluruh ruangan sekali, tapi tidak menemukan apa-apa.

"...Hmph, apa ini...? Jadi kegugupanku menjadi sia-sia."

Claire melemparkan souvenirnya ke meja dan melemparkan dirinya ke tempat tidur Kamito, bermain dengan rambutnya.

"Apa artinya ini, Kamito si brengsek itu..."

...Buk, Buk, Buk.

Melampiaskan kemarahannya pada bantal, Claire kemudian membenamkan wajahnya ke dalamnya.

Memeluk bantal dengan cara ini—

Baru-baru ini, dia tampaknya telah memperoleh kebiasaan semacam ini... Hanya dengan memeluk bantal milik Kamito seperti ini, perasaannya akan tenang.

(Pergi ke toko atau apapun tidak apa-apa, kembalilah dengan segera, kau si brengsek besar...)

...Mengubur wajahnya di bantal, dia mengambil napas dalam-dalam.

"..., ...Kami... to..."

...Apa yang harus dilakukan? Setelah hanya beberapa hari terpisah, berpikir dia akan merasa kesepian.

Dia ingin mendengar suaranya secepat mungkin. Dia ingin Kamito untuk membelai kepalanya dengan lembut.

"...Ohh... Cepat—dan—kembalilah..."

...Guling, guling, guling.

Memeluk bantal seperti itu, Claire berguling dan berguling-guling di tempat tidur.

Tiba-tiba, dia jatuh dari tempat tidur dengan suara berdebam—

STnBD V13 102.jpg

"...Hmm?"

Sesuatu tampaknya telah jatuh dari tempat tidur... Sesuatu seperti catatan.

"...Apa ini?"

Claire naik kembali dan mengambil catatan di lantai.

"...Hmm... 'Pergi keluar pada perjalanan panjang untuk saat ini. Jika kamu perlu makan malam, makanlah di luar...'"

Tangannya gemetar karena marah sementara rambut merahnya berdiri sampai ujung seperti api.

"Apa-apaan maksudnya ini——!"

Catatan itu dibakar menjadi abu di tangan Claire.

...Satu jam kemudian.

Suasana menindas akhirnya ditaklukkan oleh serangan menggelitik ekor Scarlet.

Bagian 7[edit]

Kota Akademi. Di dalam sebuah ruangan di Rumah Sakit Saint Sairaelle...

"Nona Ellis Fahrengart, kamu dapat meninggalkan rumah sakit hari ini. Selamat."

Princess maiden penyembuh datang untuk menginformasikan Ellis berita ini.

"Tapi ngomong-ngomong, aku benar-benar terkejut. Meskipun para elementalist memiliki kemampuan pemulihan jauh lebih kuat daripada orang biasa, aku tidak pernah menduga kamu untuk sepenuhnya sembuh begitu cepat—"

"...Ya, aku sendiri terkejut juga."

Ellis mengangguk dengan ekspresi serius.

Dia awalnya mengira dia akan beberapa hari lagi untuk keluar dari rumah sakit.

"Apakah kamu punya pendapat apapun tentang alasannya?"

Penyembuh yang bertanggung jawab atas Ellis bertanya tak percaya.

Sebuah kontrak dengan roh suci atau roh air akan sedikit dimengerti, tapi Ellis dikontrak pada roh angin, yang tidak mungkin memberi kemampuan pemulihan besar tersebut.

"Hmm, yah, bahkan jika kamu bertanya, aku juga tidak tahu..."

Ellis menghindari kontak mata dengan si penyembuh.

"...Hmm, benarkah?"

"T-Tentu saja!"

Ellis menjawab dengan rasa bersalah di bawah tatapan skeptis si penyembuh.

...Tentu saja, dia tidak tidak tahu sama sekali.

Ellis sudah mulai pulih dengan cepat selama waktu kemarin.

(...Pada saat itu, aku merasa semacam kekuatan tak terlihat mengalir ke dalam tubuhku, itu adalah perasaan.)

Ellis menyentuh ringan bibirnya dengan tangannya, wajahnya langsung menjadi panas.

(...Aku tidak bisa percaya aku melakukan sesuatu yang begitu tak tahu malu!)

Sebagai Kapten Ksatria, Ellis seharusnya menjadi panutan para siswa, menjunjung tinggi moral publik dengan contoh. Namun—

Sensasi bibir itu begitu nyata. Di kedalaman pikirannya, dia mengingat perasaan itu mengagumkan manis.

"Nona Ells, ada apa denganmu?"

"Tidak ada yang salah!"

Wajah merah terang, Ellis menggeleng tegas.

Sudah keluar dari rumah sakit, Ellis berjalan ke gedung sekolah untuk mencari tahu tentang pekerjaan Ksatria.

(...Meski begitu, itu benar-benar sangat luar biasa.)

Sepanjang jalan utama di kota, Ellis berpikir sambil berjalan.

(Mungkinkah itu kekuatan Kamito mengalir secara terbalik pada tubuhku? Hal semacam itu tidak seharusnya terjadi—)

Misalnya, ketika Fianna menerapkan sihir penyembuhan pada Kamito melalui kontak langsung, dia tidak pernah mengatakan apa-apa tentang kekuatan yang mengalir secara terbalik.

(...S-Sepertinya aku harus mengujinya lagi.)

Aku harus menguji itu lagi secara seksama— Ellis membuat keputusan pada kemauannya sendiri.

—Tepat pada saat itu, ada keributan di sisi jalan.

"...Hmm, apa yang terjadi?"

Dengan cepat beralih kembali ke mode ksatria yang serius, Ellis melihat kesana.

Dalam arah plaza, api saat ini berkobar ganas.

...Bukan api biasa, ini adalah pekerjaan roh.

"Memanggil roh di Kota Akademi bertentangan dengan aturan...!"

Ellis dengan panik bergegas ke keributan.

Tapi saat dia tiba, di sana itu—

"Ap... Claire?"

Gemuruh gemuruh gemuruh gemuruh gemuruh gemuruh...!

Terselimuti dalam api, twintail merahnya berayun-ayun di angin.

Tergantung pada atribut roh, berbagai efek dapat terjadi pada tubuh elementalist.

Claire rupanya sumber sebenarnya dari api yang terlihat dari jauh.

"C-Claire, apa sebenarnya yang terjadi?"

Mendengar suara Ellis, Claire menatapnya.

"Tidak ada di sini, tidak ada disana, tidak ada dimanapun!"

Terintimidasi oleh kekuatannya, Ellis menghentikan langkahnya.

...Dia tampak sangat marah.

"Kamito, Kamito, dia meninggalkan aku sendirian... H-Hiks hiks~..."

Claire meledak dalam menangis, twintailnya yang mengintimidasi juga jatuh ke bawah kembali.

"...T-Tunggu. Aku benar-benar gagal untuk memahami apa yang kamu bicarakan. Pertama ceritakan seluruh ceritanya."

"O-Oke... Hiks..."

—Claire menceritakan semuanya dari awal, yang mengarah ke keributan di plaza.

"...Apa? Pergi dengan Rinslet, hanya mereka berdua!?"

Kemarin ketika mengunjungi Ellis, Kamito jelas telah mengatakan dia akan pergi ke Laurenfrost.

Namun—

"H-Hanya mereka berdua... Aku tidak pernah mendengar tentang hal itu!"

Ellis berteriak marah. Ini adalah insiden besar!

Karena berbicara tentang dua orang dalam sebuah perjalanan—

(...Itu berarti menghabiskan malam di luar bersama-sama!)

Hanya membayangkan itu sedikit membuat wajah Ellis menjadi merah terang.

...Tidak bagus, aku harus percaya pada Kamito. Meskipun itu hanya mereka berdua bepergian bersama-sama, Kamito pasti tidak akan melakukan sesuatu yang pengecut, kan? Tapi perjalanan menawarkan peluang bagus untuk meningkatkan hubungan laki-perempuan. Dalam hal itu, itu tidak akan mengejutkan jika sesuatu terjadi.

Juga, Claire tampak seperti dia tidak akan menyerah sampai dia mengejar Kamito.

"...A-Aku akan pergi juga!"

Ellis menyatakan.

"...Eh?"

Mata merah dan bengkak karena menangis, Claire memiringkan kepalanya dalam bingung setelah mendengar Ellis.

"...Tidak apa-apa jika kamu tidak ikut. Juga, kamu memiliki pekerjaan Ksatria, kan?"

"Bagaimana bisa aku mengabaikan sesuatu yang tak tahu malu sebagai seorang anak laki-laki dan seorang gadis bepergian sendiri bersama-sama? Memperbaiki praktek-praktek kurangnya moral ini justru bagian dari pekerjaan Ksatria!"

"I-Itu hanya membuat alasan, kan? Kamu tidak harus keluar dari caramu untuk ikut."

"Hmm, apakah kamu benar-benar yakin ini baik-baik saja?"

"...Apa maksudmu?"

Ellis mengangkat jari telunjuk dan menjelaskan.

"Dengarkan baik-baik. Keduanya berangkat dari Akademi kemarin pada siang hari. Jika kamu mulai mengejar sekarang, itu cukup tak realistis dalam hal waktu."

"Benar, kamu ada benarnya, tapi..."

"Namun, dengan bantuan dari roh angin iblis dengan terbang dan kemampuan pelacakan, mengejar mereka dalam satu atau dua hari bukan tidak mungkin."

"Guh..."

Claire tidak bisa menemukan alasan apapun untuk keberatan.

...Saat Ellis menunjukkan, tanpa bantuan roh angin iblis, tidak ada cara untuk mengejar Kamito dan Rinslet.

"Bagaimana sekarang? Apakah kamu membuat keputusanmu?"

"Uh~huh."

—Jadi, begitulah.

Pada akhirnya, situasinya menjadi Claire dan Ellis mengejar Kamito bersama-sama.

Bagian 8[edit]

"Luminaris-sama, pohon itu tampak akrab—"

"...Kita berputar-putar kembali ke sini lagi? Apa yang sebenarnya terjadi?"

—Di kedalaman «Forest of Ice Blossoms». Tertutup oleh salju tebal, hutan tersebut diselimuti kabut tebal. Ksatria Kerajaan Suci sudah berputar-putar selama puluhan jam.

Di tengah hutan, kabut disekitar semakin padat dan padat. Roh-roh dengan yang penampilan seperti pohon menggunakan perubahan terampil dari penampilan mereka untuk menipu mata para penyusup.

Rasanya seperti seluruh hutan menolak mereka masuk.

(...Ngomong-ngomong, kenapa menjadi seperti ini?)

Luminaris hanya bisa menunjukkan ekspresi pahit di wajah bermartabatnya.

Sebagai bagian dari «Sacred Spirit Knight» dengan kemampuan bela diri mereka yang luar biasa, mereka mungkin bisa disingkirkan oleh musuh jika mereka terus berputar-putar tanpa tujuan di hutan yang tertutup salju seperti ini. Namun di sisi lain, meningkatnya kepadatan kabut disekeliling telah menunjukkan bahwa mereka semakin dekat dan lebih dekat ke tujuan mereka.

Kabut tebal ini pasti bukan fenomena alam— sebuah «Penghalang» sihir.

Bukan kelakuan roh kegelapan. Kembali ketika pasangan tua dari desa menemukan dia, dia tidak mampu berjalan, bahkan tidak mampu berbicara. Dalam keadaan dirinya saat ini, membuat penghalang semacam ini adalah mustahil.

(...tidak salah lagi, «Penghalang» ini pasti berasal dari ras Elfim.)

Sebuah «Penghalang» yang mampu mencakup seluruh hutan sudah pasti tidak mungkin untuk disebarkan dengan upaya satu orang saja. Sangat mungkin, ini didirikan dengan menggunakan reruntuhan kuno sebagai sebuah fondasi.

Juga, dengan kepastian yang besar, roh kegelapan itu bersama dengan ras Elfim.

(...Jadi, kami tidak akan goyah di sini.)

Luminaris mengeluarkan perintah pada bawahannya.

"Mulai sekarang, kita akan dibagi menjadi dua tim untuk bertindak secara terpisah. Jika kalian menemukan tablet batu kuno atau pohon-pohon tua di hutan, menghancurkan mereka secara langsung. Mereka sangat mungkin menjadi fondasi penghalang."

"...!"

Keempat bawahan memandang satu sama lain.

"Tapi bukankah itu bertentangan dengan perjanjian—"

Bahkan selama waktu perang, menghancurkan reruntuhan kuno tidak diizinkan. Ini adalah bagian dari persyaratan yang bangsa-bangsa telah putuskan diantara mereka. Namun, Luminaris mengeluarkan perintah untuk menghancurkan reruntuhan.

"bertindaklah sesuai dengan perintahku, karena aku akan bertanggung jawab. Jika tidak, kita akan mati di negeri salju ini pada tingkat ini."

Dihadapkan dengan perintah Luminaris yang tak dapat dibantah, ksatria Kerajaan Suci mengangguk dengan tekad.


Bab 5 - Monster dari Pegunungan Kyria[edit]

Bagian 1[edit]

Setelah berangkat dari «Frost Town», Beberapa jam telah berlalu.

Mencapai pertengahan jalan gunung terjadi setelahnya.

Saat ini siang hari tetapi langit tertutupi oleh lapisan tebal awan, sehingga benar-benar mustahil untuk melihat matahari.

Badai salju bertiup keras dan lebih keras. Bercampur dengan es dan salju, angin mengamuk memekik sambil mereka mengamuk.

Pemandangan itu hanya hamparan putih yang luas.

"...Ini hampir mustahil untuk melihat ke depan!"

Di dalam badai salju, Kamito berteriak pada Rinslet.

Begitu dia membuka mulutnya, hembusan kuat udara dingin langsung ke paru-parunya.

"Kamu harus menjaga ekor Fenrir dengan tegas dalam pandanganmu!"

Suara Rinslet bisa terdengar dari suatu tempat.

Dia seharusnya maju sambil menunggangi Fenrir, tetapi mengingat pandangan murni putih, Kamito bahkan tidak tahu dari arah mana itu.

Mengandalkan suara Rinslet, Kamito berusaha keras untuk menemukan sosok Fenrir.

Lebih tepatnya, dia sedang mencari cahaya dari kristal roh yang terikat pada ekor Fenrir.

Cahaya redup melambai-lambai didalam badai salju adalah satu-satunya suar untuk memandu arah maju Kamito.

Akhirnya menemukan cahaya redup itu didepan dalam pandangannya, Kamito menyesuaikan sedikit arahnya.

Untuk mencegah tenggelam ke dalam salju tebal, Kamito memfokuskan divine power pada kakinya, tetap dalam keadaan yang mirip dengan mengambang. Ini adalah teknik untuk bergerak di atas medan salju dan pelatihan yang ekstensif diperlukan untuk menguasai.

(...Ini ternyata lebih melelahkan dari yang dibayangkan.)

Seragam Akademi sudah ditenun dengan sihir untuk melawan dingin, tapi bahkan bersama-sama dengan pakaian musim dingin ekstra, dingin ekstrim ini masih tak tertahankan. Memasuki pegunungan yang tertutup salju ini tanpa persiapan yang memadai akan tak diragukan mengarah pada membeku sampai mati.

Kristal roh api yang disiapkan, dua sudah hampir dihabiskan. Setelah kehabisan kekuatan, roh api akan kembali ke «Astral Zero», Mengubah kristal roh menjadi sesuatu yang tidak bisa dibedakan dari batu transparan.

Meskipun Kamito memukul dengan sebuah dorongan untuk merilis kekuatan «Demon Slayer» untuk membelah badai salju, sebenarnya melakukannya mungkin akan menyebabkan longsor besar-besaran.

Kamito mempercepat langkahnya dan akhirnya mengejar Fenrir di depan.

"...H-Huff... Meskipun aku mempersiapkan diri secara mental... Tidak ada yang kurang diharapkan dari Pegunungan Kyria."

Hampir kehabisan napas, Kamito menikamkan «Demon Slayer» ke dalam salju.

"Mulai sekarang, jalan akan menjadi lebih berat."

Menunggangi Fenrir, Rinslet melihat ke belakang dan berkata.

"Katakanlah, ini sudah waktunya untuk istirahat, kan..."

"Tidak, kamu harus melewati tempat ini sebelum badai salju menghabiskan staminamu."

"Kurasa kamu benar..."

Melihat sekeliling, Kamito melihat bahwa tidak ada tempat sama sekali untuk berhenti dan beristirahat.

Mengeluarkan botol air, Kamito meneguk teh hitam yang memiliki banyak gula dan jahe mentah ditambahkan, menghangatkan dadanya seketika.

Ada juga sepotong kecil dari kristal roh api di dalam botol tersebut untuk mencegah teh dari pembekuan.

"Aku ingat ada sebuah pondok yang dibangun untuk para pejalan kaki di depan. Ada kompor di dalam sana, jadi kita bisa menghangatkan susu dan membuat beberapa pancake."

"Kalau begitu aku akan menantikan untuk itu."

Pancake Rinslet mungkin satu-satunya harapannya dalam neraka beku ini.

"Tapi kamu lihat—"

Kamito menatap langit dengan lapisan awan tebal.

"Ini benar-benar tidak tampak seperti badai salju biasa..."

"...Memang. Aku belum pernah melihat salju seperti ini selama bertahun-tahun aku tumbuh dewasa."

Rinslet mengangguk.

Bahkan jika seseorang memiliki roh dengan kemampuan terbang, itu mungkin mustahil untuk terbang dalam kondisi ini.

"Mungkinkah itu benar-benar «Zirnitra»...?"

"...Zirnitra?"

Kamito bertanya dengan rasa ingin tahu.

—Omong-omong, dia tampaknya telah mendengar nama ini di kedai kemarin juga.

"Itu adalah sebuah legenda kuno di tanah Laurenfrost."

Rinslet menjelaskan.

"«Zirnitra» adalah roh penjaga dari Laurenfrost. Seribu tahun yang lalu, selama Perang Raja Iblis, roh-roh yang berjuang di bawah bendera Raja Iblis Solomon disegel ke dalam Pegunungan Kyria ini, begitulah ceritanya."

"Uh... Pada akhirnya, itu hanya sebuah legenda... Kan?"

"Ya. Namun, tidak ada yang tahu pasti apakah roh semacam itu benar-benar nyata ada."

Rinslet mengangkat bahu dan mengeluarkan kristal roh sedikit lebih besar.

"Aku akan merilis «Perlindungan Sihir Api». Tolong mundur sedikit."

"Ya, aku mengerti."

"—O kobaran api perlindungan, aku mohon kepadamu untuk memberikan kami perlindunganmu."

Menuangkan divine power ke dalam kristal roh, Rinslet membacakan sebuah mantra pelepasan.

Seketika, kristal roh itu melepaskan panas yang kuat, menutupi sekeliling dengan udara hangat.

Sebuah penghalang anti-salju dikerahkan dari kristal roh, akhirnya membebaskan penglihatan yang telah diserbu oleh salju.

Namun, Kamito tidak bisa tidak terkesiap pada adegan di depan mereka—

Sebuah lembah raksasa dari dua dinding yang berlawanan dari es. Jalur berjalan di sepanjang tebing terjal tersebut tiba-tiba menjadi sangat sempit. Sebuah kesalahan tunggal akan berarti jatuh langsung ke dasar lembah.

"...Apakah kita mengambil rute ini? Ini akan menyakitkan."

"Sebenarnya ada rute yang lebih aman, tetapi jika kita mengikuti yang satu itu, tidak mungkin untuk melintasi gunung ini hari ini."

"Aku mengerti, kalau begitu apa boleh buat..."

Kamito maju selangkah. Fragmen es di bawah kaki bergulir dan jatuh ke dasar lembah.

"Kita harus buru-buru, «Perlindungan Sihir Api» tidak bisa bertahan lama."

Jika efek kristal roh lenyap di tengah jalan, bertahan hidup pasti akan menjadi mustahil.

Dengan Fenrir maju di depan, mereka berdua mengikuti dengan hati-hati dibelakangnya.

Sepanjang jalan, Kamito melihat gua es tak terhitung jumlahnya di tebing yang berlawanan.

"Gua es itu, apakah mereka terbentuk secara alami?"

"Orang-orang mengatakan bahwa itu adalah rumah «Frost Giants»."

"Aku mengerti..."

«Frost Giants» adalah ras yang datang dari «Astral Zero» ke benua ini dan membangun sebuah kerajaan yang luas sebelum munculnya manusia. Meskipun mereka sudah punah beberapa ribu tahun yang lalu, gua es yang tak terhitung jumlahnya yang tergali dari dinding tebing tetap dipertahankan dan tak tersentuh, memberikan perasaan muram dari sejarah.

Saat emosi Kamito teraduk sambil dia melihat gua-gua es itu...

Dia mendengar suara sayap mengepak di atas kepala, terdengar cukup kuat untuk merobek udara.

Bagian 2[edit]

"—apa!?"

Dia dengan panik mendongak.

Merobek awan abu-abu gelap, siluet raksasa bersayap terbang mendekat.

"—Itu adalah seekor naga es!?"

Rinslet berteriak.

Cakar setajam pisau. Sisik seperti es menutupi seluruh tubuh. Jenis dari terbang naga.

Sepasang mata merah menyala dengan cahaya terik, mengunci pada Kamito dan Rinslet di bawah.

"Jadi sepertinya rumor dari sebuah rakasa adalah benar!"

Mencengkeram «Demon Slayer» dengan erat, Kamito bersiap untuk pertempuran.

Naga es tidak terintimidasi dan turun dengan cepat dari udara, memposisikan cakar besarnya untuk menyerang.

Serangan didukung oleh berat badan besar itu ditangkis oleh pedang Kamito. cakar-cakar itu hancur sedangkan naga es menghantam dinding es dengan momentum aslinya. Dinding es hancur, menghasilkan hamburan puing-puing es yang memblokir pandangan Kamito.

"Kamito-san, hati-hati dengan piijakannya!"

Mendengar peringatan Rinslet, Kamito buru-buru melompat mundur.

Segera, jalan sepanjang tebing runtuh. Tempat dia telah berdiri langsung berubah menjadi es yang hancur, bergulir ke lembah. Kamito mengeluarkan keringat dingin ketakutan.

(...Bertarung di sini terlalu berisiko!)

Di antara semua naga, naga es hanya di peringkat pertengahan. Dalam kondisi normal, bagi Kamito yang mampu secara solo melawan naga iblis tingkat tinggi, naga es tidak akan terhitung sebagai musuh menakutkan.

Tetapi di bawah medan dan cuaca buruk seperti ini, tidak mungkin baginya untuk mengeluarkan kekuatan aslinya.

Setelah menghantam dinding es, naga es mengguncang tubuh raksasanya dan terbang ke langit lagi.

"Taring es pembeku, maju dan tusuklah -- «Freezing Arrows»!"

Setelah merilis elemental waffenya, Rinslet dengan cepat menembakkan panah.

Namun, mereka hampir semua dihindari oleh naga es yang berputar-putar dalam badai salju.

"...Ini benar-benar mustahil untuk membidik dengan benar dalam badai salju ganas seperti itu!"

Sementara itu, naga es adalah jenis naga diberkati dengan perlindungan es. Bahkan dalam cuaca seperti ini, mereka mampu terbang bebas tanpa masalah.

Naga es terbang menuju Rinslet sementara dia menembak dengan busurnya, membuka rahangnya yang dilapisi dengan gigi yang tajam.

Mulutnya mulai menyala—

Kamito melompat dan berdiri di depan Rinslet untuk melindungi dia—

"—Est, aku mengandalkanmu!"

'—Ya, Kamito.'

«Demon Slayer» merilis kekuatan penuhnya.

Pada saat yang sama, pecahan es seperti pedang yang tak terhitung jumlahnya dibawa oleh badai salju menderu.

«Dragon's Breath»— Salah satu alasan mengapa naga dianggap yang paling menakutkan dari semua binatang sihir.

"...! Ohhhhhhhhhhh!"

Pedang suci merilis cahaya perak-putih. Kilatan cahaya meletus dari «Demon Slayer» melelehkan dan menghancurkan pedang es yang tak terhitung jumlahnya dengan angin mengamuk.

"Kamito-san—"

"Rinslet, ayo kita mundur kembali ke tempat kita berada barusan. Jika tidak, tidak mungkin untuk bertarung dengan benar di sini."

"Aku mengerti— «Freezing Rain»!"

Rinslet menorehkan lima panah dan menembak mereka ke langit.

Panah tersebut tiba-tiba terpecah di udara, berubah menjadi pisau yang tak terhitung jumlahnya terbang menuju sisik naga es. Karena naga memiliki pertahan sihir yang tinggi, serangan semacam ini mungkin cukup tidak efektif, tapi setidaknya itu cukup untuk menghentikan naga es untuk saat ini.

Sementara naga es terhalang, mereka berdua dengan cepat kembali ke jalan mereka datang.

Mereka masih bisa mendengar suara sayap mengepak di belakang mereka. Menguncangkan es yang melekat pada tubuhnya, naga es membuat raungan memekakkan telinga dan terbang tinggi di langit.

"Naga es itu melarikan diri!"

"Tidak, itu tidak benar—"

Hampir seluruhnya melalui insting, Kamito meraih lengan Rinslet sementara dia berlari di sampingnya.

Pada saat yang sama, ada suara sesuatu yang membelah udara, cukup untuk menggoyahkan atmosfer.

Naga es membuat sebuah tukikan cepat pada tebing es di atas Kamito dan Rinslet. Dampaknya menghancurkan potongan besar dari tebing dan blok raksasa es bergulir dari atas.

(Sialan—!)

Kamito dengan paksa menarik lengan Rinslet yang dia pegang dan memukul tanah sambil melindungi Rinslet. Kemudian dia segera menarik keluar «Demon Slayer» untuk membelah blok es yang jatuh.

Jatuh satu demi satu, es tersebut memblokir jalan mereka sepenuhnya.

"...jalur mundur kita telah terputus sepenuhnya."

Naga memiliki kecerdasan tertinggi di antara semua binatang sihir, bahkan sampai titik bahwa terdapat beberapa di antara naga tingkat tinggi yang mampu berbicara manusia.

Naga es ini juga sangat licik.

Terbang ke udara sekali lagi, naga es tampak seperti bermaksud untuk terus menghancurkan tebing es.

"...kesini!"

Menarik tangan Rinslet, dia kembali ke jalan yang mereka telah lewati. Mendapati tubuhnya tidak bisa bergerak dengan bebas sesuka hati, Kamito sangat cemas, untuk otot-otot seluruh tubuhnya telah tumbuh lamban karena suhu udara serta pakaian musim dingin yang tebal yang sulit untuk bergerak. Akumulasi kelelahan langsung meletus sekaligus.

(...Juga, udara ini di sini sangat tipis.)

Mencoba untuk mendapatkan lebih banyak oksigen membuatnya mengambil napas besar melalui mulutnya secara tidak teratur, menyebabkan divine powernya menjadi tidak stabil. Tanpa divine power yang terkonsentrasi tinggi, «Demon Slayer» akan menjadi tidak lebih dari sebuah pedang tumpul.

"Kamito-san, «Perlindungan Sihir Api» hampir berakhir!"

Rinselt berteriak.

Efek penghalang kristal roh api sangat menyusut dalam area.

"Pada tingkat ini, situasi akan menjadi lebih buruk dan lebih buruk—"

Kamito tiba-tiba berhenti dan menatap naga es yang berputar-putar di udara di atas.

"...Apakah kamu punya rencana?"

"Bahkan jika hanya sesaat, bisakah kamu menemukan cara untuk menekan hal itu?"

"Lalu apa yang akan kamu lakukan?"

"Yah, kamu akan mengerti ketika saatnya tiba."

Mendengar jawaban Kamito—

"—jika begitu, aku akan mencoba!"

Rambut pirang platinum bergetar kuat.

Rinslet mengangguk dengan ekspresi penuh dengan keyakinan.

"Taring es pembeku, maju dan tembuslah—«Freezing Arrow»!"

Menyiapkan elemental waffenya, busur, dia menembakkan sebuah panah ke langit.

Daripada tubuh naga es yang memiliki pertahana sihir yang tinggi, targetnya itu di atas kepalanya—

Pembekuan udara di atas naga es, dia menciptakan blok es raksasa.

"O palu yang menghukum kuat dengan bangga—«Frost Fall»!"

Sebuah blok es raksasa, dua kali dari ukuran naga es, jatuh lurus ke bawah di bawah aksi gravitasi.

Diserang oleh berat yang luar biasa, naga es meraung kesakitan.

"Sekarang adalah saatnya!"

"Yeah!"

Berteriak, Kamito sudah melepas dari mantel musim dinginnya yang memiliki salju dan es yang semua terjebak disitu.

Melepaskan divine powernya sepenuhnya, dia menendang dinding es dan menggunakan tebing runtuh untuk bergerak lurus ke atas.

"I-Itu terlalu ceroboh!"

Rinslet berteriak nyaring.

"Jangan khawatir, aku mengandalkan kamu untuk melindungi aku!"

Menendang dinding es, dia naik ke puncak tebing dalam satu nafas.

"Ohhhhhhhhhhh...!"

Mengangkat «Demon Slayer» tinggi-tinggi, Kamito membuat sebuah serangan di belakang naga es bersama dengan es.

Sisik naga tersebut pecah dan tersebar dengan suara metalik.

(—seberapa keras hal ini!?)

Kamito berseru dengan terkejut dalam hatinya. Sisik naga adalah bahan yang paling keras di benua. Dalam kondisinya saat ini, tidak dapat mengontrol kekuatan Est dalam cara yang stabil, itu sangat sulit bagi Kamito untuk menembus naga es sepenuhnya.

ROOOOOOOOOAAAAAAAAAR!

Melolong marah, naga es terbang ke langit lagi, berputar dengan kecepatan tinggi dalam badai salju ganas.

"Guh...!"

Kamito dengan erat mencengkeram pedang suci yang menusuk ke punggung naga.

Sebuah jurang tak berdasar terletak dibawah. Melepaskan akan berarti kematian instan.

(Aku mengandalkan kamu, Rinslet—!)

Turun pada tebing, Rinslet saat ini sedang melantunkan sihir roh tingkat tinggi.

Dalam badai salju, Kamito bisa mendengar suaranya yang jernih menggema samar-samar.

"—aku dengan ini memanggil engkau, mampu bertahan melawan napas naga dan lengan raksasa, perisai beku—"

—Dengan itu, sihir roh itu selesai.

Dinding es raksasa yang tak terhitung jumlahnya muncul keluar dari tanah perak-putih yang hancur, satu demi satu.

Kamito menarik «Demon Slayer» dan melompat turun dari punggung naga.

Otot-otot seluruh tubuhnya gemetar, Kamito meringkuk di udara, menguatkan dirinya untuk dampak.

Detik berikutnya, Kamito jatuh keras di permukaan tanah es.

«Ice Wall»— Sihir roh defensif awalnya digunakan untuk pertahanan kini telah menyiapkan medan yang sangat baik.

"Bagus sekali, Rinslet!"

"Kamu benar-benar akan jatuh langsung ke dasar lembah jika ini gagal!"

Rinslet berteriak marah.

Mata naga es yang terluka bersinar merah dengan murka. Membuka rahangnya, itu akan merilis napas naga lagi.

Tapi ini adalah tepatnya kesempatan yang Kamito tunggu.

"—ayo kita lakukan, Est!"

'—Ya, Kamito.'

Balasan Est bisa terdengar dari divine power yang menyelimuti tangan kanannya.

"O baja terbungkus dalam kegelapan tak berujung, «Demon Sword» —Terminus Est Zwei!"

Begitu dia berteriak, segel roh tangan kanannya memancarkan cahaya menyilaukan.

Diukir di atas lambang pedang itu adalah lambang Restia Ashdoll.

"O kegelapan tak berujung, bantai musuhku—«Vorpal Blast»!"

Mengarahkan pada mulut raksasa yang bercahaya dari naga tersebut, Kamito mengayunkan pedang baja yang terwarnai dengan warna kegelapan.

Petir hitam meletus, menusuk tenggorokan naga es.

"Sisik naga adalah apa yang memiliki ketahanan sihir tinggi tetapi hal semacam itu tidak mungkin berada di dalam tubuh naga, kan?"

Meraung dengan murka, naga es jatuh ke dalam jurang lembah.

"...Apakah dia mati?"

Rinslet berjalan mendekat.

"...Tidak, naga memiliki vitalitas yang sangat kuat. Sebelum hal itu pulih—"

—ditengah kalimat, Kamito menelan sisa kata-katanya.

Tiba-tiba, badai salju yang bahkan lebih kuat dari sebelumnya—

Sebuah bayangan raksasa menutupi mereka dari atas.

(...Satu lagi!?)

Kamito melompat ketakutan. Juga, yang satu ini bahkan lebih besar dari naga es barusan.

(Tidak mungkin...)

Ini tidak berarti bahwa Kamito telah ceroboh. Naga cenderung sangat teritorial dan kemungkinan untuk dua naga muncul secara bersamaan di tempat yang sama yang sangat rendah.

(...Tapi kenapa ada enam naga es lagi!)

Rumble— keenam naga es tersebut mendarat di tanah dengan rapi.

(...berakhir sudah—!)

Saat ini, Kamito dan Rinslet berdiri pada pijakan sementara yang dibuat oleh sihir. Tentu saja, tidak mungkin itu bisa menahan dampak yang begitu besar.

Es di bawah kaki retak dan runtuh seketika—!

"Kyah!"

"Rinslet, pegangan padaku erat-erat!"

Mengatakan itu, Kamito mengulurkan tangan untuk menangkap Rinslet.

Dengan cara itu, bersama-sama dengan es runtuh, mereka jatuh ke jurang kegelapan.

"...Sial—!"

Kamito membungkukkan tubuhnya di udara dan menggunakan pedang yang tergenggam erat di tangan kanannya untuk menusuk ke dinding es.

Screech— Didampingi oleh hamburan bunga api ganas, sebuah jejak diukir di dinding es.

Tapi ini tidak cukup untuk menghentikan momentum jatuh mereka. Jatuh lurus ke bagian bawah lembah dengan cara ini—

"G-uh...!"

"Kamito-san!"

"...Jangan... biarkan lepas tidak peduli apa!"

Kamito menarik Rinslet dengan kuat.

(—Apa yang harus aku lakukan terhadap dasar itu?)

Kecepatan jatuh mereka terus meningkat. Pada tingkat ini, itu tidak mungkin untuk berhenti.

(...Kekuatan lenganku, sudah... mencapai batas...)

"Kamito-san, cepat dan lihat di sana!"

Rinslet tiba-tiba berteriak.

Melihat ke bawah, Kamito melihat sebuah tempat di dinding es yang bisa berfungsi sebagai pijakan.

(Itu adalah sebuah gua es dari «Frost Giants»!)

Melihat secercah harapan... Sebuah sinar harapan yang sangat samar.

(...Itu terlalu jauh. Tapi tidak ada pilihan lain selain untuk mencoba—)

Jika dia gagal untuk melompat dengan waktu yang tepat, hanya kematian yang menanti mereka.

"Oke, pegangan erat-erat padaku—"

"Y-Ya!"

Menuangkan divine power seluruh tubuhnya ke dalam tangan kanannya, Kamito merilis kekuatan «Demon Slayer».

Pedang tersebut memancarkan kilatan cahaya menyilaukan, menghancurkan dinding es.

"Ohhhhhhhhh!"

Menendang dinding es tersebut, Kamito melompat menuju gua es. Semua yang tersisa adalah jatuh di bawah gravitasi dan meninggalkan hal-hal pada nasib.

(Ini harus berhasil!)

—Kamito menutup matanya.

Bagian 3[edit]

"...-San, Kamito-san!"

"...Gu, uh..."

Membuka matanya sedikit, dia melihat wajah Rinslet sambil dia dengan putus asa memanggil Kamito.

Mengkonfirmasi bahwa Kamito masih sadar, Rinslet menarik nafas lega.

"...Sepertinya, tampaknya telah berhasil."

Membuat ekspresi menggeliat dari rasa sakit menyerang seluruh tubuhnya, Kamito berbisik. Mendarat pada punggungnya untuk melindungi Rinslet, Kamito hampir menerima semua dampaknya.

(...Karena sebuah dampak yang kuat memukul tulang belakangku, seluruh tubuhku dalam keadaan lumpuh. Juga, lengan kananku terkilir.)

Berbaring menghadap ke atas, Kamito dengan tenang menilai kondisi tubuhnya.

Jika dia mencoba untuk berdiri dengan paksa, itu mungkin akan sakit sekali.

Tanpa bangun, Kamito mengamati sekelilingnya.

Ini adalah sebuah gua raksasa yang diukir dari dinding es. Langit-langit yang sangat tinggi sementara kedalamannya benar-benar gelap gulita.

"...Mungkinkah gua es ini mengarah ke suatu tempat?"

"«Asosiasi Penyelidikan Roh» ibukota kekaisaran sudah menyelidiki berkali-kali. Tetapi karena struktur internal terlalu rumit, akhirnya tidak ada penyelidikan yang membuahkan hasil."

"...kurasa mencoba untuk melewati gunung lewat sini tidak akan bekerja sama sekali, kan?"

"Tersesat di labirin es akan lebih buruk lagi."

Rinslet mengangkat bahu sambil menjawab.

"Dengan kata lain, kita perlu memanjat kembali dinding es huh... Gah..."

"K-Kamu belum bisa bangun!"

Saat Kamito mencoba berjuang untuk bangkit, Rinslet dengan panik menahannya ke bawah.

"Tapi jika kamu tidak melewati sebelum matahari terbenam..."

Setelah malam tiba, suhu udara akan menjadi lebih rendah. Tinggal di sini seperti ini, mereka akan membeku sampai mati cepat atau lambat.

"Dalam keadaanmu saat ini, tidak mungkin kamu dapat memanjat dinding es tidak peduli apa. Selain itu, ada badai salju seperti itu juga."

"Umm..."

Kamito langsung kehilangan kata-kata, melihat keluar pada badai salju mengamuk di luar. Selain itu, dengan naga-naga es itu di luar sana, dengan adanya makhluk semacam itu, memanjat dinding es benar-benar mustahil—

Tiba-tiba, ujung jari-jari Rinslet menyentuh tangan kanan Kamito.

"...Rinslet?"

"Tolong jangan bicara. Sekarang aku akan memberimu sihir penyembuhan."

Dia memegang sebuah kristal roh «Healing».

"O cahaya penyembuhan, aku mohon kepadamu untuk memberikan orang ini kekuatan kehidupan—"

Setelah dia membacakan sebuah mantra sederhana, kristal roh tersebut memancarkan cahaya suci yang lembut.

Tapi masih berbaring, Kamito memutar kepalanya untuk melihat Rinslet, mendorong tangannya dengan ringan.

"Aku sangat berterima kasih atas niat baikmu, tapi sihir setengah matang semacam ini tidak akan bekerja pada tubuhku. Jadi Rinslet, kamu harus menggunakan kristal roh ini pada dirimu sendiri."

Sebagian besar sihir penyembuhan milik atribut suci. Sebagai seorang spesialis es, Rinslet hanya mampu menggunakan sihir penyembuhan sederhana dengan meminjam kekuatan kristal roh. Sejujurnya, sihir tingkat ini benar-benar tidak efektif pada Kamito yang tubuhnya ditempati kekuatan Elemental Lord Kegelapan.

"Aku... hampir tidak memiliki cedera, kamu tahu?"

"Tadi, ketika es itu pecah, kakimu tergores oleh pecahan tersebut, kan?"

"C-Cedera ringan tingkat ini benar-benar bukan apa-apa dibandingkan dengan kondisimu, Kamito-san."

"Itu akan menjadi sebuah masalah besar jika bekas luka tertinggal pada seorang gadis. Dan lihat, aku masih punya «Perlindungan Baja» dari Est. Cedera kecil semacam ini akan sembuh dengan sendirinya."

"...~ G-Gadis..."

Wajah Rinslet menjadi merah terang—

...Seolah-olah membuat semacam keputusan, dia mengangguk tegas.

"M-Merasalah terhormat, Kamito-san, karena kamu sudah mengatakan sebanyak ini, maka—"

"...Huh?"

Rustle rustle rustle... Fwip.

Tiba-tiba, Rinslet melepas roknya.

"T-T-Tunggu, apa yang kamu lakukan..."

"H-Harap tenang!"

Hanya mengenakan pakaian dalam pada tubuh bagian bawahnya, Rinslet menunggangi Kamito.

Pakaian dalam sutra dengan bordir halus. Kamito bisa merasakan paha lembut menekan pada dia.

"...!"

Aliran darah seluruh tubuhnya semakin cepat, langsung memanas tubuhnya.

"...A-Aku akan mengirimkan sihir penyembuhan ini secara langsung ke dalam tubuhmu, Kamito-san!"

Wajah Rinslet merah terang dari rasa malu—

Satu demi satu, dia melepas kancing seragamnya.

Dibalut pakaian putih murni yang rapi dan bersih adalah sepasang payudara seksi.

Kulit putih saljunya terwarnai sedikit merah. Panjang rambut pirang platinum tergerai ke bawah, pemandangan dari tubuh ini—

...Jujur saja, itu sangat cantik.

"...Rinslet."

Kamito terpesona oleh pemandangan tersebut seketika—

"M-Menatap seperti itu membuat aku sangat malu..."

Rinslet mengerutkan bibirnya ketat.

"Tolong... tutup matamu."

"Ya, aku mengerti..."

Kamito buru-buru menutup matanya. Dia tahu apa yang Rinslet hendak lakukan selanjutnya. Memang, menyalurkan sihir penyembuhan melalui kontak fisik langsung seperti ini akan memiliki efek sampai batas tertentu. Dalam kenyataannya, Fianna telah menggunakan metode ini untuk mengobati Kamito selama ini.

Rinslet menggunakan jari-jarinya untuk dengan ringan melepas pakaian musim dingin Kamito kemudian dia membuka kancing seragamnya.

Napas manis. Teruntai dari sisi pipinya, rambutnya yang panjang menyentuh dia... Begitu menggelitik.

(...Ini buruk.)

Berdaya untuk melawan, Kamito hanya bisa berseru dalam hatinya.

(...Karena mataku tertutup, segala macam imajinasi kacau bermunculan dalam pikiranku!)

Seragam luarnya benar-benar dilepas, hanya meninggalkan kemeja ketika Rinslet berhenti. Seperti yang orang duga, kontak tubuh langsung dengan Kamito mungkin sangat memalukan.

"Umm, a-apa yang perlu dilakukan selanjutnya?"

Menunggangi tubuh Kamito, Rinslet terdengar tidak pasti.

"Hei, Rinslet... Umm, kamu tidak perlu memaksakan diri..."

"Aku tidak memaksa diri..."

Dia langsung balas.

"A

"...?"

Kamito merasakan sebuah sensasi dari bibirnya.

"Mmm... Mmm...♪"

Rinslet menjulurkan lidahnya, lembab dengan air liur—

Seketika, Kamito merasa kekuatan tiba-tiba disuntikkan ke tubuhnya.

(...Ini... adalah...)

Sebuah cahaya lembut meresap ke setiap sudut dan celah di dalam tubuhnya, menyapu kelelahan pada anggota tubuhnya sepenuhnya. Mungkin karena dia bisa merasakan kekuatan penyembuhan bekerja, Rinslet menekan bibirnya bahkan lebih tegas.

"Smooch... Mmm, huff... Mmm, mmm...♪"

"...Rins... let... cukup...!"

Bukan karena sakit namun karena malu berlebihan, Kamito tidak bisa tidak berteriak.

Bagian 4[edit]

Beberapa menit kemudian, mereka berdua duduk punggung dengan punggung untuk menghindari kontak mata.

...Suasana yang sangat canggung menggantung di udara.

"U-Umm..."

Sudah berpakaian dengan benar, Rinslet angkat bicara.

"A-Aku, umm... barusan, melakukan sesuatu yang sangat memalukan."

"T-Tidak sama sekali. Kamu melakukannya demi penyembuhan. Berkat kamu, aku sudah memulihkan banyak staminaku."

Kamito mengguncang lengan kanannya. Meskipun masih sakit sampai batas tertentu, itu tidak lagi menghambat gerakannya.

"...Badai salju tidak terlihat seperti itu akan berhenti dalam waktu dekat, jadi mari kita sedikit beristirahat di sini untuk saat ini."

"Kamu benar..."

Rinslet mengangguk dan mulai mengaktifkan kristal roh api. Setelah menempatkan mineral merah menyala pada tanah dan menuangkan divine power, cahaya hangat dari api menerangi gua es.

Fenrir membuka rahangnya yang besar dan mengeluarkan peralatan memasak.

Rinslet menuangkan susu ke dalam panci kecil yang dia kemudian menempatkan di atas mineral menyala tersebut.

"Itu dikatakan—"

Kamito berpaling ke arah Rinslet.

"Ada apa dengan kelompok naga-naga es itu?"

"...Aku tidak tahu juga."

Rinslet menggeleng.

"Selain itu, naga es dari Laurenfrost seharusnya telah punah beberapa abad sebelumnya. Kenapa mereka tiba-tiba muncul di tempat ini—"

"Jadi pada akhirnya, itu masih terkait pada cuaca yang tidak normal saat ini, kan—?"

Menopang dagunya dengan tangan, Kamito memasuki pemikiran yang mendalam.

"Mungkinkah bahwa badai salju di gunung sebenarnya perbuatan naga-naga es itu?"

Menurut legenda, naga memiliki kekuatan luar biasa yang berbeda dari sihir roh. Terlebih lagi, ketika keenam naga es muncul pada saat yang sama, Kamito jelas merasa badai salju meningkat dalam kekuatan.

"Kemungkinan itu tidak dapat dikesampingkan. Masih banyak daerah yang tidak diketahui dalam penelitian tentang ekologi naga."

Rinslet mengangguk setuju.

Setelah beberapa saat, susu dalam panci mendidih.

"...Oke, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?"

Meneguk susu panas yang mengepul, Kamito mendesah. Daripada tetap di sini dan menunggu untuk mati beku, dia akan lebih memilih untuk mengambil spekulasi dengan labirin gua es—

"Mari kita tunggu sedikit lagi dan melihat, haruskah kita? Badai salju ini tidak akan berhenti dan kita tidak tahu apakah itu mungkin membiarkan sedikit. Apa yang aku akan lakukan sekarang adalah mempersiapkan sebagian pancake khusus terlebih dulu."

Memegang sebuah wajan penggorengan, Rinslet tersenyum acuh tak acuh.

"...Aku benar-benar minta maaf. Ini adalah kekeraskepalaanku yang membuat kamu terjebak dalam semua ini."

"Tidak perlu merasa bersalah. Aku adalah orang yang bersikeras memimpin jalan untuk kamu."

Rinslet membalik wajan yang sedang dipanaskan di atas api.

Pancake panas disajikan di atas piring dengan berlimpah mentega dan madu.

Saat aroma manis memenuhi udara, perut Kamito bergemuruh dan menggeram.

"Ayo, silahkan menikmati—"

Dengan piring mengepul dibawa di depan matanya, Kamito langsung mengambil sepotong dengan garpunya.

...Kunyah Kunyah.

"...Ini hebat!"

Tekstur lembut dan kenyal, dengan madu terserap di dalamnya, meleleh di mulutnya. Tidak hanya itu, tapi ujung-ujungnya renyah seperti biskuit.

Kamito menghabiskan sebuah pancake dalam sekejap mata.

"Kamito-san, kamu terlihat seperti kamu cukup menikmatinya."

"...Ya, karena itu benar-benar lezat."

Kamito mengangkat jempol. Rinslet tersenyum berseri-seri.

Namun demikian, wajahnya segera diselimuti kegelapan.

"...Untuk beberapa alasan aku tidak tahu kenapa, aku tiba-tiba teringat padanya."

Rinslet bergumam lirih.

"...Dia?"

"Ya, pancake ini adalah favoritnya."

Kamito tiba-tiba teringat apa yang dikatakan Rinslet dalam mimpinya malam sebelumnya.

"...Itu adalah adikmu, kan...? Orang yang disegel dalam kutukan es oleh «Elemental Lord»."

Rinslet mengangguk.

"Itu adalah empat tahun lalu. Saat itu, dia hanya sembilan tahun..."

Melihat bunga api meletus dari kristal roh, Rinslet melanjutkan.

—Itu kira-kira beberapa bulan sebelum insiden pengkhianatan «Ratu Bencana». Tahun itu, wilayah Laurenfrost mengadakan sebuah «Great Snow Festival» tradisional.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rinslet selalu melakukan persembahan tarian «Kagura» princess maiden sebagai putri sulung. Tapi tahun itu, itu terjadi menjadi debutnya judia sebagai seorang princess maiden pada ulang tahunnya yang kesembilan, berdiri di depan warga Laurenfrost.

Baru saja memiliki usia kesembilan, dia memasuki panggung semacam ini untuk pertama kalinya.

"Judia adalah anak yang sangat menawan dan bakat alami. Namun--"

Tarian «Kagura» yang dia lakukan telah menimbulkan kemarahan «Elemental Lord Air». Tentu saja, «Elemental Lord Air» saat itu rusak oleh «Kegelapan Dunia Lain» dan sudah dalam keadaan kegilaan sepenuhnya.

Ritual judia telah membuat marah sang elemantal lord gila secara kebetulan.

"Tentu saja, ayahku menghabiskan semua kemungkinan solusi. Dia mengumpulkan semua princess maiden di Laurenfrost untuk menawarkan «Kagura», Mencoba untuk menenangkan amarah elemental lord. Namun, tidak peduli bagaimana mereka mencoba, mereka masih tidak bisa mencairkan es kutukan tersebut..."

Oleh karena itu, Rinslet telah memutuskan untuk berpartisipasi dalam turnamen «Blade Dance». Sama seperti bagaimana Ren Ashbell, «Penari Pedang Terkuat» itu, telah menawarkan tarian pedang pada «Elemental Lord» tiga tahun lalu, berhasil menenangkan amarah mereka—

"Oleh karena itu, Kamito-san, aku bisa mengerti perasaanmu yang ingin mencari seseorang yang berharga bagimu."

Rinslet menatap tangan kiri Kamito, punggung dari tangan dimana segel roh telah lenyap.

"Aku juga, akan benar-benar tidak meninggalkan judia."

"Ya, kata yang bagus."

Kamito mengepalkan tinjunya.

(...Itu benar, aku harus membawa dia kembali.)

Bahkan jika itu berarti mengejar sampai ke ujung terjauh dari dunia—

...Tug. Tug tug.

Merasa sebuah tarikan tiba-tiba pada lengan bajunya, Kamito melihat kebelakang.

"—Kamito, aku lapar juga."

Terwujud, Est menuntut makanan lagi.

"Est, kamu telah bekerja keras juga."

"Ya!"

Kamito membelai kepala Est, menyebabkan dia untuk setengah menutup matanya dari kesenangan.

"Ada pancake spesial Rinslet di sini dan buah persik kalengan."

"Tidak ada kembang tahu?"

"Eh, itu agak terlalu..."

"Ya, kita punya."

"Sungguh?"

Dengan menjentikkan jarinya, Rinslet mengeluarkan sebuah benda putih dari mulut Fenrir... kembang tahu yang membeku.

"Bisakah ini dimakan langsung?"

"Tidak, aku harus merebusnya lagi dulu."

Menempatkan panci pada kristal roh yang menyala, dia menambahkan sejumlah besar salju.

Begitu air mendidih, dia memasukan kembang tahu beku ke dalam panci.

"Kembang tahu, kembang tahu♪"

Mata ungu misterius milik Est menyala dengan cahaya kegembiraan sambil dia bersenandung lagu yang aneh.

"Ini adalah hidangan yang dikenal sebagai kembang tahu rebus."

"Kembang tahu rebus, kembang tahu rebus♪"

Menyenandungkan lagu tanpa ekspresi, Est terus menatap panci tersebut dengan saksama.

Melihat Est seperti itu, Kamito tersenyum—

"...K-Kamito-san!"

Rinslet tiba-tiba berdiri dan menunjuk luar gua es.

"Hmm?"

Kamito berpaling untuk melihat—

Detik berikutnya, dia begitu terkejut bahwa mulutnya menganga terbuka lebar dan mengatakan hal yang sama seperti Rinslet.

"...Badai salju berhenti?"

Bagian 5[edit]

"—Luminaris-sama, monumen batu yang diduga sebagai bagian dari fondasi «Penghalang» semuanya telah dihancurkan."

Ayla operasi khusus melaporkan kepada Luminaris.

"Kerja bagus... Mematikan seperti yang diperkirakan, efek «Penghalang» kabut membingungkan telah melemah."

Saat Luminaris menunjukkan, kabut yang melayang jauh lebih tipis dibandingkan beberapa jam sebelumnya. Barusan, itu adalah tempat dimana orang tidak bisa melihat selangkah didepan, tapi sekarang itu mungkin untuk melihat beberapa pohon di depan mereka.

"Semuanya, tujuan adalah ke depan. Mari kita melanjutkan ke desa «Forest Dwellers»."

"Afirmatif."

Memberikan bawahannya yang kelelahan dorongan semangat, dia maju lebih jauh ke dalam «Forest of Ice Blossom» yang masih bersalju.

Dengan asumsi efek «Penghalang» secara bertahap akan melemah dengan cara ini, mereka akan melihat tujuan mereka pada akhirnya. Itu tidak diketahui apakah «Forest Dwellers» memiliki elementalist yang mengendalikan roh tipe pertempuran, tetapi bahkan jika mereka melakukannya, mereka pasti akan dikalahkan oleh «Sacred Spirit Knights».

Luminaris mengayunkan pedang sucinya, memotong cabang-cabang yang menghalangi jalan. Tepat pada saat itu—

Suara kepakan sayap raksasa bisa didengar diatas kepala.

"...Apa?"

Kabut sekeliling tertiup dalam sekejap sementara badai kuat melanda hutan.

"...Apa yang terjadi?"

"Luminaris-sama, lihat ke sana cepat!"

Ajudannya, Alda, menunjuk keatas.

"...Mungkinkah... naga... tidak mungkin!?"

Luminaris terdiam.

Menatap langit kelabu melalui cabang-cabang pohon, mereka bisa melihat sekelompok naga raksasa terbang di udara.

Sisik memancarkan cahaya ice-blue. Ini adalah naga es yang mendiami bagian utara benua.

Biasanya, naga tidak mungkin bergerak dalam kelompok karena sifat mereka yang sangat teritorial. Tapi puluhan naga saat ini sedang terbang di atas kepala seolah-olah di bawah komando pusat, bergerak dalam formasi tetap.

Badai salju bertiup lebih kuat dan lebih kuat, tanpa ampun menyerang gadis-gadis yang terpojok, tidak dapat maju atau mundur.

"Luminaris-sama...!" "Hutan ini, apa-apaan...!?"

Naga-naga es tersebut meraung.

Mata menyala dengan cahaya merah, mereka menatap seperti para predator pada Luminaris dan kelompoknya di tanah.

"—Mereka datang! «Elemental Waffe», Rilis!"

Menarik pedangnya dalam posisi, Luminaris berteriak.

Bagian 6[edit]

(...Meskipun manusia... namun berbeda dari manusia... Sang «Queen of Ice Blossoms»...)

Meninggalkan semua sendirian dengan tidak ada yang dilakukan, Restia berpikir atas hal-hal tersebut di tendanya.

Gadis yang muncul di hutan, memiliki kekuatan yang luar biasa.

Princess maiden Rana mengatakan bahwa Restia sangat mirip Ratu itu. Namun, Restia tidak memiliki kekuatan untuk mengendalikan naga es. Dia juga tidak perlu tidur selama berhari-hari untuk menyimpan kekuatan.

(...Atau mungkin, itu hanya sebuah kemiripan visual?)

Duduk di tempat tidur, Restia memiringkan kepalanya untuk mendengarkan.

Suara berisik dari orang-orang berlarian datang dari luar tenda.

...Sesuatu telah terjadi, sepertinya.

Berjalan keluar dengan kaki telanjang, dia menemukan itu adalah suara dari anak-anak berkumpul di plaza.

"...Hei, apakah terjadi sesuatu?"

Menahan salah satu dari anak laki-laki, Restia bertanya.

"...Ini buruk, kabut hutan menyebar!"

"...kabut?"

Restia memiringkan kepalanya dengan bingung.

"Umm, apa itu seserius itu?"

"Penghalang rusak! Segera, para elementalist bersenjata akan menyerbu tempat ini!"

"...Tidak mungkin...!"

Restia menjadi pucat, semua warna darah meninggalkan wajahnya.

"Umm, penghalang tersebut tidak dapat diperbaiki?"

"Tidak mungkin. Orang-orang itu telah menghancurkan monumen batu yang berfungsi sebagai fondasi penghalang. Bahkan jika kita memperbaiki mereka, tidak ada cukup yang waktu sekarang—"

Keributan anak-anak menjadi lebih besar dan lebih besar.

(...Ini pasti pekerjaan dari orang-orang yang memburuku.)

Restia menggigit keras bibirnya.

Para pengejar itu pasti tidak akan membiarkan anak-anak ini pergi.

(...Aku harus buru-buru dan meninggalkan tempat ini.)

Diam-diam, dia mengambil keputusan. Dia tidak harus membawa malapetaka pada «Forest Dwellers» karena dirinya sendiri.

Bisa dikatakan, dia tidak tahu kemana harus pergi untuk meninggalkan tempat ini.

"—Semuanya, harap tenang."

Sebuah suara serius bergema di plaza.

Muncul dari kedalaman hutan, itu adalah princess maiden Rana.

Telihat setenang dan sekalem seseorang terdepan dalam usia, Rana berjalan ke plaza.

"Jangan khawatir, «Queen of Ice Blossoms» telah memanggil naga es dari Pegunungan Kyria."

"Yang Mulia Ratu?"

"Ya. Juga, Setelah ratu sepenuhnya terbangun, segel «Zirnitra» akan dilepas. Maka tidak perlu bergantung pada «Penghalang» lagi."

"Y-Yeah! Kau benar..."

Mendengar perkataan meyakinkan dari Rana, anak-anak akhirnya menarik napas lega dan mengangguk.

Melihat itu, Restia langsung merasakan kecurigaan terhadap «Queen of Ice Blossoms».

(...Bahkan pada saat seperti ini, dia masih belum muncul.)

Oleh karena itu, dia berjalan ke Rana yang berdiri di tengah plaza—

"Dimana «Queen of Ice Blossoms» saat ini?"

Sebuah suara yang tajam.

"Bukankah aku sebutkan sebelumnya? Yang Mulia Ratu saat ini tidur di kuil untuk mengakumulasi kekuatan."

"Apakah ratu yang kamu bicarakan benar-benar ada?"

"Dia akan terbangun segera. Para princess maiden sudah mempersiapkan untuk menyambut kedatangannya—"

"Ya, itu benar.." "Onee-chan, jangan khawatir. Ini akan baik-baik saja."

Restia menggeleng ringan.

"Aku benar-benar berterima kasih kepada kalian semua untuk menyembunyikan aku di sini. Tapi satu-satunya yang para pengejar inginkan adalah aku. Selama aku meninggalkan tempat ini, kalian akan baik-baik saja."

Saat Restia berbalik, berniat untuk berjalan menuju hutan—

"—kamu tidak bisa pergi."

Kaki Restia terasa seolah-olah mereka telah dipaku ke tanah.

Tiba-tiba, dia tidak bisa bergerak seolah-olah lumpuh.

"...Apa... yang terjadi...?"

"—aku minta maaf."

Mata merah Rana menatap Restia.

"Menyembunyikan kamu di sini adalah kehendak «Queen of Ice Blossoms». Jika kamu mencoba untuk pergi, aku tidak bisa menutup mata—"

"...Kehendak «Queen of Ice Blossoms»?"

Restia merasa bingung. Apa sebenarnya alasan itu—

"—Rana-sama!"

Berlari mendekat dari kedalaman hutan, para princess maiden menunjukkan kepanikan di wajah mereka.

"Ada apa?"

"S-Situasi kuil—"

Rana terkejut.

"...Ayo cepat kesini. Kamu ikut juga."

"...Apa?"

Restia tiba-tiba memperoleh kembali kebebasan tubuhnya.

"—«Queen of Ice Blossoms» telah terbangun."

Bagian 7[edit]

Ibukota Kekaisaran Ordesia— «Ostdakia».

Umumnya dikenal sebagai «Imperical Capital», Kota ini dulunya kota tentara yang dipimpin oleh Sacred Maiden Areishia telah digunakan sebagai benteng pertahanan mereka selama Perang Raja Iblis seribu tahun sebelumnya.

Kota ini hanyalah sebuah kota pedesaan ketika Perang Raja Iblis berakhir, tapi setelah itu, itu mulai berkembang sebagai pusat militer Kekaisaran Ordesia, kemudian secara bertahap berkembang menjadi pusat politik.

Memindahkan ibukota dari «Nebrasia» yang dimasa kini wilayah Fahrengart terjadi kira-kira enam abad yang lalu. Sejak saat itu, itu menjadi salah satu kota yang paling makmur di benua bersama dengan «Realm Capital» dari Kekaisaran Quina dan «Alexandria» dari Kerajaan Suci Lugia.

Ibukota kekaisaran ini dimana faksi dari berbagai negara di benua berkumpul untuk «Konferensi semua Negara» mendatang.

"...Ini benar-benar berbeda dari Akademi yang dikelilingi oleh «Hutan Roh»."

Lokasi saat ini adalah ruang di Istana Nefescal di pusat kota.

Melihat keluar ke jalan-jalan dari jendela di dalam ruangan, Fianna menghela napas.

"...Udara di sini tampaknya membeku."

"Putri, harap mencoba untuk tetap diam."

"Ya, ya..."

Dayang itu berceloteh sambil mengikat korset yang membuat Fianna tak sabar. Fianna saat ini sedang mengenakan gaun putih glamor, cocok untuk rambut hitam dan tiara perak-putih berkilaunya.

Melihat cermin gantung raksasa di dinding dalam ruangan, Fianna mendesah lagi.

"Permisi? Haruskah aku mengenakan ini bagaimanapun juga?"

"Ya. Ada aturan resep pakaian dari putri ketika dipanggil untuk pertemuan."

Dayang itu menjawab acuh tak acuh tanpa mengubah ekspresinya.

(...Begitu membosankan.)

Para dayang istana hanya memperlakukan Fiana sebagai putri kedua Kekaisaran. Mereka hanya melayani dia untuk statusnya sebagai putri kerajaan, itu saja. Kembali ketika Fianna dikenal sebagai «Lost Queen» dan dikurung di istana, seperti yang dibenci para bangsawan, semua orang mengejek dibelakang punggungnya.

...Tidak seperti teman-temannya di Akademi yang telah berjuang bersama satu sama lain selama turnamen «Blade Dance».

Dengan mata berwarna senja sedikit suram, Fianna melihat ke cermin lagi.

(...Tidak peduli apa, aku benar-benar rindu Kamito-kun.)

Itulah yang Fianna sedang pikirkan.

Begitu dia selesai mengenakan gaunnya, terdengar ketukan di pintu.

"—ini hampir waktunya, Putri Kedua. Persiapan karena untuk menyambut perwakilan berbagai bangsa—"

Muncul di pintu adalah seorang ksatria roh berambut perak mengenakan pakaian ksatria formal.

Keempat dari «Numbers»— Dunei Lampert, ksatria roh yang telah berkontrak dengan roh bumi.

Fianna tidak pandai berurusan dengan seseorang dengan kepribadian yang blak-blakan dan kaku seperti dia.

"...Mengerti."

Fianna mendesah lagi, bangkit dari kursinya.

Berjalan di sepanjang koridor taman gantung yang megah, mereka menuju ke aula besar dimana Konferensi Semua Negara akan diadakan.

"Apakah mereka tidak membuat terlalu berlebihan dengan meminta kamu, anggota «Numbers» untuk melayani sebagai pengawalku?"

"Akan lebih baik jika Anda akan memahami posisi Anda sendiri lebih baik. Anda saat ini putri kedua Kekaisaran. Orang yang paling penting setelah Yang Mulia Arneus dan Yang Mulia Linnea—"

Dunei berbicara tanpa melihat ke belakang sementara memimpin jalan.

"Apakah ada orang di ibukota kekaisaran ini yang berani untuk menargetkan nyawaku?"

"Tadi malam, Penjara Balsas diserang oleh orang tak dikenal."

"...Mustahil!?"

Penjara Balsas adalah sebuah benteng yang terletak di sisi utara ibukota kekaisaran. Awalnya dibangun sebagai pos pasukan untuk tentara Anti-Raja Iblis, itu kemudian dikonversi untuk digunakan sebagai penjara paling aman Kekaisaran. Untuk berpikir seseorang akan menyerang penjara ini yang dilindungi oleh roh penjaga yang kuat dan banyak ksatria roh, itu benar-benar tak bisa dipercaya.

"Para pelaku masuk ke penjara menggunakan roh militer. Beberapa tahanan di tingkat terendah melarikan diri. Jio Inzagi, wanita pedagang dari «Murders» dan putri Fahrengart—"

"Velsaria Eva?"

Fianna bertanya tanpa berpikir. Mengesampingkan dua yang lainnya, Velsaria seharusnya tinggal secara sukarela di tingkat terdalam dan paling keras dari penjara untuk menebus dosa-dosanya. Untuk berpikir dia akan melakukan sesuatu seperti melarikan diri dari penjara—

"Dan identitas para pelaku?"

"«Umbra» saat ini sedang menyelidiki. Tujuan para pelaku masih belum jelas, tapi kita tidak bisa mengesampingkan kemungkinan mereka menargetkan Anda, Putri. Oleh karena itu, perlu untuk menempatkan seorang pengawal yang dapat dipercaya di sisi anda."

"Kamu mengatakan bahwa «Numbers» dapat dipercaya?"

Kata-kata Fianna membawa kecanggungan pada wajah Dunei.

Penghianatan tangan ajaib penyembuhan—Lurie Lizaldia telah terjadi baru-baru ini.

Berhasil dalam meretakan poker face itu, Fianna mengangkat bahu dengan sedikit kepuasan.

"Tapi kembali ke pokok pembicaraan, apa maksud yang ada di balik meminta aku untuk menghadiri «Konferensi Semua Negara»?"

"Yang Mulia Fianna, Anda adalah elementalist yang diakui oleh roh penjaga keluarga kekaisaran, «Georgios». Saat ini, mungkin tidak ada seorangpun di istana yang berani meremehkan Anda lagi."

"Sungguh plin-plan. Aku pikir aku sudah jelas meninggalkan gelas putri kedua sejak lama."

"Itu bukan sesuatu yang bisa ditinggalkan begitu mudah. Ini adalah tanggung jawab dari keluarga kerajaan."

"...Ya, aku mengerti."

Fianna menggigit keras bibirnya.

"Juga ada sejumlah besar dari pendukung yang ingin mencalonkan anda sebagai penerus tahta bukan Yang Mulia Arneus."

"Kamu mengatakan itu bahkan sebagai seorang anggota «Numbers»?"

"Saya hanya melaporkan fakta-fakta obyektif."

"..."

Di antara semua bangsa di benua tersebut, hampir tidak ada kasus princess maiden memerintah negara sebagai penguasa.

Itu karena princess maiden memiliki kekuatan kontrak roh semua berkumpul di «Divine Ritual Institute» di mana mereka terisolasi dari dunia fana. Itu adalah kepercayaan umum bahwa tanggung jawab princess maiden terletak dengan melakukan berbagai ritual dan tidak perlu bagi mereka untuk peduli tentang masalah politik.

Oleh karena itu, Kekaisaran Ordesia memiliki kebiasaan memprioritaskan laki-laki penerus takhta. Setelah kaisar turun tahta, kakak Fianna, dua tahun lebih tua, seharusnya mewarisi takhta.

Tapi ada sebuah masalah besar.

(...Arneus tidak memiliki apa yang diperlukan untuk menjadi kaisar. Semua warga Kekaisaran tahu itu.)

Fianna teringat gambaran dari wajah kejamnya, itu seseorang yang dia benci sejak kecil. Dalam kenyataannya, ada orang-orang di dewan kekaisaran yang telah menyarankan membawa kembali Putri Pertama Linnea yang telah memasuki «Divine Ritual Institute» seperti Fianna, sehingga dia bisa menikah dengan bangsawan berpengaruh.

Tapi dibandingkan dengan kakak tertua yang telah memasuki «Divine Ritual Institute», Dukungan untuk Fianna juga telah tumbuh lebih keras setelah dia memperoleh kembali kekuatannya dari kontrak roh. Ironisnya, penampilannya di «Blade Dance» adalah tepatnya mengapa dia mendapat dukungan dari begitu banyak orang.

(...Sungguh menyakitkan.)

Fianna menghela napas. Tidak mau terjebak dalam permainan perebutan kekuasaan, dia tidak pernah terhibur memikirkan pernikahan dengan bangsawan berpengaruh.

(...Dalam hatiku, aku sudah memiliki seseorang yang kucintai.)

Berjalan kebawah, mereka tiba di sebuah aula besar di lantai pertama.

Berdiri di sana adalah orang yang paling tidak ingin dia lihat.

"Hmph, yah bukankah ini «Lost Queen» yang tak berguna eh? Tak terpikirkan kamu akan cukup tak tahu malu untuk datang berjalan santai kembali."

Mengenakan pakaian kekaisaran agung adalah seorang pemuda berambut hitam. Meski cukup tampan dalam fitur wajah, cahaya dingin di matanya memberikan wajahnya yang tampan sepenuhnya sia-sia.

Arneus Ray Ordesia—Kakak Fianna.

"—Salam untuk Anda, pada saudara terhormat."

Fianna menyambut dengan sopan tanpa emosi sama sekali.

Saat dia hendak memasuki aula besar secara langsung—

"—Tidak secepat itu."

Dia berteriak dengan agitasi, menginjak ujung gaunnya.

"Apa lagi yang bisa aku bantu?"

"...berhenti berpura-pura. Pada titik ini, apa niatmu untuk kembali ke istana?"

"Aku hanya kembali karena aku dipanggil oleh Yang Mulia Kaisar."

"Hmph, siapa tahu. Dalam dewan kekaisaran, tampaknya ada orang-orang yang merekomendasikan kamu sebagai penerus tahta."

Arneus melihat Fianna dengan mata curiga.

"Aku—"

Saat Fianna hendak membantah dia...

"Permisi, Yang Mulia Arneus—"

Dunei menyela.

"...Apa sekarang?"

"Silakan menyisihkan percakapan anda dengan adik anda untuk saat ini. Sang putri saat ini diperlukan untuk menyapa tamu-tamu kami dari berbagai negara."

Menatap Dunei, warna ketakutan melintas di mata Arneus untuk sekejap.

"...Cih, seorang kesatria huh."

Arneus mendecak lidahnya dan berangkat. Mengatur ujung gaunnya, Fianna berkeluh kesah.

"...Masih tidak berubah sedikitpun, orang itu."

Meninggalkan Dunei di pintu, Fianna memasuki aula besar.

Sebuah meja raksasa disiapkan di tengah aula. Terjauh di bagian belakang adalah kursi dari Kaisar Ordesian, Ugustus Ray Ordesia.

Di sampingnya adalah Perdana Menteri Duke Conrad Cygnus Fahrengart, Margrave Gryas Laurenfrost dan bangsawan tinggi lainnya dari Kekaisaran.

Pada saat yang sama, Greyworth hadir, mengenakan pakaian ksatria formal. Sebelumnya dikenal sebagai ksatria roh terkuat benua, «Penyihir Senja» masih membawa kehadiran yang kuat tentang dirinya meski telah pensiun.

Fianna menyapa sang kaisar kemudian duduk di samping Greyworth.

"Wow, kau terlihat baik dalam gaun juga. Kenapa kau tidak menunjukkannya kepada anak itu?"

"Yah, tidak peduli bagaimana aku berdandan untuk merayunya, Kamito-kun selalu... Hei, sekarang bukan saatnya untuk lelucon, Direktur Akademi."

Fianna cemberut dan bertanya dengan tenang:

"...Umm, bagaimana Kamito-kun sekarang?"

"Anak itu harusnya melakukan sebuah perjalanan ke Laurenfrost sekarang."

"...Huh?"

Mendengar sebuah jawaban yang tak terduga, Fianna tidak bisa tidak berseru.

"Kenapa dia pergi ke Laurenfrost?"

"...Aku akan memberitahumu rinciannya nanti. Dalam kasus apapun, itu terkait dengan roh kegelapan."

Greyworth berbisik pelan di telinganya. Fianna mengangguk ringan.

"Aku mendengar bahwa Pegunungan Kyria berada di bawah hujan salju berat yang langka saat ini..."

"Yah, dia selalu akan menemukan sebuah cara. Putri Margrave Laurenfrost juga ikut-ikutan."

"...Rinslet bersama dengan dia juga?"

Fianna cemberut.

"...Mungkinkah, sebuah perjalanan pribadi untuk b-berdua? Apakah itu yang terjadi?"

"Fufu? Khawatir tentang anak itu?"

"...Ya. Dalam arti lain."

Fianna mendesah lagi.

"—Mari kita menyambut kedatangan wakil dari semua negara."

Suara penjaga terdengar dari luar aula.

Memasuki aula satu demi satu adalah perwakilan dari beberapa negara-negara besar dari benua—Kekaisaran Quina, Kekaisaran Naga dari Dracunia, Kerajaan Balstan dan Kerajaan Suci Lugia.

Delegasi diplomatik Dracunia termasuk sang Putri Naga, Leonora Lancaster, yang tim Fianna telah lawan dalam «Blade Dance». Kali ini, dia mengenakan pakaian resmi yang cantik bukan seragam militer dari «Knights of the Dragon Emperor». Tentu saja, pedang «Dragon Slayer» itu tidak sisinya juga.

Delegasi Alpha Teokrasi belum tiba. Masalah yang paling mendesak dalam agenda di Koonferensi Semua Negara ini adalah kudeta Sjora Kahn. Salah satu alasan mengapa Fianna diminta untuk bergabung dengan konferensi ini adalah karena dia secara langsung berinteraksi dengan Sjora selama «Blade Dance».

"—Fianna, perhatikan seksama apa yang perwakilan Kerajaan Suci katakan."

Greyworth berbisik di telinganya.

"Kerajaan Suci, huh?"

"Intuisi seorang penyihir. Akhir-akhir ini, pergerakan Kerajaan Suci cukup tak biasa. Menurut penilaianku, orang-orang itu juga terlibat dalam perselisihan internal Teokrasi."

Tatapan menusuk mata abu-abu Greyworth yang diarahkan pada para kardinal yang mengenakan jubah putih murni.

"...aku tidak punya niat untuk terlibat dengan politik."

"Apakah itu adalah keinginanmu atau bukan, takdir selalu akan diturunkan. Anak itu tidak pernah menginginkan takdir «Raja Iblis» juga—"

Menatap ke kejauhan, Greyworth bergumam pelan pada dirinya sendiri.


Bab 6 - Kastil Winter Gulf[edit]

Bagian 1[edit]

Itu sudah gelap ketika Kamito dan Rinslet melintasi Pegunungan Kyria dan mencapai kaki gunung.

Bintang-bintang bersinar di langit malam sementara cahaya yang dihasilkan oleh roh-roh berkedip-kedip di hutan lebat.

"...meskipun itu gelap, setidaknya kita akhirnya sampai."

Sambil mengguncangkan sejumlah besar salju di pakaian musim dinginnya, Kamito menghembuskan kabut putih.

Berkat badai salju yang mereda, menuruni gunung tidak sesulit ketika mereka mendakinya. Tapi karena menguras semua stamina secara berlebihan dalam pertempuran melawan naga es itu, kelelahan tubuhnya segera mencapai batas.

Jadi «Naga Es» itu yang menyebabkan badai salju tersebut, huh?

Jika itu yang terjadi, maka kenapa mereka tiba-tiba menghilang dari pegunungan—?

"Kita akan segera sampai di «Winter Gulf». Lihat, obor bisa terlihat di luar hutan."

Duduk di pinggung Fenrir, Rinslet menunjuk pada ujung lain dari hutan konifer.

Dibawah langit malam, banyak obor bisa terlihat menerangi dinding batu dari kastil.

Daripada sebuah kastil besar yang melambangkan otoritas dan martabat, kastil tersebut dibangun dalam sebuah gaya sederhana dan kokoh yang menekankan kepraktisan.

Setelah berjalan beberapa saat di hutan, Kamito dan Rinslet tiba di jalan batu beraspal.

Ini adalah sistem jalan yang tersebar di seluruh wilayah Kekaisaran Ordesia. Permukaan batu beraspal licin ketika membeku tapi setelah warga menyekop salju, itu jauh lebih baik daripada jalan yang tertutup salju di hutan.

"Aku akan menyuruh orang-orang di kastil membuat persiapan untuk menyambut kita."

Rinslet menepuk Fenrir di punggung.

Berdiri di satu tempat, roh es iblis melolong tinggi pada langit malam.

...Setelah beberapa saat, obor di dinding kastil berkedip-kedip.

"Sepertinya mereka menyadri kita."

Setelah berjalan di sepanjang jalan untuk sementara waktu, mereka akhirnya dapat melihat gerbang Kastil Winter Gulf.

Berdiri dengan hormat di gerbang istana, puluhan penjaga menyambut putri Margrave.

"Seperti yang diharapkan dari putri keluarga Laurenfrost yang berharga."

"...Tidak bisa menahannya, gadis itu selalu suka membuat masalah besar dari segala hal."

Rinslet tampak menggerutu karena malu.

Setelah mereka berdua mendekati gerbang kastil, seorang gadis mungil bergegas mendekat, berpakaian dari kepala sampai kaki dalam setelan musim dingin berbulu.

"...Onee-sama! Itu benar-benar Onee-sama!"

Memiliki mata emerald yang sama seperti Rinslet, seorang gadis muda dengan rambut pirang platinum berkilauan dibawah cahaya pantulan salju—putri ketiga keluarga Laurenfrost, Mireille Laurenfrost melompat pada dada kakaknya dengan momentum berlari.

"C-Cukup! Ketahuilah beberapa penahanan diri, Mireille."

Meskipun menaruh suasana sebagai kakak yang ketat, Rinslet masih membelai lembut kepala adiknya dengan tangannya.

Menarik kepalanya dari terkubur dalam dada Rinslet, Mireille bertanya:

"Tapi aku benar-benar terkejut, Onee-sama. Kamu tiba-tiba kembali tanpa memberitahu kami. Tidak ada surat yang mengatakan kamu mau pulang... Ngomong-ngomong, bagaimana kamu melintasi Pegunungan Kyria itu?"

Dia mengedipkan mata bulatnya.

"Kami memaksakan jalan kami... Itu benar-benar sulit. Tanpa Kamito-san, mungkin aku sudah menjadi pecahan es sekarang—"

"...Kamito-san?"

Memiringkan kepalanya, Mireille berbalik ke arah yang berbeda.

Melihat itu, Kamito mengangkat tudung dari mantel musim dinginnya.

"Yo—"

"...O-Onii-sama!?"

Menatap mata lebar, Mireille melihat bolak-balik antara wajah Kamito dan Rinslet.

"T-Tidak mungkin... Onee-sama, apa kamu pulang untuk melaporkan pernikahanmu dengan Onii-sama...?"

"T-Tidak, tentu saja tidak!"

Rinslet dengan panik membantah.

"Oh dear, Onee-sama, wajahmu menjadi merah."

Mireille mengintip wajah kakaknya yang tersembunyi dibalik tudung.

Kemudian pada saay ini, dia diraih pada leher dan ditarik dari belakang.

"Mireille, berhenti menggoda nyonya."

Berbicara dalam nada monoton adalah seorang gadis cantik berpakaian sebagai seorang maid.

Dia memiliki rambut coklat gelap sedikit bergelombang dan mata heterochromic. Kulitnya seputih salju sementara wajahnya seindah boneka.

"Milla, bagaimana kabarmu?"

Kamito menyapa santai tapu Milla Bassett langsung menjadi merah di wajah dan menghindari kontak mata.

"...Kamito, kenapa kamu disini?"

"Oh, itu karena aku perlu melakukan sesuatu di Laurenfrost. Rinslet adalah pemanduku."

"...aku mengerti, tujuanmu bukan untuk menemani Rinslet-sama pulang untuk menikah."

Milla menghela napas dalam-dalam sungguh sangat lega.

"T-Tentu saja! Bagaimana bisa kamu bahkan salahpaham juga, Milla!?"

Rinslet terbatuk ringan dan menempatkan tangannya dipinggangnya.

"Bagaimanapun juga, Kamiti-san sudah sangat lelah dari perjalanan panjang. Persiapkan beberapa makanan panas. Dan kamar mandi juga—"

"Ya, semua sudah dipersiapkan."

"Wow, tidak buruk sama sekali, berbeda dari Carol..."

Kamito tidak bisa tidak berseru. Terkesan pada jawaban langsung dari Milla.

Bagian 2[edit]

Setelah melepas pakaiannya yang terbungkus salju, Kamito pergi ke aula kastil.

Dirancang sebagai benteng, Kastil Winter Gulf juga sama dalam perabotan seperti penampilan luarnya. Dinding batu yang hampir tanpa dekorasi mewah, sementara satu-satunya pengecualian adalah tempat lilin yang dihiasi dengan sejumlah besar kristal roh untuk menghasilkan suasana keagungan.

"Apa kalian tumbuh disini, Rinslet dan Mireille?"

"Tidak, ada sebuah rumah kami tinggali di kota kastil."

Mireille menggeleng untuk menjawab pertanyaan Kamito.

"Bagaimanapun juga, Kastil Winter Gulf ini adalah sebuah benteng pertahanan yang digunakan untuk tujuan militer."

Mengatakan itu, Rinslet mengaktifkan kristal roh besar yang terpasang pada tempat api.

Menyala merah, kristal roh tersebut menghangatkan udara didalam ruangan dalam sekejap mata.

Kemudian dia duduk di meja besar delapan orang ditengah ruangan tersebut. Mireille dan Milla menarik kursi mereka di sisi kanan dan kirinya sementara Kamito duduk berlawanan dengan dia sebagai tamu. Maid biasa tidak akan makan di meja yang sama dengan bangsawan tapi Milla rupanya adalah sebuah pengecualian.

"Ini suatu yang memalukan bahwa Ayah dan Ibu tidak ada ketika kamu membuat kepulangan yang jarang, Onee-sama."

"Mau bagaimana lagi, aku hanya merindukan mereka."

Orang tua mereka, Margrave dan Nyonya Laurenfrost sepertinya pergi ke ibukota kekaisaran untuk menghadiri «Konferensi Semua Negara». Karena mereka mengambil rute panjang mengeliling Pegunungan Kyria, mereka telah berangkat beberapa hari sebelumnya.

"Tapi ini adalah sebuah kesempatan langka untuk memperkenalkan Onii-sama—"

"Cukup, Mireille!"

Rinslet dengan panik menutup mulut Mireille.

Kamito terpaksa tertawa lalu bertanya:

"...uh, karena Margrave dan Nyonya Laurenfrost pergi, bukankah itu berarti kamu adalah tuan sementara dari kastil, Mireille?"

"Ya, aku telah mengelola kastil ini dengan serius."

Hmph hmph, Mireille dengan kekanak-kanakan membusungkan dadanya dengan bangga.

"...katakanlah, apa kamu benar-benar tidak apa-apa sendirian?"

Menjadi tuan sementara dari kastil pada usia muda dari sembilan tahun adalah sangat mengesankan, namun itu masih sedikit menghawatirkan.

"Jangan khawatir. Karena ada ksatria mengagumkan di Laurenfrost."

Milla berbicara tanpa ekspresi.

"Kastil Winter Gulf ini memiliki tujuh ksatria. Roh yang ditempatkan. Mereka adalah ksatria roh elit, dipilih secara ketat dan bisa menangani sebagian besar urusan pemerintahan sederhana."

"...aku mengerti. Seperti yang diduga dari sebuah kastil milik bangsawan tinggi."

Sebenarnya ada sangat sedikit kastil yang memiliki sebanyak tujuh ksatria roh. Banyak penguasa kastil regional yang bahkan tidak memiliki seorangpun ksatria yang melayani mereka secara eksklusif.

"Aku tidak menyerahkan segala hal pada para ksatria itu. Aku telah menyetempel dokumen dengan benar juga."

Mireille cemberut tidak senang.

Tepat pada saat ini...

"—Maaf untuk keterlambatannya, nyonya."

Pintu ruangan terbuka saat para maid mendorong masuk troli yang memuat makanan.

Berpakaian dalam seragam menawan, para maid dengan cekatan memindahkan hidangan mewah yang panas mengepul ke meja.

Pai kambing yang dipanggang renyah. Sup melon musim dingin yang dibumbui dengan banyak rempah-rempah. Ada juga ikan kod asin, telur puyuh rebus dan hidangan kacang disajikan dalam sebuah labu berlubang. Sajikan di piring besar adalah hidangan utama, rusa panggang, madu panggang untuk kesempurnaan.

"Wow...!"

Aroma yang melayang di ruangan membuat perut Kamito bergemuruh.

Tepat saat dia menelan air liurnya—

"...beribu-ribu maaf. Kami hanya bisa mempersiapkan makan malam sederhana pada pemberitahuan singkat."

Seorang maid menundukan kepalanya, tampak malu.

"Tidak tidak... Apa semua ini dibuat baru saja?"

"Memang. Jika kami tahu kepulangan nyonya sebelumnya, kami bisa mempersiapkan pesta secara khusus..."

Maid itu bergumam penyesalan sementara para gadis lain mengangguk satu per satu dengan sepakat.

(...Me-Mereka terlalu kompeten!)

...Kamito tak bisa berkata-kata.

Berbicara tentang maid dari Laurenfrost, mungkin persepsinya dari mereka di seleksi pada dasar hanya kelucuan yang yang mewarnai kesan pertamanya adalah Carol si maid tak berguna.

"Kamito, orang yang membuat pay panggang itu adalah aku."

Milla menunjuk dengan tenang.

"Oh, kalau begitu aku akan mencoba ini—"

Mengiris pay tersebut, Kamito membawa sepotong kecil ke mulutnya.

(...A-Apa ini!? Ini sangat lezat!)

Setelah gigitan tunggal, Kamito melebarkan matanya.

Setelah dia menggigit lapisan kulit pay, isi airnya memgalir keluar.

"...bagaimana?"

"...!"

Kamito diam-diam mengangkat jempolnya. Meskipun kesederhanaan dari hidangan tersebut, itu adalah rasa yang sederhana dan tulus.

"Kamu cukup bagus dalam memasak, Milla."

"...tidak. Aku hanya mengikuti petunjuk dari para seniorku."

STnBD V13 160.jpg

Milla berbicara tanpa ekspresi kemudian tersipu dan menundukan kepalanya.

"—Kamito, biarkan aku mencoba juga."

"E-Est!?"

Tanpa dia sadari, roh pedang itu telah terwujud disamping Kamito.

Membuka mulutnya yang jelita, dia menatap lurus pada Kamito seperti seekor burung kecil menunggu di suapi.

"...aku menyerah, Est."

Terkikik masam beberapa kali, Kamito mengirim irisan potongan pay kedalam mulut Est.

"...Mmm, begitu lezat, Kamito."

"Onii-sama, itu tidak adil jika kamu hanya melakukan itu pada Nona Roh!"

Mireille bersandar pada meja dan membuka mulutnya dengan sebuah "ah~"

"M-Mireille!?"

"Itu terlalu tak pantas, Mireille!"

Rinslet meraih keliman dari pakaian Mireille.

"Oh my, kalau begitu bagaimana kalau kamu menyuapi Onee-sama juga?"

"...I-Itu... Hal semacam itu, tidak mungkin..."

Mendengar itu, wajah Rinslet menjadi merah saat dia memegang wajahnya. Didalam tangannya.

"—tidak, Kamito adalah Onii-chan ku."

Seolah-olah bersaing dengan Mireille, Est menggenggam seragam Kamito erat-erat.

Bagian 3[edit]

Setelah menikamti makan malam panas yang disiapkan oleh para maid dari rumah Laurenfrost...

"—Natalia, laporkan situasinya."

Sambil meneguk teh hitam. Setelah makan, Rinslet meminta keterangan dari kepala maid.

Kepala maid itu adalah seorang gadis lebih tua dengan rambut sebahu. Dia sepertinya juga yang bertanggung jawab untuk makanan barusan.

"Apa kamu sudah mengumpulkan alasan untuk badai salju di Pegunungan Kyria?"

"—ya, hujan salju selama beberapa hari terakhir adalah tak diragukan lagi pekerjaan dari «Naga Es» yang berkeliaran di Pegunungan Kyria."

Kepala maid itu menjawab dengan tenang.

"Seperti yang diduga, aku paham..."

"Masalahnya adalah kenapa naga es yang sudah punah muncul."

Kepala maid itu mengangguk sedikit pada apa yang Rinslet tunjuk.

"Ini hanyalah spekulasi pribadi saya tapi—"

"Tidak masalah. Katakan apa pikiranmu."

"Mungkin ada hubungannya dengan «Forest Dwellers» yang menghuni «Forest of Ice Blossoms»."

"...apa ini?"

Rinslet mengerutkan kening.

"Naga es adalah anak buah dari roh «Zirnitra». Dan «Forest Dwellers» menghormati «Zirnitra» sebagai penjaga dari «Forest of Ice Blossoms», memuja sejak lama—"

"Dengan kata lain, «Forest Dwellers» memanggil para naga es dengan suatu cara dan mengendalikan mereka?"

"Kemungkinan itu tidak bisa dikesampingkan."

Mendengar saran Rinslet, kepala maid tersebut mengangguk setuju.

"—Permisi, apa itu «Forest Dwellers»?"

Kamito menyela pada poin ini.

"Itu adalah sebuah nama untuk ras Elfim yang tinggal di kedalaman «Forest of Ice Blossoms»."

"...Elfim huh."

Sebuah ras yang sangat misterius yang datang dari «Astral Zero» di jaman purbakala.

Kemampuan yang sangat baik untuk berkomunikasi dengan roh-roh, lebih suka menghabiskan hari-hari mereka dengan tenang di hutan, mereka sangat menolak dan membenci kontak dengan para manusia.

—ini adalah apa yang Kamito dengar dari Lily Flame ketika hari-harinya di «Instructional School».

"Menganggap itu adalah kasusnya, kenapa tidak menanyai mereka secara langsung?"

"Ya, kami telah mengirim pembawa pesan berkali-kali untuk mengusahakan kontak, tapi sebuah penghalang kuat dari kabut telah disebar di kedalam hutan, bahkan membuat itu mustahil untuk mencapai pemukiman mereka."

"...sebuah penghalang Elfim huh. Sekarang itu adalah hal-hal yang sulit."

"Ya, dan kami tidak bisa dengan ceroboh menghancurkan «Penghalang» tersebut—"

Tidak terbatas pada wilayah Ordesia, ras Elfim juga telah menetap dan membangun komunitas yang aman di berbagai nagara di benua. Misalkan penguasa Laurenfrost menyerbu pemukiman Elfim didini, itu mungkin akan membuat seluruh ras Elfim musuh dari Kekaisaran mengingat rasa solidaritas bangsa mereka yang kuat—

Tiba-tiba, sebuah pemikiran datang pada Kamito.

"...para «Forest Dweller» itu, apa ada kemungkinan bahwa Restia membuat kontak dengan mereka?"

"...aku ingat bahwa ras Elfim pada dasarnya menghormati para roh. Kita tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa Nona Roh Kegelapan secara tak sengaja memasuki penghalang tersebut..."

Rinslet mengangguk, menaruk dagunya di tangannya.

Kamito berpaling pada kepala maid itu.

"...apa kamu memiliki laporan apapun tentang seorang gadis dalam gaun one-piece hitam terlihat dihutan?"

Natalia membuat sebuah ekspresi tak percaya dalam tanggapan pada pertanyyan Kamito.

"Tidak, cabang-cabang di «Forest of Ice Blossoms» adalah setajam pisau. Oleh sebab itu, yah, saya percaya bahwa itu cukup sulit untuk seseorang berjalan melintasi hutan itu dengan pakaian seperti sebuah gaun—"

"...aku mengerti."

...Pada akhirnya, Kastil Winter Gulf ini tidak memperoleh informasi apapun tentang dia.

Bukan berarti dia meragukan informasi Iseria Seaward, tapi Kamito masih kesulitan menyembunyikan kekecewaannya.

"Tapi ngomong-ngomong—"

"...kamu memiliki semacam pimpinan?"

Kamito condong kedepan.

"Tidak, tapi seorang pembawa pesan yang dikirim ke hutan kembali dengan kabar menghawatirkan—"

"...apa?"

"Kabarnya, seorang princess maiden manusia telah muncul di pemukiman «Forest Dwellers»"

"...seorang princess maiden manusia?"

Kamito mengulangi.

"Memang. Para penghuni hutan sepertinya menyebut gadis itu «Queen of Ice Blossoms»."

Bagian 4[edit]

Setelah makan malam, Kamito memutuskan untuk pergi kekamarnya untuk menunggu fajar.

Mencoba mencari Restia di hutan pada malam hari hampir mustahil. Dan karena disana ada penghalang yang dikerahkan, itu juga diperlukan untuk menyiapkan negosiasi dengan para penghuni hutan.

Rinslet berjanji untuk meminjam delapan anjing berburu terlatih. Meskipun Kamito tidak tau apakah anjing pemburu mampu melacak Restia yang adalah seorang roh, tapi mereka seharusnya berguna ketika mengunjungi hutan yang berbahaya.

Ngomong-ngomong—

(...«Queen of Ice Blossom» huh.)

Berjalan di jalan ke kamarnya, Kamito bergumam pada dirinya sendiri.

Ini benar-benar berita yang cukup menguatirkan.

Menurut kepala maid, utusan yang dikirim ke hutan telah bertemu seorang princess maiden Elfim yang telah diselidiki. Gadis itu tampaknya telah disalahpahami utusan itu yang ada disana sebagai princess maiden manusia— sang «Queen of Ice Blossom».

Pada akhirnya, utusan tersebut tampaknya berakhir sebagai sasaran panah dan melarikan diri demi nyawanya.

(...Tidak mungkin Restia—kan?)

Memang, penampilan Restia tidak ada bedanya dengan seorang gadis manusia.

Sayap hitam legam tersebut juga bisa menghilang sesuai keinginannya.

—pada saat ini, Kamito mencapai pintu sebuah kamar. Disana ada lambang serigala di pintu tersebut.

"Disini, kan...?"

Setelah mendorong pintu terbuka...

"..."

...Waktu berhenti.

Milla Bassett telah ada ditempat tidur, memeluk bantal Kamito.

"Uh... Milla, apa yang kamu lakukan?"

"Menyiapkan tempat tidur."

"Tidak, tapi..."

"Menyiapkan tempat tidur."

"...A-Aku mengerti."

"Ya..."

Milla mengangguk tanpa ekspresi kemudian dengan santai memasang seprai.

"Apa kamu sudah terbiasa untuk hidup disini?"

"Mireille-sama memperlakukan yang lain sangat baik. Natalia-sama juga mengajari aku bekerja."

"...itu adalah kepala maid barusan, kan? Dia tampaknya sangat mengagumkan pada pekerjaannya."

"Tentu saja. Natalia-sama termasuk pada «Wolf Ritters» dari Laurenfrost."

"...Huh?"

Kamito terkejut.

"...apa maksudmu?"

"Persis seperti apa yang dikatakan kata-kata itu. Kepala maid tersebut adalah kapten dari ksatria di kastil ini."

"...kamu pasti bercanda, kan?"

"Sangat serius."

Milla menjawab dengan sebuah ekspresi serius.

"K-Kenapa seorang ksatria roh melayani sebagai seorang maid?"

"Para ksatria harus memimpin untuk melayani sebagai panutan bagi masyarakat. Ini adalah salah satu tradisi keluarga Laurenfrost."

"Yah, kurasa. Rinslet bahkan lebih pro daripada seorang maid sebenarnya."

Haruskah seseorang mengatakan, seperti tuan, seperti ksatria?

"Aku juga akan menjadi seorang maid yang hebat, kemudian mendidik Mireille-sama menjadi seorang bangsawan yang mulia."

Setelah menyiapakan tempat tidur, Milla menatap wajah Kamito dan berkata:

"Bukan sebuah alat untuk militer—itu adalah jalan hidupku yang baru yang kamu ajarkan padaku."

Dis tersipu di pipinya sambil mengepalkan tinjunya erat-erat.

"...Ahhhh."

...Dia berubah, pikir Kamito.

Dulunya pemilik dari «Demon Sealing Eye», dia digunakan sebagai sebuah alat perang di masa lalu. Tapi saat ini, dia telah menemukan sesuatu yang dia ingin lakukan dengan kemauannya sendiri.

...Itu adalah sebuah hal yang cukup luar biasa.

"Tapi aku pikir itu sedikit menantang untuk menantang untuk mendidik Mireille menjadi seorang bangsawan yang dewasa."

Mendengar itu, Milla dengan tenang menggeleng.

"Mireille-sama pasti akan menjadi seorang bangsawan yang hebat, karena dia adalah seorang yang sangat serius di hati."

"...oh oke, itu benar juga."

Kamito tersenyum masam dan memutar pandangannya pada luar ruangan.

Kamito telah menyadari kehadiran mereka sebelumnya.

"...U-Uhuk."

"...Mireille?"

Milla berseru terkejut.

"A-Aku hanya kebetulan lewat, jadi aku tidak mendengarkan apapun."

Mireille panik, pemandangan yang langka, melihat arah lain dengan malu.

"Kamar mandi sudah siap, Onii-sama."

"Oke, terimakasih."

"Kamito—"

Saat Kamito hendak meninggalkan ruangan, Milla berbicara pada punggungnya.

"Ayo—Kamito..."

"...Huh?"

"Aku akan membasuh punggungmu. Karena itu adalah pekerjaan maid."

Memerah hingga telinganya, Milla bergumam tanpa ekspresi.

"T-Tidak terimakasih!"

Kamito menggeleng dan dengan panik meninggalkan kamar itu.

Bagian 5[edit]

...Splash. Suara air terdengar dimalam yang tenang.

Rambut panjang pirang platinum melekat pada kulit.

Memeluk tubuhnya yang gemetar, Rinslet mendesah.

Sebelum menuju tempat tertentu berikutnya, dia membersihkan tubuhnya sebagai sebuah tindakan pencegahan.

Kamar mandi di rumah Laurenfrost bukanlah sebuah air panas alami tapi dipanaskan menggunakan kristal roh api. Empat tahun lalu, tempat ini sepenuhnya membeku sepanjang tahun karena pemberontakan «Ratu Bencana», tapi sekarang, tidak ada masalah dengan menggunakan itu.

"...Mmm... Ah...♪"

Mendapati itu sulit mengendalikan tubuhnya yang terasa seperti terbakar, Rinslet membuat suara jengkel.

"A-Aku sepertinya sedikit aneh...!"

Menggosok pahanya, dia menghembuskan nafas panas.

Dia merasakan gejala itu sejak berciuman dengan Kamito di gunung salju, dilakukan dengan kontak kulit yang intim.

Rasa sakit manis yang dia alami dari saat itu terus tertinggal di tubuhnya tanpa berhenti.

Dan sekarang, selama ritual pemurnian, itu berubah menjadi aliran deras yan mengamuk dan bergegas keluar sekaligus.

(...I-Itu hampir seperti Kamito-san berada didalam sini...!)

Seperti tersengat listrik.

Setiap kali dia menyentuh area sensitif di kulitnya, dia merasa perasaan mati rasa di otaknya.

(...Ooh... A-Apa yang harus aku lakukan?)

Rinslet memutar tubuhnya, menyiramkan air mandi ke kepalanya berulang-ulang.

...Tapi tubuhnya yang memanas masih tidak mendingin.

(...D-Dalam kondisi seperti ini, bagaimana bisa aku menghadapi gadis itu...)

—tepat saat ini.

Suara datang dari luar kamar mandi.

"...!?"

Bagian 6[edit]

"...wow!"

Datang ke kamar mandi bersama Mireille, Kamito tidak bisa tidak berseru.

Didepan matanya sebuah kamar mandi udara terbuka yang besar dibangun dari marmer. Air panas mengalir tanpa henti dari patung serigala yang dipahat di sebuah pilar. Uap mengepul di udara si seluruh kamar mandi.

Meskipun itu bukan mata air panas alami, ini adalah kamar mandi besar menyaingi tempat pemurnian Akademi.

"Apa kamu benar-benar yakin aku bisa menggunakan tempat ini untuk aku sendiri?"

"Ya, tak seorangpun menggunakannya selama ini. Jangan ragu untuk berenang di kamar mandi."

"...tidak, aku sudah melewati usia untuk berenang di kamar mandi."

"Oh my, tapi bahkan sekarang, Onee-sama masih berlatih berenang di kamar mandi."

"Ngomong-ngomong, Rinslet tidak bisa berenang..."

Kamito ingat mengajari dia untuk berenang di «Ragna Ys».

...Itu mungkin satu-satunya kelemahan wanita sempurna yang dibesarkan dengan baik ini yang mampu melakukan segalanya.

"Kalau begitu silahkan menikmati kamar mandi Laurenfrost secara menyeluruh, Onii-sama."

Tersenyum nakal, Mireille kembali ke koridor.

"Oh, terimakasih untuk menunjukan jalannya padaku."

Kamito dengan cepat melepas pakaian, pergi ke area pemurnian untuk membersihkan tubuhnya, kemudian merendamkan dirinya di bak mandi.

Suhu air tersebut tidak terlalu tinggi dam dikendalikan dengan benar. Kulitnya yang dingin segera menghangat.

(...Phew.)

Berendam di bak mandi, Kamito mengeluarkan nafas lega.

Menatap langit malam dimana angin dingin menderu, dia mulai mengenang tentang dia.

(...Serius, akankah kita bertemu lagi? Restia—)

«Elemental Lord Air» Iseria Seaward telah membawa secercah harapan samar.

Tapi tak peduli seberapa samar, dia tidak memiliki pilihan selain bertaruh pada itu sekarang.

Pengamatan Iseria mungkin memiliki kesalahan sederhana, selain itu, Restia seharusnya tidak memiliki hubungan dengan wilayah Laurenfrost. Bahkan jika Restia masih hidup, apa alasannya bagi dia untuk muncul di hutan semacam ini di perbatasan—

(...Tapi jika itu yang terjadi—)

Kamito bergumam dalam hatinya.

(—itu tidak akan menjelaskan kenapa ksatria Kerajaan Suci menyusup hutan ini.)

«Sacred Spirit Knight» telah menyerbu hutan ini di perbatasan bahkan bersedia menanggung resiko melanggar garis batas Kekaisaran. Pastinya ada suatu tujuan disana.

Kehadiran mereka bertindak sebagai bukti kontrafakta bahwa Restia mungkin ada disana.

(Luminaris Saint Leisched— pengguna «Pedang Suci» huh.)

Kamito menutup matanya dan mengingat lawan dari tiga tahun itu.

Seorang ksatria dengan rambut pirang brilian dan mencolok dan mata biru es yang jernih.

Dia telah memperlihatkan kekuatan yang luar biasa di turnamen tiga tahun yang lalu.

Sekarang ini, dia pasti bahkan lebih kuat. Di tingkat yang sama dengan Leonora Lancaster dari Dracunia, mungkin diatasnya.

—gurgle.

Tiba-tiba, dia mendengar suara air.

(...Hmm?)

Kamito mengerutkan kening dan berbalik ke arah sumbernya.

Dia bisa melihat permukaan air bergelembung dibalik pilar tebal dari batu.

"...apa?"

Mendapati itu aneh, Kamito mendekat. Di daerah dekat pilar tersebut berada dibawah bayangan sehingga dia tidak bisa melihat dengan jelas.

Gelembung di permukaan air tersebut meningkat.

Merasa bingung, Kamito mengulurkan tangan kearah air yang bergelembung.

...Biong. Tiba-tiba, jari-jarinya menyentuh sesuatu yang lembut.

"...?"

Boing.

Boing. Boing. Boing.

(...Tunggu sebentar, perasaan ini, tidak mungkin...!)

Tepat saat Kamito menyadari dalam keterkejutan...

Splash, sesuatu muncul dari bawah air.

"H-Hentikan... Hentikan itu sekarang!"

"...!?"

Sebuah badai salju langsung menyapu kamar mandi.

Bagian 7[edit]

...Setelah badai salju tersebut berhenti.

"...~cih, b-begitu baik penempatan, Kamito-san benar-benar mesum!"

Tenggelam dalam air, Rinslet cemberut dan memprotes Kamito.

"M-Maaf, aku tidak melakukan itu dengan sengaja... Katakanlah, kenapa kamu ada disini?"

"I-Itu adalah kata-kataku untuk kamu!"

Rimslet menatap curiga pada dia. Dia sepertinya membersihkan dirinya sebelumnya namun panik dan bersembunyi di kamar mandi setelah mendengar suara Kamito secara tiba-tiba diluar.

"Fasilitas pemurnian ini adalah milikku secara eksklusif!"

"Sebuah fasilitas pemurnian eksklusife? Jadi seluruh kamer mandi ini untuk penggunaanmu secara pribadi?"

"Ini sangay umum bagi princess maiden dari kebangsawanan tinggi. Sebelum jatuhnya keluarga mereka, fasilitas pemurnian di rumah Claire bahkan lebih mengagumkan daripada ini."

"...aku mengerti. Tapi Mireille mengatakan padaku ini adalah sebuah kamar mandi umum..."

Ketika itu Kamito menyadari.

...Ngomomh-ngomong, dia terrsenyum nakal sebelum pergi.

"...~cih, serius, itu adalah kenakalan anak itu lagi."

"Sepenuhnya jatuh kedalam perangkapnya."

Kamito mengangkat bahu dan medesah.

"...uh, maaf. Aku akan keluar duluan."

Tepat saat Kamito bersiap untuk meninggalkan kamar mandi...

"—T-Tunggu dulu."

"...Huh?"

Dia dengan tegas meraih handuk yang melilit di pinggangnya.

"...Rinslet?"

"Sebentar lagi, aku harap kamu bisa menemani aku ke tempat tertentu—"

Bagian 8[edit]

«Kuil Elemental Air», kuil terbesar di wilayah Laurenfrost, terletak di sebuah hutan jauh dari Kastil Winter Gulf.

Tidak seperti kuil biasanya yang dibangun dari batu, dinding terluar «Kuil Elemental Air» ini terpahat dari sihir es kuno.

Tipe sihir es ini tidak mencair dan jauh lebih keras daripada batu biasa.

Namun, tidak ada ritual yang diselenggarakan di kuil ini sejak insiden ketika Judia Laurenfrost terpenjara dalam es.

Kamito telah mendengar bahwa penghalang ketat ditempatkan disana, melarang siapapun kecuali keluarga Laurenfrost untuk masuk.

"...terakhir kali aku mengunjungi adalah ketika aku yakin kita bisa masuk «Blade Dance»."

Rinslet menyentuh pintu kuil untuk melepas penghalang.

"Disini adalah dimana aku bersumpah untuk menyelamatkan dia. Oke, kamu bisa masuk sekarang."

Penghalang tidak aktif ketika Kamito melangkah masuk.

Rinslet menggunakan sihir pencahayaan untuk penerangan dan berjalan ke kedalaman kuil.

Sangat tenang didalam.

Udara dingin, mengerikan hingga ke tulang, membuat Kamito gemetar tanpa henti.

"Dia telah terkunci di tempat semacam ini sendirian selama ini...?"

"Ya, ini adalah tahun keempat sekarang."

Rinslet memegang sebuah kristal roh kecil di tangannya.

Kristal transparan menunjukan sosok dari seorang gadis muda yang cantik dalam sebuah gaun.

Mata emerald dan rambut pirang platinum mempesona. Judia Laurenfrost sangat mirip kakaknya.

Didalam interior gelap dari kuil, Kamito dan Rinslet terus maju.

Semakin dalam mereka pergi, rasa dingin semakin kuat.

Setelah berjalan agak jauh—Rinslet akhirnya berhenti.

"...Judia, ijinkan aku memperkenalkan Kamito-san padamu."

Dia mengarahkan sihir pencahayaan pada kegelapan.

Namun—

"...Huh?"

Rinslet melebarkan matanya, berseru terkejut.

"...Apa, apa ini?"

Bahkan Kamito tidak bisa tidak terkesiap.

Di tempat dimana adik Rinslet seharusnya di segel—

Tidak ada yang tersisa kecuali pecahan es diseluruh lantai.

Bagian 9[edit]

Restia dibawa ke sebuah kuil tertentu yang dibangun dari batu agak jauh dari pemukiman.

Sekelompok besar princess maiden sudah berkumpul di depan kuil tersebut dan dalam proses berdoa.

"Apa candi ini kuil kalian?"

"Ya. Tempat ini adalah situs bersejarah yang ada sebelum Kekaisaran manusia didirikan."

Rana berlutut didepan kuil dan mulai berdoa seperti para princess maiden lainnya.

(...«Queen of Ice Blossoms» ada didalam kuil ini?)

Menatap kedalam kuil tersebut, Restia mulai merasa gugup.

Gadis dengan kekuatan misterius, mampu mengendalikan para naga es dengan bebas. Juga, untuk alasan tak diketahui dia telah menggunakan para penghuni hutan untuk membawa Restia kesini.

(Sebuah eksistensi seperti manusia namun tak seperti manusia disaat yang sama...)

Princess maiden elfhim semua terfokus pada pelantunan doa mereka.

(...Apa yang akan terjadi setelah dia bangun?)

...Ada sebuah firasat tak bisa dijelaskan.

Jika situasinya memungkinkan, dia ingin melarikan diri secepatnya, namun kemungkinan besar itu mustahil. Kesulitan melarikan diri dari elfhim yang berbakat pada sihir tidak akan ada keberhasialan sama sekali.

"Permisi..."

"—diam. «Queen of Ice Blossoms» muncul."

Mata merah Rana menatap lurus pada kegelapan gelap gulita yang menempati bagian dalam kuil tersebut.

Tiba-tiba, suara dentingan samar-samar dari sebuah lonceng datang dari bagian dalam kuil.

Muncul dari kegelapan adalah seorang gadis muda dalam pakaian ritual.

"...!"

Restia hanya bisa terkesiap.

Gadis itu kira-kira berusia dua belas atau tiga belas tahun dengan penampilan mulia dan sangat cantik.

Matanya jernih dan berwarna emerald. Sebuah kepala dari rambut pirang platinum yang bersinar.

(Seorang gadis yang cantik...)

"Oh Ratu agung!" "«Queen of Ice Blossoms» telah terbangun..."

Para princess maiden memendongak dan menatap dengan ekspresi terpesona pada gadis itu.

Kaki rampingnya bergerak perlahan saat dia berjalan menuruni tangga batu dari kuil. Namun, mata emeraldnya hanya memantulkan kekosongan semata melihat pada para princess maiden.

"O Ratu agung, para ksatria manusia telah merusak hutan ini. Kumohon pinjamkan kami bantuan anda—"

Rana mendongak dan memohon.

Pada saat ini...

—diakui.

Suara anorganik gadis itu terdengar dari kedalaman hutan.

—karena itu, aku akan—memanggil penjaga agung kemari.

"Ohoh, kalau begitu—" "Zirnitra akan hidup kembali!" "Maka kita tidak perlu takut pada manusia lagi!" "O roh penjaga kami, hancurkan semua manusia!"

Sukacita tulus yang ditampilkan oleh para princess maiden membuat Restia bergidik.

Mungkin kebangkitan roh penjaga adalah keinginan para penghuni hutan yang telah lama dicari.

Tapi fanatisme ini terasa cukup aneh.

Pengabdian buta pada «Queen of Ice Blossoms» ini juga tampak aneh.

Bahkan mengingat kekuatan misterius dari mengendalikan para naga es, itu masih cukup sulit untuk menjelaskan kenapa mereka harus memuja gadis manusia ini yang mereka temui selama hanya beberapa hari.

Tatapan kosong «Queen of Ice Blossoms» dilemparkan kearah Pegunungan Kyria.

Seketika, tanah bergetar keras, menyebabkan Restia kehilangan keseimbangan dan jatuh.

"...apa?"

"Gempa bumi menandakan kebangkitan Zirnitra. Lihat, puncak disana—"

Rana berbicara dengan ekspresi linglung.

Mengikuti tatapannya, Restia langsung menatap dengan mata lebar.

Dekat puncak Pegunungan Kyria, sebuah jumlah mencengangkan dari para naga berputar-putar di udara.

Para naga es hampir memenuhi langit malam.

Dari mana jumlah besar dari naga es seperti itu bersembunyi—?

Saat Restia menatap terkejut, sebuah robekan raksasa tiba-tiba muncul dari udara tipis.

"...apa... itu...?"

"Sebuah gerbang ke «Cocytus», neraka beku di «Astral Zero». Itu adalah sihir penyegel roh es dominasi «Zirnitra» dan para kaki tangannya naga-naga es. Segel itu sekarang telah dilepas—"

Robekan di udara secara bertahap meluas. Dari robekan itu, sebuah cakar raksasa keluar.

"Jadi itu adalah roh penjaga hutan, Zirnitra..."

Masih berlutut di tanah, Restia tak bisa berkata apa-apa.

Untuk sebuah cakar saja sebesar itu, seberapa besar keseluruhan tubuhnya—

—Dan bukan hanya itu.

"...Eh?"

Mendengar sebuah suara samar, Restia memutar kepalanya.

«Queen of Ice Blossoms» telah melempar tatapan kosongnya pada para princess maiden.

—itu meminta lebih banyak divine power.

Za, zaza, za, zazaza, za—

Mulut gadis itu membuat suara aneh.

Tiba-tiba, tanah dibawah kaki secara perlahan membeku, dikelilingi oleh udara dingin di sekeliling kuil.

"...O Ratu agung? Apa yang anda lakukan—!?"

Menyadari perubahan tiba-tiba, Rana bertanya.

Tapi setengah bagian bawahnya lmgsung ditutupi oleh es hitam terkutuk.

"Kyahhhh!" "O Ratu agung... Tolong hentikan, Ratu agung...!"

Para princess maiden tidak bisa melarikan diri bahkan jika mencoba.

Satu demi satu, kaki mereka terjerat oleh es hitam terkutuk, mengubah mereka menjadi patung es.

Kemudian es sihir tersebut mendekati Restia—

"...Tidaaaaaak...!"

—tepat saat dia hendak di lahap oleh es terkutuk, sesaat sebelum itu terjadi...

"Ketemu kau, roh kegelapan!"

Sebuah skuadron ksatria menyerbu ke hutan.


Bab 7 - Es Dominasi Zirnitra[edit]

Bagian 1[edit]

"...kena...pa..."

Dihadapkan dengan menghilangnya Judia Laurenfrost secara tak terduga—

Rinslet tampak benar-benar hilang seolah-olah jiwanya telah pergi.

"Kemana... Kemana dia pergi...?"

Didepan es terkutuk yang hancur, dia jatuh berlutut dalam syok.

"..."

Tatapan Kamito jatuh pada fragmen es terkutuk yang hancur di selruh lantai.

Pecahan tersebut tersebar dalam bentuk radial, menyiratkan bahwa es terkutuk itu tidak dicairkan dari luar namun sebaliknya dihancurkan dari dalam.

(Judia Laurenfrost menghancurkan sendiri sihir es itu? Itu benar-benar konyol—)

Kutukan es yang semua elementalist di negara tidak mampu untuk mencairkan tidak akan mungkin dihancurkan oleh kekuatan manusia.

Kemungkinan yang tersisa adalah «Elemental Lord Air» melepas kutukan es tersebut, tapi Iseria Seaward sendiri menolak gagasan tersebut.

Dia telah mengatakan bahwa dirinya sendiri tidak bisa mencairkan kutukan es tersebut sampai dia memulihkan kembali kekuatan penuhnya.

Selain itu, seandainya Judia telah terlepas dari kutukan es, maka kenapa dia tidak kembali ke keluarganya di Kastil Winter Gulf?

(...Apa yang sebenarnya terjadi disini?)

Saat Kamito terjebak dalam pemikiran mendalam—

Crash— kuil tersebut tiba-tiba berguncang.

"...sebuah gempa bumi?"

Gemuruh dalam terdengar dari bumi, gumpalan-gumpalan es jatuh jatuh dari langit-langit.

Kamito dengan panik melindungi Rinslet yang berjongkok.

"Terus disini lebih lama akan berbahaya, ayo kita keluar terlebih dulu."

"...ya... Benar."

Rinslet mengangguk, masih setengah linglung.

Setelah bergegas keluar dari kuil itu—

Mereka bertemu dengan sebuah pemandangan yang tak bisa dipercaya.

"...apa... itu!?"

Puluhan, tidak, ratusan—

Dekat puncak Pegunungan Kyria, naga es tak terhitung jumlahnya tengah berputar-putar di udara.

"Begitu banyak naga es, darimana sebenarnya mereka datang..."

Gemuruh, gemuruh gemuruh gemuruh gemuruh gemuruh—

Tanah berguncang keras.

"Pegunungan Kyria berguncang...!"

Pegunungan raksasa yang panjang. Salju yang menumpuk di permukaan gunung-gunung meluncur, menyebabkan longsor.

Dengan kilatan petir, robekan raksasa muncul di udara diatas Pegunungan Kyria.

"...hal itu, apa itu benar-benar sebuah gerbang ke «Astral Zero»!?"

"Mustahil, bagaimana bisa «Gerbang» besar semacam itu terbuka di alam manusia!?"

"Sesuatu keluar...!"

Robekan di udara meluas. Badai salju ganas mulai bertiup.

Muncul dari robekan tersebut naga es yang tak terhitung jumlahnya berputar-putar di udara serta—

Sebuah cakar besar, itu memperbesar robekan lebih jauh lagi.

"...!"

Membeku di udara, Kamito tak mampu mengucapkan sepatah katapun.

Itu adalah sebuah patung yang sangat besar terbentuk dari es biru.

Menyebarkan sayapnya di kegelapan, sang kaisar naga es.

Ada perasaan tragis dari keindahan tentang penampilannya.

"Roh es dominasi «Zirnitra»..."

Rinslet menahan nafasnya.

Ohhhhhhhhhhhhh—!

«Zirnitra» mengepakan sayapnya, menggetarkan atmosfer.

"...mungkinkah itu berarti Elfim di hutan melepaskan segel tersebut!?"

"Kenapa mereka melakukan hal semacam itu...!?"

"...tidak tahu."

Sambil bergumam, Kamito teringat sebuah kondisi tertentu.

(...Queen of Ice Blossom, princess maiden muncul dihutan huh?)

Apa kemunculan dari roh penjaga memiliki hubungan dengan itu?

Pada saat ini, segel roh di tangan kanannya menimbulkan sedikit rasa sakit.

'—Kamito, itu sepertinya mirip dengan aku.'

Dia mendengar suara Est di kepalanya.

"...sebuah «Roh Senjata» super kuno, kan?"

'Ya, Kamito—'

Roh Senjata—sebuah istilah umum yang digunakan untuk roh-roh yang dikerahkan dalam pertempuran selama «Perang Roh» yang terjadi beberapa ribu tahun yang lalu.

Selama Blade Dance, Kamito telah melawan «Valaraukar» milik Muir Alenstarl yang juga sebuah roh senjata. Tapi tekanan yang dia bisa rasakan dari roh es dominasi tersebut jauh melampaui roh api iblis itu.

Dari puncak tertinggi, roh es dominasi mengepakan sayapnya dengan keras, terbang ke udara.

Bercampur dengan hujan es, angin menyapu kearah hutan, menyebabkan banyak pecahan es menyayat tanah.

"...cih, dia menuju pusat hutan—"

Ada ketidaksabaran dalam suara Kamito. Hutan itu mungkin lokasi Restia.

"...Rinslet, kembalilah ke kastil terlebih dulu."

Mengatakan itu, dia meraih gagang «Demon Slayer».

Melihat itu, Rinslet tampaknya menyadari niat Kamito.

"...pergi sendirian akan saangat berbahaya."

"Aku tidak pergi untuk melawan roh itu. Aku hanya akan mencari Restia dan kembali."

"Apa yang kamu katakan? Ini sudah begitu gelap sekarang, bagaimana kamu pergi untuk mencari roh kegelapan itu—"

"Ketika aku mendekat, itu akan jelas."

Kamito menggeleng dan mengarahkan tatapannya pada segel roh di tangan kanannya.

"Selama dia masih hidup, pasti akan ada sebuah rekasi—"

Kamito menuangkan divine powernya kedalam «Demon Slayer».

Seketika, bilah tersebut memancarkan cahaya menyilaukan, menerangi sekeliling.

—tepat pada saat ini.

Banyak bayangan kegelapan mendatangi mereka.

"...!"

Sekelompok naga es, memperlihatkan taring dan cakar mereka. Berteriak meelngking, mereka menghembuskan udara dingin.

Kamito dengan cepat menarik pedangnya untuk memblokir udara dingin tersebut. Namun, dia tidak bisa membelokkan udara dingin yang dilepaskan dalam area luas. Oleh karenaa itu kakinya membeku di tanah. Saat cakar tajam menyerang dari samping Kamito, Kamito langsung menarik kembali pedang itu untuk membelokkan cakar tersebut. Kemudian menusukkan pedang ke tanah dan melepaskan divine power, dia langsung memecahkan es di tanah.

"Taring es pembeku, maju dan tembuslah -- «Freezing Arrow»!"

Begitu dia berbicara, mengarahkan panah secara langsung menembus kepala naga es dengan waktu yang sempurna.

"Kamito-san, aku akan melindungimu!"

"Terimakasih—"

Memutar «Demon Slayer» pada pegangan terbalik, Kamito langsung menebas dua naga es yang mendarat di belakangnya. Pada saat ini, gelombang proyektil selanjutnya dari Rinslet menghujani, merubah tubuh raksasa naga es menjadi patung es.

Meskipun dia telah mengalami pertempuran sulit di penunungan salju terakhir kali, hanya naga es tidak akan cocok untuk melawan Kamito. Mendarat satu demi satu, naga es jatuh pada serangan kombinasi Kamito dan Rinslet.

—bisa dikatakan, jumlah musuh cukup merepaotkan.

(Kita hanya akan memaksa menerobos.)

"Tarian, badai es pemanggil kehancuran—«Diamond Dust»!"

Tiba-tiba, sebuah suara terhormat terdengar di hutan.

Cahaya menyilaukan muncul di udara didepan mata mereka, saat Kamito berpikir itu akan meledak, badai salju kuat mulai bertiup dengan lokasi Kamito dan Rinslet sebagai mata badai.

"...!?"

Sebanyak puluhan naga es terjebak didalam es dalam sekejap mata, menjadi patung es tak bergerak. Ini adalah sihir roh tingkat tinggi serta kombinasi sihir yang membutuhkan beberapa casters kaliber top.

"Rinslet?"

"Tidak, itu bukan aku."

Saat Kamito berbalik untuk melihat dia, Rinslet menggeleng.

"Sihir roh ini harusnya—"

"—putri!"

Didampingi oleh suara nyaring dari kuku kuda, sebuah teriakan datang dari kegelapan.

Muncul beberapa ksatria menunggangi kuda abu-abu.

Pemimpin ksatria tersebut mengangkat obor, menerangi wajahnya.

"Kamu..."

Kamito membuka lebar matanya.

Seorang gadis mengenakan armor ringan perak-putih. Pada pemeriksaan lebih dekat, itu adalah kepala maid yang menyajikan makanan untuk makan malam di Kastil Winter Gulf.

(...Jadi dia benar-benar seorang ksatria roh.)

Para ksatria dengan cepat turun dan berlutut didepan Rinslet.

"Putri, apa anda terluka?"

"Natalia, kenapa kamu disini?"

"Mireille-sama mengatakan anda telah datang kesini, Putri... Cedera?"

"Aku baik-baik saja."

"Putri, harap kembali ke Kastil Winter Gulf segera. Kastil berada dibawah serangan naga es."

"...apa katamu!?"

Terkejut, Rinslet melihat kearah kastil.

Segerombolan bayangan berkumpul pada dinding kastil yang diterangi oleh banyak obor.

"Kenapa ini...?"

"Berkat penghalang isolasi, mereka masih bisa berhasil bertahan, tapi Mireille-sama tidak mampu memerintah «Wolf Ritters»—"

"...Hmm, kalau begitu aku harus segera kembali."

Rinslet mengangguk dan melihat Kamito.

"Uh, Kamito-san—"

"Aku..."

Apakah dia harus menuju hutan untuk mencari Restia atau kembali dengan Rinslet untuk mempertahankan Kastil Winter Gulf—

Saat Kamito ragu-ragu diantara dua pilihan—

"Kamito-sama, saya punya sebuah permintaan untuk anda."

Natalia angkat bicara.

"...sebuah permintaan?"

Kamito mengulangi kata-kata itu. Natalia mengangguk dan berkata:

"Ya, para elit dari «Wolf Ritters» telah kaluar untuk menyerang «Zernitra». Itu adalah harapan saya bahwa anda bisa bertemu dengan mereka, Kamito-sama, dan bergabung dengan kelompok penyerang."

"Kamu tidak berpikir melawan hal itu, kan?"

"Zirnitra adalah penyebab pemanggilan naga es. Kecuali kita memasukannya kembali ke Astral Zero, kastil akan benar-benar jatuh. Tanah Laurenfrost pasti akan rusak juga."

Natalia berbicara dengan sebuah ekspresi ketetapan hati.

"Namun, pasukan kami saat ini tidak cukup untuk mengalahkan sebuah roh setingkat itu. Juga, kami tidak memiliki pilihan lain. Selain membagi jumlah kami demi mempertahankan kastil... Kami memiliki pemikiran yang sangat bagus dari kekuatan anda, Kamito-sama, bagi anda yang telah berjuang bersama putri kami di «Blade Dance». Tolong pinjamkan kami bantuan anda."

"Kamito-san, aku mohon padamu juga."

Rimslet menghadap Kamito.

"Kamu adalah satu-satunya yang bisa melawan roh itu, Kamito-san."

"...aku mengerti."

Kamito mengangguk sedikit.

"Aku tidak bagus pada bergabung dengan yang lain, tapi aku akan mencoba yang terbaik. Rinslet, kamu bisa fokus pada melindungi Kastil."

"Sangat bagus, serahkan itu padaku."

Kamito memutar pandangannya pada roh es dominasi yang terbang menuju pusat hutan.

(...Jika itu dikalahkan, Restia seharusnya akan aman sampai batas tertentu.)

Crack— es yang menyegel naga es tersebut mulai menunjukkan celah.

Ketahanan sihir dari naga bukanlah apa-apa. Mereka mungkin akan keluar dari es segera.

"Cepat. Cepat sebelum naga es bangkit."

"Kamito-san, aku mengandalkan kamu."

Rinslet dengan gagah menaiki salah satu kuda abu-abu dari para ksatria.

"—semoga kamu menang."

"Ya, jangan khawatir."

Kamito mengangguk dan berlari kearah hutan dengan «Demon Slayer» di tangan.

Bagian 2[edit]

"—ketemu kau, roh kegelapan!"

Suara Luminaris bergema melalui hutan.

Tatapannya diarahkan lurus pada gadis yang berdiri di depan kuil.

Meskipun ada perubahan dalam pakaian, gadis di depan matanya tidak diragukan lagi roh kegelapan.

Di sekelilingnya, princess maiden Elfim bisa dilihat terjebak dalam balok es hitam.

(...Sebuah pertarungan internal? Atau apakah roh kegelapan yang melakukannya?)

Sambil menarik pedang sucinya dan memulai serangan, Luminaris dilanda keraguan mengenai situasi yang tak bisa dimengerti tersebut.

(Tidak, sekarang bukan saatnya untuk peduli tentang hal-hal seperti itu—)

Mangsa yang telah dia kejar akhirnya di depan matanya.

(—Dengan ini, aku dapat menebus kehormatan bawahanku.)

Menendang tanah untuk mengambil lompatan, dia menutup jarak pada roh kegelapan sekaligus. Dalam saat itu juga...

(...!?)

Rasa dingin di punggungnya memaksanya untuk berhenti.

Koreksi— Dia dihentikan.

Sumber kehadiran itu—Seorang gadis berdiri di depan kuil.

Rambut pirang platinumnya diterangi oleh api unggun.

Mata emerald kosong menatap Luminaris seakan mengamati dirinya.

"...Apa urusan yang kau miliki?"

Terkejut oleh suasana aneh yang dipancarkan oleh gadis itu, Luminaris memasang sikap dengan pedangnya.

(...Seorang princess maiden manusia?)

Ras Elfim adalah kebanggaan dan xenophobia. Sulit dibayangkan mereka menerima seorang gadis manusia sebagai princess maiden.

Za, zaza, zazazaza, za, zazaza—

Suara-suara aneh keluar dari mulut gadis itu.

"...!?"

Secara naluriah, Luminaris melompat mundur.

Es hitam terkutuk langsung menyebar, membekukan tanah sekitarnya.

(...Sehir roh? Tidak, ini adalah—)

Gagal untuk menghindar, kaki kirinya membeku, melumpuhkan posisinya.

"...!?"

Seketika, seluruh tubuhnya disambar oleh rasa yang kuat dari kelelahan.

(...Tidak mungkin, itu menyerap... divine powerku...!)

Luminaris hanya bisa gemetar. Es terkutuk ini tampaknya memiliki kemampuan untuk mencuri divine power.

Kemudian itu berarti para princess maiden yang terperangkap dalam es juga mendapati divine power mereka dicuri?

Es hitam terkutuk menyerang Luminaris yang kakinya tertangkap—

"—Luminaris-sama!"

Pada saat-saat terakhir, salah satu ksatria bawahannya diblokir di depannya.

Menikamnya pedang elemental waffenya ke dalam tanah, dia menggunakan seluruh tubuhnya untuk memblokir es terkutuk.

"...Aisha?"

"...Tolong cepat dan larilah...!"

Seiring dengan elemental waffenya, ksatria itu langsung terpenjara dalam es terkutuk.

"...Sialan!"

Menggunakan pedang suci untuk menghancurkan es terkutuk, Luminaris membuat sebuah tusukan pada gadis itu.

"Ohhhhhhhhhhhh!"

Swish—!

Menyiapkan pedangnya sambil dalam proses beelari, Luminaris mengayunkan «Murgleis» menyamping tanpa keraguan sedikitpun.

Tapi tidak ada perasaan dari menyerang sesuatu. Gadis itu lenyap dari pandangan seperti fatamorgana.

"...!"

"Luminaris-sama, roh kegelapan!"

Dia mendengar bawahannya memanggil dari belakang.

Dengan cepat memutar tatapannya, dia menemukan roh kegelapan berlari menuju kedalaman hutan.

"Jangan biarkan dia lolos, kejar dia!"

Tapi sebelum perintahnya bisa menjangkau mereka—

"Uwaaaaah!" "A-Apa ini?" "Kyahhhh!"

Tiba-tiba, badai salju yang kuat bertiup di hutan.

Pandangan langsung terblokir. Dia bisa mendengar bawahannya berteriak di sisi lain dari badai salju.

Sekelompok naga es terbang di atas hutan.

Terbang dengan bebas dalam badai salju, mereka menyerang.

"Luminaris-sama... Uwahhhhhh!"

"...Berkumpul kembali! Jangan kehilangan pandangan roh kegelapan!"

Sambil menebas naga es yang menyerang, Luminaris berteriak.

Tapi suaranya tenggelam oleh gemuruh angin badai salju.

"Sialan, aku tidak percaya ini akan terjadi, pada titik ini..."

Suara Luminaris gemetar.

(...Aku tidak akan membiarkan kau melarikan diri!)

Luminaris mengangkat pedang sucinya yang terhunus ke atas kepala.

Rambut pirangnya yang indah berdiri di tengah-tengah angin kencang yang menderu.

"Penjaga kuno dari Kerajaan Suci— Engkau «Murgleis», Pedang suci yang membela negara!"

Dia mengucapkan kata-kata pelepasan.

Menuangkan divine power melampaui batas, ini adalah «Waffe Release» dengan maksud menyebabkan elemental waffe untuk keluar kendali. Memancarkan cahaya kuat, «Murgleis» langsung meledak.

Disertai dengan cahaya menyilaukan, api suci melelehkan kepingan es yang terbang dengan acak, langsung membersihkan bidang pandang—!

Kobaran api suci langsung membakar pohon-pohon sekitarnya. Berputar-putar di atas, naga es juga jatuh satu demi satu dengan meraung kesakitan.

"Huff, huff, huff..."

Pedang suci kehilangan cahayanya. Menusukkan itu ke dalam tanah, Luminaris mengamati sekeliling. Tidak ada tanda-tanda princess maiden itu. Luminaris memutuskan dia pasti menyelesaikan skor dengan gadis itu dengan asumsi dia masih di daerah tersebut.

Para bawahannya, «Sacred Spirit Knights», selamat dan sehat karena api suci «Murgleis» akan benar-benar tidak membakar siapapun yang dilindungi oleh roh dengan atribut suci.

Juga—

(—roh kegelapan?)

Api suci «Murgleis» seharusnya menyebabkan rasa sakit luar biasa untuk roh-roh kegelapan. Bahkan jika dia menghindari pembakaran dari api suci, efek sekunder dari cahaya suci harusnya cukup untuk menghentikan dia dari bergerak.

Tapi harapan Luminaris segera berlari.

"Luminaris-sama, lihat di sana—!"

Mendengar suara bawahannya, dia mengalihkan pandangannya untuk melihat sosok roh kegelapan berlari melalui hutan.

"...Apa?"

Luminaris hanya bisa berseru.

(—cahaya suci dari «Murgleis» tidak berpengaruh pada kaki tangan kegelapan?)

—Pada jarak semacam ini, itu seharusnya menyebabkan cedera kritis pada roh kegelapan.

Luminaris mencengkeram gagang pedang suci erat-erat.

"—kejar dia. Setiap orang yang masih bisa bergerak, ikuti aku. Sisanya harus fokus pada penyembuhan lukamu."

Mengatakan itu, dia mengejar roh kegelapan yang menghilang ke dalam hutan.

Roh kegelapan berlari melalui hutan dengan langkah-langkah tersandung.

Dibandingkan selama «Balde Dance», Dia tampak jauh lebih lemah dari sebelumnya.

(...Apakah dia benar-benar roh kegelapan?)

Setidaknya, roh kegelapan itu adalah roh tingkat tinggi mampu melawan Luminaris pada kondisi yang sama.

Dia mampu menggunakan sihir roh yang kuat dari atribut kegelapan. Selama «Blade Dance», dia dipasangkan dengan Nepenthes Lore untuk mengalahkan sejumlah tim.

(Tapi dia saat ini? Tidak berbeda dari mangsa yang lemah—)

—Tiba-tiba.

"...!?"

Merasakan kehadiran yang kuat, Luminaris berhenti.

Di tanah adalah sebuah bayangan raksasa dari sesuatu yang menutupi langit malam.

Mendongak—

Dia melihat seekor naga es super besar, terbentuk dari es biru, terbang di udara, melihat pada dunia di bawah.

"...sebuah roh... itu?"

Luminaris bergumam kaget. Para ksatria di bawah pimpinannya semua berdiri terpaku di tempat, tak bisa berkata-kata.

Seorang elementalist setingkat dia akan dapat menyimpulkan tingkat roh dengan kehadiran saja.

Itu tidak diragukan lagi sebuah roh peringkat tertinggi, kelas Archdemon.

Sebuah rakasa yang memerlukan penyebaran pasti dari kekuatan utama para ksatria dalam rangka untuk mengalahkan.

ROAR, ROOOOOOOOOOOOAAAAAAAAAAAR—!

Auman roh super besar itu menyebabkan pohon-pohon hutan untuk terguncang keras.

Seakan menanggapi suaranya, naga-naga es yang berputar-putar di dekatnya semua meraung, memanggil badai salju ganas.

"Apakah itu sesuatu seperti raja naga es?"

Saat dia bergumam pada dirinya sendiri, niat membunuh kuat muncul di belakang punggungnya.

"—Terkutuklah manusia!"

Sebuah panah terbang melewati lehernya dengan suara mengiris angin.

Kemudian segera, beberapa anak panah lebih ditembakkan dari pepeohonan.

"—O perlindungan «Perisai Suci»!"

Luminaris langsung melantunkan sihir roh untuk menyebarkan penghalang defensif dari cahaya.

"Tetap diluar jalanku, Elfim. Apa kalian ingin mencari kematian?"

Pemanah adalah seorang Elfim yang tinggal di hutan. Meskipun dia tidak ada konsekuensinya, memasuki pengejaran roh kegelapan adalah menjengkelkan.

"Manusia bodoh, «Zirnitra» akan menghancurkanmu!"

Menyiapkan busur dan panahnya, pemuda itu berteriak.

Seakan menanggapi suaranya, yang tentu saja, sebenarnya tidak mungkin—

Rasa naga es yang mendominasi langit meniup ke arah hutan di tanah.

Udara dingin yang kuat, mencakup area yang luas, langsung menelan pemukiman penghuni hutan.

"...D-Desanya!" "Zirnitra-sama!"

Jeritan Elfim terdengar satu demi satu.

«Zirnitra» mengepakkan sayapnya dan perlahan-lahan turun ke tanah.

Tanah bergetar sebagai hasilnya. Ekor es raksasa menyapu tanpa ampun melalui hutan, menebang pohon.

"Zirnitra-sama, harap tenangkan amarah anda!" "Hutan ini adalah domain Anda—" "Musuh Anda adalah manusia, bukan hutan!"

Jeritan tragis datang satu demi satu.

—Namun, permohonan mereka dengan mudah tenggelam oleh suara pohon-pohon yang hancur.

"...wajar saja."

Luminaris bergumam dengan agitasi.

"Bagaimana mungkin orang-orang seperti kalian bisa mengendalikan roh tingkat itu?"

Alasan mengapa sejumlah besar «Roh Militer Kelas Strategi» disegel dan dibatalkan karena bahkan kekuatan militer negara-negara besar tidak bisa menjamin 100% stabilitas dari pengendalian.

Tiba-tiba merasakan rasa disonansi, dia mengerutkan kening.

(...Orang-orang ini, apakah mereka benar-benar tahu tentang ini?)

Tidak, tidak mungkin.

Elfim adalah sebuah ras yang jauh lebih dekat dengan roh daripada manusia. Sulit untuk membayangkan mereka memanggil roh kelas Archdemon tanpa mempersiapkan metode pengendalian sebelumnya.

Maka itu berarti—

(—pengendalian pikiran yang kuat, huh.)

Merasakan kehadiran mengejutkan, Luminaris berbalik.

Princess maiden manusia yang telah hilang sebelumnya ada di sana.

Di belakang gadis itu anak laki-laki dan perempuan Elfim mengikutinya.

Semuanya menatap lemas pada Luminaris.

(...Semua Elfim mendiami pemukiman ini berada di bawah kendali pikiran?)

Namun, elementalist manusia tidak mungkin menggunakan pengendalian pikiran pada Elfim yang dari awal memiliki pertahanan sihir, dan pada banyak orang secara bersamaan.

"...Siapa kau? Apakah kau yang memanggil roh itu?"

Mengarahkan pedang suci padanya, Luminaris bertanya.

Dia bukan seorang princess maiden biasa.

Tapi dia tidak tampak seorang roh humanoid tingkat tinggi seperti roh kegelapan itu.

...Itu sesuatu yang bahkan lebih mengerikan.

Za, zazaza, za, zazazazaza, za—

Suara-suara aneh yang datang dari mulut princess maiden itu.

Seketika, anak-anak di belakangnya yang langsung terperangkap dalam es hitam terkutuk.

Rambut gadis itu memancarkan cahaya redup saat divine power dalam dirinya mengembang sekaligus.

"Luminaris-sama, ini adalah..."

Seorang ksatria bawahan tersentak.

"—Memang, seorang monster sebenarnya."

Ini adalah apa yang intuisi yang beritahukan pada Luminaris.

Hal di depan matanya adalah jauh lebih berbahaya daripada roh kelas Archdemon yang ada di udara di atas.

Gadis itu mengulurkan tangan pada ruang kosong dan membuat suara seolah-olah memanggil roh raksasa tersebut.

Za, zazaza, za, zazazazaza— La, lalala, la, dolulululu—

Tiba-tiba, tubuh gadis itu melayang ringan untuk mendekati roh itu.

Jari-jarinya menyentuh dada roh—

(Apa..!?)

Dengan itu, tubuh gadis itu tersedot, terkubur di dalam es biru.

"...tak bisa dipercaya, dia bergabung dengan roh itu?"

Menyaksikan sebuah pemandangan yang luar biasa, Luminaris hampir tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Bagian 3[edit]

"Penghalang sisi barat rusak, kirim pasukan kesana segera!" "Jangan takut, serang mereka!" "Para princess maiden perkuat penghalang, para pengguna sihir suci sembuhkan yang terluka!"

Dihadapkan dengan serangan sengit dari naga es yang tak terhitung jumlahnya, Kastil Winter Gulf mencoba yang terbaik untuk menjaga garis pertahanan.

Sebagai sebuah pusat benteng yang aman dan pertahanan perbatasan Ordesia, Kastil Winter Gulf tidak akan jatuh dengan mudah. Meski demikian, jika serangan-serangan sengit berlanjut pada tingkat ini, penghalang isolasi yang melindungi kastil akan mencapai batasnya cepat atau lambat.

"Tenanglah. Naga es adalah jenis naga dengan kemampuan terbang yang sangat baik. Senjata biasa tidak bisa menembus sisik naga tapi sayapnya tidak setangguh itu. Bidik pada sayapnya—"

Berpakaian sebagai seorang pembantu, Milla Bassett berpatroli di sekitar dinding kastil, mengarahkan prajurit biasa yang mengawaki ketapel. Meski kehilangan roh terkontrak dalam Mata Penyegel Iblisnya, dia terbiasa untuk menjadi seorang ksatria elit yang melayani di bawah «Rupture Division» dari Kerajaan Rossvale. Skill komando taktikalnya cukup luar biasa.

"...Milla, apa baik-baik saja?"

"Mireille-sama, jangan datang ke sini. Cepat dan kembali ke istana kastil—"

"...Ya, ya. Tapi aku khawatir tentang kamu, Milla..."

Mata emerald Mireille memendam kegelisahan.

Dia hanya tahu Milla dalam fase maidnya dan tidak tahu apa-apa tentang Milla Bassett yang lahir sebagai senjata militer dan milik ksatria yang melayani Kerajaan Rossvale.

Milla membelai lembut kepala Mireille.

"...Saya baik-baik saja. Terima kasih."

Biasanya tanpa ekspresi, dia tersenyum samar.

Pada saat ini, sorakan berasal dari plaza di kaki dinding kastil.

Milla menoleh ke belakang untuk melihat Rinslet di gerbang kastil. Natalia dari «Wolf Ritters» telah membawa Rinslet kembali.

"Onee-sama!"

Mireille tidak bisa menahan senyum.

"Ohoh, Putri!" "Sang putri telah kembali!" "Syukurlah dia aman dan sehat..."

"Semuanya, aku minta maaf untuk membuat kalian menunggu."

Setelah memasuki kastil dari lorong bawah tanah, Rinslet memberikan semangat kepada tentara yang terluka saat mendaki tangga menuju ke atas dinding kastil.

Natalia buru-buru mengikuti di belakangnya.

"Putri, dinding kastil sangat berbahaya. Anda setidaknya memerintah dari dalam—"

"Tidak, aku akan perintahkan dari sini. Mengambil kepemimpinan pada garis depan medan perang adalah bagian dari kewajibanku baik sebagai seorang bangsawan Ordesian dan seorang Elementalist. Lebih dari itu—"

Berdiri secara terbuka di dinding kastil, Rinslet mengangkat busur elemental waffenya.

Menembakkan banyak panah ke udara, dia menembak jatuh naga es yang terbang di langit.

"Aku menikmati menjadi pusat perhatian."

Dengan senyum yang tak kenal takut, dia memasang panah berikutnya.

"...haaa, tipe orang seperti itulah putri."

Natalia tersenyum masam dan mengangkat bahu.

"Kita tidak bisa kalah!" "Wow, sang putri menonton!"

Sosok heroik Rinslet yang berdiri di dinding benteng tampaknya membangkitkan semangat para prajurit didalam kastil."

Dipasang di dinding kastil, ketapel dan busur menembak bergantian pada naga es yang membeku dan jatuh di tanah.

"...ngomong-ngomong, jumlahnya terlalu besar."

"Ya. Memang. Kecuali raja naga es «Zirnitra» dikalahkan—"

Sambil menggunakan tombak elemental waffe untuk menembus sayap naga es, Natalia setuju.

Rinslet mengarahkan tatapannya menuju pusat hutan di kejauhan.

Zirnitra saat ini sedang mengamuk di «Forest of Ice Blossoms», Menghempaskan pepohonan.

(Tak terpikir bahwa roh penjaga Laurenfrost akan merusak hutan...)

Lebih dati itu—

(Judia...)

Dia khawatir tentang hilangnya adiknya secara tiba-tiba.

(...Kemana sebenarnya dia pergi?) "...Putri!"

Natalia berteriak saat seekor naga es menembus penghalang dan menabrak dinding kastil.

Pijakan mereka runtuh, sejumlah besar puing-puing jatuh ke plaza di bawah. Teriakan para tentara terdengar.

"...! Penghalang telah..."

"Penghalang Kastil Winter Gulf memanfaatkan leylines dalam «Forest of Ice Blossoms». Kemungkinan besar, Kebangkitan «Zirnitra» telah mengganggu leylines di daerah tersebut, menyebabkan penghalang kehilangan kekuatan aslinya."

Merusak dinding kastil, naga es menyerang Rinslet.

"Putri—"

Pada saat terakhir, Natalia memblokir di depan, menggunakan tombaknya untuk bertahan terhadap serangan ini.

Seketika, tombak elemental waffe tersebut hancur menjadi partikel es. Dia tampaknya telah menghabiskan sejumlah besar divine power melalui pertempuran berkelanjutan melawan naga es, menyebabkan kekuatan roh terkontraknya mencapai batas. Roh Natalia—seekor serigala kecil yang sangat mirip dengan Fenrir—berhamburan menjadi partikel cahaya dan menghilang.

"...!"

Naga es tersebut membuka rahangnya, mempersiapkan untuk menggunakan napas naga.

"...Tidak secepat itu!"

Rinslet langsung memasang tiga anak panah dan menembak secara bersamaan. Dua menyerang sayap sementara yang satu menyerang bagian dalam mulut. Kehilangan kendali, nafas tersebut meledak, menyebabkan naga es jatuh tembok kastil.

"Biarkan tentara mundur ke kastil. Aku akan menahan naga es dari sini."

Karena penghalang telah rusak, para prajurit biasa yang bukan elementalist akan mendapati waktu yang sulit melawan para naga.

Dengan cepat mengeluarkan perintah pada Milla Bassett yang bertugas memimpin sisi barat, Rinslet kemudian bergegas ke Natalia yang telah runtuh di tanah.

"Putri... Seribu... maaf..."

"Natalia, kamu harus kembali ke dalam dinding kastil juga."

"Tapi—"

"Jangan khawatir. Aku akan mengurus pertahanan di sini sendiri."

Rinslet berdiri dan menyiapkan lima panah pada waktu yang sama.

Dia menembakkan mereka secara bersamaan. Panah pembeku menghantam beberapa naga es pada saat yang sama.

"Putri, kapan tepatnya Anda mendapatkan kekuatan seperti itu..."

Melihat ke atas, Natalia menatap dengan mata terbelalak.

Sebagai pemanah «Tim Scarlet», setelah memperoleh kemenangan melalui ujian yang keras dari «Blade Dance», Tingkat kekuatan Rinslet saat ini sudah cukup untuk menandingi ksatria roh yang aktif bertugas.

Lebih dari itu, ini adalah wilayah yanh diwariskan generasi keluarga Laurenfrost, tempat yang paling cocok untuk mengeluarkan kekuatan penuh dari roh lokal «Fenrir».

—Tapi itu tidak semua.

Saat ini, tubuhnya juga menyimpan kekuatan lain yang tak pernah dia miliki sebelumnya.

(...Perasaan apa ini—)

Berlawanan dengan divine power yang mengalir dalam tubuhnya, divine power yang tidak diketahui.

Setiap kali dia menggunakan kekuatan roh, kekuatan itu secara perlahan akan memperkuat.

Itu adalah kekuatan yang dia rasakan selama ciuman dengan Kamito di gua es di Pegunungan Kyria.

Hatinya terus berdetak lebih cepat, sementara emosinya lebih dan lebih semakin tinggi.

"Pergilah dan hempaskan, badai es mengamuk—«Icicle Storm»!"

Menggunakan sihir roh tingkat tinggi yang dirilis melalui elemantal waffe, dia menghempaskan semua naga es yang berkerumun menuju dinding kastil.

"Huff, huff, huff... Akhirnya, aku menyapu bersih setengah dari mereka..."

Rinslet terus terengah-engah. Meskipun sudah mengalahkan sebagian besar dari mereka, jumlah di udara masih meningkat. Naga es dibekukan sementara juga akan keluar dari es pada akhirnya.

"Kastil ini tidak bisa... jatuh."

Tiba-tiba, serangan sengit para naga es berhenti sekaligus.

"...Huh?"

Rinslet hanya bisa berseru.

Itu adalah pemandangan yang sangat aneh.

Sebanyak ratusan naga es—

...menghadap ke arah yang sama, sepenuhnya tak bergerak di udara.

"...Apa... yang terjadi...?"

Tatapan para naga es diarahkan pada Zirnitra yang terbang di langit.

ROOOOOOOAAAAAAR!

Zirnitra meraung ke arah langit.

Atmosfer bergetar sebagai hasilnya. Kemudian badai salju yang menderu di «Forest of Ice Blossoms» langsung terhempas.

Detik berikutnya...

"—Putri, lihat!"

Natalia menunjuk ke langit dan berteriak.

naga es di udara yang mengelilingi kastil semuanya terbang menuju Zirnitra.

"..."

Keheningan yang aneh tiba.

Para prajurit di kastil semua bertukar pandang dengan ekspresi bingung di wajah mereka.

"Apa yang sebenarnya terjadi..."

Saat Rinslet bergumam pada dirinya sendiri, rasa sakit yang tajam tiba-tiba muncul di tangan kirinya.

'—... Rins... let...!'

"Iseria-sama!?"

'—Dengarkan aku... Aku punya... sesuatu, aku harus, memberitahu kamu."

Bagian 4[edit]

—Sementara itu, burung iblis raksasa terbang di udara di atas Pegunungan Kyria.

"Ellis, aku tidak pernah tahu rohmu bisa membawa dua orang sekaligus..."

"Hmm, itu biasanya tidak mungkin, tapi sekarang, aku dalam kondisi yang sangat baik."

Ini adalah roh angin iblis milik Ellis «Simorgh».

Simorgh yang diperbesar terbang dengan santai di atas Pegunungan Kyria setelah badai salju mereda.

Meskipun mereka tidak yakin mengapa badai salju di pegunungan tiba-tiba berhenti, situasi di hutan Laurenfrost di kaki gunung meninggalkan mereka dengan tidak ada perhatian pada terhindar untuk isu badai salju.

"Lihat, naga berkumpul di hutan."

Memeluk sayap burung iblis erat-erat, Claire menunjuk kebawah dan berkata.

"Itu—"

Pemandangan aneh yang menyebabkan Ellis untuk menahan napas.

Naga yang tak terhitung jumlahnya berputar-putar di udara di atas «Forest of Ice Blossoms».

Sebuah badai salju bertiup di udara di atas hutan. Massa es bisa terlihat samar-samar di tengah badai salju, tapi sulit untuk memahami pada penampilan penuhnya karena kegelapan malam.

"...Apa sebenarnya yang terjadi di hutan itu?"

"Ellis, turunkan ketinggian. Kita mungkin bisa melihat dengan jelas jika kita lebih dekat."

"Aku ingin melakukan itu juga, tapi mendekat akan berbahaya. Kita akan berada dalam kesulitan jika kita terjebak dalam badai salju."

Setelah melewati puncak gunung, cara terbangnya roh angin iblis telah menunjukkan ketidakstabilan skala besar.

"Uwahhhh!"

Hampir jatuh, Claire meraih bagian dasar dari sayap.

"...Kita tidak bisa terus terbang lagi. Mari kita mendarat terlebih dahulu."

"...mau bagaimana lagi. Ada sebuah desa di sana."

Roh angin iblis mendekut dan mendarat di sebuah desa kecil di kaki gunung.

Ketika mendarat, kedua gadis itu melompat dari sayap Simorgh.

Desa ini langsung dalam sebuah keributan.

"O-Orang apa kalian!"

Memegang obor, penduduk desa bergegas mendekat.

Api menerangi wajah Claire dan yang lainnya.

"...Eeek, i-ini burung iblis menakutkan!"

Melihat Simorgh muncul dalam kegelapan, penduduk desa berteriak dan jatuh di pantat mereka.

"Sungguh kasar. Perasaan Simorgh akan terluka."

Ellis mengatakan dengan ketidaksenangan.

"Jangan pedulikan mereka, Simorgh. Terima kasih."

"Ya, kau bekerja keras."

Ellis dengan lembut membelai kepala «Simorgh» dan burung setan tersebut mendekut, berubah menjadi bentuk elemental waffenya.

"M-Mungkinkah kalian berdua wanita bangsawan?"

Pada saat ini, seorang penduduk tua bertanya dalam keraguan.

"Kami adalah siswa dari Akademi Roh Areishia. Apa yang sebenarnya terjadi pada hutan ini?"

"Para penghuni hutan melakukannya. Orang-orang itu menghidupkan kembali «Zirnitra»!"

"...Penghuni hutan?"

Ellis mengerutkan kening.

"Ini adalah sebutan untuk Elfim yang tinggal di Forest of Ice Blossoms. Aku mendengar Rinslet menyebutkan itu sebelumnya. Lagi pula, apa ini tentang «Zirnitra»? Aku ingat itu menjadi roh penjaga Laurenfrost, disegel di jaman kuno, kan?"

Sebagai seorang siswa terhormat, Claire kira-kira tahu legenda yang beredar di berbagai negeri.

Orang tua itu memalingkan pandangannya ke tengah hutan dimana badai salju menderu.

"Ada naga es raksasa di pusat badai salju itu. Itu adalah «Zirnitra». Para penghuni hutan membangkitkan roh itu dalam upaya untuk mendapatkan kembali kendali atas tanah ini."

"Tapi roh itu tampaknya merusak hutan..."

Ellis dengan tenang menunjukkan. Seandainya Elfim telah menghidupkan kembali roh kuno, maka mengapa itu menghancurkan hutan tempat mereka hidup?

"Itu sudah mengamuk. Tidak mungkin roh semacam itu dapat dikendalikan dengan mudah."

Gumam Claire.

Pada saat ini, jeritan besar terdengar di alun-alun desa.

Angin kencang menumbangkan menara lampu, mengubah sekeliling gelap gulita.

"—datanglah, Scarlet!"

Claire menjentikkan jarinya, memanggil kucing neraka yang berapi-api di udara.

Api tersebut menerangi sekeliling, menunjukkan bayangan yang berkumpul di alun-alun.

Naga es dengan mata merah menyala.

"...Dua, tiga... Sebanyak enam huh..."

"Sedikit merepotkan—"

Menjilat bibir, Claire bergumam. Sisik naga memiliki ketahanan sihir luar biasa. Untuk Claire dan Ellis yang mengkontrak roh tradisional termasuk lima elemen utama, naga adalah musuh yang menantang.

(Dan jelas kami harus buru-buru dan menemukan Kamito...)

Claire tahu kekuatan Kamito cukup baik.

Hanya naga es bukanlah lawan untuk Kamito tidak peduli seberapa banyak.

...Tapi itu tidak berarti dia tidak akan khawatir.

(...Serius, berpikir dia membuat aku khawatir, aku harus memberinya pelajaran nanti!)

Claire merubah Scarlet menjadi elemental waffenya «Flametongue».

"Ellis, aku akan mengurus mereka. Kau belum sepenuhnya pulih, kan?"

"Hmph, tidak perlu khawatir."

Berdiri pungung dengan pungung dengan Claire, Ellis menyiapkan «Ray Hawk».

—Tepat pada saat itu...

"Tunggu, itu..."

"Hmm...?"

Saat Ellis hendak melepaskan pisau angin, Claire menghentikan dia.

Seekor naga es telah meletakkan seorang gadis ke tanah, mencoba untuk memakan.

"...Ah, hiks... hiks hiks...!"

Dia jelas mengenakan pakaian yang berbeda dari penduduk desa, pakaian hijau daun.

Itu adalah pakaian tradisional dari ras Elfim.

"Kenapa salah satu dari Elfim muncul di sebuah desa manusia—"

"...Selamatkan... aku..."

Di bawah kaki naga es, gadis itu mengerang kesakitan.

Begitu dia membuat kontak mata dengan gadis itu, Claire tersentak.

Diterangi oleh cahaya api, wajah gadis itu tampak akrab.

"Tidak mungkin... K-Kau!?"

Bagian 5[edit]

(...Sialan, apa sih yang terjadi?)

Cabang beku yang tajam mencabik pakaian Kamito sementara dia berlari menyusuri hutan.

«Forest of Ice Blossoms» sebuah lingkungan yang terlalu keras bagi manusia, benar-benar mustahil untuk melangkah masuk.

Penghalang Elfim sudah lenyap dan tidak lagi mengganggu menemukan jalan. Namun semakin dekat ke «Zirnitra», Semakin kuat badai salju tersebut.

Kamito menatap tubuh raksasa yang terlihat samar-samar di sisi lain dari badai salju.

(...Jadi itu adalah roh penjaga Laurenfrost, huh.)

Namun, mengingat caranya menghancurkan hutan sekitarnya, itu tidak terlihat seperti sebuah roh penjaga tidak peduli apa.

Sebaliknya, itu tampak seperti memiliki dendam terhadap hutan.

Dengan kilatan cahaya, hutan itu langsung terwarnai putih di bawah langit malam.

Seseorang rupanya mulai terlibat pertempuran dengan «Zirnitra».

Apakah itu «Wolf Ritters» yang telah pergi ke depan terlebih dulu, atau—

(—Pedang suci Luminaris, kan?)

Kamito meningkatkan kecepatan larinya lebih lanjut.

Dia menggunakan «Demob Slayer» untuk memotong segala cabang yang menghalangi jalannya.

Akhirnya, ruang terbuka lebar muncul di hadapannya.

Lalu—

"...!"

Melihat adegan aneh, Kamito tak bisa berbicara.

Di tanah adalah tubuh naga yang tak terhitung jumlahnya, naik ke pegunungan. Sejumlah pilar es raksasa berdiri tegak di atas tanah. Pemukiman Elfim rusak tak bisa dikenali.

"Apakah mereka dihapuskan oleh roh yang mereka panggil sendiri...?"

Kamito menuangkan divine power pada Est, seketika menerangi sekeliling dengan cahaya yang kuat.

Dalam sudut pandangannya, Kamito menemukan seorang gadis roboh di tanah.

Mengenakan pakaian ritual, seorang gadis dengan rambut hijau giok—salah satu dari Elfim.

"Hei, kau baik-baik saja?"

Kamito dengan panik bergegas mendekat dan mengambil gadis tersebut dalam pelukannya.

...Dia masih bernafas. Menempatkan tangannya di dadanya, dia menyuntikkan divine power untuk menerapkan kejutan, menyebabkan gadis itu untuk memulihkan nafasnya.

"...Siapa, itu...?"

Gadis itu membuka matanya sedikit, terengah-engah kesakitan.

...Itu tampak seperti hidupnya tidak dalam bahaya untuk saat ini. Kamito diam-diam menarik napas lega.

"...seorang... manusia...?"

"Ya, itu benar."

Kamito mengangguk.

"...Katakan padaku. Apa yang terjadi disini sebenarnya?"

Mendengar pertanyaan Kamito, princess maiden itu menggerakkan bibirnya yang bergetar.

"«Queen of Ice Blossoms»... memanggil, roh penjaga hutan..."

"...Ratu... Seorang princess maiden manusia?"

Gadis itu mengangguk sedikit dalam menanggapi pertanyaan Kamito.

"Ratu itu gagal mengendalikan roh tersebut?"

"...Tidak..."

Kali ini, dia menggeleng lemah.

"Dia... Tidak, itu, dari awal, berencana, menggunakan Zirnitra..."

"Apa maksudmu?"

"...Itu... bergabung dengan Zirnitra."

"Bergabung dengan roh?"

Kamito bertanya, tidak yakin maksudnya.

Mungkin gadis itu berbicara omong kosong karena kesadaran yang kabur.

—pada saat ini, badai salju yang bertiup berhenti.

Kamito menatap langit dengan heran. Lalu...

"...Apa, itu...?"

Dia mengerang di tenggorokannya.

Zirnitra yang terbang sedang menangkap dan memakan semua naga es di sekitarnya.

Menangkap naga-naga es yang mengitari satu demi satu, Zirnitra memakan mereka tanpa menahan sama sekali.

Setiap kali memakan naga es, tubuh raksasa roh es dominasi itu akan membesar lebih lanjut.

Crack, crack— Didampingi oleh suara keras dari pecahan, es tumbuh dari punggungnya.

Dahi Kamito itu mengucurkan keringat dingin. Memang, ada roh yang akan memakan makhluk di alam manusia untuk mengisi divine power mereka, tetapi hal ini—

(...Tidak menyerap divine power.)

Sebaliknya, itu menyerap naga es, asimilasi mereka sepenuhnya.

Bahkan roh iblis tidak bisa melakukan itu.

Ini bukan lagi roh tapi sebuah monster.

"...kumohon... kau..."

Gadis itu menyentuh wajah Kamito dengan jari-jarinya.

Mata merahnya mencerminkan rasa sakit di hatinya.

"Tolong, biarkan Zirnitra beristirahat dalam damai..."

"...Ya, aku mengerti."

Bahkan tanpa perlu dia untuk memohon, hal semacam itu tidak seharusnya ada di dunia ini.

Kamito mengangguk dan memindahkan gadis itu ke tempat yang dinaungi oleh pohon-pohon tumbang.

Pada saat ini, dia tiba-tiba teringat dan bertanya:

"Dapatkah aku mengajukan pertanyaan terakhir?"

"...?"

"Uh— Apakah kau pernah melihat seorang gadis?"

"...seorang... gadis...?"

"Ya, mengenakan gaun hitam one-piece... Seorang gadis yang sangat cantik."

Princess maiden itu melebar matanya tiba-tiba.

"...Kau melihatnya?"

Dia mengangguk.

"Gadis itu pasti disini. Aku bertanggung jawab untuk merawatnya."

"...! Lalu dimana dia sekarang?"

"...Tidak... yakin..."

Gadis itu menunduk dan menggeleng.

"...Mungkin, melarikan diri ke hutan."

"Aku mengerti."

Kamito berdiri.

Dia benar-benar ingin mengejar Restia.

Tapi saat ini—

(...Aku harus mengalahkan monster itu terlabih dulu.)

Dia menatap roh raksasa yang terus bergabung dengan sejumlah besar naga es.

Bagian 6[edit]

"...Apa yang sebenarnya terjadi di sana?"

Rinslet menunggangi Fenrir, melewati hutan dimana pohon telah tumbang di kiri dan kanan.

Semua prajurit tinggal di kastil sementara dia berlari menuju bagian terdalam dari hutan.

Naga es yang telah menyerang Kastil Winter Gulf kini berkumpul di sekitar «Zirnitra», menawarkan diri mereka sendiri untuk dimakan. Setelah bergabung dengan sejumlah besar naga es, «Zirnitra» tidak lagi menyerupai bentuk aslinya. Seluruh tubuhnya digerogoti, menggembung dengan pilar-pular es hitam yang menyerupai tiang.

"Apa itu roh penjaga legendaris dari Laurenfrost?"

'Salah. Itu bukan lagi sesuatu yang dapat diklasifikasikan sebagai roh— Itu telah digantikan.'

Suara Iseria bergema dalam pikiran Rinslet.

"Apa maksud anda?"

'Itu adalah sebuah dosa yang diriku dimasa lalu lakukan—dosa Iseria Seaward.'

Lalu dia menceritakan seluruh kisahnya.

Kebenaran dari hari itu, terkubur dalam kenangan «Elemental Lord Air» gila.

Bagian 7[edit]

"O pedang suci yang melenyapkan kejahatan, engkau akan mengubah musuh menjadi abu—«Murgleis»!"

Melepaskan cahaya perak-putih, pedang tersebut merobek kegelapan untuk menembus kepala «Zirnitra».

—Tapi begitu saja. Setelah menyatu dengan naga es, berubah menjadi blok es yang aneh, monster tersebut dengam cepat berregenerasi.

"...Huff, huff... Monster ini!"

Luminaris berlutut di tanah, terengah-engah. Dia telah mengalahkan roh kelas Archdemon sebelumnya, tapi itu dicapai saat memimpin ksatria di bawah komandonya.

(Selain itu, hal ini tidak lagi dianggap sebagai roh...!)

Clang— clatter clatter!

Terkelupas dari tubuh Zirnitra, es jatuh di tanah, menyebabkan kebisingan dan hamburan debu.

"...!"

Wajah Luminaris langsung pucat.

Ada alasan mengapa dia tidak bisa meninggalkan tempat ini yang berada di bawah es jatuh.

Karena bawahannya dari «Sacred Spirit Knights», terperangkap dalam es terkutuk.

...Mereka harusnya masih hidup, tetapi mengambil mereka semua adalah tidak mungkin. Pada tingkat ini, mereka akan terjebak dalam serangan «Zirnitra» pada akhirnya, atau mati dari es terkutuk ketika benar-benar kehabisan divine power.

(Sebelum itu terjadi, monster ini harus dibasmi...!)

Tapi setelah pertempuran berkelanjutan melawan naga es dan satu instansi pelepasan waffe, Luminaris hampir kehabisan semua divine powernya. Mengengalikan dirinya saat ini hanyalah pendukung kemauan.

Tidak ada bala bantuan. Berjuang di sini, dia adalah orang terakhir yang tersisa. Ketiga «Wolf Ritters» yang dikirim dari Winter Gulf sudah dilahap oleh es terkutuk setelah menguras kekuatan mereka.

(...Oh yah, setidaknya itu bekerja dalam mengulur sedikit waktu.)

Menatap langit gelap gulita, Luminaris disesuaikan nafasnya.

Pada saat ini, Zirnitra mengalami perubahan di udara.

Tidak dapat menyangga berat badan setelah ekspansi yang berlebihan, itu mulai jatuh bebas.

Crash!

Dampak pendaratan mengguncang tanah.

Tekanan angin menyapu pohon-pohon di sekitarnya. Dampaknya menciptakan kawah kecil di tanah.

"...Guh—"

Luminaris buru-buru merilis «Perisai» sihir untuk melindungi bawahannya yang membeku.

Setelah mendarat di tanah, Zirnitra telah merilis udara dingin dari tubuh raksasanya, membekukan tanah di sekitarnya, menyebabkan pohon-pohon di «Forest of Ice Blossoms» layu secara bertahap.

"Itu sudah menjadi monster yang hanya tahu untuk melahap segalanya huh..."

Berdiri terhuyung-huyung, dia menyiapkan «Murgleis» lagi.

(Tetapi sementara itu telah jatuh di tanah, masih ada peluang untuk meraih kemenangan—)

Namun tak lama, dia menyadari bahwa gagasan miliknya ini terlalu naif.

Tiba-tiba, tanah menggembung saat pedang es yang tak terhitung jumlahnya muncul di sekitarnya.

Membaur dengan «Forest of Ice Blossoms», Zirnitra mengubah tanah itu sendiri menjadi pedang es.

Tidak siap, Luminaris bereaksi terlalu lambat.

"Guh, ahhhhhh—!"

Menusuk seluruh tubuhnya dengan pedang yang tajam dari es terkutuk, dia berteriak dari tenggorokannya.

(...Apakah ini... berakhir...?)

Air mata meluncur di pipi Luminaris. Sejak dia menderita kekalahan tiga tahun lalu di tangan «Penari Pedang Terkuat», dia bersumpah untuk tidak pernah meneteskan air mata lagi.

(...Ma... af...)

Pikiran terakhirnya pada bawahan yang mengikutinya dengan setia selama ini.

Jari-jarinya tidak memiliki kekuatan lagi. Pedang suci jatuh dari tangannya ke tanah.

Es terkutuk menyerbu sampai ke tingkat tenggorokan. Tepat saat Luminaris mendesah putus asa, pada saat itu...

"—Jangan menyerah. Dirimu di masa lalu tidak pernah menyerah ketika kau bertarung dengan dia."

(...?)

Sebuah kilatan cahaya putih. Es terkutuk yang menutupi seluruh tubuhnya hancur dengan suara renyah.

Terlempar ke udara, dia tertangkap oleh sepasang tangan yang kuat.

"—Kau terlihat seperti kau sedang berjuang, Nona Paladin."

"...Kau... adalah...!"

Elementalist laki-laki «Tim Scarlet».

—Kazehaya Kamito.


Bab 8 - Ratu Bunga Es[edit]

Bagian 1[edit]

"...Kazehaya, Kami, to... Kenapa kau ada disini?"

Terpegang ditangan Kamito, Luminaris terengah-engah sambil berbicara.

"Kukembalikan padamu. Apa yang ksatria Kerajaan Suci lakukan di Laurenfrost?"

"...itu... adalah—"

Luminaris menggigit keras bibirnya. Kamito mengangkat bahu dan menurunkan dia.

"Yah terserahlah. Aku akan bertanya tentang tujuanmu nanti. Mari kita temukan cara mengurus monster itu terlebih dahulu."

Kamito menatap «Zirnitra» yang perlahan membaur dengan «Forest of Ice Blossoms».

Mungkin karena menyerap divine power dari rooh-roh di hutan, tubuh raksasa yang terbuat dari es terkutuk tersebut memancarkan cahaya aneh pada kegelapan malam.

"—jadi, ada apa dengan monster itu?"

"Jika kau bertanya padaku, siapa yang harus aku tanyai? Roh-roh sama sekali tidak bermutasi seperti itu—"

Setelah menerapkan sihir «Penyembuhan» pada dirinya sendiri, Luminaris menekan erangan dan berdiri.

"Jangan paksakan dirimu. Kau sudah dipenuhi luka."

"Diam. Jangan meremehkan seorang ksatria dari Kerajaan Suci."

Luminaris menjawab tajam lalu menggenggam «Murgleis» dengan benar lagi.

Melihat itu, Kamito mengangkat bahu.

"Aku masih memiliki banyak untuk dikatakan padamu. Seperti segala hal yang kau lakukan pada temanku, tapi oh yah, mari kesampingkan itu untuk sekarang. Bagaimana kalau kita bersatu sekarang?"

"...apa yang kau rencanakan?"

Mata biru Luminaris menunjukan kewaspadaan saat menatap Kamito.

"Aku hanya ingin bantuan. Itu akan sulit jika aku menangani monster itu seorang diri. Juga, aku tahu kemampuanmu dengan baik, benar-benar sempurna dalam hal pertempuran."

"Berhenti bertindak akrab, elementalist laki-laki."

"Tapi kita sangat akrab. Setidknya kita telah bersilangan pedang yang sebenarnya sebelumnya—"

"Apa yang kau bicarakan?"

Ditengah kalimat, Kamito menyadari dia salah bicara dan buru-buru menghentikan dirinya sendiri.

(...Kalau dipikir-pikir, gadis ini tidak tau identitas sejatiku.)

"Aku tidak ingat bertarung denganmu sebelumnya. Selama babak final, satu-satunya aku terlibat dalam pertempuran adalah dengan pengguna roh kucing neraka."

Kecurigaan dalam matanya, menatap Kamito, menjadi lebih dalam dan lbih dalam.

"Y-Yah, mari kita lupakan tentang hal-hal sepele untuk sekarang. Menilai situasinya, ini bukanlah waktunya untuk argumen lisan—"

Tubuh raksasa Zirnitra menggeliat dan memancarkan cahaya kuat.

"...cih!"

Secara bersamaan, mereka berdua melompat terpisah.

Seketika, pedang es tak terhitung jumlahnya keluar dari tanah, merobek kegelapan.

Mereka berdua menghindarinya, tapi—

"...! Alda!"

Luminaris berteriak. Serbuan aliran pedang es di tanah akan menyerang bawahannya yang terjebak didalam es terkutuk.

Pedang Luminaris membuat sedikit suara, aliran api suci menutupi pedang-pedang es, menguapkan mereka.

Tapi pedang-pedang es tersebut berlimpah dalam jumlah. Cukup sedikit dari mereka yang menghindari penghancuran.

"Tidak bagus—!"

"Absolute Blade Arts - Bentuk Ketiga, Shadowmoon Waltz!"

Seketika dengan sebuah ledakan tendangan terhadap tanah, Kamito melakukan teknik anti-pasukan dari Absolute Blade Arts.

Memotong kegelapan, tarian hebat pedang putih menghancurkan pedang-pedang es sepenuhnya.

"...Apa!?"

Luminaris menjadi terdiam.

Dia juga bereaksi pada es tersebut, tapi dia sudah pasti tidak sanggup melakukan gerakan yang sama semacam itu.

(...Pergerakan barusan itu, apa itu?)

Setelah menyaksikan skill pedang Kamito untuk yang pertama kalinya pada orang ini, Luminaris mendapati dirinya kehilangan kata-kata.

Ini adalah skill pedang luar biasa setara dengan Ren Ashbell, sang «Penari Pedang Terkuat» tiga tahun yang lalu.

...Dia dipaksa untuk mengakui sebuah perbedaan luar biasa dalam kekuatan.

Menebas semua pedang es dalam sekejap mata, Kamito menusukan «Demon Slayer» ke tanah dan berbalik untuk menghadap Luminaris.

"Kau juga memiliki alasan kenapa kau tidak bisa mundur dari sini, kan?"

Dia mengangkat bahu dan melihat gadis-gadis dari «Sacred Spirit Knight», terpenjara dalam es terkutuk.

"Dalam masalah itu, sekarang saatnya bagimu untuk membuang kebanggaan ksatria atau apapun itu yang disebut anjing."

"Tapi..."

Luminaris menggigit keras bibirnya dan menatap Kamito.

Lalu—

"...sekali saja."

"Hmm?"

"—sekali saja, aku akan bersekutu denganmu!"

"Yah, itu cukup bagus."

Kamito mengangguk dan menuangkan divine power pada «Demon Slayer».

"Ikuti aku, Luminaris. Ayo kita urus hal itu sekali jalan dengan kecepatan regenerasinya yang luar biasa."

"Hmph, ketika aku mengatakan aku bersekutu denganmu, aku tidak pernah mengijinkanmu untuk memerintah aku—Kazehaya Kamito!"

Mereka berdua menendang tanah disaat yang sama.

"—kita lakukan, Est!" "O «Murgleis», berikan perlindungan suci pada ksatriamu!"

Kedua pedang suci mengoyak kegelapan.

Zirnitra meraung, menembakkan pedang es terkutuk dari tanah dalam sebuah pola radial.

"Gerakan itu tidak akan bekerja!"

Kamito menendang tanah untuk mempercepat dan langsung menyalip Luminaris untuk bertindak sebagai barisan depan.

"Absolute Blade Arts - Bentuk Ketiga, Shadowmoon Waltz!"

Tiga tebasan dengan kecepatan dewa, menebas pedang-pedang es dan menghempaskan mereka. Menggunakan momentum itu, Kamito bergegas ke dalam badai salju yang menderu untuk terlibat pertempuran jarak dekat dengan tubuh «Zirnitra» yang membengkak.

"O pedang suci yang melenyapkan kejahatan, engkau akan mengubah musuh menjadi abu—!"

Berteriak, Luminaris bergegas melaju kedepan dan menusukkan pedangnya pada massa es.

Dengan suara hancur, sebuah lubang terbuka pada es itu.

Namun segera, es baru naik untuk menutupi lokasi tertusuk itu.

"Sialan—"

"Serangan biasa tidak berguna, koordinasi waktumu dengan aku!"

"...seperti yang aku katakan, berhenti memerintah aku!"

Pilar es tak terhitung jumlahnya tumbuh di seluruh tubuh «Zirnitra», lalu ditembakkan keluar.

Dihadapkan dengan tembakan penekan dari segala arah yang ditembakkan pada jarak dekat, itu sepenuhnya mustahil untuk menghindar.

(...Baiklah, aku hanya harus membalas mata untuk mata!)

Kamito nik dengan tegas. Dikontrak pada Est, Kamito memiliki «Perlindungan Baja» yang meningkatkan daya tahan tubuh. Hal ini memungkinkan dia beberapa kelonggaran untuk melakukan serangan mengorbankan diri.

"Absolute Blade Arts - Bentuk Pertama, Purple Lightning!"

Pilar-pilar es tajam ditembakkan pada Kamito.

Darah terciprat dari seluruh tubuhnya, tapi Kamito terus maju, tidak terpengaruh.

Menghantam es dengan serangan pedang berkecepatan dewa, dia memukul tubuh monster itu untuk menghasilkan retakan seperti jaringan sarang laba-laba.

"Belum selesai—"

Mempertahankan postur mendorong, Kamito meresapi «Demon Slayer» dengan sejumlah besar divine power untuk menyebabkan sebuah ledakan. Mengira dia menghancurkan bagian dalam dari tubuh tersebut secara langsung daripada menggunakan serangan menebas, dia akan mampu memperlambat kecepatan regenerasinya. Namun—

'—tidak bagus, Kamito!'

(...Eh?)

Dia mendengar suara Est di pikirannya. Tiba-tiba, dia diserang oleh perasaan tak berdaya pada anggota badannya.

Es dimana pedang tersebut ditikamkan tiba-tiba memancarkan cahaya kuat.

(...Itu menyerap divine powerku!?)

'...Kami... to...'

Kamito langsung berusaha menarik pedang tersebut, tapi—

"...!"

Es terkutuk telah membekukan bilah pedang suci, mencoba menariknya masuk.

'—Kamito, tolong menjauhlah dari aku!'

"Seperti seseorang akan melakukan itu!"

Menggunakan kemauan saja untuk menekan rasa kelelahan, Kamito berteriak keras.

(...Restia, pinjamkan aku kekuatan yang kamu tinggalkan!)

Segel kegelapan yang tertanda di tangan kanan Kamito memencarkan cahaya tak menyenangkan.

Pedang perak-putih dengan cahaya menyilaukan secara bertahap mengambil lapisan kegelapan.

"Maju dan tembuslah, petir penghakiman memusnahkan semua iblis—«Vorpal Blast»!"

«Pedang Iblis»—Terminus Est Zwei.

Dijiwai dengan kekuatan kegelapan, pedang suci tersebut melepaskan petir hitam legam.

Es terkutuk yang menjerat tangsung menguap. Kamito mengambil kesempatan ini untuk menarik pedang dan menjauhkan dirinya sekaligus.

Tepat pada saat ini...

Pada bagian bawah perut dari massa raksasa es sihir ini, kepala «Naga Es» takterhitung jumlahnya keluar.

Ini adalah sisa-sisa dari naga es yang diserap oleh «Zirnitra».

(...Tidak mungkin!?)

Naga-naga es melebarkan rahang mereka bersama-sama dan mengeluarkan nafas badai salju dalam jumlah yang mencengangkan.

Kamito buru-buru menyiapkan «Pedang Iblis» untuk digunakan sebagai perisai, namun mendapati divine powernya terhisap barusan, dia tidak mampu mengeluarkan kekuatan yang cukup untuk mencairkan badai salju tersebut.

Tepat sebelum dia terserang oleh badai salju dan membeku sepenuhnya—

"—O perlindungan «Perisai Suci»!"

Luminaris melantunkan sihir perlindungan untuk menetralisir badai salju.

"...maaf, terimakasih untuk menyelamatkan aku."

Kamito jatuh pada lututnya, terengah-engah.

Terkoyak oleh pedang es, seragamnya secara perlahan terwarnai warna darah.

"Sepertinya serangan senjata jarak dekat tidak berguna."

Luminaris mengerang.

"Tapi kita tidak memiliki kekuatan api yang cukup untuk membakar menggunakan serangan jarak jauh—"

Tepat, tanpa kekuatan luar biasa untuk menhancurkan itu sekali jalan, Zirnitra kemungkinan akan menerima regenerasi tak terbatas setelah bergabung dengan «Forest of Ice Blossoms».

Tapi mereka tidak memiliki serangan yang mampu memusnahkan massa dari sesuatu yang begitu besar—

(...Jika «Leavateinn» Rubia bisa digunakan disini, itu akan menjadi sepotong kue.)

'—Kamito, tolong dengarkan aku.'

"...Est?"

Mendengar dia, Kamito mengarahkan tatapannya pada «Pedang Iblis» di tangannya.

'Inti untuk memeprtahankan roh senjata itu pasti ada disauatu tempat.'

"...inti?"

'Ya, monster ini menyerap divine power tanpa akhir dari sekelilingnya. Hal semacam itu akan dengan cepat runtuh dengan sendirinya. Tapi itu bisa tetap terwujud selama ini karena—'

"...aku mengerti. Dengan kata lain, ada inti disuatu tempat yang cukup untuk menopangnya?"

Mendengar Kamito bergumam, Luminaris berreaksi.

"—inti huh? Aku mengerti sekarang. Aku memiliki suatu ide."

"...suatu ide, benarkah?"

"Ya. Seorang princess maiden manusia di pemukiman Elfim. Aku secara pribadi melihat gadis itu bergabung dengan «Zirnitra». Kemungkinan besar, gadis itu adalah—"

"Seorang princess maiden manusia..."

Kamito terkejut.

...Memang, gadis Elfim telah menyebutkan itu juga.

Sesuatu tentang «Queen of Ice Blossoms» bergabung dengan «Zirnitra».

Pada saat itu, dia telah ragu-ragu tentang gagasan dari seorang manusia bergabung dengan sebuah roh—

"Selama inti tersebut ditargetkan, ada cara untuk menghentikan monster itu huh—"

Kamito menatap ke arah monster itu, gelisah dalam kegelapan.

Zu... Zuzuzu... Zuzuzu...!

Jejak kerusakan yang ditimbulkan oleh Kamito dan Luminaris telah mulai di regenerasi. Dengan kepala-kepala naga es tumbuh di seluruh tubuh, tubuh besar tersebut saat ini masih melahap tanah secara perlahan-lahan. Peda tingkat ini, itu akan menelan seluruh hutan, berubah menjadi sebuah monster yang bahkan sebuah tentara tidak akan mampu untuk menghentikan.

"...mau coba berjudi?"

Menyiapkan «Pedang Iblis» yang memancarkan racun kegelapan, Kamito berkata:

"Luminaris, ketika aku memberi sinyal, lepaskan gerakan terkuatmu sebanyak yang kamu bisa."

"Seperti yang aku bilang, berhenti memerintah aku—"

"—aku mohon padamu. Kemungkinan besar, gerakan ini hanya bisa digunakan sekali."

"..."

Dihadapkan dengan suara serius Kamito, Luminaris merasa terdiam.

"...dimengerti. Kau akan memutuskan waktunya."

"Ya, serahkan padaku—"

Memegang «Pedang Iblis», Kamito bergegas ke arah badai salju yang menderu.

"Ohhhhhhhhhhhhhh!"

Menendang tanah dengan keras, dia seketika mendekat, Lalu—

"Absolute Blade Arts - Bentuk Pertama, Purple Lightning!"

Menyerang dengan kecepatan dewa meninggalkan sebuah retakan besar pada es.

"—Luminaris, lakukan!"

"Ya—"

Menjawab teriakan Kamito, Luminaris mengangkat tinggi-tinggi pedang suci.

"Penjaga kuno dari Kerajaan Suci—engkau «Murgleis», pedang suci yang membela negara!"

Api suci bergelombang meledakkan badai salju dan menusuk retakan yang dibuat oleh Kamito.

Melampaui kecepatan regenerasi es terkutuk, api suci membara menderu didalam tubuh «Zirnitra».

(...Tidak buruk sama sekali!)

Sementara secara mental menewarkan pujian pada dia, Kamito menyerang kedalam api suci yang menderu tanpa keraguan sama sekali.

—ini adalah pertaruhan. Misalkan prediksinya salah, Kamito kemungkinan akan terbakar menjadi abu. Namun—

(Elemental waffe Luminaris adalah atribut suci yang murni. Dalam hal ini—)

Itu akan sama seperti sihir penyembuhan. Mewarisi kekuatan «Elemental Lord Kegelapan», tubuh «Raja Iblis»nya akan menolaknya.

"Ohhhhhhhhhhhhhh!"

Menutupi «Pedang Iblis» hitam legam dengan petir kegelapan, Kamito menyerbu kedalam api.

Dia bisa merasakan panas luar biasa pada kulitnya.

—namun, api suci tersebut tidak menyentuh Kamito.

Menyapu api didepannya—dia melihatnya, tepat disana.

(... Itu dia!)

Dinding akhir dari es yang bahkan api suci yang menderu tidak bisa menjangkau.

Didalam dinding es adalah inti penopang «Zirnitra».

Meraung, Kamito menendang tanah untuk mempercepat lebih lanjut.

Lalu—

Dia melepas gerakan akhir dari Absolute Blade Arts.

"Absolute Blade Arts - Bentuk Penghancur, Bursting Blossom Spiral Blade Dance - Delapan Belas Serangan Beruntun • Lightning Flare!"

Menebas secara bebas kiri dan kanan dengan petir dimana-mana, dia langsung menghantam dinding es yang berdiri dijalannya.

Dua belas, tiga belas, empat belas— dengan setiap tebasan, lapisan dinding es terkikis, menghancurkan itu.

Bahkan waktu untuk regenerasi tidak diberikan. Dihadapan tebasan beruntun dengan kecepatan dewa adalah—

(...Itu!?)

Kamito melihat sosok terpenjara dengan aman didalam dinding es terkutuk.

Dia melihat sososk dari seorang gadis manusia, berpakaian princess maiden.

(...Mungkinkah itu Queen of Ice Blossoms!?)

Setelah melihat penampilan gadis itu lebih dekat, Kamito hanya bisa gemetar ketakutan.

Dia telah melihat wajah gadis itu sebelumnya.

Ya, itu adalah apa yang Rinslet tunjukan padanya di «Kuil Elemental Air», didalam sebuah kristal roh.

(...Judia Laurenfrost!?)

—tepat pada saat itu...

Gadis didalam es terkutuk perlahan membuka matanya.

Dia membuka mata emeraldnya yang identik dengan mata Rinslet.

Za, zazaza, za—zazazaza, za, zaza, za—

Bibirnya yang menawan gemetar sedikit—

(...!)

Disaat berikutnya, tubuh Kamito dilalap es hitam terkutuk.

Bagian 2[edit]

"...Kenapa ini terjadi!? Lalu bergabung dengan «Zirnitra» adalah—"

Setelah mendengar pengakuan Iseria, wajah Rinslet langsung pucat.

Apa yang terjadi pada hari penting itu, empat tahun yang lalu.

Kenyataan kejam mengejutkan dia secara mendalam.

"Tidak mungkin, saya tidak bisa percaya itu... Iseria-sama... Tolong katakan pada saya bahwa itu tidak benar...!"

'...Maaf, Rinslet. Semuanya karena dosaku dimasa lalu.'

"Iseria-sama..."

Duduk di punngung Fenrir, Rinslet sepenuhnya kehilangan total.

(...Kenapa? ...kenapa bukan aku tapi dia...)

Fenrir melompati pepohonan tumbang dan mendarat di sebidang tanah tandus yang dilanda badai salju.

—tepat pada saat ini, masih dalam keadaan linglung, Rinslet melebarkan matanya.

"—Kamito-san!?"

Dia melihat Kamito menyerang kedalam retakan tertusuk pada Zirnitra.

Retakan tersebut dengan cepat beregenerasi, bermaksud memenjarakan Kamito didalam.

(...Sekarang bukan saatnya untuk terkejut!)

Misalkan apa yang terletak didalam adalah benar-benar eksistensi yang Iseria sebutkan—

"—Fenrir, cepat!"

Menerima perintah Rinslet, Fenrir mengambil lompatan besar.

Sambil meraung untuk menghempaskan badai salju, dia melompat pada retakan yang bertahap menutup tersebut.

Didalam retakan ada kobaran api yang ganas.

Melihat itu, Rinslet langsung melantunkan sihir roh sambil menunggangi Fenrir.

"O raja yang berkuasa atas musim dingin, aku memohon kepadamu untuk memberikan kepadaku perlindunganmu—«Field of Cold»!"

Pada saat terakhir, sebuah perisai udara dingin dikerahkan di sekeliling Fenrir melindungi dia.

Awalnya, ini bukan api yang dapat ditahan menggunakan sihir roh tapi untungnya, mereka telah kehilangan setengah kekuatannya didalam tubuh Zirnitra.

"—Kamito-san, dimana kamu!?"

Es terkutuk berdiri tegak didepan dia, memblokir jalan. Sebagai tanggapan—

"O es purbakala, hancurkan musuhku—«Icicle Spear»!"

Rinslet memanggil sebuah tombak es raksasa dari udara, menghancurkan hambatan sekali pukul.

Didalam dinding es yang hancur—

"—Kamito-san!"

Dia bisa melihat sosok Kamito terjebak didalam es hitam terkutuk.

"...Guh, Rins... let...?"

Tubuh atasnya sudah tertutupi dengan es terkutuk, Kamito menggerakkan bibirnya sedikit.

Rinslet langsung melompat dari punggung Fenrir dan bergegas kesampingnya.

"...Kamito-san, aku akan menyelamatkan kamu sekarang!"

"...Rins... let... tidak... cepat, larilah..."

Suara Kamito terdengar seperti dia kehabisan nafas, tapi Rinslet hanya menggeleng sebagai tanggapan:

"Aku seorang bangsawan dari House of Laurenfrost yang terhormat. Aku tidak akan pernah meninggalkan orang lain!"

Rinslet mundur selangkah dan melantunkan sihir roh.

"O es purbakala, hancurkan musuhku—«Icicle Spear»!"

Tombak es dipanggil dari udara menusuk es hitam terkutuk yang mengurung Kamito.

Didalam ruangan sihir tersegel dalam es, suara renya bisa terdengar.

—tapi begitu saja.

Bahkan tidak stu retakanpun muncul pada es terkutuk yang menutupi Kamito.

"...kenapa ini terjadi!?"

'Es terkutuk menyerap divine power Kazehaya Kamiito. Sihir roh tingkat ini tidak mampu untuk menghasilkan kerusakan pada itu—'

Suara Iseria bergema didalam pikirannya.

"Kenapa ini terjadi..."

Es hitam terkutuk bahkan menyerap sihir Rinslet juga, melaju bahkan lebih cepat.

"...Guh, ah, ahhhhh...!"

Tercekik oleh es terkutuk yang mengencang di tenggorokannya, Kamito membuat suara kesakitan.

"Kamito-san... Kamito-san...!"

Rinslet secara reflek memeluk dia, memelukkan lengannya pada lehernya.

Ini adalah cara untuk melindungi kepala Kamito dari menyebarnya es terkutuk.

Tapu tindakan seperti ini terbukti tidak membuahkan hasil juga.

Es terkutuk tanpa ampun membekukan lengannya secara bertahap.

"...Guh, Rins... let... cepat... pergilah..."

"...Tidak... Tidak... mau!"

Rinslet terus menggeleng seperti seorang anak kecil yang membuat ulah.

Membuang keanggunannya yang biasanya, dia berteriak dengan wajah menangis:

"K-Karena jika kamu pergi, Claire akan patah hati!"

"...!"

"Juga Kapten, Yang Mulia Imperial Princess, Nona Roh Pedang... Serta a-aku..."

Rinslet menatap wajah Kamito sambil memeluk kepalanya dengan kedua tangan.

Mereka cukup dekat untuk merasakan nafas satu sama lain. Waktunya agak tidak tepat, pipi mereka menjadi merah.

"Rinslet..."

"...Itulah kenapa... Aku tidak akan... pernah menyerah!"

Mendengar kata-kata Rinslet—

"...Ahhh... Benar, ah...!"

Meskipun kesadarannya kabur, Kamito masih mengangguk.

(...P-Pasti ada suatu solusi...)

Dia merasakan rasa dingin intens di seluruh tubuhnya. Menyebar ke kakinya, es terkutuk menyerap divine power.

"...Guh... Ah..."

Kelopak mata Kamito perlahan menutupi matanya.

"—Kamito-san!"

Rinslet berteriak keras tapi Kamito tidak bangun.

...Dia sepertinya telah kehilangan kesadarannya sepenuhnya.

(...Ooh, menghancurkan es terkutuk ini adalah satu-satunya jalan!)

Rinslet menghaluskan divine power, mempersiapkan untuk melepas sihir roh lagi.

—pada saat ini, sesuatu bersinar didalam es terkutuk yang secara perlahan memenjarakan mereka berdua.

(...Nona Roh Pedang?)

Apa yang bersinar adalah pedang suci di tangan Kamito.

Memang, bahkan dengan seluruh tubuhnya di tutupi es terkutuk, Kamito masih tidak melepaskan «Demon Slayer» tersebut. Bahkan dengan divine powernya yang terkuras, dalam kondisi tak sadarkan diri, dia masih memepertahankan bentuk elemental waffenya tanpa menghilangkan itu.

Itu adalah kehendak Kamito, menolak sampai akhir.

Dia tahu. Bahwa «Demon Slayer» ini adalah satu-satunya harapannya untuk menghancurkan es terkutuk—

(...Selama dia memiliki cukup divine power, dia bisa membiarkan Nona Roh Pedang untuk mengeluarkan kekuatannya!)

Dan satu-satunya metode adalah—

Membuat keputusan, Rinslet mengangguk.

"Kamito-san... Aku, cinta kamu, Kamito-san—"

Dia menyentuh pipi Kamito dengan kedua tangan.

Lalu—

"B-Bahkan sebagai seorang bangsawan, aku telah mengakui perasaanku. Sebelum aku mendengar jawabanmu, aku tidak akan mengijinkan kamu untuk mati...!"

Dia mencium Kamito yang tak sadarkan diri.

Dengan setiap nafas, dia mengirim divine power yang dihaluskan kedalam tubuh Kamito.

Tenggorokan Kamito bergerak sebagai hasil, meski faktanya bahwa dia seharusnya telah kehilangan kesadaran.

"...Guh... Ah, ku..."

"Aku memberimu semua divine powerku, Kamito-san—"

Memeluk leher Kamito dengan erat, Rinslet mencium bahkan lebih dalam.

Cahaya «Demon Slayer» menguat, pedang suci tersebut, bersinar dengan kilau perak-putih, muncul.

"...O-Ohhhhhhhhhhhhh!"

Tepat saat teriakan perkasa Kamito bergema didalam tubuh «Zirnitra», disaat itu juga...

Penjara es terkutuk yang mengunci mereka hancur.

Bagian 3[edit]

Sisa-sisa es terkutuk tersebar seperti bintang-bintang berkilau.

Dipusatnya adalah Kamito berdiri diasana, memegang Rinslet di tangannya.

"...Kamito... -san...!"

Vivir Rinslet, secantik kuntum bunga, terbuka sedikit.

Kamito menempatkan dia pada punggung Fenrir yang menunggu di samping.

"—terimakasih, Rinslet."

Rinslet telah kehabisan kekuatannya. Kamito dengan lembut menempatkan tangannya di kepalanya.

Saat ini, divine power besar mengalir dalam aliran deras didalam tubuh Kamito.

Ini adalah divine power yang Rinslet telah menggunakan semua kekuatannya untuk mengirim pada dia. Cahaya dari «Demon Slayer» di tangannya menerangi setiap sudut dan celah didalan tubuh «Zirnitra».

Cahaya tersebut menerangi sosok di bagian terdalam dari es terkutuk dimana kegelapan bersemayam.

Sang «Queen of Ice Blossom»—Judia Laurenfrost.

Za, zazaza, za, zazazazazazaza, zazaza, zaza—

Bibirnya terus membuat suara aneh, menciptakan es terkutuk di sekeliling Kamito.

Tapi itu tak berguna. Selama «Demon Slayer» di tangan Kamito masih memiliki divine power, es terkutuk tidak akan mampu mendekati dia.

"Judia..."

Dengan ekspresi kesakitan, Rinslet menatap adiknya didalam es terkutuk.

Tapi tatapan kosong Judia tidak mencerminkan sosoknya.

"...apa yang terjadi? Ada apa dengan dia—"

Sambil menatap gadis didalam es terkutuk, Kamito bertanya pada Rinslet dibelakangnya.

Rinslet menggigit bibirnya dan ragu-ragu sejenak sebelum...

"—seperti korosi dari «Elemental Lord», «Kegelapan Dunia Lain» yang bertanggung jawab."

Akhirnya, dia menjelaskan dengan ekspresi menderita.

"...«Kegelapan Dunia Lain» ada dalam tubuhnya?"

"Ya. Iseria-sama memberitahuku—kebenaran dari hari itu."

Rinslet mengangguk dan merendahkan tatapannya sedikit, dia mulai menceritakan.

—empat tahun yang lalu, di hari «Festivel Elemental Air».

Terkorosi oleh «Kegelapan Dunia Lain», «Elemental Lor Air» berada di ambang lepas kendali. Jika kerusakan berlanjut lebih jauh lagi pada tingkat yang sama, itu mudah dibanyangkan bahwa dia pada akhirnya akan berakhir pada jalan yang sama dengan «Elemental Lord Api» yang telah menghancurkan kota Dylus.

Tapi kondisi sesungguhnya sebenarnya lebih parah daripada kondisi «Elemntal Lord Api» saat itu.

«Kegelapan Dunia Lain» merusak «Elemental Lord Air» bukan hanya nerniat untuk menyerang «Astral Zero» tapi juga «Alam Manusia» yang seharusnya terisolasi pada tingkat material.

"...membuat kontak dengan kegelapan itu kebetulan adalah Judia."

Melihat gadis dalan es terkutuk itu, Rinslet menggigit bibirnya.

"Kalau saja aku yang melakukan ritual pada hari itu seperti biasanya—"

Merasa bahwa princess maiden di alam manusia bermaksud untuk menghubungi «Elemental Lord Air», «Kegelapan Dunia Lain» tersebut menyebabkan bagian dari kegelapan menyelinap kedalam tubuhnya melalui ritual.

Judia adalah seorang princess maiden luar biasa. Ini mungkin salah satu faktor penyebab tragedi tersebut. Terjangkit kegilaan dari «Kegelapan Dunia Lain», dia bermaksud memanggil tubuh utama dari kegelapan ke alam manusia—

"...aku mengerti."

Mendengarkan sampai poin ini, Kamito tiba-tiba berreaksi.

"Untuk menghentikan itu, Iseria—"

"...ya."

Rinslet mengangguk dan melanjutkan.

"Pada hari itu, «Elemental Lord Air» pada sisa-sisa terakhir dari kewarasan. Untuk mencegah hasil terburuk, dia menyegel dia—Judia—didalam es terkutuk, bersama dengan «Kegelapan Dunia Lain»."

—itu adalah ingatan kebenaran yang Iseria temukan dari dalam «Elemental Lord Air».

"Tapi itu telah bangkit sekali lagi—"

Kemungkinan besar ketika Kamito dan timnya membebaskan elemantal lord di «Astral Zero», «Kegelapan Dunia Lain» telah diaktifkan.

Kegelapan yang tersegel di es terkutuk berresonansi dan memuluhkan kekuatannya.

Kemudian menghancurkan es terkutuk, kegelapan tersebut mengendalikan Judia dan mulai bergerak sendiri.

Pertama itu menggunakan kendali pikiran pada Elfim yang menghuni hutan dan memulai persiapan menghidupkan kembali roh yang kuat, «Zirnitra». Kemudian bergabung dengan perwujudan yang kuat, itu berniat untuk memanggil tubuh sejati dari kegelapan ke alam manusia untuk menggantikan dirinya sendiri.

"...apa ada cara menyelamatkan dia?"

Melihat pada Judia yang masih membuat suara, Kamito bertanya.

Rinslet menyiapkan busur elemantal waffenya dan berdiri disamping Kamito.

"—pasti mungkin. Dengan asumsi itu adalah kamu, Kamito-san, orang yang membebaskan «Elemental Lord Api»."

Kamito diam-diam mengangguk dan menyiapkan «Demon Slayer».

Mengkonsentrasikan divine power yang bergelora pada satu titik, dia menuangkannya pada pedang.

"Taris es pembeku, maju dan tembuslah -- «Freezing Arrow»!"

Rinslet menggunakan divine power terakhirnya untuk menembakkab tembakan terakhir.

Cemas untuk menyelamatkan adiknya, panah yang dia tembakan dengan konsentrasi penuh menembus dinding es terkutuk, menciptakan sebuah retakan kecil.

Kamito membuat dorongam dengan ujung pedang pada retakan tersebut—

"—kembalilah, kakakmu menunggu."

Bersinar perak-putih, pedang suci tersebut menembus dada «Queen of Ice Blossom».


Epilog[edit]

Bagian 1[edit]

Sebelum fajar, langit masih gelap dan tanah yang tertutup salju diselimuti keheningan.

Setelah kehilangan intinya, «Queen of Ice Blossom», eksistensi Zirnitra tidak bisa lagi dipertahankan runtuh. Awalnya, roh-roh yang dihancurkan di alam manusia akan menghilang dan kembali ke Astral Zero, tapi setelah menyatu bersama dengan materi yang nyata, Zirnitra telah kehilangan sifat-sifat dari roh ini dan berakhir sebagai mayat yang ditinggalkan ditempat terbuka.

Membawa Judia yang tak sadarkan diri, Kamito dan Rinslet kembali ke Kastil Winter Gulf untuk sekarang.

Diserang oleh naga-naga es, dinding kastil tersebut rusak parah tapi bagian dalam kastil pada dasarnya tak terluka. Juga tidak ada kematian diantara para prajurit.

Untuk mencegah kekacauan dari orang-orang di kastil, Rinslet menjaga Judia di kamarnya sendiri untuk saat ini. Mendengkur dalan tidurnya, Judia terlihat sangat muda pada wajahnya, hampir seperti waktunya telah terhenti sejak «Festival Elemental Air» pada hari itu empat tahun yang lalu.

Adapun untuk kembalinya Judia secara tiba-tiba, Mireille hampir tak bisa menahan keterkejutannya pada awalnya tapi segera menampilkan karakteristiknya yang optimis, menawarkan Milla untuk mengurus Judia bersama-sama.

Setelah menyelesaikan sebagian besar tugasnya, Rinslet sedang mandi sendirian di fasilitas pemurnian.

"...fiuh. Dengam begitu banyak hal yang terjadi, aku benar-benar lelah."

Berendam dalam air panas hinnga bahunya, Rinslet menghela nafas lega.

Karena mempertahankan Kastil Winter Gulf dan memberi Kamito sebagian besar dari Divine powernya, tubuhnya sangat kelelahan.

Untu menghindari runtuh dilantai, dia harus memulihkan divine powernya secepat mungkin.

...Hal-hal hanya akan menjadi lebih sibuk mulai sekarang. Bukan hanya tentang Judia tapi juga mengatur penyembuh untuk merawat para tentara yang terluka, memperbaiki kastil yang setengah hancur, serta—

(...Aku masih harus melakukan sesuatu tentang anak-anak itu yang kehilangan hutan mereka.)

Rinslet telah mengumpulkan anak-anak Elfim yang pemukimannya telah hancur, membawa mereka ke kastil untuk perlindungan dan perawatan medis.

Bangsa Elfim tidak terikat oleh hukum-hukum kekaisaran, tapi mereka yang tinggal di «Forest of Ice Blossom» setara dengan penduduk Laurenfrost. Memberi mereka perlindungan yang diperlukan adalah bagian dari tugas seorang bangsawan.

(...Sebelum Ayah dan Ibu kembali, aku harus memenuhi tugas penguasa sementara dengan benar.)

Sambil dia merenungkan masalah ini di kamar mandi, tubuhnya terasa panas seolah-olah terbakar.

"...Huah... I-Itu disini... lagi...!"

Jantungnya berdetak keras dan dia bisa merasakan divine power yang seharusnya habis, mengalir dengan cepat melalui tubuhnya,

...Alasannya tidak memerlukan banyak pemikiran. Itu adalah tepat ciuman dia berbagi dengan Kamito.

(...Kekuatan ini, apa yang sebenarnya terjadi?)

Menyentuh bibirnya yang lembab dengan jarinya, Riinslet bergumam pada dirinya sendiri.

Bagian 2[edit]

—Kamito tengah sendirian di teras kastil, menatap langit fajar.

Cahaya matahari terbit datang dari Pegunungan Kyria perlahan-lahan menerangi seluruh «Forest of Ice Blossoms» dibawah pandangannya.

Sementara itu dia menatap pada mayat raksasa «Zirnitra» yang terbaring di kedalaman hutan.

(...Restia, kemana kamu sebenarnya pergi?)

Kamito menghembuskan kabut putih.

Dia melarikan diri ke hutan— itu adalah apa yang princess maiden Elfim telah sebutkan.

Maka dia pasti masih didalam hutan itu.

Setelah matahari terbit, Kamito berniat mencari dia lagi.

(...Memalukan bahwa ksatria Kerajaan Suci lepas.)

Menurut Natalia, kapten «Wolf Ritters», Luminaris dan «Sacred Spirit Knight» telah menghilang tanpa jejak ketika dia pergi untuk menyelamatkan anggota «Wolf Ritters». Jika memungkinkan, Kamito awalnya ingin menangkap Luminaris untuk diinterogasi untuk informasi. Tapi termasuk Luminaris, semuanya seharusnya dipenuhi luka, jadi «Sacred Spirit Knight» mungkin tidak melanjutkan memburu Restia.

"Kamito-san—"

Pada saat ini, dia mendengar suara gelisah dari belakang.

Berbalik, dia menemukan Rinslet di pintu masuk ke teras, baru saja menyelesaikan mandinya.

Dia masih mengenakan pakaian untuk ritual pemurnian dengan mantel mandi dikenakan di bahunya.

Kulitnya masih menunjukan merah segar dengan uap air samar-samar naik.

Dihadapkan penampilan menggoda seorang wanita muda, Kamito merasa detak jantungnya meningkat.

"Rinslet..."

Dia berjalan ke samping Kamito dan bersandar pada pagar.

"Umm, tentang Judia, aku sangat berterimakasih. Itu semua berkat kamu, Kamito-san."

"Tidak, aku orang yang seharusnya berterimakasih. Jika kamu tidak disana saat itu, Rinslet..."

"...ada apa?"

"Tidak, bukan apa-apa...l

Menangkap sekilas belahan dadanya dari celah mantel mandinya, Kamito mengalihkan pandangannya.

Matahari yang perlahan-lahan naik, menyebabkan rambut pirang platinumnya yang panjang untuk terlihat semakin berkilau dan indah.

"Umm, ya..."

Rinslet tampak tergagap malu-malu saat dia mencoba membuka topik.

"Umm, A-Aku ingin berbicara sesuatu tentang apa yang terjadi saat itu..."

"...saat itu?"

"Y-Ya... S-Seperti yang aku katakan, saat itu!"

Wajahnya semakin memerah dan dia bahkan cemberut.

"Oh, pasti..."

Baru sekarang Kamito akhirnya menyadari.

...Dia berbicara tentang mencium Kamito untuk mentransfer divine power padanya.

"...S-Saat itu, umm... Teimakasih banyak."

Masih cemberut, Rinslet tiba-tiba bersandar pada Kamito.

"Saat itu, apa yang aku katakan, uh... itu serius, kamu tahu?"

Mata emerald jernihnya menatap Kamito dengan gelisah.

Adapun untuk Kamito—

"...apa yang kamu katakan?"

"...eh? Ya..."

Melihat tanda tanya mengambang diatas kepala Kamito, Rinslet hampir tidak bisa menyembunyikan kebingungannya.

"...umm, katakanlah... Mungkinkah, kamu tidak mendengarnya?"

"M-Maaf... Saat itu, pikiranku linglung..."

...Kamito meminta maaf secara jujur. Memang, Rinslet tampaknya telah mengatakan sesuatu sebelum mencium dia—

"...~A-A-A-A-A-Apa...!?"

Rinslet bergetar dan berguncang.

Whoosh whoosh whoosh whoosh whoosh whoosh whoosh... Tiba-tiba, sebuah badai salju mulai bertiup di sekeliling.

"M-Maaf... B-Bisakah kamu mengatakannya lagi..."

"...~L-Lupakan tentang itu!"

Dengan marah, Rinslet memalingkan kepalanya.

"...a-aku jelas-jelas mengumpulkan tekadku, sebuah ciuman serius... itulah sebabnya..."

"...!"

—tepat saat Kamito terguncang, pada saat ini...

"...c-ciuman, c-ciuman... Lagi?"

"Sialan... Jadi kau terlibat dalam perilaku tak tahu malu lagi!"

Rumble rumble rumble rumble rumble rumble rumble rumble...!

Kali ini, suhu udara sekeliling meningkat dengan cepat.

(...Tunggu sebentar, suara ini!?)

"..C-Claire! Dan Kapten!?"

Rinslet berteriak panik.

"Tunggu... Kenapa kalian berdua disini!?"

"K-Kami mendengar kalian berdua pergi dalam sebuah perjalanan—"

"Kami datang untuk mengejarmu!"

Dengan aura kemarahan, kedua gadis itu mendekati Kamito.

"...n-ngomong-ngomong, apa ini tentang sebuah c-ciuman, c-ciuman?"

"Hmm, aku tidak bisa berpura-pura aku tidak mendengar itu!"

"T-Tidak... Umm, uh, itu tidak seperti yang kalian pikirkan—"

"...K-Kamito-san, apa maksudmu dengan itu!?"

Untuk beberapa alasan, bahkan Rinslet mulai cemberut ketika dia mengharapkan untuk tahu kebenarannya.

—pada saat ini...

Tatapan Kamito tiba-tiba ditarik ke pintu masuk teras.

—seseorang berdiri disana.

Seorang gadis dengan rambut panjang yang indah berwarna kegelapan dan mata berwarna senja.

"...Res... tia—?"


Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]


Mundur ke Jilid 12 Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Jilid 14