Shinigami ni Sodaterareta Shoujo wa Shikkoku no Ken wo Mune ni Idaku (Indonesia) Jilid 1 Epilog

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Epilog: Seusai Upacara Penghargaan...[edit]

Satu bulan setelah pertukaran tahanan.

Setelah menyerahkan tugas mempertahankan kastil Kaspar pada Mayjen Elman dan 8.000 prajurit, unit gabungan kembali ke Benteng Gallia. Benteng Kiel tak menunjukkan tanda-tanda pergerakan, jadi mereka membentuk garis pertahanan baru berpusat pada kastil Kaspar. Disaat yang sama, Lambert dan Neinhart segera kembali dari Benteng Gallia ke ibukota.

Mereka meninggalkan Benteng Gallia beberapa saat yang lalu, jadi ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, dan Otto begitu sibuk sampai-sampai dia buta waktu. Ashton yang secara resmi memulai karirnya sebagai seorang ahli strategi membantu Otto. Dia harus menangani masalah-masalah militer sebagai asisten Otto.

Disisi lain, Olivia dan Claudia–

(Fufu. Aku penasaran wajah macam apa yang akan ditampilkan Letda saat dia mendengar berita ini.)

Claudia berusaha menenangkan wajahnya sebisa mungkin, berdeham, dan mengetuk pintu.

"Claudia, kan? Masuk."

Claudia belum menyebutkan namanya, tapi Olivia sudah tau kalau itu adalah dirinya. Claudia bertanya-tanya apakah cara dia mengetuk pintu memiliki ciri khas, dan membuka pintunya. Didalam ruangan itu, Olivia berbaring tengkurap ditempat tidurnya dan membaca buku seperti biasanya. Dia melirik Claudia dan memulai percakapan:

"Ada apa? Wajahmu kelihatan lucu."

Dia mungkin merilekskan wajahnya tanpa menyadarinya, dan Claudia segera menyangkal:

"I-Ini nggak lucu! Lupakan soal itu, ada berita bagus! Jangan terkejut saat kau mendengarnya."

"Yah, itu cuma firasat, tapi kurasa aku nggak akan terkejut."

Olivia berkata serius.

"Fufu, tunggu sampai kau mendengar ini. Para petinggi telah memutuskan untuk menghadiahimu dengan "Medali Singa Emas"! Apa kau terkejut!!"

“… Hmm~”

Olivia menanggapi tanpa ketertarikan, dan melanjutkan membaca bukunya. Tempat itu sangat sunyi, selain suara halaman buku miliknya yang dibalik.

(Ehh!? Cuma begitu saja!?)

Reaksi Olivia yang tak terduga membuat Claudia berdiri mematung. Itu sama seperti yang dikatakan Olivia. Sesuatu yang serupa juga pernah terjadi di masa lalu.

(Saat itu, kupikir aku diberi suatu paket yang merepotkan, akan tetapi....)

Claudia tersenyum masam, dan mendekati Olivia yang berbaring tengkurap di kasur:

"Letda! Apa kau betul-betul paham? Ini adalah Medali Singa Emas, Medali Singa Emas! Hanya ada tiga orang dalam sejarah yang menerima penghargaan ini. Ini merupakan sebuah kehormatan besar!"

Yang pertama adalah Menteri Kepala Leonheart Várquez, yang membersihkan korupsi di Kerajaan pada abad ke-7 Kalender Lunar, dan menyelamatkan negara yang runtuh dengan membangunnya kembali.

Yang kedua adalah Mayjen Tristan Wrenchings. Pada abad ke-8 Kalender Lunar, Tuan Dioter mengumpulkan pasukan dalam upaya merebut Kerajaan, dan kejadian itu dijuluki oleh para sejarawan sebagai <Kebangkitan Dioter>. Mayjen Tristan meredakan pemberontakan tersebut dengan 2.000 pasukan dalam waktu dua hari, membuat dirinya mendapatkan medali ini.

Yang ketiga Panglima Tertinggi Cornelius Wym Curling, yang mendapatkan banyak prestasi perang saat pertengahan era peperangan di abad ke-9, <Ever Victorious General> yang terkenal.

Masing-masing dari mereka merupakan pahlawan hebat. Selain itu, Olivia adalah wanita pertama yang mendapatkan kehormatan ini, dan dengan ini, seorang pahlawan baru akan bangkit di Kerajaan.

Tapi reaksi Olivia adalah–

"....Claudia, kamu betul-betul suka kehormatan, huh. Seperti yang kubilang, aku lebih suka buku dan makanan lezat."

Olivia menepuk buku miliknya saat dia bilang begitu. Claudia tercengang akan hal ini, dan menatap sampul buku tersebut. Itu adalah sebuah buku yang sangat dia sukai saat dia masih kecil, <Comet, peri yang suka bergurau>.

"Letda, apa kau suka Comet, si peri tukang nge-prank."

"Ya. Comet takut manusia, tapi masih bersikeras mengerjai mereka, itu sangat menarik. Claudia, apa kau pernah membaca kisah-kisahnya juga?"

Sebagai tanggapan pada tatapan penasaran Olivia, Claudia membusungkan dadanya dengan bangga, dan menjawab dengan nada yang menyiratkan jawabannya sudah sangat jelas:

"Aku tidak bermaksud untuk menyombongkan diri, tapi aku punya semua seri buku Comet.... Dan ini agak memalukan, tapi saat aku masih kecil, aku percaya bahwa Comet benar-benar ada, dan bahkan berusaha menangkap dia."

Claudia mengenang masa kecilnya, dan menggaruk wajahnya agak malu-malu. Olivia melompat dari ranjangnya, dan meraih pundak Claudia. Matanya berkilauan seperti seekor predator yang telah menemukan mangsanya.

Claudia terkesiap oleh keagresifannya dan bertanya terkejut:

"A-Ada apa!?"

"Aku juga! Aku melakukan hal yang sama! Aku berusaha menangkap Comet juga!"

Kata Olivia seraya bernafas berat. Olivia sangat gembira karena dia telah menemukan seorang rekan, dan Claudia lega setelah menyadari hal itu. Dia tak punya teman yang sama-sama tertarik pada hal ini, jadi Claudia menyarankan:

"Sungguh kebetulan. Jika kau begitu menyukainya, aku bisa memberikan semuanya padamu, seluruh seri yang ada dirumahku."

"Ehh!? Sungguh?"

Olivia tersenyum layaknya sekuntum bunga yang sedang mekar, dan pria manapun yang melihat ini kemungkinan akan langsung jatuh hati pada dia. Pewaris dari bangsawan besar kemungkinan akan memberi dia ratusan buku tanpa ragu-ragu.

Meskipun bahunya masih nyeri karena genggaman Olivia, Claudia jadi kepikiran hal-hal yang tak berguna semacam itu.

"Tentu saja tak apa-apa. Tapi jumlahnya ada 20 buku dalam seri itu. Yah.... Bisakah kau mengurusnya?"

Claudia bertanya seraya menatap tumpukan buku yang ada di ruangan. Olivia menepuk dadanya percaya diri dan berkata:

"Gak masalah. Aku akan menyuruh Ashton merapikannya untukku."

Dia gak punya niat merapikannya sendiri. Claudia jadi sedikit bersimpati pada Ashton yang telah diberi tugas sebagai tukang bersih-bersih.

"Aku akan mengirim surat ke rumah dan meminta mereka mengirimkan buku-bukunya kemari."

"Ya, makasih banyak! Claudia dan Ashton memang manusia yang baik!"

"Hah. Terimakasih atas pujianmu."

Dia bingung oleh pilihan kata Olivia yang aneh seperti biasanya, tapi Claudia tetap berterimakasih pada Olivia dengan tulus.

(Aku sudah memberitahu dia tentang Medali Singa Emas. Selanjutnya, aku harus memberitahu dia kalau dia butuh ini.)

Claudia melirik peti putih yang dia bawa dilengannya dan menanyai Olivia:

"Ngomong-ngomong, apa kau punya pakaian formal, Letda?"

"Pakaian formal? Enggak, aku nggak punya."

Olivia bertanya terkejut. Claudia tersenyum, senang bahwa dia membawa pakaian miliknya.

"Itu akan jadi masalah. Kau harus memakai pakaian formal untuk upacara penghargaannya."

"Nggak bisakah aku pakai seragamku saja?"

Olivia menunjuk seragam yang dia kenakan. Seragam miliknya tak masalah dikenakan pada kebanyakan situasi, tapi sebuah upacara penghargaan merupakan sebuah pengecualian.

"Sayangnya, tidak."

"Ehh~ Kalau begitu bolehkah aku nggak menghadiri upacara penghargaan itu?"

Claudia memegang tangan Olivia saat dia membalik halaman bukunya. Olivia membelalakkan matanya terkejut.

“C-Claudia!?”

"Bagaimana bisa bintang pertunjukkannya tidak hadir...!? Aku sudah menduga ini akan terjadi, jadi aku membawa pakaian formal milikku. Beruntungnya, ukuran kita hampir sama, jadi kau mungkin bisa memakai pakaian milikku."

"Ehh~ Jadi ngerepotin kamu, Claudia~ Nggak usah deh~"

Olivia mengalihkan tatapannya dan berkata monoton. Claudia memperkuat pegangannya pada tangan Olivia, sebelum Olivia bisa melepaskan diri.

"Kalau kau benar-benar merasa begitu, maka masukkan lebih banyak emosi pada nada suaramu. Baiklah, cobalah. Jangan sungkan-sungkan bilang padaku jika ada yang terasa tidak nyaman. Aku akan menjahitnya untukmu."

Lalu Claudia menyerahkan pakaian formal berwarna putih pada Olivia. Pada bahunya terdapat bordiran sebuah cawan dan dua singa, yang merupakan lambang Kerajaan. Pakaian itu disimpan didalam sebuah peti, jadi Claudia senang bahwa pakaian itu masih terlihat bagus.

"Ehh~ Claudia jadi betul-betul suka maksa belakangan ini."

Olivia mengeluh, tapi tetap melepas seragamnya meski enggan. Pakaian formal itu memiliki desain yang sama dengan dengan seragam militer, jadi mudah dipakai. Beberapa saat setelah itu, Olivia terlihat seperti seorang perwira militer wanita dari buku-buku cerita.

"Sudah kuduga, itu sangat cocok denganmu."

Claudia memuji dia, tapi Olivia memiringkan kepalanya dan tampak sedikit nggak puas.

"Bagaimana?"

Ukurannya tampak nggak masalah, dan Claudia merasa nggak perlu menjahit pakaian itu.

"Hmm~ dada agak sempit dan sesak. Dan pinggangnya longgar..."

Shinigami ni Sodaterareta Shoujo V1 10.jpg

“……”

“Claudia, apa kamu dengar?”

"Pakaian itu memang begitu desainnya. Jadi tahanlah."

"Ehh? Tapi kamu bilang kamu akan menjahitnya kalau nggak pas..."

"Nggak ada perlunya menjahitnya."

"Tapi kamu barusan–"

"Tidak."

"....A-Aku paham. Kurasa kamu benar, Claudia."

Olivia mengangguk, dan melepas pakaian formal itu sembari ditatap dingin oleh Claudia.

Benteng Gallia, Aula Utama

Aula utama yang biasanya tidak digunakan, kini ramai orang. Kilauan cahaya bersinar dari lampu gantung mewah yang menggantung dari langit-langit, dan bendera Kerajaan bergambar cawan dengan dua singa menghiasi dinding.

Ditengah aula utama ada Paul yang mengenakan pakaian formal dan jubah ungu. Para perwira militer dan perwira sipil berbaris rapi dalam dua barisan. Otto yang juga mengenakan pakaian formal berdiri disamping Paul. Diatas tatakan terdapat sebuah medali emas berkilauan berlambang singa.

"Baiklah, mari kita mulai upacara penghargaannya."

Dengan sinyal itu, terompet ditiup dan para penjaga membuka pintu besar. Olivia yang mengenakan pakaian formal berwarna putih muncul. Dengan para perwira menperhatikan dirinya, Olivia berjalan dengan anggun. Banyak perwira sipil yang hanya mendengar tentang Olivia tampak terkejut. Beberapa dari mereka bahkan sampai melepads kacamata mereka dan mulai mengelap kacamatanya.

(Mereka mungkin berpikir dia seorang wanita yang berotot.)

Pikir Otto, dan mendengar salah satu perwira sipil berbisik: "Siapa yang bilang kalau dia seseorang yang berotot?"

Olivia berdiri didepan Paul, dan berlutut satu kaki dengan tangannya di dadanya dalam satu gerakan yang halus. Otto terkejut oleh sikapnya yang gagah. Tak ada waktu untuk mengajari dia etika sebelumnya, jadi dia berpikir Olivia akan bertindak sedikit tak sopan.

Otto menatap Claudia yang berdiri di barisan kanan, dan Claudia menggeleng.

(Bukan Aipda Claudia yang mengajari dia–? Misteri pada gadis itu semakin dalam.)

Otto merasa bingung, dan mata Paul berkilauan layaknya anak laki-laki yang menemukan sebuah permata.

"Letda Olivia. Sebagai pengakuan atas kinerjamu yang luar biasa, dengan ini aku menganugerahimu dengan Medali Singa Emas."

"Siap pak, saya merasa sangat terhormat."

Otto menyematkan medali tersebut pada dada Olivia seraya Olivia berlutut didepannya. Olivia berdiri, mundur satu langkah sebelum menunduk. Lalu dia berbalik seraya jubah merahnya yang bergambar lambang Kerajaan berkibar, dan berjalan dengan anggun. Banyak perwira yang kagum, dan–

"M-Mohon maaf atas gangguan saya!"

Seorang prajurit menerjang masuk merusak suasananya. Semua perwira mengernyit, dan Otto membentak dia:

"Upacaranya masih belum selesai! Tak bisakah kau menunggu!?"

"S-Saya minta maaf, tapi–"

Paul berkata pada si prajurit yang panik:

"Tak masalah. Ada apa?"

"Baik, sebuah laporan mendesak datang dari ibukota! Pasukan Ketiga dan Keempat yang mempertahankan zona perang utara telah dihancurkan!"

Tahun 999 Kalender Lunar.

Awan  diatas Kerajaan semakin gelap.