Difference between revisions of "Shinigami wo Tabeta Shoujo Indo:Bab 18"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
 
(No difference)

Latest revision as of 13:11, 23 May 2020

Chapter 18 - Makanan Di Ibukota Kerajaan Pasti Lezat[edit]

Kastil Belta, sedang dalam perbaikan yang buru-buru.

Ruang rapat didalam kastil, pendapat-pendapat dari para jenderal dan para staf perwira betul-betul terpecah menjadi dua, yang satu rencana perang cepat–segera membuat Canaan menyerah dan bergegas menguasai Ibukota Kerajaan, dan yang satunya rencana aman–menguasai wilayah selatan seraya bergerak ke Canaan. Orang-orang yang didukung oleh kemenangan berturut-turut mereka menegaskan bahwa mereka harus mengincar Ibukota Kerajaan sesegera mungkin.


"Aku ingin kalian semua ingat apa tujuan besar kita. Membebaskan Ibukota Kerajaan dari tangan-tangan lalim adalah misi kita. Lalu, kenapa kita harus mengambil jalan memutar. Aku sama sekali tidak paham."


"Betul sekali. Disaat kita memutar-mutar ibu jari kita, orang-orang menderita. Jelas juga bahwa musuh sudah menyerah. Terlebih lagi karena Kekaisaran juga telah menyatakan perang. Jalan memutar ini yang mana kita bergerak menjauh untuk menjatuhkan wilayah selatan Kerajaan tidaklah diperlukan."


Altura belum mengungkapkan pendapatnya sendiri. Sampai dia mendengar pandangan dari setiap anggota, dia gak akan memberikan penilaiannya. Keputusannya sama pentingnya. Kehidupan semua tentara Pasukan Pembebasan dipertaruhkan.


Ketika Altura mengarahkan tatapannya pada Diener, dia batuk pelan dan mulai berbicara.


"......Kurasa kita tak boleh gegabah. Waktu ada di pihak kita. Semakin kita menunggu, semakin menguntungkan bagi kita, dan semakin merugikan bagi Pasukan Kerajaan. Dan juga, musim dingin yang keras akan segera datang. Canaan tidaklah selemah itu sampai-sampai bisa jatuh dalam jangka waktu yang singkat."


Ada orang yang menunjukkan ekspresi pahit mendengar pendapat Diener. Mereka adalah orang-orang yang tergabung dalam faksi oposisi, yang gak menganggap bagus soal peningkatan Diener menjadi menonjol. Mereka merupakan anggota faksi Salvador sejak lama, yang telah menemani Altura sejak dia mengumpulkan pasukan. Bala bantuan yang datang dari Kekaisaran juga termasuk dalam faksi ini.


Atau, mereka dari faksi Belta, para prajurit yang menyerah yang di tengah jalan telah setuju dengan motif Altura dan berkumpul.
Tentunya orang-orang yang paling dekat dengan Altura kebanyakan orang-orang dari faksi Salvador. Tapi, jumlahnya gak seberapa, mereka kalah jumlah dengan faksi Belta, dan dengan demikian pendapat mereka gak bisa diabaikan.


Altura dalam posisi yang rumit. Saat dia condong kearah manapun, itu akan menyebabkan ketidakpuasan. Ketidakpuasan itu akan menumpuk dan terus menumpuk, dan kemudian meledak, sama seperti Kerajaan saat ini.


“Astaga, aku tak menyangka Tuan Diener yang unggul dalam kecerdasan mengeluarkan kata-kata itu. Dalam pertempuran beberapa hari lalu, orang yang mengirim 5.000 tentara untuk mengejar ke Canaan, bukankah itu kau? Mereka diusir tanpa mendapatkan hasil apapun. Aku tak akan mmembiarkamu bilang bahwa kau telah melupakan semua darah yang telah kau tumpahkan."


Kritik Ghamzeh, seorang staf perwira dari faksi Belta, dan para anggota lain setuju.


“Itulah yang menimpa para prajurit yang digerakkan tanpa berpikir. Tentu saja, kau lah, Tuan Diener, yang menjatuhkan Belta. Itu karena keahlianmu. Tetapi, yang berhasil melakukannya adalah para perwira dan prajurit Pasukan Pembebasan, dan terutama para milisi yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk ikut serta. Aku kuatir kau lupa bahwa itu adalah upaya semua orang dengan cita-cita yang sama.”


".....Lalu, apa Staf Perwira Ghamzeh memiliki rencana untuk menaklukkan Canaan?"


"Tentu saja. Aku sudah membuat rencana untuk menaklukkannya. Aku punya banyak koneksi dengan penguasa feodal di wilayah Ibukota Kerajaan. Kami sudah bertukar pesan yang mengatakan bahwa mereka akan benar-benar memberontak segera setelah kita Pasukan Pembebasan menyerbu wilayah Ibukota Kerajaan."


Ghamzeh mengeluarkan pesan rahasia dari saku dadanya. Pada surat-surat itu, nama-nama penguasa feodal dari daerah yang melewati Wilayah Canaan tertulis disana. Dia telah meningkatkan koneksi sejak dia berafiliasi dengan Pasukan Kerajaan dan menerapkan rencana ini.


Apa yang dicari para penguasa feodal itu adalah jaminan keamanan. Ini merupakan pekerjaan mudah bagi Ghamzeh. Setelah itu, dia akan memonopoli pencapaian pada faksi Belta, dan harus membuat pijakan untuk merebut kekuasaan setelah mendapatkan kendali atas Ibukota Kerajaan. Rezim boneka Kekaisaran merupakan ancaman yang sangat nyata. Pada tingkat ini, Kekaisaran akan mengambil keuntungan dari perang saudara dan bertindak sesuka hati. Ini adalah ketakutan yang dimiliki orang-orang mantan Pasukan Kerajaan.


Orang yang memunculkan ketakutan ini, adalah Ahli Taktik Diener. Dia adalah karakter mencurigakan yang dekat dengan Pangeran Alan yang dikirim dari Kekaisaran, dan tempat kelahirannya gak diketahui. Dia adalah duri dalam daging bagi faksi Belta, dan mereka menunggu dengan waspada, seperti binatang buas memburu mangsanya, menunggu waktu untuk menggulingkan dia. Dia gak pernah menunjukkan banyak kesalahan sebelumnya, tetapi kekalahan pada pengejaran beberapa hari lalu adalah peluang yang sudah lama mereka tunggu.


"Tuan Ghamzeh. Aku yakin aku bertanya tentang penaklukan Canaan. Menguasai Ibukota Kerajaan harusnya menjadi percakapan untuk nanti."


"Jangan bingung begitu, Tuan Diener, akan kujelaskan secara terperinci mulai dari sini. Dari para bawahanku, ada banyak yang tau tentang geografi wilayah ini secara rinci. ......Silahkan lihat ini."


Ghamzeh mulai menjelaskan sambil menunjukkan dengan jarinya pada peta yang dibentangkan.


"Kalau kita mau melakukan serangan frontal, kita harus menguasai jalan utama ini yang menghubungkan ke Ibukota Kerajaan. Namun, jalan ini dikelilingi oleh pegunungan yang curam. Sebuah kastil bisa saja ada disini, lalu juga ada Benteng Roshanak. Kalau mereka memasang formasi tempur di wilayah pegunungan ini, mereka akan sulit diserang, bukankah begitu?"


"Benar, lawan kita bisa bertarung sambil memanfaatkan posisi strategis dan alam, sementara disisi lain, kita harus terus bertempur di tanah yang datar."


Altura mengangguk. Diener mendengarkan dalam diam.


"Tepat. Jika kita memutuskan untuk menyerang dengan gegabah, kita akan kehilangan pasukan yang besar. ...... Disini, mari kita ubah pembicaraan sejenak. Diluar wilayah pegunungan Canaan ini ada tiga benteng. Yang pertama adalah target kita, Ibukota Kerajaan Blanca. Di sebelah tenggara ada Benteng Sayeh. Dan yang akan segera selesai adalah Benteng Cyrus di barat daya."


Dia menunjuk tempat itu satu per satu. Dari Belta, yang terdekat adalah Benteng Cyrus di tenggara.


Begitu mereka melintasi jalan, ke arah barat menuju Cyrus dan ke timur menuju Sayeh. Kemudian tepat di antara kedua benteng itu adalah Ibukota kerajaan Blanca yang bisa dilihat. Pertahanan tiga cabang ini, dengan asumsi mereka melintasi Canaan, akan menjadi benteng terakhir Kerajaan.


"Itu akan menjadi musuh yang merepotkan bagi kita karena sudah hampir selesai huh."


Behrouz mengamati sambil mengusap-usap jenggot putihnya. Dikala sedang dipertengahan menyerang satu benteng, mereka pasti akan diserang dari belakang. Untuk menghadapi itu, mau tak mau mereka harus membagi kekuatan pasukan mereka.


“Tetap saja, aku menyimpulkan bahwa itu tidak berbahaya seperti sekarang. Karena hampir selesai, penjaga masih belum ditempatkan. Yang ada disana hanyalah warga yang dikumpulkan sebagai buruh, inspektur, dan sejumlah kecil penjaga. ......Nah bagi kita, kita beruntung, karena kita memiliki bimbingan dari bintang-bintang."


Sambil berbicara tentang informasi yang didapat dari mata-matanya, Ghamzeh dengan bangga mengetuk peta tersebut.


Diener menyuruh dia untuk melanjutkan.


"Lalu apa yang dimaksud keberuntungan ini?"


“Di pegunungan Canaan, ada celah yang hanya diketahui oleh penduduk setempat. Tentunya, itu tak ada di peta. Orang asing juga tidak diberitahu tentang itu. Melewati jalan pintas ini, adalah bagian belakang Benteng Cyrus.”


Dari tempat penyerangan yang mereka rencanakan, dia menunjukkan area yang lebih jauh di bagian barat. Itu adalah daerah pegunungan yang curam bernama Bukit Golbahar. Ghamzeh mengatakan harus melintasi bukit ini, mengambil alih Cyrus, lalu bergerak ke Wilayah Ibukota Kerajaan.


“Namun, apa ini tidak berbahaya? Kau tak akan bisa menghindari pemusnahan jika kau terisolasi. Bagiku itu bukan tempat yang mudah untuk mengirim bala bantuan."


Altura menunjukkan kekhawatirannya, dan Ghamzeh menggeleng, berkata gak ada yang perlu dikuatirkan.


"Untuk alasan itulah aku menyusun rencana dengan para penguasa feodal disekitar Cyrus. Orang-orang yang memiliki semangat pasti akan bekerja sama dengan kita. Aku ingin meminjam 3.000 infanteri ringan sebagai unit awal dan 5.000 untuk penjaga belakang. Dengan jumlah sebanyak itu, kita bisa bertahan sampai akhir. Tak lama lagi musim dingin mencapai puncaknya, dan jika bersalju, akan mustahil bagi suatu pasukan besar untuk bergerak. Selama waktu itu, kita akan menekan Canaan dari depan dan belakang."


"Diener, bagaimana menurutmu?"


"....Jika ini berhasil, Canaan mungkin akan jautuh tanpa banyak upaya. Kita bisa memotong jalur persediaan mereka. Sebagai konsekuensi dari Canaan yang tak produktif, akan sangat sulit memenuhi kebutuhan hanya dengan mengandalkan produksi lokal. Pasokan dari Kerajaan merupakan penyangga utama mereka. Tapi, kemungkinannya 50-50, kurasa."


Diener menunjukkan rasa was-was, tapi Ghamzeh menepisnya. Dia sudah membuat persiapan awal sampai titik ini. Meskipun penilaiannya sendiri atas dasar dari para penguasa feodal, dia telah mengeluarkan dana yang tak sedikit. Dia tak akan mundur setelah semua yang dia lakukan. Dia berlutut, menundukkan kepalanya, dan mengajukan banding atas resolusinya sendiri. Bukanlah sebuah kebohongan bahwa dia melakukan itu demi kemenangan Pasukan Pembebasan.


“Putri Altura. Bahaya selalu ada menyertai rencana apapun. Tapi, Pasukan Pembebasan tidak akan sampai sejauh ini jika mereka takut bahaya. Aku mohon padamu, tolong beri aku perintah. Tentunya, aku pasti akan mempersembahkan keberhasilan padamu!"


Setelah merenung sebentar, Altura memberi keputusan.


"......Dimengerti. Ghamzeh, kuserahkan komando operasinya padamu. Namun, secara bersamaan kita akan bergerak untuk menguasai wilayah selatan. Diener. Kau segera susun rencana operasi ke wikayah selatan Kerajaan. Behrouz. Kau akan memimpin prajurit dan pergi bersama Diener."


"Siap-!"

"Dimengerti!"


Pasukan Pembebasan telah memutuskan kebijakan mereka. Sebagai Divisi Pertama, 30.000 tentara akan dikerahkan ke Canaan dan mendirikan kemah. Mereka akan menahan pasukan pertahanan lawan. Mereka akan menahan diri untuk tidak menyerang, dan hanya berkonfrontasi saja merupakan tujuan mereka utama.


Lalu, Divisi Kedua, 30.000 tentara akan memotong jalur persediaan Canaan, mengincar Pasukan Kerajaan hancur dengan sendirinya. Jika musuh mundur. Mereka akan menekan Canaan.


Diener dan Behrouz dikirim untuk merebut wilayah Selatan Kerajaan. Sudah diputuskan bahwa Altura yang akan mengambil alih seluruh komando dari Kastil Belta.


Malam itu.


Diener mengirim agennya yang sudah diberi perintah rahasia ke Kerajaan. Kalau rasa ragunya benar, mereka merupakan jaminannya. Meskipun dia kuatir, gak akan ada masalah. Dalam Kerajaan yang sudah rusak itu, pasti ada orang yang memanfaatkan informasi yang mereka sebar. Kerajaan sudah menjadi ladangnya aktivitas rahasia. Gak lama lagi, pohon kejujurannya akan layu. Dan yang tersisa hanyalah tanaman-tanamam busuk. Memotong tanamam-tanaman itu merupakan masalah yang mudah.


Pasukan Kerajaan menguasai Wilayah Canaan.


Tempat Perkemahan Benteng Roshanak.


Seraya mengelilingi api unggun, semua orang sedang makan, minum alkohol, beristirahat untuk menghilangkan rasa lelah mereka, dan berbincang-bincang. Hanya ada sidikit hiburan bagi para prajurit. Di tempat terpencil seperti ini, gak ada hiburan lain. Setelah memperoleh prestasi perang yang luar biasa dan menyelamatkan prajurit sekutu, Kavaleri Schera dianggap sebagai para pahlawan.


Para prajurit dari unit Schera sangat populer, dan ditanya-tanyai, "Schera itu orangnya seperti apa?", dan, "Apa rumor soal kemampuannya memang benar?"


"Jadi, apa itu betul? Soal kalian semua dan Nona Schera. Bukankah Dewa Kematian cuma ada dalam dongeng saja? Sejauh yang bisa kuluhat, dia gak ada bedanya dengan gadis-gadis desa disekitar sini."


Si penjaga menyilangkan tangannya sambil mengerang bertanya-tanya. Dia merasa kalau mereka memang tangguh, tapi itu sampai tingkat dimana dia gak terlalu yakin. Mereka menerobos pengepungan Belta, dan kemudian mengalahkan unit pengejar. Pahlawan seperti apa itu!? Dia ingin tertawa. Ini bukanlah kisah dongeng.


"Mayor Schera, bukan, mungkin Letkol? Rumor-rumornya memang sesuai dengan aslinya. Dia baru berusia 18 tahun sih. Kalau kau melihat dia bertarung, kau gak akan lagi bisa bilang kalau itu sebuah kebohongan."


Seorang pria dari Kavaleri Schera berkata seraya dia menuangkan alkohol. Sepuluh orang disekitar dia, berkumpul penuh kegembiraan dan mendengarkan dengan cermat.


"Menurut orang-orang yang selamat, kata mereka kalian juga bertempur dengan sengit. Mungkinkah kau dipenuhi semangat membara saat Nona Schera memimpin kalian? Ahahaha!"


"Kalian juga diberi hadiah! Bukannya aku iri sih, soalnya kami gak terlalu berguna hah."


"Mungkin aku bakal mencoba membuat petisi untuk ganti komandan juga, karena dengan itu aku bisa dapat prestasi dan dipromosikan!"


Semua orang bercanda sambil tertawa. Pria dari Kavaleri Schera berkata seraya menatap api unggun,


"....Gimana yah aku menggambarkannya. Saat aku berada dibawah bendera itu, bertempur bersama Letkol, aku nggak merasa takut lagi. Aku betul-betul gak merasa takut akan kematian lagi. Meski aku sendiri berpikir itu aneh."


"Kalian saja yang sudah sinting. Mana ada orang yang gak takut mati."


"Betul juga. Aku penuh semangat saat bertempur, tapi aku tetap takut mati."


"Gak ada kata mati untuk Kavaleri Schera. Kami... gak akan pernah mati. Meskipun kami kehilangan daging kami, selalu dibawah bendera hitam berlambang gagak, kami akan selamanya bersama Letkol. Itu sebabnya Kavaleri Schera gak akan kalah. Kami gak akan pernah bisa dikalahkan."


Semua orang terdiam gak bisa berkata apa-apa, hanya menatap pria yang terus berbicara dengan mata kosong. Seolah membaca kitab, pria itu yakin akan kebenaran dari keyakinannya. Didalam matanya bersinar cahaya fanatik.


"W-Woi."


"Apa kau baik-baik saja?"


Pria itu tersentak kembali sadar, dan melihat sekelilingnya. Dia tertawa ringan, dan menegak minumannya.


"......Apaaa? Itu hanyalah kiasan. Kami bertempur dengan antusias semacam itu. Letkol selalu bertarung dibagian depan untuk kami. Kami hanya mengikuti dia."


"Oh, oke. Sungguh bisa diandalkan."


"Yah, ayo minum. Kalau kau gak minum saat kalian bisa, kalian akan menyesalinya."


"Y-Ya! Ayo, minum, minum."


“...........”


Setelah itu, semua orang lanjut minum dalam keheningan. Seperti berusaha menyamarkan rasa takut akan kematian. Seperti dengan panik mengalihkan mata mereka dari perasaan itu. Bendera hitam berkibar diatas benteng. Gagak putihnya– mereka berdoa supaya gagak itu gak turun ke punggung mereka. Kalau mereka sudah dirasuki gagak putih itu, mereka pasti akan jadi seperti itu.


–Pria dari Kavaleri Schera, penuh kegembiraan menatap bendera itu.


Benteng Roshanak, Ruang Makan Perwira


Schera diundang makan oleh Yalder. Meski Belta telah jatuh, untuk prestasi individual, dia mendapatkan hadiah yang gak bisa disaingi orang lain. Yalder sedang dalam suasana hati yang sangat bagus, dan minum alkohol seraya tertawa riang.


"Mayor Schera. Bukan, Letnan Kolonel! Aku nggak salah memberi rekomendasi padamu!"


"Terimakasih banyak, Jenderal."


"Ah– gak usah pakai formalitas. Jangan menahan diri, makan, makan. Kudengar dari Sidamo kalau kau sangat suka makan lebih dari apapun. Bukankah begitu, Staf Perwira Sidamo!"


"Siap-, anda tidak salah."


Setelah berhasil kembali dari Belta, Sidamo mengangguk. Dia memang terluka, tapi tidak sampai ke titik dia gak bisa bergerak. Dia mendapatkan kembali posisinya sebagai ajudan Yalder, dan bekerja sebagai seorang Staf Perwira.


Schera menatap Sidamo dengan tatapan ragu dan lalu kembali makan. Hidangannya ikan bakar yang gak dia ketahui, daging kelinci, jamur, tanaman liar, buah. Mungkin hidangan ini bisa disebut berkah dari pegunungan? Meskipun tanahnya tandus, pegunungan ini sendiri memiliki panenan seperti ini.


"Mm, mm! Akhirnya Pasukan Ketiga bisa kembali dibangkitkan, aku berencana menjadikan pasukan Letkol sebagai kuncinya. Kita pasti akan mendapatkan kembali kebanggaan Divisi Baja yang telah jatuh dalam pertempuran berikutnya. Kau paham, Sidamo?"


"Siap-, aku, Sidamo, akan mengerahkan segenap kekuatanku."


"Senang memdengarnya! Baiklah kalau begitu, kau harus menikmatinya pelan-pelan. Makanlah sebanyak yang kau mau. Aku nggak keberatan. Aku akan pergi duluan. Kalau ada sesuatu, jangan sungkan-sungkan mencariku."


"Dimengerti!"


Schera memberi hormat sambil makan, dan Yalder pergi setelah tertawa kaku. Sikap angkuhnya yang dulu sudah semakin melunak.


Sidamo menganggap ini adalah hal bagus dan mengangguk. Asalkan dia gak angkuh, Yalder merupakan seorang komandan yang hebat. Meski dia gak punya sifat angkuh, tanpa hubungan khusus dengan bangsawan, Yalder gak akan dipercaya sebagai komandan Pasukan Ketiga.


"Baiklah kalau begitu, Letnan Kolonel. Aku juga permisi. Kerja bagus karena kau selamat dan berhasil kembali. Instruksi untukmu tetap tak berubah. Jika kau mau mati, matilah diluar. Mati didalam benteng merupakan hal yang sia-sia bagi kavaleri."


"Saya paham, Staf Perwira Sidamo."


"....Jangan kuatir soal Vander. Suatu hari kita akan membuat dia menerima hukuman karena menjadi penghianat. Ini bukanlah tugasmu. Meski kau mungkin sudah paham tanpa kuberitahu."


"Aku akan membinasakan pasukan pemberontak. Dia akan kubunuh dengan tanganku sendiri."


"Sebuah kalimat kematian dari sang Dewa Kematian huh? Hmph, kuharap aku bisa membuat orang itu mendengarnya."


Sidamo mendengus lalu pergi.


Schera menancapkan garpunya kuat-kuat pada daging kelinci, dan menggigitnya.


–Esok harinya.


Pasukan utama dari Pasukan Pertama yang dipimpin oleh Panglima Sharov sampai di Benteng Roshanak.


Sharov segera memanggil para jenderal dan membuka rapat perang. Dia sudah mengirim mata-mata yang datang kesini bersamanya dan memahami garis besarnya. Kehilangan Belta merupakan pukulan serius, tapi dia gak akan menangisi susu yang tumpah. Sekarang. Mereka harus mempertahankan Canaan sampai titik darah penghabisan dan mencegah invasi ke Ibukota Kerajaan.


".....Kita telah kehilangan Wilayah Belta, tapi kita tetap tak boleh membiarkan adanya invasi pada Ibukota Kerajaan. Aku sudah mendengar bahwa Pasukan Kelima di barat laut berjuang dengan baik melawan musuh mereka, Kekaisaran. Jika mereka terus seperti ini, mereka mungkin tak akan jatuh sebelum musim dingin. Saat musim dingin tiba, yang akan tumbang adalah pasukan Kekaisaran."


Pasukan Kekaisaran berjuang di wilayah benteng di barat laut. Luar biasanya, para prajurit Kerajaan tetap disiplin. Jika Pasukan Kelima berhadapan dengan Pasukan Pembebasan, wilayah barat laut kemungkinan besar akan jatuh dengan mudah. Tapi, bagi penduduk wilayah barat laut, Pasukan Kekaisaran merupakan musuh besar. Terdapat rasa benci berkepanjangan karena saling membunuh. Oleh karena itulah, mustahil saling memaafkan.


Orang-orang berinisiatif, dan berdiri melawan prajurit Kekaisaran. Separah-parahnya Kerajaan, masih bisa diterima daripada menyerah pada Kekaisaran, pikir mereka. Kalau tempat itu berada dibawah kuasa Kekaisaran, sudah jelas kalau mereka akan menderita tekanan yang besar.


Pria, wanita, tua dan muda–semua orang menyadari kalau sekarang adalah saat-saat yang genting, dan mereka semua bangkit dan mengangkat senjata.


Mereka bertemu pasukan utama Kekaisaran di benteng-benteng, dan menghadang kereta persediaan musuh bersama dengan unit-unit yang mengintai disemua tempat. Karena unit Komando Kerajaan memiliki keuntungan medan yang merupakan wilayahnya sendiri, Pasukan Kekaisaran berada dalam keadaan yang merugikan. Mengulangi serangan-serangan ditempat-tempat yang paling tak terduga dan diwaktu yang tak terduga pula, warga secara sukarela memberi bantuan. Mana yang militer dan mana yang warga sipil, sudah tak lagi bisa dibedakan. Jika mereka kalah, pemerintahannya akan semakin parah.


Dan juga, musim dingin akan segera datang. Pasokan akan menjadi masalah tersendiri, dan pergerakan tak akan berjalan dengan baik. Rencana penyerangan wikayah benteng dan mengincar Ibukota Kerajaan sudah terhenti. Tapi demi kehormatan mereka, mereka gak bisa mundur. Mereka akan menyeret kedua belah pihak kedalam peperangan yang tak ada gunanya.


Memulai perang saat musim gugur merupakan penyebab dari semua masalah yang dialami Kekaisaran. Mereka telah menganggap remeh, menganggap bahwa kalau mereka menampilkan kekuatan militer, wilayah itu akan segera jatuh.


"Kita telah mendapatkan informasi bahwa musuh mengerahkan prajurit mereka untuk menguasai Canaan. Jadi kita bisa menjadi mereka kapan saja, kita harus mempersiapkan semuanya dengan tepat."


"Tidak, sebaliknya, bagaimana jika kita melancarkan setangan pada Belta? Jika musuh mabuk akan kemenangan mereka dan menunjukkan celah."


Usul Letjen Barbora, tapi Sharov menolaknya.


"Jangan bicara omong kosong. Jika kita mengalami kekalahan lagi, itu akan mempengaruhi kelangsungan hidup Kerajaan. Kita harus bijaksana saat mengerahkan pasukan. Tahan dirimu sendiri dari berbicara serta bertindak gegabah."


"S-Siap-! Aku minta maaf!"


Setelah melotot pada Barbora, Sharov memalingkan tatapannya pada Yalder, soal tugasnya mempertahankan Roshanak.


"Panglima, aku, Yalder, telah membuat kesalahan di Antigua, dan tak punya reputasi maupun kehormatan. Meski demikian, aku ingin diberi kesempatan untuk membersihkan aib ini. Dalam pertempuran berikutnya, tolong tunjuk aku untuk menjadi barisan depan! Aku pasti akan menghabisi pasukan pemberontak, akan kutunjukkan padamu-!!"


Seru Yalder seraya wajahnya memerah. Menjadi pengawas dari Roshanak bukanlah hal yang mudah. Dia menjadi pemimpin pasukan dan mempertahankan Canaan. Bagi Yalder, itu merupakan sebuah peran yang ingin dia kerjakan bagaimanapun caranya.


"Yalder. Sampai kami tiba, kau telah melindungi Benteng Roshanak dengan baik. Kau diakui sejauh itu. –Tapi, sepertinya kau tidak mendengarkan arahan dariku."


"A-Apa itu?"


‘Jangan bertindak gegabah dan hindari bertindak berlebihan.’ itulah perintah dariku, Yalder. Kau terlena dengan apa yang ada di depan matamu; bagaimana caramu bertanggung jawab jika benteng jatuh!? Jika musuh mengirim pasukan terpisah, apa yang akan terjadi pada Roshanak!? Kau akan mengulangi kesalahan yang sama dengan Antigua!!”


Tegur Sharov, yang sangat marah. Yalder tergagap saat dia membantah.


“Sekutu kita yang melarikan diri sedang dikejar oleh musuh! Apa ada salahnya membantu mereka!!? Aku tak bisa begitu saja mengabaikan mereka-!!”


“......Yalder. kau, sepertinya kau belum sadar diri. Jika kau disini, pertahanan Canaan akan dalam bahaya. Roshanak tetap aman tak lebih dari keberuntungan belaka.”


"Panglima Sharov-!!"


Melihat itu, Barbora terkikih. Dia kerepotan bahwa Yalder diaktifkan kembali dan diberi tugas besar mempertahankan Roshanak. Dia gak bisa berhenti tertawa dalam hatinya pada teguran yang gak dia duga dari Sharov. Dia ingin bertepuk tangan. Desakan itu mungkin akan semakin besar setelah ini:


"Yalder, kau diturunkan menjadi Letjen. Bawa prajurit dari Belta dan kembali ke Ibukota Kerajaan. Hukumanmu akan diberikan nanti. Ini pemberitahuan tertulis atas penurunan pangkatmu. Sampaikan ini pada Staf Perwira Sidamo setelah ini. Buka matamu, camkan ini baik-baik dalam kepalamu."


Sharov dengan dingin mengatakan itu pada Yalder seraya menunjukkan sebuah amplop pada dia. Wajah Yalder menjadi pucat, dan dia mendengarkan dalam keadaan linglung.


"P-Panglima. H-Harap dipertimbangkan kembali. Aku mohon padamu, tolong, satu kesempatan lagi!"


"Menjengkelkan. Perintah sudah diberikan. Seseorang, bawa Yalder keluar. Sepertinya dia terlalu lelah dan kakinya tak bisa berdiri."


Instruksi Sharov, dan Barbora mendekat sambil tersenyum.


"Jenderal Yalder, maksudku, Tuan Yalder. Ini bukanlah tempat untukmu. Lebih baik kau segera kembali ke Ibukota Kerajaan."


"B-Barbora! Bangsat kau-!"


"Penjaga! Dampingi Tuan Yalder kembali ke kamarnya! Letjen agak lelah!"


Yalder meronta, tapi dia ditundukkan oleh para penjaga yang datang, dan dibawa keluar secara paksa. Melihat dia pergi, Sharov menghela nafas ringan.


"......Baiklah kalau begitu, mari lanjutkan rapat perangnya."


Kantor Schera.


Setelah menerima laporan dari Katarina, Schera mengangguk tanpa ketertarikan. Kavaleri Schera yang merupakan bagian dari Pasukan Keempat akan dikirim kembali ke Ibukota Kerajaan. Mantan Jenderal Yalder betuk-betul gak rela dan tampak seperti mau bunuh diri. Sidamo bilang bahwa belakangan ini, dia bahkan gak punya tenaga yang biasa dia miliki. Mengalami hal bagus dan buruknya, mantan Jenderal nampaknya juga memiliki banyak masalah.


‘Bersiap untuk pertempuran,’ Schera bergumam pelan. Dia mungkin sedang memikirkan sesuatu. Mengingat itu adalah Schera, apa yang akan dia lakukan gak akan berubah, jadi dia gak begitu peduli. Katarina juga nampaknya memikirkan sesuatu, tapi dia memutuskan untuk nggak mengatakannya.


"Letda Katarina. Punya permen?"


"Siap-, silahkan."


Katarina mengerikan permen dari sebuah botol dan menyuguhkannya. Schera mengambilnya lalu melemparkannya kedalam mulutnya. Schera memasang ekspesi bingung karena permen itu rasanya asin.


"......Letda Katarina. Ini apaan sih?"


"Permen keras yang diberi garam. Kudengar kalau keunggulannya itu manis dan asinnya bercampur dengan baik. Itu adalah sebuah barang yang bagus dimana kai bisa merasakan gula dan garam secara bersamaan."


"Oh. Jadi, kau udah mencobanya?"


"Belum, tentu saja aku belum mencobanya. Aku membeli ini untukmu, Letkol. Ini merupakan sebuah barang berkelas tinggi, dijual di kota Canaan."


"Kuberikan semuanya padamu. Anggap saja itu hadiah dariku. Pastikan kau memakan semuanya."


"S-Siap. Terimakasih banyak."


Katarina mendorong kacamatanya keatas.
Seraya memperhatikan itu, Schera mengunyah permen rame rasanya itu. Gigitan terakhir rasanya sangat asin.


Ibukota Blanca–Schera belum pernah kesana. Tentunya, itu mungkin tempat yang sangat ramai. Dia mendengar kalau disana ada banyak jenis makanan. Sambil membayangkannya, Schera perlahan mulai tertidur. Katarina memindahkan dia ke ranjang. Semua orang lelah. Mereka selalu berjuang bersama. Pada hari seperti ini, mereka harus beristirahat dengan tenang.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya