Difference between revisions of "Shinigami wo Tabeta Shoujo Indo:Bab 27"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
 
(No difference)

Latest revision as of 09:35, 14 February 2021

Chapter 27 - Aku Nggak Mau Makan Daging Ini[edit]

Tiga jam setelah pertempuran dimulai.
Pasukan Kerajaan gak bisa menahan diri, dan bergerak duluan. Pasukan Pembebasan menanggapinya, dan penjaga tengah dari kedua pasukan berhadapan di tengah medan.
Dalam pertempuran antara kedua barisan ini, Fynn dari Pasukan Pembebasan menampilkan kemampuan tombaknya dan Schera menampilkan kemampuan sabitnya.
Disertai dukungan pemanah, mereka menyerang secara membabi buta diantara para infanteri yang bertempur.


Ajudan Milla mendekat untuk memberitahu Fynn yang mengayunkan tombaknya yang berlumuran darah.


"Kolonel-! Mayor unit Carnac diserang oleh kavaleri musuh-! Jika ini berlanjut, mereka akan dimusnahkan-!"


Milla menunjuk ke belakangnya. Pertempuran pada unit Carnac dalam kondisi mengerikan, dan kavaleri membawa bendera hitam membantai para infanteri dengan kekuatan layaknya tsunami. Carnac berseru, berusaha menyemangati pasukan, tapi teriakannya gak berpengaruh pada infanteri yang terpojok. Kalau ini berlanjut, mereka akan musnah.


Pasukan utama dari kedua pasukan belum bergerak, jadi kekalahan ini mungkin gak akan menjadi pukulan fatal, tapi arus pertempuran akan menguntungkan musuh mereka. Mereka harus melindungi unit Carnac.
Fynn memenggal kepala dari seorang prajurit Kerajaan, dan segera membuat keputusan.


"Kavaleri Singa akan mengubah jalur dan mendukung unit Carnac-! Milla, kuserahkan barisan belakang padamu!"


"Serahkan padaku Kolonel-! Seratus kavaleri ikuti aku-! Pancing musuh!"


"OU-!!"


"Sisanya ikuti aku-! Kali ini kita pasti akan membunuh si Dewa Kematian!! Kita akan membalaskan dendam rekan-rekan kita yang telah gugur!!"


“UOOOOOOOOOOOOOO–!!”


kavaleri itu berteriak keras, menanggapi kata penyemangat dari Fynn. Moral dari unit ini yang terdiri dari para prajurit elit merupakan yang tertinggi di Pasukan Pembebasan. Seratus kavaleri mengikuti Milla, dan mereka mulai melesat untuk menarik perhatian musuh. Gak menyia-nyiakan peluang tersebut, pasukan utama dari unit Fynn mulai bergerak menuju ke unit Carnac yang ada di belakang. Unit Konrad dari Pasukan Kerajaan bergerak untuk menghadang mereka, tapi momentum kavaleri itu gak bisa dibendung. Mereka gak bisa membiarkan bagian belakang Schera diserang seperti ini, dan unit Konrad mengejar dengan semangat membara.


* * *


Unit Carnac.
Dia diberi 5.000 infanteri, tapi lebih dari 1.000 telah gugur. Lebih dari setengah dari prajuritnya yang tersisa mengalami luka-luka.
Meski mereka gak seperti saat di kampung halaman mereka, para prajuritnya memiliki moral yang tinggi, dan gak mungkin kalah oleh Pasukan Kerajaan. Tapi, itulah tepatnya bencana yang terjadi didepan matanya. Formasi tempur yang telah mereka latih susah sepenuhnya hancur. Darah merah membanjiri tanah, dan para iblis kejam merenggut nyawa dari para prajurit yang sudah diambang kematian dan gak bisa bergerak.


"M-Mayor. Kita harus mundur! Kita bukan tandingan Dewa Kematian-!! Beri ijin untuk mundur!!"


Seorang ajudan dengan wajah terisak mendekat, tapi Carnac meraih kerahnya dan berteriak pada dia.


"Dasar bodoh-!! Pertempuran ini menentukan hasil dari Perang Pembebasan-!! Kau pikir kita sebagai barisan depan yang berdiri didepan yang lainnya bisa mundur!!?"


"T-Tapi-!"


"Diam, dia mungkin memang Dewa Kematian, tapi dia adalah manusia sama seperti kita!! Dia gak lebih dari sebuah rumor yang dibesar-besarkan-!! Dan lihatlah, kavaleri Kolonel Fynn menuju kearah kita!! Kita hanya perlu bertahan sedikit lagi! Lalu kita bisa melakukan serangan penjepit!!"


Setelah mendengar kata-kata Carnac, si ajudan berfokus kearah depan mereka. Memang, ada sebuah kelompok dengan Bendera Singa menuju kearah mereka.
Tapi, dia pikir mereka gak akan bisa bertahan sampai kelompok itu tiba. Karena:


"Ma-Mayor, kita telah terkepung-!!"


"Tahan-!! Pasang formasi kotak-!! Unit tombak, jangan biarkan mereka menerobos-!! Ingatlah latihan harian kalian-!! Jangan tunjukkan kelemahan pada musuh-!!"


Carnac secara sembarangan menyeka keringatnya yang banjir dan memegang erat senjata miliknya, sebuah trisula.
Setelah pertempuran dimulai, Kavaleri Schera melesat memutar dan menerobos unit Carnac dari segala arah. Sambil terus bergerak, gak menghentikan pergerakan mereka, mereka terus menghasilkan air mancur darah. Kavaleri yang diam sangatlah rentan. Schera memahami hal itu melalui naluri, dia dengan tegas memerintahkan para prajuritnya untuk gak berhenti bergerak. Untuk mendukung hal itu, Katarina mencegah para prajurit Pasukan Pembebasan memberi bantuan unit Carnac.
Bendera hitam berlambang gagak putih sudah dikenal di Pasukan Pembebasan. Sebuah tragedi pembantaian akan terjadi saat bendera Dewa Kematian berkibar.
Gak ada seorangpun yang akan bersedia melompat ke kematian mereka. Mereka berusaha keras menembakkan panah dari jarak menengah.


"........Kurasa sudah hampir waktunya."


"Siap-, kurasa ini sudah pas–"


"Baiklah, hancurkan formasi musuh-!! Semuanya ikuti aku-!!"


“OU-!!”


Kavaleri Schera memporak-porandakan mereka dengan pergerakan melingkar dengan cekatan memasang formasi seperti anak panah dibawah komando Schera. Pergerakan mereka yang sangat disiplin gak kalah dengan prajurit yang sangat berpengalaman. Anak panah yang kuat dan ganas ini tanpa ampun ditembakkan pada mangsa menyedihkan mereka yang bersembunyi.


"j-jangan mendekat. D-Dewa Kematian–"


"T-Tidak, aku gak mau mati."


"E-Emak, kenapa, apa yang sudah kuperbuat sampai-sampai aku harus mengalami hal ini."


Tangan para prajurit yang memegang tombak mereka gemetaran, dan wajah mereka pucat. Itu sangat memalukan, memangnya ada kemungkinan untuk menghentikan sang Dewa Kematian. Tapi meski begitu, mereka harus bertempur. Sorang Danton berusaha untuk menyemangati mereka.


"Nanti saja kalau mau mengeluh– siapkan tombak-! Mereka datang-!!"


Seorang cewek remaja bisa terlihat berada didepan pasukan. Memegang sebuah sabit yang meneteskan darah segar dan senyum gembira diwajahnya, dia menyambar mereka.
Zirah hitamnya sudah berlumuran cairan merah. Seorang prajurit muda yang berkontak mata dengan cewek itu merasa lututnya lemes, dan dia langsung jatuh.


“H, hih, a-aku gak bisa-. M-Mo-Monster-!”


"–Unit tombak-!! Maju-!!"


Si Danton memberi perintah, dan unit tombak bergerak. Ujung dari tombak mereka dengan mudah dipotong, dan sabit besar itu membelah beberapa orang saat diayunkan.
Kavaleri terkutuk itu langsung menerobos celah tersebut. Para prajurit yang kakinya lemes karena ketakutan terinjak-injak oleh kuda-kuda dan menjadi mayat yang menyedihkan. Kepala dari si Danton terpenggal oleh pedang milik Katarina.
Beberapa penunggang dari Kavaleri Schera tertusuk oleh tombak, tapi mereka masa bodo dan terus melesat.
Sambil tertawa gila, mereka terus membunuh para prajurit, mengacungkan tombak mereka, dan kemudian mereka tiba-tiba tersungkur layaknya boneka yang talinya terputus. Atau lebih tepatnya dibilang mereka sudah menggunakan semua energi kehidupan mereka.
Mereka mengikuti perintah Schera untuk menyerang dan membantai sampai saat-saat terakhir mereka. Mereka tewas dengan ekspresi sangat puas.


Formasi kotak tersebut dihancurkan dalam sekali serang, dan bilah itu perlahan mendekati Carnac. Ajudannya sudah tewas. Mungkin itu bisa dibilang keberuntungan. Dia matu sebelum berhadapan dengan monster didepan mereka. Tentunya, itu merupakan sebuah keberuntungan. Setidaknya, lebih beruntung daripada dirinya.
Carnac merendahkan pinggangnya supaya tatapannya gak bertemu dengan tatapan Schera yang ada diatas kuda. Targetnya adalah kudanya Schera. Dia akan menikam kuda itu, dan membunuh sang Dewa Kematian saat postuarnya kacau. Dia merasa dirinya bisa menang kalau berdiri sejajar. Kuda itu harus tumbang terlebih dahulu.


"–Mayor dari Pasukan Pembebasan, Carnac. Aku datang-!!"


"Seekor anjing gak usah menggonggong sampe segitunya. Aku gak peduli sama nama seorang sampah-!!"


Schera memacu kudanya dan mendekati Carnac. Sabitnya dipegang secara horisontal, dan dia berencana membelah badan Carnac dengan satu serangan.
Carnac memasang kuda-kuda didepan Schera. Dia mengkonsentrasikan semua ototnya pada satu serangan ini.


"–Kena kau-!!"


“–!”


Trisula milik Carnac ditikamkan, dan menusuk tenggorokan kuda milik Schera. Carnac bermandikan darah kuda itu.
Karena keseimbangan Schera rusak, dia gak bisa mengayunkan sabitnya.
Carnac menarik trisula miliknya dab menunggu kuda itu jatuh. Saat kuda itu jatuh, dia akan membunuh sang Dewa Kematian. Jadi dia menunggu. Menunggu.


Dan dia terus menunggu.


"–Kenapa..... Kenapa kuda itu gak jatuh?"


“...........”


"Kenapa kuda itu gak mati-!! Apa kudamu juga abadi-!??"


"Mana kutau."


Tercengang, Carnac mengamati kuda itu. Dia yakin kalau trisula miliknya sudah merobek tenggorokan kuda itu. Namun, kenapa kuda itu gak mati.
Kenapa kuda itu gak jatuh. Dia gak akan bisa membunuh Dewa Kematian itu kalau kudanya gak jatuh.
Pada mata kosong kuda itu, sosok Carnac yang dipenuhi kegelisahan tercermin. Saat itu, dia seolah melihat kuda itu tersenyum. Seolah mengejek kalau dia akan segera menemui ajalnya. Tidak, kuda itu jelas-jelas tertawa. Kuda milik monster sudah pasti seekor monster juga.


"D-Dasar monster-!! Apa-apaan kalian ini-!!"


Jatuh kedalam keadaan panik, Carnac menusuk lagi menggunakan trisula miliknya.


"Bukankah kalian memberiku nama? "Dewa Kematian". Jadi itulah diriku. Kalau begitu, selamat tinggal."


“--ah”


Carnac beserta trisula miliknya terpotong oleh sabit besar milik Schera. Tubuhnya terpotong menjadi dua, dan organ-organnya berhamburan di tanah.
Dengan darah mengucur dari tenggorokannya, kuda sang Dewa Kematian menginjak kepala Carnac sekuat tenaga. Layaknya buah yang hancur, otaknya berhamburan.


"........Puas?"


Schera dengan lembut membelai surai kuda itu, dan si kuda meringkik pelan, menunjukkan kesetujuannya.


"Kolonel-! Kavaleri musuh mendekat dari belakang!! Mereka memiliki lambang singa!"


"Hari ini adalah pertempuran pembukaan, jadi kita akan melawan mereka seraya bergerak mundur. ......Bentuk formasi-! Kavaleri Schera akan mengubah jalur!!"


"Dimengerti-! Semua unit bergerak-!!"


"MULAI UBAH JALUR-! IKUTI KOLONEL-!!"


Dari posisi Carnac, mereka mulai membentuk formasi lagi, dan Kavaleri Schera mulai bergerak menuju sayap tengah Pasukan Kerajaan. Kavaleri Fynn melesat kearah mereka, menghadang mereka. Dibelakang Fynn ada Konrad yang bergerak untuk mendukung Schera. Mereka bertemu, dan itu menjadi pertempuran sesaat dengan hanya sekali saling serang. Mereka gak boleh berhenti. Kavaleri yang menghentikan pergerakannya akan kehilangan kemampuan serangnya dan akan menjadi sasaran empuk dari para pemanah.


Pimpinan dari kedua kavaleri, Schera dab Fynn saling menyerang seraya terus bergerak.


"Dewa Kematian-! Sudah kuduga aku harusnya membunuhmu saat itu!! Berapa banyak orang yang akan kau bunuh sampai kau puas-!!?"


"Sampai aku membunuh kalian semua, aku gak akan mati! Aku akan membunuhmu kayak anjing yang barusan!"


"Musuh Carnac–, namaku Fynn. Fynn sang Jenderal Singa!!"


"Oh bagus amat untuk ukuran seekor anjing-!! Aku gak peduli sama nama kalian-!!"


Tombak milik Fynn dan sabit milik Schera bersilang. Para prajurit dari kedua kavaleri saling berhadapan seraya mengacungkan senjata mereka. Banyak penunggang yang jatuh dari kuda mereka dalam bentrokan ini.
Para penunggang tewas, kepala mereka terpisah dari bahu mereka. Helm-helm bertabrakan, dan para prajurit pingsan seraya memegangi kepala mereka. Ada orang-orang yang terinjak-injak kuda-kuda, dan gak bisa bergerak, nafas mereka putus-putus.
Schera dan Fynn mengayunkan senjata mereka, melakukan serangan-serangan ganas berusaha memenggal kepala musuh bebuyutan mereka. Mereka gak berhenti bergerak, dan kuda-kuda mereka melesat seraya mereka saling bertukar banyak serangan ganas.


“HAAAAAAAA–!!”


“Matilah-!!!!”


Darah keluar dari kepala Schera, serangan ganas dari Schera dihentikan tepat waktu, dan Fynn melakukan tusukan tajam. Meskipun menggertakkan gigi karena beratnya serangan dari Schera, Fynn berhasil bertahan. Kalau Schera adalah pahlawan dari Pasukan Kerajaan, maka Fynn adalah pahlawan dari Pasukan Pembebasan. Mereka bisa sampai seperti ini bukan hanya karena keberuntungan belaka.
Mereka saling baku serangan pukulan kali, tapi gak ada yang bisa menimbulkan luka fatal. Baik Kavaleri Schera dan kavaleri Fynn, keduanya menahan nafas mereka seraya menyaksikan dengan cermat. Kavaleri mereka sudah saling berhadapan, dan tentunya, para penunggang harus menghentikan duel mereka berdua dan kembali ke kelompok mereka.
Tapi saat ini, baik itu Schera maupun Fynn gak ada yang bisa dihentikan. Maka, mereka cuma bisa menonton dan meyakini akan kemenangan pemimpin mereka. Di tengah medan perang, pertempuran kedua komandan masih berlangsung, sebuah kalangan yang aneh tercipta dimana hanya ada dua penunggang ini yang saling menyerang. Unit Konrad yang datang untuk mendukung Schera, dan sebuah unit Pasukan Pembebasan yang datang untuk mengejar Schera, gak bisa bergerak.


"Hah–, hah–, Schera-! Kalau kau punya kemampuan sehebat ini. Kenapa kau mendukung kerajaan busuk itu-!???"


Tanya Fynn dengan nada yang mana ketenangannya yang biasa sudah gak ada lagi. Kalau Schera punya kemampuan sehebat ini, dia harusnya bisa membuat dirinya sendiri terkenal meski di Pasukan Pembebasan, gak diragukan lagi. Masih ada nilainya meski hanya berusaha memberi ajakan. Setelah betul-betul bersilangan senjata, Fynn berpikir demikian. Cewek ini memang sangat kuat.


"Kalian jauh lebih busuk-!! Yang mencuri makanan terakhirku adalah kalian-!! Aku gak akan pernah memaafkan kalian-!!"


Teriak Schera penuh amarah.


"Bergabunglag dengan Pasukan Pembebasan-! Kau gak akan mati sia-sia disini! Mari kita gulingkan kerajaan bersama-sama-! Putri Altura pasti akan membangun sebuah dunia dimana gak ada orang yang menderita-!"


"Diam diam diam-! Akan ku bungkam mulutmu biar gak bisa ngoceh omong kosong lagi-! Aku akan membunuhmu dan Altura-!"


Mengamuk, Schera melakukan serangan dengan segenap kekuatannya. Itu adalah sebuah serangan yang dilakukan seraya matanya merah dan menggertakkan giginya sekuat tenaga. Ini adalah Sabetan terkuat Schera, berisikan seluruh tenaganya yang mana bahkan bisa menghancurkan halangan terkuat sekalipun dengan mudah. Sabitnya menderu penuh ketidaksenangan.
Tentu saja Fynn sekalipun gak akan bisa menerima serangan ini, dia melompat dari kudanya untuk menghindar.
Kuda milik Fynn yang terkena sabetan sabit itu langsung terbelah menjadi dua, kejang-kejang seraya jeroannya keluar dari badannya, dan tewas.


Seraya nafasnya kacau, Schera mendekati Fynn yang pasturnya berantakan, untuk memberi dia serangan penghabisan.


"Tamat sudah. Sesali mulutmu yang sudah mengolok-olok aku. Akan kucincang badanmu."


“--Kuh-!”


Setelah membuang tombaknya, Fynn menghunus pedangnya. Dia gak akan bisa menghentikan serangan berikutnya seperti ini. Dia akan terpotong beserta pedangnya. Dan dia akan tewas.
Fynn pasrah, lalu,


"Selamatkan Kolonel-!! Serang Dewa Kematian itu!!"


"Para pemanah siap-!! Tembak-!!"


Menerima perintah Ajudan Milla, para pemanah menembak kearah Schera. Beberapa panah yang ditembakkan mengenai zirah Schera dan kudanya, menghambat dia sebelum serangan penghabisannya bisa mengenai mangsanya. Dia gak menerima serangan fatal, tapi Schera gak bisa menyerang.


"––, dasar sampah, jangan halangi aku-!"


"Bunuh Dewa Kematian itu-!! Gunakan segala cara-!! Bunuh dia disini-!!"


"Tembakan selanjutnya, tembak-!! Incar kuda miliknya-!!"


Schera memutar sabitnya untuk menangkis anak panah. Melihat celah ini, Fynn memperbaiki posturnya dan lari kearah prajuritnya sendiri. Schera mendecak lidah, dan kembali ke samping Katarina dan yang lainnya sambil menangkis hujan anak panah.
Dia bisa membunuh pria itu dengan satu serangan lagi. Tapi, pria itu beruntung di saat-saat terakhirnya.
Dan, keberuntungan Schera sangat buruk. Itulah yang terjadi.


"Apa kau baik-baik saja, Kolonel! Bangsat, mereka mengganggu duel satu lawan satu-!"


Katarina dan yang lainnya telah menahan diri agar gak mengganggu pertarungan satu lawan satu komandan mereka karena takut menimbulkan ketidaksenangan Schera. Katarina sangat menyesali keputusannya yang salah.


"Ya. Saat aku berpikir soal duel, aku jadi terlalu bersemangat, dan kalah. Ini bukanlah pertandingan, tapi medan perang. Gak ada yang namanya sikap pengecut ataupun curang. Lain kali, jangan menahan diri. Bunuh mereka semua."


"Baik ndan, dimengerti-!"


Terompet dari kedua pasukan berbunyi, memanggil mereka kembali. Matahari akan segera terbenam. Hari pertama pertempuran mungkin berakhir disini.


"Baiklah kalo gitu, ayo pulang. Aku lapar. Aku agak kebanyakan bergerak."


"Semua pasukan mundur-! Jangan menurunkan kewaspadaan kalian!"


Schera memberi perintah untuk mundur, dan kavaleri itu memasang formasi, mengelilingi komandan mereka, dan mulai bergerak mundur.


Hari pertama Pertempuran Bertusburg berakhir dengan 6.000 korban dipihak Pasukan Kerajaan, dan 8.000 korban dipihak Pasukan Pembebasan (termasuk yang mati dan terluka).
Pertempuran ganas terjadi di sayap tengah.
Pasukan Kerajaan lebih unggul karena unit Carnac dihancurkan.
Divisi Borbon di sayap kiri berhasil menyebabkan kebuntuan, dan Legion Yalder di sayap kanan menunggu matahari terbenam, dan mulai bergerak ke Dataran Tinggi Carnas.
Akan ada lebih banyak korban setelah hari pertama ini, dan kedua komandan, Barbora dan Altura, berjuang dengan kekuasaan komando mereka. Dengan satu perintah, mereka akan menghasilkan puluhan ribu korban. Terlebih lagi mereka gak bisa melewatkan sebuah peluang untuk menjalankan sebuah strategi. Dan juga, mereka gak boleh membiarkan kecemasan hati mereka tampak di wajah mereka. Hal itu akan menyebabkan kegelisahan pada orang-orang disekitar mereka dsn mungkin akan menjadi sebuah titik lemah yang terhubung pada kekalahan mereka.
Saat-saat genting ini yang mengikis semangat mereka akan berlanjut sampai pertempuran ini berakhir. Sampai saat itu, mereka gak akan tau siapa yang akan memegang kejayaan, dan siapa yang akan hancur.


Setelah nyaris terbunuh, Fynn bersyukur atas nasib baiknya, dan berterimakasih pada Ajudannya yang mengagumkan.


"Milla. Kau menyelamatkan aku hari ini. Sungguh, terimakasih. Aku masih hidup itu berkat kau."


Fynn menatap wajah ajudannya dan berterimakasih. Wajah Milla merah, dia melambaikan kedua tangannya.


"T-Tidak. Itu bukan apa-apa. Saat aku berpikir bahwa kau, Kolonel, akan terbunuh, aku panik. Dan juga, melindungimy adalah tugasku!!"


"Itu semua berkat penilaianmu yang akurat. Aku membuat kesalahan besar. Jika memungkinkan, kupikir aku bisa membujuk sang Dewa Kematian ke pihak kita. Kalau kupikir-pikir lagi, itu adalah tindakan yang bodoh. Tak mungkin Dewa Kematian bisa memahami bahasa manusia."


Itu adalah pertama kalinya Fynn merasakan niat membunuh sekuat itu. Gak aneh kalau para prajurit biasa gak bisa bergerak seraya kaki mereka genetaran.


"Monster itu.... kembali dengan selamat meski menerima begitu banyak anak panah. Kuda itu juga. Aku tak bisa mempercayainya!"


"................Dia betul-betul seperti, Kematian itu sendiri."


Gumam Fynn, menyentuh luka di pipinya.
Schera sempat bilang, "Yang mencuri makananku, adalah kalian."
Disaat Pasukan Pembebasan berada dalam situasi finansial yang gawat, ada rumor bahwa Diener menyediakan makanan dari suatu tempat.
Mungkin, Dewa Kematian itu muncul dari korban-korban itu, pikir Fynn. Yang mana artinya dia adalah seorang musuh yang mustahil diajak damai. Gak ada akomodasi. Sampai dia mati, dia akan terus menebaskan sabit miliknya, membunuh, membunuh dan membunuh.
Bujukan sudah pasti gak akan mempan terhadap dia. Pemikiran Diener selalu memiliki alasan. Dia adalah seorang pria yang gak masalah membunuh seratus orang dengan tangannya sendiri demi menyelamatkan sepuluh ribu orang. Mungkin itu gak salah. Tapi, bagi orang-orang yang termasuk dalam seratus orang itu, mereka gak akan pernah melupakan kebencian mereka.
Dan kebencian itu berkobar lebih panas daripada api neraka....


(.......Memikirkannya saja gak akan mengubah apapun. Karena sudah seperti ini, gak ada lagi yang bisa diperbuat. Satu-satunya solusinya adalah membunuh Dewa Kematian itu... Kalau kami bisa melakukannya.)


Masalah terbesarnya adalah apakah mereka bisa membunuh dia atau tidak. Sejujurnya, dia gak bisa dilawan satu lawan satu. Fynn gak bisa mempercayainya, tapi Schera jauh melampaui dia dalam kekuatan fisik. Fynn mungkin lebih baik dalam teknik dan ilmu tombak. Tapi. Kekuatan adalah yang terpenting dalam pertempuran melawan sang dewa kematian. Teknik yang unggul gak akan bisa berbuat apa-apa dalam menghadapi kekuatan yang luar biasa. Sungguh, Fynn sudah berada diambang pintu kematian.


"Berikutnya, kami akan bertempur bersamamu. Mungkin dia disebut "Dewa Kematian", jika kita bertarung bersama, aku yakin kita akan menang. Keadilan ada dipihak kita. Kita tak akan kalah dengan sesuatu seperti Dewa Kematian!"


Fynn tersenyum pada ajudannya yang selalu optimis. Fynn terpesona oleh sisi itu dari dirinya. Tapi, demi keadilan itu, berapa ribu nyawa yang hilang hari ini?
Gak masalah kalau mereka sudah bertekad untuk mati. Tapi, gimana dengan para prajurit relawan atau para milisi?
Dan siapa yang akan mengurus keluarga mereka yang ditinggalkan?
Keadilan itu apa? Fynn sendiri gak tau.
Tapi dia gak bisa mengatakannya. Dia sudah bertaruh pada kemenangan Pasukan Pembebasan. Itu sebabnya dia telah memutuskan untuk bangkit. Dia akan terus berlari sampai akhir. Gak peduli seberapa banyak darah yang akan tumpah. Dia gak akan mati sampai saat itu. Mana mungkin dia bisa membiarkan dirinya mati. Dia harus tetap hidup sampai akhir, dan meninggalkan namanya sebagai seorang pahlawan.


"Momentumnya berpihak pada musuh kita diawal pertempuran. Kita harus bangkit. Mulai besok, kita harus berusaha lebih keras untuk menghapus aib kita hari ini."


"Siap, kami akan mencurahkan segala yang kami miliki!"


* * *


–Malam itu.
Schera makan disamping kuda kesayangannya. Sambil mengelus kuda kesayangannya yang berbaring disampingnya dengan mata tertutup, dia meminum sup yang sudah dingin.
Melihat dia, Katarina dengan ragu-ragu menanyai Schera.


“......Colonel.”


Katarina mengeluarkan tongkat sihirnya dari pinggangnya. Kalau Schera mau, tidaklah mustahil mayat ini untuk bergerak. Dia mulai mempersiapkan ilmu sihirnya, dan menunggu sinyal.


"Nggak perlu. Meski kau memaksanya bergerak, itu bukan kudaku lagi. Jadi, aku akan berpisah dengan anak ini disini. Memang agak kesepian sih, karena anak ini selalu bersamaku."


Schera dalam diam menggeleng. Kalau Katarina menggunakan menggunakan sihir necromancy, mereka berdua pasti bisa bersama seperti biasanya.
Tapi, itu akan berbeda, pikirnya. Jiwa menyertai raga. Jika demikian, apa yang ada disini, hanyalah tumpukkan daging.
Meski dia menatap daging ini, dia gak punya nafsu makan. Meskipun dia memakannya, Schera gak akan puas. Jadi dia gak akan memakannya, sudah pasti itu gak akan lezat.


"........Aku minta maaf. Mohon maafkan aku."


Meminta maaf sedalam-dalamnya, Katarina menyesuaikan kacamatanya.


"Nggak masalah. Sejujurnya aku berpikir untuk memakannya, tapi kali ini gak akan kulakukan, karena entah kenapa aku gak punya nafsu makan. Jadi, aku gak akan memakan anak ini. Setelah aku selesai makan, aku akan mengubur dia. Dia membawaku sampai sampai kesini, bahkan dengan keadaan tenggorokannya yang terpotong. Bukankah menurutmu dia berjuang dengan sangat baik?"


“......Itu benar-!”


Meski tenggorokannya putus dan seluruh badannya penuh dengan anak panah, dia mengantar tuannya kembali ke camp sekutunya. Itu bukanlah sesuatu mudah untuk dipercaya. Namun, kuda ini melakukannya. Seraya terus meneteskan darah dari mulutnya, dia mengerjakan tugasnya.
Aslinya ini kudanya Kolonel Voleur dari Pasukan Kekaisaran, tapi dia dijinakkan oleh Schera. Sejak saat itu, dia membawa sang Dewa Kematian dan melalui banyak pertempuran sengit bersama-sama.
Setelah berjuang kembali ke kamp sekutu, dia dalam diam berlutut, dan meringkukkan wajahnyan disamping wajah Schera, dan kemudian gak bergerak, seolah dia sudah menggunakan semua vitalitasnya. Seraya masih tertusuk anak panah, Schera mencabut semua anak panah yang menancap pada kudanyam setelah membersihkan tubuh kudanya, lalu dia makan bersama.


Orang-orang yang bukan dari Kavaleri Schera menatap takjub pada dia. Gimana bisa seseorang yang sama sekali gak punya belas kasihan terhadap musuhnya bisa menunjukkan rasa kasih sayang yang dalam pada seekor kuda? Mereka gak bisa memahaminya. Para anggota kavaleri bisa memahami perasaan itu. Seperti kata pepatah, "Kuda dan orangnya adalah satu", seekor kuda adalah rekannya seseorang.
Para prajurit dari Kavaleri Schera, gak lagi bisa menahan perlakukan yang mirip dengan tuduhan kriminal ini terbuka secara publik, mereka mengusir orang-orang yang menyaksikan, dan kemudian hanya Schera dan tubuh kudanya saja yang tersisa.


"Bisakah kamu menyiapkan seekor kuda untuk kutunggangi besok? Kalau memungkinkan, seekor kuda kuat seperti anak ini. Pertempuran masih berlanjut. Katarina, maaf, tapi tolong."


"Serahkan padaku. Aku akan menyediakan kuda terbaik dan tercepat. .....Kalau begitu, aku pamit undur diri. Panggil saja aku jika kau butuh sesuatu. Aku akan meninggalkan satu orang didekat sini."


Dia memberi sinyal dan memanggil satu kavaleri. Katarina memberi perintah dengan suara pelan, dan prajurit itu melangkah mundur.
Katarina ingin tetap disini juga, tapi ada banyak hal yang harus dikerjakan. Serangan malam dari musuh tidaklah gak mungkin. Mereka gak boleh lengah.


"Ya, lakukan. Aku... mau disini dulu sebentar jadi kau pergilah duluan."


Katarina memberi hormat dan beranjak pergi.
Di kegelapan yang sekarang menjadi sunyi hanya tersisa sang Dewa Kematian dan kuda kesayangannya. Sampai Schera merasa puas, dia terus mengelus badan kuda yang dingin itu.
Dengan ekspresi yang gak sesuai untuk seorang pencabut nyawa yang menyebarkan kematian, dia menyadarkan kepalanya pada perut kudanya yang terlapisi darah yang mengering.


"Oh iya, aku belum ngasi kau nama. Kita sudah melalui begitu banyak hal, jadi aku akan kasi kau nama sekarang. Tetaplah bersamaku sebentar lagi, sampai aku bisa memikirkan nama yang bagus."


Kuda Pucat yang melintasi medan perang dengan sang Dewa Kematian dipunggungnya, gak akan pernah bergerak lagi.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya