Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid03 Bab2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 2 - Touko-san[edit]

"Iyaaaaaaaaaaahh!!"

Sebuah jeritan berdesibel super tinggi bergema di ruang tengah saat Rushella mencengkeram dan memeluk lengan Hisui erat-erat.

"Ouch, bisakah kau hentikan itu!? Kau menggunakan kekuatan brutal... Terutama pada malam hari. Jika kau memutuskan lenganku, bagaimana kau mengkompensasi aku!?"

"T-Tapi.... Itu..."

Rushella penuh air mata memprotes saat dia menunjuk televisi di ruang tengah.

Meskipun adegannya sudah berubah, sesaat sebelumnya, layar tersebut menampilkan seorang wanita berpakaian putih, merangkak keluar dari televisi. Pandangan menusuk dan closeup dari mata merah memenuhi seluruh layar.

"Apa itu sebenarnya!?"

"Uh... Bukankah itu Sadako-san? [1] ngomong-ngomong, jika kau takut, maka jangan menyewanya!"

Aku tak bisa menahan ini. Hisui menggelengkan kepalanya saat melihat box DVD sewaan tersebut.

Dalam perjalanan pulang setelah Hisui menjemput dia, Rushella menjadi kagum dengan poster film horor baru, sehingga mereka pergi ke toko penyewaan DVD.

Rushella cukup tertarik untuk pergi ke tempat semacam itu untuk pertama kalinya. Menggunakan kartu keanggotaannya sendiri, Hisui menyewa beberapa DVD yang diambil Rushella.

Setelah makan malam dan mandi, dia berpakaian seperti biasanya dalam kemeja seragam Hisui. Rushella menyatakan bahwa dia ingin menonton sebuah DVD, dan jadi mereka menonton satu... Ini adalah hasilnya.

"Ada apa dengan wanita itu.... Entah itu matanya atau pergerakannya, tak ada yang normal!"

"Uh, itu wajar saja... Karena dia adalah hantu, kau lihat? Ngomong-ngomong, bagaimana bisa seorang vampir takut pada film horor? Selain itu, aku menyewa ini karena kamu yang mengambilnya."

"T-Tapi.... Aku tak pernah menyangka sesuatu seperti itu muncul... Oh tidak, apa yang harus aku lakukan... aku juga menonton 'rekaman video terkutuk'... akankah itu dikutuk!? Akankah aku juga dikutuk!? Satu minggu mulai dari sekarang, akankah wanita itu juga datang mengetuk pintu kita!?"

"...Seolah-olah dia akan datang saja. Bahkan jika dia melakukannya, kamu bisa menanganinya. Ya, hisap saja darahnya. Kuras dia sampai kering. Mungkin dia akan menjadi pelayanmu... tetapi aku tak mau melihat kelahiran vampir Sadako."

"Seolah-olah aku akan menggigit dia saja!! Ngomong-ngomong, bagaimana bisa kamu begitu tenang dan santai!!?"

Rushella bersandar pada Hisui dan mengubur wajahnya pada dada Hisui untuk mengusir rasa takutnya.

Perilaku ini tampak sedikit.... atau lebih tepatnya, cukup menggemaskan. Namun, Hisui mengerahkan kehendak baja dan memalingkan kepalanya dari dia.

"Karena aku sudah menontonnya berkali-kali... baru-baru ini, ada banyak versi yang bahkan lebih moe-fied."

"Bahkan lebih....! Serius, manusia sangat handal menciptakan hal menakutkan semacam itu..."

"Memuji pada area ini agak aneh. Ngomong-ngomong, aku mau tidur."

Hisui dengan lembut mendorong tubuh lentur Rushella kesamping dan berjalan kearah tangga.

"T-Tunggu! Mau pergi kemana kamu!?"

"Seperti yang aku bilang, aku mau tidur. Sejak siang hari, tubuhku rasanya memiliki perasaan yang tidak menyenangkan dan menggigil tak ada hentinya. Tetapi aku tidak demam, dan kenyataannya, suhu badanku lebih rendah daripada biasanya... Apa yang terjadi?"

Hisui bingung pada kondisinya yang tak bisa dijelaskan saat dia berjalan menaiki tangga.

Rushella tetap mendekap erat pada lengannya.

"J-Jangan terburu-buru seperti itu, oke? Itu akan bagus untuk laki-laki dan perempuan untuk mengobrol sepanjang malam sekali-kali."

"...Apa kamu mencoba menghidupkan kembali sentuhan reuni dari teman-teman lama di negeri asing? Meskipun aku tak menentang persahabatan diantara jenis kelamin, aku masih tak bisa menerima seorang gadis sebagai teman dekat atau lebih."

"Seolah-olah ada temanmu disini! Aku tuan dan kamu adalah pelayan! Ketahuilah tempatmu dengan benar!!"

"...Kalau begitu tak ada gunanya untuk mengobrol sepanjang malam. Selamat malam~"

Draculea V03 - BW03.PNG

Melepaskan lengan Rushella dari dirinya, Hisui kembali ke kamar tidurnya sendiri.

Setelah menata bantalnya, dia menyebarkan selimut dan naik ke ranjang berbingkai baja miliknya.

Kemudian dia membaringkan dirinya sendiri dan mematikan lampu.

Namun—

"....ngomong-ngomong, kenapa kamu disini?"

Hisui bergumam pada Rushella.

Karena gadis tersebut berbaring tepat disampingnya.

Dia berlindung dibawah selimut dan berbaring bertatap wajah dengan Hisui dengan posisi meringkuk.

"Hmm, setelah berfikir sejenak, aku sadar bahwa aku akan menghisap darahmu besok pagi lagian."

"Bisakah kamu menghentikan itu!? Berhenti berbicara tentang hal itu seolah-olah itu sudah ditakdirkan, oke!? Apa kamu benar-benar mau aku memulai minggu pagi dengan berlumuran darah!?"

"Kamu berisik, diamlah. Karena aku harus minum darahmu, bukankah itu lebih baik untuk menempati tempat ini secara langsung!? Menghemat upaya untuk datang kesini, membunuh dua burung dengan satu batu!"

Rushella mengepalkan tangannya dengan semangat seolah-olah dia tiba-tiba mendapatkan ide bagus.

Ya, hal ini memang menghemat banyak usaha.

Tetapi ada yang tidak bagus tentang itu.

"Katakanlah, Rushella-san.... Apa yang kamu katakan tidaklah salah... tapi kamu sadar... kamu akan tidur dengan aku?"

"....ah."

Dia akhirnya sadar setelah diingatkan Hisui.

Wajahnya secara bertahap menjadi merah. Lalu dengan kakinya yang panjang dan indah, dia menendang Hisui secara langsung jatuh dari tempat tidur.

"K-K-K-K-K-Kau bajingan rendahan, berani-beraninya kau berbagi ranjang dengan aku.... Ketahui tempatmu yang sebenarnya!!"

"Kau adalah orang yang memasuki ranjangku, oke.....!!"

Mendarat kepala terlebih dulu di lantai, Hisui dengan marah menatap Rushella.

Tetapi dia tak punya harapan untuk menang.

Selain itu, saat ini adalah malam hari.

Setelah dengan tenang menilai situasi pertempuran, Hisui memutuskan untuk mundur dan meninggalkan kamar.

"Hei, tahan disana, mau kemana kau!?"

"Mau pergi kemana itu adalah kebebasanku, kan? Aku tidak pilih-pilih tentang dimana aku tidur. Aku baik-baik saja dengan menghabiskan malam di sofa ruang tengah."

"Tu-Tu-Tunggu, jangan terburu-buru seperti itu!! Berbagi ranjang memang tidak bagus... tapi umm, aku bisa menggunakan ranjang sementara kamu tidur dilantai!"

"Seolah-olah ada orang yang mau tidur dilantai!! Lakukan saja jika kamu mau tidur di ranjang ini, tetapi ranjang yang disana itu... menghadap televisi."

Hanya setelah Hisui menunjuk dengan jari telunjuknya, Rushella menemukan eksistensi sebuah televisi.

Ini adalah personal, televisi mini LCD yang diposisikan pada jarak dan ketinggian yang tepat untuk dilihat dengan nyaman dari tempat tidur.

Sudah jelas, tak ada apa-apa dilayarnya sekarang ini, tapi di film tersebut, televisi akan tiba-tiba menyala sendiri, dan dari layarnya datang....

"D-Diam! Pindahkan benda itu menjauh dari aku! Kenapa itu ada di kamar!?"

"Hei, aku bahkan belum mempertanyakan keberadaanmu di kamar. Oh yah, jika hal itu benar-benar merangkak keluar dari televisi, lakukan yang terbaik untuk menanganinya. Jangan khawatir, kamu bisa menang!"

Hisui menyemangati dengan antusias untuk dia dan bersiap meninggalkan kamar tersebut. Tetapi Rushella melompat dari tempat tidur dan menangkap dia.

Lalu memeluk Hisui dari belakang, dia membuat Hisui tak bisa bergerak.

"Apa sih yang kamu lakukan...? Biarkan aku tidur, oke?"

"Tidak diijinkan. Selama cahaya merah masih ada dimataku, aku tidak akan pernah membiarkan kamu kabur!"

"Apa ini? Apa sih sebenarnya yang kamu inginkan untuk aku lakukan?"

"Ooooh... Umm... Ah ya, kita masih belum selesai menonton semua Dee-Wee-Dee yang kita sewa! Ayo menonton! Mari kita mengubah suasana. Ayo menonton, ayo menonton!!"

"Periode penyewaan adalah satu minggu, masih ada banyak waktu yang tersisa.... atau mungkin kamu bisa menontonnya sendiri...."

"Apa masalahnya!? Cepat temani aku!!"

...Pada akhirnya, dia menyeret Hisui ke ruang tengah dan memaksa dia untuk menonton film dengan Rushella.

Setelah mereka menempatkan DVD lain kedalam player, layarnya mulai bermain.

Pada akhirnya — ruang tengah bergema dengan sebuah jeritan lagi.

"Iyaaaaaaaaaaaaaaaah!!"

"....lagi, huh."

Rushella mendekapkan dirinya sendiri erat-erat pada Hisui, menyebabkan Hisui mendesah dalam-dalam.

"K-Karena.... apa itu sebenarnya? Wanita mengerikan, berlumuran darah, muncul di rumah besar yang menakutkan, dan kemudian bahkan ada anak kecil pucat itu, apa mereka!?"

"Uh.... Bukankah itu Kayako-san dan Toshio-kun? [2] katakanlah, bukanlah ini film horor yang lain!? Bukankah kamu ingin mengubah suasana? Kenapa kamu beralih pada sesuatu yang bahkan lebih menakutkan!"

"K-Karena aku tak pernah menyangka itu adalah genre yang sama....."

"....Ayolah, setidaknya kamu seharusnya telah melihat kemasannya sebelumnya."

"Setelah dipikir-pikir lagi, bukankah rumah itu cukup mirip dengan yang satu ini... Mungkinkah ada hantu disini juga!? Apa rumah ini punya hal seperti itu juga!?"

"Jangan mengatakan sesuatu begitu kasar. Bahkan jika rumahku terhitung sebagai sebuah rumah barat, itu sepenuhnya berbeda dalam gaya. Dan itu sudah punya seorang vampir bukannya hantu. Atau lebih tepatnya, itu sudah punya kamu didalamnya. Aku benar-benar tak bisa menemani kamu lebih lama lagi. Kepalaku terasa sangat berat, dan aku sangat menggigil juga..."

Hisui mengeluarkan DVD tersebut dari player dan mengembalikan pada boxnya.

Mematikan televisi, dia berpikir dia akhirnya bisa menuju ke tempat tidur, hanya untuk mendengar Rushella menjerit lagi.

"...Apa lagi kali ini?"

"D-Di televisi! Ada sebuah sosok di televisi barusan!!"

"Huh?"

Dengan ekspresi ragu, Hisui berpaling untuk menatap televisi yang telah padam tersebut.

"....Eh?"

Televisi tersebut mengeluarkan kilasan kecil untuk sesaat, seolah-olah seseorang telah menyalakannya.

Tetapi tak ada apa-apa yang tampil di layar dan itu sudah menjadi gelap seperti yang seharusnya.

"Apa ini rusak....? Televisi ini harusnya tidak seantik itu."

Mengkonfirmasi lagi, Hisui menatap pada televisi untuk waktu yang lama tetapi tak ada yang berubah.

Meskipun pantulannya tidaklah sejelas cermin, Hisui bisa melihat wajahnya sendiri di layar tersebut.

"Benar-benar ada sesuatu! Sebuah siluet dari seorang gadis berambut panjang!!"

"Katakanlah, apa kamu terlalu banyak menonton film?"

"Tentu saja tidak!"

Rushella mendekati layar juga untuk memeriksa lebih dekat.

Seperti dalam legenda, vampir tak punya pantulan dalam cermin. Tak ada tanda-tanda dari Rushella di layar tersebut.

Air, jendela, dinding — tak ada permukaan reflektif yang mampu menghasilkan gambaran dari seorang vampir.

"Jika ada, aku mendapati tidak adanya pantulanmu di permukaan ini bahkan lebih menakutkan. Tak ada sosok disini, kan?"

"Benar-benar ada seseorang barusan......"

Rushella cemberut, tidak senang.

Saat Hisui mengangkat bahu ragu-ragu, papan lantai berderit.

Krak, krak... Mereka dengan jelas mendengar suara dari seseorang berjalan melintasi lantai.

"S-Suara apa ini!? Mungkinkah... ada seseorang disini!?"

"Bagaimana bisa ada orang lain? Bagaimanapun juga, rumah ini cukup tua... mungkin sesuatu yang terlalu tua dan perlu diperbaiki."

"Benarkah.....?"

Rushella bertanya dengan setengah percaya. Sebuah suara keras tiba-tiba datang dari dapur.

"A-Apa sekarang?"

"Mungkin beberapa piring jatuh ke lantai. Bukankah itu karena kamu membuat keributan keras disini? Menilai dari suaranya, kemungkinan tidak ada yang pecah. Aku akan memeriksanya."

"T-Tunggu. Jangan tinggalkan aku!"

Rushella memeluk Hisui erat-erat, menekan dia di sofa.

Lalu untuk menyegel semua jalan untuk melarikan diri, dia mengamankan tangannya dibelakang punggungnya, melumpuhkan tubuh Hisui.

"Apa-apaan sih yang kamu lakukan? Itu sakit, aku tak bisa bergerak....."

"Aku punya perasaan buruk.... Sesuatu ada di rumah ini, pasti ada sesuatu!"

"...Apa kamu seorang ahli paranormal dari semacam acara supranatural? Itu hanya sebuah suara dan beberapa piring jatuh, kan? Jika menonton film horor menyebabkan kejadian supranatural, maka bukankah seluruh jepang akan berada dalam kekacauan total?"

"Ini sama sekali tidak berhubungan. Aku hanya mengatakan aku merasakan sesuatu yang buruk. D-Dalam hal ini... jangan berpikir tentang meninggalkan aku sendirian malam ini...."

Mengatakan itu, Rushella meringkuk dan menekankan dirinya sendiri bahkan lebih erat pada Hisui.

Sepertinya dia benar-benar merasakan suatu kehadiran yang Hisui tak bisa rasakan. Tetapi tak bisa disangkal, itu sebagian dipengaruhi oleh film.

"...Aku pikir kamu melarang berbagi ranjang yang sama?"

"A-Aku juga bisa memberi hak istimewa khusus! Selama kamu tidak mendapatkan ide-ide aneh. Hanya diam disana dengan patuh dan jangan bergerak!"

"Apa-apaan itu. Kamu memperlakukan aku sebagai bantal tubuh sekarang!?"

Sayangnya, para vampir sangat kuat di malam hari. Hisui tak bisa melarikan diri bahkan jika dia mau.

Saat Hisui merenungkan bagaimana untuk menangani ditekan dibawah berat badan Rushella... Dia secara spontan mendengar suara pernafasan yang stabil.

"Hei.... Rushella-san....."

Tak ada jawaban.

Melihat kebawah, dia menemukan vampir tersebut menggunakan dadanya sebagai bantal, telah melayang dengan damai ke negeri mimpi.

Pegangan kuatnya yang menahan dia telah melunak, sehingga membebaskan diri seharusnya agak mudah... tetapi Hisui mengabaikan gagasan tersebut.

Jika dia tak sengaja membangunkannya, dia akan membawa kehancuran terhadap dirinya sendiri... yang lebih penting, wajah tidurnya sangat menawan.

Tak ada lagi jejak kerewelannya yang berisik dan keangkuhannya. Memeluk Hisui, gadis itu bernafas dengan damai.

Dia tampaknya mendapati bantal tubuh ini sangat nyaman, karena wajahnya dipenuhi dengan kegembiraan dan ketentraman.

"....Ini benar-benar curang."

Hisui memprotes ringan. Kemudian dia dengan patuh bertindak sebagai bantal tubuh untuk tuannya.

Beberapa jam kemudian—

Atau lebih tepatnya, ketika pagi datang.

"Aduh—!!"

Hisui merasakan rasa sakit tajam pada lehernya seperti biasanya, menyebabkan dia melompat.

Atau lebih tepatnya, sebelum dia bisa benar-benar bangun, tubuh lentur membebani dia.

"(Selamat pagi.)"

Dengan ketakutan dari tadi malam telah menghilang dari hatinya, wajah Rushella berseri-seri saat dia menggigit leher Hisui, menghisap darahnya.

"Sialan, apakah ini bagaimana kamu membayar aku untuk membiarkan kamu beristirahat padaku!? Kepalaku sudah cukup sakit....!"

"Apa sih masalahnya!? Ngomong-ngomong, meminum darah segera setelah aku membuka mataku dipagi hari ternyata benar-benar bagus. Bagaimana kalau kita tidur bersama-sama mulai dari sekarang!?"

"Uh, itu, jangan.... Hei, cepat hentikan! Jangan minum lagi!!"

"(Kamu sungguh berisik, diamlah!)"

Dengan itu, Rushella melanjutkan menikmati saat-saat meminum darahnya.

Dengan rasa sakit tajam pada lehernya sebagai jam alarm hariannya, dengan demikian hari minggu Kujou Hisui dimulai.

"...jadi, lelucon hantu berlanjut ke minggu ini?"

"...ya. Gejala tersebut tidak benar-benar terlihat selama siang hari, tetapi semuanya meledak dimalam hari."

Sepulang sekolah di hari senin, Hisui sedang menghabiskan waktu di "ruang klub" lagi.

Mei duduk disampingnya, mendengarkan dia menceritakan lelucon hantu Rushella yang dimulai dengan film horor.

"Seorang vampir takut pada film horor dan takut hantu, ayolah.... apa kamu benar-benar seorang 'Leluhur Sejati'?"

"Diam, ini sepenuhnya kesalahan manusia yang membuat hal-hal semacam ini! Bahkan lebih menakutkan daripada hantu sebenarnya dan mahluk supranatural! Dan 'senjata nukular'[3] itu yang mereka bicarakan di televisi, kenapa manusia menciptakan hal mengerikan ini yang bisa menghancurkan mereka sendiri!?"

Menempati sisi lain Hisui, Rushella berteriak marah.

Eruru dan Kirika belum datang sehingga hanya mereka bertiga yang ada diruangan tersebut.

"Aku tak pernah menyangka kamu membawa topik serius semacam itu. Kurasa aku dianggap sebagai produk dari keinginan manusia yang tanpa akhir, jadi aku benar-benar tidak dalam posisi untuk berkomentar. Tetapi ada apa dengan hantu?"

"Itu bukan lelucon, oke? Itu benar-benar ada! Lihat saja penampilan Hisui dan kamu akan melihatnya!"

Rushella menunjuk pada Hisui.

Memang, dia saat ini tampak sedikit seperti itu.

Dengan lingkaran gelap dibawah matanya, wajahnya juga cukup lesu.

"Kamu terlihat sedikit sakit... Apa kamu masuk angin atau demam?"

"Tidak, aku tak mengalami itu... tidak demam, aku hanya merasa menggigil. Tidak nafsu makan tetapi aku tidak merasa mual... dalam hal ini, aku hanya merasa lesu dan dingin."

"Bukankah ini hanya karena kau menghisap darahnya? Kau pasti secara tak sengaja menguras terlalu banyak, menyebabkan dia anemia, itu pasti benar, kan?"

Mei bertanya dengan nada menuduh.

Dia sudah tidak setuju dengan Rushella. Melihat kesehatan orang tercintanya terancam, dia memasang ekspresi yang sangat ketat.

"...Aku belum minum sejak minggu pagi. Dan itu adalah jumlah yang biasanya... selain itu, jika alasannya terletak pada kehilangan darah, kondisi pasti ini akan terjadi sebelumnya, kan?"

"....Ya. Aku juga tidak berpikir ini adalah salah Rushella. Tetapi aku juga tidak berpikir ini berhubungan dengan hantu."

"Seperti yang aku bilang, benar-benar ada satu! Ketika ketua kelas menatap Hisui, bukankah dia menjadi pucat diwajahnya dan mulai berdoa dengan salibnya!? Itu membuat aku begitu tidak nyaman!!"

"Lalu kenapa kau tidak melakukan ritual terakhir untuk membantu hantu tersebut pergi? Atau lebih baik lagi, mari kita menusukkan kayu pada payudara besar yang sialan milikmu itu?"

"Kau sungguh berisik, diam! Kau termasuk mahluk supranatural, kan? Jangan bilang kau tidak merasakan apapun sama sekali!?"

"Bukankah kita sudah membahas ini? Jika ada, aku lebih dekat pada sisi ilmiah... indra supranatural atau apapun itu, benar-benar nol. 'Intuisi seorang wanita' cukup sulit untuk melakukannya, aku tidak akan serakah pada sesuatu yang disebut indra keenam."

"...Begitu bodohnya aku, untuk berpikir aku akan menempatkan harapanku padamu."

"Apa? Oh, namun... Aku mungkin merasakan sesuatu. Hei, Hi-kun, biarkan aku menatap baik-baik pada wajahmu."

"Jangan memberi dia sebuah ciuman kejutan, oke?"

"....Tentu saja tidak. Cepat biarkan aku melihat wajahmu dari samping."

"....Seperti ini?"

Bingung, Hisui memutar kepalanya untuk menunjukan profilnya pada Mei.

Mei mendekat dan Hisui tidak mengambil tindakan pencegahan bagaimanapun juga, dengan profilnya menghadap dia, bahkan jika dia mencium... itu hanya akan menjadi sebuah ciuman di pipi.

Kemudian Mei semakin mendekat.

Nafasnya pada telinganya terasa agak menggelitik.

Dan... ini benar-benar terlalu dekat.

"Umm......"

Tepat saat Hisui menyadari sesuatu, itu sudah sangat terlambat.

Gigit.

"....Eh?"

Sebuah sensasi manis juga basah tiba-tiba menyerang daun telinganya.

Sebelum dia bisa melawan, bibir, gigi dan lidah Mei sudah menangkap dia dengan tegas.

Rasanya seperti hanya sekejap — yang tampaknya bertahan selama beberapa menit.

Segera setelah kelembaban Mei meninggalkan daun telinga Hisui, dia runtuh dalam diam.

"A-Ada apa denganmu, Hisui?"

Rushella bergegas mendekat.

Dengan posisi kepala Hisui yang seperti barusan, dia tidak melihat apa yang dilakukan Mei.

Tetapi ekspresi linglung Hisui memberitahu dia kebenarannya.

"Daun telingaku telah dihisap.... lalu digigit... juga dijilat...."

"Tenangkan dirimu! Khayalan yang tidak-tidak macam apa yang kau bicarakan!?"

"Aku telah digoda, dipermainkan, membuat basah, kemudian sebuah lidah dimasukkan disana... Dan...."

"Cepat tenangkan dirimu! Tetaplah rasional!"

"Jangan lihat aku.... Jangan melihat diriku yang kotor...."

Hisui berbisik pelan.

Meskipun kata-katanya seperti itu, wajahnya menampilkan sedikit kesenangan.

"Tak ada orang yang akan menikahiku lagi.... Telingaku, telah mencapai usia dewasa.... mendaki jalan ke tingkat kelima...."

Hisui bergumam tanpa henti, lalu jatuh ditempat.

Wajah penuh kebahagiaan.

"Jalang, apa sebenarnya yang kau lakukan pada dia? Dan dia sudah begitu lemah sejak awal....!!"

"Oh sayang, aku kasihan pada dia karena selalu menjadi minuman dan kunyahan seseorang tertentu, jadi aku menggigitnya dengan lembut dan ringan. Sekarang kau lihat kekuatan dari 'Godaan Gigitan Manis' yang dilakukan dengan menggabungkan boneka cinta yang sempurna dan 48 fungsi kesenangan milik Sudou Mei-sama. Lidahku bahkan lebih gesit dari komedian Okada, kau tahu?" [4]

"GRRRRRR.....!"

Rushella tak bisa menemukan kata-kata untuk membalas, terutama setelah melihat Hisui masih tersesat dalam ekstasi.

Dia jelas-jelas lebih menikmatinya daripada mendapati darahnya dihisap oleh seorang vampir.

"Jika kau tak bisa menerima ini, maka bagaimana kalau kau mencoba menggigit daun telinga Hi-kun? Jika kau bahkan tak tahu bagaimana untuk menggigit secara ringan, maka kau lebih buruk daripada kucing dan anjing, kan!?"

"GRRRRRRRRR—!"

Diejek oleh Mei, Rushella mendekati telinga Hisui.

Telinga basahnya masih berwarna merah ketika bibir merah Rushella membuat kontak.

Kemudian dengan cepat, taring putih bersih muncul.

Menguatkan tekadnya, Rushella membuka mulutnya.

Gigit.

"OWWWWWWW—!!"

Memegang telinganya, Hisui melompat.

"Apa yang kau lakukan begitu tiba-tiba!? Tanpa ampun menggigit aku di tempat sensitif... Aku tak pernah menindik telingaku sebelumnya dan sekarang kau membuat lubang di telingaku secara langsung!"

"Aku senang sekali... kau kembali ke akal sehatmu, kan!?"

"Terapi kejut macam apa ini!? Itu seperti telinga seseorang dipilih dan kemudian secara tiba-tiba disiram dengan air dingin diwajah. Sepenuhnya membunuh rasa yang tersisa. Seberapa mengerikan yang bisa kau lakukan!?"

"Arara, apa gigitan manisku benar-benar semenyenangkan itu?"

Mei menjilat bibirnya secara menggoda, menyebabkan Hisui malu-malu menggaruk kepalanya.

"Kenapa kau membuat ekspresi tak tahu malu seperti itu!? Sebagai pelayanku, tunjukanlah martabatmu!!"

Mengatakan itu, Rushella bersiap untuk melepaskan pukulannya.

Saat pemukulan harian hendak dimulai, pintu ruangan terbuka.

Eruru dan Kirika masuk.

Melihat keadaan ruangan tersebut, mereka berdua mengernyit. Eruru yang pertama menyuarakan ketidak setujuannya.

"Kalian sungguh berisik. Argumen yang lain huh... Apa ini!?"

"Kami bisa mendengar suara kalian dari koridor. Jangan lupa ini adalah klub tak resmi, bisakah kalian lebih memberi perhatian...!?"

Segera setelah mereka melangkah kedalam ruang kelas tersebut, Eruru dan Kirika langsung tampak gugup.

Kemudian Eruru mengeluarkan pistol suci favoritnya "Argentum" sementara Kirika mengeluarkan botol ramuan dengan tanda tengkorak dari saku dadanya.

"Hei... Apa yang kalian berdua lakukan begitu tiba-tiba!?"

"Kenapa Eru-chan dan senpai dipenuhi niat membunuh!?"

"Kalian berdua berniat melakukan apa!?"

Mengabaikan keraguan mereka, kedua gadis tersebut tetap bersenjata.

Eruru dan Kirika secara hati-hati mendekati kelompok Hisui dan mengarahkan senjata mereka saat mereka berbicara.

"Tidak adakah diantara kalian yang menyadarinya...?"

Eruru bertanya dengan laras pistolnya diarahkan pada Hisui.

Matanya tidak bercanda.

Cara dia menatap, dia benar-benar akan menekan pelatuk jika diperlukan.

"Hei, tenang... Ini adalah sekolah, jangan melakukan sesuatu yang gila!"

Hisui mengangkat tangannya untuk menyerah, menunjukan dia tak punya senjata ataupun permusuhan, tetapi Eruru tidak menurunkan kewaspadaannya.

"...Sepertinya kalian benar-benar tak bisa melihatnya. Kariya-san, boleh aku menangani ini?"

Kirika menghela nafas dan melangkah maju.

Masih memegang pistol, Eruru mengangguk. Matanya masih terkunci pada Hisui.

"Senpai, kenapa ekspresimu begitu menakutkan...."

"Tidak apa-apa, tunggu saja dan tetap diam."

Kirika mengeluarkan botol yang lain dan mencipratkan cairan isinya pada kepala Hisui, Rushella dan Mei.

Cairan transparan tersebut berubah menjadi kabut, menyebar ke sekeliling, menyebabkan pandangan mereka memburam.

"Kau penyihir, untuk apa ini!?"

Kirika mengabaikan keluhan Rushella dan dengan pelan mulai merapalkan suatu bahasa dengan ekspresi misterius.

Hisui dan Rushella bisa mengatakan bahwa kalimat itu terdiri dari Bahasa Latin dan Bahasa Inggris Tua, tetapi arti dan tata bahasanya sepenuhnya tidak tahu.

Itu seperti bahasa unik bagi para penyihir, diarahkan pada eksistensi dunia lain — dengan kata lain, yang disebut "mantra".

Katalis, mantra, dikombinasikan dengan kekuatan magis Kirika, itu membentuk "ritual" sederhana.

Meskipun tindakan tersebut begitu cepat dan ringkas, itu menghasilkan efek nyata disekeliling.

"Kenapa aku merasa sedikit dingin...?"

Terlepas dari Hisui yang telah merasakan dingin sejak beberapa hari, bahkan Mei tengah memeluk dirinya sendiri dan gemetar.

Itu terasa seperti jatuhnya suhu secara tiba-tiba — begitu tiba-tiba bahwa bahkan udara dikulit mereka terasa sedikit hangat.

"Senpai, apa sebenarnya yang kau lakukan pada kami....."

— Bisakah kau mendengar aku......?

" " ".....!?" " "

Hisui, Rushella dan Mei saling menatap terkejut.

Seorang gadis berbisik pelan pada telinga mereka.

Tetapi suara tersebut tidak datang dari setiap orang yang ada.

"Ada seseorang... disini?"

Hisui menyuarakan pertanyaan yang dimiliki mereka bertiga saat dia mengamati sekeliling.

Tentu saja, tidak ada orang lain di sekitar.

Hanya Eruru dan Kirika yang berdiri di samping secara misterius.

Mereka mendesah dan menunjuk pada dada Hisui.

"Kau masih belum menyadarinya?"

? — mereka bertiga memalingkan tatapan mereka pada dada Hisui.

Dan terkejut.

Karena disana ada kepala lain yang keluar dari dadanya.

Rambut hitam panjang dan lurus dengan poni dipotong seragam. Rambut tersebut menggantung kedepan memblokir tatapannya, menyelubungi ekspresinya — tetapi ini adalah kepala seorang gadis, dengan kulit yang sangat pucat.

Kulitnya — benar-benar putih.

Itu memberi rasa tranparansi, sebenarnya ini bukan metafora — karena dia benar-benar setengah transparan.

Orang bisa melihat papan lantai melalui dia. Garis wajahnya juga bergetar tak stabil.

Kepala tersebut tersenyum pada mereka bertiga yang wajahnya telah berubah pucat.

"Akhirnya, kau bisa melihat aku."

" " "Iyaaaaaaaaaaah—!!" " "

Mereka menjerit keras bersamaan, jatuh dari kursi mereka.

Bukannya berdiri, mereka mundur sambil tetap duduk dilantai.

Kepala tersebut juga jatuh secara alami dari dada Hisui.

Atau daripada jatuh, itu melewati.

Melewati Hisui, dia tetap meringkuk ditempat yang sama, berbeda dengan Hisui yang telah mundur secepat yang dia bisa.

"A-Apa itu!?"

Rushella memeluk lengan Hisui saat dia menunjuk pada objek tersebut.

Karena Hisui telah mundur, penampilan penuhnya sekarang telah terlihat.

Daripada hanya sebuah kepala... Itu jelas-jelas tubuh seorang gadis.

Tubuh ramping berpakaian dalam seragam sekolah bergaya pelaut yang sedikit ketinggalan model. Itu tampak begitu tak berwujud karena itu benar-benar setengah transparan... Garis tubuhnya bercampur dengan lingkungan sekeliling.

"...Mungkinkah itu sungguhan?"

Hisui bertanya dengan ekspresi kaku dan Eruru mengangguk.

"Memang, ini adalah apa yang dikenal sebagai hantu."

"Benarkah!?"

Hisui berseru secara reflek, wajahnya pucat. Saat itu dia menyadari pergerakan gadis itu.

Dia datang kearahnya... Merangkak.

Langkah demi langkah... menjangkau dengan lengannya yang ramping, dia mendekat.

"H-Hei Sudou, cepat pikirkan sesuatu!"

"U-Umm, aku berada pada sisi ilmiah, aku tak bisa melakukan apapun terhadap sesuatu yang kebal pada serangan fisik... kau cepat pikirkan sesuatu!"

"A-Aku buruk terhadap sesuatu semacam ini juga! Aku bahkan tidak tahu apakah mata mistik bekerja atau tidak....!!"

Kedua perwujudan supranatural tersebut benar-benar tak berguna.

Saat mereka menekankan tanggungjawab pada masing-masing, gadis tersebut sudah merangkak pada kaki Hisui saat dia runtuh di lantai.

"H-Hei tunggu... Jangan maju, jangan membawa kutukanmu kesini!"

"...."

Bukannya menjawab, gadis tersebut perlahan-lahan mendekatkan wajahnya.

Mereka bertiga tetap terpaku ditempat.

Saat gadis tersebut mendekat, wajahnya secara bertahap memasuki pandangan jelas.

Dibawah poni itu, wajah tersebut—

"...Hmm?"

Hisui terkejut. Rushella dan Mei juga saling menatap satu sama lain.

Dia dengan hati-hati mendekati wajah gadis itu, menarik nafas — dan mendesah.

"Sungguh cantik....."

Seketika, tinju dari sang vampir dan manusia buatan memukul dia dari kanan dan kiri dalam serangan penjepit.

"Ouch, apa yang kalian berdua lakukan!?"

"Diam, untuk berpikir kau akan bernafsu pada hantu!?"

"Itu benar, meninggalkan aku sendirian, lari ke gubuk dengan hantu huh!?"

"Aku hanya mengungkapkan kesan tulusku! Dan dalam kenyataannya, itu jauh lebih baik daripada kalian berdua yang berbahaya mematikan!!"

"Apa katamu!? Aku hanya menghisap sedikit darah dan memerintahmu sesuka hati!!"

"Yang aku mau adalah untuk memiliki bayi untuk membangun keluarga bahagia, itu saja!!"

"Bukankah itu cukup? Kalian sudah jauh lebih buruk daripada kekerasan dalam keluarga!!"

Mereka bertiga langsung memulai perang kata-kata.

Melihat mereka akan memulai pertikaian yang berlarut-larut, gadis tersebut mengangkat tangannya dengan lemah.

"Permisi.... Apa kalian semua siap mendengarkan aku?"

" " "Ah——!?" " "

Menatap si pengganggu, mata mereka bertiga tampak seperti dari para gangster atau para bajingan.

"M-Maaf..."

Gadis tersebut menyusut mundur dalam ketakutan.

Meskipun dia jelas-jelas seorang hantu.

Memain-mainkan jari-jarinya, tidak yakin apa yang harus dilakukan, dia melemparkan permohonan mencari bantuan pada dua orang dibelakangnya.

Eruru dan Kirika mengangguk dengan ekspresi pemahaman yang mendalam. Lalu Eruru yang pertama mengambil tindakan.

"Bisakah kau mengendalikan dirimu sendiri? Situasi dia pasti cukup sulit."

" " "Ah——!?" " "

Tanpa mengatakan kata lain, Eruru menjejalkan laras pistol suci "Argentum" pada mulut Hisui.

"(Maaf...)"

"Baiklah. Jadi, Nona Hantu... maukah kau memulai?"

"Y-Ya...."

Meskipun dengan bantuan Eruru, gadis itu tampak terkejut.

—Beberapa menit kemudian, gadis itu berdiri didepan papan tulis seperti seorang siswa pindahan didepan Hisui dan kelompoknya, kepalanya menunduk ringan.

"Umm... Mari kita mulai dengan salam, senang bertemu dengan kalian untuk pertama kalinya, namaku Fuwa Touko. Uh, hobiku membaca ketika aku masih hidup, kemampuan... aku rasa itu kegiatan sastra. Baru-baru ini... maksudku setelah aku mati..... aku berminat dalam mengamati manusia... atau lebih tepatnya, aku tak bisa melakukan apapun selain itu... Keterampilan... Hmm... apa menyebabkan fenomena supranatural juga dihitung? Yah, karena aku tidak bisa menyentuh objek secara langsung, aku harus menggerakkannya dengan pikiranku..."

"Ijinkan aku menyela, kenapa perkenalan diri ini begitu gelap!? Ah, kalau dipikir-pikir.... kau merasuki aku sebelumnya!?"

"Hmm, aku tidak berencana merasuki kamu, aku hanya mengikutimu, kan? Aku memanggilmu berkali-kali tetapi kamu tampaknya tidak mendengar. Lalu aku mencoba membuatmu menyadari, jadi aku membuat keributan dan menggerakkan benda-benda di sekitarmu...."

"Jadi itu benar-benar kelakuanmu....! Mencoba menakuti kami... tetapi kenapa kami tak bisa melihatmu sampai sekarang?"

Rushella mulai merenung.

Kirika mendesah dan menjelaskan untuk dia.

"Kemampuan untuk melihat hantu dan merasakan eksistensi mereka benar-benar bervariasi dari orang ke orang. Bahkan orang yang digambarkan memiliki indra spiritual yang kuat tidak selalu mendeteksi semua jenis jiwa. Hal ini berhubungan dengan interaksi yang rumit dari riak gelombang, keserasian dan waktu yang dihabiskan bersama-sama, oleh karena itu seseorang tidak bisa mengatakan hal yang sama untuk semua kasus. Setelah mengalami jenis latihan tertentu, Kariya-san dan aku bisa melihat hantu dengan sedikit konsentrasi. Dari cara aku melihatnya, fakta bahwa kau gagal untuk melihat hantu meskipun seorang vampir itu cukup mengejutkan, ya?"

"...Sungguh menjengkelkan, diam. Aku hanya gagal untuk melihat dengan mataku, itu saja! Tetapi aku merasakannya sejak awal! Dan sekarang karena mantramu bahwa aku bisa melihatnya?"

"Ya. Adapun untuk analogi, itu seperti aku menyesuaikan antena untuk menerima gelombang elektromagnetik. Seperti sebuah sepeda tanpa roda latihan, setelah kau mulai melihat dia, Touko-san yang disini ini tidak akan menghilang dari pandanganmu lagi. Ngomong-ngomong... kenapa kau memilih untuk merasuki Kujou-kun?"

Touko sendiri tidak tahu jawaban pada pertanyaan dasar ini.

"Kau bertanya kenapa? ...Tapi sebenarnya dia adalah orang yang mendekati aku... dan dia bahkan datang kesampingku."

"....Mungkinkah kau mengacu pada... peti mati itu?"

"Itu benar...."

"Tunggu sebentar, peti mati apa ini?"

Rushella menginterogasi Hisui dalam terkejut.

"Maksudmu di hari sabtu? Peti mati vampir yang dikeruk dari laut itu?"

Mei dengan sembrono mengungkapkan rahasia.

"Ah, itu yang sangat menyerupai peti mati milik Draculea-san. Jadi apa yang terjadi setelah itu?"

Kirika bertanya pada Eruru dengan penasaran.

"...Tentang apa ini? Bagus, kau menyembunyikan sesuatu dari aku lagi!?"

Rushella meraih Hisui dan bertanya.

"Ini... uh, itu..."

Hisui melihat kearah Eruru untuk mencari bantuan tetapi dia bahkan tidak meliriknya, mengetik pada komputernya, menyatakan secara acuh tak acuh:

"Aku mengingatkanmu sebelumnya untuk menjelaskan semuanya. Kau membawa ini sendiri."

"...Karena dia sudah mengatakan begitu, maka beri aku penjelasan yang benar, oke....?"

"....ya."

Setelah mendengarkan penjelasan Hisui, Rushella menatap Touko lagi.

"...Maka ini artinya kau berada didalam peti mati itu selama ini?"

Dia menanyai si hantu. Juga, nasib Hisui yang dipukuli setelah interogasi tak perlu disebutkan.

"Ya... aku selalu... bersama dengan peti mati tersebut. Meskipun aku tak bisa mengingat ingatan selama waktu berada didasar laut... tetapi aku merasa... seperti aku selalu bersama dengan itu."

Touko mencari-cari ingatannya saat dia bergumam.

Seperti tubuhnya yang semi-transparan, nada suaranya juga cukup samar dan tidak nyata.

"...Lalu kau meninggalkan peti mati itu dan mengikuti Hi-kun. Bukankah ini kasus... pergi ke situs paranormal, dan dirasuki oleh roh.... yang disebut riak gelombang selaras?"

Mei berkomentar santai.

Touko mengangguk dan mengingat pertemuan pertamanya dengan Hisui — meskipun Hisui sepenuhnya tak menyadari saat itu.

"Aku merasa seperti... itu pasti terjadi. Aku melihatnya mendekati peti mati dan merasa bahwa dia mungkin menemukan aku. Tapi dia berakhir tidak menyadari..."

Touko menatap sedih pada Hisui.

Meskipun itu adalah penampilan malu yang menggemaskan, tatapannya sedikit menusuk.

Bagaimanapun juga, dia bisa menyebabkan fenomena tidak normal, yang mana bisa saja itu kekuatan yang dikutuk.

"...Jadi, bisakah kamu berhenti menatap aku? Itu terasa seperti, umm, itu sedikit menakutkan... faktanya, aku telah merasa tidak enak badan, menggigil sepanjang waktu...."

"Kuncinya adalah kemauan dan terbiasa pada itu. Itu akan menjadi lebih baik seiring waktu. Jika dia jahat, kau bisa dirasuki, dikutuk dan dibunuh dalam skenario kasus terburuk."

"...Senpai, itu tidak termasuk sebagai menghibur. Uh, jadi, Touko-san?"

"Panggil aku Touko tidak apa-apa..."

"Umm, Touko-san... kenapa kamu bersama dengan peti mati itu? Itu tak diragukan lagi peti mati milik vampir. Tetapi kamu... berada didalamnya. Kenapa begitu? Juga, apa yang ingin kamu katakan padaku?"

Touko tidak menjawab.

Meskipun dia merasuki Hisui untuk tujuan ini, dia masih tidak menjawab.

Hantu itu dengan ringan mengangkat rambut pada sisi kanannya dan menekannya kebelakang telinganya.

Lalu membungkuk, dia menunjukan lehernya pada semua orang.

"...!?"

Hisui hanya bisa berdiri. Yang lain menatap dengan mata mereka lebar-lebar.

Pada lehernya yang semi-transparan — ada sebuah luka.

Tertusuk oleh dua lubang.

Bekas itu adalah tanda gigitan.

Bukti dari "ciuman" vampir.

Luka jelek tersebut menyebabkan Hisui menyimpitkan matanya dan bertanya pelan.

"Kamu... telah digigit?"

"Ini mungkin... penyebab kematianku. Aku digigit oleh seorang vampir dan mati. Itu pasti pemilik peti mati itu, lebih jauh lagi... dia masih ada didunia ini."

"Dengan kata lain, dia belum dihancurkan huh...."

"Aku tidak tahu....."

"......?"

"Dia ada didalam peti mati saat itu. Seharusnya... terkunci didalamnya. Dia tidak bisa melarikan diri dari samudra. Namun, saat aku mendapatkan kembali kesadaranku, peti mati itu telah kosong, seperti yang kau lihat dengan matamu sendiri."

"...Memang. Jadi apa yang ingin kau katakan padaku... adalah hal ini? Kau mau aku memusnahkan vampir yang menggigitmu, untuk membalaskan dendammu?"

"Aku sudah... tidak peduli lagi. Bagaimanapun juga, aku sudah mati."

"...."

"Aku sangat membenci vampir itu, tetapi balas dendam tidak ada artinya. Disisi lain, jika dia dibiarkan, akan ada lebih banyak korban. Jadi tolong, hentikan dia....!"

Suaranya dipenuhi dengan kesedihan.

Setelah kehilangan tubuhnya, gadis tersebut tak mampu menyebabkan getaran di udara. Sebaliknya, suaranya memasuki pikiran pendengar secara langsung.

Bahkan setelah kehilangan hidupnya, untuk mencegah terjadinya tragedi baru, dia tertidur di dasar laut bersama dengan peti mati itu.

Lalu apa yang harus dilakukan dalam kemampuan mereka?

Hisui berbicara dan mengakhiri keheningan yang berat tersebut.

"Kenapa... memilih aku? Mungkin jika riak gelombang tidak selaras, kamu tidak bisa menyampaikan kata-kata ini, tetapi bukankah orang-orang disekitar peti mati tersebut dari Badan Investigasi Supranatural sebuah pilihan yang lebih baik? Mengingat waktu yang cukup, orang seharusnya mulai menyadari kamu. Seperti Kariya disini sekarang ini."

"Mungkin... kau benar. Orang-orang disekitar peti mati itu, aku bisa merasakan mereka adalah para ahli dari aura mereka. Namun, segera setelah aku melihatmu.... aku merasakan itu."

"...merasakan apa?"

"Aku akan baik-baik saja mengikuti orang ini... Perasaan semacam itu yang aku dapatkan."

"...aku minta maaf tetapi itu tidak membuat aku senang sama sekali. Dengan 'mengikuti orang ini' kamu sebenarnya bermaksud merasuki aku, kan?"

"Jangan menatap aku seperti itu..."

Touko tersipu dan memalingkan tatapannya menjauh.

Melihat dia bertindak seperti itu, faksi gadis mulai melempar tatapan cemoohan pada Hisui.

"Kau playboy! Main perempuan dimana-mana, kau berencana mengesampingkan aku lagi!?"

"Jika kau pergi ke pondok dengan seorang hantu, lalu memiliki bayi dengan seorang manusia buatan bukanlah sebuah masalah, kan?"

"Pergi setelah apapun dan dengan siapapun, dikendalikan oleh rasa lapar nafsu bejatmu, ini sudah pasti sebuah pemandangan menyakitkan. Apa yang kau rencanakan untuk dilakukan dengan seseorang yang sudah mati?"

"...aku tidak tahu Kujou-kun adalah orang yang seperti ini....."

Meskipun biasanya menjadi faksi yang terpisah, keempat gadis itu bertindak dengan kesatuan yang mengejutkan selama saat-saat seperti ini.

Hisui sudah tak punya kesempatan menang melawan siapapun salah satu dari mereka, apalagi mereka berempat bersatu.

"Tidak tidak, ini sangat aneh, oke!? Aku korbannya disini! Aku adalah orang yang dirasuki!"

"Kamu tidak... menginginkan aku?"

Touko memain-mainkan jari-jarinya saat dia menatap Hisui.

Dia benar-benar menggemaskan.

Meskipun semi-transparan.

"Ah, aku pikir dengan ponimu menutupi wajahmu, kamu benar-benar mendapatkan perasaan Sadako! Bukankah memohon adalah tanda-tanda awal dari roh jahat!?"

"Aku awalnya bertanya-tanya apakah kamu akan menemukan aku lebih awal jika aku menggunakan kekuatan spiritual untuk memasukan diriku sendiri kedalam film. Tapi kamu hanya punya DVD di rumahmu, jadi aku tak bisa melakukan apapun tentang itu. Ketika aku masih hidup, hanya ada kaset VHS, aku tidak mengerti benda DVD ini."

"Katakanlah, tolong jangan membuat DVD terkutuk muncul dengan nyata di dunia ini. Jika tidak kami akan membutuhkan pengusir setan. Ngomong-ngomong... Apa ini tidak apa-apa untukmu? Ada vampir disini, kerabat orang yang telah membunuhmu...."

"Tetapi laki-laki yang disini ini adalah pelayanku, kau tahu?"

Rushella menunjuk dengan bangga pada Hisui.

Meskipun Hisui tidak senang, dia tahu keberatannya akan bertemu dengan pembalasan sepuluh kali lipat, jadi dia menyerah.

Selain itu, masalah saat ini perlu dibahas dengan jelas terlebih dulu.

Gadis itu telah dibunuh oleh seorang vampir dan masih mencari vampir itu setelah kematiannya. Bagaimana dia melihat vampir lain dan pelayan mereka?

"Oh benar... Aku cukup terkejut awalnya, karena aku tak pernah menyangka orang yang aku rasuki memiliki seorang vampir di rumahnya."

"Permisi, bisakah kamu berhenti menggunakan istilah 'merasuki'? Itu terdengar benar-benar menakutkan."

"Tapi kemudian... tidak masalah. Orang yang aku rasuki adalah seorang pelayan vampir. Itu saja."

"Bisa tolong hentikan itu? Bisakah kamu berhenti berbicara seperti ini adalah semacam kisah cinta yang murni!? Jika ada, itu lebih seperti seorang penguntit."

"Juga.... Meskipun mendapati darahnya dihisap selama periode waktu yang lama, dia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda berubah manjadi vampir. Tak seperti aku, dia tak punya luka di lehernya. Selama waktu perasukan, aku sepertinya telah mendengar sebuah istilah yang disebut 'konstitusi'....."

"Sekarang kau menggunakan istilah 'periode perasukan' secara langsung. Oh yah, itu adalah tipe konstitusi yang aku punya. Dan Rushella.... bagaimana aku harus mengatakannya? Dia sedikit berbeda dari vampir yang kau temui, dia tidak akan menyerang orang secara acak."

"...sepertinya begitu. Berbeda dari vampir yang aku cari. Jadi... jika kamu bisa membantu aku, aku akan sangat berterimakasih. Tolong bantu aku!"

Mendengar permohonan gadis itu lagi, Eruru berbicara dengan serius sambil dia terus menatap layar komputer.

"Fuwa Touko... Aku menemukan nama ini dalam daftar sekolah sepuluh tahun yang lalu. Hilang sebagai siswi tahun pertama — dalam insiden saat itu dengan banyak gadis menghilang, orang yang diduga penjahat yang bertanggung jawab, dan polisi mengerahkan banyak tenaga... Tetapi sia-sia."

"Aku ingat seragam yang dia gunakan ini. Ada catatan di kantor dewan mahasiswa dan itu terlihat seperti seragam lama sekolah kita. Meskipun kau lebih muda dari aku saat itu, aku pikir aku harus memanggilmu senpai sekarang."

Kirika bergumam dengan ekspresi rumit.

"Aku juga melihat namamu sebelumnya, senpai. Di halaman belakang dari buku kecil sebelumnya itu. Buku Klub Penelitian Ilmu Gaib — namamu tertulis pada halaman belakang."

Hisui dan Rushella berpaling untuk saling manatap satu sama lain dengan terkejut.

Kelompok hobi tak resmi yang pernah ada disekolah ini — Klub Penelitian Ilmu Gaib.

Saat itu, para siswa di kelompok hobi tersebut tengah terpesona dengan studi "penyihir". Terlibat didalamnya, Hisui hampir mati dan Rushella sangat menderita.

Setelah insiden itu mendekati akhir, masih ada banyak misteri tak terpecahkan mengenai Klub Penelitian Ilmu Gaib tersebut.

Orang-orang yang terlibat tak lagi ada disekolah, sementara anggota berperingkat terendah — guru wali kelas Hisui — tidak mengerti rincian situasi saat itu.

"Touko-san... Apa kau benar-benar anggota dari Klub Penelitian Ilmu Gaib?"

"—Ya. Saat itu, kami... pasti telah terlalu jauh. Pada awalnya, kami hanya bermain-main dengan mantra kecil dan meramal karena itu menyenangkan, tetapi kemudian... itu menjadi serius setelah itu. Ada anak yang memahami hal ini dengan sangat baik saat itu. Kalau saja tetap seperti itu."

Touka merendahkan tatapannya dengan perasaan kesepian.

Sisa-sisa dari masa mudanya, disaat yang sama, kenangan yang tragis.

"Sebelum kami mengetahuinya, kami telah kehilangan semua rasa takut. Lupa sifat mahluk non-manusia. Kami tidak takut pada supranatural. Karena itulah ketika dia muncul, kami mendekati dia tanpa waspada. Lalu... aku menjadi seperti ini."

Touko tertawa dan menunjuk pada tubuhnya yang semi-transparan.

Tentu saja, tak ada orang lain yang bisa tertawa.

"Kalian benar-benar harus tertawa disini... Aku merasa lebih buruk jika kalian membuat wajah semacam itu."

"...T-Tidak, aku tidak bisa tertawa. Sendirian didasar laut... Sepuluh tahun berlalu dalam sekejap. Dan masih berusaha keras demi orang lain? Bagaimana mungkin aku bisa menertawakan seseorang seperti itu?"

Mendengar kata-kata serius Hisui, Touko tetap tersenyum.

Semua orang yang ada tahu bahwa senyumnya saat ini tidak datang dari hatinya.

"Hmm, tampaknya seperti ceritanya sudah cukup banyak yang selesai, jadi ijinkan aku, presiden klub, membuat keputusan."

Rushella menyilangkan lengannya dan melangkah maju dengan gagah.

Touko tampak bereaksi pada istilah 'presiden klub' yang dia gunakan.

"Presiden klub.... Eh, semua orang berkumpul disini karena kegiatan klub? Apa kalian benar-benar membuat sebuah klub penelitian ilmu gaib juga? Aku pikir itu lebih baik jika kalian menyerah... Aku tak mau melihat orang lain berakhir seperti aku."

"Tidak! Klub ini untuk mencari ingatanku dan meningkatkan kualitas kehidupanku. Kami menyebutnya 'Klub Investigasi Supranatural'!"

"Ngomong-ngomong, kamu lebih baik mempertimbangkan ulang nama klubnya terlebih dulu."

Mengabaikan komentar sinis Hisui, Rushella menatap luka mengerikan pada leher Touko.

"Sungguh luka yang berantakan. Orang bisa mengatakan dari bentuknya seberapa rendahnya pria itu. Perlakukan mangsa dengan hati-hati, untuk dengan sopan menambahkan pada rasku atau untuk memberikan tidur dalam damai yang abadi — itu adalah etika yang tepat dari rasku. Orang ini tidak hanya menyerah setelah minum setengah tetapi bahkan melakukan sejauh meninggalkan sebuah luka jelek setelah kematian. Sungguh memalukan! Sebagai seorang 'Leluhur Sejati', aku harus memulihkan kehormatan dari rasku!"

"...Maksudmu kau bersedia untuk membantu aku?"

"Memang! Untuk sebagian besar, itu akan menjadi tanggung jawab Hisui dan anggota klub yang lain yang tak signifikan yang akan berkerja keras untukmu!"

" " " "Kau ikut serta juga!" " " "

Mengabaikan balasan dari seluruh klub, Rushella mengulurkan tangannya pada Touko.

"Manusia sepertinya sering melakukan ini."

"...Itu benar. Kalau begitu, terimakasih semuanya."

Touko tersenyum ringan dan mengulurkan tangan... Tetapi tak bisa memegang tangan Rushella.

Karena dia menembusnya.

Ditengah-tengah suasana canggung, hanya Rushella yang tetap tersenyum.

"Serahkan segalanya padaku! Aku pasti akan menangkap vampir itu!"

Draculea V03 - BW04.PNG


Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Sadako-san : hantu antagonis yang ditampilkan dalam film horor.
  2. Kayako-san dan Toshio-kun : sepasang hantu pendendam (ibu dan anak ketika mereka masih hidup), dari franchise horor Ju-on.
  3. maksudnya senjata nuklir mungkin, saya sendiri kurang paham kata-kata ini.
  4. Komedian Okada : artis komedi jepang.


Sebelumnya Bab 1 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 3