Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid03 Bab3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 3 - Kamp Pelatihan Musim Panas[edit]

Sebuah bus saat ini melaju di jalan raya kearah pantai.

Rute bus umum ini biasanya memiliki sedikit penumpang dan berjalan pada jadwal yang sangat jarang, diambang akan dihapus. Namun, barisan belakang dari bus tersebut sangat ramai hari ini.

Seorang pemuda di dampingi oleh empat kecantikan luar biasa — tidak, lebih akuratnya, ada lima.

"Kamu yakin tentang tujuannya? Apa ingatanmu akurat?"

"Ya, tempat aku bertemu dia sudah pasti dia pantai didepan."

Apa disana ada penumpang yang lain didekatnya, sudah pasti mereka akan merasa terkejut dengan percakapan Hisui — atau lebih tepatnya, dia tampak bergumam pada dirinya sendiri.

Duduk di kursi barisan belakang, Hisui saat ini berbicara pada kursi kosong disampingnya.

Ruang kosong hanya cukup bagi satu orang untuk duduk.

Isi percakapan tampak dangkal dan tak berarti, tapi itu tidak seperti itu bagi Hisui dan yang lainnya.

Tentu saja, orang yang duduk di kursi kosong itu adalah Touko.

Selain kelompok Hisui, tak ada yang bisa melihat dia. Memanfaatkan hari libur Hisui dan teman-temannya, Touko mengajak mereka ke pantai dekat kota Seidou.

Menurut dia, para anggota Klub Penelitian Ilmu Gaib yang dia ikuti sebelumnya — para gadis itu — pertama kali bertemu vampir disini.

Kenapa seluruh kelompok Hisui datang? Menelusuri penyebabnya akan membutuhkan penjelasan dimulai dengan "interogasi" presiden klub Rushella.

Vampir yang muncul sepuluh tahun yang lalu, kematian Touko, misteri dari peti mati — untuk mengklifikasi semua ini, hal pertama yang mereka lakukan adalah menanyakan pada Touko sendiri secara rinci.

Oleh karena itu, Rushella memutuskan untuk memulai sebuah penyelidikan. Dalam kata-katanya sendiri, "interogasi" segera dimulai.

Lalu untuk beberapa alasan, Hisui diperintahkan untuk mencatat dengan punggungnya menghadap gadis itu.

"Hei, komposisi adegan ini sangat aneh. Aku yakin kau telah terpengaruh oleh film detektif polisi. Selain itu, bukankah Kariya punya komputer, jadi apa yang aku lakukan benar-benar tak diperlukan? Bisakah aku bergabung dengan tim pengamat?"

"Kau sungguh berisik jadi diamlah! 'Interogasi' ini benar-benar penting! Jadi cepat panggil Touko... untuk pertanyaan secara menyeluruh. Jika dibutuhkan, pesan beberapa 'makanan kotak'. Gadis ini yang disini bisa mempersiapkan makanan ringan dan teh!"

Rushella menunjuk Kirika saat dia berbicara.

Sebagai catatan samping, Kirika dan Mei berdiri disela-sela, mengamati dari jarak yang aman.

"Hei, omong kosong apa yang kau bicarakan? Interogasi yang kau deskripsikan terdengar seperti era Shouwa dari abad terakhir... Dan bahkan jika kau memesan makanan katsu-don, Touko-san tidak bisa....

Dia tidak bisa memakannya karena dia adalah seorang hantu... Merasa pernyataan seperti itu akan tidak pantas, Hisui menelan kata-katanya.

Tetapi Touko sendiri tersenyum dengan mata bersinar.

"Yah, bahkan jika aku tak bisa memakannya, tetapi jika kamu memberikannya padaku, ada semacam... perasaan kepuasan. Mungkin itu yang disebut dengan kenyang hanya dengan melihat? Ketika aku masih hidup, aku tak pernah mengerti bagaimana memberikan persembahan pada dewa di kuil, tetapi sekarang bahwa aku telah mati, aku sepertinya memahaminya. Ketika orang mati menerima persembahan dari orang yang mencintai mengunjungi makam mereka, mereka pasti sangat senang, kurasa?"

"...aku mengerti."

Melihat senyum cerahnya, Hisui menyerah pada mengejek Rushella.

Kesannya tentang hantu juga telah benar-benar terbalik.

"Lalu vampir yang menggigitmu. Dimana kau mendatangi dia?"

Cara interogasinya yang gak karu-karuan mungkin membuat Eruru kehilangan kesabaran, jadi dia mengajukan pertanyaannya sendiri.

Touko menjadi serius dan kembali ke topik utama.

"Pertama kali... itu adalah malam hari di sebuah pantai. Kami berbohong pada orang lain dan menyebutnya sesi belajar kelompok... Tetapi berlari keluar sana untuk sebuah pertemuan. Meskipun tak ada tujuan jelas... karena semua orang tua kami cukup ketat, mungkin kami hanya ingin memberontak dan pergi berpetualang. Itu mungkin menjelaskan antusiasme kami dengan ilmu gaib. Lalu... kami bertemu dia. Penampilannya... aku tak lagi bisa mengingatnya dengan jelas. Tetapi dia harusnya cukup tampan. Semua orang mendekati dia seolah-olah terpesona...."

"Kelompokmu mungkin berada dibawah kendali mata mistik. Karena kau adalah seorang hantu, ketidakjelasan dalam ingatan itu sudah pasti. Jika hantu tetap pada kewarasan mereka dan ingat dengan jelas kenangan ketika mereka hidup, segalanya tak akan begitu merepotkan. Belum lagi, ada pengaruh mata mistik juga. Jadi... apa yang terjadi selanjutnya?"

"...Dia mengajari kami banyak hal, seperti tentang sihir, tentang mahluk supranatural, segala macam... Saat itu, aku hanya berpikir bahwa dia kebetulan akrab dengan subjek ini, tetapi berpikir tentang itu sekarang, itu pasti karena dia seorang vampir. Fenomena gaib, dia bisa menyebabkannya sesuka hati... semua orang terpikat oleh dia. Lalu satu demi satu, mereka menghilang..."

Kenangan Touko membuat Hisui teringat sesuatu dari beberapa hari yang lalu.

Para siswa yang pernah menjadi anggota inti dari Klub Penelitian Ilmu Gaib semuanya tak diketahui keberadaannya. Menghilang, pindah kesekolah berbeda, keluar — meskipun semua kasusnya tak terkonfirmasi, jika cerita Touko memang benar, kemungkinan besar, mereka semua telah digigit tanpa terkecuali.

"Bagi vampir yang tinggal di dunia modern, mengikuti ritual kuno cukup sulit, yang mana perlu memakan korban satu pada suatu waktu diantara interval beberapa hari. Resiko ditemukan cukup tinggi dan jika dia tidak ingin menghasilkan keturunan, membunuh mereka menghasilkan mayat. Dan menyembunyikan mayat membutuhkan upaya. Namun, semakin tinggi peringkat seorang vampir, semakin keras kepala mereka mematuhi ritual ini. Dia mungkin mengandalkan kendali mental mata mistik untuk membuat para gadis itu perlahan-lahan menarik diri dari masyarakat. Itu pasti membawanya pada cukup banyak pengaturan yang merepotkan."

Berdasarkan pada penyelidikannya tentang anggota inti klub tersebut, dikombinasikan dengan pengetahuannya sendiri, Eruru memberi kesimpulannya mengenai vampir.

Touko mengangguk setuju.

"Aku percaya... pasti seperti itu. Sebelum aku mengetahui itu, diantara semua orang yang bertemu dia di pantai itu, aku satu-satunya yang tersisa. Bukannya aku narsis... tapi aku pikir dia sangat menyukai aku. Itu sebabnya dia menyimpan aku untuk yang terakhir... ketika dia hendak menghisap darahku, inilah yang dia katakan."

Ruangan itu dipenuhi suasana yang berat dan suram.

Menanyai orang yang telah mati tentang pengalamannya selama saat-saat terakhirnya — apakah ada sesuatu yang lebih kejam dan tak sensitif daripada itu?

Semua orang yang hadir memahami ketakutan yang diderita oleh mereka yang digigit oleh vampir.

Terlebih lagi, ini adalah seorang gadis tak berdaya di kelompok usia mereka sendiri.

Bahkan Eruru kehilangan kata-katanya.

Untuk mencari kebenaran, Hisui berbicara untuk memikul tanggung jawab.

"Lalu... seperti apa itu ketika kau digigit? Dengan kata lain, keadaan kematianmu, Touko-san. Bisakah kau juga memberitahu kami tentang bagaimana kamu menyegel vampir itu kedalam peti mati?"

Semua orang berpaling untuk menatap Hisui.

Mereka telah ragu-ragu apakah harus mengatakannya, tetapi seseorang perlu untuk mengajukan pertanyaan pertama. Hisui melangkah maju untuk mengambil peran itu.

Setelah beberapa saat keheningan, Touko melanjutkan.

"....Dia mengundangku. Dia bertanya apakah aku mau mengunjungi pantai. Dia telah mempersiapkan perahu dan bertanya apakah aku mau pergi menaiki perahu..."

"Kencan dengan vampir diatas perahu huh? Mengundang kamu meskipun dia sudah jelas takut air, dia pasti seorang yang benar-benar bodoh atau vampir tingkat yang cukup tinggi. Lalu kamu menerima, Touko-san?"

"Aku tidak dikendalikan oleh dia. Tentu saja, aku mungkin terpengaruh sampai batas tertentu... teman-temanku telah tidak ada, aku mencium sesuatu yang mencurigakan terjadi. Mungkin dari indra pertahanan diri, aku bisa menolak. Setelahnya, aku menemukan dia adalah seorang vampir, jadi aku....!"

"Kamu dengan sengaja menerima undangan tersebut, berharap untuk membalaskan teman-temanmu... Ya?"

Touko mengangguk.

Untuk membalas dendam untuk teman-temannya, gadis pemberani itu menantang sang vampir — namun, kenyataannya sangat keras dan kejam.

"Aku membuat banyak persiapan, seperti tongkat kayu dan sebuah salib. Namun, dia merampasnya dan melemparkannya ke laut... Lalu dia menghisap darahku. Kesadaranku menjadi kabur, dan perlahan-lahan... tak bisa menolak. Namun, meski begitu... aku memanggil kekuatan terakhirku yang tersisa dan memukul dia! Kemudian dia......"

Touko memeluk dirinya sendiri erat-erat.

Sosok dari vampir tersebut, terukir pada matanya tepat sebelum dia mati.

Tawa mengejek, melihat manusia dengan jijik.

Wajah tampannya penuh dengan tawa mengejek saat menatap padanya.

"Dia benar-benar acuh tak acuh. Saat aku jatuh kearahnya, dia mengambil kesempatan untuk bersembunyi kedalam peti matinya. Peti mati itu berada di perahu tersebut sejak awal. Dia telah meneguk wine sebelumnya, jadi dia mungkin telah sedikit mabuk... Tetapi aku percaya dia memasuki peti meti secara sengaja. Dia mengejek aku : Kau menginginkan hasil ini, jadi aku memenuhi keinginanmu...! Tetapi aku tak peduli lagi, jadi aku berlari mendekat dan menutup penutupnya rapat-rapat. Aku melilitkan rantai padanya, lalu—"

"Kau mendorongnya kelaut.... kan?"

Hisui menggambarkan endingnya, tetapi Touko menggelengkan kepalanya.

"Tidak... Lalu ingatanku terhenti disana. Pandanganku menjadi benar-benar gelap dan aku tidak bisa mengingat lagi. Mungkin... aku mati saat itu. Sebelum aku bisa mendorong dia ke laut, aku menghembuskan nafas terakhirku... mungkin. Saat aku kembali ke akal sehatku, sepuluh tahun telah berlalu dan kau muncul tepat didepanku."

".....Aku mengerti."

Setelah menghela nafas singkat, Hisui mengumpulkan pemikirannya dan mencoba untuk menyimpulkan kebenaran dari ingatan Touko.

Namun, masih terlalu sedikit informasi dalam genggaman mereka.

"Touko-san mati... tetapi peti mati itu jatuh ke laut. Lalu vampir yang terkunci didalamnya? Tidak, peti mati tersebut kosong... Melarikan diri kemana dia? Sebagai seorang vampir, seharusnya tidak ada masalah... Tetapi peti mati itu tidak rusak... rantainya juga utuh.... Apa sebenarnya yang terjadi?"

Hisui menatap ruang kosong dan berbicara pelan.

Eruru juga menyilangkan tangannya dan bersandar untuk merenungkan.

Melihat mereka berdua kebingungan, Mei yang telah mengamati dalam diam, mengangkat tangannya dengan ekspresi ragu-ragu.

"Permisi.... mungkin sedikit kasar bagiku untuk mengatakan ini, tetapi bisakah kesaksian Touko-san... benar-benar bisa dipercaya?"

" " "....." " "

Melihat semua orang memutar tatapan mereka pada dia, Mei menghindari kontak mata.

Dia pasti telah menduga hasil ini.

Tetapi dia merasa terdorong untuk mengatakan itu.

Dia tidak mengambil peran jahat ini secara sukarela, tetapi itu adalah sebuah pertanyaan yang setiap orang harus pikirkan.

"Ini tidak seperti aku berpikir Touko-san mengarangnya. Tetapi mereka yang terpengaruh oleh mata mistik tak bisa bertindak dibawah keinginan mereka sendiri, dan apalagi sekarang bahwa dia menjadi hantu, ingatan dari hari-harinya ketika dia hidup bahkan lebih tidak pasti, kan? Aku pikir kita tak bisa menganggapnya sebagai kebenaran sepenuhnya, kan?"

"...kau ada benarnya. Memang benar, aku tidak ingat rinciannya, dan sekarang kau menyinggungnya, aku juga...."

Touko kehilangan keyakinan.

Tubuh tak berwujudnya, atau lebih tepatnya, tubuh transparan menjadi lebih transparan, hampir seolah-olah dia akan menghilang.

Rushella memecahkan kebuntuan dengan pernyataan tunggal.

"Detail tak relevan dan sepele. Karena aku bilang kita menyelidiki ini, aku tidak akan menarik kata-kataku!"

"Uh, tapi...."

Hisui ingin mengatakan sesuatu tapi Rushella mengulurkan jari telunjuknya untuk menghentikan dia.

"Selain itu, jika kita tidak mempercayai apa yang Touko katakan, tak ada tempat untuk memulai. Seandainya dia sepenuhnya berbohong. Vampir tersebut hancur atau mungkin melarikan diri ke tempat yang sangat jauh, atau tak ada vampir dari awal.... Mari kita asumsikan itu untuk sekarang. Tetapi mengingat itu yang terjadi, maka tak ada masalah, kan?"

Pertanyaan terakhir Rushella diarahkan pada Eruru.

Duduk disamping, Eruru terkejut oleh pendapat Rushella, tetapi dia masih mengangguk.

"Memang. Meskipun itu akan disesalkan jika pencarian berakhir sia-sia, itu akan lebih baik jika tak ada vampir yang mengancam orang. Jika kita adalah satu-satunya yang menyelidiki, maka tak ada masalah dari membuang-buang uang pajak..."

"Dengar, aku benar? Jika itu tidak ada, maka tidak ada. Jika itu ada, maka penanggulangan harus diambil. Tak peduli apa, kita harus menemukan kebenarannya. Lalu kau akan bisa... 'Pergi', kan?"

Rushella menatap Touko, yang mengangguk ringan sebagai balasan.

Hisui melihat sedikit air mata di sudut matanya.

"Kalau begitu, 'interogasi' berakhir. Mari kita ringkas obrolannya, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"

"Mungkin... mengumpulkan informasi. Kita juga perlu memverifikasi seberapa bisa dipercayanya kesaksian dia serta mengumpulkan informasi rinci tentang vampir tersebut. Selain itu, untuk membantu ingatannya kembali ke kondisi akurat, kita bisa mencoba mengunjungi tempat kejadian dengan koneksi kuat pada dia....."

"Baiklah, pertama kita akan pergi... ke pantai itu dimana dia pertama kali bertemu vampir itu! Tak ada keberatan!!"

Biasanya, ini hanya akan berakhir sebagai salah satu pernyataan sombong dari Rushella yang tak ada yang memperhatikan.

Tapi pada hari itu, semua orang tersenyum dan mengangguk setuju.

Dan saat ini, Hisui dan teman-temannya berada di pantai tersebut.

Turun dari bus, berjalan sebentar, mereka tiba di pantai yang luas.

Tempat ini digunakan sebagai peristirahatan sekala kecil tepi laut, tetapi sekarang cukup sepi tanpa ada pengunjung.

Sebuah fasilitas renang yang dilengkapi dengan baik dibangun disini hanya karena transportasinya nyaman. Tetapi bahkan pada hari yang panas dan cerah seperti hari ini, ketika orang akan benar-benar menikmati berenang yang baik, tak ada orang disini.

Mereka bertemu dengan kejutan menyenangkan dari memiliki pantai untuk mereka sendiri. Tetapi tentu saja, kelompok Hisui datang kesini untuk sebuah tujuan yang berbeda.

Jelas, itu bukan tujuan mereka.

Namun, didepan matanya—

"Hei, bukankah ini aneh? Kenapa kalian semua memakai pakaian renang!?"

Dari samping Hisui, para kecantikan membuat jalan masuk yang glamor, berdiri berdampingan.

Sebagai catatan, Rushella telah membuat perjalanan khusus untuk membeli pakaian renang, menarik Hisui ke mall untuk menemani dia.

"Oh sayang, bukankah ini kesalahan Hi-kun, kalau dipikir-pikir? Dia sudah memiliki begitu banyak pilihan besar pada kita, namun dia masih terobsesi dengan pujaan ukiran."

Mengatakan itu, Mei membungkuk.

Mengingat sosoknya yang menggairahkan dan kulitnya yang halus lembut, seseorang tidak mungkin mengasosiasikan dia dengan monster Frankenstein yang original dan jelek itu.

Pakaian renang hitamnya adalah bikini mikro, yang meliputi area dadanya yang sangat berlimpah dan pantatnya.

Poin penting yang hampir tidak tersembunyi tetapi dia tidak menunjukan niat untuk menyembunyikannya, bahkan memancarkan aura semacam "datang dan lihatlah".

"Tidak tidak, seperti yang aku bilang, itu kesalahpahaman Touko-san! Itu hanya kebetulan bahwa manga yang aku baca memiliki pujaan ukiran di halaman berwarna, oke? Aku tidak melihat pujaan itu, aku hanya ingin memeriksa apakah ada halaman berwarna untuk seri manga ketika aku membalik ke bagian itu!"

Hisui melarikan diri dari serangan payudara raksasa milik Mei saat dia teringat percakapan dari ruang klub.

Karena para anggota klub pada dasarnya semuanya gadis, Touko menjadi teman baik dengan mereka cukup cepat.

Ini bukanlah masalahnya.

Topik pembicaraan mereka, namun—

"Hei, seperti apa Hi-kun ketika dia sendirian dirumah?"

"Aku telah mendengar bahwa dia tinggal serumah dengan Draculea-san... Bisakah kamu memberitahu aku rincian yang sebenarnya?"

Mei dan Kirika menyelidiki kehidupan pribadi Hisui dengan rasa ingin tahu yang besar.

Karena Touko ada pada kelompok usia yang sama, dia dengan senang hati terlibat dalam pembicaraan ini dan membuat hadiah dari sebagian besar dari penguntitnya, menyediakan berita-berita sensasional pada mereka lagi dan lagi.

"Mari kita lihat... Dia tetap mengurung diri di kamarnya, membaca majalah dengan pujaan ukiran pada sampulnya! Dengan payudara raksasa!"

"Oh~~ sudah kuduga, dia masih... menyukai itu?"

"Ngomong-ngomong, kamu sudah termasuk pada katagori itu...."

"Mumumu, dia jelas-jelas sudah punya aku!"

...Entah bagaimana, bahkan Rushella ikut bergabung.

Dengan motivasi yang agak aneh.

"Aku benar-benar menolak untuk kalah. Aku akan berdiri sebagai pemenang atas para wanita yang hanya tahu bagaimana untuk mengekspose punggung mereka dan belahan dada mereka, jadi yang dia letakkan pada matanya bukanlah orang lain tetapi aku!"

"...Memang, sekarang liburan musim panas mendekat, aku pasti menggoda dia dengan pakaian renangku."

"Aku telah berpikir untuk mendapatkan satu set baru. Ah, i-itu tidak seperti aku melakukan ini hanya untuk ditunjukan pada Kujou-kun....."

Sesuatu bergemuruh dibawah kaki, tanpa sepengetahuan Hisui.

Lalu hari ini tiba.

"...Hei, ini benar-benar aneh. Apa aku salah? Kenapa aku dipaksa untuk berpakaian sama seperti kalian!?"

Hisui penuh keluhan.

Dia telah dipaksa untuk berganti pada celana renang.

Karena dia tak punya pakaian renang santai, dia dipaksa untuk membeli sepasang celana renang merah selama perjalanan belanja. Sejujurnya, dia tidak ingin warna ini sama sekali, tetapi sayangnya, itu dibeli pada rekomendasi kuat dari Rushella.

"Bukankah ini bagus... untuk menghabiskan waktu seperti ini sekali-kali? Selain itu, Touko-san tidak akan mengingat seluruh masa lalunya dengan tetap terkurung dirumah."

"Ya... aku rasa...."

Kirika membungkuk saat dia berbicara, menyebabkan Hisui untuk secara reflek memasuki keadaan siaga.

Dia tengah memakai baju renang one-piece bergaya monokini berwarna ungu.

Meskipun itu lebih tertutup daripada bikini milik Mei, punggung Kirika sepenuhnya terekspose. Potongan samping pada kain cukup lebar, lebih menekankan garis pinggang yang sempit, menghasilkan sebuah keseksian yang berbeda dibandingkan dengan Mei.

Dikombinasikan dengan atribut senioritasnya, tindakan membungkuk dari Kirika... terasa agak tak tertahankan.

"Kenapa kamu melarikan diri?"

"Uh, aku tidak melarikan diri.... Eh, Touko-san?"

Mendengar pertanyaan Touko, Hisui berbalik... untuk menemukan dia dibelakangnya.

Dia sepertinya mampu untuk mengendalikan pakaiannya secara mental. Oleh karena itu, dia berganti pada baju renang yang sesuai latar belakang.

Miliknya adalah tipe yang diamanatkan sekolah.

Baju renang sekolah biru laut.

Lebih jauh lagi, ada strip kain putih bertulikan nama "Touko" didadanya.

"Touko-san, umm, meskipun kamu tidak meniru mereka dengan trik semacam itu, kamu sudah sangat menarik, kamu tahu? Kamu ramping dan langsing, kamu punya tempramen lembut dan anggun, payudaramu juga... pada tingkat milik senpai."

Hisui memandang ke kejauhan saat dia berbicara, sedikit kesepian ada dalam nadanya.

Kenapa semuanya menjadi seperti ini?

"Hei, tunggu sebentar, berhenti menatap aku dengan mata mengasihani!"

"Uh, tapi lihat, ini bukanlah pelajaran renang disekolah...."

"Aku hanya bisa mengenakan baju renang tipe ini! Karena keluargaku terlalu ketat, mereka tidak mengijinkan tipe yang lain...."

Draculea V03 - BW05.PNG

Touko menjelaskan dengan kebencian, meremas-remas tangannya.

Meskipun dibawah terik matahari, Hisui merasakan suhu udara jatuh secara tiba-tiba. Mudah-mudahan itu hanya imajinasinya.

Ada perasaan yang mengerikan.

"Hei, hentikan itu, Touko-san... Jangan menggunakan kemampuan menggutukmu!"

"Baiklah, jika aku memfokuskan imajinasiku, aku yakin bisa memakai baju renang yang aku sukai... Ya, yang seperti milik Sudou-san...!"

"Umm, maaf, kita tidak bisa memiliki itu. Daya tarik kalian berdua akan menyebabkan terjadinya perang, kita benar-benar tidak bisa memiliki itu!"

"Itu benar, jika semua orang terus lebih mengungkapkan, Hi-kun pasti akan dipaksa membungkuk kedepan untuk menyembunyikan kondisinya ♪"

Mengatakan itu, Mei memegang lengan Hisui dan menekankan tangannya pada payudaranya.

Dalam kenyataannya, Hisui sudah diambang melengkung kedepan. Namun, dia mengabaikan apa yang dia rasakan melalui kemauan.

"Seolah-olah ada yang akan... Hei, bisakah kau lepaskan tanganku?"

"Memintaku untuk melepaskan... Kenapa aku tidak memeluk begitu erat sampai tanganmu terputus ♪"

"Menakutkan! Datang dari kamu, itu benar-benar tidak terdengar seperti lelucon! Kamu sangat mampu melakukan itu!"

"Oh sayang, aku selalu serius, bukan?"

"Ayolah...."

"Jika kamu tidak mau itu terjadi, maka bermainlah dengan aku dengan benar. Oke, ada sebuah bola jadi mari kita bermain voli pantai. Siapapun yang gagal mengembalikan serve harus menerima hukuman permainan, oke?"

Mei berjalan ke satu sisi, memunggut bola dan bersiap-siap untuk memulai.

Tanpa sebuah net ataupun pembatas, bermain dengan aturan sederhana seperti itu ternyata lebih menyenangkan.

"...Ya ampun, jangan mengeluarkan semua kekuatanmu, oke?"

"Dimengeti ♪"

Lalu mereka berdua mulai bermain voli pantai.

Disudut disana, sesosok tertentu tengah melotot pada mereka dengan kebencian.

Sebelumnya, Hisui telah memasang sebuah payung di pantai dan menata matras untuk dia. Setelah itu, yang bisa dia lakukan adalah duduk tak berdaya dalam bayangan.

Gadis ini pasti akan berubah menjadi abu jika dia terserang oleh sinar matahari yang terik hari ini.

Yaitu, vampir ini.

Atau lebih tepatnya.... Rushella.

"Hiks hiks hiks~~ untuk berpikir aku membeli ini untuk dipakai pada kesempatan ini..."

Rushella telah menyeret Hisui pada perjalanan belanja khusus untuk membeli bikini ini.

Setelah diinformasikan sebelumnya, Rushella telah memilih sebuah baju renang cukup kecil sehingga bisa bersaing dengan Mei.

Secara khusus, kain tipis yang ada diatasnya benar-benar tak mampu memenuhi tanggungjawabnya menyembunyikan buah berlimpah dari dadanya.

Karena Hisui menyebutkan dia tidak suka warna yang terlalu mewah, Rushella telah memilih baju renang berwarna terang untuk berada di sisi yang aman... Namun, dia lupa dia tidak bisa menahan paparan sinar matahari.

Menonton rivalnya mencari kehancuran pada dirinya sendiri, Mei melemparkan tatapan kemenangan sambil bermain voli pantai, menyebabkan Rushella semakin tidak senang.

"Penghianat. Untuk berpikir dia akan bermain begitu senang dengan si palsu itu...."

Rushella cemberut dan menatap Hisui penuh kekesalan.

Tetapi Hisui sepenuhnya terlibat dalam permainan voli pantai dan benar-benar lupa.

Tepat saat air mata keluar dari mata Rushella, Kirika datang ke tempat teduh dibawah payung tersebut dengan mengangkat bahu.

"Serius... Apa yang kau lakukan? Jika kau seorang vampir, beri lebih banyak perhatian pada sinar matahari, oke?"

"Kau sungguh berisik, diamlah...."

Tak ada semangat dalam suaranya.

Dengan sedih, Rushella membuat lingkaran dengan jarinya diatas matras.

"...Oke, tetap tenang dan jangan bergerak."

Kirika mendesah dan mengeluarkan salep putih, diterapkan pada tubuh Rushella.

"H-Hentikan itu sekarang, apa yang kau lakukan!? Apa ini!?"

"Sebuah perantara pemblokir cahaya. Para vampir harusnya tahu itu, kan? Sebuah saleb untuk menghalangi sinar matahari. Yang modern sekarang dibuat menggunakan ilmu pengetahuan, tapi itu berasal dari para penyihir seperti aku, diciptakan atas permintaan dari para vampir. Jika kamu menerapkan itu pada kulitmu, itu akan memblokir sinar matahari setidaknya selama kunjungan pantai ini. Jangan khawatir, ini tak membahayakan kulit."

Kirika menjelaskan saat dia mengoleskan tabir surya tersebut secara menyeluruh pada tubuh Rushella.

Rushella tetap diam sampai dia menguatkan dirinya sendiri untuk berbicara.

"Uh... Umm."

"Ya?"

"Uh, u-umm.... Terimaka... Ouch..."

Mungkin karena dia tak pernah mengucapkan terimakasih, Rushella menggigit lidahnya sendiri secara tak sengaja.

Kirika menekan desakan untuk tertawa dan melanjutkan tugasnya.

"Jika kamu mau berterimakasih pada seseorang, berterimakasihlah pada Kujou-kun. Dia pasti telah mempertimbangkan perawatan kulitmu ketika dia memintaku untuk membuat persiapan."

"Eh....?"

Rushella terkejut. Kirika melanjutkan dan mengeluarkan sebuah alat penyemprot untuk menyemprotkan sesuatu pada rambutnya.

"Hei, apa yang kau lakukan!? Jangan asal-asalan menyemprotkan sesuatu!"

"Ini juga tipe perantara pemblokir cahaya. Rambut juga dianggap bagian dari kulit dan harus dilindungi secara hati-hati. Jika tidak, itu akan berubah menjadi abu dibawah sinar matahari juga."

".....U-Ummmmmm....."

"Seperti yang aku bilang, satu-satunya orang yang kamu harus berterimakasih adalah Kujou-kun. Rambut kebanggaanmu juga bagian dari permintaannya. Aku hanya mempertimbangkan kulit pada awalnya tetapi akan terlupa tentang rambut jika dia tidak mengingatkan aku."

"......."

Rushella tidak tahu apa lagi yang harus dia katakan.

Dalam diam, dia menonton Hisui dengan senang bermain voli pantai.

"Oke, sudah selesai. Kenapa kamu tidak bergabung?"

"....Ya."

Rushella berdiri pada perbatasan bayangan dan sinar matahari.

Dia tak pernah berjalan dibawah sinar matahari tanpa sebuah payung.

Rasa takut menggenggam hatinya sampai batas tertentu.

Jika Kirika punya niat jahat, dia akan hangus oleh sinar matahari ketika dia mengambil langkah pertama.

Namun—dia tidak goyah.

"Hmm... Umm."

"Ya?"

"....Terimakasih."

Kali ini dia tidak menggigit lidahnya.

Tersipu merah, Rushella bergegas keluar dari naungan payung.

Merasakan sinar matahari secara langsung untuk pertama kalinya, itu terasa lebih panas daripada biasanya dibawah sebuah payung.

Meski demikian, itu terasa cukup nyaman.

"Oke, Hisui, cepat biarkan aku bergabung juga!"

Dia bergegas mendekat dengan antusiasme besar... Tetapi permainan voli telah berakhir.

Mei saat ini berbaring diatas tikar diatas pasir.

Dengan bagian atasnya tidak terikat.

Disamping Mei adalah Hisui, dengan enggan mengoleskan tabir surya pada tubuh Mei.

"A-Apa yang kalian berdua lakukan!?"

"Uh, aku kalah dan telah menerima hukuman permainan. Dia membuat aku mengoleskan lotion pada dia."

"Ya ya. Permainan erotis ini benar-benar konsensual."

"Jangan sebut itu permainan erotis!"

"Yang kalah tidak punya hak untuk mengeluh. Cepat oleskan itu dengan benar."

Mei menarik tangan Hisui pada ketiaknya.

Ini adalah taman yang menyihir diungkapkan oleh baju renang yang tak terikat.

Yaitu, sisi payudara yang terekspose.

Boing, ujung jari Hisui menyentuh sesuatu.

"Ah mmm, Hi-kun, jangan menusuk aku..."

"Berhenti membuat suara cabul seperti itu! A-Aku tidak menyentuh apa-apa... Tidak sama sekali...!"

"...Aku sudah menarik tanganku, tetapi kenapa jarimu masih disana?"

".....Grrrrrrrrr!!"

Rushella mengeluarkan geraman marah dari tenggorokannya saat dia meluncurkan tinjunya untuk memukul Hisui.

"....Kau penghianat!!"

"Wah, tunggu, itu benar-benar sakit! Hentikan!"

"Hei hei, apa yang kau lakukan...."

Mengatakan itu, Mei bangun.

Tentu saja, dia tanpa penutup dada.

Hisui dengan reflek mengalihkan tatapannya... Mustahil, dia disuguhi pada tampilan penuh.

Draculea V03 - BW06.PNG

Buah besar terbuka dengan warna lembut dimana yang lebih kecil, buah elok dan sangat indah menonjol.

Mei tidak berusaha untuk menyembunyikan. Sebaliknya, dia membusungkan dadanya dan membiarkan orang lain untuk mengagumi pemandangan tersebut.

Sementara itu, Rushella menghantam bagian belakang kepala Hisui sekeras yang dia bisa.

Hal ini mengakibatkan penghapusan paksa tentang gambaran menggoda dari hard drive pikiran Hisui, dengan bonus efek spesial melihat bintang-bintang.

"Kau penghianat!! Berselingkuh disini!!"

"T-Tidak... Ini adalah sebuah kecelakaan... Kamu adalah orang yang....!!"

Sebelum dia bisa menjelaskan dirinya sendiri, serangan combo Rushella mendarat.

Duduk diatas tubuh Hisui, dia terus memukul dia.

"Apa yang kamu lakukan...?"

"Ah, senpai, kau datang tepat waktu! Cepat hentikan gadis ini..."

"Benar, benar... Bisakah kamu membantuku mengoleskan tabir surya juga?"

Mengatakan itu, Kirika memutar punggungnya yang terekspose menghadap Hisui.

Ini menyebabkan kekuatan pukulan Rushella langsung meningkat.

"S-Senpai.... Tolong jangan menambahkan bahan bakar pada api....!"

"Kau sungguh berisik jadi diamlah! Aku akan memukuli tubuhmu sampai kau tidak akan pernah selingkuh lagi!!"

Saat pasir seputih salju dari pantai dan kulit pucat Hisui keduanya berwarna merah, Eruru menjauhkan dirinya sendiri dari sengketa konyol dan diam-diam berdiri sendirian di tepi laut.

Dia mengenakan baju renang one-piece yang memiliki lipatan rok dan pola hias. Itu sangat sesuai dengan sosok mungilnya. Namun, dia tak punya niat berenang sama sekali.

Dia hanya menatap diam-diam pada air laut yang datang dengan ombak yang pecah pada kakinya secara teratur.

Tubuhnya sedikit gemetar seolah-olah dia tengah menahan sesuatu.

Seperti Rushella, dia takut pada air laut.

Sebagai keturunan dari vampir dan manusia — seorang dhampir, dia mewarisi kelemahan vampir.

Mereka takut "air mengalir".

Hal ini berlaku pada sumber air alami terutama, bahkan lebih lagi untuk air laut yang mengandung garam pemurni iblis. Memasukkan tubuh ini pada air akan berarti tenggelam secara langsung.

Meskipun kelemahan ini tidak terlalu parah daripada bagi vampir murni, dhampir pada dasarnya bukanlah perenang.

Jika seseorang harus mendaftar pengecualian, hanya berenang secara singkat di kolam dangkal air hangat untuk anak-anak SD masih mungkin.

Eruru mengetahui sifat dari tubuhnya ini lebih baik daripada siapapun.

Tetapi saat ini berdiri di tepi air... Dia tidak mau menerima tubuh terkutuk itu.

Dia mau mengatasi kelemahan sebanyak mungkin.

Dimulai dengan menghadapi air laut.

Menyesuaikan nafasnya, dia menenangkan pikirannya dan merilekskan tubuhnya—

"...mau berapa lama kau akan berdiri disana?"

Touko bertanya disamping telinganya.

Kata-katanya disertai pernafasan ringan.

Nafas seorang hantu terasa seperti hembusan udara dingin, menyerang telinga Eruru ditengah-tengah kondisinya yang gugup.

"Eeeek....!"

Rasa dingin menjalar pada tulang punggungnya menyebabkan Eruru bergetar dan dia kehilangan keseimbangan.

Sebelum dia bisa mengatasi dirinya sendiri, tubuh mungilnya telah jatuh ke laut.

Kemudian datang sebuah ombak yang tiba-tiba.

"~~~~....!!!"

Tak mampu membuat suara, Eruru tertelan oleh air laut.

Bagi orang normal, hal ini bukanlah apa-apa tetapi pengalaman menyenangkan dalam ombak. Tapi bagi dia, itu adalah sebuah dampak yang serupa dengan tsunami.

"A-Apa yang harus aku lakukan.... Hei, seseorang cepat tolong!!"

Hisui dan teman-temannya mendengar teriakan minta tolong dari Touko.

Selain Rushella yang takut air laut, yang lainnya bergegas mendekat.

Beruntungnya, Eruru diselamatkan ke darat sebelum dia menderita kontak berlebihan dengan air laut.

Berbaring di pantai, bibirnya ungu, tubuhnya terus gemetar.

"...Hei, bukankah ini buruk bagi dia untuk seperti ini? Sepertinya... dia berhenti bernafas!?"

Mendengar komentar Mei, Hisui menyadari langkah-langkah darurat yang perlu dilakukan dengan segera.

"Disaat seperti ini, bukankah kita harus memulai dengan CPR!? Ummm......"

Yang akan melakukan itu... Hisui menatap pada orang-orang yang ada.

Rushella dan Mei—tidak. Kekuatan mereka yang berlebihan bisa berakhir melakukan yang lebih berbahaya daripada yang bagus, bahkan mungkin menghentikan jantungnya secara langsung.

Kirika—tidak. Dia tenang dan kalem, tetapi dia tidak tampak mengetahui bagaimana melakukan CPR.

Touko—keluar dari pertanyaan. Karena dia tidak bisa membuat kontak fisik sama sekali.

"Sepertinya aku harus melakukannya..."

Hisui sendiri hanya mengingat perkiraan metode. Dia berusaha mengingat apa yang dia telah pelajari dari buku teks PE.

Menempatkan satu tangan diatas tangan yang lain, dia memposisikannya pada pusat dada Eruru.

Kemudian tanpa ragu-ragu, dia menekan pada tulang dada—

"Dimana kau menyentuh!?"

Segera setelah tangan Hisui membuat kontak dengan sensasi lembut itu, Eruru bangun.

Segera, dia bangkit dan memukul Hisui.

"Apa-apaan sih! Ini darurat... Aku tak punya pilihan...."

Sebelum Hisui bisa menyelesaikan, Eruru pingsan lagi.

Hal ini sangat tak terduga. Dia telah menderita syok dan mendadak heboh segera setelah dia bangun.

"Kenapa dia berhenti bernafas lagi! Astaga.....!"

...Oleh karena itu, Hisui mulai melakukan penekanan dada lagi.

"Hei dimana kau menyentuh!?"

Eruru duduk dan memukul dia lagi.

Dan pingsan lagi.

Hal ini terulang berkali-kali sampai Eruru akhirnya terbangun sepenuhnya.

Menyesuaikan nafasnya, dia tertawa mengejek diri sendiri dan memalingkan wajahnya.

"....Lakukanlah dan tertawakan aku. Kau mau tertawa, kan!? Tenggelam dalam air dangkal seperti itu, lakukanlah dan tertawalah jika kau mau, semuanya!?"

"...Aku tidak akan tertawa. Hei, kau benar-benar menyakiti aku dengan pukulan-pukulan itu. Berapa kali kau akan memukul sebelum kau tenang...."

Setelah menderita dipukuli Rushella sebelumnya, Hisui cidera cukup berat saat ini.

Tapi trauma psikologis Eruru pasti jauh lebih buruk.

"Kariya-san... tidak bisa berenang? Dan pada tingkat yang sangat ekstrim juga... Mungkin lebih baik disebut sebuah phobia?"

Kirika bertanya dengan rasa ingin tahu. Touko tampaknya juga sama-sama bingung.

Rushella telah mengetahui identitas Eruru sejak lama, sementara Mei mungkin sudah tahu meskipun dia tidak pernah menyinggungnya. Dua orang yang lainnya sepenuhnya tidak tahu.

"Setiap orang punya.... sesuatu yang tidak mereka kuasai. Ayo, keringkan dirimu sendiri terlebih dulu. Pakailah pakaianmu."

"Tak perlu... mengasihani aku. Beritahu saja semua orang tentang kondisiku, aku tidak peduli..."

Mengeringkan rambutnya, Eruru berbisik pada Hisui cukup pelan bahwa hanya dia yang bisa mendengar.

Tetapi Hisui menghilangkan masalahnya dengan lembut.

"Jika kau berpikir kau menyebabkan masalah bagi semuanya, beritahu mereka sendiri. Jika tidak, berhenti membuat keributan tentang apa yang kau warisi sepanjang waktu."

"....."

Hisui menarik tatapannya pada Eruru yang menunduk dan berpaling pada Touko.

"Jadi.... Touko-san, apa kau mengingat sesuatu?"

"Tidak. Lokasinya sudah pasti benar, tetapi selain itu...."

"....Maka kita harus mencoba keberuntungan kita ditempat lain. Atau bagaimana kalau kita bertanya-tanya pada sekeliling?"

"Ini sudah larut, biarkan aku yang mengambil alih dari sini. Aku sudah memesan penginapan untuk diriku sendiri."

"Tetapi kamu tidak bisa menyelidiki jika aku tidak ikut, kan?"

Mendengar saran Eruru, Touko menunjuk dirinya sendiri.

Memang, hanya ada sedikit penyelidikan jika dia tidak hadir, namun... dia saat ini mengikuti Hisui.

"Lalu Hisui-kun harus ikut juga. Kita akan melanjutkan penyelidikan dengan kita bertiga."

Touko menyarankan dengan polos.

Tapi usulan ini menyebabkan alis yang indah dari tiga gadis yang lain untuk melonjak.

"....Aku tak bisa kembali sementara meninggalkan pelayanku tanpa pangawasan. Selain itu, aku adalah presiden klub. Aku akan mengawasi kalian sampai penyelidikan selesai."

"Eruru-chan akan mendapat waktu yang sulit untuk mengurus kalian, biarkan aku membantu."

"J-Junior berkeliaran diluar pada malam hari... tak bisa diterima! Sebagai satu-satunya yang bertanggung jawab, aku harus mendampingi kalian. I-Ini hanya sebagai seorang senior, dan sebagai wakil presiden dewan mahasiswa, asal kalian tahu saja!"

Ketiga gadis itu memilih alasan mereka masing-masing untuk ikut.

Melihat mereka bertiga, Hisui yang awalnya berencana untuk pulang, tak punya pilihan selain mendesah pada langit.

"...Jadi kita akan menginap disini untuk malam ini?"

Setelah itu, kelompok tersebut memutuskan untuk check-in di penginapan terdekat.

Berkat Eruru, pilihan penginapan segera diputuskan. Tanpa kata-kata tambahan, penginapan ini lebih seperti sebuah rumah singgah. Juga, karena masuknya tamu yang tiba-tiba ini, semua gadis harus tinggal diruangan yang sama.

Satu-satunya anak laki-laki—Hisui mengambil ruangan lain. Namun karena kedatangan mereka yang tiba-tiba, penginapan tersebut harus dirapikan dan mempersiapkan ruangan tersebut terlebih dulu. Hisui tak punya pilihan selain mengunjungi ruangan para gadis terlebih dulu.

Setelah makan malam, para anggota kelompok mandi satu per satu.

Seolah-olah begitu kebetulan, Rushella adalah yang mandi paling terakhir. Menemukan Hisui dan Mei mengenakan yukata segera setelah dia kembali ke ruangan tersebut, wajahnya langsung diliputi ketidaksenangan.

"Apa yang kalian berdua lakukan!?"

"Melakukan....?"

Mei duduk diatas bantal sementara Hisui duduk dibelakangnya.

Dia memegang sisir dan dan pengering rambut ditangannya.

"Melakukan adalah 'melakukan', eh?"

"Berhenti dengan candaan kotor! Seperti yang bisa kau lihat sendiri, aku mengeringkan rambutnya. Karena pengering rambut ini adalah jenis yang lemah, itu harusnya lebih cepat jika aku membantu dia melakukannya."

Sementara sibuk memberitahu Mei dan menjelaskan pada Rushella, tangan Hisui terus bergerak mengeringkan rambut Mei.

Menonton dia menggunakan pengering rambut dan sisir secara bersamaan dengan terampil, Rushella tak bisa menemukan tanda-tanda apapun dari niat yang tak senonoh.

Meskipun tidak sepenuhnya puas, Rushella duduk disamping mereka.

"Untuk berpikir kau akan membiarkan seorang pria menggerakkan tangannya pada rambutmu begitu mudah. Apa kau tahu bahwa rambut seorang wanita adalah hidupnya? Jika aku jadi kau, aku tak akan pernah mengijinkannya."

"Memang, menyentuh rambut membutuhkan pananggulangan lebih banyak pertahanan... Aku pernah mendengar pepatah itu. Namun, ini menyiratkan keintiman hubunganku dengan Hi-kun..."

"Tipu saja dirimu sendiri. Aku hanya seorang relawan disini. Bisakah kamu tidak bergerak sembarangan?"

"Baik baik. Namun, kemampuan Hi-kun benar-benar bagus. Itu kering begitu cepat dan terasa begitu nyaman juga...."

Mei tidak membantah dan bersandar pada Hisui, merilekskan tubuhnya dan menikmati pengalaman.

Memang, dari sudut pandang pengamat, jari ramping Hisui menyisir rambut tersebut, menarik dengan ringan, menyebarkannya sekali-kali, dengan cepat mengeringkannya. Dan dari waktu ke waktu, dia juga akan memberi pijatan kepala dan bahu.

"Wow, ini terasa benar-benar menyenangkan...."

"Oh benarkah? Aku hanya melakukannya karena kebiasaan. Aku bahkan khawatir apa yang akan aku lakukan jika kau tiba-tiba berteriak pelecehan seksual. Ini sudah kebiasaanku."

"Serius, kamu bahkan bisa membuka sebuah salon kecantikan.... Ngomong-ngomong, bagaimana bisa kamu begitu ahli dalam mengeringkan rambut? Ini mungkin agak kasar bagiku untuk mengatakan ini, tapi Hi-kun, kamu tidak benar-benar mengistimewakan tentang rambutmu sendiri, kan?"

Melihat penampilan ekstasi dari Mei, yang lain mendengar pertanyaannya dan membungkuk untuk mendengarkan dengan tertarik.

Hisui hanya menjawab tanpa emosi dengan acuh tak acuh.

"Karena aku sering melakukan ini untuk orang tua angkatku. Dia memintaku untuk menyisir rambutnya, mengeringkannya dan membantu dia merawatnya...."

Jawaban ini memberitahu Rushella rambut siapa tepatnya yang Hisui terbiasa untuk merawat, atau lebih tepatnya, yang seharusnya dirawat.

Sang vampir yang membesarkan dia—Miraluka.

Mei tampaknya juga memahami latar belakang Hisui yang secara sangat tak terduga. Menikmati angin hangat, dia menanyakan pertanyaan yang mengiris langsung ke inti permasalahan.

"Vampir itu, huh.... Meskipun aku tidak harus benar-benar mengatakan ini, tidak bisakah dia melakukannya pada rambutnya sendiri?"

"Aku mengatakan hal yang sama pada dia berkali-kali... Tapi dia tidak punya bayangan dicermin, bagaimanapun juga..."

Hal ini mendorong setiap orang yang hadir untuk mengingat karakteristik dari vampir.

Cermin, kaca, permukaan air— setiap objek reflektif gagal untuk menghasilkan gambaran dari seorang vampir.

Dengan kata lain, kosmetik dan perawatan rambut cukup menantang.

"Aku mengerti, itu benar-benar butuh bantuan orang lain.... Ah, tetapi dia tidak bisa pergi ke salon kecantikan, karena dia tak punya bayangan di cermin."

"Ya.... Meskipun ada pengendalian pikiran menggunakan mata mistik, itu masih akan memerlukan pemesanan seluruh tempat. Juga, jika jumlah hipnosis tidak dikendalikan dengan hati-hati, itu akan berakhir bencana. Jadi dia melakukannya sendiri. Dan berakhir dengan rambut panjang seperti itu. Ini mungkin alasannya kenapa dia tidak menggunakan banyak make up. Oke, selesai."

Hisui menyelesaikan tugasnya dan mematikan pengering rambut.

Dikeringkan dengan cermat, rambut Mei tampak seakan-akan itu adalah mahakarya panata rambut profesional, berkilau dengan kilauan lembut.

Dia rupanya tidak bercanda ketika dia menyebutnya menyenangkan. Berbaring di lantai sementara kenyamanan dari mandi masih berlama-lama di tubuhnya, wajahnya tampak seolah-olah berada di surga.

"J-Jadi, Kujou-kun.... Bisakah kamu mambantu aku... melakukan itu juga?"

Dengan canggung, Kirika mengangkat tangannya dan bertanya.

Meskipun rambutnya tak sepanjang milik Mei, itu masih cukup basah kerena dia keluar dari kamar mandi belum terlalu lama.

"Uh, tentu... tapi senpai, aku mendapat perasaan bahwa mungkin tidak akan membiarkan anak laki-laki melakukan hal seperti ini. Apa kamu benar-benar tidak apa-apa dengan itu?"

"Hmm, yah, umm... ini tidak seperti aku mengijinkan siapapun untuk melakukannya...."

Kirika tersipu tapi Hisui tidak mengetahui niatnya.

Menyentuh rambut dalam arti tertentu lebih menantang daripada menyentuh kulit—Mei telah mengatakan sesuatu seperti itu sebelumnya.

"Ngomong-ngomong, aku kadang-kadang bertanya-tanya apakah kamu punya seorang maid untuk melakukan ini di rumah, dimulai dengan mengeringkan tubuhmu."

"Ada apa dengan penasaran itu? Karena orang tuaku sering keluar rumah, ya, aku punya pelayan untuk membantu dirumah. Tetapi aku masih mengurus sendiri kehidupan pribadiku! Aku tidak mengijinkan siapapun memasuki kamarku...."

"Oh wow, mereka benar-benar ada. Wanita kelas tinggi."

"....Ini tidak relevan lagipula. Jadi... kamu tidak mau?"

Memain-mainkan jari-jarinya dengan gelisah, Kirika menatap dan memohon pada Hisui.

Untuk seseorang yang tidak tahu wajah sejati sang wakil presiden, melihat dia menjatuhkan sikap seriusnya yang biasanya pastilah menjadi sebuah pemandangan yang cukup mengejutkan.

"Tidak, aku baik-baik saja dengan itu selama itu kamu, senpai."

"Kalau begitu, terimakasih...."

Kirika berbalik dan mempercayakan rambutnya pada Hisui.

Hisui mulai bekerja dalam diam, menyebabkan Rushella, yang suasana hatinya sudah buruk dari awal, untuk menunjukan ketidaksenangan yang lebih jauh lagi pada wajahnya, bergumam dengan mencemberutkan bibirnya.

"Hmph, kenapa semuanya begitu tak berprinsip? Untuk menyerahkan kehidupan wanita begitu mudahnya..."

Dia bergumam selama beberapa saat tetapi baik Hisui ataupun Kirika tidak mendengar dia.

Memerah, Kirika mengobrol dengan Hisui tentang rambutnya.

"...Ujung rambutku pecah-pecah, kan? Apa itu... merepotkan kamu?"

"Oh tidak sama sekali. Aku pikir rambutmu sangat cantik."

"....B-Benarkah? T-Tolong lebih keras ketika memijat aku... tolong pijat lebih lama...."

"Ya, pekerjaan dewan mahasiswa pasti cukup melelahkan~~"

Hisui menjawab sambil dia mengusap bahu Kirika dengan jari-jari rampingnya.

Tepat disamping mereka, Rushella menggertakkan giginya dengan niat membunuh di wajahnya. Namun, mereka berdua tidak menyadarinya.

"Sungguh menyenangkan, aku mau juga....."

Jangankan sebuah pijatan, Touko tak bisa mandi. Dia bergumam kagum. Pada saat ini, rambut Kirika juga telah selesai di keringkan dan pelanggan yang lain membaringkan dirinya sendiri dalam surga menggembirakan. Mei masih tidur dimana dia berbaring sebelumnya.

"Oke, selesai."

"Hmph... Melihat ekspresi malumu, kau pasti melakukan ini hanya untuk kesempatan merasakan para gadis, kan!?"

"Aku sudah mati-matian menekan perasaan itu, oke!"

"...Namun, kemampuanmu tampaknya cukup bagus... Yah, umm... Jika kau benar-benar mau, tak peduli apa... Aku bisa mengijinkanmu untuk melakukan itu pada rambutku juga?"

Rushella bertanya dengan cara menguji saat dia menunjukan rambut indahnya.

Namun, Hisui menggeleng kesal.

"Sigh, lupakan itu. Aku sudah lama tidak melakukan ini dan bahkan melakukannya dua kali berturut-turut. Tanganku sudah capek. Ini menghabiskan begitu banyak energi. Selain itu, bukankah rambutmu sudah kering?"

Segera setelah dia selesai, wajah Hisui disambut oleh pukulan Rushella.

"Ouch, apa-apaan..."

"Bajingan...."

Rushella menggerutu pelan.

Tak seperti ledakan emosinya yang biasanya, nada kesepiannya yang tenang membuat Hisui terdiam.

Tanpa mengatakan kata apapun, Rushella meninggalkan ruangan tersebut.

Dia kemungkinan besar meninggalkan penginapan... Tapi bukannya keluar dengan marah melalui pintu, dia hanya berjalan normal.

Didalam ruangan yang tenang tersebut, suara langkah kaki Rushella diluar terdengar sangat keras.

"Apa lagi yang salah dengan otaknya... Apa kalian semua setuju?"

Hisui mencari persetujuan dari para gadis.

Namun tak seorangpun yang menatap dia.

"Eh... Ada apa dengan suasana ini?"

"Itu sepenuhnya kesalahanmu barusan, Hi-kun."

"Aku tak bisa menyangkal Sudou-san dan peranku disini, tapi kamu adalah satu-satunya yang salah, Kujou-kun."

"Hisui-kun, kamu lebih baik meminta maaf."

Tidak hanya Mei dan Kirika, tetapi bahkan Touko berkomentar dengan perasaan mendalam. Meskipun menjadi hantu di usia yang sama, mungkin karena telah menghabiskan satu dekade tertidur dibawah laut, dia terdengar sangat matang dalam nada.

"Eh... bagaimana situasinya sekarang?"

Dikepung dari segala arah, Hisui menatap sumber harapannya yang terakhir—Eruru.

Karena dia yang pertama kali masuk kamar mandi, ditambah fakta gaya rambutnya yang pendek, rambut Eruru telah kering sejak lama dan dia hanya menonton diam-diam sepanjang waktu ini. Sekarang, dia memarahi seolah-olah dia tengah menatap pada sampah:

"Mati saja sana."

"Kau tidak sungguh-sungguh... kan?"

"Maaf, tolong jangan melihat aku. Tatapanmu menyebabkan nilaiku jatuh sebagai manusia."

"Kau memperlakukan aku sebagai apa....?"

Hisui telah terhantam pukulan berat. Dia berbalik dan melihat mereka bertiga yang ada disamping.

Tanpa komunikasi sedikitpun, mereka semua menunjuk pada pintu secara bersamaan.

Dengan kata lain, "Cepat pergi."

"....Ini adalah hasil akhir? Sejujurnya, aku benar-benar ingin tidur....."

"Tidurlah sesukamu. Aku hanya akan memberimu tidur abadi menggunakan kekuatanku."

"Berhati-hatilah bahwa aku tidak mengutukmu dengan mimpi buruk."

"....Bukankah itu dikatakan bahwa ketika bepergian, orang bisa menghadapi tidur yang melumpuhkan, terjerat oleh ranjang berhantu?"

Dihadapkan dengan wajah-wajah tersenyum dari si manusia buatan, sang penyihir dan hantu, anak laki-laki yang tak berdaya tersebut tak punya pilihan selain pasrah pada nasibnya.

"...Aku akan kembali."

" " "Hati-hati." " "


Sebelumnya Bab 2 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 4