Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid02 Bab6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 6 - Vampir vs Penyihir[edit]

Saat Rushella dan Mei tiba di sekolah, pelajaran telah berakhir.

Setelah mengemas barang-barangnya, Reina meninggalkan ruang kelas.

Mengambil kesempatan ini, Rushella berbicara pada dia dari belakang.

"Kamu yang disana."

"Hmm?"

Saat Reina berbalik, dia terserang oleh tatapan merah Rushella.

'Mata mistik,'

Mata mistik yang dimiliki semua vampir, mampu menghipnotis manusia.

Sebagai seorang "Leluhur Sejati" yang bergengsi, Rushella memiliki mata yang membawa kekuatan sihir mutlak, memungkinkan dia dengan mudah memperoleh informasi dari jawaban si target.

Eruru hanya mengijinkan Rushella untuk datang kesini karena dia menyadari fakta ini.

Pada prinsipnya, Eruru enggan menggunakan "mata mistik" untuk penyelidikan, tetapi demi Hisui, dia tak punya pilihan selain mengijinkannya.

"Jawab aku... Apa kamu 'Penyihir'?"

Reina menggeleng menyangkal.

"Kalau begitu, kenapa kamu mencampurkan daun mandrake pada masakan...? Kenapa kamu melakukan itu....?"

Rushella telah mendengar dari Mei tantang hasil penyelidikan Eruru.

Oleh karena itu dia bergegas untuk menemukan kebenarannya.

"Itu hanyalah... sedikit mantra."

"....!?"

Reina bergumam dengan tatapan kosong.

Bahkan ketika seseorang tengah dikendalikan oleh "mata mistik", itu tidak menghasilkan kehilangan emosi sepenuhnya.

Ekspresi Reina menunjukan kesedihan.

"Meskipun buku bergambar itu telah disita, aku... masih ingat... itu adalah, resep untuk obat magis... Jadi, menyediakan aku menggunakan itu, Kujou-kun pasti akan... bahkan lebih...."

Bahkan lebih — dia tidak menyelesaikan kalimatnya.

Mungkin bahkan dia sendiri belum sepenuhnya menyadari.

Bahwa hatinya telah tercuri pada malam itu, oleh sang ksatria yang membawa pedangnya dan menyelamatkan dia dari vampir.

Kekaguman, atau apakah itu tergila-gila — mungkin untuk memastikan perasaannya sendiri, dia memutuskan untuk menggunakan mantra magis yang melibatkan herbal.

Sebuah mantra kecil rahasia — salah satu yang semua gadis-gadis remaja yang dilanda cinta akan berlabuh pada suatu titik atau yang lainnya.

"Ini cukup...."

Rushella berjalan menjauh dari Reina.

Saat Reina runtuh dan duduk di lantai, Rushella melirik kasihan pada dia sebelum melanjutkan berjalan.

"...Itu sudah cukup? Mungkin lebih banyak pertanyaan akan mengungkapkan sesuatu..."

"Cukup. Jika dia mau membahayakan aku, dia seharusnya telah melakukannya selama 'siang hari'. Tetapi pada hari itu, gadis ini menemani aku sampai matahari terbenam. Tanpa melakukan apapun. Itu sudah cukup untuk membuktikan kepolosannya."

"Aku paham....."

Mei tersenyum saat dia mengikuti Rushella berjalan melalui lorong.

Tujuan mereka yang selanjutnya — ruang staff.

Guru wali kelas Horie Jyuri berada di sudut ruangan, menghadap komputer.

Sepertinya lelah dari bekerja, dia melepaskan kacamatanya dan menggosok matanya.

Rushella menepuk bahunya dari belakang.

Jyuri berbalik secara reflek.

Sesaat selanjutnya, dia terserang oleh cahaya dari mata mistik.

"Jawab aku... Apa anda seorang penyihir?"

"...Mungkin... begitu."

Rushella dan Mei bertukar tatap dengan terkejut.

Mempertahankan mata mistik merah, Rushella melanjutkan pertanyaan.

"Apa maksud anda dengan itu... Jelaskan secara jelas! Kenapa nama anda ada di intisari itu!? Siapa anda!? Apa itu Klub Penelitian Ilmu Gaib!?"

"Kami menyelidiki... Tujuh Misteri... dan legenda... kemudian, membuat kontak dengan penyihir... Namun, kami terlibat terlalu jauh... aku mengundurkan diri... dipertengahan... tetapi siswa-siswa yang lain...."

"Katakanlah, kenapa perkataan guru ini terpecah-pecah? Apa kamu yakin kekuatanmu bekerja?"

"Mata mistikku tidaklah mahakuasa. Jika orang tersebut tidak tau atau sudah lupa, maka tak ada jawaban yang bisa didapatkan. Ingatan yang terkubur dalam-dalam bisa membutuhkan waktu lama untuk kembali. Cepat lanjutkan menjelaskan!"

"Siswa-siswa yang lain... aku tidak yakin juga... Setelah berpindah sekolah... kami kehilangan kontak... ada juga anak yang menghilang... penyihir? Menjadi penyihir....? Penyihir yang sebenarnya... atau mungkin, dibunuh oleh penyihir..."

"Siapa penyihirnya!? ...bukankah itu anda!?"

Sepenuhnya tak peduli dengan tatapan orang lain, Rushella mencengkeram kerah Jyuri dan menuntut.

Cemas akan jawabannya juga, Mei tidak menghentikan dia.

Siswa lain di ruang staff melangkah maju untuk campur tangan.

"Hei, apa yang kalian berdua lakukan pada guru!?"

Kirika telah melibatkan diri.

Sebagai wakil presiden dewan mahasiswa, dia sering ke ruang staff untuk urusan resmi.

Menempatkan diatas meja tumpukan buku yang dia bawa dipelukannya, wakil presiden menatap Rushella dan bertanya.

Tentu saja, dia menjadi korban selanjutnya dari mata mistik.

"...Kau mungkin terlibat pada insiden praktek memasak. Jawab aku, apa kau seorang penyihir?"

"Bukan... Apa itu..."

Kirika langsung kehilangan sikap sombongnya yang biasanya, menjawab saat dia menggelengkan kepalanya dengan hampa.

Rushella mendecak lidahnya dan memberi isyarat dengan dagunya pada Kirika untuk pergi.

"Kalau begitu menyingkirlah. Kau tidak dibutuhkan lagi disini."

Terhuyung-huyung, Kirika meninggalkan ruangan staff.

Setelah memastikan wakil presiden telah pergi, Rushella berputar untuk menginterogasi Jyuri lagi — tetapi kerumunan semakin meningkat.

"Hei... Bisakah kita keluar sebentar? Bagaimanapun juga, menggunakan mata mistik untuk mengendalikan semua orang akan terlalu sulit. Selain itu, guru tersebut tidak tampak sebagai seorang penyihir juga..."

"....."

Rushella tampak sangat tidak senang tetapi dia tak punya pilihan selain meninggalkan Jyuri di belakang dan dengan cepat pergi dari ruangan staff.

Kemudian dia berlari dengan kecepatan penuh melewati lorong dan keluar ke halaman sekolah.

Mei mengejar dia dan bertanya saat dia terengah-engah.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang? Kita tidak punya tersangka yang lainnya. Ini tidak praktis untuk menggunakan mata mistik untuk menginterogasi setiap orang yang ada disekolah, kan?"

"Aku punya rencana."

Rushella menghunus pedang pendek favoritnya dan menempatkan ujungnya pada pergelangan tangannya.

"Hei, kamu berniat melakukan apa?"

Rushella tidak menjawab tetapi menggores pergelangan tangannya dengan pedang pendek tersebut, menghasilkan garis merah.

Tetesan darah merembes dari luka dan menetes ke tanah.

Mengabaikan hukum fisika, noda darah diatas tanah berkumpul untuk membentuk lambang mawar.

Ini adalah bukti dari identitasnya sebagai seorang "Leluhur Sejati".

Aroma manis terpancar dari darah segar tersebut, menyebabkan Mei untuk menutupi mulutnya sendiri.

Aku merasa terdorong untuk meminumnya.

Jika dia tidak menahan diri, kemungkinan besar dia sudah melakukannya.

Jika dia terus mencium aroma darah tersebut, dia kemungkinan besar akan kehilangan semua alasan.

"Sebagai seorang 'Leluhur Sejati' — darahku sangat manis. Begitu manis bahwa siapapun akan haus kerenanya, ingin meminum, tanpa pengecualian."

Rushella tersenyum tanpa rasa takut.

Seolah-olah membuktikan apa yang baru saja dia nyatakan, mereka mulai berkumpul di halaman sekolah.

Di sekolah yang hampir kosong ini — disana ada mahluk-mahluk dengan indera penciuman yang tajam terhadap darah dibandingkan manusia, dan sekarang mereka berkumpul.

Anjing.

Kucing.

Serangga.

Hewan yang tak terhitung jumlahnya mendekat kesini dalam kawanan.

Berkumpul karena keinginan akan darah, mereka berlutut dihadapan dia.

Pemandangan yang tak biasa tersebut membuat Mei terdiam sementara Rushella tersenyum.

Menggunakan mata merahnya, dia mengumumkan pada mereka yang tunduk setia yang telah bergegas maju.

"Dengarkan, kalian semua—"

※ ※

Mimpi.

Dalam kenyataannya, aku selalu mimpi setiap malam, entah aku ingat atau tidak itu adalah pertanyaan lain. Tetapi baru-baru ini, aku tiba-tiba menyadari bahwa mimpi yang aku ingat adalah bagian yang paling tidak menyenangkan.

Alasannya sudah jelas, itu karena — aku memimpikan orang tua angkatku.

Dalam mimpi hari ini, itu adalah adegan tertentu saat makan malam.

Dia meminta aku untuk menuangkan wine favoritnya. Dia menikmati aroma yang dilepaskan dari cairan ungu tersebut saat dia dengan anggun meminumnya dari gelas.

—kau tampaknya benar-benar menyukai wine. Apa itu karena kau adalah seorang vampir, dan wine tampak seperti darah?"

—kemungkinan. Tetapi mungkin alasan utamanya adalah karena itu mengingatkan aku pada pria itu yang menyebut wine "ini adalah darahku".

Orang tua angkat ini mengatakan hal aneh dari waktu ke waktu.

Seperti yang diharapkan dari orang bijaksana dalam cara-cara tentang dunia, dia berpengalaman dalam seni komunikasi tersirat.

—apa yang kau bicarakan?

—ingatan lama, dua ribu tahun dimasa lalu. Dia adalah seorang pria yang baik. Mungkin itu sebabnya aku tidak bisa mengalahkan dia, bahkan sebagai seorang vampir.

—aku benar-benar tidak mengerti disini. Ada apa dengan dia, apa dia seorang pria tampan?

—rambut panjang dan jenggotnya sangat sesuai dengan dia. Tetapi yang lebih patut dipuji — adalah semangatnya yang mulia, berapa banyak yang kamu pikir pria ini akan bernilai jika seseorang harus menetapkan harga untuk dia?

—bagaimana bisa orang diukur dengan harga?

—tiga puluh keping perak, itulah harganya. Mengingat pengaruhnya pada dunia masa depan, harga itu benar-benar murah. Terlalu murah. Tetapi masalahnya bukan terletak pada uang tetapi filosofi kehidupan pria ini. Sangat mungkin, aku takluk pada dia karena aku menghormati jiwa besarnya.

—......

—oleh karena itu, Hisui, kamu juga harus menjadi seorang pria yang baik. Bahkan jika kamu akan dijual untuk tiga puluh keping perak, kamu harus menyelamatkan mereka yang menderita yang ada disekitarmu.

"....Apa sih yang ingin kau katakan...."

Hisui terbangun di ruangan perawatan putih bersih.

Dia melepaskan tabung yang terhubung pada tubuhnya dan berdiri terhuyung-huyung.

"Serius, kau sudah mati. Dan kau masih menceramahi aku didalam mimpiku.... Apa aku benar-benar tak bisa diandalkan?"

Berganti pada pakaian kasualnya sendiri yang terletak terlipat diatas meja, Hisui dalam diam berjalan kearah pintu.

Darah merembes keluar terus-menerus dari pergelangan tangannya yang di perban.

Dia berada di ujung.

Berada di ambang kematian karena kehilangan darah.

Tekanan darah, denyut nadi, semuanya berada pada batasnya.

Justru karena itu — dia terbangun pada saat ini.

Bangun untuk mendapatkan tubuh yang masih bisa aktif bahkan ketika dibawah pengaruh kutukan.

Membangkitkankan tubuh tangguh yang bisa menyaingi vampir — mode Anti-Drac.

"Aku tau, oke..... masalah semacam ini... jika aku bergantung pada para gadis..... sudah pasti..... kau akan memarahi aku tanpa henti."

Menyeret tubuhnya yang tergeletak di pintu kematian, Hisui meninggalkan ruang perawatan.

Meninggalkan bangunan itu, dia merangkak ke sebuah taksi... Dan mendapat tumpangan pulang.

Selama waktu ini, dia menghubungi Mei dengan ponsel.

Meskipun tangannya tak lagi mengikuti perintah, dia masih berhasil memanggil nomor tersebut. Beruntungnya, Mei juga mengangkatnya sangat cepat.

"Hi-kun!? Hei, apa kamu baik-baik saja!?"

"Kita bicarakan itu nanti... Dimana Rushella?"

"Ah, dia saat ini... ini serius! Semua hewan-hewan ini telah berkumpul.... Ah, tetapi setidaknya sekarang kita tau identitas penyihir itu..."

"Mata mistik telah digunakan, kan?"

"Eh.....?"

"Dia pasti telah menggunakan mata mistiknya untuk menyelidiki. Cepat beritahu aku hasilnya dan situasi disana. Jangan meninggalkan rincian apapun tak peduli seberapa kecilnya."

"...."

"Komohon...."

"Aku mengerti."

Setalah mendapatkan fakta yang dibutuhkan, Hisui menutup telepon.

Potongan puzzle sekarang telah terkumpul semua. Satu-satunya langkah yang tersisa menyatukannya bersama-sama.

Tak lama setelahnya, Eruru menerima berita bahwa Hisui menghilang.

Kemudian dia segera menyimpulkan bahwa Hisui pasti telah pulang berdasarkan pada laporan saksi mata, jadi dia melompat ke mobil polisi untuk bergegas ke rumah Hisui.

"Kujou-san!?"

Pintu masuk tidak dikunci dan Eruru langsung bergegas masuk.

Tak ada orang yang menjawab, jadi dia memutuskan untuk mencari di ruang bawah tanah terlebih dulu.

Seperti yang diduga, Hisui ada disana.

Didepan pedang suci berbentuk salib, dia tampak seperti dia sedang mengakui dosa-dosanya.

Berlutut pada salib yang tertancap di lantai, Hisui menyandarkan dahinya pada batu permata merah tersebut.

"Apa yang kamu lakukan...?"

Tak mampu untuk memandang salib tersebut secara langsung, Eruru tak punya pilihan selain bertanya dengan memalingkan wajahnya.

"Kurasa.... Aku membuat pengurangan. Ini adalah tempat dimana aku bisa berkonsentrasi yang terbaik."

Hisui memutar kepalanya untuk menjawab. Saat ini, sebuah kuncung mengapung diatas kepalanya, bentuknya menyerupai tanduk.

Eruru telah melihat pemandangan ini sebelumnya.

"Apa kamu benar-benar....? Hentikan itu segera, kondisimu saat ini mirip dengan cahaya terakhir dari lilin tepat sebelum padam. Bahkan jika kamu bangkit, kamu hanya menunda kematianmu hanya beberapa saat saja!"

"Itu sudah cukup... Benar-benar cukup. Aku perlu untuk mengkonsentrasikan darah yang tersisa sekaligus, disini.

Hisui dengan ringan menekan pelipisnya.

Jumlah darah yang beredar melalui otak sekitar limabelas persen dari volume darah seluruh tubuh.

Menggunakan mode Anti-Drac untuk mengontrol aliran darah, dia bisa meningkatkan proporsi dan tingkat peredaran.

Menggunakan semua kekuatan dari darahnya yang tersisa, dia menawarkan itu semua pada otaknya.

"Jika aku menggunakan kesempatan ini untuk berpikir, aku seharusnya bisa mendapatkan sebuah jawaban yang memuaskan. Biarkan aku menemukan penyihir itu."

"Omong kosong apa yang kamu katakan.... Tak ada waktu yang tersisa. Apa kamu mencoba untuk membuat usaha para gadis menjadi sia-sia?"

"Jika itu adalah apa yang kamu pikirkan, kalau begitu cepat kembalilah ke rumah sakit. Aku lupa untuk mendapatkan sesuatu."

"Huh?"

"Bantu aku mengambil itu. Aku mungkin akan membutuhkannya nanti."

Eruru menyadari niat Hisui pada saat ini.

Mengangguk ringan, dia berbalik dan pergi kearah tangga.

"...Harap jangan melakukan apapun yang sembrono."

"Aku sudah sembrono."

Setelah Eruru pergi, Hisui memfokuskan pikirannya sekali lagi.

Dia menggerakkan semua otot dalam tubuhnya.

Mengkonfirmasi semua informasi yang dimilikinya.

Menjelajahi semua kemungkinan.

Mengabaikan semua konsekuensi — dia mengkonsentrasikan darahnya pada otaknya sebanyak mungkin.

Darah bergegas melalui pembuluh darahnya.

Jantungnya berdetak pada batasnya, mengikuti irama yang cepat.

Beberapa saat kemudian — dalam kenyataannya itu hanyalah pemikiran yang sangat singkat, sebuah kilatan cahaya melesat di pikirannya.

"—Jadi itu yang terjadi."

Mengembalikan aliran darah menjadi normal, dia membiarkan darahnya kembali ke badannya.

Hisui menekan dan mendukung tubuh goyahnya, menarik Tzara Blade dari lantai dan membawanya diatas bahunya.

Kemudian melangkah dengan langkah yang menyakitkan, dia berjalan keluar rumah.

Berjalan keluar di pintu masuk, saat dia melintasi halaman depan — Eruru kembali dengan tergesa-gesa.

Dibelakangnya adalah sebuah kendaraan pendamping yang digunakan untuk mengangkut tahanan.

"Sungguh taksi yang kelihatan kekar...."

"Jika kamu mau mengangkut pedang itu, jenis kendaraan ini akan menjadi yang paling nyaman. Tetapi jangan biarkan pedang itu terlalu dekat dengan aku."

Hisui mengangguk dan duduk didalam mobil tersebut.

※※

Aku masih di sekolah.

Siapa yang tau apakah ini baik atau buruk.

Bagaimanapun juga, kemungkinan besar bahwa aku akan ditemukan segera.

Pada awalnya, hanya seekor anjing tersesat yang berjalan kedalam ruang kelas dan mulai menggonggong marah padaku.

Lolongan itu terdengar hampir seperti itu memanggil rekan-rekannya.

Lalu seolah-olah menyampaikan perintah, teriakan para kucing dan anjing bisa terdengar disekeliling.

Kawanan serangga bisa dilihat beterbangan diluar jendela, mengotori di langit.

Aku tidak memahami situasinya secara langsung.

Apa yang terjadi disekeliling, aku tidak punya petunjuk apapun.

Tetapi begitu aku mendengar langkah kaki — ciri khas seorang vampir, langkah kaki yang nyaris tak terdengar — aku memahami alasan dibalik ini semua.

Tanpa peduli, aku bisa tau melalui pendengaranku.

Aku telah ditemukan.

Dengan memerintahkan hewan-hewan kecil ini, dia berhasil menemukan aku.

Sekarang aku berpikir tentang itu, penyihir benar-benar terkait dengan hewan-hewan dalam berbagai cara.

Familiar yang aku kirim pada Sudou Mei dan Kariya Eruru, serta kucing yang aku gunakan untuk memperingatkan Kujou Hisui.

Untuk masalah mengenai hewan, meminta hewan secara langsung adalah yang paling efektif.

Menggunakan mata mistik untuk mendominasi para hewan yang berada dalam istilah erat dengan "Penyihir", hewan-hewan yang yang telah melihat penyihir kemudian dengan patuh akan membongkar indentitas "Penyihir" tersebut.

Lokasiku saat ini pasti telah disampaikan oleh lolongan anjing.

Bisa dibilang, aku tak punya niat bersembunyi.

Lokasi ini dulunya ruang kegiatan klub mereka tetapi aku telah mengambilnya sekarang. Sang vampir — Rushella Dahm Draculea membuka pintu dan bergegas masuk.

Diikuti rekannya, Sudou Mei.

"Kau adalah — penyihir?"

Mendengar pertanyaan Mei, aku tersenyum dan menjawab.

"Memang, sementara kau adalah vampir dan teman-temannya."

"Berani-beraninya kau menyakiti pelayanku? Aku pasti akan membuatmu menyesali ini! Uno Kirika."

"Itu benar... Mari kita selesaikan ini, vampir."

Memang, aku tersenyum pada musuhku.

※ ※

"Wakil presiden adalah si penyihir!?"

Kesimpulan Hisui menyebabkan Eruru sangat terkejut.

"Itu benar, meskipun aku tak punya keyakinan.'

"Tetapi aku mendengar dari laporan Sudou-san bahwa dibawah pengaruh mata mistik, dia mengatakan bukan seorang penyihir, jadi...."

"Mata mistik tidak efektif terhadap dia. Dengan cara kami menemukan dalam penelitianmu, dia berpersiapan. Tetapi Rushella mungkin tidak menyadarinya."

"...Aku mengerti. Maksudmu dia berpura-pura dia dibawah pengaruh mata mistik, dan berbohong?"

"Tepat. Meskipun mata mistik cukup sesuai, apakah seseorang berpura-pura berada dibawah pengaruhnya, itu sebenarnya cukup sulit untuk dikatakan. Tetapi mata mistik pasti telah bekerja pada ketua kelas dan guru."

"Bagaimana kamu bisa begitu yakin?"

"Untuk ketua kelas, itu tepat seperti yang Rushella katakan. Jika dia adalah pelakunya, maka semua hal yang dia lakukan itu sia-sia dan terlalu tak alami. Namun, aku masih punya keraguan mengenai insiden mandrake."

"Sudou-san juga tidak menyebutkan insiden tersebut... Kenapa dia menambahkan itu pada masakan?"

Itu tampak seperti bahwa selama keadaan darurat, Mei masih cukup perhatian tentang Reina.

Tentu saja, dia memahami hati dari gadis yang kasmaran.

"Apa ini? Dia diam-diam melakukan sesuatu tanpa sepengetahuanku?"

"...Tak ada yang penting. Lanjutkan saja. Bagaimana dengan guru itu?"

"Rushella dan Mei mengikuti nasihatmu yang berguna dan mendapatkan dia dengan kejutan. Selain itu, itu kebetulan saat dia melepas kacamatanya. Meskipun itu masih mungkin bagi orang untuk lolos dari mata mistik melalui ketahanan mental, itu membutuhkan prasyarat utama — dipersiapkan sebelumnya. 'Aku akan menghadapi mata mistik, baiklah, aku akan berkonsentrasi dalam persiapan' — persiapan mental semacam itu diperlukan. Rushella mengejutkan dia dari belakang saat itu. Tak peduli seberapa kuat kehendak mentalnya, dia akan kalah."

"Aku mengerti — bagaimana dengan kacamata? Mengabaikan kacamata hitam, kacamata biasa dan lensa kontak seharusnya tidak menghalangi kekuatan mata mistik — apa kamu benar-benar menyiratkan bahwa kacamata musuh telah mengalami perlakuan khusus?"

Eruru mengetuk kacamatanya dan bertanya.

"Itulah dugaanku. Jimat tidak berguna, penghalang tidak praktis. Untuk menghindari mata mistik, menerapkan perlakuan khusus pada kacamata yang berdiri diantara kontak mata akan menjadi strategi terbaik. Jika itu dilakukan, bahkan pertemuan tak terduga dari mata mistik bisa ditahan. Tetapi guru itu telah melepas kacamatanya pada saat itu. Bisa dikatakan, mungkin kacamata itu hanyalah umpan dan dia sebenarnya memakai lensa kontak — tetapi kurasa itu pemikiran yang berlebihan."

"Setuju. Dengan proses eliminasi yang tersisa hanya wakil presiden. Ini artinya dia memakai lensa kontak, meskipun itu hanya spekulasi. Bagaimana dengan petunjuk yang lain? Dan bagaimana sebenarnya dia meracuni Rushella?"

"Wakil presiden sering mengunjungi ruang persiapan ekonomi. Dia pasti telah melakukan sesuatu sebelumnya pada makanan atau minuman yang kita punya."

"Kita sudah menyelidiki ini. Hasilnya menunjukan bahwa tak ada yang beracun, kan?"

Mereka berdua sudah memverifikasi ini — tetapi Hisui tidak setuju.

"Kita melewatkan satu hal. Bukankah dia mengatakan sesuatu seperti 'Aku membantu guru mempersiapkan air yang digunakan untuk memasak'?"

Eruru tiba-tiba teringat percakapan mereka saat itu.

Memang, dia menyebutkannya saat itu.

"Praktek memasak memerlukan air yang diambil dari kendi. Biasanya, persiapannya sesederhana menambahkan es batu pada air mineral, jadi kenapa dia harus mempersiapkan dengan tegas sebelumnya? Itu bisa dilakukan tepat sebelum praktek. Berdasarkan pada apa yang dia katakan saat itu, guru ekonomi meminta bantuan wakil presiden untuk mempersiapkan sebelumnya dan menaruh air tersebut kedalam kulkas karena wakil presiden berpengetahuan dalam herbal dan sangat akrab dengan mempersiapkan air."

"Bagaimana dengan airnya... Apa kamu mengatakan bahwa zat yang diekstrak dari herbal telah ditambahkan? Bahwa air yang kelompokmu gunakan untuk memasak telah tercampur dengan ramuan penyihir?"

"Jika itu yang terjadi, itu akan langsung disadari dari rasanya — adalah apa yang kita pelajari dari penelitianmu. Tetapi mempertimbangkan kedai kue barat atau restoran dengan pelayanan yang lebih baik, kamu pasti telah melihat botol-botol air dengan lemon atau herbal mengambang didalamnya."

"Ah ya, beberapa kali..."

"Itu yang disebut air herbal, kan? Seperti herbal yang digunakan dalam memasak, itu bisa ditambahkan pada air terlebih dulu untuk menambahkan rasa khas yang samar. Tak mendekati tingkat jus buah, itu pada dasarnya kurang-lebih masih air. Kebanyakan orang hanya akan berpikir rasa ini enak ketika mereka meminumnya. Untuk menghindari kecurigaan ketika orang meminum air tersebut, wakil presiden pasti telah menghabiskan banyak usaha. Bahkan aku gagal menyadari apapun. Namun, karena herbal tersebut ada didalam air, itu menyebabkan sebuah reaksi yang merugikan pada tubuh vampir... Seharusnya sesuatu seperti ini."

"Aku mengerti...."

Memahami bagaimana keseluruhan insiden terjadi, Eruru mengangguk tegas.

"Juga, kembali ketika wakil presiden melihat tanganku yang telah tergores oleh kucing itu, dia menyarankan padaku: 'Hati-hati infeksi.' Tetapi aku telah menggunakan perban untuk menyembunyikan luka tersebut, sehingga kebanyakan orang akan mengira terkilir atau memar, kan? Tetapi karena dia sudah tau... Dia tau bagaimana aku terluka."

"Sebanyak aku tak mau mengakuinya, ini adalah kesimpulan yang cukup brilian. Kita tak punya bukti fisik tetapi mengingat semua fakta ini, kita hanya perlu menyelidiki lingkungan sekelilingnya. Atau menanyai dia secara langsung. Namun, kenapa kamu begitu terburu-buru? Kenapa tidak menyerahkan pada kami?"

Sepanjang percakapan, wajah Hisui menjadi lebih dan lebih lesu.

Sesuatu telah membuat dia khawatir bahkan lebih daripada hidupnya sendiri.

"Jika kita tidak buru-buru... Sesuatu yang serius akan terjadi. Rushella pasti akan melakukan sesuatu yang gegabah."

※ ※

"Kau adalah penyihir....? Lalu bagaimana Hisui bisa disembuhkan?"

"Kau benar-benar berpikir aku akan memberitahumu? Vampir dan sejenismu, enyahlah dari sekolah ini. kau juga."

"Aku mengerti sekarang.... Kalau begitu aku tidak akan menahan diri."

Bentrokan diantara keduanya akan terjadi.

Kirika mengenakan jubah merah yang sebelumnya.

Setelah menyadari bahwa dia telah terlacak, dia telah membuat persiapan.

Bukannya terpojok dengan tidak adanya tempat untuk lari, ini adalah lahan perburuannya untuk membunuh vampir.

"Apa, bau ini adalah..."

Mei menyadari aroma beracun yang memenuhi ruang kelas.

Aroma yang melumpuhkan Rushella terakhir kali telah dilepaskan dari lilin wangi yang terbakar di empat sudut ruangan tersebut.

"Itu benar... Ini adalah bau yang ditakuti vampir. Apa yang akan kau lakukan?"

Kirika tersenyum tanpa takut.

Tetapi Rushella mulai bergerak, benar-benar tak terpengaruh.

Melihat pergerakannya tak terpengaruh, saat itu Kirika menyadari.

Gadis ini — dia menahan nafasnya.

Dengan tebasan dari pedang pendek, bilahnya mengiris langsung.

Seketika, sayatan panjang telah dibuat pada jubah tersebut.

Tubuh Kirika yang terekspose terbalut dalam pakaian hitam.

Perwakilan warna dari penyihir jahat. Semua area vital dari tubuhnya terbungkus kulit hitam menyerupai perban diukir dangan mantra. Sisa kulitnya normal dalam warna dan terbuka semua untuk dilihat.

Pada kulitnya ada kilau mengkilap dan tampak licin berminyak.

Sesuatu dioleskan diatasnya.

Sepenuhnya tidak peduli, Rushella menyerbu Kirika tanpa penundaan.

Seolah-olah bermain-main dengan dia, Kirika berlari dengan bebas dan tanpa hambatan didalam ruang kelas.

Kecepatan itu begitu cepat — bahkan Mei tak bisa mengikuti.

"Apa kau tahu salep penyihir? Sebuah obat rahasia yang diterapkan pada tubuh untuk tujuan terbang. Tetapi pada kenyataannya, itu tak memiliki efek ajaib semacam itu. Tetapi itu lebih dari cukup untuk tetap berada didepanmu—!?"

Kirika tak bisa mempercayai matanya.

Rushella sudah menutup jarak didepannya.

Mata menyala dengan cahaya merah.

Mata mistik.

Meskipun lensa kontak milik Kirika menghadang efek mata mistik tersebut....

Tampaknya karena kekuatan yang berlebihan mata itu, lensa mulai retak, menyebabkan Kirika mendapati bidang pandangnya terpecah dan rusak.

Draculea V02 - BW10.jpg

Karena tak ada ruang untuk negosiasi dan mata mistik tak bekerja — Rushella memutuskan untuk menggunakan penghisapan darah.

"Kamu tidak boleh!"

Kata-kata peringatan Mei diabaikan oleh Rushella.

Dia seperti seekor kuda yang tak terkendali.

"Tidak...."

Ketakutan menyebar keseluruh wajah Kirika.

Tak lagi memancarkan kehadiran penyihir, dia hanya seorang gadis biasa sekarang.

Meski air mata memenuhi mata Kirika, Rushella tanpa ampun menunjukan taringnya dan mendekatkan mereka pada leher kirika.

"........!!"

Pengunjung tak terduga menerobos melalui pintu.

Rushella secara reflek menutup matanya dan melepaskan Kirika.

Sebuah salib.

Seseorang telah melemparkan salib besar.

Dan membiarkan mangsa pentingnya untuk lolos.

Rushella merasa sentuhan Kirika menghilang dari cengkeramannya.

"Jangan ikut campur! Jika kita tidak buru-buru, Hisui akan....!!"

Untuk menghilangkan musuh, Rushella mengayunkan pedangnya dan menikam si penyusup.

Selanjutnya datang sensasi dari bilah memasuki daging dan sebuah erangan lemah.

"Idiot~"

Bahkan setelah mendengar suara tersebut, Rushella tetap dalam keadaan disorientasi dan belum kembali ke akal sehatnya.

Pikirannya dipenuhi oleh Hisui.

Pikiran-pikiran dan perasaan ini dikombinasikan dengan naluri vampirnya, mengubah dia menjadi binatang buas yang hanya tahu untuk memusnahkan musuh dihadapannya.

Detik berikutnya, bibirnya tersegel.

Begitu Rushella menyadari bibirnya menempel pada bibir orang lain, dia merasakan rasa yang akrab menyebar dalam mulutnya.

Rasa dari darah.

Ini adalah rasa darah yang biasa dia rasakan, darah pertama yang dia rasakan setelah bangun di jaman modern.

Ikatan dari darah kental tersebut menyebabkan Rushella memulihkan kewarasannya.

"Ah.....!"

Diam-diam merasa takut didalam, Rushella membuka matanya.

Orang yang mengunci bibir dengan dia adalah Hisui.

Berdiri didepan Kirika, melindungi dia, juga adalah Hisui.

Adapun untuk pedang pendek milik Rushella, itu tertikam pada dadanya.

"Kamu... kenapa?"

Hisui tidak menjawab, atau lebih tepatnya, tidak bisa menjawab. Karena dia runtuh ditempat.

"Kenapa?"

Sambil menangis, Rushella memeluk kepala Hisui, membelai ringan.

"Ini... bekerja seperti yang aku pikirkan. Paket transfusi darah terbuat dari darahku sendiri... Kariya membawanya kesini untuk aku, itu benar-benar keputusan yang bagus."

"......!?"

"Dia bilang bahwa karena tipe darahku begitu langka, aku harus membuat persediaan beberapa hanya dalam kasus cedera tak terduga pada saat dibutuhkan. Oh yah... Aku rasa itu juga bekerja sebagai simpanan makanan untuk kamu."

"Kamu......!"

Wajah Rushella tertutupi air mata.

Hisui dengan susah payah mengucapkan kata-katanya.

"Tidak apa-apa... Karena seperti yang kamu lihat, aku punya ini di saku dadaku."

Hisui memegang botol kecil berisi abu dari jasad Miraluka. Pedang pendek milik Rushella telah menusuk botol tersebut, menyebabkan abu tersebut tersebar di udara.

"Ini adalah milikmu yang berharga...."

"Tidak apa-apa. Aku awalnya berencana menggunakan itu sebagai pesona keberuntungan... tetapi kemudian, aku sudah punya ini."

Hisui mengeluarkan sebuah koin emas.

Sebuah kenang-kenangan yang luar biasa signifikan.

Itu adalah koin emas yang dia terima dari Rushella di hari pertama dia pindah kerumahnya.

"Bagaimana bisa ini terjadi, hal semacam ini....!"

"....ngomong-ngomong, ada sesuatu yang penting yang tidak seharusnya kamu lupakan..... Kenapa kamu mau menghisap darah orang selain dari aku...? Aku akan membencimu jika kamu melakukan itu."

"Tapi, tapi, kamu sudah....!"

"Oh yah, aku masih hidup. Kamu pasti punya sesuatu yang perlu kamu katakan, kan?"

Hisui menatap lurus pada Rushella.

Menggunakan nyala terakhir dari kehidupannya, dia bertanya padanya.

Rushella mengangguk berulang kali, air mata mengalir dari matanya.

".....af."

"Aku tidak bisa... mendengar kamu....."

"Maaf....."

Air mata meluap seperti pecahnya sebuah bendungan. Saat Rushella terus mengulangi kata ini, dia membenamkan wajahnya pada dada Hisui.

Hisui memaksa keluar pecahan kalimat saat dia berbicara pada Kirika yang menatap kosong pada mereka berdua.

"Jadi begitulah... Oh yah, kamu bisa memaafkan dia... kan... dia sudah meminta maaf... sekarang...."

"Kamu... apa kamu sebenarnya..."

"Aku hanya seorang manusia. Bukan seorang vampir, oke. Kamu adalah orang yang membuat kesalahan. Oh yah... Melihat seorang vampir menggigit leherku... sebuah kesalahpahaman wajar saja. Aku rasa bagi seorang pembuat salep penyihir sepertimu... kurangnya rasa takut pada cahaya matahari tidak akan menyakinkan kamu atas ketidakbersalahanku."

Memang.

Semuanya adalah sebuah kesalahpahaman.

Siapapun yang cukup jeli secara alami akan menyadari identitas Rushella.

Tak perlu dikatakan bahwa mengingat hubungan tak terpisahkan Hisui dan Rushella, ditambah dengan fakta bahwa dia menghisap darahnya didepan Kirika, itu wajar saja bagi dia untuk menympulkan Hisui adalah monster baptisan oleh darah terkutuk.

"Berdasarkan pada kepribadian Senpai, jika kamu menemukan ada vampir di sekolah... pasti kamu akan mengambil tindakan untuk memusnahkan mereka. Terutama karena kamu adalah seorang penyihir yang memiliki kekuatan ini. Tetapi tetap saja, itu cukup aneh. Kenapa kamu membunuh kucing? Kenapa kamu membakar intisari? Dan mandrake... kenapa tanaman itu ada di petak bunga?"

"Ini—"

"Tak ada hubungannya... dengan Rushella. Aku menduga itu adalah sebuah peringatan pada beberapa pengguna sihir amatir setengah matang. Senpai telah mengabdikan hati dan jiwanya pada sekolah sejak dulu. Aku tak pernah menyadari kebenarannya selama ini. Tak pernah aku berpikir bahwa Senpai akan menjadi seorang penyihir jahat. Itu sebabnya baru sekarang aku akhirnya memutuskan..."

Hisui paham.

Berdasarkan pada cara berpikir Kirika, serta berbagai pecahan bukti, dia tahu bahwa Kirika bukan seorang pemburu vampir tetapi semacam eksistensi yang lain.

"Penyebab seluruh insiden — kemungkinan adalah intisari dari Klub Penelitian Ilmu Gaib. Meskipun itu tidak terhitung sebagai sebuah grimoire, itu telah mencatat sejumlah kecil sihir. Buku tersebut akhirnya dibaca oleh seseorang dan si bodoh mencoba menerapkan pengetahuan yang tertulis dibuku tersebut. Hal ini mengakibatkan tubuh dua kucing pertama di awal. Kucing mati tersebut bukan hanya ditemukan oleh Kariya tetapi juga kamu, senpai. Kamu mau neghentikan orang itu. Kamu mau memberi peringatan. Itu sebabnya kamu memberi sihir itu untuk orang lain yang menyaksikan. Karena kamu adalah seorang penyihir asli, tentu mantranya berhasil. Kemudian kamu mengharapkan orang tersebut ketakutan setelah mendekati kucing tersebut dan tidak akan menyentuh sihir lagi. Oh yah, tetapi ternyata aku yang melangkah pada jebakanmu...."

"...Benar. Melihat seseorang melakukan sesuatu yang begitu mengerikan, aku tidak bisa diam saja tanpa melakukan sesuatu....! Itu sebabnya...."

"...Kebetulan, kamu melintasi seekor kucing yang telah terlindas kendaraan bergerak, jadi kamu menerapkan sihir padanya. Ketika aku mendengar ceritanya dari Rushella, aku mendapati itu cukup aneh. Seseorang yang melakukan sesuatu begitu kejam tidak akan punya hati untuk menawarkan bunga. Sebenarnya, itu adalah kamu, senpai, yang memberi bunga pada anak-anak kucing itu, kan....?"

"....."

"Kamu juga melakukan sesuatu pada intisari sehingga lain kali orang tersebut melihatnya mereka akan ketakutan... Sedikit penerapan sihir padanya. Tetapi maaf, aku menjadi pemenang yang beruntung kali ini juga...."

"Kamu.....!"

"Adapun untuk mandrake... Itu kemungkinan sebuah kecelakaan. Horie-sensei mengatakan sesuatu seperti... Sebuah spesimen telah hilang. Itu adalah... mandrake? Warisan seorang penyihir, mungkin ditinggalkan oleh orang-orang dari Klub Penelitian Ilmu Gaib itu... Senpai, kamu pasti telah mencurinya dan mendaur ulangnya sehingga itu tidak akan dilihat oleh orang lain, kan?"

".....Benar. Tetapi aku hanya membuang 'bunganya'. Sungguh cerobohnya aku...."

"...kemudian beberapa orang bodoh mengambilnya dan menanamnya di petak bunga sebagai sebuah percobaan. Pada akhirnya, aku adalah orang yang mencabutnya, namun, tipe trik kekanak-kanakan itu tidak mungkin dilakukan oleh seorang penyihir yang sebenarnya. Setelah itu, ketua kelas melihatnya secara kebetulan dan untuk beberapa alasan menempatkan daunnya pada masakan sebagai herbal..."

Suara Hisui menjadi semakin dan semakin lemah.

Dia benar-benar berada pada batasnya. Cahaya lilin kehidupan berkedip-kedip dan hendak padam.

"Kamu... Siapa sebenarnya kamu...? Jelas-jelas kamu hanya seorang manusia biasa, tetapi kenapa......!"

"Siapa yang tau. Aku mengerti kamu ingin melindungi sekolah dari para vampir... Tetapi itu tidak dibutuhkan terhadap Rushella. Juga... bisakah kamu mengijinkan kami menggunakan ruangan ini? Aku menempatkan hidupku disini dalam pertukaran."

Semua orang yang ada tetap diam.

Dan tanda-tanda kehidupan dengan cepat menghilang dari wajah Hisui.

"Meskipun aku ingin menyuarakan keluhanku dengan benar... tetapi sekarang... aku tak lagi punya kekuatan... aku benar-benar tidak bisa melanjutkan... jika aku mengatakan sesuatu yang membuat kebencian sebelum aku mati.... itu sedikit... jadi tolong. Jangan... pikirkan aku."

Mangatakan itu, Hisui runtuh.

Meninggalkan kata-kata terakhir yang biasa-biasa saja, pikiran terakhirnya masih memikirkan orang lain.

Pikiran Rushella masih sepenuhnya kosong saat dia menatap kosong pada pelayannya.

Disisi lain, langsung bertindak.

"Cepat... Cepat keluarkan obat penawarnya! Kau pasti punya itu, kan!?"

Eruru menekankan laras pistolnya pada pelipis Kirika. Meskipun dia tau bahwa pistol ini tidak punya wewenang untuk menembak manusia.

Tapi demi Hisui, ini adalah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan.

"Ah ya, a-aku tau!"

Kirika akhirnya memperoleh kembali ketenangannya dan menyerahkan botol kecil yang berisi cairan transparan.

Rushella langsung menyambarnya, membuka penutupnya dan menuangkan cairan tersebut kedalam mulutnya sendiri tanpa ragu-ragu, kemudian dia memberikannya pada Hisui melalui mulut ke mulut.

Cepat bangunlah.

Selama ciuman dalam yang lama ini, dia berdoa dari kedalaman jiwanya.


Sebelumnya Bab 5 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Epilog