Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume14 Epilog

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Epilog: Jawaban itu Mengarah ke Misteri Selanjutnya. Question.[edit]

Hentakan itu membangunkan Itsuwa.

Dia sedang berada di Istana Paus. Tepat sebelum pingsan, dia tumbang di tengah lantai...atau begitulah yang dia pikirkan. Sekarang dia berada tepat di samping dinding. Tombaknya berada di sampingnya.

Dia masih terluka, jadi gerakannya lambat dan mendapati dirinya sulit bergerak.

Dia mengambil tombaknya dengan gerakan lamban.

Dia merasa panas.

Kemudian dia menyadari alasannya.

Beberapa meter di depannya, dinding batu, lantai, dan langit-langit telah meleleh menjadi cairan kental warna oranye. Dia mendengar suara yang mirip dengan air yang dipercikkan ke plat metal yang telah dipanaskan dan hampir seluruh penglihatannya dihalangi oleh uap putih.

“Apa...yang terjadi...?”

Dia melihat sekeliling.

Sedikit jauh darinya, sebuah powered suit tergeletak tak bergerak. Di sampingnya, bocah Imagine Breaker tergeletak telentang. Tampaknya dia tidak sadarkan diri. Ketika Itsuwa mendekati Kamijou, dia melihat bahwa kulit Kamijou berwarna merah. Bukan karena cahaya; Kamijou telah terbakar ringan.

Tidak cukup untuk meninggalkan bekas luka bakar.

Akan sangat bagus jika Itsuwa bisa meletakkan es di atas lukanya, tapi dia tidak memiliki es di dekatnya dan tidak begitu hebat dalam sihir es. Dia mencari-cari di kantungnya, mengeluarkan sebuah handuk basah, dan dengan lembut menekannya ke lengan Kamijou. Luka itu terlihat tidak dalam, dan dia menghela napas lega.

(Di mana Terra dari Kiri...?) pikir Itsuwa tidak serius selagi memberikan pertolongan pertama. (Dan Dokumen-C? Apa Terra yang menyebabkan semua ini? Tapi ini adalah fenomena yang sangat berbeda dengan yang dilakukannya sebelumnya...)

Apakah mereka menang, atau kalah?

Bahkan dia tidak tahu hal itu.

Dari apa yang bisa dia lihat, luka bocah Imagine Breaker tidak dalam. Dia memutuskan untuk menunggunya sadar dan menanyakan padanya apa yang terjadi. Dan jika perlu, mereka akan mengejar Terra.

“...”

Dia tidak bisa tetap berada dalam pertempuran dengan Terra sampai akhir.

Dia telah kehilangan kesadaran di tengah pertarungan dan menyerahkan pertarungan itu kepada seorang amatir.

Itsuwa menggertakkan giginya karena ketidakberdayaan dirinya sendiri.

(Aku harus melakukan sesuatu...) pikirnya.

Tapi krisis itu bahkan tidak memberikannya waktu sebanyak itu.

“Tch. Ini benar-benar menjadi masalah yang menjengkelkan.”

Ketegangan merambat ke seluruh tubuh Itsuwa ketika dia mendengar suara yang tiba-tiba itu.

Suara itu sendiri terdengar cukup mengerikan, tapi yang paling mengejutkannya adalah arah suara itu berasal.

Itsuwa mempersiapkan tombaknya dan mengarahkan matanya untuk melihat sesuatu yang tidak bisa dia percaya.

Suara itu datang dari depannya.

Dari lorong yang telah berubah menjadi lava.

Dia yakin bahwa suara itu datang dari arah itu.

Karena uap air yang menyelimuti, dia tidak bisa memperhatikan detail figur di sana.

Tapi dari siluet yang bisa dilihatnya, dia tahu figur itu sedang berdiri dengan cara yang sangat normal dan natural.

Meskipun orang itu sedang berdiri di lava yang pasti bersuhu beberapa ribu derajat.

Meskipun uap air yang menyelimutinya lebih dari 100 derajat dan dia berada di tengah semua itu.

“Seseorang perlu memberi tahu berengsek-berengsek itu kalau ada yang disebut kekerasan yang terlalu banyak. Menggunakan pedang yang digunakan untuk membelah benua pada manusia dari daging dan darah itu jelas salah. Maksudku, bagaimana aku bisa mengkonfirmasikan mayatnya? Yah, karena kerusuhan-kerusuhan berhenti setelah ledakan ini, kurasa objektif misi sudah diselesaikan.”

Figur itu tampaknya tidak peduli pada Itsuwa.

Dia bahkan tidak melihat ke arah Itsuwa.

Kata-katanya juga tidak ditujukan pada Itsuwa. Dia pasti menggunakan radio atau ponsel untuk berbicara dengan orang yang berada di tempat yang jauh.

(Ini juga bagus,) pikir Itsuwa.

Dia bisa merasakan keringat keluar dari tangannya yang memegang tombak.

Dia tidak tahu bagaimana dia bisa mengetahuinya, tapi figur yang berdiri di tengah lava itu berada di level yang berbeda. Figur itu berada di atas level di mana kau memikirkan cara untuk melawannya atau level di mana kau mungkin menang jika sebuah mukjizat terjadi. Itsuwa merasa menghadapinya adalah seperti mengayunkan tombak kecilnya ke arah potongan besi raksasa.

Figur itu berbicara.

Dan selama itu, Itsuwa dan bilah tombaknya bahkan tidak pernah memasuki jangkauan penglihatan figur tu.

“Aku akan memeriksa mayatnya di daerah ini, tapi kalau aku tidak menemukannya dalam 10 menit, aku keluar dari sini. Kalian bisa memeriksa area ini setelah mendingin, cari rambut atau bercak darah untuk melakukan tes DNA atau semacamnya. Ah? Kau ingin aku membawa powered suit-powered suit yang sudah tak berfungsi? Suruh orang lain melakukan itu. Ada organisasi dan agensi-agensi yang bekerja dengan Academy City di Prancis, ‘kan?”

Dia berhenti bicara di sana.

Index v14 291.jpg

Pembicaraannya dengan siapapun itu pasti telah berakhir.

“...”

Itsuwa menahan napasnya seperti seekor herbivora yang bersembunyi di semak-semak, menunggu seekor predator lewat.

Figur itu tidak sekali pun melihat ke arahnya.

Meskipun begitu, tubuh Itsuwa diselimuti ketakutan.

Ini tak terduga.

Figur itu mengabaikan Itsuwa yang memegang tombaknya dengan tangan gemetar, dan berbalik ke arah yang berlawanan dari Itsuwa. Kelihatannya dia masuk lebih dalam ke Istana Paus. Dia menghilang ke dalam lorong dari lava.

Itsuwa tidak mengejarnya.

Dia bahkan tidak bisa berteriak.

Setelah figur misterius itu menghilang, dia terlalu gugup bahkan untuk bergerak selama beberapa waktu.


Di ruang interogasi Menara London, Stiyl Magnus dan Agnese Sanctis mendengarkan Lidvia Lorenzetti. Biagio Bussoni yang duduk di samping Lidvia terlihat berniat tetap tidak bekerja sama sampai akhir. Dia belum membuka mulutnya untuk mengatakan satu kata pun.

“Di Gereja Kristen, Tuhan tidak muncul ke hadapan manusia setelah kematian Putra Tuhan,” suara Lidvia terdengar di ruang interogasi kecil itu. “Tapi sebagai gantinya, malaikat-malaikat-Nya lebih sering muncul ke hadapan orang-orang. Ceritanya mengatakan bahwa malaikat dan setan pernah berperang dahsyat. Dan karena ini sampai ke titik hingga seorang teolog merasakan keperluan untuk membagi malaikat ke dalam sembilan grup, pasti jumlah mereka cukup besar.”

“Ke mana arah pembicaraan ini?” potong Stiyl, tapi Lidvia hanya melanjutkan.

“Kursi Kanan Tuhan adalah organisasi praktis. Jika Dia tidak muncul di hadapan orang-orang, apakah Tuhan benar-benar ada? Atau apakah Tuhan hanya sekadar berpura-pura menjadi seorang malaikat dan tetap melakukan kontak dengan kita? Kursi Kanan Tuhan menanyakan pertanyaan seperti itu, dan karenanya mengejar keberadaan ‘seseorang yang tercampur di antara malaikat’.”

Di dalam legenda-legenda non-Kristen, ada banyak cerita tentang dewa-dewa yang muncul di bumi dalam bentuk manusia atau bahkan makhluk-makhluk yang lebih rendah dari manusia.

(Mungkin mereka mendapatkan pikiran ini dari cerita-cerita semacam itu,) pikir Stiyl di sudut pikirannya, dan berkata.

“Apa hubungannya ini dengan nama ‘Kursi Kanan Tuhan’? Kaubilang itu adalah nama organisasinya dan juga tujuan akhir mereka.”

“Manusia tidak bisa menjadi tuhan,” lanjut Lidvia, bukannya langsung menjawab pertanyaan Stiyl. “Ada banyak hipotesis tentang keberadaan mantra seperti itu, tapi aku belum pernah mendengar hal seperti itu berhasil dilakukan. Tetapi, untuk satu langkah lebih rendah—yaitu malaikat—ahli-ahli alkimia dan sejumlah akademisi telah melaporkan contoh-contoh evolusi seperti itu. ...Tentu saja, contoh-contoh ini benar-benar langka.

“Dengan kata lain,” kata Lidvia menginformasikan mereka, “mereka menginginkan sebuah metode untuk menjadi malaikat, di atas menghilangkan dosa asal yang mengikat manusia. Dan mereka tidak ingin menjadi malaikat biasa. Mereka mendasarinya pada dia yang muncul di bumi dalam bentuk malaikat tapi bukan seorang malaikat. Dengan kata lain, Tuhan.”

Itu adalah si sombong yang tidak hanya ingin menggunakan kekuatan Tuhan, tapi juga mengambil kekuatan itu menjadi miliknya sendiri.

Belum lagi tidak ada bukti bahwa Tuhan benar-benar turun dan bercampur di antara malaikat.

Stiyl membengkokkan bibirnya menjadi senyuman.

“...Itu adalah sekte yang cukup sesat.”

“Sekarang, mereka mengincar Mikail, makhluk dengan kekuatan tingkat tertinggi yang diciptakan untuk melawan Lucifer.”

Suara Lidvia seragam, tidak berubah.

“Lucifer adalah satu-satunya makhluk yang pernah dibolehkan duduk di sisi kanan Tuhan. Dan Mikail, yang mengalahkan Lucifer dan menjadi penguasa seluruh malaikat, adalah makhluk yang lebih tinggi dari Lucifer, yang dulunya pernah berada di tingkat yang sama dengannya. Atau begitulah yang dipercayai Kursi Kanan Tuhan.”

Sisi kanan.

Dalam Gereja Kristen, posisi itu mengindikasikan kesetaraan. Martir Kristen pertama, Stephen, menggunakan kata “kanan” ketika memuliakan tuhan untuk mengindikasikan bahwa Putra Tuhan adalah keberadaan yang setara dengan Tuhan.

Dia menggunakan “kanan” dengan cara itu karena, menurut konsep trinitas, Tuhan dan Putra Tuhan dijunjung sebagai setara.

Tapi bagaimana dengan malaikat?

Kenapa Lucifer bisa duduk di sisi kanan Tuhan? Dan apakah Mikail benar-benar memiliki kekuatan yang dahsyat hingga dia bisa mengalahkan seorang malaikat agung yang dulunya duduk di sisi kanan Tuhan?

Karena Tuhan adalah sebuah entitas unik dan entitas paling agung di dunia, harusnya tidak ada yang duduk di kursi kanan yang “setara” itu. Belum lagi sulit dipikirkan bahwa Tuhan akan memberikan kursi itu pada salah satu dari malaikat yang Dia ciptakan sebagai hamba dan alat.

Mereka pasti berpikir bahwa ada arti khusus dalam fakta bahwa seorang malaikat, makhluk yang lebih rendah, tetap diberikan kursi itu.

“Grup itu diciptakan dengan tujuan untuk duduk di Kursi Kanan Tuhan. Dan mereka percaya bahwa setelah mereka berada di Kursi Kanan, mereka akan bisa menggunakan kekuatan itu untuk berevolusi lagi menjadi eksistensi yang berbeda dari malaikat.”

Nama eksistensi itu adalah...

“La persona superiore a Dio.”

Stiyl dan Agnese mengernyit ketika mendengar kata-kata itu.

Dengan kata lain...

“Dia yang Berada di Atas Tuhan[1]. Itulah sebutan yang kudengar.”


Suara langkah kaki bisa terdengar di Basilika St. Peter di Vatikan.

Sela antara langkah kaki itu benar-benar seragam, tapi sangat tenang dan perlahan. Ritme pelannya mengindikasikan keadaan pikiran dari orang yang berjalan itu.

Langkah kaki itu tiba-tiba berhenti.

“Terra.”

“Oh, rupanya kau, Acqua...” kata orang yang tadi berjalan, Terra dari Kiri, sambil memelototi Acqua dari Belakang yang muncul di depannya.

Kata-katanya terasa seperti kata-kata seseorang yang jengkel karena pikirannya terputus oleh dimulainya percakapan.

Bomber supersonik yang telah menyerang Terra di Istana Paus memang kuat, tapi bagi Terra, semua itu adalah satu jenis serangan, dan karenanya mudah bertahan dengan menggunakan “presedensi” miliknya. Hanya berbagai serangan di saat yang sama yang dia takuti.

“Kelihatannya kau kehilangan Dokumen-C.”

“Yeah,” jawab Terra sederhana pada kata-kata Acqua. “Mereka menggunakan Imagine Breaker itu yang menyebabkan pengambilan dokumennya sulit.”

“Kau kelihatan berada dalam mood yang cukup bagus, melihat hal yang terjadi.”

“Ha ha. Acqua, bukan itu saja yang ingin kukatakan padamu.”

Terra tersenyum kecil sambil berbicara.

“Gereja Ortodoks Rusia telah secara resmi setuju untuk bergabung dengan kita.”

Acqua tetap diam selama beberapa saat.

Akhirnya dia membuka mulutnya untuk berbicara.

“Kita adalah penganut Gereja Katolik Roma. Kita tidak merayakan bekerja samanya denominasi lain dengan kita.”

“Heh heh. Kita hanya menggunakan mereka. Dan aku yakin mereka juga tahu ini.”

Ekspresi Terra tetap tenang.

Dia belum menyerah.

“Di insiden Dokumen-C ini, Academy City dan Gereja Anglikan bekerja sama secara rahasia. Yah, walaupun aku yakin kedua pihak itu tidak akan mengakuinya.”

“Ah, dan masalahnya adalah apakah Gereja Ortodoks Rusia mengetahui hal ini.”

“Sudah ada semacam hubungan antara Academy City dan Gereja Anglikan. Dan kalau Gereja Ortodoks Rusia datang sebagai pemain baru dan meminta kooperasi, mereka mungkin tidak akan diperlakukan dengan baik. Dan karena mereka ingin mendapatkan keuntungan dari perang ini, mereka pasti berpikir bahwa tidak akan bagus untuk mereka jika sisi Sains menang.”

Sekarang ini, keseimbangan kekuatan antara Academy City dan Gereja Katolik Roma sangat dekat.

Sisi yang dipilih oleh kekuatan pihak ketiga seperti Gereja Anglikan dan Gereja Ortodoks Rusia jadi sangat penting.

Mereka ingin mendapatkan Gereja Anglikan dan Gereja Ortodoks Rusia ke dalam sisi Sihir jika memungkinkan, tapi Gereja Anglikan telah memiliki hubungan dengan Academy City.

Dan melihat insiden dengan The Book of the Law dan Orsola, dan insiden dengan Daihaseisai dan Croce di Pietro, jelas bahwa ada jurang yang dalam antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Anglikan.

Jadi mereka memutuskan untuk menyerah meminta dukungan para Anglikan.

Demi mencegah situasi terburuk—Gereja Anglikan dan Gereja Ortodoks Rusia bergabung ke sisi Sains—terjadi, mereka harus membawa orang-orang Rusia ke sisi mereka.

Itulah fungsi digunakannya Dokumen-C.

Kehilangan benda spiritual itu adalah kerugian yang besar, tapi mereka telah menyelesaikan tujuan asli mereka.

“Sekarang. Garis sudah digambar antara pihak Roma/Rusia dan pihak Academy City/Anglikan. Yah, kurasa Academy City dan Gereja Anglikan sebenarnya berada di ‘sisi’ berbeda dalam pandangan yang lebih luas, jadi aliansi mereka bisa pecah di sambungan-sambungannya. Dan dengan Rusia di pihak kita, kita memiliki pijakan yang lebih kuat untuk menginvasi Jepang. Kurasa sekarang kau bisa mengatakan kalau kita bisa membawa pedang kita ke tenggorokan mereka. Mungkin kita perlu mendiskusikan cara menggerakkan pasukan kita sejak saat ini dengan Fiamma dari Kanan. Aku sebenarnya ingin waktu lebih banyak untuk melihat bagaimana respon Academy City dan untuk mengamati Imagine Breaker, tapi kurasa ini tidak masalah.”

“Aku mengerti. Tapi ada yang ingin kudiskusikan denganmu lebih dulu.”

Suara Acqua suram.

Terra menjawab dengan ceria.

“Apa?”

“Oh, masalah sederhana. Aku telah menerima informasi bahwa kau menggunakan anak-anak dan pelancong di bagian luar Roma untuk membuat pengaturan arah untuk mantra khususmu, ‘Eksekusi Cahaya’. Apa ini benar?”

“Benar.” Secara mengejutkan, Terra mengakuinya dengan mudah.

Dan dia meneruskan.

“Apa itu benar-benar perlu diangkat?”

Terra dari Kiri membiarkan masalah ini di situ.

Mata Acqua memicing.

“...Bukankah kau bertindak demi menyelamatkan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi? Bukankah kau bertindak demi mencari tahu apakah masalah-masalah yang disebabkan oleh faksi-faksi yang diciptakan manusia akan berlanjut di Kerajaan Suci?”

“Yah, benar.” Terra menjawab dengan ekspresi seseorang yang baru saja ditanyakan sebuah pertanyaan bodoh. “Memang benar bahwa aku berencana menyelamatkan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi. Tapi orang kafir bahkan tidak bisa disebut manusia. Acqua, apa kau sudah memeriksa dokumentasinya? Aku memastikan bahwa target untuk pengaturan arah itu bukanlah penganut ajaran Gereja Katolik Roma.”

“...”

“Oh, apa kau khawatir tentang cerita dari Spanyol tentang kriminal-kriminal brutal yang tidak bisa dieksekusi? Kukatakan padamu sekarang, aku tidak memiliki kaitan apa-apa dengan itu. Mereka adalah penganut ajaran denominasi Katolik Roma dari gereja Kristen, dan karenanya adalah orang-orang yang harus kuselamatkan. Bawahan-bawahan aku memiliki kebiasaan berupa membawa kriminal-kriminal padaku, tapi harusnya mereka tidak melakukan itu. Target-target yang kugunakan tidak boleh penganut Katolik Roma.”

Bagi Terra dari Kiri, itu adalah “tanpa diskriminasi”.

Dia mengatakan bahwa dia sedang menyelamatkan seluruh umat manusia, tapi definisi “manusia” miliknya cukup terbatas. Dia merasa bahwa orang-orang yang tidak memenuhi definisi “manusia” miliknya bisa diperlakukan sebagai hewan. Pendeta itu dinodai oleh pemikiran itu sampai ke dalam-dalamnya.

Acqua dari Belakang tetap diam dan Terra melanjutkan dengan jengkel.

“Setelah mereka dikirimkan ke api penyucian, dosa yang menutupi jiwa mereka akan dicuci dan mereka akan diberikan jalan menuju Kerajaan Suci. Aku hanya bertindak sebagai anggota rohaniwan dan mengirimkan mereka ke langkah pertama dengan membuat mereka menyerahkan nyawa mereka. Dan mereka yang tidak akan pernah bisa pergi ke Kerajaan Suci bahkan tidak akan dikirimkan ke api penyucian. Mereka akan menderita abadi di neraka.”

“...Aku mengerti.” Acqua memberikan jawaban pendek. “Jadi kau telah melakukan pemeliharaan pada mantra itu sejak kau mulai menggunakannya.”

“Ayolah, cukup dengan hal ini, Acqua. Ada banyak hal yang harus kulakukan. Aku harus memikirkan bagaimana menjalankan serangan berikutnya ke sisi Sains. Aku telah menemukan satu titik yang membutuhkan peningkatan...atau lebih tepatnya, keanehan di sihir presedensi ‘Eksekusi Langit’ milikku. Tampaknya aku perlu melakukan sedikit pengaturan kecil.”

“Tidak, ada sesuatu yang harus kaulakukan sebelum itu.”

Terra bahkan tidak sempat berteriak terkejut.

Dengan suara menggelegar, tubuh Terra dari Kiri benar-benar hancur berkeping-keping.

Yang telah dilakukan Acqua dari Belakang sederhana.

Dia telah mematahkan salah satu pilar yang menyokong langit-langit Basilika St. Peter dan mengayunkannya ke tubuh Terra dengan satu tangan. Tapi kekuatan dan kecepatan mengerikan ketika dia melakukannya menghasilkan sesuatu yang terlihat seperti gelombang angin.

Sihir predensi yang seperti mukjizat milik Terra dari Kiri, ‘Eksekusi Langit’, telah menyelamatkan dia dari pengeboman supersonik skala besar dari Academy City, tapi Acqua dari Belakang tidak memberikan Terra waktu untuk menggunakannya.

Suara daging yang hancur bisa terdengar.

Hampir seluruh tubuh Terra lenyap. Yang tersisa hanyalah dada bagian atas, tangan kanan, dan kepalanya.

“Oh...ah...?”

Terra mendongak dengan ekspresi seseorang yang tidak tahu sama sekali apa yang terjadi.

Tampaknya dia mencoba menggunakan “Eksekusi Cahaya” untuk menutup lukanya, tapi kepalanya gagal mengaktifkan mantra itu, jadi tidak ada yang terjadi.

Acqua dari Belakang melihat ke bawah ke arahnya dengan jijik.

Terra masih bisa berpikir.

Tapi bukan karena sesuatu yang dilakukan Terra sendiri; karena serangan Acqua yang sangat cepat hingga tubuhnya belum memiliki cukup waktu untuk mati.

“Fh...ha...”

Terra mengeluarkan suara, tapi tidak bisa berbicara atau bernapas.

Acqua mengernyit.

Terra telah hancur berkeping-keping, tapi dia tidak menunjukkan ketakutan pada kematian.

Ekspresinya tetap tenang.

“...Ada apa, Terra dari Kiri?” tanya Acqua, tapi dia menyadari jawabannya bahkan sebelum menunggu jawaban dari Terra.

Kerajaan Suci.

Bagi Terra, kematian hanyalah proses bagi seseorang untuk menemukan keselamatan yang nyata. Meskipun dia mati di sini, pada akhirnya dia akan dipilih oleh Tuhan pada Penghakiman Akhir dan dibimbing menuju Kerajaan Suci. Dan karenanya Terra akan diselamatkan.

(Dia adalah orang yang hebat dalam caranya sendiri.)

Dia berniat menjadi seekor domba taat yang mengikuti ajaran Gereja Katolik Roma bahkan hingga sekarang.

Acqua menghela napas ketika memikirkan semua ini.

“Agar kau tahu saja, tidak mungkin kau akan dipilih oleh Tuhan. Aku tidak menyangka kau tetap sesat sampai saat ini. Apa kau benar-benar berpikir kau memiliki tempat selain neraka?”

Ketika Acqua melihatnya dengan wajah penuh cemooh, ketenangan Terra menghilang.

Digantikan oleh amarah.

Taip Acqua tidak meneruskan percakapan itu dengan serius. Dia hanya sekadar berbicara dengan cara yang murni bisnis.

“Tuhan tahu segalanya. Kau bisa bertanya tentang detailnya pada-Nya pada Penghakiman Akhir.”

Waktu terus berjalan, kumpulan daging itu mati dan Terra benar-benar menjadi tidak lebih dari noda di lantai. Hanya setelah itulah Acqua memalingkan pandangannya.

Dan ketika dia melakukannya, sesosok figur baru muncul dari balik salah satu pilar.

Seorang pria tua dengan punggung bungkuk—Sang Paus Roma.

Dia melihat keduanya; daging manusia di tanah dan pilar yang ditancapkan Acqua ke lantai.

“Ini adalah Basilika St. Peter. Aku lebih senang jika kau tidak menghancurkannya seperti ini.”

“Aku minta maaf.”

Acqua dengan patuh menundukkan kepalanya karena kata-kata kritik ini.

“Melihat nilai sejarah dan akademis tempat ini, aku harusnya tidak bertarung di sini. Aku telah merusakkan sebuah bangunan indah.”

“...Ini juga adalah benteng terbesar Katolik Roma. Kalau kau menghancurkannya begitu saja, kau akan menghadapi masalah dengan fungsionalitas bertahannya.”

“Hm...” Acqua berpikir sejenak.

Akhirnya, dia berbicara.

“Ini adalah masalah yang kita hadapi di mana saja, bukan hanya di Basilika St. Peter. Ambil Kursi Kanan Tuhan sebagai contoh. Bahkan dengan organisasi sehebat itu dan meskipun anggota-anggota yang memiliki kemampuan terhebat dikumpulkan, kalau kami hilang kendali meskipun sekejap saja, semuanya akan hancur. Persis seperti Terra di sini.”

“...”

“Kau berharap ketika Kursi Kanan Tuhan menyelesaikan tujuannya dan menjadi ‘Dia yang Berada di Atas Tuhan’, ini akan secara langsung menyelamatkan lebih banyak penganut lagi. Aku memuji tujuan itu, tapi itu saja tidak cukup.”

Acqua memandang langsung ke wajah Sang Paus Roma.

“Agar Kursi Kanan Tuhan terus berfungsi seperti yang seharusnya, organisasi ini memerlukan seseorang yang berada di luar organisasi untuk mengawasi dan membimbingnya. Dan kupikir kau adalah orang yang paling cocok untuk posisi itu.”

Mendengar kata-kata itu, Sang Paus Roma tersenyum kecil.

“Ketika aku pertama kali mendengar tentang Kursi Kanan Tuhan, aku sangat senang karena ada jalan yang begitu cepat untuk membimbing para penganut,” katanya sambil tersenyum. “Tapi Tuhan tidak menginginkan adanya jalan mudah menuju keselamatan. Kelihatannya Bapa yang menjagaku benar-benar menyukai ujian dan godaan.”

Ketika Sang Paus Roma berhenti bicara, Acqua mengangguk.

“Apakah gerakan kalian selanjutnya?”

“Vento tidak bisa bergerak. Terra sudah dibersihkan. Ini hanya menyisakan satu pilihan.”

“Apa kalian akan menyerang Jepang melalui Rusia seperti yang disarankan Terra?”

“Aku menyadari sesuatu selama semua kejadian ini. Warga sipil harusnya tidak berdiri di medan perang. Hanya prajuritlah yang perlu beradu pedang.”

Kelihatannya pernyataan ini menyiratkan bahwa dia sendiri akan bergerak.

Sang Paus Roma bergumam ke dirinya sendiri sambil mengingat kembali karakteristik khusus Acqua dari Belakang.

“...Jadi pria yang merupakan anggota Kursi Kanan Tuhan dan juga memiliki sifat seorang Saint akan bertindak.”


Misaka Mikoto duduk kaku sambil memegang ponselnya.

Dia tidak bisa bergerak sejak mendengar kata-kata dengan bising statik yang keluar dari speaker ponselnya.

Dia bisa merasakan keringat dingin di seluruh tubuhnya.

Kamijou tidak mungkin mengetahui ini, tapi, meskipun layar LCD ponselnya telah pecah dan sendi ponselnya rusak sehingga tidak bisa ditutup, ponselnya belum kehilangan fungsionalitas meneleponnya. Dengan kata lain, percakapan antara Kamijpu dan Terra di Istana Paus telah sampai ke telinga Mikoto melalui telepon.

Dia tidak mengerti kebanyakan dari percakapan mereka.

Tidak, meskipun dia mengerti, dia telah melupakan hampir semuanya.

Yang menyebabkan rasa menyempit di dadanya adalah satu pernyataan sederhana.

“...”

Dia menyadari bahwa tidak ada suara yang keluar ketika dia mencoba bicara.

Dia menggerakkan tangannya yang gemetar dan berhasil mematikan ponselnya. Dia hanya memandangi ponsel yang tidak lagi tersambung. Dia berpikir untuk tetap dalam posisi itu sampai tubuhnya berhenti gemetar, tapi tampaknya gemetarannya tidak akan berhenti.

Selagi dengan perlahan keluar dari keterkejutannya sedikit demi sedikit, dia berhasil menggerakkan bibirnya. Dia tidak bermaksud untuk bicara, tapi dia tahu bahwa suara serak yang menyeramkan itu datang dari mulutnya sendiri.

Dia berbicara dengan suara sangat pelan.

“...Dia...tidak ingat...?”

Setelah mengatakan kata-kata ini, Misaka Mikoto memikirkan lagi arti kata-kata ini.

(Dia kehilangan ingatannya?)

Catatan[edit]

  1. Dalam versi Jepang, “Dia yang Berada di Atas Tuhan” dibaca sebagai “Kamijou”, tapi menggunakan huruf yang berbeda dengan nama belakang Touma.



Previous Chapter 4 Return to Main Page Forward to Kata Penutup