Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ilustrasi[edit]



Prolog: Radio Noise. Level2.[edit]

Angin berhembus kencang.

Senja telah tiba. Seorang gadis, berbaring telungkup di atas atap sebuah gedung untuk menyembunyikan tubuhnya, memicingkan matanya.

Dia memegang sebuah senapan yang besarnya menggelikan untuk ukuran tubuhnya. Dengan panjang 184 cm, senapan itu jauh melebihi tinggi badannya.

Metal Eater MX.

Senapan anti-tank Barret M82A1 ini menjadi legenda karena telah meledakkan sebuah tank dari jarak 2000 meter dalam Perang Teluk. Model produksi senapan ini tidak memiliki mode penembakan full-auto karena rekoilnya yang terlalu kuat, tapi senjata yang dia pegang adalah model prototipe yang masih memiliki mode penembakan cepat.

Walaupun senjata itu adalah senapan brutal yang bisa menghancurkan helm murah berkeping-keping hanya dengan rekoilnya saja, gadis langsing itu sepertinya kelihatan terbiasa menggunakannya. Untuk seseorang sepertinya, rekoilnya tidak mungkin bisa ditahan oleh tubuhnya, jadi hempasannya harus dengan ahli dialihkan ke tanah. Tapi bukannya dengan latihan bertahun-tahun, gadis itu hanya memiliki data yang diinput selama 14 hari dengan peralatan latihan yang disebut sebagai Testament. Setelah selesai berlatih dengan Testament, dia mengetahui kekuatan rekoil Metal Eater dan menurunkan perhitungan yang dibutuhkan untuk mengkompensasikan rekoilnya dengan efisiensi optimal.

Setelah menahan napasnya, gadis itu melihat melalui bidikan teleskopnya yang dingin ke “target” yang jaraknya 600 meter.

Serangga berkumpul di bawah lampu toko serba ada, sementara seorang anak laki-laki berumur 15-16 tahun keluar ke jalan. Badannya kurus seperti kawat, dan rambutnya seputih kulit lembut gadis itu. Dia kelihatan seperti akan patah bahkan kalau kau hanya memegangnya.

Tapi, dia sebenarnya lebih cocok dideskripsikan sebagai ujung tajam sebuah pisau. Setiap pertarungan resmi yang tercatat di database adalah kemenangannya. Terlebih lagi, dia tidak pernah terluka, tidak perlu berlindung, dan tidak pernah menghindari serangan – tidak sekali pun. Anak laki-laki itu mirip seperti pedang yang tipis dan rapuh, tapi dipoles dengan desain hanya untuk serangan tanpa memikirkan pertahanan.

Walaupun gadis itu tidak tahu siapa nama sebenarnya dari targetnya, nama kodenya adalah Accelerator.

Di Academy City, tidak lebih dari tujuh orang yang berperingkat Level 5, tapi bahkan di dalam daftar yang hanya berisi 7 orang itu, nama anak laki-laki itu berada di tempat teratas.

"(Anginnya kuat... Mengoreksi arah tiga klik ke kiri)", gumam gadis itu di sela napasnya sambil memutar sebuah sekrup di sisi bidikan teleskopnya.

Targetnya adalah anak laki-laki yang sedang dalam perjalananan pulang, mengayunkan plastik belanjaan yang dipegangnya seperti kebosanan.

Gadis itu pasti tidak akan bisa menang jika melawannya dari depan – tidak ada yang bisa mengalahkan Accelerator tanpa menggunakan metode licik.

Bagaimanapun juga, karena dia tidak bisa menang kalau berhadapan, dia tidak menyerangnya dari depan.

Bagi seorang esper, menggunakan kekuatannya itu tidak berbeda dengan menggerakkan kaki-tangannya. Selain Level 0, yang tidak memiliki kekuatan yang berarti, keterlibatan kekuatannya bisa digolongkan secara kasar ke dalam dua kategori.

Yang pertama adalah “aktif”, ketika pengguna kekuatannya sendiri yang mengontrol penggunaan kekuatannya.

Yang satunya kagi adalah “pasif”, yang kekuatannya aktif secara refleks ketika pengguna kekuatan merasakan bahaya.

Karena itu, kalau serangan kejut bisa mengenainya sebelum lawannya menyadari kalau dirinya dalam bahaya, seluruh jenis pengguna kekuatan bisa dikalahkan.

Judgment milik Academy City pernah mengimplementasikan taktik ini dengan menembakkan peluru karet dari jarak jauh untuk menghentikan pengguna kekuatan yang mengamuk. Tapi, peluru karet mereka hanya menghilangkan kesadaran. Gadis ini akan mengakhiri hidup seseorang dengan peluru yang bisa menembus baja.

"(Pusaran angin... vorteks dari tiga arah. Mengoreksi arah satu klik ke kanan)", dia bergumam kecil sambil mengatur bidikan teleskopnya lebih tepat.

Tanpa pengoreksian, peluru timah akan meleset dari targetnya karena angin yang tak terduga. Ditambah lagi, kota itu dipenuhi bangunan, jadi angin tidak hanya berhembus dalam satu arah. Pusaran angin, berhembus dari berbagai arah, bertabrakan, membentuk vorteks, dan menyebar ke segala arah.

Meleset bukan pilihan. Lawannya adalah Level 5 terkuat; kalau serangan pertamanya meleset dan dia terdeteksi, maka dari saat itu kekalahannya sudah dipastikan, tak peduli seberapa jauh jarak antara dia dan targetnya dan seberapa jauh dia melarikan diri.

Gadis itu mengangkat jarinya ke pelatuk.

Tidak ada keraguan. Walaupun anak laki-laki di depan bidikannya adalah seorang manusia yang hidup, kalau pelatuknya ditarik, peluru anti-tank kaliber .50 akan melintasi udara dengan kecepatan 3070 km/jam. Walaupun gadis itu tahu bagian atas tubuh anak laki-laki itu akan menjadi serpihan daging bahkan lebih cepat dari suara, tidak ada sedikit pun tanda keraguan di wajahnya.

Dipikul oleh pundaknya yang langsing adalah sebuah tugas:

Hancurkan esper Level 5 terkuat, Accelerator, dengan penembakan jarak jauh.

“...”

Telinga gadis itu mendengarkan suara angin. Arus angin yang mengisar menjadi vorteks dan bertabrakan bergerak dalam arah yang tetap untuk sesaat. Kurang dari dua detik, tapi kisaran angin yang kompleks sedang stabil untuk satu saat itu.

Dia menarik pelatuknya.

Suara menggelegar, seperti suara pabrik petasan yang meledak, meraung mengoyak langit. Walaupun dia sedang sniping, gadis itu terus menembak dalam mode full-auto. Dia dengan gigih menyerap rekoil yang bisa menjungkirkan orang dewasa; dalam sedetik, dua belas tembakan ditembakkan dengan akurasi setepat lubang jarum.

Gadis itu mengacuhkan magasin yang sudah kosong dan mengamati nasib anak laki-laki itu melalui bidikan teleskop. Karena arus angin stabil, tidak mungkin pelurunya meleset. Keduabelas peluru yang ditembakkan harusnya sudah menembus punggung anak laki-laki itu; badan kurus seperti kawatnya harusnya sudah pecah menjadi serpihan-serpihan kecil.

Seharusnya itu yang terjadi.

Saat berikutnya, Metal Eater di tangan gadis itu meledak.

Seluruh selongsong peluru yang tepat mengenai anak itu dipentalkan kembali. Mirip seperti pemutarbalikan video, selongsong itu gerakannya dibalikkan, dengan tepat masuk kembali ke laras senapan anti tank seperti pada permainan kendama, dan Metal Eater itu pecah menjadi kepingan-kepingan kecil.

Gadis itu tidak memiliki kemampuan untuk mendeteksi secara visual peluru yang datang. Yang dia tahu hanyalah senapan anti-tank itu dihancurkan oleh suatu gaya, tubuhnya tertusuk-tusuk oleh serpihan logam tak terhitung yang dihasilkan, dan pundak kanannya yang digunakannya untuk menahan popor Metal Eater, patah oleh sesuatu yang menembusnya.

Tapi Accelerator, setelah ditembaki dengan Metal Eater, tidak terluka sama sekali.

Pada akhirnya, penembakan jarak jauh itu gagal, dan Accelerator mengetahuinya.

Itu saja cukup untuk membuat gadis itu mengambil keputusan. Gadis itu mengacuhkan rasa sakit yang terasa seperti air panas disiramkan ke kepalanya dan lari ke arah tangga darurat bangunan tempat dia berada dengan tubuhnya yang terkoyak-koyak.

Tepat di saat penembakan itu gagal, gadis itu telah kehilangan kesempatan 1 dalam 10.000-nya untuk menang. Karena itu, mundurnya dia bukanlah untuk memertimbangkan kembali situasiny. Satu-satunya yang bisa dia lakukan hanyalah memerpanjang hidupnya, menambah waktunya yang tersisa – bahkan sedetik, bahkan sesaat.

Tidak ada suara langkah kaki yang bergema di senja itu. Si pemburu menutup jarak antara dia dan gadis sekarat itu dalam keheningan total.

Si pemburu melawan yang diburu. Tirai pertunjukan sudah diangkat dalam sebuah drama pembunuhan yang peran para aktornya dapat diputarbalikkan kapan saja.



Preview symbol.gif Warning: This translation is considered a PREVIEW Script.

Be warned that the degree of translation error may be higher than usual due to the translation method employed.



Please read Template:PREVIEW for further information.


Karena di versi Inggris juga ada.

Chapter 1: Imagine Breaker. Level0(and_More).[edit]

Part 1[edit]

20 Agustus, 6:10 PM.

Senja di tengah musim panas, dan Kamijou Touma sedang berjalan pulang sendirian, lelah karena kelas tambahannya. Walaupun ada alasannya, dia masih merasa kalau kembali ke sekolah untuk kelas tambahan selama liburan musim panas mengancam kewarasannya.

Karena yang disebut “kelas musim panas” biasanya dimulai tepat di hari pertama liburan musim panas, Kamijou mungkin seharusnya mengikuti kelas ini dari tanggal 19 Juli sampai 28 Juli juga.

Atau setidaknya, kemungkinan besar begitu. Kamijou tidak punya ingatan tentang apa pun yang terjadi sebelum 28 Juli, jadi dia merasa seperti sedang dihukum karena orang lain, dan bukan dirinya, bolos dari kelas itu.

Ada apa?

Kamijou berdiri membatu di depan sebuah vending machine berisi jus yang berada di sisi jalan dengan ekspresi syok.

Tidak mungkin. Ayolah. Tolong.

Dia tidak mau menyerah terlalu cepat. Kamijou yakin dia sudah memasukkan pecahan 2000 yen ke dalamnya, tapi kenapa vending machine itu tidak merespon sama sekali? Yah, dia tahu dengan baik kalau pecahan 2000 yen sudah langka sekarang, tapi itu adalah uang yang didapatkannya dengan susah payah. Sebuah mesin merebutnya uang sebesar itu darinya dan tidak merespon... kerajaan mesin mana yang sedang memberontak!? Kamijou mennarik-narik tuas kembalian dengan sia-sia, hatinya menjerit.

Sungguh sangat sial!

Dia tanpa ragu mengetahui kalau dia menendang atau menggoyangkan vending machine karena kemarahannya, alarm akan berbunyi.

Bahkan di dalam Academy City, sebuah kota yang jauh berlawanan dengan hal supernatural dibangun di Tokyo bagian Barat, seorang skeptis yang melihat Kamijou hanya bisa berpikir “Jadi memang benar-benar ada orang yang sial karena hal supernatural di dunia ini...” Kamijou memang setidak-beruntung itu.

Masih murung, Kamijou mendengar langkah kaki sepasang sepatu dari belakangnya.

“Hei... Jangan berdiri seperti orang idiot di depan vending machine. Kalau kau tidak membeli apa-apa, minggir, minggir. Aku perlu rehidrasi, kalau tidak, aku tidak akan bisa bergerak lagi.”

Ketika dia mendengar suara tiba-tiba dari belakangnya, dia didorong lembut ke samping di lengannya oleh tangan halus seorang gadis.

Tinggal di kota yang dipenuhi pelajar, ini mungkin kadang terjadi, tapi walau begitu sentuhan yang jarang terjadi itu mengejutkan Kamijou.

Apa, apa? -- Ketika Kamijou memutarkan wajahnya, dia melihat seorang siswi SMP. Gadis itu berambut sebahu warna coklat muda, wajahnya cantik tanpa perlu riasan. Dia memakai blus putih lengan pendek dengan sweater musim panas dan rok berlipat abu-abu... Kamijou rasa itu adalah seragam SMP Tokiwadai yang terkenal. Tapi memanggilnya “Ojou-sama” di depannya akan sedikit janggal. Mengeluh tentang panasnya hari itu, gadis itu lebih mirip seperti pekerja kantor penderita trauma perang yang baru saja keluar dari kereta yang penuh dibanding seorang gadis bertata krama tinggi.

... Siapa orang ini?

Apakah dia seorang kenalannya, atau orang asing yang terlalu ramah? Kamijou sedikit khawatir. Dengan hilangnya ingatan, membedakan kenalan dan orang asing adalah hal yang paling sulit. Dia tidak tahu sejauh apa dia harus melangkah ke teritori orang lain.

Insting Kamijou memberitahunya kalau gadis itu adalah seorang kenalannya. Mungkin, kalau dia bukan orang yang tak dikenal, dia perlu melangkah dengan hati-hati. Ehh, selesaikan sajalah... Kamijou menyerah.

“...Jadi, kau siapa?”

“Ini aku, namaku Misaka Mikoto! Cobalah mengingatnya, dasar tolol!!”

Ketika dia berteriak, gadis itu mengeluarkan percikan warna pucat dari poni coklat mudanya.

Sial, dia tidak punya rasa humor? Persis ketika Kamijou dengan instingnya langsung berjaga-jaga, sebuah petir berwarna pucat menyambar dari dahi gadis itu dan dengan cepat menuju Kamijou.

Walaupun dia tidak mungkin bisa bereaksi cukup cepat hanya dengan penglihatan saja, tubuh Kamijou bergerak secara insting sebelum petir itu mengenainya. Seakan tubuhnya, setelah berulang kali diserang oleh serangan listrik, mengetahui dari pengalaman bagaimana cara meresponnya.

Seperti mengusir serangga yang terbang di depan matanya, Kamijou mengayunkan tangan kanannya horizontal seperti pukulan backfist.

Cukup dengan itu saja dia berhasil menghilangkan petir yang mendekati hampir semilyar volt seolah petir itu hanya semprotan air.

Imagine Breaker.

Tak peduli kalau dia menghadapi esper, penyihir, siapa pun yang memiliki kekuatan aneh, atau bahkan mukjizat ilahi; semua yang supernatural akan ditiadakan ketika tangan kanannya menyentuhnya. Itulah kekuatan khusus Imagine Breaker.

“???”

Kamijou melihat ke gadis SMP yang memelototinya marah, yang dia pikir seharusnya ditahan untuk percobaan pembunuhan.

Tubuhnya bergerak karena insting dan menghindari serangan itu seolah dia pernah mengalami fenomena ini sebelumnya. Ketika menghadapi pedang api yang dikeluarkan oleh seseorang bernama Stiyl Magnus, Kamijou juga selamat karena instingnya. Kalau begitu...

Kamijou kehilangan ingatannya.

Dia kehilangan “ingatan”nya, tapi “pengetahuan”nya masih tetap ada, dan itu sedikit aneh.

Sebelumnya, Stiyl pasti telah mencoba menyerangnya dengan pedang api itu, walaupun dia tidak bisa mengingatnya. Mungkin itulah kenapa tubuhnya bisa bergerak dengan sendirinya.

Kalau itu benar, berarti dia juga kenalanku...? Benar, kenalanku. Sial, kenapa orang yang kukenal semuanya seperti ini!?

“Kenapa kau menangis di sana?” tanya Misaka berkacak pinggang. “Kalau kau tidak mau menggunakan mesin ini, minggir. Aku akan menggunakannya.”

“Ah...”

Kamijou melihat bolak-balik antara mesin itu dan gadis bernama Misaka Mikoto.

Walau dia berpikir kalau tidak memeringatkan orang bahwa mesin itu memakan uang itu adalah tindakan yang tidak bisa dimaafkan, tapi gadis itu telah menyerangnya. Tunggu, tidak, akan lebih buruk kalau melihatnya marah dan mengamuk... akan sangat menyeramkan.

“Mesin itu akan menelan uangmu.”

“Aku sudah tahu,” balas Mikoto.

“Kau tahu mesin itu makan uang, dan kau tetap akan membayar? Apa mesin itu kotak sumbangan atau semacamnya?”

“Kau benar-benar idiot. Ada trik yang dibutuhkan untuk mesin ini, trik licik yang akan membuatnya memuntahkan gratis sekaleng jus .”

“...”

Dia punya firasat buruk – firasat yang sangat buruk. “Trik licik”... Dia memikirkan “trik” yang gadis itu gunakan setiap hari. Dia juga memikirkan ketika mesin itu menelan uang 2000 yen-nya.

Jangan bilang kalau mesin ini rusak!

“Legenda di antara siswi SMP Tokiwadai, tendangan seperti nenek-nenek dengan kemiringan 45 derajat akan menghidupkan kembali mesin mana pun yang tak berfungsi!”

“Chaser –!” Dengan teriakan itu, dia mengirimkan tendangan setinggi roknya ke sisi mesin itu.

*Bang!* Suara dentum sesuatu yang jatuh bergema di dalam mesin itu, lalu sebuah kaleng keluar.

“Kau tahu, karena sudah usang, per yang menahan jusnya sudah longgar. Sayang kau tidak bisa memilih jus apa yang keluar – Hei, ada apa?”

“Tidak ada,” jawab Kamijou dengan nada monoton.

Di balik roknya adalah celana pendek untuk olahraga. Kamijou merasa sebagian mimpinya telah dihancurkan.

“Legenda Tokiwadai ini, apa semua putri dari Tokiwadai melakukannya?”

“Kebanyakan tidak bisa! Hampir semua tidak akan bermimpi melakukannya...”

“...” Kamijou berpikir. “Maksudku bukan begitu! Aku bertanya apakah bocah-bocah seperti kalian bersatu setiap hari untuk menghancurkan vending machine itu dengan teknik itu!”

“Tidak apa-apa, ‘kan!? Kenapa kau marah? Kami tidak secara langsung merugikanmu, ‘kan?”

“...”

“Eh? Ngomong-ngomong, sepertinya mesin ini selalu menelan uangmu—“ Berhenti di tengah kalimatnya, Mikoto terdiam. “...Jangan-jangan, apa kau sudah membeli sesuatu?”

“...”

“Hey, apa kau sudah minum? Kau benar-benar mendapat minuman? Hey, jawab dengan jujur, atau aku akan memelorotimu[1]; apa kau bengong seperti itu karena dirampok oleh mesin ini?

“...Dan kalau aku menjawabnya?”

“Tentu saja, aku akan mengirimkan foto wajah bodohmu ke seluruh dunia— Aku cuma bercanda! Cuma bercanda! Jangan menyeret kakimu seperti itu, kau benar-benar kelihatan seram!”

Kamijou menghela napas, melepaskan semua ketegangan dari tubuhnya.

Semarah apa pun dia, dia tetap tidak akan bisa mendapatkan uang 2000 yen itu kembali. Dia tadinya bermaksud membeli kembang api untuk seorang biarawati berjubah putih yang menumpang gratis di rumahnya dengan uang itu. Bahkan seharusnya dia menabungnya dan tidak membeli apa-apa dengan uang itu, tapi tidak ada gunanya memikirkan hal ini sekarang. Kurasa sekarang aku harus bertindak seperti seorang pecundang sesuai kenyataannya... pikir Kamijou sambil menurunkan pundaknya lemas dan berbalik membelakangi Mikoto.

Ketika melihat punggung Kamijou yang dibungkukkan, Mikoto menghela napas sambil berkacak pinggang.

“Kau, tunggu! Beri tahu aku, berapa banyak uang yang kaumasukkan?”

“...Tidak akan bilang, tidak bisa bilang, tidak mau bilang.”

Kamijou melihat gadis itu. Dia mungkin saja baru bertemu dengannya, tapi dia sudah menyadari kalau memberi tahu gadis itu “Aku kehilangan 2000 yen” tidak akan membuatnya mengatakan “Yah, sayang sekali!” Yang dikatakannya akan lebih seperti “Gwahahahahaha!!!” seperti tertawanya seorang komandan dari era Sengoku.[2]

Mikoto terlihat sedikit lebih serius, seolah dia merasa bertanggung jawab karena membuatnya kehilangan uang 2000 yen itu.

“Aku tidak akan tertawa, aku janji. Sebagai tambahan, aku akan mengambil uangmu kembali!”

Kenapa dia sebaik ini!? pikir Kamijou. Semua ini tidak akan terjadi kalau Mikoto tidak menendangi vending machine itu; Kamijou tidak memikirkan hal ini sejak awal.

Tapi ia sedikit takut kalau dilabeli sebagai “Si Idiot yang Kehilangan 2000 Yen pada Sebuah Mesin”, tapi kata-kata Mikoto “Aku tidak akan tertawa, benar-benar tidak akan, aku benar-benar, benar-benar tidak akan tertawa” meyakinkannya kalau tidak ada masalah untuk mengakuinya.

“...2000 yen.”

“2000 yen? Kau memasukkan sebanyak itu?” tanya Mikoto.

“Tunggu, ‘2000 yen’? Maksudmu uang kertas pecahan 2000 yen? Wow, aku mau lihat, aku benar-benar mau melihatnya! Pecahan 2000 yen yang belum dihancurkan! Heheh, ahahahahahahaha! Jadi itu kenapa vending machine-nya terkena bug! Bahkan toko serba ada sudah tidak menerima lagi pecahan 2000 yen, hahahahaha!!

Melihat Mikoto memanas sampai tingkat yang menggelikan seperti itu, dia berteriak sengit, “Pembohong!!” Dia seharusnya tidak memberitahunya tentang uang 2000 yen itu. Dia seharusnya menukarkan uang itu sebelumnya. Siapa tahu dia bisa, walau untuk sejenak, mendapatkan senyuman manis dari kasir department store, walaupun sepertinya cuma “Ooh” saja yang akan didapatkannya.

“Hohoh. Yah, mari berharap mesin ini akan memuntahkan 2000 yen itu kembali. Aku tidak akan terima kalau rongsokan ini mengeluarkan dua uang kertas pecahan 1000 yen.”

Sambil berdiri di depan mesin itu, Mikoto perlahan menempatkan telapak kanannya di atas tempat memasukkan koin.

Tiba-tiba, Kamijou memikirkan sebuah pertanyaan.

“Hey, kau, bagaimana kau akan mengambil kembali uangnya dari mesin ini?”

“’Bagaimana’, kaubilang?”

Mikoto memberinya pandangan kosong, kemudian,

Index v03 025.jpg

“Seperti ini...”

Percikan listrik warna pucat melompat keluar dari telapak kanannya dan langsung menyambar vending machine itu.

*Bam!* Mesin yang berat itu bergoyang ke kanan dan ke kiri seperti seorang pembumbung sumo. Asap hitam dari bagian dalam mesin itu membumbung keluar melalui melalui lipatan-lipatan mesin itu seperti awan asap yang terlihat di manga.

Kamijou memucat.

“Hah...? Aneh, aku tidak bermaksud menyerangnya sekuat itu. Ah, banyak kaleng jus yang keluar. Hey, uang 2000 yen-mu tidak keluar, tapi paling tidak jumlah kaleng yang keluar ini seharga 2000 yen; apa ini tidak apa-apa-? Hey, kenapa kau kabur!? Oi!”

Kamijou tidak berani berbalik. Dia berlari dengan kecepatan penuh untuk menjauhi vending machine itu bahkan satu milimeter lebih jauh. Kamijou biasanya bisa mengetahui kapan kesialan akan menyerang; dia biasanya mendapat firasat sekitar sedetik sebelum sesuatu yang salah akan terjadi. Tapi tidak kali ini.

S-sial!! Entah kenapa aku tidak memerkirakan ini, tapi aku harusnya menyadarinya lebih cepat...!!

Biasanya, menendang vending machine hanya akan menghasilkan berbunyinya alarm kecil, tapi mesin ini meraung sekuat tenaga, seolah mengeluarkan semua tenaganya yang tersimpan.

Part 2[edit]

Dia tidak bisa mengingat kenapa dia berlari. Yang dia tahu pasti hanyalah bahwa dia telah berlari sekitar sepuluh menit.

Ketika dia sadar, Kamijou sudah duduk di sebuah halte bus distrik bisnis. Sambil terduduk kelelahan, dia memandang ke langit bulan Agustus yang disinari oleh matahari tenggelam berwarna seperti api. Sebuah balon udara[3] mengambang di langit berwarna oranye, display X-Vision yang terpasang di perutnya menunjukkan berita Academy City: “Organisasi Mizuho Berhenti dari Riset Patologis Distropi Muskular.”

“Jangan mengkhayal ke tanah mimpi dan bawalah sebagian kaleng jusnya. Bukankah ini aslinya memang untukmu?” Mikoto menghela napas sambil duduk di sampingnya, melemparkan kaleng demi kaleng ke pangkuannya. Mikoto melihat baling-baling pembangkit listrik yang berputar di dekatnya dengan damai.

Dia mungkin merasa sedikit kecewa karena tidak bisa mengontrol kekuatannya dengan sempurna tadi.

“...Aku takut kalau tepat ketika aku menerima jusnya, aku akan menjadi seorang rekan kriminal. Apa yang harus kukatakan, jangan lempar kepadaku—Ow! Panas! Kenapa shiruko[4] panas ini tercampur di dalamnya?”

“Ketika ada malafungsi di mesin itu, kau tidak bisa memilih jus apa yang keluar!”

“Apa kau merasakan dendam di dalam sider kedelai hitam dan susu kedelai ini?”

“Hah? Itu bukan apa-apa. Kau harusnya bersyukur. Kita beruntung karena dua jus dari neraka, jus guarana hijau dan oden stroberi, tidak keluar.”

Dengan kata lain, Academy City juga merupakan “Kota Eksperimen”.

Dengan laboratorium riset dan universitas yang jumlahnya tak terhitung mengirimkan model tes dari produk mereka, jalanan dipenuhi dengan benda-benda eksperimental seperti automaton pembuangan sampah dan robot keamanan yang bekerja secara mandiri. Ini berarti produk yang ada baik di toko serba ada maupun vending machine berbeda, tapi...

“...Walau begitu, faktanya para pelajar masih membayar dengan uang yang sama, jadi aku ingin bertanya kenapa para petinggi tidak mengetahui ini.”

“Baiklah, baiklah; bahkan langkah kecil menuju mimpimu berarti kau itu penuh ambisi. Ah, aku mau sider plum itu,” kata Mikoto sambil mengambil sebuah kaleng dari tangan Kamijou tanpa peringatan. “Kau tahu, bahkan walau satu kaleng saja, kau tidak seharusnya selalu kabur. Walau aku memang benar-benar kuat, tidak bisakah kau menganggapku sebagai seorang yang lemah dan memandang rendah aku? Cobalah lihat seperti itu dan panggil aku Mikoto-san, oke –?

“...Apa-apaan gadis ini, membicarakan yang tidak jelas dengan bangga seperti itu?”

“Apa?” Misaka melihat ke Kamijou, memasang muka seorang pemabuk. ”...Hm, mungkin aku tidak seharusnya mengatakan itu. Tapi selama yang lemah mengaing, yang kuat bisa menyombongkan diri... Begitulah yang aku percayai. Kenapa kau berbeda? Hanya ada tujuh orang Level 5 di Academy City, jadi kenapa kau dikejar-kejar oleh preman yang setingkat dengan anjing chihuahua?”

“???”

Walaupun Mikoto mengatakannya dengan penuh percaya diri, Kamijou sama sekali tidak bisa mengingat yang seperti dikatakannya.

Kalau begitu, apakah perkataan Mikoto salah, atau dia tahu sebagian dari masa lalu Kamijou yang dirinya sendiri tidak ketahui? Tidak bisa menanyakan kedua pertanyaan itu, Kamijou membiarkan kesempatan itu lewat.

“Kau, kau seharusnya tidak menunjukkan fakta bahwa kau telah mengalahkanku, Misaka Mikoto, si Railgun. Tapi karena kau menunjukkannya, kau seharusnya tidak meminta maaf padaku di depan umum. Tapi sekarang kau melakukan itu, ‘kan? Sejak saat itu, semua orang akan mengingatnya. Mereka akan berkata, ‘Ah, Misaka Mikoto itu, bukankah dia dikalahkan seorang bocah yang kelihatan seperti habis dikejar anjing chihuahua?’” kata Misaka sambil menghabiskan sider plumnya.

“Karena kau mengalahkanku, kau harus bertanggung jawab sebagai pemenang. Aku, satu dari hanya tujuh Level 5 di Academy City, telah dikalahkan oleh seseorang yang hebat seperti itu... Aku bisa setuju dengan itu dan mengumumkannya secara terbuka, kau tahu?”

“Apa-apaan itu? Ini bukan periode Edo dengan semangat Bushido-nya...”

Tapi setelah dia mulai mengatakan itu, sebuah frasa menempel di pikirannya dan membuatnya tidak nyaman.

“Kau mengalahkan aku”?

Walaupun aku memang tidak mengingatnya, apa yang telah kulakukan hingga membuat seorang gadis mengatakan “kau harus bertanggung jawab” padaku –!!

“Uh, uhhhhhhhhhh...”

“Kenapa kau mengerang seperti itu?” tanya Mikoto jengkel. “Walau memang kau pasti juga merasa sebal. Bagaimanapun juga, kejadian itu terlihat persis seperti di manga shounen.”

Mikoto melipat tangannya marah dan menghela napasnya, walaupun Kamijou tidak melihatnya.

“Aku tidak pernah berniat untuk benar-benar mengenaimu, tapi kau menangkis semua seranganku seolah seranganku itu adalah serangan sungguhan... teknik bertarung yang sangat hebat. Walaupun aku bersifat tinggi hati dan jengkel karenanya, fakta kalau yang kaulakukan memiliki efek itu tidak bisa dimaafkan.”

“...Uhhhh... hah?”

Dia tidak pernah sungguhan ingin mengenaiku? Apa itu berarti hubungan kekuatan kami mirip dengan seorang ayah yang tertawa ketika menenangkan anaknya yang mengayunkan tangannya?

Walaupun dia menghadapi seorang electromaster[5], dia tidak pernah sekali pun menyerah pada gadis ini?

...

...Sayang sekali, Kamijou Touma.

“Sepertinya kau itu jenis orang yang kehilangan kepercayaan dirinya ketika berada dalam tekanan,” kata Mikoto tidak tertarik. “Hei, sudah cukup, minum saja. Kalau kau adalah seorang adik kelas yang diberi hadiah dari Mikoto-sensei, kau pasti pingsan karena bahagia.”

“’Pingsan’? Memangnya ada orang yang mau menerima jus yang tidak higienis ini!? Ini bukan manga shoujo; tidak mungkin kita berada dalam cerita cinta sekolah putri – kupikir.”

“...Bukan. Kalau seperti manga shoujo, akan menyenangkan.” Entah kenapa, Mikoto mengalihkan pandangannya. “Akan lebih bervariasi, kau tahu – bukan, lebih keruh?”

“Onee-sama?[6]

Sebuah suara perempuan yang nyaring seperti lonceng bergema. Wajah Mikoto kelihatan seperti ditusuk dengan es dari belakang.

Onee-sama? Onee-sama!!

“Guh,” gumam Kamijou karena telinganya tuli oleh suara tadi. Apa-apaan...!? Berbalik secepat yang dia bisa, dia melihat seorang gadis – mungkin seorang siswi kelas satu SMP – berdiri di dekat mereka, memakai seragam yang sama dengan Mikoto. Gadis berambut kuncir dua warna coklat, dengan kedua tangan di depan tubuhnya dan mata yang bersinar.

“Maa, Onee-sama! Maa, maa, maa, Onee-sama![7] Aku sedang bertanya-tanya kenapa kau tidak lagi tertarik dengan kelas musim panas, ternyata alasannya untuk ini, ya!?”

Kamijou melihat ke gadis yang duduk di sebelahnya, dan tangan Mikoto ada di kepalanya, sangat merasa kesusahan. Tapi untuk Kamijou yang tidak punya kekuatan, dia merasa kalau hati Mikoto secara misterius memberitahunya untuk tidak usah melakukan tsukkomi[8].

Sambil menekan-nekan pelipisnya dengan tangannya untuk memperringan rasa sakit kepalanya, Mikoto mulai berbicara ke gadis misterius itu.

“Aku cuma ingin memastikan, aku penasaran apa kau tadi mengatakan ‘karena ini’ atau ‘karena dia’.”

“Tentu saja aku mengatakan tentang pertemuan rahasiamu dengan lelaki di sana, ya ‘kan?”

Percikan listrik keluar dari rambut Mikoto, tapi gadis berkuncir dua itu kelihatan tidak peduli. Terbengong, Kamijou memperhatikan gadis yang tersenyum manis itu mendekati bangku tempat dia duduk dengan kecepatan mengerikan. Sial, dia datang! Tapi sebelum Kamijou bisa bergerak, gadis itu sudah menggenggam tangan Kamijou dengan kedua tangan miliknya.

“Senang berjumpa denganmu, tuan. Aku adalah pengawal Onee-sama, panggil aku Shirai Kuroko.”

“Ap?” Kamijou melihat ke tangan yang Shirai pegang, khawatir terhadap reaksi yang diperlihatkannya.

“Omong-omong, apakah kegugupan seperti ini adalah tanda bahaya kalau dia suka menggoda gadis lain?”

“Pfft!” Kamijou tergelak. Mikoto yang duduk di samping Kamijou berdiri perlahan, dan,

“KAU! Orang aneh ini bukan pacarku!”

Ditemani kata-kata dari hati yang terluka, petir menyambar dari poni Mikoto.

Shirai Kuroko melepaskan tangan Kamijou dan mundur selangkah, petir itu tidak mengenai apa-apa ketika Shirai menghilang begitu saja.

“Tch, dan dia menggunakan teleportasi di waktu seburuk ini. Kalau rumor ini tersebar, aku tidak akan mengakuinya, sialan!”

Mikoto menyerang dengan serangan listriknyake kekosongan penuh kemarahan, kelihatan sangat ingin membuat seseorang tersengat listrik. Sial, sekarang bagaimana aku bisa menenangkannya? pikir Kamijou ketika tiba-tiba sebuah suara terdengar dari belakang bangku.

“Onee-sama?”

Lagi!!! Kamijou berbalik,

Dan melihat di belakang bangku sedang berdiri Misaka Mikoto yang lain.

“Ap-?”

Dari apa yang bisa dia lihat, gadis di belakangnya tidak berbeda dengan “Misaka Mikoto”. Rambut coklat muda sebahu, wajah dan tubuh yang menarik, blus lengan pendek warna putih, sweater musim panas, dan rok berlipat. Dari ciri tubuh dan seragam sampai aksesoris, tidak ada keraguan lagi: “Misaka Mikoto” sedang berdiri di sana.

Tapi,

Kamijou mengembalikan pandangannya ke gadis yang duduk di sebelahnya. Rambut coklat muda sebahu, wajah dan tubuh yang menarik, blus lengan pendek warna putih, sweater musim panas, dan rok berlipat. Walaupun dia sudah memerkirakannya, dia sedang melihat seorang “Misaka Mikoto” yang sedang duduk.

Tapi ada beberapa perbedaan. Gadis yang berdiri di belakang bangku memakai sesuatu yang kelihatan seperti sebuah night vision goggles[9] di dahinya seperti kacamata renang yang tidak digunakan, dan matanya terlihat tanpa ekspresi. Pandangannya yang tidak fokus mengikuti bagian belakang kepala Misaka Mikoto yang sedang duduk.

“...Eh? Mereka mengganda!? Misaka nomor dua!”

Index v03 035.jpg

Kamijou dengan terkejut melihat bolak-balik antara kedua “Misaka Mikoto”. Dibandingkan dengan wajah yang duduk di sampingnya yang juga terkejut sepertinya, Misaka yang berdiri di belakang bangku hanya balas memandang tanpa ekspresi.

“Jadi,” gumam Kamijou ketika dia melihat ke Misaka yang berdiri lagi, “kau siapa?”

“‘Imouto,’[10] kata Misaka dengan cepat.”

“...”

Cara yang aneh untuk mengatakannya, pikir Kamijou. Terlalu banyak orang yang berbicara dengan aneh di sekitar Kamijou hingga sulit baginya untuk mengetahui apa mereka itu benar-benar aneh atau tidak.

“Kau, Misaka, menyebut dirimu sendiri dengan ‘Misaka’ ketika berbicara tentang dirimu sendiri? Aku tidak menyebut Misaka dengan ‘Misaka’ karena kami tidak menggunakan nama depan. Bukankah ini akan membuat kekacauan di rumah kalau kau menyebut dirimu sendiri sebagai ‘Misaka’?”

“ ‘Tapi nama Misaka masih tetap Misaka,’ jawab Misaka segera.”

“...”

Tidak mungkin Misaka menyebut dirinya sendiri sebagai “Misaka”; pasti ada aturan tidak tertulis. Kamijou melihat Mikoto yang duduk di sampingnya untuk meminta bantuan, tapi dia sekali lagi terkejut; Mikoto sedang memelototi adiknya yang diam.

“A-aku mengerti, Imouto. Tapi kalian berdua kelihatan identik – identik dalam tinggi dan berat yang sama, ya ‘kan?”

Mikoto terus memelototi Imouto.

“‘Bahan genetik kami sama,’ jawab Misaka. ‘Dan juga, menanyakan berat seorang gadis itu tidak sopan,’ kata Misaka menyuarakan pikirannya.”

Mikoto masih memelototi Imouto.

“...” Orang yang aneh, pikir Kamijou. “Kalau begitu, kurasa kalian pasti anak kembar. Hmmm, ini pertama kalinya aku melihat kembar indentik, tapi kalian berdua memang benar-benar terlihat sama. Yah, apa yang akan kaulakukan, Futago-chan[11]? Kembali ke Nee-chan[12]?”

Mikoto telah terus-terusan, terus-terusan memelototi Imouto untuk beberapa lama.

“‘Sangat naif pemikiran anak yang dangkal ini, jadi Misaka akan menjawab pertanyaanmu agar kau bisa mengetahui apa yang terjadi. Misaka datang untuk melihat dan memastikan siapa yang memiliki kekuatan yang sama, yang terdeteksi dalam radius 600 meter dari Misaka...”

Kalau mereka adalah kembar identik, maka kekuatan mereka yang sama itu cukup memungkinkan.

Walaupun dia memikirkan kemungkinan itu... Kamijou sangat takut dengan pandangan mata Mikoto.

Oh, sial. Dia adalah tipe yang benci kalau keluarganya terlihat oleh temannya di hari kunjungan orang tua, pikir Kamijou.

“‘...dan di tempat ini, aku menemukan sebuah vending machine yang rusak dan kalian berdua sedang membawa jus kalengan dalam jumlah yang banyak. Aku tidak pernah menyangka Onee-sama mau terlibat dalam pencurian,’ kata Misaka sambil mendecakkan lidahnya,” lanjut Misaka Imouto sambil berdiri tegak. “ ‘Metode apa yang harus digunakan agar Onee-sama merubah sifatnya?’ tanya Misaka dalam nada memastikan seperti polisi.”

Karena tuduhan aneh itu, Kamijou tidak punya pilihan lain selain meneruskan.

“Hei, dia itu tersangkanya, dan aku cuma seorang saksi mata, kau tahu.”

“ ‘Kebohongan hanya akan membuktikan kejahatan,’ jawab Misaka. ‘Dari pengukuran jejak yang dihasilkan oleh sengatan listrik yang berada di bagian depan vending machine, dipastikan bahwa sidik jari yang lebih baru itu adalah milikmu,’ kata Misaka memberikan buktinya padamu.”

“Bohong! Aku tidak memerkirakan adanya serangan listrik saat itu!”

“‘Itu bohong,’ jawab Misaka sejujurnya.”

“...”

“...”

Tolong aku! Sambil melihat Misaka Imouto, Kamijou terus-terusan menarik bahu Mikoto yang duduk di sampingnya.

Tapi Mikoto tidak bereaksi sama sekali. Aneh, pikir Kamijou. Kami memang baru berjumpa dengan Imouto sekitar sepuluh menit, tapi Mikoto itu adalah tipe orang yang terus berbicara dengan inisiatifnya sendiri. Apa mungkin Mikoto punya sesuatu yang tidak bisa diomongkan tentangnya?

“...?”

Kamijou melihat Mikoto yang duduk di sampingnya dengan biasa saja. Kemudian,

“...Kau! Kenapa kau berkeliaran di sekitar sini!?”

Tanpa peringatan, Mikoto yang tadinya selalu diam menaikkan suaranya dalam kemarahan yang meledak.

“Uwaah!” kata Kamijou, terkejut oleh teriakan menulikan dari sampingnya. Teriakan tinggi yang hanya dimiliki perempuan menembus gendang telingaku; seperti rasa sakit yang kurasakan setelah memakan es serut dalam jumlah banyak!

Mikoto hanya berteriak sekali itu saja sebelum kembali diam.

Seolah dia sedang menunggu pandangan dari Misaka Imouto.

Persis seperti setelah petir menyambar, keheningan menyelimuti mereka.

Balon udara melayang di langit malam. Dalam X-Vision yang terpasang di sampingnya, berita hari ini, “Virus Baru [HDC. Cerberus] Menyerbu Jaringan”, berulang-ulang dilaporkan, suara pembacanya membuat keributan aneh.

Dalam keadaan seperti itu, Misaka Imouto berdiri tegak dan melihat ke mata Mikoto dengan pandangan kosong.

“‘Satu pertanyaan atau yang lainnya... Latihan,’ jawab Misaka singkat.”

“‘Latihan’.”

Mikoto memotong napasnya seolah dipukul dari belakang, dan mengalihkan matanya. Dia menggumamkan sesuatu, tapi tidak terdengar oleh telinga Kamijou.

“??? Kalau latihan, apa Imouto-san adalah anggota Judgment</ref>Furigana: Komite Moral Publik; dibaca Judgment (Penghakiman)</ref>?”

Kalau status seorang pelajar adalah “kosong” dan “sedang latihan”, hal pertama yang masuk ke pikiran adalah “Judgment”.

Seperti yang dimengerti oleh orang yang melihat kekuatan Mikoto, kekuatan seperti itu jauh lebih mematikan dari sebuah pisau. Untuk 2.3 juta pelajar di dalam Academy City, ada organisasi-organisasi khusus yang menangani esper yang mengamuk.

Ada dua posisi yang melumpuhkan esper yang mengamuk: para pengguna senjata generasi terbaru, korps para guru yang disebut dengan Anti-Skill[13], dan para pelajar yang dipilih dari setiap sekolah yang disebut dengan Judgment.

Anggota Anti-Skill dan Judgment awalnya tidak berada lebih tinggi dari para guru dan pelajar. Untuk itu, demi masuk ke jajaran profesional mereka, seseorang harus menandatangani sembilan kontrak, melewati tiga belas tes bakat yang berbeda, dan menyelesaikan pelatihan selama empat bulan.

Mikoto menepukkan tangannya dan mengalihkan matanya dari Kamijou.

“Ah, aaah, Judgment? Ah – ah – iya, itu. Kau melakukan ini karena itu, ada banyak masalah, eh? Banyak masalah- atau haruskah kukatakan membuat capek?”

Dia mengatakannya dalam nada yang manis namun mencurigakan.

“Hei. Entah kenapa, kurasa kau berbicara seperti mengabaikan informasi dari telepon iseng.”

“Heh, aku tidak mengabaikannya. Aku hanya menyatakannya lagi dengan sesuai, jelas, tegas.” Mikoto lalu melihat ke adiknya sendiri. “Kita punya banyak yang harus dibicarakan, banyak. Hei, Imouto, bisakah kau ikut denganku sebentar?”

“Ha? Tidak, Misaka juga punya jadwal yang harus diikuti dan –”

“Sudah cukup.” Mikoto memandang lurus ke Imouto. “Ke sini.”

Nada bicara aneh yang datar itu... Kamijou seperti merasakan ada sesuatu.

Mikoto tidak punya alasan untuk melakukan sesuatu yang khusus. Dia hanya melihat wajah adiknya dan mengatakan hanya satu kalimat sambil tertawa.

Tapi satu kalimat itu. Dia telah masuk ke titik itu, pusaran perasaan curiga yang ada dalam hati Kamijou.

Mikoto melihat ke arah Kamijou. Saat itu, dia sudah kembali menjadi siswi SMP yang berisik.

“Yah, kami lewat jalan ini. Kau juga harus pikirkan jam malam asramamu juga!”

Mikoto meninggalkan Kamijou yang duduk dan mengalungkan tangannya di bahu adiknya. Dua gadis yang kelihatan biasa saja itu kemudian berjalan menuju jalan raya yang lebar.

Kamijou refleks mulai mengikuti Mikoto – tapi kemudian menghentikan dirinya sendiri.

Kembali duduk di bangku, dia bergumam sambil memandang balon udara yang melayang di langit malam,

“Sepertinya sangat pelik...” katanya pelan. “Kira-kira keluarga seperti apa yang mereka punya?”

Part 3[edit]

Tapi masih ada masalah.

“Ah, iya. Apa yang harus kulakukan dengan kaleng jus sebanyak ini?”

Kamijou melihat tumpukan sembilan belas jus kalengan dengan bingung (Mikoto cuma meminum satu kaleng sider buah plum), tapi pada akhirnya, dia tidak punya pilihan selain membawa semuanya pulang; kira-kira sejumlah 350 g*19 = 6.65 kg barang yang tidak berguna. Ketika Kamijou melakukan perhitungan yang tidak berguna itu, dia merasa dirinya jatuh lebih jauh dalam kesedihan. Keadaan pikirannya sama seperti seorang akrofobik yang tidak sengaja melihat ke bawah dari atas sebuah jembatan gantung.

Dengan itu, Kamijou Touma mulai kembali pulang di bawah senja warna merah dengan tangannya yang penuh dengan jus. Jalan perumahan menuju asrama siswa itu sempit, terlalu sempit untuk dilewati oleh mobil; tapi tepat ketika dia berpikir bahwa “mobil pasti tidak akan lewat sini”, dia hampir diterbangkan oleh mobil yang tiba-tiba mundur keluar dari garasi.

Tapi seberapa pun sialnya Kamijou, dia belum mengalami kemalangan berupa mati tersenyum karena dilindas mobil hanya lima menit jauhnya dari asrama.

“Perjalanan pulang itu sendiri adalah sebuah petualangan,” kata Kamijou sambil mengangkat kaleng-kaleng jusnya lagi.

Kaleng yang dingin harusnya akan kehilangan kedinginannya ketika berada di lengan Kamijou. Tapi dalam musim panas Jepang yang menyebalkan ini, bagaimana mungkin dia merasa seperti terkena frostbite!? Hati Kamijou berduka.

Dan ketika Kamijou memikirkan itu, dia menyadari ada sebuah bola tenis yang tiba-tiba menggelinding di depan kakinya. Yang bermain pasti telah membiarkannya, pikir Kamijou.

“Hei, hei.”

Kamijou, sadar akan bahaya jika menginjak bola tenis itu, menghentikan kakinya yang terangkat dan menggerakkannya horizontal sedikit untuk menghindari bola itu. Berbahaya; apa yang akan kulakukan kalau aku menginjaknya dan jatuh? Ketika dia memikirkan ini,

Tiba-tiba angin berhembus.

Seolah bola yang menggelinding itu memperhitungkannya, bola itu masuk ke celah antara tanah dan kaki Kamijou.

“Hiii! Hei, hei, tunggu –!”

Dengan seluruh beratnya telah berada di kakinya, sudah terlambat untuk berhenti. Kamijou, setelah menginjak bolanya, jatuh ke belakang.

Karena tumpukan kaleng jus, dia tidak bisa menyeimbangkan dirinya. Kamijou, punggungnya rata dengan tanah, terbatuk, menggeliat, dan berguling. Kesialan, dan udara bahkan tidak memberitahunya.

Kaleng jus yang harusnya ada di tangannya menggelinding dan menyebar dengan suara berkelontangan dan Kamijou yang terbaring menarik napas dalam-dalam. Yah, kurasa aku tak peduli kalau kalengnya penyok, pikirnya.

“S-sial. Sialan, apa yang telah kulakukan...?”

“Ze-ha.” Dia akhirnya bangkit sambil mengatakan itu. Ketika dia memandang sembilan belas kaleng jus yang berserakan, dia jadi putus asa. Aku masih harus berjalan sambil membawa lebih dari 6 kg barang bawaan, Kamijou yang terguncang merasa seperti telah ditombak; walaupun memikirkan itu, tidak ada jalan lain. Pada akhirnya, hanya satu orang yang harus memungutnya.

Dan ketika Kamijou, bahunya kerut, memunguti kaleng-kaleng jus, sesuatu membayanginya.

...Awan?

Oh? Dan Kamijou refleks menaikkan pandangannya.

Misaka Mikoto sedang berdiri di depannya.

Uoo!?

Merasakan tekanan dari pandangan seorang siswi SMP yang melihatnya dalam diam dari atas, Kamijou mundur secara insting.

“K-kau... eh? Kupikir kau tadi pergi membawa adikmu entah ke mana? Sekarang apa lagi? Kalau kau mau jus lagi, kau harus mengambil dua atau tiga kaleng kali ini.”

“...”

Mikoto tidak merespon perkataan Kamijou.

Ada yang aneh, pikir Kamijou. Lalu dia teringat bahwa Mikoto mengatakan sesuatu dengan petir yang tidak disengaja. Kalau Kamijou menang, dia perlu memenuhi tanggung jawabnya sebagai pemenang, katanya. Mikoto juga berkata kalau dia akan menerimanya dan mengumumkan kalau dia sudah kalah.

Dan sekarang? Bagaimanapun juga, Kamijou Touma yang dipertanyakan ini telah menginjak bola tenis, terbanting di jalan, menyerakkan jus yang dibawanya, dan harus mengumpulkannya sendirian dengan bahu dikerutkan.

Gah! Sialan, dia terlalu dekat, roknya— ngomong-ngomong, yang dipakainya tadinya celana pendek; kenapa dia menggantinya dengan celana dalam!?

Kamijou pikir siapa pun akan marah kalau ada orang yang melihat celana dalam miliknya walaupun ada kekacauan yang sedang terjadi.

Mikoto sudah melihat ke bawah ke arah Kamijou dengan matanya yang tanpa ekspresi.

“‘Kalau dibutuhkan, aku siap membantu,’ kata Misaka menawarkan bantuan sambil menghela napas.”

“???”

Jauh dari helaan napas, bahkan bukan mengeluarkan napas yang sangat kecil, Mikoto membuat Kamijou melihatnya ragu; saat itu, dia akhirnya menyadari NV goggle yang tergantung di tangan Mikoto.

“Ah, benar, kau ini tipe Imouto. Kau, kau benar-benar kelihatan seperti Mikoto.”

“‘...Mikoto?’ kata Misaka ingin bertanya balik. ‘Aah, maksudmu Onee-sama?’”

“Siapa lagi?” Seperti biasa, dia berbicara dengan lajunya sendiri, pikir Kamijou. “...Ah, benar, kau Imouto. Tidak salah lagi, aku tahu dari celana pendeknya; kau pasti telah mengubah class-mu[14].”

“Celana pendek...?”

“Tidak, itu cuma bicara sendiri! A-apa yang harus kukatakan—ah, iya! Untuk apa kaca mata militer yang tangguh itu?”

“‘Misaka tidak punya kemampuan untuk mengikuti fluks elektrik atau magnetik seperti Onee-sana, jadi alat ini dibutuhkan untuk memvisualisasikannya,’ jelas Misaka sepenuhnya.”

“...”

Jangan pikir semuanya akan menjadi sopan kalau kau memakai panggilan kehormatan[15], gerutu Kamijou dalam hati.

“‘Temperatur dan kelembaban tinggi, jadi aku melepas alat ini, tapi jika dibutuhkan, alat ini akan dipasang lagi,’ kata Misaka memberi saran.”

Sambil menggumam sendiri, Misaka Imouto menggantungkan kaca matanya ke dahinya lagi.

“Hm, eh? Tapi bukannya tadi kau dibawa oleh Aneki[16]-mu?

“Misaka datang dari arah itu, seperti yang ditunjuknya.”

Misaka Imouto menunjuk ke arah jalan. Entah kenapa, itu adalah arah yang berbeda dari arah Misaka Mikoto membawanya tadi.

“?” Kamijou memiringkan kepalanya.

“‘Daripada masalah itu, apa yang akan kaulakukan dengan jus yang berserakan ini?’ tanya Misaka. ‘Kalau begini, kau akan melanggar peraturan lalu lintas dan mungkin didenda tidak kurang dari 150.000 yen atau lebih.’”

Walau Kamijou tahu kalau Misaka Imouto yang berbeda ini tidak berbicara dengan cara yang tidak sopan atau sarkastik, tapi “hancurkan masalah yang ada di sekitar dengan segera” entah kenapa membuatnya jengkel.

Dan, ketika Kamijou memunguti kaleng jus satu demi satu dalam diam,

“‘Jika diperlukan, Misaka juga akan membantu,’ kata Misaka menawarkan diri.”

“Hah? Tidak perlu, aku bisa melakukan ini sendiri. Umumnya, bantuanmu tidak diperlukan saat apapun—mungkin.”

Tapi saat itu, sebuah truk ringan masuk ke daerah pemukiman. Truk itu berhenti di depan Kamijou, dan klaksonnya berbunyi dengan marah.

“...”

Misaka Imouto mulai mengumpulkan kaleng yang berserakan tanpa suara. Membuat seorang gadis yang tak dikenal membersihkan yang dihasilkan oleh kecerobohannya membuat Kamijou merasa malu, tapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa dengan truk yang terus membunyikan klaksonnya, menyuruhnya agar segera pergi. Mau tidak mau, mereka masing-masing mengangkat setengah tumpukan kaleng itu.

Walau begitu, Kamijou membisikkan sesuatu setelah mengumpulkan semuanya.

“Maaf, kurasa aku harus menraktirmu makanan penutup dari toko serba ada, maaf sekali—!!”

Ketika Kamijou mengatakan itu, saat dia melihat figur Misaka Imouto lagi, napasnya terhenti.

Misaka Imouto berjongkok yang tanpa pertahanan, tidak khawatir tentang rok pendeknya. Dia diam-diam mengintip sesuatu berwarna putih-biru di antara kakinya.

Masih berjongkok, Misaka Imouto melihat ke arah Kamijou tanpa ekspresi.

“‘...Ada apa?’ tanya Misaka mencari konfirmasi.”

“Hi...!! Tidak ada, yah, tidak ada. Tidak ada apa pun yang bisa dilihat.”

“‘Sebagai perbandingan, pupilmu yang melebar, pernapasan yang cepat, detak jantung yang abnormal, dan lainnya terdeteksi,’ kata Misaka menunjukkan penaksiran objektifnya. ‘Sebagai kesimpulan, bukankah kau berada dalam tekanan mental?’ tanya Mi—“

“Bukan, bukan apa-apa! Benar-benar tidak ada apa-apa! Aku benar-benar minta maaf!”

“??”

Untuk apa dia meminta maaf? Dengan kesan seperti itu, Misaka Imouto mengangguk samar.

Truk ringan itu membunyikan klaksonnya, dan Kamijou, menyuruh dirinya sendiri, dengan buru-buru memunguti kaleng jus.

Ketika semuanya telah dipungut, truk itu dengan kasar melaju, sepertinya sangat marah. Tidak sengaja, ketika truk itu lewat, rok Misaka Imouto terangkat, tapi gadis itu tidak berpikir untuk menutup roknya.

Entah kenapa, kurasa aku perlu tahu cara membedakan kakak beradik ini, Kamijou menghela napas. Mikoto, walaupun memakai celana pendek di balik roknya, mungkin tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

“‘Yah, kalau begitu, ke tempat mana jus ini akan ditransportasikan?’ tanya Misaka dengan tangan yang penuh kaleng jus.”

“Ah? Tidak usah, aku bisa membawa semuanya sendiri.”

“‘Yah, kalau begitu, ke tempat mana jus ini akan ditransportasikan?’ tanya Misaka memaksa.”

“Sudah kubilang tidak apa-apa, tidak perlu; kau tidak perlu membawanya...”

“Cepat.”

Dia menajamkan suaranya. Kamijou menyerah dan membiarkan Misaka Imouto membawa sebagian.

Untungnya asrama pelajar hanya lima menit jauhnya. Gedung-gedung yang identik berdiri di lokasi yang suram, tapi karena angin dari gedung-gedung itu berkumpul ke arah yang sama, itu juga adalah lokasi ladang angin nomor satu di Academy City. Gedung-gedung itu berdiri dengan jarak sedikit lebih dari dua meter. Menyelip melalui bukaan seperti gang, Kamijou dan Misaka Imouto melewati pintu darurat dan menuju elevator asrama.

Dan, tepat di depan Kamijou, sebuah robot kebersihan muncul – robot dengan roda dan pel berputar yang terpasang pada sebuah silinder dengan tinggi 80 cm dan diameter 40 cm.

Sampai titik ini, semua itu tidaklah misterius di Academy City, tapi semuanya jadi berbeda dari titik ini ke atas. Di atas robot pembersih itu, seorang maid[17] berumur 13-14 tahun duduk dengan posisi hampir sempurna.[18]

“Whee, Kamijou Touma!”

Tsuchimikado Maika. Tetangga kamar Kamijou, dia, sebagai janji seorang adik pada Tsuchimikado Motoharu, pergi ke sekolah maid dan sekarang memakai seragam maid. Sesuatu yang tidak disetujui dan ddemi perubahan suasana membuatnya kabur dari asrama perempuan dan datang ke sini sebagai seorang pelarian. Tapi walaupun ingatan Kamijou telah hilang, dia selalu bertemu dengan Maika di tempat ini, sepertinya tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menghentikannya menyelinap ke asrama laki-laki.

“AC-nya rusak hari ini, jadi aku akan menginap di sini. Dan juga, kurasa aniki-ku[19] akan membuat keributan malam ini, jadi maafkan kami.”

“...Aku mengerti, sekolah ekonomi rumah tangga pasti mengerikan; sekolah itu bahkan tidak punya liburan musim panas.”

“Iya. ‘Maid sejati tidak pernah istirahat’, begitu prinsip sekolahku. Bahkan pada hari Sabtu dan Minggu seorang calon maid tidak bisa beristirahat, dan kalau aku tidak bergerilya kabur selama dua hari tiap minggu, aku pasti sudah tak sanggup dan keluar.”

“Akankah ini menjadi zaman es dengan maid yang memiliki kebiasaan membolos banyak diminta?”

“Tentu saja; maid yang menyelesaikan pendidikannya itu lebih banyak diminta dibanding drop-out, katanya. Omong-omong, Kamijou Touma, apa rampasan perang di tanganmu itu hasil dari lotre?”

“Aku sudah bayar semuanya (mungkin). Kalengnya mungkin sedikit kotor, tapi ambillah kalau kau mau.”

“Kalau ada teh hijau, aku ambil—“

“...Kalau begitu susu dengan teh hijau bubuk boleh untukmu.”

“Terima kasih,” kata Tsuchimikado Maika sambil mengulurkan tangan mungilnya dan mengambil teh susu dari tangan Kamijou. Kemudian, robot pembersih itu mengubah jalurnya, meninggalkan Kamijou dan Imouto di belakang. Maika mengayunkan tangannya keras-keras untuk perpisahan.

“Yang terakhir, trik nomor satu untuk menyembunyikan seorang gadis pelarian: jangan tinggalkan gadis itu di kamarmu selama siang hari. Biarkan dia berkeliaran dengan damai di kota; lalu pada malam hari, memancingnya dengan umpan adalah pilihan paling mudah. Tinggalkan dia di kamarmu sepanjang wajtu, dan suara orang yang tinggal di kamarmu akan keluar dan tetanggamu mungkin menyadarinya. Maksudku, bukankah suster itu membuat terlalu banyak keributan?”

Robot kebersihan dengan gadis yang duduk di atasnya pergi entah ke mana.

“‘Apa kau suka mengurung orang lain?’ tanya Misaka sedikit serius.”

“Bukan masalah serius; cuma menyembunyikan orang yang menumpang gratis.”

Kamijou mengatakan dengan jelas. Dia mengatakannya dengan jelas... tapi tidak ada ragu lagi, apa yang akan si gila hukum katakan? Kamijou berharap bukan penculikan anak di bawah umur atau yang lebih burul.

Kalau ada yokozuna[20] yang naik, kabelnya pasti putus, pikir Kamijou khawatir ketika menaiki elevator usang itu bersama Misaka Imouto dan naik ke lantai tujuh.

*Kinkon*, terdengar suara elektronik murahan ketika elevator itu tiba di lantai tujuh. Karena asrama Kamijou bentuknya persegi, tidak ada jalan selain lurus saja ketika keluar dari elevator.

Di depannya, di dekat pintu kamar Kamijou, adalah pegangan tangan metal yang anehnya baru. Kamijou tidak bisa mengingat seberapa keras pun dia mencoba, tapi seorang idiot sepertinya telah menggunakan api untuk membakarnya. Di sana-sini, kalau seseorang memerhatikan, dinding dan lantainya juga anehnya baru.

Dan, di depan pintu kamar Kamijou, Index dan Himegami Aisa menghadap mereka, keduanya berjongkok, tangan mengulur, dan bermain dengan seekor kucing calico. Terlihat di antara keduanya, kucing calico itu sedang dielus oleh empat tangan dan dengan senang berguling di lantai.

“...Hei, apa yang kalian berdua lakukan? Hei! Kenapa, apa kalian terkunci di luar padahal kalian tidak perlu kunci untuk masuk?”

Ketika Kamijou menaikkan suaranya, keduanya melihat ke atas ke arahnya.

“Ah, Touma. Yah, ada kutu di Sphinx, jadi kami mencarinya— eh, apa!? Touma membawa gadis yang tak dikenal lagi!”

Adalah Index, seorang gadis berusia 14-15 tahun, yang berteriak. Seorang gadis dengan nama 100% palsu, dia dibalut dalam jubah biarawati mewah berwarna putih porselen dengan sulaman emas. Di suatu tempat, ada sebuah dunia di mana seseorang bernama “Index” berada, tapi bagi Kamijou, Index diperlakukan sebagai “seorang gadis yang tanpa kusadari menjadi penumpang gelap”.

“Mungkin ini takdirnya: membuat flag dengan orang lain, dan mengikuti rute ceritanya[21].”

Yang mengatakan itu adalah Himegami Aisa, seorang gadis 16-17 tahun. Dia berambut lurus hitam panjang dan berpenampilan seperti gadis kuil biasa, tapi di lehernya menggantung sebuah salib besar dari perak, yang anehnya seperti mengambang. Bukan sebuah kejutan, karena itu adalah barrier yang diciptakan untuk menyegel kekuatan Himegami, “Deep Blood”.

Kamijou mengingat perkataan Index yang lalu tentang salib itu.

“Touma, Touma, bukankah sudah kukatakan untuk tidak menyentuh salib Celtic Aisa? Itu adalah salib dari Gereja Berjalan yang hanya bisa menghasilkan dan menjaga barrier minimum. Yah, kalau diibaratkan seperti gereja biasa, kurasa ini adalah setara dengan salib di atapnya?”

“Hah. Artinya kalau tangan kananku menyentuhnya, barrier-nya akan hilang.”

“...Ya. Sama seperti yang terjadi dengan jubahku...”

“Ha? Aku tidak bisa mendengarmu, apa?”

“Tidak ada apa-apa! Aku tidak mengatakan apa pun, jadi lupakan saja!”

Setelah itu, Kamijou digigit oleh Index yang sedikit marah dengan pipi memerah. Intinya, salib itu tidak boleh disentuh sama sekali, mungkin.

Kebetulan, karena salib itu telah menyegel kekuatan Himegami, dia dinyatakan sebagai seorang Level 0 dari sekolah elit swasta, dan didorong untuk keluar. Walaupun Kamijou bisa mendaftarkan diri ke sekolah swasta itu, persyaratan minimum adalah menjadi seorang Level 2. Seorang sarjana atletik yang berurusan dengan cedera yang melumpuhkan mungkin bisa mengerti situasi Himegami dengan mudah.

Sekarang, kalau salib itu dilepaskan, “Deep Blood” mungkin akan muncul kembali; hal ini membuat Himegami bersumpah untuk tidak akan melakukannya.

Dengan situasi seperti itu, Himegami otomatis dikeluarkan dari asrama perempuan. Tapi, jika dia keluar dari Academy City, dia mungkin dijadikan sasaran oleh penyihir karena kekuatannya. Bagi Himegami yang tak punya tujuan, tidak bisa dipercaya bahwa pembimbing Kamijou, Komoe-sensei, memungut Himegami dan menjadikannya penumpang gratis di rumahnya.

Ada juga alasan kenapa mereka berdua bisa dengan mudah bertemu secara tidak sengaja di kota yang luas ini; sebenarnya, ada tempat-tempat tertentu ke mana gadis-gadis yang kabur dari rumah spontan pergi. Komoe-sensei, seorang spesialis psikologi di bidang komunikasi, sosial, lingkungan, dan tingkah laku di antara bidang-bidang yang lain, memiliki ketangkasan berkeliling ke tempat seperti itu, menemukan gadis yang kabur, dan membawanya ke rumahnya. Bertindak dengan intuisi bagus di daerah sekitar flag, lalu men-trigger keterkejutan para siswanya karena murid pindahan di akhir libur musim panas... Kamijou memiliki firasat buruk tentang sesuatu.

Dan Himegami yang itu melirik tumpukan kaleng jus milik Kamijou.

“Ada apa dengan tumpukan barang itu? Apa kau adalah seorang yang lemah yang tidak bisa minum air keran?”

“Bukan seperti itu. Biasanya, jus tidak akan membuatmu sakit,” Kamijou menghela napas. “Ini, Index, kau bertanggung jawab tentang jus-jus ini.”

“Uh-huh. Aku suka jus, tapi aku benci pull tab[22]. Touma, bisa tolong bukakan sekaleng untukku?”

Karena Index sama sekali tidak familier dengan peradaban modern, dia mungkin tidak bisa membuka pull tab-nya. Bukan karena dia tidak tahu caranya atau punya kekuatan untuk menariknya, tapi lebih kepada, “Kalau aku menariknya berlebihan, satu atau dua kukuku mungkin patah, jadi hal ini menakutkan.”

Ketika Index yang fobia pull tab mengembalikan kalengnya pada Kamijou, pandangannya jatuh ke Misaka Imouto.

“Hah? Benar-benar, pasti ada alasan kenapa tingkat pertemuan Touma dengan gadis-gadis itu terlalu tinggi. Bagaimanapun juga, kurasa aku tidak ingin mendengarnya. Yah, siapa orangtua anak ini?”

“Ini hanya pendapat pribadiku saja: aku hanya melihat seorang gadis miskin dan malang yang sedang dikejar oleh organisasi misterius.”

“Kalian ribut sekali, diam; tidak ada seorang pun yang boleh memperlakukan orang di sekitarku dengan buruk tanpa alasan apa pun,” kata Kamijou sambil membawa jus. “...Yang tadi kubiarkan saja. Bukankah tadi kau ingin mengatakan sesuatu? Apa maksudmu dengan ‘kutu di kucing calico’?”

“Yeah,” Index mengangguk lelah. “Ketika aku bangun suatu pagi, aku menemukan Sphinx dengan kutu di mana-mana. Kurasa aku yakin futon Touma ada dalam kondisi yang buruk.”

“‘Kurasa’, pantatmu! Bukankah sudah kubilang pada kalian para bocah, ‘kucing tidak boleh ada di atas futon’? Bahkan bulu kucing yang jatuh bisa membuat futonnya jadi buruk-! Tunggu, jadi ini alasan seluruh tubuhku gatal-gatal! Aaaagh!” Kamijou berteriak. “Dan itu kenapa kalian keluar dari kamar; kamarnya sudah jadi sarang kutu! Jadi itu kenapa kalian ada di sini, sialan!”

Mata Kamijou jatuh pada gagang pintu, tapi dia ragu untuk membukanya.

Mengabaikan Kamijou yang ragu, Index memasukkan tangannya ke lengan bajunya, dan mulai mencari-cari sesuatu.

“...Eh, Index, kenapa kau mengeluarkan daun hijau dari kantungmu?”

“Ini namanya tumbuhan sage! Aku menemukannya di luar tanpa kusangka. Kau tidak tahu?”

“...”

Index v03 055.jpg

Di Academy City, obat-obatan sudah biasa digunakan dalam pengembangan kekuatan psikis. Pengetahuan obat-obatan sudah dicatat sejak dahulu.

Tumbuhan sage: dari keluarga Labiatae, perenial, berasal dari daerah Mediterania. Digunakan sebagai obat, daunnya disebut dengan daun Salvia, tumbuhan ini juga dikembangbiakkan sebagai bumbu atau tanaman hias... di tempatnya ditemukan.

“Jadi untuk apa kau mengeluarkan tanaman obat itu? Kau akan mengunyahnya untuk memulihkan HP?”

“‘Ecchi-pi’?” Index memiringkan kepalanya. “Aku tidak mengerti bahasa aneh Touma, tapi kau tahu, tumbuhan sage punya efek menyucikan. Aku akan menggunakan tanaman ini untuk mengusir kutunya seperti sihir.”

“...Aku punya firasat buruk tentang ini. Tanaman itu, apa kau akan memberinya untuk dimakan oleh si kucing, atau untuk dimakan kutunya?”

“Uh, bukan. Bakar daunnya, dan letakkan Sphinx dekat asapnya untuk mengusir kutu.”

“...”

“Seperti biasa, membakar sesuatu di dalam kamar berarti bunuh diri.”

“...”

Kamijou melihat serius ke arah Index yang menjawab dengan terus terang.

Yah, aku tahu kalau kutu benci asap, aku tahu, tapi...

Dan Himegami tanpa diduga mengayun-ayunkan tangannya.

“Jangan diam saja, di sinilah kau memotongnya. Kalau begini, kucingnya akan diasapi sampai matang.”

Kata-kata Himegami membawa Kamijou kembali dari pikirannya.

“...Ah! Iya, benar, benar. Kau tidak tahu, Index, bahwa api itu adalah salah satu hal yang paling ditakuti kucing? Kalau kau mengasapi kucingnya untuk mengusir kutu, kucingnya juga akan ikut mati!”

Aku lega, paling tidak Himegami itu nomal, pikir Kamijou, merasa sangat lega. Himegami tiba-tiba memasukkan tangannya ke lengan jubah gadis kuilnya dan mulai mencari-cari sesuatu.

“...T-tunggu, Himegami. Apa yang kaukeluarkan dari lenganmu?”

“Hm? Kalau kau menanyakanku apa, aku harus menjawab dengan ‘semprotan sihir’.”

Bagaimanapun Kamijou melihatnya, itu jelas sebuah semprotan pestisida.

“----Errr. Apa yang akan kaulakukan dengan itu?”

“Aku cukup mengarahkan semprotan sihir ini ke kutunya, dan menyemprotnya.”

“...Sudah kubilang, kutu itu makhluk hidup, kucing juga, jadi jangan keluarkan produk percobaan Academy City yang bisa membunuh kecoa dalam dua detik! Apa kalian berdua adalah tipe yang akan menyemprotkan pestisida ke wajahnya sendiri ketika nyamuk hinggap di wajahnya-!?”

“...?” Melihat keduanya saling berpandangan dengan bingung, Kamijou akan meremas kepalanya kalau tangannya tidak dipenuhi oleh kaleng jus. Yang paling mengganggunya adalah tindakan yang mereka akan lakukan itu adalah hanya karena mereka benar-benar khawatir terhadap kucing itu.

Ketika itu, Misaka Imouto yang sebelumnya diam tiba-tiba membuka mulutnya.

“‘Kalau ada diskusi yang sedang berjalan, bukankah lebih efektif untuk meletakkan jusnya lebih dulu?’ kata Misaka yang keberatan menyarankan.”

“Hm? Ah, benar, letakkan saja di lantai. Maaf, dan kau boleh ambil satu sebagai rasa terima kasih.”

“‘Tidak perlu,’ kata Mikoto membalas. ‘Yah, tidak masalah kalau aku meletakkannya di lantai, tapi harap pastikan kaleng-kaleng ini tidak jatuh tujuh lantai ke bawah,’ kata Misaka memperingatkan tentang tugas yang harus dilakukan setelahnya.”

Index dan Himegami tiba-tiba berhenti sebagai respon dari tindakan Misaka Imouto yang seperti sommelier[23] kelas dunia yang sangat sopan; mereka pasti sangat syok jika dibandingkan sebagai pembuat masalah.

“...Uwaah. Touma, Touma. Dia terlihat seperti Queen of Honor dari Kastil Windsor.”

“...Lebih mirip kalau dia itu dari abad pertengahan. Mungkin dibuat untuk mengikuti proyek robot maid.”

Misaka Imouto bahkan tidak menaikkan alisnya pada perkataan mereka.

“Kalau begitu, cara menangani kucing itu—“

“Uwaah, sambungan yang bagus... Lupakan, kau tahu sesuatu?”

“—Walaupun kau tahu, menggunakan obat anti kutu tanpa resep benar-benar direkomendasikan,’ kata Misaka menyarankan. ‘Seharusnya ada bubuk anti kutu yang bisa dipercikkan ke kucing.”

“...Yah, tapi itu obat, ‘kan. Bukankah akan jadi berbahaya pada ujungnya?”

Academy City memasukkan kurikulum pemberian obat kepada para muridnya... apa yang mereka bicarakan? Walaupun dengan pendapat ini, tidak peduli apa yang kaupikirkan tentangnya, kucing itu berumur kurang dari setahun. Daya tahan terhadap obat-obatan, apakah “berbahaya” atau “tidak berbahaya”, berbeda sesuai umur.

Tapi Misaka Imouto tidak terlihat khawatir. Yah, dia memang tidak punya ekspresi dari sananya.

“‘Tidak ada yang namanya obat yang tidak berbahaya,’ jawab Misaka dengan tepat. ‘Jika dibandingkan bahaya dari kutu dan dari obatnya, yang sebelumnya disebutkan lebih serius,’ kata Misaka memberi penjelasan tambahan.”

“...”

“‘Bahaya dari kutu dan caplak bukan hanya dermatitis,’ kata Misaka menambahkan. ‘Situasi terburuk, ada kemungkinan kutu ini akan menjadi penyebab dari diathesis alergik yang mengancam nyawa,’ kata Misaka khawatir.”

Uh-huh, pikir Kamijou terdiam.

Yah, memang katanya penyalahgunaan antibiotik akan berujung pada imunitas yang merendah, tapi ketika panas seseorang mencapai 40°C, dia tidak punya pilihan lain selain meminumnya. Dia mengerti itu dengan baik… tapi melihat kucing calico yang mendengkur dan berguling, dia tidak bisa menerima cara yang aneh. Yah, tentu saja, sesuatu harus dilakukan pada kucing yang mendengkur itu untuk mengusir kutu-kutunya.

Apa ada yang bisa dilakukan tanpa mengandalkan obat-obatan? Kamijou menggumam lembut sambil melipat tangannya, larut dalam pikiran- dan Misaka Imouto tiba-tiba mulai bicara.

“‘Singkatnya, mengeluarkan kutu dari tubuh kucing tanpa menggunakan obat-obatan itu lebih baik,’ kata Misaka memberi konfirmasi- ‘tentu saja, tanpa beralih pada asap atau pestisida.’”

“…Yah, hanya karena keduanya punya niat buruk tidak berarti mereka serius ingin melakukannya, kurasa.”

“‘Atau mungkin karena tidak ada pertolongan selain kejahatan?’ kata Misaka menjawab dengan ketakjuban.” Seperti biasa, Misaka Imouto menjawab tanpa ekspresi sedikit pun. “‘Bagaimanapun juga, kau harus mengawasi mereka berdua,’ kata Misaka memberi saran. ‘Kalau kau tidak memisahkan gadis-gadis ini dari kucing itu secepatnya, Misaka pikir penghancuran wadah harus diaplikasikan tepat saat ini,’ kata Misaka menambahkan sebelumnya.”

“…Kau secara hukum memperlakukan kehidupan seekor binatang sebagai wadah? Ayolah.”

Memangnya boleh melegislasikan hukum baru, Kamijou pikir. “Dan kita kembali ke awal. Yah, asap dan pestisida… karena pilihan itu sudah pasti ditolak, bagaimana Misaka Imouto akan mengusir kutunya?”

*Piku*, bahu Miko dan Suster bergerak bersamaan.

“Hoo. Touma baru bertemu seorang gadis jauh lebih lama dari bertemu denganku, tapi dia mengandalkan gadis itu lebih, hohoho.”

“Ini dia. Ini rencana untuk menghilangkan karakter lama dengan cepat. Fufufu. Kita tidak akan diselamatkan.”

“…”

Kamijou sudah mengabaikan mereka.

Melihat Kamijou yang kaku, Misaka Imouto bergumam tanpa ekspresi,

“‘Mengulang pertanyaannya, pestisida dan asap dilarang, dan metode apa pun yang tidak memakai obat-obatan dan bisa menjatuhkan kutu dari kucingnya dibolehkan, benar?’ tanya Misaka memastikan untuk terakhir kalinya.”

“Benar, tapi bagaimana?”

“‘Begini,’ kata Misaka segera membalas.”

Misaka Imouto mendekati kucing yang meringkuk itu dan meletakkan telapak tangannya di atasnya.

Dalam sesaat suara *pachin* dari listrik statis yang dilepaskan keluar dari telapak tangan Misaka Imouto. Mayat kutu berjatuhan dari kulit si kucing seperti benda berdebu yang digoyang. Sphinx, dengan bulu berdiri, berontak dengan ribut; Himegami memegang kucing itu di tengkuknya sebelum kucing itu terjun bebas tujuh lantai ke bawah.

“‘Kutu-kutunya dibunuh dengan frekuensi yang spesifik,’ kata Misaka memberi informasi. ‘Tipe alat penolak serangga seperti ini umumnya dijual di toko terkenal dengan diskon, jadi harusnya tidak ada masalah dengan keamanan.’”

Misaka melihat ke pintu sejenak. “‘Sedangkan untuk dalam ruangan, menggunakan pestisida tipe asap akan lebih mudah untuk membasmi hama,’ kata Misaka menyarankan lebih dulu.”

Bagaimanapun juga, tugas sudah selesai, pikir Misaka Imouto sambil berbalik dan pergi tanpa mendengar satu kata pun ucapan terima kasih.

Index, matanya mengikuti figur yang pergi itu, menggumam perlahan,

“Touma, Touma, gadis itu adalah cool beauty[24] yang sempurna, kurasa.”

Mengambil kesempatan itu, Kamijou juga bergumam,

“Aku setuju; ini adalah perintah yang tidak masuk akal, tapi ini adalah permintaanku, tolong ikuti contoh dari orang itu, walaupun sedikit.”

Catatan[edit]

  1. TN: Dalam artian membuatnya miskin, bukan memeloroti celana atau sejenisnya
  2. Perang sipil Jepang antara abad ke-15 sampai abad ke-17.
  3. TN: Bukan yang untuk anak-anak, tapi yang biasa untuk iklan. http://www.seeing-stars.com/Images/Slides/Blimp.JPG
  4. Sup kacang merah yang manis
  5. lit: Pengendali listrik
  6. Panggilan kepada kakak perempuan yang dihormati.
  7. TN: Saya ga bisa menerjemahkannya dengan baik. www.youtube.com/watch?v=WLwsbgeJuIE
  8. Jenis komedi Jepang, http://id.wikipedia.org/wiki/Manzai#Si_pintar_dan_si_bodoh
  9. Kaca mata infra merah; yang biasa dipakai militer untuk melihat dalam kegelapan.
  10. Adik perempuan, di sini digunakan sebagai nama
  11. lit: Kembar-chan
  12. Kakak perempuan
  13. Furigana: Penjaga; dibaca Anti-Skill (lit: Anti-Kekuatan)
  14. TN: Seperti dalam game Final Fantasy atau game lainnya yang bisa mengubah job.
  15. TN: Akhiran seperti -sama, -san, -chan, dll. Akhiran -sama itu menunjukkan kehormatan yang tinggi.
  16. Kakak perempuan.
  17. TN: Pembantu/pelayan wanita, biasanya berseragam
  18. Posisi duduk Jepang, duduk bersila.
  19. Kakak laki-laki
  20. Tingkat tertinggi seorang pesumo.
  21. Seperti dalam VN, galge, eroge
  22. Jenis bukaan kaleng.
  23. Pelayan spesialis minuman anggur
  24. Orang cantik yang tenang/dingin.


Chapter 2: Radio Noise. Level2(Product_Model)[edit]

Part 1[edit]

Hari berikutnya juga diisi les pribadi.

Kelihatan menyedihkan melihat seorang siswa duduk di tengah kelas pada sore hari. Awalnya, Kamijou berpikir, “Ayolah, apa ini sebuah SD di kota yang ditinggalkan penduduknya?” tapi selama pelajaran tambahan itu berlanjut dari tiga hari menjadi empat dan lima hari menjadi enam, cahaya di jiwanya telah menghilang, dan les pribadi itu hanya membuatnya muak.

Tapi pelajaran tambahan itu akan selesai dalam dua hari, termasuk hari ini. Kamijou mungkin bisa merasa tidak semangat bahwa “Liburan musim panas akhirnya dimulai pada tanggal 22 Agustus!?” tapi dia cukup senang hanya dengan keluar dari pelajaran tambahan itu.

Kamijou memandang meja guru di depannya.

Di sana berdiri seorang guru perempuan dengan tinggi 135 cm yang membuatnya terlihat seperti berumur 12 tahun, Tsukuyomi Komoe, yang hanya kelihatan wajahnya di balik meja. Dia sedang berbicara dengan kertas teksnya diletakkan di atas meja, tapi Kamijou bertanya-tanya kenapa dia meletakkan kertasnya di atas meja. Akan lebih mudah untuk dibaca kalau dia memegang kertasnya.

“Jadi untuk eksperimen kartu ESP, bahan kartunya diubah dari resin vinyl menjadi resin ABS, kondisi ini diperlukan dan diberlakukan oleh Amerika pada tahun 1992. Ini adalah sebuah trik agar sidik jari di kartunya memungkinkan untuk menebak kartu apa yang dibalik... Hey, Kamijou-chan, apa kau mendengarkanku?”

“...Iya, Komoe-sensei. Aku dengar, tapi apa hubungannya ini dengan kekuatan psikis?”

Kamijou adalah seorang Level 0. Dengan pemeriksaan dari sebuah mesin tanpa tanding, dia diberi tahu bahwa sekeras apa pun dia berusaha, dia tidak akan bisa membengkokkan satu sendok pun, tapi tidak masuk akal bahwa dia diberi pelajaran tambahan karena dia “lemah”.

Kelihatannya Komoe-sensei mengetahui kontradiksi itu, karena dia berkata,

“Kau tidak boleh menyerah karena kau tidak punya kekuatan. Kalau kau menyerah, hal-hal yang bisa kau peroleh tidak akan kau peroleh. Jadi dengan mempelajari dasar dari kekuatan psikis, kurasa kau bisa mencari jalan untuk menemukan kekuatan milikmu.”

“Sensei?”

“Ya?”

“...Yah, sepertinya kau berusaha keras, tapi hal-hal yang tidak bisa diraih memang tidak akan bisa diraih.”

“Kamijou-chan! Aku tidak bisa mengatakan kalau semua usaha akan menghasilkan kesuksesan, tapi orang-orang yang tidak pernah mencoba tidak akan pernah berhasil! Bahkan peringkat ketiga dari 2.300.000 orang, Misaka Mikoto dari SMP Tokiwadai, pernah menjadi Level 1, tapi dia berusaha keras dan naik hingga menjadi Level 5! Jadi Kamijou-chan juga harus berusaha keras!

“...Seorang elit? Dia? Dia itu seorang gadis yang selalu menendang vending machine!”

“? Kamijou-chan, kau kenal dia?”

“Tidak juga. Yah, kembali ke topik utama, menonton acara di TV dan berkata ‘Lihat siswa SMA itu: mereka seumuran denganmu, tapi coba lihat seberapa aktifnya dia! Dibandingkan dengan dia, coba lihat dirimu, tidakkah kaupikir kau jadi tidak ada harganya?’ Aku bukan tipe orang yang akan termotivasi dengan ceramah seperti itu! Arrrggghhh...”

“Jangan bilang ‘arrrggghhh’ seperti itu padaku! Hal itu membuatku susah!”

“Oke? Jadi kenapa kau kelihatan begitu senang kalau kau merasa susah_”

“Oh, um... Yah, itu karena... um... Karena aku... suka kau...?”

“Buowahh!”

“...Mengajarmu.”

Index v03 065.jpg

“...Oh. Oke, mengajar. Itu membuatku takut... Oh, tunggu! Ayolah! Aku baru saja ingin membelokkan pembicaraan, tapi langsung dikembalikan ke jalur yang benar lagi!”

“Ahaha. Kau terlalu cepat 100 tahun untuk menghadapiku dengan kata-kata. Sekarang, Kamijou-chan, buka halaman 82 bukumu dan baca mengenai kekuatan perlindungan pikiran seorang Psychometer yang digunakan dalam investigasi kriminal.”

Seperti itu, pelajaran tambahan hari ini berlanjut.

Part2[edit]

Dan begitulah, pelajaran tambahan hari itu berakhir.

Saat itu pukul 18.40. Kamijou melewatkan kereta terakhir yang berangkat ketika seluruh siswa seharusnya meninggalkan sekolah, jadi dia sedang dengan santai berjalan melewati distrik perbelanjaan. Demi mencegah pelajar menghabiskan malam di luar, semua kereta dan bus paling akhir di Academy City berangkat pada pukul 18.30. Pemikirannya adalah orang-orang tidak akan keluar larut malam jika sistem transportasi dihentikan.

(Aku tidak yakin apakah harus senang karena tinggal satu hari lagi atau mengeluh karena masih ada satu hari lagi. Bagaimanapun juga, pelajaran tambahan ini sudah berlangsung terlalu lama. Sial. Kalau ini berakhir, aku akan pergi ke pantai!)

Pikir Kamijou pada dirinya sendiri ketika dia pulang sore itu. Tidak kelihatan jika angin sedang berhembus, tapi baling-baling dari kincir angin memang berputar.

“Mh?”

Kamijou menemukan punggung yang kelihatan familier di tengah kerumunan. Punggung milik seorang gadis berambut coklat yang memakai seragam musim panas SMP Tokiwadai. Misaka Mikoto.

Kamijou tidak punya alasan untuk menghindari Mikoto, jadi dia berlari kecil untuk menyusul Mikoto.

“Hei. Apa kau sedang pulang dari pelajaran tambahan juga?”

“Ahn?” respon tidak feminim Mikoto. “Oh, kau.. Aku cukup capek dan aku ingin menyimpan tenagaku yang tersisa, jadi jangan paksa aku mem-biri biri-mu. Jadi apa yang kauinginkan?”

“Tidak ada. Kita kebetulan berada di jalan yang sama, jadi aku cuma berpikir kita bisa jalan bersama.”

“Oh?” Mata Mikoto sedikit memicing. “Kau ‘cuma berpikir’ kau bisa berjalan dengan seorang putri dari Tokiwadai? Heh. Apa kau tahu seperti apa usaha yang dilakukan banyak lelaki untuk berada dalam posisi ini?”

“...Cukup buruk kalau kau menyebut dirimu sendiri sebagai ‘putri dari Tokiwadai’.”

“Aku bercanda, dasar bodoh.” Mikoto menjulurkan lidahnya sedikit. “Apa yang kaupelajari di sekolah lebih penting dari di mana kau bersekolah. Aku yakin kau cukup tua untuk mengetahui paling tidak sebanyak itu.”

“Hmm. Yah, setiap orang punya bidang spesialisasi masing-masing. Omong-omong, adik perempuanmu tidak bersamamu? Aku mau berterima kasih padanya karena membawa minuman kemarin.”

Bulu mata Mikoto berkedut sedikit.

Hanya beberapa milimeter, tapi beberapa milimeter itu terlihat aneh bagi Kamijou.

“Adik perempuanku...? Apa kau menemuinya setelah itu?”

“Yeah...”

(Sial.)

Kamijou mengingat kembali bahwa Mikoto menarik tangan Misaka Imouto dan dengan paksa membawanya pergi dari Kamijou. Apakah dia seharusnya merahasiakan kalau mereka bertemu setelah itu?

Mikoto memicingkan matanya sedikit.

“Apa kau begitu tertariknya dengan adik perempuan ini?”

“Bukan. Aku hanya ingin berterima kasih karena telah membawakan minuman kema-...”

“Jadi kau lebih memilih adikku walaupun kami berdua identik secara visual? Atau kau tidak bisa memilih dan ingin kami berdua?”

“Kubilang bukan! Dari mana kau mendapat pengetahuan seperti itu!!”

Kamijou dan Mikoto berjalan menyusuri jalan utama, melanjutkan perdebatan mereka dalam jalur seperti itu.

Banyak kincir angin yang berbeda berdiri di sepanjang jalan. Kamijou melihat ke atas ke arah baling-baling yang berputar lalu memperhatikan sebuah balon udara mengambang di langit senja. Layar ekshibisi di sisinya menampilkan berita hari itu. Sepertinya, tiga fasilitas riset yang terkait dengan distrofi muskular telah dievakuasi dalam periode dua minggu dan ada kekhawatiran tentang suhu dingin yang intens akan datang ke seluruh kota.

Pembicaraan antara mereka terhenti karena fokus Kamijou teralih ke balon udara itu. Balon udara mungkin terdengar kuno, tapi balon itu menggunakan tenaga matahari untuk memanaskan karbon dioksida dengan menggunakan pemanas untuk daya angkat dan untuk memutar sebuah motor besar untuk daya dorong, jadi balon itu adalah perangkat ekologis yang tidak memerlukan bahan bakar.

Karena usaha yang pasti telah dilakukan dalam pengembangan benda itu, Kamijou bertanya-tanya apakah persediaan minyak dunia akan segera habis. Konsep itu tidak terlalu mengganggunya.

“Aku benci balon udara itu,” gumam Mikoto.

“Ahn? Kenapa?” tanya Kamijou sambil melihat kembali ke arah balon udara. Dia cukup yakin kalau dia pernah mendengar bahwa balon udara itu diterbangkan karena dewan direktur Academy City mengatakan bahwa para pelajar perlu lebih sadar tentang kejadian terbaru.

“...Karena orang-orang mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh sebuah mesin,” balas Mikoto diam-diam seolah dia sedang memuntahkan sesuatu yang sangat menjengkelkannya.

Kamijou mengembalikan pandangannya pada Mikoto dengan terkejut. Tidak ada yang aneh di wajahnya. Tidak ada yang aneh sedikit pun. Seolah topeng tanah liat yang hancur telah dibuat ulang ketika dia tidak melihat.

“Kau kenapa? Apa nama benda itu? Um... Tree Diagram[1], ya? Hah, apa kau ini jenis orang yang tidak tahan kalau mesin mengalahkan manusia dalam catur?”

Singkatnya, Tree Diagram adalah super komputer paling pintar di dunia. Komputer itu adalah simulator terhebat yang diciptakan dengan alasan untuk menjadi pembuat prakiraan cuaca yang sempurna.

Prakiraan cuaca mungkin terdengar familier, tapi itu adalah bidang yang hal-hal di dalamnya hanya bisa diprakirakan. Tidak bisa dinyatakan sebagai fakta. Karena pergerakan tiap-tiap partikel udara yang menciptakan “cuaca” sangat kompleks dan terbelit dengan efek kupu-kupu dan teori kekacauan, seseorang bisa mengatakan bahwa ada 80% kesempatan hujan hari berikutnya, tapi tidak ada yang bisa mengatakan bahwa pasti akan hujan pada pukul 09:10:00. Hal itu mulai memasuki ranah mekanika kuantum.

Akan tetapi, Tree Diagram telah memindahkan prakiraan cuaca menjadi prediksi cuaca.

Komputer itu tidak melakukan sesuatu yang rumit. Pada dasarnya, jika komputer itu bisa dengan sempurna memprediksi pergerakan setiap partikel udara di seluruh dunia, hanya ada satu jawaban yang bisa dia capai.

Tree Diagram punya spesifikasi yang cukup gila untuk bisa melakukan itu, tapi beberapa orang punya teori bahwa penggunaannya untuk prakiraan cuaca hanyalah sebuah kedok dan komputer itu punya kegunaan sebenarnya yang lain.

Kebetulan, ada satu aspek yang tidak biasa dari prakiraan cuaca Tree Diagram.

Komputer itu memperhitungkan prakiraan cuaca selama satu bulan sekaligus.

Sebenarnya tidak terlalu masalah karena prakiraannya masih akurat, tapi perhitungan ini masih kelihatan seperti usaha yang tidak diperlukan. Bagaimanapun juga, cuaca bulan depan itu lebih, jauh lebih mungkin meleset dibanding cuaca besok. Jika tujuannya adalah prakiraan cuaca yang akurat, lebih baik jika komputer itu mengulang perhitungannya setiap hari.

Tapi Tree Diagram menggunakan metode yang lebih sulit.

Ada rumor bahwa waktu sisanya digunakan untuk simulasi riset.

Reaksi obat, reaksi fisiologis, reaksi elektris, dan banyak jenis hal lain bisa diperhitungkan oleh Tree Diagram dan beberapa tes bisa dilakukan untuk mengkonfirmasikan jawaban yang diberikan. Bisa menciptakan obat-obatan baru seperti itu terdengar gila. Menurut rumor ini, ada periset yang tidak tahu cara menggunakan tabung percobaan dan yang tidak suka menyentuh tikus lab.

Sebuah super komputer dengan kekuatan sebanyak itu punya banyak musuh. Pendukung supremasi manusia yang benci mesin bisa mencoba meledakkannya dalam serangan teroris kapan saja dan pendukung supremasi AI yang benci manusia mungkin mencoba menyelinap ke dalam area penyimpanan untuk Tree Diagram demi mencuri teknologi yang digunakan.

Demi melindunginya dari musuh eksternal, Tree Diagram sekarang disimpan di tempat di mana tangan manusia tidak bisa menyentuhnya.

Satelit yang diluncurkan oleh Academy City pada dasarnya adalah Tree Diagram.

Fakta bahwa Academy City bisa secara swasta menggunakan teknologi roket yang biasanya hanya diperbolehkan oleh badan nasional menunjukkan seberapa besar pengaruh yang dimiliki Academy City di dunia.

(Yah, fakta bahwa mereka membolehkannya juga menunjukkan seberapa berharga komputer itu.)

Kamijou memandang kosong ke langit senja. Tree Diagram sedang mengorbit di luar atmosfer saat itu dan mungkin akan terus menghitung bahkan jika dunia berakhir.

“Komputer itu adalah otak baja yang melihat umat manusia dari atas, tapi komputer itu tidak bisa berkhianat atau semacamnya. Ini bukan film SF murahan. Sama seperti ATM, komputer itu beroperasi sesuai tombol yang kautekan.”

Tidak peduli seberapa kuat pun superkomputer itu, Tree Diagram hanya bisa beroperasi sesuai apa yang diperintahkan padanya. Sama seperti ATM tidak menghancurkan kehidupan manusia karena mesin memberontak. Mesin itu menghancurkan kehidupan karena tidak digunakan dengan baik.

“...”

Mikoto tidak memberi respon dan melihat ke atas ke langit senja lagi. Kamijou tidak tahu apakah dia sedang melihat balon udara itu atau pandangannya menuju jarak yang lebih jauh dari itu.

“Tree Diagram... Superkomputer terkuat di dunia yang diluncurkan di atas satelit Academy City, Orihime I, untuk menganalisa data cuaca. Sudah dipastikan bahwa tidak ada yang bisa menyusul tingkat teknologinya dalam waktu 25 tahun ke depan,” gumam Mikoto di sela napasnya seperti sedang membaca pamflet Academy City. “Mereka bilang begitu, tapi apa simulator absolut segila itu benar-benar ada?”

“Hah?”

Kamijou melihat balik ke wajah Mikoto, tapi...

“Cuma bercanda! Ah, kurasa aku mulai jadi seorang penyair atau semacamnya. Ah ha ha ha!!”

Mikoto tiba-tiba memukul Kamijou dengan pukulan chop tanpa alasan.

Yang berdiri di depannya memang Misaka Mikoto yang riang, sok pintar, dan egois.

“Ow! Kenapa kaupukul aku begitu!?”

“Kau benar-benar tidak punya mimpi, ya? Bukankah drama pertemanan antara seorang manusia dengan sebuah komputer SF tingkat tinggi berhati manusia kedengaran seperti ada romantismenya!?”

“Dengarkan aku, sialan...”

“Atau bagaimana dengan seorang robot maid tempur?”

“Kubilang dengarkan aku! Dan tidak ada kisah cinta atau hal lain dari drama pertemanan dalam hal-hal seperti itu! Dan apa kau ini benar-benar seorang ‘putri’!? Kupikir seorang putri membaca novel roman dengan secangkir teh di tangan!?”

“Hahn? Tolong hentikan itu. Imej idola dari zaman mana itu? Aku juga manusia, jadi aku membaca manga di toko serba ada tiap Senin dan Rabu.”

“Beli manganya! Membacanya cuma mengganggu saja!”

“Yah, aku harus pergi ke arah ini,” kata Mikoto mengabaikan teriakan Kamijou.

Semangat Mikoto telah berubah setiap saat, tapi lalu dia pergi. Kamijou memandang kosong kepergian Mikoto dengan ekspresi kebingungan di wajahnya.

“...Aku tidak mengerti dia. Apa ini yang kausebut ciri-ciri pubertas? Atau apa dia cuma membenciku?”

Part3[edit]

Tapi kalau begitu, dia tidak bisa mengerti apa yang sedang terjadi di depannya.

(...Itu Mikoto, ‘kan? Apa yang dilakukannya?)

Setelah menyusuri jalan sedikit setelah Mikoto meninggalkannya, dia melihat Mikoto berjongkok di pinggir jalan. Dia berjongkok di samping kotak karton yang berada di bawah kincir angin pembangkit listrik. Tepat ketika otak Kamijou mengirimkan sinyal bahaya karena pemandangan di depannya terasa familier, dia melihat seekor kucing hitam mengintip dari dalam kotak karton itu.

Mikoto sedang mencoba memberi makan kucing itu dengan mendekatkan sebuah roti manis, tapi kucing yang takut itu menekan turun kupingnya dan meringkuk seperti ada yang mengayunkan tinjunya ke kucing itu.

(??? Apa dia begitu membenciku hingga dia sengaja pergi lewat jalan lain demi pergi dariku? Kalau begitu kenapa sekarang dia ada di depanku? Kenapa dia memutar sampai ke depanku?)

Kepala Kamijou penuh pertanyaan, tapi kemudian dia menyadari sesuatu. Di dekat kaki Mikoto yang berjongkok adalah sebuah NV goggles.

Itu bukan Mikoto. Itu adalah Misaka Imouto yang kelihatan sama persis dengan Mikoto.

“...Tanpa kaca mata itu, kau benar-benar tidak bisa membedakan mereka,” gumam Kamijou.

Misaka Imouto tiba-tiba berhenti bergerak sambil memandang kucing hitam itu tanpa emosi. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, dia memutarkan kepalanya seperti sebuah mercusuar untuk melihat ke arah Kamijou.

“Hei. Terima kasih sudah membawakan minuman dan membunuh kutu kemarin.”

“...‘Misaka tidak melakukan itu untuk diberi ucapan terima kasih’, balas Misaka.”

Sedikit rasa jengkel tercampur dalam ketanpaekspresiannya ketika Misaka Imouto mengambil kaca mata infra merahnya dari tanah dan menggantungkannya di dahinya. Dia juga menarik tangannya yang memegang roti manis.

“‘Misaka hanya melepaskan kaca matanya karena dia pernah dengar kalau kucing benci benda bersinar seperti lensa,’ kata Misaka menjelaskan. ‘Apakah dia harus meminta maaf karena membuatmu salah mengira kalau dia adalah Onee-sama?’”

Sambil berbicara, Misaka Imouto entah kenapa menyembunyikan roti manis itu di balik punggungnya tanpa ekspresi.

Walaupun merasa takut sebelumnya, kucing hitam itu mengeong tidak puas.

Kamijou terlihat bingung.

“Kalau aku butuh permintaan maaf hanya untuk hal seperti itu, kurasa ujungnya aku akan meminta setiap orang di dunia untuk mengucapkan permintaan maaf.” Kamijou menghela napas. “Tapi kalau kucing benci dengan lensa, kenapa kau memasang kaca matamu lagi? Apa kau ingin menjaga rasa individualitas?”

Sulit untuk mengetahui kepastiannya karena Imouto memang tidak punya ekspresi dan bertindak sangat tenang, tapi entah kenapa Kamijou merasa seperti dia dengan panik memasang goggles-nya kembali ketika dia tahu seseorang sedang melihatnya.

“‘...Tidak, tidak juga,’ jawab Misaka.”

Dia menjawab dengan cepat, tapi kata-katanya sedikit samar.

Kamijou sekali lagi terlihat bingung. Memang benar melepaskan kaca matanya agar tidak menakuti kucing dan berjongkok sambil mengulurkan roti manis untuk kucing itu kelihatan di luar watak dari Misaka Imouto yang tanpa emosi dan ekspresi, tapi tidak ada alasan untuk menyembunyikan hal ini.

“Jadi kau cukup memberikan roti manis itu ke kucingnya. Kucing itu suka, ‘kan?”

“Bukan... Bukan itu.” Misaka Imouto membatu. “‘Bagaimanapun juga, mustahil bagi Misaka untuk memberi makan kucing ini,’ kata Misaka menyimpulkan. ‘Misaka memiliki cacat yang fatal,’ kata Misaka memberi penjelasan tambahan.”

“Cacat? Jangan mengatakannya seperti itu.”

“‘Tidak, itu adalah istilah yang tepat. Tubuh Misaka terus-menerus menghasilkan medan magnet yang lemah,’ kata Misaka menjelaskan. ‘Tubuh manusia tidak bisa mendeteksinya, tapi sepertinya binatang lain bisa.”

“???”

“Katanya pergerakan aneh binatang yang bertindak sebagai tanda akan terjadi gempa adalah reaksi binatang-binatang itu pada perubahan medan magnet bumi yang disebabkan perubahan di kulit bumi,’ kata Misaka memberi contoh yang mudah dimengerti.

“...Hm. Binatang tidak suka medan magnet dan lari, ‘kan? Jadi apa medan magnetmu membuat binatang membencimu, Misaka Imouto?”

Misaka Umouto terlihat sedikit, sedikit sekali, jengkel.

“‘Hewan-hewan tidak membenci Misaka, hanya sedikit tidak suka saja,’ kata Misaka mengoreksi pernyataanmu.”

“...”

Kamijou merasa sedikit kasihan dengannya, jadi dia memutuskan untuk tidak bercanda lagi. Binatang tidak suka Misaka Imouto karena medan magnet yang dipancarkan tubuhnya dan dia sedang memandang ke kucing yang takut itu dengan mata tanpa ekspresi. Kamijou merasa tidak enak jika mengganggunya, jadi dia memutuskan untuk pergi.

“‘Tunggu,’ kata Misaka memintamu berhenti.”

“Oh! Kau merasakan kalau aku mau pergi hanya dari hawa keberadaanku!”

“‘Dengarkan. Ada seekor kucing hitam di sini,’ kata Misaka sambil menunjuk ke arah kardus. ‘Bagaimana mungkin kau bisa pergi tanpa memberi apa pun pada kucing yang lapar ini?’ tanya Misaka.”

“...Kenapa aku yang harus memberikan makanan ke kucing ini hanya karena kau suka kucing!? Dan yang punya roti manis di tangannya itu kau!”

“‘Bukan, bukan itu. Ada kucing yang terlantar di sini, jadi kenapa kau tidak berpikir untuk memungutnya?’ tanya Misaka sekali lagi. ‘Apa kau tahu bagaimana binatang diperlakukan ketika dipungut oleh pusat kesehatan?’ tanya Misaka sebagai contoh. ‘Pertama, mereka memasukkan binatang itu ke dalam kotak polikarbonat tembus pandang dan menyuntikkan 20 mililiter gas syaraf yang bernama ASD 10 ke dalam...”

“Waa!” teriak Kamijou memotong Misaka Imouto.

Mendengarkan perkataan Imouto ketika kucing yang takut itu melihat Kamijou di mata terasa sangat canggung.

“Kau yang pungut dia! Kau yang menemukannya dan kaulah yang sedang memberinya makanan!”

“‘...Mustahil bagi Misaka untuk memelihara kucing ini,’ jawab Misaka jujur. ‘Misaka tinggal di lingkungan yang sedikit berbeda denganmu,’ kata Misaka memberi alasannya.”

Kamijou menduga peraturan asrama Imouto pasti cukup ketat, tapi kemudian dia ingat kalau asramanya sendiri juga tidak membolehkan hewan peliharaan. Kamijou adalah tipe orang yang tidak punya niat mematuhi peraturan yang dia tidak bisa melihat alasan di balik peraturan itu, jadi terlihat aneh baginya jika Misaka Imouto menyerah memungut kucing itu untuk alasan seperti itu.

Misaka Imouto berjongkok dan hanya memandang mata kucing hitam itu.

Matanya yang tanpa ekspresi mengikuti kucing hitam itu walaupun tahu bahwa kucing itu tidak akan menyukainya.

“...Ahh.”

Kamijou berdiri diam.

Index v03 079.jpg

Dia sudah mengkhawatirkan tentang hal ini ketika dia memungut kucing pertamanya. Dia khawatir bahwa satu kucing akan menyebabkannya memungut kucing kedua dan yang kedua akan menuju yang ketiga dan yang keempat. Tentu saja, keuangan Kamijou tidak cukup baik untuk menciptakan kerajaan binatang.

Kamijou ingin menolak memungut kucing hitam itu, tapi dia punya firasat bahwa Misaka Imouto akan tetap di sana memandangi kucing itu sepanjang malam dan berkelahi dengan orang-orang dari pusat kesehatan jika Kamijou meninggalkannya di sana.

“S-sialan! Kejadian ini persis seperti dengan kucing tiga warna itu!!”

“‘Misaka tidak mengerti apa yang kaukatakan, tapi apa kau berniat memungut kucing hitam ini?’ tanya Misaka. ‘Jika kau tidak memungutnya, pekerja pusat kesehatan akan-...”

“Ya, aku mengerti, aku mengerti. Berhenti memandangku dengan mata tanpa ekspresi itu dan berbicara tentang pusat kesehatan!”

(Kau dan aku memang hidup dalam kemalangan, ya ‘kan?)

Ketika Kamijou memikirkan kucing hitam yang ketakutan itu, dia memungutnya dari dalam kardus.

“Ah, iya! Nama! Ini kucingmu jadi bertanggungjawablah dan berikan dia nama!”

“...Milik Misaka?”

“Yeah, kucing ini milikmu.”

Kamijou melihat ke bawah ke kucing di tangannya dan kucing itu dengan takut memandang balik. Misaka Imouto melihat ke langit senja dengan wajah tanpa ekspresinya seperti biasa.

“Anjing.”

“Hah?”

“Misaka menamai kucing ini Anjing. ...Anjing, padahal kucing. Heh he.”

Ekspresi Misaka Imouto adalah ekspresi seseorang yang teringat lelucon lucu, tapi ekspresinya terlihat sedikit menakutkan.

“...Jangan, um... Tolong berikan nama yang lebih serius dan terhormat agar cocok dengan tipe binatang ini.”

“‘Kalau begitu Tokugawa Ieyasu,’ kata Misaka setelah memikirkan kembali.”

“Itu terlalu terhormat! Tunggu, apa kau ini tipe karakter yang pura-pura berpikir padahal tidak memikirkan apa-apa!?”

“Bagaimana dengan Schrödinger?”

“Jangan! Bahkan walaupun hanya contoh, seorang profesor yang dengan senang hati memikirkan cerita tentang memasukkan kucing ke dalam kotak dan menyemprotkan gas beracun ke dalamnya tidak mungkin menyukai kucing.”

Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk menamai kucing itu nanti. Tapi, Kamijou punya firasat buruk bahwa mereka juga tidak bisa menyetujui sebuah nama nanti dan akhirnya Imouto secara literal memanggil kucing itu “Nanti”.

Part4[edit]

Langit oranye telah berubah warna menjadi ungu.

Kamijou berjalan menyusuri sebuah jalan raya sambil melihat ke arah kucing hitam di tangannya.

Kalau mereka benar-benar akan memelihara hewan, mereka perlu tahu caranya.

(Yah, aku cukup tahu caranya. Tapi Index...)

Kamijou menghela napas sambil menyusuri jalan itu sementara hari terlihat semakin malam. Jika hanya lelucon iseng yang kejam, kau hanya perlu menyingkirkan kekejaman itu, tapi Index melakukannya murni karena kebaikan hatinya, jadi melakukan hal yang sama akan mempunyai efek berlawanan. Karena dia melakukannya karena kebaikan hatinya, dia akan merasa bahwa melakukan seperti yang dilakukannya adalah benar dan tidak akan ragu untuk melanjutkan. Jika Kamijou tidak segera pergi ke toko buku dan membeli buku tentang memelihara kucing, biarawati putih bersih yang tersenyum itu mungkin akan berakhir dengan panggilan Death End.

“‘Ini adalah rute yang berbeda dengan yang kemarin,’ kata Misaka menunjukkan,” kata Misaka Imouto ketika berjalan di sampingnya.

Setiap kali dia melirik ke kucing hitam di lengan Kamijou, dia kelihatan hampir tidak bisa menahan dirinya. Kelihatannya dia sangat sangat ingin mengelus kucing itu, tapi dia memberikan prioritas kepada perasaan takut kucing itu pada medan magnetnya dan menahan diri.

“Oh, aku cuma mau mampir ke suatu tempat sebelum pulang. Ada sebuah buku yang kuinginkan.”

“‘Apa kau sedang menuju toko buku?’ tanya Misaka. ‘Secara geografis, berbelok kanan di persimpangan tadi adalah rute terpendek,’ kata Misaka sambil berbalik.”

“Bukan, aku tidak ingin buku yang baru. Aku menuju ke toko buku bekas di depan sana. Bagaimana cara memelihara kucing tidak berubah. Seratus yen per buku itu harga ideal.”

Kamijou tidak mungkin tahu, tapi pengetahuan dan informasi yang terkait dengan makhluk hidup akan berubah seiring waktu. Mari gunakan latihan baseball sebagai contoh. Sebuah buku sepuluh tahun lalu akan menyuruh seseorang untuk terus melempar dan cukup gunakan nyali untuk menahan rasa sakit agar bisa melempar lebih cepat. Padahal, orang itu akan menghancurkan pundaknya jika dia melakukan itu.

“‘Apa kau ingin membeli buku tentang memelihara kucing?’ tanya Misaka memastikan.”

“Bukan bukunya, tapi lebih ke pengetahuan di dalamnya. Kau kemarin lihat gadis berjubah biarawati dan gadis kuil itu, ‘kan?”

“...” Misaka Imouto melihat wajah Kamijou dengan mata tanpa emosinya. “‘Kuulangi, memperlakukan nyawa kucing dengan ceroboh termasuk tindak kriminal perusakan barang milik,’ kata Misaka memperingatkan.”

“Ah...Eh? Apa, apa kamu marah?”

“‘Misaka tidak marah. Ini bukanlah situasi di mana semuanya akan baik-baik saja selama kau tidak terlibat secara langsung,’ kata Misaka memperingatkan. ‘Jika kau membiarkan mereka berdua melakukan sesuai kehendak mereka walaupun kau tahu apa yang akan mereka lakukan, kau juga turut bertanggung jawab,’ kata Misaka memberikan opini objektifnya.”

“...Maaf. Apa kau marah, Misaka Imouto?”

“‘Misaka tidak marah. Dan tidak semuanya dibolehkan karena tidak dilarang secara hukum,’ kata Misaka menegurmu. ‘Cukup berpikir dengan akal sehat dan...’”

“Ah, aku sudah muak.” Kamijou mengatakannya seolah itu adalah mantras sihir. “Tapi jangan khawatir. Index dan Himegami hanya melakukan itu karena mereka pikir hal itu baik untuk kucingnya. Mereka tidak akan melakukan hal yang jelas-jelas buruk bagi kucingnya seperti memukul atau menyiksanya.”

“‘Dari apa yang Misaka lihat kemarin, pernyataan itu mempunyai kredibilitas hampir mendekati nol,’ respon Misaka. ‘Dan apa yang akan kaulakukan jika buku itu memiliki informasi yang tidak benar? Misaka tahu cara menangani kucing, jadi kau lebih baik meminta nasihatnya tentang car-...”

“Ahhh!” Kamijou tidak membiarkannya menyelesaikan kalimatnya. “Kubilang jangan khawatir! Index dan Himegami hanya melakukan itu karena mereka pikir hal itu baik bagi kucingnya! Mereka tidak akan melakukan hal yang jelas-jelas buruk bagi kucingnya! Seperti memukulnya! Atau menyiksanya!”

“‘...Misaka pikir kau hanya mengatakan hal yang sama kata per kata dengan lebih banyak tenaga di dalamnya,’ kata Misaka menyuarakan pikirannya. ‘Itu bukan inti pembicaraan Misaka. Dia mengatakan bahwa kau seharusnya meminta nasi-...”

“Abhah!” Kamijou menjadi benar-benar tidak bisa dimengerti. “Bubilang bangan bawatir! Bindex dan Bimegami hanya belakukan itu barena mereka bikir hal itu baik buntuk bucingnya! Bereka tidak bakan melakukan bal yang belas-belas buruk bagi bucingnya! Beperti bemukulnya! Batau benyiksanya!

“...(marah)”

“Hah hah...! Ah, itu toko bukunya.”

Mereka sedang berdiri di depan toko buku bekas besar yang merupakan anggota dari rantai toko. Kamijou melihat ke kucing hitam di lengannya dan berpikir sejenak.

“Mh. Setelah kupikir-pikir, aku seharusnya tidak boleh masuk ke toko ini sambil memegang kucing.”

“‘...Itu adalah pernyataan yang sangat ekspositoris, tapi tolong jangan tinggalkan kucing itu dengan Misaka,’ kata Misaka menolak secara preemptif.”

“...Karena medan magnetmu akan membuat kucing ini tidak menyukaimu? Yah, kalau kau bisa melalui penghalang itu, persahabatan sebenarnya akan tumbuh. Makan ini! Ultimate Cat Bomb!”

Kamijou melempar kucing itu pelan ke arah Misaka Imouto yang berdiri di sampingnya (dengan asumsi bahwa dia akan menangkapnya). Tentu saja, refleks kucing itu akan membuatnya mendarat dengan baik walaupun tidak ada yang menangkapnya. Tapi Misaka Imouto dengan refleks menangkapnya (seperti yang sudah diprediksi Kamijou). Itu adalah kebiasaan menyedihkan orang yang cinta binatang.

Misaka Imouto baru saja akan mengeluh, tapi Kamijou sudah masuk ke dalam toko buku bekas itu.

“‘...Sungguh. Apa yang salah dengannya sampai berpikir tidak ada masalah melempar seekora anak kucing?’ tanya Misaka bergumam pada dirinya sendiri.”

Misaka Imouto sekarang sendirian di jalan senja Academy City.

Kucing hitam itu bereaksi pada gelombang elektromagnetik yang dipancarkan tubuhnya dan melihat ke arahnya dengan mata bergetar. Imouto berpikir untuk menurunkan kucingnya ke tanah, tapi kucing itu belum mengakui Kamijou atau dirinya sebagai pemilik. Jika dia melepaskannya di sana, dia punya firasat kalau kucing itu akan lari begitu saja.

Walaupun hanya seekor anak kucing, tidak mungkin seorang manusia bisa menyusul dengan kedua kakinya seorang kucing yang benar-benar berusaha kabur. Hal pertama yang seorang pemilik harus lakukan adalah memberi kucing itu makan dan tempat untuk tidur agar kucing itu merasa aman dan tidak merasakan keperluan untuk kabur.

“‘...Dan dia masih melemparnya,’ kata Misaka sambil menghela napas.

Dia berbicara dengan wajah yang benar-benar tanpa ekspresi. Untungnya, kucing yang dia pegang tidak mengeluarkan cakarnya atau memberontak. Hal ini lebih karena ketakutan dibanding kepatuhan. Memang benar dia ingin menyentuh kucing itu, tapi dia menghela napas lagi karena fakta bahwa menahan diri itu lebih baik daripada melihat kucing itu begitu ketakutan.

Kemudian dia menyadari sesuatu.

Saat itu adalah liburan musim panas, jadi di senja hari Academy City itu, jalanan dipenuhi gadis dan laki-laki yang memakai pakaian kasual. Karena Misaka Imouto memakai seragam sekolah, dia sedikit mencolok.

Tapi, dia tidak semencolok seorang anak laki-laki yang dia lihat.

Kulit dan rambut lelaki itu putih menyeramkan. Kulit dan rambutnya putih, tapi berlawanan dengan imej kesucian yang biasa diberikan warna putih. Warna putih ini adalah warna putih yang sangat kotor. Warna putih busuk itu diperkuat oleh fakta bahwa seluruh baju yang dipakainya berwaran hitam.

Dan matanya.

Matanya merah seperti darah segar, merah seperti api yang terbakar, dan merah seperti dasar neraka.

Dia berada di tengah kerumunan di kejauhan, tapi keberadaan anak itu terlalu jelas. Anak spesial itu tidak melakukan apa-apa. Anak yang berbeda itu memang tidak melakukan apa-apa.

Tapi sekadar fakta bahwa anak yang menyeramkan itu berdiri di jalan yang damai itu sendiri adalah tidak normal.

Dia adalah Accelerator.

Dia adalah Level 5 terkuat di Academy City...bukan, mungkin di seluruh dunia.

Dia memandangi Misaka Imouto dan diam-diam tersenyum.

“...”

Misaka Imouto menurunkan kucing itu ke tanah dalam diam.

Kucing itu akan terbunuh. Kalau kucing itu tetap bersamanya, kucing hitam itu akan terlibat dalam pertempuran dan akan terbunuh. Dia tahu itu, tapi kucing itu tidak mau meninggalkannya. Terus gemetar, kucing itu hanya melihat ke wajahnya sambil mengeong.

Accelerator terus melihati Misaka Imouto dan tersenyum. Senyuman di kejauhan itu sesat, gila, dan aneh. Warna putihnya berpijar, kotor, dan gila.

Sebuah bayangan melintas di pikiran Misaka Imouto.

Bayangan lengan seorang gadis yang putus di malam hari karena Metal Eater miliknya meledak.

Tepat saat itu, keseharian Misaka Imouto berakhir.

Tepat saat itu, neraka untuknya dimulai.

Part5[edit]

Laki-laki dan perempuan membanjiri toko yang berpendingin udara itu.

Rantai pertokoan buku bekas itu mengiklankan kemurahannya dan bahwa membaca di dalam toko diperbolehkan. Kebanyakan orang di dalam toko itu berada di sana karena mau membaca suatu manga tapi tidak cukup ingin untuk membelinya.

“...”

Kamijou berdiri bengong di antara semua itu.

Memang ada buku berjudul “Cara Memelihara Kucing” di rak buku di depannya. Punggung bukunya sudah pudar dan buku itu jadi lebih mudah karenanya, jadi dia tidak ada keluhan tentang itu.

Tapi Kamijou tidak bisa mengerti kenapa sebuah buku berjudul “Cara Memasak Daging Sapi yang Enak” berada tepat di samping “Cara Memelihara Kucing”.

“...Yah, kurasa memang keduanya sama-sama tentang binatang.”

Ketika dia mengedarkan pandangannya lebih jauh ke samping, dia menemukan sebuah buku berjudul “Baru! Sapi-Sapi Ilmiah dari Gedung Peternakan”.

Ada beberapa bangunan di Academy City yang tidak memiliki jendela. Bangunan-bangunan itu disebut dengan bangunan agrikultur dan digunakan untuk menanam sayuran hidroponik dan memelihara hewan untuk diambil dagingnya.

Di dalam bangunan itu terdapat sayuran yang bermandikan sinar ultraviolet, menghirup karbon dioksida yang telah melalui pemurni udara, dan akar-akarnya menyebar di air yang telah dicampurkan berbagai jenis nutrisi. Sepertinya orang-orang dari luar Academy City menganggap semua itu “menjijikkan”. Mereka kelihatannya berpikir bahwa memakan makanan yang diciptakan secara ilmiah tidak baik untukmu.

(...Padahal kebalikannya. Bagaimana mungkin kau bisa memakan sayuran yang tumbuh di tanah yang mungkin tercampur dengan limbah industrial atau entah apalah?)

Perbedaan nilai-nilai kehidupan adalah salah satu dinding yang memisahkan orang-orang di dalam Academy City dan orang-orang di luar kota itu, tapi Kamijou hanya menarik “Cara Memelihara Kucing” dari rak itu tanpa memikirkannya lebih lanjut.


Seorang gadis berlari di lorong di belakang toko buku bekas itu.

Salah satu sepatunya lepas.

Gadis itu merasa kalau berlari dengan hanya sebelah sepatu akan menyusahkan, jadi dia melepaskan sepatu satunya dan terus berlari.

Dengan rambut coklat sebahu, blus putih lengan pendek, sweater musim panas, dan rok berlipat, gadis itu mengingatkan seseorang pada seorang siswi SMP Tokiwadai pada pandangan pertama. Dan seseorang yang lebih familier dengan seorang siswi Tokiwadai akan teringat dengan nama Misaka Mikoto.

Tapi ada dua hal yang tidak cocok dengan seorang siswi SMP.

Yang pertama adalah kaca mata militer di dahinya.

Yang kedua adalah senapan serbu yang dipegangnya dengan tangan kanannya.

Senapan itu terbuat bukan dari baja, tapi dari plastik berlapis. Karena senjata itu dibentuk dengan tipe estetis fungsional seperti yang bisa dilihat pada pesawat tempur, senapan itu kelihatan seperti senjata mainan dari dunia sci-fi. Dan penampilan itu tidak sepenuhnya salah.

Senapan itu, F2000R Toy Soldier, mendeteksi target dengan sinar infra merah dan menggunakan kontrol elektronis untuk mengatur jalur proyektil secara real time untuk memberi peluang terbesar agar peluru mengenainya. Si penembak tidak perlu memikirkan arah angin atau pola menghindar dari targetnya. Jika seseorang membidikkan larasnya sesuai yang “mesin yang berpikir” itu suruh, siapa pun bisa menjadi penembak jitu. Ditambah lagi, senapan itu dibalut dengan karet khusus untuk menyerap benturan dan menggunakan karbon dioksida untuk mengurangi rekoil tembakan sebanyak mungkin. Sementara senapan anti-tank Metal Eater adalah monster yang hanya bisa dipakai orang dewasa yang besar, F2000R dengan rekoil ringannya yang katanya bahkan tidak meretakkan cangkak telur juga adalah monster karena bisa digunakan dengan mudah oleh siswa kelas dua SD.

Akan tetapi, gadis itu tidak punya jalan untuk menangani situasinya, walaupun memegang monster itu di tangannya.

Detak jantungnya yang berpacu, pernapasannya yang sangat tidak teratur, dan pikiran-pikiran yang kacau dan muncul-hilang dengan jelas menunjukkan bahwa dialah yang sedang diburu.

Sebuah figur mendekatinya dari belakang.

Seorang anak laki-laki berkulit putih menuju ke arahnya dari jarak tidak sampai 10 meter.

“Ha ha! Apa-apaan pinggul yang kabur itu? Kenapa kau menggoyangkan pantatmu seperti itu!? Kau memintanya, ya!!”

Gang yang sempit itu lurus dan tidak memiliki benda-benda untuk berlindung dari peluru, tapi “si pemburu” yang tak bersenjata itu dipenuhi hasrat yang gila.

Tanpa berhenti kabur, gadis itu memutar tubuhnya untuk melihat ke belakangnya.

Dia membidikkan laras F2000R miliknya ke arah anak kulit putih bernama Accelerator yang kelihatan seperti membekukan musim panas.

Dia tidak ragu-ragu menarik pelatuknya.

Senapan itu menyerap hentakan dan suara tembakan tanpa suara, jadi hanya suara ledakan yang sangat kecil yang terdengar dari ujung larasnya, seperti suara petasan murahan. Walau begitu, peluru kaliber 5.56 mm dengan akurat ditembakkan ke titik vital anak laki-laki itu.

Atau begitulah yang dia pikirkan.

“...!?”

Tubuh gadis itu membatu karena syok. Peluru 5.56 mm memiliki kekuatan destruktif yang cukup untuk menembus sebuah mobil jika ditembakkan dari sisi mobil, tapi peluru itu dipentalkan ke segala penjuru ketika menyentuh tubuh anak itu. Seolah dia barusan menembakkan pistol murahan ke bagian depan tank.

Dengan suara daging yang hancur, sebuah lubang merah menganga di pundak kanan gadis itu.

Salah satu peluru yang dipentalkan telah menembus tubuhnya.

“...E...Gh!”

Gadis itu terhuyung. Dia segera mencoba meraih dinding, tapi keduak kakinya tersangkut dan kepalanya menghantam dinding yang kotor. Setelah itu, dia merosot ke tanah.

“Ayolah, bagaimana kalau kuberikan teka-teki untuk menghabiskan waktu? Pertanyaan untukmu: Apa yang dilakukan oleh kekuatan Accelerator!?”

Gadis itu mendengar tawa gila. Ketika dia melihat ke atas, dia melihat kaki anak itu turun bersama dengan seluruh berat tubuh untuk menghancurkan tengkoraknya.

“!”

Dia segera berguling di atas tanah yang kotor dan menghindari kaki yang diayunkan ke bawah itu. Dia lalu membidik F2000R ke atas dan menarik pelatuknya.

Dia menembak dalam jarak kosong. Pelurunya kelihatan seperti diserap ke arah mata anak putih itu, tapi tepat ketika peluru itu menyentuh bola matanya yang lembut, peluru itu dipentalkan ke samping.

Anak putih itu bahkan tidak mengedipkan matanya.

Ekspresinya berubah menjadi senyuman yang membuat wajah putih-kotornya terlihat terbakar parah.

Dia mengayunkan tangannya yang putih. Dia mengayunkan tangannya ke atas, tangan yang tidak diketahui mempunyai efek atas.

“...!”

Gadis itu segera melempar F2000R ke wajah anak itu karena senapan itu sudah kosong. Dia tidak merasa kalau serangan itu bisa menjadi pukulan fatal, tapi dia berharap serangan itu bisa memberikan bukaan sesaat yang bisa dia gunakan untuk kabur.

Tapi anak laki-laki itu bahkan tidak bergerak sedikit pun. Tepat saat senapan itu menghantam wajahnya, F2000R pecah berkeping-keping. Seolah senjata itu dikunyah oleh taring-taring tidak kelihatan berukuran raksasa.

Gadis itu tidak punya waktu untuk terdiam terkejut. Dia memutar tubuhnya dan berhasil berguling sejarak satu langkah dari anak itu. Dia mengayunkan tangan kirinya yang masih bisa digerakkan dan mengumpulkan tenaga di sana.

Dia mengeluarkan serangan tombak listrik dari tangannya.

Tombak listrik warna ungu bergerak dengan kecepatan cahaya dan memiliki cukup kekuatan untuk membuat orang pingsan.

Dia tidak merasa itu bisa menjadi pukulan fatal.

Selama serangan itu membuat anak itu teralih cukup lama agar dia bisa kabur, itu cukup.

Tapi, tombak petir yang ditembakkannya ke arah anak itu dipentalkan dan menyambarnya di dadanya sendiri.

“Gah...!?”

Gadis itu terhempas kembali ke tanah dengan hantaman yang terasa seperti dipukul di dadanya dengan palu. Napasnya berhenti dan setiap otot di tubuhnya bergerak tidak teratur.

Bibir gemetar gadis itu berhasil mengeluarkan sepatah kata.

“Re...fleksi...!?”

“Maaf, jawaban itu tidak sepenuhnya salah, tapi masih belum mencapai inti dari apa yang bisa kulakukan!”

Gadis itu mencoba menjauhkan dirinya dari anak itu, tapi tubuhnya tidak mematuhi perintahnya karena serangan listrik yang dia tembakkan sendiri.

“Jawabannya adalah pengubahan vektor! Gerak, panas, listrik.[2] Aku bisa mengubah segala jenis vektor yang menyentuh kulitku. Walau aku memang menyetelnya untuk memantulkan pada keadaan biasa!”

Gadis itu melihat ke atas ke wajah anak laki-laki itu dengan terkejut.

Seluruh 2.3 juta esper di Academy City memang manusia spesial, tapi tidak banyak yang bisa mengalahkan bahkan hanya sebuah pistol dengan kekuatan mereka. Dan jika mereka bisa mengalahkan pistol, kau bisa menggunakan senapan mesin. Jika mereka bisa mengalahkan senapan mesin, kau bisa gunakan tank, pesawat tempur, kapal perang dengan kapal selam, atau sebagai pilihan terakhir, senjata nuklir.

Tidak ada esper yang bisa mengalahkan itu. Bahkan, jauh lebih mudah membeli sebuah pistol dibandingkan mengendalikan otak dan mengubah susunan gen untuk menciptakan kekuatan yang bisa melawan sebuah pistol. Kelihatan absurd menciptakan institusi pengembangan kekuatan psikis raksasa yang “menyelinap” melewati hukum internasional demi menciptakan sesuatu yang sama tingkatnya dengan senjata murahan yang bisa dibeli di supermarket Amerika seharga 30.000 yen.

Itulah kenapa tujuan Academy City bukan untuk menciptakan esper. Esper tidak lebih dari sejenis kertas litmus. Sepertinya yang sesungguhnya penting adalah kenapa esper lahir dan mekanisme apa yang membuat mereka muncul.

Tapi anak di depan matanya berbeda.

Anak itu bisa mengubah semua vektor baik gerak, panas, atau listrik, jadi dia tidak akan terluka bahkan jika terkena pilihan terakhir berupa senjata nuklir secara langsung. Dia hanya akan memantulkan gelombang kejut yang akan meledakkan apa pun, panas yang membakar segalanya, dan neutron dan radiasi yang membunuh makhluk apa pun.

Dia adalah Accelerator, Level 5 terkuat Academy City.

Kata “monster” muncul di pikiran gadis itu. Makhluk berbentuk manusia di depan matanya memiliki kekuatan untuk memusuhi seluruh dunia sendirian dan tetap akan bertahan hidup setelahnya.

Anak itu berjongkok di samping gadis itu.

“Kekuatan Level 5-ku membuatku bisa mengontrol segala jenis vektor.” Anak itu terlihat sangat berbeda, tapi dia berbicara seolah tidak ada apa-apa. “Kalau aku menggunakan kekuatanku, aku bahkan bisa melakukan ini.”

Anak laki-laki itu memasukkan jari telunjuknya yang lentik ke dalam lubang warna merah tua di pundak kanan gadis itu. Seperti seorang anak yang menekan seekor serangga sampai hancur.

“...!!”

Ada suara seperti buah warna merah dşremas dan tubuh gadis itu menegang karena rasa sakit yang intens.

“Sekarang, pertanyaan untuk babak hiburan,” kata Accelerator mengejek. “Sekarang aku menyentuh darahmu. Aku menyentuh aliran darahmu. Sekarang, kalau aku memutarbalikkan vektor itu... Kalau aku memutarbalikkan vektor darahmu, apa yang akan terjadi pada tubuhmu? Jawaban yang benar akan dihadiahi tidur yang nyenyak!”

Ekspresi kosong muncul di wajah gadis itu seolah dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Sesaat setelahnya, rasa sakit yang tak terbayangkan menyerbu seluruh tubuhnya.


“Hah?” kata Kamijou ketika keluar dari toko buku bekas dengan kantung kertas di satu tangannya.

Misaka Imouto tidak ada di sana.

(Mungkin dia marah karena aku memaksanya mengambil kucing itu, jadi dia pergi.)

Hanya kucing itu sendiri yang duduk di atas tanah.

Kamijou mengangkat kucing itu, telinganya diturunkan dan sedikit gemetar. Kamijou melihat sekeliling daerah itu lagi, tapi segala sesuatu di jalan yang diwarnai senja terlihat normal. Banyak anak laki-laki dan perempuan yang memakai baju pribadi berjalan pulang kembali ke asrama masing-masing setelah hari menyenangkan yang melelahkan.

(...?)

Ketika Kamijou melihat sekelilingnya, dia merasakan ada sesuatu dari pemandangan biasa itu. Dia berputar ke belakang dan melihat gang di antara toko buku bekas dan gedung berpenghuni banyak di sebelahnya. Sesuatu dari gang itu menarik perhatiannya.

(Ada apa? Apa yang aneh dengan gang itu?)

Kamijou melihat lebih dekat. Trotoar berubin berjalan di depan ujung masuk gang itu dan sebuah kincir angin berputar di depannya. Ujung masuk ke gang itu pasti sering dibersihkan karena sedkit daun dan sebelah sepatu perempuan terkumpul di sana. Pengubinan trotoar berakhir tepat di ujung masuk ke gang dan tanah di gang itu terbuat dari aspal yang kelihatan sangat seadanya.

...Sebelah sepatu perempuan?

“...?”

Masih menggendong kucing hitam itu, Kamijou mendekati ujung masuk ke gang. Firasat buruk merayap di tubuhnya seperti kaki seribu. Memang benar hanya ada sebelah sepatu seorang gadis di sana. Sepatu kulit kecil warna coklat yang terlihat seperti dibutuhkan untuk sekolah. Sepatu itu bersih dan tidak berdebu, jadi pasti belum lama di sana.

Kamijou memandang ke dalam gang itu.

Matahari sudah tenggelam ke bawah horizon, jadi sinarnya tidak mencapai celah antara bangunan. Kegelapan membuat tempat itu terlihat seperti pintu masuk sebuah gua dan dia tidak bisa melihat apa pun di dalam dengan mengintip dari luar saja.

“...”

Kamijou mengambil satu langkah masuk ke dalam gang.

Dengan satu langkah itu, terasa seperti suhu turun 2 atau 3 derajat. Perasaan bahwa dia telah melangkah ke tempat yang tak dikenal perlahan naik dari kaki ke tubuhnya.

Kamijou terus masuk. Di sana dia menemukan sepatu sebelahnya tergeletak di tanah kotor gang itu. Dia melanjutkan lebih dalam. Firasat buruk itu terus tumbuh. Dia mencoba untuk menjaga kecepatan langkahnya, tapi kakinya terus memcepat. Kamijou sendiri bahkan tidak tahu kenapa dia terburu-buru, tapi napas dan detak jantungnya meningkat kecepatannya seperti kecepatan jatuh dari sebuah bukit.

Lalu Kamijou menyadari ada tanda-tanda bagian dinding yang terkikis. Seolah ada seseorang yang menggores sepanjang beton dengan tongkat logam. Dan bukan hanya satu atau dua tanda goresan. Dinding di kedua sisi dipenuhi tanda itu seperti ada yang mengayunkan sebuah tongkat metal dengan ugal-ugalan.

Kamijou menginjak sesuatu.

Sebuah metal berwarna mirip emas...atau lebih tepatnya, tembaga. Sebuah silinder metal berukuran seperti baterai. Kamijou rasa benda itu mirip dengan selongsong kosong yang hanya pernah dia lihat di film-film. Ada bau asap samar yang tersisa seperti ada yang menembakkan kembang api.

(Apa...?)

Kamijou hampir mengeluarkan suara tanpa sadar, tapi dia menahan rasa itu. Entah kenapa, dia mencoba berjalan diam-diam terus ke dalam. Dengan setiap langkah, dia merasa bahwa udaranya semakin kotor.

Dia terus berjalan, dan menemukan sesuatu tergeletak di atas tanah di depannya dalam kegelapan. Bukan sesuatu, seseorang pingsan di atas tanah. Dia bisa melihat kaki orang itu dari tempat dia berdiri. Dia bisa melihat dua kaki, tapi dia tidak bisa melihat bagian atas tubuhnya seolah sudah ditelan oleh kegelapan. Sesuatu berserakan di sekitar kakinya. Pecahan-pecahan seperti plastik dan per. Mirip seperti sisa-sisa dari sejenis mainan.

“Misaka...?”

Kamijou tidak tahu kenapa nama itu yang keluar pertama. Dia mendekat seperti ingin memotong kegelapan yang menghalangi pandangannya.

Dan di sana dia berada.

Mayat Misaka Imouto terbaring di tanah.

Part6[edit]

Gadis itu terbaring menghadap ke atas seolah sedang memandangi langit ungu yang terlihat di antara gedung.

Lautan darah. Lautan darah sangat luas yang membuat orang bertanya-tanya apakah seorang manusia benar-benar menyimpan darah sebanyak itu. Tidak hanya di tanah. Dinding di kedua sisi juga tercat merah sampai ketinggian mata. Terlihat seperti seseorang telah meremas tubuh manusia untuk mengeluarkan darah sampai tetes terakhir.

Di tengah ledakan warna merah itu terbaring seorang gadis.

Lengan dan kaki yang keluar dari lengan pendek baju dan roknya tercabik-cabik. Kemungkinan besar sama seperti dengan kulit di balik bajunya yang Kamijou tidak bisa lihat. Seragam sekolahnya telah diwarnai sangat merah hingga warna aslinya tidak bisa kelihatan lagi, tapi bajunya sendiri tidak robek.

Tubuhnya seperti dikoyak dari dalam sepanjang jalur pembuluh darah seolah-olah ada seseorang yang memasukkan kawat tipis ke seluruh pembuluhnya lalu dengan paksa mengoyakkan pembuluh darahnya. Tangannya yang tercabik-cabik mengingatkan pada diagram katak yang dibelah. Gadis yang tercabik-cabik itu tidak memiliki apa pun yang bisa disebut “wajah”. Di tempatnya, dia memiliki apa yang kelihatan seperti bunga yang kembang atau telur rebus yang dikupas. Cekungan warna merah tua dengan otot warna pink dan lemak warna kuning yang lembek di dalamnya.

“Uuh... Ahh...”

Melihat pemandangan merah dan ungu di depannya, Kamijou mundur selangkah. Dia pasti mulai menekan lengannya karena kucing hitam di gendongannya mulai mengeong seperti tidak bisa bernapas.

“Ah... Gh...”

Kamijou sudah melihat sejenis neraka di dalam Bimbel Misawa, tapi mayat yang dilihatnya di sana tidak memiliki rasa “darah-dan-daging” karena mayat-mayat itu entah tertutup baju zirah atau diubah menjadi emas cair.

Tapi ini berbeda.

Dia merasakan dorongan untuk muntah seolah-olah dia telah memasukkan jari ke tenggorokannya. Dia berteriak dalam hati, jangan muntah. Dia menggunakan logika baik, berpikir bahwa dia sedang melihat Misaka Imouto dan dia seharusnya tidak muntah ketika melihat Imouto, tapi kemudian dia melihat roknya di sudut pandangannya.

Sesuatu keluar dari dalam roknya, dari antara kakinya.

Benda lembut dan lembek dengan permukaan warna pink dan sedikit warna ungu itu adalah...

“Ugehh!!”

Saat itu, Kamijou tidak bisa lagi menahan dan tubuhnya membungkuk. Rasa asam memenuhi mulutnya lalu isi perutnya keluar dari mulutnya.

Kamijou muntah.

Dia sedang melihat orang yang dia beri senyum dan berbicara dengannya baru sepuluh menit yang lalu. Kenyataan yang aneh itu terasa seperti akan meledakkan gerigi yang menjalankan otaknya.

Dengan suara menjijikkan, muntahannya jatuh ke tanah. Muntahannya menyebar dan bercampur dengan ujung lautan darah, menciptakan pola seperti marmer yang aneh.

Darah.

Akhirnya, Kamijou menyadari bahwa darahnya belum mengering sama sekali. Darah membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk membeku, jadi orang yang telah melakukan itu pada Imouto mungkin masih berada di dekat sana.

Orang yang melakukan hal itu pada Imouto.

Kamijou memucat karena pikirannya sendiri. Jelas-jelas ini bukan terlihat seperti kecelakaan atau bunuh diri. Dia mulai merasa pusing. Satu-satunya kemungkinan yang tersisa adalah sesuatu yang tidak ingin dia pikirkan.

Lalu dia mendengar suara dari arah lebih dalam gang itu.

“!?”

Biasanya, orang akan berpikir kalau itu adalah kucing liar atau semacamnya, tapi lautan darah itu sudah membuat situasi menjadi tidak biasa. Kaki Kamijou secara alami membawanya mundur. Sesuatu yang menakutkan ada di depan dalam kegelapan, terlebih lagi, dia tidak bisa melangkahi Misaka Imouto.

Kamijou mundur beberapa langkah lalu menyadari sesuatu yang keras di kantungnya. Telepon genggamnya. Dia berpikir untuk memanggil bantuan, tapi dia juga berpikir bahaya yang ada di depan akan datang sebelum bantuannya tiba. Bahkan jika dia memanggil bantuan, dia harus lari dari tempat itu lebih dulu, jadi dia berbalik dari Misaka Imouto dan berlari menyusuri gang.

Gang itu lurus, tapi tanah terasa seperti bergetar dan dia terus menabrak dinding. Sambil berlari, dia menekan tombol di ponselnya, tapi jarinya begitu gemetar hingga dia tidak tahu tombol apa yang ditekannya. Mungkin 110, mungkin 119, atau mungkin 117 atau 177. Bagaimanapun juga, dia menekan tombol-tombol itu. Dia mendengar ponselnya berdering beberapa kali lalu mendengar suara klik kecil.

(Akhirnya tersambung!)

Tepat ketika Kamijou merasa senang, dia mulai mendengar nada panggilan elektronik yang dingin.

Kamijou melepaskan ponsel dari telinganya dan melihat ke layarnya.

Tidak ada sinyal. Dia merasa ingin melempar ponselnya ke dinding.

(Ponsel itu ternyata merepotkan.)

Dia mencoba menggunakan ponselnya untuk memanggil bantuan, tapi tidak mendapat sinyal di gang sempit itu. Dia tidak punya pilihan lain, jadi dia keluar dari gang itu dan memanggil 119 kagi di depan toko buku bekas itu.

Dia sendiri tidak yakin apa yang dia katakan.

Dia hanya sekadar meneriakkan sesuatu yang tidak menjelaskan sietuasinya sama sekali dan nomor 119 yang langka tersimpan dalam daftar panggilannya.

Kehidupan seperti biasa terus berjalan di jalan raya itu dan Kamijou ragu ada orang yang akan mempercayainya jika dia memberitahu mereka bahwa ada mayat hancur seorang gadis di dalam gang itu.

“...”

Kamijou menurunkan pandangannya ke ponsel di tangannya.

Dia seharusnya memberi tahu Mikoto apa yang terjadi, tapi dia tidak tahu nomornya. Tidak bisa melakukan bahkan itu saja membuat Kamijou merasa sangat tidak berdaya.


Kucing di tangan Kamijou menguap.

Dia telah menelepon 119, tapi yang datang adalah polisi.

Jam internal tubuhnya tidak bekerja dengan baik, jadi dia tidak tahu sudah berapa lama waktu yang lewat sejak dia menelepon. Dia merasa sudah lebih dari satu jam, tapi dia juga merasa hanya 10 detik.

Melihat ponselnya, sepertinya sudah setengah jam.

Awalnya, Kamijou pikir ponselnya rusak, tapi dia melihat ke atas dan melihat warna ungu langit senja telah berganti menjadi biru langit malam. Dia memandang kosong bintang-bintang yang bersinar.

“...”

Kamijou memandangi dalam diam para polisi yang datang.

Secara teknis mereka bukanlah polisi, tapi Anti-Skill. Mereka bukan esper. Mereka seperti prajurit yang bersenjatakan senjata generasi terbaru. Mereka pasti berpikir bahwa ada kemungkinan itu adalah pembunuhan yang dilakukan oleh esper yang lepas kendali karena sebuah mobil station wagon menepi dan sekitar 10 anggota Anti-Skill keluar. Mereka memakai helm hitam dan pakaian terbuat dari serat khusus yang membuat mereka kelihatan seperti semacam robot. Mereka juga memegang senapan aneh. Perlengkapan mereka seperti mengatakan bahwa mereka lebih memberi prioritas pada menangkap kriminal dibanding melindungi warga sipil.

“...Hei! Hei, kau!”

Ketika Kamijou memandang mereka, salah satu anggota Anti-Skill tiba-tiba berteriak memanggilnya. Awalnya dia kebingungan. Dia hanya menelepon, jadi mereka harusnya tidak tahu seperti apa wajahnya. Tapi kemudian dia menyadari kalau mereka berteriak pada semua orang di daerah itu.

“Oh, aku yang menelepon. Tapi aku menelepon ambulans, bukan polisi.”

“Begitu. Polisi juga pasti dihubungi dalam kasus seperti ini. Kami mungkin cuma tiba lebih dulu.” Pria Anti-Skill itu melihat ke Kamijou. “Apa itu gangnya? Dan akan sangat membantu jika kau menjelaskan apa yang kaulihat di sana.”

Kamijou menutup matanya.

Pemandangan yang dia lihat di gang itu terasa seperti tertempel di balik kelopak matanya.

“...Ada orang yang tewas,” katanya.

Suaranya tenang, dan ini membuatnya jengkel.

“Tubuhnya seperti dikoyak-koyak. ...Aku tidak tahu senjata jenis apa yang digunakan. Mungkin kekuatan psikis jenis tertentu.”

Sesuatu menggelembung di tubuhnya dengan setiap kata yang dia ucapkan.

Perasaan tidak nyaman seakan indranya yang lumpuh mulai kembali.

“Dia kenalanku. Aku baru bertemu dengannya dua hari yang lalu, tapi aku cukup tahu bentuk tubuhnya untuk mengenalinya dari sebuah foto. Ah, tidak. Kenapa aku setenang ini? Pikiranku seharusnya lebih kacau, kenapa aku begini...!”

“Itu cukup,” kata pria itu menggelengkan kepalanya. “Aku yakin kau telah melakukan pilihan yang terbaik. Itulah kenapa kami ada di sini. Kau telah melakukan sesuatu untuknya.”

“...Tapi aku lari.”

“Kau tetap sudah melakukan sesuatu untuk membantu,” kata pria Anti-Skill itu.

Kamijou tahu bahwa pria itu hanya mengatakan itu untuk menghiburnya, tapi itu masih berhasil menjaga kewarasannya. Kamijou berhasil berhenti tepat sebelum dia mencapai kehancuran yang pasti.

“Kami biasanya pergi ke TKP dengan membawa orang yang menemukan TKP bersama kami, tapi apa yang akan kaulakukan? Kami tak akan memaksamu ikut.”

Rasa ngeri menjalar di punggung Kamijou. Pemandangan darah, daging, dan isi perut itu tertempel di balik kelopak matanya dan jarinya seperti tidak bisa merasakan apa-apa.

Walau begitu...

“...Aku ikut,” kata Kamijou perlahan, mengangkat kucingnya.

Dia tidak tahu kenapa, tapi dia tidak mau kabur lagi.


Ketika dia memikirkan bahwa dia akan melihat pemandangan itu lagi, tubuh Kamijou mulai gemetar. Dia gemetar, tapi dia harus kembali ke dalam gang itu. Apa yang telah terjadi di kegelapan sana? Dia harus mengetahuinya.

Kamijou memimpin masuk ke gang itu dan grup Anti-Skill bersenjata bertindak sebagai tamengnya.

(...Hah?)

Tapi, ada sesuatu yang aneh ketika dia melangkah masuk ke lorong itu.

Sepatu yang ada di sana hilang.

Ketika dia pertama masuk ke gang itu, dia melihat sebelah sepatu gadis di ujung masuknya. Dan ada satu sepatu lagi sedikit masuk ke dalam gang.

Kamijou berputar.

Sepatu yang ada di ujung masuk ada di sana.

Tapi, sepatu satunya yang berada sedikit ke dalam gang sudah hilang

(...?)

Kamijou merasakan sesuatu yang berat dalam tubuhnya, tapi grup Anti-Skill terus berjalan. Selanjutnya, mereka seharusnya akan menemukan goresan-goresan di dinding dan selongsong-selongsong peluru. Ya, mereka seharusnya. Tapi selongsongnya sudah hilang. Seperti ada yang telah membersihkan gang itu, tidak satu selongsong pun yang bisa ditemukan di tanah yang kotor. Goresan-goresan di dinding sudah dikikir. Goresannya sendiri tidak bisa dihapus, tapi sepertinya ada orang yang mencoba menyembunyikannya dengan membuat sumber goresan itu mustahil diidentifikasi.

(...Tunggu sebentar.)

Kamijou punya firasat buruk. Dia merasakan tekanan dalam perutnya. Dia ingin berhenti dan berpikir sejenak, tapi grup Anti-Skill terus berjalan. Dia merasa seperti ada serangga yang merayap di balik kulitnya. Sepatu yang hilang, selongsong yang hilang, dan goresan yang disamarkan di dinding. Semuanya terdengar tidak berkaitan, tapi semua itu seperti mengarah pada satu arti seolah-olah kombinasinya menciptakan semacam reaksi kimia.

Kamijou ingin berhenti, tapi dia tidak bisa. Seolah-olah dia ditarik oleh tali yang tak terlihat yang terikat pada grup Anti-Skill, dia berjalan ke depan.

Dan mereka akhirnya tiba.

Napas Kamijou terhenti.

Mereka tiba di tempat pembunuhan di mana Misaka Imouto tadinya terbaring tewas di tengah kubangan darah.

Akan tetapi, mayat itu tidak bisa ditemukan.

Part7[edit]

Bukan hanya tubuhnya saja.

Darah merah yang tadi menutupi tanah dan dinding di kedua sisi hilang sebersih noda yang dihapus dari kaca. Tidak ada daging atau rambut yang tadinya berserakan tersisa. Daerah itu bahkan tidak berbau darah. Bau daging juga sudah hilang. Seolah memang tidak pernah ada mayat di sana yang berarti tidak ada apa pun yang terjadi di sana.

“Eh?”

Awalnya, Kamijou hanya mengeluarkan suara terkejut itu.

Dia berdiri di tempat dan grup Anti-Skill di depannya berbalik ke arahnya.

“Ada apa? Kau melihat sesuatu?”

“Bukan, bukan itu.” Kamijou menunjuk ke tanah. “Di sini. Tubuhnya tadi di sini. Dan seharusnya masih ada di sini.”

“Apa?”

Anggota Anti-Skill mengamati tanahnya, tapi tidak ada setetes pun darah, apalagi mayat, di sana. Bahkan tidak ada tanda-tanda lembab jejak bahwa ada sesuatu yang dilap.

Anggota Anti-Skill saling bertukar pandang. Suasana tidak nyaman menggelayut di udara. Pundak beberapa dari mereka menjadi santai dan beberapa memelototi Kamijou.

“Tunggu sebentar! Tadi benar-benar ada mayat di sini!”

“Oke,” kata salah satu dari mereka sambil melihat Kamijou. “Walaupun kau benar-benar melihat apa yang kaupikir kau lihat, apa kau yakin tempatnya di sini? Ingatanmu mungkin sedikit kacau dan kau salah mengira tempat ini sebagai tempat yang sebenarnya.”

Kata-katanya baik, tapi tidak ada keseriusan di baliknya, seperti minuman bersoda yang sudah kehabisan karbonasinya. Kamijou mendengar kata-kata itu seperti yang digunakan untuk menenangkan orang mabuk yang tak terkendali.

Dia terdiam seribu bahasa karena dia tidak bisa menebak apa yang telah terjadi.

Apakah semuanya hanya ilusi? Kalau memang ilusi, kenapa Misaka Imouto hilang dari depan toko buku bekas itu? Kamijou mengeluarkan ponselnya. Cara tercepat untuk mengetahui apakah itu ilusi atau kenyataan adalah dengan menghubungi Misaka Imouto. Jika teleponnya tersambung, dia bisa tahu bahwa Imouto masih hidup.

Tapi Kamijou tidak tahu nomor ponsel Misaka Imouto.

Karena dia tidak bisa meneleponnya, yang tersisa hanyalah mencoba menjawab pertanyaan ini sendirian.

“...”

Kamijou membatu di tempat itu.

Pemandangan di depan matanya terlihat sangat biasa hingga dia mulai meragukan ingatannya sendiri. Dan Kamijou sebenarnya senang jika meragukan ingatannya sendiri. Jika dia telah melihat ilusi, maka laporannya pada polisi hanya akan jadi omong kosong. Misaka Imouto tetap berjalan di tempat yang berbeda dan akan muncul di depannya setelah ingat dengan kucing itu. Masa depan yang itu jelas yang lebih diinginkannya.

(...Sialan. Apa yang terjadi?)

Dia lebih senang jika Misaka Imouto tidak tewas, tapi dia ragu mencoret kenyataan yang dia lihat sebagai ilusi. Kontradiksi aneh itu menggerogoti hatinya.

“Apa-apaan yang terjadi!?”

Kamijou tidak tahan lagi, jadi dia menerobos grup Anti-Skill dan berlari lebih jauh ke dalam gang. Dia mendengar suara yang menyuruhnya berhenti, tapi dia tidak yakin mereka akan mengejarnya. Anggota Anti-Skill itu mungkin sedang berpikir bahwa dia memberikan laporan itu hanya sebagai lelucon.

Kucing hitam di gendongannya mengeong.

Kamijou berlari menyusuri gang yang sempit itu, tapi dia tidak tahu apa yang sedang dicarinya. Dia tahu bahwa dia sedang mencari sesuatu, tapi dia tidak tahu sedikit pun apa yang dicarinya itu. Mungkin terlihat seperti dia hanya berlari untuk melepaskan diri dari kesedihan aneh yang menyelimutinya.

Dia terus berlari di gang yang gelap dan busuk mendekati simpang tiga. Jalannya bercabang ke kanan dan ke kiri. Jalan ke kanan adalah jalan sempit yang terus menuju ke kegelapan, tapi dia bisa melihat sinar lampu jalan dari jalan sebelah kiri. Kemungkinan besar, jalan itu terhubung dengan jalan raya. Jalan ke kiri itu terlihat seperti pintu keluar sebuah terowongan.

Emosi Kamijou ingin menuju jalan keluar di kiri.

Tapi, keluar dari gang itu terasa seperti dia sudah menyerah, jadi Kamijou berjalan menuju kegelapan di sebelah kanan.

Bagian gang itu lebih lebar dari sebelumnya, jadi kata “jalur” lebih cocok dibandingkan “celah”. Karena tempatnya lebih lebar, ember polietilen, sepeda yang tak digunakan, dan benda-benda lain berserakan. Kotak berisi botol bir yang jatuh, kardus yang sepertinya telah menyerap air, dan sumber cairan lainnya menghasilkan berbagai jenis cairan mengalir di atas tanah, bercampur, dan menghasilkan semacam cairan lengket.

Jejak kaki yang terus menyusuri jalur itu bisa terlihat di cairan lengket.

Kamijou mengikuti jejak kaki itu dengan matanya dan memandang ke dalam kegelapan. Dia mendengar ada yang bergerak di dalam kegelapan.

Ada seseorang di sana.

Dia pikir jantungnya akan hancur oleh keterkejutannya.

Kucing itu berontak kesakitan. Dia mungkin telah meremasnya dengan tangannya lagi.

“Siapa di sana!?” teriak Kamijou.

Orang di dalam kegelapan itu berbalik ketika mendengar suaranya.

Anehnya, orang itu lebih pendek dari Kamijou dan terlihat seperti seorang gadis. Tapi, benda seperti kantung mayat yang diangkat di bahunya memang sedikit menyeramkan. Benar, kantung mayat, sebuah kantung yang digunakan untuk diisi oleh manusia yang paling tidak pingsan. Kantung mayat itu bengkok seperti huruf V terbalik di atas pundak orang itu dan Kamijou rasa dia bisa melihat siluet seorang gadis lemas di dalamnya.

(Apa itu...?)

Siluet itu membuat Kamijou terdiam. Siluet itu terlihat bukan seperti manusia hidup yang dimasukkan, dan lebih seperti bagian manekin yang sudah dilepas-lepas dilemparkan ke dalam. Walau siluet keseluruhannya tumbang, apa yang jelas-jelas merupakan pergelangan tangan, lutut, dan bagian tubuh lain bisa terlihat menekan bahan kantung itu dari dalam.

Lalu Kamijou melihatnya.

Dia melihat orang yang tadinya dia tidak bisa lihat dengan jelas karena kegelapan. Dia melihat orang yang mengangkat kantung mayat yang jelas-jelas berisi seseorang.

Kamijou melihatnya.

Dengan kegelapan yang sudah hilang, dia melihat orang yang berdiri di sana.

Orang itu adalah Misaka Imouto.

“Ap-...?”

Kamijou membatu di depan pemandangan gila itu. Eongan ramah yang dikeluarkan kucing di tangannya terdengar aneh.

Itu jelas-jelas adalah Misaka Imouto.

Dia berambut coklat sebahu dan kaca mata militer ada di dahinya. Dia memakai blus putih lengan pendek, sweater musim panas, dan rok berlipat. Dia berdiri di sana seolah telah dibuat ulang dengan cetakan.

Kamijou tidak mengerti. Dia sama sekali tidak mengerti, tapi...

“‘Misaka minta maaf. Dia berniat kembali ke sana setelah menyelesaikan pekerjaannya,’ kata Misaka dimulai dengan permintaan maaf.”

Pandangan itu, perilaku itu, suasana itu, cara bicaranya...jelas-jelas adalah miliknya.

“Hei, sebentar. Kau Misaka Imouto, ‘kan?”

Jadi apa yang telah dia lihat sebenarnya memang ilusi yang terlihat sangat nyata? Di satu sisi, Kamijou merasa sedikit kecewa, tapi Misaka Imouto berdiri di depannya sama seperti sebelumnya.

Dia kehilangan tenaga di kakinya dan rubuh ke tanah.

“Sial. Apa-apaan yang terjadi?” umpatnya. “Oh, maaf. Mungkin ini akan kedengaran sangat aneh, tapi aku benar-benar pikir ada hal buruk yang terjadi padamu. Tapi kelihatannya kau baik-baik saja. Aku lega.”

“Ada beberapa bagian dari apa yang kaukatakan yang Misaka sulit mengerti...”

(Yah, aku tidak tahu bagaimana dia bisa mengerti itu.)

Kamijou tidak tahu kenapa dia melihat ilusi itu, tapi dia tidak peduli selama Misaka Imouto baik-baik saja.

“‘...tapi Misaka memang benar-benar tewas,’ lapor Misaka.”

Napas Kamijou membeku.

Misaka Imouto ada tepat di depannya, tapi Kamijou dengan terlambat baru mulai bertanya-tanya apakah kantung mayat yang dibawa Imouto di pundaknya itu. Siluet di dalamnya terlihat seperti manekin yang rusak. Konstruksinya terlihat aneh dan sendi-sendinya arahnya aneh.

Dia melihat ke arah kantung itu, bertanya-tanya apa yang ada di dalamnya. Ketika dia melakukan itı, sesuatu mencolok ke tengah pandangannya. Sebuah benda yang keluar dari ritsleting kantung mayatnya. Benda warna coklat keluar dari celah di ujung ritsleting seperti rumput.

Rambut.

Kamijou sangat syok. Rasa ngeri yang aneh menjalari seluruh tubuhnya.

(Apa dia sedang membawa boneka ukuran manusia atau semacamnya?)

Tapi rambut coklat itu terlalu familier. Warnanya, kilaunya, dan segala sesuatunya persis sama dengan rambut milik gadis yang mengangkat kantung mayat itu.

“Tunggu, tunggu. Apa yang sedang kaubawa? Apa yang ada di dalam kantung mayat itu?”

“‘...? Kau tidak tahu?’ tanya Misaka membalas. ‘Karena kau memasuki tempat testing, Misaka pikir kau terkait dengan eksperimen ini, tapi...ya, memang benar bahwa kau tidak terlihat seperti orang yang terlibat dengan eksperimen,’ kata Misaka merespon berdasarkan intuisinya.”

(Eksperimen...?)

Kamijou terdiam karena dia tidak tahu apa yang sedang Misak Imouto bicarakan.

“‘Untuk memastikan, Misaka akan memeriksa dengan kode,’ kata Misaka sambil melakukan sesuai apa yang dikatakannya. ‘ZXC741ASD852QWE963,’ kata Misaka mengetesmu.”

“Apa? Kau bicara tentang apa?”

“‘Karena kau tidak bisa memecahkan kode itu, kau sepertinya memang tidak terkait dengan eksperimen,’ kata Misaka setelah menerima bukti logis yang memperkuat asumsi intuitifnya.”

Perkataan Misaka Imouto terdengar seperti bahasa alien bagi Kamijou.

Dia melihat Imouto dengan ragu.

“‘Kantung mayat ini berisi seorang Sister,’[3] jawab Misaka.”

Suara yang menjawab pertanyaan Kamijou jelas-jelas adalah milik Misaka Imouto.

Akan tetapi, suara bersama langkah kaki itu berasal dari belakang Misaka Imouto.”

Suaranya terdengar seperti berasal lebih dalam lagi di lorong itu.

Tidak ada yang salah dengan indra Kamijou. Dengan lebih banyak lagi suara langkah kaki, seseorang mendekat dari belakang Misaka Imouto.

“‘Misaka minta maaf karena telah meninggalkan kucing hitam itu di sana,’ kata Misaka.”

Orang yang muncul dari kegelapan adalah seorang gadis yang persis seperti Misaka Imouto.

(Apa? Dia terlihat persis dengan Misaka Imoputo...jadi itu Mikoto?)

“‘Tetapi, dia tidak ingin seekor binatang terlibat dalam konflik yang tidak diperlukan,’ kata Misaka menjelaskan tindakannya.”

Akan tetapi, bukan langkah kaki gadis itu saja yang terdengar.

“‘Misaka ingin meminta maaf padamu untuk alasan yang sama,’ kata Misaka sambil membungkukkan kepalanya.”

Ada dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh...sepertinya tidak ada habisnya jumlah langkah kaki.

“‘Sepertinya eksperimen ini membuatmu khawatir,’ kata Misaka sambil-...”

“Tapi kau tidak perlu khawatir...”

“Jadi kau yang memanggil polisi...”

“Itu adalah keputusan yang tepat...”

“‘Apa kucingnya baik-baik saja?’ tanya Misa-...”

“‘Semua Misaka yang ada di sini adalah Misaka,’ kata...”

“Tapi apa yang akan kaulakukan jika Misakalah pembunuhnya?”

“‘Detailnya adalah rahasia, jadi Misaka tidak bisa menjelaskan, tapi tidak ada masalah apa-apa di sini,’ respon Misaka.”

“...Ah?”

Sudah sewajarnya Kamijou mundur ketika Misaka demi Misaka bermunculan dari belakang yang pertama. Punggungnya menabrak sesuatu. Dia berbalik dan menemukan lebih banyak Misaka dengan wajah tanpa ekspresi yang identik.

“Apa...?”

Kamijou terdiam seribu bahasa pada pemandangan itu dan dia mencoba menyusun semua yang telah terjadi dalam pikirannya.

Index v03 117.jpg

Apakah yang dia lihat tadi bukanlah ilusi tapi memang mayat dari salah satu Misaka-Misaka yang identik itu? Dari fakta bahwa Misaka Imouto yang itu sedang membawa mayatnya, mereka sepertinya berusaha menutupinya.

Memang benar bahwa darah bisa dikeringkan dalam semenit dengan koagulan dan panas dari pengering rambut. Lalu mereka bisa membersihkannya semudah minyak tempura yang telah dikeraskan dengan bahan kimia. Dan sidik jari dan reaksi luminol bisa dengan mudah dihapuskan menggunakan bahan kimia.

Tapi Kamijou menemukan sesuatu yang aneh.

Dari awal, sangat aneh bisa ada orang sebanyak itu yang tubuhnya persis sama.

Kembar monozigot, biasa dikenal dengan kembar identik, adalah saudara dengan struktur yang sama pada tingkat genetik, tapi sebenarnya kembar ini tidak seidentik seperti yang biasa ditunjukkan di drama atau novel.

Mari ambil contoh hipotesis berupa seorang pria bernama Tanaka-san. Tanaka-san jelas akan memiliki rasio otot ke lemak yang sangat berbeda tergantung apakah dia berlatih tiap hari demi menjadi pemain baseball atau jika dia hanya makan permen sepanjang hari dan tidak melakukan apa pun.

Dengan perbedaan tidur, olahraga, kebiasaan makan, dan stres, pola hidup seseorang bisa mengubah bentuk tubuhnya bahkan jika mereka itu identik saat lahir. Dan tidak normal bagi dua orang untuk menjaga pola makan, olahraga, dan tidur yang persis sama setelah hidup selama 10 atau 15 tahun.

Gadis-gadis di depan matanya terlalu identik.

Mereka terlihat persis dengan gadis bernama Misaka Mikoto.

Seolah waktu tidurnya diukur dengan jam, jumlah olahraganya diukur dengan mesin, dan porsi makannya diukur dengan timbangan.

Ya, seperti semuanya telah diukur dengan tepat menyamai Misaka Mikoto.

Seolah mereka telah diciptakan seseorang.

“............................................”

Kamijou berputar melihat daerah itu, lalu melihat kembali ke kantung mayat itu.

Sepertinya gadis-gadis itu mengenalnya. Sepertinya mereka mengenal kucing itu. Tapi kalau begitu Kamijou mesti bertanya-tanya siapa gadis yang dia pikir adalah Misaka Imouto. Apa Imouto itu ada di antara mereka atau masih ada lebih banyak Misaka lagi? Atau apakah Misaka Imouto yang berjalan bersamanya tadi adalah yang berada di dalam kantung mayat?

“‘Jangan khawatir,’ jawab Misaka.”

Misaka yang mengangkat kantung mayat berbicara pada Kamijou yang membatu terkejut.

“‘Misaka yang kautemui sebelumnya hari ini adalah Nomor Serial 10032. Dengan kata lain, Misaka yang ini,’ jawab Misaka.” Dia menunjuk dirinya sendiri dengan tangannya yang bebas. “Para Misaka menggunakan kekuatan mereka untuk memanipulasi listrik demi menghubungkan gelombang otak mereka. Misaka-Misaka yang lain hanya berbagi ingatan dengan #10032,’ kata Misaka menjelaskan.”

Menghubungkan gelombang kedengaran mustahil awalnya, tapi mungkin jika mereka adalah anak kembar. Gelombang otak setiap orang berbeda, seperti sidik jari dan sidik suara. Gelombang otak orang lain mengalir masuk ke otakmu hanya akan menghancurkan sel otakmu, tapi jika dua orang yang identik pada tingkat genetik melakukannya...

Tapi Kamijou tidak terlalu peduli dengan itu.

“Siapa kalian?” tanyanya.

“‘Para Misaka adalah Sisters, klon seluler yang diciptakan sebagai model militer produksi masal dari yang Asli, satu dari tujuh Level 5 di Academy City,’ jawab Misaka.”

“Apa yang sedang kalian lakukan?” tanyanya.

“‘Hanya sekadar eksperimen,’ jawab Misaka. ‘Misaka sekali lagi meminta maaf karena membuatmu terlibat dalam eksperimen kali ini,’ kata Misaka sambil membungkukkan kepalanya.

“Apa-...?” Dia mulai bertanya, tapi kemudian menutup mulutnya.

Gadis-gadis yang berdiri di depannya terlalu berbeda dan asing.


Kamijou sendirian bersender di dinding gang itu sambil mengangkat kucing hitam.

Grup para Misaka telah menghilang seolah menyatu dengan kegelapan. Kemungkinan besar mereka membawa mayat itu untuk menghilangkan semua bukti. Dan eksperimen-eksperimen itu akan berlanjut. Dia tidak tahu apa sebenarnya eksperimen itu, tapi Misaka-Misaka itu dibunuh dan dibawa ke suatu tempat tanpa dia tahu.

Istilah “klon seluler” mengembalikan rasa ingin muntah padanya. Punggung buku yang dilihatnya di toko buku bekas mengambang di pikirannya. “Baru! Sapi-Sapi Ilmiah dari Gedung Peternakan”. Dia diingatkan makhluk-makhluk yang hidup di dalam bangunan-bangunan tak berjendela itu, bernapas dengan udara yang terkondisi, minum nutrisi, dan dipelihara hanya untuk dimakan. Dia membayangkan hewan-hewan itu dibelah perutnya, jeroannya ditarik keluar, dagingnya diiris, lalu dibungkus dan didistribusikan ke supermarket dan toko daging di seluruh kota. Dia merasakan rasa asam lambung di tenggorokannya. Dia meragukan dirinya bisa makan daging untuk beberapa lama.

Tapi, ada orang-orang pragmatis yang tidak peduli dengan hal-hal seperti itu. Orang-orang di balik eksperimen ini membunuh manusia sama seperti sapi yang dibunuh, isi perutnya dikeluarkan, dipotong-potong, dan dibungkus, jadi mereka akan melanjutkan eksperimen ini tanpa peduli. Kamijou tidak tahu apa arti di balik dari eksperimen ini dan dia ragu bisa mengerti sesuatu yang semenjijikkan itu walaupun diterangkan padanya. Tapi, dia katakan satu hal dengan pasti. Membiarkan eksperimen itu berlanjut akan menyebabkan banyak manusia yang dibunuh.

(...Eksperimen?)

Kata itu melekat di pikiran Kamijou.

Misaka Imouto menyebutnya sebagai eksperimen, jadi ada fasilitas riset di baliknya? Kalau begitu, penggunaan istilah teknis “klon seluler” menjadi masuk akal. Klon seluler tidak diciptakan seperti bayi biasa. Klon itu diciptakan dari DNA yang diekstrak dari sehelai rambut atau setetes darah.

Tiba-tiba, Kamijou membatu.

Rambut.

Untuk menciptakan klon seluler, diperlukan DNA. Bisa sehelai rambut atau setetes darah, tapi bahan mentah seperti itu diperlukan.

Misaka Imouto telah mengatakan bahwa mereka adalah model militer produksi masal dari Misaka Mikoto.

(Tidak mungkin...)

Kamijou berhenti bernapas. Dia melihat langit berbentuk persegi yang bisa dia lihat di antara gedung, keputusasaan memasuki pikirannya.

(Apa Misaka Mikoto tahu tentang ini?)

Part8[edit]

Hidangan malam itu adalah yakiniku.

Komoe-sensei yang terlihat seperti anak berumur 12 tahun berdiri di dapur, memandangi Set Yakiniku Lux seharga 12000 yen yang dia beli dengan diskon spesial di supermarket. Dia membelinya setengah karena dia akan memberi makan lebih banyak orang dan setengah karena set itu satu tingkat di atas dari Set Yakiniku Hebat yang dia beli sebelumnya.

Bukan tidak biasa bagi Komoe-sensei untuk menghidangkan makan malam untuk beberapa orang. Dia adalah seorang pendidik sampai ke akarnya, jadi dia punya kebiasaan memungut gadis yang kabur dari rumah dan memberinya tempat tinggal sampai dia menemukan apa yang ingin dilakukannya.

(Sudah sebulan sejak Izanami-chan pergi untuk berlatih mendjadi tukan roti. Ketenangan setelahnya memang enak, tapi itu waktu yang lama untuk tinggal sendirian...)

Komoe-sensei mengeluarkan sejumlah kaleng bir dari kulkas untuk membandingkan rasanya.

Dia tidak yakin yakiniku itu masakan khas musim apa. Bagaimanapun juga, dia tinggal di masa ketika setiap jenis makanan bisa didapatkan sepanjang tahun.

Tapi, guru perempuan yang kelihatan berumur 12 tapi bisa merasakan perbedaan rasa antara jenis bir selalu makan yakiniku di musm panas. Dia juga memutuskan untuk menyerahkan pemasakan dagingnya pada orang yang tinggal dengannya tanpa membayar sewa. Perannya malam itu hanya minum bir dan makan daging, jadi dia merasa seperti seorang bangsawan.

Teman sekamar sementaranya, Himegami Aisa, telah selesai menyiapkan panggangan besi di atas meja teh di tengah ruangan dan duduk dalam posisi teratai[4] Posisi teratai mungkin kedengaran tinggi, tapi sebenarnya dia hanya duduk bersila dan bertanya-tanya berapa lama dia harus menunggu sebelum makan.

Komoe-sensei adalah tipe orang yang membumbui daging sebelum memasaknya.

Selera orang berbeda-beda, tapi Komoe-sensei suka mengolesi daging dengan saus tare sebelum dimasak dan menambahkan saus tare lagi setelah masak.

Tentu saja, memasak daging yang telah diolesi saus tare membuat kamar itu dipenuhi bau asap, tapi dia tidak peduli. Kamar itu (entah kenapa) sudah dipenuhi coretan-coretan aneh di lantai tatami dan dinding, lantai tataminya sudah ditebas semacam pedang, noda darah di segala tempat, bekas terbakar di dinding, dan yang terakhir, dinding dan langit-langitnya sudah hancur oleh yang sepertinya adalah senjata sinar. Lubang itu memang sudah ditambal dengan papan, tapi dia praktis sudah bisa mengatakan selamat tinggal pada uang jamşnannya.

(...Uuh. Besok aku akan memastikan Kamijou-chan memberitahuku apa yang terjadi.)

Komoe-sensei menghela napas, tapi dia membawa sepiring besar daging ke meja teh untuk mengembalikan semangatnya. Himegami pasti adalah tipe orang yang mengoleskan banyak saus tare ke daging dan memakannya dengan nasi karena dia telah menyiapkan rice cooker di dekatnya.

“Oke, sekarang panaskan panggangannya. Kau kalah suit, Himegami-chan, jadi kau harus ambil saibashi dan mulai kerja paksa. Sekarang masakkan yakiniku untukku!”

“Oke. Tapi sebelumnya, aku akan ceritakan sebuah cerita seram dari Academy City.

“...Aku bukan tipe orang yang bakal menangis ketika diceritakan tujuh misteri Academy City. Bahkan, aku juga sering dicela bahwa aku adalah salah satu dari tujuh misteri itu.”

Tetapi, urban legend di Academy City bukanlah tipe occult yang melibatkan hantu. Legenda-legenda ini biasanya terkait dengan bagian-bagian tersembunyi dari sains yang menggelikan, seperti UFO.

Banyak dari urban legend di Academy City yang berkaitan dengan Institusi Lima Elemen Distrik Bilangan Imajiner yang juga dikenal sebagai Pengetahuan Primer.

Contohnya, ada rumor bahwa Academy City awalnya adalah sebuah laboratorium. Katanya laboratorium itu dikembangkan dengan rumah perusahaan untuk para personel, fasilitas kesehatan, dan laboratorium yang berkaitan hingga mencapai titik menjadi sebuah kota raksasa.

Akan tetapi, tidak ada yang tahu di mana yang katanya “laboratorium pertama” itu di kota ini.

Tentu saja ada banyak rumor mengenai laboratorium pertama itu. Beberapa darinya mengatakan bahwa laboratorium itu telah hancur puluhan tahun lalu tanpa ada siapa pun yang mengetahui apa sebenarnya laboratorium itu. Beberapa bilang bahwa laboratorium itu tersembunyi jauh di dalam tanah. Beberapa mengatakan bahwa kita melihatnya setiap hari tapi tidak ada yang menyadarinya karena laboratorium itu telah disamarkan menjadi sekolah yang kelihatan biasa-biasa saja. Beberapa rumor mengatakan bahwa ada kekuatan spesial atau teknologi imajiner yang digunakan untuk mengubah ruang di sekitarnya untuk menyembunyikan laboratorium itu.

Legenda-legenda jalanan ini mungkin disebut sebagai “tujuh misteri”, tapi ada ratusan variasi dari rumor-rumor itu dan tidak ada sedikit pun bukti yang substansial.

Laboratorium itu adalah sesuatu yang katanya ada, tapi tidak seorang pun yang menyadarinya.

Institusi Lima Elemen Distrik Bilangan Imajiner dikatakan sebagai distrik yang tidak cocok dengan satu pun angka dari 23 distrik di Academy City.

Dan banyak rumor berbeda tentang teknologi imajiner yang diturunkan dari laboratorium tak terlihat yang dikenal sebagai Distrik Bilangan Imajiner ini.

Katanya ada AI yang mengontrol seluruh etika, militer, dan ekonomi dunia menggunakan internet.

Katanya ada tempat Klon Dolly yang menyimpan DNA para orang besar dan santo dari seluruh dunia dan telah menganalisa bahan genetiknya hingga mereka bisa menciptakan sebanyak apa pun jenius yang diperlukan dengan menekan satu tombol saja.

Ada rumor bahwa sinapsis silikon acak yang digunakan dalam mesin pemroses Tree Diagram hanya bisa dibuat dengan teknologi imajiner dari Distrik Bilangan Imajiner dan karenanya tidak bisa dibuat ulang.

Katanya ada unit Hound Dog[5] yang secara rahasia bekerja mencari Distrik Bilangan Imajiner dan akan menculik siapa pun yang sudah hampir memecahkan misteri itu untuk menyiksa mereka demi informasi.

(Ada rumor juga bahwa riset awet muda abadi telah diselesaikan di Distrik Bilangan Imajiner dan aku adalah satu sampelnya. ...Mengatakan seperti itu sudah keterlaluan. Itu melanggar hak asasiku.)

Komoe-sensei menghela napas sambil memegang bir di satu tangannya.

Di seberang meja teh adalah Himegami yang mengayun-ayunkan kedua tangannya.

“Oke. Sekarang waktunya cerita seramku.”

“Oh, ayolah. Cepat, cepat.”

“Oke. Ini satu cerita. Bagian yang gosong dari yakiniku mengandung karbon aromatik polinukleat. Itu adalah karsinogen.”

“Tunggu, cerita seram yang nyata itu tidak sesuai dengan musim panas sedikit pun!”[6]

“Kau tidak perlu khawatir sekarang. Aku yakin kau sudah makan banyak bagian gosong itu tanpa mengetahuinya.”

“Ini keterlaluan! Apa ini rencana untuk menghilangkan nafsu makanku supaya kau bisa memakan seluruh dagingnya, Himegami-chan!?”

Ketika Komoe-sensei dipermainkan dalam perang psikologis, bel rumah berbunyi.

“Mh. Sepertinya ada tamu. Kemungkinan cuma pemberitahuan keliling, jadi tangani dengan sopan, Himegami-chan. Ketika kau melakukannya, sensei akan tetap di sini memasak dan makan dagingnya.”

Himegami berdiri tanpa suara sambil melihat Komoe-sensei yang jelas kelihatan dalam mood yang buruk. Himegami menuju pintu, tapi tiba-tiba berputar balik.

“Kaleng bir itu terbuat dari aluminum yang merupakan logam beracun. Kalau kau banyak minum, racunnya akan menumpuk di tubuhmu. Itu adalah salah satu alasan runtuhnya Kerajaan Romawi. Mereka terlalu banyak menggunakan peralatan makan dari logam. Heh heh.”

Komoe-sensei kehilangan seluruh nafsu makannya dan terlihat seperti akan segera menangis.

“Dan juga...”

“...Masih ada lagi?”

“Aku yang bertugas memasak daging hari ini. Kau hanya perlu makan dagingnya saja, Komoe-sensei.”

Himegami berdiri di depan pintu dan membungkuk untuk melihat ke luar melalui lubang intip. Penjual koran di daerah itu sedikit ekstrim, jadi dalam kasus terburuk, tidak ada pilihan lain selain membuka pintu sedikit dengan kunci rantai yang masih terpasang dan mengambil “tongkat sihir” yang dikenal sebagai senjata gas elektronik dari samping pintu dan membidiknya melalui celah pintu dan menjawab dengan tembakan full-auto. (Catatan: Benda ini dilarang dijual pada tahun 1993 karena memiliki daya destruktif yang terlalu kuat. Senjata ini dikenal juga sebagai Penghancur Kepala.)

Tapi tidak ada yang terlihat di balik lubang intip.

“?”

Himegami mengambil senjata gas hanya untuk memastikan dan perlahan membuka pintu untuk melihat apakah ada yang berbuat usil. Ketika pintunya membuka, terdengar suara seperti pintu itu menabrak sesuatu dan berhenti.

Himegami melihat ke bawah untuk melihat apakah ada orang yang meletakkan balok di sana.

Seorang biarawati warna putih bersih terbaring di sana. Pintunya telah mengenai kepalanya. Seekor kucing tiga warna membola di samping gadis itu, dengan riang mengayunkan ekornya.

“Aku... Aku lapar.”

Orang yang pingsan dengan tempat tinggal yang tidak diketahui dan tidak memiliki pekerjaan mengatakan sesuatu, tapi Himegami menutup pintunya.

“Hah? Siapa tadi?” tanya Komoe-sensei.

“Tidak ada siapa-siapa,” balas Himegami dengan sangat tenang.

Tapi seseorang mulai menggedor pintu dengan tenaga terakhirnya. Karena dia tidak punya pilihan lain, Himegami membuka pintunya lagi. Biarawati putih itu mengulurkan Sphinx di tangannya seolah mengatakan “paling tidak bawalah kucing ini”. Himegami merasa kasihan pada gadis itu, jadi dia membiarkan Index masuk.

“A-aku sudah menunggu dan menunggu tapi Touma tidak kembali ke kamar. Kurasa aku akan mati kelaparan,” kata biarawati yang lemas itu. Dia sudah duduk di meja teh dan menggenggam saibashi di kepalan tangannya.[7] Himegami merasa bahwa Index memiliki sejenis bakat bisa merasa seperti di rumah sendiri ketika diberi makan oleh orang lain seperti itu. Kucingnya duduk di pangkuan Index dengan mulut terbuka dan mengarah ke langit-langit. Sepertinya itu adalah taktik untuk mengambil serpihan makanan yang Index jatuhkan.

Walau ada tamu tambahan, Set Yakiniku Lux seharga 12000 yen punya banyak daging. Index bahkan tidak tahu cara memegang sumpit dengan benar dan Komoe-sensei suka membantu orang lain, jadi guru tu mengambil inisiatif dan mulai memasak dagingnya.

“Kau bertanya apakah kekuatan psikis itu?” Komoe-senei merespon sambil membalikkan daging di atas panggangan besi.

Index mengangguk kecil sambil memandangi daging yang setengah masak.

“Sederhananya, kekuatan psikis didasarkan pada teori-teori Schrödinger, tapi mungkin kau tidak familier dengan teorinya.”

Komoe-sensei mencoba menggunakan saibashi untuk membuat kedua gadis itu makan wortel juga dan tidak hanya daging, tapi mereka mengacuhkannya.

“Schrödinger?”

“Ya. Schrödinger adalah nama guru mekanika kuantum. Dia meninggalkan cerita kucing Schrödinger. Cerita ini mungkin kedengaran sedikit kejam bagi pecinta binatang, jadi kurasa aku akan mengubahnya sedikit.”

Komoe-sensei meletakkan sayuran di atas daging yang telah selesai dimasak dan meletakkannya di atas piring kecil Index. Index segera menyisihkan sayurannya dan memberikannya pada si kucing, tapi si kucing menolakknya dengan sebuah tinju kucing.

“Ada kotak di sini,” kata Komoe-sensei sambil mengambil sebuah kotak untuk coklat dari lantai dengan tangan satunya. “Sekarang apa yang kaupikir ada di dalamnya, Suster-chan?”

“Mh. Tentu saja coklat. Touma juga punya jenis yang sama di rumah.”

“Tapi kotak ini berisi permen.”

“Kenapa kauletakkan permen di dalamnya...?”

“Jadi, Suster-chan, apa yang ada di dalam kotak ini?”

“Kau barusan bilang ada permen di dalamnya!”

“Iya, tapi kau tidak akan tahu jika kau tidak membukanya. Aku mungkin telah berbohong.”

“...”

“Jadi sekarang ada dua kemungkinan: kemungkinan bahwa yang di dalamnya adalah coklat dan kemungkinan bahwa yang di dalamnya adalah permen. Tentu saja, hanya satu kemungkinan yang benar. Tetapi, jika kita hanya berbicara tentang kemungkinan, kedua kemungkinan itu tercampur aduk.”

Komoe-sensei sedikit mengayunkan kotak coklat itu.

“Kedua kemungkinan itu muncul sebagai satu hasil ketika kotak dibuka untuk memeriksa isi di dalamnya. Aslinya, kotak ini kemungkinan 50% berisi coklat dan kemungkinan 50% berisi permen, tapi setelah kau melihatnya, hal ini berubah menjadi kemungkinan 100% berisi coklat.”

Komoe-sensei membuka kotak itu dan coklat kecil ada di dalamnya.

“Sekarang,” katanya sambil menutup kotak itu lagi. “Kita anggap dua kemungkinannya adalah 50% coklat dan 50% permen, apa yang kaupikirkan ada di dalam kotak ini, Suster-chan?”

“??? Aku tidak terlalu mengerti, tapi aku barusan melihat coklat di dalamnya.”

“Ya. Orang biasa akan memilih kemungkinan 50% berisi coklat pada titik ini.” Komoe-sensei mengayun-ayunkan kotaknya lagi. “Tapi apa yang akan terjadi jika ada orang yang memilih kemungkinan 50% berisi permen?”

“Mhh? Kalau begitu isi kotaknya akan menjadi perm-...”

Suara Index melemah dan dia terlihat telah menyadari sesuatu.

Sebuah fenomena aneh di luar kewajaran akan terjadi.

“Itulah identitas sebenarnya dari kekuatan psikis. Ada banyak kemungkinan di dalam dunia ini. Di antaranya adalah kemungkinan bahwa api bisa keluar dari tangan seseorang dan kemungkinan membaca pikiran orang lain. Karena kemungkinan 1% itu berbeda dari kemungkinan 99% kejadian alami terjadi, hal-hal semacam itu bisa disebut sebagai kekuatan supernatural.” Komoe-sensei memutar-mutar saibashi-nya. “Tapi, ini juga alasan kenapa kekuatan supernatural tidak sepenuhnya mahakuasa. Sebagai contoh, dalam contoh kita tadi ada 50% kemungkinan berisi coklat dan 50% kemungkinan berisi permen, jadi ada kemungkinan 0% kotak itu berisi permen karet. Kekuatan ini tidak bisa digunakan dalam tempat atau kondisi yang tidak memiliki kemungkinan dari awalnya.”

“???”

“Ketika kami menyebut esper, kami merujuk pada orang yang kemampuan melihat realitas 50% coklat melawan 50% permen berbeda dari orang biasa. Sindrom RSPK, biasa disebut sebagai poltergeist,[8] disebabkan oleh anak-anak yang tidak bisa lagi melihat realitas dengan benar karena trauma atau stres berlebih. Eksperimen Ganzfeld yang digunakan dalam pengembangan kekuatan dengan sengaja menutup indra untuk memisahkan seseorang dari realistas yang sebenarnya.” Komoe-sensei terus memutar-mutar saibashi-nya. “Esper yang terpisah dari realitas yang sebenarnya mendapatkan realitas personal yang berbeda dengan yang kita miliki. Hasilnya, mereka bisa mengubah sebuah dunia mikro dengan menggunakan hukum-hukum yang berbeda. Dengan kata lain, mereka mendapatkan kekuatan untuk menghancurkan benda tanpa menyentuh atau melihat kejadian satu tahun ke depan dengan menutup mata.”

Kata-kata Komoe-sensei terdengar seperti bahasa luar Bumi, jadi Index tidak mengerti.

“Pengembangan yang kami jalankan adalah menciptakan realitas personal secara artifisial. Sederhananya, kami menggunakan hal-hal seperti obat-obatan dan sugesti untuk membantu menghasilkan tipe-tipe kerusakan tertentu pada otak.”

Index merasa tertusuk di dada ketika mendengar kata “kerusakan”.

Seorang anak laki-laki selalu mengatakan bahwa dia tidak punya kekuatan. Dan dia mengatakannya dengan santai seolah hal itu memang seharusnya terjadi. Padahal seluruh usaha telah dilakukan di belakangnya.

Index merasa dia tidak bisa menyelamatkan anak itu dari hal itu.

Bukan fakta bahwa anak itu tidak mendapatkan apa pun setelah semua usaha itu. Tapi fakta bahwa dia tidak mendapatkan apa-apa namun menerimanya dengan senyum seolah hal itu memang pantas diterima. Index sama sekali tidak bisa menyelamatkannya dari itu.

“Sebenarnya, tipe seperti Kamijou-chan sangat penting.”

“...? Kau tahu kekuatan Touma?”

“Yah, Kamijou selalu sedikit nakal sejak dia masuk sekolah. Banyak yang sudah terjadi. Iya, banyak. Hee hee. Hee hee hee hee.”

Komoe-sensei meletakkan kedua tangannya ke pipinya dan tubuhnya menggeliat-geliut, sementara Index dan Himegami membatu. Dalam hati mereka berdua, mereka memiliki pikiran yang sama: Lagikah, dasar berengsek?

“Tapi aku pribadi merasa Kamijou-chan dan semua Level 0 lainnya perlu diriset juga.” Komoe-sensei tidak menyadari suasana di ruangan telah berubah. “Dengan pengembangan kekuatan, sebuah kurikulum harusnya bisa membangkitkan kekuatan pada semua orang. Tapi masih ada yang kekuatannya tidak bangkit. Ini berarti masih ada kumpulan hukum-hukum yang kami tidak mengerti, dan itu mungkin adalah kunci menuju SYSTEM.”

“SYSTEM?”

[9]Itu adalah istilah untuk seseorang yang bukan tuhan tapi mencapai keinginan langit. Tujuan kami adalah sesuatu yang berada di atas Level 5. Kita para manusia tidak mengerti kebenaran dunia ini. Tapi, itu membuat semuanya gampang. Jika ada orang yang memiliki status di atas manusia, orang itu akan mengerti jawaban dari Tuhan.”

“...”

Gerakan Index terhenti.

Dia mengenal apa yang barusan didengarnya. Kabbalah memiliki konsep Pohon Sephiroth. Sephiroth adalah diagram dengan 10 tingkat yang memisahkan posisi manusia, malaikat, dan Tuhan. Dan di Pohon Sephiroth itu, posisi penting Tuhan tidak bisa ditemukan.

Ain Soph Aur, Ain Soph, Ain.

000, 00, 0.

Karena wilayah Tuhan tidak bisa dimengerti oleh manusia dan konsep-Nya tidak bisa diekspresikan oleh manusia, posisi-Nya tidak ditunjukkan dalam Pohon Sephiroth.

Tapi, sebuah sistem religius muncul untuk mengambil keuntungan darinya.

Doktrin mereka menyatakan bahwa jika manusia tidak bisa mengerti, mereka hanya perlu mendapatkan tubuh yang melebihi manusia.

Mereka mengklaim bahwa manusia adalah dewa yang masih dalam proses pemurnian, jadi mereka bisa mendapatkan tubuh para dewa dan menggunakan teknik-teknik dewa dengan berlatih. Mereka adalah orang-orang pertama yang menyimpang dari Gereja Kristen dan mereka bahkan dianggap berbahaya oleh Yohanes sang Rasul.

Paham ini dikenal sebagai paham Gnostisisme.

“Ars Magna,” gumam Himegami sambil menyentuh salib besar di dadanya.

Orang yang pernah menggunakan alkimia hingga mencapai Ars Magna kemungkinan besar termauk dalam ideologi itu. Bagaimanapun juga, Ars Magna dalam alkimia bukanlah teknik mengubah timah menjadi emas. Ars Magna adalah menghaluskan jiwa manusia yang sudah tumpul seperti timah menjadi jiwa malaikat yang seperti emas.

Gnostisisme menjadi populer di antara orang-orang yang menyimpang dari jalan yang benar dalam hal gaib karena paham ini melibatkan merebut kekuatan tuhan. Walaupun cara pikir manusia berbeda-beda, semua manusia ingin mencapai tempat yang sama.


Atau...

Langit telah sepenuhnya menjadi biru, warna malam.

(...Oh, apa Index baik-baik saja?)

Kamijou teringat biarawati putih yang (harusnya) menunggu di kamar asramanya.

(Aku tidak yakin dia bisa memasak, jadi dia mungkin sedang berguling-guling di lantai karena kelaparan.)

Dia berpikir untuk meneleponnya, tapi dengan cepat berubah pikiran.

Dia ingat bahwa Index menjadi terlibat dalam pertarungan di Bimbel Misawa minggu sebelumnya karena dia meneleponnya.

“...”

Kamijou berhenti berpikir tentang Index dan kembali fokus pada tugas di tangannya.

Dia sedang menuju asrama SMP Tokiwadai untuk mencari Misaka Mikoto.

Halte bus di Academy City sering menggunakan nama fasilitas sekolah seperti “Universitas Takasaki Distrik 12” atau “Kolam Renang SMA Shizuna Distrik 22”. Tidak terlalu mengejutkan karena semua bus di Academy City adalah bus sekolah.

Untungnya, ada halte bus yang bernama “Asrama SMP Tokiwadai Distrik 7”. Biasanya, semua bus sudah berhenti beroperasi pada jam segitu, tapi jalur ini memiliki bus khusus yang beroperasi pada malam hari untuk murid-murid yang pergi ke bimbingan belajar atau kursus musim panas. Itu adalah salah satu dari banyak keistimewaan sekolah swasta.

“Jadi ini tempatnya.”

Kamijou turun dari bus dengan si kucing hitam di satu tangannya dan melihat ke atas ke arah bangunannya. Gedung-gedung biasa yang terbuat dari beton berjejer di sekelilingnya, tapi gedung tiga tingkat itu sendiri yang terbuat dari batu. Gedung yang terlihat kebarat-baratan seperti terjebak di tengah semua gedung lain dan gedung itu memiliki rasa historis yang aneh seolah asrama dari negara lain dipindahkan dari negeri asalnya dan ditempatkan di sana. Asrama itu tidak memiliki taman atau halaman. Sama seperti gedung lain, asrama itu berdiri tepat di samping trotoar.

Dengan gedung seimpresif itu, Kamijou hampir tertawa melihat cucian menggantung dari jendela seperti asrama biasanya. Si kucing pasti telah melihat cucian yang mengepak-ngepak karena angin karena kucing itu mulai menggerakkan kepalanya sesuai kepakan cucian itu.

Kamijou menuju pintu masuk utama, tapi pintu itu terkunci lebih ketat dari yang dia perkirakan. Dilihat sekilas, pintu itu adalah pintu ganda yang terbuat dari kayu, tapi mungkin sebenarnya terbuat dari bahan serat karbon spesial. Pintu itu mungkin tetap bergeming jika ada truk yang menabraknya.

Gagang pintuny terlihat seperti sebuah sensor dan dia bisa melihat cahaya merah di dalam lubang kunci yang dibuat kelihatan tua. Kamijou menebak sambil lalu bahwa gagang pintu itu mendeteksi sidik jari, memeriksa pola detak jantung dan listrik dalam tubuh seseorang dari kulitnya, dan bahkan mungkin memeriksa kode DNA seseorang dari minyak pada jarinya.

Sejumlah kotak surat berbaris di samping pintu. Kotak surat itu tidak terlalu berbeda dengan kotak koran pada apartemen yang bagus. Dari nama-nama di kotak surat, Mikoto sepertinya berada dalam Kamar 208

Dia tidak punya pilihan selain menggunakan interkom. Persis seperti gedung apartemen yang bagus, interkom itu dipasang dengan tombol-tombol seperti kalkulator yang bisa ditekan dan langsung menyambung dengan nomor kamar yang dituju.

Menghubungi kamar Mikoto harusnya cukup mudah. Dia hanya perlu menekan 208 di interkom itu.

Tapi Kamijou ragu-ragu melakukannya.

Hampir mustahil bahwa Mikoto tidak terlibat sama sekali dengan eksperimen itu. Bagaimanapun juga, sel tubuhnya diperlukan untuk menciptakan klon-klon seluler yang dikenal sebagai Sisters.

Apa yang harus dikatakannya ketika melihat Mikoto?

Dia takut mendengar dari Mikoto sendiri tentang eksperimen menjijikkan yang dengan mudahnya membunuh manusia. Dia takut melihat wajah Mikoto ketika berbicara tentang kebenaran yang tersembunyi itu.

Si kucing mengeong tidak nyaman.

Kamijou mengingat wajahh Mikoto, gadis yang ditemuinya di depan vending machine yang pastinya bukan seorang pemalu.

Apakah itu hanya sebuah akting untuk menyembunyikan kenyataan ini?

Atau apakah dia begitu gila hingga dia bisa bekerja sama dengan eksperimen menjijikkan itu dan mengetahui bahwa para Sisters mati, tapi masih bisa tersenyum seperti itu?

Bagaimanapun, itu bukanlah imej Misaka Mikoto yang Kamijou bangun dalam kepalanya.

Ketika dia menekan tombol interkom, imej itu akan runtuh.

Kamijou sadar bahwa dia takut jika imej tentang Mikoto hancur.

Dia tidak punya alasan nyata.

Hanya karena berjalan pulang dari sekolah bersama Mikoto begitu nyaman baginya.

“...”

Jari Kamijou gemetar ketika dia tetap berpikir untuk menekan tombol-tombol itu. Sekali dia menekan tombol itu, tidak ada jalan kembali. Dia tidak bisa menghapus fakta bahwa dia telah menekan tombolnya. Setelahnya, eksperimen yang sebelumnya tidak diketahuinya akan turun dengan goncangan, seperti roller coaster yang telah sampai di atas bukit pertama.

Kamijou tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Dia masih tidak tahu apakah pilihan yang terbaik ketika dia menekan tombol interkom.

Dia mendengar sedikit suara klik dari tombol plastik yang ditekan.

Dengan sedikit suara statik dari pengeras suara, pintu masuk ke dalam dunia yang abnormal terbuka.

“Oh, um...”

Dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya.

Tapi dia harus mengatakan sesuatu.

“...Ini Kamijou. Apa ini Misaka?”

Beberapa detik keheningan ketika dia menunggu jawaban terasa sangat berat bagi Kamijou. Dia mendengar suara dari interkom. Suara bernapas seseorang di seberang. Kemungkinan besar, Mikoto ada di seberang interkom. Dia pasti rileks karena dia pikir Kamijou tidak tahu apa pun tentang eksperimen itu.

Setelah jeda sedikit, sangat sebentar...

“Oh, Kamijou-san, katamu?” jawab suara yang jauh lebih perlahan yang pasti bukan milik Mikoto.

“Oh, sial. Apa aku salah nomor kamar?”

“Tidak, tidak, kau tidak salah. Apa kau ada perlu dengan onee-sama? Aku adalah teman sekamarnya.”

Suara itu kedengaran familier, dan Kamijou ingat alasannya setelah berpikir sejenak. Dia adalah Shirai Kuroko yang memanggil Mikoto dengan “onee-sama” sore kemarin.

“Oh, begitu. Yah, dari jawabanmu, kurasa Misaka belum pulang...”

“Benar. Tapi dia harusnya segera pulang. Pintu masuk itu berfungsi sebagai keamanan dan menerapkan jam malam,” kata suara perlahan dari interkom. “Jika kau ada perlu dengan onee-sama, aku sarankan kau masuk ke dalam. Kalau tidak, kau mungkin akan melewatkannya.”


Dia mendengar suara interkom terputus dan suara kunci pintu masuk terbuka. Dari sejumlah suara metalik yang terdengar, sepertinya ada sejumlah tipe kunci yang digunakan. Si kucing terlihat terkejut oleh suara yang sedikit brutal itu.

(Haruskah aku...masuk ke dalam?)

Kamijou terlihat tidak yakin, tapi dia benar-benar perlu berbicara dengan Mikoto, jadi dia menerima tawaran teman sekamar Mikoto.

Dia melewati pintu masuk utama dan menemukan aula raksasa. Interiornya terlihat seperti tempat tinggal para bangsawan. Dinding dan langit-langitnya mayoritas putih dan karpet merah tergelar menutupi lantai. Dia pikir itu cuma selera orang kaya baru, tapi dia juga merasa seorang penyusup akan sangat mencolok dalam pewarnaan seperti itu.

Dia tidak yakin apakah penghuninya sopan atau gedung itu memiliki sistem kedap suara yang bagus, tapi area itu diselimuti keheningan yang menenangkan seperti kuil. Kamijou menghiraukan koridor yang memanjang ke kiri dan ke kanan aula depan dan menuju tangga di tengah aula yang menuju ke lantai dua dan tiga. Menurut kotak surat, kamar Mikoto adalah Kamar 208. Kamijou menebak bahwa kamar itu berada di lantai dua.

Dia menaiki tangga dan berjalan menyusuri koridor ke kiri di lantai dua.

Dia segera menemukan Kamar 208. Nomor kamar berwarna emasnya ditunjukkan di atas pintu kayu. Si kucing memandangi pantulannya sendiri pada pintu yang mengkilap itu dan Kamijou merasa bahwa itu mirip dengan pintu kamar hotel. Tapi tidak ada interkom di pintu seperti yang ada dalam hotel.

Kamijou mengetuk pintunya pelan dan sebuah suara menjawabnya.

“Silakan masuk. Pintunya tidak terkunci, jadi kau bisa membukanya sendiri.”

Dia membuka pintu itu dan bagian dalamnya juga seperti kamar hotel. Ada pintu yang kemungkinan besar menuju kamar mandi pribadi tepat di depan pintu dan ada dua ranjang, sebuah meja kecil, dan sebuah kulkas kecil lebih di dalam. Tidak ada yang terlihat seperti lemari, jadi sepertinya semua barang pribadi disimpan di dalam koper raksasa tepat di samping ranjang.

Walaupun berada di kamar sendiri, rambut Shirai Kuroko masih terkuncir dua. Dia masih memakai pakaian musim panas, jadi dia terlihat sedikit tidak alami duduk di atas ranjang.

Shirai pasti tidak terlalu tertarik dengan hewan karena dia tidak melihat kucing hitam di tangan Kamijou

(Tapi...)

Kamijou melihat sekeliling ruangan itu lagi. Walaupun teman sekamarnya telah memberi izin, Kamijou masih merasa canggung berada dalam kamar seorang gadis ketika gadis itu sendiri tidak ada di sana. Melihat tingkahnya, Shirai Kuroko tertawa sedikit.

“Maaf. Kamar ini benar-benar cuma digunakan untuk tidur, jadi kamar ini tidak cocok untuk menyenangkan tamu. Silakan duduk di ranjang itu selagi menunggu onee-sama.”

“...Tidak, aku tidak bisa tidur di ranjangnya tanpa izin.”

“Jangan khawatir. Itu adalah ranjangku.”

“Jadi kenapa kau berguling-guling di ranjang orang lain!? Apa kau ini orang mesum!?”

“Mh. Kau tidak bisa menyebut orang lain mesum begitu saja. Setiap orang memiliki hal-hal yang tidak bisa diberitahukan pada orang lain tapi menganggap hal itu boleh saja dalam hatinya sendiri. Kau tahui seperti memasukkan rekorder gadis yang kausukai ke mulutmu atau mencuri sadel sepedanya.”

“Aku tidak melakukan hal-hal seperti itu! Bagaimana bisa kau membuat perasaan murni seperti itu jadi mesum!? Pertama Mikoto dan sekarang kau! Apa ini wajah sebenarnya dari ‘wanita kelas tinggi’!?”

Walaupun Kamijou berteriak, Kuroko hanya menggembungkan pipinya seperti menolah apa yang barusan dikatakan Kamijou.

(Wow. Kehidupan sekolah Mikoto pasti seperti medan perang.)

Kamijou bersender di dinding.

“Aku tadinya berasumsi bahwa kau adalah adik kelasnya karena kau memanggilnya dengan ‘onee-sama’, tapi kurasa kau adalah teman sekelasnya.”

Si kucing mulai berontak karena ingin memeriksa celah sempit di bawah ranjang, tapi Kamijou tidak membiarkannya kabur dari lengannya.

“Tidak, tidak. Aku memang adik kelas Onee-sama. Aku hanya sekedar memaksa teman sekamar yang sebelumnya pergi...dalam cara yang sepenuhnya legal, tentu saja.”

Wajah Kamijou menegang karena takut dan Kuroko melanjutkan bicaranya.


“...Onee-sama punya banyak musuh. Kurasa itu adalah takdir orang-orang yang memiliki kekuatan besar, tapi tidakkah kaupikir bahwa seorang pengkhianat tidur di kamar yang sama dengannya itu terlalu berat untuknya?”

“...”

Kamijou terdiam dan si kucing berhenti berontak dan melihat ke wajahnya

“Jadi,” kata Kuroko sambil melihat Kamijou, “apakah kau adalah pria yang sering bertengkar dengan Onee-sama itu?”

“?”

Karena Kamijou kehilangan ingatan, dia tidak begitu yakin. Sepertinya Mikoto adalah kenalannya, tapi dia tidak tahu hubungan seperti apa yang ada di antara mereka.

Kuroko melirik wajah penasaran Kamijou dan menghela napasnya.

“...Kalau bukan, tidak apa-apa, tapi aku cuma berharap bisa melihat orang yang telah menyokong Onee-sama.”

“Menyokong?”

“Iya. Dia sendiri mungkin tidak menyadarinya, tapi semua orang tahu bahwa dia dengan bahagia menyebutkan pria ini pada waktu makan, mandi, dan ketika akan tidur.” Kuroko menghela napasnya lagi. “...Dan walau begitu dia punya seseorang yang ingin menjadi rekannya di kamar ini. Wajahnya menunjukkan bahwa itu adalah satu-satunya tempat untuknya di dunia ini. Siapa pun dia, dia telah memberikan kesan yang cukup besar pada Onee-sama.”

Kamijou terus melihat dengan ekspresi bingung ketika Kuroko mulai menjadi sedikit keras kepala.

“...? Tapi apa dia benar-benar orang seperti itu? Bagiku kelihatannya dia selalu berdiri di tengah sebagai pemimpin.”

“Tepat karena itu. Onee-sama biasanya bertindak sebagai pemimpin, jadi dia bisa berdiri di tengah semua orang, tapi dia tidak bisa berbaur dengan semua orang. Dia berdiri paling atas dan mengalahkan musuhnya, tapi dia tidak bisa menghindari membuat lebih banyak musuh di saat yang sama. Apa yang paling penting bagi Onee-sama adalah seseorang yang dia rasa memiliki tingkat yang sama. Paling tidak begitulah aku melihatnya.”

“...”

Kamijou mengingat kembali Mikoto yang ditemuinya sore itu.

Dia egois dan cepat marah, tidak mendengar apa yang Kamijou coba katakan, dan dia langsung mem-biri biri ketika ada yang terjadi. Tapi, Kamijou merasa bahwa pundaknya cukup rileks. Seolah dia sedang meregangkan tubuhnya setelah beban berat yang terus-menerus ada di pundaknya telah diangkat.

Perjalanan usai sekolah dengan Kamijou adalah zona aman bagi Mikoto.

Senyumannya jujur dan hampir tanpa pertahanan.

Tapi...

Apakah itu yang sebenarnya? Apakah berada di samping Kamijou adalah satu-satunya waktu di mana Mikoto tersenyum? Apakah tidak ada kemungkinan bahwa dia hanyalah orang abnormal yang bisa dengan mudah tersenyum dan mengobrol santai dengan Kamijou walau melihat para Sisters dibunuh di depan matanya?

Kamijou memikirkannya sejenak dan merasa ingin muntah.

Index v03 145.jpg

(Kenapa aku tidak bisa percaya padanya?)

“Aku yakin Onee-sama bertindak seperti itu tanpa menyadarinya,” kata Shirai Kuroko sambil sedikit memicingkan matanya.

Suaranya terdengar seperti sedang memimpikan sebuah posisi yang tidak akan pernah diraihnya.

“Ketika dia menyadarinya, dia kemungkinan besar akan malu dan menjadi lebih agresif dari yang diperlukan.”

Napas Kamijou berhenti sesaat.

Dia baru saja memikirkan bahwa Mikoto itu menyeramkan, lalu dia merasa dirinya sendiri itu menyedihkan karena menganggap Mikoto menakutkan. Tapi, dia masih tidak bisa menghentikan dirinya sendiri merasa seperti itu tentang Mikoto. Jika tebakannya benar, berarti Mikoto tahu tentang eksperimen itu dan tahu bahwa para Sisters dibunuh dengan kejam dan walau begitu dia masih bekerja sama dengan eksperimen itu.

Dan dia telah berjalan tersenyum di samping Kamijou walau mengetahui semua itu.

Sebuah metafora aneh muncul di pikiran Kamijou. Dia membayangkan Mikoto melahap makanan yang terletak di meja yang sama dengan organ tubuh yang hancur.

Kamijou tidak ingin berpikir bahwa Mikoto adalah orang seperti itu.

Dia ragu menanyakannya tentang eksperimen itu.

Tapi, dia juga tidak bisa meninggalkan Misaka Imouto dalam situasi itu.

Karena semua itu, Kamijou tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.

Dan ketika dia memikirkan semua itu, dia mendengar suara langkah kaki mendekat dari koridor di luar kamar. Si kucing hitam melihat ke atas.

Keringat lengket keluar di telapak tangan Kamijou.

(Apa Mikoto sudah kembali!?)

Seharusnya itulah yang Kamijou inginkan, tapi entah kenapa dia diserbu rasa gugup dan tidak nyaman yang sangat intens. Jantungnya berdetak dengan kekuatan dan ketidakberaturan yang aneh.

Kuroko mendengarkan langkah kaki itu sejenak, lalu melompat dari ranjang.

“Oh, tidak. Suara itu sepertinya adalah pengawas asrama yang sedang berpatroli!”

“...Hah?”

Kamijou terbengong oleh komentar yang tidak diperkirakannya itu dan Kuroko mengayun-ayunkan tangannya.

“A-apa yang harus kita lakukan? Jika pengawas asrama menemukanmu, ini akan sangat buruk.”

“Kau kelihatan benar-benar yakin. Apa kau bisa tahu hanya dari suara langkah kakinya?”

“Dia itu cukup berbahaya sampai kau harus bisa mengetahui bahwa yang datang adalah dia hanya dari suara langkah kakinya saja. Dia adalah eksistensi jahat yang memeriksa kamar-kamar orang tanpa peringatan, jadi kau harus bersembunyi di bawah ranjang.”

Kuroko tiba-tiba mulai mendorong kepala Kamijou untuk memaksanya masuk ke bawah ranjang Mikoto. Si kucing mengeong tidak puas.

“Ow! Tunggu, sialan! Aku tidak akan muat di tempat itu!”

“Seorang pria yang berada di asrama Tokiwadai itu tidak normal! Ahh, ini merepotkan, jadi aku akan menteleportasikan kau sa-...hah? Kenapa kekuatanku tidak bekerja padamu!?”

“Oh, mungkin karena tangan kananku. Tangan ka-...ow! Dengarkan aku, sialan!”

Pada akhirnya, Kamijou dan kucingnya dimasukkan ke bawah ranjang seperti barang-barang yang dipaksa masuk ke dalam bagasi mobil. Anehnya, daerah di bawah ranjang sudah dibersihkan dengan baik, jadi tidak ada debu di sana.

(Tapi mereka memakai sepatu di dalam kamar, jadi tidak ada bedanya dengan meletakkan pipiku di tanah di luar!)

Tidak hanya sempit, sesuatu yang lain sudah berada di bawah ranjang itu. Kamijou didorong ke boneka beruang yang hampir setinggi dirinya sendiri.

Tepat ketika Kamijou berpikir untuk mendorong beruang itu darinya, dia mendengar pintu terbuka tanpa satu ketukan pun. Dia mendengar suara wanita yang rendah.

“Shirai. Waktunya makan malam, jadi turunlah ke ruang makan. ...Di mana Misaka? Aku tidak menerima pemberitahuan bahwa dia ada di luar dan teman sekamar juga bertanggung jawab ketika ada yang melanggar jam malam, jadi kuharap kau tidak masalah jika menerima pengurangan poin.”

Sepertinya, yang datang memang benar-benar pengawas asrama.

Kamijou berada dalam situasi yang tanpa harapan, tapi entah kenapa dia lega. Dia lega karena yang masuk ke kamar itu bukanlah Misaka Mikoto.

Dia lalu mendengar Kuroko berbicara.

“Oh, aku yakin dia punya keperluan penting, jadi dia tidak sempat memberikan pemberitahuan. Aku percaya pada Onee-sama, jadi aku tidak bisa menerima pengurangan poin.”

Sepertinya pengawas asrama itu mendorong Kuroko keluar dari kamarnya. Kamijou menunggu dengan tegang di bawah ranjang sebentar. Dia tidak bisa menebak apa yang sedang terjadi ketika berada di bawah ranjang dan tidak akan terlalu mengejutkan jika pengawas asrama itu kembali lagi, jadi dia tidak bisa merangkak keluar dari bawah ranjang begitu saja.

(Hoo...Kurasa akan sulit keluar dari asrama dengan hal-hal seperti ini.)

Kamijou menghela napas lalu melihat boneka beruang yang ada di bawah ranjang bersamanya.

Awalnya dia pikir boneka itu terlihat lebih indah dari apa yang dia pikir Mikoto sukai, tapi ketika dia memperhatikan lebih dekat, dia menemukan satu matanya ditutup dengan penutup mata, perban membaluti seluruh tubuhnya, dan ada jahitan-jahitan seperti pada Frankenstein. Boneka itu lebih terasa funky dibanding indah. Kucing hitam di tangannya memelototi boneka itu.

Tiba-tiba, si kucing mulai memukuli beruang itu dengan kaki depannya.

Walau berada dalam situasi gawat berupa berada di bawah ranjang asrama perempuan, Kamijou mau tidak mau merasa bahwa pukulan kucing itu lucu. Tiba-tiba, dia mendengar suara koyak yang sangat buruk.

“Obwah! J-jangan keluarkan cakarmu, dasar bodoh!”

“Fgyah!” teriak kucing itu ketika Kamijou menariknya. Dia lalu merasakan kain yang koyak dengan tangannya. Dia merasakan ada sesuatu yang keras dalam boneka beruang itu. Seperti ada sesuatu di dalam beruang itu.

Memperhatikan lebih dekat, dia bisa melihat bahwa beberapa jahitan telah dibuat ulang menjadi ritsleting. Boneka itu punya beberapa kantung kecil di atasnya. Dia mengelus beruang itu untuk memeriksa dan merasakan sesuatu yang seperti botol kecil di dalamnya. Mungkin ada parfum yang disembunyikan di dalamnya dan si kucing tidak tahan dengan baunya. Sepertinya Mikoto menggunakan beruang itu untuk menyembunyikan benda-benda yang melanggar peraturan sekolah. Hampir mirip dengan penyelundupan obat-obatan.

Melihat ukuran boneka beruang itu, Mikoto pasti memiliki banyak hal yang tidak ingin ditemukan orang lain. Kamijou menghela napas dan melepaskan tangannya dari beruang itu.

“Hah?”

Lalu dia menyadari sesuatu.

Beruang itu memiliki warna tebal di sekitar lehernya yang terlihat seperti sabuk dan bertuliskan “Killbear”. Kemungkinan besar itu adalah nama beruang itu, tapi bukan itu masalahnya.

Dilihat dari atas, sebuah ritsleting di sekitar lehernya tersembunyi oleh kalung itu. Ritsleting itu sengaja dibuat agar tidak bisa dibuka dengan kalung ketat yang menghalangi. Kalung itu juga memiliki gembok besar yang juga berfungsi sebagai bagian dari hiasan. Ritsleting ini jelas-jelas digunakan berbeda dengan yang lainnya.

Kemungkinan besar, apa yang berada di dalamnya adalah hal yang Mikoto paling tidak ingin dilihat orang lain. Kamijou tidak bermaksud mengintip, tapi ritsleting itu masih setengah terbuka. Sepertinya ada kertas di dalamnya. Sudut sehelai kertas menyembul keluar dari ritsleting yang setengah terbuka. Itu saja. Tidak ada yang lainnya. Kamijou merasa dia bisa dengan mudah mengacuhkannya. Menggali rahasia orang lain itu tidak baik. Tidak baik, tapi di kertas itu terketik tulisan berikut ini.

Tes Nomor 07-15-200507112-A. Menggunakan para Sisters Radio Noise[10] untuk Memindahkan Accelerator Level 5 ke

Kamijou syok berat. Hanya sudut kertas itu yang keluar dari ritsleting, dari dia tidak bisa membaca sisanya. Dia menutup matanya. Kemungkinan besar, tidak ada jalan kembali setelah dia membacanya. Ini adalah kesempatan terakhirnya untuk berbalik.

Kucing itu berdesis menyeramkan untuk mengekspresikan ketidaksukaannya pada parfum itu.

“...”

Kamijou berpikir sejenak dan kemudian membuka matanya.

Jika dia bisa berpura-pura tidak melihat itu, dia sejak awal tidak mungkin berada di tempat itu.

Untuk mengeluarkan kertas itu, dia harus membuka sepenuhnya ritsleting yang setengah terbuka itu. Tapi, kalung tebal dengan gembok menghalangi jalannya. Biasanya, itu akan menjadi masalah besar, tapi ini adalah boneka. Kamijou hanya perlu menekan leher boneka beruang itu dengan keras. Isi boneka yang lembut dengan mudah berubah bentuk dan sebuah celah terbuka antara kalung dan beruangnya. Kamijou memasukkan jarinya ke celah itu dan membuka ritsleting itu.

Dia menemukan sebuah laporan hampir sebanyak 20 halaman di dalamnya. Dari tanggal dan nama file yang tertulis di ujung kertas, sepertinya itu adalah hasil cetakan sebuah file.

“Menggunakan para Sisters Radio Noise untuk Memindahkan Accelerator Level 5 ke Level 6.”

Itu adalah judul laporan itu.

(Level...6)

Kamijou kebingungan. Dia pikir Level tertinggi adalah Level 5.

Dia merangkak keluar dari bawah ranjang dan mulai membaca laporan itu.

Laporan itu tidak sekali pun menyebutkan nama laboratorium atau orang-orang yang terlibat. Seolah dibuat agar tidak ada bukti nyata yang tersisa walaupun laporan itu dibocorkan karena suatu kesalahan.

Laporan itu ditulis dengan sangat teknis, jadi ada banyak kata-kata yang bukan bahasa Jepang. Kamijou menggunakan pengetahuannya sepenuhnya demi mengubahnya menjadi sesuatu yang bisa dia mengerti.

“Academy City memiliki tujuh orang Level 5. Tetapi, perhitungan prediktif dari Tree Diagram telah menyatakan ada satu orang dari mereka yang bisa mencapai Level 6 yang masih belum terlihat. Level 5 yang lain entah tumbuh dalam arah yang lain atau keseimbangan tubuh mereka akan hilang jika dosis ditambahkan.”

Ada daftar yang berisi nama 7 orang esper dengan bermacam-macam grafik, tapi Kamijou melompatinya.

“Satu-satunya orang yang bisa mencapai Level 6 dikenal sebagai Accelerator.”

Accelerator.

Kamijou mengernyit pada kata yang tidak familier itu.

Ada penjelasan tambahan dalam bahasa asing, tapi Kamijou melewatinya karena dia tidak bisa membacanya.

“Accelerator pada kenyataannya adalah Level 5 terkuat Academy City. Menurut perhitungan Tree Diagram, dia akan mencapai Level 6 setelah 250 tahun mengikuti Kurikulum reguler.”

Kamijou membaca baris selanjutnya dengan syok.

Sebagai referensi, dinyatakan bahwa ada beberapa cara agar seseorang bisa tetap aktif selama 250 tahun yang diberikan dalam laporan lain.

“Kami mencari metode yang tidak memerlukan metode-metode 250 tahun itu. Sebagai hasilnya, Tree Diagram membawa kami ke metode yang lain dari Kurikulum yang biasa. Metode ini didasari fakta bahwa penggunaan kekuatan dalam pertempuran sebenarnya mempercepat proses pertumbuhan. Sudah ada banyak laporan tentang orang-orang berkekuatan Telekinesis atau Pyrokinesis mendapatkan peningkatan akurasi, jadi kami akan mengambil keuntungan dari fakta ini. Dengan mempersiapkan medan pertempuran khusus dan membuat pertempuran itu berlangsung dalam skenario yang spesifik, kami bisa mengendalikan arah pertumbuhan yang didapat dari pertempuran.”

Tangan Kamijou membeku.

Pertempuran. Dia merasa kata itu tepat tersambung dengan mayat Sister yang terbaring di gang itu.

“Menurut perhitungan yang dilakukan oleh simulator Tree Diagram, dipastikan bahwa dengan mempersiapkan 128 tipe medan pertempuran dan membunuh Railgun 128 kali akan memindahkan Accelerator menjadi Level 6.”

Kamijou mengenali kata Railgun.

-Kau harusnya lebih bangga dengan fakta bahwa kau telah mengalahkanku, Misaka Mikoto si Railgun.

Kamijou menebak bahwa kata itu pasti mengacu pada Mikoto, tapi dia merasa cara kata itu mengacu padanya tidak terlalu cocok dengan seseorang yang harusnya bekerja sama dengan eksperimen mereka.

Membunuh.

Tangan Kamijou mulai gemetar. Napasnya tidak teratur dan dia bersandar ke dinding karena dia merasa lantai di kakinya bergetar.

“Akan tetapi, kami tentu saja tidak bisa mempersiapkan 128 Railgun karena dia juga seorang Level 5. Saat itulah perhatian kami teralih pada proyek Sisters yang dimaksudkan untuk memproduksi Level 5 secara masal yang kami jalankan di waktu yang sama.”

Jantungnya berdetak aneh. Dia bisa merasakan bahwa suhu tubuhnya telah meninggalkan ujung jarinya. Eongan kucing hitam itu menggoyangkan otaknya seperti lonceng gereja.

“Tentu saja, ada perbedaan spesifikasi antara Railgun yang asli dan para Sister yang diproduksi masal. Kekuatan model produksi masal diperkirakan berada di sekitar Level 3.”

Hati Kamijou memberitahunya bahwa ada yang sangat salah pada tulisan di laporan itu.

“Menurut perhitungan ulang Tree Diagram yang didasarkan pada kriteria-kriteria itu, ditentukan bahwa mempersiapkan 20.000 medan tempur dan 20.000 Sister akan menghasilkan hasil yang sama seperti yang telah dijelaskan di atas.”

Tetapi, orang-orang ini tetap meneruskan dan melakukan hal-hal yang salah berdasarkan kesalahan tadi.

“20.000 tipe medan tempur dan skenario pertempuran dijelaskan dalam laporan lain.”

Kamijou bertanya-tanya apa yang tertulis dalam laporan lain itu.

Dua puluh ribu cara untuk mati. Dengan menyusuri daftar yang berisi nomor Sisters, kau bisa melihat kapan, di mana, dan bagaimana mereka akan mati. Terlalu menjijikkan. Apa yang Kamijou anggap paling menjijikkan bukanlah orang-orang yang membunuh. Tapi fakta bahwa orang-orang yang dibunuh tetap lanjut mengikuti skenario itu.

- ‘...Mustahil bagi Misaka untuk memelihara kucing ini,’ jawab Misaka jujur. ‘Misaka tinggal di lingkungan yang sedikit berbeda denganmu,’ kata Misaka memberi alasannya.

Apa yang dipikirkan Imouto saat itu?

Apa yang dipikirkannya ketika melihat kucing itu dan apa yang dirasakannya ketika dia memberikan kucing itu pada Kamijou?

“Metode menciptakan para Sisters dijalankan sama dengan proyek asli. Sebuah zigot dipersiapkan dari sel yang diambil dari rambut Railgun dan pertumbuhan dipercepat dengan memberikan Zid-02, Riz-13, dan Hel-03.”

Gadis itu berada dalam situasi tanpa harapanç

Apa yang gadis itu pikirkan hingga tidak meminta bantuan?

“Sebagai hasilnya, mereka mendapatkan tubuh usia 14 tahun yang sama seperti Railgun dalam waktu sekitar 14 hari. Karena para klon itu diciptakan dari sel yang sudah menua dan pertumbuhannya dipercepat dengan obat-obatan, ada kemungkinan tinggi bahwa umur mereka akan lebih pendek dibandingkan Railgun. Tetapi, sudah diperkirakan bahwa hal itu tidak cukup ekstrim untuk mempengaruhi spesifikasi mereka selama eksperimen itu.”

Apakah gadis itu berada dalam keputusasaan?

Apakah gadis itu putus asa karena dia telah memutuskan bahwa dia tidak bisa diselamatkan apa pun yang dia pilih atau bagaimanapun kejadian yang terjadi?

“Masalah sebenarnya bukan terletak pada perangkat keras berupa tubuh mereka. Masalah ini terletak pada perangkat lunak sifat mereka. Informasi dasar dalam otak seperti bahasa, gerakan, dan etika terbentuk pada umur 0-6 tahun. Tetapi, para Sisters hanya mempunyai 144 jam untuk itu karena pertumbuhan abnormal mereka. Sulit mengajarkan mereka dengan metode standar. Karena itu, kami telah menggunakan Testament[11] untuk memasukkan semua informasi dasar itu.”

Atau...

Apakah dia percaya bahwa matinya dia di tangan orang lain adalah bagian dari keseharian biasa?

Apakah dia tidak putus asa, tidak menyerah, dan sekadar percaya bahwa itu adalah lingkungan yang normal untuknya?

“9802 eksperimen pertama akan dilaksanakan di dalam, tapi 10198 eksperimen sisanya harus dilakukan di luar ruangan karena permintaan medan tempur. Karena masalah tentang pembuangan tubuh, kami telah memusatkan medan tempur ke satu distrik di Academy City.”

(Persetan dengan itu.)

Kamijou meremas laporan di tangannya.

“Terkutuklah mereka...”

Kamijou tidak tahan. Dia menggertakkan giginya. Tidak peduli seberapa kerasnya kau mencari alasan kenapa membunuh 20.000 orang untuk seorang esper elit itu boleh, kau tidak akan menemukannya.

Tapi, laporan gila ini masih ada di tangan Kamijou.

Kenyataan di depan matanya begitu kejam hingga dia pasti tidak tahan walaupun hanya dalam fiksi.

“...Terkutuklah mereka!”

Seorang gadis diciptakan hanya supaya bisa dibunuh.

Dia adalah kumpulan daging yang dilahirkan dengan mengambil nukleus dari sel seseorang dan menanamnya pada sebuah ovum yang tidak rusak dan kemudian dicampurkan dengan bahan kimia dalam tabung percobaan.

Gadis yang kelihatan berumur 14 tahun telah menghabiskan seluruh hidupnya terpenjara dalam laboratorium dingin di mana dia dipanggil dengan nomor dan bukan nama.

Jadi kenapa?

Bahkan jika Misaka Imouto diciptakan untuk dibunuh, bahkan jika dia diciptakan dari nukleus sel seseorang yang ditanam dalam sebuah ovum, dan bahkan jika dia selalu hidup di dalam laboratorium dingin dan dipanggil dengan nomor, bukan nama...

Dia masihlah orang yang mengulurkan tangannya untuk memungut minuman yang Kamijou jatuhkan.

Dia masihlah orang yang menyingkirkan kutu dari si kucing tiga warna.

Memang tidak terlihat di wajahnya, tapi Misaka Imouto seperti senang bersama kucing hitam itu.

Hal-hal itu mungkin tidak terlihat terlalu spesial. Bagi orang biasa, hal-hal itu tidak berarti apa-apa. Mereka melakukannya tanpa benar-benar memikirkannya dan mereka terlihat seperti tidak ada yang berbeda.

Akan tetapi, itu juga berarti bahwa Misaka Imouto adalah seorang manusia yang bisa melakukan hal biasa seperti orang biasa.

Dia bukan sesuatu yang bisa disebut sebagai hewan eksperimen.

“...Kenapa kau tidak menyadari itu?”

Kamijou menggertakkan giginya.

Si kucing mengeong dan suaranya bergema ke seluruh ruangan yang hening seperti kuburan.

Karena laporan itu disembunyikan di sana dan Misaka Imouto adalah seorang klon yang diciptakan dari sel Mikoto, Mikoto pasti punya kaitan dengan eksperimen itu. Kamijou tidak bisa mengerti bagaimana seseorang bisa setuju dengan eksperimen berdarah yang hanya bisa berhasil dengan membunuh 20.000 orang. Dia mengepalkan tinjunya dengan erat tanpa bermaksud melakukannya.

“Hah?”

Dia lalu menyadari sesuatu yang lain.

Laporan itu adalah hasil print sebuah file Di kiri atas kertas fotokopi itu, tertulis tanggal dan nama file-nya.

Itu sendiri bukanlah masalah.

Tapi, ada dua barcode bersama dengan tanggal dan nama itu. Seperti barcode yang ada di belakang buku dan ada satu barcode yang tepat berada di atas satunya lagi.

“...”

Academy City memiliki berbagai jenis terminal jaringan dan semuanya memiliki tingkat keamanan yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah ponsel adalah Tingkat D, komputer di perpustakaan atau di rumah adalah Tingkat C, terminal informasi yang digunakan para guru adalah Tingkat B, terminal khusus dalam fasilitas riset adalah Tingkat A, dan terminal rahasia yang digunakan oleh dewan direktur adalah Tingkat S.

Semuanya tersambung dengan jaringan yang sama, tapi sebuah terminal Tingkat D tidak bisa mengakses informasi Tingkat C.

Hal ini tidak menciptakan tingkatan kelas atau semacamnya. Ini hanya karena orang-orang yang mengatur jaringan tidak ingin para murid bisa mengakses data tentang ujian akhir atau pemeriksaan kesehatan.

(Tunggu sebentar. Barcode ini...)

Kamijou melihat barcode di kiri atas laporan itu. Dia cukup yakin bahwa barcode yang di atas adalah ID terminal dan barcode yang di bawah adalah ID data yang diakses. Mirip dengan barcode yang ada dalam kotak permen, barcode ini adalah kumpulan garis hitam dan putih dengan barisan angka di bawahnya.

Barcode yang di atas, ID terminal, adalah 415872-C.

Barcode, ID data yang diakses, adalah 385671-A.

(Ini aneh.)

Tingkat dari terminal yang digunakan adalah C, tapi tingkat data yang diakses adalah A. Hal ini harusnya mustahil. Jika Mikoto mendapatkan laporan itu melalui cara yang sah, dia hanya perlu menggunakan terminal Tingkat A di dalam laboratorium.

Itu berarti dia tidak mendapatkan informasi itu melalui cara yang sah.

Hacking. Bukan, Kamijou pikir hal itu disebut dengan cracking jika informasinya hanya dimata-matai dan bukan dihancurkan. Dia tidak tahu terlalu banyak tentang hal-hal seperti itu, tapi itu tidak penting. Yang penting adalah bahwa Mikoto tidak mendapatkan laporan itu dengan cara yang sah.

Dengan kata lain, Mikoto mungkin tidak bekerja sama dengan eksperimen itu.

“...”

Kamijou membaca kembali laporan itu.

Ketika dia membalik-balikkan halamannya, dia tiba-tiba merasa ada sehelai kertas yang lebih tebal dari yang lainnya. Untuk mencari tahu kenapa kertas itu berbeda, Kamijou menariknya keluar dari laporan itu.

Sebuah peta.

Peta itu menunjukkan seluruh Academy City. Peta itu dilipat, tetapi ketika dikembangkan, peta itu sama besarnya dengan sebuah rak buku. Peta itu diselipkan di tengah laporan dan terbuat dari kertas yang sangat tipis, jadi Kamijou tidak menyadarinya hingga saat itu.

Peta itu juga berisi lokasi lorong-lorong dan gedung-gedung, membuatnya cukup detail. Dan ada banyak tanda X yang ditulis dengan spidol merah di berbagai tempat di atas peta itu.

“...?”

Tanda-tanda itu terlihat membawa kabar buruk, tapi peta itu tidak menunjukkan nama bangunan yang ditandai.

Kamijou mengeluarkan ponselnya. Ponselnya memiliki fungsi GPS seperti alat navigasi mobil. Kamijou melihat tanda X di peta dan mencari koordinatnya di ponselnya. Ketika dia memperbesar petanya, nama bangunan terlihat di peta yang ada di ponselnya.

“Institusi Riset Distrofi Muskular Universitas Kanasaki.”

(Distrofi muskular?)

Kamijou bingung. Distrofi muskular adalah satu jenis penyakit yang tak bisa disembuhkan. Secara sederhana, itu adalah penyakit yang menyebabkan kau tidak bisa mengirimkan sinyal ke ototmu dan otot mulai melemah dan melemah karena tidak bisa digerakkan.

Tapi apakah hubungan sebuah institusi riset distrofi muskular dengan laporan itu? Masih kebingungan, Kamijou memeriksa nama-nama bangunan lain yang ditandai X.

“Laboratorium Analisis Patologi Organisasi Mizuho.”

“Pusat Riset Farmasi Ketujuh Farmasi Higuchi.”

Kamijou tidak terlalu familier dengan nama-nama laboratorium itu, tapi kemudian dia mengingat seseuatu. Dia ingat berita yang berjalan di tampilan ekshibisi yang ada di balon udara. Berita itu mengatakan bahwa tiga institusi riset telah dievakuasi dalam waktu dua minggu. Si kucing mengeong tidak puas. Apa yang Mikoto katakan ketika melihat berita itu?

-Aku benci balon udara itu.

Napas Kamijou tercekat di tenggorokannya. Ada peta yang diselipkan di tengah laporan itu, tanda X dengan spidol merah, dan laboratorium yang semuanya meriset penyakit yang sama. Jika kau menggabungkan laporan, eksperimen, dan peta itu, sepertinya peta itu menunjukkan laboratorium-laboratorium yang mengerjakan eksperimen itu. Akan tetapi, apakah arti dari kata “dievakuasi”? Dan apakah arti dari tanda X merah di peta itu?

Kamijou merasa pusing. Dia tidak tahu kenapa. Tapi dia tiba-tiba punya satu pertanyaan dalam kepalanya.

Sekarang sudah cukup larut, jadi kenapa Misaka Mikoto belum kembali ke asramanya?

Di mana dia dan apa yang sedang dilakukannya?

Mungkin bukan apa-apa. Mungkin uap keluar dari kepalanya karena kalah bermain dalam fighting game di sebuah arcade. Tapi, sesuatu membawa kabar buruk. Laboratorium-laboratorium dievakuasi dan tanda X merah di peta itu seperti mengikutinya. Seolah-olah gedung-gedung itu dihancurkan oleh tanda X di peta itu. Dan tanda-tanda itu bukan hitam, bukan biru, bukan lingkaran, dan bukan kotak. Tanda-tanda itu berbentuk X warna merah. Apakah artinya?

Kamijou telah memastikan bahwa laporan itu tidak didapatkan melalui cara yang sah.

Karena itu, dia telah menebak bahwa Mikoto mungkin tidak bekerja sama dengan eksperimen itu.

Bagaimana kalau Mikoto menolak untuk bekerja sama dengan para periset?

Bagaimana jika eksperimen itu tetap dilanjutkan melawan keinginannya dan dia belakangan mengetahuinya?

Apakah tindakan yang akan diambilnya?

Dan jika dia mengambil tindakan untuk menghentikan eksperimen itu...

“Aku mengerti...”

Jika dia bertindak demi Misaka Imouto...bukan, seluruh Sisters...

“Jadi begitu.”

Kamijou tidak tahu pasti apa yang Mikoto coba lakukan, tapi ada satu hal yang bisa dia katakan dengan pasti.

Misaka Mikoto tidak berpikir bahwa eksperimen itu bukanlah apa-apa.

Kamijou tidak tahu alasan apa yang membuatnya tersenyum di depannya untuk menyembunyikan kenyataan itu, tapi Misaka Mikoto tidak berpikir bahwa eksperimen itu bukanlah apa-apa.

Kamijou Touma pasti bisa sepihak dengan Misaka Mikoto.

Dia merasa bahwa menunggu di sini tidak akan membantu sedikit pun. Tidak, bahkan jika menunggu adalah tindakan terbaik, dia tidak tahan menunggu di sana tanpa melakukan apa pun bahkan sedetik lebih lama.

Kamijou memegang kucing itu di tengkuknya dan berlari keluar dari kamar itu. Dia tidak memikirkan kemungkinan bahwa dia akan terlihat. Tanpa peduli jika ada orang yang melihatnya, dia berlari menyusuri lorong, turun dari tangga, dan keluar melalui pintu utama.

Part9[edit]

Membaca laporan itu pasti memakan banyak waktu karena langit sudah sepenuhnya diselimuti kegelapan malam.

Kamijou berlari melalui sebuah distrik perbelanjaan pada malam hari.

Kucing di tangannya mengeluarkan suara eongan yang terdengar mabuk karena tergoyang-goyang.

Sekarang, Kamijou tidak memiliki dasar untuk tindakannya. Dia tidak tahu apa yang Mikoto lakukan, dia tidak tahu di mana Mikoto berada, dan dia tidak tahu apakah dia harus memikirkan tentang itu. Tetapi, situasi kabur tanpa pengetahuan itu membuatnya merasa jauh lebih tidak nyaman. Dia berlari tanpa tahu apa-apa. Seolah dia sedang menenggelamkan dirinya dalam aksi untuk mengeluarkan rasa tidak nyaman itu dari dirinya.

Dia tidak punya tujuan pasti, tapi dia harus mencari. Kontradiksi ini menyebabkannya lari lebih cepat lagi. Dia tidak punya pilihan selain berlari tanpa tujuan untuk mencari Mikoto.

Tapi dia juga lega.

Dia lega bahwa dia jadi bisa khawatir tentang Mikoto lagi.

Kamijou berlari melewati sebuah kerumunan. Baling-baling kincir angin di kejauhan berputar perlahan. Tepat ketika dia mulai berpikir bahwa dia tidak merasakan ada angin, dia tiba-tiba berhenti.

Baling-baling itu berputar walaupun tidak ada angin.

Sebuah kincir anging berputar perlahan sekitar 100 meter jauhnya. Dia menemukan hal itu aneh dan sebuah penjelasan yang memungkinkan masuk ke pikirannya.

Pembangkit listrik sebenarnya adalah motor.[12] Motor memiliki sifat yang menarik. Gulungan sentral yang harusnya berputar ketika listrik digunakan akan menghasilkan listrik ketika diputar secara manual. Dan motor akan berputar ketika diberikan gelombang elektromagnetik yang spesifik. Itulah cara kerja generator microwave terbaru Academy City.

Jika baling-baling, dan karenanya motor, itu berputar tanpa ada angin, maka baling-baling itu pasti sedang bereaksi pada gelombang elektromagnetik yang tidak kelihatan.

(Jika aku pergi ke sana...)

Kamijou membenarkan pegangannya pada si kucing dan memotong kerumunan. Laki-laki dan perempuan di dalam kerumunan memusatkan perhatian mereka pada Kamijou yang mengganggu arus kerumunan itu, tapi dia tidak peduli. Dia tidak punya waktu untuk memedulikan itu.

Awalnya kincir angin itu hanya sedikit bergoyang, membuat susah mengetahui apakah baling-baling itu benar-benar berputar atau tidak. Tetapi, sementara Kamijou berlari menyusuri jalan dan memotong jalan untuk mencapai kincir itu, pergerakan baling-balingnya mulai mencepat. Dan setelah kincir angin yang berputar perlahan itu adalah satu kincir angin yang bergerak sedikit lebih cepat. Dan setelah yang itu ada kincir angin yang bergerak lebih cepat dari sebelumnya.

Seolah dia sedang mendekati pusat ledakan yang tak terlihat.

Kamijou terus berlari.

Dia berlari menuju pinggiran kota yang tak bercahaya itu seolah ditarik oleh kincir angin yang berputar di malam yang tak berangin itu.

Catatan[edit]

  1. lit: Diagram Pohon; seperti dalam cabang sains.
  2. TN: Di sini panas disebut sebagai vektor, mungkin lebih kepada “aliran panas”.
  3. lit: Saudara perempuan
  4. Istilah yoga. www.google.com/search?q=lotus+sitting+position
  5. lit: Anjing Pemburu
  6. Biasanya di musim panas diceritakan cerita hantu.
  7. TN: Index tidak bisa memegang sumpit dengan benar.
  8. Kejadian barang-barang rumahan goyang-goyang karena digoyang hantu.
  9. TN: Setelah ini, harap mengerti bahwa tuhan dan dewa itu tidak dibedakan dalam bahasa Jepang/Inggris. Jadi anggap Tuhan dan dewa itu sama-sama “individu” yang mahakuasa.
  10. lit: Gangguan Radio
  11. lit: Perjanjian; dalam hal ini adalah mesin untuk memasukkan informasi ke dalam otak
  12. TN: Motor di sini berarti dinamo.


Chapter 3: Railgun. Level5.[edit]

Part 1[edit]

Langit sudah menjadi sehitam lautan di malam hari.

Bulan saat itu adalah bulan sabit. Bulan yang tipis itu terlihat seperti mulut yang tersenyum mengejek dan cahayanya terlalu lemah. Lampu jalan tidak cukup menerangi sebuah jembatan dari besi yang jauh dari pusat kota. Dengan sungai yang mengalir di bawahnya juga berwarna hitam, daerah itu kelihatan seperti tenggelam dalam kegelapan.

Misaka Mikoto memegang pegangan tangan di sisi jembatan sambil memandangi cahaya kota di kejauhan.

Percikan warna putih kebiruan mengeluarkan suara listrik di sekitarnya.

Istilah “serangan listrik” memiliki kesan yang menakutkan, tapi istilah itu adalah cahaya yang nyaman bagi Mikoto. Dia tidak bisa melupakan malam ketika dia pertama kali bisa menggunakan kekuatannya. Dia merangkak ke bawah selimutnya dan mengeluarkan percikan listrik kecil sepanjang malam. Dia melihatnya sebagai bintang yang berkelap-kelip. Saat itu dia benar-benar berpikir bahwa dia bisa menciptakan langit penuh bintang ketika dia lebih tua dan lebih kuat.

Itulah dirinya sebelum tumbuh besar.

Sekarang, dia bahkan tidak merasa punya hak untuk memiliki mimpi.

“...”

Dia mengepalkan tangannya lalu membukanya lagi.

Dengan gerakan itu, Mikoto memicingkan matanya sedikit sambil tersenyum.

Gerakan sederhana itu adalah gerakan yang semua orang anggap biasa saja.

Tetapi, ada orang di dunia ini yang tidak bisa melakukan gerakan sederhana itu.

“...Distrofi muskular, hm?” adalah kata-kata yang keluar dari bibir kecilnya.

Distrofi muskular adalah penyakit yang tak bisa disembuhkan dengan sebab yang tidak diketahui. Penyakit itu menyebabkan otot seseorang perlahan-lahan tidak bisa digunakan lagi. Karena otot menjadi tidak bisa digunakan, kekuatan otot-otot turun. Pada akhirnya, hilangnya kekuatan otot itu menyebar ke seluruh tubuh dan bahkan pergerakan bebas jantung dan paru-paru juga hilang.

Tentu saja, Mikoto tidak memiliki penyakit distrofi muskular itu.

Dia juga tidak memiliki orang yang dekat dengannya dan menderita penyakit itu.

Tapi dia pikir hidup seperti itu adalah hidup yang sulit.

Mereka tidak melakukan kesalahan apa pun, tapi mereka dilahirkan dengan tubuh yang tidak bisa bergerak seperti yang mereka inginkan, mereka hanya bisa melihat tak berdaya sementara tubuh mereka terus melemah, dan akhirnya mereka tidak bisa bangkit dari tempat tidur. Tak peduli seberapa kuat mereka berusaha mengulurkan tangan meminta bantuan, tidak ada yang akan menggenggam tangan itu. Mikoto merasa hidup seperti itu terlalu sulit.

Seorang periset telah bertanya padanya apakah dia ingin membantu orang-orang itu.

Si periset mengatakan bahwa orang-orang penderita distrofi muskular itu mungkin bisa disembuhkan dengan kekuatannya. Pria berjubah lab itu lalu mencoba menjabat tangannya.

Distrofi muskular adalah penyakit yang membuat otot seseorang tidak bisa bergerak sesuai yang diinginkan.

Dan instruksi dari otak dikirimkan ke otot dengan sinyal listrik.

Jika seseorang memiliki kekuatan untuk memanipulasi listrik tubuh mereka sendiri, mereka mungkin bisa mengirim sinyal ke otot melalui jalan yang lain dengan rute syaraf biasa.

Dia mungkin bisa memberi cahaya yang menyelamatkan orang-orang yang sedikit demi sedikit mulai ditelan oleh ketidaknyamanan dan ketakutan sementara mereka melihat tak berdaya tubuh mereka yang semakin melemah.

“...”

Seorang anak kecil telah mempercayai kata-kata itu tanpa keraguan sedikit pun.

Dia dulu berpikir, jika kekuatan Electromaster-nya bisa dipelajari, kekuatan itu bisa “ditransplantasikan” ke orang lain dan menyelamatkan semua orang yang menderita karena distrofi muskular.

Itulah bagaimana peta DNA Misaka Mikoto direkam secara resmi ke dalam Bank Academy City.

Tapi, belakangan ini ada rumor yang menyebar di seluruh Academy City bahwa peta DNA-nya telah digunakan untuk menciptakan Sisters militer. Rumor itu bukanlah sesuatu yang jarang terjadi. Mikoto adlaah salah satu dari tujuh Level 5 dan seorang murid berbeasiswa di sekolah pengembangan kekuatan yang prestisius bernama SMP Tokiwadai. Tak terhitung jumlah rumor tanpa dasar seperti itu tentangnya. Itulah kenapa dia tidak memercayai rumor itu.

Atau mungkin dia hanya tidak ingin memercayainya.

Tetapi, harapan gadis itu pecah berkeping-keping dalam cara yang tak pernah dia pikirkan.

“...”

Sebuah jalur produksi masal telah diciptakan untuk Sisters Radio Noise yang diciptakan untuk keperluan militer. Suplai yang tidak ada habisnya bisa diciptakan hanya dengan menekan sebuah tombol.

Dan para Sisters yang telah diciptakan bahkan tidak sempat hidup sebagai senjata. Sebagai gantinya, satu-satunya tujuan mereka dalam hidup adalah dibunuh sebagai hewan eksperimen. Mereka seperti katak-katak yang akan dibelah.

“Kenapa...berakhir seperti ini?” gumam Mikoto dengan bibir bergetar.

Alasannya sudah jelas. Karena dia dengan ceroboh telah menyerahkan peta DNA-nya ketika masih kecil. Dia tidak tahu apakah pria berjubah lab itum memang bohong sejak awal atau riset yang sebenarnya telah berubah di tengah jalan.

Dulu ada seorang gadis kecil yang ingin menyelamatkan orang-orang yang mempunyai masalah.

Tapi keinginan gadis itu membuat 20.000 orang terbunuh.

“...”

Itulah kenapa gadis itu ingin menghentikannya.

Bahkan jika harus membayar dengan nyawanya, dia harus menghentikan eksperimen gila itu.

Dia tidak merasa bahwa dia itu keren dengan mempertaruhkan nyawanya. Dia sebenarnya tidak ingin mati. Bahkan sebenarnya tubuhnya gemetar, ujung jarinya memucat dan dingin, dan dia tidak bisa berpikir dengan benar seolah ada statik yang tersebar di belakang kepalanya.

Jika dia bisa, dia ingin berteriak meminta bantuan.

Tapi dia tidak bisa membiarkan dirinya melakukan itu.

Wajah seorang anak laki-laki mengambang di pikirannya. Anak yang lebih tua darinya itu memiliki kekuatan aneh yang membuatnya bisa dengan mudah menangani salah satu Level 5 Academy City tapi dia masih dicap sebagai seorang Level 0. Anak laki-laki itu cukup kuat hingga, tanpa membual, bisa membiarkan perlakuan tidak adil itu sebagai “tidak penting”. Anak kuat itu memiliki kekuatan besar tapi tidak membanggakannya dan dia memperlakukan yang kuat dan yang lemah sama rata dan tanpa diskriminasi.

Mikoto tiba-tiba menyadari bahwa dia pernah bertarung dengan anak laki-laki itu beberapa minggu yang lalu di jembatan besi yang sama dengan tempatnya berdiri sekarang.

Anak itu bertindak bodoh untuk mencoba membuat beberapa preman mengejarnya. Dia bahkan tidak kenal dengan preman-preman itu, tapi dia mencoba menjauhkan mereka dari Mikoto yang cepat panas dan memulai perkelahian.

Jika Mikoto telah mengetahui tentang eksperimen yang tersembunyi di kegelapan kota pada saat itu, dan jika dia meminta bantuan pada anak laki-laki itu, akankah anak itu berdiri membantunya?

Mikoto yakin dia akan membantunya.

Dia merasa anak itu bisa melakukan apa yang tidak bisa dia lakukan.

Tapi dia juga merasa seperti pengecut jika meminta anak itu membantunya.

Kesalahan Mikoto lah yang menyebabkan 10.000 Sisters terbunuh dan 10.000 sisanya berdiri di ujung jurang kematian. Bisakah seseorang yang telah melakukan tindak kriminal sebesar itu – bisakah seekor monster yang tangannya basah oleh darah, daging, tulang, lemak, dan isi perut – meminta pertolongan? Dia rasa tidak.

“...Tolong aku.”

Karena itulah Mikoto mengeluarkan suara itu di tempat di mana suara itu tidak akan terdengar siapa pun.

Suaranya yang ketakutan, terluka, dan terkoyak-koyak hanya sekadar menghilang ke dalam kegelapan.

“Tolong aku...”

Teriakan yang tidak akan terdengar siapa pun tumpah tanpa terkendali dari mulutnya.

Kemudian dia mendengar suara eongan seekor anak kucing.

Mikoto melihat ke bawah. Bukannya kegelapan, dia melihat seekor anak kucing yang memiliki bulu hitam yang hangat. Kucing hitam itu melihat ke atas ke arahnya dan mengeong dengan wajah muda seperti anak kecil yang masih bersih tanpa noda.

Dia penasaran dari mana kucing itu datang.

Kemudian dia mendengar suara langkah kaki.

“...”

Mikoto melihat ke atas.

Tanpa lampu jalan, satu-satunya cahaya adalah dari bulan sabit pucat setipis kawat. Ini membuat jembatan besi itu terselimuti kegelapan seolah mewakili keadaan di sekitarnya.

“...Apa yang sedang kaulakukan?”

Anak laki-laki itu muncul seolah-olah mengoyak kegelapan itu.

Dia muncul seperti pahlawan yang berlari karena mendengar tangisan seorang gadis yang ditelan oleh kegelapan.

Part 2[edit]

Mikoto berdiri sendirian di jembatan besi sambil memandang malam dengan pandangan kosong.

Ketika Kamijou melihatnya, sejujurnya dia berpikir hal itu akan meremukkan hatinya. Mikoto terlihat sangat lelah hingga dia terlihat lemah, rapuh, dan akan segera menghilang. Hal itu lebih menyakitkan karena biasanya dia sangat semangat.

Karena itu, Kamijou ragu untuk memanggilnya.

Tapi dia harus memanggilnya.

“...Apa yang sedang kaulakukan?”

Ketika dia berbicara, Mikoto balas melihatnya.

Mikoto yang di depannya adalah Misaka Mikoto yang egois, riang, dan sok pintar yang seperti biasa.

“Hmn. Aku bebas melakukan apa pun dan di mana pun. Aku ini si Railgun Level 5. Berandalan yang mungkin kutemui di malam hari bukanlah bahaya bagiku. Dan kau tidak punya hak mengatakan apa pun tentang ini padaku.”

Tapi, Kamijou rasa dia bisa melihat ke balik topeng itu karena topeng itu terlalu sempurna.

Dia tidak bisa melihat topeng itu lagi.

“...Hentikan ini,” katanya.

Ekspresi Mikoto menghilang selama sekejap, tapi kembali tepat detik berikutnya.

“Hentikan apa? Jangan bilang kau ini cukup bodoh untuk menghentikanku, si Mikoto-chan yang menendang vending machine untuk mengambil minuman, keluyuran sepanjang malam.”

Misaka Mikoto merespon dengan tingkah laku normalnya yang mencurigakan.

“Hentikan saja. Aku tahu tentang Misaka Imouto, aku tahu tentang para Sisters, tentang eksperimen itu, dan aku tahu tentang Accelerator. Jadi hentikan saja omong kosong ini.”

Kamijou mengeluarkan setumpuk kertas.

Laporan gila yang di-print sepanjang 20 halaman kertas fotokopi.

“...................................................................”

Dalam sekejap, Misaka Mikoto yang “normal” hancur berkeping-keping.

Dia mungkin tidak tahu sama sekali bagaimana otot di wajahnya bergerak melihat pipinya yang mengejang.

Kamijou merasa sakit di dadanya.

Dia sepertinya telah menghancurkan apa yang Mikoto coba lindungi dengan seluruh tenaganya.

Walaupun begitu, dia mencoba meneruskan.

“Ahh, kenapa kaulakukan hal seperti ini?” kata Mikoto seolah mencoba menghalanginya. “Kalau kau memegang laporan itu, kau pasti telah masuk ke kamarku tanpa permisi. Sampai mencari-cari ke dalam boneka beruang, kau pasti lebih keras kepala dari adik ipar. Kau tahu, kau mungkin berpikir bahwa aku harusnya berterima kasih karena kau sudah melakukan sejauh ini untukku sampai tidak melihat sekelilingmu lagi, tapi biasanya kau akan dieksekusi untuk hal seperti itu.

Mikoto berbicara santai dengan tersenyum seperti biasa.

Senyuman yang kelihatan seperti dia baru dibebaskan dari sesuatu menyakitkan Kamijou lebih dalam lagi.

“Jadi bisakah aku bertanya sesuatu?”

Suara cerah Mikoto kedengaran sangat dipaksakan.

“Apa?” Kamijou menjawab dengan refleks.

“Setelah melihat itu, apa kau mengkhawatirkanku? Atau kau tidak bisa memaafkanku?” katanya dengan suara yang anehnya riang.

Kamijou merasa jengkel karena Mikoto sepertinya mengasumsikan bahwa Kamijou datang ke sana untuk menyalahkannya dan mengasumsikan bahwa tidak ada orang di dunia yang akan mengkhawatirkannya.

“...Tentu saja aku mengkhawatirkanmu.”

Mikoto kelihatan sedikit terkejut pada suara rendah Kamijou.

“Yah, kurasa kalau ada orang yang mengatakan itu walau hanya bohong paling tidak lebih baik dari tidak ada yang mengatakannya.”

Mikoto tersenyum

Matanya kelihatan seperti dia telah menyerah dan sedang melihat mimpi yang jauh untuk dicapai.

“...Aku tidak bohong.”

Kata-kata itu keluar secara refleks dari mulut Kamijou.

“Apa?”

Mikoto mengernyit.

“Kubilang aku tidak bohong!”

Teriakan Kamijou membuat Mikoto lebih terkejut dari kucing hitam penakut itu.

Entah kenapa, Kamijou tidak bisa membiarkan Mikoto memasang wajah terkejut itu.

Karena itu dia meneruskan.

“Aku minta maaf telah masuk ke kamarmu tanpa izin. Aku memang telah mendapat izin dari teman sekamarmu, tapi kurasa itu tidak cukup. Silakan biri biri aku hingga kau puas nanti. Jadi apa yang sedang kaulakukan? Kurasa kau tidak mendapatkan laporan ini melalui cara yang benar. Dan ada peta ini di dalamnya. Semuanya adalah laboratorium yang meriset suatu penyakit, tapi ada apa dengan tanda X merah yang ditandai di atasnya? Tanda-tanda ini kelihatan seperti...”

Kamijou terdiam.

“Seperti tanda sudah dibunuh?” Mikoto menjawab pelan sambil melihat Kamijou.

Suaranya tidak memiliki emosi.

Suaranya yang jelas itu cukup untuk membuat orang yang mengenalnya merasa ngeri.

Kucing di dekat kaki Mikoto melihat ke atas ke arahnya tidak senang.

“Memang kira-kira begitu. Tentu saja, aku tidak masuk dan meledakkan lab-lab itu dengan Railgun-ku.” Mikoto terlihat seperti bernyanyi. “Di dalam lab-lab itı ada peralatan yang berharga ratusan juta yen, ‘kan? Aku hanya menggunakan kekuatanku melalui jaringan untuk menghancurkan peralatan itu seluruhnya. Tanpa peralatan yang bekerja, lab-lab itu tidak bisa berfungsi, jadi lab akan ditutup dan proyek itu dibekukan permanen.”

Dia seperti bernyanyi dengan gembira, tapi kemudian dia berhenti sesaat.

“...Atau setidaknya itulah yang seharusnya terjadi.”

“Seharusnya terjadi?”

“Ya. Cukup mudah menghancurkan satu dua lab, tapi eksperimen itu diteruskan oleh lab lainnya. Tak peduli berapa kali kuhancurkan lab mereka atau menghalangi jalannya, eksperimen itu terus berlanjut. Ide tentang Level 6 yang belum pernah terlihat pasti terdengar hebat bagi para periset itu.”

Suara gadis itu terdengar sangat lelah.

Dia seperti memiliki keputusasaan seseorang yang telah hidup selama seribu tahun dan telah melihat seluruh kegelapan manusia.

“...Gadis-gadis itu tidak masalah sedikit pun menyebut dirinya sendiri sebagai hewan eksperimen,” kata Mikoto. “Hewan eksperimen. Apa kau tahu bagaimana tikus atau marmut diperlakukan?” Dia kelihatan menggertakkan giginya. “Aku penasaran, jadi aku mencari info tentangnya, tapi hasilnya mengerikan. Masih hidup dan tanpa diberi bius, hewan-hewan itu dilubangi tengkoraknya dengan gergaji lalu apa yang terjadi ketika obat-obatan disuntikkan langsung ke dalam otaknya diambil sebagai data. Tiap hari, berapa mililiter obat yang disuntikkan sebelum hewan-hewan itu batuk darah dan mati tersiksa direkam. Kalau mereka hampir kehabisan suplai hewan, mereka hanya perlu memasangkan yang jantan dan betina agar berkembangbiak. Dan jika mereka punya sisa setelah eksperimennya selesai, mereka cuma melemparkan hewan-hewan itu hidup-hidup ke pembakaran.”

Kerongkongan Mikoto bergerak seperti sedang menahan muntah.

“Gadis-gadis itu mengerti sepenuhnya apakah hewan eksperimen itu. Mereka tahu, tapi mereka masih bisa mengatakan dengan tenang bahwa mereka adalah hewan eksperimen.”

Mikoto menggigit bibirnya karena dia tidak tahan dengan hal itu.

Dia menggigit bibirnya dengan keras hingga darah warna merah mengalir karena dia tidak tahan tapi tidak punya cara menghentikan hal itu.

“Tapi kau punya laporan ini, ‘kan? Jika kau melaporkan ini ke Anti-Skill, bukankah dewan direktur atau siapalah akan melakukan sesuatu untuk menghentikannya? Bukankah kloning manusia itu melanggar hukum internasional?”

Dengan Kurikulum yang melibatkan penyuntikan obat-obatan pada anak-anak dan pengembangan roket menggunakan teknologi asli, Academy City memang melakukan hal-hal gila, tapi mereka masih mematuhi hukum walau di ujungnya saja.

Melihat itu, sebuah eksperimen yang jelas-jelas melanggar hukum seperti melibatkan 20.000 klon yang digunakan sebagai subjek eksperimen untuk dibunuh itu tidak terpikirkan. Jika informasi itu bocor, pihak yang memusuhi Academy City akan menggunakannya untuk menghancurkan kota itu.

Tapi Mikoto berekpresi yang seperti berkata “Apa yang sedang kaubicarakan?”

“Eksperimen ini mungkin salah dalam tingkat kemanusiaan, tapi benar dalam tingkat ilmiah. Walaupun eksperimen ini melanggar hukum dan menyebabkan mereka kehilangkan kemanusiaannya, itu tetaplah sebuah eksperimen yang seharusnya dijalankan.”

“Omong kosong! Bagaimana kau bisa mengatakan hal sebodoh itu!?”

“Ya, memang bodoh. Tapi apa kau tidak merasa aneh? Kota ini terus-menerus dipantau oleh satelit. Tak peduli seberapa keras pun kau berusaha bersembunyi, kau tidak bisa kabur dari mata di langit itu.”

Kamijou terdiam seribu bahasa.

Dengan kata lain, dewan direktur yang memimpin Academy City...

“Mereka tahu. Dan tentu saja, termasuk polisi kota ini, Anti-Skill dan Judgment. Mereka memegang hukum kota ini di genggaman mereka, jadi melaporkan ini hanya akan membuatmu tertangkap,” kata Mikoto sambil melihat ke kucing di dekat kakinya.

Dia menggertakkan giginya seperti menahan sesuatu.

“...Ini salah,” kata Kamijou seolah-olah membatukkan darah.

Peraturan dimaksudkan untuk mengekang masyarakat demi melindungi masyarakat. Jika mereka menutup mata pada orang-orang yang dibunuh dan mengekang mereka yang berdiri demi menyelamatkan orang-orang yang dibunuh itu, peraturan itu benar-benar berlawanan.

Mikoto tersenyum simpul ketika melihat Kamijou.

Dia kelihatan seperti orang dewasa yang lelah sedang tersenyum pada anak kecil yang tidak mengerti apa-apa.

“Benar, itu salah. Mengandalkan orang lain itu salah. Akulah yang menyebabkan masalah ini, jadi aku harus bertanggung jawab dan menyelamatkan gadis-gadis itu dengan tanganku sendiri.”

“...”

Kamijou terdiam.

Mikoto menyunggingkan bibir kecilnya sedikit.

“Kalau kau memikirkannya, sebenarnya cukup sederhana. Eksperimen ini dimaksudkan untuk membuat Accelerator lebih kuat. Kalau begitu, sebenarnya sangat sederhana. Jika mereka kehilangan Accelerator, eksperimen ini akan runtuh.”

Mikoto mengatakan bahwa dia sendiri akan membunuh Accelerator.

Walaupun dia mengotori tangannya sendiri dengan kejahatan berupa pembunuhan, dia akan menyelamatkan 10.000 Sisters yang tersisa.

“Kau berbohong,” adalah balasan sederhana Kamijou.

Mikoto terlihat terkejut dan Kamijou meneruskan.

“Aku sudah menyuruhmu untuk menghentikan omong kosong ini. Kau tidak bisa mengalahkan Accelerator. Bagaimanapun juga, kau pasti akan melakukan itu sejak awal jika kau bisa. Kau langsung membiri-biriku karena kau sedikit marah, jadi aku ragu kau akan tetap diam dengan semua ini.”

“...”

“Menghancurkan lab atau memberitahu dewan direktur terlihat terlalu memutar untuk orang sepertimu. Kau adalah tipe yang berkelahi dengan orang yang tidak kausukai. Kau bukanlah tipe yang mencari bukti lalu melapor ke guru.” Kamijou mengambil napas. “Karena kau tidak melakukan cara itu, artinya kau inigin tapi kau tidak bisa. Mungkin ada perbedaan kekuatan yang terlalu tinggi antara kau dan Accelerator hingga kau tidak punya kesempatan sedikit pun melawannya.”

Bahkan tanpa logika seperti itu, Kamijou ragu Mikoto bisa membunuh Accelerator.

Misaka Mikoto bangkit karena dia tidak bisa membiarkan para Sisters mati.

Orang seperti itu tidak akan berpikir bahwa membunuh orang lain demi menyelamatkan orang lain dari kematian itu dibolehkan.

“Begitulah aku mengetahui kalau kau berbohong. Kalau kau tidak berusaha memecahkan masalah ini dengan pertarungan langsung, berarti lawannya lebih kuat darimu. Jadi kenapa kau tidak meminta bantuan? Kalau kau tahu kau tidak bisa menyelesaikan ini sendirian, kau bisa meminta orang lain membantumu, ‘kan?”

Mikoto terdiam pada perkataan Kamijou sejenak.

Bahkan suara angin pun tidak terdengar di atas jembatan besi pada malam hari itu.

Satu-satunya suara dalam keheningan itu adalah si kucing yang mengeong penuh keinginan.

“...Jika dia membunuh 128 Railgun, Accelerator bisa menjadi Level 6,” gumam Mikoto dalam kegelapan.

Kamijou mengernyit.

“Tetapi, kami tidak bisa mempersiapkan 128 Railgun.”

Mikoto terdengar seperti membacakan itu dalam kesendirian.

“Jadi kami mempersiapkan 20.000 Sisters, kopian buruk dari Railgun.”

Lidah Mikoto terus bergerak seperti sedang membicarakan mimpi yang menyenangkan.

Bagaimana jika aku tidak memiliki nilai setinggi itu?”

Napas Kamijou tercekat di tenggorokannya.

“Bagaimana kalau aku bisa membuat para periset berpikir bahwa dia tidak akan mencapai Level 6 walaupun dia membunuh 128 diriku?” Dia tersenyum sambil bicara. “Menurut Tree Diagram, jika aku dan Accelerator bertarung, aku akan terbunuh setelah 185 gerakan walau aku memfokuskan diri untuk kabur. Tapi bagaimana kalau pertarungan itu berakhir lebih cepat dari itu? Bagaimana kalau aku langsung kalah pada gerakan pertama dan tidak bisa melakukan apa-apa kecuali berbalik dan mencoba kabur dengan hina?”

Sambil mengatakan itu, dia tersenyum seolah sedang benar-benar menikmatinya.

“Jika para periset itu melihatnya, aku yakin mereka akan berpikir bahwa perhitungan Tree Diagram memang hebat, tapi perhitungannya masih salah.”

Senyuman hancur muncul di wajahnya.

“...”

Kamijou menggertakkan giginya.

Bahkan jika laboratorium tempat eksperimen itu dijalankan, tidak menjadi masalah karena eksperimen itu akan diteruskan oleh laboratorium lain. Untuk menghentikan mereka, mereka harus diyakinkan bahwa eksperimen itu sendiri tidak ada artinya dan tidak pantas dilanjutkan.

Itulah kenapa Mikoto berniat melawan Accelerator dan kalah dengan sengaja.

Walaupun cuma gertakan atau akting, dia berniat membuat para periset itu berpikir simulasi yang mendasari eksperimen itu salah.

Dia berencana melakukan itu walau harus membayar dengan nyawanya.

Tapi...

“Apa artinya itu? Bahkan jika kau berhasil membodohi para periset itu sekali, mereka hanya akan membuat perhitungan ulang dengan Tree Diagram dan memulai eksperimen ini lagi ketika mendapatkan hasil yang sama!”

Si kucing gemetar ketakutan karena teriakan Kamijou.

Tapi suara Mikoto cukup lembut untuk menenangkan kucing itu.

“Jangan khawatir. Itu tidak akan terjadi. Tree Diagram ditembak jatuh oleh serangan misterius dari tanah sekitar 2 minggu lalu. Para petinggi sepertinya menyembunyikan fakta itu untuk melindungi reputasi mereka, tapi para periset itu tidak bisa membuat perhitungan ulang.”

Kamijou tidak punya ingatan tentangnya dan Mikoto tidak ada di sana, tapi seorang biarawati berbaju putih telah menggunakan serangan naga untuk memotong satelit itu jadi dua.

“Ha. Sebenarnya sedikit lucu. Semua orang yang membicarakan perhitungan prakiraan bertindak berdasarkan data yang diperhitungkan oleh Tree Diagram berbulan-bulan lalu.”

Kamijou mengingat apa yang Mikoto katakan di senja itu.

-Aku benci balon udara itu.

-... Karena orang-orang mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh sebuah mesin.

“Tapi itu juga berarti inilah kesempatanku satu-satunya. Sekarang ketika Tree Diagram tidak bisa digunakan untuk melakukan perhitungan ulang, semua orang kelas tiga[1]itu hanya bisa menerima apa yang dikatakan Tree Diagram sebelumnya karena mereka tidak bisa menganalisa bagian mana yang benar dan bagian mana yang salah dalam data itu. Jadi mereka tidak punya pilihan selain menghentikan seluruh eksperimen jika muncul kesalahan dalam satu bagian data. Sama seperti sebuah program komputer dihentikan secara paksa ketika bug aneh terjadi.”

Hanya itulah yang bisa dilakukan gadis itu.

Dia membuang hidupnya demi menyelamatkan seseorang. Dia tidak bisa menjadi pahlawan asli dan mengalahkan musuhnya atau berdiri di depan seseorang untuk melindunginya.

Dia melakukan satu-satunya hal yang bisa dilakukannya.

Dia hanya bisa membuang hidupnya sendiri demi membuat para periset itu memikirkan jawaban benar mereka adalah salah.

“...”

Kamijou menggertakkan giginya.

Walaupun menggertak seperti itu, tidak ada jaminan bahwa cara itu akan berhasil. Jika para periset menyadari bahwa Mikoto sedang “akting”, semuanya akan berakhir. Bahkan ada kemungkinan mereka akan meneruskan eksperimen itu walau sudah memastikan perhitungan itu salah.

Walaupun begitu, hanya itulah yang bisa dia lakukan.

Satu-satunya pilihan lain untuknya adalah berdoa pada Tuhan agar eksperimen itu dihentikan.

“Aku mengerti,” kata Kamijou.

Dia tidak yakin emosi apa yang dia rasakan.

“Jadi kau berencana untuk mati.”

“Iya,” Mikoto mengangguk.

“Kau benar-benar percaya bahwa kematianmu akan menyelamatkan 10.000 Sisters yang tersisa.”

“Iya,” Mikoto mengangguk.

Mikoto maju selangkah untuk menghadapi Kamijou.

“Sekarang karena kau sudah tahu, minggir dari jalanku. Aku akan menghadapi Accelerator sekarang. Aku sudah mencuri data berisi lokasi 20.000 medan tempur, jadi aku bisa pergi ke medan tempur sebelum Sister kali ini mulai bertarung dan mengakhiri seluruh pertempuran ini. Jadi minggir.”

“...”

Kamijou menggertakkan giginya.

Itu mungkin benar-benar satu-satunya cara yang tersisa untuk menghentikan eksperimen itu dan menyelamatkan para Sisters. Ada masalah di dunia yang tidak bisa diselesaikan dengan pertarungan. Imagine Breaker dan Railgun itu tidak lebih dari sekadar perpanjangan perkelahian anak kecil. Mereka sama sekali tidak berdaya di hadapan kekuatan jenis organisasi yang membangun kumpulan orang dewasa.

Jika dia ingin menghentikan eksperimen itu, berdiri melawan kumpulan orang dewasa, kematiannya mungkin adalah satu-satunya cara.

Kamijou terus menggertakkan giginya.

Dia mengingat kembali Misaka Imouto dalam pikirannya. Imouto mengumpulkan minuman yang berserakan dan menyingkirkan kutu-kutu dari si kucing, tapi dia sangat tidak berdaya dan terganggu oleh fakta bahwa dia membuat kucing-kucing membencinya. Dia tidak melakukan kesalahan apa pun, tapi dia tetap akan dibunuh. Fakta itu membuat Kamijou menggertakkan giginya lebih keras lagi.

“Aku tidak akan minggir.”

Mikoto melihat Kamijou dengan ekspresi yang kelihatan syok berat.

“Kau...tidak akan minggir?”

“Benar,” katanya masih berdiri di sana.

Setelah mendengar apa yang Mikoto katakan, dia tidak bisa tidak menghalanginya.

Tetapi, Mikoto tidak bisa menerima hal itu.

Bibirnya bergetar marah dan ekspresi tidak percaya terlihat di wajahnya.

“Apa yang sedang kaukatakan? Apa kau mengerti apa yang kaukatakan? Kalau aku tidak mati, 10.000 Sisters akan mati. Atau kau mengatakan bahwa kau memiliki jalan lain? Jangan bilang kau tidak peduli dengan kematian mereka karena mereka adalah kopian yang buruk...”

Si kucing tidak mengerti bahasa manusia, tapi kucing itu tetap gemetar ketika mendengar perkataan Mikoto.

Tentu saja Kamijou mengerti.

Dia tidak merasa bahwa membiarkan 10.000 Sisters mati itu benar. Dia juga tidak punya rencana lain. Dia juga mengerti bahwa 10.000 Sisters benar-benar akan dibunuh seperti tikus lab jika Mikoto tidak mati.

Persis seperti yang Mikoto katakan, dia tidak tahu apa yang dikatakannya.

“...Walau begitu, aku tidak akan membiarkanmu.”

Kamijou tidak tahu detail dari situasi Mikoto, tapi Mikoto mau membuang nyawanya sendiri demi menyelamatkan para Sisters. Kamijou tidak ingin melihat kedamaian yang tercipta dengan seorang gadis yang lebih mementingkan orang lain terbunuh sendirian seperti itu.

“...”

Untuk sekejap mata, hanya sekejap, ekspresi terkejut muncul di wajah Mikoto.

Ekspresi itu dengan cepat digantikan oleh kemarahan.

“Aku mengerti. Jadi kau akan menghentikanku. Jadi kau tidak peduli dengan nyawa 10.000 Sisters.”

Ketegangan merambat di ıdara.

Kucing di dekat kaki Mikoto menurunkan telinganya ke kepalanya dengan takut.

“Aku tidak ingin melihat gadis-gadis itu terluka, jadi aku ingin melindungi mereka dengan tanganku sendiri. ...Kalau kau akan menghentikanku melakukan itu, maka aku akan mengalahkanmu di sini. Ini adalah peringatan terakhirmu. Minggir dari jalanku.”

Kamijou hanya menggelengkan kepalanya.

Ujung bibir Mikoto tersungging ke atas.

“Ha. Jadi kau akan menghentikanku dengan kekerasan? Baiklah, aku tidak akan menahan diri juga. Aku masih tidak tahu kekuatan apa yang kaumiliki, tapi aku tidak bisa kalah di sini, jadi kau sebaiknya mengepalkan tinjumu seolah hidupmu bergantung padanya.

Percikan putih kebiruan terbang dari pundak Mikoto.

“Karena hidupmu memang tergantung pada kepalan tanganmu. Kalau tidak, kau benar-benar akan mati.”

Percikan itu mengalir dan terhubung ke pagar jembatan dan menghilang. Si kucing menjauh dari Mikoto karena suara percikan listrik itu.

Hanya ada 7 meter antara Kamijou dan Mikoto.

Jarak itu terlalu jauh bagi Kamijou untuk mencapai Mikoto dalam selangkah, tapi itu masih berada dalam jarak serangan listrik Mikoto yang bergerak dengan kecepatan cahaya.

Mengingat jarak itu, hanya dilihat sekilas saja sudah jelas siapa yang berada dalam posisi menguntungkan dan siapa yang tidak.

Kata-kata sepertinya tidak sampai lagi pada gadis di depan matanya.

Karena itu, hanya ada satu cara untuk menghentikannya.

“...”

Kamijou merentangkan tangan kanannya secara horizontal.

Dia membuka tinjunya yang terkepal. Seolah-olah dia sedang melepas segel di tangan kanannya. Mata Mikoto sedikit memicing. Kamijou menggertakkan giginya hingga dia pikir rahangnya akan hancur dan...

Dia tidak membuat ulang tinju dengan tangan kanannya lagi.

“Tunggu, apa yang sedang kaulakukan?” kata Mikoto sementara Kamijou terus tidak bergerak.

Dia tidak merespon.

Mikoto menjadi marah seolah-olah dia tidak bisa membiarkannya bertindak seperti itu.

“...Aku menyuruhmu bertarung, ‘kan!? Aku menyuruhmu untuk menggunakan kekerasan kalau kau akan menghentikanku! Apa kau ini idiot!? Walaupun kau berdiri di sana tanpa melawan, aku tetap akan mengalahkanmu!”

Kata-kata Mikoto yang penuh kebencian ditembakkan dari mulutnya seperti peluru.

Kamijou hanya mengatakan satu hal sebagai respon.

“...Aku tidak akan.”

“...? Apa yang kaukatakan...?”

Mikoto sedikit mengernyit.

Aku tidak akan melawanmu

Mikoto membeku tercengang pada kata-katanya.

Dia memandanginya seperti sedang melihat sesuatu yang sama sekali tidak bisa dipercaya.

“Apa kau ini idiot!? Hah! Kau memang benar-benar idiot! Inilah satu-satunya jalan yang tersisa untukku, jadi aku tetap akan mengalahkanmu walaupun aku memang memercayaimu! Kaupikir dunia hangat macam apa yang kita tinggali ini? Ini bukanlah kehidupan biasa yang kau tahu. Ini adalah neraka abnormal yang diwarnai darah, daging, tulang, lemak, dan isi perut di mana 10.000 orang sudah terbunuh. Pandangan damai seperti itu tidak akan cukup di sini.”

“Walaupun begitu, aku tidak akan melawanmu!!”

Mikoto menghinanya seolah-olah neraka telah membuka mulutnya, tapi teriakan Kamijou membuatnya terdiam.

Kamijou merentangkan tangan kirinya untuk menyamai tangan kanannya. Dia mengekspresikan ketiadaan niat bertarungnya seolah-olah dia adalah salib yang menghalangi jalan.

“Sialan. Aku menyuruhmu melawanku...”

Pundak Mikoto bergetar.

Percikan yang menjalari seluruh tubuhnya tidak lagi tertahan di dalam dan lebih banyak lagi ular listrik warna putih kebiruan mulai melengkung darinya ke pagar jembatan atau ke tanah.

Meskipun begitu, Kamijou tetap tidak mengepalkan tinjunya.

Dia tidak ingin mengepalkannya.

Kamijou berdiri di hadapannya karena dia khawatir dengan keselamatan Mikoto. Dia ingin menghentikannya karena Mikoto sedang mencoba pergi ke tempat berbahaya sendirian. Dia berdiri di sana karena gadis yang belur itu tidak meminta bantuan hingga saat terakhir dan Kamijou tidak ingin melihatnya menginginkan kematian sendirian dan karena dia tidak ingin melihatnya terluka lebih jauh.

Meski begitu, dia tidak bisa mengarahkan tinjunya ke Mikoto.

Kamijou tidak bisa memukul Mikoto.

Listrik putih kebiruan memencar dari seluruh tubuh Mikoto.

“...Aku menyuruhmu untuk melawanku!!”

Saat itu, sebuah tombak listrik muncul dari poni Mikoto.

Tegangan terbesar petir yang tercipta di alam adalah 1 milyar volt.

Mikoto bisa mengimbangi tegangan itu.

Tombak agung dari listrik warna ungu yang berisi 1 milyar volt berpendar putih kebiruan. Tombak listrik itu menguraikan oksigen dan menjadikannya ozon ketika terbang 7 meter ke Kamijou dalam sekejap.

Dengan suara yang hebat, tombak listrik itu terbang nyaris mengenai wajah Kamijou.

“Aku akan benar-benar mengenaimu setelah ini.” Mikoto menggertakkan giginya. “Kalau kau berniat untuk bertarung, kepalkan tinjumu! Kalau kau tidak berniat bertarung, minggir dari jalanku! Jangan injak-injak keinginanku kalau kau tidak berniat melakukan sesuatu!”

Dengan raungan menggelegar, percikan listrik terbang dari poni Mikoto.

Sebuah tombak listrik terbang lurus ke arah jantung Kamijou Touma.

Serangan Mikoto seperti memaksanya untuk mengepalkan tinjunya.

Meskipun begitu, Kamijou tidak mengepalkan tangan kanannya.

Dia tidak ingin mengayunkan tinjunya ke gadis yang ada di depan matanya.

Dan tombak listrik itu menghantam Kamijou tepat di jantung.


Part 3[edit]

Tubuh Kamijou terhempas ke tanah seolah dia terkena selongsong meriam. Momentumnya membuatnya terus berguling beberapa meter. Karena dia berbaring telungkup di tanah dengan tangan dan kaki yang terentang dengan kasar, dia terlihat mirip dengan boneka rusak.

“Eh?”

Yang paling terkejut dengan pemandangan itu adalah Mikoto, bukan Kamijou.

Mikoto tidak tahu apakah kekuatan yang dimiliki Kamijou, tapi dalam pertempuran mereka sampai saat itu, tidak satu pun serangannya mengenai Kamijou. Karena kekuatan misteriusnya telah meniadakan serangan Mikoto lagi dan lagi, serangannya meningkat dan terus meningkat hingga titik di mana dia melihat Kamijou sebagai eksistensi tak terkalahkan yang bisa menangani serangan macam apa pun.

Itulah alasan dia menembakkan tombak listrik itu.

Dia pikir anak laki-laki itu akan dengan mudah meniadakan serangan seperti itu.

Dalam cara yang aneh, dia memercayainya.

“Tapi...”

(Ini pasti salah...)

Mikoto melihat anak laki-laki yang terbaring di atas jembatan itu. Mikoto tahu dengan baik apa yang akan terjadi pada seorang manusia yang menerima arus listrik sebesar satu milyar volt. Anak itu tidak akan bangkit lagi. Dia tahu itu. Dia telah melakukannya. Dia tahu itu.

Dan meskipun begitu...

Sesaat setelahnya, dia melihat pergerakan dari anak laki-laki yang harusnya tidak akan berdiri lagi.

Menggertakkan giginya, anak itu mengumpulkan seluruh tenaganya dan kembali berdiri.

“Kenapa...?” ucap Mikoto.

Serangan listriknya tidak ditiadakan oleh kekuatan Kamijou. Serangan itu jelas-jelas mengenainya. Tapi anak itu berdiri kembali tanpa mengandalkan kekuatan apa pun dan hanya menggunakan tubuhnya sendiri.

Dan bahkan setelah menerima serangan satu milyar volt itu, anak itu tidak mengepalkan tinjunya.

Itulah kenapa Mikoto menggumamkan “kenapa” dengan syok.

“...Aku tidak tahu.” Kamijou menggertakkan giginya. “Aku tidak tahu kenapa aku tidak mau bertarung melawanmu. Aku tidak punya ide lain! Tapi aku tetap tidak mau melihatmu terluka! Bahkan aku sendiri tidak tahu apa yang kukatakan! Tapi aku mau tidak mau harus melakukan ini! Aku tidak mau mengarahkan tinjuku padamu!”

“Ap-...?” Mikoto tidak tahu harus berkata apa.

Anak laki-laki itu berteriak seperti akan muntah darah sambil terus menjaga kakinya tertanam di tanah dengan segenap tenaga karena tubuhnya kelihatan akan tumbang.

“Walaupun tidak ada jalan lain!! Walaupun aku tidak tahu apa hal lain yang bisa dilakukan! Aku tetap tidak bisa membiarkan itu terjadi! Kenapa kau harus mati!? Kenapa siapa pun harus dibunuh!? Aku sama sekali tidak mengerti!”

Anak laki-laki itu tentu sadar bahwa kata-katanya tidak akan mencapai Mikoto.

Meskipun begitu, dia tetap berteriak.

Dia kemungkinan tidak punya alasan nyata.

Dia mengerti alasan Mikoto, tapi dia tetap belum menyerah pada satu hal.

“...”

Selama sekejap, hanya sekejap, Mikoto menggigit bibirnya.

Seorang gadis pernah menggumamkan “tolong” agar tidak ada yang mendengarnya.

Anak laki-laki itu muncul seolah sebagai respon dari teriakannya.

Dia yakin anak laki-laki itu akan bisa melakukan mukjizat jika dia berteriak minta tolong.

“Tapi aku tidak bisa membiarkan itu terjadi,” gumam Misaka Mikoto di sela napasnya.

Adalah kesalahannya sendiri lebih dari 10.000 Sisters terbunuh.

Dia sama sekali tidak bisa membolehkan dirinya mengandalkan orang lain untuk menyelamatkan mereka.

“Diam,” kata Mikoto, menggerakkan bibirnya yang bergetar. “Aku tidak punya hak lagi untuk menerima perkataan seperti itu dari orang lain. Bahkan jika ada dunia menyenangkan yang semua orang inginkan dan di dalamnya semua orang bisa tersenyum, tidak ada tempat bagiku di sana! Jadi minggir dari jalanku!”

Percikan listrik terbang dari poni Mikoto.

Dia yakin anak laki-laki di depannya entah menyerah dan mengepalkan tinjunya, atau minggir dari jalannya saat itu.

Tapi Kamijou tidak akan mengepalkan tinjunya apa pun yang terjadi.

Saat itu, Mikoto tidak bisa lagi mengontrol tombak listrik yang menusuk dada anak itu.

Suara raungan menggelegar.

Taip anak itu tidak mati. Dia bahkan tidak tumbang ke tanah. Dia mengumpulkan seluruh tenaganya di kakinya dan terus menghalangi Mikoto walaupun begitu babak belur.

“...Aku yakin...kau juga menyadarinya. Kau tidak bisa menyelamatkan siapa pun dengan cara ini. Bahkan jika kau mati...dan menyelamatkan ke-10.000 Sisters...apa kau benar-benar merasa mereka akan berterima kasih padamu karena menyelamatkan mereka dengan cara seperti itu? Apakah para Sisters yang ingin kau selamatkan begitu sempit pikirannya?”

“Diam! Diam saja dan lawan aku! Aku bukanlah orang baik seperti yang kaupikirkan! Kenapa kau tidak bisa menyadari hal itu ketika aku menembakkan tombak-tombak listrik satu milyar volt ini ke arahmu!?”

Seperti untuk mengancamnya, Mikoto menembakkan tombak listrik lain.

Tapi Kamijou tidak mengepalkan tangan kanannya. Tombak itu menghantamnya tepat di dada.

Meski begitu, Kamijou tidak jatuh.

Bahkan setelah terkena serangan seperti itu, dia tidak jatuh.

“Aku sudah membunuh lebih dari 10.000 orang! Tidak ada alasan bagi seorang penjahat seperti itu untuk tinggal di dunia ini! Kenapa kau berdiri untuk penjahat seperti itu!?”

“Kau bukan seorang penjahat,” kata Kamijou.

Mikoto mengernyit ragu.

“Kenapa aku masih hidup?”

“Eh?”

“Kaubilang serangan ini bertegangan satu milyar volt. Manusia biasa tidak akan selamat jika terkena tegangan setinggi itu. Apa kau tidak merasa aneh? Atau apakah kau tanpa sadar menahan dirimu sendiri?”

“Menahan diri?” Wajah Mikoto terlihat limbung kebingungan. “Tentu saja tidak. Aku mencoba membunuhmu. Aku tahu kau tidak melawan...aku tahu kau tidak akan melawan...meskipun begitu...!”

“Meskipun begitu, kau tidak bisa membunuhku.”

“...”

Mikoto terdiam.

Kamijou benar. Biasanya, manusia tidak akan selamat dari voltase setinggi satu milyar volt.

Tapi ada pengecualian.

Sebagai contoh, stun gun[2] komersial memliki tegangan dua-tiga ratus ribu volt, tapi seorang manusia tidak akan mati dengan serangan itu. Di sisi lain, stop kontak rumah tangga sebesar 100 volt bisa menyetrum sampai mati.

Itu bukan karena tegangannya. Tetapi karena perbedaan arus. Jumlah daya listrik sebanding dengan tegangan dikalikan dengan arus, jadi tidak akan ada yang tersetrum sampai mati bahkan jika tegangannya sangat tinggi selama arus listriknya tetap rendah.

Dengan kata lain, tombak-tombak listrik Mikoto memiliki tegangan tinggi tapi arusnya sangat rendah.

Seperti serangannya hanya untuk dipamerkan dan tidak memiliki “isi” sama sekali, seperti sebuah pedang palsu yang digunakan dalam drama.

Tetapi, Mikoto tidak berniat menahan kekuatannya. Dia bermaksud menembakkan tombaknya dengan kekuatan penuh. Itulah kenapa dia hanya memandangi Kamijou tanpa mengetahui kenapa hal itu terjadi.

Sementara dia gemetar seperti si kucing yang ketakutan, Kamijou melihatnya tepat di mata.

“Bagimu, menyelamatkan para Sisters dengan nyawamu mungkin adalah harapan terakhirmu,” kata anak yang babak belur itu. “Tapi pada akhirnya, kau tetaplah jenis orang baik yang tidak bisa membunuh orang yang mencoba mencuri harapan terakhir yang tersisa itu darimu.”

Ketika dia berbicara, dia terlihat sangat lelah tapi juga tersenyum bahagia.

“Ah...uuh...” Mikoto menggumam kebingungan sambil melihat Kamijou.

Matanya melirik ke sana-sini seperti seorang anak kecil yang tersesat.

Misaka Mikoto tidak ingin Kamijou Touma terlibat lebih jauh dengan eksperimen ini.

Itulah kenapa dia dengan mudahnya mengatakan isi eksperimen yang menjijikkan itu ketika Kamijou membawa topik itu. Dia ingin Kamijou putus asa ketika mendengar isinya. Dia menembakkan serangan listriknya ke arahnya walaupun Kamijou tidak bertahan karena dia ingin Kamijou menyerah karena percaya bahwa kata-katanya tidak akan sampai kepada dirinya.

Jika Kamijou kehilangan harapan pada dirinya, dia tidak akan mengikutinya dan menjadi terlibat dalam eksperimen yang tidak lebih dari sebuah spiral kematian.

“Hentikan iniç”

Mikoto memegang kepalanya sendiri dengan kedua tangannya.

Meskipun begitu, Kamijou telah menyuruhnya untuk berhenti. Tak peduli hal-hal buruk yang telah dia katakan pada Kamijou atau seberapa kejam dia telah menyerangnya, Kamijou tidak peduli.

Kalau begini terus, anak laki-laki itu akan terlibat ke dalamnya.

Dia akan melewati titik di mana dia tidak bisa kembali lagi dan terlibat dalam dunia abnormal darah dan debu yang berputar spiral itu.

“Kematianku adalah satu-satunya cara yang tersisa untuk menyelamatkan gadis-gadis itu! Jadi terima saja! Kalau aku mati, aku bisa menyelamatkan semua orang! Bukankah itu indah!? Kalau kau setuju, maka jangan menghalangiku!”

Mikoto menutup telinganya dengan tangannya dan menutup rapat matanya ketika berteriak.

Meskipun begitu, dia merasa seperti bisa mendengarkan anak laki-laki itu mengatakan kalau dia tidak akan minggir dari jalannya.

“...Kau akan mati,” kata Mikoto dengan mata yang masih tertutup. “Tidak ada lagi yang akan menyelamatkanmu setelah ini! Kalau kau terkena serangan setelah ini, kau tidak mungkin selamat! Jadi minggir dari jalanku jika kau tidak ingin mati!”

Suara percikan warna ungu yang mengalir dari tubuh Mikoto menjadi semakin tajam dan berat.

Seperti sejenis senjata telah diaktifkan, suaranya terus meninggi.

“...”

Walau begitu, anak laki-laki itu tidak bergerak selangkah pun.

Seolah-olah dia sedang mengatakan bahwa serangan seperti itu bukan alasan untuk mundur.

Mikoto menggigit lidahnya.

Gertakan tidak akan berhasil pada anak laki-laki itu.

Jika dia tidak benar-benar menembakkan serangan mematikan, dia tidak bisa membuat anak itu menyerah.

Jika anak itu tahu dia tidak sedang menggertak, maka anak laki-laki itu harus bertarung.

Walau begitu, dia mendengar anak laki-laki itu berteriak bahwa dia tidak akan minggir dari jalannya.

Mikoto akhirnya tidak bisa menahan diri lebih lama dan berteriak.

Kilatan yang hebat seperti menembus kelopak matanya yang tertutup erat. Suara raungan hebat menembus tangan yang menutupi telinganya. Itu bukanlah serangan hiasan yang bertegangan tinggi dengan arus rendah. Dia benar-benar menembakkan tombak petir yang persis dengan petir asli.

Di tengah kilatan tanpa cahaya dan tanpa suara itu, suara petir itu langsung mengenai tubuh anak itu bergema seperti pabrik petasan yang meledak.

Meskipun begitu, anak laki-laki itu tidak mengepalkan tangannya bahkan hingga saat terakhir.

Pada akhirnya, hanya begitu saja yang terjadi.


Part 4[edit]

Mikoto dengan takut membuka matanya dan melihat anak laki-laki itu terbaring di tanah beberapa meter darinya.

Dia terbaring telungkup tak bergerak dan asap tipis mengambang dari beberapa tempat di bajunya seperti dupa. Persis seperti konsol video game memanas setelah digunakan dalam waktu yang lama, benda-benda menerima panas yang dikenal sebagai panas Joule[3] ketika listrik dihantarkan melaluinya.

Jumlah besar panas Joule yang dihasilkan oleh arus bertegangan tinggi telah menghasilkan luka bakar ringan di sejumlah tempat.

Tetapi, anak laki-laki itu tidak menggeliat kesakitan karena luka bakar itu.

“Ah...”

Mikoto tiba-tiba menyadari bahwa semua sudah berakhir.

Kali itu, anak laki-laki itu tidak akan bangkit lagi. Serangan itu bukanlah serangan palsu. Arus tegangan tinggi itu kemungkinan besar telah menghentikan jantung anak itu.

Dia mendengar si kucing hitam mengeong.

Mikoto berbalik ke belakang dengan goyah dan melihat si anak kucing yang sangat ketakutan duduk sedikit jauh darinya.

Kulitnya tidak berdiri dan taring dan cakarnya tidak dikeluarkan.

Mata mudanya seperti bertanya pada Mikoto kenapa dia melakukan itu.

“Ahh...”

Mikoto tiba-tiba menyadari sesuatu ketika melihat kucing hitam itu.

Pada akhirnya, apa yang telah Mikoto lakukan pada anak itu tidak berbeda dengan tiba-tiba menyerang kucing lucu yang langsung memercayai orang dan menggosokkan hidungnya ke orang itu.

Anak laki-laki itu sebenarnya memiliki beberapa pilihan yang berbeda.

Setelah membaca laporan itu, dia bisa menyembunyikannya dan kembali ke kebohongan berupa kehidupan normal.

Bahkan jika dia memilih untuk menghentikan Mikoto, dia bisa menyembunyikan fakta bahwa dia telah membaca laporan itu agar Mikoto tidak curiga padanya lalu menunggunya berbalik arah agar dia bisa memukul Mikoto di bagian belakang kepala untuk membuatnya pingsan.

Tapi anak laki-laki itu tidak melakukan kedua hal itu.

Dia menampakkan bahwa dia telah masuk ke kamar Mikoto tanpa izin dan membaca laporan itu dan dia memberi tahu Mikoto bahwa dia tidak ingin Mikoto bertarung. Dia telah menyingkap semuanya dan tetap mencoba menghentikan Mikoto secara langsung.

Apa yang dia lakukan mirip seperti bermain poker dengan seluruh kartunya terlihat oleh pemain lain.

Sama seperti mengumumkan bahwa dia akan memakai gunting dalam permainan gunting-batu-kertas.

Kenapa dia melakukan hal yang seberbahaya itu?

Jika dia mengkhianati kepercayaan Mikoto dan tiba-tiba menyerangnya dari belakang, semua akan berakhir dengan aman.

“...”

Jawaban pertanyaan itu sudah jelas.

Mikoto memercayai anak laki-laki itu. Paling tidak, dia melihat daerah di sekitar anak laki-laki itu sebagai semacam zona aman karena anak itu tidak tahu apa pun tentang eksperimen itu.

Dia seperti kucing yang tidur menggulung di bawah sinar matahari.

Anak itu tidak akan bisa menusuk Mikoto dari belakang. Bahkan jika itu adalah tindakan yang paling aman dan bisa diandalkan, dia tidak ingin melakukan itu.

Mikoto telah mengarahkan senjata pada anak itu, tapi dia tetap tidak ingin apa pun melukai Mikoto.

Dia percaya bahwa masalah itu bisa diselesaikan dengan bicara dan bukan menggunakan kekerasan.

Tapi Mikoto menarik pelatuknya sebelum kata-katanya mencapai telinganya.

“...”

Mikoto menggertakkan giginya.

Tidak ada lagi yang bisa menghentikannya. Seutas benang tipis yang seperti rasa menyerah dalam diri Mikoto putus, dia merasa seperti telah dibebaskan dari sesuatu. Dia merasa seperti telah diberikan kebebasan yang mengandung kehancuran yang pasti di dalamnya, seperti balon yang terbang ke langit setelah benangnya putus.

Jari Kamijou bergerak.

“!?”

Mikoto membatu ketika melihat itu.

Masih terbaring telungkup, tangan kanan Kamijou berkedut. Jarinya bergerak perlahan seolah sedang mengelus tanah dengan lembut.

Itu bukanlah tindakan seseorang yang ingin balas dendam pada orang yang melakukan itu padanya.

Dan juga bukan tindakan seorang yang ketakutan dan ingin melarikan diri dari tempat itu secepat mungkin.

Sejak awal, anak laki-laki itu telah mengatakan bahwa dia tidak akan bertarung dan tidak ingin bertarung.

Kekeraskepalaan itu tidak lebih dari keinginan untuk mengulurkan tangan pada gadis yang berteriak meminta bantuan.

“...Kenapa?” gumam Mikoto.

Hanya dengan membaca laporan itu saja tidak akan memberitahunya setiap hal tentang situasi Mikoto. Dia tidak tahu bahwa Mikoto telah menyerahkan peta DNA-nya untuk membantu perawatan distrofi muskular, bahwa peta DNA itu akhirnya digunakan untuk keperluan militer pada titik tertentu, atau keinginannya untuk menyelamatkan orang telah berujung pada 20.000 orang dihadapi kematian.

Anak laki-laki itu tidak mungkin tahu tentang hal itu.

Tapi dia berdiri untuk Mikoto walau tidak mengetahui hal itu.

Dia berdiri untuknya.

Tapi...

“Berhentilah,” kata Mikoto seperti anak kecil yang akan menangis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Jika anak itu berdiri lagi, dia harus membunuhnya demi menyelamatkan para Sisters. Tentu saja, dia bisa menahan kekuatannya, tapi fakta bahwa anak itu masih bisa bergerak itu sudah aneh. Bahkan serangan kecil yang seperti bermain-main bisa menghentikan jantungnya.

“Berhentilah.”

Itulah kenapa dia mengatakan itu.

Dia tidak ingin anak laki-laki itu berdiri lagi. Jika dia masih hidup, dia harusnya pingsan saja di sana. Jika dia pingsan, Mikoto bisa menuju tempat Accelerator berada tanpa perlu membunuh anak itu.

Jika anak itu menyerah membantunya, Mikoto tidak perlu melukai siapa pun lagi.

Jika anak itu kehilangan harapan padanya, anak itu akan dibebaskan dari rasa sakit itu.

Tapi jari anak itu masih bergerak.

Dia tidak bisa lagi menggerakkan tubuhnya dengan benar, tapi dia mengumpulkan seluruh tenaga yang tersisa di tubuhnya untuk menggerakkan satu jari itu.

“Ahh.”

Mikoto perlahan mengulurkan tangannya ke arah anak itu.

Dia yakin bahwa dia tidak bisa menghentikannya lagi. Bahkan jika dia memutuskan tangan dan kakinya dan bahkan jika dia menghancurkan mata dan telinganya, anak itu tidak akan menyerah selama jantungnya masih berdetak. Itu berarti Mikoto tidak punya pilihan selain melakukannya. Jika anak itu menghalanginya menyelamatkan para Sisters, dia harus membunuhnya sebelum dia bisa meneruskan tindakannya.

Mikoto perlahan memantapkan bidikan tangannya.

Akan tetapi, dia tidak bisa menembakkan tombak listrik.

Tubuhnya beku, tapi panas meledak dari kelenjar air matanya.

Dia tidak bisa melakukannya. Dia tidak bisa menembak anak laki-laki itu. Dia tidak tahu alasannya. Dia tidak tahu apakah jawaban yang benar. Tapi dia sama sekali tidak ingin melakukannya. Dia tidak ingin anak di depan matanya mati. Hanya sekadar memikirkan kemungkinan itu mengirimkan tegangan listrik ke dadanya yang membuatnya ingin mengamuk.

“Tolong aku.”

Kata-kata yang dia tidak ingin didengar oleh siapa pun apa pun yang terjadi keluar dari mulutnya.

Seolah dia sedang berdoa pada tuhan yang dia sendiri tidak yakin akan keberadaanya.

Kelenjar air matanya harusnya sudah berkarat sejak lama, tapi sekarang karat transparan jatuh darinya.



Part 5[edit]

Penglihatan Kamijou mengerjap-ngerjap.

Dia masih terbaring di atas jembatan besi itu dan dia bisa melihat Mikoto berdiri bengong di ujung lain penglihatannya.

Serangan listrik Mikoto telah berhenti.

Mikoto berdiri diam sementara air mata tumpah dari matanya seperti anak kecil.

(Berpikirlah...)

Dia berpikir sambil dengan putus asa memegang jantungnya seolah jantungnya akan hancur.

Gadis di depan matanya tidak mengatakan bahwa dia ingin mati atau dia lebih baik mati saja. Dia mengatakan bahwa dia tidak punya pilihan selain mati

Itu saja.

Dia tidak menginginkan kematian. Dia hanya tidak memiliki pilihan lain yang tersedia untuknya.

Jika kau diberikan tiga pilihan dan dipaksa untuk memilih satu, tapi seluruh pilihannya hanya tertulis “bunuh diri”, kau tidak punya pilihan selain memilih “bunuh diri”. Sangat salah sekali memaksakan pilihan itu pada si gadis kemudian memaksakan seluruh tanggung jawab memilih pilihan itu padanya juga.

(Jadi berpikirlah...)

Jika ketiga pilihan tertulis “bunuh diri”, maka kau hanya perlu mempersiapkan pilihan keempat. Jika ada pilihan yang tertulis “aku lebih baik hidup”, gadis yang tidak punya pilihan selain mati pasti akan memilih pilihan baru itu.

(Aku perlu memikirkan pilihan keempat itu...)

Dia harus menemukan sebuah pilihan seperti mimpi di mana Misaka Mikoto tidak perlu mati dan eksperimen itu tetap terhenti. Sebuah pilihan di mana tidak seorang pun harus kehilangan sesuatu dan para Sisters terselamatkan. Gadis itu telah mengatakan sesuatu. Dia tidak mengatakannya dengan kata-kata, tapi dia memang benar-benar telah mengatakannya.

Dia telah mengatakan bahwa dia benar-benar ingin hidup, tapi dia tidak memiliki jalan yang tersisa selain mati.

(Jika aku tidak bisa menemukan suatu jalan, maka aku hanya perlu membuatnya...)

Jika Accelerator membunuh Railgun sebanyak 128 kali, dia akan menjadi Level 6.

Mereka tidak bisa mempersiapkan 128 orang Railgun.

Karena itu, mereka telah mempersiapkan para Sisters, kopian buruk dari Railgun.

Membunuh 20.000 Sisters akan menghasilkan hasil yang sama.

Eksperimen itu didasari oleh perhitungan prediktif dari Tree Diagram.

Menghancurkan laboratorium hanya akan membuat institusi riset lain mengambil eksperimen itu.

Untuk menghentikan eksperimen itu, para periset harus diyakinkan bahwa eksperimen itu tidak akan menghasilkan apa pun.

(Hah...?)

Kamijou merasakan perasaan aneh seperti ada yang tidak pada tempatnya.

Tapi saat setelahnya, kesadarannya yang sudah babak belur oleh tegangan voltase tinggi dengan cepat tenggelam ke dalam kegelapan.

Catatan[edit]

  1. TN: Kalau tidak salah tingkatan rendah dalam geng/yakuza, intinya orang-orang kelas sampah
  2. Senjata penyengat listrik
  3. Di Indonesia lebih dikenal sebagai panas ohmik


Chapter 4: Accelerator. Level5(Extend).[edit]

Part 1[edit]

Seiring malam yang semakin larut, rasa dingin semakin menusuk. Walaupun hari itu adalah tengah musim panas, gadis itu merasa kedinginan seperti ada pisau dingin yang ditekan ke perutnya.

Nomor Serial 10032 alias Misaka Imouto meninggalkan sebuah distrik perbelanjaan dan berjalan dengan langkah akurat seperti mesin menuju sebuah bagian daerah industri yang hening.

Sambil berjalan menyusuri jalanan kosong yang dibarisi lampu jalan, Misaka Imouto mengulang isi eksperimen yang akan dimulai dalam kepalanya.

Koordinat absolut area yang akan digunakan adalah X-228561, Y-568714. Waktu dimulainya tepat 8:30 PM Waktu Standar Jepang. Spesimen yang akan digunakan adalah #10032. Tujuannya adalah mencari cara bertarung agar penggunakan pemantulan tidak dapat diaplikasikan.

“...”

Misaka Imouto menjalankan skenario yang di dalamnya dia akan dibunuh dalam pikirannya, tapi tidak ada ekspresi tragis yang muncul di wajahnya. Tidak ada ketakutan, kebencian, dan bahkan tidak ada ekspresi pasrah di wajahnya.

Wajahnya benar-benar tanpa ekspresi.

Jika ada orang yang melihatnya, mereka akan merasakan bahaya yang sama seperti memandangi sebuah boneka clockwork[1] berjalan menuju ujung tebing.

Misaka Imouto bukanlah orang menyimpang yang tidak tahu nilai dari kehidupan sebuah makhluk hidup.

Jika ada orang yang akan mati di depan matanya, dia akan segera mencari pilihan-pilihan apa yang bisa dia ambil, lalu bertindak sesuai pilihan yang paling cocok.

Tetapi, dia tidak bisa mengaplikasikan konsep itu pada dirinya sendiri.

Ibarat informasi yang ditulis pada hard disk, hatinya yang kosong telah di-install menggunakan sebuah Testament ke tubuh fisiknya yang bisa dibuat ulang sebanyak yang diperlukan hanya dengan menekan sebuah tombol menggunakan peralatan yang tepat. Harga nyawanya adalah 180.000 yen. Dia seperti komputer rumahan berperforma tinggi. Bahkan, dia adalah tipe yang akan dilemparkan ke kotak berdiskon.

(‘...Itulah kenapa ada satu hal yang Misaka tidak mengerti,’ pikir Misaka.)

Misaka Imouto memiliki pikiran seperti itu sembari menyusuri jalanan yang gelap.

Ketika anak laki-laki itu bertemu dengan sejumlah Misaka di gang itu, dia begitu syoknya sampai berhenti bernapas. Seperti kenyataan yang tidak bisa dia tanggung disodorkan ke hadapannya. Seperti dia tidak ingin menerima kenyataan itu walaupun disodorkan ke depan matanya.

Misaka Imouto mengingat kembali apa yang anak itu katakan.

-Siapa kalian?

Kata-kata itu bukan pertanyaan yang anak itu inginkan jawabannya.

- Apa yang sedang kalian lakukan?

Lebih seperti dia menanyakan hal itu karena dia ingin Imouto menyangkal sesuatu.

Wajah Misaka Imouto tetap tanpa ekspresi.

(Apakah dia segitu inginnya menyangkalnya?)

Apakah dia segitu inginnya menyangkal kenyataan bahwa ada 20.000 Sisters, dan dunia di mana berhentinya jantung mereka adalah sesuai dengan rencana?

(‘...Misaka tidak mengerti. Misaka tidak bisa mengerti,’ pikir Misaka sambil menanyakan pertanyaan yang terkait dengan situasi mental anak laki-laki itu.)

Misaka Imouto menyimpulkan bahwa tidak ada artinya memikirkan hal-hal yang mustahil bisa dimengerti olehnya.

Seolah-olah dia sedang mengatakan bahwa tidak ada masalah jika tidak mengerti kenapa kodok berenang di selokan.

Tapi kalau begitu...

Kenapa dia mengingat wajah anak laki-laki itu?

Jika benar-benar tidak ada artinya, dia tidak akan memikirkannya. Tidak ada alasan untuk mengingat kembali bentuk dan warna permen karet yang menempel di peron stasiun seminggu yang lalu.

Dia seharusnya menyusun informasi eksperimen yang akan dijalankan di kepalanya. Jika dia gagal, hal itu akan menyebabkan masalah bagi banyak orang, jadi kenapa pikirannya mengambang ke wajah anak laki-laki itu ketika dia tidak ada kaitannya dengan eksperimen ini?

“...”

Misaka Imouto tidak bisa mengerti.

Dan dia telah menyimpulkan bahwa tidak ada artinya memikirkan hal-hal yang mustahil bisa dimengerti olehnya.

Misaka Imouto bahkan tidak bisa mengerti hal remeh dan tidak berarti seperti itu.

Gadis itu berjalan sendirian menuju tempat eksekusi dirinya sendiri tanpa mengerti sedikit pun.

Suara langkah kakinya yang teratur terdengar seperti berdetiknya bom waktu.

Part 2[edit]

Kamijou berbaring menyamping di atas jembatan besi tak berangin itu.

Dia perlahan membuka matanya. Kemungkinan besar, belum lama waktu yang lewat setelah dia terkena arus listrik tegangan tinggi itu dan kehilangan kesadarannya. Mungkin hanya 10 atau 20 detik, tapi anehnya kaki dan tangannya yang terlegetak dingin. Sirkulasi darah biasanya telah dihalangi. Setruman listrik itu mungkin membuat detak jantungnya tidak reguler atau bahkan berhenti satu dua kali ketika dia tidak sadarkan diri.

Tanpa menggerakkan kepalanya, Kamijou memandangi anggota tubuhnya yang kelihatan seperti milik boneka yang sudah dibuang ke sudut kamar oleh anak kecil yang sudah bosan dengannya.

“...”

Dia mencoba menggerakkan jemarinya dan telunjuknya perlahan bergerak seperti serangga yang sekarat. Dia berhasil menggerakkan kelopak matanya dan berkedip. Dia menarik dan menghembuskan napas yang benar-benar halus dan dia bisa mendengar suara detak jantung lemah yang keluar dari dalam tubuhnya.

“Syukurlah,” dia menggerakkan mulutnya tanpa suara.

Dia masih bisa menggerakkan tubuhnya. Itu berarti dia bisa bangkit lagi.

“Apa yang kaulakukan?” kata suara seorang gadis dari jarak yang sangat dekat di atas kepalanya.

Index v03 219.jpg

Kamijou tiba-tiba menyadari sensasi lembut di pipinya yang terbaring menyamping.

Sepertinya kepalanya terbaring di atas pangkuan Mikoto.

“Kau begitu babak belur, terbaring di tanah yang kotor, dan jantungmu bahkan mungkin telah berhenti untuk beberapa saat. Jadi...”

Suaranya bergetar.

Itu bukanlah suara salah satu dari tujuh Level 5 Academy City, bukanlah dari seorang putri Tokiwadai, atau suara Railgun. Itu adalah suara gadis biasa yang tidak bisa berhenti gemetar dalam kegelapan.

“Bagaimana kau bisa tersenyum seperti itu?”

Tetesan cairan transparan jatuh dari atas ke pipi Kamijou.

Tetes-tetes air itu hangan seperti hujan pada musim semi.

“...”

“Syukurlah,” dia menggerakkan mulutnya lagi tanpa berbicara.

Dia lega bahwa dia bisa menjadi pihak Mikoto. Mata Kamijou memicing bahagia.

Si kucing hitam mengeong di samping teliganya.

Lidahnya yang kasar menyentuh tangan Kamijou seperti ingin menjilati ludahnya dengan tulus.

“Aku tahu caranya,” katanya masih terbaring di sana.

Mikoto tidak menjawab. Kamijou hanya mendengar suara menggosok seperti Mikoto sedang menghapus air matanya sendiri dengan ujung jarinya.

“...Aku sudah tahu cara menghentikan eksperimen itu.”

Dia mendengar suara kecil dari tenggorokan Mikoto seolah napasnya tercekat di sana karena terkejut.

“Kalau kau memikirkannya, sebenarnya cukup sederhana.”

Seluruh eksperimen itu hanyalah para periset yang mengikuti skenario yang diciptakan oleh Tree Diagram.

Itulah kenapa Mikoto berpikir untuk menghentikan eksperimen itu dengan membuat para periset berpikir bahwa skenario itu tidak akan berhasil.

Jika sesuatu sesimpel itu bisa menghentikan eksperimen itu, berarti memang cukup sederhana menghentikannya.

“...Aku yakin Tree Diagram memasukkan fakta bahwa Accelerator adalah yang terkuat di Academy City ke dalam perhitungannya.”

Jika eksperimen itu bisa dihentikan dengan membuat para periset itu percaya sebuah gertak sambal, maka...

“Kalau begitu, gampang. Kita hanya perlu membuat para periset itu berpikir bahwa Accelerator yang mereka katakan paling kuat itu sebenarnya sangat-sangat lemah.”

Bagaimana jika Accelerator, yang katanya esper terkuat Academy City, kalah dengan mudah dalam pertarungan jalanan biasa?

Bahkan jika simulasi mengatakan bahwa dia adalah yang terkuat di Academy City, akankah para periset itu terus percaya bahwa Accelerator adalah yang terkuat setelah melihat hal yang semenyedihkan itu?

Bukankah itu akan membuat para periset berpikir bahwa prediksi mesin itu salah?

“Itu mustahil,” jawab Mikoto. “Eksperimen itu tidak bisa dihentikan segampang itu. Aku juga seroang Level 5, sama sepertinya. Jika seorang Level 5 yang lain mengalahkannya, aku yakin mereka akan menganggapnya masih berada dalam batas galat yang bisa diterima. Mereka tidak akan berpikir bahwa Accelerator itu sebenarnya lemah.”

Mikoto terdengar seperti menggertakkan giginya dan mengucurkan darah.

“Dan kita tidak bisa mengalahkannya walaupun kita mengeroyoknya.” Mikoto terlihat seperti merenungkan ketidakberdayaannya. “Aku hanya pernah bertemu Accelerator sekali, tapi itu sudah cukup. Aku meretas ke dalam Bank dan melakukan pencarian tentang kekuatannya, dan hasilnya membuat bulu kudukku berdiri. Baginya, pertarungan bukanlah sesuatu di mana dia mungkin menang atau kalah. Ketika dia bertarung, pertarungan itu adalah pembantaian sepihak.”

“...”

Kamijou tahu bahwa Mikoto benar.

Tree Diagram telah menentukan bahwa Mikoto akan terbunuh dalam 185 gerakan jika dia bertarung melawan Accelerator. Itu pasti adalah jawaban akurat. Bahkan jika Misaka Mikoto menggunakan seluruh kekuatannya dan berusaha sekuat tenaga, dia tidak bisa mengalahkan Accelerator. Itulah kenapa gadis yang kuat dan biasanya impulsif itu tidak mencoba mengalahkannya dengan pertarungan, dan sebagai gantinya telah tersudut dalam situasi di mana kematiannya adalah satu-satunya cara menghentikan eksperimen itu dan menyelamatkan para Sisters.

Kamijou tahu bahwa Misaka Mikoto tidak bisa mengalahkan Accelerator.

“Itu cuma berarti bahwa akulah yang harus bertarung.”

Napas Mikoto tercekat di tenggorokannya karena kata-kata Kamijou telah mengejutkannya hingga ke dasar hati.

Tapi itu adalah jalan satu-satunya.

Bahkan jika seorang Level 5 yang lain mengalahkan Accelerator, para periset itu tidak dapat diyakinkan bahwa dia sebenarnya lemah.

Tapi bagaimana jika yang terkuat di Academy City dikalahkan oleh salah satu yang terlemah di Academy City, seorang Level 0?

Tentu saja, mungkin akan kelihatan seperti bahwa Kamijou adalah esper kuat yang tidak terlacak, tapi System Scan Academy City telah memeriksanya dengan seksama dan dia tidak bisa keluar dari cap Level 0. Seperti itulah Imagine Breaker milik Kamijou Touma.

Jika Accelerator dengan mudah dikalahkan oleh seseorang yang terlihat sebagai Level 0 berapa kali pun diperiksa, apa yang akan dipikirkan oleh para periset itu tentang si terkuat menurut mereka?

“...”

Sekarang setelah Kamijou tahu apa yang harus dilakukannya, sisanya gampang.

Kamijou mencoba mengangkat kepalanya dari paha Mikoto dan berdiri, tapi tubuhnya tidak bisa bergerak seperti yang diinginkannya. Dia merasakan gesekan dan kepalanya merosot dari paha Mikoto ke tanah yang keras.

Meskipun begitu, dia menggertakkan giginya dan menggerakkan jemari gemetarnya seperti ulat. Dia dengan perlahan-lahan memegang aspal yang tak rata, lalu mengumpulkan seluruh tenaganya untuk mengangkat tubuhnya dari tanah seolah sedang mengangkat barbel.

Dia begitu kerasnya berusaha hanya untuk berlutut hingga dia merasa umurnya seperti telah memendek 5 tahun.

Mikoto mengeluarkan suara bergetar ketika melihat Kamijou menggertakkan giginya.

“Apa yang kaulakukan?” Dia berkata seperti sedang melihat sesuatu yang tidak bisa dia percayai. “Kau tidak bisa. Kau cuma mengatakan akan mengalahkannya karena kau bahkan tidak tahu apa kekuatan Accelerator! Berpikir melawan penjahat yang overpowered seperti dalam manga itu gila. Dia adalah jenis orang yang hanya akan terkekeh ketika mengetahui bahwa seluruh pasukan di dunia ingin membunuhnya!”

“...”

Kamijou tidak merespon.

Dia hanya tetap diam dan mengumpulkan tenaga ke kakinya untuk berdiri dari keadaan berlutut.

“Kekuatan Accelerator adalah kemampuan untuk mengendalikan segala jenis vektor seperti gerakan, panas, dan listrik dengan bebas selama vektor itu menyentuh kulitnya. Kau tidak akan bisa menemukan bukaan dalam kemampuan yang overpowered seperti itu bahkan jika kau tahu apa kekuatannya!” Mikoto seperti meneriaki kenyataan yang tidak adil. “Seluruh serangannya akan masuk, tapi tak satu pun seranganmu yang akan menyentuhnya. Bahkan semua yang kautembakkan padanya akan dipantulkan kembali padamu. Tidak ada manusia yang bisa melawan jalan searah yang absolut seperti itu!”

“...”

Kamijou tidak merespon.

Dia menuangkan seluruh tenaganya ke lututnya yang gemetar, dan mencoba berdiri.

“Dia berbeda. Lebih baik memikirkannya sebagai orang yang berada di dimensi yang berbeda dari esper seperti kita. Kau tidak bisa menang melawan orang yang dari awal sudah bermain curang. Dan kau sekarang sudah benar-benar babak belur! Kau tidak dapat mengalahkan monster sepertinya dengan keadaanmu sekarang!”

Mikoto memohon padanya dengan hampir berlinang air mata. Dia memohonnya agar tidak berdiri lagi.

“...”

Meskipun begitu, Kamijou tidak merespon.

Dia menggerakkan tubuhnya yang bahkan saat itu akan tumbang, dan perlahan berdiri.

“Kenapa?” tanya Mikoto dengan suara seorang anak yang tersesat.

“...”

Kamijou tidak tahu.

Dia tidak tahu sekuat apa Accelerator.

Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya dengan tubuh sebabak-belur itu.

Tapi Imagine Breaker bersemayam di tangan kanannya.

Dan sebuah alasan untuk mengepalkan tinju kanannya ada di dalam dadanya.

Dia tidak akan mengandalkan orang lain dan dia tidak akan berharap hal lain.

Jika dia bisa menggunakan tangan itu untuk menyelamatkan seorang gadis yang terpojok ke jalan buntu oleh Accelerator, maka dia rasa itu adalah hal yang indah.

Jadi Kamijou berdiri.

Dia berdiri di atas kedua kakinya.

“Misaka, tadi kaubilang kau akan pergi ke tempat Accelerator berada, ‘kan?”

Kamijou melihat wajah Mikoto.

Dia merasa bahwa dia sudah lama tidak melihat mata Mikoto dan mata itu sekarang merah karena menangis.

“Beri tahu aku, Misaka. Di mana dia akan memulai eksperimen itu?”

Part 3[edit]

Misaka Imouto telah tiba di sebuah dipo kereta api.

Mirip dengan garasi bus transit, di tempat itu banyak kereta api diperbaiki dan disimpan setelah kereta terakhir bekerja hari itu. Sebuah area seukuran lapangan sekolah tertutupi oleh kerikil seperti yang ada di rel kereta dan lebih dari 10 jalur kereta berjejer menyamping. Di ujung rel itu adalah garasi dengan pintu shutter besar, membuatnya terlihat seperti area penyimpanan yang bisa disewa di pelabuhan. Sejumlah besar kontainer metal yang digunakan pada kereta kargo mengelilingi area dipo itu. Kontainer-kontainer itu ditumpuk seperti balok bangunan mainan dan ketinggiannya menyaingi gedung berlantai tiga. Tumpukan-tumpukan kontainer yang tidak teratur membuat area sekeliling dipo kereta itu terlihat seperti maze tiga dimensi. Kontainer-kontainer itu ibarat pegunungan dan dipo kereta itu seperti lembah di antara pegunungan.

Dipo kereta bukanlah tempat yang populer.

Karena seluruh pelajar harus kembali dari sekolah ketika kereta terakhir hari itu bekerja, dipo kereta itu dengan cepat dikosongkan. Lampu elektrik yang digunakan untuk kerja dimatikan dan tidak ada rumah di dekat tempat itu, jadi tidak ada penerangan yang tersisa. Walaupun 2.3 juta orang tinggal di kota itu, area itu begitu diselimuti kegelapan sampai bintang yang biasanya tak kelihatan bisa terlihat di langit malam.

Yang berdiri di tengah kegelapan yang kosong itu adalah esper terkuat Academy City, Accelerator.

Figurnya kelihatan menyatu dengan kegelapan di sekitarnya, jadi Misaka Imouto merasa seperti dia sedang dilemparkan ke dalam organ raksasa milik Accelerator ketika memasuki dipo kereta itu.

Anak laki-laki putih itu tersenyum dalam kegelapan hitam.

Warna putihnya yang mengerikan membuat Imouto merasa kedua bola matanya dilemparkan ke dalam air mendidih.

“Jadi sekarang jam 8.25... Kurasa kau adalah boneka selanjutnya yang akan ditarget dalam eksperimen ini?”

Suara Accelerator terdengar seperti sebuah kegelapan warna putih yang menyembur keluar dari senyuman yang membelah wajahnya.

Tapi ekspresi Misaka Imouto tidak berubah sedikit pun.

“‘Ya, Misaka adalah Nomor Serial 10032,’ jawab Misaka. ‘Tapi bukankah seharusnya kau memeriksa dengan menggunakan kode untuk meyakinkan bahwa Misaka adalah bagian eksperimen ini?’ kata Misaka menyarankan.”

“...Tch. Kau benar-benar gila,” desis Accelerator. “Yah, mungkin sebagai orang yang memaksamu mengikuti eksperimen untuk membuatku lebih kuat, aku tidak punya hak untuk mengatakan ini. Tapi kau benar-benar tenang. Apa kau tidak merasakan apa pun tentang situasi ini?”

“‘Sulit untuk mengerti apa yang kaumaksud ketika kau menggunakan kata yang samar seperti “apa pun”,’ balas Misaka. ‘Eksperimen akan dimulai dalam waktu 3 menit 20 detik. Apa kau sudah siap?” tanya Misaka untuk meyakinkan.”

Mata Accelerator memicing. Dia mengunyah sesuatu di mulutnya dengan wajah yang terlihat seperti dia sedang muak karena sesuatu. Seolah-olah dia sedang mengunyah permen karet yang sudah kehilangan rasa manisnya.

“‘? Apa kau sedang makan sesuatu?’ tanya Misaka.”

“Yeah, sebuah jari,” kata Accelerator santai sambil meludahkan benda dalam mulutnya ke samping.

Potongan daging itu sudah dikunyah-kunyah dan tertutupi air liur, tapi bentuk ujung jari seorang gadis masih bisa terlihat.

Karena ada kesempatan, kupikir aku bisa meminjamnya, tapi daging manusia ternyata tidak seenak itu. Kudengar jari tidak punya banyak lemak dan rasanya sedikit asam, tapi rasanya bahkan tidak seperti itu. Kau menggigitnya dan kau bisa merasakan ikatan-ikatan otot terkoyak-koyak. Sama sekali tidak enak. Kurasa kita tidak berevolusi untuk dimakan seperti babi atau sapi.”

Accelerator mengelap bibirnya dengan lengannya, seolah ingin menghapus rasa itu dari mulutnya.

Tapi ekspresi Misaka Mikoto tidak berubah sedikit pun ketika mendengar itu.

“‘Biasanya, daging babi atau sapi sudah dikeluarkan darahnya dan rasanya ditambah dengan menggunakan garam dan bumbu-bumbu lain,’ kata Misaka memberi saran. ‘Apakah perbedaan antara daging mentah dan daging yang sudah dimasak karena perubahan pada protein yang disebabkan oleh pemanasan memberikan galat pada percobaanmu?’ tanya Misaka memberikan pandangannya tentang situasi ini.”

“Begitukah?” kata Accelerator, terdengar muak dengan semua ini.

Misaka Imouto tidak mengerti kenapa Accelerator menanyakan itu. Memang benar dia terkejut ketika melihat Accelerator di depan toko buku bekas, tapi keterkejutannya itu karena kucing hitam di dekat kakinya. Dia hanya takut jika seekor makhluk yang tidak terkait hilang nyawanya karena eksperimen itu.

“Sialan, setelah 10.000 kali, ini jadi sangat membosankan. Padahal aku berharap untuk menghabiskan waktu, tapi tidak. Tidak ada percakapan yang bisa dilakukan dengan satu pun dari kalian,” kata Accelerator santai. “Aku tidak mengerti kenapa kalian membuang nyawa kalian seperti itu. Bagiku, nyawaku sendiri adalah prioritas tertinggi dan aku berpikir bahwa tubuhku adalah yang terbaik. Itulah kenapa tidak ada batas dari kekuatan yang kuinginkan dan itulah kenapa aku cuma tertawa mengejek ketika aku membunuh ratusan, ribuan, dan sepuluh ribu dari kalian.”

“‘Ada bagian dari yang kaukatakan yang Misaka tidak mengerti,’ balas Misaka. ‘Kau sudah menjadi Level 5 terkuat Academy City, bukan? Jika kau sudah berada pada titik di mana tidak ada seorang pun bisa mencapaimu, seharusnya tidak ada keperluan untuk menuju tingkat yang lebih tinggi,’ kata Misaka memprediksi.”

“Yang terkuat, hm?” Accelerator terdengar bosan ketika menjawab. “Terkuat? Terkuat!? Terkuat!!? Cukup benar. Aku memang esper terkuat di kota ini dan karenanya adalah esper terkuat di seluruh dunia. Tapi,” Accelerator terdengar bosan dari lubuk hatinya yang paling dalam, “pada akhirnya, aku cuma yang terkuat. Bagaimana orang lain tahu bahwa aku adalah esper terkuat di Academy City? Karena mereka melawanku dan kalah. Dengan kata lain, kekuatanku cuma pada tingkat di mana mereka mencoba bertarung melawanku karena kedengarannya menyenangkan.”

Mata merahnya sepenuhnya berubah menjadi mata yang tersenyum senang.

“Segitu saja tidak cukup. Sama sekali tidak cukup. Level 5 – yang terkuat – itu membosankan. Aku ingin sesuatu yang di atas itu. Aku ingin kekuatan absolut hingga membuat keinginan untuk melawanku terdengar seperti lelucon dan hingga tidak ada orang yang berpikir untuk melawanku. Aku menginginkan ketidak-terkalahan yang dikenal sebagai Level 6.”

Ketika anak itu bicara tentang mimpinya, dia dengan perlahan merentangkan tangannya.

Tangan kanan penderitaan dan tangan kiri beracun.

Anak laki-laki itu tersenyum dengan tangannya yang terentang. Kedua tangannya seperti ular beracun yang bisa membunuh dengan hanya satu sentuhan.

Dia terlihat seperti sebuah salib yang memancarkan kegelapan.

“Jadi, apa kau sudah siap? Saatnya mati, dasar produk berlebih yang gagal.”

Anak laki-laki putih itu tersenyum mengejek, tapi ekspresi Misaka Imouto tidak berubah sedikit pun.

Dia hanya berbicara tanpa peduli, seperti sebuah boneka dengan jam.

“‘8.29 PM dan 45 detik, 46 detik, 47 detik... Eksperimen #10032 akan segera dimulai. Subyek Tes Accelerator, silakan tunggu di tempat yang sudah ditentukan,’ kata Misaka menginformasikan.”

Dan eksperimen yang tak terelakkan itu dimulai pada pukul 8.30 PM.

Part 4[edit]

Kamijou meninggalkan si kucing hitam bersama Mikoto, lalu berlari melalui kota di malam hari itu.

Di ujung barat Academy City terdapat area industri yang besar.

Sepertinya, sebuah dipo kereta api adalah lokasi untuk eksperimen ke-10032.

“...”

Dia mengenal angka 10032. Itu adalah nomor serial yang disebut oleh Misaka Imouto di lorong belakang toko.

Ketidaksabaran yang hebat menyerbu dada Kamijou.

Dia harus pergi ke dipo kereta itu secepat mungkin, tapi seluruh bus dan kereta sudah disimpan ke dalam garasinya masing-masing.

Dengan kebanyakan fasilitas transportasi yang mati, Kamijou tidak punya pilihan selain berlari dengan kedua kakinya.

Dia tahu bahwa dia tidak punya banyak stamina tersisa, tapi dia terlalu diburu waktu untuk berlari lebih lambat untuk menyimpan staminanya. Dia menggertakkan giginya dan berlari dengan kecepatan penuh melalui sebuah distrik perbelanjaan.

Dia menggerakkan tubuhnya yang babak belur dan terus berlari walaupun melakukan itu mengikis staminyanya yang memang sudah sedikit.

Meninggalkan distrik perbelanjaan itu, dia memasuki daerah pemukiman dan keramaian dan kesibukan kota kelihatan seperti semakin jauh. Selama dia berlari, asrama siswa juga mulai jadi jarang. Setelah melewati pohon-pohon kecil yang ditanam manusia, dia akhirnya sampai ke area industri.


Academy City memiliki daerah industri agar benda yang dihasilkan dari riset yang dijalankan di dalam kota juga bisa diproduksi di dalam kota. Tetapi, daerah itu tidak terisi dengan pabrik-pabrik yang terlihat seperti daerah penyimpanan kotor yang disewa di daerah perkotaan. Sebagai gantinya, daerah itu dijejeri oleh gedung-gedung industri tanpa jendela. Daerah itu anehnya tersusun rapi dan tidak ada rasa bahwa daerah itu ditinggali. Sedikit mirip dengan area kota yang terisi dengan kantor-kantor.

Tidak ada orang di sana.

Pabrik-pabrik itu disusun dengan pasti untuk bekerja 24 jam dalam sehari, tapi tidak ada suara yang terdengar karena sistem peredam suara yang sempurna. Pemandangan itu terlihat seperti kota mati bagi Kamijou dan dia merasa kedinginan pada malam tengah musim panas itu.


Mikoto tinggal sendirian di atas jembatan besi, sambil menggendong si kucing hitam yang ketakutan di lengannya.

Dia ingat kembali bahwa gelombang elektromagnetik yang secara tanpa sadar dipancarkan tubuhnya membuat kucing tidak menyukainya, tapi dia tidak begitu peduli saat itu.

“...Apa dia itu idiot?” gumamnya dalam kegelapan.

Dia ingin menghentikan Kamijou. Paling tidak dia ingin menuju area eksperimen bersama Kamijou.

Tapi Kamijou melarangnya.

Yang penting adalah bahwa si Level 0Imagine Breaker sendirian mengalahkan si Level 5 Accelerator. Jika Mikoto, seorang Level 5 lain, membantu Kamijou, kalahnya Accelerator akan ditentukan sebagai dikalahkan sekumpulan orang, termasuk seorang Level 5.

“Kalau kau mau menyelamatkan Misaka Imouto, serahkan ini padaku,” kata anak laki-laki itu.

“Aku akan kembali bersamanya,” janjinya.

Mikoto melihat ujung jembatan tempat anak laki-laki itu menghilang.

Secara logika, dia tahu bahwa dia tidak bisa melakukan apa pun dengan pergi ke sana. Bahkan, ada kemungkinan bahwa dia akan menghancurkan solusi yang akhirnya bisa didapatkan anak itu. Karena itu, tetap di jembatan itu adalah pilihan yang benar. Dia tahu itu. Semua orang bisa mengerti itu secara logika.

Tetapi...

Sesuatu yang melebihi logika tidak ingin mengerti hal itu.

Mikoto menggertakkan giginya.

“...Apa kau benar-benar pikir aku bisa melakukan itu!?”

Pada akhirnya, Mikoto mengejar Kamijou sambil masih menggendong si kucing hitam.

Dia sama sekali tidak bisa duduk diam begitu saja.

Part 5[edit]

Tepat pukul 8.30 PM, dipo kereta api itu berubahh menjadi medan perang.

Kilatan putih kebiruan seperti dari flash kamera menerangi dipo yang gelap itu.

Kaki Misaka Imouto dan Accelerator menendang batu-batu kerikil di tanah.

Jarak antara mereka kurang dari 10 meter.

“Hah. Apa!? Apa kau berkeliling begitu saja tanpa rencana? Kalau kau begitu suka dengan rasa sakit, akan kubuat kau menangis begitu hebatnya jadi kau lebih baik makan permen pelega tenggorokan sekarang!”

Dengan tangannya yang masih terentang, Accelerator menunduk dan mendekati Misaka Imouto seperti hewan karnivora yang buas.

Dia tidak perlu memikirkan pertahanan. Bahkan sebenarnya dia juga tidak perlu memikirkan penyerangan. Bagi seseorang yang bisa memantulkan segala jenis serangan dan karenanya bisa membunuh lawannya hanya dengan menyentuh, sebuah pertarungan tidak lebih dari memikirkan cara yang paling cepat dan paling pasti untuk menyentuh lawan.

Karena dia bisa memantulkan segala jenis serangan, tidak ada yang bisa menghalangi kakinya dari membawanya semakin dekat. Misaka Imouto dihadapi oleh kekejaman yang tidak masuk akal yang seperti mengemudikan sebuah tank ke tengah kerumunan demonstran.

“Ah!?” adalah teriakan tidak senang dari Accelerator.

Misaka Imouto mundur untuk menjaga jarak antara dia dan Accelerator, seolah dia sedang kabur dari majunya Accelerator. Misaka Imouto memperhatikan situasi di sekelilingnya dengan seksama dan terus mundur, kadang ke kiri dan kadang ke kanan. Hewan buas yang adalah Accelerator mengejarnya dengan mata yang terlihat sepenuhnya bosan.

“Ayo ayo ayo! Ini menyedihkan! Apa yang kauharapkan?! Tak peduli seberapa lama kau mengulur waktu, keajaiban tak akan datang!”

Misaka Imouto tidak mendengarkan. Dia tidak melakukan apa pun kecuali menjaga jarak antara dirinya dan musuhnya sambil tetap menjaga musuhnya dalam jarak pandangnya. Accelerator merasa seperti pembuluh darah di kepalanya akan meledak, tapi kemudian dia menyadari bahwa gadis itu sedang menyetrum udara sekitarnya.

“Oh, ayolah! Kau pasti tahu kalau itu tidak berguna sama sekali! Dan aku tidak akan ikut bermain dengan usahamu bertahan hidup yang menyedihkan ini!”

Accelerator tertawa mengejek. Dia bisa memantulkan semua serangan yang dilancarkan kepadanya dan Misaka Imouto sengaja tidak menembakkan listrik padanya karena takut pada hal itu. Percikan listrik berterbangan di sekeliling Accelerator, tapi tidak ada serangan yang mengarah padanya.

“Kenapa dia?”

Accelerator menggertakkan giginya, tapi kemudian dia sadar bahwa dia kehabisan napas. Awalnya dia pikir bahwa dia telah terlalu banyak menggunakan oksigen dengan berbicara sambil berlari, tapi ini terlalu aneh untuk hal itu. Sebuah bau tajam membuat suara lonceng bahaya di kepalanya.

“Malam ini adalah malam yang tidak berangin.” Suara Misaka Imouto bergema ke seluruh udara diam di dipo kereta. “‘Karena itu, Misaka mungkin punya kesempatan menang,’ kata Misaka mengklaim.”

Accelerator memeriksa sekelilingnya sekali lagi. Misaka Imouto terus berlari kabur, Imouto terus menembakkan serangan listrik padanya, dia anehnya kekurangan napas, dan dia bisa memantulkan segala serangan langsung.

(Ohhh, aku mengerti. Ozon, hah?)

Oksigen di udara bisa dipecahkan dengan listrik. Molekul oksigen biasanya dibentuk dari dua atom oksigen, tapi ketika kedua atom oksigen itu memisah, mereka cenderung membentuk ikatan dalam grup tiga atom sebagai ozon.

Oksigen dan ozon adalah dua hal yang berbeda. Menghirup ozon tidak akan memuaskan paru-paru.

Dan jelas dari penggunaan ozon dalam sterilisasi, ozon itu beracun.

Tidak ada serangan yang bisa mencapai Accelerator, tapi itu tidak mengubah fakta bahwa dia masih seorang manusia yang menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Jika seluruh oksigen dihilangkan dari sekelilingnya, dia akan menderita karena kekurangan oksigen.

Misaka Imouto tidak perlu mendekati Accelerator. Bahkan, dia harus menjaga jaraknya dengan Accelerator agar serangan Accelerator tidak bisa mengenainya sementara dia terus merampok oksigen dari Accelerator.

“Bagus, bagus, sempurna!! Kutarik kembali kata-kataku, kau adalah musuh yang pantas! Ha ha!! Sekarang, ini baru perubahan yang sempurna! Setelah aku membunuh 10.000 dari kalian, akhirnya kalian berhasil memikirkan ide bagus!”

Accelerator mengejar Imouto sambil tertawa senang. Walaupun dia sedang terpojok, dia masih menikmatinya dari hatinya yang paling dalam.

“Tapi!! Ada satu titik lemahnya!”

Pundak Misaka Imouto bergetar karena terkejut.

“Rencanamu akan gagal kalau aku menyusulmu!!”

Kaki Accelerator sekonyong-konyong membuat batu kerikil di belakangnya meledak. Dia telah mengubah vektor untuk pergerakan kakinya. Seolah-olah ada roket yang ditembakkan dari bawah kakinya, dia melesat seperti peluru sejauh 7 meter ke depan dalam satu langkah. Misaka Imouto berusaha melompat lebih jauh ke belakang, tapi Accelerator tanpa ampun terbang berkali-kali lipat lebih cepat darinya.

“Kalau kau tidak berusaha menghindar ini dengan seluruh kemampuanmu, kau benar-benar akan mati!”

Sambil berteriak, dia memukul dengan tangan kanannya. Pukulannya lembut, seolah dia sedang mengelus pipi Imouto…dan meskipun begitu, sebuah suara patah keluar dari leher Misaka Imouto ketika menerima serangan itu. Pandangannya berputar-putar sebagaimana seluruh tubuhnya berputar seperti baling-baling bambu sebelum terhempas ke tanah kerikil.

Serangan Accelerator menghasilkan semua efek itu, tapi sebenarnya dia tadi menahan kekuatannya.

Jika Accelerator benar-benar serius ingin membunuhnya, badan Imouto harusnya meledak tepat ketika Accelerator menyentuh kulitnya.

“Sekarang, sebuah pertanyaan. Sudah berapa kali kau dibunuh!?”

Sambil memberikan senyuman yang kelihatan hancur, Accelerator terlihat seperti kegelapan yang mengambang di atas Imouto.

Senyuman yang membelah wajahnya memenuhi pandangan Imouto.

Ejekan keluar dari mulutnya yang terbuka begitu lebar hingga air liurnya hamper bertumpahan.

Accelerator kembali memiliki posisinya yang tak terkalahkan. Misaka Imouto menggulung di tanah, tapi ujung sepatu Accelerator melewati celah pertahanan yang dilakukannya dan menusuk tubuhnya. Tinju Accelerator berterbangan dan memukul Imouto di punggung. Accelerator menahan tenaga di setiap pukulannya agar tubuh Imouto tidak hancur. Imouto dilemparkan ke dalam spiral berisi rasa sakit yang intens seolah-olah dia dilemparkan ke dalam drum yang dipukul dengan bat metal dari luar.

“Ghgh…!?”

Misaka Imouto bahkan kesulitan tetap menggulung diri, dan akhirnya kalah oleh tenaga sebuah tendangan ke perutnya. Dia pingsan menghadap ke atas. Dahinya pasti telah tergores karena dia tidak bisa melihat dari salah satu matanya karena ditutupi darah yang mengalir dari dahinya. Dia bisa melihat Accelerator yang napasnya memburu dengan penglihatannya yang kabur. Accelerator mengusap air liur yang mengalir dari senyuman yang membelah wajahnya.

Walaupun setelah semua yang terjadi, Misaka Imouto tidak membenci Accelerator. Bukan karena dia ingin tapi tidak bisa. Dia hanya sekedar tidak melihat nilai dari nyawanya sendiri. Setelah eksperimen yang nyawa seharga 180.000 yen-nya digunakan ini selesai, tubuhnya akan diambil dan dibuang, seperti katak yang telah dibedah.

Hanya itu saja.

Harusnya cuma begitu saja.

Tetapi Accelerator tiba-tiba berhenti bergerak seolah-olah menyadari sesuatu. Dengan perlahan dia memutar kepalanya dan melihat sesuatu dari atas pundakya.

(Apa…?)

Dari posisi Misaka Imouto yang telentang di atas tanah, tubuh Accelerator menghalangi pandangannya kepada apa pun itu yang sedang Accelerator lihat. Tetapi Accelerator membatu. Seluruh eksperimen ini ada untung mengangkatnya dari status “terkuat” menjadi “tak terkalahkan”, tapi sepertinya saat itu dia melupakan semuanya.

Index v03 241.jpg

“…Hei. Apa yang akan terjadi pada eksperimen ini kalau hal ini terjadi?” gumam Accelerator masih membatu di tempatnya.”

Misaka Imouto merasa bahwa itu adalah hal yang aneh untuk ditanyakan pada orang yang sedang dibunuhnya, tapi Accelerator masih tidak bergerak dari tempat itu.

Misaka Imouto merangkak di atas kerikil agar dia bisa melihat apa yang sedang dilihat Accelerator.

Seseorang sedang berdiri di celah antara tumpukan container yang mengelilingi dipo kereta api.

Yang berdiri di sana adalah seorang manusia biasa yang tidak berhubungan sama sekali dengan eksperimen ini.

Yang berdiri di sana adalah Kamijou Touma.

Accelerator tidak tahu apa prosedur yang harus dilakukan jika ada orang biasa yang masuk ke area eksperimen. Dia kelihatan tidak tahu apa yang harus dilakukan pada anak SMA yang tiba-tiba mucul itu.

“…Menyingkir darinya,” kata Kamijou seolah sedang menusuk Accelerator.

Tubuh Kamijou begitu diselimuti amarah hingga sepertinya percikan listrik statis akan muncul jika ada yang menyentuhnya.

“Menyingkir dari Misaka Imouto. Apa kau tidak bisa mendengarku?”

Accelerator mengernyit karena kata-kata Kamijou. Dia lalu menoleh kembali ke Misaka Imouto. Dia megembalikan pandangan merahnya pada Imouto.

“Hei, Misaka itu nama dari yang asli, ‘kan? Kalau dia tahu itu, berarti dia pasti mengenalmu. Ayolah, jangan bawa orang yang tidak terkait ke tempat eksperimen.”

Ekspresi Accelerator jelas memastika bahwa Kamijou menghancurkan kesenangannya.

“…Maksudku, ayolah. Sekarang apa yang harus kulakukan? Kurasa hal yang standar adalah membungkam orang yang mengetahui eksperimen rahasia ini, tapi itu akan menyisakan rasa tidak enak di mulutku. Dia bukan boneka yang bisa dibuang. Dia cuma seorang manusia bia-…”

“Tutup mulutmu dan jauhi dia, dasar preman rendahan!!”

Kemarahan Kamijou yang bagaikan petir memotong perkataan Accelerator.

Accelerator melihat ke arahnya seakan-akan dia sedang melihayt sesuatu yang sama sekali tidak bisa dipercaya.

Seolah-olah dia adalah seorang anak kecil yang belum pernah diteriaki orang lain sebelumnya.

“Kau siapa? Apa kau tahu kau sedang bicara degan siapa? Aku bukan hanya salah satu dari tujuh orang Level 5, tapi akulah yang berdiri di atas mereka semua. Dan kau memanggilku preman rendahan? Kau gila? Kaupikir kau itu dewa atau semacamnya? Jangan buat aku tertawa.”

Suara pelan dan rendahnya ditemani niat membunuh yang keluar ke udara di sekitarnya seperti listrik statis.

Niat membunuhnya yang masif terasa seperti jutaan bola mata yang memelototi Kamijou dari dalam kegelapan malam itu.

“…”

Walau begitu, anak laki-laki itu terus memelototi Accelerator.

Pandangannya yang bersinar mengatakan dalam diam bahwa dia tidak peduli sedikit pun apakah lawannya itu adalah yang terkuat atau yang terbaik atau yang terhebat atau yang paling apa pun.

“…Heh. Ini baru menarik.”

Mata merah Accelerator membeku.

Terkuat dan tak terkalahkan itu berbeda. Ketika seseorang itu tak terkalahkan, siapa yang akan menang itu sudah jelas bahkan sebelum pertarungan dimulai, tapi jika seseorang adalah yang terkuat, kekuatannya baru bisa diketahui setelah pertarungan dimulai.

Dengan kata lain, fakta bahwa Accelerator adalah yang terkuat berarti dia masih berada dalam level di mana orang-orang masih mencoba bertarung dengannya.

“…Kau benar-benar menarik.”

Pandagan Accelerator telah berpindah dari Misaka Imouto ke Kamijou. Dia menyisihkan eksperimen itu dan memberikan prioritas seratus kali lipat pada menghancurkan pandangan Kamijou.

Panas merah yang gila menghuni mata bocah putih itu.

Senyumannya tipis dan lebar. Membelah wajahnya seperti keju meleleh yang melar ke kiri dan ke kanan.

“…”

Meskipun begitu, Kamijou tidak mundur sedikit pun.

Sebaliknya, dia maju selangkah.”

“Apa yang sedang kau-…?”

Misaka Imouto benar-benar syok.

Anak laki-laki itu akan menghadapi Accelerator. Dia tidak memiliki senjata apa pun dan dia akan melawan orang yang bisa menghancurkan seluruh tentara sendirian sambil tetap tersenyum.

Anak laki-laki itu telah bicara pada Accelerator.

Dia telah menyuruh Accelerator agar menjauhi dirinya.

Dengan kata lain, alasan anak laki-laki itu berada di medan perang ini adalah…

Alasan anak laki-laki itu mempertaruhkan nyawanya dalam pertarungan itu adalah…

“‘…Apa yang sedang kaulakukan,’ tanya Misaka?” kata Misaka Imouto dalam suara bergetar.

- A-aku mengerti, Imouto. Tapi kalian berdua kelihatan identik – identik dalam tinggi dan berat yang sama, ya ‘kan?

Berapa kali pun Misaka Imouto mati dalam eksperimen itu tidak menjadi masalah karena kehidupannya tidak memiliki nilai.

- Hei. Terima kasih sudah membawakan minuman dan membunuh kutu kemarin.

Tapi anak laki-laki itu tidak terkait sedikit pun dengan eksperimen ini dan dia tidak bisa diproduksi secara massal.

-Ah, iya! Nama! Ini kucingmu, jadi bertanggungjawablah dan berikan dia nama!

Seorang yang asli, yang hanya ada satu di dunia ini, akan terluka karena eksperimen ini.

(Apa ini…?)

Misaka Imouto merasakan semacam rasa sakit dalam tubuhnya sendiri.

Tak peduli seberapa keras pun dia berpikir, dia tidak bisa memastikan sumber rasa sakit itu.

(Misaka memiliki beberapa pertanyaan tentang keadaan mentalnya sendiri.)

Meski begitu, Kamijou tidak merespon. Dia maju selangkah lagi ke arah medan perang itu.

Misaka Imouto berhenti berpikir dan berbicara untuk menghentikan Kamijou.

“‘Apa yang sedang kaulakukan?’ tanya Misaka untuk kedua kalinya. ‘Misaka adalah sebuah imitasi yang bisa dibuat ulang sebanyak apa pun yang diperlukan sedangkan kau tidak bisa digantikan, jadi apa yang sedang kaulakukan?’ tanya Misaka untuk ketiga kalinya.”

Tidak ada yang inkonsisten dengan logikanya. Tidak ada gangguan dalam nada suaranya. Kata-katanya sangat tepat seolah-olah dia dijalankan berdasarkan sebuah program, jadi Imouto menyimpulkan bahwa keadaan mentalnya baik-baik saja.

Walau begitu, jantungnya masih berdetak sangat kencang. Napasnya begitu pendek dan dia tidak bisa menghirup oksigen sebanyak yang diperlukan.

Misaka Imouto ingin menghentikan anak laki-laki itu dari memasuki wilayah eksperimen itu.

Misaka Imouto ingin menghentikan anak laki-laki itu dari berhadapan dengan Accelerator.

Tetapi tubuhnya yang babak belur dan tidak berguna tidak mengizinkannya bergerak seperti yang dia inginkan. Itulah kenapa dia terus berusaha menghentikan anak laki-laki itu dengan perkataanya sementara dia tergeletak di atas tanah penuh kerikil.

Dia tidak sadar bahwa perkataannya itu sendiri tidak berfungsi apa pun selain menarik anak laki-laki itu lebih cepat ke dalam medan tempur.

“‘Misaka bisa diproduksi secara otomatis hanya dengan menekan sebuah tombol selama mesin dan bahan kimia yang sesuai sudah dipersiapkan,’ jelas Misaka. ‘Misaka memiliki tubuh buatan dan pikiran pinjaman. Harga dirinya adalah 180.000 yen dan ada masih ada cadangan 9968 lagi, jadi menghentikan eksperimen ini hanya untuknya itu…’”

“…Diam,” gumam anak laki-laki itu memotong perkataan Misaka Imouto.

“Apa?” balasnya.

“Kubilang diam. Itu semua tidak ada artinya. Kau punya tubuh buatan? Kau punya pikiran pinjaman? Kau bisa diproduksi secara otomatis hanya dengan menekan sebuah tombol selama mesin dan bahan kimia yang sesuai sudah dipersiapkan? Hargamu 180.000 yen? Yah, aku tidak peduli dengan semua itu! Itu semua tidak ada artinya!” teriak anak laki-laki itu ke langit malam seiring api kemarahannya membara.

Dan meskipun begitu, suaranya terganggu seolah dia sedang berdiri di bawah hujan yang dingin.

“Aku berdiri di sini untuk menyelamatkan kau! Aku di sini bukan untuk orang lain. Aku bertarung untuk menyelamatkan dirimu! Jadi fakta bahwa kau punya tubuh buatan, pikiran pinjaman, bisa diproduksi secara otomatis hanya dengan menekan sebuah tombol, berharga 180.000 yen, atau hal tidak signifikan lainnya tidak ada artinya !”

Misaka Imouto tidak mengerti.

Dia tidak mengerti apa yang ingin dikatakan oleh anak itu. Tidak ada kebohongan sedikit pun dalam perkataan Imouto. Dia adalah sebuah entitas yang bisa diproduksi secara otomatis hanya dengan menekan sebuah tombol. Jika ada satu yang hilang, satu lagi bisa dibuat untuk menggantikannya. Jika 20.000 hilang, 20.000 lagi bisa dibuat untuk menggantikannya. Itulah dirinya.

“Dirimu cuma ada satu di dunia ini! Kenapa kau tidak bisa mengerti hal sesederhana itu!?”

Tapi entah kenapa, teriakan anak itu sampai padanya.

Bukannya dia tidak percaya apa yang anak itu katakan.

Misaka Imouto masih merasa bahwa tidak ada masalah berapa pun nyawanya yang hilang.

Tetapi, masih ada satu orang yang berteriak bahwa dia tidak ingin kehilangan eksistensi kecil itu.

Anak laki-laki itu memang tidak memiliki kekuatan.

Tidak mungkin dia memiliki apa pun yang bisa membuatnya disebut sebagai yang terkuat dari Academy City.

“Jangan pergi dan mati begitu saja. Masih banyak hal yang ingin kukatakan padamu.”

Walaupun begitu, Misaka Imouto merasa bahwa anak laki-laki itu kuat.

“Aku akan menyelamatkanmu sekarang, jadi diam dan lihat saja.”

Dia merasa bahwa cara hidup anak itu membuatnya lebih kuat dari siapa pun juga.

Part 6[edit]

Accelerator mungkin memang yang terkuat, tapi dia bukan tak terkalahkan.

Imagine Breaker milik Kamijou bisa menghancurkan segala jenis kekuatan supernatural, bahkan jika itu adalah mukjizat Tuhan. Meskipun kekuatan refleksi milik Accelerator adalah pertahanan sempurna yang bahkan bisa menolak ledakan nuklir, Kamijou tahu bahwa kekuatannya itu harusnya tidak bisa menahan tangan kanannya.

Accelerator adalah yang terkuat dan karenanya dia bisa berdiri melawan seluruh dunia di saat yang sama.

Tetapi, kekuatannya tidak cukup absolut untuk bisa bertahan melawan Imagine Breaker.

Kesempatan untuk menang berada dalam galat yang sedikit itu.

“...”

Kamijou memperhatikan area itu.

Seratus meter di sekitarnya, tanah hanya ditutupi oleh kerikil dan rel baja. Kamijou Touma dan Accelerator berdiri di permukaan yang datar tanpa tempat untuk bersembunyi itu. Mereka dipisahkan jarak 10 meter. Jarak itu bisa ditutup dalam tiga empat langkah jika salah satu dari mereka mulai berlari.

Kamijou berhenti bernapas.

Dia menurunkan seluruh tubuhnya seperti pegas dan...

“Ooohhhhhh!”

Dia mulai berlari seperti ledakan ke arah Accelerator.

Tetapi Accelerator tidak bergerak dari tempatnya. Bahkan dia tidak mengepalkan tangannya. Kedua tangannya tetap menggantung di sisinya, dia tidak menggunakan kakinya untuk memindahkan pusat gravitasinya, dan sebuah senyuman membelah wajahnya.

Accelerator menghentakkan tumitnya ke atas kerikil seolah-olah dia sedang menghentakkan kakinya sesuai ritme lagu.

Tepat saat itu, kerikil di bawah kakinya meledak seperti dia baru saja menginjak ranjau darat.

Sejumlah besar batu kerikil menyebar ke setiap arah dan di jarak dekat ledakan itu mengingatkan pada tembakan shotgun.

“...!”

Ketika Kamijou menyadari apa yang sedang terjadi, semua sudah terlambat.

Dia segera mengangkat tangannya untuk melindungi wajahnya dan lebih dari selusin batu dengan ukuran bervariasi menghantam tubuh Kamijou. Baru saja dia rasa kakinya terangkat dari tanah karena hantaman yang keras itu, seluruh tubuhnya dihempaskan dengan paksa ke belakang. Dia terguling-guling di atas tanah sebelum akhirnya berhenti beberapa meter ke belakang.

“...Terlalu lambat,” kata sebuah suara tidak senang yang kedengaran seperti potongan-potongan logam berkarat sedang digesekkan satu sama lain.

Rasa sakit yang intens membuat Kamijou kehilangan arah dan dia hanya melihat ke arah suara itu dengan pandangan kosong, sama sekali lupa untuk bangkit.

“Itu sama sekali tidak cukup. Kecepatanmu itu seratus tahun terlalu lambaaaaaattt!”

Accelerator menghentakkan kakinya lagi.

Dia pasti telah mengubah vektor hentakan itu dengan cara tertentu karena sebuah rel baja yang ada di kakinya berdiri di atas salah satu ujungnya seolah-olah ada pegas di bawahnya. Accelerator menggunakan pukulan dengan punggung tangannya seolah-olah dia hanya sedang membersihkan jaring laba-laba dan menerbangkan rel itu.

Aksinya tidak lebih dari pukulan pelan yang digunakan seseorang pada anak kecil yang nakal, tetapi suara keras seperti lonceng gereja bergema ke seluruh dipo. Rel baja itu membengkok seperti huruf V dengan cekungan dangkal dan terbang lurus ke arah Kamijou seperti peluru.

“!!”

Kamijou dengan panik berguling dan melompat dari jalur terbang rel baja itu.

Segera setelahnya, potongan baja yang hancur itu menusuk tanah seperti sebuah pedang suci di tempat tepat Kamijou tadi berbaring.

Kamijou berpikir dia berhasil menghindarinya dengan tipis, tetapi potongan baja itu memiliki massa ratusan kilogram. Ketika rel itu menghantam tanah, sejumlah besar batu kerikil diterbangkannya ke udara. Seperti sebuah meteorit yang menghempas laut.

Bebatuan kecil yang jumlahnya tak terhitung menusuk-nusuk tubuh Kamijou.

Hantaman ke dadanya ini memaksa seluruh oksigen di paru-parunya keluar.

“Gh...Ah...!”

Accelerator menembakkan rel baja kedua dan ketiga ke arah Kamijou yang sedang berguling di tanah.

Potongan-potongan baja yang terbang melintasi udara itu sama tidak-bisa-dihindarinya bagi manusia dengan peluru pistol.

Satu saja serangan yang terkena langsung berarti kematian dan bahkan dengan tipis menghindarinya juga akan berujung pada luka karena kerikil yang berterbangan karena hantamannya, yang dengan perlahan tapi pasti menggunung dan berujung pada kematian.

Yang Kamijou bisa lakukan hanyalah berlanjut berguling sepanjang tanah, mencoba membaca arah kerikil akan terbang, kemudian melompat ke arah yang sama dengan kerikil itu untuk mengurangi lukanya sebanyak mungkin.

Dia tidak bisa mendekat.

Dia menghindari 10 atau 20 peluru baja itu dan dihantam oleh kerikil yang terbang setiap kalinya, tapi dia dengan bertahap menjauh dari pusat dipo kereta api dan menuju bagian luarnya.

Meskipun begitu, Kamijou merasa bahwa pertarungan itu berada dalam keadaan remis.

Memang benarr bahwa hanya dialah yang terkena serangan, tetapi dia percaya bahwa Accelerator tidak akan memberikan serangan yang menentukan.

Tapi suara udara yang diiris-iris memotong pemikirannya.

“...?”

Kamijou pikir ada rel yang terbang ke arahnya, jadi dia segera melompat ke belakang. Dia melakukan itu untuk mengurangi hantaman dari kerikil yang berterbangan walaupun hanya sedikit, tapi peluru baja itu tidak pernah datang.

Kamijou mengernyit curiga sambil menjaga pertahanannya.

Rel baja itu terbang melewati atas kepala Kamijou dan menancap ke tanah di belakangnya.

“!?”

Kamijou telah melompat ke arah belakang bermaksud untuk mengurangi luka yang diterimanya.

Kerikil terbang ke arahnya dari jarak dekat dari arah berlawanan dengan yang dia perkirakan. Seperti berlari ke arah truk yang bergerak dengan kecepatan 100 kph ketika kau juga berlari dengan kecepatan 100 kph. Aksinya sendiri menggandakan rasa sakit yang menusuk punggungnya. Napasnya berhenti seolah-olah dia dipukul dengan sebuah bat di punggungnya dan dia dengan menyedihkan tumbang ke tanah.

Suara benda-benda yang memotong langit malam berlanjut.

Kamijou melihat ke atas dan melihat sejumlah rel baja terbang ke arahnya.

(Ap-...?)

Kamijou segera berusaha berguling keluar dari jalurnya, tetapi seluruh rel itu mendarat di semua sisi Kamijou secara bersamaan. Seolah-olah dia sedang dipukuli oleh 5-6 orang, batu kerikil menghantamnya dari segala penjuru.

Dia tidak bisa bertahan atau menghindari serangan itu. Kehilangan seluruh pilihan, Kamijou hanya bisa terbengong di sana sementara lebih dari 100 batu-batu kecil menusuknya. Badannya terhempas-hempas, membuatnya terlihat seperti udang yang diseret ke daratan.

“Gh...gheah...! Ahh...aahhh...!”

Meskipun begitu, Kamijou berhasil menggenggam salah satu rel baja yang menancap ke tanah di dekatnya untuk berdiri. Kakinya masih gemetaran karena luka dari serangan listrik Mikoto dan mulutnya dipenuhi rasa darah.

Dia nyaris tidak bisa menjaga kesadarannya ketika dia melihat kejadian itu.

Di kejauhan di depannya, dia melihat Accelerator sedikit menundukkan seluruh tubuhnya seperti pegas.

“Ah hah! Lihat!? Kau lambat, sangat lambat, terlalu sangat lambat! Bisakah kau menjadi seekor rubah dan menyenangkan pemburumu atau kau tidak lebih dari babi yang menunggu untuk dimakan, preman rendahan!?”

Saat itu, ada jarak sekitar 30 meter antara Accelerator dan Kamijou.

Meskipun begitu, Accelerator menutup jarak itu menjadi 0 dalam hanya dua langkah.

Kerikil di kakinya meledak seperti disemburkan oleh roket dan Accelerator melesat ke arah Kamijou dengan kecepatan tinggi ketika dia bergerak nyaris seperti batu yang melompat di atas permukan air.

Ketegangan memenuhi perut Kamijou.

Dia langsung berusaha memukulkan tinjunya, tetapi kaki Accelerator menghantam tanah lebih dulu.

Rel baja yang terletak di kakinya berdiri seakan-akan ada pegas di bawahnya. Baut di rel itu lepas seperti kancing baju.

Sebelum Kamijou bisa merespon dengan terkejut, rel yang naik itu sudah menghantamnya di dagu seperti sebuah uppercut.

“Ghah...!”

Tubuhnya terbang dan ruang setinggi 20 cm terbuka antara kakinya dengan tanah. Accelerator memperhatikan ini dengan wajah puas dan membuka tangan kanannya seolah tangannya itu adalah cakar milik iblis dan mengarahkannya ke tubuh Kamijou yang terbang di udara.

Itu adalah tangan yang sama dengan tangan yang telah menerbangkan rel baja seperti peluru hanya dengan pukulan pelan.

“...!!”

Kamijou melihat tangan kanan Accelerator bergerak ke arahnya seperti ular berbisa dan dengan segera mengulurkan tangan kanannya meskipun dia masih berada di udara. Dengan keberuntungan kecil, tangan kanan Kamijou entah bagaimana berhasil menepis tangan Accelerator.

Yang dilakukannya hanya itu, tetapi Accelerator melihat ke atas ke arah Kamijou seolah-olah dia baru saja melihat suatu hal yang benar-benar mustahil.

Seperti untuk membuang sesuatu yang menempel, Accelerator menginjak tanah dengan penuh tenaga.

Injakannya mengubah kerikil menjadi sebuah senjata yang berbahaya dan senjata itu menghantam seluruh tubuh Kamijou yang masih melayang di udara. Dia berhenti bernapas dan jatuh ke tanah seperti mayat. Setelah berguling beberapa meter dengan lengan dan kaki yang terulur, dia terhenti karena punggungnya menghantam sesuatu.

“...?”

Sisi sebuah kontainer.

Itu adalah bagian dari tumpukan kontainer yang mengelilingi dipo kereta api itu. Accelerator dan Misaka Imouto berada di tengah dipo itu, jadi Kamijou pasti telah menempuh lusinan meter ketika menghindari berbagai serangan dari Accelerator.

Kontainer-kontainer itu ditumpuk lima atau enam tingkat dan tumpukan itu hampir sama tingginya dengan gedung tiga lantai.

Untuk sejenak, Kamijou melirik ke dinding kontainer yang ada di punggungnya, tetapi...

“Oh, jadi kau punya waktu untuk melihat ke arah lain!? Kalau kau segitu ingin matinya, aku akan mengubah tubuhmu jadi seni yang sangat indah sampai masuk ke Rekor Dunia Guinness!!”

Ada suara tawa yang penuh kegilaan.

Kamijou dengan panik berbalik tepat pada saatnya untuk melihat Accelerator menunduk, kemudian melompat dari tanah berkerikil beberapa meter darinya. Seharusnya itu hanyalah lompatan vertikal biasa, tapi tubuh ramping Accelerator melesat 4 meter ke udara.

Dia mengarahkan kakinya ke kepala Kamijou.

Kamijou langsung berguling ke samping untuk menghindai serangan itu dan tendangan dari Accelerator menghantam sisi metal dari kontainer yang disandari Kamijou tadi.

Suara keras seperti lonceng gereja bergema di seluruh area itu.

Sekonyong-konyong, tumpukan kontainer itu runtuh.

Seperti tumpukan balok mainan yang balok paling bawahnya ditarik.

Tepat ketika tendangan Accelerator meremukkan kontainer yang paling bawah seolah-olah kontainer itu terbuat dari kertas, kontainer-kontainer yang ditopang di atasnya bergoyang-goyang dan tiba-tiba rubuh. Ketika satu kontainer rubuh, kontainer di sampingnya ikut rubuh dengannya, membuat seluruh tumpukan kontainer itu rubuh seperti sebuah piramida dari kartu.

Kamijou menelan ludah dan melihat ke atas.

Sejumlah kontainer diterbangkan ke udara seperti dadu raksasa dan akan segera menghujaninya.

“!”

Dia langsung melompat berdiri. Tepat ketika dia akan melompat ke samping untuk mencoba menghindari kontainer yang sedang jatuh ke kepalanya, dia melihat sesuatu di ujung penglihatannya.

Dia melihat Accelerator merunduk seolah-olah seluruh tubuhnya adalah sebuah pegas.

Kemudian Accelerator melesat ke depan seperti peluru untuk mengejar Kamijou yang sedang berusaha kabur dari kontainer-kontainer yang jatuh itu.

Accelerator bisa memantulkan segala jenis hantaman, jadi dia tidak perlu mengkhawatirkan cara menghindari hujan kontainer itu meskipun tiap-tiap kontainer itu memiliki massa lebih dari satu ton.

Tapi tidak begitu bagi Kamijou.

Jika dia mencoba menghindari kontainer-kontainer itu, dia tidak bisa menghindari kejaran Accelerator.

Jika dia mencoba menyerang balik Accelerator dengan tangan kanannya, dia akan dihancurkan oleh kontainer-kontainer itu.

“...!”

Kamijou segera menendang kerikil di kakinya ke arah mata Accelerator yang mendekat.

Tentu saja, itu tidak akan menghentikan Accelerator.

“Hah hah! Apa kau benar-benar berpikir itu akan berhasil? Kalau kau mau mencoba itu, paling tidak pastikan kau melakukannya sampai ke batasnya...seperti ini!!”

Accelator memanipulasi vektor dari kerikil-kerikil yang menghantam tubuhnya sehingga kerikil-kerikil itu dipantulkan kembali ke Kamijou dengan kecepatan dua kali lipat.

Kamijou langsung menyilangkan tangannya untuk melindungi wajah dan dadanya.

Sesaat setelahnya, tembakan batu-batu kecil yang seperti shotgun itu menghantam tubuh Kamijou. Tubuhnya terbang beberapa meter ke belakang seolah-olah dia baru saja ditembak oleh selongsong meriam.

Dengan melakukan hal ini, dia menghindari hujan kontainer itu.

Dengan melakukan ini, dia berhasil mendapatkan jarak antara dirinya dan Accelerator.

“Ah?”

Accelerator mengeluarkan suara yang sedikit memuji itu dan kontainer-kontainer itu menghantam tanah sesaat kemudian. Sejumlah besar kerikil terbang ke udara dan awan pasir menghalangi pandangan Kamijou. Tiba-tiba, kontainer yang tak terhitung jumlahnya berguling melalui awan debu itu seolah-olah untuk menggilas Kamijou. Kontainer-kontainer itu menghantam sekelilingnya dengan jalur yang tidak bisa diprediksi, seperti makhluk hidup, seperti dadu yang berdansa di dalam cangkir raksasa.

(Sial...!)

Kamijou melompat keluar dari jalur kontainer itu dengan putus asa.

Akhirnya kontainer-kontainer itu berhenti bergerak, tapi awan debu itu terus mencuri penglihatan Kamijou. Bukan, itu bukan sebuah awan debu. Sepertinya kontainer-kontainer itu menyimpan tepung. Awan dari bubuk itu terlihat seperti kabut warna putih yang mengaburkan dan menghalangi penglihatan Kamijou.

Tirai putih itu mengelilingi Kamijou dari segala arah.

Dia tidak tahu kapan atau dari mana Accelerator akan menembus tirai itu dan menyerangnya. Kamijou merasakan ketegangan tanpa harapan seakan-akan dia dilemparkan ke dalam kandang berisi hewan karnivora dengan kain yang menutup matanya.

Tetapi dia mendengar suara datang dari balik tirai putih di depannya.

Seakan-akan Accelerator dengan sengaja menunjukkan lokasinya.

“Heh. Kelihatannya kontainer-kontainer ini menyimpan tepung, tapi malam indah tak berangin ini mungkin akan menjadikan ini situasi yang sangat berbahaya.

Kamijou melihat ke arah suara itu dengan pandangan bertanya.

“Ada banyak cerita tentang ledakan di dalam tambang, ‘kan? Ledakan-ledakan itu terjadi bukan karena ada yang menggunakan peledaknya dengan cara yang tidak tepat.” Suara itu terdengar seperti sedang menyeringai dan menikmati ini semua. “Ledakan itu terjadi karena debu halus dari bebatuan mengisi udara di dalam tambang. Mirip dengan sekarang.”

Kamijou melompat karena syok.

Dia sadar apa yang akan dilakukan Accelerator, jadi dia menggerakkan tubuhnya yang babak belur sebagai usaha untuk menjauh dari sana.

“Jika ada serbuk yang melayang di udara, serbuk itu bisa dibakar. Laju pembakaran oksigennya sangat cepat, jadi seluruh udara di tempat itu seperti menjadi sebuah bom raksasa.”

Kamijou sudah tidak mendengarkannya lagi.

Dia hanya berlari secepat yang dia bisa tanpa melihat ke samping.

Dia memberikan punggungnya pada Accelerator dan berusaha keluar dari ruang raksasa yang terisi dengan serbuk itu.

Dia berlari, dan berlari, dan terus berlari.

Kemudian suara Accelerator menusuk punggung Kamijou.

“Pasti kau paling tidak pernah mendengar tentang ledakan debu.”

Segera setelahnya, seluruh suara menghilang.

Area dengan radius 30 meter dengan tepung yang tersebar di dalamnya menjadi sebuah bom raksasa. Seluruh area itu diselimuti api dan panas seolah-olah ada bensin yang menguap ke udara dan dibakar.

Kamijou nyaris tidak berhasil keluar dari tirai dari tepung itu ketika ledakan itu terjadi.

Gelombang kejut dari ledakan itu menghantam punggungnya dan menghempaskannya ke tanah penuh kerikil, tapi dia berhasil menghindari dilalap api ledakannya.

Tetapi, ledakan debu berbeda dengan ledakan biasa, karena ledakan debu menggunakan oksigen sebagai bahan bakarnya. Ledakan itu langsung menghabiskan seluruh oksigen di area itu dan menurunkan tekanan udara secara dramatis.

Untungnya, ledakan itu terjadi di ruang terbuka dan bukan di ruang tertutup, jadi ruang vakum tidak tercipta. Tetapi perubahan tekanan udara yang tiba-tiba itu meremas organ tubuh Kamijou dari dalam sampai ke batasnya. Jika yang terjadi adalah ruang vakum, tubuhnya kemungkinan meledak terbuka dari dalam.

“Gah...Ahh...!”

Kamijou menggerakkan tubuhnya yang babak belur dan nyaris tidak berhasil berdiri, sementara lautan api itu menerangi dipo kereta api seolah-olah saat itu adalah tengah hari. Dia berbalik ke arah tumpukan kontainer, tempat awal dia kabur tadi.

Accelerator sedang berjalan di sana.

Dia berjalan melalui api penyucian warna merah yang diciptakannya sendiri.

“Sialan. Aku yakin kau juga baru mengalaminya sendiri, tapi tidak adanya oksigen juga membunuhku. Berengsek, kupikir aku akan mati. Kau harusnya merasa senang. Kurasa kaulah orang pertama di dunia yang membuatku, Accelerator, berpikir kalau dia akan mati.”

Suaranya ringan, seperti sedang berbincang biasa.

“Heh heh. Kurasa aku tidak bisa menggunakan tagline-ku tentang tetap tidak apa bahkan ketika ada ledakan nuklir lagi itu, ya ‘kan? Yah, aku bisa membawa tangki oksigen bersamaku. Mereka membuat tangki yang seukuran kaleng hairspray, ‘kan? Apa kau tahu harganya?”

Keceriaan Accelerator ketika berada dalam api yang seperti neraka itu membuat Kamijou takut.

“...!”

Kamijou segera berusaha mengambil posisi berjaga, tapi luka sudah menyebar ke seluruh kakinya, membuat kakinya gemetaran tak terkontrol.

“...Hm? Apa yang kau coba lakukan?”

Di tengah kobaran api, Accelerator memiringkan kepalanya ke samping seperti anak kecil.

“Seluruh usahamu bahkan tidak berhasil membuatmu selangkah lebih dekat denganku. Dan apa yang kau pikir bisa lakukan jika entah bagaimana kau berhasil mendekatiku?” Accelerator merentangkan kedua tangannya di tengah api neraka itu dengan santai. “Aku bisa memanipulasi setiap vektor yang menyentuh tubuhku. Termasuk aliran darahmu, kau tahu? Dengan kata lain, tepat ketika kau menyentuhku, seluruh pembuluh darah dan organ di dalam tubuhmu akan meledak. Apa kau benar-benar mengerti itu?”

“...”

Kaki Kamijou yang gemetar membeku.

Meskipun tangan kanannya bisa menembus kekuatan refleksi milik Accelerator, apa yang bisa dilakukannya?

Dia hanya bisa menyentuh Accelerator dengan tangan kanannya. Itu sama artinya dengan bertinju dengan satu tangan yang diikat. Dan bahkan jika dia bisa memukul wajah Accelerator dengan tangan kanannya, jika Accelerator berhasil memegang lengannya sebelum dia sempat menariknya...

Accelerator tertawa seperti seorang teman, sementara Kamijou berdiri membatu di tempatnya.

“Yah, tidak usah terlalu khawatir tentang itu. Kau sudah berusaha dengan baik. Bahkan ini adalah mukjizat, kau masih bernapas setelah menghadapiku. Menginginkan yang lebih dari itu sepertinya terlalu egois, tidakkah kau pikir begitu?”

Dia tertawa seperti seorang teman meskipun berada di tengah pertarungan mematikan.

“Berengsek. Kau beruntung potensialmu begitu rendah. Kau terlalu lemah sampai aku tidak bisa menggunakan kekuatan refleksiku padamu dengan tepat. Kau benar-benar menemukan titik lemahku. Judgment bertindak tanpa berpikir dengan kekuatan mereka dan Anti-Skill mengeluarkan seluruh senjata berteknologi tinggi mereka, jadi semuanya berakhir ketika aku memantulkan tembakan pertama.”

Accelerator bertepuk tangan di dalam lautan api itu.

Dia benar-benar terdengar seperti sedang berterima kasih pada lawannya dari lubuk hatinya.

“Kau sudah berusaha dengan baik. Kau benar-benar sudah berusaha dengan baik. ...Jadi sudah saatnya kau istirahat!”

Tubuh Accelerator sedikit merunduk di tengah kobaran api.

Dengan suara menggelegar, anak putih itu melesat seperti peluru ke arah Kamijou, bahkan memadamkan api ketika dia terbang. Ada jarak lusinan meter di antara mereka, tapi dia mengubahnya menjadi nol dalam dua atau tiga langkah. Accelerator menuju tepat ke depan Kamijou dengan gerakan seperti batu yang melompat di atas permukaan air.

Index v03 264.jpg

“...!”

Ketegangan merayap dari perut Kamijou ke atas tenggorokannya.

Tangan kanan penderitaan dan tangan kiri beracun.

Kedua tangan itu bisa mengubah segala vektor yang disentuhnya dan karenanya merupakan tangan-tangan kegelapan yang bisa membawa kematian pada makhluk hidup mana pun. Hanya dengan menyentuh kulit saja, tangan-tangan itu bisa menyebabkan jantung seorang manusia meledak dari dalam dengan memutarbalikkan aliran darah melalui pembuluh kapiler dan memutarbalikkan aliran listrik tubuh melalui permukaan kulit.

Accelerator menyatukan kedua tangannya.

Tangannya dirapatkan di bagian pergelangan seperti sedang memakai borgol dan dia mendorongkannya ke arah wajah Kamijou.

Kamijou langsung berusaha mundur, tapi kakinya yang gemetar tidak bisa bergerak dengan benar.

Tangan-tangan yang bisa menghancurkan jiwa seseorang itu mendekat di depan mata Kamijou.

“Berengseeeeeeeeeeeeeeeeeeeekkkkkkkkk!”

Kamijou dengan refleks menutup matanya dan mengayunkan tangan kanannya ke atas, bersiap untuk yang terburuk. Karena dia telah menutup pandangannya, dia tidak tahu sama sekali ke mana dia mengarahkan tinjunya.

Dengan sensasi tumpul, tangan kanannya memukul Accelerator di wajahnya.

“Eh?”

Yang pertama mengekspresikan keterkejutannya pada hasil itu adalah Kamijou, bukan Accelerator. Kamijou benar-benar tidak menyangka pukulannya kena dan bahkan jika kena, dia tidak menyangka tinjunya yang sudah babak belur memberikan luka sedikit pun.

Tetapi Accelerator terhuyung ke belakang dan sekarang sedang meringis di atas tanah berkerikil.

“Ah? Ow... Ha ha... Apa-apaan ini? Oh, wow. Ha ha ha. Sialan. Sempurna, sempurna. Yang barusan itu hebat! Bagus! Sekarang kau sudah melakukannya!”

Anak putih itu tertawa gila sambil berjongkok di tanah seperti seekor iblis yang akan tumbuh sayapnya.

Tapi Kamijou tidak mendengarkan.

Ketika dia memikirkannya, semuanya sudah aneh sejak awal.

Kenapa dia tidak menyadarinya setelah bertarung melawan Accelerator selama itu?

Ada perbedaan kekuatan yang sangat jauh antara Kamijou dan Accelerator. Accelerator bisa membunuh orang hanya dengan menyentuhnya. Di sisi lain, Kamijou akan mati dalam sesaat jika dia menyentuh Accelerator dengan bagian tubuh selain tangan kanannya.

Ditambah lagi, Kamijou tidak bisa menggerakkan kakinya dengan benar karena luka yang diterimanya dari serangan listrik Mikoto.

Dia berada dalam kerugian seberat itu, dan meskipun begitu...

(Mungkinkah...?)

Accelerator menerjang ke arah Kamijou.

Tangan kanan yang bisa membunuh hanya dengan sebuah sentuhan terarah langsung ke wajah Kamijou.

(Mungkinkah dia...?)

Kamijou menghindarinya hanya dengan mengayunkan kepalanya ke samping.

Kamijou tidak pernah mengikuti pelatihan militer atau apa pun, tapi dia dengan mudah menghindarinya.

(Apakah dia...?)

Kamijou mengepalkan tinju kanannya.

Dia bergerak masuk ke arah Accelerator untuk membalas serangan Accelerator yang meleset.

(Apa dia sebenarnya...benar-benar sangat lemah?)

“Gbah!?”

Tinju Kamijou menghantam wajah Accelerator. Kamijou menggerakkan tangannya maju dan mundur dalam jalur yang kompleks seperti seseorang yang mengayun-ayunkan pisau, tapi Accelerator tidak sekali pun menggores kulitnya. Kamijou menyelip melewati lengan mirip ular berbisa milik Accelerator dan menyerang wajah Accelerator dengan tinjunya berkali-kali.

“Berengsek, apa!? Gerakan aneh macam apa itu!? Kau bukan belut, jadi berhentilah meliuk-liuk dan diamlah!”

Accelerator berusaha menggenggam tinju yang menusuk wajahnya, tapi gerakan mulus tangan Kamijou yang seperti ular mencegahnya melakukan itu.

“Hah. Kau tidak pernah kalah.” Kamijou seperti berdansa dengan langkah kaki akurat. “Dan itulah kenapa kau lemah! Kau mengalahkan seluruh musuhmu dalam satu serangan dan kau bisa dengan mudah memantulkan serangan apa pun. Karenanya tidak mungkin kau bisa tahu cara berkelahibertarung!”

Perkataan itu menyimpulkan perbedaan di antara mereka.

Pertarungan Accelerator tidak memiliki kesempatan baginya untuk kalah. Pertarungan-pertarungannya hanyalah pembantaian satu arah. Karena kekuatannya terlalu kuat, dia tidak pernah perlu belajar bertarung.

Kuda-kudanya lemah. Dia tidak mengepalkan tinjunya. Jemarinya terbuka seperti sedang meminta untuk dimasukkan ke dalam dan dia tidak berpikir tentang pijakan atau pusat gravitasinya.

Tetapi kekuatan Accelerator begitu kuat hingga dia tidak perlu berpikir tentang hal-hal seperti itu.

Jika kau bisa membunuh musuh mana pun dalam satu serangan, tidak ada alasan untuk berlatih dalam teknik untuk mengalahkan musuhmu dengan baik.

Jika kau bisa memantulkan serangan apa pun, tidak ada alasan untuk berusaha memprediksi dan menghindari atau bertahan dari serangan lawanmu.

Sederhananya, teknik dan usaha adalah hal-hal yang orang lemah gunakan untuk menambah kekuatan mereka.

Tapi kekuatan itu bukanlah kekuatan milik Accelerator. Itu adalah kekuatan dari kemampuan espernya.

Jadi apa yang terjadi jika ada sebuah tangan kanan yang bisa menyegel kemampuan itu?

Accelerator bukanlah orang yang benar-benar tidak ada cara untuk mengalahkannya. Dia bukan seseorang yang tak terkalahkan.

Dia hanya jauh sangat susah untuk dikalahkan. Dia hanyalah yang terkuat.

Kesempatan bagi kemenangan Kamijou berada dalam celah sempit antara yang terkuat dan yang tak terkalahkan.

“Tch. Tutup mulutmu, dasar kelas tiga!!!”

Kaki Accelerator dihentakkan pelan ke tanah.

Seperti ada pegas di bawahnya, sebuah rel baja yang ada di kaki Accelerator berdiri.

Jika dia memukulnya, potongan baja itu akan terbang langsung ke tubuh Kamijou.

Tapi Kamijou tidak membiarkannya.

Untuk menghentikan serangan yang sudah dia prediksi kedatangannya itu, tinju kanan Kamijou menghantam wajah Accelerator. Accelerator terhempas ke tanah dan dia memanipulasi vektor dari kerikil yang terbang karena tubuhnya untuk mengirimkan tembakan bebatuan kecil ke tubuh bagian atas Kamijou.

Tapi serangan itu tidak kena.

Kamijou sudah memprediksi serangan itu juga, dan dia berhasil menghindarinya dengan berjongkok seperti akan mulai merayap di tanah.

Kamijou bukannya benar-benar hebat dalam berkelahi.

Dalam pertarungan melawan berandalan, dia bisa menang pada 1 lawan 1, dalam bahaya pada 1 lawan 2, dan dia tanpa ragu-ragu akan kabur pada 1 lawan 3. Begitulah kemampuannya.

Meskipun begitu, Accelerator tidak bisa mencapai Kamijou.

Pukulan yang dilancarkan Kamijou tidak memiliki berat tubuhnya di baliknya. Pukulan-pukulan itu adalah pukulan pengalih yang tenaga yang digunakan untuk menariknya ke belakang lebih besar dibandingkan pukulannya sendiri. Dalam tinju, pukulan-pukulan ini disebut jab

Meskipun begitu, Accelerator dipukul dengan kuat.

Accelerator tidak pernah kalah sekali pun, yang juga berarti dia tidak pernah sekali pun berada dalam perkelahian yang sebenarnya. Karena kekuatannya adalah yang terkuat, dia tidak pernah punya kesempatan untuk menggunakan kemampuan atletisnya secara normal. Kamijou bahkan tidak bisa meremukkan seorang berandalan dalam perkelahian, tapi dia bisa dengan mudah membuat babak belur seorang anak rumahan yang tidak pernah berkelahi.

“...! Kh. Hah! Menarik. Ada apa dengan tangan kanan itu!?” teriak Accelerator dengan tangan terentang setelah menerima tinju kanan itu ke wajahnya berulang kali.

Salah satu dari mereka adalah yang terkuat yang tidak pernah kalah sekali pun dalam hidupnya.

Yang lainnya adalah yang terlemah yang tidak akan pernah menyerah sebanyak apa pun dia kalah.

Siapakah yang lebih kuat? Jawabannya adalah Kamijou. Jika dia kalah 100 kali, dia akan kembali berdiri 100 kali. Jika dia kalah 1000 kali, dia akan merangkak kembali ke atas kakinya 1000 kali. Dan tiap-tiap kekalahan itu diubah menjadi kekuatan yang sekarang mengalir ke dalam tinju kanannya yang menghantam wajah Accelerator.

Accelerator selalu bisa memantulkan serangan apa pun, jadi walaupun sekarang dia berpikir bahwa serangan di depan matanya itu berbahaya, pikiran itu tidak mengarah pada tindakan apa pun untuk menghindarinya. Meskipun tinju itu memukulnya, dia dengan ceroboh mengayunkan tangannya, berusaha mengejar Kamijou yang menjaga jaraknya. Dia kelihatan persis seperti seorang anak kecil yang digoda orang dewasa.

Accelerator mengetahui itu lebih dari siapa pun juga, dan dia tidak tahan.

Rasa bangga milik yang terkuat di Academy City menggoyangkan celah antara kenyataan dan bayangan itu dan suara berderit bisa terdengar.

Rasa sakit yang tidak pernah diketahuinya, yang terasa seperti menghancurkan hidungnya mempengaruhi konsentrasi Accelerator lebih jauh.

“Berengsek. Berengsek! Berengseeeekkkk!!”

Ketika Accelerator berteriak, tanah di kakinya meledak. Tubuhnya melesat ke arah Kamijou seperti peluru. Dia telah memanipulasi hentakan tumitnya ke tanah. Dia telah menggunakan energi kinetik yang tersebar untuk menggandakan atau meniga-kali-lipatkan kecepatannya.

Tapi...

“Apa-apaan ini? Kenapa aku tidak bisa mengenaimu!?”

Bahkan dengan kecepatan seperti hewan karnivora buas itu, dia tidak bisa meraih Kamijou.

Meskipun dia lebih cepat, serangannya masih dengan mudah dihindari selama masih bisa diprediksi. Sama seperti bagaimana sebuah pisau tajam adalah senjata mematikan, tapi tidak mengancam sedikit pun jika dipegang oleh seorang anak TK.

Pertarungan itu kurang lebih sudah selesai. Luka yang disebabkan pukulan ringan Kamijou sudah menumpuk, dan kaki esper terkuat Academy City menyerah.

Tepat ketika kekuatan itu pergi dari lutut Accelerator, Kamijou menghantam wajahnya dengan pukulan serius.

Itu adalah sebuah pukulan yang mirip dengan seseorang yang menggunakan tongkat golf untuk memukul bola dengan seluruh kemampuannya. Untuk serangan membunuh itu, dia memutar pinggangnya untuk meletakkan beratnya pada pukulannya dan menghempaskan tubuh Accelerator ke tanah dan berguling sedikit setelahnya.

“Hah...hah...!?”

Accelerator mengangkat tubuh bagian atasnya dan melihat ke depan. Ketika dia melihat Kamijou Touma perlahan mendekat, dia mulai menggunakan tangannya untuk menyeret tubuhnya ke belakang.

Dia terluka.

Accelerator secara otomatis memantulkan semua serangan, jadi itu adalah sensasi yang tidak pernah diketahuinya. Baginya, indra perasa di kulitnya hanyalah sensor untuk mengirimkan kenikmatan dari kulitnya ke otaknya. Sensitivitas pada rasa sakitnya yang tidak berkembang hampir tidak memiliki ketahanan pada rasa sakit sama sekali, jadi sinyal yang intens itu terasa seperti sedang membakarnya.

“Para Sisters hidup dengan segala yang mereka punya.” Kamijou mengepalkan tangan kanannya erat. “Mereka mengumpulkan seluruh kekuatan mereka dan terus hidup. Mereka bekerja dengan segala yang mereka miliki.” Kamijou menggertakkan giginya. “Kenapa orang-orang seperti itu harus menjadi mangsamu!?”

“Ee!” Accelerator membatu di tempatnya.

Tapi Kamijou tidak berhenti.

“Jangan!” Accelerator menggelengkan kepalanya.

Dia tidak tahu rasanya kalah. Dia tidak pernah kalah sekali pun dalam hidupnya, jadi dia tidak sedikit pun memiliki ketahanan pada kekalahan. Dia bahkan tidak pernah perlu berpikir tentang kemungkinan dikalahkan sebelumnya.

Tapi meski begitu, Kamijou tidak berhenti.

Angin malam berhembus ke poni Kamijou, membuatnya berayun seperti bunga tanpa nama yang mekar di sebuah kuburan.

(...Angin?)

Accelerator akhirnya menyadari sesuatu ketika dia disudutkan oleh Kamijou Touma yang terlihat seperti semacam roh jahat.

Angin.

“Ku.”

Accelerator tertawa. Kamijou berhenti bergerak. Accelerator menebak bahwa Kamijou merasakan ada bahaya, tapi dia tidak peduli. Sudah terlambat, bahkan jika dia menyadarinya.

“Kuka.”

Kekuatan Accelerator menyebabkannya bisa mengubah vektor apa pun yang disentuhnya. Gerak, panas, listrik. Kekuatan apa pun itu, dia bisa mengontrolnya dengan bebas selama kekuatan itu memiliki vektor.

“Kukaki.”

Itu berarti, jika dia bisa menggenggam vektor angin yang mengalir melalui atmosfer, dia bisa membawa gerakan angin raksasa yang mengalir di seluruh dunia ke tangannya!

“Kukakikekokakakikukekikikokakakikukokokukekekekokikukakukekekokakukekikakokekikikukukukikikakikukokukukekukakikukokekukekukikukikokikakaka!!”

Accelerator mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya seolah-olah sedang mencoba menggenggam bulan yang tak terlihat.

Dengan suara menggelegar, aliran angin mulai berputar-putar.

Wajah anak laki-laki yang satu lagi berubah, tapi sudah terlambat. Pusaran atmosferik berukuran besar yang terlihat seperti ada lubang yang terbuka di bumi telah mengambil bentuk seperti bola di atas kepala Accelerator. Kerikil di area itu tersapu dengannya dan aliran kehancuran raksasa dengan radius lusinan meter itu mengeluarkan tangisan kelahiran bahagia.

Accelerator tertawa dan meneriakkan kata “bunuh”.

Bola kehancuran yang tercipta dari atmosfer dunia itu mengiris udara.

Bola itu menjadi tombak angin yang terbang dengan kecepatan 120 m/s. Pada kecepatan itu, angin bisa dengan mudah mengangkat sebuah mobil. Tombak dari angin itu dengan mudah menerbangkan anak laki-laki itu seolah-olah dia sedang dipukul oleh tangan seorang raksasa yang tak terlihat.

Part 7[edit]

Angin berhenti, suara menghilang, dan atmosfer mati.

Accelerator memperhatikan kekacauan yang telah diciptakannya. Batu kerikil yang menutupi tanah di dipo kereta api itu telah tersapu angin, meninggalkan tanah yang terlihat di beberapa tempat. Anak laki-laki itu diterbangkan sejauh dua puluh meter di mana punggungnya menghantam tiang kincir angin yang rusak. Dia lalu merosot ke tanah. Jatuh ke tanah berkerikil mungkin adalah hasil yang lebih bagus untuknya, tapi bagaimanapun juga takdirnya tetap sama. Mengenai sesuatu dengan kecepatan 120 m/s tidak jauh berbeda dengan kecelakaan mobil tanpa menginjak rem.

Kamijou tergeletak tak bergerak di tanah di bawah kincir angin dengan lengan dan kaki yang terulur. Tidak jelas apakah dia hidup atau tidak.

“...Hm.”

Accelerator baru saja memikirkan metode tadi dan kehancuran yang dihasilkannya melebihi apa yang dibayangkannya.

Tapi serangan itu masih tidak sempurna. Tidak seperti refleksi otomatisnya, dia perlu memikirkan vektor asli dan vektor yang diubah ketika dia sedang mengubah vektor di bawah kehendaknya.

Angin, aliran atmosfer, memerlukan perhitungan kompleks yang melibatkan teori chaos, jadi tidak bisa diprediksi sepenuhnya tanpa penggunaan Tree Diagram.

Dia meragukan aliran atmosfer seluruh dunia bisa diperhitungkan di dalam pikiran seorang manusia.

Dia hanya berhasil memanipulasi angin di dalam Academy City dan itupun masih belum sempurnya.

Meskipun begitu, serangan itu masih bisa menghasilkan kerusakan sebesar itu. Dia tidak memerlukan Level 6 lagi. Jika dia bisa memperhitungkan aliran angin dengan lebih sempurna dan lebih akurat, dia sudah memegang kekuatan untuk menghancurkan dunia di tangannya.

Dia memegang dunia di tangannya.

Perasaan itu mengalir deras ke seluruh tubuh Accelerator. Rasa kemenangan itu terasa lebih segar di dadanya karena dia baru saja dipaksa ke ujung batas kekalahan.

Dia sekali lagi yakin bahwa tidak ada apa pun di dunia ini yang bisa mengalahkannya.

Sebuah bom nuklir atau tangan kanan misterius itu tidak akan melukainya.

“Heh...!” Accelerator akhirnya mulai tertawa. “Kau kenapa!? Kau kenapa!? Kau kenapa!!? Setelah bualan sok tangguh itu, cuma itu saja yang bisa kaulakukan!? Aku akan menembakkan satu serangan lagi, jadi bagaimana kalau kau menunjukkanku kembalinya si pecundang yang tangguh!?”

Ketika Accelerator berteriak, dia merentangkan tangannya di atas kepalanya seperti sedang mencoba memeluk langit.

“Tekan udaranya. Kompres, kompres. Hahn, aku mengerti. Sempurna. Aku baru saja memikirkan hal yang sangat bagus. Ayo, berdirilah, yang terlemah. Ini tidak berharga kalau kau tidak ikut bermain!”

Kamijou tidak merespon.

Rel baja yang tak terhitung tertancap di tanah berkerikil seperti salib-salib dan angin yang mematikan berhembus melalui area seperti kuburan itu. Hanya angin yang ganas dan tawa gila itu yang bisa terdengar.


Si kucing hitam mengeong tidak senang di dekat kaki Mikoto.

Saat itu, Misaka Mikoto menginjakkan kakinya ke dalam dipo kereta api.

Dia telah menyaksikan pertarungan Kamijou dari awal. Dia ingin menerjang ke antara Kamijou dan Accelerator berkali-kali, tapi melakukan itu akan membuat rencana Kamijou gagal. Mikoto hanya bisa menyaksikan dalam diam Kamijou menjadi makin babak belur.

Tapi dia sudah mencapai batasnya.

Jika dia membiarkan anak laki-laki itu bertarung sendirian lebih lama lagi, dia benar-benar akan mati.

“Hentikan ini, Accelerator!”

Mikoto mengulurkan lengannya pada jarak lusinan meter. Sebuah koin terletak di jempol dari tangannya yang terkepal. Listrik warna ungu berkelebatan dari seluruh tubuhnya. Hanya dengan jentikan ringan dari jempolnya, Misaka Mikoto bisa menembakkan Railgun yang menjadi namanya dengan kecepatan tiga kali kecepatan suara.

Tapi Accelerator bahkan tidak melirik pada si Railgun.

Dia terus menambah kekuatan angin yang mengamuk seakan-akan mempersilakan Mikoto melakukannya.

Serangan apa pun yang ditembakkan Mikoto hanya akan memantul kembali dan melukainya.

Serangan kuat yang diterima Accelerator hanya akan dikembalikan pada yang menembakkannya.

“...”

Jemari Mikoto gemetar.

Jika serangan Railgun dikembalikan padanya, tubuhnya akan pecah berkeping-keping dengan kecepatan tiga kali kecepatan suara.

Jika dia dan Accelerator bertarung, dia akan dibantai dalam 185 gerakan. Hasil yang diberikan oleh mesin itu tidak bisa diubah dan hasil itu menusuk jantung Mikoto seperti serpihan es.

Meskipun begitu, Mikoto mengangkat kepalanya.

Bukan karena dia ingin melindungi seseorang karena dia bisa mengalahkan musuhnya.

Dia harus melawan musuh yang tidak bisa dikalahkannya karena dia memiliki orang yang ingin dia lindungi.

“...-ti, Misaka.”

Tiba-tiba Mikoto menyadari ada orang yang memanggil namanya.

Suara itu sangat-sangat lemah, tapi suara itu adalah milik seorang anak laki-laki yang dikenalnya dengan sangat baik.

“...Berhenti, Misaka!”

Teriakan sayu milik Kamijou Touma membuat tangan Mikoto membeku.

Dalam rencana Kamijou, dia sendiri harus mengalahkan Accelerator untuk menipu para periset. Sekali Mikoto ikut campur, rencana itu akan gagal.

Jika Mikoto tidak ikut campur, kumpulan angin yang ganas itu akan menghancurkan tubuh Kamijou.

Jika Mikoto ikut campur, Kamijou akan membiarkan 10.000 Sisters terbunuh.

“...”

Meskipun demikian, Mikoto tidak bisa hanya duduk diam dan menonton.

Dia tidak merasa bahwa dia sedang membiarkan para Sisters mati.

Dia memiliki rencana lain. Jika dia dengan sengaja kalah pada Accelerator, hal ini akan menipu para periset dan eksperimen itu akan dihentikan.

Mikoto tidak ingin mati.

Tapi sekeras apa pun mereka berusaha, dia tidak pernah memiliki pilihan lain.

“...Maafkan aku.”

Itulah kenapa dia meminta maaf pada Kamijou pada akhirnya.

Apa pun yang Mikoto pilih, Kamijou tidak lagi bisa diselamatkan. Jika Kamijou dihancurkan oleh pusaran angin itu, tentu dia akan mati, tapi jika dia harus melihat para Sisters mati atau hanya Mikoto yang mati untuk menghentikannya, dia tidak akan bisa menanggung kebenaran itu.

Kamijou Touma ingin semua orang pulang dengan senyuman dan tanpa kehilangan siapa pun atau apa pun. Mimpi itu akan dihancurkan di dipo kereta api itu pada malam itu.

“Jadi maafkan aku,” Mikoto meminta maaf meskipun ini adalah hal yang egois. “Tapi aku tahu kalau aku ingin kau hidup.”

“Berhenti!!” teriak Kamijou.

Dia begitu babak belurnya hingga dia tak lagi bisa berdiri, tapi dia masih dengan susah payah mengulurkan satu lengannya yang tidak akan pernah meraih Mikoto sebagai sebuah usaha untuk menghentikan Mikoto.

Mikoto tersenyum kecil.

Anak laki-laki itu tidak sadar bahwa teriakannyalah yang menyebabkan Mikoto bisa bertarung tanpa rasa takut akan kematian.

“.....................”

Mikoto mengulurkan tangan kanannya ke arah musuh yang tidak bisa dikalahkannya yang dikenal sebagai Accelerator.

Dia hanya perlu menciptakan rel magnetis dan menjentikkan koin itu untuk melewati titik di mana dia tidak bisa kembali lagi. Dia tidak akan bisa melukai Accelerator sedikit pun karena Accelerator bisa memantulkan serangan apa pun, tapi dia masih bisa menghentikan kematian yang mendekat di depan matanya.

(Kenapa semuanya berakhir seperti ini? Kenapa ini tidak berakhir dengan jalan lain? Kenapa tidak berakhir dengan cara paling indah di mana semua orang akhirnya pulang dengan senyuman dan tanpa kehilangan siapa pun atau apa pun?)

Sementara pikiran Mikoto mengambang ke udara, Accelerator menyeringai sambil merentangkan tangannya lebar ke langit malam. Sesaat setelahnya, angin yang mengalir melalui kota itu terfokus pada satu titik. Sebuah titik dengan ketinggian 100 meter di atas kepala Accelerator. Ketika angin yang ganas berkumpul di sana, cahaya putih seperti dari las muncul.

Plasma.

Mengkompres udara menciptakan panas. Mesin pembakaran internal menggunakan fakta ini. Dengan mengkompres udara kota memakai rasio kompresi yang sangat-sangat tinggi, udara kota berubah menjadi kumpulan dengan suhu melebihi 10.000 derajat Celcius. Hal ini memaksa atom-atom di udara di dekatnya berpisah menjadi kation dan elektron yang mengubah atom-atom itu menjadi plasma.

Titik cahaya itu menelan udara di sekitarnya dan dalam sesaat membesar hingga mencapai radius 20 meter.

Kegelapan di sekitar dibinasakan oleh cahaya putih murni itu.

Panas 10.000 derajat menyebabkan rasa sakit yang membakar pada kulit Mikoto

Index v03 282.jpg

“...!”

Rasa ngeri yang sepertinya membekukan tulang belakangnya menjalari punggung Mikoto.

Itu bukanlah serangan yang bisa ditahan oleh umat manusia. Kumpulan panas itu bisa mengeluarkan bunker nuklir dari dalam tanah, jadi tidak mungkin tubuh dari daging dan darah bisa melakukan apa pun melawannya.

Misaka Mikoto memang adalah yang terkuat dalam kategori Electromaster di Academy City.

Plasma diciptakan dari atom yang memisah menjadi kation dan elektron, jadi dia mungkin bisa mengembalikan plasma itu menjadi atom-atom yang asli dengan menggabungkan elektron dan kationnya kembali.

Tapi apakah itu bisa membantu?

Bahkan jika dia berhasil mengembalikan plasma itu ke keadaan aslinya, Accelerator hanya akan mengumpulkan angin sekali lagi untuk menciptakan plasma kembali. Untuk menyegel serangan Accelerator, listrik saja tidak cukup. Kau memerlukan kemampuan mengontrol angin seperti yang dilakukan Accelerator. Tapi Mikoto tidak bisa mengontrol angin dengan teknik listriknya. Mikoto menggertakkan giginya karena kekuatannya yang tidak berguna dalam situasi itu.

Dia menyadari fakta sederhana bahwa Accelerator bisa dihentikan selama angin bisa dimanipulasi.

“Ah.”

Mulut Mikoto jatuh terbuka seperti orang bodoh.

Kincir angin berputar-putar membuat suara seperti tengkorak yang tertawa.

Accelerator membuat plasma itu dengan mengkompres angin yang dikumpulkannya dari seluruh kota. Ukurannya terlalu kecil jika dia mengumpulkannya dari seluruh dunia, jadi kekuatannya pasti ada batasnya. Contohnya, ketika dia mengendalikan dan bukan memantulkan, dia mungkin perlu memperhitungkan vektor asli angin dan juga vektor yang sudah diubah.

Kalau begitu, perhitungannya bisa diganggu oleh suatu hal yang menyebabkan gangguan pada angin di seluruh kota.

Academy City memiliki kincir angin yang tersebar di seluruh kota. Mungkin ada lebih dari 10.000 kincir angin.

Dan kincir-kincir angin itu bisa dibuat berputar dengan menggunakan gelombang elektromagnetik tertentu.

Tiap-tiap baling-baling individual hanya bisa menghasilkan angin dalam jumlah kecil, tapi lebih dari 10.000 kincir yang berputar pada saat yang sama itu cerita lain. Accelerator mungkin akan kehilangan kendali pada anginnya sebagai hasilnya.

Tapi hal itu tidak ada artinya jika seorang Level 5 seperti Mikoto memanipulasi kincir-kincir angin itu.

Jika Mikoto ikut campur secara langsung dalam pertarungan ini, eksperimen ini tidak akan berakhir.

Jika dia ingin menjaga kondisi di mana kekuatannya sendiri tidak ikut campur, maka ini adalah sebuah pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh Misaka Imouto seorang.

Tingkat kekuatan antara Misaka Imouto dan Mikoto terlalu berbeda. Kekuatan Radio Noise milik Misaka Imouto adalah versi buruk dari kekuatan Mikoto dan tingkatnya paling hanya setara dengan Level 2. Misaka Imouto tidak bisa menggerakkan banyak turbin sekaligus.

Tapi ada 10.000 Sisters di kota itu.

Dan tidak seperti Accelerator yang memperhitungkan aliran angin hanya dalam otaknya sendiri, gelombang otak milik 10.000 Sisters tersambung, jadi mereka bisa memprediksi aliran angin dengan menggunakan kalkulasi paralel. Sama seperti Tree Diagram menggunakan prosesor paralel berperforma tinggi.

Mikoto berlari menghampiri Misaka Imouto yang masih tergeletak di atas tanah berkerikil.

Seluruh tubuh Misaka Imouto babak belur dan kelihatannya dia bahkan tidak memiliki kekuatan untuk berdiri di atas kakinya sendiri. Mikoto tidak menyukai keharusan untuk meminta gadis itu melakukan hal ini ketika keadaannya sudah seperti itu, tapi dia tidak punya pilihan lain.

“Tolong, bangunlah. Aku tahu betapa konyol dan buruknya aku ketika memintamu melakukan ini, tapi tolong bangunlah!”

Dia tidak punya pilihan lain selain meminta.

“Ada hal yang aku ingin kaulakukan. Bukan, ada hal yang hanya bisa dilakukan olehmu!”

Semua orang pulang dengan senyuman tanpa kehilangan siapa pun atau apa pun itu harus.

“Sekali ini saja, tolong dengarkan perkataanku! Aku tidak bisa melindungi semua orang. Tak peduli seberapa keras pun aku berusaha, aku tidak bisa melakukannya! Jadi kumohon padamu!”

Mencapai akhir bahagia yang diinginkan semua orang dan di mana semua orang tersenyum itu harus.

“Tolong lindungi mimpi anak itu dengan kekuatanmu!”


Misaka Imouto mendengar teriakan yang Asli dalam kesadarannya yang terputus-putus.

Dia memang berpikir bahwa itu adalah permintaan yang konyol. Dia tidak tahu situasinya, jadi dia mengasumsikan bahwa lebih baik jika yang Asli, si esper paling kuat, untuk menggunakan kekuatannya sendiri dibandingkan melecut dan memaksa Misaka Imouto melakukannya bahkan ketika jantungnya hampir berhenti.

Tapi dia tidak mengeluh.

Kata-kata yang Asli tidak masuk akal dan juga kejam, tapi entah kenapa, Misaka Imouto melihat yang Asli sebagai seorang anak kecil yang menangis dan meminta bantuan.

“...”

Misaka Imouto tidak melihat nilai apa pun pada hidupnya sendiri.

Tubuhnya bisa diciptakan dengan menekan sebuah tombol dan hatinya yang kosong diberikan padanya berdasarkan sebuah program. Dia benar-benar percaya bahwa nyawa seharga 180.000 yen bisa dengan mudah digantikan jika nyawa itu mati.

Tapi dia tidak ingin mati.

Meskipun hidupnya sendiri tidak bernilai, sekarang dia tahu bahwa ada orang-orang yang akan sedih jika kehilangan eksistensi mungil berupa dirinya, jadi dia tidak bisa mati lagi.

Dan jika eksistensi mungil itu bisa menyelamatkan gadis yang menangis itu, maka dia merasa bahwa itu adalah hal yang indah.

Dia memiliki sesuatu yang harus dilakukannya.

Dia menemukan suatu hal yang harus dilindunginya.

“Ada hal yang aku ingin kaulakukan. Bukan, ada hal yang hanya bisa dilakukan olehmu!”

(“Misaka tidak bisa mengerti arti dari kata-katamu...”)

Misaka Imouto dengan perlahan mengumpulkan tenaga ke anggota tubuhnya.

(“...tapi kata-kata itu entah kenapa memberikan kesan padanya,” pikir Misaka mengekspresikan perasaan jujurnya.)

Karena ada seseorang yang mengatakan hal-hal itu, Misaka Imouto bisa berdiri sekali lagi.

Part 8[edit]

Dengan suara raungan angin, bola plasma yang mengambang di atas kehilangan bentuknya.

“Ap-...?

Accelerator melihat ke atas. Plasma itu diciptakan dari seluruh angin yang mengalir melalui kota dan dipadatkan ke satu titik. Aliran angin itu jelas-jelas digoyangkan untuk sejenak. Hal itu menyebabkan sebuah galat pada rasio kompresi yang menyebabkan plasma itu bergoyang.

Accelerator pikir dia mungkin membuat kesalahan pada perhitungan anginnya, jadi dia membuat lagi persamaan baru. Tidak seperti pemantulan yang sederhana, dia harus memperhitungkan keduanya, vektor sebelum perubahan dan vektor setelah perubahan yang merupakan tugas yang sangat menyebalkan.

Tapi Accelerator berhasil dengan sempurna membuat ulang kumpulan persamaan besar itu dalam waktu kurang dari sepuluh detik. Otaknya sudah berkembang hingga titik di mana hal setingkat itu bukan masalah baginya. Di Academy City, pengembangan kekuatan adalah bagian dari metode mengajar, jadi esper-esper terkuat di Academy City juga adalah murid-murid kebanggaan Academy City.

Tapi pergerakan angin yang mengalir melalui kota itu tiba-tiba berubah seolah-olah melepaskan diri dari persamaan yang harusnya sempurna yang telah dibangun di kepalanya. Bukan kebetulan belaka. Seolah-olah angin itu sendiri memiliki pikiran dan meloloskan diri dari celah-celah pada persamaannya.

Kumpulan udara yang terkompresi di atas kepalanya tersebar dan plasmanya menghilang seolah-olah menyatu dengan udara.

(Apa? Apa yang terjadi!? Tidak ada kesalahan pada persamaanku. Pergerakan tidak teratur seperti belut itu jelas-jelas bukan pergerakan alami udara!)

Dia bertanya-tanya apakah dia sedang sangat sial dan ada seorang pengguna kekuatan angin yang sedang menggunakan kekuatannya di satu tempat di kota itu, tapi hal itu tidak masuk akal karena aliran angin yang tidak teratur itu menyelimuti seluruh kota. Jika ada pengguna kekuatan angin dengan kemampuan pemrosesan yang diperlukan untuk mengalahkan kemampuan dan persamaan milik Accelerator, orang itu pasti akan ditunjuk sebagai seorang Level 5. Tetapi tidak ada satu pun orang seperti itu dalam tujuh orang Level 5 yang diketahui Accelerator.

Accelerator mulai panik dan bertanya-tanya apa yang telah terjadi, tapi kemudian dia mendengar suara berderak.

Suara kincir angin yang berputar.

(Tunggu. Aku pernah dengar kalau motor generator listrik itu bisa dibuat berputar dengan menggunakan gelombang mikro!)

Accelerator berbalik ke arah Sister yang dia pikir telah dikalahkannya, tapi dia tidak menemukan seorang gadis sekarat di sana.

Yang ditemukannya di sana adalah musuhnya.

Dia menemukan seorang musuh berdiri di atas kakinya yang kelihatan seperti akan rubuh, tanpa mengeluh sedikit pun tentang rasa sakit intens yang mengalir di seluruh tubuhnya, dan tanpa suara memelototinya.

(Dasar berengsek...!)

Mata merah Accelerator berubah menjadi merah darah yang mematikan.

Bahkan jika kontrolnya pada angin dan plasma sudah dicuri, seorang Sister tidak bisa melawan Accelerator. Tangan kanan itu adalah satu-satunya hal di dunia yang bisa menembus pertahanan sempurnyanya.

“Aku akan membunuhmu!”

Senyuman membelah wajahnya ketika dia maju selangkah ke arah si Sister.

Misaka Mikoto menghadang jalan antara Accelerator dan si Sister.

“...Apa kau pikir aku akan membiarkanmu?”

Suara Mikoto terdengar kecil di tengah angin yang mengamuk, tapi entah kenapa suara pelannya seperti menembus gendang telinga Accelerator.

“Hah. Jangan terbawa suasana. Dengan peringkatmu yang lebih rendah, kau tidak bisa mencapaiku. Kau bahkan tidak bisa memperlambatku. Sama seperti tes penglihatan di mana mereka hanya mengetes sampai 2.0.[2] Satu-satunya alasan aku terjebak pada level yang sama denganmu adalah karena tidak ada level di Academy City yang lebih tinggi dari 5.”

Mikoto tidak merespon. Dia tahu fakta itu lebih baik dari siapa pun juga dan dia berdiri di sana karena dia tidak ingin kabur meskipun mengerti kenyataan itu.

Accelerator akan melihat Mikoto sebagai penghalang dan memutuskan untuk membunuhnya lebih dulu.

Tiba-tiba, sebuah suara datang dari Accelerator.

“...”

Accelerator berbalik dengan takut-takut.

Pemandangan yang tak bisa dipercaya terhampar di depan matanya. Anak laki-laki yang telah diterbangkan angin berkecepatan 120 m/s dan menghantam tiang kincir angin itu dengan perlahan berdiri.

Anak itu memiliki luka yang tak terhitung dan kelihatannya darah tersembur ketika dia memberikan tenaga bahkan sedikit saja pada ototnya. Dia hampir tidak memiliki kekuatan tersisa, kakinya gemetar, dan lengannya tergantung seperti dahan pohon willow.

Meskipun begitu, anak laki-laki itu tidak tumbang.

Dia pasti tidak akan tumbang.

“................................................!”

Tenggorokan Accelerator menjadi sekering gurun pasir.

Biasanya, orang akan berpikir bahwa anak laki-laki itu tidak bisa lagi bertarung. Seseorang dengan luka sebanyak itu akan dihancurkan oleh Accelerator dalam satu serangan.

Bahkan jika Accelerator tidak ingin menghadapi anak itu langsung, dia selalu bisa membunuh Mikoto dan si Sister lebih dulu agar dia bisa mengambil kembali kontrol angin dan plasmanya. Accelerator berdiri jauh lebih dekat pada gadis-gadis itu dibandingkan anak laki-laki itu.

Logikanya memberitahunya bahwa dia bisa menang dengan mudah jika dia mengerjakan semuanya dengan tenang.

Tapi suatu hal yang melebihi logika memberitahunya bahwa sangat berbahaya memberikan punggungnya pada anak laki-laki itu.

Sinyal bahaya ditembakkan dari setiap bagian tubuhnya.

Orang biasa akan bisa mengerti sinyal-sinyal itu sebagai ketakutan akan rasa sakit.

“Kau luar biasa!”

Accelerator mengepalkan tinjunya.

“Kau ini sungguh luar biasa!”


Kamijou menggerakkan tubuhnya yang babak belur untuk maju selangkah.

Hanya dengan gerakan kecil itu, seluruh darahnya terasa seperti menguap. Rasanya seperti berpikir sedikit saja akan menghilangkan kesadarannya

Walaupun begitu, Kamijou terus maju.

Dengan kesadarannya yang buram, Kamijou tidak mengerti situasi ini sepenuhnya. Dia tidak tahu kenapa angin itu berhembus, dia tidak tahu kenapa plasma itu menghilang, dan dia tidak tahu kenapa dia masih hidup. Pikirannya bahkan sudah begitu babak belurnya hingga hal-hal penting itu hilang dari kesadarannya.

Meskipun begitu, dia melihat situasi di depannya.

Dia melihat Accelerator akan membunuh Misaka Imouto.

Dia melihat Mikoto berdiri di antara mereka berdua untuk bertindak sebagai tameng bagi Misaka Imouto.

Itu saja sudah cukup.

Itu sudah lebih dari cukup menjadi alasan baginya untuk berdiri.

“Kau luar biasa!”

Dia mendengar suara Accelerator.

“Kau ini sungguh luar biasa!”

Sambil melolong ke langit malam, Accelerator berlari ke depan sambil mengepalkan tangannya demi menghancurkan Kamijou Touma. Dia menggunakan perubahan vektor gaya di kakinya ketika menginjak tanah yang sama seperti sebelumnya jadi dia melesat maju seperti peluru. Kamijou bersyukur. Jika lawannya mendekatinya, dia tidak perlu berjalan lebih jauh lagi. Dengan tubuh Kamijou yang babak belur, kemungkinan besar dia akan tumbang sebelum berhasil sampai ke tempat Accelerator.

Kamijou Touma tidak punya kekuatan.

Dia bahkan tidak memiliki tenaga yang diperlukan untuk berjalan di atas kedua kakinya sendiri, untuk membentuk kata-kata dengan lidahnya sendiri, atau untuk berpikir dengan pikirannya sendiri.

Walaupun begitu, Kamijou mengepalkan tinju kanannya.

Dia mengepalkannya.

Dia melihat ke atas.

Accelerator hampir mencapainya sambil melesat maju seperti peluru.

Tangan kanan penderitaan dan tangan kiri beracun.

Kedua tangan Accelerator bisa membunuh hanya dengan sebuah sentuhan dan keduanya sedang menuju wajah Kamijou.

Untuk sesaat, waktu berhenti.

Kamijou mengumpulkan segala tenaga yang tersisa di tubuhnya dan merunduk seolah-olah sedang mengayunkan kepalanya ke bawah. Tangan kanan penderitaan lewat di atas kepalanya tanpa hasil dan tangan kiri beracun dipukul ke samping oleh tangan kanan Kamijou.


“Rapatkan rahangmu, yang terlemahyang terkuat!” kata Kamijou ke Accelerator yang jantungnya telah membeku karena serangannya yang pasti berhasil telah ditahan.

Kamijou tersenyum ganas seperti hewan buas ketika mereka berada di jarak yang begitu dekat hingga mereka berdua hampir bersentuhan.

Yang terkuatYang terlemah-ku akan sedikit bergema!!”

Sesaat setelahnya, tinju kanan Kamijou Touma menghantam wajah Accelerator.

Tubuh putihnya yang ramping dihempaskan dengan kuat ke tanah yang dipenuhi kerikil di mana dia berguling dengan lengan dan kaki yang terentang.

Catatan[edit]

  1. Biasanya boneka yang ada kunci di punggungnya, jika diputar akan berjalan.
  2. Tes seperti ini: http://ider.net/eye.html


Epilog: Only One. ID_Not_Found.[edit]

Ketika Kamijou terbangun, dia sedang berada di dalam sebuah kamar rumah sakit yang gelap.

Mungkin karena bius, dia merasakan perasaan yang aneh di area bibirnya. Dia hanya menggerakkan matanya untuk melihat sekeliling. Dia berada di dalam kamar pribadi standar dan sepertinya saat itu adalah tengah malam. Hanya suara AC yang bisa terdengar di kamar rumah sakit yang hening itu. Dari fakta bahwa baju ganti atau buah-buahan dari pengunjung tidak ada di sekitarnya, sepertinya belum lama sejak dia dibawa ke rumah sakit itu. Satu-satunya hal lain di kamar itu adalah sebuah kursi di samping ranjang dan Misaka Imouto yang duduk di atas kursi itu.

“Apa!?”

Kamijou mencoba melompat tanpa berpikir, tapi tubuhnya yang dibius tidak bergerak.

Misaka Imouto dibalut perban di sejumlah tempat di tubuhnya. Kamijou juga mendengar eongan si kucing hitam. Kamijou tidak bisa melihatnya dari lokasinya sekarang, tapi kucing itu pasti sedang menggulung di bawah ranjang.

Dan juga, tangan Misaka Imouto menggenggam tangan Kamijou.

Sebenarnya tidak begitu masalah, tapi Misaka Imouto telah menarik tangannya sendiri ke dadanya, jadi tangan Kamijou dibawa ke batas hampir menyentuh sebuah tonjolan tertentu.

“M-M-M-M-M-Misaka-san? Tunggu, ini aneh. Kenapa kejadian gembira seperti ini terjadi? Aku tidak ingat mengaktifkan flag apa pun di arah ini!”

Teriakan Kamijou pasti telah membuat si kucing hitam di bawah ranjang terkejut karena dia mengeong takut.

“‘...Percakapanmu sama tidak jelasnya seperti biasa, tapi agar kau tahu saja, kaulah yang menggenggam tangan Misaka,’ kata Misaka menggunakan penggunaan huruf kana modern untuk membuat dirinya lebih mudah dipahami.”

“Tidak mungkin! Aku menolak memercayai bahwa aku begitu putus asanya hingga tanganku bergerak sendiri ke dada seorang gadis ketika aku sedang dalam bius umum!”

Kamijou tentu saja ingin berteriak dan memegang kepalanya dengan tangannya, tapi tubuhnya tidak bergerak.

Misaka Imouto memandang penuh pernyataan pada kelakuan gila Kamijou dengan mata tanpa ekspresinya.

“‘Yang kau lakukan hanyalah menggenggam tangan Misaka,’ kata Misaka memberi penjelasan tambahan. ‘Yang membawa tanganmu ke posisi ini adalah Misaka, jadi itu bukanlah salahmu,’ respon Misaka.”

“...Tuan Putri, kenapa kau melakukan hal seperti itu?”

“‘Misaka hanya sekedar mengukur gelombang otak dan denyut jantungmu dari aliran listrik tubuhmu,’ respon Misaka dengan cepat. ‘Tidak ada arti seksual di baliknya.’”

“Se-!?”

Kamijou pikir pernapasannya akan berhenti ketika tiba-tiba dia menyadari sesuatu.

(Hah? Apa itu berarti aku sedang menyentuhnya? Tanganku sedang menyentuhnya? Tapi aku tidak bisa merasakan apa pun karena biusnya! Ahh, sial! Aku bahkan tidak bisa menggerakkan satu jari pun! Siaalaaaaaaaaannn!)

“S-sial...Sungguh sial...!!”

“‘Misaka tidak melihat ada yang tidak normal pada pusat bicaramu,’ kata Misaka mengekspresikan sebuah kekhawatiran.”

Misaka Imouto sama tanpa ekspresi seperti biasanya.

Si kucing hitam mengeong malas dari bawah ranjang.

Kamijou menyerah melakukan usahanya yang tak berguna itu dan melihat kembali ke wajah Misaka Imouto.

“Yah, paling tidak kita berdua berhasil pulang setelah kejadian itu.”

Kamijou mengatakan itu dengan ringan, tapi dia benar-benar serius. Dia pastilah serius, karena apakah artinya dia bertarung mempertaruhkan nyawanya jika hal sebaliknya terjadi?

“‘Tentang itu,’ balas Misaka.” Misaka Imouto sedang mengelus si kucing. “‘Misaka masih tidak bisa kembali ke dunia yang sama denganmu,’ kata Misaka dengan jujur.”

Tubuh Kamijou mulai bergetar. Apakah eksperimen itu masih berlanjut?

“‘Bukan, bukan itu. Eksperimen itu sepertinya sudah menuju akhirnya sejak kekalahan Accelerator,’ kata Misaka melaporkan dengan jelas.” Misaka Imouto terdiam sejenak. “‘Masalah bagi Misaka adalah tubuhnya sendiri,’ jelas Misaka.”

“Tubuhmu?”

“‘Benar. Tubuh Misaka adalah tubuh klon yang diciptakan dari sel-sel yang Onee-samaAsli dan ditumbuhkan dengan cepat menggunakan berbagai macam bahan kimia,’ jelas Misaka. ‘Sejak awal, klon seluler memang memiliki umur yang lebih pendek dan pertumbuhan cepat itu hanya membuatnya lebih pendek,’ kata Misaka berharap kau akan mengerti.”

“...”

Kamijou terdiam seribu bahasa.

Ini terlalu kejam. Mereka semua akhirnya bekerjasama untuk membebaskan Misaka Imouto dari neraka itu dan sekarang mereka tidak bisa bersama tak peduli apa pun yang mereka pilih karena umur pendek gadis itu.

Gadis itu telah bertarung tanpa mengeluh sekali pun, tapi pada akhirnya, dia tidak memiliki apa pun yang tersisa tak peduli seberapa keras dia berusaha.

“‘Jadi Misaka harus tinggal sementara di sebuah fasilitas riset untuk disesuaikan...Apa kau mendengarkanku?’ tanya Misaka sambil memelototimu.”

“Hah? Disesuaikan?”

“‘Ya. Dengan menyesuaikan keseimbangan hormon yang menyebabkan pertumbuhan terakselerasi dan dengan menyesuaikan laju pembelahan nukleus, umur Misaka bisa dikembalikan sampai taraf tertentu,’ balas Misaka. ‘...Halo? Apa mungkin kau baru saja mengasumsikan cerita ini sudah berakhir di sini?’ tanya Misaka.”

“Apa penyesuaian ini akan menyembuhkanmu?”

“‘...Kau seperti mengimplikasikan bahwa Misaka tidak akan disembuhkan,’ kata Misaka dalam nada tidak senang.”

Kucing di bawah ranjang mengeong.

“Misaka akan pergi.”

Misaka Imouto mengangkat kucing hitam yang sedikit ketakutan dan menuju pintu.

“Ah, tunggu. Kau sudah mau pergi?”

“Jangan khawatir.” Misaka Imouto tidak berbalik. “‘Kau akan segera menjumpai Misaka,’ kata Misaka mengumumkan.”

“Aku mengerti,” kata Kamijou sambil menutup matanya.

Itu cukup bagus. Jika mereka membuat janji spesial jenis apa pun, hal itu akan memberikannya firasat bahwa dia tidak akan melihat Misaka Imouto lagi. Sebagai gantinya, dia hanya akan menjumpainya segera dan dia benar-benar mempercayai itu. Perpisahan yang lebih biasa itu jauh lebih baik.

Cerita ini belum berakhir.

Masih ada yang akan datang hingga dia akan mengingat hari itu sebagai hari yang biasa saja.

Di dalam kegelapan matanya yang tertutup, dia mendengar suara pintu yang ditutup.

Dia lalu diserbu oleh rasa kantuk oleh obat.

Meskipun begitu, Kamijou tersenyum ketika memimpikan saat di mana dia akan melihatnya lagi.


Ketika dia membuka matanya lagi, hari sudah siang.

“Oh, kau sudah bangun?”

Misaka Mikoto telah mengatakan itu. Wajahnya diselimuti kelelahan, tapi dia tetap tersenyum.

“Ini, aku membawakanmu kue kering. Aku pilih kue-kue yang cukup mahal dari basement sebuah mal, jadi kue-kue ini mungkin enak. Beri tahu aku pendapatmu tentangnya nanti. Kalau tidak enak, aku tidak akan ke toko itu lagi.”

“Mh. Kalau kau memillih jalur kue, buatan rumah itu yang terbaik.”

“...Kau pikir aku ini karakter jenis apa!?”

“Bukan, bukan. Aku sedang bicara tentang seorang karakter ceroboh dengan ceroboh berusaha melakukan yang terbaik untuk membuat kue, yang bentuknya hancur. Yah, kau mungkin tidak akan mengerti.”

“Sekali lagi: kau pikir aku ini karakter macam apa!?”

Waktu berjalan sementara Kamijou dan Mikoto berdebat. Kamijou senang bisa menghabiskan waktu seperti biasa dalam dunia seperti biasa itu.

“Oh, iya. Misaka Imouto datang ke sini kemarin malam.”

Kamijou memberi tahu Mikoto apa yang terjadi malam sebelumnya. Dia memberitahunya bahwa Misaka Imouto tinggal di institusi riset lain untuk menyembuhkan tubuhnya dan bahwa dia berjanji untuk menemui Kamijou suatu hari.

“Begitu.”

Hanya itulah yang Mikoto katakannya.

Matanya memicing seolah-olah sedang memperhatikan sesuatu yang berharga baginya, tapi ada bayangan yang mengambang di matanya.

Mikoto berhasil menghentikan eksperimen itu.

Dan dia telah berhasil menyelamatkan nyawa hampir 10.000 Sisters.

Tapi dia tidak berhasil menyelamatkan nyawa Sisters yang lain.

Karena peta DNA yang diberikannya dengan ceroboh, 20.000 Sisters dilahirkan hanya untuk dibunuh. Kenyataan itu akan membebani punggungnya sepanjang hidupnya. Bahkan jika tidak ada orang lain yang menyalahkannya dan semua orang di dunia memaafkannya, dia akan tetap membawa beban itu bersamanya seumur hidupnya.

“Tapi,” Kamijou bergumam dan Mikoto melihat ke arahnya dalam diam.

Mata Mikoto mirip dengan mata seorang anak kecil yang ditinggalkan sendirian di kota yang asing, tapi Kamijou tidak melihat mata itu.

“Kalau kau tidak memberikan peta DNA-mu, para Sisters tidak akan pernah terlahir. Mungkin ada banyak yang salah dengan eksperimen itu, tapi kurasa kelahiran para Sisters adalah satu hal yang harusnya kaubanggakan.”

Mikoto tetap diam untuk beberapa waktu.

Akhirnya, dia bicara dengan nada yang terdengar seperti seorang anak kecil yang akan menangis.

“...Walaupun lebih dari 10.000 Sisters terbunuh karenaku?”

“Walaupun begitu,” respon Kamijou.

Mengatakan bahwa hal yang menyakitkan itu menyakitkan dan bahwa hal-hal yang sulit itu sulit adalah suatu hal yang bisa dilakukan siapa saja, tapi mereka tidak bisa melakukan itu jika mereka tidak pernah dilahirkan.

“Aku yakin para Sisters tidak dendam padamu. Ada banyak bagian gila di eksperimen itu, tapi aku yakin mereka berterima kasih karena sudah dilahirkan.”

Napas Mikoto tercekat di tenggorokannya.

Melihat wajahnya, senyuman kecil muncul di wajah Kamijou yang dibius.

“Jadi kau boleh tersenyum. Para Sisters tidak ingin kau murung sendirian seperti ini. Para Sisters yang ingin kaulindungi itu tidak berpikiran sempit sampai mereka akan puas dengan memberikan rasa sakitnya untuk ditanggung orang lain, ‘kan?”


Ketika dia terbangun lagi, jam tiga sore. Saatnya untuk cemilan.

Tetapi Kamijou tidak mendapatkan kesempatan untuk memakan kue kering yang didapatnya dari Mikoto.

Ini dikarenakan Index sedang memandanginya dari atas ranjang dengan jarak yang sangat dekat.

“Touma, bukankah ada yang perlu kaukatakan?”

“............................................. ...Um, selamat pagi?”

Saat dia melempar lelucon itu, Index menggigit seluruh kepalanya. Badannya kejang-kejang di atas ranjang seperti baru saja diserang dengan penyengat listrik. Index berada penuh dalam mode pembunuh dan sebuah teriakan yang mirip dengan kucing yang diinjak ekornya lepas dari bibir Kamijou.

“Tunggu! Tunggu!! Lukaku kali ini bukan bahan lelucon! Dan tidakkah kau khawatir sedikit pun tentang tuan tanahmu!?”

“Aku khawatir!” teriak Index.

Napas Kamijou tercekat di tenggorokannya ketika dia mendengar Index berteriak seperti seorang anak yang keras kepala.

“...Aku khawatir,” kata Index sekali lagi.

Dia berhenti menggigiti kepala Kamijou dan mengalungkan lengannya ke sekeliling kepalanya seperti sebuah bantal.

Kamijou berpikir sejenak.

Bagaimana jika situasi mereka ditukar?

Bagaimana jika Indexlah yang melakukan hal-hal seabsurd itu tanpa diketahuinya dan Indexlah yang berada di rumah sakit? Seberapa banyak dia akan menyalahkan dirinya sendiri karena tetap damai tanpa dengan Index yang tidak membicarakan hal-hal itu sedikit pun dengannya?

“Maafkan aku,” kata Kamijou.

“Tidak apa-apa,” kata Index sambil melepaskan kepala Kamijou dan tersenyum.

Ada perbedaan jelas antara Kamijou dan Index.

Index adalah jenis orang yang sama sekali tidak akan marah. Dia juga bisa tersenyum.

“Dan Touma, sekali lagi, sekali lagi, sekali lagi, kau menyimpan seluruh masalah ini sendiri. Kalau kau tidak mendiskuskikan hal-hal ini denganku, aku akan menceramahimu panjang.”

“Ah ha ha,” Kamijou tertawa agar dia tidak perlu memberikan respon sebenarnya.

Dia harus menyembunyikan fakta bahwa dia telah kehilangan ingatannya.

“Hoo. Yah, mendiskusikan ini lebih jauh tidak akan berguna sedikit pun. Jadi, untuk apa kau bertarung kali ini, Touma?”

“Hm?” kata Kamijou untuk memastikan apa yang telah Index katakan sebelum menjawab. “Untuk diriku sendiri.


Dan begitulah, kesehariannya dimulai kembali hari itu.

Kamijou Touma menyusuri jalan yang biasa dilaluinya tanpa berbalik ke masa lalu.

Jika mimpi tentang masa depan yang melibatkan Misaka Imouto yang dimimpikannya itu benar-benar terjadi, itu bagus sekali. Dan jika tidak, tidak apa-apa.

Yang penting adalah masa depan itu begitu bahagianya bagi Misaka Imouto hingga membuatnya terkejut.


Kata Penutup[edit]


Untuk para pembaca yang telah membeli buku ini dari Volume 1: selamat datang kembali.

Untuk para pembaca yang membeli 3 buku ini sekaligus: selamat datang dan terima kasih banyak.

Saya Kamachi Kazuma.

...Ya, buku ini berjudul "Toaru Majutsu no Index". Bagi Anda yang telah selesai membaca bisa tertawa senang sekarang. Saya yakin Anda bertanya-tanya ada apa dengan trik yang hebat (dan tidak berguna) ini. Bagi Anda yang memulai dengan membaca kata penutup lebih dulu hanya perlu membaca buku yang sebenarnya. Itu akan menjawab pertanyaan Anda.

Tapi sebelum Anda melempar buku ini ke dinding, biarkan aku memberikan beberapa alasan. Ada beberapa bagian buku ini yang menyentuh tentang sihir. Tentu saja, salah satunya adalah adegan dengan Index di dalamnya, tapi sebenarnya ada bagian lain yang memberikan penjelasan tentang sistem sihir.

Saya kira Anda bisa mengatakan tema kali ini adalah teknik sihir sehari-hari di mana ada sihir tapi tidak pernah disebut dengan kata "sihir". Teknik ini terutama digunakan dalam cerita dongeng dan sejenisnya, tapi saya mencoba menggunakan kali ini. Sebagai penulis, saya akan senang jika Anda bersama semua teman-teman Anda membaca buku ini dan kemudian berdiskusi tentang di mana pembicaraan sihir ini tersembunyi.

Sejujurnya, saya adalah "pecandu peraturan" yang mencintai peraturan-peraturan tersembunyi yang tidak ada hubungannya dengan topik utama tetapi masih berdekatan.

Sebuah contoh di kehidupan nyata adalah memecahkan kode ISBN.

Seharusnya ada ISBN huruf diikuti dengan nomor di bagian belakang buku ini. Kebanyakan orang tahu bahwa nomor mengacu pada nama buku itu, tapi saya rasa tidak banyak orang yang memikirkan dengan serius tentang arti nomor tersebut.

Jika Anda mencarinya, kode ISBN Toaru Majutsu no Index (1) adalah 4-8402-2658-X. Dengan hanya itu, Anda tidak bisa menemukan apa pun, tetapi mari kita bandingkan dengan buku lain. Kode Umibe no Usagi karya Suzuki Suzu-sensei adalah4-8402-2631-8. Oh. Bagian 4-8402-26 -nya sama. Dan kode Kekkaishi no Fugue karya Minase Hazuki-sensei yang memulai debut di bulan yang sama dengan seri saya adalah 4-8402-2659-8. Hanya satu nomor yang beda dari kode ISBN saya, 4-8402-2658-X.

Dalam hal ini, Anda mungkin berpikir 4-8402-26 mengacu pada Dengeki Bunko[1] dan angka setelahnya adalah urutan rilis. Namun, kode ISBN 9S (1) karya Hayama Tooru-sensei adalah 4-8402-2461-7. Oh? Asumsi sebelumnya akan mengatakan bahwa angka yang tertera adalah 26.

Jika kita menelaah lebih jauh, kita menemukan bahwa nomor ISBN HHO (01-03) karya Kyouichirou Takahata-sensei adalah 4-8402-2414-5. Itu 24 lagi. Dua buku itu dengan digit 24 dirilis pada tahun 2003 dan yang lainnya dengan 26 yang dirilis pada tahun 2004. Dalam hal ini, dua digit tampaknya menunjukkan tahun.

Fakta bahwa angkanya berpindah dari 24 ke 26 dalam satu tahun kemungkinan besar karena 2 digit berikutnya mengacu pada jumlah judul yang dirilis pada tahun itu. Dengeki Bunko merilis sekitar 10 buku per bulan, sehingga mereka melepaskan 100-200 judul per tahun. Saya menduga jumlah tersebut melonjak 24-26 karena 25 digunakan sebagai bantalan ketika jumlah judul yang dirilis mencapai tiga digit.

Saya menulis ini semua dengan cukup percaya diri, tapi itu mungkin bukan jawaban yang benar. Bahkan, sangat mungkin bahwa saya telah membuat kesalahan besar. Tapi itu tidak masalah karena saya melakukan ini untuk menikmati membayangkan peraturan-peraturan berbeda dibandingkan untuk menemukan jawaban yang benar.

Jika Anda membaca semua ini dan cukup tertarik untuk melihat punggung sampul, maka saya sarankan Anda melihat ke nomor yang dikenal sebagai kode JAN. Tampaknya itu menyembunyikan seperangkat peraturan tertentu juga di baliknya, sehingga kode itu akan menjadi hal yang sempurna untuk menghabiskan waktu.

Sebuah peraturan yang saat ini menjadi minat saya adalah punggung buku Dengeki Bunko. Sepertinya mereka memberi kode warna menurut penulis, tapi apakah peraturan di balik kode warna ini?

1. Ini adalah pilihan yang pasti didasarkan pada psikologi warna.

2. Warna-warna hanya dimasukkan ke dalam urutan berputar berdasarkan urutan penulis membuat debut mereka.

3. Hal ini sesuai keinginan para editor tanpa pikir panjang.

Ketika saya memikirkannya, saya akhirnya memilih nomor 2, tapi apa yang Anda semua pikirkan?


Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada editor saya Miki-san dan ilustrator saya Haimura Kiyotaka-san. Jelas dua orang itulah yang memberikan warna pada buku yang begitu penuh lubang seperti sarang lebah ini. Jika saya sendirian, saya hanyalah seperti seekor burung kecil tanpa sayap, jadi saya berharap kami dapat terus bersama.

Dan saya mengucapkan terima kasih terbesar saya untuk Anda yang telah mengambil buku ini. Sudah pasti karena Andalah saya berdiri di sini sekarang.


Saya sekarang berdoa agar buku ini akan selalu tetap di sudut rak buku Anda.

Saya juga berharap bahwa buku ini tetap dalam kenangan berharga Anda.

Dan aku memletakkan penaku untuk sekarang.


20.000 Sisters ... Apakah saya memecahkan rekor untuk karakter baru yang paling banyak?


-Kamachi Kazuma


  1. Perusahaan penerbit Toaru Majutsu no Index