Toradora! ~ Indonesian Version:Volume1 Chapter5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 5[edit]

“Hei, kepalamu minggir! Kau menutupi TV!”

Kepala yang menutupi setengah layar TV dari penglihatan Ryūji menjawab tanpa menoleh,

“Ah, sudah diam saja! Tidak bisa kau hanya bergeser sedikit?”

Berbicara dengan santai, Aisaka memberi sebuah jawaban yang sangat menjengkelkan.

“Apa?! Aku percaya itu TVku!! Katakan itu lagi dan kau segera keluar dari sini! Bagaimana pun juga kau hanya tinggal tepat di samping jendela itu!”

“…”

“BERHENTI. MENGABAIKAN. AKU!!!”

Teriakan Ryūji akhirnya membuat Aisaka menoleh sekitar, matanya berkelip di bawah bulu matanya yang panjang, mencerminkan sebuah tatapan dingin.

“Aku sedang menonton TV sekarang, jadi bisa kau tenang? Sigh~ Seekor anjing bodoh tidak pernah belajar, bukan?”

“Kenapa!!! Kenapa kau…”

Tetangga menyebalkan adalah hal pertama yang datang ke pikiran Ryūji. Saat dia berdiri di depan meja kecil, hampir menyodok orang yang sedang memakan waktu di layar TV dan mengaku sebagai Tuannya Ryūji.

“Ryū~-chan… Kau tidak boleh bertengkar sekarang~”

Yasuko muncul sebelum fusuma dibuka dan berkata kepadanya,

“Kemarin Ya-chan sempat diomelin oleh pemilik rumah. Dia bilang dari awal kita sudah terlalu ribut, tetapi akhir-akhir ini sudah semakin lebih buruk~”

“Nah, terutamanya karena gadis itu… Hei! Bagaimana kau datang tanpa memakai apapun?!”

Suara Ryūji membuat Aisaka menoleh sekitar dengan kaget, bahkan Inko-chan melirik dengan terkejut pada Yasuko. Saat tiga pasang mata menatap kulit putih saljunya, dia sendiri terlihat tidak keberatan...

“Tentu saja ~ tidak, konyol. Ini seharusnya dipakai dengan cara ini~ dan kemudian aku menempatkan ini di atas~”

Memakai pakaian one-piece hampir tembus pandang dan memutar pinggangnya, Yasuko memang membawa jaket berpola bintik-bintik macan tutul elegan di tangannya.

“… Pakaian itu kelihatan keren!”

“Hee hee, ini imut bukan? Apa lagi yang kau pikirkan, Taiga-chan?”

Saat Yasuko tertawa kikih dan melambaikan roknya, Aisaka hanya menatapnya tanpa mengubah ekspresi wajahnya. Saat Ryūji menahan nafasnya…

“…Ada!”

Aisaka mengarahkan jarinya ke arah pusat bokong Yasuko itu.

“Celana dalammu kelihatan.”

“Wah…! Benarkah!”

Inko-chan dengan cepat menjawab tanpa ragu-ragu.

“Tetapi lebih baik begini ini!”

Betapa bodohnya. Siapa di dunia ini benar-benar akan menyetujui sebuah saran dari seekor burung?! Saat Ryūji mencemaskan keningnya, Ibunya dengan tiba-tiba terhibur. Oh Tuhan, dia benar-benar setujui itu?!

Yasuko menarik roknya dan memutar dalam bentuk lingkaran sehingga celana dalamnya terlihat.

“Lalu aku akan memakai ini! Aku berangkat kerja!”

Dia tersenyum dengan gembira sambil menggoncangkan buah dadanya yang menggairahkan, dan kemudian dengan cepat mengambil tas kantong roti itu yang ia beli menggunakan uang sakunya yang ia tabung dan melambaikan tangannya dengan polos.

“Nah, Ryū-chan, Taiga-chan, Ya-chan berangkat sekarang~”

“Ya, berhati – hati. Jangan minum terlalu banyak, dan ingat menelepon dengan ponselmu jika kau bertemu dengan orang aneh!”

“O~kay~! Taiga-chan, jangan pulang ke rumah terlalu malam sekarang!”

“Tentu, Hati-hati.”

Ketika pintu antik itu berbunyi untuk menutup, kediaman Takasu sekali lagi tertutup dari dunia luar.

Apa yang penting adalah, saat ini, membuatnya lebih sederhana...

"Haaa, aku akan pergi ambil teh."

"Ambilkan punyaku juga, dan makanan penutup juga."

"Makanan penutup? Apa kita punya? Apakah setiap makan yang penting bagi kau? Setidaknya bawa sesuatu berguna dari waktu ke waktu!"

"..."

"Maukah kau berhenti mengabaikan aku?!"

Jika tidak kamu perhatikan, Takasu Ryūji dan Aisaka Taiga sekarang telah benar-benar terbiasa dengan kehadiran satu sama lain... seperti keluarga Ryūji itu. Tapi ini tidak dapat membantu, setidak-tidaknya, mereka berdua sekarang cukup bisa tinggal bersama.

Untuk memastikan Aisaka tidak kesiangan, setiap pagi Ryūji akan pergi ke tempatnya untuk menjemputnya. Membawa bento yang telah ia persiapkan terlebih dahulu, ia juga akan membuat sarapan sederhana saat ia selesai mempersiapkan diri.

Ketika berjalan ke sekolah, mereka akan meninggalkan beberapa jarak antara satu sama lain sebelum bertemu Minori, sambil terus mempertahankan ruang yang cocok di antara mereka sampai mereka mencapai sekolah.

Di sekolah, mereka sering membahas berbagai strategi untuk memenangkan hati Kitamura, dan kemudian menempatkan mereka ke dalam tindakan… Meskipun semua strategi berakhir dengan kegagalan selama ini.

Setelah sekolah, mereka akan menuju ke supermarket untuk belanja… Pada awalnya memasak dilakukan di tempat Aisaka, tetapi mereka cepat-cepat lari ke dalam masalah: tidak apa-apa jika itu hanya makan malam mereka, tapi Yasuko akan ditinggal. Jika Ryūji hanya membuat bagian Aisaka, maka ia harus memasak lagi ketika ia pulang rumah, berarti ia harus memasak dua kali, yang akan menyusahkan. Dia dapat memasak banyak di tempat Aisaka dan kemudian membawa bagiannya ke rumahnya, tetapi itu menyusahkan juga.

Jadi diputuskan yang memasak akan dilakukan di tempat Takasu, dan mereka bertiga akan makan bersama, yang mana apa mereka lakukan sekarang. Bila kamu berpikir tentang hal ini, Memang melelahkan mencoba lakukan hal-hal itu di kedua tempat. Meskipun. Dapur Aisaka bersih berkilau, itu tanpa diduga sulit untuk digunakan. Pisau tidak tajam dan piring tidak cukup, alasan lain untuk Ryūji merasa jengkel.

Tanpa diduga, Yasuko cukup terbuka untuk menerima Aisaka, dan Aisaka, dipihaknya, tidak terlalu ingin tahu tentang eksentrisitas Yasuko, Ia hanya datang untuk makan malam. Dan ketika sudah waktunya untuk Yasuko pergi bekerja, ia dan Ryūji akan melambai dan melihat ibunya pergi.

Pada awalnya, Aisaka akan pulang setelah Yasuko pergi kerja, tapi kemudian dia mulai menonton TV, membaca manga, tidur siang, bertanya-tanya bagaimana Kitamura dan Kushieda… Dan waktu yang dia habiskan di kediaman Takasu perlahan-lahan bertumbuh lebih panjang…

“… Ah!”

Pada saat Ryūji melihat, hal-hal itu menjadi seperti ini.

Menyeka air liur dari mulutnya, ia berseru kebingungan kepada orang laki-laki di sisi lain dari meja kecil.

“Hei, Aisaka! Bangun!”

“…Hmmm…?”

Sambil bermalasan menonton TV, mereka tertidur tanpa sadar, Ryūji mengenakan baju olahraga, sementara Aisaka mengenakan gaun one-piece kembang saat mereka tidur di tatami… Waktu sudah jam 3am.

“Tidak peduli apa, ini tidak baik tidur di tempatku, bukan? Jadi bergegaslah dan pergi tidur di tempatmu!”

“…Umm…”

Dia bahkan tidak yakin apakah ia telah mendengarkan dia, karena ia meletakkan wajahnya di atas matras duduk, menggunakannya sebagai bantal. Aisaka memasukkan tangannya kedalam pakaiannya dan mulai menggaruk perutnya… Kenapa kau… Ryūji dengan cepat menarik matras duduk itu dari bawah kepalanya.

“Ugh!... Umm…”

Saat kepala Aisaka terantuk ke tatami, ia sejenak membuka matanya. Dia kemudian pindah sedikit, seolah-olah terbiasa dengan nuansa tatami, bergeser ke posisi yang nyaman, dan mulai mendengkur diam-diam sekali lagi.

Ryūji berjongkok disampingnya dan membungkuk untuk melihat wajah tidurnya… Seperti sebuah hubungan intim yang kami alami! Mungkin aku telah beranjak usia dimana aku dapat bergaul secara alami dengan gadis-gadis… Tidak! Bukan itu! Dia bukan gadis biasa, dia Palmtop Tiger. Tapi apakah gadis ini bahwa sebelum matanya benar-benar Palmtop Tiger yang mengaum begitu keras?

Pola matras duduk itu dincantumkan pada pipi merah mudanya, sementara itu, susu hangat masih tersisa di pinggir bibirnya. Rambut panjangnya hanya berbaring di tatami seperti itu, hampir tidak ada ketengangan pada wajah tidur damainya.

“… Hei… Aisaka… bangun!”

Diam. Hanya mesin kulkas bisa terdengar di ruang dua kamar ditambah apartemen dapur. Masih ada beberapa waktu sebelum fajar, ketika Yasuko akan kembali, dan inko-chan terus tidur nyenyak di bawah kain dengan wajah jeleknya.

“Aisaka. Taiga!”

Saat tubuh Ryūji mencetak bayangan yang panjang di wajahnya, dia bisa melihat nadinya berdenyut di lehernya. Ryūji berencana untuk mendekati telinga Aisaka dan berteriak padanya, jadi dia membungkuk ke depan tapi pada saat itu, tubuhnya menegang. Dia mencium aroma aneh, yang datang dari Aisaka.

“Jika kau tidak bangun… aku, aku akan menyerang kau!”

… Tentu saja aku tidak serius. Ini tidak mungkin. Maksudku, kenapa aku ingin melakukan apapun ke Aisaka? Selain itu, aku sudah memiliki seseorang yang aku sukai (Minori…) Jadi aku bahkan tidak pernah berpikir ingin melakukan sesuatu terhadap dia… Serius!... Jujur!

Tapi dia terlalu berkulit tebal. Karena dia tidak akan bangun, aku harus memberinya sebuah ketakutan… Hanya mengatakan sesuatu mengejutkannya, itu saja.

Tapi dia tetap terus bergerak. Dia sekarang melihat benang tatami di pipi salju putihnya... Yang mungkin menyebabkan goresan pikir Ryūji. Tiada yang berbahaya... Aku hanya prihatin... Aku hanya akan menghapus itu baginya... Ryūji menelan ludah, dan kemudian perlahan-lahan mengulurkan tangannya...

"UMPH!"

Ia kemudian dikirim terbang ke ujung ruangan lain.

"... Hmm? Apa...yang kau lakukan?"

"...T, Tidak ada..."

Jika kebetulan, maka itu datang terlalu kebetulan. Saat Aisaka lebih menggulungkan badannya, ia telah memindahkan lengannya juga. Tinju kuatnya secara tidak sengaja kemudian memberikan sebuah pukulan di dagu Ryūji.

Aisaka bangun dan menggaruk kepalanya, kemudian dia mengerutkan kening sambil memandang curiga pada Ryūji, yang mendarat terbalik,

"...Aneh... hanya apa yang kau berisikan? Ini tengah malam. Hal terakhir yang kita inginkan adalah tuan tanah memarahi kita lagi!"

"T, Tinggalkan aku sendiri!"

Jika Aisaka terjaga saat tertidur, Ryūji akan mati sekarang. Dia masih menakutkan bahkan ketika dia tidur...

Aisaka memang Palmtop Tiger. Gen liar menjenuhi darahnya, ia semacam gadis SMA agresif yang akan menggigit pada setiap lawan yang datang padanya.

Meskipun dia sekarang cukup akrab dengan ia, Takasu Ryūji merasa masih membutuhkan situasi seperti ini untuk mengkonfirmasi fakta itu.



* * *




Kesaksian 1

Disini Haruta Koji dari kelas 2-C memberitakan: Aku benar-benar melihatnya, hal itu terjadi ketika aku langsung dalam perjalanan pulang setelah kegiatan klub berakhir, di supermarket dekat stasiun… Keduanya pasti Takasu dan Palmtop Tiger! Takasu membawa sebuah keranjang belanja dan memutuskan ikan yang mana untuk dibeli ketika Palmtop Tiger mengisi sepotong daging ke dalam keranjang. Takasu dengan cepat berteriak padanya, ‘Aku pikir kita akan makan ikan kukus malam ini!’ Dan mengembalikan daging itu ke raknya. Kemudian mereka membeli beberapa bawang dan lobak. Saat mereka datang ke konter, Takasu berkata, ‘ambil 10000 Yen dari dompet biasanya’, yang diikuti oleh Palmtop Tiger dengan patuh mengeluarkan dompet itu. Dia bilang ‘Dompet Biasanya’! Bagaimana aku bisa katakan? Ini hanya terasa sepertinya mereka sepasang suami-istri.”


Kesaksian 2

"Ini Kihara Maya, juga dari kelas 2-C, melaporkan: Aku melihat itu terjadi selama pagi hari dalam perjalanan ke sekolah... Aku biasanya naik sepeda... Kau tahu blok apartment mewah merek baru? Setiap kali, aku lewat sana, aku selalu ingin tahu bagaimana hebatnya tinggal di sana. Ketika aku melihat Takasu-kun keluar. Aku lalu berpikir, 'Tidak mungkin! Dia tinggal disini?!' Kemudian aku melihat Aisaka menyusul dia dan bergumam 'Aku masih ngantuk! Kau seharusnya bangunkanku lebih awal!' Aku tidak mempercayai mataku! aku tidak bisa membantu tetapi tetap menonton, dan melihat Takasu-kun berbalik berteriak 'Aku sudah telepon kau berkali-kali!' ...mungkinkah ini... jangan-jangan mereka...?"


Kesaksian 3

"Um, ini Noto Hisamitsu dari kelas 2-C. Aku dulu sekelas dengan Takasu selama tahun pertama kami, dan kami masih sering hang out. Namun belakangan ini, Takasu tampaknya selalu menghilang setiap kali aku ingin berjalan pulang dengan dia. Aku tidak dapat membantu tapi ingin tahu apa yang telah terjadi. baru kemarin, sejak band favoritku baru saja liris album baru mereka, aku pikir tentang pergi ke toko kaset dengan dia, jadi aku pergi kepadanya untuk menanyakan dia saat makan siang... Pada akhirnya... ini benar-benar aneh, dia bilang 'Tunggu sebentar,' dan lalu berbalik dan berkata, 'Aisaka, aku tidak bisa pulang denganmu hari ini, tidak apakan? ...aku akan kembali pada pukul 8.'... Ini membuat aku penasaran. Kembali? Ke mana? Dan kemudian apa yang akan dia lakukan disana? lalu, ketika kami di toko kaset, aku bertanya apa tentang semua itu, dengan sederhana dia menjawab, 'Jangan khawatir tentang hal itu'... Pasti ada sesuatu yang terjadi!"


Kesaksian 4

"Ini Kushieda Minori kelas 2-C. Aku kira kau bisa bilang aku teman baiknya Taiga, tapi belakangan ini... sepertinya dia menyembunyikan sesuatu dari aku. Setiap pagi, aku bertemu dia di tempat yang sama sebelum berjalan bersama ke sekolah, tapi, bagaimana akuharus menempatkan ini... Takasu-kun juga datang bersama dengan dia... Dia selalu muncul hanya sedikit dibelakangnya, berjalan seolah-olah dia tidak tahu apa-apa. Apakah itu berarti mereka adalah 'sebuah benda'? Atau apakah mereka 'bersumpah untuk tidak pernah pisah'? Tapi Taiga selalu mengklaim 'Kami hanya kebetulan saling bertemu di jalan,' atau 'Benarkah? Aku tidak menyadarinya.' umm, meskipun aku bersyukur Taiga telah menyingkirkan kebiasaan buruknya tidur berlebihan dan terlambat untuk sekolah setiap 3 hari, tapi... aku benar-benar terganggu oleh perasaan bahwa dia menyembunyikan sesuatu dariku. Mereka berdua juga tampak agak licik bahkan di sekolah, Tuhan tahu apa kelicikan mereka... Huh? Apakah perasaan ini yang disebut cemburu? Lalu apa yang akan menjadi Sistem Soeur? Apakah yang akan menjadi Rosa Chinensin dan Rosa Gigantea?... Dan apa sih yang aku bicarakan?! Ahhh, bahkan aku pun tidak tahu katakan apalagi~!!!

... Ryūji tetaplah Ryūji. Tatapan mata ganasnya akan sering membawa banyak salah paham dan rumor. Tapi dia udah terbiasa, atau lebih tepatnya, agar tidak terluka, dia belajar untuk mengabaikan apa orang lain katakan sebagai pertahanan mekanisme.

... Aisaka tetaplah Aisaka. Dia semacam gadis yang tidak peduli dengan rumor. Pada dasarnya, dia tidak tertarik pada siapa pun selain dirinya sendiri (Minorin dan Kitamura adalah pengecualian).

Karena kedua ini adalah selebritis pada mulanya, meraka sama sekali tidak menyadari bisik-bisik yang berkembang di sekitar mereka.

Di ruang kelas tidak pernah istirahat, teman sekelas mereka berbisik ke telinga satu sama yang lain, melewati lirik mata pada dua itu dan mengangguk: "... Aku melihat itu sendiri, mereka berdua keluar dari gedung yang sama...", "Aku sungguh melihat mereka di supermarket hari itu...", "Disana mereka sedang bisik-bisik lagi...", "Ah! mereka berdua menghilang!", "Palmtop Tiger memanggil Takasu dengan nama depannya" , "Takasu benar-benar punya nyali juga, untuk bisa santai memanggilnya idiot", "Dan muncul tanpa cedera juga...", "Bahkan Bento mereka sama!"

Jangan-jangan Takasu Ryūji dan Aisaka Taiga...?

"Oh, sialan!"

Palmtop Tiger mini tersentak, menyebabkan semuanya bergidik. Apa yang terjadi? Apakah dia kehilangan mangsanya? Walau ekspresi Aisaka tetap tidak berubah,

"Hei Ryūji! Aku lupa beritahu kau sesuatu..."

Aisaka berjalan langsung ke meja Ryūji dekat jendela, mengabaikan kenyataan Bahwa teman sekelas mereka sedang duduk sekitar dia sudah mulai membungkuk dan menguping.

"Apa sekarang?"

"Kemarin..."

Suara Aisaka menjadi lebih lembut... Aku tidak bisa dengar! Kata para wartawan ketika mereka bersandar lebih dekat.

"... Lupa beritahumu..."

Ryūji mengendus dan mengangkat wajahnya ketika sedang mendengarkan suara lembut Aisaka. Dia tetap berbisik dimana suara hanya Ryūji yang dengar, sementara telinga sekitar mereka mencoba untuk menerima sinyal yang keluar dari posisi mereka.

"... tidak pulang rumah hari ini..."

Apa!? Laki-laki yang sedang duduk di belakang Ryūji membeku pada saat mendengar itu. Apa yang baru dia katakan? Mereka mulai memberikan note dan disalurkan ke lainnya apa yang mereka baru dengar. Dia baru bilang dia tidak pulang rumah hari ini! Semua orang terdiam. Mengabaikan tatapan sekeliling mereka, Ryūji menjawab,

"... tinggal malam?"

"... Ya."

"Lalu... sudah disiapkan..."

"... Ya."

Tidak mungkin! Tidak mungkin sialan! Ini benaran!? Para pembisik menyapu seluruh kelas. Hei, tunggu dulu, Jangan-Jangan mereka… Dia katakan tinggal malam… dan berkata disiapkan…

“Jadi ini berarti, Palmtop Tiger selama ini sedang tinggal si tempat Takasu?”

Sedang menelan ludahnya, Haruta si berambut panjang berbisik dengan lembut.

“Dia bilang disiapkan… b, berarti… pergi ke tidur? Oh anak… ini terasa salah…”

Berdiri tepat di belakang Haruta, si empat mata Noto juga menjawab dengan lembut.

Uwaa~! Beberapa anak perempuan mulai mengeluh dengan lembut. Ini bisa menjadi pengalaman seksual pertama resmi dikenal dari kelas ini!... Kihara Maya tersipu dan menyatakan, “Aku tidak yakin ini yang pertama kali bagi mereka!” Beberapa orang bergumam kesakitan, “Sebenarnya aku selalu berpikir Palmtop Tiger terlihat imut… Dan berharap tidak ada yang mengklaim dia…” Yang lain juga datang dan menambahkan, “AKu juga. Ketika aku mengaku ke dia tahun lalu, dia berkata tanpa basa-basi bahwa jika itu terjadi, maka semua orang harus pergi ke neraka…” Semakin banyak memutuskan untuk menyuarakan pendapat mereka.

Seluruh kelas berubah secara seragam terhadap Ryūji dan Aisaka, melihat mereka bertukar masa depan satu sama lain. Aisaka sedang melihat ke arah jendela, sehingga tidak ada seorang pun yang bias melihat ekspresinya, ketika Ryūji mengerutkan keningnya, seolah-olah dia akan bertanding dengan seseorang… kemungkinan besar ayahnya Aisaka itu.

“Ku, Kushieda, sepertinya sesuatu yang besar akan terjadi ke teman baikmu malam ini!”

Kushieda tetap diam.

“Kushieda?”

Tak peduli berapa kali gadis-gadis menepuk pundaknya atau mencoleknya dengan siku mereka, dia tetap tidak bergerak, dan hanya memandang pada mereka berdua.

Walapun ini tidak begitu perlu, aku bisa juga sebutkan apa yang sebenarnya dikatakan:

“Tidakkah ibumu pergi tanpa makan apapun kemarin? Dia ingin aku beritahu kau ‘Aku lupa beritahu kau, aku tidak pulang rumah malam ini.’ Karena ini hari ulang tahun pemilik bar, sehingga pesta ulang tahun akan berakhir sampai pagi,”

“Yasuko akan tinggal di bar? Mungkinkah dia menginap?”

Ya, itulah apa yang dia katakan,”

“lalu ia harus sudah menyiapkan dengan sudah disiapkan dengan Inage orang tua memenangkan semalam suntuk, dia baru saja bercerai tahun lalu,”

“Dia berkata itu juga, sesuatu tentang ‘Ya, Inage-san begitu dan begitu…’ …AHHH! Sialan! Berhenti menggunakan aku sebagai utusan keluarga pribadimu!”

“Jika kau tidak suka itu, maka berhenti datang ke tempatku untuk makan!”

“…”

“Berapa kali aku sudah beritahu kau jangan abaikan aku?!”



* * *



Itu adalah waktu istirahat yang sangat normal di kelas 2-C. Takasu Ryūji membaca manganya di mejanya dibawah sinar matahari, ketika Aisaka Taiga dengan diam menyedot susu kotaknya dengan ekspresi bosan dan aura yang kelihatan bilang, “Tinggalkan aku sendiri”.

Namun seorang kawan yang sangat pemberani datang dan menepuk Aisaka di belakangnya,

“Hei, Taiga… Apakah sekarang kau punya waktu?”

Dia tidak lain dari kushieda Minori. Jadi dia akhirnya akan melakukan itu, ha? ... Seluruh kelas sekarang menatap di belakang Palmtop Tiger.

"Kenapa muka serius seperti itu... Hei! Minorin?!"

Memakai ekspresi serius tidak seperti biasanya di masa lalu, Minori menarik kerah baju Taiga dan menariknya bangun dari kursinya. Aisaka yang kecil berklaim,

“A, Aku bisa jalan sendiri tanpa kau menarik aku! Aku akan jatuh!”

“Ikuti aku saja!”

Rupanya hanya Minori adalah orang di dunia ini yang mampu melakukan hal seperti itu ke Palmtop Tiger. Jika dia orang lain, mereka akan digigit kurang dari tiga detik. Saat tiap orang menahan nafas mereka, Minori menarik Aisaka di atas tanah meskipun dia adalah sebuah bagian barang dan beritahu ke orang sebelum dia,

“… Kau. Ikut juga!”

“…Ha? … A, aku!?”

Orang yang dia tunjuk tak lain dari Takasu Ryūji. Dia meresa sedikit gembira luar biasa di pangggil keluar… Walaupun dia hanya memanggilku “kau”… Matanya mengedip sedikit di pikir, pikir tidak ada yang lain sungguh dapat beritahu bahwa dia sedang tidak setuju.

Atap sekolah diisi dengan sebuah atmosfir tegang… walau dia tidak dapat dilihat, tapi bagaimanapun juga itu dapat dirasakan.

Hari itu cukup bagus. Awan dengan pelan mengambang di atas dengan cara yang indah.

“M, Minorin…?

“Kushieda?”

Setelah menarik Ryūji dan Aisaka disini, Kushieda Minori membelakangi mereka… Whoosh… Di situasi yang tidak biasa ini, setelan jaket yang dia pakai di atas seragamnya untuk beberapa alasan, berkibar melawan angin.

Ryūji dengan tiba-tiba menekan suaranya dan berbisik ke Aisaka, yang berdiri 30cm dibawah dia,

“Hei… Apa yang terjadi disini?”

“Bagaimana aku tahu?... Ini juga pertama kalinya melihat pandangan Minori seperti itu… mungkin dia sedang marah tentang sesuatu?”

Aisaka melihat sedikit kemurungan dan memiringkan kepalanya dengan tidak nyaman, meskipun begitu dia memutuskan untuk maju kedepan…

Toradora vol01 179.jpg

“U, umm… M, Minorin…?”

Saat dia merenggangkan tangannya keluar, suaranya berhenti. Seluruh dunia kelihatan berhenti juga. Berbalik, Mata Minori terlihat gemerlapan untuk sebentar sebelum dia dengan tiba-tiba melompat di depan Aisaka.

“Wah?!” Aisaka berteriak, melindungi dirinya sendiri dengan tangannya. Apa yang terjadi? Minori dengan diam meluncur lalu Aisaka dan kemudian…

“TAKASU------KUUUUUNNN----!!!”

“WHOA?!”

Minori meluncur hanya beberapa meter di depan Ryūji dan dengan elok berlulut didepan dia.

Debu paling banyak sedang berterbangan dan mengibarkan setelan jaket…

“Aku sekarang mempercayakan Taiga kepadamu! TOOOLOOONNNG----! Jaga dirinya baik-baik!!!”

Dia berteriak dengan suara yang menembus langit.

“… Ha?! Ap…? EHHHHH?!”

Minori membungkuk dengan tangannya di atas tanah, jidatnya menyentuh jari. Ryūji sungguh-sungguh terpesona oleh semua ini, begitu juga Aisaka, yang berjuang untuk menjaga tariknya tertutup.

"Takasu-kun, gadis ini... Taiga, dia teman terbaikku. Dia memang punya benar-benar emosi buruk kali waktu, tapi dia adalah gadis yang sangat baik dan lembut!... Tolong! B, buat dia gembira!!!"

Hik... Semua yang Aisaka dapat lihat Minori sedang menangis. Satu detik telah berlalu... Sepuluh detik... Tiga puluh detik...

Yang pertama menyadarinya adalah Ryūji,

"Kushieda, t, tunggu dulu sebentar... A, apa yang sedang kau bicarakan...?"

"Tolong berhenti katakan itu!"

Minori mengangkat kepalanya dan melihat pada Ryūji dengan ekspresi serius,

"Berhenti menyembunyikan bahwa kau tidak tahu apa pun, oke? Takasu-kun, sudah cukup! Aku tahu semuanya sekarang! Aku akan mendukungmu sepanjang jalan!"

Minori mengklaim bahwa dengan jelas dan ekspresi tekun, ketika menatap langsung pada Ryūji... Ryūji, untuk bagiannya, begitu terpesona oleh kesopanannya yang dia tidak dapat bicarakan.

"... Kau pikir aku tidak pernah melihat? Bukannya kalian berdua selalu jalan ke sekolah bersama setiap hari? Dan aku selalu mengganggu. Aku sudah menuuuunggu begitu lama untuk kau beritahu aku bahwa kalian berdua saling bertemu... Tapi! Tidak peduli berapa lama aku menuggu, kau hanya tidak akan beritahu aku! Itulah kenapa!"

"B, Bukan! B, bukan itu! I, Itu Kushieda, kau mendapatkan semuanya salah..."

"Aku hanya ingin beritahu kalian untuk berhenti sudah mencurigai sekitar! Takasu-kun! Taiga! Aku sudah tahu bahwa kalian berdua saling bertemu! Aku selalu ingin beritahu kau ini!"

Minori menunjuk pada Ryūji dengan jarinya ketika masih berlutut, dia lalu tersenyum dengan gembira dan menunduk dalam-dalam lagi,

"Benar Sekali! Tidak ada yang salah! Takasu-kun, Kau adalah Taiga satu-satunya dan hanya! Aku pasti tidak akan membiarkan seorang pun mengganggu kalian! Jadi tolong yakinlah dan lanjutkan pacaran ok?!"

Bahkan jika kau meminta aku, Aku... Seakan terkena kekuatan besar, Ryūji berlutut letih, seolah jiwanya hendak meninggalkannya.

Shok membuat dia tidak dapat berkata-kata... Meskipun dia ingin menyangkalnya. Aku harus menyangkal ini!

"Tidak! I, itu semuanya salah, Minorin! Kami tidak punya hubungan seperti itu!!! Bisakah kau setidaknya dengarkan kami dulu? Jadi tolong cepat dan bangkit!"

Aisaka melompat di depan Ryūji dan mulai untuk menjelaskan. Ryūji tergerak untuk hampir menangis... Benar, masih ada Aisaka. Dia bisa membantu aku yang tak berguna untuk menjelaskan kesalahpahaman ini. Ryūji jatuh di tanah beton dan dikirimkan pesan tanpa suara ini.

Tetapi...

"Ho ho ho, disini tidak perlu malu. Selamat kalian berdua!"

Minori menepuk roknya dengan lembut seperti pria dan diam-diam melirik melewati bahu Aisaka ke Ryūji ...

"... Takasu-kun, jika kau buat Taiga menangis, Aku tidak akan pernah memaafkanmu!"

Dia mengungkapkan dengan sebuah ekspresi yang sangat serius.

Itu tidak masalah! Tunggu sebentar! Ini bukan apa yang kau pikirkan! Hal ini tidak!!! Ryūji berteriak dari lubuk hatinya, berjuang untuk mengatakan sesuatu, untuk mengulurkan tangannya, untuk menjelaskan kepada Minori yang sekarang berbalik dan bersiap-siap untuk pergi ... Tapi kerongkongannya, tangannya, dan segala sesuatunya lumpuh oleh shok, dan ia tidak dapat menjelaskan itu kepadanya.

Sebelum Ryūji bergerak, harapan yang tersisa bahwa ia bisa mengandalkan untuk menjelaskan segala sesuatu - Aisaka - juga tersingkir oleh garis miring dari pisau. Tubuh kecil tak bernyawa sekarang jatuh ke belakang di depan matanya, dan tetap diam; darah tergagap keluar dan tubuhnya diwarnai oleh merah darah.

"Jadi jadi begitu... Hmm, aku bertanya-tanya apakah kalian pergi keluar bersama-sama! Takasu, Aku baru saja melihat kau jadi aku datang ... Tapi aku kira itu tidak penting lagi. Selamat, kalian berdua! Meskipun aku masih tidak bisa percaya dimana kau tidak pernah beritahu aku tentang ini sebelumnya."

Ini karena Kitamura ada disini juga...

Dia melihat segalanya dari pintu masuk tangga. Dan setelah mendengar pengakuan Minori, dia salah mengerti segalanya serta hasilnya.

Dia mendekati mayat kecil yang tergeletak di tanah, dan memberinya pukulan terakhir,

"Aisaka, aku meninggalkan Takasu dalam perawatan kau. Pastikan kau menghargai satu sama lain. Kalau dipikir-pikir, kalian berdua tentu pasangan yang serasi!"

Maka dua badan tetap tertegun di tanah seperti itu, tidak bisa lagi bangun ...



* * *



"Umm, bolehkah aku, menerima pesananmu..."

"..."

"..."

"... P, permisi, tapi jika kau tidak pesan apa pun..."

"... Beberapa juice bisa..."

"... Buat itu dua. Sama seperti dia..."

"... Minuman, bukan!? Baiklah gelas di sebelah sana, jadi silahkan bantu dirimu sendiri."

Setelah menyelesaikan dialog yang ditunjukkan, pelayan berbalik dan pergi. Namun tak seorang pun berdiri untuk mengambil minuman.

Ini sekitar jam 10 malam, di restoran keluarga sebelah jalan utama. Ada dua mayat sedang duduk di meja bebas rokok dekat jendela...

Meskipun masih bulan April, orang yang besar itu sedang mengenakan T-shirt longgar, jepit rambut yang dia pakai masih di atas kepalanya ketika sedang mencuci mukanya; orang yang kecil itu mengenakan blus kotak-kotak merah dan rok kotak-kotak hijau, di kepalanya rambut panjang seperti mop berantakan.

Keduanya kelihatan sangat menyedihkan dan hancur. Tidak bisa mengatakan sebuah kata, mereka pun tidak berkedip, mereka hanya mengizinkan waktu untuk lewat dengan pelan.

"Bagaimana... bisa... menjadi... seperti ini..."

Yang pertama kali berbicara adalah mayat yang lebih besar Ryuji. Meletakkan sikunya di meja, ia mencengkeram kepalanya dan berbicara lembut,

"A... Apakah sesuatu yang salah? Bagaimana Kushieda Minori mendapatkan ide yang salah..."

Ryūji akhirnya melihat sisi dari Minori yang dia tidak ketahui: seorang gadis yang sangat individualistis, tidak bisa mendengarkan orang lain. Dengan kata lain, dia itu super egosentris. Namun, karena dia adalah teman baik Aisaka, masuk akal kalau dia memiliki sesuatu yang sama dengan Aisaka.

"Untuk Kushieda dari semua orang... Salah paham..."

Dan orang yang disukainya dari tahun pertama tiba-tiba berlutut di depannya ... Sama pentingnya, bagaimanapun, bahwa Aisaka juga mengalami pukulan yang sama seperti dia.

"..."

Aisaka mengalihkan pandangan kosongnya, melihat ke atas dengan tampak sedih sambil duduk dekat tepi sofa. Dia akan tergeser ke bawah jika ia duduk seperti itu. Apakah ini benar-benar Palmtop Tiger? Apakah ini benar-benar Harimau Kelas 2-C yang bisa menendang pria sampai beberapa mil dengan hanya tatapannya? Harimau yang mengaum dengan keganasan seperti itu? Ryūji mulai merasa benar-benar menyesal ...

"A, Aisaka... bertahanlah..."

Ryuji mengulurkan tangannya melewati meja dan menggoyangkan bahu kecil Aisaka, tapi...

"..."

Jiwa Aisaka masih belum kembali.

"Aisaka..."

Menggunakan sisa energinya, Ryūji jatuh kelelahan ke meja. Benar-benar ... mengapa ini terjadi?!

Dia seharusnya sudah terbiasa merasa terluka.

Apakah ia sedang disalahpahami atau memberikan kesan yang salah, ia sudah terbiasa dengan semua ini sejak TK.

"... Ahh, itu dia..."

Ryūji kemudian menyadari mengapa dia begitu terkejut. Bukan karena ia disalahpahami, itu bahkan karena setelah salah paham, malah apa yang ia terima adalah senyum ceria dan kata-kata serius yang mendorong... sebagai akibatnya, ia tidak mampu untuk menjelaskan dirinya sendiri dan itu benar-benar mengapa ia begitu frustrasi.

Aku seperti orang bodoh! Ryūji mengutuk dirinya sendiri. Ini hanya untuk diharapkan ... Meskipun ia tidak pernah benar-benar naksir aku, dan aku tidak pernah benar-benar melakukan apapun untuk memenangkan hatinya. Hanya apa yang saya harapkan?! Mungkin saya bahkan tidak memiliki hak untuk merasa sedih?

Setelah tersisa di negara itu selama beberapa menit, ia mengangkat kepalanya, melihat sesuatu ...

"Ah..."

Suara dua gelas diletakkan di atas meja.

"... Ini punyamu. Aku tidak tahu apa yang kau ingin, jadi, toh... Ini Peach West Indies, ini banyak mengandung vitamin C..."

Aisaka telah diam-diam bangun dari kursinya dan membawa kembali dua gelas besar jus merah. Setelah mengatur gelas di atas meja, ia meluncur kembali ke tempat duduknya.

"... Aisaka..."

Kapan dia mulai bernapas lagi? Aisaka melirilis napas panjang di depan Ryūji. Duduk tegak, ia mengangkat kepalanya dan berkata,

"Maaf, itu karena kita selalu menempel satu sama lain ... Ini semua karena aku selalu ingin melakukannya dengan cara aku yang berakhir seperti ini ... Selalu ingin Ryūji terlibat ... Untuk Master yang tak diharapkan seperti aku, aku tidak punya hak untuk memanggil kau anjing bodoh ... "

Hanya matanya mempertahankan ketajaman biasa. Meskipun ia mengatakan itu, dia tampak kelelahan, dan kilauan di matanya tidak memiliki kilau biasa.

Sebuah batu jatuh di lubuk hati Ryūji.

Aisaka merasakan hal yang sama. Itu karena kami selalu bersama-sama yang mana kami mendapat kesalahpahaman dan sakit! Apakah itu Aisaka atau aku, kami berdua terlibat secara menyeluruh. Dan karena itu, selalu saling berhadapan, selalu bersama-sama ...

Namun ...

"... Ya... Aku tidak... keberatan... kita... bersama-sama..."

Ryūji ingin mengatakan sesuatu, tapi memutuskan untuk menyerah. Aisaka juga terluka di dalam! Itulah sebabnya ... Aku tidak bisa berbicara dengannya dalam suasana hati yang percaya diri ... Kali ini Aisaka berbicara,

"Aku... memutuskan."

Bermain dengan es di dalam minuman dengan sedotan, dia mengangkat kepalanya dan menatap langsung tentunya ke sepasang mata Ryūji,

"Besok, aku akan pergi dan menyatakan cinta ke Kitamura-kun. Tidak akan ada ruang untuk kesalahan bodoh. aku akan menggunakan cara yang paling mudah ... dan menyatakan cinta secara normal."

Meskipun matanya dikhianati ketidakamanan, ia masih menambahkan, "Aku sudah memutuskan."

Yang terengah-engah sebenarnya Ryūji.

"... Aisaka... mengapa... begitu tiba-tiba... Tidak, sekarang kau ampir tidak pernah mengalami kemajuan dengan dia ..."

"Itu benar ada. Tidak ada kemajuan sama sekali, belum lagi ..."

Dia salah mengerti kita, dan aku menyeret kau ke dalam juga... Dia mengatakan itu dengan suara yang sangat lembut,

"... Itulah sebabnya, aku ingin mengakhiri ini."

"Akhir? Apa maksudmu ..."

"Meletakkan akhir kita sebuah 'kebersamaan sepanjang waktu ini'."

Dia menyimpulkan.

Setelah selesai, mata Aisaka berubah jelas, meskipun ekspresi wajahnya tampak dingin seolah-olah dia baru saja jatuh ke dalam kolam air. Ryūji tidak berkata-kata.

"Kau bebas mulai hari ini dan seterusnya! Dalam hal ini, kau dapat melakukan apapun yang kau ingin ... Aku tidak akan melakukan apapun. Jika kau ingin menyatakan cinta kepada Minorin atau apapun, silakan! ... Tidak peduli seberapa pengakuanku besok berakhir, Kau tidak lagi harus mendengarkan aku."

"...!"

"Pekerjaan kau sebagai anjing berakhir hari ini. Mulai Dari besok sampai seterusnya, kita akan kembali ke diri kita yang lama ... kembali ke sebelum surat cinta!."

Sebuah deklarasi emansipasi.

Dia tidak lagi harus mendengarkan ia.

Seharusnya ia senang untuk saat ini!

Bahkan kemudian, Ryūji diam saja.

Ia setidaknya bisa mengatakan "Terima kasih untuk kebersamaannya" atau "Akhirnya, ada waktu untuk merayakan" atau sesuatu seperti itu. Tapi dia diam saja. Bahkan "Hal yang akan kesepian mulai sekarang" ... tidak mungkin ada. Otak Ryūji tak bisa mendatangkan sesuatu, semua yang bisa ia lakukan adalah berpegang pada gelas licin karena es... Meskipun jari-jarinya sudah mulai terasa disengat dinginnya es, meskipun hatinya sekarang sedingin musim dingin.

Namun untuk beberapa alasan Aisaka tersenyum ... dia tersenyum dalam hati. Melihat Ryūji, ia balik matanya darinya dengan malu dan menutup mulutnya dengan tangan sambil menunduk,

"... Ini sangat aneh, mengapa kami berakhir bersama-sama seperti ini, bahkan saat ini? Bahkan ketika kita tidak membuat janji! Dua zombie yang hanya berjalan secara alami akhirnya bertemu di sini ... Makan bersama setiap hari ... Terus saling menyalahkan atau saling bertengkar ..."

Sebuah tawa kecil memancar dari tangan kecilnya, sementara matanya menyipit seperti bentuk bulan sabit. Aisaka benar-benar tertawa, pertama kali Ryūji telah melihatnya tertawa dari hati.

"Aku. .. tidak mau pulang, aku tidak ingin kembali ke tempat itu di mana hanya aku sendiri, makanya aku selalu menerobos ke tempatmu dan bahkan makan di sana, ini benar-benar ... umm, sangat ..."

Aisaka berhenti apa yang dia katakan dan mengangkat bahu diam-diam. Hanya apa yang dia lakukan? Dia menggeser pandangannya dengan santai dan kemudian memejamkan matanya, seolah-olah dengan hati-hati menyegel segala apa matanya telah melihat, sangat lembut, tidak membuat sedikit pun suara.

"Ini ... haha, bagaimana aku harus katakan ini? Tapi ... umm, itu benar, bagusnya aku tidak mati kelaparan. Um, aku benar-benar ceroboh, bukan? Kau lihat aku tinggal sendiri, kan?"

Aisaka mungkin tidak melihat anggukan Ryūji.

"Ini kisah yang kejam aku tidak bergaul dengan baik dengan orang tuaku, dan kami selalu bertengkar. Suatu hari aku berkata" Aku akan meninggalkan rumah ini ', dan mereka hanya berkata ‘Silakan'. Dan kemudian mereka memberi aku apartemen ini ... Sebelum aku menyadarinya, aku sudah berpikir untuk pindah keluar ... Tapi, aku terlalu bangga untuk mengambil kembali apa yang aku katakan ... Dan pada saat aku pindah, aku menemukan bahwa aku sama sekali tidak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga apapun ... Itu menyakitkan, benar-benar! Belum ada satu, belum satu orang yang datang menemui aku... Apa yang benar-benar bodoh adalah bahkan ketika aku tahu orang tuaku orang semacam itu, aku masih bersikeras pindah. Cukup bodoh, ya? Jadi silakan tertawa! Aku tidak akan marah lagi."

Aisaka membuka matanya.

Setelah mengatakan semua itu langsung, Ryūji tahu bahwa bahunya pasti sudah usang.

Apa-apaan ini? Ryūji buat suara menggerutu di dasar tenggorokannya.

Maksudku, apa-apaan ini? Cerita sederhana yang Aisaka katakan ... bukan salah satu cerita keadaan tertinggal yang tragis? Bukankah ini seperti boneka yang ditinggalkan sendirian di istana setelah dibuang oleh raja dan keluarganya?

Tapi Aisaka tertawa, dan sepertinya dia berharap Ryūji akan tertawa bersama juga. Jadi ...

"Heh ... ha ha!"

Itu sebabnya ...

"Heh heh heh! Hahaha! Yeah, itu cukup bodoh ..."

"Sudah kubilang begitu!"

Ryūji tertawa, meskipun hatinya terasa seperti dicabik-cabik, ia masih mencoba sebaik mungkin untuk tertawa dengan gembira dan dengan lembut ... Karena tidak ada yang pernah berharap begitu kuat baginya untuk tertawa sebelumnya.

Ini semua akan berakhir hari ini. Semuanya akan kembali ke bagaimana mereka sebelumnya, dari besok sampai seterusnya - Tidak perlu repot-repot untuk menyapa, kembali menjadi Palmtop Tiger yang tidak ada berani mendekati, kembali untuk punya teman sekelas yang mengerikan dikenal sebagai Palmtop Tiger.

Kalau begitu, maka ia mungkin juga tertawa sekuat dia bisa sekarang, dan dengan hati-hati mengamati senyum lembut terakhir Aisaka di restoran keluarga ini yang dihiasi.

Lalu, aku mungkin juga tunjukkan padanya! Aku yakin dia akan tertawa seperti neraka setelah melihat itu.

"Hahah, oh ya, aku tunjukkan sesuatu yang menarik. Kau tahu siapa ini?."

Itu adalah foto lama yang ia tempatkan di dompetnya.

“Ha? Ah… apakah ini... ayahmu?!”

“Bingo! Kau benar!”

"Pft! Wahahahahahaha!" Sebuah tawa nyaring yang menarik tatapan semua orang sekitar,

"Apa, apa ini? Kau tampak seperti dia! Ahahah! Hei, itu lucu!"

"Lihatlah di sekitar matanya ... kami cocok bukan? Aku dan preman ini!"

"Cukup sudah! Berhenti tunjukkan itu kepadaku! Ahahahahahahaha!!!"

Berkedip dan menahan air matanya, Aisaka berbaring di meja tertawa, memukul-mukul dengan tangannya, menendang liar dengan kakinya. Dia terus tertawa meski suaranya sudah serak. Wajah gangsternya diwarisi dengan sempurna tampaknya yang telah memicu sesuatu dalam Aisaka. Jika fitur warisan yang dia begitu benci ini bisa membuatnya bahagia, maka mungkin itu adalah sesuatu yang berharga setelah semua ini.

"... Aku tidak pernah menunjukkan ke siapa pun foto ini sebelumnya."

"Ha, haha, hei ...! aku rasa aku tidak pernah tertawa sebanyak ini sebelumnya ... Bagaimana kau bisa mengatur mendapatkan gen tersebut?!"

“Itu lucu, bukan?”

"Tentu saja! Ahh! Benar sekali! Sebagai tanda terima kasih karena menunjukkan kepada aku rahasiamu, biarkan aku juga memberitahu kau sesuatu yang menarik sebagai hadiah ... aku akan menceritakan rahasiaku."

"Kau tahu ..." Dia berkata dengan diam-diam, menutupi mulutnya untuk mencegah dia dari tawa yang keluar; pipi Aisaka yang sombong memerah sementara kilauan matanya seperti tukang iseng. Dia memberi isyarat ke Ryūji untuk datang saat ia berbisik ke telinganya,

"... Remah-remah kue itu asin, bukan?"

"Apa?!"

Suara lembutnya mendapat Ryūji berteriak. Bagaimana? Bagaimana dia tahu rasanya seperti apa...

"Heh heh! Sebenarnya ketika aku mengambil kembali kue kering itu, aku melahap satu dengan frustrasi! Kau tahu apa? Mereka terasa mengerikan! Tapi kau bahkan tidak membiarkan aku menghentikan kau, dan kau makan mereka semua dalam satu teguk... dan kau bahkan bohongi aku ... "

Dia tiba-tiba keluar dengan pembukaan rahasia seperti itu.

Saat Aisaka menahan napas, bahkan senyumnya menjadi sedih saat ia mencoba untuk mencari kata-kata yang dia sepertinya telah hilang. Sambil mendesah, dia menunduk dan menutupi ekspresinya,

"Kau ... Ryūji, sebagai anjing, kau anjing yang sangat bodoh Tapi sebagai manusia ... Kau benar! Itu sebabnya ... itu sebabnya aku tahu, jadi mari kita mengakhiri ini ... Kau bukan orang membosankan, hubungan kita, bagaimana aku harus mengatakan... bukan sebagai master dan hamba tetapi sebagai seorang yang sama ... "

"Kau mungkin tidak mengerti apa yang aku katakan pula!" Dia menambahkan.

Tiba-tiba ia berhenti berbicara, ketika ia mengangkat kepalanya lagi, Aisaka kembali dengan ekspresi dinginnya ...

"Aku merasa lapar lagi." Katanya sambil membuka menu, Ryūji melakukan hal yang sama. Mereka berdua memesan steak hamburger. "Steak yang kau buat pasti terasa lebih enak!" Mereka kemudian kembali ke percakapan biasa mereka, dan kemudian berdebat tentang siapa yang harus mengambil minuman - tentu saja yang berakhir pergi itu Ryūji. Dan kemudian ... waktu mereka bersama-sama yang terbatas mulai berdentik pergi setiap menit dan setiap detik ...

Waktu mengalir sama untuk semua orang, tanpa jeda apapun.

Setelah membayar tagihan, keduanya berjalan bersama dalam gelap menuju apartemen mereka.

Ada sesuatu yang magis tentang suhu malam di musim semi, angin berhembus lembut pada kulit, menyebabkan ia gatal. Ryūji tidak bisa memaksa dirinya untuk berhenti berbicara, dan Aisaka juga luar biasa banyak bicara.

Selama berjalan dua puluh menit, Aisaka terus mengoceh... tentang bagaimana ibunya sekarang tinggal di beberapa kota yang jauh, betapa buruknya ibu tirinya, dan bagaimana ia adalah bagian dari alasan Aisaka untuk memilih pindah.

Ryūji berbicara tentang hidup bersama dengan ibunya, tentang betapa miskinnya mereka dan bagaimana mereka terus-menerus diejek, serta orang mengerikan yang terus menguntit Yasuko. Dia juga menyebutkan tentang bagaimana ia sering disalahpahami terima kasih ke berkat penampilan menakutkannya, ia bahkan berbicara tentang hariannya memalukan yang dialami selama masa pubertas.

Ryūji tidak pernah mengatakan kepada orang lain tentang kesengsaraan pribadi, mungkin itu karena Aisaka juga telah bercerita tentang masalah pribadinya ... Apakah aku benar? Meskipun ia tidak menanyakan hal itu karena terlalu intim, tapi itulah yang ia pikir.

Dan kemudian ada hari-hari bahagia, dan mereka meratapi waktu yang berlalu terlalu cepat.

Namun, tidak ada yang bisa menghentikan waktu yang bergerak maju. Ini mengalir perlahan-lahan, dan akhirnya ...

"Ahhh ..., sialan!"

Di bawah tiang listrik di sudut jalan.

Tiang yang tidak beruntung telah menjadi target untuk Aisaka untuk melampiaskan rasa frustrasinya. Whack! Pong! Serangan kekacauan terus berlanjut. Sepertinya dia mabuk!

"Ini sangat tidak adil! ... Mengapa harus dunia ini begitu kejam kepada kita orang kecil!?! Siapa yang dapat memahami bagaimana frustrasi kita?!"

Itu suara tersiksa menggema di seluruh wilayah perumahan yang gelap. Ryūji tidak menghentikannya, dan malah hanya berdiri disamping Aisaka mengangguk setuju,

"Itu benar benar Sial! Tidak ada yang tahu kalau orang dengan penampilan menakutkan seperti aku dan Aisaka juga dapat mengalami depresi!"

"Ahh, ini menyebalkan ... Menyebalkan! Sebal, sebal, aku sangat sebal!!!"

Dia melakukan serangkaian tendangan yang orang normal tidak akan bisa lakukan, lalu terengah-engah dan menoleh tiba-tiba,

"... Hei Ryūji kau merasa terganggu setiap kali kau memikirkan Minorin, kan? Berpikir bagaimana bisa tidak ada kemajuan antara kalian berdua, kan? Dan apa yang harus kau lakukan untuk bersama-sama dengan dia, kan? kau menjadi frustrasi memikiran semua itu, kan?"

"Yeah, mungkin!"

Dia baru saja mulai memikirkan pertanyaan itu setelah memberikan jawabannya. Kalau dipikir-pikir, aku selalu khawatir tentang cara untuk lewati setiap hari damai dengan Aisaka bahkan aku terlalu lelah untuk berpikir tentang siksaan dalam hatiku...

"Lalu, apakah Ryūji pernah ... menangis?"

"... Apakah kau?"

"Ya."


Kesunyian cepat menelan mereka.

Aisaka mengangkat kepalanya dan menatap ke langit malam, bergerak menjauh dari tiang. Dia melambaikan rambut berantakan, memperlihatkan wajahnya salju putih, yang jelas dan halus.

"Aku sudah memikirkan semuanya hari ini ... Apakah aku bisa dekat dengan dia, atau apakah ia sudah memiliki pacar ... Dan, aku sudah pikirkan hal lainnya ... seperti orang bodoh, berpikir banyak, banyak hal ... Mungkin tidak ada yang tahu ... Tidak akan ada yang mengerti aku ... Tidak ada ... "

Suaranya sekarang selembut nyamuk, dan meskipun Ryūji tidak bisa mendengar dengan baik, ia merasa seolah-olah langit malam yang mendung telah diam-diam ditelan oleh suara kesepian.

"... Jika semua orang mengetahui orang macam apa kau berada, mereka pasti akan terkejut!"

Ryūji juga melihat ke arah langit, mencari bulan sambil berkata,

"Siapa sangka bahwa kau pun akan menangisi hal seperti itu? ... Hanya aku, hanya aku yang tahu."

"Tak tahu malu," sindir Aisaka. Dia mendesah saat tatapannya mengembara,

"... Ryūji, kau sama dengan aku! Tidak ada yang mengerti kau, kecuali aku, dan aku cukup tahu itu."

"Apa yang bicarakan?!... Seperti apa?"

"... Meskipun Ryūji terlihat seperti itu, ia bahkan tidak berani berbicara dengan gadis yang paling dia suka, meskipun dia terlihat seperti itu, dia bahkan tidak tahu bagaimana marah dengan siapa pun, meskipun dia terlihat seperti itu, dia jelas bukan tipe menyakiti siapa pun, meskipun dia terlihat seperti itu, dia sebenarnya sangat pandai memasak ... Dan meskipun matanya terlihat begitu menakutkan sehingga tidak ada yang berani mendekatinya, dia sebenarnya orang yang sangat perhatian ... Benarkan? "

"Aku tidak pernah tahu kalau aku begitu tidak bisa diharapkan."

"...Kau bilang itu tidak bisa diharapkan?... Aku tidak berpikir begitu..."

Dalam angin musim semi lembut, rambut Aisaka sedang berkibar lembut seperti kain. Dia memegangi rambutnya dengan jari-jarinya, sambil mengatakan sesuatu yang lembut dengan bibir:

Kau sebenarnya seorang yang sangat lembut.

"Aisaka..."

Apakah aku hanya lelaki baik yang membosankan? Dia awalnya ingin menjawab, tapi dia tidak dapat mengatakan apa pun, karena wajah Aisaka terlihat seperti berputar kesakitan.

"... Aku, aku kebalikan dari kau. Aku orang yang tak berguna., Aku tidak pandai jadi lembut, dan ada banyak hal yang aku tidak tahu ... Atau aku harus katakan, ada saja banyak hal yang aku tidak setuju dengan apa pun! Apa pun yang menghalangi jalanku, seharusnya, adil, enyahlah Semuanya! Semua! Se! Mu! A!... "

Mengangkat pinggiran roknya, dia menjulurkan kaki putihnya dan mulai menendang...

"...AKU... SANGAT... SEBAL... SEKALI...!!!

Dia memberikan tendangan terakhir pada tiang listrik dengan dingin. Ryūji yang ketakutan dengan ledakan emosi tiba-tiba dan mulai mundur. Yikes! Dia menggerutu dan berpikir, selain melindung dari harimau ganas, tidak ada yang dapat dia lakukan.

"Sialan, sialan, sialan! Apanya Palmtop Tiger?! Apakah mereka... Serius memikirkan... Aku tidak akan memberikan apanya???!!! Kenapa?! Kenapa tidak ada satu pun yang mengerti~???!!!"

Bulan kuning muncul di atas mereka, yang dipikir dipanggil oleh lolongan harimau.

Bayangan Aisaka menyiksa tiang listrik memanjang di jalan aspal yang dingin. Ryūji hanya diam menonton, dan kemudian dia pindah jarak lebih dekat dengan cepat, bayangannya memanjang juga. Bayangan mereka menyalip, meskipun mereka sebenarnya tidak berhubungan dengan satu sama lain.

"Semuanya... Setiap, semua, orang... Menyebalkan! ...Minorin bodoh itu!... Kenapa tidak mendengarkan aku?! Sama juga Kitamura-kun! Kenapa setiap orang pasti percaya dia?! Kenapa tidak ada seorang pun mencoba mengerti aku?! Minorin, Kitamura-kun, setiap orang!... Semuanya, orang tuaku pun, setiap orang, A... Aku tidak akan pernah maafkan mereka! Karena, tak seorang pun, mengerti aku!... Tak! Seorang pun! Mengerti aku!"

Aisaka membungkus tiang itu dengan lengannya dan terus memukul dengan lututnya sampai dia tidak bisa bicara lagi. Dia pasti sudah tersiksa sampai menangis beberapa kali sebelumnya, sama banyaknya dia menghambat air mata yang membengkakkan tenggorokannya dan…

"Ugh, Uggghhh...!"

"Hei! Hentikan, kau bodoh!"

Dia bersandar ke belakang, bersiap-siap untuk menggunakan kepalanya… Ryūji berhasil menghentikan jidatnya dengan telapak tangannya pada saat yang tepat. Ini tidak mungkin sebuah jidatnya bisa mengalahkan sebuah tiang listrik!

"Tapi aku masih begitu kesal!"

Dia menangis, sekali ini dengan air mata juga.

Aisaka sekarang masih menjadi anak tak bersalah yang tidak bisa berhenti menangis di malam musim semi. Oh ya ampun! Ryūji sudah memutuskan keputusannya… semacamnya. Walaupun dia tidak mampu melakukan sesuatu luar biasa, dia sedikitnya bisa melakukan sesuatu yang lebih berguna dari pada bicara kosong seperti “Aku tahu apa yang kau rasakan”. Itulah mengapa…

"... Mari aku bantu kau!"

Dia menghirup nafas dalam-dalam, dan semua tenaganya membuang nafasnya.

"INI. SANGAT. MENYEBALKAN~!!!!!"

Seseorang yang tidak terbiasa menendang sesuatu sekarang telah bergabung, dia pun lakukan beberapa tendangan berputar. Menggunakan teknik yng dia pernah lihat di tournament K-1, tendangan Ryūji menggoyangkan tiang listrik dengan keseimbangan yang tidak bisa dibayangkan.

Ryūji dan Aisaka mungkin tampak hina sekarang, menyerang tiang bersama. Ini karena Ryūji memiliki musuh, dan musuh ini adalah seperti batu yang menghalangi di jalan hidupnya, dan Ryūji jelas bisa merasakan ancaman itu berasal. Aisaka juga memiliki musuh ... semacamnya. Musuh yang sama yang berdiri antara dia dan hidupnya benar-benar ada. Ketika Aisaka menyukai seseorang, atau ingin berada bersama seseorang, musuh ini akan muncul dan mengungkapkan beratnya. Mungkin musuh ini dapat disebut "rendah diri", atau "nasib", atau "genetika", atau "lingkungan" atau sebagainya, bahkan bisa disebut "kesadaran diri selama masa pubertas" atau "sesuatu yang tidak bisa dilakukan sendirian ". Musuh ini membawa segala macam nama.

Tidak peduli apa, tidak mungkin untuk mencoba dan mengalahkan musuh ini, dan mereka tidak tahu berapa kali mereka harus melakukan pertempuran dengan musuh tak berbentuk di masa depan. Jika mereka tidak kejam menendang tiang listrik sekarang, mereka mungkin tidak akan mampu untuk melampiaskan kemarahan mereka. Mereka bisa memilih untuk disingkirkan dari dinding atau seprai ... tapi tampaknya ini adalah hari sial tiang listrik itu.

Ryūji memutuskan untuk menolong berdasarkan alasan itu sendiri. Masalahnya bukan seberapa bodoh mereka, atau seberapa begok mereka, atau seberapa bosan mereka, mereka sekarang telah berubah menjadi monster liar yang sedang melawan dengan ganas ketika sedang melolong di malam musim semi.

Musuh Aisaka terlihat terutama lebih besar dan lebih berat dari pada Ryūji... Paling tidak itulah apa yang Ryūji pikirkan. Sekarang aku mengerti. Kau menjadi seekor harimau untuk melindungi dirimu sendiri dari musuh yang tidak terlihat ini. Tiang itu sekarang terlihat tumbuh lebih besar, lebih berat, lebih keras, dan lebih sulit di jatuhkan. Aisaka selalu berharap mempunyai kekuatan untuk melawan muruh ini, itulah mengapa ia harus menjadi harimau Palmtop.

Luar biasa. Pikir Ryūji dan Aisaka yang masih muda, itulah salah satu yang mereka punya pada umumnya. Inilah kenapa Ryūji begitu mengerti Aisaka. Kapan pun dia melihat ia terlihat lelah atau mati kelaparan, dia hanya tidak bisa meninggalkan ia sendiri.

Bukan masalah sebarapa terganggu, atau seberapa sebal dia, kenyataannya dia hanya tidak bisa tinggalkan ia.

"Ryūji, minggir!"

"Kenapa kau ambil pukulan itu dari taman... Whoa!"

Ryuji dikagetkan oleh Aisaka dengan mengakat kepalanya tiba-tiba, dan semua pikiran lenyap dari pikirannya saat melihat wajahnya.

Ada sebuah senyum di wajahnya, sebuah senyum yang pahit. Memandang dengan sengit, Palmtop Tiger menatap pada mangsanya dengan suasana membunuh…

"Ambil ini!"

Suasana yang seperti ini.

Dia berjalan agak jauh ke ujung jalan, dan kemudian mengangkat ujung roknya ...

"Tunggu saja Kitamura-kun! Aku akan menyatakan cintaku pada kau sekaraaaaannnng!!!"

Penonton (Ryūji) menghembus nafas. Setelah sebuah ledakan lari, dia melakukan tendangan melayang dengan waktu yang tepat: Tubuh kecilnya melayang dengan lembut, dan di bawah cahaya sinar bulan, merenggangkan kaki kanannya dan membidik kearah tiang.

"...!"

Ryūji tidak bisa membantu tetapi menutup matanya saat melihat adegan berlebihan seperti ini, dan tidak membukanya sampai ia mendengar bunyi keras mendarat di atas tanah. Ia kemudian berlari menuju Aisaka, yang jatuh di samping tiang diatas bokongnya.

“Bodoh! Kakimu…”

“… Ryūji, lihat!”

"Hmm?"

Aisaka mnunjuk pada tiang yang mencuat ke atas langit. Bagaimana dengan dia? Ryūji berbalik ke wajah Aisaka lagi, dan melihat dia tersenyum penuh kemenangan,

“Tidakkah kau pikir dia bengkok sekarang?”

“Apa?! Itu tidak mungkin! Bagaimana itu bisa bengkok hanya dengan beberapa tendangan…”


Ryūji melirik pada kawat berduri disamping pagar, dan dengan cepat dipenuhi oleh horror,

“… Sialan, dia benar-benar bengkok!”

“Apa ku bilang!”

Ya! Aku menang! Aisaka tersenyum pada dirinya sendiri. Tentu saja, itu mungkin pada awalnya tiang itu sudah bengkok; atau mungkin kawat berduri itu sudah bengkok. Daripada Aisaka menendang keseimbangan tiang itu, mereka berdua kemungkinan hanya kedengaran masuk akal.

Tapi Ryūji percaya dia…

Dia percaya bahwa tiang itu sungguh-sungguh dibengkokkan oleh Aisaka si Palmtop Tiger.

Karena dia tersenyum, habisnya.

“… Buset, apakah itu polisi?”

Mungkin karena mereka terlalu ribut, saat mereka melihat sebuah bayangan hitam sedang mengendarai sepeda menuju arah mereka. Itu benar-benar seragam polisi. Ryūji dengan kebinguingan menoleh ke Aisaka.

“Ini susah, ayo kita pergi dari sini! Ha… apa yang salah? Kau baik-baik saja?!”

Ryūji melihat pada orang begok yang hanya duduk disana tanpa bergerak.

“Ini sakit…”

“Tak mungkin!”

Aisaka masih melihat sangat dipancing dari ketika dia melawan tiang itu. Sekarang dia duduk dengan pinggiran roknya melebar, menggosok lutut kanannya dengan tangan kecilnya. Dia melihat pada Ryūji dengan ekspresi putus asa,

“Aku pikir, aku bias dapat luka ini sewaktu menendang… Ow!”

Mulutnya membentuk sebuah V terbalik. Oh tolonglah! Ryūji menggaruk kepalanya,

“Tidakkah itu jelas?! Jeez… sepertinya sudah bengkak…”

Ryūji berlutut untuk melihat lebih berhati-hati dan menregangkan keningnya. Di bawah cahaya lampu jalan yang redup, dia bisa dengan jelas melihat atas kaki kecil itu, sebuah gumpalan merah di atas kulit putih itu.

“… Tiang itu pasti sangat keras… Ow…!”

“Tentu saja! Benar…”

Ryūji mendesah dengan dalam. Kau tak bisa diharap. Dia kemudian berlutu dengan belakangnya kearah ia… Aku pikir inilah apa yang mereka panggil kesopanan. Dia terlihat menikmati perasaan itu juga.

“Mari, Aku akan bawa kau. Hai, tunggu… UMPH!”

Dia sudah tak sabar untuk membawa dia, tapi dia lupa satu hal: dia adalah Palmtop Tiger. Meskipun rasa sakit di kakinya, ia masih berhasil melompat dengan kekuatan hebat dan mendarat di belakang Ryūji itu. Dia juga memegang erat ke leher Ryūji, menyebabkan dia hampir tercekek.

“A… Aku tidak bisa… bernafas…”

Ryūji dengan kebingungan menepuk tangan Aisaka, yang menekan batang tenggorokan dan pembuluh nadinya, mencoba beritahu dia bahwa hidupnya dalam bahaya.

“Oh tidak, Ryūji! Apakah itu polisi? Kita sebaiknya lari!”

Tidakkah aku sudah mengatakan beberapa saat yang lalu?!... Sejak tenggorokkannya yang tercekik dan tidak mampu berbicara, Ryuji tidak ada pilihan tapi mulai berlari.

Mengambil rute panjang ke sebuah gang yang tenang, Ryūji berlari diam-diam dalam gelap. Mereka datang ke sebuah gang kecil tanpa penerangan. Dalam keheningan nyata, tidak mengatakan sepatah kata pun. Merasakan kehangatan masing-masing, mereka bahkan tidak menyampaikan betapa takutnya mereka merasa satu sama lain.

Ryūji benar-benar membawa Aisaka di punggungnya. .

Dagu Aisaka dengan lembut digosok-gosok dengan cepat memukul pada leher Ryūji itu.

Tanpa bicara, ia hanya menunjuk ke depan ke arah lampu lalu lintas yang nyaris tak terlihat di ujung gang ...

"OW!"

Clang! Suara rendah menghajar gaung; Aisaka memberikan jeritan.

"Apa? Apa yang terjadi?"

Ryūji dengan cepat berhenti dan berbalik untuk melihat Aisaka di punggungnya. Merasa nafasnya sangat dekat, mereka saling bertukar pandang dalam gelap,

"D, disana kelihatan sebuah tanda jalan... dan aku menabrak jidatku ke situ."

"Ap?! Kenapa kau tidak menghindarinya?!"

"Itu terlalu tiba-tiba! Dan aku tidak bisa lihat apa pun dalam kegelapan ini! Tidakkah kau tidak melihat apa pun juga?!... Ouch, sialan..."

"Dimana yang terantuk? Sebelah sini?"

Ryūji mengulurkan tangannya dan menyentuh dahi Aisaka yang terbakar - karena tak ada gunanya untuk melihat dalam kegelapan tersebut.

"...tidak terlihat berdarah, dan tidak ada benjolan... Saya pikir kau akan baik-baik saja."

"Sungguh tak beruntung."

"Ini tidak ada hubungannya dengan untung, kau hanya terlalu bodoh."

"Apa kau bilang?!" Ryūji dengan cepat membawa Aisaka, yang sedang dilindungi dan mengejar nafasnya, dan mulai lari lagi. Saat mereka sampai di jalan umum, mereka tidak lagi jauh dari rumah.

"... Itu bagus kalau kau tidak sakit."

Saat suara peluit polisi dihembus dapat terdengar sampai jarak jauh, orang yang mengendarai di punggung Ryūji mungkin tidak dapat dengar kata-kata gerutunya.

"Kau harus menyatakan perasaanmu besok. Itu akan buruk jika kau menggores wajahmu... Jadi tak apa!"

Aisaka tidak berkata apa pun.

Itu bagus...

Dia merasakan pipi lembut Aisaka menekan di lehernya... mengendarai di punggungnya tanpa beberapa luka. Itu bagus... Sepanjang dia tinggal seperti ini, ini akan baik-baik saja.

Setelah memastikan sepeda polisi tidak mengejar mereka, mereka akhirnya muncul dari gang kecil dan kembali ke cahaya menyilaukan dari lampu jalanan dari jalan utama. Saat mereka berjalan, mereka melintasi jalan kembali ke rumah dengan penumpang setelah pekerjaan hari itu, serta beberapa wanita tua berjalan dengan anjing mereka. Semua orang sibuk dengan cara mereka sendiri, dan tidak repot-repot melihat Ryūji dan Aisaka. Apakah itu komuter, kerah biru, wanita tua, atau kakek tua, setiap orang memiliki musuh mereka sendiri untuk melawan, dan mereka semua mungkin ingin memiliki malam di mana mereka bisa menendang hal yang bukan-bukan dari sebuah tiang listrik. Meskipun alasan mereka tidak melakukan itu karena mereka semua dewasa.

Dengan tiba-tiba, gambar semua orang yang frustrasi mereka keluar pada tiang listrik muncul di kepala Ryūji, dan dia tidak bisa menahan tawa dalam hati, yang Aisaka melihat dan bertanya,

"Apanya yang lucu?"

Aisaka menjulurkan kepalanya, napas-nya mendarat tepat di pipi kanannya Ryūji.

"Tidak ada... Hanya sesuatu yang tak berguna."

"Eh?! Apa ini? Ayolah! Beritahu aku!"

"UGH!"

Lehernya sedang dicekik.

"K, kenapa kau..."

"Karena aku penasaran! Hanya apa kau tertawakan?"

"... Seperti yang aku bilang, tidak ada yang penting, jadi jangan khawatir... Aku... Aku tidak bisa bernafas!"

"Jika kau tidak mau katakan, maka aku akan pastikan kau tidak dapat tenang sepanjang hidupmu."

Serius ... bagaimana bisa orang-orang seperti ini ada? Ryūji ingin tahu sambil menjaga tenggorokannya supaya jelas sehingga ia bisa berdebat dengannya. Sebagai harimau tirani, dia kuat, keras, egois dan menjengkelkan. Hanya sudah berapa kali aku menderita berkat menghabiskan waktu dengannya? Waktu itu, dan waktu itu, dan itu...

Kalau dipikir-pikir... rasa sakit itu tampaknya telah melunak karena aku berpikir lebih tentang mereka. Mungkin tiada emosi di bawah tubuh hangat miliknya sekarang. Bahkan saat kita mendekati blok apartemen yang Borjuis-gaya, dia mungkin tidak akan memiliki perubahan emosi seperti biasanya...

Tetapi...

Lengan tangan yang memegang lehernya tiba-tiba melonggar.

"Kau bisa turun aku disini."

Kata Aisaka, menepuk pundak Ryūji.

Di depan blok apatermen, Aisaka dengan lembut turun dari punggung Ryūji. Punggungnya pun terasa lempang, Ryūji merasa berat itu menghilang, tapi dia juga rasakan kehangatan itu menghilang. Saat semuanya menghilang, Ryūji menoleh ke Aisaka yang sedang berdiri di depan pintu kaca itu.

Dia lalu merasa sakit hatinya seolah-olah sedang diblokir... Jadi ini benar-benar sakit.

"Ini dia, Ryūji. Dan kita baru tepat waktu, lihat!"

Toradora vol01 210.jpg

Dia mengangkat tangan kecilnya dan menunjukkan arlojinya. Kedua tangan di muka arlojinya menunjuk tepat jam 11:59.

"Ahh, aku sangat lelah ... Setidaknya kita bisa pulang dengan damai. Semua itu berakhir hari ini, sekarang. Setelah hari ini, kau tidak akan lagi menjadi anjingku. Masih ada tiga puluh detik tersisa... Hei, apakah kau punya sesuatu untuk dikatakan sebelum itu? "

"... Sesuatu untuk dikatakan.. Apa maksudmu?"

"Kau punya kata terakhir untuk dikatakan sebagai anjing bodohku, kan, Ryūji?"

"... Nah ... tiba-tiba meminta aku mengatakan sesuatu ..."

Berdiri dua meter di depannya, Aisaka tersenyum, setidaknya dia terlihat seperti sedang tersenyum. Dia memiringkan leher kecilnya, seolah-olah mengharapkan Ryūji untuk berbicara. Tapi apa yang bisa aku katakan... apa yang bisa aku katakan...

"... Sepuluh detik... Lima detik..."

Dia tidak dapat mengatakan apa pun.

Angin menghembus keduanya. Aisaka menurunkan tangannya dan berkata,

"Sampai Jumpa."

"Ya... S, sampai jumpa besok! Dan selamat berjuang!"

Itulah semua yang ia katakan.

"Sampai jumpa, Takasu-kun."



Mundur ke Bab 4 Kembali ke Halaman Utama Maju ke Bab 6