Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid6 Bab 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 6 - Serbuan Malam

Bagian 1

Tertimbun didalam tanah, roh kristal api menyala merah.

Kamito dan Milla yang bersembunyi dibalik batu, menghangatkan diri. Tidak seperti api unggun, sebuah roh dengan roh api yang tersegel tidak menghasilkan api atau asap, mudah menghindari deteksi oleh orang lain.

Seharusnya mereka sudah bertemu Claire dan yang lainnya sekarang, namun karena bahaya hutan dimalam hari, mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan secara sembarangan.

Kamito akan baik-baik saja jika sendirian tapi saat ini dia didampingi oleh seorang gadis berusia tiga belas tahun.

"Kamito, apa kamu kedinginan?"

Kembali ke bentuk seorang gadis, Est dengan erat mencengkeran lengannya.

"Ah. Aku baik-baik saja."

Saat Kamito membelai kepalanya, Est menutup matanya dalam kenikmatan.

Meskipun dia masih tetap tanpa ekspresi seperti biasanya, mungkin karena dia tetap pada bentuk pedang untuk waktu yang lama, Est sekarang mencoba menjadi sedikit manja.

"Kamito, begitu hangat..."

Est terus menggosokkan wajah lembutnya pada lengan kamito.

STnBD V06 158.png

Duduk berhadapan dengan Milla yang melempar tatapan dingin pada kamito.

"Kamu membuat roh terkontrakmu melakukan hal semacam ini salama ini?"

"Tidak, ini tidak seperti itu--"

"Aku adalah pedang Kamito. Permintaanmu adalah perintah untukku."

Est mengangguk tanpa ekspresi.

"Aku mengerti. Sebuah paksaan manis dan roh polos untuk memuaskan gairah mu..."

Tatapan Milla menjadi semakin dan semakin dingin.

...Ini tidak bagus. Kesalahpahaman menjadi semakin buruk.

"J-Jadi, kalian berdua pasti lapar, kan? Jika kamu tidak keberatan, bagaimana kalau aku menyiapkan beberapa makanan?"

Kamito mencoba mengubah topik pembicaraan.

"Ya, aku lapar."

"Itu bukan saran yang buruk."

Keduanya mengangguk.

...Mereka berdua, entah bagaimana mereka terlihat sedikit mirip.

Kamito diam-diam tersenyum kecut pada dirinya sendiri.

Lalu beberapa saat kamudian--

Dari belakang batu, aroma lezat datang melintas.

Itu adalah masakan sederhana yang menggunakan roti keras yang Milla bawa sebagai bekal, ditambahkan sedikit irisan daging yang diasapi, sedikit dibumbui dengan beberapa bumbu dan dipanaskan dengan api.

Meskipun begitu, untuk Kamito dan kelompoknya yang sangat lapar, ini sudah cukup sebagai makanan mewah.

"Kamito, cepat dan biarkan aku mencoba itu."

"Apa yang harus aku lakukan pada kamu, Est..."

Tersenyum kecut, Kamito mengulurkan sepotong roti dan meletakkan dimulut Est.

"Ini lezat, Kamito"

Est mengunyah tanpa ekspresi... Dia benar-benar seperti peliharaan yang manis.

"Menyuapi roh eh."

Milla melotot dengan dingin pada mereka.

"Baiklah, kamu tidak harus menjadi formal, hanya makan ini cepat."

Kamito menyajikan roti yang mengepulkan uap dihadapannya.

"...aku tidak akan bisa disuap dengan makanan."

"Aku tidak menyuap kamu dengan makanan, ini hanya ucapan terima kasih untuk menyembuhkan aku."

Milla menerima roti itu dan menggigit sedikit dengan manis.

"...lezat."

"Itu sungguh mengagumkan."

Kamito berseru kecut.

Pemandangan dua gadis manis memakan roti tanpa ekspresi terasa agak janggal.

"Lukamu..."

"Hmm?"

Menelan roti itu, Milla sengan pelan berbicara.

"Penyembuhan yang sangat cepat berkat kemampuan pemulihanmu sendiri, sihir roh ku sebenarnya tidak memiliki efek."

"Ah ya, aku mengerti memiliki bentuk itu adalah sulit untuk sihir roh suci untuk mengambil efek."

Bahkan meskipun dia tidak tahu apa yang menyebabkan itu, itulah apa yaang dikatakan Fianna padanya, jadi seharusnya itu akurat.

"...? Pada kasus itu, bagaimana kamu biasanya menyembuhkan lukamu?"

Milla berseru terkejut, Kamito menggaruk kepelanya, sedikit bermasalah.

"Ah, bagaimana aku harus menjelaskan itu. Salah satu anggota kelompokku adalah princess maiden, umm, dia menggunaan tubuhnya untuk mentransfer sihir secara langsung..."

"...cukup. Pada dasarnya aku sudah mengerti."

Milla menatap Kamito dengan mata yang memandang rendah.

"Jelasnya, rumor tentang teman tim Kamito menawarkan tubuh mereka dalam pelayanan untuk dia itu benar."

"Tunggu sebentar, jangan salah paham."

"Kamito, apa maksutnya menawarkan tubuh mereka dalam pelayanan?"

Est memiringkan kepala tanpa ekspresi dalam kebingungan.

"Est, kamu tidak memerlukan untuk tahu hal yang semacam itu."

"Daripada melalui kat-kata, kamu akan mengajari dia menggunakan tubuhmu?"

"Milla, apa yang sebenarnya kamu katakan?"

Tatapan Milla menjadi semakin dan semakin pedas, Kamito dengan penuh rasa sesal mencengkeram kepalanya.

Bagian 2

Bagian 3