Sakurasou no Pet na Kanojo (Indonesia):Jilid 1 Bab 1

From Baka-Tsuki
Revision as of 21:09, 7 February 2014 by Rizerza (talk | contribs) (→‎Bagian 1)
Jump to navigation Jump to search

Selamat datang di Sakurasou

Bagian 1

Saat dia terbangun, hal yang pertama kali dilihatnya adalah bokong putih yang lebat.

"...Hikari, kau lagi?"

Setelah dia memanggil namanya, Hikari menjawab dengan suara "meong"-nya.

Kanda langsung mengangkat bokong Hikari yang menempel di wajahnya dan beranjak dari karpet abu-abu tempat dia berbaring.

Hikari memasang wajah cemberut saat dia dipaksa minggir, tapi Sorata hanya membalasnya dengan menghela nafas.

"Tragis sekali..."

Sorata menyipitkan mata saat dia melihat ke luar jendela yang cerah, langit di bagian timur serasa terbakar seolah meramalkan akhir dari dunia.

"Bangun tepat di bawah bokong kucing... masa mudaku tragis sekali."

Dengan rasa keputusasaan yang menyelubungi dirinya, Sorata menutup wajahnya dengan tangannya.

"Ya... mungkin mengatakan ini sebagai 'masa muda' rasanya lebih buruk..."

Hikari Si Kucing Putih yang ada di pangkuan Sorata menguap seolah dia setuju padanya, lalu enam kucing lain yang tinggal di kamar berukuran enam tatami [1] ini memulai paduan suara meong, meminta diberi makanan.

Kucing putih, hitam, cokelat, kuning, belang-belang, anggora, dan kucing yang terlihat seperti bule Amerika... kesemua tujuh kucing itu ditelantarkan oleh pemiliknya, lalu dipungut oleh Sorata.

Dia juga memberi mereka nama, yaitu Hikari, Nozomi, Kodama, Tsubasa, Komachi, Aoba, dan Asahi.

Dihadapkan dengan kucing yang merindukan makanan ini, Sorata menanggapinya dengan suara geraman perutnya sendiri. Pesannya jelas, "Tuanmu juga lapar, tahu."

Hari itu adalah hari terakhir liburan musim semi, 5 April pukul 5 sore...

Gedung apartemen berlantai dua dengan kayu yang compang-camping itu adalah asrama milik SMA yang berafiliasi dengan Institut Seni Suimei.

Mungkin pohon sakura besar yang ada di halaman menjadi inspirasi nama bangunan ini menjadi Sakurasou[2].

Semua penghuni berbagi ruang dapur, ruang makan, dan kamar mandi.

Butuh waktu 10 menit untuk berjalan kaki ke sekolah. Ke stasiun terdekat juga butuh 10 menit berjalan kaki.

Dan kamar nomor 101 adalah markas Kanda Sorata, yang baru saja naik kelas menjadi kelas 2 pada musim semi itu.

Sebagai kaligrafi pertamanya dalam tahun ini, Sorata menulis sebuah pesan yang besar di dinding "TUJUAN: Keluar dari Sakurasou!!"

Masalah Sorata saat ini bukanlah mencari pacar, bukan juga untuk menuju Koushien[3]. Tentu saja dia tidak ada harapan mengikuti lomba sampai ke Stadion Nasional atau Soutai[4]. Keinginannya hanyalah pergi dari asrama ini.

Sakurasou sedikit berbeda dari asrama biasa.

Itu adalah tempat untuk rehabilitasi siswa yang telah diusir dari asrama biasa, yang lebih halusnya, dengan kata lain itu sarang bagi murid bermasalah.

Tidak seperti asrama biasa, tidak ada ibu asrama, dan karena tidak ada kantin, para murid harus memasak, mencuci, dan bersih-bersih sendiri. Itu sangat menjengkelkan. Sekolah mengatakan bahwa itu semua mendorong kemandirian, tapi Sorata merasa itu karena mereka tidak dapat menemukan seseorang untuk bekerja di sana.

Sakurasou... namanya saja sudah cukup untuk merusak suatu persahabatan.

Yang lebih menjengkelkan yaitu penghuninya dipaksa membersihkan lingkungan sekolah. Tentu saja mereka harus mengambil sampah dan membuangnya keluar sekolah, tapi ditambah mereka harus berjalan mengitari kampus universitas yang bahkan membutuhkan waktu setengah jam bagi orang dewasa, itu benar-benar melelahkan. Kaki Sorata selalu pegal keesokan harinya.

Dan di asrama memalukan itu tinggal empat siswa, baik laki-laki maupun perempuan, bersama dengan guru pengawas.

Sorata salah satu dari keempat itu.

Musim panas lalu, dia dipanggil langsung oleh Kepala Sekolah dan dipaksa membuat pilihan.

"Kanda Sorata, apa kau mau menyingkirkan kucing itu, atau keluar dari asrama? Pilihan ada di tanganmu."

"Saya lebih baik keluar dari asrama."

Berada dalam usia yang labil, Sorata membalas pertanyaan Kepala Sekolah yang belum selesai dikatakannya. Dan pada hari yang sama, Sorata diusir dari asrama biasa.

Dalam pikirannya, Sorata merasa bahwa dia sudah menuju jalan yang salah saat dihadapkan dengan pilihan yang sulit itu. Dalam perdebatan yang ada di dalam kepalanya, dia memikirkan kesalahannya.

Pada saat itu dia hanya memiliki Hikari, kalau dia menghabiskan waktu berusaha keras mencari orang yang mau memeliharanya, dia bisa menghindar dari suasana asrama yang ribut.

Saat Sorata diledek oleh Mitaka Jin, salah satu penghuni asrama yang sudah lama tinggal di Sakurasou, Sorata terkejut, dan tidak kembali selama tiga hari.

Untuk alasan itu, dia berusaha mencari pemilik untuk kucingnya.

Tapi entah kenapa, bukannya menurun, jumlah kucingnya bertambah menjadi tujuh. Dia mungkin melakukan sesuatu yang salah di sini...

Ya... apa boleh buat, mengingat ke mana pun Sorata pergi selalu ada kucing yang terlantar, dia sampai percaya kalau dia kena kutukan. Dia pernah mencoba mengabaikannya dan terus berjalan, tapi hanya butuh tiga langkah sampai dia terjatuh dan dipenuhi rasa berdosa.

Khawatir melihat Sorata begitu tenggelam dalam pikirannya, Hikari diikuti oleh Nozomi dan Kodama, datang meringkuk kepadanya.

"Kalian jangan sebegitu lengket padaku, aku sedang berusaha mencari pemilik untuk kalian, tahu. Kalian bisa buatku nangis saat aku melepas kalian, dan itu sangat menyedihkan, kalian pasti tidak ingin melihatnya."

Tidak begitu jelas apakah para kucing itu mengerti atau tidak, namun mereka beralih dan mulai mencuci wajah mereka.

Sambil menghela nafas, mata Sorata berpaling pada langit yang merah.

Hari itu adalah hari terakhir liburan musim semi, tapi Sorata sedang kebingungan soal bagaimana mengisi hari itu dengan hal yang bermakna.

Diterangi oleh sinar matahari dan senyum yang kering di wajahnya, Sorata tiba-tiba mendengar suara dari tempat tidur yang ada di belakangnya.

Dia berhenti menutup wajahnya dan mulai berbalik, dan tiba-tiba dia ingat alasannya dia tidur di lantai yang keras itu.

Di tempat tidur yang awalnya disediakan untuk Sorata, tertidur seorang gadis cantik dengan posisi seperti bayi yang masih dalam janin, mulutnya tersenyum seperti mulut kucing, kau bisa menyebut dia seperti Ratu Kucing.

Dia terlihat seperti orang Amerika berambut pendek yang cantik dan sehat, bokong lembutnya terlihat dari rok mini seragam sekolah, dan kau bisa melihat belahan dadanya yang terapit oleh lengannya dari kerah yang tak terkancing.

Kalau hal itu terjadi setahun yang lalu, Sorata mungkin akan menelan ludahnya sambil tertakjub oleh pemandangan itu, lalu dia kehilangan akal sehatnya dan mulai menjerit-jerit.

Tapi, karena sudah terbuang ke Sakurasou lebih dari setengah tahun yang lalu, Sorata tidak lagi terkejut oleh sesuatu seperti itu.

“Kak Misaki, tolong bangun.”

Dengan menahan rasa gelisahnya, Sorata memanggil nama penghuni lain yang ada di tempat tidurnya, yang membuat Kamiigusa Misaki terbangun dan meregangkan badan seperti seekor kucing.

Bajunya pun terangkat, pinggang ramping dan pusarnya pun menjadi kelihatan. Yang lebih anehnya, rambut berantakannya sehabis tidur malah membuatnya lebih menawan. Kalau dia berjalan melewati sepuluh orang di jalan, pasti mereka bakal mabuk kepayang.

Ukuran tubuhnya pun juga luar biasa, dengan tinggi badan 156cm dan berat 46kg, tiga ukuran tubuhnya adalah 87-56-85, sebagai seorang murid kelas tiga, tubuhnya sudah tumbuh seperti orang dewasa. Dengan pesona yang memenuhi kamar, Misaki tersadar dan mengalihkan matanya kepada Sorata.

“~Di masa depan nanti, aku ingin menikah!”

“Di dunia ini sudah menjadi aturan kalau mengigau itu hanya untuk saat tidur saja.”

“~Kalau begitu aku jadi istrinya, dan Junior jadi suaminya. Kau baru pulang dari kerja. Mulai!”

“Kenapa tiba-tiba berubah jadi seperti dialog komedi?!”

“~Selamat datang, sayang. Hari ini kau pulang cepat, ya.”

“Kau serius mau main itu sekarang?!”

“~Mau makan malam dulu? Atau mandi dulu? Atau... ma-wa-shi?”

“Memangnya ini area sumo?!”

“~Ta-wa-shi?”

“Sudah katakan ‘watashi’ saja! Apa kau mencoba menyuruh suamimu membersihkan kamar mandi sepulang bekerja?! Dasar monster!”

“~Kira-kira apa beruang sloth bersemangat saat bercinta?”

“Jangan ubah topik seperti itu!!”

“~Reaksimu lamban, persahabatan kita bisa luntur kalau kau tidak mengikutiku.”

Berbicara dengan nada menggoda, Misaki menunjuk Sorata dan mengedipkan mata, seolah-olah dia sedang menasihati anak yang nakal.

Sakurasou v1 p019.jpg

Bagaimana seseorang bisa sesemangat ini padahal dia baru bangun?

“Tapi ya... selamat pagi. Aku sudah mengatakan ini berkali-kali, tapi... tolong tidur di kamarmu sendiri.”

“~Betina tidak akan mengalah kalau yang jantan malas-malasan.”

“Apa kita masih bicara soal beruang sloth?!”

“~Melihat sang betina tidak puas rasanya menyedihkan.”

“Mereka juga tidak responsif, jadi mereka dan aku sama saja.”

Sorata akhirnya menyerah, dan mulai mengikuti pembicaraannya.

“Baiklah... bisa kita lanjutkan yang kemarin?”

Tapi, Misaki mengabaikan aliran pembicaraan itu dan mulai duduk di depan TV, menyalakan video game dan mengambil controller. Sistem konsolnya pun hidup, dan berbunyi seperti sedang membaca memori.

Sebelum judul permainan muncul di layar, Sorata meraih tombol dan mematikannya.

"~Ahh... apa yang kau lakukaaan..."

Misaki mengembungkan pipinya sambil mengeluh, dia cukup imut juga kalau sedang marah.

Dihadapkan dengan matanya yang agak mengadah ke atas, Sorata bisa merasakan dirinya mulai tersenyum.

Namun dia tidak boleh tertipu.

"Bagaimana dengan beruang sloth-nya?!"

"~Eh... itu membosankan."

"Kau yang memulainya duluan!"

"Namun, ayo kita main game."

"Kau benar-benar memakai kalimat konjungsi yang salah! Dan juga, kita sudah main game tanpa henti sejak kemarin lusa, 'kan?! Selama 36 jam! Mataku rasanya mulai membusuk! Jika aku terkena gelombang elektromagnetik dari layar televisi lagi, kuyakin aku pasti bisa hancur jadi pasir atau garam!"

Alasan Sorata tertidur di lantai adalah karena dia kelelahan sampai pingsan.

Tanpa menunggu lama, Misaki langsung menyalakan konsol video game-nya lagi.

"~Baiklaaah... kalau kau merasa begitu, bagaimana kalau aku melepas bajuku satu per satu setiap kali kau menang? Itu juga bisa merawat matamu agar kembali sehat! Menenangkan pegal di mata! Hal yang menarik untuk mata! Bumbu masa muda! Kau akan menuju tangga kedewasaan! Itulah rantai nafsu!"

"Kalau bicara soal telanjang, 'menelanjangi' kulit bawang lebih membuatku bergairah."

"~Kau pasti berpikir 'Wah! Kurasa aku melihat cairan putih-putih yang keluar!' atau semacamnya, 'kan? Ya tidak ada salahnya, tapi biasanya orang-orang tidak akan terangsang oleh sayuran setelah kelas 2 SMP. Jangan jadi herbivora! Kau harus lahap semua yang ada di depanmu! Saat kau sudah SMA, kau harus banyak makan daging! Daging!"

"~Baiklah Junior, ikutlah denganku menuju dunia hawa nafsu!"

Sambil bicara begitu, Misaki membusungkan dadanya. Dadanya bergoyang-goyang seperti puding di balik bajunya.

Sedihnya, naluri pria Sorata memaksa pandangan dirinya terpaku pada dada Misaki.

Meski begitu, Sorata terus berusaha melawannya.

"Tahu tidak? Dengan rasa tidak tahu malu milikmu, aku benar-benar tidak percaya kalau Kak Misaki seorang wanita lagi! Tolong hentikan! Berhenti bersikap sok imut juga, bisa-bisa aku mulai meragukan semua wanita karena dirimu, sungguh!"

"~Ah... tapi hubungan pertemanan kita sudah semakin dekat! Selamat! Ayo kita rayakan dengan bermain video game sampai pagi!"

"Apa tidak ada hal lain yang lebih layak dirayakan?! Bagaimana kau bisa menyimpulkannya jadi seperti itu?! Kau ini seperti alien! Kembalilah ke planet asalmu!"

Selama liburan musim semi, aku dipaksa bergadang dengan Misaki sampai pagi. Setidaknya aku hanya ingin mengisi hari ini dengan damai dan tenang.

"~Apa itu saja yang ingin kaukatakan?!"

"Jika kau pikir aku sudah selesai bicaranya, kau benar-benar salah! Hei kak, kakak selalu egois! Memangnya kita hidup di negara mana?! Negara Lakukan Apa pun Sesukamu?!"

"~Kalau begitu ayo kita akhiri ini dengan game! Kita mulai pertempuran berdarah sampai salah satu dari kita hancur! Atau pertempuran ini tidak akan berakhir!"

"Tentu saj- Eh! Sudah kubilang aku tidak mau main!!"

Sorata berharap Misaki melototinya dengan ekspresi marah, tapi Misaki malah mengambil memori dari konsol video game dan memasukan kaset putih ke dalam konsol.

"Hmph! Oke, oke! Kalau kau benar-benar tidak mau main, kalau begitu bantu aku memeriksa contoh hasil pekerjaanku!"

Sorata penasaran dengan yang akan dilihatnya. Lalu muncul hitungan mundur pada layar televisinya, kau pasti juga pernah melihatnya dalam film-film lama.

"Ini hasil pekerjaan barumu?"

"~Aku baru mengeditnya kemarin lusa, jadi itu masih baru. Silahkan dinikmati~"

"Tapi bagian hitung mundur itu tidak terasa baru..."

Setelah hitungan mundur selesai, anime asli buatan Misaki pun muncul di layar televisi. Tidak ada suara, musik, maupun bunyi efek spesial karena belum ada pengisi suara untuk anime itu. Meski begitu, animasinya sangat halus, gerakannya sangat dinamis, dan itu sudah cukup sebagai contoh hasil pekerjaan. Dia bahkan mencampurkan karakter 2 dimensi dengan latar 3 dimensi, menyajikan harmoni gambar modern yang sempurna. Karakter dan latarnya juga digambar sangat indah dan cermat. Seiring dengan sketsanya yang memiliki ritme dan komposisi yang unik. dia berani untuk mengatasi adegan yang intens, sulit memercayainya kalau itu hanya dibuat oleh satu orang saja. Tentu saja itu bukanlah hal yang bisa dibuat seorang pemula, itu benar-benar melampaui kualitas animator kelas atas.

SMA yang berafiliasi dengan Institut Seni Suimei (sering disebut Suiko) tidak hanya memiliki kelas biasa yang dimasuki Sorata, tetapi juga ada kelas jurusan musik dan seni yang ditunjukan untuk segelintir golongan elit. Golongan elit ini datang dari seluruh negeri. Mereka harus memiliki nilai yang sangat tinggi untuk bisa masuk ke sekolah yang memiliki tingkat penerimaan yang sulit itu.

Dan Misaki salah satu dari mereka, dia murid kelas 3 di jurusan seni.

Dia satu-satunya murid yang layak menerima beasiswa dalam sepuluh tahun terakhir sejarah sekolah, namun dia juga satu-satunya murid yang haknya dirampas karena keinginannya yang terus menerus memproduksi anime, dan karena itu dia cukup terkenal di sekolah.

"Luar biasa."

Itulah kesan yang mungkin semua orang akan katakan, tapi Misaki tidak menanggapi Sorata. Dia sepertinya sedang sibuk mengimprovisasikan efek suara dan musik dari mulutnya sendiri.

"~Duar! Duar! Wush! Dor dor dor! 'Takdirmu telah datang!' Brak! Brak! Dang! Dang! Dang! 'Kau terlalu naif, semua yang kau katakan itu bohong!', 'A-Apa katamu?!', 'Lepas celanamu dan coba lain kali, bocah!' Bruuuuum! Ta-da!"

Tapi, pertunjukan suara yang diberikan Misaki benar-benar tidak cocok dengan videonya.

Dunia macam apa yang ada di pikirannya?

Misaki berhenti sejenak bersamaan dengan layar yang perlahan menjadi hitam.

Durasi videonya berkisar selama lima menit, tapi mungkin karena begitu mengesankan, rasanya durasinya lama sekali.

"Ternyata banyak yang harus kukerjakan ulang dari yang kukira."

Catatan Penerjemah

  1. Tatami: Tikar yang dipakai sebagai lantai pada kamar tradisional Jepang.
  2. Sakurasou: Asrama Sakura, saya akan menyebutnya Sakurasou.
  3. 'Koushien' (甲子 园):. Koshien adalah lokasi Stadion Koshien, tempat diadakannya Turnamen Basket SMA Tingkat Nasional di Jepang
  4. Soutai: Lomba Olahraga SMA (Di Indonesia ibaratnya O2SN).
Mundur ke Prolog Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Bab 2