Ero Manga Sensei (Bahasa Indonesia):Jilid 1 Bab 1
Ero Manga Sensei (Indonesia): Jilid 1 Bab 1 (60%)
Menilik kembali saat adik perempuanku pulang ke rumah.
Saat itu bulan Maret. Cuacanya bagus dan hangat. Namun, pada hari itu bersalju.
Dia bersembunyi di belakang punggung Ibuku, kepalanya menunduk dan diam-diam melirikku.
Mulai hari ini, dia adalah adik perempuanmu.
Aku menerima permintaan Ibuku, aku tersenyum dan mengatakan ‘Tentu’
Ibu mendorongnya maju kedepan. Dengan agak malu dia maju beberapa langkah, menunduk, dan berbisik.
“Senang bertemu denganmu, Onii-san”
Setelah itu, aku jarang bertemu dengannya.
Bab 1
Suatu hari di bulan April, aku sedang membuat makan malam di dapur. Tiba-tiba terdengar *Bang*! Plafon rumah tergoyang sedikit.
“Tunggu sebentar”
*Bang bang bang bang*
“Iya iya! Ini sudah siap kok!”
Aku memegang panci panas dengan satu tangan, dan satunya memecah telur lalu kumasukkan ke atas panci.
*Zzzzzhhtttttt* Aku mengambil telur lain dan mendesah,
--- Sungguh merepotkan.
Untuk mengerti apa yang terjadi di sini, kalian harus tahu tentang kami.
Namaku Izumi Masamune. Lima belas tahun. Kelas satu SMA.
Adik perempuanku bernama Izumi Sagiri. Dua belas tahun.
Saat ini, entah kenapa, aku hidup hanya berdua dengan adik perempuanku.
Dia merupakan satu-satunya keluarga yang aku miliki sekarang. Dia jarang meninggalkan kamarnya --- dalam kata lain, hikikomori [1]. Tentu saja dia pun tidak pergi ke sekolah.
Bukan hanya itu, bahkan dia tidak membukakan pintu untukku – kakaknya sendiri, sebagai orang tua yang menjaganya.
Aku pikir hikikomori sudah tidak ada lagi.
Dia orang yang sangat suka kebersihan, tapi jika aku tidak pergi keluar rumah, mungkin dia tidak akan mandi.
Percakapanku dengan adikku hanyalah kejadian itu – suara berisik dari atas plafon.
Yap, benar-benar merepotkan.
Meskipun demikian, aku juga punya permasalahan sendiri. Tapi, sejujurnya mungkin hal itulah yang membuatku bermasalah.
“Bagus, sudah selesai”
Telur goreng dobel di kedua sisi dengan tomat dan daun selada – sepiring salad. Bumbu penyedap yang aku gunakan hanyalah sedikit garam karena aku tidak yakin dengan cita rasa adikku.
“Makan malam seperti biasa”
Setelah satu tahun, aku selalu membuat makanan ini. Aku meletakkan semuanya di atas piring dan kubawa menuju kamar adikku. Melewati lantai pertama yang kosong, lalu menaiki tangga.
Tiap langkah, lantai yang kuinjak mencicit. Ini merupakan bel makan malam untuk adik perempuanku.
Hidup hanya berdua, rumah ini terlalu besar untuk dua orang.
Di pintu kamar adik perempuanku – si hikikomori – ada cap tulisan dengan bentuk menyerupai hati bertuliskan “Sagiri”.
Dengan lembut aku mengetuk pintu.
“Sagiri, ini makan malamnya.”
Aku menunggu.
Satu menit yang sunyi ~ lalu aku menaruh piring di depan pintu.
“Makanannya kutaruh di sini, selamat makan.”
Sudah tak terhitung ketika aku menggaruk pelipisku dan mendesah. Lalu aku mengambil selembar kertas dan bolpoin dan mulai menulis.
Aku menulis pesan di kertas dan kutaruh di samping piring – hari ini juga begitu, aku melakukan hal tersebut untuk berkomunikasi dengan adik perempuanku.
--- Keluarlah, aku ingin melihatmu.
Itulah satu-satunya keinginanku.
Satu tahun yang lalu, aku bertengkar. Tentu saja itu hanya perumpamaan.Tapi, jika kalian bertanya terhadap apa aku bertengkar, yah...
Terhadap adik perempuanku yang menolak untuk keluar dari kamarnya. Terhadap pengasuh kami yang baru saja datang. Saat masih murid SMA – seperti itulah pertengkarannya.
Kami bukanlah kakak adik yang terjalin oleh hubunga darah. Kami hanya anak yang mengikuti orang tua kami saat mereka menikah lagi. Lalu mereka meninggalkan kami untuk berbulan madu.
Tidak peduli bagaimana aku melihatnya, mereka bertingkah seperti pasangan siswa SMA yang sedang dimabuk cinta. Bagian selanjutnya aku agak lupa, jadi kita lewati saja. Singkatnya, saat ini, kami kakak beradik yang hanya tinggal disini.
Setelah itu... adik perempuanku satu-satunya bersembunyi di dalam kamarnya... dan tidak pernah mencoba berkomunikasi dengan orang lain lagi.
“Apa yang kau lakukan?”
Aku berbisik, tidak yakin apakah aku bertanya pada diriku sendiri atau pada adik perempuanku. Mungkin dua-duanya.
Seusai makan malam, aku kembali ke kamarku di lantai pertama dan duduk di depan meja.
“Hmm, saatnya bekerja.”
Aku memulai membuka laptop berukuran B5. [2]
Sekarang aku bekerja sebagai novelis profesional. Bahasa gaulnya, kalian bisa memanggilku penulis light novel. Sewaktu tahun pertamaku di SMP, aku mendapatkan hadiah di perlombaan menulis light novel. Sejak saat itu, selama tiga tahun, aku bekerja dan pergi ke sekolah di waktu yang sama.
Hal itu termasuk jarang bagi penulis yang masih duduk di bangku SMP, jadi tidak orang yang lebih muda dariku di bidang ini.
Karena aku mendapatkan hadiah dari usaha pertamaku, ada banyak permasalahan dan penderitaan yang dialami penulis lain yang tidak aku mengerti. Saat itu, aku berpikir ‘Aku orang genius’ dan agak sedikit sombong. Meski begitu, kepercayaandiriku yang dusta segera hancur.
Sekarang, yang hanya aku pikirkan adalah ‘Hanya keberuntunganku’.
Bolpoinku bernama Izumu Masamune. Seperti nama asliku.
Aku merahasiakannya dari keluargaku dan teman kerja yang membantuku. Demikian pula dengan teman sekelasku, bahkan mereka tidak tahu ada seorang pengarang di SMA sepertiku.
---Hingga...
“Apa yang akan terjadi jika aku terekspos?”
Aku bergumam dengan rasa risau.
Ini karena kemarin, untuk pertama kalinya aku mengikuti ambil bagian suatu event. Event autograf [3] pertama setelah tiga tahun aku berdebut.
Aku akan merasa sangat malu jika teman sekelasku mengetahuinya, jadi aku selalu menolak event seperti itu. Tapi, kemarin merupakan kasus yang istimewa.
Bulan kemarin, aku menulis novel tentang pertarungan dengan kekuatan spesial. Setelah itu, akhirnya aku menetapkannya sebagai waktu bagi ‘Izumi Masamune’ untuk muncul di hadapan publik.
Itulah sebabnya, kemarin, aku pergi ke sebuah tempat di Ikebukuro, Sunshine.
Disana menyenangkan.
Meski awalnya aku takut akan pengagumku, segera aku menyesuaikan diri. Bagaimanapun juga, hal ini merupakan kesempatan jarang untuk melihat bagaimana karyaku diterima oleh masyarakat.
Menyenangkan! Aku sangat bahagia! Benar-benar bahagia! Aku sangat menyukai karakter ini – seperti itu.
Bisa mendengar langsung penggemarku begitu memberikanku dorongan percaya diri dan keberanian yang sangat besar. Itu seperti seluruh jendela baru terbuka di depan mataku. Aku sangat bersukur kepada editorku yang berkata padaku untuk melakukan ini.
Sejauh ini, semuanya berlangsung baik-baik saja.
Tapi tetap saja, setelah acara autograf selesai, aku memerhatikan satu hal.
Setelah penggemar Izumi Masamune bertemu dengannya, niscaya mereka akan membicarakannya di internet.
Meski ini hanyalah event penanda tanganan dan dilarang mengambil gambar, fakta aku masih murid SMA akan terbongkar sewaktu aku bicara dengan mereka. Karena nama bolpoinku juga sama dengan nama asliku, ada resiko kalau ada seseorang menemukan kalau aku Izumi Masamune, seorang murid SMA.
Gawat. Benar-benar gawat.
Jika seseorang di sekolah memanggilku ‘Izumi-sensei’ atau lainnya, mungkin aku akan mati dengan keadaan malu.
Itulah sebabnya ----
Aku tidak mencoba mencari namaku sendiri di internet.
“...Ha...fiuh... tenang.....”
Aku mengelap keringat di keningku.
Aku mengingatnya sewaktu debut pertamaku, aku pernah membuat kesalahan sekali. Setelah itu, benar-benar trauma yang buruk sehingga aku berjanji tidak akan pernah mencari nama bolpoinku atau novelku.
Dulu, jiwa psikologisku terserang sangat hebat, bahkan sampai sekarang, aku masih bermasalah ketika memikirkannya. Jadi aku sangat terkesan oleh pengarang itu yang bisa dengan santai membaca semua ulasan tentang karya-karya mereka.
Berganti topik yang lain. Dibawah pengetahuan yang tangguh tentang betapa berbahayanya tindakanku, kemarin aku mulai mencari-cari tentang event autograf.
“Hm...”
Lalu aku browsing <ada plihan kata selain browsing?> berbagai macam blog dan membaca komentar mereka.
“Tadi menyenangkan bisa berbicara dengan Izumi-sensei”
--- Tidak tidak, justru bisa melihat pembacaku mempunyai waktu yang baik, akulah yang merasa senang. Hm, disini bilang “Izumi-sensei sangat muda, ya, seperti yang ledenda bilang”
--- Hm? Legenda apa?
---- Fiuh... Semuanya berjalan baik...untuk sekarang.
Aku menepuk perlahan dadaku dan mulai membaca tentang kesan dari event ini.
Sejauh ini, tidak ada yang terlihat tidak normal...
Hanya saja, saat aku memikirkannya, ada sesuatu yang menangkap penglihatanku.
“Ugh.”
“Tanda tangan Izumi-sensei sangat sulit dibaca.”
“Ughhhhhhhhh”
Aku menjerit.
“Ahhh... ahhh....”
“Tulisan tangan Sensei juga sangat jelek~~”
“Wow...”
“Betul, benar-benar jelek.”
“Sangat jelek.”
“Dimana sih dia mendapatkan pelajaran sekolah dasar?”
“Ughhhhhhhhhhhhh.”
Ada batasnya tentang berapa banyak kata-kata pedas yang kalian berikan padaku. Ini merupakan hal paling buruk yang pernah aku lihat.
*Tap tap tap*
“Blog sialan! Bukannya aku memilih tanda tangan itu! Dari awal aku memang tidak pernah berlatih tanda tangan! Bagaimana aku bisa tahu apa yang harus aku lakukan ketika kalian tiba-tiba menyodorkan selembar kertas padaku yang berisi restumu? Aku penulis, bukan artis, bodoh!”
Aku mengetik dengan marah menggunakan keyboardku.
Lalu---
--- *Bang*
Adik perempuanku menghentak-hentak atap, memberikan tanda protes “Berisik!”
Kamarnya tepat di atas kamarku.
"....Yaa... yaa... yaaa..."
Aku memandang plafon dan menggigit bibirku.
Itu dia! Itulah sebabnya aku membenci internet! Aku benar-benar ingin menangis!
Seandainya itu komentar tanpa nama pun, mereka harus tahu apa yang boleh dan yang tidak boleh dikatakan.
Ingat baik-baik.
*Tap*
Tetesan air mataku berlahan jatuh di atas laptop.
Sekarang pukul 7 malam. Bermaksud membeli buku untuk mengubah suasana hatiku, aku pergi ke toko buku Takasago. Toko buku merupakan toko yang berusaha sendiri. Mempunyai dua lantai. Meski tidak terlalu besar, namun mempunyai jumlah light novel yang cukup dan suasana yang nyaman.
"Benar-benar... berlebihan. Hal ini normal di internet,"
Yang mengatakan kalimat itu sambil tersenyum sinis adalah pelayan toko buku ini, Takasago Tomoe. Perempuan berambut hitam panjang dengan penampilan khusus dan dia juga feminim.
Menggunakan celemek, dialah teman sekelasku dan satu dari beberapa individu yang tahu kebenaran tentang Izumi Masamune.
Tiga tahun yang lalu, sewaktu aku membuat debutku, aku tertangkap basah oleh ayahnya karena tingkah lakuku yang mencurigakan. (Sebenarnya aku hanya melihat-lihat jika ada orang datang dan membeli bukuku). Itu merupakan kenanganku yang paling memalukan.
Setelah itu, aku menjadi temannya.
Saat ini, sedang waktunya istirahat. Kami ngobrol di dalam ruangan pegawai.
"Benarkah? Itu normal? Kalau begitu..."
"Yap. Penulis. Artis. Sutradara anime. Semuanya juga sama mengertinya. Yah, pikirkan saja sebagai pajak nama baik, namun jangan terlalu dipikirkan."
"A..aku tidak seterkenal itu."
"...masa sih?"
Aku pikir kau agak terlalu optimis.
Sayangnya, itulah kebenarannya.
Karena kecepatan menulisku sangat cepat, nama baikku hampir tidak berubah sejak debutku. Setelah cerita ketiga dari Izumi Masamune keluar, aku menjadi penulis yang terkenal. Setidaknya, aku tidak pernah mengakhiri cerita di tengah jalan, jadi aku menganggap diriku loyal dalam karyaku.
Karena kesuksesan yang tak terduga dari buku-bukuku, novel 'Si Serigala Perak' menjadi yang pertama dicetak.
"Jangan dipikirkan terlalu berat. Komentar kecil tidak akan berimbas pada apapun."
"Bagaimanapun juga, perkataanmu terdengar lebih buruk dari mereka."
"Ahaha. Hei..."
Tomoe mengeluarkan smartphone-nya [4], mengeklik sesuatu lalu berkata:
"Aku baru saja melihat-lihat. Ini, bukankah itu blognya ilustratormu?"
"!"
Kedua mataku terbelalak.
"Benarkah? Itu nyata?"
"Yap."
"Perlihatkan padaku."
Ini, ini nama pena, 'kan?
Tomoe memperlihatkanku nama blog itu.
'Blog Eromanga.' Hanya mendengar dari namanya, kalian mungkin berpikir blog ini bertujuan untuk memperkenalkan komik mesum atau apa.[5]
Ilustrator Aktif. Nama bolpoin datang dari sebuah pulau. Tidak ada hubungannya dengan ero manga.
".... Ini nyata...."
Eromanga ini merupakan ilustratorku saat ini. Dia bekerja denganku sejak debutku, jadi aku sangat bersyukur. Setelah tiga tahun bersama, aku merasa 'kami ini tim yang baik', namun---
"Wow wow wow! Sedang apa dia?
Orang yang mencelaku adalah dia!
"Masa-san, apau kau pernah bertemu Eromanga-sensei?"
"Tidak! Kami hanya saling kontak lewat editor kami!"
Faktanya, bahkan aku tidak tahu orang ini pria atau wanita. Yah, karena dia selalu menampilkan ilustrasi yang moe, kemungkinan dia seorang pria.
Seorang ilustrator yang diangkat oleh editor, jadi normalnya kami tidak langsung saling berhubungan. Bahkan setelah tiga tahun, bertatap wajah saja tidak pernah.
"Emm... apa itu artinya dia membencimu?"
"Hei! Maksudmu ilustratorku sendiri membenciku?"
"Bukankah itu memang benar? Aku merasa dia sangat marah padamu."
"Masa....?"
Tapi kenapa? Apa aku melakukan sesuatu yang menyinggung perasaannya?
Ketika kami baru bekerja bersama, aku pernah mengomel 'Apa-apaan dengan nama bolpoin mesum itu'. Apa dia mendengarnya? Tunggu tunggu... dengan nama seperti 'Eromanga', siapa saja akan membuat hubungan itu.
"Jika dia membenciku, aku harus meminta maaf... tapi bagaimana melakukannya, ya..."
"Jangan tanya aku, aku pun tidak tahu.", sambil mengangkat bahunya.
"Tapi tetap saja, menurutku itu hal aneh kalau setelah tiga tahun bekerja bersama, kalian berdua benar-benar tidak tahu sama lain. Bukankah editormu mengatakan sesuatu?"
"Yah, bahkan di antara jajaran editor, tidak ada yang pernah bertemu Eromanga-sensei. Dia melakukan pekerjaannya via internet. Kontrak yang mengikat merupakan permintaannya untuk merahasiakan identitasnya."
"Wah, gaya yang aneh."
Tomoe blak-blakan mengungkapkan pendapatnya. Aku mengerti dengannya. Aku juga mempunyai situasi tersendiri, jadi mungkin ilustratorku juga demikian.
"Apa kau pernah mencoba mencarinya Eromanga di internet?"
"Sudah. Tapi hasilnya menuju ke situs Eromanga."
Itu hal normal.
"Kalau dipikir-pikir lagi. Bagaimana tentang menambahkan nama bolpoinmu, atau judul novelmu pada kotak pencarian?"
"Apa menurutmu aku ini orang yang akan mencari nama dan novelnya sendiri?"
"...~ Ah, benar juga. Kau seperti orang yang berpegang teguh pada suatu prinsip."
"Tepat. Jadi, aku sangat bahagia jika kau dapat mencarikannta untukku."
"Ya ya~."
Tomoe mulai membuka smartphone-nya lagi.
"Kau bilang sudah mencari, tapi sebenarnya baru aku yang mengakses blog ini. Terlepas dari ilustrasi, disini ada hal-hal lain."
"Seperti apa?"
"Seperti.... kebanyakan video yang di unggah, sih."
"Unggahan video? Tapi bukankah dia ilustrator?"
Video apaan sih yang dia unggah?
"Contohnya, streaming video secara langsung... seperti itu...?" "Emm ~ Aku tidak mengerti."
"Ah, lihat Masa-san, ini berita terbaru. Hari ini Eromanga-sensei akan menayangkan tayangan langsung lagi. Kau ingin menontonnya?
Demikianlah di 'Tokobuku Takasago', aku telah membeli beberapa light novel terbaru. Salah satu peraturanku adalah jangan pernah membeli buku lewat internet, jadi aku mencari tempat lain untuk mencari buku. Itu sangat tidak nyaman.
Aku membuka jendela rumahku, peuh dengan kegembiraan.
"Aku pulang~."
Tidak ada respon seperti biasa. Tapi, sama sekali aku tidak keberatan. Aku berteriak di tangga.
"Sagiri ~ jika sudah selesai makan, pastikan piringnya diluar kamar.
Lalu aku kembali ke kamarku dan menyalakan laptopku.
"Video streaming secara langsung.... ini dia!"
Setelah bincang-bincang dengan Tomoe, ledakan keanehan kepada 'Eromanga-sensei' muncul di pikiranku. Meski sudah tiga tahun yang lalu, aku terlalu cepat menyerah tentang dia, tapi...
Seperti apa dia? Seperti apa suaranya? Apa yang dia sukai?
Apa yang dia pikirkan tentang novelku?
Aku menggerakkan mouse dan melihat-lihat blog tersebut.
Sepertinya blog ini sudah lama dibuat, disitu juga tertulis demikian. Selain dari komentarnya tentang tanda tanganku, terdapat banyak hal di blog itu yang membuatku marah.
"...Kuh"
Aku menjeda karena video sudah mulai.
Saat baru saja mulai....
Awalnya, di layar hanya ada warna hitam.
--- Dalam kata lain, Eromanga-sensei akan segera muncul.
Tapi, berlawanan dari dugaanku, layar malah menampakkan pemberitahuan berwarna merah muda bertuliskan "Pembicaraan dengan semua orang ketika menggambar ilustrasi'.
[Stand by] [Waiting] [6] Lalu layar bergerak dari kanan ke kiri.
"Akan dimulai... Kira-kira dia seperti apa, ya?"
Tatapanku tertuju pada layar. Lalu ada suara kecil terdengar saat melewati pemindah suara.
"Halo! Selamat malam, semuanya. Hari ini aku akan menggambar sambil berbincang-bincang dengan kalian. Salam kenal."
[Aku menyukaimu Ero-sensei!]
[Aku menyukaimu Ero-sensei!]
[Salam kenal Ero-sensei.]
[Aku menyukaimu Ero-sensei!]
"Aku, aku tidak tahu ada sesuatu seperti itu."
[Ini lagi.]
[Ada apa dengan nama bolpoinmu, sensei?]
[Kau memilih nama itu karena kau ingin menggambar ilustrasi ero, 'kan?]
"Sudah kukatakan bukan seperti itu! Kalian selalu memanggilku Ero-sensei ini Ero-sensei itu!"
[Benar benar]
[Aku mengandalkanmu, tunjukkan pada kami ilustrasi ero-mu, sensei!]
Sepertinya -- inilah cara dia menyapa penggemarnya.
Hmhm... secara langsung berkomunikasi dengan para penggemarnya.... Aku iri
Aku membayangkan diriku melakukan hal tersebut -- tetap saja, direkam saat aku menulis novel... Aku bertaruh pasti akan sangat membosankan.
"Akan kukatan dulu, hari ini tidak ada ilustrasi ero."
Layar berubah menjadi lautan ilustrasi. Lalu bolpoin digital muncul.
Meskipun begitu, tidak orang yang melihat Eromanga-sensei.
"Hari ini, aku ingin memperlihatkan pada kalian ilustrasi ini - Dari karya milik Izumi Masamune yang berjudul 'Reinkarnasi Si Serigala Perak', salah satu heroine utama, [7] Akaiusagi-chan! [8] Dia adalah tokoh favoritku. Meski di jilid ke-tiga, Izumi-sensei tidak menghidupka dia lagi."
Ah, maaf.
Aku mengatakan maaf di dalam kepalaku. Jadi Eromanga-sensei menyukai tokoh perempuan ini. Aku ingat kalau ilustrasi untuk tokoh ini membutuh waktu yang lama.
Apa mungkn dia marah karena alasan tersebut?
"Izumi-sensei memang berlebihan. Perempuan imut seperti ini, namun Izumi-sensei malah membunuhnya. Padahal tokoh ini seperti anakku!"
Saat marah-marah kepadaku, bolpoin digital terus bergerak.
Tidak, tunggu! Sebentar! Apa boleh buat! Ini novel tentang pertarungan!
Seharusnya kesebalanmu kau lemparkan ke Kinshishi [9] yang telah membunuhnya. (Raja terakhir di jilid 3)
"?"
Eromanga-sensei mulai mewarnai Akaiusagi sambil menyenandungkan sebuah lagu.
... Hm ~ jadi begitu ilustrasi dibuat.
Benar-benar tidak seperti yang aku bayangkan.
Kursor terus bergerak. Seandainya kalian melihat layar, kalian tidak akan mampu mengikutinya. Bukan hanya itu, kadang kala bolpoin digital dan mouse bergerak pada saat yang sama. Keahlian seperti sihir yang hebat.
Sebenarnya, tidak peduli apapun pekerjaan itu, selama bisa berada di tingkat profesional, orang yang menemukannya dengan mudah akan dapat menikmatinya.
Setelah beberap saat, topik berubah menjadi 'Event Penanda Tanganan oleh Izumi Masamune'.
"Oh iya, berdasarkan rumor tentang acara perayaan 'Serigala Perak', saya minta maaf, saya tidak bisa ikut. Karena aku tidak mengizinkan identitasku tersingkap. Jadi tolong biarkan Izumi-sensei mengatahuinya."
[Ada apa? Apa kau lolicon?] [10]
[Apa legendanya benar? Izumi sensei benar-benar siswi cantik sekolah dasar?]
"Diam. Aku juga tidak pernah melihat langsung Izumi-sensei, jadi aku tidak tahu!"
Orang yang mengataka kalau dia lolicon hanya tersenyum sinis. Mungkin seseorang akan merasa rumit jika ini memang benar, tapi aku terharu. Hal ini merupakan sesuatu yang benar-benar hebat.
Biarpun begitu, orang yang mengatakan kalau aku siswi SD yang cantik... mungkin hanya mencoba menggodaku.
Namaku jelas-jelas nama laku-laku... bagaimana bisa mereka berkesimpulang begitu?
"Tapi tetap saja, aku mendengar kalau tanda tangan Izumi-sensei juga sangat jelek."
[Yap, sangat sangat jelek.]
[Seperti gambar yang jelek.]
Kalian diam saja! Seadainya itu benar, kalian tidak punya mengatakannya!
Sialan! Jika aku bertemu dengannya, niscaya aku akan memberikannya pelajaran!
"Jadi, sudah selesai~?"
[Kerja bagus Ero~]
[Wooaaahhhh.]
[Terima kasih atas kerja keras.]
[Hari juga sangat menyenangkan]
[Imutnya.]
Banyak komentar yang muncul. Ya, itu benar-benar ilustrasi yang bagus.
[Kali ini, bolehkah aku menyimpannya sebagai wallpaper, sensei?]
"Tentu ~ silakan~ Terima kasih telah menonton~"
Ilustrasi telah selesai, tapi video streaming masing berjalan. Mungkin saatnya ngobrolnya.
"Fiuh ~ Setelah berbicara banyak, aku sangat lelah."
Eromanga-sensei mengeluarkan nafas.
"Tiap kali aku siaran video langsung, ilustrasi selalu bagus."
[Ilustrasi Kinshishi juga bagus.]
[Semunya oke, kok.]
[Bagaimana dengan beberapa tokoh anime sekarang?]
"Hei tunggu, kalian terlalu banyak permintaan! Sebentar!"
Sunyi, lalu layar komputer yang tadinya penampilang terhenti. Tidak lama kemudian muncul seseorang menggunakan topeng tokoh anime dan headphone.
[Wow wow]
[Nice][11]
---Hmm, jadi dia mengalihkan kamera. Yang berarti itu adalah Eromanga-sensei.
Tidak seperti siaran televisi pada normalnya, apapun yang dia tentukan pada kita adalah acak, tapi bukan hal yang buruk, sih.
Dia menggunakan topeng tokoh anime, dengan mantel besar dan topi - aku tidak bisa memastikan seperti apa dia sekarang. Tapi meskipun ruangan gelap dengan gambar yang buram, bisa aku anggap kalau dia lebih pendek dari yang aku duga.
[Eromanga-sensei mengambil majalah anime dan membalik ke halaman ranking tokoh terkenal. Tentu saja tidak ada tokoh dari ceritaku.
"Ambillah satu gambar disini. Ah, jika memungkinkah, pilihlah seseorang yang aku suka. Aku sarankah seperti itu."
Lalu muncul berbagai permintaan di layar. Eromanga-sensei dengan senang ngobrol dengan semua orang -- tapi aku tidak ikut bergabung.
"..........."
Karena sekarang bukan waktu yang tepat.
"..........."
Percapakan menggembirakan ini sama sekali tidak masuk ke telingaku. Aku diam, dan hanya fokus pada video yang buram ini.
"................. Apa?"
Aku memandang jauh di belakang punggung sensei, di kamar - aku bergumam.
Disana -- tergeletak makan malam yang aku baru buat untuk adik peremupanku.
"Haaaa!?"
Satu menit menit berikutnya, aku tersadar dan jujur saja menggelengkan kepalaku.
Video streaming masih berjalan. Di layar laptopku ada seseorang dengan mantel besar dan ruangan buram. Orang-orang masih ngobrol.
Tapi jika aku perhatikan dengan seksama, aku melihat telur dobel di kedua sisi, salad dengan tomat dan daun selada yang familiar, bahkan piring yang sama dengan piring dapur keluargaku.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Aku bergumam lagi. Kepalaku terasa agak lebih jelas dari sebelumnya, tapi aku masih tidak bisa mengerti.
"Kebetulan semata...?"
Tidak mungkin. Hanya ada satu kebenaran mengenai itu, tapi aku masih sulit memercayainya.
"......Mungkinkah..... video ini..... berasal..... dari rumahku?"
Aku menengok plafon dan berbisik.
Tidak mungkin. Tidak mungkin. Tidak mungkin. Tapi...'
Bahkan aku takut akan pikiran ini.
Eromanga-sensei menggunakan pengubah suara, mengenakan mantel besar dan sebuah topeng. Berarti, itu tidak ada yang aneh jika dia berubah menjadi perempuan.
..... Aku tidak bisa membuang teori ini.
Mungkinkah --- Sagiri - orang yang tidak pernah keluar dari kamarnya, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lai - adalah orang sama dengan orang yang dengan gembira berbicara dengan penggemarnya, ilustrator novelku?
"......Mungkinkah? Bagaimana bisa?"
Terus terang, aku pusing. Tapi pada saat yang sama, sebuah ide muncul di pikiranku.
-- Ini kebetulan.
Tepat.
Jika 'Eromanga-sensei' = 'Adik perempuanku, maka 'Sagiri'.....
Saat ini, di layar laptopu mungkin adik perempuanku, yang menolak keluar dari kamarnya, iya kan?
Mesti sulit untuk percaya, tapi masih ada kesempatan! Aku menyerah setelah satu tahun, tapi sekarang adalah kesempatan emasku. Tidak akan kubiarkan terbuang sia-sia!
"Pikir! Pikir!"
Memegang kepala dengan kedua tangan, aku menurunkah sikutku di meja.
".... Sial...Sialan! Aku tidak bisa berpikir apapun!"
Jujur, aku masih menonton video siaran langsung, tapi semua yang aku lakukan adalah menulis sesuatu dan mengirim kepada dia! Apa akan baik-baik saja setelah aku mengirim? Apa yang harus aku lakukan?
[Apa kau adik perempuanku] - Dibantah.
[Bagaimana kalau keluar sebentar?] - Ditolak.
Apa bedanya jika dibandingkan saat aku membawakannya makanan? Bahkan, aku merasa ada perasahaan tidak enak jika melakukan hal itu. Nantinya akan menjadi hal yang lebih rumit.
Ketika mentalku tertendang oleh diriku sendiri, pembicaraan 'ilustrasi apa selanjutnya' akan berakhir. Eromanga-sensei kembali ke depan kamera.
"Dan, video selanjutnya besok."
Sialan! Sudah selesai! Apa yang harus lakukan?
Keika aku tidak bisa berpikir apapun ---
"Sampai jumpa lain waktu. Dadah~?"
[Terima kasih atas kerja kerasmu]
[Aku akan terus menunggunya]
[Terima kasih atas kerja kerasmu lagi]
[Huh?]
Singkatnya, seseorang lupa mematikan kamera setelah pertunjukan.
[Wow tunggu, masih ada kelanjutnya. Wkwk]
[Aku menyukaimu Ero Sensei! Wkwk]
[Kamera kamera!]
[Kau lupa kameramu, sensei]
Dengan penuh penyesalan, Eromanga-sensei tidak mengindahkan peringatan penggemarnya.
....Ini akan menjadi hal yang buruk...iya 'kan?
Kesalahan ini bisa membuat tragedi dari siapapun yang sedang menonton video tentang 'diri sebenarnya' dari orang itu.
Contohynya - atau agaknya, skenario paling buruk, membayangkan seseorang telanjang di depan kamera dan melakukan tindakan mesum yang menyebabkan orang-orang mengutuk mereka. Terlepas dari bahayanya kehidupan pribadi kalian tersingkap di hadapan publik.
Gawat ini! Ini sangat, sangat gawat - hei, hei, tunggu aku.
Aku melompat dari kursiku.
Alasan aku melakukannya karena ada sesuatu yang tidak terduga terjadi di layar.
"Ah ~~ Aku terlalu banyak bersenang-senang. Aku sangat lapar, namun malah lupa memakan makanan."
Eromanga-sensei berdiri dan mulai melepas bajunya.
Pertama adalah kaos kaki panjangnya. Lalu mantel besar, sambil dia berpindah dari jangkauan kamera. Selanjutnya, topeng terjatuh di depan kamera.
[Hei! Identias asli Ero Manga sensei akan terbongkar!]
[Meski, mungkin seorang yang mesum]
[Sialan! Aku tidak bisa melihat apapun. Kembali kesini~]
[Kenapa kalian ingin sekali melihat pria mengganti baju?]
[Hei, pembekalan yang berwarna-warni]
[Mungkin akan bagus wkwk]
*Clank clank*
"GAWAAAAAAAAAAAATTT"
"Aku mengambil laptopku dan berlari keluar kamar.
Menuju ke lantau dua, menuju 'pintu seseorang yang tidak ingin meninggalkan kamarnya'.
"Gawat! Gawat! Benar-benar gawat!"
Kalian mengerti, 'kan?
Jika Eromanga-sensei adalah adik perempuanku.
Jika mereka orang yang sama!
Maka tubuh telanjang adik perempuanku akan terbongkar dan seluruh dunia akan melihatnya!
"HENTIKAAAAAAAAAAAAAANN!!"
*Bang*
Aku menggedor pintu kamar adik perempuanku seperti aku ingin meremukkannya.
*Bang! Bang! Bang! Bang!* Aku terus menggedor sambil melihat layar laptopku.
"Kameraaaaaa!! Kau lupa mematikan kamera!! Kameraaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"
*Bang! Bang! Bang! Bang! Bang!*
"Sialan! Masih berjalan!"
Ini pertama kalinya aku memanggil adik perempuanku tanpa peduli citraku.
Singkatnya, aku mencoba usaha keras sialanku. Perhatikan aku! Perhatikan benda itu! Perhatikanlah perhatikanlah perhatikanlah!!
* Bang! Bang! Bang! Bang! Bang!* Suara gedor-gedor pintu terdenga ganda, karena suara laptopku yang mengeluarkan suara yang sama.
Dengan kata lain - tidak ragu tentangnya.
[Suara berisik apa sih!?]
[Apa keluarganya bermasalah? wkwk]
Video siaran langsung berhenti dan mati.
"....Terhenti..."
Koridor kembali tenang.
.... Aku tidak melihat bagian terakhir, tapi sepertinya.... aku berhasil melakukannya?
Berhasil... iya 'kan?
"Huh.... fiuh~~"
Aku menutup mataku dan menarik nafas dalam-dalam. Pundakku bergemetar akibat adrenalin. [12]
".....Aku menyelamatkannya. Aku menyelemamatkan.... adik perempuanku yang telanjang...."
Aku patut mendapatkan pujian, 'kan?
Meski aku membuang kesempatan yang bagus.
"...Aku tidak menyesal."
Aku mengelap keningku setelah melepas tanganku dari pegangan pintu.
"Tapi... pastikan tahu kalau..."
Dengan marah aku menatap pintu dan berkata:
"Aku benar-benar ingin kau membuka pintu ini!"
*Kriek* [13]
Pintu yang yang selama setahun tidak pernah sukses aku buka, kini terbuka perlahan ---
"....."
Seorang perempuang mengenakan piyama muncul dihadapanku.
Berkulit putih. Rambut perak yang agak berantakan. Mata berwata biru tanpa emosi.
Aku merasakan seandainya aku memalingkah wajahku sebentar, dia akan menghilang.
Ini adalah adik perempuanku, Izumi Sagiri.
Melihat ekskpresi menganga dan terdiamku, dia berbisik:
"Onii-san, sudah lama tidak bertemu."
Ini adalah adik perempuanku yang tidak pernah aku lihat selama satu tahun.
Aku tidak tahu berapa lama aku terbeku disini. Saat aku sadar, adik perempuanku masih berdiri di depanku.
Ini merupakan pertemuan kedua kami, tapi menurutku dia cantik. Tidak hanya kecantikan yang vulgar daro seorang aktris, tapi kecantikan alami yang sempurna. Biarpun begitu, karena ini pertama kalinya muncul di pikiranku, itu malah menunjukkan betapa bingungnya aku.
Kedua kalinya bertatapan muka dengan adik perempuanku ---
"........."
"........."
Kami tidak mengatakan sepatah kata apapun. Waktu berlewat. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan.
Hei... orang ini orang yang baru saja membuat video siaran langsung, 'kan?
Ilutrator dengan nama bolpoin yang benar-benar mesum, 'EroManga'?
Saat dia muncul dihadapanku seperti itu, aku tidak tahu membuat perhubungannya.
Apa mungkin... aku telah salah?
Mungkin satu menit berlewat, akhirnya aku membuka mulutku.
".... Lama tak berjumpa.... Mungkin setahun, ya?"
"........."
Sagiri tidak membalas. Wajahnya menunjukkan ekspresi marah.
Apa? Apa kau marah?
Yah, jika seseorang tiba-tiba menggedor secara gila-gilaan di depan pintumu, reaksi inilah yang didapatkan. Tapi tetap saja...
Aku mengambil bagian atas layar laptopku. Video siaran langsung telah terpotong, layar menjadi gelap. Lalu dengan perlahan aku memandang wajah adik perempuanku.
"Mengenai itu.... apa kau 'Eromanga-sensei'?"
"........."
Tidak ada respon. Tapi....
....Keningnya berkeringat dingan! Dia jelas-jelas dalam keadaan panik!
Di dala hatiku, aku mengatakan 'Terdakwa bersalah!'.
Aku terkejut melihat ekspresi rumitnya. Aku selalu berpikiran kalau dia seseorang tanpa emosi.
"Kau benar-benar... Barusan video siaran langsung ---"
"....Kuh!"
Hah? Ada apa dengannya?'
"Maksudmu aku salah?"
"........"
Sagiri langsung mengangguk, lalu dia melihat kebawah dan bergumam sesuatu.
"Apa yang kau katakan?"
"........"
"Aku tidak mendengarmu."
Aku mendekatkan telingkau pada mulut adik perempuanku. Lalu aku mendengar dia berbicara dengan berbisik.
".....Aku tidak tahu seseorang dengan nama mesum seperti itu."
Lalu kenapa kau mengambil nama bolpoin itu?
Jika dia dia benar-benar Eromanga-sensei, aku ingin menceramahinya tentang hal itu.
"......."
Sagiri berpaling. Dia punya wajah usang terlihat di wajahnya.
"Tentu.~"
Semakin kau mencoba menyangkalnya, semakin buruk hasilnya. Karena jika itu benar-benar kesalahan, maka reaksi awalmu tidak akan seperti itu.
Lalu apa? Aku tidak bisa apa-apa selain berpikir tentang langkahku selanjutnya.
Sagiri masih terdiam, tiba-tiba dia mencoba menutup pintu.
"Hei tunggu ~ aku tidak akan membiarkanmu pergi!'
*Buk* Kakiku terkait di antara pintu.
"!"
Sagiri membuka pintunya lagi, melepaskan kakiku dari pintu.
"Aw aw! Sakit!"
".....Keluar."
Mungkin yang dia maksud 'keluarkan kakimu' ---
"Aku sanggah!"
Jika aku mundur sekarang, aku merasa kalau aku tidak akan pernah melihat pintu ini terbuka untuk hidupku lagi.
"Kau ilustrator untuk 'Reinkarnasi Si Serigala Perak', Eromanga-sensei, iya 'kan?"
"....Bukan, aku bukan.... bukan...."
Dia terlihat seperti akan langsung menangis. Sepertinya aku menggertaknya.
Ahh, dial... Aku tidak berniat melakukakn itu ---
"Itu hebat, loh!"
Yang ingin aku katakan keluar.
"........"
Sagiri melihatku dengan mata biru berair.
"!"
Mata kita bertemu. Aku mundur sebentar. Yang bisa aku lakukan ialah memaksa tenggorokanku untuk berkata:
"Baru saja di videp siaran langsung, ilustrasi itu sangat indah. Kau juga punya banyak penggemar.... Semua orang gembira."
Aku berpaling dan berkata:
"Karena kau tidak pernah keluar dari kamarmu, aku selalu penasaran apa yang kau lakukan didalam.... Tapi kau melakukan hal yang sangat luar biasa."
".........."
Meskipun aku mengatakan perasaanku yang sebenarnya, aku tidak bisa melihat ekspresi dari adik perempuanku.
Perasaanku apa sih yang dia punya? Bingung? Ah.... membuatku malu.
Ini terlalu sulit.... Aku harus terus berbiara. Tidak akan kubiarkan percakapan ini mati begitu saja.
"Mereka bilang ilustrasimu sangat erotis~"
"!"
Apa-apaan yang aku katakan?'
Apa itu yang harus dikatakan pada adik kecil perempuanmu?
"Ah, bukan hanya itu! Tentang...."
Tentang apa?
"Aku..... sangat gembira."
Aku harus menjelaskan dari awal. Tentang 'identitas asli'-ku.
"..... Sagiri..... sebenarnya.... aku...."
Aku akan mengatakan padanya. Mengatakan kenapa aku gembira.
"Aku ---"
"Tidak!!!"
Sagiri berteriak menyela pembicaraanku.
"Hmm?"
Apa aku salah dengar? Aku memandang Sagiri.
".... Apa.... apa --- tidak?"
Baru saja kata itu keluar dari mulutku...
*Buk*
Ada sesuatu yang menghantam wajahku saat aku menjawab,
*Brak*
Dengan pandangan terdistorsi, pintu itu tertutup sekali lagi.
....Sagiri.... dia melempar gamepad miliknya ke kakak laki-lakinya sendiri!
Lagi, aku bisa bertemu dengan adik perempuanku setelah sekian lama, namun pertemuan kami benar-benar terlalu pendek. Hanya hal yang masih ada adalah rasa sakit di hidungku dan rasa menyesal tidak bisa menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin.
"....Sial. Ini baru permulaan."
Dan kegembiraan melihat adik perempuanku lagi.
Esok harinya.
Dalam maksud membuat karya novelku selanjutnya, aku pergi ke perusahaan penerbit di Tokyo.
Setelah menunggu sebentar, editorku, Kugurazaka-san muncul.
"Hah ~ maaf membuatmu menunggu!"
Berambut panjang, mengenakan pakaian setel atas bawah. Penampilan seperti wanita perkasa. Biarpun begitu wajahnya masih sangat muda, dia terlihat seperti seorang mahasiswi di sebuah kampus.
Aku berdiri dan memberikan salam.
"Selamat siang."
"Maaf, Izumi-sensei. Rapatku yang sebelumnya lebih lama dari yang aku perkirakan."
Kagurazaka-san berjalan lalu duduk di depanku.
"Belakangan ini saya sangat sibuk~? Akhir-akhi banyak penulis yang sangat antusias~. Kemarin dan beberapa hari sebelumnya, aku hanya tidur selama dua jam. Tapi sudah terbiasa!"
"Ha, terima kasih atas kerja sama anda."
Sejujurnya, aku menganggap hal itu bukan urusanku. Menurutmu siapa yang membuat karyaku sepopuler itu?
Tentu saja, meskipun aku berpikir demikian, aku tidak bisa mengatakan dengan keras. Sekarang ini, sebagai freelancer, beliau ini bosku.
Jika aku bertengkar dengan beliau, bisa jadi akan berimbas pada pendapatanku, bahkan mungkin karyaku juga akan bermasalah. Sebelumnya, mungkin aku tidak berpikir itu sebagai permasalahan, tapi saat ini, ini tentang hidup dan mati.
Demikian, bahkan jika beliau berbaik hati padaku, aku hanya bisa merasakannya.
Jadi, cepatlah dan langsung ke topik utama.
"Terima kasih atas event tanda tangan beberapa hari yang lalu. Hari ini saya datang untuk mendiskusikan karyaku."
"Sudah kuperkirakan ~ Tapi karena kamu baru saja menyelesaikan jilid terakhirmu, bukankah kamu harus istirahat dulu?"
"Saya tidak punya banyak waktu. Saya perlu mendapatkan novel terbaru sebelum para pembaca melupaka diri saya."
Beliau sangat peka, lalu tersenyum.
"Kalau begitu.... mengenai rekapitulasi novel saya."
"Dapatkah kamu menunjukkan kepadanya?"
Aku membuka tas punggungku dan melemparkan tumpukan dokumen ke atas meja.
"Apa-apaan ini?"
"Pengajuan proyek baru. Singkatnya, saya sudah menyelesaikan rekapitulasi untuk tiga jilid dari dua novel."
"Ha? Tunggu? Rakapitulasi? Sudah selesai?"
"Di dua novel berbeda, satunya tentang pertarungan yang sama dengan kekuatan spesial. Dan yang satunya lagi tentang cerita petualangan. Karena berbeda tipe dengan novel saya yang sebelumnya, aku hanya menyelesaikan satu jilid."
"......."
Mulut Kagurazaka-san berubah menjadi garis tipis sambil membalik 'rekapitulasi'-ku.
"Dengar! Ini bukan lagi rekapitulasi atau dokumen pengajuan! Ini naskah yang sudah jadi!"
"Saya pikir itu normal, karena semua orang bilang pada saya apa yang harus ditulis. Kagurazaka-san juga bisa mengatakan pada saya apa yang harus saya lakukan setelah membaca itu, 'kan?"
"Bukankah aku sudah mengajarkanmu kalau rekapitulasi yang bisa diterima itu bisa mengangkut kontennya padaku dalam sepuluh menit?"
"Eh? Apa iya?"
"Naskah besar tidak bisa diputuskan hanya dengan satu kali rapat seperti ini! Yah, memang hal yang bagus kalau kamu sudah menyelesaikan naskah. Kamu bilang sudah menyelesaikan tiga jilid di dua novel berbeda, ya? Kecepatan menulismu memang luar biasa seperti biasa."
Sebenarnya, aku tidak menginginkan diriku dideskripsikan seperti itu.
"Oke? Disamping itu, tumpukan apa ini? Meski sangat tidak mungkin...tapi apa kamu berencara membuat novel ke-empat, 'kan?"
Aku menjawab:
"Ya. Kali ini, saya berencana merevisi skrip ini menjadi anime."
"Apa kamu bodoh!?"
Editorku membantingkan tangannya pada meja.
"Ada yang salah? Jika itu menjadi anime, maka tidak peduli berapa banyak saya mencoba, saya tidak akan bisa menyelesaikannya tepat waktu. Jadi saya bersiap kedepan saat saya masih bisa."
"Aku tidak habis pikir orang lain mempunyai khayalan sepertimu. Novelmu itu belum populer, darimana asalnya kepercayaanmu itu?"
Ya, aku tahu aku masih punya jalan yang panjang, Tapi dengan perlahan aku meningkat.
"Saya hanya menulis seseuatu yang saya rasakan menarik."
"Tapi akulah yang melihat dan menentukan semua ini apakah bagus atau tidak! Aku tahu, tidak mungkin aku bisa menghentikanmu sekarang, tapi aku sangat sibuk, sampai-sampai mau mati! Apa kamu sudah mengerti?"
Setelah rapat beakhir. Sebelum beliau pergi, beliau tiba-tiba berkata:
"Izumi-sensei, kamu telah berubah~"
"Hah?"
"Dibandingkah setahun yang lalu, aku merasa sekarang kamu lebih dewasa. Atau yang harus aku bilang, kamu terlihat sangat berhasrat. Pertama 'Serigala Perak', lalu gayamu tiba-tiba berubah. Pemula yang normal mungkin akan terperangkap di kepopuleran mereka yang tiba-tiba dan segera terbuang keluar."
"Ah ----"
Beliau benar.
"Sebelumnya, saya melakukan hanya sebagai hobi. Saya menulis apapun yang saya rasakan, lalu membaginya dengan orang lain dan senang ketika mereka melihat karya saya. Saya rasa itu sudah cukup."
Dulu, aku masih duduk di bangku SMP kelas satu. Jujur saja, bahkan aku tidak peduli karyaku terjual atau tidak.
Bahkan aku tidak berpikir menjadi novelis profesional. Tidak peduli aku melihatnya, ini merupakan pekerjaan berat. Aku berencana berhenti setelah memasuki perkuliahan, jadi aku tidak terlalu peduli dengan pekerjaan ini.
"Sekarang kamu tidak berpikir seperti itu lagi?"
"Saya butuh uang."
Jujur saja, jika aku yang dulu mendengar ini, pastilah dia akan marah.
Tapi, hari ini, aku tidak bisa melakukannya.
Aku harus mendapatkan uang untuk hidup mandiri.
"Emm ~ bukan hal yang buruk."
Kagurazaka-san tersenyum.
"Benarkah? Dengan alasan normal?"
"Jika Izumi-sensei termotivasi, aku tidak bermasalah dengan hal itu. Mendapatkan uang adalah pemikiran yang sangat normal bagi novelis profesional. Oh, aku baru ingat, aku punya ide untuk membuatmu menggebu-gebu."
"Apa? Ilustrator terkenal ingin mengilustrasikan ilustrasi milik saya? 'Ichi-sensei' atau siapalah namanya?"
Aku selalu penasaran kenapa dia menggunakan nama bolpoin yang aneh.
"Bukan seperti itu. Jika ada seseorang lain, ilustratormu, Eromanga-sensei, akan marah."
Tiba-tiba, nama yang sangat sensitif bagiku muncul.
"Tidak peduli seberapa cepat Izumi-sensei bekerja, sampai sekarang bahkan Eromanga-sensei tidak pernah mengeluh satu kali pun. Jika kamu berubah, itu terlalu kejam.:
Kagurazaka-san terlihat gembira, beliau berencana bertanya Eromanga-sensei untuk karyaku juga.
Bagi Eromanga-sensei, untuk menjadi satu tim denganku merupakan hal yang membuang-buang talentanya. Bahkan aku tidak bisa berharap untuk itu.
Biarpun begitu, sekarang suasana hatiku benar-benar rumit. Karena sebenarnya dia adalah adik perempuanku.
"Nanti saya akan berterimakasih padanya dengan sewajarnya."
"Syukurlah."
"Jadi, Kagurazakan-sensei ingin membicarapakan apa?"
"*Thunh*"
Kagurazaka-san dengan gembira menempatkan setumpuk kertas di meja. Saat dia membuat senyuman itu, hal itu tidak pernah semudah itu.
"....Apa.... ini?"
"Itu kesan-kesan tentang 'Serigala Perak' yang aku kumpulkan dari internet! Cepat dan bacalah supaya bisa memotivasi dirimu!"
"Bukankah saya sudah bilang kalau saya takut hal itu? Itulah sebabnya saya tidak pernah membaca hal seperti itu di di internet! Bukankah Kagurazaka-san lebih tahu dari orang lain?"
"Tentu~. Aku tidak mengambil semuanya. Ada berbagai macam komentar yang aku ambil termasuk tipe 'tolong lakukan ini, sensei'."
".........."
Kagurazaka-san merupakan tipe orang yang sering memberika solusi tak terduga.
Kadang kala aku merasa beliau seperti majikan ketat yang menerapkan kedisiplinannya untuk melakukan hal yang tidak berguna. Kadang kala aku merasa beliau secepatnya mati, tapi dia masih melakukannya untukku supa bisa membuat novel yang lebih bagus. Makanya, saat aku secara ngawur tidak mengikuti anjuran, paling tidak mendengarkannya dulu.
Selain itu, kemampuan komunikasiku tidak cukup untuk menolaknya.
"Editor lain pernah bilang ke saya, 'jangan dengarkan opini sejenis itu, terutama dari pembacamu'."
"Benarkah? - Jangan khawatir, aku tidak seperti yang lainnya! Baiklah! Cepatlah baca!"
"Ya ya."
Dengan enggan aku mengambil tumpukan kertas itu. Ada sebuah tanda yang terlihat seperti simbol situs forum di atas.
"Ini~"
"Apa?"
"Semua yang ada disini berisi kritik tentang novelku! Apa saya berimaginasi?"
"Enggak, itu nyata kok. Ada apa?"
"Bukankah ini seharusnya hadiah untuk memotivasi saya?"
"Itulah gayaku. Setelah melihat ini, kamu akan super-termotivasi!"
Itulah sebabnya aku tidak mengecek hal ini di internet - sudah berapa kali aku mengatakan hal itu padamu...!
Ah, lupakan. Aku sudah menentukan kalau aku tidak akan berdebat dengan wanita ini. Tapi tetap saja, sebagai novelis, aku harus menjaga komunikasiku dengan para pembacaku. Realitas memang sangat berat.
"Izumi sensei, kemauanmu masih lemah, kamu hanya membaca pendapat pembaca melalui email saja. Jika kamu tidak ingin terlukai, kamu tidak akan bisa tumbuh. Aku hanya berharap sensei akan bisa menulis lebih."
Apa itu alasanmu?
Untuk melukaiku? Baru saja kau mencoba melukaiku?
Lihatlah, pembacaku, seperti inilah editorku!
"......."
Aku tidak mengatakan apapun, hanya mulai melihat kertas itu, dikepalaku.... Sakit! Sangat sakit! Hatiku sangat sakit!
Mungkin ini sesuatu yang biasa bagi editor - tapi lagipula, karena semua kritik ini tentang novelku, kekuatan perusaknya padaku malah lebih hebat.
Ini sejenis rasa sakit. Rasa sakit antara editor dan pembaca.
Bagi seorang pengarang, editor merupakan dewa kematian mereka, tapi bagiku, pembacalah yang lebih penting.
"Ah! Blog ini!"
Saat aku membalik kertas itu, editorku menyela.
"Eromanga-sensei juga menulis kesannya tentang 'Serigala Perak' di blognya sendiri! Kamu harus melihatnya!"
...... Ini ya.
"Eromanga-sensei terdengar sangat marah, karena karakter favoritnya ditolak untuk hidup lagi."
"Bayangkan sendiri! Saya sudah dibilang kalau pembentukan karakter ini tidak cukup baik, tapi Kagurazaka-san tidak mendengarkan!"
Ngomong-ngomong....
Kau benar-benar mengatakannya.
Tapi, berdasarkan ingatanku, kali ini beliau memberiku tiga puluh dua pujian.
Selalu plin-plan.
"Ya! Maaf!"
Aku merendahkan kepalaku. Di blog Eromanga-sensei, bukan hanya dia mencaciku, dia juga memberikan kesannya sendiri.
Pasti Sagiri yang telah menulisnya.
Sambil berpikir demikan, aku melanjutkan membaca, lalu --
"....Apa-apaan?"
Mataku terbelalak.
Setelah aku kembali ke rumah, aku langsung berlari ke tangga.
Berdiri di depan 'pintu yang tidak pernah terbuka', aku menghembuskan nafas panjang.
"Ha...."
Karena aku berlari kesini dari terminal bis, aku kehabisan nafas. Meski ada sesuatu yang aku rasakan harus aku lakukan, tapi aku tidak tahu bagaimana aku melakukannya.
"Sagiri...."
Di perusahaanku, aku membaca blog milik adikku.
Dia mencaciku - paling tidak, itulah yang aku pikirkan.
Hasilnya ---
Aku melihat dia 'Berputarnya Serigala Perak' - sebuah ilustrasi perayaan.
Ilustrasi ini memperlihatkan upaya besar pada detil dan perasaan - ilustrasi sempurna.
".....Eromanga-sensei."
Kedua tanganku kusandarkan pada 'pintu yang tidak pernah terbuka' sambil bergumam pada diriku sendiri.
'Serigala Perak' merupakan karyaku yang luar biasa, tapi juga sudah tamat. Sekarang aku sudah memulai baru, dan mungkin tidak akan pernah menulis apapun tentang 'Serigala Perak'.
Tapi di ilustrasinya Sagiri, karakter itu, yang aku pikir tidak pernah aku lihat lagi melambaikan tangan padaku. Mereka semua berekspresi 'Selamat tinggal. Semoga perjalanan kami bagus'.
Aku.... Karena Sagiri.... Aku bisa melakukannya.
60%
Catatan Penerjemah
- ↑ Hikikomori (ひきこもり atau 引き籠もり merupakan sebutan yang berasal dari Jepang untuk seseorang yang menarik diri dari masyarakat dan dunia nyata. Bisa dideskripsikan sebagai seorang penyendiri.
- ↑ Ukuran kertas. | Cek disini
- ↑ Bisa diartikan penanda tanganan kontrak.
- ↑ Handphone dengan berbagai fitur canggih layaknya komputer atau laptop
- ↑ Ero atau lengkapnya dalam bahasa Inggris - Erotic. Sering disingkat 'Ero' oleh orang Jepang berarti tindakan erotis dan yang hal berkaitan dengan erotis.
- ↑ Stand by = bersedia; Waiting= menunggu.
- ↑ Heroine merupakan tokoh perempuan di sebuah Anime, Manga, ataupun Light novel.
- ↑ Akaiusagi jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti Kelinci Merah.
- ↑ Kinshishi berarti Singa Emas
- ↑ ?
- ↑ Bagus
- ↑ Adrenalin atau hormon adrenalin, merupakan kelenjar yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Kelenjar ini merangsang jantung berdetak kencang. Contohnya, ketika gugup atau setelah berlari
- ↑ Suara pintu kalau dibuka begini bukan?
Mundur ke Ilustrasi Novel | Kembali ke Halaman Utama | Maju ke Bab 2 |