A Simple Survey Indonesia

From Baka-Tsuki
Revision as of 01:00, 19 September 2015 by C.I.U (talk | contribs) (Created page with "==Ilustrasi== {{:A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1_Prolog}} {{:A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1_File01}} {{:A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1_File02}} {{:A Simple Surve...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Ilustrasi[edit]

Sebelum Survei Dimulai[edit]

Halo, halo. Selamat Datang.

Aku yakin kalian semua punya alasan sendiri-sendiri untuk datang kesini, tapi harap bersabar. Mungkin sebagian dari kalian datang kesini karena kurang beberapa SKS, atau mungkin karena kalian terlalu liar pada saat pesta penerimaan mahasiswa baru. Aku bisa sebutkan alasan-alasan kalian, tapi mari kita tinggalkan alasan-alasan itu. Tidak menarik untuk dibahas.

Apapun masalah kalian, kalian semua bisa menyelesaikannya.

Hukuman kalian akan dihapuskan dan kalian akan mendapat SKS yang sesuai, jadi ini bagus untuk kalian.

Hm?

Kalian ingin tahu apa yang akan kita lakukan?

Tenang saja. Kalian tidak akan melakukan pekerjaan fisik seperti mengepel kamar mandi universitas dengan lidah kalian. Kalian hanya perlu mengerjakan sebuah survei. Survei yang benar-benar singkat. Mungkin kalian sudah menebak-nebak ketika aku kumpulkan kalian di auditorium ini, jadi aku akan menggunakan proyektor untuk menunjukkan kepada kalian beberapa hal di layar yang ada di belakangku ini.

Apa yang akan kutunjukkan? Hanya beberapa film pendek.

Baiklah. Apakah semua sudah mendapat kertasnya? Tolong dibaca dulu kertasnya. Sekarang kalian paham, kan? Di kertas itu sudah ada penjelasan lengkapnya.

Aku akan menayangkan beberapa film pendek.

Kalian perlu mengurutkan nomor film-film pendek ini sesuai pilihan kalian.

Tidak ada dua film yang bisa mendapat urutan yang sama.

Kalian dapat mengganti urutannya sebanyak mungkin setelah kalian menulisnya.

Yang penting, kalian mendapat urutan film-film pendek ini sesuai pilihan kalian.

Baik, itu saja perintahnya.

Mudah, bukan? Kerjakan survei ini, dan kalian sudah mendapat nilai untuk semester pertama kalian, jadi semua akan dapat untung disini.

Dan sekarang, mari kita mulai surveinya.


(Survei ini memerlukan partisipasi pembaca. Jangan lupa siapkan alat tulis dan kertas.)


A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 File01

File 02: Silahkan Berkonsultasi dengan Kami (Tapi Resiko Ditanggung Sendiri)[edit]

Situs biro jodoh pernikahan modern sudah menjadi semakin praktis.

Selain menggunakan kategori yang sudah ditetapkan seperti umur dan pekerjaan, kamu juga bisa memasukan kata kunci apapun yang kamu inginkan untuk menunjukkan hal-hal yang kamu inginkan dari pasangan.

‘’Elf, seorang putri, berkulit putih, berambut pirang, terlihat seperti loli tapi sebenarnya hidup abadi, berbicara seperti nenek-nenek, sedikit sombong, namun tetap bisa melakukan pekerjaan rumah tangga, bisa menggunakan sihir dan semacamnya, paling cantik saat marah, memiliki berbagai macam kemampuan berlebihan yang membuatnya dapat mengontrol hasil setiap pertarungan yang ada di dunia.’’

“Yah, pasti tidak akan ada yang cocok.”

Aku mendesah dan menggunakan telepon gengamku untuk menyimpan data di bagian ‘hal-hal yang diinginkan’. Semua ini berawal dari panggilan telepon orang tuaku. Mereka terus-terusan memaksaku untuk segera menikah. Untuk suatu alasan yang tidak masuk akal yang berhubungan dengan putri dari teman lama ayahku, sepertinya sebentar lagi aku akan dipaksa untuk mengikuti wawancara pernikahan. (お見合い)

Bagaimanapun, aku perlu menunjukkan bukti kalau aku sedang mencari pasangan.

Tapi aku benar-benar tidak paham dengan hal pernikahan ini. Sejujurnya, aku tidak pernah memiliki hubungan cinta yang bertahan lebih dari 6 bulan. Tidak pernah sekalipun seumur hidupku. Bila dilihat dari umur rata-rata harapan hidup di negeri ini, bukan tidak mungkin setelah aku mati, aku tidak akan meninggalkan apapun selain ‘my waifu’ dan semua orang yang memiliki perasaan padaku akan tetap menyimpan perasaan mereka. Meskipun aku sudah mati. Bagaimana mungkin aku bisa membayangkan hal semacam itu? Apa aku bisa membayangkannya?

Mungkin aku cuma orang yang tidak beruntung.

Mungkin aku orang seperti itu.

Mungkin.

Yah, kalau aku memiliki hasrat alam untuk meninggalkan gen ku, aku cuma perlu mendaftar di bank sper**. Catatan akademikku tidak terlalu buruk, aku masuk ke sebuah perusahaan yang cukup pantas, dan tidak memiliki hal spesial di catatan medis. Dengan pikiran santai seperti itu, aku kembali ke apartemenku yang suram.

“Oh, kau sudah pulang! Okaerinasai*, manusia!!”

...Apa?

Untuk suatu alasan, seorang gadis yang tingginya cuma 130cm duduk di kamarku! Cuma duduk! Hal ini penting, jadi aku mengatakannya dua kali!! Akulah yang rumahnya dimasuki tanpa ijin, jadi kenapa aku yang terpaku dan diperlakukan sebagai orang jahat!? Apa benda yang kulihat di langit malam kemarin benar-benar sebuah UFO? Apakah Men In Black datang untuk menghancurkanku secara sosial!?

Gadis kecil (nama sementara) memutariku seolah menginspeksi saat aku berdiri membeku di tempat.

“Hmm. Keturunan Asia, berpendidikan dalam ekonomi, berambut hitam, porsi tubuh sedang, sehat. Situs biro jodoh pernikahan modern benar-benar luar biasa. Wajahmu tidak terlalu tampan dan ada yang kurang dari auramu, tapi aku dengar mengabaikan kekurangan kecil yang ada pada pasangan adalah kunci pernikahan realistis, jadi aku akan menerimanya!”

“Itu namanya tidak sopan!!”

“Apartemenmu sedikit bobrok dan interiornya melebihi batas pemakaian. Terlebih lagi tidak ada ‘’style’’nya. ...Dengan kata lain, tidak ‘’fashionable’’ dan kotor, tapi aku juga akan menerimanya! Jadi jangan khawatir!!”

“Kalau kau bukan seorang gadis kecil, aku akan memukulmu!! ...Tunggu sebentar, apa yang kau bilang barusan? Situs biro jodoh???”

“Kau juga medaftar di sana. Coba lihat?”

Gadis kecil (nama resmi) itu menunjukkan telepon gengamnya. Di sana terlihat halaman teratas dari biro jodoh yang baru saja kugunakan.

“Semua kondisi yang kau tetapkan cocok denganku. Kau bisa mengaggapnya pasangan sempurna!!”

“Ehhhhhh!? Apa kau orang bodoh? Tunggu, aku yang idiot karena memasukan ciri-ciri gila semacam itu atau kau yang idiot karena cocok dengan semua kondisi yang kutulis!? D-dan orang seperti itu benar-benar ada!?”

Telinganya memang lancip. Dan bergerak-gerak sedikit. Jadi dia seorang elf? Apa dia juga hidup abadi? Apa dia memiliki berbagai kemampuan berlebihan yang memberinya kemampuan mengontrol hasil pertarungan yang ada di dunia? Tidak, tunggu dulu! Itu gila!!

“Tunggu, apa yang salah dengan diriku!? Kenapa aku meminta seseorang yang terlihat seperti loli tapi berbicara seperti nenek-nenek!? Meski cuma gurauan, tetap saja aneh! Apa aku benar-benar sudah menyerah jauh di lubuk hatiku!?”

“Hm. Tidak ada yang pernah cocok dengan informasi yang kudaftarkan, tapi sepertinya waktuku sudah tiba. Tidak sia-sia aku hidup selama 20.000 tahun.”

“Aku tidak tahu seberapa lama elf bisa hidup, jadi aku tidak tahu apa itu gertakan atau bukan!! Sebenarnya, kenapa seorang elf menggunakan situs biro jodoh!? Aku tidak paham bagaimana menghubungkannya!!”

Dia menghiraukan teriakanku dan mengayunkan jari telunjuknya yang kecil ke arahku.

“Tsk, tsk. Apa yang kau katakan? Itu adalah perantara yang digunakan untuk membuat kontrak antara dua dunia. Jadi pada dasarnya itu adalah versi digital dari kontrak di perkamen.”

“Maksudmu semacam kontrak dimana kau menjual jiwamu!?”

“Kontrak ini kadang disalah artikan dengan hal semacam itu. Sejujurnya, kalian para manusialah yang terlalu ketakutan. Kalau kami tidak merubah formatnya, kami akan memiliki masalah serius karena tidak adanya pernikahan antar dunia.”

Aku memiliki sebuah pertanyaan.

Aku berkedip dalam kebingungan dan bertanya dengan blak-blakan.

“...Kenapa bisa menjadi masalah kalau kau tidak bisa menikah dengan manusia? “

“Tidak ada alasan riil. Kalau aku harus memberi alasan, karena di dunia lain penuh dengan laki-laki mesum. Setahuku cerita mengenai Yuki Onna* yang berharap menikahi manusia diceritakan di negeri ini.”

“Jadi manusia itu populer?”

“Sangat populer. Putri mermaid dengan tubuh yang indah dan bikini kulit kerang dan dewi-dewi suci yang menggunakan panah sama-sama menaruh rasa cinta pada manusia.”

“Gwoooooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhhh!!”

...Kenapa?

Kenapa aku tidak berfikir lebih keras saat memasukan kondisi-kondisi itu di situs biro jodoh itu!? Kenapa aku tidak menulis gadis yang lebih dewasa dengan payudara yang besar!?

Kalau aku berakhir dengan gadis dari dunia fantasi, mungkin aku akan mendapatkan gadis dengan payudara yang lebih besar daripada yang pernah ada di dunia nyata!!

Sementara itu, gadis berdada mengecewakan di depanku mulai melambai-lambaikan tangan kecilnya.

“Sekarang waktunya pernikahan. Ayo menikah sekarang juga. Kita sudah bertukar apa yang kita inginkan dengan kontrak dan kita tahu kalau semua ini sesuai dengan tujuan kita masing-masing. Sisanya tinggal pernikahan. Dari awal kaulah yang ingin menikah. Jadi, kau tidak bisa menariknya kembali.”

“Menikahi gadis kecil!? Sekarang juga!? Apa mungkin pemerintah akan menerimanya? Aku khawatir polisi akan datang untuk menangkapku!! Sejujurnya, bahkan Public Security Intelligence Agency* pun akan muncul!!”

Gadis kecil itu lalu menyodorkan selembar kertas ke hadapanku.

“Tah dah! Sambil menghiraukan bagaimana aku mendapatkannya, aku sudah memiliki kopian dari pendaftaran pernikahan resmi di sini.”

“Sial, dimana kau mendapatkan cap ku!? Apa kau ada di apartemenku karena kau mencarinya!?”

“Kau seharusnya melihat bagaimana orang-orang di pemerintahan melotot saat mereka mengecek panjang telomeres* dan memastikan umurku. Mata mereka bahkan semakin terbelalak saat mereka menyadari kalau umurku 20.000 tahun.”

“Baiklah, aku paham. Sebuah dunia fantasi ada di sekitarmu dan kau bisa memutar dan membolak-balikan kenyataan dan pengetahuan umum di dunia ini...”

Dan juga, bumi belum memiliki teknologi untuk mengukur umur seseorang dengan menggunakan telomeres...setidaknya kupikir begitu.

Apa ini memang ada hubungannya dengan alien dan Men in Black?

Aku tidak akan berakhir hidup dengan seorang istri muda yang datang dari Galaxy Seuatu-atau-semacamnya untuk menikahi manusia bumi lewat situs biro jodoh kan?

“Semua itu bukan masalah, jadi ayo segera menikah!!! Atau lebih tepatnya, kita sudah menikah! Kita sudah menikah!! Kukira ini yang mereka sebut ex post facto approval*!!”

“...Selanjutnya apa? Apa kita akan pergi ke Mars untuk bulan madu?”

“Ha ha ha. Aku tidak berharap banyak. Hawaii juga tidak apa-apa. Tujuh malam dan sembilan hari kelihatannya bagus. Kita bisa mendapatkan aktu bersantai yang menyenangkan.”

Dengan membawa percakapan ini ke sesuatu yang kelihatannya setengah mungkin, pendapatan bulannanku tiba-tiba menjadi tembok raksasa di tengah jalan.

“Tapi sebelum itu, kita butuh upacara pernikahan. Belikan aku cincin. Dilihat dari urutannya, aku akan menerimanya meski tidak mendapatkan cincin pertunangan, tapi aku tidak akan merubah pendirian akan pentingnya cincin pernikahan. Aku mau setidaknya berlian 15 karat.”

“Kalau kau hidup di dunia fantasi, kenapa yang kau bicarakan cuma tentang uang!?”

Tapi kalau dipikir-pikir, aku sadar kalau kau juga membutuhkan uang untuk semua hal di RPG, tapi dia begitu keras sampai aku merasa hampir menangis darah!

Tapi elf itu lalu meletakkan tangannya di pinggang dan menghembuskan nafas pendek dari hidungnya.

“Aku akan membayar biaya perjalanan, jadi setidaknya tunjukkanlah nilaimu dengan membelikanku cincin.”

“Tunggu, dimana kau berencana mengadakan pernikahan ini?”

“Tentu saja di kerajaanku Alfheim.”

Dia kelihatannya bingung dengan pertanyaanku, tapi apa yang barusan dia katakan adalah sebuah pernyataan yang mengejutkan!

“...Tidak peduli dimanapun aku mencarinya di layanan peta di internet, kurasa aku tidak akan pernah menemukannya!!”

“Yah tentu saja kau tidak akan menemukannya di peta yang hanya melingkupi satu planet ini. Bukan hanya di planet lain; Alfheim ada di dunia lain.”

“Eh? Tunggu, jadi sesudah ini...”

Aku, seorang pegawai*, menerima tatapan tajam seolah aku ini sedikit lambat dalam memahaminya.

“Kau berniat menikahi seorang putri dari sebuah kerajaan. Tentu saja kau tidak berfikir aku akan tinggal di sebuah apartemen yang ada di dunia terpencil. Kau akan bergabung dengan keluargaku.”

“Waahhh!! Apa namaku akan berakhir menjadi sesuatu yang kedengarannya sangat internasional seperti Alfinbus Gorou!?”

“Kalau kau paham, ayo segera menuju ke Alfheim. Oh iya. Sepertinya ruang dan waktu berjalan berbeda antara tempat ini dan di sana. Ada rumor kalau kau pergi ke negeri para peri kau akan menjadi abadi atau semacamnya, kalau kau menghabiskan sehari di sana dan kembali ke sini, seratus tahun sudah berlalu. Tapi jangan mengkhawatirkan hal itu.”

“Jadi ini adalah jebakan semacam Ryuuguu-Jou*!? Tunggu sebentar! Kau terus menggunakan kata-kata manis seperti ‘pernikahan’, tapi bukannya ini yang mereka sebut dengan ‘menghilang secara misterius’!?”

“Kau takut hanya karena pengetahuanmu rendah. Sekarang, waktunya pergi menuju Alfheim, dunia pedang dan sihir!!”

“Aku tidak mau pergi ke dunia dimana kemampuan bicara seorang sales tidak dibutuhkan!!”


Pada akhirnya, Alfinbus Gorou menjadi terkenal sebagai raja terlemah dalam sejarah karena dia tidak dapat menggunakan pedang maupun sihir. Akan tetapi di sana juga dikatakan kalau tidak ada perang semasa dia memimpin.

Seperti kata mereka...

Kata-kata adalah keajaiban yang paling menakjubkan.



File 03: Dengan Cara Apapun Yang Diperlukan[edit]

Sagittarius akan cocok untuk tugas ini.

Tugasnya adalah medapatkan arti istilah Underclaw 52 dari Shiromae Ayumi.

"Apakah kamu tidak ingin pergi dari sini?"

"Aku tidak tahu ini dimana. Tidak ada jendela di ruang ini. Jika ini Kutub Selatan, kabur dari sini akan jadi masalah."

"Kami tidak separah itu."

"Bagaimana kau bisa bilang begitu kalau kau mengikat tanganku di kursi ini?"

"Tapi setelah beberapa hari disini, seharusnya kamu tahu kalau kami tidak akan bisa melakukan lebih dari itu. Aku tidak dapat mengulitimu dengan alat-alat logam ini. Itu karena kamu bisa berbicara denganku dengan tenang seperti ini."

Shiromae Ayumi punya kondisi khusus yang menyebabkan darahnya tidak dapat membeku. Luka kecil dapat menjadi fatal untuknya.

Karena itu, mereka tidak dapat menggunakan metode-metode penyiksaan yang biasa dilakukan untuk medapat informasi darinya.

"Bukankah kau seharusnya tidak memberitahukannya padaku?"

"Aku mau saja merahasiakannya, tapi aku yakin kamu sudah tahu."

"Kecurigaan dan konfirmasi adalah hal yang berbeda. Sepertinya salah untukku mengakuinya."

Karena satu adalah penculik dan satunya adalah yang diculik, maka mereka berdua akan sulit membuat hubungan baik.

Sagittarius akan membuat dia menganggap dirinya ini rendah.

Dan itu akan membuat Shiromae Ayumi lengah dan membuka mulutnya.

Dan seorang ahli sepertimu akan tahu apa yang terjadi berikutnya.

"Underclaw 52."

"Kau menanyakannya lagi dan lagi. Dan aku sudah memberitahukan padamu apa yang aku tahu. Yaitu, tidak ada yang aku tahu tentang istilah itu.

"Tapi pada obrolanmu denganku, kamu ingat nama anjing piaraanmu yang sudah kamu lupakan sejak lama."

"Aku kira itu tak ada hubungannya."

"Aku tak peduli, beritahukan saja apapun yang kamu tahu. Kami akan menentukan mana yang benar dan mana yang bohong. Jadi katakan saja semuanya. Semuanya."

"Sepertinya kau sedang kesal. Aku dapat mencium bau-bau kebuntuan."

"Aku harap kamu dapat memahaminya."

"Apakah kamu ada di posisi yang sulit?"

"Jika aku gagal, aku yang akan duduk di kursi itu. Dan tidak seperti dengan kamu, mereka tidak akan segan-segan melukaiku. Selain itu, aku juga tidak akan dibebaskan meskipun aku katakan apapun yang aku tahu."

"Oh…"

"Baiklah, mari kita kembali ke masalah utama. Underclaw 52."

"Maaf, tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang kau mau."

Suspension bridge effect[1], sindroma Stockholm[2], sindroma Lima[3]. Sagittarius membuat perubahan-perubahan mental itu sebagai bagian dari penyiksaannya, jadi dia semestinya bisa melakukannya.

Tanpa menyentuh Shiromae Ayumi, dia akan mampu mendapatkan informasi darinya.

"Aku tidak dapat melepaskanmu dari kursi itu, tapi aku dapat mengambilkan makanan untukmu kalau kamu mau."

"Aku ingin sebotol air, supaya tenggorokaku tidak kering."

"Akan kusiapkan, tapi aku tidak bisa memberikanmu wadah apapun yang dapat menghasilkan pecahan yang tajam. Aku harap kamu tak keberatan dengan botol plastik."

"Apakah ada arti dibalik nama Sagittarius?"

"Kalaupun ada, aku tak akan memberitahukannya padamu. Terkadang aku juga menggunakan nama batu mulia dan bunga juga."

"Kenapa kau ingin tahu tentang Underclaw 52?"

"Aku hanya ingin tahu seberapa berharganya istilah itu. Jadi apa itu Underclaw 52?"

"Kuharap aku juga tahu. Jadi aku dapat pulang."

Jika Sagittarius gagal, Scorpio akan mengambil alih tugas ini.

Aku tak akan bisa menghentikannya.

Keahlian Scorpio adalah menggunakan obat-obatan.

Dia mungkin akan bisa mendapatkan informasi darinya, tapi tubuh Shiromae Ayumi tidak akan bisa bertahan. Ada kemungkinan juga dia akan sekarat sebelum informasi bisa diperoleh darinya. Kalau bisa, akan lebih baik jika Sagittarius mendapatkan seluruh informasi mengenai Underclaw 52.

Kami hanya punya beberapa hari lagi. Bahkan aku tak tahu berapa hari tepatnya.

"Mengapa kau pikir gadis SMA biasa bisa tahu rahasia yang luar biasa ini?"

"Apakah Underclaw 52 sehebat itu? Apakah itu suatu rahasia? Katakan apapun yang kamu tahu."

"Kalau kau tidak tahu apa-apa, bagaimana kau bisa tahu apa yang kukatakan adalah benar? Bagaimana jika kukatakan bahwa Underclaw 52 adalah toko roti yang enak di dekat rumahku?"

"Aquarius yang bertugas memeriksa kebenaran informasi, bukan aku. Jadi kamu bilang Underclaw 52 adalah toko roti di dekat rumahmu?"

"Rasanya aneh."

"Apa yang aneh?"

"Aku tak tahu apa yang kau cari. Sepertinya kau hanya ingin menghabiskan waktu denganku disini."

"Aku hanya ingin mengenalmu lebih baik."

"Untuk tugasmu ini?"

"Ada satu hal yang membuatku penasaran."

"(Kenapa kau berbisik-bisik di depan telingaku?)"

"(...Karena aku tak ingin pengawas mendengarkannya.)"

"(...Ooh. Jadi kamu ingin membuatku mengira kau membelaku?)"

"(...Apa kamu memang tahu sesuatu tentang Underclaw 52 ini?)"

Ketika Sagittarius meninggalkan ruangan itu, dia telah mendapatkan jawabannya.

Dia memasuki ruangan lain yang digunakan untuk mengawasi ruang interogasi dengan beberapa kamera beresolusi tinggi untuk memeriksa pergerakan otot muka, tingkat pengeluaran keringat, dan hal-hal lain. Begitu sudah di dalam, dia menarik pistolnya, dan ujungnya diarahkan ke rekannya.

"...Apa yang kamu lakukan?"

"Shiromae Ayumi tahu tentang Underclaw 52."

"Dan itu tugasmu untuk mencari informasi itu darinya."

"Ya, dan aku akan menghabisi siapapun yang menghalangi. Tujuanmu tidak untuk mengetahui tentang Underclaw 52. Kau sengaja ingin membuatku gagal supaya kau bisa menugaskan Scorpio, bukan? Dengan begitu, siksaan Scorpio akan menutup mulut Shiromae Ayumi untuk selama-lamanya."

"Kamu terjebak olehnya?"

"Oleh apa?"

"Suspension bridge effect, sindroma Stockholm, dan sindroma Lima yang kau gunakan untuk membuat ilusi sementara bahwa ada hubungan antara kau dengan dia. Caramu itu bukan cara yang hanya berlaku satu arah. Menurutku kau-"

"Menggunakan kata-kata sebagai senjata adalah tugasku."

"Kamu telah terjebak. Kamu dijebak oleh Shiromae Ayumi!! Masih belum terlambat. Letakkan senjatamu. Pihak yang memberikan pertanyaan di ruang itu sempat tertukar. Itu bukti bahwa kamu dijebak oleh Shiromae Ayumi!!"

"Kalau kau mengatakan yang sebenarnya, maka aku akan bisa mengetahui kebenarannya dengan membuatmu berbicara."

Sekarang.

Siapa yang benar?



Catatan Penerjemah[edit]

  1. Suspension Bridge Effect / Misattribution of Arousal: Kejadian dimana seseorang bertemu lawan jenis di suatu tempat yang berbahaya (misal, jembatan gantung), jantungnya yang berdetak kencang membuatnya berpikir bahwa ia jatuh hati kepada lawan jenis yang ada di jembatan itu, padahal jantungnya berdetak kencang karena adanya risiko bahaya di jembatan itu. (sumber: Wikipedia, Urban Dictionary)
  2. Stockholm Syndrome / Sindroma Stockholm: Fenomena psikologis dimana korban yang disandera merasakan empati dan simpati kepada penculiknya, sampai-sampai berusaha melindungi penculiknya (Sumber: Wikipedia).
  3. Lima Syndrome / Sindroma Lima: Kebalikan dari Stockholm Syndrome, dimana penculik merasakan empati dan simpati kepada korban yang ia sandera, membuatnya melepaskan korbannya (Sumber: Wikipedia).


File 04: Seni Ninja – Sleep Diver Technique ©[edit]

Pada akhirnya, yang terjadi adalah perang teknologi.

“K-Kunoichi-chan? Menurutku kau tak bisa terbang hanya dengan mengikat kaki dan lenganmu ke layang-layang besar.”

“Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja, orang tua! Lihat, inilah Seni Ninja - Terbang Bebas...bfshbs!?”

Semua teknologi ini diberi nama “seni ninja” atau “teknik ninja”, tapi kemampuan ninja memang benar-benar dikembangkan dengan teknologi. Begitu juga dengan bentuk dan bahan shuriken[1], cara melemparnya, serta metode pelatihan untuk orang-orang yang melempar shuriken.

Semua dibuat untuk terlihat seperti sebuah keajaiban atau suatu seni rahasia.

Status ninja juga diberikan kepada orang yang mampu menghasilkan teknologi seperti ini dengan alat-alat yang dibuat dengan tangan.

“Sial, gagal...”

“Kalau kau bisa jatuh dari ketinggian begitu hanya dengan seditkit goresan dan satu foto celana dalammu saja, kurasa teknik pengamananmulah yang bisa dipakai.”

“Orang tua, apakah kau tidak punya seni ninja yang menarik? Orang-orang Kouga mengumumkan di internet kalau mereka telah menemukan teknik kloning.”

“Aku berani bertaruh informasi yang ada di situs resmi mereka tak lebih dari sekedar melebih-lebihkan. Tapi, meski begitu, teknologi metamaterial mereka sangat menarik.”

Aku mencoba membuat gadis itu pergi dengan jawaban asal-asalan barusan, tapi Kunoichi-chan tak mau pergi dari sisiku. Seakan-akan dia haus akan hal-hal yang menarik. Tak ada yang lebih menyehatkan untuk mataku daripada bagaimana beberapa bagian tubuhnya bergoyang-goyang.

“Ah, aku pernah melihatnya! Benda itu bisa membelokkan senjata laser, kan?! Ninja Kouga tingkat tinggi benar-benar suka pamer, ya?”

“Menurutku teknik yang hanya memamerkan kemampuan layaknya burung di lomba menyanyi itu tidak sesuai sama sekali dengan tujuan ninja.”

“Orang tua, cukup sudah dengan hal-hal membosankan seperti mengoptimalkan bentuk shuriken. Tak bisakah kau membuat sesuatu dengan sedikit unsur 'Wow' di dalamnya? Wow?!”

“Yah, sepertinya aku punya sesuatu yang seperti itu.”

“Benarkah!?”

“Tapi ini cuma prototip, sih. Ini dia! Seni Ninja - Sleep Diver Technique!!”

“Langsung menggunakan bahasa Inggris untuk namanya saja!!”

Apa yang kuambil dari gudang adalah peralatan yang terlihat seperti pakaian selam. Bagian dalamnya terisi dengan sejumlah elektroda.

Kunoichi-chan duduk bersila di tanah dengan muka kecewa.

“Kelihatannya membosankan sekali.”

“Bagaimana kalau kuberi tahu kau bahwa alat ini dapat membuat suatu sensasi out-of-body experience[2]?”

“Apa?!”

“Pertama, amplitudo dari gelombang otakmu akan dibawa ke nilai tertentu menggunakan sifat listrik alami tubuh. Lalu suatu gelombang yang kuat akan dipaksa masuk dari luar. Ketika gelombang itu berbenturan dengan gelombang otakmu, gelombang otakmu akan kehilangan posisinya dan meninggalkan tubuhmu.”

“Oh, oh! L-Lalu? Orang tua, apa yang terjadi dalam out-of-body experience ini?! Bisakah kau mendapatkan suatu fenomena supernatural yang melebihi kemampuan tubuhmu? Apakah kau bisa membuat efek ‘jengjengjeeeng’?!”

“Tidak, tidak sampai sejauh itu.”

“…Oh, kalau begitu kita kembali ke hal yang membosankan. Bisakah alat itu memicu terjadinya out-of-body experience?”

“Omong-omong, Kunoichi-chan, apakah air yang kaupakai berendam semalam terasa sedikit dingin?”

“Sekarang sedang musim panas. Tentu saja tidak.”

“Kalau begitu percobaanku berhasil.”

“Orang tua!! Apakah kau menggunakan dana riset untuk membuat alat pengintip?!”

“Tapi melakukan tugas intelijen tanpa ketahuan adalah bagian dari menjadi ninja...srghgr!?”

Saat itu satu email masuk ke smartphoneku dan Kunoichi-chan secara bersamaan. Semua orang di desa kemungkinan memiliki smartphone yang sama. Email yang masuk melaporkan adanya penyusup. Kami disini tidak menggunakan sirine karena dengan sirine, si penyusup juga akan tahu kalau mereka ketahuan.

“Mereka ada disini, orang tua! Orang Kouga!!”

“Tapi bukannya desa ini sudah dikelilingi sensor cahaya?”

“Mereka menggunakan teknik kloning yang sedang populer. Metamaterial yang mereka pakai dapat membelokkan laser, jadi mungkin mereka bisa melewati sensor-sensor itu!”

Kunoichi-chan menerjang menuju tempat dimana penyusup terdeteksi, moodnya terlihat sedang bagus. Sebenarnya aku tak perlu pergi, tapi sepertinya Kunoichi-chan akan menghajarku kalau aku bermalas-malasan.

Kami bertemu dengan gadis ninja Kouga di tengah hutan dekat dengan batas desa. Aku akan menyebutnya “gadis ninja” supaya tidak tertukar dengan Kunoichi-chan.

“A-Apa?! Seorang gadis berdada besar hanya memakai jas hujan yang nyaris transparan!! Apakah ini senjata rahasia Kouga?! T-tekanan darahkuuuuu!!”

Kujepit hidungku dengan jempol dan telunjuk kananku sembari bersandar di pohon terdekat. Si gadis ninja berteriak padaku dengan wajah yang semerah delima.

“Ini bukan Seni Ninja - Teknik Menaikkan Tekanan Darah!! Efek dari sinar UV buatan telah membakar permukaan metamaterial yang memantulkan cahaya!! Huaaaaa!!”

“...M-memang kalau kuingat lagi, benda-benda yang membelokkan senjata laser hanya bisa dipakai sekali.”

“Orang tua, aku mencoba masuk ke tabletnya dan mengecek perkamen rahasianya. Gadis ini ternyata ingin memusnahkan Seni Ninja - Sleep Diver Technique!!”

“Kami mencoba membuat teknik yang sama di desa Kouga, tapi orang tua Iga ini bisa membuatnya lebih cepat. Pada konferensi pers di Pameran Senjata Teknik Ninja terakhir, para developer Kouga sama sekali tak berkutik.”

Yah, tujuan dari pameran senjata itu memang untuk mengadakan negosiasi bisnis sekaligus untuk memberikan tekanan-tekanan pada lawan. Tiba-tiba, aku teringat sesuatu.

“Mh!? Aku baru ingat, Kouga menggunakan shuriken yang telah kurancang!!”

“...Oh, aku ingat. Itu shuriken yang dirancang dengan permukaan kasar yang bisa diubah untuk mengatur tahanan udaranya. Teknologi itu sudah sangat khusus sehingga akan mudah diidentifikasi sebagai shuriken milik Iga jika ditinggalkan begitu saja, jadi ninja tingkat tinggi yang memiliki keahlian dalam bidang pembunuhan selalu mengeluh.”

“Uuh!?”

Aku memang sering mendengar bahwa ninja akan dengan sengaja menghapus permukaaan shuriken dengan cara tertentu, tapi mendengarnya dikatakan tepat didepanku membuatku sedih.

Sementara itu, si gadis ninja berdada besar yang hanya mengenakan jas hujan membusungkan dadanya dengan penuh kebanggaan (membuat masalahku semakin besar!!).

“Heh heh heh. Kantor Paten Ninja menggunakan sistem first-to-file[3]!! Aku ingat bahwa shuriken kulit kasar Iga diajukan ke Kantor Paten Ninja. Namun, selama inspeksi, Kouga telah merancang shuriken kulit kasarnya sendiri, mengajukan paten, dan berhasil menyelesaikan inspeksi lebih cepat!! Dengan kata lain, shuriken kami adalah yang resmi!!”

“Tunggu. Ada yang tidak pas. Oh, benar. Seingatku, ketika aku mengajukan paten, ada masalah virus di server Kantor Paten Ninja dan kebakaran di area penyimapanan dokumen, yang menyebabkan semua proses tertunda...”

“Nyan nyan☆”

“B-Bagaimana bisa kau melakukannya?!”

“Apa maksudmu?! Kalian orang Iga sudah memperkirakan bahwa kami sedang merancang mizugumo[4] dan mengajukan paten untuk bagian yang penting dari rancangan ini, lebih awal dari riset kami! Kami terpaksa menghabiskan 5 tahun untuk mencari cara lain!!”

“...Orang tua?”

“Gwah ha ha! Manjadi ninja modern berarti adalah menjadi seorang ahli dalam perang informasi!!”

“Dan itulah mengapa kami harus menghancurkan Seni Ninja - Sleep Diver Technique milikmu sebelum kau bisa menambahkan © di belakangnya!!”

“Begitu, begitu. Dan ketika kami hanya bisa menonton, kalian orang Kouga akan menyelesaikan riset kalian dan mengajukannya ke Kantor Paten Ninja? Sudah terlambat!! Cara itu takkan berhasil!!”

“Omong kosong. Kami sudah mengeceknya. Seni Ninja - Sleep Diver Technique belum diajukan ke Kantor Paten Ninja!!”

“Kalau kau ke Kantor Paten Ninja Jepang, memang tidak. Tapi bagaimana dengan Pusat Administrasi Ninja Bahama?!”

“Hahh…!?”

“Durasi inspeksi mereka lebih singkat daripada Kantor Paten Ninja Jepang, jadi kupikir akan lebih mudah dengan sistem dan cara dari negara lain.”

“Apa-...? Kau-...! Kau tak bisa melakukannya seperti itu!! Ninja adalah bagian dari budaya Jepang! Kita adalah bagian dari Cool Japan[5]!! Kami orang Kouga tidak bisa berbuat apa-apa kalau kalian mulai menyeret Bahama ke masalah ini?!”

“Kalau kau ingin mengajukan komplain, sebaiknya kau mengajukannya ke pengadilan di Bahama. Pengacara dari Bahama akan mewakili kami, dan kalian harus berargumen menggunakan hukum Bahama dalam bahasa Bahama. Dan kalian sendiri jugalah yang harus pergi ke ke sana[6] dengan biaya kalian sendiri.”

“Huaaaa!! Aku tak pernah pergi dari daerah Chubu[7], jadi rasanya aku tak bisa berbuat sejauh itu!!”

Si gadis berjas hujan (dengan dada besar) lari entah kemana dengan kecepatan penuh sembari menangis seperti anak kecil. Omong-omong, desa Kouga ada di wilayah Kinki[8].

Kunoichi-chan tak berkutik ketika mendengar perdebatan barusan, tapi akhirnya ia kembali tersadarkan.

“...Orang tua, parah sekali kau, membuat anak gadis menangis.”

“Eh? Justru sebaliknya, kau membiarkan dia kabur!”

“Argh!!” Kunoichi-chan mendecakkan lidah dan mulai mengejar. “Aku berani bertaruh bahwa ia tertangkap sensor ketika akan masuk ke desa Iga hanyalah trik belaka! Dengan tidak benar-benar berhasil masuk, mungkin mereka mengira kita tidak akan benar-benar mengejar gadis itu!!”

“Tapi Seni Ninja - Sleep Diver Technique tidak berhasil mereka rusak.”

“Bagaimana kau bisa tahu bahwa memang itu yang orang Kouga inginkan? Kita hanya bisa melihatnya dari perkamen rahasia yang kita temukan di tablet milik gadis ninja Kouga itu!! Semua itu bisa jadi hanya mereka masukkan supaya bisa kita temukan!!”

Aku tersadar bahwa ia benar.

Tapi ada yang sepertinya tidak masuk akal.

“Kalau dia bisa masuk, bukannya dia bisa kabur dengan mudah juga?”

“Dia tidak bisa menghilangkan jejak kaki dan baunya, orang tua. Kalau kita sadar bahwa ia melakukan sesuatu kepada teknik ninja Iga yang sedang kita kembangkan, atau bahkan mencuri teknologi kita, kita sudah pasti akan menggunakan anjing dan semua yang kita punya untuk menangkapnya. Tapi jika dia membuat kita berpikir bahwa kita telah menghentikannya sebelum ia bisa melakukan apapun, kita tidak akan benar-benar mengejarnya. Meskipun tugasnya sama, tapi kita akan lebih tidak hati-hati.”

“...Jadi aura kecewa darinya itu hanya tipuan belaka?”

“Orang tua, diam-diam kau menganggap gadis itu moe[9], bukan? Ingat, kita ini profesional di bidang semacam ini, jadi kau harus terus berhati-hati. Pokoknya, kita harus segera menangkap gadis Kouga ini. Kita harus menjamin keamanan bisnis kita dari ancaman yang tak terlihat.”

“Tidak, tunggu!!”

“A-apa lagi, orang tua?”

“Gadis ini adalah ninja elit yang dikirim ke garis pertahanan musuhnya. Kalau kita bisa mendapatkan peralatan ninja yang ia bawa, mungkin kita dapat mempelajari sesuatu mengenai teknologi Kouga. Meskipun kita tak bisa memakainya, setidaknya kita dapat sedikit memahami kemana mereka akan membawa teknologi ninja di masa depan. Lalu kita dapat membuat teknik-teknik ninja ‘terlebih dulu’ untuk melawan teknologi mereka.”

Teknologi baru selalu membuka bidang baru untuk dipelajari. Jika bidang tersebut adalah sesuatu yang belum pernah terpikirkan sebelumnya, maka cara-cara untuk mempertahankannya juga harus dengan cara yang baru. Karena itulah, sebagian besar dana riset dihabiskan untuk menemukan bidang-bidang baru untuk dapat menguasainya lebih dulu.

Tapi jika kita mengambil jalan pintas dan menutup jalan menuju penemuan baru tersebut, maka pihak Kouga tidak akan bisa mendapatkan kembali uang yang mereka habiskan dalam penelitian untuk mendapatkan penemuan baru itu. Yang tersisa untuk mereka hanyalah utang yang jumlahnya tak sedikit. Kerugian-kerugian finansial semacam itu adalah cara yang bagus untuk memancing terjadinya perang, bukan?

“...Orang tua, kau ninja juga, bukan?”

“Yah, yang pasti aku bukan samurai yang bertarung jujur dan adil.”

“Kalau begitu, bukankah menurutmu tidak masuk akal untuk seorang ninja kelas tinggi untuk membawa-bawa teknologi yang tidak ingin diketahui musuh ketika mereka menyerang desa musuh?”

“Itulah mengapa Iga dan Kouga punya pertukaran budaya semacam ini. Dan itulah mengapa aku membuat teknik ninja yang hebat seperti Seni Ninja - Sleep Driver yang bisa membuatmu - yah, bukan kau juga sih - pergi ke garis pertahanan lawan tanpa perlu khawatir akan ketahuan seperti tadi.”

“Oke, baiklah. Aku tak ingin gadis itu berhasil. Kalau dia tak membayar denda, semua ini akan percuma saja.”

“Kalau begitu, aku juga perlu bertanya pada gadis berdada besar yang hanya memakai jas hujan itu beberapa hal mengenai tubuhnya! Ini adalah mimpi semua laki-laki!! Bahkan, akan sia-sia jika kita menyingkirkan dia!! Akan sangat tidak ramah lingkungan!!”

“Ah!! Motivasiku jadi lenyap begitu saja!!”



Catatan Penerjemah[edit]

  1. Semacam pisau bermata empat yang sering digunakan ninja.
  2. Perasaan dimana manusia merasa melayang-layang menjauh dari tubuhnya.
  3. Sistem paten dimana siapapun yang pertama kali mengajukan paten untuk suatu penemuan dianggap sebagai pemilik paten.
  4. Mizugumo/'Water spider', sejenis alas kaki yang digunakan para ninja untuk berjalan di atas air.
  5. Cool Japan adalah konsep yang diperkenalkan Jepang pada tahun 2002 untuk menegaskan status Jepang sebagai negara adidaya di bidang budaya, terutama dengan adanya J-pop, anime, manga, dan budaya lain yang telah tersebar ke seluruh dunia.
  6. Bahama terletak di benua Amerika, di sebelah tenggara Florida, Amerika Serikat.
  7. Suatu wilayah di bagian tengah pulau Honshu yang terdiri dari 9 prefektur.
  8. Dikenal juga dengan istilah daerah Kansai. Suatu wilayah di sebelah selatan Chubu, terdiri dari 7 prefektur.
  9. Istilah Jepang yang berarti 'ketertarikan kepada satu karakter tertentu di anime, manga, atau video game.


A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 File05

File 06: 385D[edit]

Aku dibawa kesini oleh angka kutukan itu.

"...Aku tak paham apa maksudmu."

"Aku juga tidak paham apa yang telah terjadi padaku."

Aku sedang berada di kafe kecil yang letaknya agak jauh dari stasiun. Seorang wanita yang menjadi satu-satunya pengunjung kafe ini selain aku menjadi teman bicaraku.

Ya.

Aku tak paham apa maksudnya, tapi aku tahu semua ini ada artinya. Semuanya selalu saja sama. Ini hanyalah titik checkpoint lain dari serangkaian kejadian.

"385D. Angka itu telah ada di sekitarku sejak dulu. Pertama kalinya, aku menerima satu surat sampah dengan angka itu tertulis di atasnya. Ketika aku mencari blok dengan kolom 38 dan baris 5D di peta, aku menemukan suatu piring plastik. Ketika aku menitipkan barangku di tempat penitipan di hotel, aku mendapat nomor #385. D-nya datang dari kata "deposit", yang mana itu berarti barangku dianggap lebih berharga daripada barang bawaan biasanya"

Setelah itu, 385D selalu mengikuti aku kemanapun aku pergi. Ketika aku menemukan bom waktu dan tak tahu harus melakukan apa, secara acak kumasukkan kode 385D, dan timernya berhenti. Aku juga pernah menggunakan laser pada sudut datang 38,5 derajat untuk melakukan transmisi data. D-nya merujuk pada gelombang cahaya yang aku gunakan, yaitu "deep blue" (biru tua).

"Jadi ketika kau sedang mengejar atau dikejar 385D ini, kau menemukan kafe ini?"

"Kamu tak percaya padaku. Baiklah, coba lihat nomor produksi meja ini," kataku sambil menunjuk ke stiker kecil di sisi meja.

Aku tak perlu mengatakannya.

"Tulisannya 3-85-D."

"Itu 385D. Angka itu ada dimana-mana."

Sebenarnya aku agak ragu untuk duduk di depannya, tapi si pemilik kafe melihatku dengan penuh curiga ketika aku tetap berdiri. Segera saja kutarik kursi di depan perempuan itu, lalu duduk, untuk menghindari tatapan si pemilik kafe. Perempuan ini sepertinya tidak keberatan jika aku duduk di depannya.

"Beritahu aku. Apa yang kau punya untukku? Dari semua yang telah aku alami, aku bisa mengasumsikan bahwa kau punya sesuatu yang berhubungan dengan 385D. Mungkin hanya potongan kecil dari misteri 385D ini. Tapi aku ingin kau mengatakannya padaku. Apa yang harus aku lakukan berikutnya?

"Kenapa kau pikir aku tahu sesuatu tentang 385D?"

"Karena aku bertemu denganmu saat mengejar 385D."

"Bagaimana jika kukatakan padamu kalau aku tidak tahu apa-apa tentang itu?" katanya dengan tenang.

Kurasa dia akan tetap berbicara dengan nada yang sama ketika dia melihat hari kiamat.

"Kalau begitu, aku akan menyerah disini. Tapi aku tidak yakin akan berakhir disini saja. Aku telah sampai sejauh ini. Mau tak mau, 385D selalu memberikan jawaban kepadaku. Mungkin aku akan bisa lulus ujian masuk universitas atau membuka kunci pintu Istana Kepresidenan dengan 385D. Seperti inilah hidupku sejak hari itu."

Sinar mata perempuan di depanku hampir tak berubah.

Dia menyeruput kopi yang aku tak tahu namanya dan berkata, "Jadi begitu. Menarik sekali, tapi bagaimana kau menemukan kafe ini? Alamatnya tidak mengandung angka 385D"

"Cukup sulit, sebenarnya. Aku mulai dengan 385 dan D. Jika kamu ingin menggunakan D sebagai angka, maka kamu harus menggunakan basis 16. Tapi itu berarti kau juga tidak bisa menggunakan 385 sebagai angka begitu saja. Untuk mengubah basis 16 ke basis 10..."

Ekspresi perempuan itu tak berubah ketika kujelaskan semuanya. Tadi dia bilang menarik, tapi dia tidak terlihat tertarik. Yah, terserah sajalah. Kujelaskan proses penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

"...Dan akhirnya, 385D dapat diubah menjadi 12-9-41 yang ternyata menunjukkan alamat kafe ini. Dan kau adalah satu-satunya pengunjung kafe ini, duduk di meja yang nomor produksinya 3-85-D."

"Jadi begitu. Memang kelihatannya kamu berada dalam keadaan yang aneh. Tapi menurutku surat sampah di awal ceritamu tadi mungkin punya maksud jelek untukmu."

"Jadi, apa kelanjutan 385D yang kamu punya? Apakah kamu tahu sesuatu?"

"Aku memang bilang keadaanmu aneh, tapi aku tidak bilang bahwa 385D itu aneh. Justru, 385D itu sendiri tidak berarti apa-apa."

"…?"

Aku terdiam dan perempuan itu melanjutkan kata-katanya.

"Coba aku konfirmasi terlebih dahulu keadaanmu. Kamu telah diikuti oleh 385D selama ini, bukan? Bukan angka yang lain. Tapi 385D saja selama ini. Dan kebetulan-kebetulan ini terus saja terjadi dan membuatmu sadar ada yang aneh, bukan?"

"Ya. Itu yang kujelaskan padamu dari tadi! 385D ada di sekelilingku!"

"Tapi, menurutku, 385D, 3.85D, dan 38-5-D itu angka yang berbeda-beda."

"Apa…?"

"Iya, kan? Ketika bekerja, apakah kau melihat gaji bulanan 55,000 yen dan 5,500 yen adalah jumlah yang sama? Dan, selain 385, apa maksud D disitu? Angka itu sudah tak berarti apa-apa ketika kau menambahkan huruf di sampingnya. Mungkin kamu bisa menganggap D adalah bilangan basis 16 seperti barusan, tapi sebelumnya tidak kau anggap begitu, bukan?" Perempuan itu mengangkat jari telunjuknya. "Yang paling jelas adalah alamat kafe ini. Kamu memaksakan angka yang tidak ada hubungannya dengan 385D, hanya untuk mengikuti polanya. Kau menghitungnya berulang-ulang supaya terlihat cocok dengan polanya. Itulah kenyataannya. Kamu tidak diikuti oleh 385D. Seseorang telah mempengaruhi pikiranmu untuk menghubungkan semua angka yang kau lihat dengan 385D."

"Mempengaruhi pikiranku…? Jadi selama ini tidak ada 385D...? kataku dengan lemas.

"Dengan telunjuknya masih diangkat, perempuan itu berkata, "Yang menurutku aneh adalah 'sesuatu' telah menjebakmu di pola pikir dimana kamu terobsesi dengan 385D. Aku tidak tahu siapa orang yang melakukannya atau bagaimana mereka melakukannya, tapi jika mereka bisa membuat 385D cocok dengan bermacam-macam hal yang berbeda, mungkin angka itu digunakan oleh sekte agama tertentu. Mereka dapat mengklain bahwa semua di dunia ini berhubungan dengan 'sesuatu' dan semua masalahmu dapat diselesaikan dengan bergantung pada 'sesuatu' itu. Jangan-jangan, kamu telah terjebak dalam suatu eksperimen yang dibuat oleh orang-orang yang bermaksud jahat.

"Tunggu, jadi ini bukan hanya sekedar diikuti oleh sebuah angka. Apa maksudnya semua ini? Aku terlibat dengan apa sekarang!?"

"Dengar." perempuan itu berdiri dengan senyum di mukanya. "Aku sedang menghabiskan waktu setelah menyelesaikan suatu 'pekerjaan'. Kurasa aku bisa menyelesaikan masalah 385D yang kau alami ini untuk menghabiskan sedikit waktu lagi."

"Apa maksudmu dengan 'pekerjaan'? Oh ya, siapa sebenarnya dirimu?"

"Mungkin ini karena pengaruh 385D, kamu bisa berbicara denganku selama ini tanpa menanyakannya." Perempuan itu berhenti sesaat. "Anggap saja 'pekerjaan' yang sepertinya mengikutiku punya makna yang lebih dalam dari sekedar angka."



Kami hidup di masa dimana suatu majalah sains terkemuka, "Planet", telah mengakui keberadaan bermacam-macam makhluk, mulai dari peri, zombie, hingga bigfoot. Jujur saja, hal ini membawa keuntungan tersendiri.

Misalnya, seorang pembuat peti mati sepertiku akan mendapatkan pelanggan selain orang yang sudah meninggal.

Jenis-jenis pelanggan seperti ini biasanya datang di tengah kegelapan malam, jadi aku harus mengatur jam kerjaku.

"Bagian luarnya harus terbuat dari kayu eboni. Kurasa aku tak perlu menjelaskannya padamu, tapi yang pasti tidak boleh ada retakan atau lubang."

Seorang gadis berambut pirang yang umurnya sekitar 10 tahun duduk di meja.

Namun, ukuran tubuhnya hanya sekitar sepersepuluh manusia normal.

Peri ini sepertinya sadar bahwa duduk di meja tidaklah sopan, tapi dia terlalu kecil untuk melihat desain yang kubentangkan dibatas meja jika dia duduk di kursi lipat berkarat itu. Selain itu, kantorku kecil dan sesak, dia tidak ingin berada dekat-dekat dengan kipas angin atau kucingku.

Omong-omong, aku sebenarnya tidak yakin dengan umur yang telah dia sebutkan.

"Buat seluruh bagiannya dari kayu yang pas. Tidak boleh ada paku logam. Dan jelas tidak boleh ada lem.

"Baik, baik. Jadi anda ingin ini dibuat dengan cara, semacam parket[1]."

"Ya, ya. Parket."

Peti matinya sendiri belum dibuat. Si pelanggan dan aku sedang mengamati desainnya, untuk memastikan hasilnya sempurna, dan membicarakan desainnya supaya ada kesesuaian diantara kami berdua terkait dengan produk akhirnya nanti.

...Tapi, membuat peti mati untuk peri seukurannya lebih mirip seperti membuat kotak makan. Kudengar, membuat yang bertumpuk-tumpuk seperti rantang cukup sulit juga, ternyata.

"Lapisi bagian dalamnya dengan material bertahanan rendah yang kupesan dari tempat lain."

Gadis itu merangkak di atas kertas desain untuk menunjuk tempat yang ia maksud.

"Hhh.. Anda bilang ingin peti mati sebagai tempat tidur, jadi saya kira anda ingin mengisinya dengan bunga mawar," kataku.

Matanya mendelik ke arahku.

Ya, walaupun dengan ukuran tubuhnya yang sekecil itu, delikannya tidak ada pengaruhnya untukku.

"Bagaimana aku bisa tidur dengan benda berduri itu dimana-mana? Tetanggaku si pembenci bawang itu memamerkan tempat tidurnya yang dibuat disini, jadi aku ingin mencobanya juga. Ngapain aku minta badanku tergores-gores?"

"Tetangga? Jadi anda mahasiswa pertukaran pelajar dari Rumania?"

"Oh, dan jangan lupa melapisi material yang kupesan tadi dengan kain sutra. Aku alergi produk petrokimia. Aku tak mau berakhir di rumah sakit hanya karena tidur di tempat ini."

"Emm, apakah anda ingin menambahkan salib di bagian depannya?"

Matanya kembali mendelik.

"Kau ada masalah denganku?"

"Tidak, hanya saja mawar dan salib sesuai dengan imej 'gothic'. Pakaian anda juga berenda-renda, jadi saya pikir..."

"Kau mencampuradukkan hal yang aku suka dan hal yang aku benci. Apa kau mau mengejekku?"

"Anda juga menginginkan perlengkapan audio, bukan?"

"Orang-orang menghabiskan setengah dari waktu mereka dan sekaligus setengah dari hidup mereka di dalam mimpi, jadi tidak mengherankan jika suasana kamar tidur harus disesuaikan. Kau telah mengukur badanku. Aku ingin speaker diletakkan tepat di depan telinga kiri dan kananku. Buat bagian luarnya dari kayu eboni dan diafragmanya dari kertas. Bagian dalamnya tidak aku pedulikan, tapi pokoknya untuk bagian yang menyentuh kulitku harus terbuat dari material alami."

Gadis itu berguling, dan berbaring di atas lembaran desain dan meletakkan telapak tangannya di kedua sisi kepalanya.

"Sepertinya saya akan mengisi dindingnya dengan kapas sebagai peredam suara."

"Jangan, nanti jadi terlalu panas di dalam."

"Saya dapat menambahkan AC kecil...tidak, sepertinya akan terlalu mencolok. Bagaimana jika ditambahkan pendingin? Seperti yang biasanya ditempelkan di kepala ketika demam."

"Aku alergi."

"Kalau begitu..bagaimana dengan penyemprot udara dingin? Tapi dengan perlengkapan audio, listrik yang dipakai akan terlalu banyak. Akan sangat sulit untuk menyalakannya selama 12 jam hanya dengan baterai laptop."

"Aku tak mau ada kabel listrik keluar dari peti matiku. Dan aku tidak mau ada memakai aki mobil juga. Sangat tidak elegan. Aneh sekali jika sumber tenaganya lebih besar daripada peti matinya sendiri."

Hanya mengeluh dan mengeluh, gadis itu kembali berdiri.

Kuanggap keluhannya sebagai tanda bahwa ia mempercayaiku untuk menyelesaikan keluhannya.

"Emm, bagaimana dengan panel surya?'

"Kau ingin meninggalkan peti matiku di bawah sinar matahari? Kurasa kau benar-benar ingin mencari masalah denganku. Orang bodoh macam apa yang meletakkan tempat tidurnya di luar?"

"Ya, sepertinya anda akan diserang burung gagak kalau di luar begitu."

"Satu kali lagi dan kuanggap kau telah melakukan penghinaan kepadaku."

Di telapak tangannya muncul bola kecil yang bersinar, tapi aku tak tahu bagaimana rasanya jika ia melemparnya kepadaku.

"Sepertinya saya akan memasang sistem transmisi listrik nirkabel kalau begitu. Anda tidak ada masalah dengan gelombang elektromagnetik, kan?"

"Kau membuatnya seperti peti mati ini akan dapat berfungsi meski di planet Mars,"

"Untuk masalah keamanan, apa yang anda inginkan?"

"Itu bukan masalah selama aku masih bisa mengunci pintu rumahku. Yang lebih penting, kau bilang ada roda di bawah peti matiku. Untuk apa?"

"Roda-roda itu akan sangat berguna jika anda ingin bersih-bersih atau memindahkan peti mati itu, kan?

Untuk manusia sepertiku, peti mati seukuran kotak makan sepertinya bukan apa-apa, tapi akan sangat sulit bagi seseorang yang tingginya hanya 15 cm untuk memindahkannya. ...Itu yang sebenarnya kupikirkan.

"Jika kita berbicara soal keamanan, justru roda-roda itu yang membuatku khawatir. Seseorang bisa saja menggunakan roda itu untuk memindahkan petinya ketika aku sedang tidur di dalamnya."

"Saya pikir keamanan bukan masalah selama anda dapat mengunci pintu rumah?"

"Apapun yang membuatku khawatir, akan membuatku tidak bisa tidur dengan nyaman."

"Yah, sudah tugas saya untuk membuat peti mati sesuai keinginan pelanggan, jadi saya akan membuatnya sesuai keinginan anda."

Karena ukurannya hanya sebesar kotak makan, kupikir tidak ada bedanya ada roda atau tidak untuk "penyusup yang berukuran besar".

Mungkin dia berencana untuk menahannya dengan magnet.

"Satu lagi, mungkin ini permintaanku yang paling sulit. Aku butuh ventilasi. Tapi, tidak boleh ada cahaya yang masuk. Cahaya dari luar akan mengganggu tidurku."

"Saya bisa menanganinya. Mudah saja. Anda tahu pipa berbentuk U yang digunakan untuk saluran air di rumah? Dengan pipa seperti itu, udara dapat masuk, tapi cahaya tidak, jadi tidak ada masalah."

"Kalau begitu tolong buat seperti itu."

Hmm.

Tapi dengan ukuran sekecil itu, akan sulit sekali untuk membuat peti mati ini dari nol. Jadi kuputuskan untuk menggunakan beberapa barang yang ada di pasaran, lalu memodifikasinya. Misalnya, aku bisa membuat speaker dengan mempreteli headphone kecil, lalu membuat bagian luarnya dari bahan lainnya.

Selain itu, aku juga perlu menambahkan kipas untuk pipa ventilasi, jadi aku perlu mesin penggerak yang ukurannya benar-benar kecil. Kalau saja aku bisa menemukan penggantinya yang cocok...

"Pokoknya, lakukan apa yang kau bisa untuk membuat aku, Titania, bisa tidur dengan tenang. Perlu kau ingat juga bahwa dengan membuatku bisa tidur nyenyak, kau bisa menghindarkan seluruh umat manusia yang lemah ini dari kehancuran."

"Tiba-tiba anda terdengar seperti semacam raja setan jahanam."

"Sayang sekali, aku tidak hanya terdengar seperti itu," kata gadis itu sembari berkacak pinggang.


Delapan hari sudah berlalu sejak aku menyelesaikan semua permintaan aneh dari gadis kaya itu dan juga menyelesaikan peti mati pesanannya.

Aku biasanya memakai karya-karyaku yang sukses di iklanku, jadi aku sedang mengedit foto-foto dari peti mati yang kuselesaikan delapan hari lalu itu untuk membuat sebuah katalog. Tiba-tiba, muka yang familiar nampak dari balik mejaku.

"Berani-beraninya kau menjual barang cacat itu padaku?!"

"Maaf Nona, itu pintu untuk kucing. Pintu masuk untuk pelanggan ada di atasnya."

"Aku tak bisa membukanya, jadi aku tak punya pilihan. Yang lebih penting! Peti mati buatanmu cacat!"

Gadis itu sepertinya malu, sampai-sampai mukanya memerah ketika berteriak kepadaku.

Tapi, aku tak paham apa yang cacat dari peti mati itu.

"Tapi ini sudah lewat masa garansinya," kuperingatkan dia.

"Apa kau mempermasalahkan uang? Aku tak peduli dengan lembaran kertas-kertas itu!"

"Saya cemburu pada anda."

"Kau bilang aku tak perlu khawatir mengenai ventilasi"."

"Saya kira ventilasi sudah dibuat supaya cahaya tidak dapat masuk."

"Bukan itu masalahnya. Kau menambahkan kipas angin ke pipa ventilasinya, kan?"

"Kalau tidak begitu, udara segar tidak dapat masuk"

."Tapi kenapa kau menggunakan mesin dari bor yang dipakai oleh dokter gigi? Bunyinya sangat menusuk tulangku, dan aku tak bisa tidur!!



Catatan Penerjemah[edit]

  1. Parket : Susunan potongan-potongan kayu yang digunakan sebagai penutup lantai.


File 08: Cadangan Waktu yang Tersisa[edit]

"Cepat. Kau harus segera membayar denda rental videomu. Makin lama kau menundanya, dendanya makin besar, jadi tolong segera dibayar."

Gadis pekerja paruh waktu itu berbicara padaku melalui telepon dengan nada meremehkan. Aku sedang menyiapkan beberapa sentuhan akhir sebelum menyatukan semua persamaan-persamaan ini, jadi aku tak bisa diganggu sama sekali. Di masa sekarang dimana sebuah PC biasa bisa menembak suatu misil yang sedang bergerak (dengan asumsi PC tersebut terhubung pada radar dan penembak misil), sepertinya konyol sekali untukku menuliskan persamaan-persamaan di kertas, tapi simulasi komputer super juga membutuhkan waktu yang sangat lama. Karena itu, aku ingin semua perhitunganku sudah sempurna sebelum menjalankan simulasi di komputer.

Tapi, denda keterlambatan rental video itu juga sepenuhnya salahku, jadi aku tak bisa mengeluh. Dan lagipula, aku masih tak beranjak dari sentuhan-sentuhan akhir persamaan itu selama dua minggu ini.

"...Begitu. Jadi dendanya sudah menumpuk sejak tanggal kembalinya lewat, ya."

"Jangan pura-pura lupa. Segera saja kau bayarkan. Kau insinyur yang berurusan dengan cadangan-cadangan waktu, kan? Kau pasti orang kaya. Kalau tidak begitu, tak mungkin kau memaksa mencari cakram kualitas tinggi di masa rental digital seperti sekarang."

Data-data di cakram tak lain dan tak bukan adalah kumpulan sinyal digital, jadi dapat dikirimkan melalui internet dengan mudah. Tapi, jika ukurannya terlalu besar, maka jaringan internet akan cepat penuh dengan banyaknya orang-orang yang menggunakannya. Karena itu, pasar film telah dibagi menjadi versi internet yang kualitasnya rendah tapi dapat diperoleh dengan cepat, atau versi cakram kualitas tinggi yang resolusinya luar biasa besar tapi perlu waktu untuk mendapatnya.

Namun, yang aku sewa adalah keluaran ulang dari satu film horor lawas, jadi data aslinya sendiri sudah penuh dengan gangguan.

"Aku hanya lebih nyaman menggunakan media fisik. Anggap saja aku orang yang ketinggalan jaman."

"Meskipun kau berurusan dengan cadangan waktu yang benar-benar digital?"

"Cadangan waktu, ya."

Mesin waktu telah diciptakan dengan mudah.

Semuanya berawal dari penemuan suatu fenomena saat peneliti menyelidiki hubungan antara angin solar dan aurora. Sama seperti Einstein yang merasa lega dengan ditemukannya neutrino, fenomena ini tentu akan membuatnya kebingungan sekali lagi. Semua ini adalah fenomena alam yang berhubungan dengan identitas asli UFO yang dilihat orang dari dulu hingga kini.

Tapi, mesin waktu memiliki bentuk seperti sarung tangan tebal yang diselimuti berbagai kabel. Sarung tangan itu bisa membuatmu mengambil dan menggerakkan benda di "masa lain". Sarung tangan itu tak lebih dari sebuah antarmuka saja. Nyatanya, satu set amplitudo gelombang digunakan untuk memberikan tekanan pada koordinat target. Di "masa lain", mungkin ia akan dianggap seperti poltergeist atau sejenisnya.

Pertanyaan yang tersisa selanjutnya adalah bagaimana menggunakannya dengan benar.

Untuk sekarang, persetujuan antarnegara hanya memperbolehkan sejarah diubah "untuk kebaikan semua orang", dan harus benar-benar diperhatikan supaya tidak sampai memberikan tekanan yang terlalu besar pada sejarah.

Itu berarti mesin waktu tidak dapat digunakan untuk mencegah Perang Dunia atau untuk menyelamatkan banyak orang sebelum bencana besar.

Namun, ada alasan lain selain persetujuan itu mengapa hal-hal seperti itu tidak dapat dilakukan.

"Kita tidak bisa melakukannya seluas yang kita mau. Itu tak mudah. Karena kita hanya bisa mengubah sedikit saja sampai tak perlu memberikan tekanan terlalu besar pada sejarah, maka 'masa' yang bisa kita tuju terbatas pada titik-titik kecil saja. Karena itulah mereka disebut 'cadangan'."

Kumainkan pulpen di tanganku sembari aku berbicara, dan dapat kudengar tempo suara gadis itu menurun. Rasanya tak berbeda jauh dengan mahasiswa yang mendengarkan kuliahku di kelas.

“Hmm...bagaimanapun juga, bayaranku tak akan berubah, jadi kurasa aku bisa sedikit bersantai dan ngobrol,” kata gadis itu. “Waktu yang sudah diutak-atik seseorang tidak akan bisa diubah lagi, kan? Katanya itu menyebabkan titik-titik cadangan waktu semakin mengecil.”

“Ya, tapi kita tetap tidak bisa mengabaikan cadangan-cadangan waktu ini. Lagipula, sumber daya yang tersedia di masa kini sudah sangat menipis. Kalau kita tidak mengubah masa lalu untuk menurunkan laju eksploitasi sumber daya, manusia akan punah tak lama lagi.”

Tanganku kembali menuliskan beberapa rumus, lalu mencoretnya dengan dua garis, mengulanginya sekali lagi, lalu meremas kertas yang baru saja kupakai, dan melemparkannya ke tempat sampah. Lemparanku sudah tepat sasaran, namun bola kertas yang kulempar menabrak gunungan bola-bola kertas yang sudah ada di tempat sampah itu. Gunungan kertas itu rontok dan bola-bola kertas berjatuhan ke lantai.

“Lalu jumlah sumber daya yang dihemat di masa lalu akan datang ke masa kini seperti cadangan emas yang tiba-tiba muncul, bukan?”

Itu benar.

Namun, cadangan waktu bukanlah teknologi ajaib yang dapat menghasilkan sumber daya dan kekayaan yang tak terbatas.

Masyarakat umum menganggapnya seperti itu, tapi itupun sebenarnya hanyalah manipulasi informasi yang dilakukan untuk menghilangkan ketakutan masyarakat akan sumber daya yang akan habis.

Majalah-majalah murahan dan forum-forum internet biasanya tidak dapat dijadikan sumber berita yang dapat dipercaya, namun kadang-kadang, apa yang mereka katakan sebenarnya tepat sasaran.

“Kau berpikir kenapa aku tidak dapat membayar dendaku meskipun aku berurusan dengan cadangan waktu, kan?”

“Seharusnya, itu yang kubicarakan.”

“Jumlah dari titik-titik cadangan ini semakin lama semakin sedikit. Jujur saja, aku sendiri kesulitan menemukannya.”

“Eh, apakah masalahnya separah itu? Bukannya panjang sekali waktu yang sudah dilalui manusia? Seharusnya ada banyak sekali titik-titik waktu…”

“Yah, apa yang kau katakan tidak salah, sih. Namun, ada masalah yang lebih mendasar. Cadangan waktu ini sebenarnya adalah cara untuk menyetel sejarah. Kau ubah sedikit di sini dan di sana, lalu kau hemat sebanyak mungkin sumber daya sehingga kita bisa menggunakannya di masa ini. Namun, ketika manusia sudah dapat memanfaatkan sumber daya dengan optimal, maka kita tak dapat menghemat apa-apa lagi.”

“Apakah yang kau katakan barusan akan segera terjadi? Kedengarannya tidak baik.”

“Masih ada beberapa waktu lagi sebelum itu semua benar-benar terjadi.”

Tapi waktunya akan tiba jauh lebih cepat daripada yang dipikirkan gadis paruh-waktu itu.

“Tapi kalau memang sudah begitu keadaannya, kenapa tidak kita tinggalkan saja titik-titik itu? Kita sudah tidak dapat menggali sumber daya dengan cara-cara biasa lagi. Kalau kita tidak menggalinya dari masa lalu, manusia akan punah. Jadi, pada akhirnya, bukankah kita harus mengubah sejarah lebih jauh lagi? Kita hanya perlu merubah sejarah secara besar-besaran untuk mendapatkan titik-titik baru, bukan?”

“Kau mengatakannya seolah-olah itu semua tak ada dampaknya untukmu.”

Lagipula, itu tak mungkin dilakukan.

Nyatanya, sudah ada beberapa orang bodoh yang mencoba melawan sejarah.

“Tak lama setelah mesin waktu pertama diselesaikan, semua orang segera mencoba membuat diri mereka sendiri menjadi dewa atau raja. Ada juga penelitian untuk membuat senjata waktu yang dapat menghapus suatu negara, agama, atau budaya dari sejarah. Namun, semua usaha itu berakhir dengan kegagalan.”

Tak ada yang tahu penyebabnya.

Aku sudah mengatakan bahwa mesin waktu adalah sepasang sarung tangan yang dapat menggerakkan benda-benda seperti poltergeist.

Namun, ada benda yang dapat digerakkan, dan ada yang tidak.

Nyatanya, tanganmu akan menembus sebuah benda ketika kau berusaha menggerakkannya dengan paksa. Tidak ada hubungannya dengan berat atau material dari benda tersebut. Ada berbagai laporan dimana orang yang menggunakan mesin waktu ini hanya dapat menggerakkan satu dari dua cangkir kopi yang identik. Masalah ini membuat ilmuwan di seluruh dunia kebingungan.

Manusia tidak dapat mengubah sejarah lebih dari yang bisa dilakukan sejauh ini.

Masalah ini dikenal sebagai masalah Rebound Arrow. Karena siapapun yang bisa menyelesaikannya sudah hampir pasti akan mendapat hadiah Nobel, maka cukup banyak penelitian yang dilakukan tentang hal ini.

Itulah mengapa insinyur sepertiku harus mengubah fokus penelitian kami untuk mendapatkan apa yang bisa diambil melalui celah-celah kecil yang masih terbuka.

“Dan ada satu masalah lain.”

Sebenarnya aku berharap akan mendapatkan inspirasi ketika aku berbicara dengannya, namun sepertinya aku sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi ketika aku mulai mengharapkan hal-hal semacam itu.

“Cadangan waktu yang tersisa memang sudah sangat terbatas, tapi ada satu hal lain yang membuat kita semakin sulit mendapatkannya.”

“Eh? Apa itu?”

“Kita tahu kapan sejarah telah berubah. Ketika kita bermain-main dengan cadangan waktu, kita akan bisa melihat cadangan emas yang tiba-tiba muncul di masa ini. Sekarang bahkan kita sudah benar-benar sadar bahwa tidak ada cadangan emas di tempat yang sama sebelumnya.”

“Tapi itu kan sudah bukan masalah lagi. Kita punya semacam pengaman untuk mencegah orang-orang terjebak di perubahan sejarah. Seorang ilmuwan mendapatkan hadiah Nobel untuk itu, kan?”

“Aslinya, yang ia temukan adalah semacam grafik. Perubahan-perubahan medan magnet yang terjadi dicatat dan digambarkan dalam suatu kurva. Berikutnya, ia membuat rumus dari kurva itu untuk menginterpolasi nilai-nilai di dalamnya. Lalu rumus itu dimasukkan ke dalam perangkat-perangkat penyimpanan elektronik sehingga dapat dicari lebih mudah. Dan di masa sekarang, kita sudah bisa membiarkan informasi-informasi seperti itu ada di otak manusia, dan kita menyebutnya sebagai ‘ingatan’. Kini kita tak perlu lagi kembali mencari-cari data itu dari kondisi dimana kita melupakan semuanya.”

“Kedengarannya bagus. Seperti sebuah kemenangan untuk umat manusia.”

“Ya, itu jika kau ingin melawan waktu. Yang kita lakukan sekarang ini adalah menggunakan perubahan yang kita buat di masa lalu untuk menciptakan sumber daya yang bisa membuat kita tetap hidup untuk sementara waktu.”

Aku menghela napas.

Aku sudah lama berhenti merokok, tapi kini aku masih bisa merasakan sesuatu yang aneh dari nafasku.

“Jujur saja, kita mulai kesulitan untuk mengubah waktu sesuka kita. Jumlah objek dan informasi yang tidak terpengaruh oleh perubahan sejarah telah mencapai satu batas tertentu. Jika jumlah itu terus bertambah, sejarah tak akan berubah meskipun kita memberikan perubahan pada cadangan-cadangan waktu. Bayangkan sebatang baja. Kita masukkan batangan baja dalam suatu pelat karet yang sangat tebal supaya bisa kita tekuk dengan tangan. Lalu kita tambah baja di dalamnya terus menerus.”

Dengan jumlah cadangan waktu yang semakin saja, keadaannya sudah sangat buruk.

Tapi kini sejarah sudah semakin sulit diubah dan perubahan yang kita buat mulai tidak berguna, bahkan pada cadangan-cadangan waktu yang tersisa.

“Jika kita tidak dapat mengubah sejarah sesuai kebutuhan kita, apakah itu berarti kita tidak lagi dapat menggunakan cadangan waktu untuk menambah sumber daya yang kita miliki sekarang?”

“Ya. Sudah sejak beberapa waktu lalu muncul gosip bahwa akan ada perang untuk memperebutkan sumber daya yang tersisa.”

Kami semua benar-benar tak berdaya.

Sumber daya di masa kini dan masa depan telah benar-benar habis dan kini bahkan kami berusaha memanfaatkan sumber daya yang ada di masa lalu.

“Kedengarannya buruk.”

“Keadaannya memang buruk.”

“Lalu bukankah seharusnya seseorang mengubah sejarah untuk mencegah orang-orang dan kelompok-kelompok yang sebelum ini telah membuang-buang cadangan waktu?”

“Kau cerdas juga. Memang itulah yang sedang kulakukan sekarang. Hampir tak ada bedanya dengan ketika kita mempertahankan sumber daya untuk masa depan dengan memaksakan pemikiran mengenai dampak lingkungan dari pabrik-pabrik dan industri yang menghabiskan minyak dan membuang asap-asap hitam ke udara. Namun bedanya, sumber daya yang sedang dipertahankan sekarang bukanlah minyak atau mineral jarang, namun waktu itu sendiri.”

“Kalau begitu kau harus bekerja keras, Tuan Insinyur.”

“Aku sedang berusaha.”

“Kau juga harus membayar denda rentalmu juga.”

“Aku juga akan mengusahakannya.”

Jawabanku mungkin sangat sederhana, tapi ada hal lain yang sedang kupikirkan.

…Bisakah aku mengusahakan semua ini?

Dalam rangka menghemat waktu yang tersisa, aku harus mengubah orang-orang yang mengubah waktu. Kalau dipikir-pikir lagi, cara ini hanyalah berputar-putar. Seperti menggunakan tenaga dari PLTU untuk memutar turbin dari PLTA. Jika aku tak berhati-hati, yang kulakukan justru menghabiskan energi dan meninggalkan kita dengan lebih sedikit cadangan waktu. Bahkan, melakukan hal ini justru melakukan yang seperti itu. Inilah mengapa aku terus berusaha memberikan sentuhan akhir pada rumus yang ada, tapi aku tak tahu lagi bagaimana cara menyempurnakannya. Insinyur di seluruh dunia juga sepertinya menghadapi masalah yang sama. Kalaupun seseorang telah menemukan caranya, ia pasti sudah mengadakan konferensi pers dengan mimik muka penuh kemenangan di wajah mereka.

Dan, ada satu masalah lagi.

Masalah ini terus menggangguku, tapi tetap saja, aku sudah mengumpulkan denda rental video sebanyak itu, dan aku harus membayarnya.

Lagipula, perhitungan kami menunjukkan bahwa cadangan-cadangan waktu akan mencapai batasnya sekitar minggu depan. Kami harus menemukan solusinya dalam waktu yang tersisa.


A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 File09

File 10: Takdir yang Ditentukan oleh Anak Panah[edit]

Karena ada alien yang datang dari galaksi lain menggunakan metode "bergerak sambil mengunjungi masa lalu" yang tidak bisa dipahami oleh kami, makhluk bumi, keberadaan takdir kini dapat dibuktikan. Bahkan kini takdir sudah digunakan dalam beberapa produk dan kamu bisa menemukan berbagai jenis takdir disejajarkan dengan ramalan cuaca di beberapa website berita.

Karena inilah, cintaku yang bertepuk sebelah tangan hancur tak berbekas.

Semua ini bermula dari implan yang telah digunakan oleh semua manusia, yang menggunakan informasi-informasi terkait takdir untuk membuat anak-anak panah berwarna-warni di jalanan.

Pink berarti komedi cinta, hitam berarti horor, merah adalah action, dan biru bermakna suspense/ketegangan. Ketika kamu menemui persimpangan jalan, panah-panah ini akan muncul. Ketika kamu memilih salah satunya, maka jalan hidupmu akan berubah sesuai dengan warna genre yang kau pilih. Ini salah satu keuntungan pembuktian adanya takdir.

Sepertinya bermanfaat, kan?

Tapi tidak juga.

Contohnya, ketika seorang kakak kelas yang aku suka sedang berdiri agak jauh di depanku.

"Hei, Kudou-kun. Maaf, tapi maukah kamu membantuku membawakan barang-barang ini? Kalau kamu mau, nanti kutraktir di kafe sepulang sekolah."

"Aku tidak bisa, senpai! Panah yang mengarah kesana warnanya hitam kelam!! Panah segelap itu pasti berarti horor!!

Kakak kelasku itu memiringkan kepalanya tanda kebingungan, dan memeluk erat benda yang ia bawa sehingga menggencet dua barang besar di belakangnya.

"...Aneh sekali. Anak panahku yang mengarah ke kamu warnanya pink pertanda komedi cinta."

"Itu berarti sesuatu yang hanya akan menguntungkan buatmu akan terjadi. Tidaaak!!"

"Tapi, Kudou-kun, sekolah arahnya kesana. Mau tak mau, kamu harus berjalan ke arahku."

"Apakah akan terjadi sesuatu di sekolah!!?"

Ya.

Ketika kamu ingin pergi ke suatu tempat atau bertemu seseorang, anak-anak panah ini sangat berbahaya. Tidak hanya hal-hal bagus yang diberitahukan, tapi anak-anak panah ini juga sangat akurat dalam memberitahukan masalah yang tak dapat dihindari.

Dan sekedar catatan…

"Senpai, kenapa semua jalan yang menuju kamu tertutup garis warna hitam? Dan bukan cuma hari ini saja. Dari dulu sudah seperti itu."

"Jalanku ke arahmu hampir semuanya berwarna pink komedi cinta lho."

"Apa warnanya pernah berganti?"

"Suatu hari warnanya pink yang sangat mencolok mata...tapi entah kenapa, kamu langsung lari tunggang langgang sambil berteriak mengenai sesuatu yang mengerikan hari itu. Aku jadi tak tahu cerita kelanjutannya."

"Maksudmu ketika kita bertemu di UKS waktu itu?"

"Ya, ketika dokternya sedang pergi dan semua ranjang tidak ditutup. Saat itu, aku sedang kelelahan setelah kakiku kram ketika berenang, jadi aku masih memakai pakaian renang sekolah."

"Nnnnnggg!!"

"Tunggu Kudou-kun!! Kalau kamu membenturkan kepalamu di tembok itu, nanti ceritanya jadi benar-benar horor!!"

Aku benar-benar ingin mengutuk takdirku sendiri. Apakah itu berarti sebenarnya waktu itu aku bisa saja melakukan 'sesuatu' kepada gadis paling cantik di Bumi, tapi aku justru lari karena ketakutanku sendiri!?

"Tapi, tahukah kamu, Kudou-kun?"

"Apa, senpai?"

"Sejujurnya, menurutku kita lebih baik hidup tanpa kemampuan pemberian alien ini. Apakah kamu setuju denganku?"

Aku segera menganggukkan kepalaku dengan cepat.

Yah, soalnya aku hampir saja melakukan 'sesuatu' padanya! Tapi, aku tak mau ada cerita horor juga!

"...Jadi kupikir aku akan mencoba sesuatu."

"Apa itu?"

"Melawan panah takdir," kata kakak kelasku sembari tersenyum.

Ide itu ide yang bagus. Dan ide itu juga sudah muncul di buku fiksi modern.

Tapi…

"Ide itu sangat menarik, bahkan bisa jadi ide untuk film yang bagus, tapi itupun karena untuk melakukannya sendiri sangat sulit, senpai. Manusia menyukai cerita dimana mereka bisa bertindak sesukanya terhadap sesuatu yang sejatinya tidak bisa mereka ubah."

"Menurutku, kamu benar-benar sudah ada dalam pengaruh panah-panah itu ketika kamu berpikir seperti itu." Kakak kelasku itu mengayunkan telunjuknya dengan santai sambil tetap memegang apa yang ada di tangannya. "Takdir sendiri tidak punya keinginan untuk mengendalikan kita. Semua ini hanyalah suatu fenomena saja. Ketika kita berjalan di jalur horor, kita mengubah pola pikir kita seperti akan mendapat suatu hal yang mengerikan. Seperti menonton film, misalnya. Kalau kamu tahu kamu akan menonton film yang jelek, pikiranmu akan terfokus untuk mencari kejelekan-kejelekan film itu, kan? Sampai-sampai kamu tak bisa menonton film itu dengan benar. Hidup ini sama saja seperti itu. Sebenarnya, mungkin saja ada situasi komedi cinta di jalur horor. Tapi, pikiran kita tidak mempercayai adanya kemungkinan itu. Itulah mengapa akhirnya kita berpikiran hanya akan ada kisah horor di jalur berwarna hitam. Bagaimana menurutmu?"

"Kalau kakak bilang begitu..."

Entah warna panah itu berarti horor, komedi cinta, action, ataupun suspense, tentu orang yang melihatnya dapat mengartikan warna-warna itu sesuai keinginannya sendiri.

Seperti menemukan adegan yang mengharukan di film horor.

Seperti menonton film suspense dimana ada adegan action, yang, meskipun hanya sesaat, namun sangat berkesan.

Ketika dipikir-pikir lagi, memang apa sebenarnya arti dari panah warna pink dan hitam? Siapa yang menentukan apa arti warna-warna itu?

Seharusnya, ketika aku bertemu kakak kelas yang aku suka ketika berjalan menuju sekolah, dan berjalan ke sekolah bersamanya, sudah lebih dari cukup untuk kuanggap sebagai suatu komedi cinta. Tidak, aku tak bisa berbicara seperti itu. Ketika aku sedang bersama kakak kelasku itu, sesuatu yang tidak dapat dimasukkan ke jenis genre apapun muncul di hatiku. Warna itu adalah warnaku sendiri. Satu warna yang tidak bisa dijelaskan dengan kata apapun ada disana.

Tapi justru…

Kenapa aku menyebutnya hitam kelam seperti cerita horor?

Atas dasar apa aku menganggap hari ini akan jadi hari yang buruk?

"Apakah kamu siap menghadapinya?" tanya kakak kelasku.

Tasnya ia letakkan di bawah, dan ia angkat lengannya ke arahku.

"Aku ingin berjalan di jalurku sendiri, tanpa perlu menghiraukan panah-panah itu. Bagaimana denganmu?"

"…"

Aku tak perlu menjawabnya.

Aku hanya mengangguk, meraih tangan kakak kelasku, dan mulai berjalan di arah panah hitam itu.

Sebuah senyuman muncul di muka kakak kelasku. Senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Jalan kami sudah jelas sekarang.

Kami akan menghadapi takdir ini.


Dan seperti yang telah diperkirakan oleh anak panah hitam itu, kisah horor yang mengerikan dan penuh bau darah dimulai.

Tapi rasanya menyenangkan sekali.

Ketika aku bersama kakak kelasku, rasanya aku tak akan pernah mati, apapun yang terjadi!!



File 11: Seorang Gadis Datang sebagai Jaminan dari Utang yang Belum Dilunasi[edit]

Seorang gadis dengan rambut keriting yang indah sedang berbicara di depan meja teh di dalam apartemenku yang luasnya tak lebih dari 4.5 tatami[1].

"Parah. Makanan ini benar-benar...kasar!! Ahh! Aku tak percaya kau memaksaku memakan makanan seperti ini! Kau orang yang benar-benar jahat jika kau senang melihatku menyiksa badanku sendiri seperti ini! Dasar kau porno!"

"Kenapa hanya itu yang bisa kau katakan pada orang yang membuatkanmu makanan!? Lagipula, sepertinya ada yang salah jika aku harus mengeluarkan uang untuk memberi makan gadis yang datang sebagai jaminan dari utang yang belum dilunasi!"

Awalnya aku takut ada salah klaim yang ditujukan padaku, tapi ternyata posisi peminjam uang dan yang meminjami uang, terbalik. Dengan kata lain, dia datang sebagai jaminan dari utang yang belum lunas.

"Tapi mengapa kakekku meminjamkan uang kepada orang asing…?"

"Kami sempat melupakannya sama sekali, tapi ternyata kami pernah meminjam uang sepuluh juta yen 50 tahun yang lalu. Jika dihitung dengan inflasi, sekarang jumlahnya kira-kira menjadi sepuluh kali lipatnya. Selain itu, saat itu belum ada hukum yang mengatur tentang peminjaman uang, jadi bunganya konyol sekali, 10% setiap 10 hari."

"Dan itu sebabnya anak gadis dari seorang konglomerat besar muncul di apartemenku?"

Aura yang muncul darinya membuatku sulit percaya bahwa gadis ini hidup di jaman modern, tapi meski begitu, dia tetap saja melahap nasi dari mangkok yang harganya tak lebih dari 10000 Rupiah[2].

"Saat itu kebetulan memang tidak ada aturan yang melarang hal-hal seperti ini, tapi karena perjanjian sudah ditandatangani, mau bagaimana lagi?"

"(…Aku berani bertaruh kakek hanya tergoda untuk menambahkan syarat-syarat aneh itu di saat-saat terakhir.)"

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Tidak."

"Omong-omong, kembali ke nasi ini! Aku tak bisa lagi mengatakan separah apa nasi ini!! Orang yang makan ini setiap hari tak mungkin waras, tapi aku tak punya pilihan lain, jadi beri aku lagi!!"

"Kata-katamu bahkan sudah melebihi tsundere manapun!!"

Kuisi lagi mangkok 10000 rupiah itu yang sudah sedikit pecah di ujungnya dengan nasi dan kuberikan lagi kepada si Tuan Puteri. Dia kembali mengeluh.

"Setelah penyiksaan yang kau bilang makanan ini selesai, aku ingin kau mengantarku ke toko mebel impor. Kita butuh setidaknya beberapa barang yang wajib dimiliki supaya kita bisa hidup seperti manusia normal."

"Gak!! Kau yang berutang kepadaku, jadi kenapa aku harus repot-repot menghabiskan uangku untukmu!?"

"Apa maksudmu? Lalu pakaian apa yang harus kupakai? Kapan kau menyiapkan mobil dengan supirnya untukku? Oh, aku juga ingin binatang peliharaan."

"Apa kau tak pernah dengar kata BOKEK[3]!?"

Gadis yang dijadikan jaminan untuk utang memang sering ada di sinetron-sinetron, tapi apa aku mendapat keuntungan disini?

Pikiran semacam "Heh heh heh. Aku akan melakukan ini dan itu kepadanya." tidak akan muncul kecuali dia benar-benar menarik. Si Tuan Puteri yang sekarang sedang mengisi penuh mulutnya dengan nasi sembari memasang muka masam memang jelas-jelas cantik...tapi...bagaimana ya? Dia tak ada manis-manisnya sama sekali. Sama seperti tak ada laki-laki yang akan ereksi ketika melihat Mona Lisa, ada perbedaan antara cantik dan erotis.

Jadi apa yang tersisa untukku?

Kalau dilihat dari masalah uang saja, mungkinkah harga seorang gadis normal melebihi uang yang ia hasilkan dari kerja paruh waktu?

Dan, jangan lupa, kita berhadapan dengan seorang Puteri disini.

Aku saja tak yakin dia bisa melakukan sesuatu yang sederhana, seperti mencabut rumput, apalagi kerja paruh waktu. Lalu bagaimana ia bisa bermanfaat untukku?

"Hei, Tuan Puteri. Lalu apa yang akan kau lakukan? Maksudku, seperti sekolah dan semacamnya."

"Kenapa kau masih harus menanyakannya, bodoh? Kau bertanggung jawab atas hidup dari gadis yang lemah tak berdaya ini. Itu berarti kau harus menyekolahkan aku di sekolah khusus perempuan yang prestisius, membuka jalanku untuk masuk ke universitas top, dan memastikan aku bisa bekerja di perusahaan besar."

"Aku harus melakukan semuanya!? Kau datang dari keluarga konglomerat. Memangnya kau tak bisa langsung masuk ke perusahaan keluargamu, nanti!? Lagipula, kau bisa langsung melakukannya sekarang juga!! Aku pernah mendengar anak SMP menjadi bos suatu perusahaan start-up!!"

"Ketika aku dijadikan jaminan atas pinjaman itu, hubunganku dengan keluargaku terputus sama sekali. Sekarang aku menjadi milikmu."

Si Tuan Puteri pasti merindukan hidupnya sebelum kemari, karena dia nampak muram.

Tapi benarkah semua ini?

Aku yakin barusan aku melihat sesuatu yang mengkilap di atap gedung sebelah. Itu bukan teropong atau senapan penembak jitu, kan!?

Saat itu bel pintu berbunyi.

Setelah mendengarnya, si Tuan Puteri berkata, "Buka pintunya, pembantu."

"Kau berutang padaku!!"

Dengan kata-kata yang sama saja menyedihkannya, aku berjalan ke pintu depan. Ketika kubuka pintu, seorang gadis lain yang sama anehnya berdiri di depan pintu.

Rambutnya juga dikeriting, tapi entah bagaimana dibuat mirip kuncir kuda.

Dan dia pendek.

"Bwah ha ha! Jadi ini gubuk tempat onee-sama terdampar setelah sekian lama terkatung-katung!! Ternyata tempatnya jauh lebih kacau daripada yang kudengar!!"

"Apa lagi ini, aku tak paham apa yang terjadi!!"

"...Itu adikku. Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku hanya ingin mengatakan padamu betapa menyenangkannya menjadi pewaris keluarga setelah bertahun-tahun aku dipisahkan hanya karena aku lahir dari ibu yang berbeda dan menjadi anak yang lebih muda!! Omong-omong, kasihan sekali kau, mahasiswa miskin."

Si Tuan Puteri (yang kedua) berkacak pinggang, sambil membusungkan dadanya jauh-jauh sampai kukira ia akan melakukan rol belakang, dan tersenyum.

"Apa?"

"Sepertinya tak lama lagi kau akan jatuh miskin karena kakakku. Bagaimana jika aku membayarmu?"

"Ngh!? Jangan mau, pembantu!! Dia ingin memilikiku secara tak langsung dengan mengikatmu menggunakan uang!! Jangan sampai kau tergoda dengannya!!"

"Nyah ha ha!! Sudah terlambat, kakakku!! Uang bisa membeli segalanya. Sepertinya nanti aku akan membuatmu memakai pakaian pelayan dan memaksamu bermain denganku!!"

Caranya mengungkapkan permintaannya seperti berusaha menunjukkan sisi lain yang manis dari dirinya, tapi kakaknya tak menanggapinya. Alih-alih, dia justru membalasnya dengan berkomentar sembari menuangkan sup miso ke nasi di dalam mangkok.

"...Sebagai anak perempuan dari konglomerat yang sama, bukankah kau juga dihitung sebagai jaminan utang itu?"

"…"

"…"

"…"

Lalu…

"K-kalau begitu, saya rasa saya harus memperkenalkan diri, mahasiswa miskin."

"Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak!! Aku tak dapat apa-apa dari semua ini!!"



Catatan Penerjemah[edit]

  1. Kira-kira sama dengan 6,89 meter persegi (Sumber: http://www.teaching-english-in-japan.net/conversion/japanese_jo)
  2. Di teks asli tertulis 100 Yen. Perlu dicatat bahwa 100 Yen tidak sama dengan 10000 Rupiah. Penerjemah menuliskan demikian supaya terlihat 'murah'.
  3. Di teks asli tertulis 'LOHAS', yang merupakan singkatan dari 'Lifestyle of Health and Sustainability'. Karena menerjemahkan istilah ini cukup ribet dan asumsi penerjemah tidak banyak orang Indonesia yang mengenal istilah ini, saya ganti dengan 'bokek', yang dikenal hampir semua orang Indonesia. Perlu dicatat istilah 'LOHAS' tidak sama dengan 'bokek'.


A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 File12 A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 Intermission A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 File13 A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 File14

File 15: Lebih Baik Daripada Yang Asli[edit]

Seorang gadis dengan muka seperti anak kecil dan dada besar berlutut di suatu halaman di belakang sebuah stasiun televisi. Dia sedang mengaduk sesuatu di dalam panci yang diletakkan di atas kompor portabel, tapi ia tidak sedang memasak kari untuk acara berkemah.

“Bos, apa kau tidak merasa seperti membuang-buang makanan ketika kau memasak saos tomat seperti ini? Dan bahkan ada mizuame[1] juga di dalamnya.”

“Dua puluh persen uang yang diperoleh dari acara kita selalu diberikan kepada Palang Merah. Orang-orang yang hanya menyumbangkan uang receh di kotak yang ada di minimarket tak punya hak untuk mengkritik kita. ....Sial, baunya parah sekali. Cat tidak seharusnya dimasak di atas panci.”

Karena bau inilah, kami harus membuat properti ini diluar, tidak di dalam gudang. Properti ini adalah rahasia perusahaan. Aku harap tidak ada yang menirunya ketika kami membuatnya di tempat terbuka.

Si gadis baru (dengan dada besar) mengaduk isi panci itu seakan-akan ia sedang memasak semur daging.

“Bos, kenapa kita tidak membeli darah palsu dari perusahaan lain saja?”

“Tidak. Darah palsu yang biasa kurang bagus. Warnanya terlalu lemah.”

“Terlalu lemah?”

Si gadis baru memiringkan kepalanya meskipun tak ada kamera yang sedang merekam. Aku lalu menjelaskan padanya dengan jelas.

“Drama televisi harus benar-benar mencolok, benar? Coba lihat riasan para aktor, kostumnya, serta latar tempatnya. Warna-warna yang dipakai juga harus lebih mencolok daripada aslinya karena sinar lampu yang sangat cerah akan meneranginya. Kita tak bisa menggunakan darah yang warnanya biasa saja. Kalau kita menggunakan darah yang asli, justru akan nampak tidak asli di layar.”

“Oh, jadi warnanya harus lebih terang dari darah yang asli?”

“...Kau mencampurkan bahan-bahannya tanpa tahu kenapa?” aku mendesah panjang. “Setelah kau mendapatkan warna dasarnya, campurkan warna hitam, sedikit demi sedikit.”

“Kenapa? Kupikir warnanya harus lebih terang?”

“Ada beberapa warna yang dipakai tergantung seberapa lama darah itu keluar. Darah yang asli, warnanya berubah terhadap waktu, tapi darah palsu tidak. Itu berarti kita harus membuat beberapa jenis warna darah palsu untuk menunjukkan waktu pengerasannya.”

“Repot sekali.”

“Dan bahkan meskipun repot sekali membuatnya, sekarang darah palsu sudah tidak begitu banyak digunakan. Sekarang semakin sedikit orang yang tahu bagaimana membuat darah palsu. Dan itulah kenapa seseorang dengan gelar yang panjang di kartu namanya seperti aku harus bekerja membuat darah palsu.”

“Kalau dipikir-pikir, revisi dari undang-undang penyiaran membuat adegan-adegan yang berdarah semakin sedikit.”

“Turunnya popularitas drama sejarah dan drama polisi adalah faktor lainnya.”

“Tapi masih ada drama polisi kok.” Gadis itu membuat pistol dari tangan yang tidak ia pakai untuk mengaduk dan berkata, “Dor.”

Aku menggelengkan kepalaku.

“Tapi mereka tak punya adegan tembak-tembakan atau semacamnya. Tak salah juga, ketika semuanya harus diselesaikan dengan adegan tembak-tembakan, maka akhirnya akan lebih mudah ditebak. Sedangkan drama-drama forensik selalu membuktikan bahwa mereka bisa menangkap penjahatnya dari bukti-bukti yang sangat kecil, tapi aku selalu tak paham kenapa tidak ada noda darah sama sekali disana.”

“Bagaimana dengan drama kedokteran? Adegan operasi seharusnya menggunakan darah, namun tanpa kekerasan.”

Si gadis berdada besar mencoba meniru gerakan dokter yang sedang mengoperasi, tapi yang kulihat dia justru seperti sedang memotong-motong daging dengan pisau dan garpu.

“Drama-drama seperti itu selalu lebih mementingkan drama yang terjadi antar karakter yang berujung pada operasi, jadi adegan operasinya sendiri tidak begitu penting. Mereka cukup menampilkan wajah si dokter yang berkeringat.”

“Itu karena operasi aslinya menghabiskan waktu berjam-jam. Gerakan dokternya sangat sedikit, jadi sulit sekali untuk membuat bagian itu menarik untuk penonton.”

“Ya, jadi mereka hanya perlu memainkan musik latar secara acak dan menampilkan anggota keluarga yang berdoa untuk keselamatan pasien yang dioperasi. Mereka cukup menggunakan sprayer untuk memberikan efek keringat di muka.”

Kucoba untuk menyendok isi panci itu untuk mengecek warna darah palsunya.

...Tidak begitu bagus.

“Daripada menambahkan cat hitam, sepertinya lebih baik kita biarkan darah palsu ini gosong sedikit demi sedikit.”

“Saya pikir cara seperti itu akan membuatnya lebih sulit dibuat ketika kita membutuhkan darah palsu dalam jumlah banyak.”

“Sesuatu yang gelap...gelap... Gula jawa, mungkin?”

“Kalau saja kita tak menambahkan cat, kau bisa saja memakan darah palsu itu.”

“Tapi memakai cat memang cara yang paling mudah, sih.”

Bekerja di industri penyiaran memang kedengarannya keren, tapi yang dilakukan sebenarnya juga hal-hal yang seperti ini.

“Omong-omong, anak baru. Apa kau mencatat apa saja dan berapa banyak yang kau masukkan ke panci?”

“Yap. Aku ingin membuat buku resep untuk membuat darah palsu. Aku tak ingin harus terus-menerus menebak-nebak setiap kali membuat darah palsu.”

Si gadis baru menunjukkan buku memo yang tergeletak di aspal yang menjadi jalur pejalan kaki di halaman ini. Di halaman buku memo itu ada gambar beruang, ayam, dan binatang-binatang maskot lainnya, jadi sepertinya akan sulit dipakai. Sekilas hidungku mencium bau manis, tapi aku tak yakin bau itu datang dari darah palsu di panci atau dari gadis berdada besar itu sendiri.

“Omong-omong, bos, darah ini akan dipakai untuk acara apa?”

“Acara hiburan.”

“...Di acara semacam itu, sepertinya orang tak akan marah kalau akan ada sedikit darah.”

“Seorang mantan pegulat akan datang sebagai bintang tamu. Kita akan menghajarnya dengan kontainer 18 liter dan membuatnya ‘berdarah’.”

“Dan itu bukan pura-pura?!”

“Di layar televisi akan ada tulisan bahwa semua ini hanya buatan, tapi si mantan pegulat sendiri tidak akan tahu. Seberapa serius reaksinya akan membuat penonton tertawa.”

“Ohh.” Si gadis baru terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. “Jadi anda mendapatkan rating dengan mengacaukan seseorang?”

“Dia sendiri yang menyerah dari dunia gulat, dan sekarang dia sendiri yang memohon-mohon minta dibayar untuk tampil di acara TV. Kita harus mempermalukannya sedikit.”

“Tapi, bos.”

“Apa?”

“Anda membuat jauh lebih banyak darah palsu ketika dulu anda masih baru disini, bukan?”

“Ya, drama polisi pada jamanku dulu benar-benar berbeda. Kita menggunakan begitu banyak darah palsu sampai-sampai si aktor nyaris tenggelam.”

“Kalau begitu bukannya seharusnya anda sudah hapal di luar kepala bagaimana membuat darah palsu yang paling baik?”

“Aku tahu. Atau, dulu aku tahu. Harus menggunakan kata dulu disini.”

“Kenapa kita tidak menggunakannya? Oh, atau jangan-jangan ada masalah dengan paten atau stasiun TV?”

“Tidak. Catatan mengenai bagaimana cara membuat darah palsu itu hilang.”

“Bagaimana bisa begitu?”

“Ketika aku baru disini, stasiun TV ini selalu membuat darah palsu sendiri. Alasan lain kami melakukannya adalah karena dengan membuat sendiri, biayanya lebih murah daripada membeli dari perusahaan lain. Omong-omong, tahukah kau acara apa yang menggunakan darah palsu paling banyak?”

“Sejenis drama polisi legendaris? Drama sejarah seharusnya tidak begitu banyak menggunakan darah palsu karena tidak begitu banyak adegan pembantaian.”

“Bukan keduanya.”

Tiba-tiba aku ingin merokok.

Mungkin karena aku diingatkan dengan masa lalu.

Atau mungkin aku ingin sesuatu untuk menenangkan pikiranku karena aku harus menceritakan masa itu.

“Acara penelitian kriptid [2].”

“Eh? Apa itu?”

“Kupikir kau tidak akan tahu kalau kau lahir di masa Heisei[3]. Pada acara-acara semacam itu biasanya para kru akan pergi ke luar negeri untuk mencari monster misterius yang dikenal sebagai Bigfoot. Biasanya, acara-acara semacam itu isinya hanya tipuan belaka. Namun, hal-hal semacam itu sudah dilarang oleh undang-undang penyiaran, jadi acara-acara itu sudah ditiadakan.”

“Lalu untuk apa darah palsu di acara semacam itu? Apakah para kru pura-pura diserang oleh monster yang tak dikenal?”

Si gadis berdada besar meniru suara geraman dan meengangkat lengannya, seperti monster. Namun tangannya masih memegang sendok sayur yang digunakan untuk mengaduk darah palsu, muncratlah darah palsu itu.

“Ahh! Bodoh! Ini jasku!!”

“Harganya 30 ribu yen[4] sepasang, kan? Bahkan itu sudah termasuk dengan bawahan dan dasi.”

“Kalau kau pikir jumlah sebesar itu kecil, ganti jasku ini!!”

“Anda tahu sendiri berapa gajiku per jam, kenapa anda menyuruh saya menggantinya?! Tulis saja sebagai biaya usaha. Toh, rusaknya juga terjadi ketika sedang bekerja! Omong-omong, kembali lagi ke masalah kriptid tadi. Bagaimana darah palsu dipakai di acara itu?”

Jujur saja, “Entahlah.”

Ya.

Dua puluh tahun berlalu, tapi aku masih tak menemukan jawabannya.

“Acara penelitian kriptid adalah suatu program khusus yang disiarkan setiap 6 bulan sekali, jadi mereka meminta banyak sekali darah palsu. Tapi itu saja yang kutahu. Aku tak pernah tahu untuk apa mereka menggunakannya. Di acara yang disiarkan, tidak pernah ada adegan dengan menggunakan darah palsu. Tak ada yang tahu untuk apa darah palsu itu. Yang aku tahu hanya...”

“Hanya...?”

“Ketika acara itu akan dibatalkan, seseorang mengacak-acak gudang stasiun TV, membuang semua cadangan darah palsu kemana-mana. Kuncinya tidak diutak-atik, tapi yang kelihatannya terjadi adalah pintu yang dibuka paksa dengan kekuatan yang sangat besar. Resep untuk membuat darah palsu juga disimpan bersama dengan darah palsu itu sendiri. Resepnya sendiri terendam dalam darah palsu dan sudah tak bisa dibaca lagi. Orang yang membuat resep itu telah mengundurkan diri sebelumnya dan dia lupa berapa pastinya jumlah dari bahan-bahan tertentu yang ditambahkan, jadi kami menyerah begitu saja.”

“Eh? Apa maksudnya ‘dengan kekuatan yang sangat besar’? Apakah menurut anda semua hal itu dilakukan oleh si sutradara?”

“Mungkin saja.” Aku menguap. “Si sutradara yang pergi ke lokasi di luar negeri itu, rumahnya juga diacak-acak dengan cara yang sama, dan ia tak pernah kembali lagi ke rumahnya. Kami juga menerima beberapa panggilan telepon mencurigakan dari luar negeri, tapi kami hanya mendengar suara geraman hewan. Tebakanku adalah bahwa semua ini adalah usaha terakhir untuk meningkatkan minat penonton dan mempertahankan rating acara itu supaya tidak turun lebih jauh.”



Catatan Penerjemah[edit]

  1. Sejenis pemanis yang dibuat dari tepung kanji, memiliki sifat yang sangat kental dan tidak berwarna.
  2. Kriptid adalah hewan-hewan yang keberadaannya belum jelas dan hanya ada di mitos, seperti Loch Ness atau Yeti
  3. Jepang masa kini. Era sebelumnya dikenal sebagai masa Showa (1926-1989).
  4. Sekitar 3,24 juta Rupiah.


File 16: Mereka yang Dibicarakan Dalam Legenda[edit]

Sang Raja Iblis sedang melihat kearahku seperti ia ingin bergabung dengan kelompokku!


Aku mengenakan baju zirah dengan rok. Terlihat menyolok, namun itu menyebabkan goresan-goresan parah di seluruh bagian bawah tubuhku saat berjalan melewati hutan dan pegunungan. (Kenapa masyarakat mau pahlawan wanita untuk berpakaian seperti ini? Ini membuatku takut mengendarai kuda. Kudanya akan menyentuh kakiku secara langsung!) Selagi itu, aku mengayunkan pedangku dan berteriak.

“Tidak! Kau adalah raja iblis! Jadi kau tidak bisa melakukan itu! Kita harus menyelesaikan ini!! Aku ingin mengalahkan raja iblis dan kembali ke kerajaan! Perjalanan panjang dari tinggal di penginapan murah telah membuat tubuhku penuh dengan keringat sampai kau akan sulit memanggilku gadis! Tolong biarkan aku tidur di kasurku!”

“Ya, tapi aku juga tidak terlalu senang dengan ini,” komplain seorang gadis kecil dengan tanduk kambing di kepalanya, sayap kelelawar dari punggungnya, dan sesuatu seperti ekor dari bokongnya. Ia mengenakan pakaian dari kulit dan sedang duduk di singgasanna dengan kedua lengannya memeluk lututnya. “Aku mendapatkan dan mengangkat para elit dari dari pasukan Raja Iblisku dan pasukan putri duyungku dipimpin oleh pekerja idol. Jadi mengapa mereka mengkhianatiku dengan mudahnya setelah kau mengalahkan mereka?! Kembalikan waktu dan uang yang kugunakan untuk mereka!! Sebenarnya, kalau mereka akan mengubah afiliasi mereka berdasarkan kekerasan, aku akan mengalahkan mereka kembali ke sisiku!”

“Aku mengerti perasaanmu, tapi ayolah bertarung. Kalau tidak, legenda ini tidak akan pernah berakhir.”

“Pasti kau merasa sedikit kecewa setelah susah-susah berteman dengan pasukan raja iblis dan menemukan pimpinan desa dan lainnya yang menyebabkan orang-orang sengsara (dengan mengadakan ritual aneh di desa mereka dan lain lain). Tidakkah kau mulai berpikir kenapa kau mempertaruhkan nyawamu untuk kemanusiaan saat banyak manusia seperti itu?”

Aku tidak yakin apa yang ia teriakkan, jadi aku hanya membetulkan ucapannya dengan tatapan bingung.

“Tidak, aku hanya menebas bos tipe manusia tanpa ampun. Mereka hampir tidak punya kemampuan bertarung tapi mereka masih memberi exp setingkat boss, jadi mereka cukup gampang.” [1]

“Itu keadilan yang menakutkan! A-apakah itu sumber dari kekuatan pahlawan yang selalu berkembang?!”

“Aku pikir kegagalan dari pasukan Raja Iblis adalah kurangnya sistem untuk naik level. Itu menghilangkan setengah kenikmatan bertarung.”

“Itu sebagian untuk mencegah para pemimpin untuk melawanku. Bagaimanapun juga raja iblis haruslah yang terkuat. Selain itu..”

“Apa?”

“Tidakkah kau berpikir kita dipilih secara aneh?”

“Apa maksudmu?”

“Kenapa Raja Iblis dan Pahlawan keduanya perempuan? Kalau salah satu dari kita adalah laki-laki, kau bisa menambah macam-macam hal dalam cerita seperti kita jatuh cinta dan bermasalah dengan posisi masing-masing.”

Pahlawan menginspirasi orang-orang dengan legendanya dan Raja Iblis membawa ketakutan ke dunia dengan legendanya. Singkatnya, legenda yang menarik akan menguasai dunia. Karena itu, kami lebih memperhatikan bagaimana dunia melihat kami daripada yang kau pikirkan. Kami selalu mengulangi adegan aksi dengan akrobatik yang tidak perlu unutk memberi materi yang para penyair pasti masukan dalam syair mereka.

Karena itu, aku mengerti kenapa sang Raja Iblis merasa sedikit kesal.

“Zaman sekarang, pria untuk diidentifikasi tidak lagi diperlukan. Sepertinya orang-orang lebih senang untuk mengintip percakapan antara wanita dengan mata tuhan.”

“Ketika kupikir tentang itu, itu benar-benar menjijikkan.”

“Dari sudut pandang mereka yang diintip, tentu saya iya. Tapi biar kuberitahu sesuatu, Raja Iblis. Sesuatu yang paling aneh bagiku ialah penampilanmu. Kenapa kau seorang gadis kecil?”

“A-apa yang kau maksud dengan itu? Aku telah hidup lebih dari 20.000 tahun tapi aku masih terlihat seperti ini, jadi tidak ada yang bisa dilakukan!”

Dari posisinya di singgasana dengan kedua lengannya memeluk lututnya, sang Raja Iblis meregangkan tangan dan kakinya secara lurus saat ia protes. Ia mungkin mencoba membuat tubuhnya terlihat lebih besar.

“Hm? Bukankah boss terakhir wania biasanya lebih ke tipe-tipe yang mempesona? Jadi ada apa dengan AAA ini? Apakah ini standar keamanan?”

“Diam! Candaan seperti itu tuh sakit! Dan kalau kau mau ke situ, bukankah aneh bagi seorang Pahlawan untuk jadi sangat besar?! Tidak ada yang bisa berempati dengan tubuh yang sempurna seperti itu! Ada apa dengan omong kosong H ini? Apakah itu dibuat secara spesial? Figur seperti itu cocok sekali dengan seorang penyihir atau peran sampingan lainnya?!”

“Ya, aku adalah perwakilan dari orang-orang. Setelah kupikir lagi, apa artinya saat pasukan Raja Iblis tunduk kepada gadis kecil sebagai wakil mereka?”

“Jangan kasar! Mereka terkesima dengan kekuatanku!”

Sang Raja Iblis mengayunkan tangan dan kakinya sambil menggeliat di singgasana. Tapi meskipun penampilannya seperti itu, waspada sangat diperlukan. Ia punya kemampuan untuk memanggil asteroid dari angkasa untuk menenggelamkan satu benua.

Lagipula, aku tidak begitu peduli kalau sang raja mati di bencana besar setelah ia memberiku tongkat kayu dan memintaku untuk menyerang pasukan Raja Iblis.

“Hei, gadis Pahlawan.”

“Apa?”

“Tidakkah kau pikir kalau pertarungan kita hanya akan melelahkan?”

“Sejujurnya, aku hanya berpikir kalau aku tidak lagi harus melakukan apa yang Raja perintahkan sekarang setelah aku naik level sangat banyak. Tapi sebaiknya kita tetap menyelesaikan ini.”

“Kita bisa, tapi apa yang akan kau lakukan setelah itu? Tentunya kau tidak berpikir kalau menghancurkan pasukan Raja Iblis dan mendirikan kembali kemasyarakatan akan menyelesaikan setiap masalah dan meninggalkanmu dengan akhir bahagia, kan?”

“Hmm... aku sedikit menyadarinya. Aku pikir akan tidak ada harapan,” Aku berbisik dengan pelan.

Sang Raja Iblis pasti merasa sedikit sombong karena ia bersandar pada singgasananya dan melipat kakinya.

Itu benar-benar membuatku ingin melakukan figure-four leg lock kepadanya. [2]

“Kau tahu, gadis Pahlawan, dunia akan jatuh di bawah kendali seorang raja yang memerintahkan seorang gadis remaja untuk mengalahkan Raja Iblis hanya dengan tongkat kayu. Sudah jelas akan ada banyak kesalahan kalau ia yang berada di puncak. Dan aku mendapat perasaan ia akan melebihi ekspektasiku dalam hal itu.”

“Eh? Kalau begitu apa yang seharusnya kulakukan? Mengalahkan sang raja?”

Sang Raja Iblis semakin merasa sombong setelah aku secara ceroboh terbawa suasana percakapannya, jadi ia menempatkan sikunya pada sandaran tangan dan menaruh dagunya di tangannya.

Caranya duduk dengan tangan disekeliling lututnya adalah salah.

“Lalu siapa yang akan menguasai dunia setelah sang raja tidak ada? Kau harus berpikir lebih jauh, Pahlawan. Inilah yang kubilang dari tadi. Kau harus melatih generasi selanjutnya. Entah itu pasukan raja iblis atau sang raja, hanya menghancurkan mereka saja tidak akan membawa akhir bahagia. Malah, kalau soal kekuatan penghancur murni, kau sangat mirip dengan Raja Iblis murni dari zaman kakekku, Pahlawan.”

“Maksudmu Raja Iblis 8 bit? Ia terkadang muncul di cerita di batu prasasti dan monumen. Pertarungan saat itu sangatlah sederhana. Kedengarannya menyenangkan.” [3]

“Zaman itu, ‘Akulah Sang Raja Iblis, jadi akan kuhancurkan dunia ini!’ akan menyelesaikannya. Sekarang, aku berani bertaruh para penyair tidak akan tahu apa yang harus dilakukan dengan kalimat itu.”

“Dan aku dengar kau tidak bisa men-save di tengah jalan. Untuk menyelesaikan seluruh ceritanya, para penyair harus melakukannya 50 jam nonstop.” Gadis kecil bertanduk kambing mengangkat jari telunjuknya dan berkata, “Bagaimana kalau kau membuat pasukan pahlawan? Sesuatu yang lain dari pasukan manusia. Dengan begitu, siapapun yang memenangkan pertarungan bisa menggunakan pasukannya untuk menguasai dunia.”

“Aku tidak yakin orang lain bisa bertahan melewati latihan kejamku. Selain itu, aku seorang pembela diri yang tegas sampai-sampai aku datang kesini tanpa menyusun kelompok.”

“Berjalan di jalur yang membuat orang takut, dan tidak berbeda dengan memiliki kharisma. Apakah aku bisa melihat buku panduannya?”

“Sebagai sang Pahlawan, aku tidak bisa melakukannya.”

“Bagaimana kau bisa berkata seperti itu setelah kau mendiamkan monsterku dengan tinjumu dan membangkitkan mereka ke jalur masokisme? Dari yang kulihat, tidak masalah siapa yang menang karena salah satu dari kita bisa membangun dunia bersama lewat ketakutan.”

“Tidak adil! Kau mencoba membawa akhir dimana sang Pahlawan menang namun terkena kutukan raja iblis kan? Kau mencoba mengambil semua bagian yang baik untukmu sendiri! Dan kau akan bangkit lagi ketika kekuatan kegelapan yang memenuhi dunia sudah terkumpul, ya kan?!”

“Lalu apa kau punya visi yang lebih heroik tentang bagaimana mengatasi ini? Sesuatu yang lain daripada hanya melakukan apa yang sang raja ucapkan?”

Dihadapi oleh pertanyaan itu, aku tidak bisa mengatakan apa-apa.

Aku dengan gelisah menggerakkan jari-jariku sebentar sebelum berkata.

“Ya, ada beberapa hal yang aku ingin lakukan. Contohnya, aku bisa menjalankan jasa pengiriman pahlawan bersenjata. Dunia ini masih dihuni oleh monster, jadi mengirim barang bisa sulit. Pahlawan berlevel tinggi sepertiku bisa menghasilkan banyak uang menemani karavan dari kota ke kota.”

“Kalau kau berpikir sejauh itu, kenapa tidak kau lakukan saja?! Tunggu, apa itu alasanmu membawa monster-monsterku ke bawah kendalimu?!”

“Tapi kalau aku mengalahkan sang raja demi kemajuanku, aku tidak akan jadi pahlawan, kan?! Ini akan lebih mudah kalau ia dikendalikan oleh kejahatan atau semacamnya!! Raja Iblis, kenapa kau tidak mengakali sang raja? Malah, kalau sang raja tidak memberi perintah itu, pahlawan sepertiku tidak akan pernah pergi untuk mengalahkan raja iblis!”

Sang Raja Iblis bertanduk kambing menghela nafasnya pada pertanyaan sederhana milikku.

“Ia tidak bisa diandalkan. Kemampuan satu-satunya ialah tetap menjadi raja yang berkuasa. Ia adalah seorang politisi. Sejujurnya, aku meremehkanmu karena kau adalah pahlawan yang disiapkan olehnya. Aku telah hidup selama 20.000 tahun dan kau adalah pahlawan pertama yang sampai sejauh ini.”

“Raja iblis selalu meremehkan para pahlawan. Kau selalu membiarkan kami hidup di awal, berkata bahwa kami tidak layak untuk dibunuh kalau kami akan mati di awal. Sepertinya kau membantu perkembangan kami kalau kau bertanya padaku.”

“Oh, saat kalian Level 2 atau 3, kalian para penantang terlihat sangat imut. Seperti anak anjing yang dengan sembrono menggigit tumitku. Masalahnya adalah ketika kau sudah Level 300 dan punya kekuatan yang tidak masuk akal. Lalu kau bisa menyerang lima kali dalam satu giliran dan kau punya serangan elemental hebat yang tidak mempedulikan pertahanan dan bisa meng-one-hit K.O. jendralku. Kau berkembang terlalu cepat.”

Ia pasti sedang mengingat saat aku masih seorang “anak anjing” karena sang Raja Iblis memanyunkan bibirnya, menyilangkan tangannya dan mengayun-ayunkan kakinya. Di pikiran gadis kecil bertanduk kambing itu mungin adalah gambaran diri tak bersalahku menggigit kaki yang terayun itu.

“Jadi kau punya pandangan yang sama seperti pecinta binatang peliharaan yang kejam yang mengarungi kucing atau anjing mereka dan melemparnya keluar saat mereka sudah terlalu besar. Itulah seorang raja ibis. Kau selalu menempuh jalur kejahatan.”

“Ya, tapi peliharaan itu tumbuh jadi raksasa dan menjadi anggota pasukan raja iblisku, jadi itu adalah kesepakatan yang baik buatku.”

“Kau benar-benar berpikir jauh, aku salut.”

Ekspresi sang Raja Iblis berubah menjadi waswas terhadap komentar kagum itu.

“Ya, aku memang mengurus pasukan dan sebuah kerajaan. Terkadang, aku berharap aku adalah pekerja lepas seperti kalian para pahlawan.”

“Kau, sang Raja iblis, merasa terkekang?”

“Ya, benar! Semuanya selalu meminta aku menurunkan pajak, tapi mereka juga memaksa aku menambah lebih kepada keamanan masyarakat mereka! Ada yang salah ketika kerajaan sang raja iblis memiliki dana yang lebih besar untuk bioenergi daripada untuk pertahanan nasional yang mana merupakan untuk bertarung melawan kalian para pahlawan! Bukankah kau berpikir begitu, Pahlawan?!”

“Aku pikir kau seorang raja iblis karena kau yang terkuat diantara para monster? Kenapa kau begitu terkekang oleh keinginan mereka? Kalau kau tidak suka sesuatu, tidak bisakah kau menendang bokong mereka agar mereka diam?”

“Itulah halnya dengan kalian pekerja lepas. Kau bilang kau bertarung untuk melindungi, tapi kau tidak bisa berpikir selain kehancuran. Kamilah yang harus bekerja sangat keras untuk menimbun dungeon dan senjata pemusnah masa lampau! Kalau bukan karena usaha kami, legenda para pahlawan akan menjadi sangat membosankan.”

“Haah~. Andai saja aku adalah raja iblis. Maka semuanya akan lebih...”

“Andai saja aku adalah pahlawan. Maka sekarang, aku akan...”

“...”

“...”


Menurut para penyair, sang pahlawan dan sang raja iblis bertaruh suatu hadiah dan memulai pertarungan terakhir.

Tidak jelas apa hadiahnya.

Tapi...

Meskipun itu pertarungan terakhir, sang pahlawan dan sang raja iblis keduanya berhasil selamat.

Dan tidak ada yang butuh syair untuk mengingatkan mereka bahwa sejarah dunia kemudian mengalami perubahan yang cukup drastis untuk membuat utusan-utusan pingsan.



Catatan Penerjemah[edit]

  1. TL note : exp = experience point
  2. TL note: istilah gulat
  3. TL note : 8 bit = game jadul


File 17: Warna Atribut Untuk Palet[edit]

Posisi dari hukuman dan hadiah ditukar.

Pada dasarnya, tak seperti para penjahat yang dihukum berdasarkan hukum pidana, orang-orang yang berkerja untuk masyarakat atau individu lain diberi hadiah yang layak. Itu adalah esensi dari Hukum Keseimbangan Karma.

Dalam dunia di mana semuanya mendukung yang lain itu, tak berbaik hati ke semuanya secara efektif berarti kau akan kehilangan arti hidupmu, jadi angka kejahatan benar-benar lebih rendah.

“Jadi, master!! Itulah kenapa aku, maid ofensif rumah tangga gothic lolita yang mengikuti mode sekaligus seorang guru sekolah yang tsundere juga teman masa kecil dengan tipe hewan kecil yang super ini telah datang ke sini untuk membayar Anda kembali!!”

“Panjang amat! Siapa kau!? Sejenis ramen dengan isi dan bumbu komplit!?”

Aku punya perasaan kalau membiarkannya berada di depan pintuku akan menyebabkan masalah dengan tetangga, atau dengan menghakimiku, atau dengan rumor, atau sesuatu yang destruktif! Rasa bingungku membuatku kehilangan kata-kata, jadi aku tak dapat menciptakan ide konkret apapun, tapi kau mendapatkan gambarannya.

Dan sebelum pemikiranku dapat pulih, ramen dengan isi dan bumbu komplit itu terus berbicara.

“Sekarang ini dunia tak begitu baik sampai-sampai mengizinkan Anda untuk menjadi maid dengan mudahnya. Untuk bertahan hidup, Anda perlu menambah atribut lain. Itulah kenapa aku adalah maid dengan 10 atribut berbeda! Anda bebas untuk merinding ketakutan pada kehidupan mimpi apa yang menantimu!!”

“Bukankah teman masa kecil itu tak mungkin?”

“Aku dapat membuat memori dan video rumahan sebanyak yang Anda mau.”

Dia cukup profesional.

Lalu aku memutuskan untuk memberi pertanyaan lain!

“Atribut jenis apa ‘super’ itu?”

“Kupikir itu ada hubungannya dengan menjadi reporter yang memakai zentai.”

“Oh, kupikir artinya seluruh badanmu akan bersinar seperti emas.”

Pokoknya…

“Aku tak ingat pernah melakukan apapun yang patut diberi hadiah oleh Hukum Keseimbangan Karma. Apa yang aku lakukan dan siapa yang kuselamatkan?”

“Yah, master, beberapa hari yang lalu Anda menjatuhkan koin 100 yen di depan mesin penjual minuman, Anda ingat?”

“Ya. Aku kehilangan koin itu ketika koin itu jatuh ke lubang got.”

“100 yen itu berubah menjadi tiket pacuan kuda yang memberi keuntungan 100 kali lipat. Uang itu berkembang semakin jauh via pachinko, tapi kemudian dirampok. Ketika pemuda yang berani menghentikan perampok itu, atase menyelidiki kalau uang itu meluncur ke bawah lereng. Uang itu akhirnya digunakan dalam intraday. Setengah bagian yang lolos dari hal itu disumbangkan ke anak-anak miskin di negara tertentu. Dalam penggunaannya, minyak ditemukan dan sekarang masalah kelaparan dan kemiskinan negara itu terselesaikan.”

“Rantai peristiwa seperti itu dapat terjadi di kehidupan nyata!?”

“Pokoknya, master, karma Anda telah berada di sisi positif pada level menyelamatkan nyawa 5 juta orang secara permanen. Berdasarkan perhitungan, karma Anda takkan bisa mencapai keseimbangan dalam masa kehidupan Anda kecuali maid ofensif rumah tangga gothic lolita yang mengikuti mode sekaligus seorang guru sekolah yang tsundere juga teman masa kecil dengan tipe hewan kecil yang super ini dikirim kepada Anda.”

Aku menghela napas.

Sejujurnya, tak ada hal yang dapat membuatku lebih bahagia daripada mempunyai seorang maid, tapi apa yang seharusnya dia lakukan? Lagipula dia akan membersihkan apartemen kecilku dalam waktu yang sangat singkat.

“Jadi tolong izinkan aku untuk bertarung.”

“Hmm!? Dari mana istilah berbahaya itu muncul!?”

“Aku adalah milik Anda sampai karma Anda mencapai keseimbangan, master. Hal itu juga berarti kalau karmaku adalah tanggungan Anda….dan (aku melakukan banyak hal yang tak aku banggakan dan hal itu membuatku mendapatkan banyak kebencian ketika bekerja untuk menjadi seorang maid ofensif rumah tangga gothic lolita yang mengikuti mode sekaligus seorang guru sekolah yang tsundere juga teman masa kecil dengan tipe hewan kecil yang super.)”

“Apa yang barusan kau katakan!? Apa kau bilang sekarang aku bertanggung jawab untuk dosamu!?”

Namun, meneriakkan hal itu takkan membantu. Ketika hukuman penjahat ditolak, orang-orang yang telah membuktikan bahwa mereka punya hak untuk balas dendam telah memperoleh hak untuk membalas dendam.

Lalu….

“Fwa ha ha ha ha!! Jadi kau adalah master dari maid ofensif rumah tangga gothic lolita yang mengikuti mode sekaligus seorang guru sekolah yang tsundere juga teman masa kecil dengan tipe hewan kecil yang super itu!! Aku adalah gadis gothic lolita bertelinga kucing, anjing, telinga, beruang, monyet, badak, sapi, tikus, panda, koala, rusa, dan kangguru! Aku datang ke sini untuk membalas dendam!!”

“Terlalu banyak jenis hewan!! Kau seperti suatu jenis chimaera! Dan kenapa semuanya telinga!? Setidaknya kau bisa menggunakan tanduk untuk rusa!! Kau tak memiliki fiksasi yang meresahkan dengan telinga kan!? Dan juga, bukankah maid ini telah mengambil gothic lolita?”

Namun, maid ofensif rumah tangga gothic lolita yang mengikuti mode sekaligus seorang guru sekolah yang tsundere juga teman masa kecil dengan tipe hewan kecil yang super itu terlihat terkejut oleh kemunculan pengunjung aneh ini.

“D-dua belas atribut!? Dia bukan gadis normal…!!”

“Heh. Aku punya banyak hal yang dapat aku coba untuk Guinness World Record nanti kalau aku adalah toko es krim. Beginilah arah yang dituju dunia ini.”

“I-Ini buruk. Mungkin dia adalah tipe yang tak tertandingi!”

Aku mulai bertanya-tanya kalau maid ini bisa masak dan bersih-bersih atau tidak. Kemampuan bertarung bukanlah hal yang kau cari dari seorang maid.

“In-Ini buruk. Atributnya terlalu banyak. Aku tak bisa menang melawannya!!”

“Dan apa yang terjadi kalau kau kalah?”

“Bukannya sudah jelas? Dia akan membalas dendam. Mungkin dia mengambil parutan sayur untuk memarut dan membuat lobak parut dari pergelangan kakiku…. Dan dia akan melakukan hal yang sama kepada Anda karena Anda bertanggung jawab atas dosaku sekarang.”

“Itu terlalu berat untuk membuat seseorang terlibat layaknya sebuah lelucon!! Dan satu lagi, kau maid ofensif…Jugemu Jugemu! Apa yang kau lakukan sebelum datang ke sini?”

“Tolong jangan menyingkatnya hanya karena itu melelahkan untuk diucapkan, master! Atribut kami adalah simbol kehidupan kami!!”

“Kumulai sekarang!!” teriak gadis yang lain.

Dengan cepat gadis gothic lolita bertelinga kucing, anjing, telinga, beruang, monyet, badak, sapi, tikus, panda, koala, rusa, dan kangguru itu melakukan pose yang tak berarti.

“Terimalah serangan spesial universal yang sesuai dengan 12 rasi bintang ini!!!!!!”

“Lalu setidaknya gunakan hewan yang sesuai dengan rasi bintang sebagai atributmu!!”

“Beberapa diantaranya adalah hal-hal seperti timbangan, jadi itu tidak mungkin!”

Karena aku tak mau berubah menjadi lobak parut, Aku harus bergabung dalam pertarungan yang tak bisa kuhindari meskipun aku tak mau ikut-ikutan. Kelihatannya hasil pertarungannya ditentukan dari jumlah atribut yang kau punya, sehingga kancing baju maid ofensif rumah tangga gothic lolita yang mengikuti mode sekaligus seorang guru sekolah yang tsundere juga teman masa kecil dengan tipe hewan kecil yang super itu terbakar, dadanya terekspos, medali tebal dari topinya yang mirip seperti topi militer terlepas, dan darah ayam menyirami set pisau yang dia punya.

“Anu, Aku akan menambah cabul, supir bus, dan yandere. Atributku menjadi 13.”

“Dobashaaa!!!!!!”

Ketika mengeluarkan teriakan tak berarti yang mungkin adalah sejenis efek suara, maid ofensif rumah tangga gothic lolita cabul yang mengikuti mode sekaligus seorang guru sekolah dan supir bus yang tsundere ditambah yandere juga teman masa kecil dengan tipe hewan kecil yang super itu menerbangkan gadis gothic lolita bertelinga kucing, anjing, telinga, beruang, monyet, badak, sapi, tikus, panda, koala, rusa, dan kangguru.

Dia (Aku akan tetap memanggilnya “dia”. Itu lebih mudah untuk diucapkan) terbang secara mengejutkan jauh sebelum dia menyentuh tanah.

Darah keluar dari sudut mulutnya, tapi dia memberikan senyuman pucat sambil mengumpulkan kekuatan akhirnya.

“G-gbh… Heh. Sebenarnya aku adalah bos di sisi yang baik yang hanya berpura-pura melawanmu untuk membantumu berkembang …”

“A-apa!?”

“Dan itu memberiku 13 atribut, jadi aku dapat bertarung secara rata sekali lagi!! Serang!!”

“Setidaklah tetaplah pada tema telinga! Atribut pria sejati ditambahkan ke dalam daftar atributku, punyaku menjadi 14!! Serang!!”

Aku tak dapat mendengar apapun kecuali ledakan dan kilatan cahaya.

Semua kaca di apartemenku pecah, tapi aku tak yakin siapa yang seharusnya aku salahkan atas kerusakan ini.

Tapi kemudian aku mulai bisa melihat apa yang terjadi di balik kepulan asap itu.

“Hah? Aku punya lebih banyak atribut, jadi seharusnya aku menang!”

“Tidak, aku menggunakan atribut bos di sisi yang baik milikku untuk melakukan serangan kejutan. Hal itu memberiku atribut pengkhianat yang membuat total atribut menjadi sama sepertimu, yaitu 14. Dan dari pertarunan melawan lawan yang setara, aku mendapatkan atribut rival! Dan penjelasan bertele-tele ini telah membuatku mendapatkan atribut karakter eksposisi! Sekarang aku punya eeeeeeeennnnaaaammmnam beeeeeeeeellllllllllllllllaaaaaaaaasssssssssssss aaatttttttttrrrrrrrriiiiiiiiiibbbbbbbbbbuuuuuuuuutttttt!!”

“Lalu aku mendapat atribut karakter malang karena situasi berbalik padaku seperti itu. Atributku menjadi 15. Menjadi tipe karakter yang menemukan lawan dalam pertempuran tak peduli apapun membuatku punya 16 atribut. Dan menciptakan ide-ide untuk membalikkan situasi menyedihkan seperti itu membuatku mendapatkan atribut karakter pemecah misteri. Aaaakkkkuuuuu ppppuuuunnnyyyaaaaa tttuuuujjjuuuuhhh bbbeeeelllllaaassssssssssssssssss aaatatttrrrriiiiiiibbbbuuuuttttttttt!!”

Setelah itu, kedua gadis itu terus-menerus menambahkan atribut lebih banyak lagi. Atribut-atribut itu meliputi pelayan wanita, suster, ratu balapan, pramugari, seragam pelaut, pemandu sorak, gadis kuil, suster, fundoshi, pakaian renang seksi, pakaian renang sekolah, bloomer, bike shorts, samba, gadis hula, cowgirl, gadis kelinci, putri, ketua OSIS, penyihir panggung, reverse trap, peri, dewi, dominatrix, ninja, samurai, pakaian Tiongkok, ao dai, android, cyborg, AI, dan masih banyak lagi. Angin terbelah, gravitasi menjadi kacau, lubang dimensi terbuka, sesuatu yang mirip black hole muncul, dan ledakan gila pun terjadi.

“…Apakah tak ada dari kalian yang mau mengklaim atribut tipe bertarung?”

Ketika aku mengatakan hal itu, pertarungan sedikit menenang.

Aku memandang melalui debu dan asap untuk melihat apa yang sedang terjadi di balik sana. Apa yang kulihat adalah gadis dengan pakaian maid yang benar-benar normal dan gadis dengan pakaian gothic lolita yang benar-benar normal. Mereka duduk dengan gaya seiza dan saling berhadapan. Tunggu, dapatkah kau benar-benar memanggil itu “normal”? Semua yang terjadi mungkin telah merusak ideku tentang “normal”.

“Apa yang terjadi?”

“Kami berputar kembali ke titik awal”

“Tak peduli berapa banyak rasa es krim yang mereka buat, rasa vanila takkan pernah ketinggalan zaman.”

File 18: Tantangan Tanpa Akhir Chef Koitarou[edit]

“Hei, kek. Aku bisa membuat perempuan itu mengatakan ‘nandeyanen’[1].”

“Begitu. Apakah kau sudah berterima kasih padanya?”

“…Nandeyanen.”

“Ha ha ha. Kau lebih hebat dari kakekmu!”

“Yanen yanen!”

Dua orang yang terlihat seperti kakek dan cucu (akan terlihat aneh jika bukan) meninggalkan warung sushi dengan tersenyum. ...Apakah dialek Kansai memang segitu jarangnya?

Mereka adalah pengunjung terakhir di istirahat siang ini, jadi sekarang di warung sushi hanya ada aku dan si koki sushi yang keras kepala. Orang tua keras kepala itu melihat diriku yang memakai jas lab dan kemeja murahan dengan kesal.

“Aku kagum dengan kesopananmu untuk menunggu sampai pengunjung terakhir pergi, tapi tak lebih dari itu.”

“Kalau begitu bisakah kita bicarakan sekarang?”

Kuletakkan tablet PC di meja dan alis bapak itu melirik kebawah dengan penuh kecurigaan.

Mimik mukanya nampak seakan-akan ia membenciku dan jas labku yang bau etanol.

Yah, orang-orang yang membuat kemajuan di suatu bidang selalu akan berhadapan dengan orang yang tidak paham dan tak ingin maju.

Tidak banyak orang yang punya tekad untuk menerima kemajuan seperti Koitarou-san. Dan tekad inilah yang selalu berhasil membawa negara kecil ini menjadi semaju sekarang.

“Aku yakin kau tahu bahwa aku tak suka dengan orang-orang sepertimu,” katanya. “Restoranmu sekarang menjadi franchise sushi berputar[2] yang terbesar. Tapi yang paling kubenci adalah bahwa kau berani menuliskan ‘khas Edo’ di nama restoranmu.”

“Ayolah. Kata 'khas Edo' hanya menunjukkan bentuknya saja. Ia tidak disebut begitu karena seorang koki dari Tokyo yang membuatnya. Sama saja seperti koki dari Jepang yang bisa membuat masakan Perancis.”

“Bentuk-bentuk makanan berubah setiap hari. Pizza mulai diantarkan dengan motor, dan sushi disajikan dengan belt conveyor[3]. Tapi yang dimaksud 'khas Edo' adalah yang seperti ini. Semua yang keluar dan masuk dari toko inilah yang membuatnya 'khas Edo'. Aku tidak mengeluhkan tentang toko yang entah ada di Osaka atau Tokyo. Yang aku tak suka adalah caramu menggunakan pipet dan gelas kaca untuk mengamati perubahan rasa yang disebabkan pengawet, dasar kau peneliti makanan.”

“Kau bilang begitu, tapi pada dasarnya sushi juga adalah salah satu cara untuk mengawetkan ikan. Ia adalah sejenis makanan yang diolah dengan fermentasi. Sushi ikan dan sejenisnya dikembangkan dari sana. Ketika sushi khas Edo pertama kali muncul, ia juga dianggap sebagai tiruan yang tidak bermutu, sama seperti bagaimana pendapatmu mengenai sushi berputar, betul kan? Koitarou-san, menurut saya, pendahulu andalah yang bekerja demikian keras sehingga sushi khas Edo mendapat posisi terhormat seperti sekarang.”

“Mungkin kau benar, tapi akulah yang membuat batas antara 'khas Edo' atau bukan. Aku tak peduli dengan apa yang kau lakukan, tapi tetap saja perlu ada pembeda. Berhenti menyebutnya 'asli' atau 'khas Edo', lalu cobalah untuk menaklukkan sushi khas Edo yang sebenarnya dengan namamu sendiri.”

“Koitarou-san, apakah anda suka sushi salmon atau keju gulung?”

“Kalau kau bisa membuat sushi yang lebih enak dari sushi yang menggunakan tuna berkualitas, maka aku tak akan protes. Aku lebih suka kau menantangku dengan sesuatu yang baru, daripada menggunakan ikan tuna murahan dan berusaha menyembunyikan rasa sebenarnya dengan minyak babi.”

Dari dialog barusan, aku yakin kalian semua telah melihat betapa keras kepalanya Koitarou-san.

Dan betapa lembutnya beliau.

Sekilas, ia terlihat seperti musuh kuat yang telah mempersenjatai dirinya dengan ide-idenya, tapi ketika kau bisa menerobos ide-idenya, ia sebenarnya begitu lembut, sampai-sampai tak bisa mengabaikan orang lain.

Ia adalah jenis orang tua yang akan mengeluhkan suatu perayaan tertentu, namun di saat yang bersamaan membuat chirashizushi[4] yang mewah. Dan ia juga akan mengatakan pada anak-anak di sekitar rumahnya bahwa senyum mereka saja cukup untuk membayar sushi yang mereka makan.

“Tapi, Koitarou-san, kami ini menjalankan bisnis, jadi aku takkan datang kemari untuk sesuatu yang menurutku tak mungkin akan laku.”

“Apakah kau kemari untuk menangis dan memohon padaku untuk membuatkan suatu produk untukmu?”

“Semacamnya. Lagipula, Koitarou-san, anda juga mengeluh tentang pekerjaan yang kuberikan padamu beberapa waktu lalu, tapi pada akhirnya, kau tetap mau membantuku juga.”

“…Itu karena kau bilang kau ingin membuat sushi yang mirip dengan yang asli, tapi juga dapat dimakan oleh orang-orang yang memiliki alergi ikan. Kau memintaku untuk mencampur berbagai bahan seperti kedelai dan kentang untuk bisa menciptakan rasa dan tekstur yang sama.”

“Ya, ya. Mungkin kami ini hanyalah restoran sushi berputar, tapi kami berhasil mengalahkan industri keseha-...Uhuk, uhuk. Tidak, maksudku, kami berhasil membuat banyak pasien bisa memakan sushi dengan penuh senyuman untuk pertama kalinya.”

Aku harus buru-buru mengubah kata-kataku karena Koitarou-san menatapku dengan pandangan yang lebih tajam dari pisaunya.

“Dengan kata lain, Koitarou-san, anda setuju untuk mengabaikan kebanggaan diri anda dan bergabung dengan restoran dengan banyak cabang seperti kami jika itu bisa membantu seluruh dunia ini, bukan?”

“…Tunggu. Jadi apa yang dipertaruhkan kali ini?”

“Perdamaian dunia. Atau lebih tepatnya, monster-monster jahat. Apakah anda mengerti sekarang?”

Tatapan Koitarou-san makin tajam.

Memang, kau tak bisa menyalahkannya.

Bagi makhluk-makhluk ini, evolusi sudah semakin kacau sehingga mereka bisa memutarbalikkan semua pengetahuan biologi yang umum dipahami manusia. Bahkan, yang terjadi adalah seakan-akan monster ini datang "entah dari mana". Mereka tidak mengerti bahasa manusia, dan semua metode komunikasi yang telah dicoba tak berhasil untuk menghubungkan pikiran kami dengan mereka. Selain itu, mereka juga terlampau kuat. Kekuatan militer dari 8 negara besar sudah dikerahkan, dan gagal, mereka menyerah dengan cepat. Kini hanya ada beberapa kelompok warga sipil yang berusaha untuk membuat makhluk-makhluk ini tidak merasa terganggu.

Karena monster-monster ini, berbagai perhitungan memperkirakan bahwa kehancuran dunia akan terjadi karena mereka, bukan karena krisis minyak dunia atau pemanasan global. Makhluk-makhluk ini melihat manusia hanya sebagai sumber makanan mereka.

“Apa yang bisa dilakukan seorang koki sushi sepertiku? Apakah kau menginginkanku mengiris-iris daging mereka dan menyajikannya diatas nasi?”

“Tidak. Kita tidak dapat membunuh monster-monster itu. Yang bisa kita lakukan hanyalah sedikit melukai mereka, dan itu hanya membuat mereka semakin marah. Itulah mengapa kita tak bisa terus-menerus berpikir bagaimana cara 'mengalahkan' mereka. Itulah kenapa aku akan melakukan yang sebaliknya. Ini satu-satunya cara.”

“Hm?”

“Monster-monster jahat itu melihat manusia sebagai makanan, tak lebih. Tapi itu tak berarti mereka hanya memakan manusia. ...Lalu berikutnya sederhana. Kalau kita memberikan mereka makanan yang lebih enak daripada manusia, dan memastikan bahwa mereka hanya bisa memakan makanan itu selama manusia masih hidup, maka mereka takkan melihat kita sebagai target lagi.”

“Apakah cara itu dapat berhasil?”

“Sama seperti hubungan antara semut dan kutu daun. Kedua belah pihak sama-sama tidak benar-benar berkuasa. Selain itu, cara ini tidak membutuhkan bahasa yang perlu dimengerti oleh kita dan monster itu. Selama kita bisa mengajari mereka bahwa mereka bisa mendapat 'madu yang lezat' dari kita, maka kedudukan kita akan sejajar dengan mereka.”

Aku telah mencoba berbicara dengan koki dari Prancis dan Cina tentang hal ini, tapi mereka berkata bahwa cara ini dapat digunakan lebih dari sekedar perdamaian dunia. Karena, jika perilaku monster-monster itu dapat dipengaruhi dengan makanan enak, bisa jadi makanan itu digunakan untuk memancing mereka agar menyerang daerah tertentu di muka bumi ini.

Tapi, karena ide itu hanya akan membuat pembicaraan dengan orang tua ini semakin sulit, kuputuskan untuk tidak menyebutkannya sama sekali.

Seorang 'penjahat yang berfokus pada keuntungan pribadi' sepertiku dapat membiarkan masalah-masalah sulit seperti itu untuk dirinya sendiri.

“Koitarou-san, aku takkan merepotkanmu dengan data dan statistik, tapi jumlah korban terbesar dari serangan monster ini ada di Afrika bagian tengah. Daerah itu tidak memiliki banyak makanan dan sumber daya, jadi dunia internasional tak begitu memperhatikan mereka. Karena itu, bantuan untuk menyelamatkan orang-orang cenderung datang terlambat. Aku mungkin akan melakukan segala cara untuk mendapatkan uang di masa lalu, tapi kali ini tantangannya lebih nyata. ...Dengan ilmuku dan kemampuanmu, kita bisa menurunkan jumlah korban menjadi nol.”

“…Ck.”

Tangan Koitarou-san yang sedang mengelap meja dapurnya dengan kain basah berhenti bergerak.

“Kau masih saja bersikap seperti seorang pengecut.”

“Dan anda masih seorang koki sejati yang bersedia menggunakan keahliannya apapun yang terjadi, Koitarou-san.”

Lalu aku dan Koitarou-san memulai tantangannya.

Dalam usaha kami untuk menghadapi ancaman dari monster-monster itu, Koitarou-san menggunakan indra perasa dan jari-jemarinya, sedangkan aku menggunakan statistik yang didapat dari ribuan data yang telah diambil.

“Kalau kita ingin membuat makanan yang jumlahnya cukup untuk memberi makan mereka semua, maka makanan ini haruslah sesuatu yang mudah dibuat. Sesuatu yang dapat dibuat oleh penduduk lokal dalam jumlah besar akan sangat membantu. Selain itu, kita tak boleh membuat manusia kelaparan hanya karena kita menghabiskan semua makanan untuk monster itu. Idealnya, suatu ikan atau bahan lain yang jarang dimakan.”

“Sepeertinya indera perasa monster-monster itu tak jauh berbeda dengan manusia, namun berbagai laporan menyatakan bahwa indera perasa asam mereka tidak begitu efektif.”

“Kalau begitu, bahan seperti ubur-ubur Nomura[5] dapat menjadi kandidat utama. Atau, apapun yang berukuran besar dan mengeluarkan bau yang menjijikkan. Populasi hewan itu meningkat cukup drastis akhir-akhir ini, jadi sepertinya kita tak perlu dipusingkan dengan jumlah mereka.”

“Aku akan membawa beberapa dari tangki ikan kami.”

“…Kau punya akuarium besar di bawah kantormu?”

Sembari menunggu truk datang, kami bertukar pendapat mengenai masalah ini. Diskusi yang terjadi justru seperti pertukaran dua budaya yang berbeda, dan ini benar-benar menginspirasi kami berdua. Aneh sekali bagaimana pendapat kami saling berbeda meskipun kami berusaha mencapai rasa yang sama.

Ketika ubur-ubur Nomuranya telah tiba, Koitarou-san sedikit merengut dan dengan enggan melihat pisaunya.

“Kalau anda tak ingin baunya memenuhi tempat ini, saya bisa menyiapkan dapur dan peralatannya untuk anda.”

“Tidak, ini adalah masakanku. Aku akan menggunakan peralatanku sendiri.”

“Jadi apa yang harus kita lakukan untuk membuat ubur-ubur ini enak sambil mengabaikan rasa asamnya?”

“Ubur-ubur terdiri dari air, jadi memanaskannya hanya akan membuatnya menipis. Kita tak punya pilihan lain selain menggunakannya mentah-mentah.”

“Jadi, semacam sashimi?”

“Atau kita bisa menambahkannya pada nasi dan membuat sesuatu seperti chirashizushi. Tapi kita perlu mencari bahan yang tak dimakan lainnya untuk menggantikan nasi.”

Setelahnya, kami mengumpulkan berbagai bahan seperti rerumputan yang menyebar terlalu luas sehingga mengganggu umbi kentang yang ada di gurun, dan buah yang tidak dimakan karena terlihat seperti buah beracun, padahal tidak.

“…Sepertinya kita bisa membuat salad dengan semua bahan ini.”

“Setelah ribut-ribut tentang sushi khas Edo, sekarang kita justru beralih dengan salad?”

“Sebenarnya, menurutku kita harus tetap bertahan dengan ubur-ubur itu. Kalau kita mengumpulkan terlalu banyak bahan yang tidak dimakan manusia, maka mungkin hasil akhirnya akan terasa sedikit pahit.”

“Menyembunyikan rasa pahit biasanya bisa dilakukan dengan menggunakan kecap wasabi.”

“Wah! Tunggu! Monster itu tidak bisa makan makanan yang pedas. Data menunjukkan bahwa rasa pedas akan menyebabkan mereka semakin mengamuk! Ada laporan yang menunjukkan hasil buruk ketika satu kelompok mencoba memberi makan mereka makanan India!!”

“Ck. Kalau begitu kita bisa menambahkan cuka jahe untuk mengalihkan mereka dari rasanya…”

“Sudah kubilang bahwa mereka tak bisa merasakan rasa asam.”

“Lalu apa yang harus kulakukan?! Kalau monster itu suka makanan manis, beri saja es krim!?”

“Hmm…”

Kuutak atik tablet di tanganku dengan telunjuk.

“Tadi kubilang monster itu tidak bisa merasakan asam, kan? Sepertinya itu karena sistem pencernaan mereka cukup kuat sehingga mereka bisa mengabaikan peringatan dari rasa asam.”

“Artinya?”

“Sepertinya mereka sering muncul di tempat pembuangan akhir. Kupikir itu karena mereka suka makanan busuk.”

“Apakah kau mengejekku? Sebagai koki sushi, kesegaran adalah segalanya bagiku.”

“Anggap saja ia adalah makanan yang difermentasi. Kau bisa membuatnya jika kau menganggapnya seperti keju atau natto, kan?”

“Aku tak peduli!! Kalau mereka suka dengan bau busuk, beri saja mereka kain yang dicelupkan ke susu! Tidak, tunggu. Itu sama saja dengan membuang-buang susu. Tapi kau bisa menggunakan susu kambing yang nyaris tak pernah diminum manusia!!”


Pada akhirnya, ide Koitarou-san mengenai 'Stik Gulung Jepang' berhasil menyelamatkan Afrika tengah dari krisis dan menjadi secercah harapan untuk menghadapi ancaman monster.

Perusahaan sushi berputar Jepang yang memegang hak patennya mendapatkan keuntungan yang luar biasa besar dan berhasil tumbuh menjadi jaringan restoran terbesar kedua di dunia. Koitarou dinobatkan sebagai peraih Nobel Perdamaian, namun ia berkeras untuk menolaknya. Namanya terkenal ke seluruh dunia sebagai orang Jepang yang baik dan keras kepala, suatu sifat yang masih bertahan di abad ke-21.

“Ah, hebat sekali. Dunia kembali damai dan perusahaanku sekarang telah melebarkan sayapnya ke industri pertahanan dan persenjataan. Koitarou-san, parah sekali anda menolak Hadiah Nobel itu!! Eh, anda sepertinya sedang kesal. Apakah terjadi sesuatu?”

“Perusahaanmu sekarang berhasil membuat sushi khas Edo yang paling laris di seluruh dunia. Sepertinya aku sudah kehilangan kepercayaan diriku sendiri…”



Catatan Penerjemah[edit]

  1. Nandeyanen adalah salah kata yang cukup terkenal dalam dialek Kansai, artinya dalam kurang lebih "What the hell!" dalam bahasa Inggris. Silahkan terjemahkan sendiri dalam bahasa Indonesia.
  2. Restoran sushi dimana sushi disajikan dalam piring-piring yang bergerak dengan menggunakan semacam sabuk.
  3. Sistem dimana piring diletakkan di atas sabuk yang diputar membentuk jalur tertentu dengan menggunakan roda
  4. Sejenis sushi, namun bedanya, chirashizushi terdiri dari semangkuk nasi yang dicampur dengan ikan, sayur, serta bahan tambahan lainnya. Umumnya disajikan saat perayaan tertentu. Sumber: thekitchn.com
  5. Sejenis ubur-ubur yang berukuran besar, mencapai panjang 2 meter dan berat 200 kilogram. Terdapat di perairan antara Tiongkok dan Jepang, ubur-ubur ini jarang dijadikan bahan makanan.


File 19: Penyatuan Standar adalah Masalah yang Harus Segera Diselesaikan[edit]

Saat itu adalah tengah malam, tapi handphoneku berdering.

Kudengar suara adik laki-lakiku yang setengah tidur dari bagian bawah kasur susun yang kami pakai.

“Onee-chan. Handphonemu berbunyi.”

“Punyamu juga. Apa lagi ini? Peringatan monster misterius lagi?”

“Kau gadis sakti, kan, onee-chan? Apakah kau tak bisa menghadapi...mmm mmm.”

“Tugasku mengatasi hewan-hewan mistis, binatang-binatang yang diambil alih oleh energi yang jahat. Monster-monster itu adalah keahlianmu, kan? Cepat bunyikan alarm untuk memanggil si pengendara motor itu.”

Kalau aku melepas topi tidurku dan mengganti piyamaku menjadi pakaian yang kupersiapkan jika ada hal-hal mendesak, maka aku akan merasa kalah. Di bagian atas kasur susun, kutarik selimutku untuk menutupi kepalaku.

Ketika aku melakukannya, kudengar suara gaduh dari jarak jauh. Bukan gempa bumi. Getaran semacam ini selalu datang pada saat-saat tertentu dan selalu menggoyangkan rumah bobrok kami.

“Onee-chan.”

“Setan-setan yang tumbuh raksasa adalah urusan lima orang berpakaian ketat! Argh! Kenapa mereka tidak membawa robot kombinasi mereka setiap kali mereka meninggalkan rumah mereka?! Tidak, kenapa mereka tidak menggabungkannya sejak awal?!”

Lebih dari satu jenis penjahat beroperasi di dunia ini, dan mereka memiliki kelemahan masing-masing. Suatu organisasi besar semacam polisi atau tentara tak dapat menghadapi mereka semua.

Sama seperti polisi mampu mengatasi para kriminal, gadis sakti mampu mengatasi binatang-binatang mistis, pengendara motor mampu mengatasi monster misterius, dan sekelompok orang berpakaian ketat mampu mengatasi setan raksasa.

Penyatuan standar sudah tercapai dalam suatu tahap tertentu, tapi sejauh ini tak ada kemajuan lagi.

Karena laporan yang dikirimkan ke handphone kami datang dari berbagai organisasi berbeda, handphone kami selalu berdering sepanjang hari.

Aku melihat ke jendela, dimana cahaya bulan nampak dan menerangi kamar, lalu aku melihat seseorang mendarat di balkon. Orang yang mencurigakan itu seperti ingin membuka jendela dan masuk, jadi aku segera memanggilnya.

“...Apa yang kau lakukan? Ini Jepang. Kami tak butuh orang-orang barat berpakaian ketat.”

“Maaf, tapi masalah kami telah menjadi masalah seluruh dunia. Ini bukan waktunya kalian tetap menutup diri.”

“Onee-chan. Aku dapat email peringatan dari luar negeri.”

“Jangan dibuka! Jangan lakukan apapun kalau kau belum tahu apakah kau akan dibayar untuk semua ini!!”

Aku tak punya pilihan lain selain membuka manual handphone yang ada di internet dan mengecek apakah dalam masalah seperti ini akan ada biaya layanan atau tidak.

Sementara itu, aku baru ingat kalau aku akan ujian bahasa Inggris esok harinya.

“Hei, gadis sakti dari Cool Japan[1].”

“Apa, laki-laki macho dari komik Amerika?”

“Sepertinya robot raksasa temanmu itu memulai perang kemerdekaan di orbit sana.”

“Eh? Kupikir robot itu urusannya para pahlawan yang bertransformasi?”

“Seorang anak laki-laki yang hidupnya biasa-biasa saja sampai sehari yang lalu tiba-tiba ada di dalam robot dan mengaktifkan fungsi yang sebelumnya tidak pernah dilihat, tapi kupikir orang-orang akan mengira robot itu milik kelompok orang-orang berpakaian ketat.”

“Yah, kalau dilihat dari luar, kita tak tahu siapa yang ada di dalamnya.”

“Omong-omong, aku masih tak paham bagaimana kalian gadis-gadis sakti menyembunyikan identitas kalian. Wajah kalian benar-benar tidak tertutup.”

“Entahlah, yang pasti kami bisa melakukannya dengan kekuatan cinta. Lalu, ada apa dengan perang robot itu?”

Si orang barat dalam pakaian ketat melihat ke langit malam.

“Robot-robot sudah tak tahan lagi dan akan menyerbu bumi. Robot-robot itu ada di bawah yurisdiksi[2] pemerintah Jepang, aku ingin tahu bagaimana mereka akan mengatasinya.”

“Tak bisakah mereka menahannya tetap di ruang angkasa sana?!”

“Aku ingin tahu mengapa orang-orang di negeri ini yang berurusan dengan ruang angkasa selalu ingin mencoba menjatuhkan sesuatu yang besar dari ruang angkasa.”

Aku tak tahu kenapa ia bertanya padaku. Aku hanyalah gadis sakti. Badanku membentur kasur dan satu perwakilan anak laki-laki, adikku, yang tidur di kasur bawah, membuka mulutnya.

“Fnyahh. Mungkin itu karena mereka punya mimpi...”

“Hm. Mungkin itu seperti seorang anak kurus yang ingin menjadi kapten tim football[3].”

Sembari dia mengingat-ingat konsep football di negaranya, beberapa email peringatan kembali datang ke handphone kami, membuatnya berbunyi terus-menerus.

“Diam... Tak bisakah kita melakukan sesuatu pada handphone ini?”

“Yang datang adalah peringatan darurat, jadi kita tak bisa menghentikannya begitu saja.”

“Ya, tapi tak bisakah kita menyatukan semuanya jadi semuanya bisa ditampilkan hanya dengan satu peringatan?”

“Apa maksudmu? Orang-orang berpakaian ketat dan gadis sakti punya urusan mereka sendiri-sendiri. Kau tak bisa meminta kami menyelesaikan semuanya dalam waktu tayang kami yang hanya setengah jam.”

“Yah, memang. Tapi sepertinya bukan ide yang buruk untuk sekali-kali bertukar tugas.”

“Maaf, tapi aku tak tertarik bekerja sama dengan gadis kecil macam kau.”

“Hei, berani-beraninya kau bilang seperti itu!! Akan kutunjukkan padamu kenapa gadis sakti Jepang masih menjadi sumber pendapatan tetap untuk para perusahaan pembuat mainan!!”

“Uwaaaaah!! Kalian berisik! Aku akan memanggil si pengendara motor!!”

Adik laki-lakiku yang tidur di kasur bawah membunyikan bel. Suara dering telepon sudah cukup buruk, tapi ditambah lagi dengan suara deringan bel yang semakin menulikan telinga.

Aku mendengar suara pintu depan didobrak, seseorang menaiki tangga, dan pintu kamar kami dihancurkan. Seorang laki-laki bergaya Jepang yang mengenakan pakaian ketat dan mengendarai motor besar memasuki ruangan.

Secara reflek, aku mengambil tongkat ajaibku.

“Suara mesin itu menyebalkan sekali!! Sudah jaman modern, pakailah mesin listrik!!”

“Tak ada waktu untuk itu!! Keadaannya sudah semakin buruk di luar sana!!”

“Kupikir kau bertugas menangani penjahat berpakaian ketat dari negara ini?” tanya si pria barat yang berpakaian ketat.

Tapi, sepertinya bukan itu yang ingin dikatakan si pengendara motor.

“Monster misterius yang menjadi musuhku, lalu hewan mistis musuh gadis itu, dan setan-setan musuh sekelompok orang berpakaian ketat telah bergotong-royong dengan pasukan robot untuk mencoba memerdekakan diri dari bumi!!”

“Gotong royong!?”

“Selain itu, mereka juga memaksa Uni Eropa untuk menghukum Souma Industries dengan hukum Antitrust[4]. Perusahaan itu adalah perusahaan pertahanan besar yang mengembangkan dan menyuplai senjata-senjata untuk kita. Kalau dibiarkan, perusahaan itu akan dikenai denda pajak sampai 10 miliar euro dan dipaksa untuk membeberkan teknologi mereka!! Perusahaan itu akan kolaps!!”

“Sial! Perusahaan mainanku ada di bawah Souma Industries, kan!?”

“Kau masih bisa bertahan dengan mainan itu! Bagaimana dengan motorku ini!?”

“Ya ampun. Pertahanan nasional Jepang ternyata buruk sekali. Kalau kalian bertanya padaku, tentang pengembangan militer, maka perusahaan hanyalah perusahaan. Dengan begitu, semuanya tidak begitu mudah untuk-...”

“Bocah komik Amerika. Perusahaan senjata yang menjadi sponsor utamamu harus me-recall[5] 2 juta senjata. Aku yakin mereka akan memperbaikinya, tapi masalahnya stok mereka yang ada di gudang juga sudah gatot[6]. Apakah dengan keadaan seperti itu film-mu akan tetap jadi dibuat?”

“Huuuuuuaaaaaaaaaaaaaaaa!!”

Tangisan si laki-laki berpakaian ketat itu bergema di tengah gelapnya malam.

Namun, baik gadis sakti maupun seseorang berpakaian ketat tidak dapat melakukan apa-apa tentang masalah bisnis seperti ini. Sama seperti polisi yang hanya bisa menangani kriminal dan tidak bisa menangani monster misterius, pahlawan yang bertransformasi seperti kami tak bisa mengatasi masalah seperti harga saham atau resesi ekonomi dunia.

Ketika pahlawan yang melindungi bumi sudah terdiam dan tak tahu harus berbuat apa...

...pintu kamar kembali didobrak dan terbuka.

Yang sedang berdiri disana adalah penyangga utama keluargaku, yang nampak tak meyakinkan. Ia memakai kacamata, berambut klimis, dan memakai jas yang kelihatan lusuh, tapi ia mengencangkan dasinya dengan kekuatan penuh.

Laki-laki berumur 45 tahun yang sepertinya akan menjadi kepala seksi abadi di firma dagang kelas dua setelah lulus dari universitas kelas tiga itu berbicara.

“Papa akan pergi bertarung, jadi kalian tak perlu khawatir. Tidurlah saja.”

Pahlawan, ternyata adalah sesuatu yang lumrah.

Setiap hari, tanpa kecuali, orang-orang bertarung, antara hidup dan mati, di bidang keahlian mereka masing-masing.




Catatan Penerjemah[edit]

  1. Cool Japan adalah konsep yang diperkenalkan Jepang pada tahun 2002 untuk menegaskan status Jepang sebagai negara adidaya di bidang budaya, terutama dengan adanya J-pop, anime, manga, dan budaya lain yang telah tersebar ke seluruh dunia.
  2. Wilayah tempat berlakunya suatu hukum. Sederhananya, robot-robot itu adalah 'urusan' pemerintah Jepang.
  3. Football, bukan sepak bola, tapi American Football.
  4. Antitrust, atau disebut antipakat dalam bahasa Indonesia, adalah hukum yang diterapkan untuk menghindari terjadinya praktek bisnis yang cenderung mengarah ke monopoli.
  5. Recall adalah istilah yang digunakan ketika suatu produsen barang menarik kembali barang yang telah dijual karena ada masalah dengan barang tersebut. Hal ini beberapa kali terjadi pada perusahaan mobil, yang menghabiskan banyak uang untuk memanggil kembali mobil yang telah dijual untuk diberikan servis dan penggantian suku cadang yang bermasalah secara gratis.
  6. Gagal Total.


File 20: Berbagai Macam Persembahan[edit]

Ketika aku pulang dari darmawisata sekolah ke Kyoto, aku menemukan seorang gadis di kamarku.

Dia terlihat sangat Jepang.

Tapi, dia sepertinya bukan gadis kuil biasa.

“Ah!! Aku tak percaya! Ternyata dia benar. Kau sudah punya aku, jadi kenapa kau pulang ke rumah dengan bau wanita lain, dan berlagak seolah-olah tak ada apa-apa?!”

“...Ehm, kau siapa?”

“Sakuya! Konohana Sakuya-hime[1]!! Aku takkan membiarkanmu mengatakan kalau kau tak tahu akulah yang dipuja di kuil dekat sini!! Kau berdoa padaku setiap Tahun Baru, dan karena perlindungan dariku-lah kau bisa lulus ujian masuk SMP!! Tapi...Tapi...Huaaa!! Aku tak percaya salah satu pemujaku tergoda dengan wanita yang dia temui saat darmawisata!! Aku tertipuuu!!”

Sepertinya dia mengatakan berbagai hal buruk tentangku, tapi sepertinya dia juga adalah satu dewi. Dewi Jepang. Tapi apa maksudnya, mengapa aku mengkhianatinya?

“Oh, jangan bilang kau tak tahu apa yang kukatakan!! Badanmu seluruhnya penuh dengan bau perlindungan dari dewi lain!!”

“Perlindungan dewi?”

“Ya, perlindungan dewi!! Kau pergi ke berbagai kuil Shinto dan Buddha ketika jalan-jalan di Kyoto[2], kan?! Dan kau melempar koin ke semua kotak persembahan mereka[3]!! A-aku dikhianati... Kau sudah punya dewi sepertiku, tapi tetap saja kau pergi ke berbagai tempat dan mengumpulkan perlindungan dari dewi lainnya!! Aku tak percaya ini!!”

Sembari terus meratap, Sakuya-hime (dewi) terus menerus menyapu bahu dan dadaku dengan kasar. Seakan-akan dia sedang berusaha menyapu bersih kotoran dari bajuku. Mungkin dia sedang berusaha menyingkirkan "bau perlindungan wanita lain" dariku.

Tapi kalau persembahan juga tak diperbolehkan, jangan-jangan...?

“Ehm.”

“Apa?!”

“Apakah, jangan-jangan, aku juga tak boleh membeli jimat dari kuil-kuil itu?”

“Gyaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh!! Penuh bau perlindungan dewi lain sudah cukup merepotkan, tapi kau bahkan punya a-aksesoris...?!”

“Kupikir jimat-jimat itu akan menjadi oleh-oleh Kyoto yang menarik.”

“Di Kyoto ada oleh-oleh lain yang lebih aman, seperti Yatsuhashi[4]!! Omong-omong, aku lebih suka yang mentah!!”

“Ini.”

Satu kotak berwarna pucat kuserahkan pada dewi aneh ini. Setidaknya Konohana Sakuya-hime menjadi sedikit lebih senang. Dia menganggapnya sebagai persembahan untuknya.

Sembari mengunyah makanan ringan yang kuberikan, ia berkata, "Jujur saja, berpikiran bahwa kau 'sebaiknya' membeli jimat ketika pergi ke suatu kuil itu konyol. Benda-benda semacam itu membelokkan jalan hidupmu dengan perlindungan dari dewa di kuil itu. Kalau kau membeli jimat tanpa tujuan jelas, pada akhirnya kau hanya akan kehilangan jalan hidupmu sendiri."

“Bukankah lebih baik kalau aku bisa mendapatkan sebanyak mungkin perlindungan dewa?”

“Bodoh. Kau bisa tersesat dari jalan yang benar jika terlalu banyak kebaikan terjadi padamu. Nasib tragis orang yang memenangkan lotere sudah jadi cerita lama. Orang-orang Jepang sudah terbiasa berharap pada dewa ketika mereka sedang dalam masalah, tapi mau bagaimana lagi, memang itu cara berpikir orang yang memiliki benda-benda semacam oti. Ketika kau akan mengikuti ujian masuk, kau membeli jimat akademik. Ketika kau sedang mencari pekerjaan, kau membeli jimat bisnis. Dan ketika kau tidak sengaja menghamili pacarmu, kau membeli jimat untuk persalinan yang mudah. Tujuan jimat itu tak lain dan tak bukan hanyalah memberi tambahan kemujuran ketika dibutuhkan. Benda semacam itu bukanlah suatu barang yang bisa kau beli sembarangan seperti tali yang kau gantungkan di handphonemu[5].”

“Oh, begitu.”

“Jadi aku akan menyita jimat-jimat itu!! Benar-benar menyebalkan. Aku tak bisa memaafkanmu begitu saja karena badanmu sudah penuh dengan bau perlindungan dari dewi lain!!”

Sang dewi merebut jimat-jimat dari tanganku, menjerit-jerit, dan melemparkannya ke pojok kamarku.

Namun jimat-jimat itu tiba-tiba bersinar.

“Kecemburuan dewi adalah hal yang menjijikkan. Kau hanya akan menimbulkan bencana, jadi hentikan semua ini,” tiba-tiba ada suara baru yang muncul.

Dengan suara yang nyaring seperti selotip yang ditarik, satu lengan muncul dari jimat yang lebih kecil dari handphone itu. Lalu, bahu, kepala, dan seluruh bagian atas mengikuti. Beberapa detik kemudian, satu dewi lagi muncul.

Konohana Sakuya-hime mendecakkan lidahnya.

“Jadi disitu kau bersembunyi, maling!!”

“Aku lebih suka kau memanggilku Kushinada-hime[6]. Dan kau terlalu posesif. Jangan marah hanya karena dia melempar koin ke kotak persembahan ketika sedang berwisata.”

“Penyembahku yang satu ini selalu saja menjadi orang yang ikut-ikutan, jadi aku harus menghentikannya sedini mungkin! Dia bahkan juga melempar koin ke kotak sumbangan di sebelah kasir minimarket!!”

Aku mengangkat tangan untuk bertanya.

“Aku ingin bertanya. Bukankah kotak persembahan dan kotak sumbangan adalah dua hal yang berbeda?”

“Lembaga bantuan anak yang menerima sumbangan itu adalah bagian dari satu organisasi agama Buddha. Jadi ketika kau melihatnya lebih luas, sumbangan itu juga bisa dianggap sebagai semacam persembahan.”

“Kalau tidak salah, memang organisasi agama semacam itu juga mendapat keringanan pajak. Tapi tetap saja, kurasa reaksi Konohana Sakuya-hime tak ada bedanya dengan reaksi alergi...”

“Apa?! Lalu bagaimana kalau kukatakan padamu bahwa penyembahku ini juga melempar koin ke air mancur manapun setiap dia melihatnya?!”

“Kalau begitu anak itu memang bersalah.”

Aku jadi bersalah? ...Tapi kenapa orang selalu ingin melempar koin ke dalam air mancur[7]?

“Jadi kenapa kau ada disini, Kushinada-hime-san?”

“Kata 'hime' berarti 'putri', jadi itu saja sudah cukup untuk menunjukkan hormat. Kau tak perlu menambah '-san'. Sama saja dengan bagaimana kau tak perlu memanggil gurumu 'sensei-san'.”

“Baik, Kushinada-hime.”

“Kyaahh!! Dia memanggilku tanpa panggilan hormat☆[8]

“Bangsaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat!!” teriak Konohana Sakuya-hime.

Apakah aku ditipu, barusan?

Konohana Sakuya-hime menodong Kushinada-hime.

“Pasti kau datang kemari untuk mengklaim bahwa anak ini milikmu, kan?! Ketika aku sedang pergi karena Kannazuki[9] , kau seenaknya saja menculiknya! Aku buru-buru kembali setelah mendengar bualan aneh di Kerajaan Izumo[10], dan ini yang kutemukan?!”

“Begitulah. Lagipula, menyapu bahu penyembahku tak akan bisa menghilangkan perlindungan dariku. Heh heh heh.”

“Dia bukan penyembahmu!! Dia ini milikku!!”

Keributan ini pasti sudah menjadi terlalu parah, dan aku mendengar jendela rumah sebelah terbuka. Teman masa kecilku, Tanaka-san, seorang anak gadis yang bersekolah di tempat yang berbeda denganku, muncul dari balik jendela.

“Hei, jangan berisik. Dan mana yatsuhashi mentah yang kau janjikan untukku?”

“Dewi yang memakannya.”

Aku menunjuk pada Sakuya-hime dan mata Tanaka-san membelalak, terkejut.

“Kau membawa dua dewi aneh bersamamu?! Jangan bilang keduanya adalah oleh-oleh dari perjalananmu!!”

Sementara itu, kedua dewi ini membalas.

“Seseorang milik Inugami[11]?! Mana mungkin kau bisa melawan dewa yang sesungguhnya dengan seseorang seperti itu, wahai anjing!!”

“Kupikir Inugami itu lebih mirip Youkai[12] daripada dewa.”

“Inugami? Apa maksudmu?”

Seingatku Tanaka-san punya anjing golden retriever yang cerdas bernama Jason-kun. Apakah itu yang mereka maksud?

“...Kalau begini, tak heran kalau Tsukumogami[13] juga akan muncul.”

“Benda-benda antropomorfi[14] seperti itu meamng menyusahkan saja. Mereka memberikan pengaruh yang besar dengan karakter mereka.”

Kedua dewi semakin khawatir, namun sesuatu yang tidak mereka bayangkan justru muncul.

Tiba-tiba, gadis dengan kulit coklat dan berpakaian seperti penari seksi menjebol pintu, tanpa mengetuknya terlebih dulu.

“Halo. Aku adalah Laksmi-chan[15] dari India.”

“Hei, jangan seenaknya saja menyeberangi laut!! Kami sedang kesulitan membentuk dunia Jepang disini!!”

“Eh?! Lalu kapan aku dapat giliran?!” teriak Tanaka-san, tapi dengan segala keributan yang terjadi, tak ada yang peduli dengannya.

“Heh. Penyatuan aliran Buddha dan Shinto membuat keduanya bercampur aduk, sementara Buddha dan Hindu sendiri sudah tercampur aduk juga di India, jadi aku masih ada hubungan dengan kalian. Lagipula, aku juga bisa berbaur dengan dewi Jepang lainnya karena aku berhubungan dengan Kisshouten[16] dari Tujuh Dewa Keberuntungan.”

“Cih!! Jadi kau ini dewa keberuntungan, dan sekarang kau benar-benar memamerkan tubuhmu! Benar-benar waktu yang tidak tepat untuk dewi sehebatmu muncul disini!!”

“Karakter baru ini seperti tokoh dari light novel yang mampu memberikan angka penjualan yang memuaskan setelah gagal menceritakan kisah yang serius.”

Namun kenapa Laksmi-san (dewi) menyeberang lautan untuk datang ke rumahku?

Ketika kutanyakan, Laksmi-san (dewi keberuntungan) tersenyum dan menjawab, “Begini, wahai penyembahku...”

“Dia penyembahku!! Berani-beraninya kau menganggapnya penyembahmu!!”

“Aku datang untuk membawa kesialan padamu.”

“Oh, kupikir kau adalah dewi keberuntungan.”

“Adik kecilku, Kokuanten, adalah dewi yang mengambil keberuntungan, tapi dia tak ada gunanya karena dia terus menerus gelisah dan terlalu malu untuk muncul di hadapanmu. Kupikir dia bisa saja jatuh hati padamu[17]. Lalu aku ditugaskan untuk memberi dan mengambil keberuntungan, khusus untukmu, penyembah. Jujur saja, kau mengambil terlalu banyak dewi untuk dirimu sendiri☆. Kalau kami tidak melakukan sesuatu, bisa-bisa kau berakhir menjadi manusia terhebat dan mengubah 7 miliar manusia di bumi menjadi sama dan serupa. Itulah mengapa aku disini untuk menghentikanmu.”

“Omong kosong! Kau dan adikmu pasti ingin menguasai penyembahku dengan alasan untuk mengawasinya, kan?”

“Tentu saja. Dewi-dewi kan juga bisa terangsang☆”

“Bangsat!! Berani sekali kau mengatakannya dengan cengar-cengir begitu!!”

“Hihihi. Oh, penyembahku. Apakah kau ingin tidur dengan dua kakak beradik secara bersamaan?”

“Jangan biarkan ia menipumu!! Kokuanten mungkin dikenal sebagai karakter adik perempuan yang imut, tapi dia juga terkenal sebagai perempuan yang buruk rupa!!”

Tidak.

Ehm.

Aku punya pertanyaan tentang hal lain.

“Kushinada-hime, kau datang kemari karena aku memberi persembahan di kuilmu, bukan?”

“Lalu ada juga jimat-jimat yang kau beli itu.”

“Lalu, Konohana Sakuya-hime, kau datang karena persembahan yang kuberikan padamu setiap Tahun Baru, kan?”

“Jangan lupa bahwa daerah ini masih dibawah yurisdiksiku!!”

“Tanaka-san, apa alasanmu?”

“Eh!? A-alasanku!?”

Dari jendela, kulihat Tanaka-san kesulitan menentukan alasannya mencampuri urusan di rumah tetangganya, tapi si anjing golden retriever, Jason-kun, memegang kertas bertuliskan, “Inugami bekerja untuk mendapatkan apa yang diinginkan tuannya. Dalam hal ini, kau-lah yang diinginkan.”

“Terakhirm Laksmi-san, kau muncul untuk mengurusi keberuntunganku, benar?”

“Ya.”

“Jadi...ehm...”

“Apa? Ada sesuatu yang mengganggumu?”

Yah...

Aku akan berbohong jika aku berkata tidak.

“Begini, jadi ketika aku jalan-jalan di Kyoto, aku berkunjung ke berbagai kuil Shinto dan Buddha.”

“Lalu?”

“Kalau aku memberikan persembahan kepada semua kuil itu, dan bukan cuma kuil Kushinada-hime, apakah setiap dewi dari kuil itu akan datang kemari?”

“…”

“…”

“…”

“Ehm...” kata Laksmi-san seolah-olah tak peduli. “Kannazuki sudah akan berakhir dan semua dewa di Jepang akan kembali ke tanahnya masing-masing. Jadi apakah semua dewa di negeri ini akan benar-benar kembali?”

Aku mendengar suara riuh seakan-akan ada kerumunan orang yang berteriak-teriak di luar sana.

Suaranya terdengar semakin dekat.

Konohana Sakuya-hime dan Kushinada-hime bertukar pandang dan berkata,

“...Ini adalah perang.”

“Ya. Perang telah dimulai.”




Catatan Penerjemah[edit]

  1. Akhiran -hime berarti 'Putri', namun bisa berarti 'Dewi' tergantung kanji yang dipakai. Konohanasakuya-hime adalah dewi kehidupan duniawi Jepang.
  2. Salah satu wisata yang terkenal di Kyoto adalah wisata ke berbagai kuil.
  3. Umumnya, setelah melempar koin ke suatu kotak persembahan di kuil, pengunjung dapat berdoa mengharap perlindungan dari dewa/dewi dari kuil tersebut.
  4. Makanan ringan khas Kyoto yang sering dijadikan sebagai oleh-oleh. Terbuat dari tepung beras, gula, dan kayu manis. Versi mentahnya memiliki tekstur mirip mochi, namun ketika dikukus, menjadi mirip senbei
  5. Suatu aksesoris populer di Jepang
  6. Dewi yang menjadi istri dari dewa badai, Susanoo.
  7. Melempar koin ke air mancur umumnya dilakukan orang Eropa, dan berasal dari mitos Nordik. Tentunya, dalam hal ini, koin yang dilemparkan bukanlah persembahan untuk dewa.
  8. Istilah ini dapat dianggap sebagai ungkapan kedekatan antara keduanya, karena memanggil orang tanpa panggilan hormat (misal, '-san') hanya bisa dilakukan kepada orang yang sudah benar-benar dekat.
  9. Bulan kesepuluh pada kalender Jepang. Menurut tradisi Shinto, semua dewa di Jepang (yang jumlahnya mencapai 8 juta) berkumpul di kuil Izumo di prefektur Shimane, sehingga selain di kuil ini, tidak ada dewa di wilayah Jepang lainnya.
  10. Penerjemah mengasumsikan ini adalah istilah bagi para dewa untuk kuil Izumo.
  11. "Dewa Anjing", roh anjing dari mitologi Jepang, yang dikisahkan memiliki kemampuan ilmu hitam/black magic.
  12. Sejenis monster supernatural yang dikenal dalam mitologi Jepang. Contohnya seperti Kappa.
  13. 'Kami of tool', benda apapun yang telah berumur 100 tahun dan menjadi hidup.
  14. Pemberian sifat-sifat dan bentuk manusia pada apapun yang bukan manusia. Cukup populer dalam dunia film modern, seperti misalnya Daffy Duck (bebek), Mickey Mouse (tikus), hingga Cars (mobil).
  15. Dewi kekayaan, kesuburan, kemakmuran, keberuntungan, kecantikan, keadilan, dan kebijaksanaan dari India.
  16. Kisshouten adalah dewi kecantikan, keberuntungan, dan kemakmuran Jepang. Meskipun sudah ada sejak jaman Jepang Kuno, menurut peneliti, Kisshouten dapat dihubungkan dengan dewi serupa yang ada di budaya Hindu India, yaitu Laksmi. Bisa dibilang, Kisshouten adalah Laksmi-nya Jepang.
  17. Sepertinya ini parodi dari seri light novel dan anime Happy Seven, dimana satu dewi jahat bernama Kokuanten jatuh hati pada seorang karakter manusia laki-laki.


A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 File21 A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 File22

File 23: Kali ini Jaman Es Benar-Benar Terjadi[edit]

Percakapan ini terjadi pada suatu bursa lowongan kerja di suatu universitas.

“Tidak, sepertinya kau salah paham. Tak ada lagi perusahaan yang menerima karyawan berdasarkan nilai akademik mereka,” kata sang wanita resepsionis muda dengan nada yang lebih datar daripada robot.

Mengenakan jas yang kupakai untuk wawancara, dengan penuh ketakutan, “Tunggu. Lalu apa gunanya ada perguruan tinggi?”

“Entah. Mungkin alasannya adalah karena para pegawai pemerintah yang keras kepala menolak untuk mengubah sistemnya. Aku tak tahu pasti, sih. Handphonemu punya kamus di dalamnya kan? Dengan itu, kau dapat berbaur dengan masyarakat meskipun pengetahuanmu tentang kanji sangat minim.”

Sang resepsionis nampak tidak begitu tertarik ketika dia menyeruput teh hijau dari satu gelas yang ia pegang dengan dua tangan, elegan sekali (meskipun mukanya tak menunjukkan ekspresi apapun).

“Aku bisa berbicara dalam empat bahasa.”

“Kau bisa membeli aplikasi terjemahan langsung di smartphone dengan hanya 4500 yen[1] yang punya kemampuan menangani 20 bahasa. Mikrofon dari smartphone digunakan untuk mendengar kata yang ingin diterjemahkan dan kameranya dapat membaca teks yang akan diterjemahkan. Berapa lama kau belajar empat bahasa? Apakah waktu dan tenaga yang kaugunakan masih lebih sedikit dari 4500 yen?”

“S-Sepertinya sekarang semuanya sudah lebih mudah, ya.” Kataku setengah putus asa, namun sang resepsionis hanya mengangguk.

Ia mengunyah keripik beras yang ia simpan di sebelah mejanya.

“Begitulah. Orang-orang yang membuat aplikasi ini mungkin hanya berharap dapat mempermudah kerja manusia, tapi pada akhirnya, yang terjadi adalah masyarakat dimana semua jenis kemampuan dan nilai dapat dibagikan dengan mudah ke seluruh umat manusia. Sederhananya, kita semua menjadi sama. Perbedaan antar individu menjadi lenyap. Sudah tak ada perseteruan di antara manusia, karena semuanya sama saja. Tapi hal itu membuat mencari pelamar kerja menjadi sangat sulit. Bagaimana kau memilih satu diantara ratusan atau ribuan lulusan universitas yang semuanya sama saja?”

“Yaaaa, kalau siapa saja yang diterima tidak masalah, kenapa mereka tidak menerimaku saja?”

“Kalau siapa saja boleh, mereka juga tak perlu menerima karyawan baru, bodoh. Akan jadi lebih mudah jika perusahaan membelikan aplikasi baru untuk karyawan mereka yang sekarang. Dengan begitu, biaya untuk menggaji karyawan juga dapat ditekan.”

Tingkat penerimaan alumni perguruan tinggi di dunia kerja sudah turun drastis hingga hanya 0,5% dari yang sebelumnya.

Dengan kondisi masyarakat yang telah berubah, semua ini tak begitu mengejutkan. Pertanyaan yang paling penting adalah bagaimana dengan orang-orang yang tak bisa mendapatkan pekerjaan.

“Hal seperti ini mengingatkanku pada kerusuhan anti-robot.”

“Maksudmu ketika pekerja buatan yang lebih murah menggantikan semua manusia, lalu orang-orang yang kehilangan pekerjaan melakukan protes? Menurutku, seharusnya mereka mengutuk hidup mereka yang membuat mereka sendiri tidak diinginkan, bukannya mengutuk robot-robot itu.”

“Tapi mereka berhasil meloloskan undang-undang pengaturan robot pekerja dengan menutup jalan sepanjang Nagata selama dua bulan. Sekarang karena jumlah robot pekerja di satu perusahaan telah dibatasi, kita akhirnya bisa hidup di era manusia. Tapi jika perusahaan membuat satu orang karyawan menggunakan terlalu banyak aplikasi, bukannya itu akan membuat beban si karyawan terlalu berat, kan? Jadi mereka membutuhkan setidaknya beberapa karyawan baru, kan?”

Sang resepsionis masih terlihat tanpa ekspresi seperti robot ketika dia mengambil sebungkus youkan[2] dari sebuah kulkas mini yang ada di sebelah kakinya (yang ia bawa sendiri).

“Membayar biaya penggantian satu orang karyawan lebih murah daripada membayar gaji ratusan karyawan.”

“...Jadi manusia sudah dianggap seperti 'suku cadang'?”

“'Suku cadang' yang dulu disebut 'robot pekerja' telah disingkirkan oleh manusia, jadi sekarang manusia harus menggantikan mereka.”

Alis mata sang resepsionis sedikit mengkerut karena ia kesulitan membuka bungkus plastik youkan karena kuku jarinya sudah dipotong rapi.

“Hm? Kupikir masalah yang bisa diselesaikan aplikasi ini terbatas pada hal-hal intelektual. Bagaimana dengan pekerjaan fisik?”

“Untuk itu, sekarang sudah ada pakaian khusus yang bisa kau pakai di bawah jasmu itu. Lagi-lagi, tak ada bedanya dengan aplikasi. Kau bukanlah apa yang diperlukan perusahaan. Yang diperlukan adalah peralatan yang kau pakai. Selama orang-orang memiliki peralatan yang sama, siapa mereka itu sudah tidak penting.”

“Hahh!? T-tapi aku yakin dengan kesehatanku sendiri. Aku tak berbicara mengenai kemampuan berolahraga. Tapi jika kau ingin pekerja yang bisa melakukan pekerjaan yang menyita tenaga terus-menerus, kau butuh orang yang sehat, bukan?”

“Aplikasi manajemen kesehatan sudah menjamur sejak aplikasi diet yang populer di masa lalu membuat semua orang menjadi sakit-sakitan. Kalau kau mengikuti grafik mengenai hubungan dari apa yang kau makan dan bagaimana kau berolahraga, maka kau juga bisa menjadi sehat.”

“L-lalu bagaimana dengan pekerjaan yang menyangkut seni?”

“Sekitar 80% dari benda-benda seni yang sekarang dibuat telah dikerjakan dengan bantuan komputer inspirasi. Nyaris segala macam seni dan literatur dibuat dengan bantuan penyusunan dari komputer. Jujur saja, bidang seperti ini cukup sulit dinilai, jadi aku tak bisa berkomentar lebih jauh mengenai hal ini.”

“K-kalau begitu, bagaimana dengan shogi, atau catur?”

“Apakah aku benar-benar harus menjelaskannya? Sepertinya otak manusia sudah tak dipakai di pertandingan catur lagi. Oh, tapi harus ada orang yang menggunakan jarinya untuk menggeser bidak-bidak catur sesuai arahan komputer, jadi kupikir, bisa dibilang otak manusia, secara teknis masih dipakai. Mungkin suatu saat nanti cukup saraf tulang belakang saja yang perlu dipakai.”

“K-kalau begitu, apa yang dibutuhkan supaya bisa diterima? Kemampuan apa yang paling menentukan?”

“Kemampuanmu untuk memberikan suasana yang menyenangkan?”

“...Eh?”

Sang resepsionis akhirnya berhasil membuka bungkus plastik youkan. Ia mengatakan hal yang tidak bisa kupercaya ketika menuangkan isi bungkusan itu ke piring kecil.

“Kemampuan yang hanya dimiliki manusia, kemampuan untuk membentuk karaktermu sendiri, kemampuan untuk memahami manusia lainnya, kemampuan untuk menghibur orang lain, kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat. Kupikir hal-hal seperti itu yang akan menentukan.”

“Ehm...apa maksudnya?”

Sang resepsionis dengan tanpa ekspresi memotong youkan menggunakan spatula plastik. Ketika tanganku terulur untuk mengambil sepotong, tangannya segera bereaksi dengan menampar tanganku.

“Ketika kemampuan manusia untuk berpikir, untuk menghitung, dan untuk mengerjakan pekerjaan manual sudah digantikan oleh aplikasi dan mesin, maka tak banyak yang tersisa. Apa yang bisa dikerjakan manusia? Kalau memang itu sesuatu yang bisa dilakukan siapapun, akan lebih enak untuk memilih orang-orang yang dapat bergaul dengan baik di tempat kerja.”

“Apa?! Jadi orang-orang nyantai yang menjelek-jelekkan orang lain yang belajar dengan serius di kelas adalah orang-orang yang akan berhasil di masa dewasanya?!”

“Itu karena kalian memandang sekolah tak lebih dari tempat untuk mengumpulkan ilmu, sampai-sampai orang seperti kau mulai kebingungan ketika kau harus mencari pekerjaan. Kuharap kau mulai sadar bahwa sekarang sudah bukan waktunya untuk membangga-banggakan aplikasi penggoyang dada yang menggunakan sensor gyro[3]. Entah betapa kencangnya kau menggerakkannya, tali bikininya tidak akan lepas.”

“Ghh!? B-Bagaimana kau bisa tahu mengenai aplikasi itu?! Dari mana kau dapat informasi itu?!”

“Tapi satu hal mengenai mencari pekerjaan adalah...”

Dia menyeruput teh hijaunya, lalu memakan beberapa potong youkan, tapi dia tidak melanjutkan kata-katanya.

Apa menurutnya ia yang paling penting disini?

“Apa? Ada apa dengan mencari pekerjaan?”

“Aku sudah bilang sebelumnya kalau yang dibutuhkan adalah kemampuan yang hanya dimiliki manusia, kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Tapi sampai kapan kemampuan seperti itu hanya akan dimiliki manusia? Teknologi sudah berkembang cukup pesat akhir-akhir ini.”

“M-maksudmu teknologi sudah mampu memberikan orang-orang kemampuan untuk berteman dan berpacaran?”

“Para penipu telah membuat manual mengenai bagaimana caranya menipu orang-orang tua. Isinya diagram-diagram yang sangat kompleks. Dan para produser TV sudah mendapatkan data mengenai apa saja yang membuat orang tertawa atau menangis.”

“K-kalau mereka dapat membuat aplikasi seperti itu, apa yang akan terjadi pada kita?”

“Mungkin akan tiba suatu masa dimana jumlah teman yang kaumiliki ditentukan dari aplikasi yang kau unduh. Hal yang sama juga mungkin akan terjadi pada pemilu. Tapi tetap saja, pemandangan dimana orang-orang berbicara dengan teman atau pacar mereka sambil melihat ke layar, akan menjadi pemandangan yang aneh.”

“Bukan itu maksudku. Aku bertanya tentang apa yang akan terjadi pada kami yang sedang mencari pekerjaan.”

“Entahlah.”

Sang resepsionis muda memiringkan kepalanya. Lucu, tapi tetap tanpa ekspresi.

“Mungkin semuanya akan bergantung pada keberuntunganmu. Atau mungkin, di masa depan, kau akan mendapatkan pekerjaan berdasarkan menarik atau tidaknya penampilanmu. Oh, tapi hal-hal seperti pakaian atau gaya rambut sudah dapat ditangani oleh aplikasi fashion, jadi penentunya adalah apakah mukamu menarik atau tidak. Omong-omong, apakah kau tipe orang yang percaya diri?”

“…?!”



Catatan Penerjemah[edit]

  1. Hampir Rp500.000,00.
  2. Jajanan sejenis agar-agar.
  3. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi perputaran dan pergerakan benda.


File 24: Bagaimana Mengalahkan Musuh yang Kuat Tapi Tidak Melebihi Pemahaman Manusia[edit]

Laboratorium akademik istana mungkin terdengar seperti tempat asing di mana semua pengetahuan di seluruh dunia berkumpul, tapi sebenarnya itu adalah tempat yang melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh raja atau orang istana lain kepada kami. Kami harus melakukan sesuatu mengenai membludaknya populasi belalang yang menempatkan hasil panen kerajaan dalam masalah serius, atau melakukan sesuatu mengenai gunung yang kelihatannya akan meletus. Tapi ada satu masalah yang lebih mengkhawatirkan raja daripada masalah lain belakangan ini.

“Agh, sekarang ini ada-ada saja.”

“Hah? Ada apa profesor? Jubah Anda sobek semua.”

Aku adalah tipe dalam ruangan, jadi fakta bahwa aku memakai jubah saja seharusnya aneh. Badanku sangat langsing sampai-sampai orang-orang sering bilang kalau aku terlihat lebih bagus dengan pakaian wanita daripada gadis yang bertindak sebagai asistenku. Tak peduli seberapa keras latihanku, sepertinya aku tak bisa berotot sedikitpun.

“Binatang buas. Populasi mereka meningkat lagi.”

“Hah? Kalau maksudmu hellhound, kita menanganinya bulan lalu.”

Asistenku seharusnya tak punya hal penting untuk dilakukan karena dia melakukan eksperimen untuk melihat jus manis apa yang paling efektif untuk membuat kumbang-kumbang badak berkumpul. Dia mencampur hal-hal seperti madu dan jus melon di dalam gelas labu. Sekarang dia fokus ke saya dengan pipet di salah satu tangannya.

“Itu berita lama. Yang memenuhi ladang dan sawah sekarang adalah para troll. Sekali jumlah mereka melewati tingkatan tertentu, para kafilah mulai diserang dari berbagai arah. Lagipula, jumlah makanan yang mereka butuhkan meningkat bersamaan dengan jumlah mereka. Semakin banyak mereka, semakin besar kemungkinan kalau para kafilah akan diserang dan kargo mereka akan dicuri.”

“Berarti tak bisakah kita mencegah para kafilah agar tidak pergi melalui area itu? Kalau jumlah kelinci berkurang, jumlah singa otomatis akan berkurang juga,” kata asistenku sambil cemberut.

Dia adalah gadis jenius, tapi dia hanyalah orang yang gagal pada bidang apapun selain bidang keahliannya.

“Kalau kalifah tak bisa lewat, benteng kota akan berhenti berfungsi. Populasi manusia akan berkurang duluan karena kurang makanan sebelum populasi troll berkurang. Ngomong-ngomong, aku haus, jadi bisakah aku meminum itu?”

Ketika aku menunjuk ke gelas labu misterius itu, asistenku memegang gelas labu itu secara protektif di antara tangannya (dan dadanya) layaknya anak kecil.

“Tidak, Anda tak boleh. Pokoknya, kenapa manusia selalu menyebabkan masalah bukannya rencana yang bagus?”

“Yah, kita manusia lah yang selalu menghilangkan keseimbangan rantai makanan. Bahkan kalau kita menghentikan para kafilah agar tidak datang melalui tempat itu, jumlah troll cukup untuk datang dan merobohkan tembok kota. Seperti binatang lainnya, mereka tidak berbelas kasihan kalau sedang lapar.”

Asistenku meletakkan gelas labu itu kembali ke meja dan menanyakanku sebuah pertanyaan dengan ekspresi kebingungan.

“Apakah populasi troll telah meningkat sejauh itu?”

“Ya. Itulah mengapa raja datang ke kita soal hal itu.”

“Jadi kita akan melakukan apa yang selalu kita lakukan?”

“Ya, ya. Seperti biasa, kita akan mulai dengan memeriksa mayat dari hewan buas yang bersangkutan.”

Aku membawa karung goni besar dari koridor dan menyebarkan isinya di atas meja. Ukurannya lebih besar daripada manusia dan ototnya jauh lebih besar daripada otot manusia. Aku tak yakin kalau seorang ksatria bersenjata berat mampu mengalahkannya dalam pertarungan langsung.

“Apa Anda membunuhnya, profesor?”

“Kalau aku mempunyai kekuatan sebesar itu, aku tak akan menjadi peneliti. Seperti jumlah hewan buas apapun yang meningkat sejauh ini, mayat hewan buas yang mati secara alami juga berlimpah. Meskipun begitu, bisa tidaknya kau mendapatkan mayatnya sebelum membusuk itu tergantung keberuntunganmu. Kalau begitu…”

Dunia pada umumnya tak memandang kami dengan ramah karena telah memotong-motong mayat, tapi itu adalah pekerjaan kami. Kami harus memotongnya untuk melakukan penyelidikan yang menyeluruh.

Namun…

Kami tak sedang mencoba untuk menemukan titik kelemahan atau titik vital troll untuk diberitahukan ke para ksatria.

Dengan peningkatan populasi hewan buas sehebat itu, menemukan cara untuk mengalahkan mereka satu per satu itu tak terlalu berguna.

Alasannya sama dengan rumput liar dan kecoa yang tak punah-punah.

Namun, sesuatu harus dilakukan terhadap populasi troll yang membludak itu.

Dan mencari tahu caranya adalah pekerjaan kami.

“Pada umumnya para troll dianggap benar-benar tak berguna. Daging mereka bau dan rasanya buruk, dan tulang mereka menjadi rapuh ketika kering, jadi mereka tak bisa digunakan sebagai senjata ataupun untuk pertahanan. Mereka benar-benar tak mempunyai hal yang menguntungkan.”

“Bagaimana dengan kulit mereka?”

“Kulit mereka gampang ditumbuhi jamur, jadi kulit mereka juga tak bisa digunakan.”

“Jadi mereka tak bisa dimakan dan tak bisa digunakan untuk bahan senjata maupun alat pertahanan. Masalah ini adalah masalah yang cukup sulit.”

“Mungkin ada manfaat khusus yang dapat kita buat dari mereka, tapi hal itu takkan meningkatkan jumlah konsumsinya. Namun, kita tahu suatu hal yang akan orang-orang taruh ke dalam mulut mereka sekalipun itu menjijikan.”

Asistenku memberi respon tenang pada hal itu.

Dia tersenyum lebar sambil menatap mayat menjijikan itu.

“Maksud Anda…”

“Ya, menemukan bagian tubuh mereka yang dapat berguna sebagai obat akan membuat jalan pintas yang sangat baik.”

“Karena mayat yang satu ini mati secara alami dan mulai membusuk, organ dalamnya mungkin telah mengalami kerusakan serius. Apakah benar-benar ada apapun yang layak untuk diperiksa dari mayat itu?”

“Setidaknya kita harus mencoba.”

Dengan usaha yang besar, kami “membuka” mayat troll itu menggunakan psikedelik yang tak bisa dijelaskan dalam bentuk tulisan. Aku memang menghilangkan sangat cukup rincian tentang ini, tapi kau benar-benar harus berterima kasih padaku untuk hal itu. Kemudian kami mengecek setiap bagian dalam mayat itu.

“Kalau kita tak bisa menemukan apapun yang bisa dibuat menjadi obat, mungkin kita harus menyerah.”

“Kalau kita menemukan sesuatu yang buruk bagi kesehatan, itu juga dapat berguna. Faktanya, substansi di alam yang sama sekali tak dapat digunakan sebagai racun maupun obat itu cukup langka.”

Kami mengambil setiap bagian tubuh dari troll itu, menghancurkannya menjadi adonan, merebusnya, memanggangnya, dan memprosesnya dengan cara lain. Proses yang digunakan sama seperti memasak, tapi ini bukanlah hal yang dapat kau perlihatkan kepada anak kecil dengan riang. Namun, kami menemukan sesuatu yang menarik.

“Aku menemukan komponen dalam hatinya yang mungkin berguna dalam obat untuk membuat orang siuman.”

“Asam lambungnya cukup kuat. Kalau kita dapat menstabilkannya, itu akan menjadi berguna.”

“Meskipun begitu, sepertinya asam itu tak cukup kuat untuk menghancurkan alat milik musuh secara instan.”

“Itu dapat digunakan untuk hal lain. Mungkin itu dapat digunakan untuk mendapatkan harta karun dengan memasukannya ke dalam lubang kunci peti harta karun. Bagian dalam kunci itu halus. Asam itu juga dapat berfungsi sebagai pembunuh perangkap.”

“Bisakah lambung itu sendiri digunakan dalam suatu jenis obat?”

“Jika beberapa waktu berlalu setelah kematian troll itu, membran pertahanannya hancur, jadi hal itu bisa sulit. Lihat, membran yang ini udah mulai hancur sedikit demi sedikit.”

Singkatnya, kami sedang menyelidiki untuk melihat kalau kami dapat menemukan manfaat yang valid dari hewan buas seperti troll. Sama halnya dengan gading gajah dan kulit harimau. Selama kami menemukan manfaat mereka, mereka takkan menganggap mereka sebagai hewan buas belaka.

Dengan cepat asistenku menulis di selembar perkamen menggunakan pena dari bulu ayam untuk menghitung harga pasar ekuivalen dari setiap substansi yang kami temukan. Kalau jumlah harganya melewati garis tertentu, hal ini akan mejadi sebuah kesuksesan.

“Kelihatannya ini akan berjalan dengan baik. Jumlah totalnya mencapai 10000 platina. Skala resiko dan manfaatnya sudah jelas miring ke arah kita.”

“Ngomong-ngomong, ingatkan aku apa yang kita hasilkan dari hellhound bulan lalu.”

“Kulit dan taring mereka. Mereka cukup berguna dari segi kemiliteran, jadi mereka cukup populer di toko senjata dan para ksatria.”

“Begitu ya. Syukurlah. Penggunaan hal ini takkan bersaing dengan mereka.”

Menghasilkan manfaat Hewan Buas A cukuplah sulit, tapi kalau itu bertentangan dengan kegunaan Hewan Buas B, pada masa mendatang harga dari Hewan Buas B akan turun. Lalu jumlah orang yang menyerang Hewan Buas B akan berkurang dan populasi Hewan Buas B akan bertumbuh ke tingkat berbahaya lagi.

Oh.

Aku mungkin telah memberikan jawabannya dalam penjelasan itu.

“…Sama halnya seperti harimau dan gajah. Salah satunya adalah salah satu dari hewan kanivora terkuat. Yang lainnya adalah hewan herbivora yang cukup besar untuk digunakan sebagai tank. Namun, orang-orang melihat mereka dengan cahaya yang berbeda kalau sudah soal kulit mereka atau gading mereka. Itulah mengapa mereka diburu sampai mendekati kepunahan,” kata asistenku sambil menggunakan bulu ayamnya untuk membersihkan pakaiannya dari debu. “Jumlah ksatria itu terbatas, jadi kalau mereka menyerang untuk memusnahkan hewan buas, mereka juga tak bisa mengontrol kerajaan tetangga. Jadi pada dasarnya kita hanya perlu membuat alasan bagi massa yang tampaknya tak terbatas untuk melawan mereka.”

“Kita manusialah yang selalu menghilangkan keseimbangan rantai makanan.”

“Tapi kalau mereka punya kekuatan untuk melakukan itu, kenapa mereka tak memusnahkannya saja sejak awal?”

“Begitulah manusia. Cara duniawi adalah pura-pura lemah agar kau dapat menikmati pelayanan yang masyarakat sediakan. Tak ada yang pernah berpikir untuk membahayakan nyawa mereka untuk hal yang tak menguntungkan mereka. Orang yang berpikir seperti itu adalah orang yang akhirnya menjadi ksatria atau prajurit bayaran.”

Hal yang tersisa untuk kita lakukan adalah menggunakan nyawa massa yang serakah untuk mendorong populasi troll ke jurang kemusnahan.

Apakah troll punah atau dianggap sebagai “monster yang dilindungi” itu terserah raja dan para bangsawan. Namun, aku ragu mereka akan memberi troll status dilindungi. Putri duyung dan peri adalah pengecualian, tapi para troll itu jelek.

“Keinginan manusia adalah hal yang menakutkan.”

“Tapi keinginan itulah yang memungkinkan kita untuk maju sejauh ini,” kataku sambil menulis hasil kami dalam bentuk daftar terperinci pada selembar perkamen. “Banyak binatang lain dan monster yang bisa berbicara dan berhitung. Mereka dapat menjadi kreatif. Aku hanya bisa memikirkan satu alasan mengapa manusia jauh lebih berkembang di atas yang lain.”

“Dan apa alasannya?”

“Variasi keinginan kita yang berlimpah-limpah. Dibandingkan dengan yang lain, keinginan kita jauh lebih maju daripada yang lain.” Aku tak berpikir kalau pada akhirnya pahlawan murnilah yang akan mengalahkan tentara raja iblis. Tak peduli seberapa besar parameter tetapmu, manusia tanpa keinginan takkan punya ambisi. Singkatnya, mereka akan naik level terlalu lambat.

Bagiku, massa yang mengepung pahlawan, selalu mengeluh, dan mengikuti setiap mode baru terasa jauh lebih menakutkan.

Mereka lebih menakutan dari pahlawan dan bahkan mungkin lebih menakutkan daripada raja iblis.

Sebulan kemudian, laboratorium akademik istana menerima laporan sementara.

“Profesor! Populasi troll terus berkembang! Bukannya memburu troll secara berlebahan, para massa yang bodoh itu malah menghamburkan makanan mereka untuk para troll!!”

“Sial…”

“Mereka mendapati kalau membuat para troll memuntahkan asam lambung ketika masih hidup lebih efisien daripada membunuh mereka dan mengambilnya dari mayat mereka. Dan juga, hati troll beregenerasi dengan cepat, jadi para massa bisa memotongnya sebagian dan membiarkan mereka lepas sekali lagi. Para troll akan memperbaiki bagian yang hilang dalam waktu yang begitu singkat!! A-apa yang akan kita lakukan, profesor!? Populasi troll cukup membludak!! Apakah mereka tak tahu apa yang akan terjadi pada benteng kota kalau populasi troll terus meningkat!?”

“Keinginan manusia benar-benar hal yang paling menakutkan daripada semuanya.” A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 Sesudah Survey

Perkenalan dengan Peserta[edit]

“…ngun. Hei, bangun.”

“Gh…?”

Suara manis dari seorang gadis (tapi sedikit beraksen) menusuk telinga Anzai Kyousuke, jadi dia mengangkat kepalanya. Dia merasakan nyeri tumpul di dahinya yang tadi menempel meja.

(Di mana-…? Kenapa aku berada di dalam auditorium universitas?)

Saat pikirannya yang masih setengah sadar mulai berfungsi, akhirnya kesadarannya kembali fokus pada kenyataan.

“Oh, benar. Aku melakukan survei dan profesor itu ngomongnya kelamaan…”

“Jangan begitu. Kau harus mendengarkannya sampai akhir.”

“?”

“Hal itu seperti bertemu bayi kecil di loker koin dan tertidur sebelum kau dapat diberitahu “Itu kau!”.”

“Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan…”

Anzai melihat sekelilingnya sambil berbicara.

Profesor aneh itu sudah tidak ada di panggung besar auditorium. Faktanya, hampir semua dari 20-30 orang yang berkumpul untuk melakukan

survei sudah tidak ada. Yang ada hanyalah dia, gadis yang membangunkannya, dan tiga gadis lain yang berkumpul agak jauh dari mereka.

Anzai kira para gadis itu tetap tinggal untuk mengobrol setelah survei sudah berakhir.

“Sekarang pasti di luar sudah gelap,” seru gadis berambut pirang dan bermata biru yang membangunkan dia. “Kami mau pulang, tapi bagaimana denganmu?”

“…Siapa yang akan mengunci bangunan ini?”

“Aku tak tahu. Profesor yang menjalankan survei itu lah yang bertanggung jawab atas hal itu, kan? Dia berceramah dan kemudian pergi.

Apakah menurutmu kita harus berbicara dengan pria tua yang ada di kantor?”

“Menurutku kau benar.” Anzai berdiri dan menguap. Dia mengambil tas kecilnya yang berisi perlengkapan sekolah minimal. “Biarkan saja profesor itu yang melakukannya. Kuharap kedai kopi itu masih buka.”

“Oh, kami mau menuju tempat lain.”

Lalu tiga gadis yang sepertinya adalah teman gadis pirang itu memanggil mereka. Tentunya, mereka memanggil gadis itu, bukan Anzai.

Gadis yang memanggilnya adalah gadis tinggi dengan rambut hitam panjang yang berkilau. Sepertinya dia adalah senior dari Anzai karena dia membutuhkan waktu lebih dari setahun untuk masuk ke universitas.

“Harumi, apa kau masih melakukannya?”

“Hotaru-san. Dia bilang dia akan pergi bersama kita ke kedai kopi.”

(Aku tak pernah bilang kalau aku akan pergi…)

Tentu saja mereka adalah orang asing, tapi Anzai telah menyadari kalau hal spontan seperti itu terjadi lebih sering setelah dia masuk universitas. Kau akan keluyuran dengan orang secara tak terduga dan dengan cepat kau takkan pernah melihat mereka lagi. Di SMP dan SMA, dia selalu makan siang dengan kelompok yang sama.

Mood dan suasana itu telah menyebabkan beberapa jenis perubahan kimia pada situasinya, tapi dia masih merasakan tekanan yang aneh karena dia ditempatkan begitu saja ke dalam kelompok para gadis. Hal itu berbeda dari bertemu dengan orang baru satu-satu.

Gadis yang lebih terlihat seperti gadis kabaret daripada mahasiswi sepertinya menangkap kebingungan Anzai dan tersenyum. Ketika dia berbicara, ternyata ucapannya lebih sopan daripada penampilannya.

“Lihat, Harumi? Kau selalu terlalu dekat dengan orang.”

“Eh? Apa yang kau bicarakan, Aisu. Mulutku tidak bau kok, jadi apa masalahnya?”

“Maaf. Harumi punya batas emosional yang sangat sedikit. Dia tidak punya pemahaman tentang jarak emosional yang tepat. Tapi jangan berpikir kalau dia jatuh cinta kepadamu. Dia memang seperti ini kepada semua orang, jadi kau akan terkejut nanti jika kau menganggap bahwa dia memperlakukanmu dengan spesial.”

“Kau tak perlu khawatir tentang hal itu.”

“Hanya untuk memastikan saja. Dia berhasil mendapatkan empat orang penguntit saat SMP dan SMA. Dan salah satunya adalah kepala sekolahnya. Hal itu adalah skor tinggi yang menakjubkan, kan?”

(Kenapa kau harus membandingkanku dengan para penguntit dari masa lalunya…?)

Anzai tidak tau apa yang harus dia pikirkan mengenai hal itu, tapi dia bukanlah orang yang cukup blak-blakan untuk mengatakannya keras-keras.

Dia tidak akan pergi terlalu jauh dengan mengatakan bahwa dunia diciptakan bersama dengan kebohongan, tetapi dia melihat suatu kebenaran sebagai sesuatu yang terasa seperti obat yang pahit. Siapapun yang tidak membungkus kebenaran di dalam suatu kemanisan akan berakhir dijauhi oleh orang lain karena kepahitan itu.

“Kenapa Kozue bersembunyi di belakangmu, Hotaru-san?” tanya gadis yang bernama Harumi.

“Dia bersekolah di SMP dan SMA khusus perempuan, kau ingat? Mungkin dia takut pada laki-laki.”

“Sebenarnya agak sebaliknya. Kozue adalah tipe orang yang menyerang lalu kabur ketika dia melihat sesuatu yang menakutinya. Karena dia membuat area aman dan melihat dia (Anzai) dengan hati-hati, Kupikir dia agak tertarik kepadanya.”

Setelah semua hal tentang dia itu dikatakan, gadis yang bernama Kozue memberi balasan yang singkat namun jelas.

“Hal itu tidak benar.”

“Kau harus berhati-hati. Kozue itu kebalikan dari Harumi. Dia adalah tipe orang yang mulai berpikir bahwa seseorang sedang jatuh cinta kepadanya jika orang itu mengambil penghapus yang dia jatuhkan.”

“Hal itu tidak benar.”

“Faktanya, meskipun kami semua adalah perempuan, dia mempunyai kesalahpahaman yang cukup menakjubkan semasa semester pertama.”

“Hal itu tidak benar.”

“Hei,” seru Anzai ke Kozue. “kenapa kau memakai headphone raksasa itu? Bagaimana bisa kau mendengar kami saat memakainya?”

“Itu adalah gaya fashion dia,” potong gadis berambut hitam yang sepertinya bernama Hotaru. “Kabelnya tidak terhubung dengan apapun. Perban yang membalut pergelangan tangannya dan stocking robek yang dia pakai di kaki kanannya adalah hal yang sama. Mereka terlihat mempunyai suatu arti, tapi memikirkan hal itu hanya membuang-buang waktu.”

“Hei, kuberitahu padamu kalau dia itu berbahaya! Lihat, dia menginspeksi semuanya dengan mata melotot karena beberapa laki-laki bodoh tertarik pada pakaiannya!! Jika kau juga tidak kabur, Hotaru, kau akan menjadi korban pisau cukurnya juga!!”

“H-hal itu tidak benar.”

“Hei, sudahlah ayo kita pergi ke kedai kopi!”

Karena desakan dari Harumi yang terlihat tidak bisa diandalkan, mereka meninggalkan auditorium. Pada beberapa titik, Anzai telah dikelilingi, jadi hal yang lebih mudah untuk dilakukan hanyalah ikut pergi bersama mereka.

Hal itu terjadi dengan perasaan sewenang-wenang.

Hal itu terjadi dengan perasaan “Yah, terserah”.

Anzai mengingat fakta bahwa dia jarang merasakan perasaan seperti itu pada saat SMP ataupun SMA. Dulu, dia pernah berpikir bahwa harus mengulang setahun akan menempatkan ratusan retakan dalam hidupnya, jadi hal ini adalah perubahan yang besar.

Di luar gelap gulita dan udara dipenuhi oleh rasa dingin yang belum datang pada saat pelajaran sore.

Lampu luar dipasang di sini dan di sana, tapi jumlahnya tidak cukup untuk menerangi kegelapan di luar. Meskipun berada di tempat institusi pendidikan nasional, area itu mempunyai tingkat kejahatan yang cukup rendah.

“Jam berapa sekarang?”

“7:30. Ada apa dengan ponselmu, Harumi?”

“Baterainya habis.”

“…Kedai kopinya masih buka kalau belum jam 8 kan?”

“Ini tidak masuk akal. Perusahaan itu mempunyai toko di 30 negara, jadi mereka harus punya jam operasional standar. Mereka tidak akan bisa menutup tokonya hanya karena ketenangan sementara setelah jam 8.”

“Tempat ini adalah kampus universitas, jadi mereka tidak mendapat pelanggan dari manapun lagi. Kupikir mereka tetap buka sampai 5 jam ke depan tanpa ada pengunjung, sehingga mereka mengubah jam mereka untuk mencocokkannya dengan kegiatan sekolah.”

“Ada apa? Dari tadi kau belum mengatakan apapun.”

Suara Kozue yang jelas namun aneh itu mengubah fokus mereka ke Anzai, tapi dia hanya tidak punya apapun yang cocok dibicarakan untuk masuk ke percakapan mereka. Bagaimana dia harus masuk ke dalam lingkaran pertemanan yang telah lengkap?

Pada sebuah kelompok di mana setengah lingkaran bertemu dengan setengah lingkaran, setidaknya dia mempunyai celah.

“Aku senang kau ada di sini,” seru gadis kabaret (kulit kecokelatan) dengan nama Aisu yang terdengar modern.

“Kenapa?” balas Anzai.

“Aku ingin menanyakan pendapatmu tentang survei aneh itu. membicarakan hal ini hanya dengan sesama kelompok kami saja sebenarnya tidak apa-apa, tapi orang-orang dalam kelompok yang sama tidak memiliki banyak keragaman ide. Aku ingin mendapatkan pendapat seseorang yang berasal dari luar kelompok kami.”

“Survei itu benar-benar aneh,” kata Harumi.

“Hal itu memberikanku perasaan aneh yang sulit dijelaskan. Aku berharap untuk mendiskusikannya sebelum perasaan itu hilang sehingga kami dapat mencoba untuk mendapatkan pemahaman lebih mengenai hal-hal itu. Meskipun diskusi yang kami lakukan di dalam auditorium hanya membuat segalanya menjadi semakin membingungkan sih.”

“Itulah alasan lain mengapa sudut pandang baru itu penting.”

“Kozue mulai memujimu lagi tuh, jadi berjaga-jagalah.”

“Ngomong-ngomong,” seru Harumi sambil menatap wajah Anzai. “Apa urutan yang kau berikan terhadap film-film pendek itu di dalam surveimu”

(Sudah waktunya untuk menentukan siapa yang paling cocok denganmu. Pada grafik berikut, tolong gunakan peringkat yang kau berikan terhadap setiap cerita dengan jujur.)


← = Tidak ↓ = Ya Mulai
Aisu Apakah Anda lebih menyukai File 15 daripada File 12? Apakah Anda lebih menyukai File 05 daripada File 17? Apakah Anda lebih menyukai File 11 daripada File 09? Apakah Anda lebih menyukai File 24 daripada File 06?
Harumi Apakah Anda lebih menyukai File 01 daripada File 03? Apakah Anda lebih menyukai File 04 daripada File 02? Apakah Anda lebih menyukai File 20 daripada File 13? Apakah Anda lebih menyukai File 07 daripada File 18?
Hotaru Apakah Anda lebih menyukai File 22 daripada File 15? Apakah Anda lebih menyukai File 21 daripada File 07? Apakah Anda lebih menyukai File 08 daripada File 01? Apakah Anda lebih menyukai File 10 daripada File 20?
Kozue Apakah Anda lebih menyukai File 23 daripada File 19? Apakah Anda lebih menyukai File 14 daripada File 16? Apakah Anda lebih menyukai File 02 daripada File 23? Apakah Anda lebih menyukai File 13 daripada File 04?
Aisu Harumi Hotaru Kozue

Lanjutkan ke tempat yang tempat berdasarkan grafik yang ada di atas.

Kasus Harumi (Mengejar misteri keanehan lain yang mendukung keanehan ini!)

Kasus Hotaru (Bagaimana profesor itu membuat film-film pendek tersebut?)

Kasus Kozue (Apakah keanehan-keanehan yang datang satu per satu itu? Dapatkah kau menerima jawabannya?)

Kasus Aisu (Pertanyaan profesor itu belum selesai. Kira-kira apa pertanyaan selanjutnya!?)

Kasus Harumi[edit]

Part 1[edit]

“Hahh. Hasilmu sama denganku,” kata Harumi dengan mata terbelalak.

Mereka ngobrol sambil meninggalkan auditorium dan berjalan melalui kampus universitas malam hari.

“Apakah artinya jalan pikiran kita sama? Profesor itu bilang sesuatu tentang menyelidiki isi hati kita, jadi ini mungkin berarti kita cocok.”

“Setidaknya,” kata Anzai yang memotong komentarnya .

Hal ini sama seperti yang Aisu katakan. Dia dapat mengerti bagaimana dia juga akan kehilangan rasa jarak emosionalnya jika dia terjebak di dalam kata-kata manis Harumi.

“Itu adalah peristiwa yang aneh. Semua tentang hal itu aneh. Tapi yang teraneh dari semuanya adalah…”

“Oh, oh, oh!” Harumi mengacungkan tangannya dengan gembira. “Peserta survei yang adalah semua orang yang belum pernah kulihat sebelumnya itu membuatnya aneh.”

“?”

“Semua peserta survei yang lain. Aku telah berada di sini lebih dari setengah tahun, tapi aku belum pernah bertemu orang lain yang ada di sana.”

“Universitas itu adalah tempat yang besar. Itu adalah kumpulan dari mahasiswa bermasalah, jadi tak terlalu mengejutkan kan kalau isinya dipenuhi oleh orang yang kau tak kenal? Maksudku, Aku belum pernah bertemu dengan salah satu dari kalian sebelumnya.”

“Tapi aku pernah melihatmu sebelumnya.”

“Hah?”

“Aku pernah melihatmu secara sekilas di restoran keluarga kampus. Kau selalu memakai kalung yang sama kan? Itulah mengapa aku mengingatmu.”

Anzai mulai batuk.

Di sana terdapat cukup banyak ruang untuk kesalahpahaman dan dia dapat melihat gadis klub kabaret yang bernama Aisu nyengir. Menyadari semua itu, Harumi melanjutkan.

“Tapi aku tak ingat pernah melihat orang lain yang mengikuti survei meskipun cuma sekilas. Profesor itu pergi tepat setelah survei berakhir dan hal selanjutnya yang aku tahu, semua peserta yang lain menghilang. Kenapa ya? Aku punya perasaan kalau aku takkan pernah melihat orang-orang itu lagi yang minggat untuk pergi ke tempat lain.”

“Itu gila.”

“Ah ha ha. Aku tahu. Tapi saat aku melihatmu tidur di dalam auditorium, Aku teringat akan suatu balon. Suatu balon yang terjebak di cabang pohon. Aku merasa seperti kau akan hanyut ke suatu tempat jika aku tidak memanggilmu.”

Tempat-tempat seperti toserba dan restoran keluarga di kampus berada di bangunan khusus, bukannya menjadi bagian dari bangunan fakultas. Sama halnya dengan kedai kopi itu. Para dosen dan mahasiswa sama-sama merasa sebal karena harus pergi ke luar untuk ke sana pada saat hujan dan bagaimanapun mungkin juga tidak ada di kampus kalau mereka harus berjalan sepanjang jalan melintasi kampus.

Ketika mereka sampai di kedai kopi, Aisu memberikan senyuman kejam.

“Oh, manajer di belakang baru saja mendecakkan lidahnya.”

“Tentu saja dia melakukannya. Dia baru saja kehilangan kesempatannya untuk menutup kedai ini lebih awal pada jam 8.”

“Tidak ada orang lain selain kita di sini, tapi aku akan pergi mendapatkan meja untuk kita.”

“Hotaru-san, katakan saja apa yang kau inginkan.”

Setiap saat mereka melakukan sesuatu, Anzai teringat mengenai kelengkapan lingkaran pertemanan grup para gadis itu. Dia harus bertanya-tanya kenapa mereka mengajak dia jika lingkaran pertemanan mereka sudah begitu lengkap.

Ketika dia sedang bertanya-tanya mengenai apa yang harus dilakukan, Harumi berbicara kepadnya dari samping.

“Peran pria itu adalah membawa minuman-minuman itu ke meja.”

“Aku hanya akan menganggap diriku beruntung karena kau tidak mengharapkanku untuk membayar.”

Setelah minumannya sudah siap, Anzai membawa baki plastik ke meja ketika bersungut-sungut tentang 4 atau 5 cangkir kertas tidak masalah sama sekali.

“Apa itu, Harumi? Apa kau memesan kumpulan kayu manis?”

“Menurutku pribadi, aku tak mengerti bagaimana siapapun bisa memesan kopi hitam. Itu hanya menusuk lidahmu.”

“Kau sama seperti biasanya, Hotaru-san. Kau tak peduli apa yang kau dapat, jadi kau selalu memesan minuman baru atau minuman spesial musiman.”

“Yah, kau memesan kopi jeli setiap saat kau datang ke sini. Seharusnya kau memesan minuman di sini, kau tahu?”

Keempat gadis itu kemudian menengok ke Anzai seolah-olah untuk berkata “Jadi apa yang kau pesan?” Menjadi pusat fokus bagi kelompok orang asing seperti itu terasa tak begitu nyaman, jadi dia segera menjawabnya.

“Brendi.”

“Kau memesan sesuatu yang beralkohol!? Aku tak tahu kalau mereka menyediakan alkohol di sini.”

“Kadar alkoholnya 80 proof. Apa kau sungguh-sungguh akan meminum itu?”

“Kalau begitu, kau pasti tidak mengemudi ke rumah. Dan karena kau setuju untuk mengobrol yang bisa berlangsung bagi siapapun yang tahu berapa lama waktunya, kau juga tidak usah takut mengenai mendapatkan kereta terakhir. Area di sekitar sini cukup mahal, jadi tidak ada apartemen pelajar. Dari hal itu, kelihatannya kau tinggal di asrama.”

“Inilah dia!! Deduksi penguntit gigihnya!! Aku selalu beranya-tanya kenapa dia tak dapat menggunakan hal itu untuk sesuatu yang lebih aman seperti investigasi kriminal!”

Godaan berlanjut itu sepertinya telah mengenainya karena Kozue mulai memercikan suatu cairan kental ke Aisu dari belakang tutup botol ke tempat sirup permen karet yang dia digunakan.

Kemudian gadis klub kabaret itu memuntahkan penghinaan yang mengakibatkan imej nya sebagai wanita menjadi hancur

Mengabaikan semua itu, Harumi berbicara ke Anzai.

“Bagaimanapun juga, aku sedang berbicara tentang bagaimana aku belum pernah peserta yang lain di sekitar kampus, kan?”

“Kau belum selesai?”

“Untuk beberapa alasan hal itu mengingatkanku tentang rumor mengenai orang-orang yang dapat kau bayar untuk melakukan apapun.”

“Oh, Aku pernah mendengarnya.”

Tidak jelas bagaimana hal itu berhubungan dengan apa yang Harumi bicarakan sebelumnya, jadi Anzai membalasnya tanpa semangat yang besar. Orang yang akan melakukan berbagai pekerjaan sering disebutkan di TV, tapi masih tidak jelas apakah orang seperti itu benar-benar ada. Setidak-tidaknya, tidak ada toko yang mengiklankannya di penunjuk toko mereka dan tak ada bisnis dengan deskripsi itu di departemen pencarian pekerjaan universitas.

“Apakah ada rumor tentang adanya kelompok seperti itu di sekitar sini? Ketika aku pindah ke sini, Aku ingat kalau aku pernah mendengar tentang orang yang kau dapat bayar untuk mengangkut barangmu dengan harga murah…”

Bagaimanapun juga Anzai tidak pernah tergoda untuk mencobanya. Perusahaan pindahan yang legit adalah suatu hal, tapi dia berpikir bahwa meninggalkan alat rumah tanggamu ke orang asing adalah hal yang gila.

“Kudengar mereka akan menyingkirkan para penguntit yang gigih.”

“Aku tidak melihat poinnya,” seru Anzai sambil menyeruput brendinya. “Sudah ada orang untuk melakukan hal-hal seperti itu. Bayar saja perusahaan pindahan atau panggil polisi. Bagaimanapun juga sesuatu yang legit akan menjadi hal yang lebih memastikan. Kau tak perlu berusaha sangat keras untuk membayar orang-orang mencurigakan.”

Dalam upaya untuk menghindari baku tembak pertempuran sirup permen karet, Hotaru menggeser kursinya mendekati Anzai.

“Dan siapa yang tahu bagaimana cara menghubungi mereka.”

“Dengan tisu saku,” seru Harumi yang tiba-tiba menyeringai. “Kadang kadang di stasiun dekat kampus ada seseorang yang membagikan tisu.”

“…Apakah ada nomor yang tertulis di tisu itu yang kau panggil untuk menghubungi mereka?”

Anzai ragu kalau orang banyak akan memanggil nomor asing karena ada kemungkinan kalau nomor itu akan mendatangkan tarif yang mahalnya selangit.

Hotaru kelihatannya setuju, tapi dia membolehkan percakapan itu untuk berlanjut. Mungkin itu adalah salah satu trik yang memungkinkan terbentuknya suatu pertemanan.

“Dan hal itu rumit. Jika orang yang membagikan tisu itu adalah kontak mereka, bukankah akan lebih cepat kalau dia hanya memegang suatu pengenal dan menerima permintaan orang-orang di sana?”

“Mungkin itu karena tak ada yang mau orang lain mengetahui kalau mereka menghubungi kelompok itu. Kau dapat meletakkan tisunya di sakumu sambil berpura-pura tidak tertarik dan kemudian memanggil nomornya nanti.”

“Kalau mereka mau merahasiakan hal itu, akankah mereka benar-benar mengatakan hal itu ke orang asing? Dan kalau kelompok ini benar-benar melakukan hal-hal mencurigakan, akankah mereka benar-benar berdiri di depan stasiun selama berjam-jam? Sekarang ini ada begitu banyak kamera.”

“Tapi…” Entah hal itu adalah pendapat aslinya atau dia hanya menambahkan topik pembicaraan, Hotaru memberikan pendapat dari sudut pandang yang berbeda. “Entah mereka menggunakan tisu saku atau tidak, mungkin orang-orang akan memiliki metode rahasia untuk mengubungi mereka jika mereka benar-benar akan melakukan ‘apapun’.”

“Apapun…? Maksudmu hal selain membantumu pindahan atau menyingkirkan penguntitmu?”

“Kudengar seseorang memanggil nomor itu untuk lelucon belaka dan meminta mereka mengumpulkan orang-orang untuk melakukan penganiayaan berkelompok dan sebuah kelompok benar-benar berkumpul.”

“…Hal ini baru saja berbelok ke jalan yang gelap.”

“Orang yang membuat lelucon itu konon dibebankan dengan biaya selangit dan kemudian menghilang ketika dia mencoba untuk meminta maaf dan menjelaskan bahwa hal itu adalah lelucon .”

“Dalam hal itu, Aku bertanya-tanya kalau orang lain di auditorium berasal dari kelompok itu,” kata Harumi.

“‘Dalam hal itu’? Aku tak begitu mengerti apa hubungannya, tapi apa yang mereka lakukan di sana? Dan siapa yang membayar mereka?”

“Hah? Mungkin profesor itu? Kau tahu, orang-orang dibayar untuk mengisi suatu kerumunan.”

“…”

“…”

Anzai dan Hotaru terdiam. Sepertinya Harumi mengatakan hal itu tanpa berpikir panjang, tapi pemikiran itu membuat mereka merinding.

Apakah peserta selain mereka itu adalah mahasiswa palsu?

Apakah yang dilakukan bukanlah mengumpulkan orang yang kekurangan kredit atau orang yang bermasalah?

Apakah orang-orang yang tepat di sebelah mereka adalah orang asing yang ada di sana untuk alasan yang tidak diketahui?

Dan tak hanya sedikit. Apakah mereka benar-benar dikelilingi oleh orang-orang seperti itu?

Sepanjang waktu?

Meskipun begitu mungkin saja mereka dapat mengingat penampilan orang di sekitar mereka dan melirik tempat yang telah mereka isi dengan nama mereka?

Anzai dapat merasakan keringat dingin di dahinya.

Dengan cepat dia memikirkan apa yang harus dia sangkal untuk menjaga kestabilan mentalnya.

“Ya, tapi aku ragu kalau kelompok yang dapat kau bayar untuk melakukan apapun itu benar-benar ada.”

“Benar. Berapa banyak pekerjaan yang mereka bisa dapatkan dalam setahun? Aku hanya tak mengerti bagaimana hal itu dapat berfungsi sebagai suatu bisnis.”

“Jika mereka mendapatkan sedikit pekerjaan, mereka harus membebani setiap penyewa mereka dengan harga yang tak masuk akal.”

“Kalau membuat mereka melakukan suatu gurauan menghabiskan jutaan yen, akan lebih mudah kalau kau melakukannya sendiri.”

“Kalau semua orang itu berasal dari kelompok itu, mereka harus membuat cukup uang untuk menunjang puluhan orang.”

“Hah? Tapi…”

Harumi masih menggumamkan sesuatu dengan suara manisnya, tapi Anzai dan Hotaru terus menolak argumennya.

Meskipun begitu, suara tenang Harumi meyelinap ke telinga Anzai melewati celah dari argumen mereka.

“Mungkin mereka menjalankan suatu jenis bisnis yang lain. Dan mungkin pada awalnya mereka tak memberitahumu tentang uang, lalu mereka menggunakan kekerasan agar kau membayar harga yang amat teramat sangat mahal.”

Part 2[edit]

Dan itulah bagaimana survei menakutkan itu berakhir… Kira-kira itulah yang ingin kukatakan. Sayangnya, kelihatannya ada banyak hal-hal misterius di dunia ini.

Hal itu hanyalah satu-satunya hari esok.

Setelah satu malam, fenomena aneh berikutnya datang untuk menyerang.

Atau…

Mungkin melihat hal itu sebagai “berikutnya” adalah sebuah kesalahan dan itu hanyalah sebuah kelanjutan.

Part 3[edit]

Karena kuliah siangnya telah berakhir, Anzai telah selesai kuliah untuk hari itu.

Saat dia melihat-lihat permintaan untuk “pekerjaan yang aman dan disetujui universitas” yang dipasang di papan pengumuman luar ruangan, Harumi memanggilnya.

Sepertinya tiga orang yang lainnya tidak bersamanya.

“Apa kau butuh uang untuk biaya hidupmu?”

“Tidak, aku sedang berpikir untuk mendapatkan SIM. Tapi aku memeriksanya dan sekolah mengemudi biayanya mahal. Harganya sekitar 300,000 yen.”

“Oh, begitu. Aku berharap untuk mendapatkan smartphone keduaku.”

“Hah? Kau butuh dua smartphone dalam waktu yang sama?”

“Dan itulah mengapa aku mempunyai barang misteri ini!!”

Kemudian Harumi mengerluarkan sesuatu dari sakunya dengan paksaan sedemikian rupa yang kelihatannya mengabaikan batasan dimensi ketiga.

Anzai mengenali barang apa itu hanya dari bayangannya saja.

Tapi barang itu memberinya perasaan gelisah yang kuat.

Ya.

Barang itu adalah sebungkus sampel tisu saku yang sama seperti yang rumornya dibagikan di depan stasiun.

Tisu-tisu mencurigakan itu katanya berisi nomor telepon kelompok yang dapat kau bayar untuk melakukan apapun.

Kalau dilihat dari penampilan luarnya, tisu itu benar-benar merupakan pak tisu biasa. Namun, pada ruang untuk sampel tisu itu tersimpan selembar kertas berwarna merah darah yang bertuliskan deretan nomor berwarna hitam pekat. Banyak angkanya cocok dengan banyak angka untuk sebuah nomor telepon, tapi arah tujuan nomor itu masih sebuah misteri.

Hal itu sendiri sudah cukup untuk membuktikan bahwa hal itu adalah nomor telepon dari kelompok itu.

Tapi…

“Seorang pria membagikan tisu saku merah ini di depan stasiun seperti apa yang rumor katakan.”

“Begitu ya…”

Karena nomor itu adalah nomor ponsel bukannya nomor telepon rumah maupun nomor bebas biaya, Anzai tak mau memanggil nomor itu. Namun, Harumi kelihatannya tidak peduli sedikitpun.

“Oke, Aku akan memanggilnya.”

“Kau akan memintanya untuk menemukan pekerjaan dengan gaji tinggi?”

“Hal itu terlalu berbelit-belit. Aku akan meminta mereka untuk mempekerjakan kita berdua!!”

“Aku punya perasaan kalau kau akan membuatku terlibat dalam hal ini!”

Dengan panik Anzai mencoba untuk menghentikan Harumi, namun dia mengambil ponsel (pertama?)nya dan memanggil nomor yang tertulis di tisu saku itu.

Namun, seorang wanita muda(?) yang menjawab panggilan itu kelihatannya bingung.

“Ini adalah nomor untuk pelanggan. Kami tak dapat menerima permintaan pekerjaan.”

Wanita yang jelas-jelas tidak biasa berbicara dengan begitu sopan malah membuatnya lebih berbahaya. Anzai tak mau punya urusan lagi dengan hal itu, tapi Harumi tidak merasa keberatan sama sekali.

“Tapi aku mau kau mengabulkan permintaanku untuk mendapatkan pekerjaan. Kalian bilang kalian dapat melakukan apapun yang orang-orang ingin kalian lakukan, kan?”

“Gh…”

“Aku ingin pekerjaan untuk dua orang yang waktunya hanya tiga kali seminggu, menghasilkan lebih dari 1000 yen per jam, tidak berbahaya, dan dapat dilakukan dengan mudah boleh para amatir!!”

“…B-baik, Jangan salahkan saya kalau sesuatu terjadi.”

Dia menutup panggilan dengan ucapan yang tidak terdengar seperti bagian dari suatu perusahaan yang benar-benar bertindak sebagai alat kemasyarakatan.

Wajah Anzai benar-benar pucat, tapi Harumi tersenyum tanpa rasa khawatir sambil berkata, “Kau lihat? Dunia ini adalah dunia yang sederhana.”

Part 4[edit]

Hari itu adalah hari libur. Namun, meskipun orang tuanya terserang penyakit mematikan, dia terserang flu, dia tersesat di pulau terpencil di suatu laut yang jauh, dan asteroid akan menabrak bumi, dia tak akan bisa membatalkan pekerjaan itu.

“Kau tak bisa kembali tidur!!” kata Harumi.

“Bagaimana kau bisa tahu di mana apartemenku?”

“Kozue memberitahuku.”

“Aku juga tak ingat pernah memberitahukannya ke Kozue!!”

Mereka dipanggil ke tanah kosong yang benar-benar terlihat normal. Seorang pria paruh baya yang memakai pakaian kerja ada di sana. Dia tersenyum dan melambaikan tangan ke arah mereka. Anzai bersiap untuk mengambil pipa logam dari tanah dan menghajar pria itu di bagian belakang kepalanya kalau dia bilang bahwa mereka harus dibawa ke suatu tempat dengan menggunakan penutup mata, tapi hal itu tak terjadi.

“Di sini kalian rupanya. Namaku Suzukawa, seorang pengawas. Kurasa kalian berdua adalah pendatang baru.”

“Ya!!”

“Yaaaaa…”

Respon Anzai sangat setengah hati, tetapi roda dunia terus berputar.

“Apa pekerjaan kami hari ini!?”

“Tempatnya dekat. Kita bisa jalan kaki ke sana. Oh, ambil ini. Ini adalah alat-alat pekerjaan untuk kalian, jadi jagalah alat-alat kalian. Mereka adalah nyawa bagi pekerja.”

“…Sebuah ember dan…apa ini? Pembersih berbentuk rol yang digunakan untuk mengambil rambut dari karpet?”

“Itu adalah rol untuk mengecat. Mbak, kau ambil kaleng catnya.”

“Oke!!”

Mereka akan bekerja di kompleks apartemen kumuh yang butuh 5 menit ke sana kalau jalan kaki.

Faktanya, itu adalah kompleks apartemen tempat Anzai tinggal.

“Kenapa semuanya melakukan penelitian di tempat tinggalku!?”

“Apa yang dia bicarakan?”

“Terkadang dia mengatakan hal yang aneh.”

Anzai cukup enggan mengikuti Harumi dan pengawas ke dalam bangunan apartemen itu. Mereka sampai di kamar di sebelah kamarnya.

“Ini adalah kamar kosong.”

“…Apa yang akan kami lakukan?”

“Cat dindingnya. Dindingnya harus terlihat bagus bagi orang yang mau pindah ke sini.”

“Hmm,” gumam Anzai, tapi kemudian, “Hah?”

Dia dikuasai oleh perasaan aneh. Dia punya perasaan kalau alasan yang diberikan dengan cepat itu tak masuk akal.

Namun, Harumi dan pengawas sudah menuju ke kamar kosong itu.

Dan mereka bahkan tidak melepas sepatu mereka.

“Inilah dia. Di Langit-langitnya.”

“Wow.”

“Oke, Cat itu saja. Cepat. Sekarang cepatlah.”

Bertanya-tanya tentang apa yang mereka bicarakan, Anzai memasuki kamar itu dengan penuh rasa takut.

Yang dia temukan di sana adalah noda menakutkan yang dia rasa harus dinominasikan sebagai 100 tempat berhantu teratas di Jepang.

“Waaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!?”

“Anzai-kun punya reaksi yang terlalu berlebihan terhadap apapun, kan?”

“Dia membuat semuanya terasa hidup,” balas Harumi.

“Persetan dengan ini!! Apa itu!? Sudah jelas kalau itu adalah orang!! Noda itu terlihat seperti seukuran manusia dengan anggota tubuhnya tersebar ke mana-mana!! Apa yang terjadi di apartemen ini!?”

“Ayolah, cepatlah dan catlah itu.”

“Kami dibayar per jam, jadi kami tak mau terlalu cepat.”

“Tidak, tunggu!! Jelaskan hal ini!!!!!! Faktanya, Aku bakan tidak berpikir kalau korban penusukan fatal pada sisi lain langit-langit akan menyebabkan noda seperti ini! Apa yang terjadi sampai-sampai bisa membuat noda yang mengerikan seperti ini!?”

(Kalau dipikir lagi, seorang gadis asing tinggal di sebelah kamarku sampai sekitar 2 minggu lalu! Dia punya rambut putih, berumur 12 tahun, menyebut dirinya sendiri dengan kata ganti orang pertama “konata”, dan tinggal sendiri!! Apa yang terjadi sampai-sampai noda aneh ini ada di sini!?)

Otak Anzai sepertinya kepanasan.

Sementara itu…

“Jangan tanya padaku. Aku hanya disuruh untuk membuat kalian melakukan sesuatu mengenai noda itu.”

“…Jadi kau hanya akan menutupi tanpa mengetahui apa itu?”

“Permintaannya bukan untuk mencari tahu apa itu.”

Sambil berbicara, pengawas berparuh baya itu membuka tutup kaleng cat itu dan menuangkan cat putih ke dalam ember. Kemudian dia mengambil alat yang terlihat seperti rol perekat yang digunakan untuk menghapus noda dari karpet dan memasukkannya ke dalam cat.

“Sekarang, selesaikan ini. Kalian takkan perlu tangga untuk mengecatnya. Ayolah, ambilah itu. Mungkin kalian mendapatkan bayaran yang sama per jam tak peduli seberapa keras kalian bekerja, tapi cobalah untuk tidak bermalas-malasan di depanku.”

“Wahh! Catnya menetes ke badanku ketika aku mengangkat rolnya!!” teriak Harumi.

“Tak adakah hal lain yang bisa kau terkejutkan!? Dan rahasia apa yang apartermen murah tempatku tinggal ini punya!?”

Namun, Harumi dan pengawas itu sepertinya tidak memedulikan apapun selain uang.

Sang pengawas berbicara ke Anzai yang masih mengeluh.

“Hal semacam ini sudah dapat diduga.”

“Hah!? Apa kau akan bilang padaku kalau tempat ini berhantu karena insiden mengerikan dari masa lalu!?”

“Tidak. Orang-orang dapat membayar kita untuk melakukan apapun, kau ingat? Yah, kau membuat permintaan konyol kerja tiga kali seminggu dengan gaji 1000 yen per jam. Seharusnya kau tak terkejut kalau mendapatkan pekerjaan seperti ini.”

“…Jadi kau tidak melakukan pekerjaan seperti ini setiap tahun?”

“Tidak. Kami akan melakukan apapun yang diminta kepada kami, jadi kami mendapatkan banyak jenis pekerjan yang berbeda. Kalau kau baik-baik saja dengan upah rendah kau dapat memilih pekerjaan yang mudah dan aman. Dengan jumlah uang yang kau inginkan, mendapat sesuatu dengan lebih sulit adalah hal yang alami. Jadi berhenti mengeluh.”

“Benar!! Benar, benar!!”

“Aku mulai mengkhawatirkan IQ Harumi…”

Sebesar apapun Anzai tak menyukainya, pekerjaan adalah pekerjaan. Dia selalu bisa menanyakan pemilik apartemen tentang noda itu nanti. Tentu saja, dia tidak tinggal di kamar itu, jadi mungkin saja sang pemilik apartemen tak punya kewajiban untuk memberitahunya tentang kamar sebelah kamarnya itu.

Dia memasukkan rol catnya ke dalam ember untuk mengumpulkan catnya. Ketika dia merentangkan tangannya ke atas, dia dapat mencapai langit-langit itu. Ketika dia memikirkan hal itu, semua hal terlihat mencurigakan dari poin bahwa mereka akan langsung mengecat tanpa melepas wallpapernya terlebih dahulu, tapi pemilik apartemennya lah yang merencanakan sesuatu yang mencurigakan, bukannya kelompok kerja Anzai.

“…Meskipun begitu, penalaran itu akan cukup berbahaya kalau sudah pergi sejauh membunuh seseorang.”

“Apa kau mengatakan sesuatu?”

Anzai tak mau menyebabkan masalah apapun, jadi dia mengubah pola pikirnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Dia menempelkan cat putih ke langit-langit.

Hanya dengan memindahkan rolnya ke belakang dan ke depan, noda berbentuk manusia itu akan menghilang. Tetapi kemudian…

“Mm…mm…?”

“Noda ini baru saja berbicara!! Dia menggumamkan sessuuuaaaatttttuuuuuuu!?”

“Ah!? Jangan melambaikan rolmu!!”

“Kau membuat catnya berceceran ke mana-mana. Yah, kita akan mengecat semuanya, jadi kurasa hal itu tidaklah penting.”

Mereka berdua terlihat tidak khawatir.

Hal itu sendiri adalah masalah, tapi suatu kata tertentu menarik perhatian Anzai.

“Semuanya?”

“Semuanya.”

“Jadi kita tidak hanya mengecat langit-langitnya, tapi dinding dan lantainya juga? Tunggu, apakah ada alasan kenapa kita harus melakukan hal itu?”

“Kita diminta untuk melakukan hal itu.”

Dengan cepat Anzai melihat-lihat dinding dan lantai. Salah satu dari dinding itu adalah dinding kamar apartemennya juga, jadi dia mempunyai alasan yang serius untuk khawatir.

“Y-yah, Aku tak melihat noda berbentuk manusia apapun… Apa kau melihatnya?”

“Tidak,” kata Harumi.

Namun, perasaan tidak enak memasuki pikiran Anzai.

“…Jadi ada sesuatu selain noda di sana?”

“Mungkin. Oh, lebih pentingnya, cepatlah dan catlah noda langit-langit itu. Noda itu akan melarikan diri.”

“Apa maksud dari noda itu akan melarikan diri!? Apakah maksudnya noda itu sebenarnya bukanlah sebuah noda!? Jangan bilang kalau noda itu sebenarnya aalah kumpulan serangga hitam kecil yang terlihat seperti noda!!”

“Ngomong-ngomong, kau masih perlu mengecat noda itu. Ayolah, cepat, cepat. Noda itu akan kabur ke kamar sebelah.”

“Gwooooooooooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhhh!!”

Meskipun masih tidak mengetahui apa yang terjadi, Anzai mengayunkan rol itu seperti pedang sakti dan menyegel (sesuatu yang terlihat seperti) noda hitam di balik cat.

“Bagus!!”

“Wow, Aku takkan berpikir seorang amatur bisa melakukan hal itu.”

“Tunggu!! Apakah itu benar-benar menyelesaikan hal ini!? Aku mendapat perasaan kalau noda itu masih sangat hidup dan kita tak bisa melihatnya!!”

“Noda itu ‘sangat hidup’? Kau memang mengatakan sesuatu yang aneh.”

“Puitis sekali!” komentar Harumi.

“Tidak adil!! Jangan melihat sesuatu secara normal ketika hal itu nyaman untuk kalian!!”

“Oke, mungkin itu sudah selesai, tapi kita masih harus mengecat sisanya. Anzai-kun, tutupilah rambut yang mencuat keluar dari celah-celah di lantai. Sepertinya rambut itu menuju ke arah ini secara perlahan namun kuat.”

“Tidaaaaaak!! Kali ini adalah sesuatu yang jelas secara fisik!?”

“Ha ha ha! Bagaimana bisa kau mengatakan kalau rambut yang sudah jelas tidak alami ini adalah fenomena fisik!?” kita Harumi.

“Oh, jadi kau mengakui kalau hal-hal ini tak normal sekarang!?” Setelah itu, ketiga orang itu dihadapkan dengan “sejumlah besar cetakan yang jelas-jelas terlihat seperti cetakan tangan bayi”, “sebuah dinding yang ditutupi oleh tonjolan berbentuk payudara ditemukan ketika mereka melepaskan bak mandi yang terpasang”, “tulisan feminim yang mengatakan ‘lezat’ yang terlihat seperti telah tergores oleh kuku seseorang”, dan fenomena lain yang mirip seperti itu. Mereka bertiga mengirim mereka semua kembali ke kegelapan.

Pada malam hari setelah mereka selesai, wajah Anzai benar-benar pucat.

“…A-Aku perlu mengecek apakah ada jejak cat di kamarku!!”

“Wow, mendapatkan 1000 yen per jam hanya dengan mengecat itu hebat!” kata Harumi.

“Ya, tapi untungnya kau tetap berada di deret 1000 yen. Kau akan mendapatkan pekerjaan yang bahkan lebih buruk kalau kau meminta deret 1200 yen. Pekerjaan-pekerjaan itu berada di tingkat Ab. Buster.”

“Hal-hal yang lebih buruk dari ini!?”

(Dan istilah apa yang dia gunakan? Ab. Buster!?)

“Ya.” pengawas yang berpengalaman dalam hal-hal yang lebih gelap itu mengangguk. “Di dekat sana ada universitas negeri, kan? Baru-baru ini kami mempunyai pekerjaan untuk berpura-pura menjadi mahasiswa di sana. Survei itu adalah sesuatu yang pasti ingin aku hindari.” A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 Akhir2

Kasus Kozue[edit]

Part 1[edit]

“Hasilmu sama denganku,” kata Kozue dengan suara yang jelas.

“Tapi ini kan cuma memberi peringkat berdasarkan tingkat kebagusannya. Bukankah semuanya akan mendapatkan cukup banyak kesamaan?”

“Tidak, kau benar-benar berbeda dariku,” kata Harumi.

“Dan dariku,” kata Hotaru.

(Apakah begitu cara kerjanya?)

Anzai meninggalkan auditorium dengan para gadis dan pergi menuju kedai kopi. Entah bagaimana, akhirnya dia pergi dengan mereka, tapi dia sendiri tak tahu kenapa.

Jarak gedung yang ada kedai kopinya dari auditorium lumayan jauh (tapi tak jauh-jauh amat). Jalan di sana hampir gelap gulita, tapi Kozue mulai mengoprek-oprek isi tas tangannya.

“Kozue, apa yang sedang kau lakukan?”

“Kupikir pulpen ballpointku ketinggalan di auditorium.”

“Harganya cuma 100 yen. Kau bisa beli yang baru di toserba.”

“Aku tak peduli kalau aku meningalkannya, tapi aku cuman mau memastikan kalau pulpenku memang ketinggalan. Aku akan merasa telah membuang-buang uang kalau aku membeli sesuatu yang tak kuperlukan.”

“Kelihatannya jumlah pensil mekanik di tempat pulpenmu makin lama makin banyak .”

Hotaru menggunakan lampu layar ponselnya untuk menerangi tas Kozue, tetapi lampunya tidak cukup terang. Mengoprek-oprek isi tas di saat gelap hanya akan membuat isi tas pada berjatuhan.

“Gimana kalau kau mengeceknya saat kita sampai di kedai kopi?” saran Harumi, tapi Anzai menunjuk ke arah yang berbeda.

“Ada papan pengumuman di sana.”

Papan tua itu digunakan sebagai tempat memasang pemberitahuan tentang berbagai klub. Lampu neon dipasang di sana supaya dapat dibaca pada malam hari. Cahaya putih murni tidak melenyapkan kegelapan secara sempurna di area itu, tapi itu lebih baik daripada lampu layar ponsel.

Ketika mereka mendatangi papan pengumuman itu, banyak serangga kecil mati yang dapat terlihat di dalam lampu. Pasti lampu itu tidak sering dibersihkan. Pengumumannya bukan tentang waktu bagi anggota baru untuk mengikuti klub maupun waktu untuk festival budaya, jadi pengumuman yang dipasang kekurangan cahayanya.

“Oh, pulpennya ada.”

“Sekarang kau tak perlu beli yang baru.”

“Jadi kau membuat kami mengkhawatirkan hal yang tak perlu,” seru Aisu dengan ringan. “Kau tahu, aku tak percaya kalau papan pengumuman seperti ini masih ada. Sekarang sudah abad ke-21. Lebih gampang kalau ngirim pengumuman ke semua orang lewat email.”

“Para profesor yang keras kepala mungkin tidak menyukai metode elektronik seperti itu.”

“Atau mungkin beberapa orang lebih memiliki kesadaran daripada memberitahu email mereka hanya untuk menerima segudang pengumuman yang tak berarti.”

“Begitu ya. Jadi sikap keras kepala itu melampaui para profesor.”

Anzai tidak begitu peduli, jadi dia berharap mereka bisa langsung ke kedai kopi. Malam itu semakin dingin, tapi di sekeliling masih ada cukup banyak serangga. Mereka semua berterbangan di dekat lampu dan dia merasa kalau hal itu cukup menyebalkan.

“Hotaru-san. Ayo pergi,” kata Harumi sambil berbalik ke arah papan pengumuman setelah mereka baru mulai pergi.

Anzai juga berbalik dan melihat Hotaru masih berdiri di depan papan pengumuman.

“Apa kau menemukan sesuatu yang menarik?”

“Hotaru adalah orang yang romantis.”

“?”

Pada beberapa hal, keempat gadis itu kelihatannya memiliki pemahaman bersama tentang mereka sendiri, jadi kadang-kadang Anzai tidak dapat mengerti apa yang mereka bicarakan.

Hotaru lekas bergabung dengan mereka dan pergi menuju kedai kopi. Sama dengan restoran keluarga dan toserba, kedai itu ada di gedung yang tidak dipakai untuk ruang kelas. Namun…

“Kedainya tutup.”

“Iya.”

“Hotaru, sekarang jam berapa?”

“8:30. … Sepertinya kita memakan waktu terlalu lama untuk berurusan dengan pulpen Kozue.”

Kedai itu adalah kedai dengan jaringan global, jadi kedai itu punya jam standar, tapi manajernya punya kebiasaan menutup kedainya kalau dia menemukan kesempatan. Tak ada lampu yang menyala di dalam kedai toko itu.

Anzai dan yang lainnya tak punya pilihan selain menuju restoran keluarga Masakan Spanyol di dalam gedung yang sama.

“Pendapat orang-orang tentang tempat ini sangat bervariasi tergantung mereka suka seafood atau tidak.”

Dari tampang wajah Kozue, kelihatannya pendapatnya mengenai tempat ini berada di ujung hal negatif.

Namun, sesuatu yang lain lebih menarik perhatian Anzai.

“Tunggu, kenapa kau maksain duduk di tempat sesempit ini…?”

“Mereka cuma punya meja untuk empat orang, jadi kita tidak punya pilihan lain.”

“Oh, tapi menurutku kau yang menempel jendela dengan Kozue tepat di sebelahmu itu bukanlah kebetulan . Kelihatannya Kozue sedang mencoba untuk memonopolimu.”

“Hal itu tidak benar.”

Mereka tidak terlalu lapar, jadi mereka membagi salad ukuran besar untuk mereka berlima. Tentu saja, salad itu ditutupi udang, cumi-cumi, dan kerang. Tampang tidak menyenangkan dari wajah Kozue semakin parah.

Gadis klub kabaret bernama Aisu menyeruput kopi panas dan berkata, “Kukira kalian tak akan mendapat kopi yang jauh lebih baik dari ini kalau minumannya ambil sendiri.”

“Bagiku kopi hitam apapun rasanya pahit,” kata Harumi.

“Kukira mereka tidak punya minuman nasional apapun seperti matcha. Meskipun begitu makanannya lebih nasional,” kata Hotaru.

“Ya begitulah restoran keluarga itu,” komentar Kozue.

Anzai bertanya-tanya kenapa orang-orang selalu kasar dalam penilaian mereka terhadap restoran berjaringan nasional. Tentu saja, kedai kopi yang ingin mereka kunjungi punya kedai di 30 negara.

Barangkali merek-merek memiliki cara untuk memengaruhi selera orang-orang.

“Bagaimanapun juga, survei itu sungguh aneh.”

“Lagi pula, tentang apa survei itu? Apa itu cuma sesuatu yang profesor lakukan untuk senang-senang?”

Anzai ragu-ragu kalau dia dapat menyebarkan reputasi kalau hal itu hanya untuk senang-senang.

Selain itu, dia tidak juga dapat melihat manfaat praktis dari survei itu.

“Mungkin dia sedang mencoba mendapatkan data yang dia perlukan untuk penelitiannya.”

“Tapi bukankah dia harus mendapatkan izin dari kita untuk menggunakan kita pada makalahnya?”

“Mungkin dia bisa menyiasatinya kalau dia menggunakan informasinya dengan cara yang membuat identitas orangnya tidak mungkin diketahui.”

“Yah, aku tak benar-benar mengerti bagaimana membiarkan dia tahu film pendek yang kita sukai itu bisa melukai hati,” kata Aisu dengan kurang sopan ketika dia menyeruput kopi murahnya.

Meskipun komplainnya tentang restoran keluarga itu kasar, kelihatannya dia tidak berada dalam suasana hati yang sangat buruk.

Kemudian Anzai menanyakan sesuatu yang membuatnya penasaran.

“Ngomong-ngomong, profesor itu berasal dari bidang apa? Psikologi?”

“…”

“…”

“…”

“…Hah?”

Keheningan ganjil tiba-tiba saja menyerang mereka. Mereka semua saling bertukar pandang. Anzai dapat mengira apa artinya hanya dengan melihat ekspresi mereka. Namun, dia masih tak dapat memercayainya.

“Tunggu dulu. …Kalian semua tidak pernah dikuliahi oleh dia?

“Jadi kau juga tak tahu siapa dia?”

Juga.

Kata dari ucapan Kozue itu memberi kepastian ke pemikiran yang ada di pikiran Anzai. Anzai terkejut karena tak ada yang mengenal profesor itu, tapi dia juga menyadari kalau dia juga tidak mengenal para gadis itu. Dia ragu-ragu kalau mereka berada dalam jurusan yang sama dengannya. Seorang profesor dari bidangnya sendiri mungkin bisa memberi kredit, tapi akankah seorang profesor tunggal bisa memberi kredit kepada para mahasiswa dari seluruh bidang berbeda di universitas?

“Bagaimana dengan yang lain?” tanya Harumi.

“Kupikir ada 30 orang.”

“Aku tidak punya apa-apa untuk mendukung hal ini,” balas Kozue dengan jelas. “Tapi aku mendapatkan perasaan kalau kita tidak akan mendapat informasi yang nyata bahkan kalau kita melacak peserta lain dan menanyai mereka.”

“Seperti universitas apa saja, universitas kita punya banyak profesor yang aneh. Mungkin saja ini hanyalah pria tua yang mengkuti aturan di antara menjadi idiot dan jenius yang bergegas menuju suatu arah yang asing.”

“Kalau begitu, apalah arti hal itu untuk kreditku?”

Kalau peristiwa itu telah dijalankan oleh suatu pria tua (tapi mungkin cekatan karena dia masih punya pekerjaan), maka kredit itu tak akan berjalan dengan baik. Mungkin saja profesor itu tidak pernah mendiskusikannya dengan orang-orang yang bertanggung jawab atas mata kuliah pokok Anzai.

“Yah, mungkin kita tak tahu apa yang pria tua itu kejar, tapi kenapa kita yang dipilih?”

“Dia semacam menjelaskannya di awal. Mungkin dia menargetkan mahasiswa yang membutuhkan kredit, yang punya masalah kehadiran, atau yang punya masalah tingkah laku.”

“Apa kau pikir dia mungkin punya alasan lain?”

“Bagaimana bisa aku tahu? Kita tidak tahu apa maksud dari survei itu, jadi jika yang dia pilih itu berhubungan dengan hal yang disebutkan tadi, kita tidak punya cara untuk memahaminya.”

“Benar.”

Namun, bahkan jika hal itu cuman untuk senang-senangnya pria tua yang cekatan namun gila, hal itu tidak merubah apapun. Survei itu telah berakhir. Kalau tidak ada hal lain yang akan terjadi dan mereka tidak kehilangan apapun dari hal itu, tidak ada alasan untuk memeriksanya lebih jauh.

Satu-satunya masalah yang Anzai pedulikan adalah apa yang terjadi pada kreditnya Kurang lebih dia berpikir begitu…

Part 2[edit]

Hal-hal aneh terjadi.

Tapi masalahnya adalah ketika hal-hal aneh itu akan sering muncul, hal-hal aneh jarang datang ke orang yang menginginkannya.

Satu-satunya pemikiran yang ada di pikiran Anzai adalah “Kenapa aku?”

Tapi karena hal-hal seperti itu telah mendatanginya, tak ada yang bisa dilakukan tentang hal itu.

Dia hanya harus berurusan dengan hal-hal aneh itu.

Part 3[edit]

“Aku melihat sesuatu yang mengkhawatirkan.”

Anzai sedang makan di kantin universitas. Tak seperti restoran keluarga ataupun kedai kopi, kantin langsung terikat ke salah satu bangunan universitas. Seperti yang siapapun akan duga mengingat kalau kebanyakan mahasiswa menggunakan kedai kopi dan semacamnya yang lebih jauh, makanan di kantin tidak terlalu enak.

Anzai sedang menahan rasa yang buruk dengan sabar untuk menyimpan uang ketika Kozue tiba-tiba meletakkan semangkuk tanuki udon di atas meja dan berbicara ke dia. Sepertinya tiga orang yang lainnya tidak bersama dengannya.

“?”

Dia mengambil pasta misterius dengan sumpit, membawa pasta itu ke mulutnya, dan mengerutkan dahinya. Kemudian dia mengangkat kepalanya sekali lagi. Kelihatannya Kozue memang sedang berbicara kepadanya.

“Aku melihat sesuatu yang mengkhawatirkan.”

“Apakah kau melihat seorang profesor tidur dengan salah satu wanita di kantor universitas?” balasnya.

“Bahkan melampauinya. Hal itu adalah…anu…hm…Gimana ya ngomongnya? Pokoknya, hal itu melampaui yang kau katakan tadi. Aku yakin hal itu sungguh melampaui batas imajinasimu. Namun, itu bukan salahmu. Masalahnya bukan pada imajinasimu. Masalahnya adalah seberapa ekstrimnya fenomena ini. Terus terang aja, kupikir aku tidak bisa menjelaskannya dengan akurat dalam kata-kata.”

(Kalau kau tak bisa menjelaskannya dalam kata-kata, kenapa kau malah mencoba melakukannya?)

Sambil berpikir, Anzai mengisi mulutnya dengan pasta berwarna oranye tapi punya rasa yang takkan pernah kau dapatkan dari saus tomat.

“Apa yang kau lihat?”

“Kan baru saja kubilang kalau aku tak bisa menjelaskannya. Atau lebih tepatnya, aku dapat menguraikannya dalam kata-kata, tapi hal itu akan terdengar terlalu klise untuk menjelaskan pokok dari hal itu makanya jadi sulit dipahami.”

“Apakah hal itu adalah tindak kejahatan? Benda? Fenomena? Orang?”

Anzai pun tidak yakin berdasarkan apa kategori tersebut muncul. Namun, kelihatannya hal itu membantu Kozue. Daripada mengatakan apa hal itu, dia dapat menggunakan proses eliminasi dengan mengatakan yang mana yang bukan.

“Hal itu bukanlah tindak kejahatan. Setidaknya, kupikir tak ada sesuatu yang ilegal tentang hal itu.”

“Lalu apakah hal itu adalah skandal yang melibatkan orang terkenal atau fenomena yang mengejutkan seperti anjing berdiri dengan 2 kaki?”

“Oh!! Hal itu persis seperti yang kau katakan tadi. Kalau aku harus memilih salah satunya, aku memilih fenomena mengejutkan!!”

“… Kenapa kau bilang kalau hal itu ‘persis seperti yang kukatakan tadi’ kalau kau juga harus memenuhi syarat bahwa kau hanya memilih layaknya ‘jika kau harus memilih satu’? Hal itu hanya memberiku rasa kekacauan.”

“Anjing yang berdiri dengan 2 kaki takkan menjadi masalah. Sesuatu yang normal melakukan sesuatu yang abnormal hanyalah sekedar mengejutkan. Tetapi ketika sesuatu yang abnormal melakukan sesuatu yang abnormal, kau mau menyebutnya apa?”

“Kau jadi agak terlalu puitis. Pemahamanku tak bisa mengikutinya.”

“Ya. Hal itu benar. Tapi itu bukan salahmu. Kuulangi lagi, sederhananya apa yang kulihat itu terlalu aneh. Tak ada yang salah dengan imajinasimu.”

Dia menyangkalnya, tapi Anzai masih punya perasaan kalau dia menyalahkannya. Dan juga, istirahat makan siangnya tidak berlangsung selamanya, jadi dia harus mengabaikan rasanya dan menyelesaikan makananya untuk nutrisi dan rasa kenyang.

Karena dia ingin fokus ke makanannya, dia mencoba untuk mendapatkan jawaban cepat dari Kozue.

“Jadi sebenarnya apa hal itu?”

“Aku tak tahu.”

“Setidaknya tak bisakah kau memberiku petunjuk? Aku tak bisa ke mana-mana tanpa poin awal.”

“Tapi aku tak yakin kalau aku dapat mengutarakannya dalam betuk kata-kata.”

“Bagaimana kalau kau menjelaskannya dalam 1000 kata?”

“Berapa halaman kertas manuskrip tuh?”

“Dua setengah.”

“Dua setengah, hm?”

“Tapi kupikir siapapun sudah tidak menulis manuskrip menggunakan kertas itu lagi.”

“Ini bukan laporan buku, jadi aku tak bisa menjelaskannya dalam kata sebanyak itu.”

“Oke, bagaimana kalau 100 kata?”

“Itu kebanyakan.”

“Jelaskanlah sebisamu dalam 50 kata.”

“Segitu bahkan masih kebanyakan.”

“25 kata?”

“Aku melihat peri di sana. Berapa banyak kata tuh?”

(Hahh?)

Sebelum Anzai dapat mengungkapan kekagetannya itu dengan keras, kelihatannya Kozue sudah menyadari kekagetannya dari wajahnya.

Tidak seperti seorang penggila UFO, kelihatannya dia benar-benar sadar kalau dia mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan pengetahuan umum. Wajah Kozue merah seperti bit, tapi nada suaranya ketika dia berbicara lagi membuat ucapannya terdengar seperti tanda bahwa dia menginginkan bantahan apa saja yang ditujukan ke peri yang dia lihat.

“A-Aku melihatnya, jadi tak ada lagi yang bisa dilakukan! Aku tak sedang mencoba untuk melihat hal itu!! Belum lagi peri itu lewat dengan kasar di hadapanku, jadi benar-benar tak ada lagi yang bisa dilakukan!! Faktanya, kenapa aku harus melihat sesuatu seperti itu!?”

“Hahh?”

“Akhirnya kau mengatakannya, monster!! Kau langsung menyerangku ketika aku sedang mencoba untuk membuat sebaris kalimat defensif!!”

“Tapi…seorang peri? Hahh?”

“Aku mengambil gambarnya dengan handphoneku.”

“Itulah yang mau kulihat.”

Namun, gambar yang terlihat di ponsel Kozue sangat tidak fokus sehingga memahami latar belakang gambarnya untuk mengetahui di mana foto itu diambil saja tidak mungkin bisa. kalau Anzai diberitahu bahwa foto itu dimaksudkan untuk tes Rorschach, dia akan memercayainya.

“…Hahh?”

“Sekarang aku tahu seberapa menyakitkanya waswas dalam keterkejutan dan kemudian ada seseorang yang menyangkal kalau hal itu terjadi! Tapi tak ada lagi yang bisa dilakukan. Hal itu hanya terjadi sejenak. Kurasa aku bereaksi dengan cukup cepat untuk segera mengambil ponselku, mengubahnya ke mode kamera, dan menekan tombol potret pada waktu itu.”

Tapi peri apa yang sedang dia bicarakan ini?

Peri itu tepatnya terlihat seperti apa?

“Tingginya – ayo kita mulai – segini. Setinggi sumpit ini.”

“Begitu ya, oke aku mengerti.”

“Perinya perempuan…menurutku. Karena perbedaan ukuran, aku tak yakin kalau standar kita berlaku, tapi wajahnya terlihat seperti anak berumur 10 tahun.”

“Hmm…”

“Dia memakai pakaian hijau.”

“…”

“Sayapnya tak seperti sayap capung, tapi pasti dia itu peri. Dia benar-benar memberi kesan seperi itu. Kalau kau menunjukkannya ke 100 orang, semuanya akan memanggilnya peri.”

“…Zzz.”

“Hedeh.”

Kozue mematahkan sumpitnya menjadi 2, mengambil daun bawang dari tanuki udon panasnya, dan melemparnya ke dahi Anzai yang sedang tidur.

“Geshbloomerverfehhhh!! Panas…Panas!?”

“Kau menyisipkan bloomer di tengah teriakanmu kan?”

Tapi tak peduli apa yang orang katakan, masyarakat pada abad ke-21 sama sekali tak percaya kalau seseorang telah melihat peri. Waktu untuk hal itu telah berlalu. Sama halnya seperti bagaimana foto roh berangsur-angsur menghilang saat foto digital yang mudah diedit naik daun. Sama halnya seperti bagaimana seseorang dapat membahas Kuchisake-Onna secara terbuka dengan orang lain tanpa ada masalah. Kelihatannya salah kalau terlalu terjebak dalam hal seperti itu. Semuanya terlihat begitu tua dan melewati tanggal kedaluwarsanya.

Untuk alasan tersebut, kepercayaan Anzai Kyousuke terhadap ucapan Kozue berada di 0%.

Dengan 100% sebagai nilai maksimalnya, kepercayaannya berada di 0%.

Hal itu cukup penting, jadi ingatlah.

Ya.

Untuk sekarang, kepercayaannya berada di 0%.

Part 4[edit]

(Aneh sekali.)

Dia punya pemikiran itu tepat setelah kuliah sorenya ketika dia sedang berpikir untuk pergi menuju supermarket untuk mendapatkan bento untuk makan malam.

Dia punya ponsel, tapi dia tidak punya smartphone. Dia pernah memenangkan sebuah komputer mobile kecil (yang besarnya se-tas makeup) pada undian di distrik perbelanjaan, jadi dia tidak perlu perangkat kecil lainnya yang dapat digunakan untuk mengakses internet.

Wallpaper ponselnya diatur menjadi gambar yang diambil pada liburan musim panas ketika dia dan beberapa orang dari kompleks apartemennya membantu anak-anak dalam menyelesaikan proyek mereka. Kalau dia mengingatnya dengan benar, proyeknya adalah roket air untuk SMP mereka. Seperti yang diduga, semua yang terlibat dalam proyek itu akhirnya basah kuyup. Salah satu dari orang yang membantu, seorang gadis berambut putih yang umurnya 12 tahum baru saja pindah. Dia masih memiliki kontak dengannya melalui telepon. Tapi untuk beberapa alasan, dia tak pernah bisa menghubunginya.

Tiba-tiba, popup merah kecil muncul di sebelah kiri bawah layar kecil ponselnya.

Popup itu mengatakan:

Kode berbahaya “Int.worm/Pencuri_Emas” terdeteksi.

Sedang menyelesaikan situasi.

Klik laporan untuk rinciannya.

“…”

Hal itu sendiri tidak terlalu aneh. Sebenarnya terkena infeksi virus komputer adalah sesuatu, tapi siapapun yang memiliki akses yang hampir konstan ke internet familiar dengan pemblokiran suatu konten (yang membahayakan karena virus atau semacamnya).

Masalahnya terletak pada namanya.

Pada saat Anzai merasa sedikit gelisah, Kozue (yang meghampirinya pada suatu waktu) membisikkan sesuatu ke telinganya.

“…Nama yang familiar ya.”

“Wah!?”

“Nama yang familiar ya. Pencuri Emas. …Bukankah hal itu adalah bagian dari survei profesor itu? Aku yakin hal itu ada dalam cerita tentang virus komputer yang terlihat seperti kunoichi.”

“…Tunggu, apakah kau ada kuliah di gedung ini?”

“Itu mah masalah sepele,” katanya dengan halus sebelum dia menunjuk ke arah kiri bawah layar ponsel Anzai dengan jarinya yang ramping. “Masalah yang ini lebih besar. Apa itu? Aku melihat peri dan kau mendapat virus komputer…”

“Tidak, tunggu. Di sana tak ada koneksi…tunggu, atau ada?”

Anzai mengingat kalau di film pendek dari survei profesor itu juga ada peri kecil yang memakai baju hijau. Ceritanya tentang membuat peti mati yang digunakan sebagai tempat tidur.

“Tapi peri itu seperti hantu ataupun UFO. Ini hanyalah virus. Faktanya, mungkin professor mendasarkan film itu pada virus yang benar-benar ada.”

“Aku baru saja melakukan pencarian di ponselku, tapi aku tak dapat menemukan contoh apapun dari virus yang dipanggil Pencuri Emas. Mesin pencarinya selalu berasumsi kalau aku salah mengeja dan memberiku nama lain untuk dicari. Hal itu membuatku kesal.”

“Jangan konyol.” Anzai mengerutkan dahinya. “Toh tak ada nama resmi untuk virus kan? Mungkin nama itu hanyalah nama panggilan dari perusahaan keamanannya. Karena softwarenya mendeteksi virus itu dan memanggilnya Pencuri Emas, perusahaan keamanannya pasti memanggil virus itu Pencuri Emas.”

“Tapi aku tak menemukan apapun tak peduli sebanyak apa aku mencari.”

“Apa…?”

Anzai membuka situs resmi software keamanannya di ponselnya dan memasukkan nama virusnya di kotak pencarian.

Tapi yang muncul adalah 0 hasil.

“…Lalu popup apa itu?”

“Ya, aku heran. Hee hee. Hal itu tidak memiliki cukup dampak dari peri yang kulihat, tapi kau masih bisa menyebut hal ini fenomena aneh yang tak bisa dijelaskan. Hee hee.”

“Kenapa kau terlihat begitu gembira ?”

“A-aku tidak terlihat gembira!!”

“Mencurigakan. Apa kau mengirim ini kepadaku untuk membuatku terlibat dalam semua ini ?”

“Tuduhan yang bodoh! Apa kau menggunakanku sebagai kambing hitam untuk membuat pikiranmu tetap di alam realistis!?”

“Jika kau menambahkannya ke daftar malware di software keamananku, pasti software itu akan menampilkan popup yang berkata software itu mendeteksi Pencuri Emas. Hal itu jauh lebih realistis daripada berpikir kalau virus yang seperti AI dari manga benar-benar ada. Dan hanya kaulah yang akan untung dari hal ini.”

“Tak masuk akal! Omong kosong!! Dan juga, Aku merasa kalau kemampuan seperti hacker super yang kau usulkan jauh lebih aneh daripada peri!!”

Kozue terus memprotes, tapi Anzai tidak peduli. Dia memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya dan menuju supermarket untuk membeli makanan yang murah.

Namun, keanehan berikutnya terjadi segera setelah dia meninggalkan ruang kuliah sore dan memasuki koridor.

Dia melihat panah.

Panah-panah yang berwarna-warni terbentang melintasi rute yang berbeda-beda di sepanjang koridor.

“…Ini juga ada di film pendek itu.”

“Apa lagi sekarang?”

“Kupikir anak panahnya memperlihatkan genre dari nasibmu. Seperti komedi romantis atau horror.”

Namun, dia menolak untuk menerimanya.

(Tunggu, bukankah cerita itu bilang kalau kau perlu memasang suatu jenis implan di dalam otakmu untuk melihat hal ini!? Itu menakutkan! Aku takkan pernah terima kalau hal ini benar!!)

Otak Anzai menyangkal hal itu dengan seluruh kekuatannya. Hal itu mirip dengan pola pikir yang menyebabkan kanker yang terlambat. Rasa takutnya menghalanginya.

“Aku tanya bagaimana kau akan menjelaskan fenomena aneh ini.”

“S-seorang mengecat panah-panah itu sebagai gurauan. Lihat, hal itu sangat jelas pada panah merah itu.”

“Bagiku panah itu berwarna hitam.”

“Berarti kau pasti sudah gila.”

“Itulah yang tak bisa kuterima! Jangan menurunkan penilaianmu kepadaku untuk menjelaskan hal ini dengan realistis!!”

“Aku tidak percaya pada hal itu, jadi hal ini tidak penting. Tak penting panah mana yang kuikuti. Hal itu cuma kebetulan kalau kebetulan aku mengikuti panah pink yang menandakan komedi romantis!!” teriak Anzai sambil berlari dengan kecepatan penuh menyusuri koridor.

Tapi keanehan selanjutnya sedang menunggunya kurang dari 15 detik kemudian.

Tanduk melingkar, seperti tanduk kambing.

Sayap tipis, seperti sayap kelelawar.

Ekor runcing, seperti panah.

Seorang gadis kecil dengan semua itu dan memakai pakaian kulit melintasi koridor.

“A-apa apaan innnnnnnnniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!!???”

Dia pernah melihatnya sebelumnya.

Dia ada di film pendek tentang pahlawan dan raja iblis.

Tapi karena apa yang hal itu akan maksudkan, bagian logis dari pikiran Anzai benar-benar menolak hal itu.

Ini bukanlah virus komputer ataupun implan otak. Ini hanyalah fantasi murni. Jenis perasaan penolakan yang berbeda menyerang dia.

“Apa lagi sekarang?” tanya Kozue. Pada saat tertentu, dia telah menjadi tukang nanya. “Bagaimana kau akan mejelaskan fenomena aneh yang kau lihat di depan matamu ini?”

“Klub teater?”

“Nampaknya kau mempertahakan hal-hal itu agar tetap terdengar baik dan aman. Tapi bagaimana cara mereka membuat sayapnya benar-benar bergerak seperti makhluk hidup yang nyata?”

“Hahh? A-apakah semua itu benar-benar serealistis itu? Kupikir hal itu mirip dengan styrofoam…heh…eh heh heh…”

“Sekarang kau mengubah ingatanmu karena tak ada yang rekaman untuk membuktikan kalau kau salah!?”

Setelah itu, mereka berjumpa dengan tumbuhan karnivora yang sangat besar sampai-sampai mungkin tumbuhan itu bisa menelan manusia secara utuh, seorang kunoichi dengan teknologi SF, dewi Jepang yang cemburu, koki sushi yang keras kepala dan keanehan lainnya. Namun, Anzai takkan menerima keanehan-keanehan itu. Dia menolak untuk menerimanya. Dengan pola pikir putus asanya itu, Anzai menemukan jalan untuk menjelaskan setiap keanehan itu dengan realistis. Bahkan dia takut untuk menerima salah satu dari keanehan tersebut karena dia merasa dia akan diseret ke suatu dunia alternatif ajaib kalau dia menerimanya.

Dengan jengkel, Kozue berkata, “Kupikir menjelaskan keanehan apapun dengan ‘makeup khusus’ itu curang. Kau telah menggunakan penjelasan itu pada untuk sebagian besar keanehan itu.”

“Kalau saja itu adalah cuplikan video, aku bisa menyatakan kalau hal itu adalah Grafika Komputer. Melihatnya secara langsung itu menjengkelkan.”

“Mungkin kau bisa melewati setiap satu per satu hal itu seperti ini, tapi dapatkah kau menjelaskan bagaimana semuanya bisa cocok satu sama lain? Kenapa klub teater mau berdandan dengan makeup khusus dan akting secara massal untuk menipumu?”

“Uuh…!? A-anu…”

“Kalau kau tak bisa menjelaskannya, berarti teorimu kehilangan kredibilitasnya. Hee hee. Dan kemudian kau harus mempercayaiku mengenai peri yang kulihat. Hee hee.”

“M-mungkin semua ini adalah bagian dari rencana profesor itu dan ini merupakan bagian dari lanjutan eksperimen psikologis yang berpusat pada survei itu .”

“Oh?”

“Atau mungkin hal seperti ini sering terjadi di sekitar profesor itu, jadi dia membuat film-film pendek berdasarkan hal-hal itu untuk mencari perubahan mental pada penontonnya atau melihat seberapa baik mereka dapat menahan-…Ah!?”

“Begitu ya. Hee hee.”

“Tidak! Hal itu tidak menentang dasar pemikiranku!! Keanehan-keanehan ini tidak ada! Benar-benar tidak ada!! Mendasarkan film pendek ke sesuatu yang tidak ada tak menjelaskan hal ini! Penjelasan termudahnya adalah kaulah pelaku di balik semua ini, Kozue!!”

“Bisakah kau berhenti meletakkanku pada peran penjahat setiap kau kehabisan ide!?”

Anzai memaksakan dirinya untuk fokus ke tujuan realistis yaitu bento supermarket, jadi dia tidak punya pilihan lain selain menyangkal penyimpangan psikedelik tersebut. Dia punya perasaan kalau faktanya dia “tak ada pilihan lain” selain menyangkal hal itu menandakan kalau dia terpojok, tapi dia tak ingin menghadapinya secara langsung.

Kalau dia melakukannya, dia punya perasaan kalau otaknya akan dikuasai oleh pola pikir eksentrik seperti “Belakangan ini kucing tetangga sedikit tidak bersahabat → Apakah itu terkait dengan tenggelamnya benua Mu yang hilang!? → Jepang sedang dalam bahaya tenggelam!!”

Itulah kenapa dia harus menyangkal itu semua.

Dia dapat merasakan sesuatu yang ambruk pada akhir penjelasannya, tapi dia masih harus menyangkal itu semua.

Dia sangat yakin kalau sayap raja iblis itu tak terbuat dari styrofoam, tapi dia masih harus menyangkal itu semua .

Anzai (dan Kozue yang mengikutinya karena suatu hal) akhirnya berhasil sampai di luar bangunan universitas. Namun…

“Apa lagi sekarang?”

“…”

Anzai merasakan hembusan udara yang dahsyat.

Namun, itu bukanlah tiupan angin. Itu adalah aliran udara yang terbuat dari gerakan benda raksasa. Anzai merasakan rasa yang sama pada pipinya saat kereta bawah tanah menghampiri stasiun.

Hal itu disebabkan oleh…

Apa yang Anzai lihat sedang berjalan di antara bangunan di luar kampus adalah…

“Bagaimana kau menjelaskannya?”

“…Itu muncul dalam sekejap.”

“Bagaimana cara kau menyangkalnya?”

“Itu muncul dalam sekejap dalam cerita yang melibatkan seorang gadis sakti dan pahlawan berpakaian ketat! Susah untuk mengetahui apa ini!! Hal itu akan menjadi lebih mudah kalau itu adalah gadis sakti!!”

“Bagiku itu pasti terlihat seperti robot kombinasi raksasa. Aku tak dapat memikirkan kalau ada cara lain untuk menggambarkannya.”

“…”

Robot itu melihat ke arah mereka dengan suara mesin mendesing.

Kelihatannya robot itu akan segera menuju kampus universitas.

Dia harus menjelaskannya.

Penjelasan apapun akan menjelaskannya. Makeup spesial, tumpukan kardus, atau mungkin senjata baru dari JSDF. Dia hanya harus mendatangkan alasan apapun kalau dia salah dalam berpikir kalau apa yang dia lihat (sejenis) robot raksasa setinggi 20 meter berjalan ke arahnya.

“Aku tak mengerti bagaimana kau akan menjelaskan hal ini.”

“Tidak, Aku bisa menjelaskannya!! Caranya, Aku lebih ingin menyangkal robot daripada peri!! Kalau hal itu nyata, pasti akan ada pertanyaan tak berujung tentang desainnya seperti kenapa sesuatu sebesar itu berjalan dengan 2 kaki, jadi menyangkalnya pasti lebih mudah!!”

“Aku masih tak mengerti bagaimana kau dapat melakukannya. Aku akan melarikan diri, tapi aku akan memberitahumu langkah tercepat untuk menyangkal hal itu.”

“Apa itu?”

“Biarkan robot itu menginjakmu. Kalau robot itu tidak menghancurkanmu, kau punya bukti kalau robot itu terbuat dari kardus ataupun styrofoam. Lalu aku yakin kau dapat menyangkal robot raksasa itu dengan mudah.”

Kasus Aisu[edit]

Part 1[edit]

“Oh, kau mendapat hasil yang sama denganku. Kurasa terkadang hal-hal aneh bisa terjadi,” kata seorang gadis dengan nama abad ke-21 Aisu. Sebelum Anzai dapat mengatakan apapun sebagai responnya, Harumi meletakkan tangannya ke udara dan berkata, “Itu benar-benar berbeda dariku.”

“Itu juga sama sekali tak mirip dengan hasilku,” kata Kozue.

“Tak bisakah kita membicarakan hal ini nanti sesudah kita sampai ke kedai kopi? Mereka suka tutup kalau mereka mendapat kesempatan, jadi kita harus cepat,” kata Hotaru.

Kemudian mereka meninggalkan auditorium.

Kedai kopi kampus adalah bagian dari jaringan internasional, tetapi kedai itu terkenal suka mengabaikan jam aslinya dan tutup lebih awal.

“Oh, pernahkah kau mendengar rumor tentang menu rahasia di sana?”

“Kupikir hal itu tidak lebih dari kegagalan manajer dalam membuat espresso dan dia mencoba untuk menjualnya sebagai minuman rahasia.”

“…Hah?” kata Anzai.

Dia memasukkan tangannya ke dalam sakunya, lalu mengecek tas kecilnya.

Benda itu tidak ada di sana.

“Apakah aku meninggalkan ponselku di suatu tempat?”

“Apakah itu berada di auditorium, mungkin?” tanya Aisu, namun Anzai menggelengkan kepalanya.

“Tidak, aku tak ingat pernah mengeceknya saat survei. …Mungkin ada di ruang kuliah.”

“Dapatkah kau mencarinya menggunakan GPS?”

“Aku telah mematikan semua fungsi pelacakan. Hal-hal semacam itu membuatku takut.”

“Kau terdengar seperti seorang gadis perawan,” komentar Harumi.

Anzai menggaruk kepalanya dan berkata, “Aku akan pergi mengecek gedung universitas. Maaf, tapi aku harus melewatkan kedai kopinya.”

“Hah?”

“Harumi, mengingat situasinya, kita tak bisa menghentikannya.”

“Kupikir aku harus membantunya.”

“Astaga. Membuat dia berjalan melewati kegelapan hanya dengan Kozue akan menempatkannya dalam bahaya yang terlalu besar, jadi kupikir aku juga harus ikut.”

Anzai ingin berurusan dengan masalah ponselnya secepat mungkin, jadi dia memberikan salam perpisahan sederhana kepada para gadis dan pergi. Dia berjalan di jalan yang dingin dan hampir semuanya gelap gulita. Pada dasarnya, mungkin hal itu kelihatannya menyeramkan, tetapi kekhawatiran realistis yang mendesaknya menyapu pergi hal apapun semacam itu.

Kemudian dia mendengar suara dari belakangnya.

“Hei, tunggu!”

“?”

Dia berbalik untuk menemukan si gadis klub kabaret (kecokelatan) bernama Aisu yang sedang joging dari belakangnya. Dan Kozue sedang bersamanya.

“Apa?”

“Kozue yang baik hati (dengan motif tersembunyi) takkan membiarkan dirinya santai, jadi biarkan saja kami membantumu.”

“Hal itu tidak benar.” Kozue sepertinya sedikit jengkel. “Dan aku minta padamu untuk berhenti menggunakanku sebagai bantalan untuk mempermudah dirimu sendiri kapanpun sesuatu membuatmu malu.”

“Mgh!? A-apa yang sedang kau bicarakan!? Ga ha ha!!”

“Kapanpun kebiasaan bantalanmu itu menunjukkan dirinya, tingkat bahaya yang kau hubungkan padaku melonjak naik tanpa akhir! Mungkin orang-orang yang berkeliaran denganku adalah para aparat keamanan publik!”

“Oh, tapi kan memang benar kalau kau mengikuti orang di sekitarmu, Kozu-…Gyah gyah gyah!?”

Aisu mengeluarkan teriakan yang mirip seperti suara statis ketika Kozue menggunakan tangannya yang kecil untuk mengusutkan rambut gadis klub kabaret itu.

“Begitu ya. Jadi mengapa kalian ada di sini?” tanya Anzai ke Aisu.

“Hm? Aku hanya jarang mendapatkan kesempatan untuk memasuki gedung seni liberal.”

“Tidak adil! Kau selalu mengambil jawaban yang keren untuk dirimu sendiri!”

“Hentikan, hentikan!! P-pokoknya cuma penasaran saja. Ha ha ha!!”

Hal itu sudah pasti menandakan kalau bidang Aisu adalah sains. Meskipun terlihat seperti seorang gadis klub kabaret. Tapi dia juga terlihat asing dalam seni liberal.

“Terkejut?”

“Kurasa…” kata Anzai dengan acuh. “Hotaru…-san kan? Yang tinggi dengan rambut hitam. Dialah orang yang kuanggap di bidang sains.”

“Meskipun penampilannya seperti itu, Hotaru itu cukup romantis. Mata kuliah pokoknya adalah Sastra Perancis.”

“Sekarang, hal itu mengejutkan.”

“Ya, dia terlihat lebih ke membuat manusia buatan sendiri di laboratorium yang menakutkan.”

Sepertinya mereka juga telah mengenal satu sama lain dalam waktu lama atau mengenal satu sama lain dengan sangat baik karena mereka bisa mengatakan hal mengerikan seperti itu dengan begitu santai.

“Harumi dan Hotaru meneruskan perjalanan mereka ke kedai kopi. Kalau mereka tak menempati salah satu mejanya, manajer itu benar-benar akan menutup kedai itu. Ayo temukan ponselmu dan kembali ke sana supaya kita bisa berbicara.”

“Hah? Kita masih mau ke kedai kopi?”

Sambil berbicara, Anzai dan kedua gadis lainnya memasuki gedung universitas. Karena para mahasiswa pascasarjana akan menginap sepanjang tahun, pintunya tidak dikunci dan lampu pada segelintir ruangan menyala.

“Ngomong-ngomong, mata kuliah pokokmu apa?” tanya Aisu.

“Sosiologi. Tapi aku adalah mahasiswa tingkat pertama, jadi aku masih mendapatkan pendidikan umum.”

“Kau mahasiswa tingkat pertama?”

“Aku membutuhkan waktu 2 tahun untuk masuk ke universitas.”

“Kuliah pendidikan umum, hm? Ketika aku pertama kali tiba di sini, aku terkejut mendapati kau harus mengambil kelas penjas. Memakai tracksuit dan berlari jarak jauh bukanlah hal yang akan kusebut cerdas.”

“Kozue, jangan marah pada berlari hanya karena kau tidak punya sesuatu yang bergoyang-goyang saat kau berlari.”

“Hal itu tidak cerdas.”

Tak ada yang berada di ruang kuliah, tapi pintunya tidak dikunci. Setelah pencarian singkat di ruangan itu, Anzai menemukan ponselnya dengan hampir terlalu mudah. Ponselnya jatuh di bawah meja tulis yang dia tempati sebelumnya.

“Leganya.”

“Bagaimana kalau kau mengecek lognya? Kau mau memastikan tak ada orang mencurigakan memasukan kode aksesnya kan?”

Anzai menggunakan ibu jarinya untuk mengecek beberapa hal, tapi tak ada tanda kalau ada yang mengacaukan ponselnya.

“Terlihat baik.”

“Kalau begitu aku akan mengirim email ke Harumi dan Hotaru untuk bilang kalau kita sedang dalam perjalanan ke sana.”

“Kalau dipikir-pikir,” gumam Anzai saat mereka berjalan kembali ke koridor. “Mungkin kita harus melaporkan ke kantor kalau ruang auditoriumnya tidak dikunci. Profesor itu langsung kabur ke suatu tempat tanpa mengurus hal itu.”

“Kantornya dekat, jadi kita dapat mampir dengan mudah.”

“Bagaimana dia mengumpulkan survei dan lalu menghilang membuatku berpikir tentang cerita kode hitam.” Pada universitas manapun yang sudah agak terkenal, rumor semacam itu akan menyebar. Hal-hal seperti seorang peneliti gempa bumi terkemuka tiba-tiba menghilang. Universitas ini bukanlah pengecualian. Mungkin saja kalau menyebutnya sebagai “universitas itu” akan cukup bagi siapapun di Jepang untuk mengetahui universitas mana yang sedang kau bicarakan.

Sambil mengetik email dengan ibu jarinya, dia berkata, “Ya, aku pernah mendengar cerita itu. Di sini ada lebih dari 1000 laporan yang diserahkan setiap tahun, tapi cerita itu bilang bahwa ada rak yang dipenuhi dengan beberapa laporan yang mempunyai isi yang terlalu berbahaya untuk diungkapkan kepada masyarakat umum.”

“Aku pernah mendengar kalau salah satu dari laporan itu berisi data yang diambil sambil menyelidiki kebenaran di balik sebuah bakteri pembunuh misterius tertentu,” kata Kozue.

“Apa yang aku dengar adalah seorang profesor dengan setengah bercanda menambahkan pertanyaan ‘apakah kau pernah menusuk seseorang?’ ke dalam survei yang dia berikan kepada para muridnya. Dia mendapatkan beberapa hasil yang tak mungkin dan dia tak pernah terlihat lagi setelah itu,” kata Anzai.

Sambil berbicara, mereka telah sampai di depan kantor. Mereka dapat melihat cahaya yang datang dari sekitar pintu itu, jadi pasti setidaknya ada satu pekerja yang masih di sana.

Anzai mengetuk pintunya dengan pelan dan kemudian masuk ke kantor. Ketika mereka berbicara dengan seorang wanita paruh baya yang bekerja di sana, dia mengerutkan dahinya dan berkata, “Tapi kami tak pernah memberi izin untuk menggunakan auditorium malam ini.”

Part 2[edit]

“Hah? Apa, apa? Lalu survei apa itu?” tanya Harumi di kedai kopi, tapi Anzai ak bisa menjawab.

Dia hanya tahu kalau tak ada yang diberi izin untuk menggunakan auditorium pada hari itu. Apa arti hal itu, dia tak bisa bilang.

Hotaru mengerutkan dahinya dan berkata, “Jadi profesor itu melaksanakan survei itu tanpa memberi tahu universitas?”

“Lebih dari hal itu.” Anzai mendesah. “Profesor itu mengenalkan dirinya sebagai Tanaka-san, kalian ingat? Yah, tak ada profesor dengan nama keluarga itu di universitas kita.”

“Lalu siapa dia?”

“Kita tak tahu,” kata Aisu dengan kepasrahan yang terasa samar. “Kelihatannya suatu pria tua yang tak punya urusan dengan universitas kita datang ke kampus, memberi kita pemberitahuan mengenai survei itu, dan lalu melaksanakan acara itu sendiri. Yang tak dapat aku pahami adalah apa yang dia dapatkan dari melakukan semua itu.”

Ketika mencampurkan beberapa jeli kopi ke dalam minumannya, Kozue berbicara dengan tentang.

“Informasi pribadi kita mungkin?”

“Satu-satunya hal yang dia dapatkan hanyalah nama kita.”

“Kau tertidur, kan?” kata Harumi. “Setelah survei itu berakhir, profesor itu berkata sesuatu tentang penomoran kita untuk film-film pendek itu mengungkapkan sesuatu mengenai cara kerja hati kita.”

“Tapi apa yang dia dapatkan?” tanya Aisu. “Alamat dan nomor telepon kita adalah pengecualian, tapi bagaimana bisa dia membuat uang dari mempelajari hati kita?”

“Tepat,” kata Anzai. Dia tak bisa menyingkirkan ketakutannya, tapi beban mentalnya diperringan oleh fakta bahwa dia tak dapat membayangkan bahaya yang nyata dari hal itu. “Tapi aku agak takut kalau seseorang di luar universitas tahu tentang kurangnya kreditku.”

“Jadi bagimu itu adalah kredit.”

“Hah? Bagi kalian berempat bukan itu?”

“Kita punya alasan tersendiri,” kata Hotaru sambil memalingkan wajahnya.

“Apa?”

“Biarkan saja,” kata Aisu sambil mencoba untuk mengabaikan hal itu dengan senyuman.

“Apa yang terjadi pada kalian berempat?”

“Hal itu adalah sesuatu yang mirip dengan situasimu. Jangan mengkhawatirkan hal itu,” kata Kozue dengan jelas.

“Aku ingin tau apa yang sebenarnya terjadi.”

“Ah ha ha ha ha ha…!”

Harumi mencoba melewatinya hanya dengan tertawa.

Pada akhirnya, tak ada yang akan menjawabnya. Dunia adalah tempat yang dingin.

Dengan cepat Aisu mengganti topik.

“Pokoknya, wanita di kantor mengatakan mereka perlu memeriksa hal ini, jadi akan lebih cepat kalau kita hanya menunggu mereka mendapatkan jawabannya.”

Yang lain setuju dengannya.

Dan bahkan jika mereka tidak pernah mengetahui siapa profesor itu, Anzai ragu kalau hal itu akan meletakkan mereka ke dalam bahaya. Kalau para pekerja kantor menemukan siapa dia, bagus sekali. Kalau mereka tak bisa, mereka semua akan melupakan hal itu. Hanya itu saja yang datang dari kejadian aneh seperti itu.

…Kira-kira seperti itulah pemikiran Anzai.

Part 3[edit]

Hal-hal misterius terjadi.

Tak ada yang bisa dilakukan mengenai hal itu.

Sama halnya seperti kasus pemilihan waktu yang buruk seperti membuat kue dalam kelas memasak, pergi makan siang dan mendapati makan siang sekolah mempunyai kue untuk makanan penutup, dan lalu pulang ke rumah untuk menemukan kue di sana. Kau tidak mengontrol jadwalmu, jadi kau tak dapat mencegah hal-hal seperti itu supaya tak terjadi.

Tapi apa yang sebenarnya telah terjadi di sini?

Anzai akan segera menemukan jawabannya.

Part 4[edit]

“Uuh…”

Anzai terbangun karena suara dari jam alarm.

Secara naluriah dia mengulurkan tangannya untuk menghentikan jam yang berisik itu, tapi kemudian dia menyadari sesuatu.

(Apa yang sedang terjadi?)

Anzai menggunakan timer di ponselnya untuk membangunkan dirinya. Dia tidak menggunakan jam alarm.

Setelah pikiran setengah sadarnya kembali mendapatkan kemampuan untuk berpikir, dia menyadari kalau hal itu hampir bukan masalah utamanya.

Dia tidak berada di apartemennya.

Dia sedang berbaring di lantai yang keras dan badannya sakit-sakit sebagai hasilnya. Ruangan persegi itu cukup gelap, namun tak sepenuhnya gelap. Cahaya redup datang dari suatu dinding. Kelihatannya suatu jendela ditutupi oleh gorden.

“Tunggu. Apakah ini…?”

Dia tidak sedang berada di lingkungan hidup yang layak seperti sebuah apartemen. Dan juga tidak terlihat seperti ruang usaha semacam restoran keluarga atau toserba. Namun, dia mengenalinya. Tempat itu bukanlah jenis area spesial apapun.

Ya.

“Apakah ini adalah universitas?”

Dia bertanya-tanya kenapa dia kembali ke sana. Namun, keinginannya untuk keluar dari sana lebih kuat. Sama seperti bagaimana seseorang di rumah yang kebakaran ingin melarikan diri ke suatu tempat yang aman daripada membobrokan otak mereka dan mencoba untuk mencari tahu apa yang menyebabkan kebakaran itu.

Apakah artinya berada di sana adalah sesuatu yang berbahaya?

Anzai memutuskan untuk menyimpan pertanyaan itu sampai dia meninggalkan tempat itu, dan dia mencoba untuk berdiri.

Saat dia melakukannya, dia mendengar suara bising dentingan logam. Itu adalah suara rantai yang bergerak.

Sesuatu seperti jam tangan terpasang di pergelangan tangan kirinya. Dia menyentuhnya di tempat dengan cahaya yang redup dan menyadari kalau jam itu sama seperti borgol. Namun, rantainya cukup panjang. Panjangnya sekitar satu meter, dan itu menuju ke…

Untuk beberapa alasan, Aisu berbaring di atas lantai sama seperti Anzai dan dengan dia memakai pakaian renang berbentuk V minim aneh yang membuat hampir seluruh kulitnya telanjang.

“………………………………………………………………………………………………………………Apa?”

Dia sangat yakin kalau pakaian renang itu disebut slingshot bikini. Pakaian renang berbentuk V yang terbuat dari bahan sintesis berwarna pink adalah jenis hal yang hanya diinzinkan di dunia majalah glamor yang terisolasi, jadi melihatnya dari dekat memberikan dorongan untuk tertawa dari pada terlihat seksi.

Namun, tak ada waktu untuk tertawa.

Faktanya, tersenyum saja akan menjadi hal yang buruk dalam posisinya.

Mereka hanya berdua dalam situasi ekstrim tersebut. Segala macam kesalahpahaman pasti terjadi. Jika tiga gadis yang lain dari hari sebelumnya juga ada di sini, mungkin dia akan mengalami kesalahpahaman yang lebih ringan. Namun, ketiga gadis yang lainnya tidak ada di sana.

“Tapi…”

(Apa-apaan yang terjadi? Bagaimana aku berakhir di lingkungan yang sempurna menjadi berakhir menerima tuduhan salah tertimpang di dunia!?)

Bahkan jika dia berusaha keras untuk menyelesaikan situasinya, dia ragu kalau hal itu akan pantas seperti film Hollywood dan dia punya perasaan kalau dia hanya akan menemukan suatu kesimpulan yang sangat tidak memuaskan jika dia mencoba untuk mengetahui sebab dari semuanya. Secara naluriah Anzai mencoba untuk menjauh dari Aisu, namun fakta bahwa pergelangan tangan mereka dihubungkan oleh rantai itu menyebabkan hal ini menjadi kehancurannya.

Gerakan Anzai menarik pergelangan tangan Aisu yang memberikan stimulus ke kesadaran Aisu.

“Uuh…”

Dia mengatakan hal yama sama seperti yang Anzai katakan saat terbangun.

Saat itu juga Anzai mempertimbangkan dengan serius untuk melakukan karate chop ke sisi lehernya supaya dia kembali tidur, tapi dia berhasil menghentikan dirinya.

Dan lalu gerbang neraka terbuka lebar.

Awalnya, Aisu mengerutkan dahinya karena bingung dan melihat sekelilingnya. Lalu, dia menyadari kalau ada sesuatu yang aneh dengan pakaiannya. Ketika dia memahami inti dari situasinya, seluruh wajahnya menjadi merah seperti bit.

“Gyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhh!? Jadi ini bukanlah mimmmmmmmmppppppppppppppppiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!?”

“Eh!? Jadi kau bangun sebelum aku dan pingsan lagi karena terk-…gbvheh!?” Setelah menahan karate chop, Anzai menerima serangan dengan kekuatan penuh. (Aisu → Alat → Jam Alarm)

Saat dia mendapatkan pengalaman yang sangat langka, yaitu pingsan karena serangan ke wajahnya, Anzai mulai mempertanyakan dengan serius mengenai pilihan awalnya.

Part 5[edit]

Sekarang, sebuah pertanyaan.

“Kelihatannya ini adalah ruang kelas di universitas. Aku hanya mengambil kuliah pendidikan umum, jadi aku belum pernah berada di ruangan sekecil ini. Dan juga, sekarang jam 8 pagi. Para dosen harusnya sudah berada di sini. Beberapa mahasiswa yang lebih gegabah mungkin berada di sini juga. Senior yang mengabiskan malam di sini untuk menulis tesis mereka pasti ada di sini. Namun, jam utama para mahasiswa tiba seharusnya jam 8.30-9.00 pagi.”

“… Jadi kalau kita tidak menemukan pakaian ganti pada waktu itu, aku akan dipaksa untuk memberikan adegan fanservice ke seluruh universitas sambil diborgol denganmu?”

“Tentu saja akan menjadi masalah besar kalau kau meninggalkan gedung dengan pakaian seperti itu. Itulah mengapa kita harus menemukan alat penting ‘Pakaian Katun’ di suatu tempat di gedung.”

“Bagiku kelihatannya ada beberapa pakaian di sini. Kau memakainya, kan? Setidaknya biarkan aku meminjam kemejamu!! Pria telanjang dada atas bukanlah suatu masalah. Kau hanya akan terlihat seperti berada di film kung fu!!”

“Ada masalah dengan hal itu, Nyonya Aisu.”

“Hm? Hah? Kancing kemejamu terkunci karena dilem dengan lem instan!?”

“Celana dan ikat pinggangku juga begitu. Aku baru saja menyadarinya. Kelihatannya siapapun yang mengatur hal ini berniat mempunyai aksi thriller mata-mata yang menampilkan gadis dengan pakaian renang minim yang berlari mengelilingi gedung universitas.”

“Aku takkan memaafkan siapapun yang melakukan hal ini!! Aku tak bisa mempercainya!! Aku tahu, Aku bisa menutupi badanku dengan gorden…Ahh!? Aku hanya menarik gorden tebal itu dengan pelan dan gorden itu mulai berantakan!!”

Anzai menduga bahwa gorden itu telah berkarat dengan suatu jenis senyawa kimia atau diganti dengan gorden dengan bahan yang mudah disobek ketika mereka tidur.

Siapapun yang mengatur hal ini cukup teliti, namun apa arti dari melakukan semua ini?

Faktanya, siapa yang melakukannya?

“Tak ada lagi yang bisa kupakai untuk menutupiku!”

“Ada beberapa kartu memo di sana. Mungkin kartu-kartu itu ditinggalkan oleh suatu profesor.”

“Mari kita lihat… ‘Kalau apa yang aku lihat adalah kenyataan, berarti aku membutuhkan orang yang dapat disebut Ab. Buster. Aku telah mengumpulkan terlalu banyak hal itu untuk menentangnya. Itulah mengapa aku membutuhkan orang baru untuk berperan sebagai Ab. Buster dan…’ Ah, Aku tak peduli! Kartu ini kecil!! Aku tak bisa menutupi apapun dengan kartu memo kecil ini! Telapak tanganku lebih besar dari kartu ini!!”

Dalam amuknya, Aisu merobek kartu memo itu dan membuang sobekan-sobekannya.

(Haruskah dia benar-benar melakukan itu? Aku tak terlalu mengerti apa yang sedang terjadi di sini, tapi kurasa itu adalah informasi penting yang dibutuhkan sebagai prolog untuk apapun yang sedang terjadi di sini…)

“Tapi di mana kita bisa menemukan pakaian ganti? Apa kau punya ide?”

Tak seperti SMP ataupun SMA, mahasiswa tak punya “ruangan kelas tetap” di universitas, jadi tak ada kebiasaan meninggalkan barang pribadimu di mana saja. Hal itu sedikit mengubah bagi mereka di dalam seminar tertentu atau mahasiswa pascasarjana yang terus-menerus pergi ke dan dari laboratorium tertentu, tapi Anzai hampir tidak mengambil apa-apa selain program pendidikan umum, jadi dia tidak terbiasa dengan mereka dekat ruang pribadi.

Aisu menggunakan tangannya untuk menutupi badannya, tapi Anzai punya perasaan kalau hal itu sebenarnya membuat berbagai tempat semakin menonjol.

Dia mengeluarkan rintihan yang pelan dan berkata, “…Ah. Kalau kita berhasil menuju gedung aktivitas klub, mungkin kita bisa menemukan tracksuit atau seragam.”

“Apa kau ikut suatu klub?”

“Ya, Klub Penghidupan Pertarungan ala Francia Barat.”

Anzai tak cukup yakin apa yang sebenarnya klub seperti itu akan lakukan, tapi dia bersumpah di dalam hatinya untuk tidak membuat lelucon lain yang dapat membuat Aisu ingin menyakitinya. Dia hanya berharap kalau sebenarnya itu adalah klub kebudayaan.

“Tapi gedung aktivitas klub lumayan jauh dari gedung ini.”

“Dan juga, kunci ruangan klub disimpan di kantor dosen, jadi para dosen akan melihat kita …”

“Berarti kita membutuhkan pilihan yang lain.”

“Tapi tak ada lagi tempat di mana orang-orang meninggalkan barang pribadi mereka.”

“Lalu bagaimana dengan tempat yang punya pakaian yang bukan milik personal? …Hmm, mungkin seperti kantin?”

“?”

“Aku menduga bahwa hal itu demi alasan kesehatan, tapi semua koki memakai tracksuit dan celemek, kan? Pakaian terbaik adalah topi dan pakaian dari bahan sintetis tipis seperti orang-orang yang bekerja di pabrik pembuatan semikonduktor, tapi para pelanggan mungkin tak mau para koki terlihat seperti mereka ditutupi dengan bahan kimia.”

“Maksudmu?”

“Pakaian itu bukan milik pribadi. Kemungkinan, beberapa set ditinggal di dalam dapur.”

“Ya!! Kerja bagus!!”

“Gyaahhhh!? Hanya karena kau mengatasi masalahmu dengan bersukacita, tak ada alasan untuk mendatangi dan memelukku dengan pakaian seperti itu!”

Aisu sadar kembali dan memberikan tamparan yang tak adil. Kemudian mereka mulai keluar dari tempat itu.

…Tapi pertama-tama, Anzai menanyakan suatu pertanyaan hanya untuk memastikan sesuatu.

“Bagaimana dengan teman-temanmu yang kemarin? Harumi dan dua gadis lainnya. Tak bisakah kau menghubungi mereka dan menyuruh mereka membawa pakaian ganti?”

“Tidak. Sama sekali tidak. Kalau mereka tahu aku berkeliaran di sekitar universitas dengan pakaian seperti ini, dunia akan hancur hebat.”

Dan begitulah, aksi thriller mata-mata dimulai dengan nyawa (seseorang yang tak punya relasi dengan Anzai) dalam bahaya. Dia keluar sambil menyeret Aisu, raja iblis yang telah sampai di abad ke-21.

Rantainya relatif panjang, jadi Anzai akan pergi duluan untuk memastikan sesuatu kalau keadaan aman dan lalu Aisu akan mengikutinya dengan badan berayun.

Di sudut koridor, Anzai melihat sekilas rambut putih panjang. Tampaknya seorang gadis yang umurnya sekitar 12 tahun berbalk ke arah mereka, tapi kelihatanya dia tidak melihat mereka.

(…Bukankah ini adalah universitas?)

Itu adalah pemandangan yang agak aneh, tapi dia tak punya waktu untuk memedulikan hal itu. Yang penting tak ada orang lain lagi di sana. Gadis tadi sudah menghilang. Kelihatannya sudah aman untuk menuruni koridor pagi yang dingin.

“…Itu terlihat baik-baik saja.”

“Ayo kita selesaikan situasi darurat yang bodoh ini.”

“Tapi mungkin kau harus tetap jongkok sambil jalan. Kalau kau berdiri, seseorang dapat melihatmu melalui jendela koridor.”

Anzai dan Aisu melawan dorongan untuk berteriak dan berlari dengan kecepatan penuh, dan bergerak perlahan dan diam-diam melalui koridor. Tentu saja jantung Anzai juga berdebar-debar. Kalau Aisu mengacau dan mulai menangis dalam situasi ini, dia punya perasaan kalau hidupnya akan hancur terlepas dari konteks yang benar dari situasi itu.

“Kita di lantai berapa?”

“Dari apa yang bisa kulihat dari jendela, sepertinya lantai tiga. Aku dapat mengetahuinya dari seberapa tingginya kita dari tanah.”

“Kantin ada di lantai pertama.”

“Ini lebih mudah untuk bersembunya daripada koridor yang langsung menuju ke sana. Hal itu meningkatkan resiko tiba-tiba bertemu dengan seseorang, tapi …tunggu. Shh!”

“Gyaaaaahhhh!? Ada langkah kaki yang menuju arah ini!!”

Saat mereka mendatangi tangga, mereka mendengar langkah kaki dari bawah. Anzai dan Aisu menyadari bahwa mereka akan ketahuan, jadi mereka mengubah rencana mereka dan naik tangga dengan sangat ketakutan. Hanya dengan kepala mereka mencuat keluar dari bordes, mereka meneliti situasinya.

“(Mereka akan berhenti di lantai tiga, kan!? Kalau mereka terus naik, kita akan ketahuan! Mungkin kita harus memasang tanda ‘lantai basah’)”

“(Dan pentualangan seperti apa yang kau rencanakan untuk berjalan mendapatkan tanda itu!? Apa yang perlu kita lakukan adalah mengecek atas! Kalau seseorang mulai datang ke bawah, kita takkan punya tempat untuk lari!)”


Kedua orang itu melambaikan tangan mereka tanpa arti sambil berdebat, tapi beruntungnya pemilik langkah kaki itu berhenti di lantai ketiga. Dari apa yang mereka dapat lihat dari punggung orang itu, tampaknya orang itu adalah Profesor Shinagawa, nyonya keras kepala yang adalah subjek dari rumor yang diragukan yang mengatakan bahwa dia takkan memberi kredit apapun ke gadis yang memakai makeup tebal.

“K-kalau dia melihat kita, matilah kita.”

“…Kupikir mungkin aku benar-benar akan dikubur di bawah pohon ceri kampus.”

Namun, mereka tak punya pilihan lain selain maju karena sekarang jalan bagi mereka sudah terbuka.

Anzai dan Aisu turun ke lantai pertama dari bordes di antara lantai ketiga dan keempat.

Di perjalanan, tiba-tiba Anzai bertanya, “Jadi menurutmu siapa yang mempersiapkan hal ini?”

“Yah, aku tak bisa banyak memikirkan yang menghubungkan kita. Faktanya, kita baru saja bertemu kemarin.”

“Jadi…” Anzai tahu pemikiran itu mempunyai beberapa kelemahan, tapi dia tetap menyuarakan hal itu. “Pelakunya adalah Harumi, Hotaru, atau Kozue?”

“Tidak,” sangkal Aisu dengan cepat. Bukannya dia punya bukti nyata apapun mengenai hal itu. “Tak peduli bagaimana tampaknya mereka, mereka tahu jalur apa yang tidak untuk dilalui. Dengan sesuatu seekstrim ini, kita dapat menyingkirkan mereka. Ini bukanah sesuatu yang sahabat yang anak SD impikan akan lakukan.”

“Apakah begitu?”

“Iya. Kalau ternyata pelakunya mereka, aku akan menikam mereka.”

Pernyataan kasar itu diucapkan tanpa keraguan.

Bagaimana gadis kadang-kadang akan menyerang dengan cara yang gila itu membuat Anzai takut. Tanpa memerhatikan seberapa dalam luka sebenarnya, mereka tak pernah membiarkan apapun pergi seperti hal itu adalah kail yang menusuk mereka. Anzai secara sah tak tahu apakah Aisu bercanda atau tidak.

“Tapi apakah kita punya koneksi selain dengan mereka?” Tanya Anzai.

“Yah…” Aisu melemah sebelum dia dapat melanjutkan perkataannya.

Pada awalnya, Anzai berpikir bahwa hal itu disebabkan karena mereka telah sampai di lantai pertama dengan aman, tapi bertingkah aneh.

Saat Anzai menjulurkan kepalanya keluar dari area tangga untuk mengecek koridor, Aisu yang memakai pakaian renang yang gila berbicara kepadanya.

“Anu, Aku baru saja menyadari sesuatu.”

“Apa?”

“…Kantin berada di ujung lain bengunan ini. Artinya kita harus melewati area masuk di tengah bangunan ini.”

“…”

Sekarang jam 8.10.

Tak banyak waktu yang tersisa sampai pukul 8.30.

“J-jadi haruskah kita kembali ke lantai kedua, berjalan lewat sana, dan kemudian turun ke bawah menggunakan tangga di sisi lain?”

“Aku mau, tapi…tunggu, tunggu! Aku mendengar langkah kaki mendekat dari atas tangga!!”

Seperti membangun piramid dari kartu remi dan sejenisnya, rencana yang mereka buat dengan sangat ketakutan hancur begitu saja karena kejutan yang besar. Dengan tangan mereka yang terikat, mereka keluar menuju koridor tanpa yakin kalau hal itu aman.

Dan sekali mereka melangkah ke depan, mereka tak punya pilihan lain selain terus melaju ke arah itu.

Keraguan hanya akan meningkatkan resiko kegagalan.

“Kupikir professor yang dari survei itu adalah yang paling mencurigakan!” kata Aisu sambil berjalan jongkok.

“Kenapa?”

“Survei itu adalah satu-satunya koneksi antara kita selain dengan Harumi, Kozue, dan Hotaru.”

“Tapi kenapa kita? Pesertanya kan ada banyak.”

Mungkin saja ada pasangan lain yang menyelinap bersama di bagian lain universitas, tapi Anzai memutuskan untuk mengabaikan kemungkinan itu karena mereka tak punya bukti untuk hal itu.

Dengan tangannya menutupi badannya, Aisu melihat sekitar dan berkata, “Apa kau ingat apa yang kita pelajari kemarin? Hasil kita pada survei itu benar-benar cocok. Mungkin hanya kita berdua yang seperti itu.”

“Apa kau punya bukti?”

“Itu adalah masalah sederhana matematika. Menurutmu berapa peluang untuk mendapatkan hasil pengurutan 24 film pendek yang benar-benar sama?”

“Hah? Anu, uh….? A-aku bisa matematika dengan kalkulator! Sumpah!!”

“Kau bisa menggunakan kalkulator kalau mau, tapi lakukan perhitungan saja!!” wajah Aisu semakin memerah, kali ini asalnya dari sesuatu selain rasa malu. “Jawabannya 10 pangkat -23 dikali 1/6. Penyebutnya adalah angka diatas triliun dan kuadriliun, jadi aku tak tahu mau menyebutnya apa, tapi kesempatannya sangat kecil.”

“…A-Aku tak menyadari kalau hal itu adalah hal itu adalah hal yang luar biasa.”

“Tentu saja, peluangnya bukan 0, jadi mungkin saja ada orang ketiga, tapi…yah…hal itu akan menjadi sebuah keajaiban. Hanya dua saja sudah cukup hebat.”

Mendengar hal itu, Anzai mulai merasa seperti hasil survei lebih penting daripada fakta bahwa dia telah berbicara dengan gadis lainnya.

Dan lagi, mungkin saja peluang menemukan orang tertentu lebih rendah daripada mengurutkan 24 film pendek dengan cara yang sama.

“…Kita berhasil sampai ke zona merah daerah ranjau.”

“Kau terlihat lebih tenang. Apakah indramu sudah mati rasa?”

Mereka ada di area masuk. Pada waktu itu, area ini adalah area yang mempunyai kesempatan mereka ketahuan orang lain tertinggi. .

Beberapa universitas berbeda-beda, tapi yang satu ini masih menggunakan sistem sendal rumah. Dengan kata lain, di pintu masuk terdapat deretan loker sepatu. Mungkin alasannya untuk memastikan alat penelitian yang mahal dan buku-buku tua tidak dirusak oleh kotoran. Melepas sepatumu sebelum memasuki ruangan tertentu sepertinya lebih populer, tapi para professor di sini tampaknya khawatir kotoran apapun dalam gedung dapat masuk dari bagian bawah pintu.

Namun, para mahasiswa pergi ke bangunan yang berbeda tergantung di mana kelas mereka, jadi taka da yang punya loker pribadi. Kau menaruh sepatumu di dalam sembarang loker dan lalu memakai sepasang sendal rumah.

Sama seperti sebelumnya, Anzai maju dan menjulurkan kepalanya keluar untuk melihat apakah situasi aman untuk melanjutkan perjalanan mereka.

“Aku tak melihat siapapun …”

Hal selanjutnya yang dia tahu, Aisu mendorongnya dengan kasar dari belakang. Dia dipaksa masuk ke area di antara deretan loker.

Dia menyadari apa yang terjadi sebelum dia dapat mengomel.

Dia mendengar beberapa gadis mengobrol di deret loker selanjutnya.

“Harumi, kau datang lebih awal.”

“Aku mengubah akun bankku, jadi aku harus memberi tahu orang-orang di kantor untuk mengubah tempat mereka menarik biaya kuliahku. Semua hal prosedural ini sungguh menyebalkan. Kenapa kau ada di sini, Hotaru-san?”

“Tak ada alasan yang nyata. Jalan utama itu biasanya jauh lebih ramai, tapi hari ini sedikit yang berlalu lalang.”

Karakter bos personal yang mereka paling tak ingin biarkan mengetahui hal ini muncul.

Karena hanya ada sederet loker di antara mereka, jarak antara mereka sebenarnya sekitar 60 cm.

Hanya untuk memastikan, Anzai bertanya, “…Apa yang terjadi kalau mereka tahu?”

“Dunia akan hancur.”

Dia berpengang teguh pada jawaban itu.

Masalahnya ada tak ada hal proaktif yang bisa mereka lakukan mengenai itu. Mereka hanya bisa berdoa agar Harumi dan Hotaru pergi.

Dan tentu saja, dunia tak terlalu baik sampai-sampai mau memberikan keamanan yang sempurna kepada mereka.

Pada detik berikutnya, ponsel Anzai mulai berdering begitu saja.

Usaha mereka untuk bersembunyi sia-sia. Dan juga, Aisu panic dan berteriak.

“Vaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!”

Tapi setelah Anzai kembali tenang, dia menyadari Harumi dan Hotaru tak mungkin tahu bagaimana suara nada dering ponselnya, jadi tak masalah kalau mereka mendengarnya. Masalah yang sebenarnya adalah…

“Hah? Aku baru saja mendengar suara Aisu.”

“Kalau begitu, kita juga akan menemukan Kozue di sini.”

Anzai mendengar langkah kaki mereka mendekat saat mereka mengobrol. Sudah jelas mereka mengelilingi deretan loker.

Kedua gadis itu hanya ingin memberikan salam mereka seperti biasa, tapi Anzai dan Aisu tak bisa membiarkan hal itu terjadi.

Tahu betul kalau dia sendirilah yang menyebabkan situasinya memburuk, Aisu mencengkeram kerah Anzai menggunakan kedua tanganya dengan amarah yang meledak-ledak.

“(Kenapa kau tak mematikan ponselmu!?)”

“(Tapi sudah jelas kalau ini salahm -…gweh!!)”

Kalau mereka tetap tinggal di tempat mereka sekarang, Harumi dan Hotaru akan menemukan mereka, aksi thriller mata-mata itu akan berakhir dengan kegagalan, dan dunia jelas akan hancur. Karena kedua gadis itu sedang berjalan di belakang deret loker di mana mereka berada, Anzai dan Aisu berjalan lewat depan.

“Hah?”

“Ke mana dia pergi?”

Saat mereka mendengar suara Harumi dan Hotaru dari luar loker, mereka kabur dari area masuk. Mereka kabur melewati koridor dan pergi menuju kantin.

Kantin dibuka sebelum siang dan penyiapan makanan dimulai sekitar pukul 10, jadi sepertinya rempat itu kosong. Setelah mereka berhasil melewati area paling berbahaya di area masuk, tak ada lagi yang dapat mereka takutkan.

Mereka berlari dari koridor ke kantin.

Jarak ke dapur sekitar 30 meter lagi.

“Entah mengapa hal ini terasa seperti kelanjutan survei itu.”

“?”

“Hanya bentuk pertanyaannya saja yang berubah. Apakah kita menuruni tangga atau melewati koridor? Apakah kita melewati area masuk atau kita mengelilinginya? Rasanya seperti kumpulan pertanyaan kecil seperti itu.”

Dan sekali lagi mereka megeluarkan pertanyaan bersama-sama.

“Tapi untuk apa?”

“Yah, bahkan kita tak tahu apa tujuan survei itu. Tapi dari tindakan professor itu sebelumnya, kelihatannya dia ingin orang lain melakukan sesuatu untuk tujuannya sendiri.”

Apakah artinya survei adalah pertanyaan pertama, masalah pakaian renang adalah pertanyaan kedua, dan selanjutnya akan dilanjutkan pertanyaan ketiga dan keempat?

Berapa lama hal itu akan berlangsung?

Apa tujuan tujuan persiapan dan pemutaran film itu?

Atau akankah mereka telah menyelesaikan apapun tujuan professor itu dengan menjawab semua pertanyaannya?

“Jadi apakah kita harus mengalahkan raja iblis yang jahat?”

“Dunia yang menyaratkan pemakaian slingshot bikini untuk menjadi seorang pahlawan lebih baik hancur saja,” kata Aisu sambil cemberut.

“Tapi kalau dia membuat situasi-situasi aneh ini dengan harapan kita dapat melaluinya, mungkin dia sedang mencari orang dengan keahlian khusus tertentu.”

“Apa maksudmu?”

“Mungkin dia mati-matian membutuhkan orang dengan kemampuan untuk menentang segala bentuk keanehan. Mungkin hal itu tak segila melawan raja iblis atau armada UFO galaksi luar angkasa, tapi mungkin ada beberapa keanehan dahsyat lainnya.”

Apapun masalahnya, mereka harus manyelesaikan pertanyaan kedua terlebih dahulu.

Anzai dan Aisu berjalan melalui kantin menuju dapur. Mereka menuju belakang dapur dan menemukan ruang penyimpanan. Ruang itu juga merupakan ruang istirahat, jadi ruang itu memiliki loker-loker yang tinggi dan sempit, sebuah meja, dan TV.

Mereka menemukan apa yang mereka cari di salah satu loker.

Orang yang bekerja di kantin selalu memakai tracksuit dan celemek yang sama.

“O-ohhhhhhh!! Di sini benar-benar ada celemek! Sudah jelas kalau kita berhasil!!”

“Kalau begitu cepat pakai celemek itu.”

Anzai mencoba bertingkah keren, tapi sebenarnya dia sedikit enggan untuk berpisah dengan slingshot bikini Aisu. Namun, dia punya perasaan kalau dia akan dihajar kalau mengatakan hal itu keras-keras, jadi dia tetap diam.

Sementara itu, Aisu terlihat terlalu senang karena telah menghidari situasi berbahaya itu.

“Celemek! Celemek! Celemek! Celemek! … Celemek?”

Entah mengapa, dia menambahkan tanda tanya pada akhir ucapannya.

Anzai mengerutkan dahinya dan menyadari kalau wajah Aisu memucat.

“…Anu, di sini hanya ada celemek.”

“Hah!? Apa yang terjadi pada tracksuitnya!? Apakah professor itu menyembunyikannya!?”

Kebetulan, professor itu meninggalkan sebuah kartu memo. Kartu itu mengatakan, “Celemek ini mengandung bahan kimia yang tidak membahayakan bagi manusia. Beberapa detik setelah pakaian renang menyentuh celemek ini, pakaian renang itu akan berkorosi dan hancur.”

Terlalu cepat untuk mulai memikirkan pertanyaan ketiga.

Pilihan untuk pertanyaan kedua belum berakhir.

Akankah Aisu memakai celemek itu? Atau tidak?

Dari sudut pandang yang murni memfokuskan ke area yang tertutup, seharusnya dia memakai celemek itu tanpa ragu.

Namun, apakah membuang pelindung yang kecil namun setidaknya ada yang dia pakai sebelumnya adalah pilihan benar?

Tapi bukankah tetap memakai slingshot bikini adalah pilihan yang salah?

Maka sekarang.

Keputusan apa yang menurutmu benar? A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 Penutup