Saijaku Muhai no Bahamut (Indonesia):Volume 1 Episode 7
Episode 7 - Drag-Knight Terlemah
Part 1
Dalam kota pertahanan dari wilayah yang disinari cahaya pagi hari, suara bel yang menyampaikan peringatan dan gemuruh Mesin Naga mulai bergema.
Beberapa Drag-Knight terbang ke seluruh penjuru kota dalam rangka pemberitahuan serangan Abyss.
Di dalam sekolah, pertemuan darurat dengan berkumpulnya para instruktur dan perwira tinggi yang berasal dari kota dengan segera diadakan.
Sementara itu, Lux dan calon-calon petugas menerima perintah untuk mengenakan Dress Gear dan bersiap-siap, mereka telah berkumpul di dalam Hanggar Mesin Naga.
Kota Pertahanan Cross Feed, Hanggar Mesin Naga Keempat.
Bangunan itu yang terletak di sekolah ini terbuka lebar dengan sendirinya, itu adalah pelindung dengan dinding bebatuan yang besar juga sebagai tempat penyimpanan Drag-Ride sebelum ditransfer.
Dalam keadaan darurat, tempat ini adalah tempat menunggu dan juga bisa menjadi sebuah tempat evakuasi.
"Kalau begitu, selagi semuanya berkumpul, aku akan memberitahu kalian, nona serta tuan calon-calon petugas."
Alasan kenapa bel berbunyi adalah karena kemunculan Abyss.
Menurut laporan dari para pengintai Drag-Knight, jenisnya adalah salah satu yang berukuran besar.
Tempat kemunculannya diperkirakan dari reruntuhan dari arah barat daya, dan waktu kemunculannya adalah larut malam.
Ada isu tentang kebenaran bahwa antara Kota Pertahanan dan reruntuhan, terdapat tiga benteng, tetapi jaringan pengaman di sekitar reruntuhan dan benteng awalnya telah mengalami kehancuran, dan situasi saat ini mendesak.
"Saat ini, kita sedang ditempatkan dalam benteng kedua dan ketiga serta beberapa Drag-Knight dari unit pertahanan daerah yang memimpin penaklukan. Tapi, salah satu musuh berukuran besar. Dengan persiapan untuk kemungkinan jika mengalami keretakan dan menambah kerusakan pada Kota Pertahanan, kita juga akan membentuk unit penahan dan bersiap untuk bertempur. Bersiap dan siagalah atas peringatan sementara menunggu perintah."
Dengan suara serius yang tidak biasanya, intruktur Raigree menjelaskan demikian dan mengakhiri pidatonya.
Ada keterangan kalau permintaan bala bantuan sudah dikirim menuju Ibu Kota.
Beberapa siswi menarik napas dengan lega setelah mendengar itu, tapi––
"Mereka sebenarnya adalah sekumpulan idiot yang cinta damai, eh. Gadis-gadis itu dari akademi ini."
"Eh...?"
Gerutu dari Krulcifer yang berdiri di samping dinding hanggar, Lux tanpa sengaja bertanya kembali.
"Mereka tidak seharusnya mengharapkan bala bantuan dari Ibu Kota semudah itu."
"Apa maksudmu? Semuanya yang berada di sini adalah calon-calon petugas, kan? Kecuali pasukan Drag-Knight dari Ibu Kota datang––"
"Suaramu terlalu keras, Lux-kun."
Sharis yang datang dengan tiba-tiba meletakkan jari telunjuknya di atas mulutnya dan tersenyum masam.
"Ingat, kau adalah mantan Pangeran dan seorang Drag-Knight. Aku kira kau mengetahui keadaan pada maksud tentang situasi militer negara ini."
"Jelasnya, ada sebuah kekurangan tenaga kerja. Itulah masalah praktisnya."
Tillfarr yang berada di samping menambahkan begitu sementara mengangkat kedua bahunya.
"Ya. Kau seharusnya tahu kalau ini bukanlah kota biasa."
Dan selagi Nokuto menambahkan, dia dengan perlahan berjalan ke arah pintu keluar.
"Ke mana kalian akan pergi?"
"Kami adalah "Knight Squadron". Jadi kita harus secara proaktif mengambil inisiatif dalam keadaan darurat. Mereka yang tinggal di tempat ini pastinya punya suatu kepentingan; tapi selalu ada di atas dan di bawah."
Kini pasukan Drag-Knight hampir seluruhnya, memiliki kekuatan militer yang dapat melawan Abyss.
Sharis mengembalikan sebuah senyum dan tiga gadis itu mulai pergi.
Mereka mungkin akan mengenakan Mesin naga mereka di dalam lapangan latihan dan menuju ke penaklukan Abyss.
"Kalau begitu, Lux. Aku pergi."
Yang menepuk bahunya dengan tangannya adalah Lisha yang mengenakan Dress Gear.
Serangan Abyss berukuran besar.
Dengan menjengkelkannya situasi saat ini, ekspresi Lisha tidak menunjukkan tanda-tanda tegang.
"Berhati-hatilah."
"Aku akan baik-baik saja. Karena aku kuat. Namun, sayang sekali kalau kau tidak bisa menemaniku. Meskipun aku berniat untuk menggunakan kesempatan ini demi mengajarimu bagaimana cara menyerang."
Lisha menunjukkan sebuah senyum seakan depresinya dari kemarin tidak pernah ada.
Dia seharusnya akan baik-baik saja kalau begini.
Lux merasa percaya dan melihat Lisha keluar.
Melakukan inspeksi[1], dari dalam hanggar, sebagian besar anggota "Knight Squadron" tidak ada di sana.
Hanya Philphie yang dapat menggunakan Divine Drag-Ride yang sepertinya tetap tinggal untuk mempertahankan Kota Pertahanan, hampir semuanya terlihat mempunyai serangan kejutan untuk menaklukan Abyss.
Lux pada akhirnya melepaskannya semenjak wajah-wajah yang dikenalnya menghilang untuk sementara.
Sembari Lux mengalihkan tatapannya ke sekitarnya, wajah Krulcifer yang menyandarkan punggungnya pada dinding dapat terlihat.
"Krulcifer-san, meski kau adalah "Knight Squadron", apa kau tidak pergi untuk penaklukan?"
Sambil Lux melangkah dan menanyakan begitu,
"Bagi murid-murid luar negeri dari negara-negara luar sepertiku, sebuah standar pertempuran asli dibuat dengan peraturan sekolah."
Dia secara sederhana menjawab dengan ekspresinya yang tidak berubah sama sekali.
"Aku tidak punya kewajiban terlibat dalam pertempuran langsung dengan Abyss. Sebaliknya, paling tidak aku bisa bekerja sama dengan bentuk dukungan lain, seperti perpindahan informasi dan perbekalan matang di luar jangkauan yang membahayakan hidupku. Aku bisa membantu jika aku ingin, tapi keluhan akan datang dari negaraku, jadi aku tidak bermaksud untuk melakukannya."
Krulcifer adalah murid luar negeri dari Ymir, sebuah negara besar di utara.
Jika mempelajari teknologi dan pengetahuan Mesin Naga adalah tujuannya, untuk mengambil inisiatif, dan bertempur dalam krisis dari negara-negara lain dan kehilangan hidup mereka akan menjadi alasan yang paling tak masuk akal.
Dengan kata lain, itu berarti kalau "Knight Squadron" yang dipimpin oleh Lisha akan berada dalam bahaya.
“............”
Sesaat Lux kehilangan kata-katanya karena fakta tersebut,
"Kau tidak usah khawatir."
"Eh...?"
"Kita bukan orang yang harus bertempur sekarang. Ini normalnya kalau situasi seperti itu terjadi. Kau adalah murid biasa yang tidak dapat bergabung dengan "Knight Squadron". Jadi, tidak perlu untuk memikirkan tentang menjadi tidak bisa bertempur. Kau hanya harus mentaati perintah dari instruktur."
“............”
Lux tidak bisa menjawab apapun.
"Nii-san. Kau tidak harus pergi."
Selagi Lux menjaga jarak dari keramaian, Airi muncul di depannya.
"Dengan <Wyvern> itu, kau tidak bisa bertarung dan kau tidak boleh menggunakan pedang lainnya. Tidak ada apapun yang kau sendiri saat ini bisa lakukan, Nii-san. Jika ini Lisha-sama dan "Knight Squadron" yang ada, mereka bisa mengalahkan Abyss berukuran besar. Jadi––"
"Aku tahu. Aku tahu, tapi..."
Lux mengatakan dengan ambigu sesaat mengangguk.
Kekuatan militer "Knight Squadron" berkurang setengah, dengan fakta kalau murid-murid kelas tiga yang membukukan untuk setengah jumlah para anggota, telah pergi ke Ibu Kota untuk berlatih.
Meski begitu, sekitar sepuluh Drag-Knight cukup kuat untuk bisa menemukan kesempatan menang melawan Abyss berukuran besar.
Tapi, sesuatu terlihat salah kaprah.
Dia teringat bahwa Abyss yang menyerang mereka pada waktu itu bersamaan duel dengan Lisha beberapa hari lalu.
Bagi Abyss yang tingkat kemunculannya selalu rendah, dua telah muncul dalam jangka waktu singkat ini.
Ketika Lux telah menjaga perbatasan reruntuhan sebelum menjadi seorang pekerja sampingan, Abyss muncul cuma sebulan sekali.
Tentu saja, ada juga kemungkinan kebetulan, tetapi––
"Apa ada sesuatu yang mengganggumu? Mulai saat ini, aku berencana untuk melihat situasi dari posisi jauh, tetapi––"
"Tidak..."
"Yah, aku pergi dulu."
"Jaga dirimu."
Sembari Krulcifer bersiap meninggalkan, Lux mulai berjalan dengan perlahan di dalam hanggar. Dalam rangka untuk mencari pertanyaan dan jawaban yang belum diketahui.
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
References
- ↑ pemeriksaan pasukan dengan cermat untuk mengetahui kesiapan di tempat masing-masing
Back to Chapter 6 | Return to Main Page | Forward to Epilogue |