Ochitekita Ryuuou to Horobiyuku Majo no Kuni (Indonesia):Jilid 1 Bab 1

From Baka-Tsuki
Revision as of 19:29, 3 June 2017 by Setia (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Bab 01: Pria yang Jatuh di Bak Mandi

Bagian 1

Ada sebuah kelompok yang hanya terdiri dari perempuan, yang tinggal di dalam 'Black Forest' yang luas hingga perbatasan yang terpencil.

Orang-orang memanggil mereka 'Penyihir'. Dengan kata lain, mereka adalah makhluk dengan kemampuan yang berbeda.

Dari sudut pandang manusia yang percaya pada satu Tuhan yang mutlak, yang memerintah mayoritas orang, itu memang jelas bahwa penyihir yang menyembah ratusan makhluk-makhluk lain untuk sebuah perlindungan begitu ditakuti. Sambil merasa takut terhadap penyihir, mereka juga memiliki perasaan iri dan cemburu terhadap orang-orang tersebut yang memiliki kemampuan spesial, tidak seperti mereka yang menyembah Tuhan.

Tentu saja, mereka tidaklah selaras, sehingga mereka terus berperang untuk waktu yang lama.

Penyihir, yang begitu bangga dengan banyaknya populasinya, serta memegang kuasa yang mampu mempengaruhi dunia, sekarang telah menurun jumlahnya. Seolah-olah mereka berjalan sepanjang jalan pemusnahan secara perlahan. Sementara menyadari posisi rendah mereka, mereka tidak akan mencoba mencari pertempuran apapun. Namun dengan hal itu, wilayah mereka terus diserbu, mereka pun tidak akan ragu-ragu untuk melawan, walaupun itu berarti jumlah mereka akan terus menurun.

Karena sejumlah pertempuran terhadap penyihir diturunkan untuk sementara, banyak dari mereka bisa hidup damai di tempat yang jauh dari kota. Namun, itu hanya sementara karena konflik antara sesama manusia, negara-negara yang berbeda telah meningkat.

Setelah perang besar, yang melibatkan banyak negara dan banyak kehidupan yang terenggut, mata mereka akan kembali kepada penyihir. Itu hanyalah tindakan alami yang tentu saja untuk bangsawan di berbagai negara yang dikelilingi tanah penyihir, untuk mempertimbangkan penghapusan mereka.

Negara-negara sekitarnya sekarang sedang mempersiapkan untuk penghapusan penyihir.

Sementara pidato dengan dalih menyapu penyihir dari dunia ini, didukung serangan berbagai negara, mereka bersekongkol merencanakan pembunuhan pemimpin penyihir dengan mengirim Assassin.

Meskipun tindakan pengambilan itu memang tepat, konflik antara bawahan dan atasan tidak akan pernah berhenti.

Ada sering kali ketika konflik akan tumbuh pada skala nasional, mengakibatkan perang baru.

Sementara konflik antara sesama manusia masih terus terjadi, mereka masih dapat terus mengurangi populasi para penyihir.

Meskipun penyihir memiliki kemampuan tempur yang tinggi, itu mustahil bagi mereka untuk melawan ratusan dan ribuan unit pasukan yang dikerahkan. Sebagai akibatnya, sambil membunuh sejumlah besar pasukan musuh, mereka akan berakhir melaksanakan taktik mundur tanpa memperoleh kemenangan.

Pada akhirnya, lingkaran setan kebencian dari manusia terus bermunculan dengan pikiran kehilangan wilayah dan kawan-kawan...

Bahkan sekarang penyihir diikuti oleh rantai kekalahan.

Tampak seolah-olah, tidak ada tempat yang damai untuk mereka di dunia ini.

Bagian 2

Ada beberapa kelompok diantara penyihir.

Jika saat ini dijelaskan, kelompok-kelompok ini dekat dengan konsep 'klan'. Beberapa klan ini berkumpul dan membentuk aliansi, yang menonjol dan disebut oleh manusia sebagai 'Negeri Penyihir'.

Tidak ada pria di kalangan kaum-kaum mereka, hanya terdiri dari perempuan, yang dilahirkan sebagai penyihir dengan kemampuan spesial. Penyihir tidak merekrut siapapun selain orang-orang yang mereka anggap sebagai penyihir. Oleh karena itu, itu juga dikenal sebagai negeri perempuan.

Salah satu penyihir, yang merupakan pemimpin dari salah satu klan, adalah Harrigan Halliway Haindora.

Tempat tinggal keluarganya jauh di dalam Black Forest.

Selain Harrigan, ada beberapa klan lain dari penyihir, yang menetap di dalam Black Forest, tapi keluarga miliknya itu dulunya adalah keluarga yang berpengaruh.

Benar, 'dulunya' itu berpengaruh.

Karena lokasi mereka yang strategis, mereka akan menjadi orang pertama yang berada di garis depan, mengakibatkan penurunan klannya. Dan setelah ia menolak, itu tak terelakkan bagi mereka untuk kehilangan kekuasaan sebagai akibatnya. Karena itu, Harrigan sebagai Pemimpin merasa sangat menderita di karenakan kehilangan orang-orang di klannya.

Sementara khawatir tentang masa depan keluarganya, dia berendam sendiri di pemandian air panas terbuka, yang berlokasi di daerah perbukitan, di dalam hutan.

Pemandian air panas tersebut terbuat dari kayu sederhana yang bergaya arbor yang dibangun di daerah yang tidak ditempati, pemandian tersebut dibangun dengan memotong melalui tanah longgar miring yang terbuat dari bukit-bukit kecil.

Di tengah pemandian panas yang transparan dari 3 sisi, bak mandi diletakkan di lantai kayu. Air panas, yang dipompa dari sumber yang mengalir di dekatnya, memenuhi bak mandi seperti biasanya.

Di dalam bak mandi dengan air panas, yang tercium sedikit bau belerang, Harrigan bersandar dengan anggunnya.

Apa yang dapat menarik perhatian seseorang dari tubuh Harrigan, yang secara terang-terangan tenggelam di dalam bak mandi, adalah rambutnya yang panjang hitam-kebiruan, dadanya menggembung, pinggang ketat dan pantat besarnya. Memang, orang bisa mengatakan itu adalah sosok seorang wanita dewasa. Tanda kewanitaannya juga terlihat diantara selangkangannya, yang tebal ditutupi dengan semak hitam.

Harrigan, yang tetap tenggelam di dalam bak mandi, membentangkan tangannya, dan mengeluarkan napas kecil, dia tidak peduli apakah itu terdengar atau tidak.

Bagaimana kita harus mencapai kesepakatan dengan manusia? Atau kita harus meninggalkan gagasan itu? Harrigan memikirkan hal itu, namun banyak hal yang ia renungkan, apakah tidak ada tanda-tanda untuk prospek masa depan, naupun harapan untuk masa depan yang lebih baik...

Apakah dia hanya harus menunggu dengan tenang untuk pemusnahan mereka?

Atau haruskah mereka mati secara terhormat di dalam perang?

Tampaknya hanya ada dua pilihan.

Mengedutkan kepalanya, Harrigan mengubah arah pandangannya ke sisi lain.

Di satu sisi bak mandi, ada sebuah ruang kecil yang digunakan untuk berganti pakaian, namun tiga diantaranya adalah ruang transparan tanpa dinding, meskipun ada balok, Harrigan mampu melihat pemandangan sekitarnya.

Melihat ke bawah dari bukit, ada hutan tebal berwarna hijau, yang menerima sinar matahari menyilaukan awal musim panas, yang dapat menyilaukan salah satu mata. Di sisi lain, dimana hutan hijau ini juga disebut oleh orang-orang sebagai "Black Forest", ada wilayah membentang yang dihuni oleh manusia. Wilayah yang diperintah oleh manusia itu luas dan dibandingkan dengan populasi para penyihir, mereka memiliki populasi yang lebih besar. Selain itu, wilayah yang di tempati oleh penyihir secara bertahap direbut terus-menerus oleh manusia.

'Apakah kita harus bertempur atau tidak, hanyalah kepunahan yang menantikan kita? Atau mungkin nasib? Jika begitu, maka pertempuran besar dan menghilang dengan cara yang cepat hanyalah sebuah hiburan yang singkat... tidak.'

Harrigan memandang penyihir muda di sampingnya.

'Bertempur secara sembrono hanya akan mengakibatkan kematian anak-anakku. Masih akan lebih baik untuk diriku sendiri, tapi kalau anak-anakku yang melakukannya aku akan memikirkan cara yang lain.' (TL Note: Disini 'anak-anakku' merujuk ke penyihir muda)

"Yuuki."

Gadis, yang mendengar suara Harrigan, mengangkat kepalanya.

"Ada apa, Harrigan-nee?"

Gadis itu memanggilnya dengan 'nee' mereka bukanlah saudara sungguhan. Mengikuti adat mereka, penyihir muda akan memanggil Harrigan, yang adalah pemimpin mereka, seperti Ane-sama, Aneue, Nee. Di sisi lain, Harrigan akan menyebutnya seorang penyihir muda, dan pada saat yang sama anggota keluarganya atau sebagai anaknya sendiri yang sangat sering.

Harrigan memberi isyarat kepada penyihir muda itu.

"Kemarilah, dan ayo mandi sama-sama denganku."

Bak mandi kayu buatan itu cukuplah besar, jadi walaupun keduanya masuk, itu tidak akan berdempetan.

"Apakah itu diperbolehkan? Sepertinya Anda tenggelam dalam pikiran Anda, sehingga jangan repot-repot mengajakku."

"Itu tak masalah, bahkan baik-baik saja. Kemarilah."

"Kalau begitu, Maaf atas ketidaksopananku."

Gadis itu bangkit berdiri, melepas pakaiannya dan menjadi telanjang.

Sepasang bukit dada yang tidak kecil maupun besar, mereka indah dengan ukuran dan bentuknya, cocok untuk seusianya. Ujung bukit payudaranya yang berwarna merah muda yang lucu, lebar bahunya sempit, pinggangnya yang terlihat agak moderat, dan area selangkangannya terlihat lembut. Berbeda dengan Harrigan, ia memiliki tubuh yang lebih kekanak-kanakan.

Apa yang menarik perhatian adalah rambutnya panjang bersinar yang diikat ekor kuda. Ini juga adalah warna yang kontras dengan rambut hitam-kebiruan Harrigan.

Gadis bernama Yuuki melangkah dengan kakinya tanpa menahan diri dan duduk di sudut.

"Jangan cuma duduk di sudut sana. Kemarilah datang padaku."

Dengan tubuh atasnya yang terlihat, Harrigan mengulurkan tangan kanannya dan mencapai Yuuki hanya untuk menarik dia terhadap dirinya. Ia mengikuti langsung tanpa menunjukkan perlawanan.

Membuat dia duduk di daerah kaki Harrigan yang membentang, Harrigan membungkus Yuuki dengan dua bukit dadanya dan kedua telapak tangannya yang mendekap.

"Ha... Harri-nee..."

Untuk memeriksa kelembutan mereka, Harrigan memindahkan kedua tangannya di kedua bukit dan meremasnya.

"Tidak… hentikan… ahn."

'Aku ingin memberikan masa depan pada anak-anak ini. Aku ingin mereka memiliki harapan. Ini juga bagian dari tugasku, aku yang adalah kepala keluarga ini. Tapi, apa yang bisa kulakukan...?'

Ketika merenungkan tentang hal itu, ia dengan lembut memindahkan kedua telapak tangannya.

Namun, ia tetap merenungkan hal itu, dia tidak tahu jalan lain, yang dia tahu hanyalah jalan menuju kebuntuan, yang membayangi pikirannya.

"Ha... Harri-nee... Aku tidak tahan lagi... aah."

Hm? Kembali kepada dirinya sendiri, Harrigan berhenti memerasnya.

'UPS, aku tenggelam dalam pikiranku, aku mulai memerasnya terlalu serius.'

Memiliki wajah yang memerah, Yuuki, merasa tubuhnya telah kehilangan kekuatannya, menyandarkan dirinya di dada Harrigan.

'Fumu. Tapi, apa yang harus kulakukan? Aku tidak mau mengorbankan anak-anak perempuanku yang lucu ini, tapi... meskipun begitu, tanpa berjuang, kita akhirnya akan diusir dari tempat ini. Setelah ini terjadi, kita akan pergi lebih jauh ke kedalaman hutan, berakhir di dunia ini hanyalah manusia. Bukankah itu akan sama dengan jatuh dalam kehancuran?'

Yuuki yang bersandar di dadanya, dia melihat ruangan dengan wajahnya yang bijaksana.

Tiba-tiba, pemandian panas itu berguncang.

Ruangan mulai berguncang.

"Ap, apa yang terjadi!?"

Harrigan, yang kembali dari terkejut mulai memandang langit melalui sisi transparan bangunan...

Sebelumnya mungkin seseorang dapat melihat langit biru jernih, tapi sekarang langit tersebut ditutupi dengan awan gelap.

"Apa yang terjadi!? Beberapa saat yang lalu, langit biru itu jernih yang luas?!"

Harrigan bisa merasakan bahwa sesuatu yang tidak biasa terjadi. Meskipun begitu, dia tidak tahu apa itu.

Tiba-tiba air hujan mulai menetes diatas pemandian air panas.

Air hujan mulai bergerimis, sekaligus berganti dengan deras, suara gemuruh disertai petir mulai terlihat di langit yang redup seperti pada waktu senja.

"Kenapa disini tiba-tiba terjadi hujan deras!? Tidak ada tanda-tanda akan terjadinya hujan?! Hanya saja apakah bumi... Jangan bilang bahwa ini bisa menjadi tanda kemunculan Water Dragon?!"

Melihat pemandangan menakutkan ini, tubuh Harrigan mulai gemetar. Dia bisa memahami kenapa Yuuki ikut gemetar.

Segera setelah itu, ia mendengar suara dari suatu tempat.

"≠◇▼£=★!?"

Meskipun hanya ada Yuuki dan Harrigan, terdengar suara orang lain. Alih-alih mendengar suara, Harrigan bertanya-tanya apakah itu sesuatu yang bergema di dalam pikirannya. Dan kemudian, itu adalah suara seorang pria. Mengatakan bahwa itu tidak lain hanyalah pria manusia di sekitarnya.

'Mustahil, seharusnya ini tidak mungkin.'

Mencari sumber suara, Harrigan melihat ke segala arah, namun, ia tidak bisa menemukan sosok seseorang maupun hawa kehadirannya.

'Mungkin ini hanyalah imajinasiku' Harrigan mengangguk seolah-olah meyakinkan dirinya sendiri.

Harrigan tidak akan membiarkan orang-orang luar maupun mata-mata yang memasuki desa dan benteng, atau lebih tepatnya, wilayah tinggal seorang penyihir, terdapat penghalang yang diletakkan di sekitar desa. Di sini juga, itu seharusnya tidak mungkin bagi setiap orang biasa untuk menerobos penghalang dan masuk ke dalam wilayah ini. Selain itu, dengan menghapus kehadiran mereka bukankah itu terlihat aneh membiarkan diri mereka mendekat terlalu dekat, bahkan tidak ada kesempatan satu dibanding sepuluh ribu, bahkan dibanding satu juta.

Namun, ada suara. Tentu saja itu terdengar. Itu bukanlah kesalahan pendengaran atau imajinasi seseorang.

Mereka tidak bisa mengerti akan hal ini, Namun demikian, itu adalah suara yang kuat dan tinggi, yang mencapai telinga mereka.

" *Gemetar* Ada seseorang, seorang P-Pr-ia."

Sebagai bukti, Yuuki, membenci pria, kehilangan ketenangannya. Kepekaannya terhadap orang lain bahkan lebih besar daripada siapa pun.

" *Gemetar* Mana, mana pria itu?"

Berdiri ketika sedang benar-benar telanjang, dia melihat kearah kiri dan kanan, dan sekali lagi kanan, bergerak dengan tubuh dan leher yang gelisah.

"Tenang Yuuki."

Walaupun Harrigan berseru padanya, Yuuki melihat ke belakang dan berputar dengan tubuhnya.

'Sebuah kesedihan seperti yang diharapkan, Yuuki sangat benci dengan pria'

Menatap Yuuki dengan bingung, yang di depan matanya, ia tersenyum kilat.

'Masih, suara sebelumnya, apa yang sebenarnya terjadi…'

Kilatan senyuman di wajah Harrigan tampak lebih dari satu kali lagi seolah-olah mencari sesuatu.

Tiba-tiba seorang turun dari langit.

Sepertinya itu sebuah pengucapan yang salah. Lebih tepatnya, pria itu jatuh dari langit ke pemandian air panas.

Turunnya pria itu jatuh ke dalam bak mandi yang membuat air memercik.

"Apa!?"

Harrigan melebarkan matanya.

Pria yang telah jatuh itu melakukan hal yang sama.

"Pria seorang pria, pria seorang pria."

Yuuki juga, membuka matanya lebar-lebar dan membeku.

Harrigan memperhatikan pria itu.

Naga01 002-003.jpg

Pria itu melihat ditempat ia jatuh, segera ia kembali ke dirinya sendiri. Ia segera pergi dengan kepala menunduk dan malu-malu.

Pandangan Harrigan dan pria itu bertemu satu sama lain.

"Si…Siapa kau? Dari mana dan bagaimana caramu datang ke sini?"

"★◇?"

Pria itu menanggapi Harrigan menggunakan semacam bahasa, bagaimanapun, dia tidak bisa mengerti apa-apa.

'Hm? Mungkinkah perkataanku tidak dimengerti olehnya? Itu sebuah pakaian yang aneh, mungkinkah dia orang asing? Jika demikian, hal itu tampaknya tidak masuk akal, tapi...'

Mengenai pakaian asing dan bahasanya, jika ada orang yang berpikir ia adalah orang asing, mungkin orang lain akan setuju akan hal itu. Namun demikian, kau tidak bisa setuju dengan fakta bahwa seseorang muncul seketika di pemandian ini. Tidak ada penjelasan untuk itu.

Ketika Harrigan mengamati dia, pria itu mengangkat tangan kanannya dan menunjuk padanya.

"☆■▽×≠♀£§★→∋"

Harrigan mengerutkan alisnya.

'Aku tidak mengerti sama sekali apa yang dia katakan. Sepertinya, dia tidak tampak seperti Assassin yang dikirim untuk membunuhku oleh para penyembah Tuhan.'

Menafsirkan kata-katanya, orang itu mengatakan ini...

"Payudara! Dan mereka besar!"

Yang benar-benar basah, laki-laki itu terpesona dengan Harrigan.

"A... A... Apa yang kau lakukan!?"

Kewalahan oleh sikap yang kuat dan tampilan pria itu, Harrigan mencoba untuk melangkah mundur, Namun demikian, dia telah berada di tepi bak mandi.

Naga01 041.jpg

Pria itu mengulurkan tangan kanannya dan ambil! — Dia menyambar payudara dengan erat.

Itu adalah seorang anak muda, dengan pakaian yang aneh yang belum pernah dia lihat atau dengar sebelumnya.

"Aah?"

"Aku belum pernah melihat sepasang payudara indah semacam ini!"

"Jangan menyentuhnya!"

"Apa-apaan dengan ukuran ini, apa-apaan dengan kelembutan ini, apa-apaan dengan keelastisan ini?!"

"H.. Hei, tidak jangan aah... Seseorang kemarilah aah... Jangan buat payudaraku sebagai kesenangan buatmu...ahh."

Suara jeritan, seperti marah, dan suara panggilan Harrigan, Yuuki, yang kaku sebelumnya, kembali pada dirinya sendiri.

"Apa ada masalah Harrigan-nee."

Apa yang terlihat di matanya adalah seorang pria dengan gaya rambut yang misterius dan dibungkus dalam pakaian yang belum pernah ia lihat sebelumnya, menggunakan kedua tangannya untuk meraba payudara Harrigan-nee. Itu adalah pemandangan yang mengerikan.

"Pria itu meraba-raba payudara H-Ha-Harri-nee?!"

Rambut Yuuki menggeliat warnanya menjadi lebih gelap.

"Hei Yuuki! Tenang!"

"Payudara besar! Payudara besar! Payudara besar!"

"Kau juga tenanglah! Dan apa yang ingin kau coba katakan!? Omong-omong, berhenti meraba-raba payudaraku!"

"Bunuh, bunuh, bunuh, bunuh orang ini."

"Argh! Aku bilang tenanglah kalian!"

Rambut hitam-kebiruan dan panjang Harrigan diangkat ke udara.

Rambut Harrigan yang menjadi seikat tebal mengayunkan keras.

WHACK.

Rambut Harrigan mengeluarkan suara yang membosankan sambil mengetuk Yuuki di belakang kepala. Lehernya dilipat secara diagonal.

Dengan matanya berubah putih, gadis itu hilang kesadarannya dan jatuh ditempat.

"Aku akan menyentuh, menggosok, menjilat, dan mengubur diriku di dalamnya!"

"Aku tidak tahu apa yang kau katakan, tapi tenanglah!"

WHAACK!

Sekali lagi rambutnya yang dibundel mengayunkan, memukul pria itu di belakang kepalanya, mata orang itu berubah menjadi putih. Kekerasan yang luar biasa untuk sebuah rambut...

Kehilangan kekuatan dari tubuhnya sendiri, pria itu melepas tangannya dari payudara Harrigan dan hilang kesadaran sementara jatuh di atas tubuhnya.

"Hanya saja apa yang dikatakan pria ini?"

Harrigan bergumam sambil menatap pria muda yang pingsan dengan pakaian yang belum pernah ia lihat sebelunya.

"Aku belum pernah mendengar bahasa yang dia berbicarakan sebelumnya, aku ingin tahu kalau dia adalah orang asing... Apakah ini terjadi atau tidak, tak seorang mampu menerobos penghalangku tanpa aku menyadarinya. Bahkan tak ada satupun yang bisa sedekat ini tanpa aku menyadarinya. Ini akan menjadi kasus yang berbeda untuk penyihir sepertiku, tapi setidaknya, bukan untuk manusia di dunia ini. Kalau begitu, apakah itu berarti bahwa pria ini datang untuk menciptakan dunia lain? Jadi dia bukan orang asing, melainkan seseorang dari dunia yang berbeda?"

Harrigan menggeser sedikit pandangannya.

Di sebelah pria, mata Yuuki berubah putih seperti dia kehilangan kesadarannya.

'Sungguh membingungkan, aku akan meninggalkan penyelidikan identitas sejati pria ini untuk nanti. Pertama, aku harus mengurus Yuuki supaya dia tidak pergi mengamuk, saat setelah dia bangun, ia akan mencoba untuk membunuh pria ini. Aku tidak tahu siapa pria ini, sehingga lebih banyak alasan untuk tidak membiarkan Yuuki membunuhnya. Dengan asumsi dia benar-benar jatuh dari dunia lain...'

Sekali lagi Harrigan menatap pria itu lagi.

Seorang pria dengan gaya rambut yang aneh.

Seorang pria yang mengenakan pakaian yang aneh.

Seorang pria, kata-kata yang tidak dimengerti.

Seorang pria yang tiba-tiba jatuh dari langit.

'Aku ingin tahu apakah dia tahu cara apapun untuk menyelamatkan kita dari krisis ini?'

Harrigan berdiri dari bak mandi. Air panas, yang menutupi kulitnya yang halus, berubah menjadi tetesan air yang tergelincir.

Matanya, yang menatap pria itu, berhenti pada pinggangnya.

"Pedang pria ini memiliki tampilan yang aneh, ya? Yah, daripada tampilan, kalau dia bangun hanya untuk mengayunkan pedangnya pada kami, itu akan merepotkan. Harus aku bawa?"

Membungkukan pinggangnya, Harigan mencapai tangannya ke arah kiri bawah punggung.

"Apa? Cumq dimasukkan di dalam ikat pinggang? Ini adalah beberapa cara ceroboh memakai pedang. Tapi..."

Setelah Harrigan berdiri, dia menatap senjata khusus, yang ia ambil di pinggang pria itu.

"Itu sedikit melengkung. Memang, ini bukan bentuk yang dapat ditemukan di sekitar sini. Ini bahkan berbeda dari pedang yang digunakan di bagian Timur dari dunia ini. Menarik. Tapi, bagaimana kau menarik ini? Mungkin, seperti ini?"

Sementara menarik keluar pedang pria itu, Harrigan mengalami beberapa masalah.

"Keluar."

Dia mengangkat pedang, yang memancarkan dalam warna perak, di depan matanya.

"Ini cukup berat. Pedang ini tidak terlalu tebal. Dan tampak indah lebih dari apapun. Rasanya seperti pandanganku tertarik olehnya, ini bukan saat yang tepat untuk mengaguminya. Aku harus berurusan dengan cepat dengan pria asing ini dan Yuuki."

Setelah Harrigan kembali meletakkan pedang ke dalam sarungnya, dia meletakkannya di lantai kayu. Setelah itu, dia berbalik dan berjalan ke arah pintu keluar untuk membuka pintu.

Membawa keranjang pakaian, yang di dalam ruangan kecil, Harrigan kembali ke pemandian. Lalu ia berlutut dan meletakkan keranjang di lantai, dia meringkuk ke dalam keranjang untuk mengambil pakaian.

Berdiam diri dalam posisi itu, dia menggunakan kuku jari telunjuk untuk memotong sehelai rambutnya yang panjang.

Setelah itu ia menyalurkan kekuatan sihir ke dalam helaian itu, segera menjadi kaku dan membentang secara lugas yang berbentuk jarum.

Harrigan yang memegang pakaian di tangan kirinya, dengan helai rambut yang berubah menjadi jarum panjang. Setelah menusuk, pakaiannya mulai menggeliat seperti objek hidup.

Pakaian menggeliat dia melompat dari tangannya dan turun ke lantai kamar mandi, menggeliat sambil secara bertahap mengubah bentuknya. Akhirnya, itu mengambil bentuk manusia.

"Master Harrigan Halliway Haindora, apa perintah Anda?"

"Pergi dan panggilah anak-anakku — Ais dan Lela."

Pakaian yang mengambil bentuk manusia, membungkuk ke arahnya, seperti manusia. Kemudian, keluar dari pemandian air panas.

Bagian 3

"Ane-sama, ini aku Aishu."

"Dan aku, Le-la."

Dipandu oleh sihir Harrigan yang mengambil bentuk, dua penyihir muda Ais Aishuria Haindora dan Lela Laylah Haindora, yang dipanggil ke tempat pemandian air panas, melakukan sikap hormat pada Harrigan ketika ia berdiri telanjang di lantai bak mandi.

Puteri-puteri Harrigan, untuk menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari klannya, mereka memiliki nama ketiga yang sama.

"Apa ada masalah?"

Memperlihatkan senyum di wajahnya, penyihir tersebut bertanya pada Harrigan.

"Maaf sudah memanggil kalian secara mendadak. Aku membutuhkan bantuan kalian."

"Ya, jangan khawatir."

Mereka memberikan kesan sebagai remaja pertengahan akhir.

Yang memiliki tubuh besar dan senyum yang menyenangkan adalah Ais. Dibandingkan dengan Lela, dia lebih tinggi, tubuhnya yang terekspos dan memiliki volume yang besar. Dia memberikan aura seorang wanita dewasa. (TL Note: volume besar itu IYKWIM :v)

Di sisi lain, fisik Lela tidak jauh berbeda dari Yuuki... Dibandingkan dengan Yuuki, Lela memiliki dada yang kurang dari Yuuki. Setelah semua, jika kebenaran harus diberitahu, dia memiliki payudara yang kecil.

Namun, Ais maupun Lela mengenakan pakaian yang memperlihatkan banyak kulitnya. Untuk Lela, ia memakai semacam rok pendek yang terbuat dari banyak jimat yang melingkari pinggang yang terlihat mencuat.

Naga01 047.jpg

"Aku ingin kalian untuk membawa Yuuki."

Harrigan menujuk dengan jari telunjuknya ke arah kakinya.

"Sebenarnya, apa yang Yuuki lakukan kali ini…"

Sementara membuat senyum masam, Ais mengalihkan matanya di luar bak mandi. Setelah dia menyadari bahwa itu bukan hanya Yuuki, napasnya pun terhenti.

"Tunggu, bukankah dia seorang pria?!"

Lela, yang berkspresi sama sampai sekarang, dia pun membuat alisnya berkedut.

"Bisa saja dia adalah seorang Assassin yang diutus oleh Gereja."

Kedua gadis tersebut mulai bergidik merinding.

"Tidak, jangan panik. Ini bukan hal seperti itu. Mungkin."

"….Mungkin?"

Ais dan Lela memiringkan kepala mereka, tanda bahwa mereka kebingungan.

Harrigan menjelaskan semua hal yang terjadi sampai sekarang.

"Jadi hal seperti itu terjadi?"

Ais membuka mata lebar-lebar sambil menatap pria asing itu maupun Harrigan.

Di sisi lain, penyihir muda yang bernama Lela tampaknya tidak menunjukkan reaksi apapun.

Berbicara dengan nada monoton.

"– Sulit untuk percaya, tetapi ada cara untuk Ane-sama ber-bohong. Dan faktanya bahwa ada seorang pria berbaring di-sini. Jika demikian, aku tidak punya pilihan selain menyetujui hal tersebut."

Seolah-olah berusaha meyakinkan diri, dia mengatakan hal itu.

Mencoba untuk menenangkan diri dengan napas dalam-dalam, Ais melihat ke arah Harrigan.

"Kemudian, apa yang harus kita lakukan, Ane-sama?"

"Untuk berjaga-jaga, mungkin kita bisa mengali informasi dari orang ini. Itu sebabnya aku memanggilmu kemari, berpikir bahwa kau akan membantuku membawa keduanya. Dan Lela akan melakukan komunikasi dengan orang ini."

Ada alasan untuk apa yang dikatakan Harrigan. Lela memiliki sihir yang dapat melakukan komunikasi dengan orang asing yang hanya bisa berbicara dengan bahasanya sendiri.

"Mengerti, tapi..."

Sementara mengangguk-angguk, Lela memiringkan kepalanya tanda dia bingung...

"Itu akan menjadi cerita yang berbeda jika ia adalah orang a-sing, tapi itu adalah pertama kalinya untukku menjalin komunikasi dengan seseorang yang berasal dari dunia yang ber-beda."

"Lakukanlah dan jika itu gagal, kita akan berpikir beberapa cara lain selanjutnya."

"Dipaha-mi."

"Ais, aku akan mempercayakan mereka berdua padamu."

"Ya, Ane-sama."

Ais meraih dengan kedua tangannya tubuh Yuuki yang tidak sadarkan diri, tubuhnya benar-benar telanjang, dan dengan ringan mengangkatnya. Dia meletakan tubuh Yuuki pada bahu kanannya. Kemudian, sambil memegang Yuuki di bahu kanannya, ia membungkuk dan melakukan hal yang sama dengan laki-laki yang basah kuyup di dalam air.

Memang benar bahwa dibandingkan dengan Lela atau Yuuki, tinggi Ais melebihi mereka. Namun demikian, dia bukanlah raksasa. Pada kenyataannya, Harrigan lebih tinggi daripada dirinya. Menilai dari penampilannya, ototnya tidak terlihat khusus dilatih, itu hanyalah kekuatan fisik biasa.

Ais tampaknya menjadi pemilik dari kekuatan yang mengerikan, kau tidak akan bisa memahami hal itu hanya dari melihat penampilannya.

"Dimana aku harus membawa mereka Ane-sama?"

Ais bertanya santai saat dia tidak merasakan berat kedua orang yang diangkatnya.

"Untuk saat ini, bawa mereka ke kamarku. Aku tidak ingin hal ini menyebabkan kekacauan apapun. Bawa mereka diam-diam sehingga tidak menarik perhatian anak-anak perempuan lain."

"Mengerti."

"Dan untuk Lela, bawalah pedang itu."

Lela memandang dimana jari Harrigan menunjuk.

"I-tu? Pedang itu punya bentuk yang aneh, buk-an?"

"Kau tidak mengetahui tentang pedang itu?"

"Itu adalah pertama kalinya aku melihat pedang i-tu."

"Itu adalah pedang yang terletak di pinggang pria itu."

Mengerutkan keningnya, Lela mengalihkan perhatiannya pada pria yang dibawa oleh Ais.

"Pedang yang terletak di pinggang or-ang itu. Jadi bukankah dia Assas-sin?

"Tidak, dia bukanlah Assassin, mungkin."

'Itu karena, orang itu memegang payudaraku tanpa tanda-tanda mengeluarkan pedangnya padaku.'

Tentu saja, Lela tidak tahu tentang orang yang melakukan tindakan tersebut, dia tidak bisa mengerti pada dasar apa Harrigan menempatkan asumsinya, tetapi jika dia mengatakan tidak, maka itu mungkin berarti begitu. Untuk saat ini, Lela menyarungkan kembali kapaknya.

"Jadi pergi duluan, aku akan menyusulmu segera."

"Ya, Ane-sa-ma."

Setelah Harrigan melihat dua orang itu meninggalkan pemandian, sihir yang mengambil bentuk manusia itu kembali menjadi pakaian normal dan kemudian dia mengenakan pakaian itu dengan sikap tenang.

Bagian 4

Harrigan membuat Ais meletakkan pria itu di atas tempat tidur di dalam kamarnya, dan Yuuki yang telanjang digulung di atas kain tebal yang terbentang di lantai yang di tutupi bed cover.

"Lela, tolong bawa pedang itu ke ruang kerjaku dan taruh di tempat yang tak bisa dilihat siapa pun."

Begitu Lela pergi, Harrigan mengalihkan perhatiannya pada Yuuki, yang sedang berguling-guling di dalam sprei.

(Ada risiko bahwa Yuuki mungkin mengamuk begitu dia terbangun, mau bagaimana lagi.)

Harrigan memerintahkan Ais untuk membungkus tubuh Yuuki menjadi gulungan dengan menggunakan kain tipis dan sebagai tambahan, ada tali yang disiapkan. Terlebih lagi, untuk memastikan penyihir lain tidak mendengar teriakan Yuuki, mereka membungkam dengan kain di mulutnya. Harrigan masih belum mau mengekspos kehadiran pria tersebut.

Karena kerusuhan di pemandian, tubuh Harrigan menjadi dingin. Karena pakaian pria itu juga lembab, ada risiko dia terkena flu. Harrigan menyalakan perapian untuk mencoba dan menghangatkan ruangan.

Harrigan mengusap batu api yang menyala dan memicunya menyala. Begitu dia melemparkannya ke perapian, nyala api membakar merah di dalamnya.

Dia mengarahkan pandangannya ke arah pria itu dengan sekilas.

(Walaupun pakaiannya basah, tidak mungkin bagi kita memberikannya kenyamanan.)

Harrigan tak kekurangan rasa ingin tahu untuk melihat pemuda itu telanjang, namun dia menahan diri di depan Ais.

(Pertama, walaupun kita bisa membuka pakaian orang itu, kita tidak punya pakaian cadangan untuknya, dan kita tidak bisa membiarkannya telanjang sampai pakaiannya menjadi kering. Meski begitu, kita tidak tahu apakah orang dari dunia lain dapat masuk angin.)

Ruangan di dalam bangunan kayu memberi kesan sederhana. Orang bisa melihat dokumen, meja tulis dan kursi diletakkan di sudut ruangan. Selain itu, ada rak buku yang diletakkan di dekat dinding. Rasanya semua ini adalah barang kayu buatan tangan, yang menggunakan pohon dari hutan.

Di rak buku, ada buku-buku kertas berbaris, yang langka pada periode ini.

Buku-buku itu adalah produk kelas atas, yang langka berasal dari daerah timur jauh. Terlebih lagi, pada waktu sekarang, tidak ada mesin cetak, oleh karena itu, buku-buku itu disalin dengan tangan. Karena itu, tidak mungkin menghasilkannya secara massal. Itu alasan lain mengapa buku kertas sangat berharga.

Selain meja dan rak buku, seperti yang diharapkan, hanya ada tempat tidur kayu dan meja kecil yang ditempatkan di sampingnya di dalam ruangan ini.

Di atas ranjang terbaring pemuda tak sadarkan diri dengan pakaian anehnya, yang terlentang di atasnya. Yuuki, yang diikat erat-erat dan terbungkus kain tebal, terbaring di lantai saat telanjang.

Melihat pemandangan yang tidak lazim, yang terjadi di dalam kamarnya, Harrigan merasa sakit kepala. Pada saat yang sama, ia sendiri merasakan dorongan untuk tertawa.

Setelah kembali ke kamar setelah beberapa saat, Lela duduk di depan meja sambil menulis sesuatu di selembar kertas kecil.

Ais dan Harrigan duduk di bangku dan melihat pekerjaan Lela diam-diam.

Suara kayu bakar menyala di dalam ruangan saat udara memanas.

Begitu Lela menyelesaikan persiapannya, Harrigan membuat Ais menggunakan bau garam yang disiapkan agar pria itu menghirupnya. Tanpa harus menunggu, pria itu terbangun.

"~X=≦∴℃#§★◇▲↑←⊆#†∩!"

Begitu pria itu mengangkat tubuhnya, dia menghadap ke arah Harrigan saat berbicara kepadanya seolah meminta jawaban.

"Seperti yang diharapkan, aku tidak mengerti apa-apa, bukankah itu jelas? Meski begitu, ini adalah bahasa misterius yang pernah kudengar."

"十˧△¶#>≡⇔∩↓◆☆*♂♀〆?"

"Baiklah, tenang dulu... walaupun aku mengatakan itu, kau mungkin tidak akan mengerti."

Sambil mengangkat tangan kanannya, Harrigan melebarkan telapak tangannya di depan mata pria itu.

Untuk saat ini, berhenti bicara – begitulah arti tindakannya, tapi, apakah pria itu merasakan niatnya? Begitu dia menutup mulutnya. Dia menggaruk kepalanya seolah mengatakan 'aku mengerti'.

(Hmm, sepertinya dia mengerti.)

Harrigan menjadi tercengang dan pada saat yang sama, dipenuhi kekaguman pada sikap pria yang tampaknya tenang itu.

(Bagaimana dia bisa tetap tenang dalam situasi seperti ini? Apa pria ini orang penting atau hanya orang bodoh?)

Karena tidak membiarkan pikirannya bocor, Harrigan mengalihkan pandangannya pada Lela.

"Apakah persiapannya sudah selesai?"

"Ya, Ane-sa-ma."

Harrigan, yang menerima dua jimat yang diberikan oleh Lela, menempatkan salah satunya di tengah kedua matanya dan menempelkannya di dahinya sendiri. Meskipun dia melepaskan tangannya, jimat itu akan menempel dengan sendirinya.

Memegang jimat lain di tangan kirinya, dia menunjukan cara tersebut pada pria itu sambil menunjukkan dahinya dengan tangan kanannya yang kosong. Dia menekan jimatnya sendiri dengan telunjuknya.

Kau juga harus melakukan apa yang kuperbuat dan meletakkan ini di dahimu. – adalah yang ingin dia katakan, entah bagaimana, pria itu sepertinya mengerti saat dia menerima jimat itu dan menempelkannya dengan kuat di dahinya. Sama seperti Harrigan, jimat itu tidak akan jatuh meski dia melepaskan tangannya.

Dia berbicara dengannya secara perlahan.

"Apakah kau mengerti perkataanku? Siapa kau? Dari mana kau berasal?"

Menekan jimat di dahinya, pria itu mengerutkan alisnya. Meski begitu, akhirnya dia mengangkat kepalanya dan berbicara.

"★※∪......kata......▲↓......menjadi...bisa dimengerti?"

"Oh, apa dia memahaminya?"

Harrigan menatap Lela, yang menunggu di sebelahnya.

"Seperti yang diharapkan dari Lela."

"Hmph."

Lela tersenyum sedikit sambil membusungkan dadanya yang mungil.

"Yah, itu biasa sa-ja."

"Ara, meski kau tidak yakin apakah akan berhasil atau tidak."

Ais mengganggunya dari samping.

"Itu adalah sesuatu yang seder-hana."

"Baiklah, aku mengerti."

Hmm.

Lela menatap Ais

"Hei, tidak bisakah kalian berdua diam?"

Dimarahi oleh Harrigan, mereka berdua saling memalingkan muka.

"Kalau begitu, bagaimana dengan sekarang? Apakah kamu mengerti apa yang kukatakan?"

"Ya, aku mengerti...tapi, sensasi aneh ini, rasanya kata-katamu bergema langsung di kepalaku, apakah karena ini?"

Dengan menggunakan telapak tangan kanannya, pria itu mengetuk jimat di keningnya.

"Itu benar, kalau kamu menganggapnya sebagai perangkat penerjemah bahasa asing, maka itu seperti yang kamu pikirkan."

"Wow, aku ingin tahu apakah itu menakjubkan atau aneh. Yah, omong-omong tentang aneh…"

Setelah mencari jawaban di kepalanya, pria itu bergeser penglihatannya mulai dari Harrigan, Ais dan Lela.

"Kau juga aneh. Warna rambut, kulit, mata, dan kemudian pakaianmu. Aku belum pernah melihat sesuatu seperti itu."

"Bagi kami juga, itu pertama kalinya kami melihat seseorang sepertimu dengan pakaian yang aneh. Jadi, siapa kau dan dari mana asalmu? Bagaimana caramu datang ke sini?"

"Aku? Aku....Aku....Hmm? Aku….Siapa aku?"

"Tidak, itulah apa yang ingin kuketahui."

Pria itu melipat tangannya dan, Hmm, mulai membuat erangan rendah.

"Aku tidak tahu. Maksudku, aku tidak ingat dari mana aku berasal dan siapa diriku."

Melepaskan tangannya yang dilipat, pria itu menggunakan kedua tangannya untuk menggaruk kepalanya.

"Nama...ku... nama...ku...Sialan, apa perasaan tidak menyenangkan ini!"

Harrigan, Lela dan Ais, wajah mereka semua tampak kebingungan.

"Ane-sama, mungkinkah orang ini, telah kehilangan ingatannya?"

Harrigan mendesah.

"Kalau itu yang terjadi, maka dia tidak tahu apa-apa. Sekarang, apa yang harus kita lakukan?"

"No...Naga...."

Pria itu bergumam seakan mengerang.

"Naga? Apa itu?"

Diminta oleh Harrigan, pria itu melepaskan kedua tangannya dari wajahnya dan berbalik ke arahnya dengan ekspresi bermasalah.

"Aku memiliki perasaan... Bahwa itu bagian dari namaku. Selain itu, aku tak ingat apa-apa lagi. Siapa jati diriku?"

Harrigan merenungkan tentang kata-kata pria itu sambil menyembunyikan keterkejutannya.

(Naga… seperti pada [NagaDragon King]? Apa dia serius tentang itu menjadi bagian dari namanya? Atau orang ini hanyalah orang gila?)

"Nah, kesampingkan hal itu dulu."

Pria itu mengangkat kepalanya.

"Siapa kalian?"

"Kau beralih topik terlalu cepat!"

Harrigan sedikit terkejut.

"Tidak, walaupun aku berusaha keras untuk mengingat, aku tidak akan ingat apa-apa, sehingga mau bagaimana lagi, kan?"

"Hmm, kau punya cara berpikir yang positif. Tidak, bukan, apa kau berpikir ingin mengetahui diriku?"

"Setelah aku berhasil mengingat sesuatu, aku akan memberitahumu. Pertama, katakan sesuatu tentang diri kalian."

"Baiklah."

Begitu dia membetulkan postur duduk di bangku, Harrigan menunjuk dirinya sendiri.

"Aku Harrigan Halliway Haindora, Pemimpin penyihir yang berada di sini."

Pria itu mengerutkan alisnya.

"Penyi…Penyihir? Apa itu penyihir?"

"Jadi kau belum mengetahui tentang hal itu juga?"

Harrigan menatap udara sementara ia merenungkan.

"Fue...mu, menjelaskan kepada orang yang tidak punya petunjuk sama sekali agak merepotkan, bukan?"

Akhirnya, kembali ke posisinya, Harrigan.

"Kalau aku harus menggambarkan penyihir(witch) dengan satu kalimat, maka itu akan menjadi 'wanita yang bisa menggunakan sihir'."

"Begitukah? Aku tidak cukup mengerti, tapi aku juga memahaminya."

"Yang mana?!"

"Aku tidak mengerti tentang hal yang disebut sihir. Tapi, meskipun aku diberitahu kata-kata tidak bisa dimengerti satu per satu, namun dengan banyak waktu berlalu, mungkin aku akan memahaminya, seperti itu. Meninggalkan sesuatu yang tak kumengerti dikemudian hari dan memahaminya sedikit demi sedikit maka itu akan baik-baik saja. Untuk saat ini, aku ingin mengatakan aku memahami hal-hal itu."

"Hou?"

Apa yang mengejutkan Harrigan adalah bahwa pria itu tiba-tiba bisa mempertahankan sikap tenangnya meskipun dilemparkan ke dunia yang berbeda sementara kehilangan ingatan. Di atas itu, caranya menangani situasi saat itu mengejutkannya tenang juga.

(Biasanya, jika satu orang belajar tentang ingatannya yang hilang sendiri, mereka akan merasa terguncang dan bingung, Yah, mungkinkah bahwa 2 atau 3 sarafnya masih normal? Atau mungkinkah bahwa pola berpikirnya sudah rusak?)

"Nah, Apa yang ingin aku tahu, atau lebih tepatnya hal yang harus kutahu, adalah di mana tempat ini, dan tahun berapa sekarang?"

"Kalau aku harus memberitahunya, aku akan mengatakan bahwa itu di bagian dalam 'Black Forest'. Adapun tentang tahun, kalau kita menggunakan kalender dari negara sebelah, itu akan menjadi tahun ke-12 dari Cassandra III. Lalu, menggunakan kalender kami akan menjadi 415 tahun setelah kematian Great Witch, Echidna."

"Seperti yang diharapkan, aku tidak mengerti sama sekali."

Sementara berpikir keras tentang hal itu, pria itu berbicara pelan pada dirinya sendiri.

"Aku punya perasaan seperti aku telah mendengar tentang negara di Barat. Aku ingin tahu apakah mungkin aku di pindahkan ke negara tersebut."

Mendengar kata-kata pria itu, Harrigan

"Negara di Barat...., Apa itu?"

Setelah dia bertanya, pria itu mengalihkan pandanganya ke arah Ais dan Lela dan menjawab.

"Sama seperti kalian berdua, aku berbicara tentang orang-orang yang memiliki rambut merah dan mata biru."

"Rambutku tidak berwarna merah."

"Ah, itu benar. Warna kalian mirip dengan kita."

"Kita? Jadi penduduk duniamu, tidak semua orang di duniamu memiliki rambut hitam yang sama? Kau ingat itu?"

"Tidak, hanyalah sebuah naluri, daripada sebuah ingatan atau pengetahuan, yang kupikir akan lebih dekat dengan naluri tersebut, di duniaku...Tidak, bukan apa-apa."

Pria itu mengubah pandangannya pada Yuuki yang digulung seperti cacing besar, dia berada di dalam tikar, di lantai.

"Sepertinya tidak ada orang yang punya rambut dan warna mata seperti ini."

"Kalau begitu, silakan berbicara apapun yang kau tahu berdasarkan instingmu. Itu akan baik-baik saja bila seperti itu."

"Walaupun kau mengatakan hal itu."

Pria itu melipat tangannya sambil memiringkan kepalanya berkali-kali.

"Setelah aku mencoba untuk memikirkan sesuatu, tidak ada satu hal pun yang kutahu. Kalimat yang kukatakan sebelumnya benar-benar tak ada di dalam ingatanku."

"Ini entah bagaimana mengganggu, bukan?"

Mengatakan begitu, Harrigan membuat wajah masam.

"Rasanya aku tidak terlalu terganggu dengan hal itu. Memang, aku melupakan jati diriku, dan kemudian, aku dilempar ke tempat yang tidak diketahui, tapi, setelah itu, aku diselamatkan olehmu. Juga, tampaknya bahwa kita bisa memahami satu sama lain, sehingga tidak perlu panik atau terburu-buru."

"Kau.... sungguh punya nyali, bukan?"

"Ya, begitulah, Aku hanya berusaha untuk menerima apa yang ada di depanku."

"Itu bukan sesuatu yang harus dilakukan dengan santai, sulit untuk menerima kenyataan di depan mata seseorang."

Meskipun pria itu berpikir bahwa tampaknya ada sesuatu yang lebih dalam dari apa yang dia katakan, dia memutuskan untuk tidak menunjukkan hal itu.

(Aku mungkin tidak harus menggali terlalu dalam pada situasi orang lain. Daripada itu.)

"Jadi apa aku boleh mengatakan masalah besarku sekarang?"

Mengatakan hal itu, Harrigan mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Hou? Apa itu? Coba katakanlah."

"Aku merasa lapar."

Tidak hanya Harrigan, tapi Ais dan Lela juga, terkejut dengan kata-kata pria itu. Akhirnya, meskipun Harrigan sempat terkejut, dia tersenyum mengejek.

"Tidak masalah, itu memang masalah besar. Untuk berpikir bahwa kau akan mengatakan bahwa aku lapar dalam keadaan seperti itu, apakah kau benar-benar orang penting? Atau hanya orang bodoh?"

"Ketika kau lapar, kau tidak bisa bertarung atau jadi akan.... Hmm."

"Apa ada masalah?"

"Tidak…perang...perang? Perang, rasanya aku tak melakukannya tapi apa itu."

"Hou? Perang?, Jika perang, maka kita juga melakukan hal tersebut, walau baru-baru ini, kami belum memenangi apapun. Kami, penyihir, melakukan pertempuran atas dasar persamaan dengan para manusia."

Mengatakan hal itu, Harrigan mengejek dirinya sendiri.

Hm? Pria itu mengangkat wajahnya.

"Manusia? Jadi musuhmu dalam pertempuran adalah manusia?"

"Itu benar. Kami penyihir dan manusia tidak sepaham satu sama lain. Bisa dikatakan bahwa kami adalah.... musuh bebuyutan"

"Aku tidak cukup mengerti. Bagiku kau terlihat seperti manusia, kau benar-benar manusia, bukan?"

"Memang. Hanya saja kita manusia yang dapat menggunakan sihir. Kita tidak mengatakan bahwa kita orang-orang biasa, tapi, manusia masih akan mendiskriminasi kita. Mereka akan membeda-bedakan dan mendiskriminasi kita, karena, manusia biasa tidak bisa menggunakan sihir. Oleh karena itu, mereka akan merujuk kepada mereka yang dapat menggunakan sihir sebagai 'penyihir jahat'. Penyihir adalah musuh alami manusia, itu sebabnya mereka harus membasmi kita."

"Kau makhluk jahat?"

Mendengar pertanyaan sederhana yang diucapkan oleh pria itu, senyum mengejek muncul kembali di wajah Harrigan.

"Dilihat dari sudut pandang mereka yang tidak bisa menggunakan sihir, mungkin tampak begitu."

"Menjadi pihak yang ditargetkan dengan iri dan cemburu oleh orang-orang yang tidak punya kemampuan khusus, bukankah kau pasti berharap mereka sebaiknya menghilang? Memang, mereka orang-orang yang berpikiran sempit."

Harrigan mengarahkan pandangannya yang penuh dengan sarkasme pada laki-laki tersebut.

"Kau juga, apakah kau tak merasa takut dan jijik setelah melihat kekuatan kami?"

"Hah? Memangnya kenapa?"

"Tidak, walaupun kau mengatakan begitu…. Apakah kau tidak takut orang-orang dengan kemampuan khusus? Bukankah itu menakutkan?"

"Apakah kau memiliki kemampuan atau tidak, itu tergantung pada masing-masing orang. Kalau aku harus takut dengan seorang yang memiliki kemampuan khusus yang tidak aku miliki, maka mungkin aku tidak akan bisa hidup di dunia ini. Aku masih tidak tahu apa-apa tentang 'sihir' yang kau maksud, tapi yang aku tahu adalah kau orang yang telah menyelamatkanku. Kalau kau memiliki permusuhan terhadap manusia, kau mungkin telah membuangku."

"Itu benar, aku mungkin telah membuangmu sejak tadi."

Harrigan mengalihkan pandangannya ke Yuuki, yang bergulir di lantai.

"Kalau Yuuki, dia mungkin akan berteriak hal-hal seperti 'membunuh'."

Mengatakan hal itu, wajah pria itu menjadi suram saat ia menatap Harrigan.

"Kenapa hanya gadis ini yang memusuhiku dan siap untuk membunuhku?"

"Walau harus kukatakan."

Sementara menjawab, Harrigan membuat wajah tertekan.

"Rasa benci Yuuki pada pria sudah di batas akhir."

"Meskipun jika ada pria lain, apa dia tak masalah dengan mereka?"

"Tidak, tidak ada laki-laki di tempat kami."

"Apa? Apa artinya itu?"

"Ini seperti yang kukatakan sebelumnya. Kami adalah kelompok yang terdiri dari hanya wanita saja. Pertama, hanya perempuan yang bisa menjadi penyihir. Itu sebabnya penghinaan besar Yuuki terhadap pria tidak pernah meledak hingga sekarang. Anggap saja sebagai sebuah keterkejutan saat kau tiba-tiba muncul."

"Begitukah...? Aku tidak begitu mengerti, tapi aku sedikit memahaminya."

(Apakah itu sikap tidak serius, atau lebih tepatnya sebuah kalimat yang dia rencanakan. Entah bagaimana aku tidak mengetahui apa yang dia pikirkan.)

"Ais, Maaf mengganggumu, tapi bisakah kau membawakan makanan? Aku tidak keberatan kalau itu makanan sisa."

"Ya, Ane-sama."

"Apa perlu aku ban-tu?"

"Itu memang bagus. Tapi kau harus tinggal di sini, Lela. Kalau sihir jimat ini habis, kau mungkin harus menggantinya dengan yang lain."

"Benar."

"Kalau begitu, aku akan pergi."

Melihat Ais pergi, Harrigan menatap pria itu lagi.

"Dengan itu, silakan tunggu makanannya."

"Hahahaha" – karena pria itu mulai tertawa keras, ekspresi Harrigan menjadi sedikit curiga.

"Apa? Ada apa?"

"Ini seharusnya menjadi kelanjutan dari apa yang kukatakan sebelumnya, tapi bagimu untuk membiarkan orang asing sepertiku yang asal-muasalnya tidak diketahui dan membiarkanku untuk makan, tidak mungkin bagimu untuk menjadi jahat."

"Aku senang untuk kata-katamu , tapi tidak semua orang memiliki pemahaman seperti dirimu. Tidak mungkin bagi mereka untuk memahami apa yang benar atau salah. Sebaliknya, itu karena langkanya orang-orang seperti dirimu, dan kita telah berjuang untuk waktu yang lama dengan orang-orang semacam itu."

"Yah, aku tidak mengerti, tapi aku merasa tidak ada akhir yang bahagia pada perang di negara ini, di mana aku tinggal sekarang."

Pria itu mendongak dengan mata yang jauh seakan mengingat ingatan yang telah hilang.

Bagian 5

"Maaf sudah membuatmu menunggu."

Segera setelah itu, Ais kembali sambil memegang sebuah nampan di kedua tangan.

Setelah dia meletakkan nampan kayu di atas meja, dia meraih apel, yang matang di awal musim semi. Ini semacam buah-buahan dan tanaman liar yang berlimpah di Black Forest ini.

"Sekarang aku akan memeras jus buah."

Begitu dia meraih apel di lengan kanannya, ia mengangkatnya di atas cangkir anggur kayu buatan yang ditutupi dengan kain saring. "Ei" mengatakan begitu, dia memeras dengan tangan kanannya.

Apel langsung hancur dan menetes sebagai jus. Melihat itu, pria itu sedikit terkejut.

"Kau punya kekuatan yang luar biasa."

"Kalau itu kepala seseorang, aku dapat dengan mudah menghancurkan itu sendirian. Jadi jangan melakukan sesuatu hal yang mencurigakan, oke?"

(Gadis ini, sungguh menakutkan.)

Karena pria itu bergidik ketakutan, Harrigan tersenyum saat berbicara.

"Bagi Ais, kekuatan lengan dan kekuatan mencengkeramnya hanya sebagian kecil dari kemampuannya. Setelah dia menggunakan sihir, dia dapat lebih meningkatkan kekuatannya. Menghancurkan batu, mengangkat batu-batu besar, mematahkan tulang beruang, dan bahkan menangkap dan melemparkan badak."

"Tulang beruang!? Itu luar biasa. Dan apa itu badak?"

"Mereka binatang besar dengan tanduk yang hidup di dataran. Mereka lebih tinggi dariku dan 10-15 kali lebih berat daripada orang dewasa."

"Dan kau bisa melemparkannya sendiri?"

"Ooh, itu benar. Setelah dia mencengkram tanduknya, dia melemparkan seperti ini- Eiyaah!"

Berdiri dari bangkunya, Harrigan menunjukkan bagaimana Ais melakukannya.

“Ane-sama, kau terlalu melebih-lebihkan hal itu."

Wajah Ais menjadi cemberut.

"Kukuku." – Sebuah senyum terlihat, dan Harrigan duduk lagi.

"Nah, apa kau tidak takut?"

"Memang itu menakutkan, tapi, hal seperti itu mungkin sama dengan seorang pria memegang senjata. Tidak ada alasan khusus bagiku untuk meremehkanmu, kurasa."

(Hmm, itu adalah cara berpikir yang menarik dari pria ini. Apa dia berpikir logis atau rasional? Setidaknya, itu tidak datang dari sentimennya.)

Melihat terlalu banyak orang yang benci terhadap penyihir, Harrigan menjadi tertarik akan respon dan cara berpikir pria ini.

Ais dan Lela yang masih muda, dan tidak pernah menghadapi siapapun langsung seperti Harrigan, tidak bisa dibandingkan dengan cara berpikir dan penilaian sebanyak Harrigan, bagaimanapun, meskipun mereka percaya pembicaraan pria itu tentang dia kehilangan ingatan dan tidak tahu siapapun , mereka terkejut dan kagum pada sikap pria ini yang masih tenang, meskipun ia harus menghadapi situasi yang tidak biasa.

"Karena kami baru saja selesai sarapan, sayangnya, tidak terlalu banyak makanan yang tersisa."

Setelah Harrigan mengatakan begitu, Aisu menyajikan nampan, yang memiliki roti, sup dan sayuran.

Segera setelah ia menerima hal itu, pria itu meletakkannya pada pahanya. Ais menambahkan cangkir anggur mengandung jus yang diperas olehnya di atas nampan.

"Oh, maaf telah merepotkan. Nah kemudian, selamat makan."

Saat ia meraih tangannya ke makanan, dia berhenti bergerak dan menunjuk jimat di dahinya.

"Hal ini cukup mengganguku."

Jimat yang bergelantungan turun sampai ujung hidungnya, memang itu mengganggu saat kau makan.

"Apa baik-baik saja bagiku untuk melepaskannya?"

"Itu benar. Mungkin sebaiknya dilepaskan... tidak, mungkin lebih baik untuk dipasang di leher?"

Setelah mengatakan hal itu, Harrigan melihat Lela.

“Aku berpikir itu tidak akan menyebabkan masalah dalam penggu-nannya."

"Lakukanlah hal itu."

Mengangguk sedikit, Lela melepaskan jimat di dahi pria itu. Lalu berdiri di belakang punggung pria itu, ia membungkukan tubuhnya dan menyambungkan jimat di belakang lehernya.

"Bagaimana? Apa kau masih bisa memahami kata-kataku?"

Pada pertanyaan Harrigan, pria itu mengangkat lengan kanannya sambil mengatakan bahwa tidak ada masalah.

"Nah, kemudian, bolehkah sekarang aku makan? Perutku sudah kelaparan."

Pria itu meraih makananan di mangkuk yang berada di atas nampan dan menempatkan sayuran dan roti di mulutnya satu per satu.

"Aku rasa... Heh? Aku tahu... Ini memiliki rasa yang berbeda, tapi sangat lezat."

“Kau makan atau berbicara? Lakukanlah salah satu dulu."

Tidak hanya Harrigan, tapi juga Ais dan Lela sedang menonton heran karena pria itu makan makanan yang disajikan dengan penuh semangat.

(Orang ini, dia hanya memakannya dengan lahap tanpa menahan diri atau was-was. Apakah dia tidak tahu bagaimana cara untuk berhati-hati pada orang asing? Atau mungkinkah dia mempercayai kami? Apakah dia idiot atau pintar? Apakah dia orang penting atau mungkin orang gila? Aku tidak bisa memahaminya sama sekali. Meskipun begitu, itu sangat mungkin dia bukan orang dari dunia ini. Sepertinya tidak ada gunanya mencari petunjuk, sehingga kita harus mengawasinya untuk sementara waktu. Hal paling buruk, dia bisa saja menjadin keberadaan yang akan mengancam kita nantinya, atau jika ia mencoba untuk menyakiti kita, kita hanya harus membunuhnya, tapi, sebelum saat itu tiba....)

Harrigan melihat sekilas pada Yuuki, yang diikat bulat-bulat dengan tali dan berguling-guling di lantai. Dia menarik napas mendesah.

(Pertanyaan besarnya sekarang, Bagaimana kita mengendalikan Yuuki?)

Bagian 6

Segera setelah Harrigan merenungkan ide itu, Yuuki terbangun.

Sementara setengah terbangun, samar-samar dia melihat ke dalam kamar kepada seorang pria, yang memakan makanannya dengan penuh semangat, yang membuatnya terbangun sekaligus. Yuuki berusaha melompat, bagaimanapun, diikat dengan tali, dia tidak bisa berdiri. Di atas itu, karena dia di bungkam dengan kain, dia tak bisa berbicara. Daripada mencoba untuk memahami bagaimana dia berakhir seperti ini, Yuuki terus bergerak sambil mencoba mengangkat tubuhnya dan terus berteriak pada pria itu.

"Mnn! Mnnnn! Mmmnnnnnn!"

Dengan wajah bingung, pria itu berhenti makan dan menatap Harrigan, Lela dan Ais.

"Aku tidak mengerti sama sekali, apa yang dia katakan?"

Pada pertanyaan pria itu, Lela menanggapi dengan tenang.

"Bunuh, aku akan benar-benar membunuhmu - adalah apa yang dia kata-kan."

"Kau bisa memahaminya?!"

"Itu karena kita telah berteman sejak kita ke-cil."

"Oh, begitu."

Pria itu merasa canggung untuk mengabaikan Yuuki dengan niat membunuh sambil terus makan.

Berpikir tentang apa yang harus ia lakukan, dia memandang Harrigan.

Harrigan mengalihkan pandangannya pada Yuuki, yang terus berusaha berteriak sambil menekuk tubuhnya seperti udang, dan mendesah saat ia menghadap Ais, dengan mengatakan "lakukanlah" dengan tanda matanya.

Ais, yang bergerak maju, berlutut di depan Yuuki.

Menempatkan senyum di wajahnya, dia meraih kedua bahu Yuuki dan menegakkannya sendiri. Karena Ais lebih tinggi dari Yuuki, ia mengangkat Yuuki setara dengan matanya dan jari kaki Yuuki yang mengambang di udara.

Tubuhnya gemetar dan penampilannya yang diikat dalam gulungan, memberi kesan cacing besar yang bergoyang di udara.

Ais mempererat pegangannya pada Yuuki dengan tegas.

"Hmm hmm hmm!"

Wajah Yuuki yang membungkuk kesakitan.

Dengan wajah santai, Lela mentafsirkannya.

"'Ow ow ow'... adalah apa yang dia kata-kan."

Mengangkat lengannya lebih tinggi, Ais mendongak ke wajah Yuuki dan sambil tetap tersenyum padanya lalu mengatakan.

"Bisakah kau berhenti membuat keributan, kau menganggu Ane-sama, Yuuki?"

“Hmm, mnnn, hmm, MNN, hmmmm!"

"'Aku mengerti, aku mengerti, bisakah kau menghentikannya, bahuku terasa sakit'…itu yang dia kata-kan."

(Ada apa dengan cara menyakinkannya?)

Terkejut, pria itu menatap Yuuki dan Ais.

"Aku senang, kau mengerti."

Ketika Ais mengendurkan kekuatan tangannya, Yuuki kehilangan kekuatan dan jatuh ke depan.

Ais tidak akan berhenti tersenyum.

(Si Ais ini, meskipun terlihat lembut, dirinya yang sebenarnya sangat menakutkan.)

Pria itu tak bisa menyembunyikan keterkejutannya atas perbedaan atas penampilan Ais diluar dan didalam.

"Kalau begitu, kau akan tetap patuh sampai orang itu selesai makan, oke? Tapi, aku tidak mengatakan tak masalah untukmu membuat keributan setelah itu. Kau mengerti?"

kaku kaku kaku - Yuuki menggeleng tanpa kekuatan.

"Ah, aaah, aku tercekik!"

Yuuki mengambil napas dalam-dalam.

Ais, mulai mundur.

"Dengan itu, silakan lanjutkan makanmu."

Dia mendesak pria itu.

"Tidak, walaupun aku bilang silakan, itu sungguh baik-baik saja?"

Dengan kecurigaan tersebut, pria itu memandang Harrigan.

"Aku tidak keberatan. Silakan makan dengan cepat. Setelah itu, aku ingin bicara sebentar."

"Itu benar. Aku juga ingin mengajukan beberapa pertanyaan, jadi aku harus menyelesaikan makanku sekaligus."

Pria itu meraih piring lagi.

"Meskipun begitu, kenapa kau menyimpan dendam kepada laki-laki? Apakah sesuatu terjadi padamu sebelumnya?"

Ketika pria itu berbicara acuh tak acuh, pada saat yang sama, padangan Yuuki menjadi suram.

Sambil menunduk, sebuah gumaman kecil datang dari mulut Yuuki.

"Jangan....membahas....hal...itu."

"Haa? Aku tidak bisa mendengarmu."

Berada di posisi digulung, Yuuki melengkungkan tubuh bagian atas sambil mengangkat wajahnya.

Dengan ekspresi sangat marah, dia memelototi pria itu dan membentaknya.

"Jangan membahas hal itu di depanku!"

Meskipun berada di dalam ruangan, angin muncul, terkena wajah dan tubuh Naga.

Bahkan sampai saat tadi, ia hanya berbicara tentang 'bunuh', 'usir' laki-laki, bagaimanapun juga hal itu berbeda daripada sebelumnya.

Pria itu melompat mundur secara refleks dan menyentuh pinggang kirinya, bersiap pada posisi menyerang.

Tidak merasakan sensasi di tangan kanannya, pria itu melihat di pinggang kirinya dan mendecakkan bibir.

(Tidak ada, sejak kapan....)

"Ini buruk!"

Harrigan berteriak tajam pada Ais.

"Hentikan dia!"

Tali yang diikat ditubuh Yuuki mulai berpisah. Pada saat yang sama, Ais melompat ke arah Yuuki.

"Hal seperti laki-laki, hal-hal seperti laki-laki, bunuh, bunuh, bunuh, aku akan membunuh mereka semua."

krek

Mendengar suara aneh, setelah pria itu mengalihkan pandangannya ke arah mereka, Ais memutar leher gadis itu dari belakang saat ia terpaut padanya.

Mata Yuuki berubah putih dengan kekuatannya meninggalkan tubuhnya.

"Itu berbahaya, bukan?"

Ais masih terus dalam posisi memutar leher Yuuki sambil tersenyum ke arah pria itu.

"Tidak.... Bukankah lehernya akan patah? Apa dia baik-baik saja? Matanya tampak telah berubah menjadi putih."

Melihat ke bawah, Yuuki yang tubuhnya kehilangan kekuatannya, Ais berbicara dengan cara acuh tak acuh.

"Tentu saja, itu akan baik-baik saja. Yuuki cukup kuat."

"Be...begitukah? mungkin dia baik-baik saja, tapi tadi itu...."

Pria itu mengalihkan wajahnya ke arah Harrigan dengan maksud ingin bertanya, namun, ekpresinya tampak rumit.

"Jangan menanyakan alasan di balik kebencian Yuuki pada pria. Aku juga, rasanya tidak ingin menjelaskannya padamu."

"Aku mengerti. Aku akan berhati-hati mulai sekarang."

"Terima kasih. Daripada itu, habiskan makananmu dengan cepat."

"Tidak, itu tidak bagus, perutku sudah kenyang, dan aku tidak enak makan setelah membuat seseorang marah dengan kata-kata kasarku tadi."

"Begitukah?"

"Ya, sudah cukup. Terima kasih untuk makanannya, itu lezat."

Setelah pria itu kembali ke sikap santainya lagi, ia menundukkan kepalanya ke arah Harrigan.

"Kau telah menyelamatkanku, jadi aku ingin mengucapkan terima kasih. Jika itu bukan karenamu dan telah memberiku makanan ini, aku mungkin sudah mati seperti anjing kelaparan."

"Ini bukan masalah besar, jadi aku tidak keberatan dengan hal itu."

"Tidak, jangan begitu, aku menganggap hal ini adalah masalah besar. Hanya beberapa saat yang lalu, beberapa kata muncul di dalam kepalaku, seperti [utang untuk menginap semalam dan makanan] tapi, rasanya itu berlaku dalam situasiku sekarang. Itu sebabnya aku takkan ragu untuk berterima kasih."

"Kau tidak perlu mengangapnya serius."

Mengatakan hal itu, sepertinya Harrigan tidak dalam suasana hati yang buruk.

Pria itu membungkuk pada Ais dan Lela pula.

"Terima kasih sudah menyelamatkanku, terima kasih."

"Tidak, tidak perlu melakukan hal itu."

"Jangan khawatir tentang hal itu."

Menjadi orang yang diucapkan terima kasih oleh pria, Lela dan Ais tampaknya merasa sedikit puas, namun Ais masih terus menekuk leher Yuuki sambil memiliki banyak ekspresi aneh.

"Kalau begitu, bisakah kita berbicara sebentar?"

Mengatakan hal itu pada pria tersebut, Harrigan memberikan instruksi kepada Lela dan Ais.

"Aku akan bicara sesuatu hal dengan orang ini. Lela, tetaplah di sini. Ais, bawalah Yuuki ke kamarmu dan bangunkan dia. Tapi, tetaplah awasi dia agar tidak melakukan tindak kekerasan."

"Ya, Ane-sama."

"Dan kalian berdua, jangan katakan pada gadis-gadis lain tentang pria ini, kalian paham?

"Ya, Ane-sama."

"Mengerti."

"Nah kemudian, ikutlah denganku."

Diajak oleh Harrigan, pria itu meninggalkan kamarnya.

Bagian 7

Ruangan yang Harrigan tuju adalah ruangan untuk belajar.

Ada sebuah rak buku yang berbaris dengan buku-buku yang berjajar hingga ke dalam kamar tidur.

Namun disetiap sisi terdapat empat dinding yang ditempatkan dengan rak buku yang menjulang tinggi dan berjajar buku yang tak terhitung.

Kamar tersebut memberi kesan seperti sebuah ruangan yang terkubur dengan buku.

"Kau seorang kutu buku, kah? Aku bahkan tidak tahu jenis buku yang ada disini."

"Ini sangat diperlukan untuk penelitian dan pengembangan sihir. Daripada itu, duduklah."

Pria yang berdiri di samping rak buku sambil menatap sekeliling, mulai berbalik.

Duduk di bangku kayu, Harrigan menunggu orang itu untuk duduk pula.

"Karena kau telah kehilangan ingatanmu, aku akan menahan diri dalam mengajukan pertanyaan pribadi. Sebagai gantinya, aku berpikir untuk memberitahumu lebih banyak tentang kami."

"Itu akan sangat membantu. Aku juga ingin belajar dengan cepat tentang dunia ini dan dirimu."

"Aku akan menjelaskan secara umum dan singkat. Mungkin ada hal-hal yang tidak kau mengerti, tapi tinggalkan pertanyaan itu untuk nanti."

Intinya kau hanya harus mendengarkan saja.

"Ya, aku mengerti. Kalau begitu akan kuserahkan padamu."

Bagian 8

"Pertama, aku akan memberitahumu lebih lanjut tentang perang antara penyihir dan manusia. Sama seperti yang kukatakan sebelumnya, kita direndahkan dan diasingkan oleh manusia karena kita memiliki kekuatan yang tidak biasa. Sambil terus melawan manusia, populasi kita terus menurun, dan itu bukan hanya klan kami saja. Saat ini, seluruh ras penyihir populasinya terus menurun, ras kita telah diambang batas kepunahan."

"Namun, alasan terbesar di balik itu adalah jumlah kita. Jika aku harus mengatakan mengapa, itu karena kita akan kehilangan kekuatan setelah kami melahirkan anak. Ini tidak seperti kita akan kehilangan langsung kekuatan kami, tapi jelas itu sebuah kerugian besar untuk kita."

"Itu sebabnya, kita tidak bisa santai melahirkan anak. Setelah penyihir berkurang kekuatan sihirnya, satu-satunya pekerjaan yang tersisa baginya adalah membesarkan anak."

"Pasangannya adalah seorang pria, kau tahu, kan? Mereka akan dipilih oleh kemauan kami sendiri. Bagi kami, ayah tidak memainkan peran besar. Masalah lain adalah bahwa anak yang lahir tidak selalu memiliki kualitas sebagai penyihir. Karena itulah, kita tidak tahu anak tersebut memiliki kekuatan sihir atau tidak. Itu sebabnya jumlah kami sulit meningkat."

"Jika itu dulu, itu masih sedikit lebih baik. Beberapa waktu yang lalu... ketika manusia tidak begitu banyak dan negara-negara yang didirikan oleh manusia tidak begitu kuat. Waktu itu, kami lebih kuat dari sekarang dan banyak orang yang mengakui kami, bagaimanapun, waktu telah berubah."

"Orang-orang melewati pegunungan, menciptakan kota baru dan bermunculan lebih banyak lagi. Bahkan sekarang mereka melakukannya. Mereka mengembangkan sistem pertanian dan jumlah panen yang mengakibatkan pertumbuhan alami penduduk. Kemudian, orang-orang mulai menyebar kesana-sini, meningkatkan konflik antara kedua belah pihak."

"Kita juga tidak bisa melupakan pengaruh perluasan gereja. Bagaimanapun, mereka musuh kita yang sebenarnya. Alasan mengapa tidak ada kesesuaian antara manusia dan penyihir adalah karena pengaruh mereka. Sementara mengkambing hitamkan kami sebagai orang sesat, mereka juga menyebarkan berita bahwa orang-orang seperti kami harus dimusnakan. Semakin dalam mereka menacapkan akar di dunia ini, semakin banyak pula pengaruh yang mereka miliki, membuat kita menjadi musuh manusia."

"Ketika manusia mulai mengakui kami sebagai musuh mereka dan setiap kali mereka memiliki kesempatan atau celah, mereka akan merebut tanah kami."

"Mencoba untuk memusnahkan kita, mereka memulai serangan. Kami lebih unggul dalam hal keterampilan tempur individu, namun, mereka memiliki jumlah kekuatan yang melebihi kami. Walaupun kita bisa menggunakan sihir, menghadapi beberapa ratusan tentara manusia... adalah tugas yang mustahil."

"Karena itu, tanah kami secara bertahap di ambil alih. Bahkan sekarang, kami telah mundur cukup jauh hingga ke Black Forest."

"Ah, selain kami, ada beberapa ras lain yang hidup di hutan ini. Tapi, kami tidak memiliki hubungan yang baik dengan mereka."

"Tampaknya bahwa manusia menggambarkan kita semua dengan istilah 'Negara Penyihir' tapi, aktivitas kami tidak termasuk integrasi mendalam dengan klan lainnya. Dulu, ketika Great Witch masih hidup, klan memiliki koneksi kuat dengan satu sama lain. Meskipun begitu, kami semua masih diperlakukan sama oleh manusia."

"Kami akan menjadi yang pertama untuk menahan pasukan kerajaan Kasandora, karena mereka negara manusia terdekat dengan kita. Entah bagaimana kami menolak untuk bertempur pada saat ini, tapi kita tidak tahu berapa lama kita bisa tetap menolak. Jika kita kalah, seluruh Black Forest mungkin akan berada di tangan manusia. Akan berbeda ceritanya jika klan lain ikut bergabung, tapi..."

Harrigan berbicara samar-samar tanpa kemarahan, tidak ada ekpresi kegembiraan di wajahnya.

"Maka di sinilah benteng kami. Dihitung dengan yang satu ini, mayoritas dari mereka yang berjuang bertahan di benteng yang terletak di hutan ini. Anak-anak dan orang lansia di sebuah desa tersembunyi. Aku akan mengatakannya, tapi aku tidak bisa membawamu ke sana, dan aku belum punya banyak kepercayaan padamu."

"Aku memahaminya."

Pria itu mengangkat tangannya untuk mengekspresikan mengerti.

Setelah menyelesaikan penjelasan secara umum, Harrigan mendesah dan berkata, – "kalau begitu".

"Aku menjelaskan secara luas tentang kami dan situasi kita saat ini, tapi apa kau sudah memahaminya?"

"Benar. Aku tidak cukup mengerti, tapi aku memahami pada umumnya."

"Itu sebabnya! Mana maksudmu!?"

"Tentang itu. Aku bisa memahami kira-kira dengan yang kau katakan, tapi, bagaimanapun juga, untuk mengetahui hal-hal secara detail, satu-satunya hal yang dapat kulakukan adalah untuk mengalaminya sendiri... atau semacam itu."

Fufu – Harrigan tersenyum senang.

(Huh, sungguh seorang pria yang menarik. Nah, mengesampingkan apakah dia orang yang pintar atau bodoh, itu tak masalah jika dia tidak takut pada kita.)

Harrigan mulai memiliki minat pada orang di depannya. Tidak, mungkin dia tertarik dengan pria itu sendiri.

Pria yang turun tiba-tiba dari langit.

Bahkan untuk seorang penyihir terkenal seperti Harrigan, sihir yang bisa mengirim orang ke tempat yang jauh, dia belum pernah melihat atau mendengarnya. Belum lagi, daripada dikirim ke tempat yang jauh, tampaknya lebih seperti ia menyeberangi ruang-waktu dari tempat lain.

Harrigan berpikir tentang keinginan untuk menyelidiki fenomena itu.

Dan bukan hanya itu.

Dia juga ingin belajar lebih banyak tentang manusia itu sendiri.

Seorang pria, yang bisa menerima situasi dengan tenang seperti itu, meskipun dilemparkan ke dalam dunia yang berbeda.

Seorang pria yang tidak terpengaruh oleh emosi, dan memiliki tekad kuat untuk berkewajiban membayar utang atas 'makan dan tinggal semalam' dan seseorang itu tidak membeda-bedakan antara kami penyihir dan manusia.

Pria, yang memegang nama Naga.

Yang Harrigan tahu, kata itu mungkin berasal dari 'naga' atau 'raja naga'.

Dia tidak tahu apakah namanya berasal dari kata itu. Namun, pria yang jatuh dari langit, yang namanya memiliki arti 'naga' bisa berarti sesuatu. Karena itu, Harrigan tidak berencana untuk melepaskan pria ini. Meski begitu, sebagai kepala klan, tidak ada cara baginya untuk memprioritaskan kepentingan pribadinya. Berbicara jujur ​​tentang diri mereka sendiri, dia menempuh jalur tanggapan pria itu.

Seperti yang diharapkan, pria itu menunjukkan respon sesuai dengan pikirannya. Dia tidak takut pada kami atau menolak kami. Di sisi lain, ia biasanya akan melakukan kontak dengan mereka tanpa bersimpati apapun. Itu bukan sikap yang ada di dunia ini.

Dengan asumsi bahwa orang itu memang berasal dari dunia yang berbeda, mungkin, berbicara dengan dia bisa membuka jalan bagi masa depan klan-nya.

Tidak ada alasan khusus, atau prinsip-prinsip yang ditetapkan untuk itu. Sebaliknya, itu adalah intuisinya sebagai pemimpin klan.

Harrigan telah memutuskan.

Dia memutuskan untuk mengurus orang ini sebagai bagian dari klan-nya. Jika dia menjadi beban, itu baik-baik untuk membuangnya, dan jika ia berniat untuk melakukan kejahatan apapun, seharusnya tidak ada masalah dalam membunuh dia.

Begitulah kesimpulan Harrigan ini.

Bagian 9

Setelah ia mengungkapkan kehadiran pria itu pada orang lain dan mengatakan bahwa dia bermaksud untuk bekerjasama dengannya, keberatan dan keraguan terus menerus diungkapkan oleh para penyihir. Tanpa ada siapa pun, yang akan menyetujui, jika itu bukanlah sesuatu yang diputuskan oleh Ane-sama, Lela dan Ais hanya akan menunjukkan persetujuan pasif tanpa melawan. Namun demikian, pada akhirnya, semua orang akhirnya mengakui pria itu, pada kondisi mengacuhkan dia saat dia menyebabkan masalah.

Yuuki adalah satu-satunya, yang akan terus menentang sampai akhir, dia sangat tegas, dan juga keras kepala. Pada akhirnya, setelah menyakinkan dan menjelaskannya, Harrigan berhasil meyakinkan Yuuki.

"Ini adalah apa yang sudah diputuskan dan aku tidak bermaksud menentangnya."

"Kalau Harri-nee mengatakan begitu, itu bagus. Apapun yang terjadi, aku tidak peduli."

Mengatakan begitu, Yuuki menjadi benar-benar marah, namun dia tampaknya tidak melakukan sesuatu di luar jalur, seperti membunuh orang itu atau mengusir dia keluar dari desa. Karena itu, Harrigan beranggapan akan baik-baik saja untuk membiarkannya saja untuk saat ini.

Itu akan menjadi masalah untuk mengurus seorang pria, tapi, bagaimana seharusnya mereka mengurusnya? Untuk saat ini, itu bukanlah masalah yang bisa dikesampingkan begitu saja.

(Karena pria ini mengatakan bahwa ia berpikir namanya adalah Naga atau sesuatu, tidak mungkin bagi kita untuk mengabaikan hal itu. [NagaDragon King]... Apa kita harus memanggilnya begitu? Aku berpikir nama itu terlalu berlebihan untuknya. Jika itu untuk menjadi raja naga asli, mungkin dia akan marah dan kalau kita menganggap itu sebagai nama panggilan saja, mungkin hal itu akan baik-baik saja.)

Berpikir begitu, Harrigan memutuskan untuk memanggil pemuda itu sebagai Naga.

Heh? Begitulah hasilnya – Setelah mengumumkannya, itu akan menjadi alami bagi seseorang untuk terkejut. Meski begitu, mayoritas penyihir tertawa sebagai gantinya.

Tertawa mereka memiliki unsur mengejek.

"Itu tidak cocok untuknya."

"Nama itu sungguh aneh."

"Apakah dia telah membunuh raja naga asli?"

Seperti itulah ejekan dari para Penyihir

"Kenapa kalian mengatakan hal seperti itu?"

Meskipun Harrigan membelanya, pria itu tetap tenang.

"Pertama, aku tidak tahu apa itu raja naga."

Apakah ia seorang individu yang penting atau bodoh? – Harrigan, yang tidak bisa mengira apa yang dipikirkannya mulai terkejut.

(Tak masalah, kalau dia hanya bodoh, dia mungkin tidak akan berguna, tapi kalau dia seorang pintar yang terlihat bodoh maka mungkin dia bisa menghasilkan sesuatu. Haruskah aku mengawasinya untuk saat ini?)

Bagian 10

Bagian 11

Bagian 12