Bab 5: Sebelum Dunia Ini Berakhir - B

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

SukaSuka Chapter 5.png

Tatkala kelamnya malam menghampiri, sesosok 'Makhluk buas' yang melolong berdiri di pusat kelabu nan membentang. Suaranya tak menyebabakan udara bergetar maupun membuat suara. Dan tentunya, dalam jangkauan teriakkannya, tak ada satupun makhluk hidup.


Jadi, tak ada apapun di sana yang ada untuk mendengar maupun mengerti suara dari sang Shiantor, 'Makhluk Buas Pertama'. Namun begitu, sang 'Makhluk Buas' melanjutkan lolongannya, tanpa lelah, tanpa putus asa, atau bahkan sudah tidak mengerti kedua hal tadi, untuk selama-lamanya, mengeluarkan suara tak berarti yang tak sampai pada telinga siapapun.


Jika dilihat dari Regul Aire, pemandangan kelabu sana mungkin nampak sama, namun jika kamu turun ke tanah bawah, kamu akan terkejut karena permukaan yang tidak rata dan naik-turun di sana. Yang dulunya adalah bukit, kini lereng dengan gundukan pasir. Dulu pernah ada gunung yang memuncak pada puncak kelabu itu. Dan pada tempat di mana bangunan dari batu pernah berdiri, kamu akan menemukan reruntuhan, di sana masih ada bekas arsitektur lama. Karena ini, para pemburu bisa mencari sisa-sisa dari peradaban yang dulu dari reruntuhannya.


Sekarang, kita bicarakan tanah yang ada di bawah kaki sang 'Makhluk Buas' yang melolong. Sekitar lima abad lalu, ada kota kecil di sini. Di sana tidak begitu makmur dan tidak memiliki industri yang mencolok, namun yang dimilikinya adalah sejarah panjang. Dari bebatuan yang jadi ubin dan pepohonan yang tertanam bersamanya dan tempat pemberhentian wagon patroli, semuanya sampai ke apartemen-apartemen murahnya, setiap yang ada di kota ini seakan berdiri dengan bangganya dan memiliki semacam sifat yang seakan berkata 'Aku telah di sini untuk ratusan tahun, lho'.


Panti yang ada di pinggiran kota pun termasuk. Awalnya merupakan sebuah TK tua, bangunan yang dialihfungsikan ini berdiri dengan kukuh dan bisa mengingatkanmu masa lalunya yang sangat panjang. Dengan kata lain, bangunan ini sudah rusak. Setiap kali hujan turun ataupun angin bertiup, penghuninya akan sibuk dengan papan kayu dan palu yang sudah disiapkan.


Kota ini populasinya sekitar tiga ribu. Dan di panti, sekitar dua puluh. Itu 536 tahun yang lalu. Kini, pemandangan itu hanya ada dalam ingatan dari seseorang.


Dan sekarang, sang 'Makhluk Buas' terus melolong, mengeluarkan teriakkan demi teriakkan yang tak tertuju ke manapun maupun sampai ke manapun.


Biar kuberitahu sebuah rahasia.


Dikatakan bahwa pimpinan Elven bisa berkomunikasi hanya dengan pikiran mereka, tanpa perlu membuat getaran di udara. Apa yang sang 'Makhluk Buas' ini lakukan kurang lebih sama seperti itu: sebuah telepati yang hanya bisa dimengerti oleh spesies yang struktur mentalnya sama.


Dan ketujuh belas 'Makhluk Buas' ini spesiesnya berbeda-beda satu sama lain. Kata-kata sang Shiantor hanya bisa dimengerti oleh Shiantor lain.


Dan sang Shiantor ini adalah satu-satunya dalam spesiesnya. Keberadaannya yang sudah sangat dekat dengan kesempurnaan, hanya ada dalam sebuah tubuh. Meski dicari di seantero jagat pun tidak akan bisa ditemukan yang sepertinya.


Jadi, suara sang 'Makhluk Buas' ini pun takkan sampai ke manapun atau siapapun. Ia akan terus melagukan simfoni tanpa suara, seakan telah ia lakukan dari sejak ia pertama datang dalam dunia ini, dan seakan terus melakukannya untuk selamanya.


Ayaaah.


Teriakkan sang 'Makhluk Buas' yang sendiri, tanpa menyentuh siapapun, tanpa didengar siapapun, hanya meleleh ke dalam maha gurun kelabu ini dan menghilang.



















Bab 4: Tatkala Perjuangan Ini Berakhir Halaman Utama