Difference between revisions of "Boku wa Tomodachi ga Sukunai:Jilid2 (LOL)"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m (added link to previous/next chapter)
 
Line 551: Line 551:
   
 
Yozora dan Sena berteriak dari lubuk hati mereka pada Yukimura yang memasang tatapan penuh tanda tanya.
 
Yozora dan Sena berteriak dari lubuk hati mereka pada Yukimura yang memasang tatapan penuh tanda tanya.
  +
  +
<noinclude>
  +
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
  +
|-
  +
| Mundur ke [[Boku Wa Tomodachi Ga Sukunai:Jilid1 Kata Penutup|Jilid 1]]
  +
| Kembali ke [[Boku wa Tomodachi ga Sukunai Indonesian|Halaman Utama]]
  +
| Maju ke [[Boku wa Tomodachi ga Sukunai:Jilid2 Takayama Maria|Takayama Maria]]
  +
|-
  +
</noinclude>

Latest revision as of 08:47, 1 September 2012

(LOL)[edit]

Hasegawa Kodaka, 16 tahun.

Akademi Saint-Chronica, angkatan 2 kelas 5.

Putra dari Ayah Jepang dan Ibu Inggris.

Meski rambutku pirang, ada banyak tempat yang dihiasi oleh warna teh.

Aku punya wajah garang, yang normalnya memicu kesalahpahaman dari orang lain.

Akhir Mei ini, aku pindah ke kota ini (lebih tepat dibilang kalau aku kembali), dan tinggal bersama Adik perempuanku.

Itulah informasi pribadiku.

...........Ah—aku tak bisa tidak mengatakannya.

...........Aku tak punya teman.

Karena aku terlihat seperti preman, dan banyak hal terjadi, aku benar benar dikucilkan oleh siswa siswa sekelasku.

Tapi, karena itulah aku, entah kenapa,memutuskan bergabung dalam klub.

Sepulang sekolah, yang perlu kulakukan hanya menuju ruangan klub.

Di kapel indah Akademi, ’Ruang Pertemuan #4’.

‘Klub Tetangga’—hanya dengan mendengar nama itu kalian akan tahu kalau klub semacam ini tak pernah ada. Bahkan orang orang yang mendengarkan penjelasannya tak akan tahu aktivitas macam apa yang dilakukan disitu.

Mendapatkan teman.

Inilah tujuan dari ‘Klub Tetangga’.

Bermain Game, Akting, Menulis buku, atau sekedar bermalas malasan.

Hari ini aku juga berjalan menuju ruang klub.

Meninggalkan gedung sekolah, berjalan di atas rumput hijau Akademi, memasuki kapel dan membuka pintu di ruang pertemuan #4.

Didalamnya tengah berdiri gadis cantik pirang yang mengenakan topi botak.

“.....................”

Aku berhenti berpikir untuk sesaat.

“.............Maaf,aku salah masuk ruangan.”

“Hei, tunggu dulu Kodaka!”

Saat aku bermaksud pergi seolah tak ada apapun terjadi, si gadis cantik (mengenakan topi botak) tiba tiba menghentikanku.

“.................”

Dalam kebingungan, aku kembali masuk dalam ruangan.

Mengenakan topi botak, si gadis muda cantik—Sena Kashiwazaki, menundukkan kepalanya sambil tersipu,dan diam diam melirikku. ”Ini,ba-bagaimana kelihatannya?” tanyanya padaku.

“Eh, itu..........”

Aku berpikir untuk sesaat.

“............Itu sangat, sangat cocok untukmu, eh?”

Aku ragu ragu sebelum menjawab.

“Be-begitukah? Makasih........”

Setelah Sena tersenyum padaku, ia tiba tiba memelototiku dengan jengkel.

“---Apa,bukan itu maksudku,bego! Bagaimana bisa benda ini cocok buatku! Ini botak,BOTAK!”

Sepertinya dia sangat marah.

“Terus, aku harus bilang apa?”

“Pertanyaannya bukan apa aku terlihat bagus atau tidak, tapi bertanya padamu apakah ini lucu!”

“.........Lucu?.........Ah!..........”

Ternyata soal yang kemarin.

Di ruang Klub Tetangga, Ketua kami (seharusnya) Yozora Mikazuki mendadak berbicara,

“Untuk mendapat teman, ada sesuatu yang harus dipenuhi—yaitu ‘tawa’.”

“Tawa?”

Orang lain dalam ruangan—aku, Sena, dan si kelas satu Yukimura Kusunoki, semuanya terkejut.

“Yup, itu adalah ‘tawa’.”

Yozora mengangkat kepalanya penuh semangat.

“Kemarin, saat aku membuka internet, ada artikel yang menulis kalau orang orang yang cepat populer bukan mereka yang bertampang bagus, atau prestasi baik maupun atletisitas, namun orang orang yang ‘lucu’.”

“Mungkin seperti ini.............”

Aku menunjukkan persetujuanku.

“Di sekolahku sebelumnya ada orang seperti itu,biarpun dia nggak atletis dan prestasinya jelek, dia sangat humoris dan selalu bisa membuat orang lain tertawa. Karena itulah selalu banyak orang yang berkumpul di sekitarnya.”

Di sekolahku sebelumnya, ia kebetulan semeja denganku.

Sehari sebelum aku pindah, kami mengadakan pesta perpisahan di restoran keluarga (Sistem AA), dan setelah aku pindah,hubungan itu lenyap, dan takdirku, seperti itu, pupus sudah........

Kalau kupikir pikir lagi, sejak kami memasuki restoran keluarga, sampai selesai, orang ini selalu memanggilku ‘Hasegawa’..........

.............Apa dia memang pernah.............menjadi temanku...........

“Hei, kenapa kamu menangis?”

Sena bertanya padaku, dengan ekspresi kaget.

“Aku nggak menangis! Kenapa aku musti menangis...........”

Aku dengan cepat menyeka sudut mataku.

“Po-Pokoknya, aku juga setuju dengan ide Yozora, orang orang humoris cepat populer dengan semua orang!”

“Huh.......biarpun aku nggak terlalu paham, apa benar ada sesuatu yang seperti itu?”

Sena,terkejut, menyandarkan kepalanya ke samping, berpikir sejenak, lalu berujar.

“Orang yang jelek, dengan nilai jelek dan atletis payah, bisa menjadi populer hanya dengan menjadi lucu. Kalau orang yang sangat cantik, ahli dalam tata bahasa dan strategi militer, dan bisa dideskripsikan “Dicintai oleh Tuhan’ seperti aku, kalau orang itu bisa jadi humoris, bukankah orang itu akan menjadi yang terbaik di dunia? Kalau begitu aku bisa memiliki kharisma Dewa!”

“Jijik.”

Paa

Yozora menampar hidung Sena yang tak sigap yang terus memuji dan menyombongkan dirinya.

“—Ah! Apa yang kamu lakukan!”

Yozora, sambil melihat wajah berkaca kaca Sena, dengan dingin berujar dengan wajah tak keren.

“Itulah bagian dari menjadi lucu, yang dikenal sebagai tsukkomi.”

“Tentu saja aku tahu apa itu tsukkomi, tapi aku nggak berakting sebagai boke!”

“Jijik!”

“Ah,”

Yozora menyerang lagi dengan apa yang dia sebut tsukkomi, membuat Sena berusaha mencoba dan menghindari serangan.

Namun gerakannya terlalu berlebihan, sehingga ia akhirnya menabrak meja.

“~-~-~-~-~!Whaa...........”

Yozora berujar pada Sena, yang masih meringkuk sambil menangis di lantai.

“........Oh, kamu mencoba memakai bahasa tubuh untuk membuat orang ketawa, kamu hebat juga.”

Sena tertawa dengan paksa sambil mencoba untuk tidak menangis.

“Hu, huhuhu, karena aku sempurna........membungkuklah di hadapan kharismaku!”

“Re........si...........du........”

“Itu kharisma!” (catatan : Kharisma dan residu punya pelafalan hampir sama dalam bahasa Jepang,kurasa)

“Memanggilmu residu itu sudah cukup,daging!”

Yozora berteriak dengan dingin.

Saat itu, Yukimura sepertinya sudah memikirkan sesuatu, membuka mulutnya dan bertanya padaku,

“Meski saya tidak paham, Aniki ingin membuat semua orang tertawa,benar?”

“Mhmm. Dengan itu kamu bisa jadi lebih populer.”

Sambil menunjukkan senyuman hangat, Yukimura berkata.

“Kalau seperti itu maka terlalu simpel.”

“Eh?”

“Aniki hanya perlu berkata ‘Tertawa!’ sebagai perintah dan selesailah sudah. Kalau Aniki mengharapkannya, maka saya akan tertawa di hadapan anda meskipun saya berada di tebing gunung dengan lautan api di bawahnya.”

“Nggak, membuat orang tertawa bukan dengan cara semacam itu.”

“.........?”

Yukimura sepertinya tak mengerti apa apa setelah mengatakan itu, dan memiringkan kepalanya ke samping sambil menatapku yang tengah meneteskan keringat dingin ini.

Yang jelas, kita semua memutuskan kalau ingin berlatih membuat orang tertawa, masing masing orang akan menyiapkan ‘sesuatu yang menimbulkan tawa’, dan menampilkannya.

‘menimbulkan tawa’........aku tak menyangka Yozora akan mengusulkan metode masuk akal itu.

Kenyataannya, komedian dan gadis cantik idola sering terdengar melakukan hal seperti itu.

Komedian seri Shiguchimoto, George Toriki, tampangnya seseram gangster, namun sangat populer bagi semua orang. Meskipun ia sangat tampan, musisi GYACKT memberikan kesan menakutkan yang membuatnya sulit didekati, namun sejak ia mengikuti talk show untuk menampilkan sisi humorisnya, popularitasnya meningkat dan membuat para fansnya menyebar mulai dari wanita muda sampai pemirsa segala usia.

Singkat kata, kalau aku bisa berlatih membuat orang tertawa, mungkin aku akan sepopuler George Toriki atau GYACKT.

Dibandingkan orang yang menilai penampilan luarnya, ”Jelas jelas tampangnya seperti itu, tapi aku tak menyangka kalau dia itu humoris.”, kontras semacam itu, akan memberi hasil yang lebih besar.

Sempurna..........’membuat orang tertawa’ adalah keahlian yang cocok untukku.

“Ahaha............”

Aku mencoba menghindari perhatian para penumpang dalam trem, dan mulai tertawa di pojokan.


Akhir dari kenang kenangan.

Kemudian, hari ini.

“Hei, lucu kan? Sangat lucu? Jangan malu malu dan tertawalah sesuka hatimu!”

Mengenakan topi botak, Sena mengatakan itu sambil melipat tangannya dengan gaya arogan.

“Kamu bilang itu lucu, tapi aku nggak paham bagian mananya yang lucu............”

Tak peduli berapa kalipun mencoba, aku tetap tak bisa tertawa.

“Kenapa kalian tak paham lelucon semacam itu? Bukankah selera humor kalian itu aneh?”

“..........Ngomong ngomong, kenapa kamu memilih topi botak?”

“Ini dijual di sudut komedi di Toko Mainan. Dan tertulis di bungkusnya kalau benda ini dijamin membuat orang meledak tertawa dalam pesta pesta.”

“Kamu benar benar mempercayai itu.......”

“Hn, bahkan humor semacam itu tak bisa kalian pahami. Kodaka, selera humormu dan Yozora itulah yang membuat orang tidak bahagia.”

“Orang yang punya selera humor aneh itu kau,daging! Sudah kuduga, sebagai gumpalan daging, sulit bagimu memahami keahlian level tinggi itu.”

Yozora sedikit tertawa sambil mengatakan itu............eh, Yozora?

Duduk di sofa dimana aku hanya bisa melihat punggungnya, rambutnya menjadi pirang.

Wajah itu, memang wajahnya Yozora.

“Kenapa rambutnya pirang!?.......”

“Ini hanya wig pirang.”

Sebetulnya, diatas wig pirang, ada banyak tempat yang menunjukkan rambut hitamnya.

“Kenapa wig pirang!?”

“Inilah ‘komedi’ yang akan kutampilkan.”

Yozora mengucapkan kata kata aneh itu.

“Inilah Cosplay terlucu di dunia. Bagaimana, Kodaka, ini lucu bukan? Sekarang, tertawalah!”

“.................”

Aku tak paham apa yang kamu katakan.

“Hah, apanya yang lucu dari itu.”

Sena memberikan cibiran kecil berisi sindiran.

Yozora sepertinya tak puas melihat reaksi kami, dan ekspresi wajahnya kembali menjadi mimik tak bahagia seperti biasanya.

“Huh............kelihatannya kalian masih belum paham, jadi bagaimana kalau begini!”

Sambil mengatakan itu, Yozora mendadak mengangkat dagunya, dan memberikan wajah menggelikan (catatan: kurang yakin soal ini)

Sungguh wajah yang tragis.......kamu.........wajahmu jelas jelas adalah poin utamamu........!

“Aku, punya banyak uang, dan aku juga wanita muda yang cantik.”

Yozora memasang wajah tragis, dan menggunakan nada tragis untuk mengucapkan kata kata tragis itu.

Karena dia terlihat aneh, tanpa sadar aku jadi tertawa kecil sendiri.

“Lihat, sangat lucu,kan?”

Setelah melihat reaksiku, Yozora nampak sedikit senang.

“Tapi, meskipun itu lucu...........apa alasannya mengenakan wig pirang?”

“Haa--.........kamu masih belum paham.........jadi akan kupakai senjata terakhirku.”

Yozora mengatakan itu dengan nada tak senang dan menghadapkan punggungnya pada kami.

Setelah itu ia mengambil cermin dan pen dari tasnya.

“...............?”

Sena dan aku saling menatap (Sena bertopi botak)

“Oke, selesai.”

Yozora, yang melakukan hal tak diketahui olehku, membalikkan badannya kearah kami.


Daging.


Di jidat Yozora terdapat tulisan persegi sempurna “Daging” tertulis diatasnya.(catatan: Begini, ’daging’ tulisannya seperti ini; 肉)

..............Seseorang menulis ‘daging’ di jidat mereka sendiri, pertamakalinya aku melihat ini.

“’daging’.........jangan jangan kamu mencoba meniruku!”

Wajah sena mulai cemberut.

“Hm, akhirnya kau paham, dasar daging lemah mental. Oke, menghadapi eksistensi lucu itu, tertawalah keras keras sesuka hatimu.”

“Kenapa aku jadi eksistensi lucu!”

“Kenapa, aku jadi, eksistensi lucu!”

Yozora terus menunjukkan wajah tragis, dan menggunakan nada tragis untuk meniru ucapan Sena.

“Aku nggak memakai cara bicara seperti itu!”

“Aku nggak memakai cara bicara seperti itu! Aku punya banyak uang, dan aku juga wanita muda yang cantik.”

“Kapan aku mengatakan kalimat itu!”

“Papa yang menyuruhku mengatakan itu~”

“Ka, kalau seperti ini, dia memang menyuruhku begitu...........wuuu, sial..........”

Sena berkata dengan mata berkaca kaca.

“Hal, hal semacam itu hanya akan membuat orang marah! Kenapa orang harus ketawa!”

Yozora kembali ke wajah semulanya.

“Ya, tapi saat aku melihatmu menangis dan marah, aku sangat bahagia.”

“Itu terlalu kejam!”

“..........Aku nggak mau mengganggu kalian di waktu yang panas, tapi, Yozora, bukankah menurutmu kostum itu agak memalukan?”

“Eh?”

Usai mendengar pertanyaanku, Yozora memiringkan kepalanya dan mulai berpikir.

“........Dengan dirimu sekarang, bukankah gawat kalau kamu dilihat oleh seseorang yang nggak menyadari apa yang sedang terjadi?”

“!”

Yozora mendadak menyadarinya, mengambil cermin di meja, dan mulai menatap dirinya disini dan disana.

Mengenakan wig yang teramat besar di atas kepalanya,dengan tulisan ‘daging’ tertulis di jidatnya, dan sekali lagi dia memasang ekspresi tragis seperti beberapa saat lalu di depan cermin.

...........Saat ia berpikir kalau dirinya lebih mengerikan dari dugaannya, Yozora terkejut dan berdiri disana sambil malu malu untuk sesaat.

Yozora perlahan melepaskan wignya, dan memasukkannya ke tasnya.

“............Yang baru kalian lihat, lupakan semuanya.”

Ujar Yozora, tanpa menatap kami.

Di sisi lain, Sena juga mengambil cermin dan mulai menatap dirinya sendiri.

“...........”

Wajahnya bergerak sedikit, dan dengan membisu melepas wignya lalu dengan kasar melemparnya ke tong sampah.

Aku mendesah lega.

“Jadi, merusak image kalian untuk membuat orang tertawa itu nggak buruk, tapi sampai mengenakan wig itu bodoh, jadi susah untuk tertawa. Terutama Yozora, masalahmu lebih serius, humoris itu bukan membuat dirimu sendiri tertawa, namun membuat orang lain tertawa.”

Sehingga, wajah Sena dan Yozora nampak tersipu malu, dan dengan sedikit ekspresi mata mengintimidasi melihat ke arahku.

“Kodaka, kamu ternyata memakai nada tinggi seperti itu untuk berbicara.”

“Juga, Kodaka, apa yang kamu persiapkan untuk tampilan komedimu?”

“Sebetulnya, aku mau menampilkan stand-up comedy. Mau percaya atau tidak, sebenarnya aku pernah tinggal di Osaka.”

“Pu.”

“Huh.”

Entah kenapa, Sena dan Yozora sama sama tergelak.

“Itu bagus, Kodaka!”

“Ah.”

“Karena kamu ‘pernah tinggal di Osaka’ jadi kamu ‘menampilkan stand-up comedy’, memikirkan omong kosong semacam itu, itulah bagian lucunya, bukan? Memang cukup lucu sih.”(!)

“..........sebetulnya maksudku bukan begitu........dulu, saat aku masih tinggal di Osaka, setiap sore jam 4, aku selalu menonton acara komedi di wilayah Kansai, ini hobi kesukaanku. Karena itu aku sedikit melakukan penelitian cara membuat orang tertawa.”

“Jam 4 sore, itu artinya kalau kamu tak buru buru pulang ke rumah kamu nggak bisa menontonnya.”

“Tentu saja aku pulang ke rumah sesegera mungkin...........toh aku nggak punya teman di sekolah.......”

Tatapan Sena dan Yozora melunak dan pandangan mereka mendadak pergi entah kemana.

“Jadi, kesimpulannya, membuat orang tertawa bukan teknik yang hanya mengandalkan asesori murahan, aku berpikir kalau dialog adalah kunci utamanya.”

“Dialog?”

“Ha, jadi Kodaka bisa bercerita lucu?”

Aku berkata pada Sena, yang mengucapkan kalimat dingin itu.

“Jangan meremehkan aku. Jangan salahkan aku kalau sebentar lagi kalian tertawa sekeras kerasnya sampai perut kalian buncit.”

Karena aku bisa mengekspresikan tayangan di acara komedi, aku akhirnya memikirkan leluconku sendiri.

Aku mencari momentum dan mulai berbicara.

“*uhuk*.Itu..........judulnya adalah ‘bakpao kukus menyeramkan’.”

Yozora dan Sena memelototiku.

“Kamu.........”

“Aku tahu kalau kalian berdua lagi bad mood, tapi mendengarkanku sampai habis nggak apa apa kan?”

Kemudian, aku terus berbicara di depan mereka berdua, yang memasang wajah skeptis.

“Di zaman Heian (catatan: Zaman perdamaian dalam sejarah Jepang), terdapat sekelompok pemuda berkumpul bersama, dan membicarakan hal yang mereka takutkan,tapi diantara mereka, ada seorang berkata ‘Tak ada apapun yang kutakuti’.......sebut saja dia A-san. Namun rekan rekannya memaksanya berbicara ‘Sebenarnya aku takut pada bakpao kukus’. Dengan hanya mengucapkan bakpao kukus dia merasa pucat, hingga lari ke rumah tetangga. Lalu, rekan rekannya, untuk menakuti si A-san, membeli banyak bakpao kukus, dan melemparnya ke rumah si A-san. Sudah diduga, mereka bisa mendengar teriakan ketakutannya, dan para pemuda itu diam diam melihat situasi dalam ruangan. Disana, mereka justru melihat ‘seram sekali,seram sekali, karena seram sekali, aku harus memakan mereka secepatnya’, dan A-san mengatakan ini sambil memakan lahap bakpao kukus. Usai menyadari kalau mereka sudah ditipu, para pemuda dengan marah menyerbu masuk dan bertanya ‘Apa yang sebenarnya kau takuti!”. Lalu,A-san menjawab seperti ini—“

Aku menarik nafas panjang, karena aku nyaris tak bisa menahan tertawaku.

“—‘Sekarang, aku takut pada kopi panas’”

“................”

“................”

...................Eh?

Yozora dan Sena masih menatapku, dengan pandangan beku.

............Kenapa mereka tak tertawa sama sekali?

“Ah..........apa kalimat terakhirnya nggak kalian mengerti? Karena ceritanya di zaman Heian, jadi bagaimana bisa dia menyebutkan ‘kopi’?”

“Dingin........terlalu dingin.......” (catatan: lelucon dingin = lelucon payah)

Sena menatapku dengan ekspresi sangat ketakutan.

“Dingin, benar benar dingin......? mustahil! Selain dari jawaban ini juga, padahal jelas di zaman Heian,kenapa nama orang ini ‘A-san’, ini juga lelucon, padahal jelas memakan bakpao kukus, lalu ingin meminum kopi, bukankah itu kombinasi makanan & minuman yang aneh? Dan dengan mengumpulkan hal hal yang orang orang ketahui, lalu mengekspresikannya dalam bentuk tak terduga, dan membayangkan bagian mana yang sembarangan, kamu perlu berlatih akting—“

“Cukup.........sudah cukup, Kodaka.........”

Yozora tiba tiba menginterupsiku dengan hangat, dan menawariku secangkir kopi.

“Hei, itu masih panas, jadi minumlah pelan pelan.”

............!

Sampai sampai Yozora berubah ke bentuk ‘Yozora Cantik’, apa artinya semua ucapanku tadi begitu menggelikan........

“Ah, dingin........aku juga mau minum kopi.”

Sena menatap kami, lalu menyajikan kopi untuk dirinya.

“Ghh.......karena kalian nggak paham bagian terlucu kisah tadi, bagaimana dengan ini! Yang ini lebih membuat lucu lagi!”

Aku meminum kopi seteguk, dan memulihkan tenagaku.

“Judulnya adalah ‘Bolu kukus menyeramkan’.”

Mengabaikan tatapan dingin Sena dan Yozora, aku terus berbicara.

“Di suatu tempat, ada orang yang menyukai bolu kukus. Di suatu hari, pria itu, seperti biasa, pergi membeli bolu kukus untuk ia makan di rumah. Saat ia membuka bungkusnya, tak ada bolu kukus di dalamnya. Kenyataannya, lengket di bawah kotak. Pria itu ketakutan sampai mati karena ini, dan lalu, tubuhnya dibaringkan dalam peti mati. Di hari pemakaman,saat orang orang membuka peti jenazahnya, tubuhnya sudah lenyap.”

“Dibawahnya diberi lem kan?” Sena mengingat ending asli cerita itu.

“Naif amat. Didalam peti mati nggak ada tubuhnya—tapi bolu kukus. Bentuk asli pria itu sebenarnya manusia bolu kukus.”

Menceritakan ending selain yang seseorang duga, pasti bisa membuat orang tertawa!

Karena itu sangat lucu, bahkan aku tertawa terbahak bahak.

........Namun, Sena dan Yozora tengah menatapku dengan ekspresi seolah mereka melihat serangga malang.

........TIDAK, harusnya bukan reaksi seperti itu.

Seharusnya reaksinya ‘Apa apaan itu monster bolu kukus!’ dan tertawa sambil berakting tsukkomi kan!? (!)

“Aku nggak paham bagian mananya yang lucu......”

“Aku benar benar khawatir dengan selera humormu......”

Rasa takut murni muncul di mata mereka seolah mereka baru melihat binatang tak dikenal.

“Ggh.......lagi, selanjutnya! Itu........’Sup miso menyeramkan’!”

Yozora dan Sena mendesah dalam dalam.

“Kenapa kamu selalu melukai dirimu sendiri.........apa kamu punya penyakit jantung?”

“Akal sehatku masih normal!........pada suatu tempat terdapat anak yang sangat suka meminum sup miso. Di suatu hari ia bertanya pada ibunya ‘hari ini sup miso apa?’ dan ibunya menjawab ‘sup miso kyoufu’.” (catatan : kalau aku nggak salah, ini cara bacanya, dalam Jepang, ’seram’. Sangat penting buat lelucon disini)

“Saat waktunya makan malam, anak itu,gemetar ketakutan, mengangkat tutup sup miso—didalamnya terdapat lukisan Augustine.” (catatan : Augustine adalah Penganut Kristen yang penting ketika zaman Kerajaan Romawi)

“.........?”,”............?”

Mereka berdua sama sama kaget.

“........Augustine........aha, ’bapak’,bukan........” (catatan : ‘kyoufu’ juga bisa dibaca sebagai ‘bapak’, pemuka Gereja)

“Itu terlalu susah untuk dipahami!”

“Kita adalah siswa sekolah Kristen, bahkan leluconnya harus punya elemen Kekristenan. Bukan hanya lucu, namun juga mendidik. Menjadi lucu sambil menambah pengetahuanmu, itulah tujuan utamanya!”

Sena menatapku yang percaya diri ini dan berkata.

“...........Kenapa harus ada lukisan Augustine dalam sup miso. Itu terlalu sulit dibayangkan, bagaimana kau bisa memahaminya?”

“Haa.....!? ka-kalau begitu, bagaimana kalau lukisan Augustine itu dibuat dari bubuk gandum?”

“’hari ini, bubuk gandum’ dan ‘bapak’, istilah semacam itu lebih baik!” (catatan : Duh, kyoufu juga bisa dibaca sebagai ‘hari ini,bubuk gandum’. Pusing gue.......)

“Kok begitu sih!”

Dengan suara protes Sena dan Yozora, datang dari mulut berbeda di saat yang sama, aku merasa hancur lebur.

“Kok, kok bisa begitu............sih......”

Setelah itu aku terus memberikan cerita lucu seperti ‘saus pasifik Meguro’ (catatan : Ikan) atau ‘Si pencuri ceri’ cerita orisinil semacam ini dengan ending berbeda, tapi sekeras apapun aku mencoba, aku tak bisa membuat Sena atau Yozora tertawa, mereka berdua hanya menatap dengan mata mengasihani padaku.

..........Mereka berdua, mereka tak punya selera humor sama sekali, sungguh menyedihkan.

Aku, yang sudah selesai membuat lelucon, juga merasa kelelahan,dan menjatuhkan tubuhku di atas sofa.

Yozora dan Sena masing masing mengambil beberapa buku perpustakaan dan PSP, dan sepertinya tak ada lagi yang membahas topik ‘membuat tertawa’.

Kemudian, pada saat itu.

Pintu ruang klub terbuka, dan Yukimura masuk.

“Maaf, saya terlambat, aniki, anego.......”

“Sungguh nyaman bisa kabur darinya.”

Sena menggumamkan kata kata tak jelas dibawah nafasnya.

“Karena saya berlatih cara membuat orang tertawa, saya jadi terlambat. Namun dengan semua pengetahuan dari latihan saya, saya sudah mempelajari beberapa lelucon lucu.”

Yozora dan Sena sama sama memandang Yukimura dengan mata berbinar.

“Oke, kami tak berharap banyak, sekedar ganti suasana, ayo ceritakan.”

“Ya, jadi tunjukkan semua yang kamu punya.”

Wajah Yukimura menunjukkan rasa percaya diri.

“Bakpao kukus yang menyeramkan.”

“”SUDAH CUKUP!””

Yozora dan Sena berteriak dari lubuk hati mereka pada Yukimura yang memasang tatapan penuh tanda tanya.


Mundur ke Jilid 1 Kembali ke Halaman Utama Maju ke Takayama Maria