Konjiki no Master(Indo):Arc 1 Chapter 50

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 50: Mimir dan Pria Itu[edit]

Author: Diambil dari sudut pandang Mimir (Harus ditulis, yak)

—————————————————————————

Perasaan kuat mengalir melewati tubuh gadis itu, merinding, adalah perasaan pertama kali saat ia membuka matanya kembali. Di suatu taman terbuka, pada malam berbintang dengan cahaya pucat yang menghiasinya, suatu hal yang belum pernah ia lihat sebelumnya, telah tampak. Bagaikan cahaya kuat yang pucat yang mana tak mungkin ia dapat luput.

Pada pandangan mata sebelumnya, dia hanya melihat “sesuatu” yang terkumpul di satu titik. Ketika ia mulai mengarahkan pandangannya ke arah satu titik itu, dia menyadari bahwa “sesuatu” tersebut merupakan wujud dari seseorang.

‘Apa dia adalah … spirit-san?’

Gadis kecil itu bernama Mimir, sejak ia lahir sebenarnya ia mampu melihat sesuatu yang tak kasat mata, dan dia melihatnya sebagai rutinitas kehidupannya. Dia pernah mencurahkan isi hatinya mengenai hal tersebut, sayangnya keluarganya berpikir kalau itu adalah lelucon.

Hantu di negeri itu dapat diartikan sebagai jiwa Evila. Lagipula, hampir tak mungkin mereka dapat berkeliaran di tempat ini, jika mereka ketahuan mereka akan segera dihabisi oleh Gabranth Guards di sekitar sini.

Tetapi seluruh kejadian di masa lalu yang disampaikan Mimir bukanlah suatu kebohongan. Dia benar-benar pernah melihat sesosok hantu yang sedang membaca. Jiwa dari seseorang yang masih penasaran dengan dunia ini. Hantu itu tak pernah berbicara dengannya dan beberapa kali ia melihat hantu tersebut melewati dinding dengan mudah.

Walaupun ia berkata seperti itu, di keluarganya tak pernah percaya akan hal itu. Dia bukan pula orang yang keras kepala yang mesti harus didengarkan, jadi, dia memilih untuk tak mengatakannya lagi dan memilih memendamnya di pikirannya sendiri, sesuatu yang seharusnya tabu di dunia ini.

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Melihat hal tersebut bukanlah hal yang merugikan baginya, dan melihatnya sama sekali tak mengubah pandangan hidupnya. Bagaimanapun, hantu yang satu ini tampak berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya, hantu tersebut terus menatapnya secara langsung, karena ia mulai bimbang, ia menduga bahwa hantu itu adalah spirit.

Biasanya, ketika ia melihat mereka, mereka hanya menatapnya sesaat dan segera pergi begitu saja. Tapi kali ini ada yang berbeda.

Ketika ia menyadari hantu tersebut, ia sudah tampak melihatnya secara langsung. Itu bukanlah tatapan yang mengambang seperti biasanya, melainkan pandangan lurus dan meyakinkan bahwa ia adalah makhluk hidup. Karena hantu itu menarik perhatian Mimiru, jadi, dia membalas tatapan tersebut.

Sesuatu yang ia sangka hantu tersebut, adalah seorang anak laki-laki berambut hitam yang memakai kacamata. Awalnya ia cukup takut dengan tatapan anak laki-laki tersebut tetapi pandangan anak laki-laki itu yang seolah-olah sedang terkejut, berhasil membuatnya sedikit tak takut lagi.

Itu sudah cukup kuat untuk menyimpulkan bahwa itu adalah makhluk hidup, terutama jubah merah dan kenyataan bahwa dia menapak di atas tanah adalah tambahannya. Jujur saja, baginya ini pertama kalinya ia melihat hantu seperti itu.

Hantu itu mengangkat tangannya dan menunjukkan ke dirinya sendiri, dan selanjutnya ke arah gadis itu, seolah bertanya apakah gadis itu benar-benar bisa melihatnya. Gadis itu mengangguk dengan cepat.

Saat itu, gadis itu merasa hantu itu semakin tampak seperti makhluk hidup. Hantu yang tak berbeda dari orang yang masih hidup. Dalam keadaan seperti ini, ini tidak akan aneh jika ada orang lain yang berbicara atau menyapa dirinya.

“… Bagaimana kau bisa mengetahuinya?” (de boi)

Nada suara itu sama sekali tak rendah maupun tinggi. Tapi tanpa alasan yang jelas, suara itu sedikit ia rindukan. Ini seperti dia pertama kali berkomunikasi dengan hantu. Pada awalnya dia mulai bimbang tetapi kemudian dia ingin memberitahukan bahwa ia tak dapat berbicara terlebih dahulu, dan segera menulis di papannya.

[Ghost-san?] (Mimir)

Gadis itu menunjukkan sesuatu dan mengambil tingkah seolah dia sedang menunggu respons tetapi begitu mengejutkan saat lelaki itu pertama kalinya berbicara.

“Salah. Dan mungkinkah? Apakah karena ia mungkin saja memiliki kekuatan paranormal sehingga dapat melihatku dengan kondisi seperti tadi?” (boy)

Gadis itu berpandangan kosong. Dia pernah membaca buku jika seandainya ada hantu sangat penasaran dengan bagaimana ia bisa mati, dan mungkin orang inilah yang dimaksud.Sebenarnya, dia hanya bisa meyakinkan dirinya akan hal itu kala itu.

[Apa itu kekuatan paranormal?] (Mimiru)

“Dibandingkan dengan menulis, tak bisakah dirimu bicara? itu lebih efisien.” (boy)

Gadis itu memahami apa yang diinginkan lelaki itu tetapi ia memiliki alasan mengapa ia tak berbicara. Wajahnya menjadi pundung dan berkata,

[Diriku mohon maaf. Mimir, tidak bisa berbicara.] (Mimir)

Gadis itu kembali dikagetkan dengan wajah tak tenang dari lelaki tersebut.

“…benarkah seperti itu? Aku tak menyangka akan hal itu. Maafkan aku.” (boy)

[Tidak, tolong jangan terlalu terbebani dengan itu.] (Mimiru)

Walaupun yang dikatakan sebelumnya sedikit kasar, tetapi sama sekali tak membuat suasana mereka menjadi buruk. Mungkin hal seperti ini sudah gadis itu biasakan dalam kehidupan sehari-harinya. Semua orang memiliki berbagai macam versi dari kehidupan normal. Dapat melihat hantu juga hal yang normal baginya. Dengan demikian, cara berbicara lelaki yang cukup kasar itu sama sekali tak berefek pada gadis itu.

“Intinya, tentang sebelumnya. Aku bukanlah hantu. Apa kau tahu apa itu mereka?” (boy)

[Mungkin begitu. Sepertinya hanya aku yang dapat melihatnya secara langsung.] (Mimiru)

“Aku mengerti. Tak peduli dimanapun berada, pasti ada orang yang mengembangkan penglihatan indera keenam, huh.” (Hiiro)

[…..?] (Mimiru)

“Jangan khawatir. Itu berarti penglihatanmu jauh lebih tajam daripada orang normal.” (Hiiro)

[Apakah itu baik-baik saja?] (Mimiru)

“Siapa tahu? Tetapi lebih baik memilikinya daripada tidak kan?” (Hiiiro)

[Kalau begitu tak masalah.] (Mimiru)

Dia terlihat bahagia. Untuk seseorang yang baru ia temui dapat mengerti dirinya. Jika keluarganya ada yang mendengar hal itu mungkin lelaki itu jika akan dibuat bahan candaan, lelaki itu menganggap ceritanya seperti hal yg lumrah terjadi.

Bagaimanapun, menatap kembali wajah lelaki itu, dia tampak tak senang. Gadis itu berpikir jika lelaki itu tak menerima perkataannya tetapi berdasar apa yang terjadi barusan, sepertinya bukan itu masalahnya. Sesuatu yang lain sepertinya mengganggu pikirannya. Merasakan keringat yang mulai sebesar jagung, dia mengambil sehelai lap dan menyekanya keringat di dahinya.

[Ghost-san. Apa yang kau lakukan di sini?] (Mimir)

"Aku sudah bilang bahwa aku bukan hantu, kan? Selain itu, aku datang ke sini secara kebetulan." (Hiiro)

[Apakah kau tahu ini di mana?] (Mimir)

“[King Tree], bukan? Bukannya aku sedang menyelinap ke sini. Sebenarnya, aku dibawa ke sini oleh party-ku.” (Hiiro)

Seorang hantu diajak ke sini oleh party-nya; Mimir hanya bisa memiringkan kepalanya, gadis itu ingin bertemu mereka.

[Aku mengerti. Apakah ini pertama kalinya kau datang ke sini?] (Mimiru)

"Aaah" (Hiiro)

[Aku suka tempat ini. Ketika aku berusia lima tahun, sebuah penyakit mengambil suaraku. Sejak saat itu, aku sering datang ke sini.] (Mimiru)

Ketika dia berumur 5 tahun, dia terjangkit serang demam. Demam itu berlangsung sangat lama. Ketika demam itu akhirnya bisa disembuhkan, penyakit itu menyebabkan infeksi tenggorokan, dan mengambil kemampuannya berbicara.

Semua orang terkejut dengan apa yang terjadi. Mimiru adalah gadis yang suka bernyanyi. Dia selalu datang ke taman bersama keluarganya agar mereka bisa mendengar nyanyiannya.

Ketika para prajurit tanpa sengaja mendengar nyanyian itu, mereka beranggapan telah mendengar nyanyian malaikat. Hal itu pula yang menyebabkan ia bahagia. Sejak dia lahir, dia merasa tak memiliki kemampuan untuk berperang maupun bertarung seperti kakaknya, Kukulia, tetapi memiliki suara yang indah dan dapat menyanyikannya guna membahagiakan orang lain adalah suatu kebanggaan tersendiri.

Keluarga dan rakyatnya begitu menikmati nyanyiannya ketika dia mulai bernyanyi. Demi mereka dapat tersenyum kembali, Mimiru bekerja keras melatih vokal dan nyanyiannya.

Akan tetapi seluruh kerja kerasnya tak menghasilkan apapun semenjak ia kehilangan suaranya. Keluarganya langsung mengeluarkan raut wajah sedih ketika hal itu terjadi. Melihat begitu drastisnya perubahan situasinya, dia memilih untuk sedikit menyerah dan merendah, tetapi hal itu membuat keadaan semakin buruk.

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Ketika ia akhirnya menyadari bahwa keluarganya semakin sedih, beban yang ia pikul itu begitu menyakitkan. Itulah yang menyebabkan dia akhirnya memilih untuk selalu tersenyum. Suatu hari, di saat ia diizinkan, suaranya akan kembali dan ia dapat bernyanyi kembali. Hingga saat itu ia akan selalu tersenyum dan meyakinkan keluarganya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Kehilangan suara itu bukan karena trauma mental. Ilmuwan top di negeri mengatakan walaupun menggunakan pengobatan dan sihir, hampir tak mungkin mengembalikan suara itu kembali.

Akan tetapi orang-orang di sekitarnya sedikit ragu akan hal itu, mereka berpikir jika seandainya mereka memiliki sihir yang hebat, maka masalah itu dapat disembuhkan. Karena itulah Mimir dia dengan putus asa akan terus tersenyum. Itu adalah tindakan yang mudah dilakukan, tetapi karena ia melakukan itu ia merasa dia lebih baik.

Tidak ada perasaan ragu bahwa inilah tindakan terbaik yang harus ia lakukan. Selama dia tersenyum maka semua orang akan bahagia, bahkan jika ia sudah tahu suaranya tak mungkin kembali, dia akan tetap tersenyum apapun yang terjadi. 

Mimiru, seorang yang peka terhadap emosional orang lain, harus merelakan diri dia akan selalu tersenyum, untuk meyakinkan orang lain agar tak merasa sedih atas dirinya.

Bahkan untuk saat ini, dia akan bertanya-tanya apakah ia sedang tersenyum. Jika dia melihat cermin, dia harus meyakinkan diri untuk selalu tersenyum. Itu bukanlah emosi yang disertai dengan sedikit emosi, seharusnya itu adalah senyum sesungguhnya.

(Akan tetapi mengapa Ghost-san terlihat sangat marah?)

‘Aku,’ gadis itu mulai panik. Dia menggerakkan bibirnya dan mulai melebarkan senyumnya, ketika dia akhirnya melakukan itu, penglihatannya semakin kabur.

(Eh?)

Sepersekian detik, penglihatannya langsung kosong.

Ketika ia bangun ia menyadari bahwa dirinya berbaring di bawah rindangnya pepohonan. Ghost-san terlihat ada di sampingnya. Dia akhirnya merasakan sedikit kehangatan yang menyentuh dirinya. Mungkin itu berasal dari laki-laki itu yang membawanya kemari.

Dia tak berpikir bahwa seorang hantu dapat memegang tubuh makhluk hidup. Mungkin dia adalah hantu yang memiliki kemampuan spesial. Gadis itu memberikan raut wajah penuh terima kasih dan kembali menulis di papan yang ia bawa.

[Maaf karena merepotkanmu. Terima kasih telah membawaku ke sini] (Mimir)

Bahkan setelah menulis hal itu, lelaki itu tetap mengeluarkan wajah tak senangnya. Gadis itu tetap berusaha sebaik mungkin, walaupun sampai saat ini wajah lelaki sama sekali tak berubah. Gadis itu berpikir bahwa tidak ada cara baginya untuk dapat mengungkapkan kekhawatirannya kepada lelaki itu kecuali dengan berbicara dengan keras.

Dengan pikiran seperti itu, air mata mulai mengalir di ujung matanya. Dengan keadaan seperti itu ia masih bisa tersenyum, tapi dia ingin membalas rasa terima kasih dengan mengatakan sesuatu saat ini.

Ini pertama kali baginya setelah kehilangan suaranya dia ingin suaranya kembali. Dia merasa jika dia tak punya pilihan lagi selain mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan berbicara kepada lelaki itu.

Lelaki itu terlihat seperti akan membuat pilihan yang sulit. Dia menggertakkan gigi dan berkata dengan ekspresi serius.

"Oi, apapun yang akan aku lakukan, aku tidak mengizinkanmu untuk memberi tahu siapa pun, mengerti?" (Deboi)

Gadis itu melihatnya dengan pikiran kosong. Saat itu pula, cahaya putih keluar dari ujung telunjuknya, dan menggerakkannya di atas seluruh tubuhnya. Itu tampak menakutkan pada awalnya, tetapi ketika akhirnya telunjuk itu menyentuh tubuhnya, gadis itu merasakan kehangatan menjulur ke seluruh tubuhnya.

([Binding] … tidak, sihir … ?)

Dia merasakan angin musim semi mengalir melewati tubuhnya. Itu adalah perasaan yang sangat menyenangkan; begitu nyaman hingga dia lupa apa yang ia dibuat gelisah beberapa waktu yang lalu.

Beberapa kali dia merinding sesaat dan kemudian kehangatan kembali perlahan mengalir melewati tubuhnya. Dia bahkan merasakan suasana hatinya juga semakin membaik. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi tetapi saat ini dia merasa jauh lebih baik dari sebelumnya.

Perasaan itu seperti dia sudah dilahirkan kembali. Lalu, lelaki itu berkata kepada Mimir yang sedang bingung.

"Sekarang. Cobalah untuk bicara, Ribbon." (Deboi)

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>