Konjiki no Master(Indo):Arc 1 Chapter 51

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 51: Janji Diantara Keduanya[edit]

Hiiro merasa terganggu dengan tatapan kosong gadis itu, tak tahu apa yang harus dilakukan adalah apa yang ia pikirkan. Dengan enggan, dia dengan pelan menjentikkan dahinya.

“…Uuu~” (Mimiru)

Dia sedikit terkejut saat tiba-tiba dia dijentik dan segera menyentuh dahinya dengan kedua tangannya. Dan suara gadis itu, dengan samar-samar  telah terdengar.

Bagaimanapun, gadis itu sepertinya tidak menyadarinya dan mulai kembali menulis di papan yang ia bawa. Menatapnya, Hiiro merenggutnya dari dia.

Dia melenguh sesaat, kemudian menjulurkan tangannya ke arah Hiiro. Walaupun terlihat bahwa gadis itu sama sekali tak mau berbicara apapun, melihatnya sesaat, Hiiro mengerti bahwa gadis itu menginginkan papan itu kembali.

“Jika kau ingin papan ini kembali, mintalah kepadaku sekarang.” (Hiiro)

“…!” (Mimiru)

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Mimiru menatapnya tajam dan seolah berkata, “Kau sudah tahu bahwa aku tak bisa bicara, kan?”. Dengan mata sembab setelah menangis, dia sama sekali tak terlihat menakutkan.

“Dengar. Aku membenci anak kecil yang tak ingin menjadi anak kecil. Jika itu sakit, maka katakan itu sakit. Jika kau terluka, maka katakan kau terluka. Jika ada sesuatu yang kau inginkan, maka katakan apapun yang kau inginkan. Bocah yang aku kenal setidaknya orang yang lebih jujur kepada dirinya sendiri dibandingkan dirimu.” (Hiiro)

Karena ia saat ini tak memiliki papan untuk menulis, dia saat ini hanya berusaha untuk menggertakan giginya, gadis itu tahu bahwa dia tak mungkin bisa mengeluarkan suara. Melihat perilaku gadis itu, Hiiro mengeluarkan helaan nafas dan mengangkat kedua tangannya ke samping gadis itu. Lalu…

Punii…

Hiiro menampar kedua pipi gadis itu.

“Sa-sakit! Itu sakit tahu!” (Mimiru)

“Lihat, suaramu sudah kembali kan?” (Hiiro)

“…Eh?” (Mimiru)

Tanpa disadari, gadis itu menyentuh pelan lehernya. Dia sama sekali tak bisa menyembunyikan kebingungan pada pikirannya sendiri alasan mengapa ia baru saja berbicara.

Waktu bagaikan telah berhenti pada gadis itu, sama sekali tak memikirkan hal itu, Hiiro melanjutkan bicaranya.

“Dengar, jangan pernah sekalipun kau bercerita bahwa aku telah mengembalikan suaramu.” (Hiiro)

Mimiru melebarkan matanya, bertanya-tanya mengapa Hiiro menginginkan hal itu. Dia berpikir jika si Hiiro benar-benar orang yang menyembuhkan suaranya, dia akan memberitahu keluarganya dan mendapat imbalan terima kasih. Akan tetapi Hiiro mengatakan sebaliknya.

“Eh… Kenapa?” (Mimiru)

“Tidak ada yang perlu ditanyakan. Sekarang akulah yang akan bertanya. Dan kaulah yang akan menjawabnya. Kau mengerti maksudku, kan?” (Hiiro)

Mendengar perintah secara bertubi-tubi, Mimiru mengangguk kepalanya dengan cepat.

“Bagus, pertama, aku sedikit menebak tentang hal ini, tetapi kau anggota keluarga kerajaan, benar?” (Hiiro)

Memerhatikan bahwa gadis ini sedang bersantai di taman ini, Hiiro meyakini bahwa gadis ini bukan rakyat sipil.

Juga, perawakan gadis itu sangat mirip dengan Lilith, putri Kerajaan Victorias yang telah memanggilnya ke dunia ini. Firasatnya entah bagaimana juga mengatakan hal demikian.

“Be-benar. Namaku adalah Mimir King” (Mimiru)

Mendengar hal itu, Hiiro mendecakkan lidahnya.

(Jika aku benar-benar mengingatnya, nama raja di kerajaan ini adalah Leowald King. Itu berarti… Ini telah menjadi masalah yang lebih besar dari sebelumnya) (Hiiro)

Dia sudah punya firasat jika gadis itu adalah keluarga kerajaan, tetapi ia tak menyangka jika gadis itu putri kerajaan itu sendiri. Dia sekarang berpikir bagaimana bisa seorang putri dibiarkan bermain sendiri di tempat seperti ini.

(Mari berhipotesis terlebih dahulu, jika negeri terlalu aman untuk seorang bangsawan bisa ada di sini sendirian) (Hiiro)

Setelah berpikir seperti itu, Hiiro bertanya pertanyaan selanjutnya.

“Seperti yang aku pinta sebelumnya, kenyataan bahwa aku berhasil menyembuhkan suaramu adalah hal yang rahasia. Juga, jangan pernah mengatakan ke orang lain, bahkan orang yang kau percayai bahwa aku pernah ke sini. Cukup kepada orang-orang bahwa kau telah tersembuhkan. Paham?” (Hiiro)

“Te-tetapi mengapa?” (Mimiru)

“Aku sudah mengatakannya, kan, ‘Tidak ada yang perlu ditanyakan’?” (Hiiro)

Mimiru tampak merundung ketika ia dilarang membicarakan tentang keberadaan Hiiro. Baginya, sosok Hiiro adalah orang yang pantas ia beri terima kasih, walaupun lelaki itu larang. Gadis itu ingin sekali mengundangnya secara pribadi untuk makan malam di <<King’s Tree>>. Tetapi selanjutnya, ia terpikirkan sesuatu.

(Ah, itu benar. Orang ini adalah hantu. Tidak ada seorangpun yang dapat melihatnya…) (Mimiru)

Dia menjadi berpikir bahwa hal itu lah alasan lelaki itu memintanya seperti itu.

Nyatanya, Hiiro sekarang sangat panik. Mengikuti rasa kesemutan yang menjalar dari hatinya, hingga berakhir dengan mengembalikan suara gadis itu. Baginya tak masalah jika seandainya gadis itu merupakan rakyat sipil biasa, tetapi kenyataannya gadis itu merupakan seorang putri adalah hal yang tak bisa dia biarkan.

Jika dia ketahuan akan hal ini, dia tak akan ragu lagi dia akan menjadi incaran para bangsawan kerajaan ini. Dia akan berusaha sekuat tenaga mencegah hal itu terjadi. Dia akan menghindar dengan segala cara apapun yang mengganggu kebebasannya. 

“Aku akan pergi sekarang. Jika aku tetap di sini maka mungkin itu akan membuat hal yang merepotkan.” (Hiiro)

“Ah, kumohon tunggu sebentar..” (Mimiru)

“Dengar, sekarang bahagia lah karena suaramu sudah kembali, tanpa memikirkan hal lain seperti itulah bagaimana anak kecil seharusnya. Cukup jangan pernah katakan apapun tentang aku.” (Hiiro)

Hiiro mengatakan itu dengan berjalan berbalik arah, berlawanan dengan apa yang Mimiru inginkan. Kemudian lelaki itu menulis sebuah karakter [Transparent] kembali.

“Ah, namamu! Setidaknya beritahu aku namamu!” (Mimiru)

Mimiru berteriak, setidaknya itulah yang ia sangat inginkan sekarang. Hiiro menjawabnya tanpa mengubah arah pandangannya.

“Kau tak akan memerlukannya” (Hiiro)

Setelah mengatakan itu, Hiiro kembali “tak terlihat” di mata Mimir, bagaimanapun juga, dia masih terlihat sama di hadapan Mimir. Hiiro segera berlari dan meninggalkan tempat itu.

“Ah…!” (Mimiru)

Dia mencoba berteriak dan memanggilnya, tetapi Hiiro telah hilang dari hadapannya.

(Aku tak dapat mengatakan apapun… Baik sekadar berterima kasih atau tahu namanya… Meskipun dia telah memberikan hadiah yang sangat indah…) (Mimiru)

Itu adalah hadiah terbesar dan tak ada seorang pun yang berhasil memberikan itu kepadanya. Itu adalah yang hilang darinya pertama kali, dan itu sudah cukup lama telah terjadi, dan sepertinya tidak ada suatu cara untuk mendapat itu kembali secara cuma-cuma.

Namun, Hiiro berhasil  menghancurkan pikiran itu dan berhasil mengembalikan sesuatu yang penting bagi Mimiru. Dia ingin dapat berterima kasih pada lelaki itu. Dia ingin mengetahui namanya. Dan diatas segalanya, dia ingin berbicara sedikit lebih lama dengannya.

(TL: Hiiro, sang Loli Slayer)

Memerhatikan papan yang tadi di ambil Hiiro telah berada di atas tanah, ia mengambilnya dan memerhatikannya sebelum matanya melebar.

“Ini adalah hutang. Aku akan memintamu untuk melunasinya suatu saat kelak. Jangan pernah melupakan itu.”

Gadis itu tak mengerti kapan dan bagaimana lelaki itu bisa menulis hal itu, tetapi ia memilih menjawab “ya” dengan suara yang pelan. Dia memilih menjawab itu dengan yakin karena ia sadar tak akan ada orang yang akan menyadarinya, tetapi ia akan berjanji akan membayar hutangnya kelak.

(Ghost-san…) (Mimiru)

Memandang ke arah Hiiro pergi, prajurit yang sedang berpatroli datang menghampirinya dan bertanya dengan sopan.

“Mimiru-sama, apakah semua baik-baik saja?” (Guard)

“Baik, terima kasih telah mengkhawatikanku.” (Mimiru)

“Tidak-tidak, Mimiru-sama bagaikan malaikat bagi kami. Tak perlu basa-basi kami akan akan senantiasa melindungi Anda.” (Guard)

“Terima kasih banyak..” (Mimiru)

Prajurit itu menunduk dalam-dalam.

“Hamba sama sekali tak pantas untuk ucapan terima kasih Anda. Hamba akan datang lagi. Mimiru-sama, tolong tetap jaga kesehatan Anda dan jangan lupa untuk kembali ke kamar Anda tepat waktu.” (Guard)

“Tentu, aku mengerti” (Mimiru)

Mimiru menjawab prajurit itu dengan tersenyum, dan prajurit itu menjawab senyuman itu dengan senyuman kembali dan segera hengkang.

Prajurit itu meninggalkan taman itu dengan keadaan melamun dan tersirat senyuman di wajahnya.

(Astaga, Mimiru-sama sangat imut seperti biasanya. Dan suaranya.. Aku sangat senang saat ia menyanyi. Ah, itu benar, Aku dapat mendengar nyanyian itu lagi. Karena suara Mimir-sama… suara… suaranya… Mimir-sama..?) (Guard)

Dia berhenti melangkah, dan tombak yang seharusnya dia pegang terjatuh di tanah. Matanya terbuka dengan lebar, mulutnya megap-megap, tampak seperti keterkejutan yang tak pernah ia alami sebelumnya.

“Telah KEMBALIIIIIII!?”

Teriakan itu sampai-sampai telah terdengar di seluruh ruang <<King’s Tree>>.

“Hm? Apa maksud teriakan itu?” (Arnold)

Arnold memiringkan kepalanya saat suara itu mencapai ruang makan kerajaan. Tak hanya Arnold, tetapi seluruh orang yang di sana juga memeragakan hal serupa.

“Suara barusan itu… Dari taman?” (Kukuria)

Kukuria, orang yang menggerakkan kedua telinganya dengan *piku piku*, menghadapkan pandangannya ke arah barat.

“Oji-san?” (Muir)

“Hm? Ada apa, Muir?” (Arnold)

“Aku tak bisa melihat Hiiro-san dimanapun...” (Muir)

“Aah… Dia mungkin saja sedang menjelajah <<King’s Tree>> atau yang seperti itu?” (Arnold)

“Benarkah?” (Muir)

“Mungkin, apapun itu akan lebih baik jika dia tak menyebabkan masalah.” (Arnold)

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Ini bukanlah kota, tetapi kediaman keluarga kerajaan. Jika dia berkeliaran dengan tidak sopan seperti biasanya, ada kemungkinan dia bisa ditangkap oleh prajurit. Arnold mulai berkeringat hanya dengan berpikir tentang apa yang akan terjadi jika Hiiro berkeliaran di salah satu kamar pribadi keluarga kerajaan.

(Ji-jika saja Hiiro tertangkap sebagai Humas, dan melakukan beberapa hal bodoh, aku tak akan ikut campur masalah ini, pastinya… harus… Haaaaah, aku mengandalkanmu Hiiro, jangan pernah membuat masalah.) (Arnold)

Arnold berdoa dari dalam hati kecilnya.

“Ini sedikit menggangguku, jadi, aku akan segera pergi ke taman. Apa yang akan kalian berdua lakukan kalau begitu? Aku percaya Mimiru, orang yang telah aku katakan sebelumnya ada di sana, akan dalam keadaan baik-baik saja.” (Kukuria)

Kukuria bertanya kepada Arnold dan Muir.

“Jika ingatanku benar, dia adalah saudarimu, kan?” (Arnold)

Arnold bertanya untuk memastikan.

“Ya. Dia masih berusia 9 tahun, tetapi cara berpikirnya bisa membuat orang dewasa merasa malu pada dirinya. Kecerdasanku sepertinya sama sekali tak sebanding dengannya. Dan nyanyiannya...” (Kukuria)

“Nyanyiannya?” (Arnold)

“Ah, jangan pedulikan itu! Apapun itu, kalian ikut?” (Kukuria)

Dia berhenti mengucapkan itu dengan tiba-tiba, hal itu ia lakukan agar mereka berdua tak merasa khawatir. Ketika dia berhenti berbicara dan segera menambah langkahnya, Arnold dan Muir mengikutinya di belakangnya.

“Ah, sekarang apa yang ingin kau lakukan, nee-chan?” (Arnold)

“Aku punya pekerjaan lain. Saat ini aku tak sebebas yang kau kira, tak sepertimu. Kalian tinggalkan saja aku.” (Raiev)

“Oh, mungkin benar. Maaf karena telah membuang banyak waktu meladeniku!” (Arnold)

Muir terlihat tersenyum ketika mereka berdua mengatakan itu. Meninggalkan kakak Arnold, Raiev, ketiganya segera menuju taman tempat suara itu berasal.

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>