Konjiki no Master(Indo):Arc 3 Chapter 145

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 145 : Bocah Misterius

Secara tak sadar, Taishi berdiri dan mengambil posisi bertarung. Itu amat wajar. Musuhnya, adalah seorang [Evila] dan terlebih lagi, seseorang yang memiliki kekuatan kelas atas. Reaksi dari Taichi bisa dikatakan normal.

‘Aku adalah seorang pahlawan, dengan tujuan dapat menguasai wilayah para [Evila], aku datang ke [Demon City : Xaos]. Setelah itu, perang terjadi.’

Ketika dia memikirkan hal itu, dia tahu bahwa tak akan aneh jika Teckil menghadang dan membunuhnya, karena Taishi memang seorang pahlawan. Pikiran semacam itu membuatnya pucat pasi. Menatap Taishi yang berperilaku demikian, Teckil hanya mengangkat bahu ringan.

“Kau bisa tenang, katakanlah seperti aku saat ini sedang tak ingin membunuhmu –su.” (Teckil)

“Ap—Tidak mungkin. Kenapa?” (Taishi)

“Aku tak pernah mendapat perintah seperti itu –su~.” (Teckil)

“Perintah?” (Taishi)

“Itu benar –su. Aku tak menerima perintah untuk membunuh para pahlawan, tentu dari Maou-sama.” (Teckil)

“.......” (Taishi)

“Selain itu, dalam situasi tak wajar ini, aku percaya akan lebih baik jika kita bergabung, daripada kita saling melawan –su.” (Teckil)

“Situasi ini.....? Apa kau tahu ini dimana? (Taishi)

“Hm, benar, hal itu amat penting. Kalian yang dibawa ke sini seharusnya tahu.” (Teckil)

Taishi mengingat kembali apa yang telah terjadi di tempat itu.

Dia terperangkap dalam tornado besar, dan ketika dia berpikir dia telah terlempar jauh, orang aneh muncul di depannya. Orang itu mengambil Chika sebagai sandera, dan karena itu Taishi tak dapat melakukan sihir, dia terpaksa mendengarkan orang itu.

Dia dengan patuh mengikuti orang itu, dan akhirnya tiba di sebuah gua. Bagian dalamnya begitu gelap, bagaikan ruang yang menghalangi cahaya.

Lalu, orang itu mengiringnya ke sini, melemparkan Chika ke lantai dengan sembarangan, dan dalam kemarahannya, mengayunkan tinju ke perut Taishi, karena merasakan tekanan kuat dari perutnya itu memaksa dirinya untuk meringkuk.

Pria itu kemudian menghadap ke arah Taishi dan Chika dengan posisi berjongkok, dan melemparkan selimut kepada mereka. Dia menaruh borgol ke tangan mereka. Setelah itu, kesadaran Taishi mulai hilang setelah itu.

“Ba-bagaimana denganmu, Teckil-san?” (Taishi)

“Panggil saja Teckhil –su.” (Teckil)

“Ah,... Teckil, apa kau juga ditangkap oleh mereka?” (Taishi)

“Tepat sekali –su. Dan juga, aku tak mengenal orang yang membawa kalian berdua. Dan begitulah, aku adalah senpai kalian di sini –su.” (Teckil)

Dia mengatakannya dengan nada riang. Apa yang dilakukan semata-mata untuk melupakan situasi serius yang baru saja mereka berdua hadapi.

“Kau tak kenal dia? Lalu siapa yang membawamu kemari?” (Taishi)

“Dia adalah....” (Teckil)

Pada saat itu, sel yang mereka tempati berderak seperti dibuka. Keduanya mengubah pandangan mereka ke arah itu. Ada satu orang berdiri di sana, dia adalah orang yang membawa Taishi dan Chika ke dalam sel. Bekas luka yang dalam berbentuk salib menghiasi pipinya.

“Ho~ akhirnya laki-laki itu bangun juga.” (Orang yang Mencurigakan)

Dia menghadap ke arah Teckil dan mulai melanjutkan bicara. Teckil telah berpura-pura tidur sepanjang dia dibawa ke sini, tepat setelah memberikan Judom sebuah informasi yang ia punya.

Jadi, ini pertama kalinya bagi dirinya saling bertatap muka dengan orang ini.

“Tuanku, memanggil kalian berdua. Ikuti aku.” (Orang yang Mencurigakan)

Taishi meneguk air liurnya tanpa sadar.

“Uuu.....” (Chika)

Seolah mengerti waktunya, seorang tahanan lain terbangun.

“Chi-Chika!” (Taishi)

“......Ta-....Taishi....?” (Chika)

Chika menatap Taishi dengan mata setengah terbuka. Saat gadis itu membuka matanya, Taishi bernafas lega.

“Bagus sekali. Kalian bertiga, ikuti aku." (Orang yang Mencurigakan)

Orang itu mengatakan hal yang sama sekali lagi, orang itu berdiri di dekat pintu, Taishi mencengkeram tinjunya dan mulai mempertimbangkan memukul orang itu tetapi,

"Jangan lakukan itu –su." (Teckil)

Teckil berkata dengan suara rendah.

"Ke-Kenapa?" (Taishi)

“Apa kau tak mengerti –su? Ini tepat di tengah wilayah musuh. Bahkan aku tak tahu berapa banyak musuh di sini, dan jika kita membuat langkah yang tak bijaksana, tak hanya kau, tetapi anak di sana juga akan terkena bahaya. ” (Teckil)

"Ah......" (Taishi)

Apa yang dikatakan Teckil tak bisa disangkal. Tentu saja, saat ini hanya ada seorang pria dengan pipi salib sebagai musuh, tetapi bisa saja keadaan tak akan sama di luar sana, mungkin ada banyak dari mereka yang bersembunyi di luar sana.

Bahkan jika mereka dapat mengalahkan pria itu, tak ada jaminan bahwa mereka akan aman setelah itu.

“Selain itu, dia kuat –su. Apakah kau berpikir dapat menang tanpa senjata –su." (Teckil)

“Hmm, ada sihir, kan?” (Taishi)

“Sepertinya kau tak tahu tentang itu –su, jadi biarkan aku memberitahumu.” (Teckil)

Teckil menyentakkan dagunya dan mengarahkannya ke arah tangan kanan Taishi.

“Gelang itu disebut [Magic Sealing Bracelet]–su.” (Teckil)

“Eh? Apakah ini Magical Tool? (Taishi)

"Mereka mirip dengan borgolku" (Teckil)

Borgol yang ditempatkan di Teckil lebih kuat daripada yang ada di Taishi dan Chika. Itu berarti mereka menganggap Teckil sebagai ancaman lebih besar, tetapi dalam situasi ini kekuatan sihir mereka berdua disegel.

"Nah, dalam situasi ini bisakah kau mengalahkannya tanpa senjata dan sihir –su?" (Teckil)

"I-Itu ......" (Taishi)

“Selain itu, gadis ini baru saja bangun. Saat ini, akan bijaksana untuk diam-diam mematuhinya demi kebaikan kita sendiri –su.”

Taishi menerima kata-kata Teckil dan dengan lemah menjatuhkan bahunya.

“... Baiklah. Chika, bisakah kau berdiri?” (Taishi)

"Y-Ya ......" (Chika)

Tanpa memahami situasinya, dia hanya bisa mengangguk.

"Aku tahu ada banyak hal yang ingin kau tanyakan, tapi untuk saat ini tahan itu dulu." (Taishi)

"Aku ingin bertanya, di mana tempat ini, apa yang terjadi, juga tentang orang itu, tapi sepertinya saat ini bukan tempat yang tepat untuk itu." (Chika)

Ketika Chika terbangun, menilai bahwa situasinya tak sesuai, dia setuju.

"Apa yang sedang kalian lakukan? Ikuti aku cepat. " (Orang)

Setelah mendengar suara pria itu, ketiganya berdiri dan meninggalkan penjara.

Tempat Taishi dan yang lainnya lalui seharusnya adalah bagian dalam gua, tetapi tempat itu sangat cerah. Sayangnya, itu bukan dari sinar matahari, itu berasal dari batu permata putih kebiruan yang menghasilkan cahaya yang kuat.

Sumber cahaya yang kuat itu adalah empat batu permata raksasa. Dari dalam gua, tumbuh akar bagaikan pohon raksasa menyokong empat batu permata raksasa, akarnya saling terlilit dan terjalin di sekitar empat batu itu.

Ada dua batu permata raksasa di setiap sisi gerbang. Melewati gerbang itu, terdapat tangga dengan puncak tertingginya terdapat kursi yang diukir ornamen bagaikan sebuah singgasana.

"Aku sudah menunggu." (Orang Bersinggasana)

Ada seseorang duduk di singgasana tersebut dan di sisi kirinya terdapat dua orang wanita, berdiri dalam jarak dekat, dan memegang semacam kertas putih di tangan mereka.

"Anak kecil?” (Taishi)

Taishi saat melihat sosok orang yang duduk di atas singgasana tanpa sadar bergumam. Saat Taishi melihat singgasana itu, ada seorang anak kecil yang duduk di singgasana.

Usianya sepertinya sekitar 10 tahun. Dia memiliki rambut pirang, dan wajahnya yang tersenyum begitu menawan untuk menangkap hati siapa pun tanpa memandang jenis kelamin atau usia mereka.

Kata “Bishounen” belum cukup untuk mendeskripsikannya. Saat Taishi menatap wajahnya, dia berpikir, jika bocah itu pergi ke acara televisi, dia akan menjadi ‘Super-Idol' dalam semalam.

Bahkan Chika, yang berdiri di sampingnya, menatap anak itu dengan tercengang dan takjub.

‘Dia memiliki wajah yang hanya keluar di dalam game.’ (Taishi)

Taishi, secara refleks bersiap untuk berjalan menuju anak kecil dengan kecantikan yang seperti itu. Jika anak itu telah tumbuh dewasa, kecantikannya akan lebih elok dan akan menarik perhatian setiap orang, Taishi tanpa disadari menelan ludah lagi.

“Ayo, ke mari. Mari kita bicara.” (Bishounen)

Seolah-olah bocah itu mengerti apa yang dipikirkan kedua orang itu, dia terkekeh.

Secara tak sadar, kaki Taishi mulai berjalan ke arah anak itu, tetapi pada saat wajah Teckil memasuki penglihatannya, dia ditarik kembali ke akal sehatnya, dan matanya terbuka lebar.

"He-, Hei Teckil, apa yang terjadi?" (Taishi)

Taishi bertanya pada Teckil, karena Teckil entah mengapa berkeringat sekujur kepalanya.

Matanya terbuka lebar, seolah dia telah melihat sesuatu yang tak bisa dipercaya.

Setelah itu, mulut Teckil yang tampak kesulitan mengucapkan satu kata-pun, mulai bertanya dengan nada berat.

"Ti-Tidak mungkin... apa kau mengkhianati kami...?" (Teckil)

Teckil mengarahkan kata-kata itu pada orang di atas mereka. Taishi berpikir bahwa bocah itu telah mengkhianati Teckil sehingga dia bisa mengatakan kata-kata seperti itu.

“Aku butuh jawaban –su. Apakah kau mengkhianati kami –su… Kiri-chan!?”

Secara jelas itu adalah cara memanggil orang dekat denganmu, karena itu Taishi sekarang percaya bahwa pemikirannya benar.

"A-Apa kau tahu anak itu?" (Taishi)

Mengenai pertanyaan itu, Teckil sedikit menggelengkan kepalanya.

“Bukan itu… bukan, bukan dia –su. Aku juga mengenal bocah itu –su. Tapi, orang yang kuajak bicara sekarang adalah kau, Kiri-chan –su!”(Teckil)

Jadi, pemahaman Teckil pada bocah itu adalah salah, tetapi pada salah satu wanita yang berdiri di samping bocah itu. Dilihat dari arah pembicaraan, sepertinya dia berbicara kepada seorang wanita persisnya bukan kepada bocah lelaki itu.

"Apakah tak apa-apa bagiku untuk berbicara, Yang Mulia?" (Kilia)

Wanita itu dengan lembut menundukkan kepalanya ke arah lelaki.

"Ya, tak masalah." (Bishounen)

"Terima kasih." (Kilia)

Dia yang sudah mendapat izin, sekarang menghadap ke arah Teckil.

"Lama tak bertemu..., Teckil-san." (Kilia)

".... Kiri-chan..." (Teckil)

Dia mengatupkan giginya, dan berbicara dengan suara yang dipaksakan. Dia membuat wajah tak senang ketika dia mengetahui bahwa wanita itu memang orang yang dia kenal.

“Kenapa kau ada di tempat seperti ini –su? Bukankah kau sudah memutuskan akan selalu bersama Eveam-sama –su.”(Teckil)

"….." (Kilia)

“.... Apa sejak awal kau–? Apakah kau sudah mengkhianati Eveam-sama sejak awal…. –su?”(Teckil)

Melihat cara bicaranya yang terkejut, bocah bishounen itu membuka mulutnya dengan suara gembira.

"Tidak masalah NO.05, katakan saja yang sebenarnya." (Bishounen yang Jahat)

“Ya-yang sebenarnya? Ti-Tidak, kesampingkan itu, apa yang kau maksud dengan NO.05 itu –su?”(Teckil)

Melihat ke arah bawah menuju Teckil dengan tatapan tak bernyawa dan dingin, wanita yang dipanggil sebagai NO.05 berbicara.

“Aku adalah intelijen khusus Varukaria, dikenalkan sebagai NO.05. Kilia yang kau kenal adalah karakter buatan yang dibuat dengan tujuan mendekati kalian.” (NO.05)

“A-Apa, apa yang kau bicarakan –su?” (Teckil)

“Hanya ada satu pemimpin bagiku, dan dia adalah, Yang Mulia, duduk di sini.” (NO.05)

"Ti-Tidak mungkin...." (Teckil)

Teckil jatuh berlutut saat dia menatap tanah dengan pandangan sulit diartikan.

"Lalu, itu berarti informasi yang selalu kudapatkan sampai sekarang....?" (Teckil)

"Iya. Kau tahu itu, kau selalu menggunakan aku sebagai perantara informasimu dan akulah yang memberi tahukan semua informasimu. Dan tentu saja, situasiku begitu sesuai untuk mengubahnya, dan memberikannya kepada mereka." (NO.05)

Wajah Teckil menjadi semakin pucat.

“Ba-bagaimana dengan informasi tentang [Gabranth] dan [Humas] yang memiliki perjanjian rahasia, sehingga konferensi itu memiliki tujuan jahat di belakangnya.…?" (Teckil)

"Ya, aku memberi tahukan mereka jika konferensi itu menguntungkan bagi kita." (NO.05)

Dia mengepalkan tangannya yang berada di tanah.

“Ba-bagaimana dengan konferensinya!? Bagaimana dengan Maou-sama!? Bagaimana dengan [Xaos]!?” (Teckil)

“Percayalah, selama konferensi ada peristiwa yang tak terduga. Terlepas dari masalah itu, Eveam dan [Demon City] entah bagaimana selamat.” (NO.05)

Teckil bernafas berat saat dia merasa kelelahan karena mengerahkan tenaganya dalam ucapannya itu.

"Yah, pekerjaan ini dilakukan oleh orang lain, jadi akan selalu ada kesalahan Teckil-kun." (Bajingan Bishounen)

Anak itu masih belum mematahkan senyumnya. Seolah-olah dia menikmati kesalahan yang telah dia rencanakan.

".... Itu benar, masalah terbesar di sini adalah kau –su." (Teckil)

Dia mulai memelototi anak itu.

“Ahaha, kau menakutkan. Suatu kesalahan memelototiku dengan mata seperti itu. Meskipun begitu, aku masihlah bosmu." (Bajingan Bishounen)

"Kuu...." (Teckil)

Taishi yang melihat kedua orang itu saling melotot, dengan pelan bertanya.

"H-Hei Teckil, siapa anak itu?" (Taishi)

"……" (Teckil)

"Hmmm, ayolah, katakan padaku, Teckil." (Taishi)

Taishi melirik bocah itu dan sekali lagi memandang ke arah Teckil. Teckil menghembuskan nafas besar dan perlahan membuka mulutnya.

"Dia adalah…… Maou-sama." (Teckil)

<<Sebelumnya | Daftar Isi | Selanjutnya>>