Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 11 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Krisis Sanae[edit]

Part 1[edit]

Selasa, 16 Maret

Permainan hari ini dijalankan tiga kali, dengan makan malam diantaranya. Total hasil akhir dari ketiga ronde itu berakhir dengan Yurika dan Theia yang memimpin, Koutarou dan Kiriha yang menyusul, dan Sanae di posisi terakhir.

Dengan hasil ini, Kiriha kehilangan posisi teratasnya dan Theia yang menjadi berada di ranking pertama. Koutarou berhasil mempertahankan ranking ketiga miliknya, sementara Yurika berhasil melewati Sanae dan lolos dari posisi terakhir.

Namun, rata-rata total poin milik Koutarou dan Sanae masih melebihi Yurika. Sanae berada di posisi terkahir karena dia memberikan poin miliknya kepada Koutarou sebelumnya. Nantinya, Koutarou akan mengembalikan poin itu pada Sanae. Jadi, pada akhirnya, Yurika masih tetap berada di posisi terakhir.

"Oh, ooooh, akhirnya aku nggak jadi yang paling bawah!"

"Bagus, Yurika."

Sanae, yang sekarang berada di posisi terakhir, memberi selamat kepada Yurika. Tindakan itu mencerminkan suasana kamar 106 saat ini, karena tidak ada yang merasa bahwa itu salah. Mereka merasa kalau semua ini sedikit aneh, tapi di saat yang sama, mereka merasa baik-baik saja dengan hal itu.

"Makasih banyak, Sanae-chaaaaan!!"

Yurika menggenggam dan menjabat tangan Sanae dengan penuh semangat. Yurika, yang dulunya takut dengan hantu, nampaknya sudah lupa dengan hal itu karena dia terkadang menyentuh Sanae. Mereka berdua sudah menjadi lebih akrab sekarang.

"Koutarou, sekarang aku di posisi terakhir!"

Setelah memuji Yurika, Sanae terbang ke arah Koutarou dan menyodorkan kepalanya padanya.

"Jadi, tolong semangatin aku dong."

"Sayang banget", kata Koutarou sambil mengelus kepala Sanae dan menghiburnya. Sanae tersenyum senang, dan semua yang melihat itu menduga bahwa Sanae mendapatkan posisi terakhir karena dia ingin Koutarou melakukan hal itu.

"Yang lebih sayang lagi dong."

"Oh, nona Sanaeku yang selalu tampak menawan, aku turut prihatin dengan apa yang kau rasakan. Mohon izinkanlah Koutarou ini untuk melakukan apapun untuk membuat nona bahagia kembali."

Karena hal ini sudah menjadi kegiatan rutin, Koutarou sudah terbiasa dengan ini. Dia terus mengelus kepala Sanae sambil mengatakan hal-hal yang ingin didengar Sanae. Karena Sanae adalah hantu, dia suka saat aura mereka saling bersentuhan. Koutarou juga tahu betul kalau Sanae ingin kepalanya dielus.

"Mm, bagus sekali", ujar Sanae sambil mengangguk menirukan Theia setelah merasa puas dielus oleh Koutarou.

"Pujian anda terlalu berlebihan bagi saya."

"Fufufu~"

Sanae pun berpindah ke punggung Koutarou sambil tersenyum. Karena Koutarou punya PR untuk dikerjakan, dia tidak bisa terus-terusan mengelus Sanae. Jadi, sampai Koutarou selesai mengerjakan PRnya, Sanae akan bergantung di punggungnya seperti biasa.

"Kalau begitu, ayo belajar, Koutarou."

"Yap. Yurika, waktunya ngerjain PR. Udahan dulu baca manganya."

"Eeeeeeehh~~!? Bentar lagi ya!?"

"Sebentar itu nggak cukup buat kamu."

"Kamu nggak bisa dipercaya, Yurika."

"Aku bisa mulai habis kamu selesai ngerjain PRmu, Satomi-san."

"Oh gitu, kamu mau nyontek PRku ya, dasar sialan!"

"Habis, kalau aku nyontek PRmu, ada salahnya dimana-mana, jadi bisa dipercaya!"

"Dasar...", ujar Sanae sambil tertawa dan memeluk leher Koutarou lebih erat lagi.

Enak juga, kalau aku bisa terus hidup begini...

Pada satu waktu, sosok gadis yang menunggu kepulangan orang tuanya mulai merasa seperti itu. Keinginannya untuk bertemu kembali dengan orang tuanya tetap tidak berubah, tapi sekarang dia begitu menyukai kehidupannya yang sekarang ini. Hal yang begitu disukainya adalah kehangatan yang saat ini berada di tangannya. Selama dia bisa merasakan kehangatan itu, dia bisa menahan kesepian yang dirasakannya dari tidak bertemu dengan orang tuanya.

Tapi...aku nggak bisa jadi bagian nyata dari keluarga....

Sanae memfokuskan apa yang berada di tangan kanannya, yakni jimat 'Keselamatan Keluarga' yang digenggamnya. Jimat inilah yang melindunginya, dan juga bukti bahwa Koutarou menghargai Sanae. Namun, Sanae merasa kecewa karena Koutarou yang selalu melindunginya. Seperti halnya jimat itu melindungi dirinya, Sanae juga ingin melindungi Koutarou. Namun, hanya manusia yang memiliki badan sajalah yang bisa melakukan itu. 'Keselamatan Keluarga' adalah jimat untuk melindungi keluarga, dan sebagai hantu, Sanae tidak bisa menjadi bagian dari keluarga Koutarou, atau bahkan melahirkan sekalipun. Dia berada di dalam posisi yang selalu dilindungi tanpa bisa menjadi pelindung itu sendiri, dan tidak bisa melangkah maju.

Satu-satunya cara bagi Sanae untuk bisa menjadi bagian nyata dari keluarga Koutarou adalah untuk memasuki Nirwana dan terlahir kembali. Namun, Sanae tidak memilih untuk melakukan hal itu. Dia tidak mau pergi dari sisi Koutarou. Dia ingin terus bisa memeluk rasa hangat ini, dan juga dipeluk oleh rasa itu selamanya. Di jalan yang buntu itu, Sanae tidak bisa bergerak maju lebih jauh lagi.


Namun, sebuah situasi yang akan mengguncang pondasi dari kebuntuan itu tiba-tiba muncul.


"Kyaa!?"

Bersamaan dengan suara nyaring seperti suara lampu yang tiba-tiba putus, tangan Sanae menembus badan Koutarou.

Meskipun Sanae sendiri sudah tidak punya badan sejak awal, kalau dia berkonsentrasi, dia bisa menggenggam aura seseorang. Seharusnya dia sedang melakukan hal itu saa ini, namun sekarang tangannya menembus melewati Koutarou.

"K-Kenapa ini!?"

Saat Sanae yang masih kaget melihat tangannya sendiri, dia melihat bahwa tangannya yang tadinya terlihat padat sekarang sudah berubah karena sudah mulai nampak tembus pandang. Dan seiring berjalannya waktu, tangan itu akan betul-betul menghilang. Yang lebih buruknya lagi, hal itu tidak terjadi hanya pada tangannya saja, tapi juga seluruh badannya, yang mulai tembus pandang seperti tangannya.

"Kenapa!?"

Koutarou merasa ada sesuatu yang buruk ketika dia menoleh saat mendengar Sanae menjerit. Dia melihat Sanae, yang tubuhnya sudah mulai memudar.

"Koutarou!!"

"Apa!?"

Koutarou tidak pernah melihat Sanae seperti ini. Kapnpun dia menyembuyikan dirinya, Sanae pasti akan melakukannya dengan lebih jelas, tidak sepotong-sepotong seperti ini. Ditambah, dia tidak punya alasan untuk melakukan hal itu saat ini.

"Kenapa badanmu begitu!?"

Koutarou kaget dengan penampilan Sanae dan meminta penjelasan, namun Sanae sendiri hanya bsia menggelengkan kepalanya.

"Aku juga nggak tahu! Apa ini...ini nggak pernah terjadi sebelumnya!"

Hal ini pun ternyata terjadi untuk yang pertama kalinya juga bagi Sanae, yang membuatnya menjadi begitu ketakutan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, dan sementara Sanae merasa begitu ketakutan, dia hanya bisa terdiam dengan tatapan kosong.

"Sanae-chan!?"

"Ruth, apa yang terjadi dengan Sanae!?"

"Aku tidak tahu! Keadaan badan Sanae-sama di luar pengetahuan kita!"

Shizuka, Theia dan Ruth pun sama terkejutnya. Mereka tidak mengerti apapun tentang hantu. Mereka tahu kalau ada masalah yang sedang terjadi, namun mereka tidak bisa melakukan sesuatu untuk menolong.

"Apa yang--bener juga!"

Namun, Koutarou bisa mengambil tindakan dengan segera. Meskipun ada sesuatu yang terjadi pada Sanae, jalur energi spiritual yang sudah dibuat Sanae masih ada pada diri Koutarou. Koutarou lalu menggunakan kemampuannya untuk melihat energi spiritual dan mencoba memahami apa yang terjadi pada Sanae.

"I-Ini!?"

Namun, saat dia melakukan itu, Koutarou menjadi lebih kaget lagi. Saat dia melihat Sanae dengan kekuatan itu sebelumnya, badan Sanae pasti akan bersinar dan penuh dengan kilauan cahaya. Namun, bukan itu yang terjadi saat ini. Kilauan itu sudah meredup, dan sudah berkurang lebih dari setengahnya.

Badan Sanae bersinar karena sebagian dari energi spiritualnya yang luar biasa banyaknya bocor ke luar tubuhnya. Ini yang disebut sebagai Aureola dalam Buddhaisme atau Angel Halo dalam Kekristenan. Dan kalau kilauan cahaya itu mulai meredup, itu berarti energi spiritual yang menjadi pembentuk badan Sanae pun sudah mulai berkurang. Karena energi spiritualnya melemah, energi spiritual yang keluar dari badannya pun berkurang dan mengurangi kilauan cahanya.

Cahaya itu sendiri pun tidak bercahaya sekuat dulu, hanya terkadang menyala sebentar. Itu menjadi tanda bahwa badan Sanae sudah menjadi semakin tidak stabil.

Koutarou bisa mengerti apa yang sedang terjadi pada Sanae, tapi hanya sebatas itulah dia bisa bertindak. Koutarou tidak bisa melakukan apapun soal ini.

"Koutarou, bagaimana keadaan dirinya!?"

Hanya Kiriha yang bisa melakukan sesuatu soal ini.

"Energi spiritualnya Sanae sudah habis setengahnya! Dan udah nggak stabil!"

"Karama, Korama!!"

Setelah mendengar situasi Sanae dari Koutarou, Kiriha langsung memanggil kedua haniwanya.

"Ya Ho-!"

"Sanae-chan, kami akan menyelamatkanmu Ho-!"

Kedua haniwa itu biasanya berada di dekat mereka dan menyembunyikan dirinya. Tepat saat Koutarou dan yang lain bisa melihat mereka berdua, mereka sudah berada di udara berhadapan dengan Sanae.

"Karama, penyeimbang energi spiritual! Perluas areanya, jalankan pada kelas II! Utamakan stabilisasi kendaliya!"

"Baik! Mengaktifkan penyeimbang energi spiritual! Mode operasi pada kelas II, memperluas area! Nee-san, peringatan Ho-! Dengan baterai energi spiritualku, aku hanya bisa menjalankan kelas II selama 238 detik, Ho-!"

"Aku tahu! Korama!"

"Ya Ho-!"

"Hubungkan baterai energi spiritualmu pada Karama! Kirimkan semua energi selain yang kau butuhkan untuk kendali dasar pada Karama!"

"Apakah keluarannya disamakan dengan aura Sanae-chan Ho-!?"

"Ya, analisisnya seharusnya sudah selesai!"

"Baik Ho-!"

Kiriha memerintahkan para haniwanya untuk mencoba mengembalikan Sanae ke keadaan semula. Dia berniat menggunakan Karama untuk menyeimbangkan energi spiritual Sanae yang tidak stabil, sambil menggunakan baterai energi spiritual Korama untuk mengisi kembali energi spiritual Sanae. Ringkasnya, yang dilakukan Kiriha sama seperti menambal ban yang bocor lalu diisi angin kembali.[1]

Sekarang, aku hanya tinggal...!

Tanpa menunggu para haniwa mulai bertindak, Kiriha langsung mengambil tindakan selanjutnya. Dia mengeluarkan sebuah handphone dari dalam sakunya - mencoba menghubungi seseorang. Namun, sebelum dia bisa melakukan panggilan, handphone di tangannya mulai bergetar. Orang yang ingin dipanggilnya rupanya sudah menghubunginya lebih dulu.

"Ini Kiriha!" jawab Kiriha setelah menekan tombol menjawab panggilan dengan cepat dan mendekatkannya ke telinganya.

"Nee-san! Kiriha Nee-san! Ini aku! Hachi!"

Suara yang terdengar dari handphone itu berasal dari salah satu pemburu hantu yang pernah menculik Sanae tahun lalu.

Setelah Koutarou dan yang lainnya merebut Sanae dari mereka berdua, Kiriha membeli informasi mengenai Sanae dari mereka berdua. Dan sebagai tambahan, mereka berdua sekarang bekerja sebagai bawahan Kiriha.

"Aku tahu dengan keanehannya!! Info apa yang kamu punya!?"

"Gawat! Cewek itu, Sanae-chan, sekarat!"

"Bagaimana dengan alat stabilisasi energi spiritualnya!?"

"Kakak baru saja pergi memasangnya!"

"Kalau begitu, tolong kalian yang urus! Tapi jangan putus teleponnya!"

"Baik!"

Setelah mendapat informasi yang dia butuhkan, raut wajah Kiriha yang sudah serius tampak menjadi semakin serius.

Aku harap kita berhasil tepat pada waktunya...

Jika alat yang Kiriha berikan pada para pemburu hantu itu sejak dulu berjalan dengan semestinya, Sanae seharusnya bisa kembali pulih untuk sementara waktu. Namun, pertanyaaannya adalah apakah dia bisa menggunakan haniwa miliknya untuk mengulur waktu yang diperlukan untuk memasang mesin itu.

"Nee-san, keluaran penyeimbang energi spiritualnya stabil Ho-! Batas waktu penggunaannya 230 detik! Terus menghitung mundur Ho-!"

Saat Karama mengatakan itu, badan Sanae mulai tampak terlihat jelas seperti semula. Cahaya kuning yang terpancar dari Karama membuat badan Sanae tetap stabil.

"Aku sudah menghubungkan baterainya ke aura Sanae-chan lewat penyeimbang energi spiritual Karama Ho-! Konverternya masih stabil, kita akan baik-baik saja untuk sementara ini Ho-!"

Cahaya yang dipancarkan dari Sanae pun menjadi sedikit lebih kuat. Memang, terlihat lebih lemah dari biasanya, tapi cahanya tidak lagi tidak stabil dan terus bersinar dengan intensitas yang sama.

Simpelnya, Sanae sudah pulih sedikit, tapi raut wajah Kiriha masih terlihat serius.

"Hanya 230 detik...kita mungkin tidak akan sempat..."

Kiriha menghitung waktu yang diperlukan bagi para pemburu hantu untuk menjalankan alat itu. Saat Kiriha mengurangi waktu yang bisa diulurnya dengan menggunakan Korama dan Karama, dia mendapat bahwa waktunya masih kurang sekitar sepuluh detik lagi, yang berarti Sanae harus bertahan selama sepuluh detik itu dalam wujudnya yang tidak stabil. Hal itu menjadi taruhan berbahaya yang ingin dihindari oleh Kiriha.

"Kiriha-san, ini sebenarnya ada apa!?" tanya Koutarou yang menyadari bahwa Kiriha bisa bertindak berdasarkan suatu informasi yang dimilikinya, dan menginginkan penjelasan darinya. Karena Koutarou bisa melihat bahwa Sanae mulai mengilang, dia tidak bisa diam begitu saja.

"Cadangan energi spiritual Sanae sudah berkurang dan dia mulai menghilang", jawab Kiriha sambil menggigit bibirnya.

Kiriha sudah membuat persiapan untuk mencegah hal ini tidak terjadi, tapi situasinya berubah lebih cepat dari yang dibayangkannya.

"Menghilang!?"

Prasangka buruk Koutarou ternyata benar, dan raut wajahnya nampak begitu terkejut.

"Apa maksudnya menghilang!? Apa artinya sama dengan mati!?"

Saat dia mendengar bahwa dirinya akan menghilang, Sanae lari menghampiri Kiriha dengan wajah sedih. Karena tadi dia mengalami situasi yang menakutkan, kata-kata Kiriha terdengar meyakinkan bagi Sanae, yang menyadari krisis yang sedang dialaminya dan gemetar ketakutan.

"Sayangnya, memang itulah artinya. Energi spiritual yang ada tidak cukup untuk menstabilkan badanmu. Kalau dibiarkan, kamu akan melebur dan bercampur bersama energi spiritual alam."

Hantu adalah sebuah keberadaan yang menggunakan semacam kekuatan untuk mengumpulkan energi spiritual ke dalam satu titik. Kalau kekuatan itu menghilang, mereka akan menjadi onggokan energi spiritual energi yang tidak menyatu dan pasti akan segera tersebar dalam waktu singkat. Hal yang sama bisa digambarkan dengan balon yang meletus. Udara di dalam balon itu nantinya akan bercampur dengan udara di sekitarnya sampai tidak bisa dibedakan lagi.

"Nggak, aku nggak mau menghilang!"

Setelah menyadari situasi yang dialaminya, Sanae menjadi semakin dibayang-bayangi oleh ketakutan yang lebih besar dari sebelumnya. Rambutnya menjadi berantakan dan matanya mulai berkaca-kaca.

"Sanae-chan, tetap tenang Ho-!"

"Kalau kamu bergerak atau perasaanmu tidak terkendali, kamu akan lebih banyak menggunakan energi spiritual Ho-!"

Setiap kali Sanae bergerak, kedua haniwa itu mengikutinya karena merekalah yang membuat badan Sanae tetap stabil.

"Biar kalian bilang begitu, aku nggak bisa diem setelah tahu kalau aku bakal menghilang!! Aku harus berbuat apa, Koutarou!?"

Karena takut, Sanae berlari ke arah Koutarou. Untungnya, karena para haniwa masih menstabilkan badannya, Koutarou bisa memeluk Sanae.

Sanae...

Sanae gemetaran di dalam pelukan Koutarou, dan untuk menghentikan itu, Koutarou memeluknya erat-erat.

"Kiriha-san, apa nggak ada cara lain!? Dia nggak bisa ngilang begitu aja kan!!"

Krisis Sanae bukanlah kesalahan Kiriha, namun meskipun dia tahu akan hal itu, Koutarou tetap mendesak Kiriha untuk mendapatkan jawabannya. Sebesar itulah dia merasa kuatir akan Sanae.

"Ada orang-orang yang sedang bekerja untuk menghentikan itu. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah berharap pada mereka", balas Kiriha sambil menunjukkan handphonenya kepada Koutarou. Dengan begitu, Koutarou bisa mengerti bahwa orang yang berbicara dengan Kiriha sebelumnya sedang bekerja untuk menyelesaikan masalah itu.

"Tapi, mungkin waktunya tidak akan cukup. Aku tidak bisa mengatakan dengan keyakinan 100% bahwa Sanae bisa diselamatkan."

"Koutarou!"

Tidak cukup waktu. Sanae memeluk Koutarou lebih erat lagi saat mendengar kata itu.

Nggak, aku nggak mau pisah sama Koutarou!! Aku nggak mau!!

Jeritan dalam hati Sanae berubah menjadi kekuatan di tangannya yang membuatnya memeluk Koutarou lebih erat lagi.

Disini rasanya nyaman!! Aku senang disini!! Jadi, jadi...!!

Sanae terus menggenggam tangan kananya lebih erat lagi, dimana di dalamnya terdapat jimat dengan kata-kata 'Keselamatan Keluarga' tertulis di luarnya.

"Peluk aku, Koutarou! Biar aku nggak ngilang!"

Itulah satu-satunya keinginan Sanae.

Untuk bisa bersama dengan Koutarou.


Satu tahun setelah bertemu dengan Koutarou, Koutarou menjadi sebuah keberadaan yang tidak bisa tergantikan bagi Sanae, meskipun dulu Koutarou adalah musuh yang ingin diusirnya tidak peduli bagaimana caranya.

Sanae tidak bisa membayangkan bagaimana dia bisa hidup tanpa Koutarou. Saat dia bangun di pagi hari, Sanae akan bisa melihat wajah tidur Koutarou yang begitu pulas. Kalau tidak, Sanae tidak akan tahu harus mengucapkan selamat pagi kepada siapa.

"Kamu bilang waktunya nggak cukup, butuh berapa lama memangnya!?"

Koutarou juga memeluk Sanae lebih erat lagi. Meskipun keadaannya darurat, hal itu terjadi mungkin bukan karena sebagai balasan dari suara Sanae. Namun, Koutarou betul-betul tidak mau sampai kehilangan Sanae. Jadi, entah bagaimana, dia menyadari keinginan Sanae, namun hal itu bukanlah kebetulan semata. Itu adalah kebetulan yang tak terhindarkan lagi berkat perasaan mereka berdua yang saling bertemu.

Koutarou...Koutarou...

Sanae mempercayakan dirinya pada Koutarou. Kalau dia akan menghilang, Sanae lebih memilih dirinya melebur ke dalam diri Koutarou dan menjadi satu.

"Satu atau dua menit...tidak, seharusnya tidak sampai dua menit."

"Kurang dari dua menit..."

Mendengar hal itu, Koutarou mengepalkan tangan kanannya dan mendekatkannya ke wajahnya.

"...Tuan..."

Hanya dari melihat gerakan itu saja, Ruth tahu apa yang akan dilakukan oleh Koutarou.

Aku harus bergegas membawa Yang Mulia menjauh dari sini...

Koutarou pasti tidak mau menunjukkan Signaltin kepada Theia, tapi jika Sanae berada dalam bahaya, Koutarou tidak akan segan-segan untuk mengeluarkan Signaltin. Jika itu yang terjadi, maka solusi terbaik bagi Ruth adalah untuk membawa Theia ke tempat yang lain.

"Yang Mulia, mari kita melakukan sesuatu yang kita bisa."

"Ruth?"

"Mari kita kembali ke Blue Knight dan membawa alat untuk menstabilkan ruang."

Apa yang diucapkan Ruth adalah untuk membawa Theia pergi dari sana, tapi jikalau Signaltin tidak bekerja, Ruth juga ingin bersiap sebisanya, karena Ruth juga sama khawatirnya terhadap Sanae.

"Baiklah!!"

Theia langsung setuju. Sanae adalah teman yang berharga baginya, dan di saat yang sama, lawan yang berusaha memperebutkan kepemilikan kamar 106, yang berarti Sanae adalah orang yang harus dikalahkan Theia secara jujur dan adil. Pertarungan seorang bangsawan tidak bisa berakhir hanya karena lawannya mati karena sakit atau kecelakaan.

"Mari kita segera kembali ke Blue Knight!"

Theia langsung pergi ke dinding paling pojok di kamar 106 agar dia bisa menggunakan alat teleportasi yang sudah dipasang di sana untuk kembali ke kapalnya.

"Baik, Yang Mulia!" jawab Ruth sambil mengangguk dan lalu memberi tanda pada Koutarou dengan cara melirik.

Sisanya aku serahkan kepadamu, Tuan...

Setelah melihat Koutarou membalas mengangguk, Ruth menyusul Theia. Namun, ada seseorang yang menghentikan mereka.

"Tunggu sebentar!"

Saat suara itu terdengar di kamar 106, semua orang menjadi terkejut. Rupanya suara itu berasal dari Yurika, yang sedari tadi diam menonton.

"Apa maksudmu, Yurika!! Kita sedang terburu-buru!!'

Theia menjadi marah karena dihentikan. Karena waktu bagi mereka kurang dari empat menit lagi, Theia harus kembali ke Blue Knight secepat mungkin.

"Akan kudengar permintaanmu nanti!"

"Ah, t-tunggu! Dengarkan a--"

"Aku tidak punya waktu lagi!!" seru Theia menolak Yurika dan menuju ke Blue Knight.

"Tunggu, Tulip!!"

Namun, tepat pada saat itulah Koutarou juga menghentikan Theia.

"P-Primitif!?"

Karena Koutarou memanggilnya Tulip, Theia secara refleks menoleh karena dia sudah berada di depan pintu masuk Blue Knight.

"Tolong percaya sama dia!!" seru Koutarou pada Theia dengan penuh keyakinan.

"Ah, baik..."

Kata-kata itu saja sudah cukup untuk menghentikan Theia.

Pasti ada alasan mengapa Koutarou memanggilnya Tulip. Suara Koutarou yang terdengar meyakinkan pun membuat Theia berhenti karena dia bisa merasakan betapa seriusnya Koutarou.

"Ngomong, Yurika, kamu mau ngelakuin apa!?"

Koutarou yakin kalau dia bisa percaya pada Yurika, karena mata Yurika saat itu terlihat sama seperti saat Maki menghilang di gunung salju.

"Satomi-san..."

Yurika nampak kaget, karena biasanya Koutarou tidak akan percaya padanya dan memperlakukannya dengan buruk. Dia tidak percaya bahwa Koutarou sekarang percaya padanya.

Tapi, ini...

Yurika pernah melihat tatapan sungguh-sungguh Koutarou sebelumnya, yang terlihat sama saat Maki menghilang di gunung salju. Tatapan yang sama ditunjukkannya juga saat Yurika mencoba mencari Maki sendirian, namun Koutarou menawarkan untuk membantu.

Aku nggak begitu ngerti, tapi Satomi-san percaya sama aku!!

Yurika bahkan tidak sadar bahwa dirinya saat itu berbeda dari biasanya. Dia tidak menyadari dengan perkembangan dirinya sendiri, tapi tetap saja, dia bisa merasakan dengan jelas bahwa Koutarou percaya padanya.

Itulah sebabnya Yurika bisa menyatakannya dengan penuh keyakinan.

Ada orang yang percaya dan menaruh harapan kepadanya, dan perasaan itu membangunkan keberanian dan kepercayaan diri yang selama ini tertidur di dalam diri Yurika.

"Sihir!! Aku akan memakai sihir untuk mengulur dua menit itu!!" jawab Yurika dengan lantang.

Semua orang di kamar 106 menjadi yakin bahwa Yurika yang ada di hadapan mereka saat ini adalah seorang gadis penyihir.


Part 2[edit]

Kalau disimpulkan, saran yang diberikan Yurika bisa dikatakan sama dengan apa yang dilakukan oleh Kiriha. Dia akan menstabilkan badan Sanae dari luar sambil memberikan energi kepadanya di saat yang bersamaan. Perbedaannya adalah hal itu akan dilakukan menggunakan sihir.

"Jadi, apa yang bisa kita bantu, Yurika!?"

"Tolong berdiri melingkar di sekitar Sanae-chan!!"

Setelah memakai pakaian gadis penyihirnya, Yurika memegang sebuah tongkat besar dan mengarahkan ujungnya kepada Sanae. Yurika saat itu menggunakan Encyclopedia. Tongkat yang digunakannya sebelumnya, Angel Halo, sudah menyatu dengan pakaiannya dalam pertarungannya melawan Maki, dan sudah berubah menjadi sederet dekorasi termasuk sayap di punggungnya.

"Aku akan menyalurkan energi spiritual kalian semua kepada Sanae-chan."

"Apa bisa!?"

"Belum pernah aku coba, tapi harusnya bisa!!"

Ide Yurika adalah untuk menjalankan sihirnya, di saat yang bersamaan dengan habisnya tenaga para haniwa, untuk mempertahankan kestabilan badan Sanae selama dua menit. Karena mempertahankan badan Sanae membutuhkan energi, keenam orang lainnya yang akan menjadi sumber dari energi itu. Yurika akan menggunakan Encycolpedia untuk menyeimbangkan keadaan badan Sanae sambil menggunakan mantranya sendiri untuk memberikan energi spiritual kepada Sanae. Ini adalah tindakan nekat yang bisa dilakukan Yurika karena dia sudah mendapat tongkat lain.

Namun, karena itu tindakan yang nekat, tindakan itu juga membutuhkan mantra rumit yang memerlukan kendali yang presisi. Mantra itu perlu waktu yang lama untuk dijalankan, dan Yurika menghentikan Theia dan Ruth karena dia tidak akan mendapat cukup waktu untuk itu. Kalau Yurika mencoba melakukan tindakan itu tanpa mereka berdua, tekanan yang diperoleh oleh keempat orang lainnya akan meningkat sebesar 50%. Karena penyaluran energi spiritual mirip dengan penghisapan energi yang dilakukan oleh vampir, Yurika tidak mau melakukan hal yang keterlaluan.

Koutarou dan yang lainnya tidak merasakan adanya yang aneh terhadap Yurika yang akan menggunakan mantra skala besar. Karena Encyclopedia sudah sering digunakan sehari-hari, mereka tidak begitu memikirkan hal itu, dan mereka semua sudah mengakui kemampuan Yurika dalam menggunakan tongkat itu. Saat mereka menyuruh Yurika untuk mengusir seekor kucing liar, dia bisa melakukannya dengan menggunakan gelombang supersonik untuk mengendalikan kucing itu.

Rokujouma V11 103.jpg

Tapi nyatanya, Yurika masih belum berkembang dalam menggunakan Encyclopedia. Itu karena dia bisa menggunakan kekuatan tongkat itu sepenuhnya dari awal. Alasan mengapa kelihatannya dia berkembang bagi Koutarou dan yang lainnya adalah karena dia pura-pura berkembang dalam menggunakan tongkat itu dengan menggunakan mantra yang tingkatnya sedikit lebih tinggi. Dengan terus mengulangi hal itu, Yurika sekarang bisa menggunakan sihir sekuat yang ia bisa di hadapan semua orang.

Seorang gadis penyihir, yang seharusnya hanya melakukan cosplay saja, saat ini sedang menggunakan mantra yang betul-betul kuat. Kenyataan yang tidak terpikirkan itu sekarang sedang terjadi di hadapan semua orang. Namun, meskipun yang dilakukannya hanyalah cosplay, karena semua orang percaya dengan Yurika, mereka juga percaya dengan sihirnya. Sudah tidak ada lagi gunanya mempermasalahkan apakah Yurika adalah cosplayer atau penyihir yang sebenarnya. Keberanian dan sihirnya sudah tampak jelas di hadapan mereka, dan mereka tahu itu.

"Oke! Ayo kita mulai!"

"Baik! Precast - Energy Converter --"

Yurika mulai merapal mantranya. Sambil mendengarkan suara Yurika, Koutarou berbisik pada Sanae. Penting baginya untuk memposisikan Sanae di tengah-tengah kamar dimana yang lainnya berdiri mengelilinginya. Sanae tidak bisa terus-terusan dipeluk oleh Koutarou.

"Sanae."

"Tapi..."

Namun, Sanae yang masih resah tidak mau menjauh dari Koutarou. Malah, dia justru semakin mendekati Koutarou dan menggenggam erat bajunya.

"Jangan kuatir. Kamu bisa percaya sama Yurika sekarang."

"Beneran?"

"Bener. Aku berani taruhan pakai baseball bat kesayanganku."

"...Oke."

Tongkat pemukul baseball Koutarou adalah tongkat pemukul yang pernah dipakai oleh seorang pemain baseball dengan julukan Dewa Pemukul. Karena Sanae tahu seberapa besar Koutarou menyayangi tongkat itu, dia memutuskan untuk percaya pada Koutarou. Sanae lalu berpisah dari Koutarou dan melayang di tengah-tengah kamar. Tepat setelahnya, keenam orang sisanya berdiri mengelilinginya.

"Oke, Yurika!"

"Kami serahkan padamu, Yurika-sama!"

"Baik!" jawab Yurika yang mengangguk dengan raut wajah serius yang tidak biasanya sambil terus merapal.

Mantra utamanya adalah Transfer Soul Energy. Selain itu, aku perlu tiga mantra tambahan: pelambatan mantra, nambah sasaran mantra jadi enam orang dan perperpanjang waktu jalannya mantra jadi dua menit. Dan sementara aku ngatur gelombang enam orang lewat Energy Converter biar cocok sama Sanae-chan, aku harus pakai sihir tongkatnya biar badan Sanae-chan stabil. Biarpun aku panjangin waktu ngerapalnya biar energi sihir yang kepakai lebih sedikit, aku cuma punya satu kesempatan...apa aku bisa?

Saat Yurika memikirkan kembali prosedur yang akan dilakukannya di dalam pikirannya, dia sadar betapa sulitnya tugas yang harus dilakukannya. Sisi negatifnya yang biasa pun muncul kembali dan membuatnya gugup.

"Jangan takut, kamu pasti bisa!"

Koutarou, yang menyadari kegugupan Yurika dari raut wajahnya, menyemangati Yurika.

"I-Iya!"

Saat Koutarou melakukan itu, raut wajah Yurika kembali fokus dan serius seperti sebelumnya. Melihat mereka berdua bersikap seperti itu membuat Shizuka tercengang.

Satomi-kun memang hebat....Entah baik atau buruk, dia bener-bener ngerti sama Yurika-chan.

Koutarou menyadari perubahan pada diri Yurika yang tidak disadari oleh yang lainnya, dan hanya dengan sedikit kata-kata saja, Yurika bisa kembali pulih dengan cepat. Rasa saling percaya yang begitu kuat dari mereka berdua itu membuat interaksi mereka sehari-hari nampak seperti sebuah kebohongan, yang berarti, interaksi yang kasar antara mereka berdua yang selalu mereka tunjukkan hanyalah kulitnya saja. Jauh di dalam, mereka saling memiliki rasa percaya yang begitu kuat antara yang satu dengan yang lainnya. Shizuka, yang menyadari hal itu, sekali lagi merasa bahwa hanya Koutaroulah yang pantas menjadi pengasuh Yurika.

"Hei, Satomi-kun."

Shizuka pun ingin menanyakan hal itu kepada Koutarou.

"Ada apa, Ibu Kos-san?"

"...Sebenarnya, aku tanya nanti deh. Rasanya waktunya nggak pas."

Namun, pada akhirnya Shizuka memutuskan untuk tidak bertanya. Bahkan pecinta gosip seperti dirinya tahu bahwa sekarang bukanlah saat yang tepat. Dia tidak bisa bertanya pada Koutarou apakah Koutarou sebenarnya mencintai Yurika, sementara nyawa Sanae sedang berada di ujung tanduk.

"Serius?"

Koutarou merasa sikap Shizuka aneh, tapi dia langsung melupakan hal itu. Seperti yang dikatakan Shizuka sendiri, sekarang bukanlah waktunya untuk itu.

"Karama dan Korama sudah akan mencapai batasnya! Tinggal 15 detik lagi!"

"Tolong mulai, Yurika!"

"Oke!"

Setelah mengangguk pada Koutarou, Yurika mengatur genggamannya pada tongkatnya sekali lagi dan lalu berbicara keras-keras.

"Encyclopedia! Release Invocation Delay! Recall - Precast - Energy Converter!"

Tepat pada saat itu, Yurika menjalankan tiga mantra.

Mantra pertama adalah dengan menggunakan tongkatnya, Encyclopedia, yang mempunyai kemampuan untuk membaca pikiran penggunanya dan menjalankan sihir secara mandiri. Yurika mempercayakan mantra yang termudah dari antara ketiga mantra yang dibutuhkannya kepada tongkat itu, yakni mantra untuk menstabilkan badan Sanae. Karena mantra ini termasuk pada kategori penyembuhan, tongkat itu memancarkan cahaya biru, yang kemudian menyelimuti Sanae dan menyembuhkannya sebagai ganti Karama dan Korama.

Mantra selannjutnya yang dijalankannya adalah mantra yang mencuri energi spiritual dari Koutarou dan yang lainnya, lalu menyalurkannya pada Sanae. Karena mantra itu ditunda masa pengaktifannya agar waktu berjalannya tepat, mantra itu berjalan bersamaan dengan mantra dari Encyclopedia.

Cahaya kuning yang terpancar dari Yurika menyelimuti Koutarou dan yang lainnya. Tepat pada saat itulah mereka terkena kejutan yang kuat dan bisa merasakan kekuatan mereka yang lenyap dari tubuh mereka. Di saat yang sama,sekujur badan mereka terasa begitu sakit sampai membuat mereka semua sulit untuk bernafas.

"Ugh!?"

"Kyaa!?"

"J-Jadi ini...mantra buat nyuri energi spiritual..."

Rasanya seperti dipecut sambil berlari marathon setelah berjuang sampai titik penghabisan badan mereka. Badan mereka pun menjadi berat, dan untuk berdiri saja, rasanya sudah begitu menyakitkan. Tidak peduli seberapa banyak mereka menarik nafas, mereka terus merasa seperti dicekik. Pengurasan energi spiritual mereka sama saja dengan dikurasnya nyawa mereka masing-masing. Rasa sakit yang begitu besar dan kelelahan yang mereka alami adalah tanda bahwa nyawa mereka sedang berada dalam bahaya.

Gini ya rasanya, pantes kita perlu Theia sama Ruth-san...

Kalau saja Theia dan Ruth tidak ada bersama mereka, rasa sakit itu akan meningkat 50% lebih buruk lagi, dan yang lain mungkin sudah tidak kuat berdiri lagi. Karena hal ini juga terus berlanjut selama dua menit, tidak bisa dibayangkan seberapa besar rasa sakitnya. Koutarou terus berusaha menahan badannya yang berat sambil menyadari kebenaran yang sudah dikatakan oleh Yurika.

"Uuuuuuh, kalian jangan sampai pingsan!"

Yang paling menderita di antara mereka semua ternyata adalah Yurika sendiri. Karena dia mengutamakan mengurangi rasa sakit yang didapat oleh yang lainnya, dia juga menguras energi spiritual dari dirinya sendiri. Karena Sanae memiliki energi spiritual yang begitu besar, apakah efek jangka panjang bisa dihindari oleh mereka berenam menjadi sebuah pertanyaan. Yurika tidak bisa mengecualikan dirinya dan mengakibatkan yang lainnya menjadi lebih menderita. Itulah sebabnya dia menahan rasa sakitnya sambil mengendalikan mantra ketiganya.

Mantra ketiga Yurika mengumpulkan dan menyatukan energi yang didapatkan dari mantra kedua. Energi spiritual punya panjang gelombang yang berbeda tergantung dari tiap-tiap orang, dan kalau panjang gelombang itu tidak disamakan dengan milik Sanae, maka energi itu tidak akan ada gunanya baginya. Jadi, untuk mantra ketiganya, Yurika harus mengatur dan mencocokkan panjang gelombang enam orang yang berbeda di saat yang bersamaan.

Tingkat kesulitan mantra itu sendiri lebih rendah dari mantra kedua, tapi Yurika harus mengatur dengan detil enam panjang gelombang yang berbeda sementara energi spiritualnya sendiri dikuras. Jadi, secara efek, inilah mantra yang paling sulit dari semuanya.

"Yurika semangat! Yu...rika...se...ma....ngat!"

Yurika menyemangati dirinya sendiri sambil berjuang sekuat tenaganya untuk berkonsentrasi mengendalikan mantranya. Kalau konsentrasinya goyah bahkan sebentar saja, panjang gelombang dari energi spiritualnya akan menjadi kacau dan akan menyebar tanpa menjadi berguna sama sekali bagi Sanae.

"Kamu pasti bisa, Yurika...cuma kamu harapan kita saat ini..."

Koutarou kesal karena yang bisa dilakukannya hanyalah berdoa.

Koutarou sempat berpikir untuk membantu Yurika dengan menggunakan Signaltin, tapi Koutarou tidak bisa mengatur kekuatan sihirnya sebaik Alaia. Itulah sebabnya Koutarou tidak yakin kalau dirinya bisa membantu dalam bagian yang memerlukan tindakan yang rinci ini.

Koutarou bisa menyerahkan tugas itu sepenuhnya pada pedang itu seperti saat dia berurusan dengan mimpi buruk Kii atau saat menyembuhkan luka Maki, tapi dia tidak tahu apakah itu akan berhasil. Karena nyawa Sanae yang menjadi taruhannya, Koutarou tidak akan memakai cara itu sampai saat-saat terakhir.

Jadi, sebagai hasilnya, tidak ada yang bisa dilakukan Koutarou pada saat ini. Yang bisa dilakukannya hanyalah berdoa agar Yurika berhasil, agar dia tidak harus bergantung pada kekuatan pedang itu.

"Aku, pasti, bakal, nyelametin, Sanae-chan."

Yurika berusaha keras berkonsentrasi untuk mempertahankan sihirnya sambil terus didera oleh rasa sakit.

10 detik, 20 detik, 30 detik.

Biasanya, waktu selama itu berlalu dengan cepat saat semuanya sedang tertawa bersama, namun saat ini, waktu selama itu rasanya seperti tidak berjalan sama sekali. Inilah pertama kalinya dalam hidup Yurika dua menit terasa selama ini.

"Aku, bakal, jadi, gadis penyihir, yang hebat, kayak, Nana-san!"

Namun Yurika tidak menyerah. Meski menderita karena sakit, dia terus menjalankan mantranya dengan semangat baja.

Satu tahun lalu, tugas seperti ini kemungkinan besar menjadi sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh Yurika. Setelah berpisah dari Nana, Yurika menghabiskan hari-harinya kabur dari pembunuh bayaran yang disuruh oleh Darkness Navy. Meskipun dia punya potensi yang hebat untuk masalah sihir, kepribadian Yurika tidak cocok dalam pertarungan dan bahaya-bahaya lainnya.

Namun, Yurika sudah berkembang di tahun dimana dia datang ke kamar 106. Dia bertemu denagn Koutarou dan para gadis penjajah lainnya, dan bertarung berulang kali melawan mereka. Keseharian itulah yang sudah melatih Yurika.

Yang lebih penting lagi, Yurika sudah tidak sendiri lagi.

Dia ingin lulus dari SMA Kisshouharukaze bersama dengan Koutarou. Dia ingin melihat akhir dari anime gadis penyihir favoritnya bersama dengan Sanae. Dia ingin mendapatkan kembali mayat-mayat dari Yurika, Yurika A dan Yurika B yang ditinggalkan Theia di dalam sebuah gua dari salah satu game mereka. Dia belum merasakan semua masakan Kiriha. Dia masih membaca manga yang dipinjamnya dari Shizuka. Dan, dia ingin melakukan sesuatu untuk membantuk Harumi dalam urusan cintanya.

"Aku, adalah, gadis penyihir, cinta, dan, keberanian!!"

Yurika memiliki banyak hal yang ingin dilakukannya dengan orang-orang yang dia sayangi. Bahkan meskipun dirinya berada dalam situasi yang dibencinya, Yurika tetap akan melakukan yang terbaik. Selama setahun ini, Yurika sudah belajar apa itu cinta dan harapan, dan juga memperoleh keberanian untuk tidak lari saat semuanya menjadi sulit.

"Yurika...kamu..."

Saat Sanae melihat Yurika, dia betul-betul mengubah pandangannya terhadap Yurika. Hal yang sama juga terjadi pada setiap orang di kamar itu, karena tidak ada yang menyangka bahwa Yurika akan berusaha sekeras ini - kecuali satu orang. Hanya Koutarou yang percaya bahwa Yurika bisa melakukannya.

"Itu bener...kamu pasti bisa....kamu itu orang yang selalu bisa ngelewatin setiap masalah!"

Masih ada satu menit lagi yang tersisa dari waktu dua menit itu. Yurika kesulitan bernafas, namun Koutarou meyakinkan Yurika bahwa dia bisa melakukannya. Kenyataannya, dia mungkin benar-benar bisa.

Namun tepat pada saat itulah ada sesuatu yang tidak terduga justru terjadi.

Tiba-tiba, terdengar sebuah suara sesuatu yang berbelok dan menabrak.

Rupanya, ada kecelakaan lalu lintas yang terjadi di dekat Rumah Corona. Ada mobil yang tidak bisa berbelok dengan tepat dan menabrak dinding, namun untungnya tidak ada yang terluka.

"...Ah!?"

Namun, karena kecelakaan itu, konsentrasi Yurika menjadi terganggu.

Suara kecelakaan yang terjadi menjadi salah satu penyebabnya, namun yang menjadialasan utamanya adalah karena Yurika khawatir akan ada yang terluka dalam kecelakaan itu.

Kalau Yurika tidak begitu peduli dengan nyawa seseorang, dia hanya perlu bertahan dan mengabaikan suara itu, dan dia pasti bisa bertahan melakukan mantranya. Yurika memang sudah menjadi lebih berani daripada sebelumnya, namun karena dia khawatir dengan orang-orang yang mengalam kecelakaan itu, dia kehilangan konsentrasi untuk menjalankan mantranya. Dalam kata lain, ini adalah kejadian tragis yang terjadi karena Yurika sudah memiliki sifat seorang gadis penyihir yang sepantasnya.

"Gawat!?"

Karena Yurika kehilangan konsentrasi, keenam energi spiritual yang sudah diatur menjadi satu gelombang yang sama mulai berpencar kembali ke bentuknya masing-masing. Kalau dua energi spiritual dengan panjang gelombang yang berbeda saling bertubrukan, energi-energi itu akan saling meniadakan satu sama lain dan membuat kekuatannya menghilang. Karena keenam energi spiritual itu sedang berada dalam kondisi seperti itu, semua energi itu saling bertubrukan dan meniadakan satu sma lain, dengan hasil akhinya menyisakan kurang dari sepertiga dari total energi spiritual yang tadinya terkumpul.

"H-Hilang lagi!?"

Badan Sanae mulai kehilangan warnanya lagi. Karena ada mantra lain yang menstabilkan badannya, penampilannya tidak berubah, tapi warna badannya mulai menghilang dengan perlahan. energi spiritual yang didapat Sanae dari yang lainnya sudah tidak bisa menolongnya.

Aku harus gimana!? pikir Yurika dengan keras untuk mencoba memperbaiki situasi ini.

Meskipun Yurika bisa mengendalikan kembali mantranya yang sudah kacau, masih butuh waktu untuk mengatur kembali keenam energi spiritual itu. Begitu juga, jumlah energi spiritual yang hanya sepertiga saja tidak akan cukup untuk mempertahankan Sanae. Kalau Yurika setidaknya bisa mendapatkan energi spiritual dua kali lipat dari jumlah yang ada dengan segera, kemungkinan besar dia bisa melewati batas waktu dua menit sebelum Sanae menghilang. Namun, Yurika hanya bisa mendapatkan satu cara untuk membuat hal itu terjadi, dan hal itu merupakan taruhan yang berbahaya.

"Satomi-san , cuma ini harapan kita, aku pinjam kekuatanmu!"

Dan dalam situasi ini, Yurika pada akhirnya bergantung pada Koutarou seperti yang sudah-sudah. Yurika menggenggam tongkatnya dengan kedua tangannya dan mengarahkannya pada Koutarou.

"Yurika!? Gaaaah!!"

Tepat setelahnya, rasa sakit yang diderita Koutarou langsung meningkat. Kejutan dan rasa sakit yang menyerang Koutarou meningkat dua kali lebih besar karena jumlah energi spiritual yang dikuras darinya bertambah menjadi dua kali lipat juga.

"Ma, af, Satomi, san, nggak, ada, cara, lain!"

Hal yang sama juga berlaku bagi Yurika, karena sambil menahan rasa sakit yang bertambah jumlahnya, dia masih harus berjuang keras mempertahankan keberadaan Sanae.

Menyatukan kembali enam panjang gelombang yang berbeda dengan segera akan sulit bagi Yurika, jadi dia memutuskan untuk fokus menyesuaikan panjang gelombang milik Koutarou karena dialah yang paling dekat dengan Sanae, dan milik Yurika sendiri yang mudah untuk dikontrol.

Tentu saja rasa sakit yang mereka derita meningkat, tapi dengan cara ini, Yurika bisa meningkatkan jumlah energi spiritual yang ada menjadi dua per tiga dari jumlah awal. Meskipun berbahaya, Yurika tetap mempertaruhkan segalanya pada tindakan itu.

"Yurika!! Koutarou!!"

Sanae tidak tahan melihat dua orang yang begitu dekat dengannya menjadi begitu menderita. Dia menutup matnya dan berdoa bahwa waktu akan berjalan secepat mungkin agar mereka berdua bisa selamat.

"Maaf,in...aku...uuuhhh.........."

Yurika merasa bersalah melakukan sesuatu seperti ini tanpa izin dari Koutarou dan karena tidak bisa meminta maaf dengan pantas. Saat ini, yang bisa dilakukan Yurika hanyalah mencoba bertahan untuk tidak pingsan sambil terus mengendalikan mantranya. Keringat mengucur deras dari dahinya dan kerongkongannya kering, kakinya tidak kuat menopangnya berdiri dan membuatnya harus turun dan duduk. Badan Yurika sudah tidak bisa bertahan lagi. Dia masih mengendalikan mantraya, namun tidak aneh kalau dia sampai kehilangan kesadaran.

"...Ng-Nggak apa-apa, Yurika! Ka-Kamu, bener!" seru Koutarou dengan keras untuk menyemangati Yurika.

"Kamu, orang yang bisa ngelewatin masalah! Kamu, nyelametin, orang! Siapa, yang peduli, kamu, biasanya, kayak apa! Kamu, kamu gadis penyihir yang hebat!!"

Karena Yurika sedang menyesuaikan panjang gelombang Koutarou, dia sedang terhubung sebagian ke jiwa Koutarou. Dan tanpa keempat orang lainnya, Yurika bisa betul-betul merasakan apa perasaan Koutarou.

Satomi-san...percaya sama aku...

Koutarou berkata seperti itu tidak hanya untuk menyemangati Yurika, tapi dia betul-betul bicara kepada jiwa Yurika. Koutarou memiliki rasa percaya yang begitu kuat yang membuatnya yakin bahwa Yurika akan berhasil. Koutarou punya gambaran masa depan yang jelas dimana dirinya, Yurika dan Sanae sedang berbicara dengan santai. Di dalam masa depan yang dibayangkannya itu, Yurika masih kikuk dan terkadang gagal, namun saat ini, Yurika juga berharap untuk bisa kembali ke hari-hari itu.

Dan harapan pun akan berubah menjadi kekuatan.

"Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahh!!"

Teriakan yang berasal dari dalam impiannya pun meningkatkan kekuatan sihirnya secara drastis, sampai-sampai kekuatan sihir yang bersinar itu bisa terlihat oleh orang-orang biasa.

Kalau Yurika bertarung melawan siapapun dalam keadaan seperti ini, dia pasti akan menang tidak peduli seberapa kuat lawannya. Semengerikan itulah kekuatan yang sebenarnya dimiliki oleh Yurika.


Part 3[edit]

Tepat beberapa detik sbeelum dua menit berakhir, suara salah satu pemburu hantu terdengar dari handphone yang berada di dekat telinga Kiriha.

"Nee-san! Aku dapat laporan dari kakak! Alatnya sudah dipasang!"

"Bagus!!"

Kiriha yang biasanya terlihat tenang langsung mengepalkan tangannya karena gembira.

"Bagaimana keadaan badannya!?"

Di saat yang sama, badan Sanae yang sudah cukup melemah langsung pulih seketik. Penampilannya tampak jelas seperti biasanya, tanpa ada tanda-tanda memudar atau menghilang.

"Yurika, cukup! Kita berhasil!"

Saat melihat tingkah Kiriha dan rupa Sanae, Koutarou sadar bahwa rencana mereka berhasil dan mengatakan itu pada Kiriha yang masih mengarahkan tongkat sihirnya pada Sanae.

"...Ahh..."

Setelah mendengar bahwa dia berhasil melakukannya, ketegangan yang berada dalam tubuh Yurika pun menghilang, dan di saat yang sama, semua mantranya menghilang saat Yurika terjatuh ke lantai. Setelah mengerahkan seluruh tenaganya untuk melakukan itu, Yurika sudah tidak punya lagi tenaga untuk bergerak.

Dia pun jatuh dengan wajah lebih dulu, seperti biasanya.

"Yurika!"

Melihat Yurika yang jatuh, Koutarou yang lupa dengan kelelahannya sendiri langsung bergegas mendekati Yurika.

"Bertahanlah, Yurika!"

"Yurika-sama!"

"Yurika-chan!"

Theia, Ruth dan Shizuka pun ikut menghampiri. Kiriha masih menelepon, tapi dia menatap Yurika dengan kuatir.

"Koutarou, apa Yurika nggak apa-apa!?"

Yang paling kuatir ternyata adalah Sanae. Dia sudah mulai begitu akrab dengan Yurika belakangan ini, dan sudah jelas terlihat bahwa Yurika berjuang keras untuk dirinya. Karena itulah Sanae begitu khawatir dengan keadaan Yurika.

"Tunggu bentar...", kata Koutarou menghentikan Sanae lalu memeriksa Yurika. Koutarou memeriksa nafas, detak jantung, badan dan energi spiritual Yurika. Setelahnya, Koutarou mengangguk kepada Sanae.

"Dia baik-baik aja. Mukanya cuma luka sedikit, tapi dia cuma pingsan."

"Syukurlah..."

Yurika sudah jatuh dengan wajah lebih dulu. Biasanya, hal itu akan membuat semua orang keheranan, namun kali ini berbeda. Semuanya tampak lega dan tersenyum.

"Dasar...siapa yang menyangka dia akan jatuh dengan wajah lebih dulu pada akhirnya, memang, Yurika ini..."

"Pekerjaan sekeras ini memang seperti yang kita bayangkan akan dilakukan oleh Yurika yang biasa, ya."

"Aku harap lukanya tidak berbekas..."

Para gadis tersenyum sambil terus memuji Yurika dan memberikan apresiasi mereka. Kalau saja Yurika tidak pingsan, dia pasti sudah kaget mendengar semua itu.

"Makasih juga ya, Koutarou."

"Nanti jangan lupa bilang terima kasih sama Yurika pas dia udah bangun, oke?"

"Oke", jawab Sanae sambil memandangi Yurika yang dibopong oleh Koutarou. Baru saat itulah dia memperhatikan dirinya sendiri.

"Haaah....aku hampir tidak yakin akan jadi seperti apa aku nantinya...", ujar Sanae sambil memandangi tangannya dan lalu melihat ke bawah untuk memeriksa badan dan kakinya. Badannya sudah kembali terlihat normal seperti biasa, dan tidak ada satu bekas yang terlihat dari insiden barusan.

"Syukur ya, Sanae."

Koutarou pun juga merasa lega. Karena mereka baru saja lepas dari krisis untuk saat ini, Koutarou menghela nafas lega.

"Ya!" balas Sanae yang mengangguk senang dan kembali bergantung di punggung Koutarou seperti biasanya. Dia lalu mengintip dari balik pundak Koutarou dan melihat Yurika. Saat dia bangun nanti, semuanya akan kembali seperti biasa.

"Koutarou."

Kiriha masih menjadi satu-satunya orang yang masih terlihat serius. Setelah menyimpan handphonenya, dia menepuk pundak Koutarou.

"Ada apa, Kiriha-san?"

"Maaf aku berkata seperti ini saat kamu sudah merasa lega, tapi semua ini masih belum berakhir. Sanae hanya sembuh untuk sebentar saja. Masalah utamanya masih belum terselesaikan."

"Apa!?"

Raut wajah Koutarou langsung berubah mendengar hal itu. Dia tahu bahwa Kiriha bisa dipercaya, dan kata-katanya yang terdengar serius itu sudah cukup untuk membuat Koutarou kembali was-was.

"Nggak mungkin!?"

Dan kalau Koutarou mempercayai hal itu, maka Sanae pun akan mempercayainya. Sanae lalu membungkuk mendekati Kiriha.

"Apa maksud---nggak, tunggu dulu.."

Koutarou hampir bertanya kepada Kiriha secara refleks, tapi dia memperhatikan adanya sesuatu saat akan berbicara.

"Kalau aku pikir-pikir lagi..."

Semenjak badan Sanae mulai menghilang, tindakan yang dilakukan Kiriha tampak begitu tepat, seakan-akan dia tahu bahwa hal ini mungkin akan terjadi. Koutarou juga tahu bahwa apa yang dilakukan oleh orang yang menelepon Kiriha sudah menyelamatkan Sanae, tapi semua itu terasa aneh baginya. Orang yang ditelepon Kiriha tidak pernah muncul di kamar itu.

"Kiriha-san, apa aja yang udah kamu tahu? Situasi apa yang lagi dialami sama Sanae?"

Pada akhirnya, Koutarou tetap bertanya pada Kiriha. Sanae menyerahkan urusan ini kepada Koutarou, tapi karena hal ini tetap menyangkut dirinya, tanpa disadarinya pelukannya pada leher Koutarou semakin erat.

"Akan butuh waktu lama untuk kujelaskan, tapi kita tidak punya waktu untuk itu. Akan lebih cepat kalau kalian semua melihatnya sendiri. Ikutlah denganku, Satomi Koutarou!"

Dengan gerakan yang gesit, Kiriha melangkah menuju pintu masuk kamar. Tujuannya bukanlah ke bawah tanah, namun suatu tempat di atas permukaan tanah.

"Oke! Ayo kita pergi, Sanae!"

"Ya!"

"Kami juga akan ikut."

"Baik, Yang Mulia!"

"Aku nyusul habis aku kunci kamarnya!"

Koutarou dan yang lainnya segera mengikuti Kiriha. Mereka masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tapi mereka tahu bahwa semua itu adalah demi Sanae.


Part 4[edit]

Pada saat itu, ada sepasang mata yang mengawasi Koutarou dan yang lainnya pergi keluar dari kamar 106.

"Oh, kelihatannya mulai menarik..."

Suara itu berasal dari seorang wanita, namun wanita itu tidak bisa dilihat. Dia adalah hantu, tapi badannya tidak tampak sejelas Sanae. Dia sudah kehabisan energi spiritual dan sudah akan pergi ke alam baka atau menghilang.

"Fufufufufufu, dengan begini, aku mungkin bisa membalas mereka....fufufufufu...."

Dia memiliki rasa benci yang begitu besar kepada Koutarou dan yang lainnya, dan kebencian yang besar itu entah bagaimana bisa mempertahankannya di dunia orang hidup.

"Semua salah mereka. Gara-gara mereka aku mati...aku tidak bisa memakai pakaian bagus...semuanya..."

Alasan dibalik kebenciannya itu adalah kemarahan yang tidak beralasan.

Wanita hantu itu adalah salah satu hantu yang dibayar oleh para pemburu hantu untuk menyerang Sanae. Karena serangan balasan dari Koutarou, semua hantu yang lain sudah pergi ke alam baka, namun hanya dia sendiri yang tinggal. Kemarahannya yang tidak beralasan dan hasratnya yang tinggi terhadap dunia orang hidup melampaui kekuatan yang berusaha membuatnya berpulang ke alam baka. Dia sudah lama menunggu sampai Koutarou dan yang lainnya sampai membuat celah, dan ini juga karena kebencian dan obsesinya.

"Aku mungkin gagal sebelumnya...fufufu...tapi setelah ini...akan kutunjukkan pada mereka..."

Dialah penyebab terjadinya kecelakaan yang membuat konsentrasi Yurika hancur. Rencana hantu itu adalah untuk membuat sihir Yurika gagal, mengumpulkan energi spiritual yang ada dan lalu menyerap Sanae. Untungnya, tragedi ini berhasil dihindarkan berkat usaha gigih Yurika, namun hal itu hanya membuat hantu itu menjadi semakin marah.

"Fufufu...kalau aku menunggu sebentar lagi, kesempatanku akan tiba...aku hanya perlu menunggu sebentar lagi...fufufufufufufufu."

Dengan berjalannya waktu yang sudah melewati pertengahan bulan Maret, suhu udara sudah mulai kembali menghangat. Namun, udara di sekitar wanita itu masih tetap dingin membeku.


Part 5[edit]

Saat dia terbangun, Yurika berada di punggung Koutarou.

"...Huh...?"

Koutarou menggendong Yurika di punggungnya sambil berlari di atas trotoar. Saat itu suasana di sekitar mereka gelap, dengan lampu jalanan yang redup untuk menerangi mereka.

"E-Em..."

Hal yang terakhir diingat oleh Yurika adalah saat dirinya pingsan di kamar 106, dan karena sekarang dia berada di tengah kota di malam hari dan digendong oleh Koutarou, hal itu membuat Yurika kebingungan.

"Dimana....huh? Kenapa Satomi-san--?"

"Koutarou, kayaknya Yurika udah bangun."

Sanae menyadari bahwa Yurika sudah sadar dan memberi tahu Koutarou.

"Sip. Makasih, Sanae."

Koutarou lalu menoleh ke belakang dan melihat Yurika yang mengedipkan matanya yang masih mengantuk berulang kali sambil melihat ke sekelilingnya. Koutarou pun merasa sedikit lega setelah melihat Yurika yang bersikap seperti biasanya.

"Udah bangun, Yurika?"

"I-Iya..."

Karena masih tidak tahu apa yang sudah terjadi, Yurika hanya bisa mengangguk dengan ragu-ragu. Sesaat setelahnya, pikirannya kembali jernih dan dia teringat akan sesuatu yang penting.

"Oh iya, Sanae-chan!! Dimana Sanae-chan!?"

Hal yang terakhir diingat oleh Yurika adalah saat Koutarou mengatakan kepadanya untuk berhenti. Itulah sebabnya Yurika tidak tahu apa yang terjadi pada Sanae, dan lalu mencari-cari Sanae ke sekitarnya.

"Aku disini", jawab Sanae sambil membalikkan badannya dan terus melayang di depan Koutarou, agar Yurika bisa melihat dirinya. Yurika pun terkejut melihat senyuman ceria Sanae.

"Sanae-chan!! Kamu baik-baik aja!!"

"Karena kamu. Makasih ya."

"S-Syukurlah...aku sempat nggak yakin sama apa yang bakal terjadi...", ujar Yurika yang nampak lega dan bersandar lemas pada Koutarou.

"Jadi, sekarang kita lagi ngapain?"

Setelah menenangkan dirinya, Yurika mulai penasaran mengapa mereka berada di luar. Dia sudah tahu bahwa semua orang dari kamar 106 berada di dekatnya saat dia melihat ke sekitarnya. Yurika tahu bahwa mereka sedang menuju ke suatu tempat, tapi belum tahu mengapa mereka pergi.

"Masalahnya masih belum selesai. Kita lagi menuju ke rumah sakit."

"Rumah sakit!? Kenapa?"

"Karena Kiriha-san yang bilang."

Semuanya sedang pergi menuju rumah sakit kota, rumah sakit yang sama dimana Koutarou dirawat saat kepalanya terluka musim semi tahun lalu.

"Sanae-chan kan hantu, memang dia bisa dirawat di rumah sakit?"

"Siapa tahu. Kiriha bilang butuh waktu buat ngejelasin, jadi kita belum tahu apa-apa", kata Koutarou sambil menunjuk Kiriha dengan dagunya.

Kiriha sedang berlari sedikit lebih lambat dari Koutarou dan yang lainnya karena sedang berbicara dengan seseorang lewat handphonenya. Dia belum menjelaskan apapun kepada semuanya karena dia masih harus berbicara lewat handphone.

"Kita udah mau nyampe, jadi kita pasti bakal tahu."

"Aku harap kita nggak lihat sesuatu yang serem..."

"Aku juga nggak mau itu."

"Tapi, tapi, bukannya kamu bakal takut kalau ada hantu yang muncul?"

"Aku juga hantu loh."

"Sanae-chan ya Sanae-chan. Hantu itu jauh lebih serem."

"Bukannya kamu takut sama aku pas kita baru ketemu?"

Koutarou senang saat Yurika dan Sanae mulai asyik berbicara seperti biasanya, namun raut wajahnya kembali serius saat dia melihat gerbang rumah sakit yang ada di depannya.

"Satomi-kun, ada orang di depan sana."

Shizuka, yang berlari di sebelah Koutarou, menunjuk ke sebuah area yang gelap tepat di depan gerbang rumah sakit. Karena penglihatannya bagus, Shizukalah yang pertama kali melihat adanya seseorang yang berdiri di sana.

"Kamu bener..."

Di dalam kegelapan itu berdiri dua orang. Dari siluetnya, ada satu orang yang tinggi kurus yang berdiri di sebelah orang yang pendek dan gemuk. Mereka berdua sedang berdiri menghadap Koutarou dan yang lainnya, kemungkinan menunggu mereka tiba.

Apa mereka orang-orang yang lagi ngomong sama Kiriha? Apa mereka orang-orang dari bawah tanah? pikir Koutarou yang mulai mendekati kedua orang itu.

Kedua orang itu lalu mulai bergerak dan keluar dari dalam kegelapan, membuat wajah mereka bisa jelas terlihat. Tepat saat Koutarou melihat wajah mereka, dia langsung berteriak.

"Ah, kalian!?"

Koutarou pernah melihat mereka sebelumnya. Mereka berdua adalah orang-orang yang pernah bertemu dengannya di pantai pada tahun lalu.

"Satomi-kun, kamu kenal mereka?"

"Kamu juga kenal kok, Ibu Kos-san! Mereka orang mesum di pantai waktu itu!!"

"Eh!? Yang bener!?"

"Apa!? D-Dia benar!! Mereka orang mesum yang dari pantai!!"

"Huh? Apa mereka emang ada di sana?"

"Merekalah yang waktu itu menculik Sanae-sama."

"Oh ya, kau sedang ditangkap oleh CosClub, makanya kau tidak tahu...."

Merekalah pemburu hantu yang pernah menangkap Sanae dan berniat menjualnya. Pada saat itu, mereka sedang sial karena sempat dikira sebagai orang mesum.

"Koutarou, apa kamu pikir mereka bakal ngelakuin hal yang jahat lagi?"

"Satomi-kun, apa jangan-jangan mereka udah berbuat sesuatu sama Sanae?"

"Kalian! Beraninya kalian muncul kembali!"

Karena mereka berdua sempat membuat Sanae berada dalam bahaya, Koutarou dan yang lainnya menjadi benar-benar waspada terhadap keduanya. Karena itulah, Koutarou dan para penjajah bersiap untuk betul-betul menghabisi para pemburu hantu itu kali ini.

"Fufufufufu, keberuntungan kalian sudah habis saat kita bertemu lagi."

"Serang, Theia! Buat para lolicon itu babak belur!"

"Yang Mulia, karena sudah malam, ada baiknya kita kurangi suara dan kekuatannya."

"Aku tahu. Aku juga sudah lebih dewasa! Blue Knight, laser anti tentara!"

Dari berbagai senjata yang ada di kapal luar angkasa Blue Knight, laser anti tentara adalah sebagian dari senjata yang terbilang lemah. Karena laser tidak menimbulkan banyak suara, senjata itu cocok dipakai untuk menyerang pada malam hari. Nyawa para pemburu hantu pun berada di ujung tanduk.

"Aaaaah, berhenti, tunggu!"

"Kami belum melakukan sesuatu yang buruk!"

Saat menyadari ada senjata yang muncul di dekat Theia, para pemburu hantu itu mulai panik. Mereka pun sadar kalau nyawa mereka berada dalam bahaya.

"Kami belum menyentuh Sanae-chan!"

"Kami hanya mengawasinya setiap malam!"

"....Mereka bener-bener menguntit Sanae-chan."

"Theia, tembak mereka."

"Baik. Lepaskan pengamannya. Tolong kau urus tembakannya."

"Baiklah, tuan puteri."

"Aaaaaa, Nee-san, a-apa kamu belum menjelaskan situasinya!?"

"Oh ya....Theia-dono, tolong tahan seranganmu."

Tepat sebelum meriam laser Theia akan menembak, Kiriha menghentikannya.

"Kenapa?"

"Mereka bukan musuh. Mereka adalah bawahan yang aku pekerjakan."

"Pekerjakan!? A-Apa maksudnya itu!?"

Apa yang diucapkan Kiriha sulit untuk diterima oleh Koutarou.

Kenapa dia mau ngangkat mereka jadi anak buahnya!? Mereka udah ngelakuin hal-hal jahat ke Sanae!! pikir Koutarou yang masih menuduh mereka karena riwayat buruk para pemburu hantu itu. Kalau bukan karena Kiriha yang menyuruh mereka semua berhenti, Koutarou mungkin tidak akan mendengarkan.

"Aku akan menjelaskan semuanya, termasuk hal itu. Kita sudah sampai di tempat tujuan kita", kata Kiriha sambil menenangkan Koutarou sambil berhenti berlari. Saat dia melihat ke atas, dia bisa melihat salah satu bangunan tertinggi di kota Kisshouharukaze di hadapannya.

Rumah sakit umum daerah Kisshouharukaze.

Bangunan inilah tempat tujuan mereka.


Part 6[edit]

Walau waktu sudah memasuki tengah malam, rumah sakit itu tidak terlihat betul-betul sepi. Ada perawat yang bertugas jaga malam, dan juga dokter beserta satpam. Namun, Koutarou dan yang lainnya tidak berpapasan dengan siapapun yang bekerja di rumah sakit saat mereka memasuki tempat itu. Itu karena Kiriha sudah mengatur hal itu saat mereka sedang menuju ke sana dari kamar 106. Hasilnya, Koutarou dan yang lainnya bisa mencapai tempat tujuan mereka tanpa ada halangan.

"Kalian berdua, kerja bagus."

"Kami beruntung itu terjadi malam hari. Kalau saja kejadiannya saat siang hari, si ibu yang punya intuisi yang hebat itu pasti masih ada di sini, dan akan jadi merepotkan."

"Di sini."

Si pemburu gemuk, yang memimpin mereka berjalan, berhenti di depan sebuah kamar rawat inap pribadi di lantai teratas rumah sakit. Saat itu mereka berada di bagian rumah sakit yang berisi pasien-pasien yang dirawat inap jangka panjang.

Si pemburu gemuk membuka pintu ruangan itu. Setelahnya, dia bergeser ke samping dan mempersilahkan yang lainnya masuk.

Namun, tidak ada yang mau bergerak. Mereka ragu untuk memasuki kamar itu, dan ruangan yang gelap itu membuat mereka semakin ragu.

"Semuanya, tolong segera masuk ke dalam. Kita tidak boleh sampai terlihat oleh pasien yang lain", desak Kiriha agar semuanya masuk ke dalam.

"O-Oke."

Koutaroulah yang pertama mendengarkan Kiriha dan masuk dengan hati-hati ke dalam kamar itu. Yang lainnya pun ikut di belakangnya.

Karena ini ruang rawat inap, pasti lagi ada yang dirawat disini...

Setelah masuk ke dalam, Koutarou melihat ke sekelilingnya mencari pasien yang ada di dalam. Dia lalu memperhatikan seseorang yang tidur di tempat tidur yang berada di bagian terdalam kamar berkat bantuan cahaya yang redup dari lampu darurat.

Jadi, orang ini pasti pasien di kamar ini.

Meskipun alasannya masih belum jelas, Kiriha membawa mereka semua ke sini untuk bertemu pasien ini. Agar bisa mengerti jawabannya, Koutarou melangkah dengan pelan mendekati tempat tidur itu.

Tepat pada saat itulah Kiriha, yang terakhir memasuki kamar, menyalakan lampu kamar itu. Ruangan itu menjadi terang dan langsung mengungkapkan siapa pasien yang sedang tertidur itu.

"Apa? Gimana mungkin!?"

"Eeeeeeeh!?"

"Apa!?"

Koutarou, Yurika yang digendongnya, dan Sanae yang melayang di dekat Koutarou begitu terkejut melihat pasien yang sedang tidur itu sampai-sampai jantung mereka hampir berhenti. Saking kagetnya, Yurika melompat turun dari gendongan Koutarou dan mendekati tempat tidur.

Rokujouma V11 137.jpg

"Ada apa!?"

"Ruth!"

"Ya!"

Shizuka, Theia dan Ruth langsung bergegas mendekati tempat tidur itu setelah melihat reaksi Koutarou, dan sekarang sudah ada enam orang yang mengelilingi tempat tidur itu. Saat melihat wajah pasien yang tertidur itu, semuanya menjadi terdiam.

Setelah kamar itu menjadi sunyi sekitar sepuluh detik, Koutarou dan Sanae akhirnya angkat bicara.

"S-Sanae, ini Sanae!!"

"Ini aku, aku tidur disini!!"

Yang mengejutkan, pasien yang tertidur itu tidak lain adalah Sanae. Sanae yang berada di tempat tidur itu terlihat beberapa tahun lebih tua dan lebih dewasa daripada Sanae yang berada di sisi Koutarou. Namun, penampilannya tanpa bisa dipungkiri lagi sama seperti Sanae. Semuanya pun menjadi yakin bahwa pasien itu adalah Sanae.

"Benar. Dia adalah Sanae. Aku pun juga sama terkejutnya saat aku melihatnya disini untuk pertama kali", kata Kiriha sambil mendekati yang lain. Karena Kiriha dan kedua pemburu hantu itu sudah tahu lebih dulu, mereka tetap terlihat tenang.

"Apa maksudnya ini!? Kenapa Sanae tidur disini!? Dia bukan cuma orang yang mirip, ya kan!?"

Koutarou sudah memeriksa energi spiritual pasien yang tertidur itu dan memastikan bahwa dia memang Sanae. Baik warna dan bentuk energinya persis seperti Sanae yang berada di sisinya. Yang membedakannya hanyalah umurnya dan kekuatan auranya. Koutarou tidak bisa percaya dengan hal itu.

"Izinkan aku untuk mengatakan semuanya kepada kalian. Inilah sebabnya aku membawa kalian ke sini", jawab Kiriha dengan tenang kepada Koutarou yang terlihat resah.

Namun alasan mengapa wajah Kiriha nampak sedih adalah karena hanya dialah yang mengetahui kejamnya takdir yang sudah menunggu.


Part 7[edit]

Kiriha menemukan Sanae di rumah sakit ini lebih dari setengah tahun yang lalu.

Setelah Koutarou dan yang lainnya mengalahkan para pemburu hantu, Kiriha menawarkan sesuatu kepada mereka berdua. Sebagai ganti atas imbalan uang yang besar, Kiriha meminta agar mereka berdua tidak lagi menyerang Sanae dan memberikan segala informasi yang mereka berdua punya mengenai Sanae. Para pemburu hantu pun menyetujui tawaran itu.

Informasi yang diterima Kiriha pada saat itu termasuk informasi bahwa ada satu lagi Sanae yang sedang dirawat di rumah sakit itu. Beberapa tahun lalu, Sanae terkena penyakit yang tidak diketahui dan badannya menjadi lemah, sampai terpaksa harus dirawat. Dalam kata lain, Sanae yang sekarang bukanlah hantu yang sesungguhnya. Alasan mengapa orang tuanya tidak kunjung kembali ke kamar 106 adalah karena mereka pindah ke rumah orang tua mereka yang lebih dekat dengan rumah sakit itu.

Kiriha sempat meragukan informasi itu, namun saat penyelidikannya berlanjut, dia menjadi yakin bahwa pasien itu memang benar-benar Sanae. Setelah itu, Kiriha bertekad untuk menyembuhkan Sanae.

Hanya ada satu alasan mengapa Kiriha ingin menyembuhkan Sanae, dan itu adalah karena keinginan baik semata. Kiriha tidak suka pertarungan, dan dia tahu betul betapa pedihnya seseorang harus menunggu orang yang mereka cintai. Itulah sebabnya Kiriha ingin mengembalikan Sanae kepada orang tuanya secepat mungkin.

Tentu saja, hal ini menjadi kekurangan besar bagi Kiriha yang ingin memperlama pertarungan memperebutkan kamar 106. Kalau Sanae sembuh dan meninggalkan kamar 106, keseimbangan pertarungan akan berubah dan faksi radikal akan merasa memiliki kesempatan. Lalu, Kiriha tidak akan bisa menahan faksi radikal yang sudah menunggu kesempatan itu tiba. Jadi, Kiriha mulai mengerjakan pondasi untuk menyembuhkan Sanae sejak awal dan bersiap untuk saat dimana Sanae akan betul-betul mundur dari pertarungan.

Sambil terus menahan faksi radikal, Kiriha mulai menggunakan teknologi dari bawah tanah untuk mencoba merawat Sanae. Namun, sambil meneruskan penyelidikannya, Kiriha menjumpai hambatan besar, yakni bahwa Sanae yang sedang dirawat ini ternyata masih sadar.

Kalau hantu Sanae itu hanyalah jiwa yang lepas dari badannya, maka semuanya akan menjadi sederhana. Masalah sederhana itu akan selesai dengan menggunakan teknologi Rakyat Bumi untuk mengikat kembali jiwa itu ke tubuhnya. Sudah ada beberapa contoh dari hal itu terjadi di masa lalu. Namun, Sanae yang ada di rumah sakit ini masih bisa bertindak seperti layaknya manusia biasa, dan hal ini membuat Kiriha begitu bingung.

Namun, di saat yang sama, Kiriha bisa mengerti beberapa hal. Para pemburu hantu itu mengincar hantu Sanae karena dia adalah hantu liar yang terlupakan. Kalau badan aslinya bisa bergerak dengan sendirinya, maka tidak akan ada yang terganggu kalau mereka menangkap hantu Sanae. Bagi para pemburu itu, hantu Sanae adalah sasaran yang sempurna, dan mereka tidak harus menanggung beban hati karena tahu bahwa orang tuanya tidak akan merasa sedih.

Saat Kiriha melanjutkan penyelidikannya, dia menjadi tahu bahwa hantu Sanae yang ada bersama Koutarou dan yang lainnya adalah potongan energi spiritual yang terpisah dari Sanae yang asli dan menjadi hantu.

Beberapa tahun lalu, energi spiritual mulai terpisah dari jiwa Sanae yang membuat badannya melemah. Pada akhirnya, orang tuanya pun menyadari betapa sakitnya Sanae dan membawanya ke rumah orang tua mereka. Setelah itu, Sanae yang asli dirawat di rumah sakit, dan energi spiritual Sanae yang tertinggal di kamar 106 memulai kegiatannya sebagai hantu. Setelah mengusir beberapa penghuni, Koutarou akhirnya pindah ke kamar itu. Inilah alasan mengapa Sanae berada di kamar 106.

Kiriha tidak tahu mengapa energi spiritual itu bisa terpisah dari jiwa Sanae. Mungkin karena kondisi bawaan tubuhnya saat dia lahir, atau karena jiwanya menerima guncangan yang hebat di masa lalu. Apapun alasannya, kondisi Sanae saat ini betul-betul merepotkan.

Karena sebagian besar energi spiritualnya ada bersama bagian dirinya yang menjadi hantu, Sanae yang asli menjadi semakin lemah. Setelah tahun demi tahun berlalu, Sanae sekarang berada dalam kondisi yang berbahaya. Hantu dan badannya perlu disatukan dengan segera.

Namun, disitulah masalahnya. Untuk bisa mengembalikan Sanae ke kondisinya yang semula, mereka haus mengembalikan semua energi spiritual yang dimiliki oleh hantu Sanae dan memasang kembali bagian-bagian yang telah terpisah kembali ke bagian jiwanya yang sesuai. Namun, tindakan seperti ini pun baru terjadi untuk yang pertama kalinya bagi Rakyat Bumi, dan mereka tidak punya teknologi untuk melakukan itu. Karena itulah butuh waktu yang lama untuk mengembangkan teknologi yang diperlukan. Untuk menjaga agar Koutarou dan yang lainnya tidak sampai kuatir dengan waktu yang lama itu, Kiriha sudah melanjutkan persiapannya tanpa berkata apa-apa kepada mereka.

Namun, Sanae semakin melemah dengan begitu cepat dibandingkan tingkat perkembangan teknologi yang sedang dibuat, dan malam ini, dia sudah menjadi semakin lemah sampai di titik yang sulit untuk mempertahankan nyawanya. Karena Sanae yang asli mulai mati karena kekurangan energi spiritual, hantu Sanae pun juga mulai menghilang.


Part 8[edit]

"Secara ringkasnya, Sanae yang kita kenal saat ini bukanlah hantu biasa. Sebenarnya, lebih tepat dikatakan kalau Sanae yang sedang tertidur ini telah menciptakan sebuah hantu buatan tanpa sadar."

Setelah selesai menjelaskan, Kiriha berhenti bicara dan menunjuk ke sebuah bagian dinding dari kamar itu.

"Itulah sebabnya, meskipun Sanae adalah hantu, dia bisa mengganti pakaiannya dengan bebas. Tentu saja, pakaian yang dia punya terbatas..."

Ada banyak pakaian yang digantung di dinding itu, dan sebagian besar pakaian-pakaian itu pernah dilihat oleh Koutarou dan yang lainnya. Pakaian-pakaian itu merupakan pakaian yang pernah dipakai hantu Sanae.

"Ah..."

Saat dia melihat pakaian-pakaian itu, Sanae bisa mendengar suara dari dirinya yang lain.

Saat aku sembuh nanti, aku akan memakai pakaian itu...aku harus bisa sembuh...

Suara itu berasal dari si gadis yang sedang tertidur. Terkadang, dia melihat pakaian-pakaian yang menggantung di dinding itu setiap harinya sambil berpikir demikian. Itulah sebabnya hantu Sanae memakai pakaian-pakaian itu, karena seperti yang diharapkan gadis itu, Sanae yang sehat sudah memakainya.

"K-Kamu bercanda...itu pasti..."

Sanae mulai terguncang.

Hingga saat ini, Sanae masih merasa ragu, namun dia bisa merasa bahwa Kiriha memang mengatakan yang sebenarnya saat dia melihat pakaian-pakaian yang menggantung itu -- bahwa gadis yang sedang tidur di depannya itu adalah dirinya yang lain.

"Sanae..."

Kiriha nampak terkejut dan hanya bisa memandangi Sanae dengan penuh simpati, dan yang lainnya pun juga melakukan hal yang sama. Sudah jelas bahwa Sanae begitu terkejut, namun tidak ada orang yang bisa meredakan rasa terkejut itu. Kalau mereka mencoba-coba menghibur Sanae, hal itu mungkin justru akan membuat Sanae lebih sedih lagi. Yang bisa mereka lakukan hanyalah memandangi Sanae, dan hal itu membuat mereka merasa begitu kesal.

"Itu nggak mungkin! Karena, karena, Koutarou!"

Sanae terbang ke arah Koutarou dan memohon dengan keras sambil mulai menangis.

"Kalau Kiriha benar, itu berarti Papa sama Mama nggak akan pulang ngejemput aku, benar!?"

Itulah hal yang membuat Sanae begitu terkejut. Dibandingkan dengan hal itu, masalah mengapa dia berada di kamar 106 adalah hal yang kecil.

"Itu bohong kan, Koutarou!?"

"Itu..."

"Tolonglah, tolong bilang kalau itu bohong! Tolong!"

Sanae sudah tahu bahwa memang itulah kenyataannya, namun tetap saja, dia tidak bisa menerimanya. Bahkan meskipun orang tuanya tidak bermaksud seperti itu, Sanae tidak bisa menerima kenyataan bahwa orang tuanya sudah mengabaikannya dan tidak akan kembali.

Itu menjadi sebuah masalah besar yang membuat Sanae mempertanyakan keberadaannya.

Kalau dia mengakui bahwa orang tuanya tidak akan kembali, maka hal itu akan sama saja dengan mengakui bahwa semua orang yang telah ada bersamanya tidak akan berarti baginya. Itu merupakan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh Sanae.

"Waaaaaaaah, uwaaaaaaaaaaah! Nggak mau, aku nggak mau ini! Aku nggak mau sendirian! Aku nggak mau, Koutarou! Waaaaaaaaaaaaaaah!!"

Sambil meneteskan air mata-air mata yang besar, Sanae melompat ke arah Koutarou, menangis sekeras-kerasnya sambil memeluk lehernya. Setelah mengetahui bahwa dia ternyata selama ini sendirian, satu-satunya orang yang bisa menjadi tempatnya bersandar hanyalah Koutarou.

"Sanae....kenapa kamu pikir kamu sendirian?"

"Karena, karena!! Uhh, uwaaaah, karena! Papa sama Mama, Papa sama Mama nggak akan--!!"

Sanae berusaha sebisanya untuk mencurahkan perasaaannya, namun dia tidak bisa mengubahnya menjadi kata-kata.

"Orang tuamu ngerawat dirimu yang lain di rumah sakit. Mereka mau kamu jadi sehat. Bukannya itu berarti mereka mau kamu balik lagi?"

Orang tua Sanae ingin Sanae bisa mendapatkan kembali apa yang sudah menghilang dari dirinya, dan itulah sebabnya mereka merawat Sanae di rumah sakit. Itulah sebabnya mereka tidak mengabaikan Sanae.

"Uuuuuh, tapi, tapi, A-Aku sudah nunggu, dan nunggu disana, buat, buat waktu yang lama, dan ternyata, semuanya nggak ada artinya, uwaaaaaaaaaah!!"

Namun, itu adalah cara berpikir yang masuk akal. Namun, Sanae yang sudah menghabiskan tahun demi tahun sendirian, tidak bisa menerima hal itu. Dia terus menangis tanpa bisa mencurahkan perasaannya.

"Hei, Sanae", kata Koutarou sambil memeluk dengan erat Sanae yang masih menangis.

"Udah lama waktu berjalan sejak kamu, aku dan yang lainnya saling ketemu, tapi..."

"Uuuh, Koutarou, Koutarou!"

Sanae terus memeluk Koutarou, seakan-akan mencoba mengganti kehangatan yang sudah hilang dari dalam dirinya dengan Koutarou.

"Apa semua itu ngebosenin? Apakah ketemu dengan kita semua adalah sesuatu yang nggak ada artinya?"

"Ah..."

Tepat pada saat itu, Sanae terdiam. Tangisannya mulai mereda, dan pelukannya pada Koutarou semakin erat.

"Sanae-chan, kamu temenku yang tersayang! Kamu nggak sendirian!" kata Yurika sambil tersenyum. Sanae memang temannya. Kalau bukan, Yurika tidak akan melanggar hukum untuk menggunakan sihir untuk alasan pribadi dan menyelamatkan Sanae.

"Benar, Sanae. Setidaknya, aku sudah menjadi lebih dewasa setelah bertemu denganmu. Dan kalau kau berkata bahwa itu semua tidak ada artinya, aku akan sedih. Tujuan seseorang mendaki gunung tidak hanya untuk berdiri di puncaknya, benar?"

Theia pun merasa sama. Selama setahun ini, mereka sudah menjalani saat-saat senang dan susah bersama-sama dan menjadi lebih dewasa bersama-sama. Theia tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu yang tidak ada artinya, dan dia ingin Sanae mengerti akan hal itu.

"Apa yang dikatakan Yang Mulia memang benar, Sanae-sama. Bukankah sudah banyak hal yang menyenangkan terjadi?"

"Ya, semuanya benar! Ibu Kos dan penghuninya sudah seperti orang tua dan anaknya. Tidak apa-apa meskipun kamu tidak punya alasan!"

Ruth dan Shizuka pun juga merasa demikian. Ada beberapa masalah kecil saat mereka pertama kali bertemu Sanae, tapi secara garis besar, setiap harinya semua berjalan dengan baik. Mereka pun berharap bahwa hal itu akan tetap berlanjut mulai dari saat ini juga.

"Sanae. Tidak ada yang menganggap dirimu sebagai orang yang tidak penting. Bahkan jika kamu kalah dalam permainan dan kehilangan hak atas kamar itu, tidak akan ada orang yang akan mengusirmu pergi. Kami semua membutuhkanmu, dan bukannya itu sama bagi orang tuamu?"

Dan akhirnya, Kiriha menutup penyemangat itu.

Sanae seharusnya tidak perlu bersedih. Mereka semua mencintainya, dan orang tuanya pun juga melakukan hal yang sama. Mereka mungkin saling merasa kangen, namun orang tuanya masih tetap mencintainya.

"Kalian..."

Sanae memandangi wajah mereka semua satu demi satu dengan mata yangterbelalak. Dia tidak pernah mendengar sejelas ini bahwa dirinya diperlukan.

"Sanae, gimana menurutmu?"

"....Setiap hari selalu menyenangkan, dan aku mau itu terus berlanjut selamanya..."

Kehangatan mulai menyebar kembali di dalam hati Sanae yang beku, menyebar dalam sekejap dan mencairkan kembali hatinya.

"Kalau gitu, kenapa kamu nangis?"

"Karena...Koutarou, kamu masih belum ngomong sesuatu yang manis buat aku."

"Kamu udah baikan, ya kan?"

"Nggak. Aku masih sedih. Kamu masih belum ngomong sesuatu yang penuh rasa sayang buat aku", ujar Sanae sambil tersenyum kecil dan mendekatkan pipinya pada Koutarou. Pipinya masih basah karena air mata, namun air mata itu adalah sisa dari masa lalu karena dia sudah tidak lagi menangis.

"Jelas aku nggak akan ngomong hal kayak gitu di situasi kayak gini."

"Pelit."

"Aku selalu hati-hati buat nggak terlalu manjain anak-anak."

Pada akhirnya, Koutarou tidak mengatakan apa yang ingin didengar oleh Sanae, namun dia masih memeluk Sanae sedikit lebih erat.

"Hehe..."

Karena hal itu sudah cukup untuk menyampaikan perasaannya, Sanae tidak berkata apa-apa lagi. Baginya, kata-kata tidak cukup bermakna.

"Jadi, Kiriha-san, Sanae nggak akan dalam bahaya buat sementara ini kan?" tanya Koutarou pada Kiriha sambil terus memeluk Sanae.

Sanae memandangi wajah Koutarou sesaat sebelum mengalhkan pandangannya pada Kiriha. Dia mengerti bahwa dirinya berada dalam bahaya, tapi dia menyerahkan segalanya kepada Koutarou.

"Benar. Saat ini, ada alat yang sedang digunakan untuk menstabilkan energi spiritual, tapi alat itu hanya sebagai pertolongan pertama saja."

Sambil menjelaskan, Kiriha menunju ke sebuah alat yang terpasang di sebelah tempat tidur. Alat itu tingginya hampir satu meter, dan terlihat seperti rongsokan dengan papan sirkuit dan kabel-kabelnya yang bisa terlihat dari luar -- jauh dari kata layak. Seperti yang dikatakan Kiriha, alat itu hanyalah sebagai pertolongan pertama saja.

"Dengan alat sebesar ini, batas waktu yang kita punya hanya satu jam. Kita tidak bisa memasang alat yang lebih besar lagi dan menyembunyikannya. Kia perlu solusi yang tepat."

Agar mereka bisa menyelamatkan baik Sanae yang tidak sadar, yang menjadi semakin lemah, dan hantu Sanae yang badannya distabilkan oleh alat itu, satu-satunya cara adalah bagi mereka berdua untuk kembali menjadi satu, karena mereka adalah orang yang sama.

"Begitu juga, apa itu mungkin? Alatnya masih dikembangin kan?"

"Saat ini memang tidak mungkin, tapi kita sudah hampir membuat terobosan", jawab Kiriha sambil menggelengkan kepalanya.

"Sebenarnya, sejumlah besar energi spiritual akan tercipta saat kita mengembalikan energi spiritual Sanae, namun kami tidak punya teknologi untuk menstabilkan energi itu."

"Berarti, masih belum ada terobosan."

"Tidak. Yang tidak mungkin adalah mencoba menyelesaikan masalah ini hanya dengan menggunakan teknologi kami saja", jawab Kiriha sambil menggeleng kembali, lalu menunjuk Yurika.

"Kalau dilihat dari kejadian sebelumnya, kalau Yurika ikut membantu dengan sihirnya, maka seharusnya hal itu jadi mungkin."

Bahkan setelah menggunakan teknologi dari Rakyat Bumi, Sanae masih belum bisa betul-betul disembuhkan. Namun jika Yurika menyelesaikan masalah itu dengan menggunakan sihir, seharusnya menyelamatkan Sanae menjadi hal yang memungkinkan. Ini adalah jalan yang terbuka berkat rasa percaya mereka kepada Yurika dan sihirnya, dan alasan mengapa Kiriha memastikan untuk membawa serta Yurika yang tadinya pingsan bersama mereka.

"Aku lagi!?" tunjuk Yurika pada dirinya sendiri dengan wajah terkejut. Dia tidak menyangka akan mendapat giliran lagi.

"Tolong, Yurika. Yang kita perlukan saat ini adalah pengendalian energi spiritual yang presisi ."

"Tapi, tapi, aku nggak yakin kalau aku bisa..."

Yurika yang kelelahan dan lengah sudah tidak tampak hebat seperti sebelumnya.

Ngelakuin itu lagi...nggak mungkin, udah jelas nggak mungkin!!

Yurika pun kembali menjadi pesimis.

"Kalau kamu tidak melakukannya, Sanae akan mati. Kau harus melakukannya, entah yakin atau tidak."

"Tolong, Yurika."

"B-Biar kalian bilang begitu juga, aku nggak bisa! Satomi-san, tolong aku! Itu nggak mungkin buat aku, ya kan?"

Yurika mulai menangis lagi dan meminta tolong kepada Koutarou. Dia ingin Koutarou berkata bahwa dia tidak bisa melakukannya, agar dia bisa bersantai.

"Koutarou, itu yang Yurika katakan."

"Satomi-kun, apa kau bisa berbuat sesuatu?"

Theia dan Shizuka berbicara pada Koutarou, karena mereka yakin bahwa dia bisa melakukan sesuatu terhadap Yurika.

"Yah..."

Bukannya Koutarou tidak mengerti bagaimana perasaan Yurika, yang sudah berjuang sekeras mungkin sebelumnya. Jahat memang, untuk kembali meminta Yurika melakukan hal yang sama sekali lagi.

Tapi...Yurika mungkin...

Setelah berpikir sejenak sambil menyilangkan tangannya, Koutarou berbicara pada Yurika.

"Yurika."

"Itu nggak mungkin buat aku, Satomi-san!"

Yurika yakin bahwa Koutarou akan berpihak kepadanya.

"...Apa bener itu nggak mungkin?" tanya Koutarou sambil menatap lurus ke mata Yurika.

"Ah..."

Yurika tersapu oleh pandangan serius Koutarou, yang tampak bersinar dengan rasa percaya dan harapan yang begitu kuat. Tepat saat dia melihat itu, Yurika bisa merasakan rasa malu dan gugupnya menghilang.

Aku nggak boleh ngebuang harapannya....sahabatku butuh aku...

Sebaliknya, keberanian dan keyakinan menggantikan rasa malu dan gugup itu.

"Aku lakuin. Aku akan tunjukkan kalau aku bisa", jawab Yurika sambil mengangguk sungguh-sungguh. Dia sudah kembali menjadi gadis penyihir yang sepantasnya seperti sebelumnya.

"Tolong ya."

"Ya!"

Saat melihat Yurika yang mendapatkan kembali cinta dan keberaniannya, Kiriha mengepalkan tangannya dan mengangkat dua jari, yakni jari telunjuk dan jari tengahnya, menjadi seperti bentuk gunting.

"Dengan begini, satu masalah sudah terselesaikan. Hanya ada satu masalah lagi", kata Kiriha sambil menurunkan jari tengahnya dan menyisakan jari telunjuknya.

"Masih ada masalah?"

"Masih. Begitu juga, kalau kita berhasil..."

Sambil terus berbicara, Kiriha menunjuk ke kepalanya sendiri dengan jari telunjuk yang tersisa tadi.

"Masalahnya adalah ingatannya."

"Ingatan? Maksudnya?"

Koutarou punya firasat buruk saat melihat seberapa sedih wajah Kiriha saat dia mengatakan hal itu.

"Kemungkinan besar Sanae akan kehilangan ingatannya dari saat-saat dimana dia menjadi hantu."

"Ehhh!? T-Tunggu dulu, apa maksudnya itu!?"

Nyawa Sanae berada dalam bahaya, namun untungnya ada solusi atas masalah itu. Itulah sebabnya Sanae merasa sedikit lega. Namun sekarang dia tiba-tiba mendengar bahwa dirinya akan kehilangan ingatan. Kata-kata itu membuatnya begitu terkejut karena dia baru saja mulai merasa lega. Itulah sebabnya, meskipun dia menyerahkan urusan bicara kepada Koutarou, Sanae secara refleks membungkukkan badannya dan menyela Kiriha.

"Ingatan yang kamu miliki saat ini adalah ingatan yang kamu dapat dalam wujud spiritual, dan meskipun energi spiritualmu kembali ke dalam tubuh aslimu, ingatan itu tidak akan terekam ke dalam ingatan yang ada di otakmu."

"Aku nggak ngerti, tolong jelasin lebih sederhana lagi!"

"Dalam kata lain, ingatanmu yang sekarang bisa dikatakan sebagai ingatan kehidupanmu yang dulu. Setelah Sanae bangun, kemungkinan besar dia tidak akan mengingat kita semua."

Kalau hantu Sanae dan Sanae asli menyatu, ingatan hantu Sanae akan terekam ke dalam jiwanya tapi tidak akan berlaku demikian untuk jaringan syaraf pada otaknya. Itulah sebabnya Sanae harus bisa mengingat kembali ingatan dari dalam jiwanya setiap kali dia ingin mengingat Koutarou dan yang lainnya, namun hal itu sulit untuk dilakukan. Tindakan mengingat kembali ingatan dari dalam jiwa akan sama seperti mencoba mengingat kehidupan seseorang sebelumnya. Hanya ada sedikit orang yang bisa melakukan hal itu, dan karena itulah, sangat kecil kemungkinan bagi Sanae untuk bisa melakukan hal itu.

"K-Kalau gitu, aku nggak akan tahu siapa Koutarou sama yang lainnya kalau aku sama aku yang lagi tidur itu nyatu!?"

"Sayangnya, itulah yang akan terjadi. Maaf, Sanae, kami tidak punya cukup waktu untuk bisa menangani ingatanmu", tutur Kiriha dengan sedih.

Tentu saja, Kiriha bukannya tidak memikirkan soal mengembalikan ingatan Sanae. Tapi karena masalah mengenai perkembangan alat penstabil itu membutuhkan waktu, nyawa Sanae menjadi prioritas utama dibandingkan ingatannya. Ditambah, Sanae yang menjadi hantu selama beberapa tahun juga menjadi masalah. Terlalu banyak informasi yang harus disalin ke dalam otaknya. Karena masalah prioritas nyawa Sanae dan batasan yang bisa diterima oleh otak Sanae, mereka belum bisa mendapat cara yang tepat untuk mengembalikan ingatan Sanae.

"N-Nggak..."

Sanae mulai menggeleng-gelengkan kepalanya dengan gusar.

"Nggak, aku nggak mau! Aku nggak mau hilang ingatan dan jadi orang yang beda!"

Sanae mengerti apa yang dimaksud oleh Kiriha, yang berkata bahwa agar Sanae bisa bertahan hidup, dia harus membuang ingatannya.

"Karena, karena aku nggak bakal ingat seberapa hangat Koutarou, atau seberapa senengnya aku bisa bersama kalian!"

Sanae pun menangis. Dia tidak bisa menerima bahwa dia harus kehilangan ingatannya.

"Aku itu bodoh, jadi aku pasti ngelakuin hal-hal yang jahat lagi! Kayak ngelempar kamus ke Koutarou! Padahal aku udah berteman sama semuanya, aku nggak mau balik lagi jadi anak kecil yang rewel! Padahal, padahal....waaaaaaaahh!!"

Kehilangan ingatannya sama saja dengan kehilangan hubungan yang sudah dibangunnya hingga saat ini. Kehilangan semua hal-hal menyenangkan dari kehidupannya sehari-hari dan kehangatan di dalamnya. Sanae tidak mau menerima hal itu.

"Tapi, Sanae, kalau kau tidak kembali ke badanmu, kau akan mati!"

Meskipun Sanae tidak mau kehilangan ingatannya, Theia ingin Sanae tetap hidup, tidak peduli apa yang terjadi.

"Aku tahu....aku tahu itu!!"

Sanae harus membuat sebuah pilihan: antara dia mati bersama ingatannya, atau hidup tanpa ingatan itu.

"Tapi, aku nggak bisa milih!! Aku nggak mau mati, tapi aku bukan aku lagi tanpa ingatanku!! Itu kan sama saja dengan mati!!"

Namun, kedua puluhan itu memiliki makna yang sama bagi Sanae.

Sanae yang ada di tempat tidur akan bertahan hidup. Karena ingatannya sebagai hantu tidak akan diwariskan kepada Sanae yang asli, bisa dikatakan bahwa Sanae yang sudah kenal dengan Koutarou dan yang lainnya akan menghilang, dan hal itu bisa disebut sebagai mati.

Meskipun dia mati ataupun selamat, Sanae yang sudah mengenal Koutarou dan yang lainnya tetap akan menghilang. Inilah takdir yang kejam yang tidak memberikan adanya pilihan lain.

"Ini nggak adil!! Aku nggak akan bisa ngelihat kalian lagi apapun pilihanku!!" jerit Sanae sambil memeluk Koutarou erat-erat.

"Aku mau tetep disini!! Aku mau tetep bisa ada bareng kalian semua!!"

Sanae tidak mau kehilangan kehidupannya yang sekarang dan juga hubungan yang sudah dibangunnya di dalam kamar 106, dimana hubungan yang paling berarti di antaranya adalah hubungannya bersama Koutarou yang saat ini sedang memeluknya.

"Jadi, ini nggak adil!!"

Kehangatan yang dirasakan Sanae adalah sesuatu yang ingin tetap dipertahankan olehnya, meskipun nyawa menjadi bayarannya....

...dan itulah sebabnya hal itu terjadi.

"Agh."

Tiba-tiba, Koutarou muntah darah, dan langsung jatuh pingsan.

"Koutarou!?"

Sanae, yang berada di dekatnya, langsung menahan badannya dengan cepat. Koutarou yang sudah pingsan itu tampak seperti boneka yang bersandar pada Sanae.

"Apa ini!? Kalau begini, Koutarou bakal mati!!"

Sebagai hantu, Sanae bisa melihat bahwa Koutarou kehilangan energi spiritual dengan begitu cepatnya hanya dari sentuhan Sanae saja. Kalau terus begini, Koutarou akan segera mati.

"Kenapa!? Gimana bisa!? Koutarou! Koutarou!!"

Namun, Sanae tidak mengerti sebabnya. Yang bisa dilakukannya hanyalah memandangi Koutarou dengan pasrah selagi orang yang dicintainya lebih dari apapun menjadi sekarat.


Kembali ke Bab 2 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 4
  1. Aslinya "balon yang berlubang", tapi karena mungkin kurang cocok dengan anggapan kita tentang balon, maka diganti dengan yang lebih relevan