Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 4 Bab 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ksatria Biru Theiamillis[edit]

Part 1[edit]

Rabu, 11 November

Festival budaya berlanjut selama dua hari dan berakhir tanpa adanya masalah. Tentu saja, ini termasuk drama yang dipentaskan klub drama, 'Sang Puteri Perak dan Sang Ksatria Biru'. Drama itu menerima banyak pujian, terlebih bagi Harumi yang memerankan sang Puteri Perak. Karena itulah, diputuskan kalau mereka akan melanjutkannya tahun depan.

Yurika dapat mengembalikan si kumbang Herkules ke pemiliknya dengan selamat. Tapi, kelihatannya Yurika menjadi sangat sayang dengan Hercules dan berpisah dengannya adalah hal yang berat bagi Yurika. Dia lalu menangisi itu selama beberapa menit setelahnya.

Clan tidak muncul di hadapan Koutarou dan yang lainnya lagi setelah pertarungan yang terjadi saat pesta. Meskipun mereka berjaga-jaga selama beberapa hari setelah itu, Blue Knight mendeteksi distorsi ruang yang berukuran besar. Menurut analisis Blue Knight, itu disebabkan oleh Hazy Moon yang meninggalkan Bumi. Kalau analisis Blue Knight benar, itu berarti Clan telah meninggalkan Bumi dan kembali ke Forthorthe.

Dengan demikian, Koutarou dan yang lainnya kembali ke kehidupan mereka yang normal, dan pertarungan memperebutkan kamar yang kecil itu mungkin akan berlanjut, tapi anehnya Koutarou merasa kalau itu adalah yang terbaik.

Tapi, tidak semuanya kembali menjadi normal. Tanpa ada seorang pun yang sadar, ada perubahan yang perlahan mulai terjadi.

Kamar 106 terdengar sunyi malam itu.

Meskipun Koutarou berguling-guling kesana kemari saat dia tidur, dia tidak mendengkur maupun berbicara dalam tidurnya. Hal yang bisa terdengar hanyalah detik jarum jam dan suara nafas Koutarou selain suara yang dihasilkan saat dia menabarak sesuatu saat berguling.

Dua orang lain pun juga tertidur di tempat mereka masing-masing: Sanae di langit-langit, dan Yurika di dalam lemari. Karena itulah, kamar 106 cukup hening sampai-sampai suara rumput yang tertiup angin pun bisa terdengar dari dalam kamar.

Malam itu adalah malam musim gugur yang tenang. Biasanya, waktu akan berjalan dengan damai dengan ditemani suara detik jam dan nafas Koutarou, tapi tidak untuk hari ini.

Saat jarum jam menunjuk ke angka dua, dinding yang berada di bagian paling dalam kamar mulai berpendar. Hal yang terjadi kemudian adalah kaki yang melangkah dari balik dinding. Pemandangan itu tampak misterius, hampir seperti ada seseorang di sisi lain tembok itu.

Setelah kaki yang dibungkus oleh stocking itu telah mengetahui dimana ia berpijak, kaki itu kembali masuk ke dalam tembok yang berpendar itu. Setelahnya, seorang gadis yang mengenakan gaun putih bersih datang dari balik tembok.

"..."

Setelah keluar dari tembok, si gadis melihat ke arah kakinya. Setelah memastikan kalau yang dipijaknya adalah tatami, dia melemaskan pundaknya dengan wajah yang terlihat lega.

"...Yang Mulia"

Selanjutnya, seorang gadis lain yang memakai seragam militer muncul dari tembok. Dia melakukan hal yang sama dengan gadis pertama dan melihat ke bawah untuk memastikan pijakannya sebelum memperlihatkan raut wajah lega.

"Aku tidak menyangka akan kuatir dengan posisi tidur hambaku sendiri..."

"Mau bagaimana lagi, Yang Mulia. Kita tidak bisa menginjak Satomi-sama saat ini..."

Tentu saja, kedua gadis yang keluar dari tembok itu adalah Theia dan Ruth.

"Itu benar"

Keduanya tertawa kecil dan mendekati Koutarou yang sedang bersandar pada dinding. Namun, ada yang janggal pada mereka; saat itu mereka berdua memakai pakaian yang terlihat lebih mewah dibanding biasanya.

Meskipun gaun yang dikenakan Theia putih seperti biasanya, ada desain formal yang bisa terlihat pada gaun itu. Selain itu, dia memakai lebih banyak perhiasan dibanding biasanya, dan tiara yang ada di kepala Theia berhiaskan dengan permata yang kelihatannya bernilai milyaran.

Seragam militer yang dipakai Ruth pun juga berbeda dibanding biasanya. Seragamnya saat itu punya warna elegan dengan dekorasi yang beragam; dengan memprioritaskan desain di atas mobilitas, dan memang diperuntukkan untuk upacara-upacara tertentu.

Yang lebih aneh dibandingkan pakaiannya saat itu adalah dia membawa pedang di tangannya. Dia membawa pedang itu - yang mempunyai desain yang sama dengan pedang yang dirusak oleh Koutarou - dekat dengan dadanya.

Setelah mereka mendekati Koutarou, mereka berbaris dan duduk di sebelah Koutarou.

"Dia tidur tanpa peduli apa yang ada disekitarnya...dia bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi.."

"Kalau begitu, kita bisa melakukannya dengan berani pada siang hari"

Agar mereka tidak membangunkan Koutarou maupun Sanae, mereka berbisik satu sama lain.

"Aku tidak mau itu"

Theia menggelengkan kepalanya, yang diikuti dengan goyangan gaun dan perhiasannya. Pakaiannya yang mewah membuatnya lebih susah untuk bergerak di kamar yang kecil itu.

"Karena keadaannya, ini adalah pertukaran yang bagus..."

"Fufufu, oh Yang Mulia..."

Ruth membungkukkan badannya saat dia mencoba menahan tawanya.

"Diamlah, Koutarou akan bangun"

"Y-Ya...kalau begitu mari selesaikan urusan kita"

"Ya, ayo kita lakukan...Ruth, berikan aku Saguratin"

"Ini, Yang Mulia"

Ruth menghunus pedang yang dibawanya - pedang yang berharga bagi Theia, Saguratin.

Pedang itulah yang diberikan pada Theia saat kelahirannya, dan lambangnya, sebuah bunga emas, terukir pada pedang itu.

"Yang Mulia"

"Ya"

Setelah menerima pedang itu dari Ruth, Theia berbalik menghadap Koutarou.

"...Koutarou"

Theia mulai berbisik sambil tersenyum ke arah Koutarou.

"Kau telah melayaniku dengan luar biasa saat puteri kedua Clariossa muncul. Aku benar-benar berterima kasih untuk perbuatanmu yang telah melindungiku dari bahaya. Pada keadaan yang seharusnya, aku akan memberimu apapun yang akan kau minta, tapi karena kali ini aku sedang bepergian, aku tidak bisa melakukan hal itu"

Saat Theia mengatakan itu, dia memegang pedangnya dengan kedua tangannya.

"Jadi, sebagai tanda terima kasihku, aku akan menganugerahkan padamu pangkat dan gelar seorang ksatria. Tapi, kau tidak akan terima jika aku memperlakukanmu sebagai hambaku. Itulah mengapa aku datang pada malam selarut ini hanya dengan Ruth sebagai satu-satunya saksi"

Theia melanjutkan bisikannya dengan lembut, tapi dia merasa sedih karena sebenarnya dia ingin melakukan itu secara langsung.

"......Maafkan aku, Koutarou. Aku tidak tahu cara lain untuk menyampaikan rasa terima kasihku. Kau bisa menertawakan diriku yang merupakan seorang puteri yang terlalu lama berada di istana jika kau mau. Aku tidak tahu cara lain untuk menjalani hidup hingga aku datang ke tempat ini"

Theia menunjukkan senyumnya yang terlihat kesepian, dan dia dengan pelan mengarahkan bagian datar pedangnya pada pundak Koutarou.

"Jangan bergerak sekarang, Koutarou. Kalau kau bergerak, aku mungkin akan menyakitimu..."

Pertama pundak kanan, lalu pundak kiri; itulah urutan yang secara adat-istiadat dilakukan saat menganugerahkan gelar ksatria kepada seseorang di Forthorthe, lalu pangkat dan gelar ksatria pun diumumkan.

".....Satomi Koutarou. Theiamillis Gre Forthorthe Mastil Sagurada von Forthorthe menganugerahkan kepadamu gelar dan pangkat ksatria dengan gelar 'Ksatria Biru Theiamillis'"

Ruth menyerahkan sarung pedang itu kepada Theia setelah menunggu Theia selesai menganugerahkan semua itu.

"....Yang Mulia"

"Ya"

Theia menerima sarung pedang itu dan dengan pelan menyarungkannya kembali.

"Dan sebagai tambahan, aku akan memberikan pedang ini kepadamu sebagai pengganti pedang yang telah kau patahkan. Aku akan menyimpannya untukmu, jadi beri tahu aku kapanpun kau membutuhkannya"

Setelah Theia mengatakan itu, dia menyerahkan pedang itu kepada Ruth. Setelah menerima pedang itu, Ruth memegangnya dengan rasa sayang yang begitu besar, karena saat itu dia sedang bahagia.

Meskipun keadaan itu terlihat sepihak, Ruth senang saat Koutarou dan Theia telah membentuk ikatan tuan dan hamba, dengan pedang itu sebagai buktinya. Baginya, tidak ada yang lebih berharga dari itu.

"Kerja bagus, Yang Mulia"

"Ya..."

Dengan itu, mereka telah melakukan semua yang harus mereka lakukan, dan karena itulah raut wajah mereka terlihat lebih cerah.

"Mmm, Mmm~"

Saat itulah, kelopak mata Koutarou mulai bergerak, yang mungkin disebabkan karena dia sadar kalau Theia dan Ruth ada disana, atau hanya kebetulan semata.

"Mm~"

Saat Koutarou membuka matanya, dia memperhatikan kalau Theia ada didepannya.

"...Hm? Apa...udah waktunya buat latihan...?"

Koutarou beranggapan bahwa saat itu sudah waktunya untuk berlatih selagi setengah tertidur.

Theia tersenyum padanya dan menggelengkan kepalanya.

"Bukan. Latihannya ditunda untuk waktu yang sedikit lama..."

"Begitu...Huaaah, kalau gitu aku tidur lagi ya...bangunin kalau udah waktunya..."

"Ya, akan kubangunkan..."

Koutarou langsung tertidur kembali.

Theia dan Ruth telah melakukan semua yang harus mereka lakukan. Mereka tidak punya alasan lagi untuk berada di kamar itu, tapi keduanya tidak beranjak sama sekali.

"...Istirahatlah, ksatriaku..."

"Selamat malam, Satomi-sama..."

Tanpa bergerak sedikitpun, mereka hanya memandangi rekan pertama mereka - dengan artian yang sesungguhnya - yang telah mereka temukan di ujung jagad raya ini.


Part 2[edit]

Beberapa hari setelah festival budaya berakhir, seorang murid pindahan tiba di SMA Kitsushouharukaze.

"Jadi ini klub cosplay..."

Murid pindahan itu adalah seorang gadis.

"Memang tempat yang bagus untuk menyembunyikan identitasmu. Yang bisa kukatakan cuma 'kerja bagus'"

Umurnya 16 tahun, sama dengan Koutarou dan yang lainnya, dan dia juga murid kelas satu.

"Aku pikir dia cuma pengecut yang bodoh, tapi kelihatannya aku harus mengubah evaluasiku...itu, atau dia punya teman yang pintar...yang manapun, aku nggak boleh ceroboh"

Setelah dia menggumamkan hal itu, dia mengetuk pintu di depannya.

"Sebentar"

Sebuah jawaban bisa terdengar dari balik pintu. Dia lalu berkata kepada suara yang ada di balik pintu.

"Permisi, aku mau bergabung!"

"Ketua! Ada yang mau gabung!"

"B-Beneran!? Yakin itu bukan klub lain yang mau jahil!?"

"Tunggu saja, Yurika.....fufufu..."

Tujuan aslinya adalah Yurika.

Dia akan mengalahkannya dan mengambil alih titik kekuatan yang dilindungi Yurika untuk dirinya sendiri.

Dia adalah salah satu dari musuh yang disebutkan ada oleh Yurika dengan penuh keras kepala - gadis penyihir jahat.



Kembali ke Bab 5 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Kata Penutup