Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 5 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Salah Paham dan Disalahpahami[edit]

Part 1[edit]

Selasa, 17 November


“...Maki-chan, huh...”

Setelah berpisah dengan Harumi yang ingin membicarakan soal kencan, raut wajah Yurika kembali suram saat dia berjalan pulang ke rumah. Langkahnya berat, dan suasana disekitarnya suram. Saat dia akhirnya sendirian, situasinya akhirnya mulai meresap ke dalam dirinya. Dia sudah lupa saat dia berusaha membetulkan kesalahpahaman antara dirinya dengan Maki dengan penuh keras kepala, tapi karena akhrinya Maki sudah muncul, Yurika harus bertarung.

“Bertarung..apa aku beneran bisa?”

Semenjak dia datang ke kamar 106, tidak, semenjak dia menjadi seorang gadis penyihir, Yurika tidak pernah mengalami pertarungan asli. Saat dia baru saja menjadi gadis penyihir, dia menggunakan tongkat dan sihir yang masih belum ia terbiasa gunakan untuk kabur dari siapapun yang mengejarnya.

Musuh yang menggunakan sihir belum pernah muncul semenjak dia tiba di kamar 106, dan dia juga belum pernah menjumpai sesuatu yang layak untuk bisa disebut sebagai pertarungan. Paling tidak, dia pernah menggunakan sihirnya saat ada kecelakaan yang terjadi. Bisa dibilang, meskipun Yurika punya sihir yang kuat, dia masih pemula dalam hal bertarung.

“Tapi, aku harus ngelakuin itu! Aku udah berhutang sama Nana-san yang udah nyelametin aku!”

Yurika mengangkat kepalanya saat dia sudah meneguhkan dirinya. Dia sangat berharap untuk bisa membalas jasa penyelamatnya. Harapan yang kuat itulah yang menekan keinginannya untuk kabur.

“Yurika semangat! Yurika semangat!”

Yurika mengepalkan tinjunya dan menyemangati dirinya sambil meninju ke atas udara.

“Oke!”

Raut wajah Yurika berubah saat dia menepuk kedua pipinya dengan tangannya dan dia mulai berjalan dengan langkah yang kuat dan penuh semangat.

“Harus kulakuin! Udah tugas gadis penyihir buat ngelindungin kamar 106!”

Musuh Yurika akhirnya muncul. Bertarung dengan musuhnya bukan hanya tugas Yurika, tapi juga sebagai caranya untuk membalas jasa orang yang telah menyelamatkannya. Yurika juga punya sedikit harapan bahwa Koutarou dan yang lainnya akan percaya kalau dia bisa menggunakan sihir; saat itu dirinya sedang dipenuhi semangat.

“...Huh?

Saat Yurika semakin dekat ke Rumah Corona, dia mendengar sesuatu.

“Orang ketiga! Matsudaira Kenji! Aku akan nyanyi! Lagunya adalah ‘Ujung Bersinar’!”

“Sudah kuduga, Matsudaira-kun. Kamu tahu lagu-lagu yang lagi ngetop”

“Mackenzie! Memang ya, dari orang yang udah pernah ditodong pisau!”

“Diem, Kou! Sialan, aku salah pilih lagu”

Yang didengar Yurika adalah suara-suara yang keras dan familiar baginya.

“Ada apa tuh?”

Kenji, Shizuka dan Koutarou sedang berbicara menggunakan microphone. Selain itu, Yurika juga bisa mendengar suara-suara orang lain. Semakin dekat Yurika berjalan ke Rumah Corona, suara yang didengarnya semakin keras.

’’Aku penasaran, apa semua temen sekelas dateng ke kamar 106?’’

Berdasarkan jumlah suaranya, sejumlah orang kelihatannya hadir disana – hampir seperti ada pesta di kamar 106.

“Apa!? Apa mereka ngadain pesta tanpa aku!? N-Nggak adil!!”

Ada pesta berarti ada makanan gratis. Yurika, yang memikirkan kemungkinan itu, langung berlari ke kamar 106.


Part 2[edit]

Yurika yang tergoda dengan harapan adanya makanan mendobrak pintu kamar 106. Saat dia masuk, suara dari dalam kamar akhirnya masuk ke telinganya.

“Orang keenam! Satomi Koutarou, aku akan ngerajut!”

“Pulang aja, Satomi! Skill ngebosenin macem apa itu!?”

“Wah, nggak nyangka! Satomi-kun, kamu beneran ngerajut! Keren!”

“Hmph, itu karena aku punya pengajar yang baik”

“Itu bukan alasan yang bisa bikin kamu keren, tahu....”

Seperti yang sudah dibayangkan Yurika, ada pesta di kamar 106. Ruangan yang sudah kecil, ditambah beberapa teman sekelasnya yang ada didalam, membuat kamar itu tidak mempunyai ruangan untuk bergerak lagi. Didalamnya ada banyak makanan, cemilan dan minuman yang sudah tersedia – persis seperti yang sudah diprediksi Yurika.

“Ooooh, kelihatannya enak...”

“Hm, akhirnya kamu disini, Yurika”

Koutarou memperhatikan kalau Yurika sudah masuk ke dalam ruangan dan memanggilnya. Tapi, Yurika sudah menggenggam ayam goreng yang terdekat.

“Kraus, Nyam, akush fhulang”

“Jangan makan sambil ngomong”

Yurika memberi salam kepada Koutaoru sementara mulutnya masih penuh dengan potongan ayam goreng.

“Ayam inish enak bhanget”

“Itu bukan buat kamu, jangan makan semuanya”

“Huh?”

Setelah mendengar apa yang dikatakan Sanae, Yurika menoleh dari ayam goreng yang dimakannya. Saat dia melakukan itu, dia melihat Sanae melayang dari Koutarou menuju dirinya. Ada banyak orang yang menghalanginya, tapi itu bukan masalah bagi Sanae.

“Orang sebanyak ini nggak akan ngumpul tanpa alasan. Coba liat kesana”

Sanae berhenti di depan Yurika dan menunjuk ke arah tembok yang berada di bagian terdalam kamar 106. Di tembok itu tergantung banner bertuliskan: ‘Selamat Datang Aika Maki-san! Pesta selamat datang kelas 1-A di kamar Satomi’.

“Oh, Yurika-san juga datang?”

“Apa!?”

Maki berdiri tepat dibawah banner itu. Dia dikelilingi oleh beberapa teman sekelasnya saat dia memanggil Yurika sambil tersenyum.

“M-Maki-chan!?”

“Kamu agak terlambat, apa kamu tadi ada urusan?”

Maki sempat melihat Harumi saat dia berpisah dengan Yurika, jadi dia tahu persis apa yang dilakukan Yurika. Meskipun dia tahu hal itu, Maki tertawa saat mengatakan hal itu. Nyatanya, Maki sedang meledek Yurika. Apa yang tidak dia katakan dengan keras adalah ‘Sementara kamu masih bermain-main, aku sudah maju sejauh ini’.

“K-Kenapa!? Kenapa Maki-chan disini!?”

Yurika menjadi benar-benar marah – sampai-sampai ayam dimulutnya jatuh ke atas meja. Meskipun dia orang yang cukup riang, Yurika tahu betul apa artinya keberadaan Maki disini. Dalam situasi ini, akan susah untuk melakukan penyelidikan menyeluruh, tapi jika pneyeidikan tahap awal, itu tidak akan menjadi masalah.

“Normal kan, buat bikin pesta penyambutan buat murid pindahan”

“Penyambutan yang pantas, bagus, bagus. Koutarou, kau akhirnya belajar dari sikap para bangsawan”

“Jadi bangsawan atau orang biasa nggak ada hubungannya sama ini”

“Hohoho, kau tidak perlu malu”

Dia tidak perlu menyelesaikan penyelidikannya hari ini. Kalau dia bisa mendekati Koutarou, Maki bisa mendapat banyak sekali kesempatan untuk melanjutkan penyelidikannya.

Aku lengah! Jadi ini maksudnya pas dia bilang kalau hal gampang buat masuk!

Tentu saja, tujuan Maki tidak hanya itu. Dia juga berusaha mengumpulkan info tentang Koutarou dan mereka yang tinggal di kamar 106. Dari pesta penyambutan ini, Maki bisa mendapatkan banyak informasi yang dia perlukan untuk bisa menjajah kamar ini dengan lancar. Maki bergerak dengan lebih gesit dan akurat daripada yang dibayangkan oleh Yurika.

“Yurika-chan, aku nyimpen makanan favoritmu untukmu, nanti minta Ruth-san aja”

“Gawat, kalau begini, bakal ada hal buruk yang bakal terjadi!”

“Yurika-sama?”

Kata-kata Shizuka maupun Ruth tidak ada yang sampai ke telinga Yurika yang mulai panik. Semakin lama Maki berada di kamar 106, situasinya akan semakin buruk. Dia harus mengeluarkan Maki secepat mungkin.

“S-Satomi-san, bener juga, buat Satomi-san!”

Yurika melihat ke sekelilingnya untuk mencari Koutarou yang telah mengadakan pesta ini dan menyiapkan tempatnya. Cara tercepat untuk mengusir Maki keluar dari kamar itu adalah untuk meminta bantuan Koutarou. Meskipun Koutarou masih tidak mau percaya pada hal bernama sihir, hanya dialah yang bisa diharapkan oleh Yurika.

“Hey, Furuta! Jangan buka baju!”

“Tapi, Satomi. Kalo aku nggak buka, nggak bisa nari bugil dong”

“Bukan gitu! Kamu mau nari di kamar sekecil gini dan nunjukin benda kotormu ke yang lain!?”

Koutarou saat itu sedang memarahi temannya yang tengah melepas baju.

“Satomi-san, Satomi-san!”

Karena itulah, dia tidak memperhatikan kalau Yurika memanggilnya. Tanpa pilihan lain, Yurika bergerak melewati kerumunan teman-teman sekelasnya ke arah Koutarou.

“Jahat banget! Nggak kotor kok! Aku barusan mandi loh! ‘Kan udah sewajarnya buat ngebersihin diri sendiri sebelum manggung!”

“Udah kubilang, bukan gitu maksudnya!”

“Satomi-san, tolong dengerin aku dong!”

Setelah mendekat, Yurika menggoyang tangan Koutarou, yang akhirnya menoleh ke arah Yurika.

“Hm? Ada apa, Yurika?”

“Satomi-san, kalo begini terus, kamu bakal kecolongan kamar 106!”

“Kecolongan?”

Saat itu, hubungan Koutarou dengan para penjajah sudah tidak seburuk itu. Koutarou sudah mulai mengerti bahwa mereka semua punya alasan yang mengharuskan mereka mengambil alih kamar itu, dan mereka sendiri tidak sejahat yang ia duga. Dalam kata lain, mereka semua sudah saling percaya antara yang satu dengan yang lainnya. Karena itulah, Koutarou tidak merasa was-was setelah mendengar kalau kamar 106 akan dicuri darinya.

“Siapa yang bakal ngambil?...Yah, emang sih, kamu udah kecolongan poin banyak banget, dan sekarang udah tinggal 70 poin”

Koutarou membisikkan setengah dari bagian kedua kalimatnya ke Yurika, yang tidak pandai bermain dan telah kehilangan banyak poin. Sekarang, poin tataminya sudah berada di bawah 80 poin. Dari sisi lain, kamar itu hampir tercuri dari Yurika.

“B-Bukan! Aku nggak ngomongin soal kita! Ada penjajah baru yang muncul!”

“Penjajah baru!?”

Koutarou berhenti bergerak setelah mendengar hal itu.

“Bener! Maki-chan ngincer kekuatan sihir yang ngumpul di kamar ini!”

“Jadi, maksudmu Maki-san mau kamar ini juga?”

“Bener, jadi kamu harus ngusir dia cepet-cepet, atau bakal ada sesuatu yang terjadi!”

“Apa maksudnya—“

Koutarou hampir mengatakan kepada Yurika untuk berhenti mengatakan hal-hal bodoh. Tapi, sebelum dia bisa melakukannya, Koutarou memperhatikan wajah Yurika yang terlihat serius. Melihat raut wajah Yurika yang sudah putus asa, Koutarou menahan apa yang hendak dikatakannya, dan memutuskan untuk setidaknya mendengar Yurika.

“Hei, Yurika, coba jelasin yang bener. Jangan tiba-tiba bilang kalo Maki-san—“

“Kesempatan!”

Melihat Koutarou yang tidak memperhatikan keadaan sekitarnya, teman sekelasnya mulai membuka bajunya. Dialah yang tadi berniat menari telanjang. Tentu saja, para gadis di kamar itu mulai berteriak.

“Kedelapan! Furuta! Aku mau nari!”

“Kyaaaa!”

“Bego! Mesum!!”

“Wow, berhenti, Furuta! Jangan dilepas!”

“Satomi-san, aku masih belom selesai ngomong!”

“M-Maaf, Yurika, t-tunggu bentar ya. Berhenti, Furuta, jangan dilanjutin! Banyak cewek disini!”

Koutarou kembali sibuk menghentikan temannya yang akan menjadi telanjang dan tidak sempat mendengarkan Yurika.

“Apa ada yang terjadi?”

“Kenapa, Yurika? Kenapa kamu teriak-teriak kayak gitu?”

“Kami akan mendengarkanmu, biarkan saja Koutarou”

Shizuka, Sanae, dan Theia mendekati Yurika menggantikan Koutarou yang sibuk.

Saat itu yang lain sedang fokus pada tarian bugil, tapi ketiga gadis yang sering bersama Koutarou tidak terlalu terpengaruh dengan seorang laki-laki yang hanya memakai celana dalam.

“S-Sebenernya, Maki-chan adalah cewek penyihir jahat yang ngincer kekuatan sihir di kamar ini!”

“Sekarang kalau kupikir lagi, kamu juga bilang hal yang sama pas pertama kali dateng ke kamar ini”

Sanae yang melayang di udara melipat kedua tangannya dan mengingat kembali saat mereka pertama kali beremu. Yurika muncul di kamar itu dengan terbang masuk dan memecahkan kaca jendela. Dia mengatakan hal yang sama seperti yang dilakukannya saat ini.

“Iya! Jadi, kalian nggak bisa ngadain pesta selamat datang buat dia! Bisa masuk ke kamar ini kayak gini ngepas sama apa yang dia inginkan!”

Yurika mencoba menjelaskan dengan baik kepada mereka bertiga, karena menurutnya sudah tidak ada waktu lagi yang tersisa. Kalau mereka tidak melakukan sesuatu terhadap Maki dengan segera, siapa yang tahu hal apa yang akan terjadi.

‘’Tapi, itu tidak akan berhasil, Nijino Yurika’’

Maki melirik ke arah Yurika dengan lirikan sedingin es, dengan senyuman palsu yang menghiasi wajahnya.

‘’Itu karena aku memakai cara yang sama denganmu untuk melindungi diriku!’’

Dia yakin kalau semua usaha Yurika akan sia-sia.

“Begitu, jadi latar belakang ceritanya[1] begitu toh”

Sanae, yang sedari tadi berpikir dalam-dalam, menepuk tangannya dan tersenyum. Dia terkesan dengan kemampuan Yurika untuk membuat dan bertahan dengan ceritanya.

“Eh!?”

“Satu-satunya hal yang kamu bener-bener tekuni emang cuma cosplay, ya?”

Sanae mengangguk berulang kali dihadapan Yurika yang masih kebingungan. Yang mengejutkan adalah saat itu Sanae sedang memuji Yurika.

“Tunggu bentar, kamu salah, Sanae-chan!”

“Aku ngerti, Yurika-chan. Hebat banget kamu bisa nyiapin itu selama setengah tahun...”

Shizuka, yang berada disebelah Sanae, juga mengangguk. Dia juga terkesan dengan Yurika yang sedari setengah tahun lalu sudah memprediksi pindahnya Maki ke sekolah mereka, dan bersemangat untuk menyambut Comiha musim dingin nanti.

“Kalian berdua salah! Theia-chan, tolong ngomong sesuatu ke Sanae-chan sama Shizuka-san!”

Yurika mulai panik saat Sanae dan Shizuka betul-betul salah memahami dirinya. Yurika memutuskan bahwa dia sendiri tidak bisa menyelesaikan kesalahpahaman ini, dan berbalik menghadap Theia.

“Aku mengerti, aku mengerti. Kau tetap ingin mengikuti ceritamu, bukan?”

Namun, ternyata takdir memang kejam. Sisa nyawa Yurika lenyap dalam sekejap.

“T-Theia-chan!?”

“Tapi, Yurika, kita nggak bisa ngusir dia cuma gara-gara setting ceritamu”

“Ya. Tolong biarkan dia buat hari ini. Yang lain nanti bakal marah loh”

“Itu benar. Aku mengerti kalau kau panik karena Comiha sudah dekat, tapi tidak bisakah kau jujur dan merayakan pertemuan kalian untuk hari ini dulu?”

“Jahat, kalian bertiga jahat banget...”

Mata Yurika mulai terlihat berkaca-kaca.

“Aku nggak bohong, kalo kita nggak ngusir Maki-chan, ada hal buruk yang bakal terjadi!"

"Kamu bilang gitu juga, dia kan baru aja pindah..."

"Yurika, coba tahan dulu ya?"

"Bukan hal yang buruk untuk melupakan sejenak segala sesuatu tentang cosplay"

Tidak peduli seberapa keras dia berusaha, meskipun sang gadis penyihir jahat sudah muncul, tidak ada yang menganggapnya sebagai musuh. Itu adalah hal yang mengejutkan yang bisa saja menghancurkan reputasi Yurika sebagai gadis penyihir.

"Fufufu..."

Melihat Yurika yang mulai menangis, Maki pun memandangnya dengan senang.

Nikmatilah, Yurika. Itulah hukumanmu karena sudah membodohiku...

Dia bukanlah musuh Yurika, tetapi sesama cosplayer. Sedikit perbedaan dalam perkenalan itu telah memberikan Maki keuntungan yang begitu besar.

Teman-teman sekelasnya, yang tidak tahu tentang kebenarannya, memperlakukannya seperti cosplayer dan mengadakan pesta selamat datang untuknya. Dan karena Koutarou hidup sendiri, kamar 106 terpilih sebagai lokasi pesta agar anggota keluarga tidak mengganggu Maki dalam menjalankan rencananya.

Karena Sanae, Shizuka dan Theia mengenali baik Yurika dan Maki sebagai cosplayer, mereka mengartikan niatan Yurika untuk mengusir Maki sebagai hal yang betul-betul kejam.

Meskipun Yurika belum menyadarinya, alasan kenapa dia tidak dikenal sebagai gadis penyihir yang kekanakan adalah karena semua orang betul-betul yakin kalau Yurika adalah seorang cosplayer. Kalau bukan karena itu, identitasnya mungkin sudah terbongkar sejak lama. Dan saat ini, Maki juga bisa mengatakan hal yang sama - dia terlindungi dari dunia sekitarnya oleh kata 'cosplay'.

"Kenapa kalian nggak mau percaya sama aku!? Aku nggak pernah sekali pun bohong, sekalipun!!"

Dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya, Yurika berbalik dari hadapan Theia dan yang lainnya.

"Ah!?"

"Yurika-chan, kamu mau kemana!?"

"Yurika, pesta selamat datangnya belum selesai!"

Kalian semua jahat!

Suatu hari nanti, mereka akan percaya kepadanya. Saat musuhnya benar-benar muncul, mereka pasti akan mengerti. Sampai saat ini, Yurika percaya itulah yang terjadi. Tapi, sadisnya, kenyataan betul-betul berbeda. Air mata yang dikeluarkan Yurika kali ini pun berbeda, karena kali ini dia betul-betul menangis.

"Ah, masa bodo! Kalo kalian nanti kena masalah, aku nggak mau nyelametin kalian!"

"--Yurika?"

Koutarou, yang mendengar suara Yurika yang terdengar sedih, menghentikan apa yang dilakukannya dan menoleh ke belakangnya. Namun, di saat itu Yurika sudah meninggalkan kamar itu.

"Ruth-san, Yurika kenapa?"

Koutarou yang tidak mengerti dengan situasi itu bertanya kepada Ruth. Ruth menggeleng pelan dan mulai menjelaskan.

"Aku juga tidak begitu mengerti. Semuanya hanya berkata kepada Yurika-sama untuk tidak begitu memikirkan cosplay seperti biasanya, tapi Yurika-sama tiba-tiba lari keluar kamar..."

Ruth melihat ke arah pintu yang dilewati Yurika untuk keluar dengan kuatir selagi menjawab pertanyaan Koutarou. Koutarou pun juga melakukan hal yang sama.

Apa emang nggak apa-apa Yurika ditinggal sendiri...?

Koutarou merasa ragu apakah dia harus mengikuti Yurika atau tidak, setelah merasa kalau ada yang berbeda dengan Yurika.

"Oke!!"

"Woah!? Kou, dasar bego! Si Furuta jangan dilepas!!"

"M-Maaf!"

"Kyaaaa!!"

"Jangaaaaaan!!"

Tapi, karena keributan di kamar 106, Koutarou terjebak dan tidak bisa mengejar Yurika.


Part 3[edit]

Harumi dan Kiriha saling berjumpa di gerbang depan rumah sakit.

"Oh? Kamu temannya Satomi-kun...kalau tidak salah...Kurano-san?"

"Benar, namaku adalah Kurano Kiriha. Halo, Sakuraba-senpai"

"Halo juga, Kurano-san"

Setelah menyelesaikan pemeriksaan kesehatannya, Harumi keluar dari rumah sakit di saat yang sama Kiriha keluar dari bagian rumah sakit yang berbeda. Keduanya tidak memperhatikan satu sama lain hingga mereka mencapai gerbang depan rumah sakit.

"Apa tadi kamu memeriksa kesehatanmu, Sakuraba-senpai?"

Kiriha menyembunyikan sifat aslinya dari semua orang kecuali para penjajah lain dan Koutarou. Kali ini pun dia juga melakukan hal itu dan menyapa Harumi sebagai adik kelas yang sepantasnya.

"Ah, ya, itu benar. Aku baru saja melakukan check-up rutin"

Harumi tersenyum, namun hanya untuk sesaat saja. Senyumnya menghilang saat dia menoleh melihat ke arah bangunan rumah sakit.

"Uhm...apa kamu sakit juga, Kurano-san?"

Alasan kenapa senyumnya menghilang adalah karena dia khawatir kalau ada sesuatu yang tidak beres dengan Kiriha.

"Tidak"

Namun, Kiriha menggelengkan kepalanya. Setelah mendengar jawabannya, raut wajah Harumi berubah cerah.

"Sebenarnya, ada kenalanku yang dirawat disini"

"Begitu..."

Harumi lega saat mendengar bahwa Kiriha tidak sakit, tapi dia mulai khawatir dengan kenalannya Kiriha.

"Fufufu, Sakuraba-senpai, dia hanya sedikit terluka karena kecelakaan lalu lintas, tidak usah terlalu cemas"

"Ah, m-maaf..."

Pipi Harumi berubah merah karena malu, tapi setelah mendengar kalau kenalan Kiriha tidak mengalami luka serius, senyuman kembali menghiasi wajah Harumi.

"Kamu orang yang cukup baik, Sakuraba-senpai"

"T-Tidak juga...Aku punya pengalaman dirawat juga, jadi aku hanya sekedar gugup.."

Melihat Kiriha yang tersenyum dan Harumi yang malu-malu, sulit untuk mengatakan siapa yang senior diantara mereka.

Beberapa mobil melewati Harumi dan Kiriha yang sedang berjalan di trotoar yang sedang berjalan bersama.

"Apa kamu akrab dengan Satomi-kun, Kurano-san?"

"Ya, kami cukup akrab, tapi bisa dibilang kalau kami juga sering bertengkar"

Keduanya melnajutkan pembicaraan mereka sembari terus berjalan. Karena lalu lintas saat itu sedang ramai, tentu saja mereka mulai berbicara dengan suara lebih keras. Karena mereka tidak mempunyai bnayak hal yang sama untuk dibicarakan, topik pembicaraan mereka dengan sendirinya mengarah membicarakan Koutarou.

"Aku iri mendengar hal itu"

"Iri, kamu bilang?"

"Ya. Aku tidak pernah bertengkar dengan Satomi-kun"

Harumi terlihat sedih saat dia mengatakan itu, sementara Kiriha takjub mendengar perkataan Harumi.

"Benarkah? Sudah cukup lama semenjak Satomi-kun bergabung dengan klub merajut, jadi aku pikir kalian setidaknya sudah bertengkar sekali atau dua kali"

"Itu masalahnya, kami belum pernah bertengkar sama sekali. Satomi-kun betul-betul menghormati dan menghargaiku. Dia belum pernah betul-betul mengeluarkan emosinya yang sesungguhnya..."

"Begitu..tidak kusangka Satomi-kun seperti itu.."

Jadi Koutarou menghargai orang yang dia sangat cintai...Tidak disangka, kami mungkin lebih akrab dengan Koutarou...Tunggu, apa dia mencoba menjaga Sakuraba Harumi agar tidak terseret dengan pertarungan kami?

Beberapa hari sebelumnya, Koutarou sudah mengatakan kalau Harumi adalah tipe gadis yang didambakannya, tapi dia sendiri belum menunjukkan sifat aslinya kepada Harumi. Cara Koutarou memperlakukan Harumi betul-betul berbeda dengan caranya memperlakukan para penjajah dan Kenji. Kiriha menduga kalau itu adalah caranya menjaga Harumi dari pertarungan memperebutkan kamar 106.

"Apakah kamu mau bertengkar dengan Koutarou-kun, Sakuraba-senpai?"

"Aku bukan bermaksud kalau aku ingin bertengkar dengannya, tapi aku ingin agar dia tidak terlalu segan"

"Aku mengerti perasaanmu. Aku sendiri juga tidak mau pria yang kucintai segan denganku"

Dan Sakuraba Harumi tidak puas dengan situasinya saat ini. Ini menjadi sesuatu yang cukup rumit, Satomi Koutarou...

"C-cinta!? I-itu...aku tidak..!"

"Tidak apa-apa, Sakuraba-senpai. Aku tidak akan mengatakannya kepada siapapun"

"Ah, auuu..E-em..."

"Kamu memang mencintainya, benar?"

"I-iya..."

Dengan cepat, Harumi mengangguk dengan pelan seakan-akan sudah menyerah. Wajahnya betul-betul merah sekarang.

"Sudah kuduga. Aku sudah menduga kalau itu yang terjadi semenjak aku melihat aktingmu di atas panggung"

"Ah..."

Saat Kiriha menyinggung soal panggung, wajah Harumi semakin memerah, dan dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Saat Harumi memalingkan matanya karena panik, dia melihat seseorang yang dikenalnya.

"...Bukannya itu..Nijino-san?"

"Eh?"

Harumi secara alami berhenti bergerak, dan Kiriha pun mengikutinya. Kiriha melihat ke sekitarnya mencoba menemukan Yurika, tapi dia tidak segera menemukannya.

"Fufu, lihat, disebelah sana"

Melihat Kiriha yang melakukan itu, Harumi tersenyum sedikit sambil menunjuk ke arah Yurika.

"Ah, kamu benar. Tapi, bukannya mereka sedang mengadakan pesta penyambutan untuk si murid baru? Kenapa dia ada disana...?"

Adalah sebuah taman kecil, dan di pojok taman bermain di dalam taman itu terdapat sepasang kepang yang mereka kenal sedang berayun-ayun.


Part 4[edit]

Di taman yang disinari oleh matahari sore, suara ayunan bisa terdengar dari sana. Karena matahari saat itu sudah akan terbenam, sudah tidak ada lagi anak-anak yang bermain di taman itu. Dengan turunnya suhu menjelang musim dingin yang terus mendekat, alasan kenapa seseorang tetap berada disana adalah antara mereka memang betul-betul senang bermain disana, atau orang itu punya alasan tersendiri.

"Hmph. Masa bodo sama semuanya...semoga kalian semua mampus gara-gara Maki-chan nanti"

Alasan Yurika adalah alasan yang kedua. Dialah yang bermain di ayunan saat itu.

"Aku nggak akan dateng nyelametin kalian! Nggak peduli Theia-chan, Sanae-chan, Shizuka-san, atau Satomi-san!...Satomi-san agak beda sih, tadi, tapi...dia nggak pernah percaya sama aku, jadi dia nggak bakal aku selametin!"

Sambil terus bermain ayunan, Yurika melampiaskan semua frustasinya sambil terus menangis. Dia lebih terhenyak dengan orang-orang didekatnya yang tidak mempercayainya daripada kalah oleh Maki. Karena mereka sudah tinggal bersama-sama selama setengah tahun, Yurika ingin agar mereka setidaknya percaya padanya saat dia berkata kalau Maki adalah orang yang berbahaya.

"Mereka semua kasar banget"

Sebagai hasilnya, Yurika mengabaikan tugasnya. Kabur dari kamar itu dalam situasi seperti itu sama saja seperti meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang gadis penyihir. Biasanya, Yurika akan tetap tinggal dan mengawasi Maki. Kalau dia mencoba menggunakan sihir untuk menyelidiki kamar itu, Yurika akan menghalang usaha Maki untuk mendapatkan informasi. Melakukan hal itu sambil menjaga keadaan sekitarnya agar tidak menyadari identitas aslinya sebagai gadis penyihir adalah tugas Yurika.

Tapi, Yurika tidak bisa melakukannya. Alasan terbesarnya adalah karena para penghuni kamar 106, orang-orang yang mulai ia percaya, tidak percaya kepadanya.

Untuk alasan apa Yurika bertarung? Sebelum dia bisa menemukannya, musuh-musuhnya sebelumnya telah menjadi alasannya untuk bertarung. Saat mereka menolaknya, hal itu membuat Yurika menyerah. Saat Yurika pertama kali datang ke kamar 106, mungkin dia tidak akan peduli, tapi sekarang, Yurika sudah tidak tahan lagi. Dia betul-betul terpukul sampai-sampai air matanya tidak berhenti mengalir.

"Nijino-san, Nijino-san"

Itulah kenapa Yurika baru memperhatikan Harumi setelah Harumi memanggilnya beberapa kali.

"Nijino-san, kamu kenapa?"

"Eh!? S-Sakuraba-senpai!?"

Karena Yurika tidak memperhatikan keadaan sekitarnya, dia betul-betul terkejut dengan kedatangan Harumi.

"Kyaaa!?"

"Nijino-san!"

Saking terkejutnya, dia hampir terjatuh dari ayunan, tapi dia dengan susah payah bertahan dengan berpegangan pada rantai ayunan.

"Apa kamu baik-baik saja, Nijino-san?"

"A-aku nggak apa-apa, kamu cuma bikin aku kaget dikit"

Yurika berpegangan pada rantai ayunan sambil mengatur nafasnya. Karena dia sempat terkejut, Yurika lupa kalau tadi dia menangis.


"Begitu, syukurlah kalau begitu.."

"Sakuraba-senpai, kenapa kamu disini?"

"Fufufu, itu karena tempat ini ada di sebelah rumah sakit"

Setelah menghela nafas lega setelah mendengar kalau Yurika baik-baik saja, Harumi tersenyum lebar saat menjawab pertanyaan Yurika.

"Ah, b-bener juga..."

Setelah mendengar itu, Yurika baru sadar kalau dia berada di taman yang berada persis di sebelah rumah sakit. Dia tidak begitu ingat apapun setelah dia lari dari kamar 106. Dia berlari tanpa tujuan, sambil didorong oleh emosi yang begitu kuat, dan akhirnya sampai ke taman itu. Yurika mulai tersipu malu setelah dia sadar telah menanyakan sesuatu yang seharusnya dia sudah tahu.

"Jadi, apa yang terjadi, Yurika-san?"

"Bahkan Kiriha-san juga..."

Saat Kiriha muncul dari belakang Harumi, Yurika kembali terkejut. Selain tidak pernah menyangka akan melihat Harumi dan Kiriha bersama-sama, dia juga tidak tahu kenapa Kiriha berada disini.

"Sebenarnya...itu..temenku dan aku...nggak bisa setuju soal sesuatu...nggak peduli udah berapa kali aku bilang ke mereka soal hal sebenernya, mereka nggak mau percaya sama aku...jadi aku.."

Saat dia berbicara, Yurika kembali teringat akan kesedihan dan frustasi yang dialaminya, dan air mata yang tadinya berhenti mengalir mulai kembali membasahi pipinya.

"Jadi itu yang terjadi..."

Setelah mendengarkan Yurika, Harumi tampak sedih. Dia bersimpati dengan Yurika, hampir seperti dia sendiri yang merasa tersakiti.

"..."

Kelihatannya terjadi sesuatu di pesta penyambutan itu...Kelihatannya aku harus menyerahkan ini kepada Sakuraba-senpai...

Setelah membayangkan situasi yang telah terjadi, Kiriha memilih untuk tidak mengatakan apapun. Karena dia sendiri juga tidak percaya dengan sihir, Kiriha tahu kalau dia mulai membicarakan itu, situasinya akan bertambah rumit.

"Jadi itu sebabnya kamu menangis disini"

"...Iya..."

Yurika menganggukkan kepalanya dan lalu menunduk. Perasaannya saat itu telah habis tercabik-cabik.

"Begitu..."

"...."

Harumi dengan lembut memandang ke arah Yurika. Karena Yurika sudah menolongnya menyangkut Koutarou, Harumi ingin membalas membantu Yurika.

"Bisakah aku menanyakan sesuatu?"

"...Iya..."

Yurika, yang masih memandangi tanah, membalas Harumi dengan bisikan.

"Apa yang membuatmu sedih, Nijino-san? Apakah tentang kebenaran yang tidak tersampaikan kepada teman-temanmu? Atau karena teman-teman spesialmu tidak percaya kepadamu?"

Apa dia sedih karena banyak temannya tidak mempercayai kebenarannya sebagai fakta? Atau justru kebenarannya tidak bermasalah dan justru dia sedih karena teman terdekatnya tidak percaya padanya? Kalau Yurika sendiri tidak tahu jawabannya, Harumi tidak akan bisa membantunya.

"Itu.."

Yurika menahan jawabannya. Biasanya, jawaban yang dipilihya adalah jawaban pertama. Mereka, yang tidak percaya kepadanya, adalah orang-orang asing. Diantara mereka juga terdapat musuhnya. Tapi, Yurika justru sedih karena orang-orang itu tidak percaya padanya - meskipun, karena mereka memang musuhnya, sudah sewajarnya mereka melakukan hal itu.

"Itu...teman-teman deketku nggak mau percaya sama aku, itu yang lebih sakit..."

Jawaban yang dikatakannya membuat Yurika sendiripun bingung. Dia menganggap musuhnya sendiri sebagai teman dekat.

Gitu toh, jadi itu sebabnya aku frustasi dan sedih begini...

Awalnya, Yurika hanya ingin agar Koutarou dan yang lainnya selamat dari bahaya yang mengancam. Tapi, saat dia menghabiskan waktunya bersama mereka, sebuah keinginan untuk mereka percaya pada dirinya mulai muncul. Itu karena Yurika mulai merasa ada keinginan baik untuk mereka - yang menyebabkan kenapa hari ini, saat dihadapi dengan krisis yang sebenarnya, tidak dipercaya oleh mereka semua membuat Yurika begitu sedih.

"Jadi begitu rupanya. Kalau begitu, kamu sudah mendapatkan jawabannya, Nijino-san"

Setelah mendengar jawaban Yurika, Harumi mengangguk membalasnya.

"...Eh?"

Yurika, yang kebingungan setelah mendengar jawaban Harumi, menengadahkan kepalanya dan melihat Harumi yang tersenyum lembut padanya.

"Nijino-san, kamu masih berpikir kalau mereka adalah orang-orang yang penting bagimu. Itulah kenapa kamu sedih. Itulah kenapa kamu hanya perlu membuat mereka percaya kepadamu, benar?"

Karena Yurika menganggap mereka sebagai teman, dia sedih saat mereka tidak percaya kepadanya. Pilihannya saat itu adalah antara berhenti berteman dengan mereka, atau meyakinkan mereka kalau dia mengatakan yang sebenarnya. Cara lain hanya akan membuat Yurika menyesalinya.

"Iya, itu bener...tapi gimana bisa aku..."

Rokujouma V5 100.jpg

"Ambil tindakan. Aku tidak tahu kamu mau mereka percaya sama apa, Nijino-san, tapi kamu harus terus melakukan apa yang bisa membuat mereka percaya dengan apa yang kamu ingin mereka percayai"

"Terus ngelakuin apa yang aku ingin mereka percayain..."

Dalam kasus Yurika, hal itu adalah untuk terus melanjutkan tugasnya sebagai gadis penyihir. Kalau Maki memang mengincar kamar 106, sudah tugasnya untuk melindungi kamar itu.

"Kamu hanya bisa mendapatkan kepercayaan lewat tindakan. Kalau kamu mencoba meyakinkan mereka dengan kata-kata, menipu atau membodohi mereka, kamu tidak akan mendapatkan kepercayaan yang kamu inginkan, Nijino-san"

"Begitu, sudah..."

Di saat itulah Yurika akhirnya menyadari sesuatu.

Sudah setengah tahun ini, apa aku udah jadi gadis penyihir yang bener? Meskipun aku udah ngejelasin pake kata-kata, aku nggak pernah bersikap kayak gadis penyihir yang bener...

Dan hari ini, musuhnya yang bernama Maki akhrinya muncul. Bukankah ini kesempatan yang akhirnya tiba bagi Yurika untuk mendapatkan rasa percaya dari Koutarou dan yang lainnya, yang sudah ia tunggu-tunggu?

"Oke!"

Yurika menepuk kedua pipinya dengan sekuat tenaga, dan saat dia melakukannya, air matanya terpercik ke segala arah, berbinar dihiasi mentari senja.

"Aku ngerti, Sakuraba-senpai! Aku bakal berusaha yang terbaik!"

Saat air matanya meresap ke dalam tanah, sebuah semangat yang gigih dan senyuman nampak di wajah Yurika.

"Berusahalah sekuat tenaga, Nijino-san"

"Yap, maaf udah bikin kamu kuatir, Sakuraba-senpai! Si pecundang Nijino Yurika ini akan berusaha sekuat tenaga!!"

Yurika memberi hormat kepada Harumi dengan cara yang lucu, hampir seperti raut wajahnya yang sedih beberapa saat lalu hanyalah sekedar mimpi.

"Jadi inilah Sakuraba Harumi..."

Kiriha, yang sedari tadi melihat Harumi dan Yurika dengan tenang, memuji Harumi.

Jadi ini sebabnya Satomi Koutarou tidak melihatnya sebagai calon pasangan...

Setelah melihat pengertian, kebaikan dan semangat kuat Harumi, yang biasanya tersembunyi, secara langsung, Kiriha bisa merasakan bahwa Sakuraba Harumi nantinya akan menjadi lawan yang sangat kuat.


Part 5[edit]

Pesta selamat datang untuk Maki berakhir setelah jam melewati pukul delapan. Melanjutkan pestanya setelah jam delapan akan mengganggu tetangga kos yang lain, jadi si ibu kos, Shizuka, mengakhiri pesta itu. Meski begitu, karena pestanya sendiri sudah dimulai sebelum pukul empat sore tadi, mereka yang menghadiri pesta itu sudah betul-betul menikmati pestanya.

"Pada akhrinya, Yurika tidak kembali juga.."

Sekembalinya ke rumahnya, Maki menggumamsendiri. Kata-katanya menggema di dalam kamarnya yang kosong - gelap dan sepi dengan sedikit perabotan yang mengisi kamar itu.

"Pelindung sihir yang muncul pas jam enam tadi kemungkinan perbuatannya. Dia bertingkah seperti habis berantem dan mulai menggangguku dari luar...dia pasti punya rekan yang cukup pintar. Betul-betul mengesalkan..."

Maki menghadap ke tengah-tengah kamarnya dan mengulurkan tangannya.

"Datanglah, Twilight Wing!"

Setelah mengucapkan itu, sebuah tongkat muncul di tangannya. Tongkat miliknya, seperti milik Yurika, mempunyai banyak dekorasi yang tidak terlihat dirancang untuk kegunaan yang praktis. Perbedaan terbesar diantara tongkat mereka adalah warnanya. Tidak seperti tongkat Yurika yang diwarnai dengan warna pink yang berbau fantasi, tongkat milik Maki berwarna nila yang gelap dan gersang.

"Magic Communication Gem, hidup. Membuka saluran"

Maki mengangkat tongkatnya ke atas kepalanya dan menggumamkan sesuatu. Itu adalah mantra yang diperlukan untuk mengaktifkan alat sihir yang sudah dipasangnya.

Permata keunguan yang tertanam di langit-langit kamar menjawab mantra Maki dan mulai bersinar. Keenam permata yang tertanam di dinding di sekeliling Maki, seakan-akan beresonasi, juga mulai bersinar. Warna permata-permata itu adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu. Ditambah warna nila milik Maki, semuanya membentuk warna-warna pelangi. Tapi, sinar yang dikeluarkan entah mengapa gelap. Yang terpancar dari permata-permata itu bukan sinar, tapi justru seperti kegelapan.

Waktu berlalu, dan sinar yang dipancarkan oleh keenam permata itu mulai membentuk tubuh manusia.

"Oh, seragam itu cocok denganmu, Maki"

Saat sinar itu mulai stabil, disebelah permata-permata itu terlihat gadis-gadis yang memakai pakaian yang berwarna sama dengan permata mereka. Mereka berenam merupakan hologram. Permata yang digunakan Maki adalah alat sihir yang membuatnya bisa berbicara dengan orang yang berada di tempat jauh lewat tampilan holografi.

"Jangan meledekku. Kau bilang padaku untuk melapor, jadi aku sudah repot-repot mencoba untuk menghubungimu"

"Maafkan aku, tolong jangan marah ya"

Gadis yang berpakaian merah menurunkan pundaknya dengan kecewa setelah mendengar jawaban Maki.

"Benar-benar deh, kamu ini..."

Meskipun dikelilingi oleh enam orang gadis, Maki tidak sedikitpun terlihat gemetar, karena mereka semua berada dalam posisi yang sejajar. Gadis-gadis itu merupakan sekutu Maki. Mereka bertujuh, termasuk Maki, adalah pasukan musuh Yurika, Darkness Rainbow.

"Jadi, bagaimana? Si rainbow yang baru dan konsentrasi sihirnya?"

Gadis yang berpakaian ungu mulai berbicara setelah merasa kalau Maki dan gadis berpakaian merah sudah selesai berbicara. Dari mereka bertujuh, dialah yang paling dewasa, dan paling sering memegang jabatan kepala.

"Pertama-tama, mengenai Rainbow Yurika, aku tidak yakin"

"Dan maksudnya?"

"Kemampuannya tidak buruk, tapi, kelihatannya dia punya seseorang yang sangat pintar bekerja dengannya"

Maki memulai penjelasannya. Dia berbicara bagaimana Yurika bisa memanipulasi informasi menggunakan cosplay, dan bagaimana dia mengganggu jalannya penyelidikan Maki mengenai kamar 106 dari luar kamar.

"Jadi, aku belum bisa melihat secara keseluruhan. Yang aku tahu hanyalah dia lebih lemah dibandingkan pendahulunya, Rainbow Nana"

"Merepotkan juga"

"Kalau kami sampai bertarung, siapa tahu gangguan macam apa yang akan menghalangi kami..."

"Maki, bisa jadi rekannya justru lebih bermasalah. Pada akhirnya, sihir hanyalah kekuatan. Tergantung penggunaannya, efeknya bisa meningkat lewat faktor yang besar juga"

"Aku juga berpikiran sama"

Gadis berpakaian ungu setuju dengan Maki. Keduanya saling mengangguk dengan raut wajah serius.

"Kau harus menghancurkan si pengecut itu dengan segera"

Si gadis berpakaian merah berkomentar dengan nada tidak puas. Dia orang yang simpel dan sangat terbuka, dan diskusi ini membuatnya kesal.

"Tidak sesimpel itu. Sekarang, keadaan mental Yurika betul-betul stabil. Dia betul-betul berbeda dengan delapan bulan yang lalu"

Delapan bulan lalu, setelah dia baru saja menggantikan tugas dan kekuatan Rainbow Nana, tekanan dari tugasnya dan musuh yang terus menerus muncul hampir membuat Yurika benar-benar hancur karena putus asa. Karena itulah, dia kabur kesana kemari sambil menggunakan sihir tanpa memikirkan akibatnya. Tapi sekarang, Yurika sudah jauh berbeda. Memang benar kalau dia tetaplah seorang pengecut, tapi dia tidak setakut saat dulu.

"Bisa jadi itu karena pengaruh rekannya"

"Itu sangat mungkin. Keberadaan rekan yang bisa dipercayainya pasti membuat keadaan mentalnya menjadi stabil"

Maki dan gadis berpakaian ungu kembali mengangguk bersamaan, tapi Maki terlihat jengkel.

Tidak kupikir dia akan percaya dengan orang lain, dia betul-betul bodoh. Orang akan menghianatimu saat mereka punya kesempatan. Satu-satunya yang bisa kamu percaya hanyalah kekuatan. Kekuatan yang betul-betul melampaui segalanya!

Maki kesal karena Yurika menemukan rekan yang bisa ia percaya dan rekan itu membuat keadaan mental Yurika menjadi stabil.

"Ada juga kemungkinan kalau mereka punya rencana lain yang siap dijalankan. Berbahaya kalau kita bergantung hanya pada kekuatan saja"

"Ampun deh, repot bener..."

Si gadis berpakaian merah kembali merajuk dan menundukkan kepalanya.

"Cukup mengenai Rainbow. Jadi, bagaimana mengenai konsentrasi kekuatan sihir di kamar itu?"

Yang berbicara selanjutnya adalah gadis berpakain jingga. Rambutnya yang pendek dan matanya yang besar memberikan kesan kalau dia adalah orang yang enerjik.

"Aku sempat mendekat dan melakukan pemeriksaan menyeluruh"

"Sudah kuduga, Navy-chan, kerjamu memang cepat"

Maki, yang tidak suka dipanggil Navy-chan oleh gadis berpakaian jingga, mengernyitkan alisnya sedikit saat mendengar itu.

"...Kekuatan sihir di kamar itu sangat besar. Kekuatan sihir yang biasanya hanya bisa ditemukan pada benda sihir dengan kelas artifak terkumpul di tempat itu"

Dari semua benda sihir, artifak dikatakan mempunyai kekuatan legenda.

Benda-benda itu punya kekuatan yang tidak bisa terduga, cara membuat benda-benda itu sudah hilang, dan mustahil untuk membuat mereka di zaman ini. Cara yang tersisa untuk membuat benda-benda itu tidak realistis karena waktu yang dibutuhkan untuk membuatnya. Karena itulah, artifak adalah sihir pamungkas yang dikatakan dibuat oleh Tuhan.

"Wow, segitu banyak!?"

Sikap terkejut si gadis jingga terlihat berlebihan, tapi Maki mengabaikan itu dan terus berbicara.

"Kalau kita bisa betul-betul menguasainya, kita akan unggul dari Rainbow Heart. Lebih lagi, kia bisa mengacaukan keseimbangan kekuatan di Folsaria"

"Kalau gitu, nggak bisa kita tinggal begitu aja!"

Kepala si gadis jingga bergoyang dan matanya berbinar saat mengatakan itu. Para gadis di Darkness Rainbow saat itu mencoba mengkudeta negeri sihir Folsaria untuk alasan mereka masing-masing. Karena itulah, mereka selalu mencari artifak yang sangat kuat atau sesuatu yang memiliki kekuatan setara dengan itu.

"Tapi Maki, apa kita bisa mengontrol sesuatu sekuat itu?"

"Saat aku mencoba memeriksa itu, Yurika menggangguku"

Pada pesta penyambutannya, Maki telah mencoba menggunakan sihirnya untuk menyelidiki kekuatan sihir di sana. Tapi, sulit untuk menggunakan sihir yang cukup kuat sementara dia mengikuti pesta. Yang terbaik yang bisa dilakukannya adalah dia berpura-pura bercosplay, meskipun dia tidak mendapatkan kesempatan itu. Selain itu, sesudah memalsukan sebuah pertengkaran(?) dan kabur dari kamar, Yurika mengganggunya dengan sihirnya sendiri dari luar kamar, sehingga Maki tidak bisa menyelidiki lebih lanjut. Yurika bisa menggunakan sihir yang lebih kuat lagi sementara dia bersembunyi diluar.

"Bahkan disini, rekannya pun bisa menjadi masalah..."

"Aku pikir dia benar-benar pintar. Mereka selalu selangkah di depan"

"Yang berarti, seberapa besar pesta penyambutan itu..?"

"Seberapa besar? Maksudnya?"

Maki menunjukkan raut wajah kebingungan saat gadis berwarna ungu berbicara.

"Kalau ada pesta selamat datang di kamar itu, kamu pasti akan datang, Dan kalau kamu ada di kamar itu, kamu pasti akan menggunakan sihir. Maki, ada kemungkinan kalau seseorang justru mengambil informasi darimu"

Setelah mendengar penjelasan itu, Maki begitu terkejut sampai dia tidak tahu harus bersikap seperti apa.

"Nggak mungkin...yang terjebak justru aku!?"

Maki tidak bisa langsung menerima semua itu. Kalau apa yang dikatakan si gadis ungu memang benar, itu artinya dia telah kalah dari Yurika.

"Bisa jadi itu yang terjadi. Nyatanya, kamu tidak mendapatkan informasi penting apapun tentang kekuatan sihir itu, benar? Kamu dipancing ke kamar itu dan informasi tentang sihirmu diambil"

Si gadis ungu dengan sedih menggelengkan kepalanya, dan disaat itu, Maki sendiri menyadari kekalahannya.

"Cih, aku kena! Dan bukan hanya oleh Yurika, tapi juga oleh manusia biasa!"

Kenyataan ini merupakan sebuah penghinaan yang begitu sangat bagi Maki. Jika musuhnya adalah seorang gadis penyihir, itu adalah hal biasa. Tapi, dia telah dikalahkan oleh manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan apapun. Dan kalau si gadis berpakaian ungu tidak mengungkapkan hal itu, Maki pun tidak akan memperhatikan kalau dia sudah kalah. Maki telah terbaca layaknya buku yang terbuka lebar dan dipermainkan.

"Tidak kusangka si penyihir nila ini justru dimanipulasi pikirannya!"

Sihir nila yang digunakan oleh Maki adalah untuk memanipulasi pikiran. Jadi, bagi Maki, pikiran adalah miliknya untuk dimanipulasi. Dengan pikirannya sendiri dimanipulasi, dan dipermainkan dengan cara itu, adalah hal yang tidak bisa diterima olehnya.

"Aku mengerti kalau kamu kesal karena kalah, tapi tenanglah sedikit"

"Diam!"

Maki, yang dikritik oleh gadis berpakaian merah, berteriak dengan kesal dan melotot ke arahnya.

"Oh, serem. Tapi itu yang selalu kamu bilang ke aku, Maki"

Tapi, setelah mendengar kata-katanya selanjutnya, Maki akhirnya kembali tenang"

"...Maaf sudah berteriak"

"Enak kan, sekali-sekali lepas begitu?"

"Cukup sampai disitu saja"

Setelah berulang kali menarik nafas, Maki kembali tenang dan tersenyum.

"Jadi, apa yang akan kamu lakukan, Navy-chan? Menunggu kami berkumpul?"

"Tentang itu, aku berencana untuk menyelinap ke kamar itu"

"Itu berbahaya. Dengan rekan Yurika yang seperti itu, aku tidak menyarankan untuk menjalankan sesuatu dengan buru-buru"

Si gadis berwarna ungu terlihat kuatir saat Maki mengatakan rencananya.

"Itulah sebabnya mengapa"

Tapi, Maki justru menunjukkan raut wajah serius. Dia tidak berniat memaksakan dirinya. Itu adalah keputusan yang diambilnya dengan tenang.

"Musuh kita bisa membuat rencana sehebat itu. Keunggulan mereka akan semakin besar semakin lama kita menunggu. Dan sebelum kita bertujuh bisa menyerang bersama-sama, aku ingin memancing rekan Yurika keluar. Kalau aku tidak menyingkirkan rekannya lebih dulu, kita akan membuat kesalahan yang sama lagi"

Maki tidak ingin mengulangi kesalahan yang mereka buat saat bertarung melawan Rainbow Nana. Karena kesalahan itulah Darkness Rainbow tidak bisa menjalankan operasi mereka selama lebih dari setengah tahun.

"Begitu...jadi tujuanmu adalah si rekan itu dan bukan kekuatan sihirnya..."

"Tentu saja, kalau aku punya kesempatan untuk mengendalikannya, aku akan melakukannya. tapi karena ada kemungkinan masalah yang timbul setelah aku mengambil alih kendalinya, aku tidak punya niatan untuk memaksakan menjalankan itu"

Bahkan jika Maki mengambil alih kamar 106, sampai keenam gadis sisanya sampai, dia sendiri harus melindungi kamar itu dari Yurika. Dengan itu di dalam pikirannya, mengambil alih kamar itu saat ini bukanlah sesuatu yang bisa dijalankan.

"Ada juga orang-orang yang tidak kita ketahui kemampuannya yang ada di kamar itu juga"

"Kamu bilang selain si cowok itu, ada dua cewek asing dan cewe berambut hitam"

"Ya, selain si cewek berambut hitam, mereka semua ada di pesta"

"Hey, Navy-chan, kamu bilang ada hantu juga, apa nggak apa-apa kamu ngelupain dia?"

"Aku memantaunya sambil pura-pura tidak bisa melihatnya, dan dia kelihatannya bisa berkomunikasi dengan para penghuni kamar. Tapi, masih tidak jelas kalau dia dipekerjakan oleh mereka atau tidak"

"Tapi, Maki, kalau kamu mencoba melakukan sesuatu di kamar itu, bukannya mereka bisa mengganggumu?"

"Itulah yang aku kuatirkan, jadi kalau kamu mau melakukannya, akan lebih baik pada siang hari saat mereka semua ada di sekolah"

Maki dan yang lainnya tahu tentang Sane, Theia, Ruth, dan Kiriha. Tapi para gadis itu tidak percaya dengan identitas asli Yurika, jadi para gadis Darkness Rainbow tidak menganggap para gadis itu sebagai ancaman.

Salah satu diantara mereka pasti rekannya Yurika...

Maki berpikir kalau diantara Theia, Ruth atau Kiriha adalah rekan dari Yurika. Dia pergi dari pesta itu untuk mencari tahu siapa sebenarnya rekan Yurika itu, jika mungkin. Itulah kenapa jika dia menyerang kamar itu saat mereka semua sedang berada di luar, hanya Yurika dan rekannya yang akan bertindak.

"Aku mengerti. Kalau begitu, aku tidak punya penolakan"

"Aku pun setuju"

"Aku juga!"

Para gadis Darkness Rainbow mulai menyetujui rencana itu, dan akhirnya mereka semua sepakat dengan rencana Maki. Pertama, mereka perlu mengumpulkan informasi. Karena sebagian besar anggota Darkness Rainbow tidak bisa bergerak setelah bertarung melawan Rainbow Nana, mereka menjadi sangat hati-hati.

"Terima kasih, semuanya"

Raut wajah Maki berubah tenang setelah mendengar persetujuan semuanya mengenai rencananya, dan ia pun tersenyum kecil.

Tunggu saja, Rainbow Yurika! Dan rekan sialanmu itu! Akan kubongkar identitasmu segera!

Dan dengan begitu, lewat Maki, kesalahpahaman besar mengenai Yurika menyebar ke semua Darkness Rainbow.


Kembali ke Bab 2 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 4
  1. Latar cerita yang digunakan seseorang untuk cosplay