Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 5 Bab 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Yurika vs. Maki[edit]

Part 1[edit]

Rabu, 18 November

Menjelang datangnya musim dingin, jumlah pakaian yang dipakai Koutarou untuk berangkat ke sekolah pun meningkat. Sampai sekarang, dia hanya memakai seragamnya, tapi sekarang dia juga memakai satu pakaian lagi didalam bajunya. Itu adalah pakaian lama Kiriha yang Kiriha sendiri jahit ulang agar sesuai dengan Koutarou.

"Ah, hangat, tapi nggak terlalu hangat. Betul-betul ngepas"

"Syukurlah. Karena itu adalah pakaian lamaku, bertahanlah selama kamu memakainya"

Koutarou terlihat senang setelah memakai seragamnya. Baju dalam yang dibuat Kiriha rupanya lembut dan hangat, dan tidak mengganggunya saat Koutarou bergerak. Bahan kainnya cukup memberi aliran udara, jadi bagian dalam bajunya tidak terlalu hangat. Bagi Koutarou yang senang bergerak, baju itu cocok untuknya.

"Daripada bertahan, aku berterima kasih kamu mau ngasih aku sesuatu sebagus ini, Kiriha-san"

"Yah, tadinya aku berniat membuangnya. Tapi, lebih baik jika kamu saja yang memakainya"

"...Itulah katamu, Kiriha. Kau sama sekali tidak berniat untuk membuangnya, benar?"

Theia, yang rambutnya saat itu sedang dikeringkan oleh Ruth, angkat bicara. Mendengar kata-kata Theia, Sanae menjadi tertarik.

"Maksudnya apa?"

"Bahan dari baju itu kemungkinan jauh lebih berharga daripada semua barang-barang milik Koutarou"

"Beneran!? Tunjukin dong, Koutarou!"

"H-hei..."

Sanae yang kaget mendengar perkataan Theia langsung menaruh wajahnya di dada Koutarou. Karena dia adalah hantu, Sanae bisa melewati seragam Koutarou dan melihat langsung ke baju dalam yang dimaksud.

"Berdasarkan penampilan dan teksturnya, jelas kalau baju itu terbuat dari bahan-bahan yang bernilai tinggi. Dan, berdasarkan cara membuatnya, baju itu pasti dibuat oleh penenun yang sangat ahli"

"Sekarang, kalau dipikir-pikir lagi, rasanya emang kayak begitu. Rasanya juga enak banget"

Sanae, yang kembali bergantung pada Koutarou, bisa merasakan apa yang dirasakan Koutarou, dan juga bisa merasakan tekstur baju dalam itu.

Rokujouma V5 118.jpg

"Membuang baju itu adalah hal yang tidak masuk akal. Biasanya, benda seperti itu akan diwariskan kepada anak perempuan atau cucu perempuan. Mengubah baju itu menjadi pakaian dalam dan memberikannya kepada Koutarou jelas sekali adalah hal yang gila"

"I-itu beneran, Kiriha-san?"

Setelah mendengar penjelasan seperti itu dari Theia, Koutarou dengan gugup menoleh ke arah Kiriha, yang menunjukkan senyuman yang lembut.

"Seperti yang sudah kuduga dari tuan puteri antar bintang, matamu memang terlatih"

Kiriha membenarkan perkataan Theia dengan cara yang rumit. Setelah mendengar itu, wajah Koutarou menjadi biru karena panik.

"A-aku kembaliin aja deh! A-aku nggak bisa nerima sesuatu yang terlalu bagus semacam ini!"

Setelah mendengar kebenarannya, Koutarou dengan terburu-buru berusaha membuka seragamnya. Namun, jari putih Kiriha menghentikan pergerakan tangannya.

"Koutarou, meskipun kamu mengembalikannya sekarang, baju itu tidak akan kembali menjadi pakaian yang seperti dahulu"

"T-tapi--"

"Dengan kamu terus memakainya, itu akan membuatku bahagia"

Kiriha membisikkan itu ke telinga Koutarou sembari tersenyum.

"Kamu bilang begitu juga, aku nggak bisa pakai begitu aja sesuatu yang nilainya lebih daripada semua barang-barangku!"

"Kalau begitu, biasakanlah"

"Mana bisa!!"

Sementara Koutarou berusaha melawan, Kiriha melanjutkan mengancingkan seragam Koutarou.

"...Jadi itu caramu nembus pertahanannya, selangkah selangkah"

Sanae mengawasi mereka berdua dengan pandangan dingin. Itu karena dia sudah menyadari modus operasi Kiriha.

"Aku harus marahin Koutarou nanti..."

Sanae terus memandangi punggung Kiriha, sambil terus berpikir kalau hanya dan hanya dirinyalah yang dapat melindungi Koutarou.

"Ruth, kita tidak bisa ceroboh, atau dia akan menjegal kita"

Theia juga sedang kesal karena dia tahu tujuan Kiriha. Karena dia juga belum memberikan hadiahnya, pedang harta Saguratin, secara langsung kepada Koutarou, Theia merasa tidak sabar.

"Fufufu, oh, Yang Mulia"

Karena Ruth mengetahui hal itu, dia hanya tersenyum sambil melihat Theia yang masih merajuk. Sambil membayangkan apa yang akan terjadi kalau ketidaksabaran Theia mencapai batasnya, Ruth hanya bisa terus tersenyum.

"Koutarou, mantelmu. Kalau kita tidak berangkat sekarang, kita akan terlambat"

Setelah selesai mengancingkan seragam Koutarou, Kiriha memberikan Koutarou mantel milik Koutarou sendiri.

"Ugh"

Koutarou benar-benar ingin mengatakan sesuatu, tapi setelah mendengar kalau dia akan terlambat, dia tidak bisa berkata apa-apa.


Part 2[edit]

Saat Koutarou dan yang lainnya berangkat sekolah, sesuatu mulai bergerak dari dalam kamar 106 yang kosong.

Sambil mengeluarkan suara yang keras, pintu geser lemari kamar itu terbuka sedikit. Saat Koutarou pertama kali tiba di kamar itu, pintu lemari itu bisa terbuka tanpa suara, tapi setelah benda yang ada di dalamnya selalu bersandar di pintu saat tertidur, sekarang pintu itu mengeluarkan suara yang tidak enak didengar.

"Apa Satomi-san dan yang lainnya udah pergi...?"

Yurika mengintip dari celah pintu yang terbuka, memperhatikan keadaan sekelilingnya dan mendengarkan dengan seksama/

"...Kayaknya oke"

Setelah melihat-lihat dan mendengarkan keadaan di kamar itu, Yurika akhirnya membuka lebar pintu lemarinya. Untuk suatu alasan, yang dipakainya saat itu bukanlah seragam sekolahnya, namun kostum gadis penyihirnya.

"Kalau mereka ngeliat aku pake kostum ini, bakal jadi rumit lagi nanti..."

Yurika langsung berusaha keluar dari bagian atas lemari. Baginya, yang tidak terlalu aktif secara fisik, memanjat masuk dan keluar lemari adalah hal yang merepotkan.

"Oke"

Setelah keluar, Yurika menjulurkan tangannya dan mengeluarkan tongkat yang panjang dari dalam lemari. Nama tongkatnya, Angel Halo, adalah tongkat yang digunakannya untuk menggunakan sihir.

"Sekarang karena Maki udah disini, aku nggak punya waktu buat ke sekolah!"

Yurika menepuk kedua pipinya dan menyemangati dirinya sendiri.

"Yurika semangat! Yurika semangat!"

Aku sedih karena nggak bisa sekolah, tapi karena aku udah niat nggak berangkat, nggak masalah!

Musuhnya akhirnya muncul. Saatnya sudah tiba baginya untuk melaksanakan tugasnya. Karena itulah, Yurika memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah dan tinggal untuk bersiap melawan Maki. Dan, jika mungkin, dia ingin Koutarou dan yang lainnya tahu kalau dia adalah gadis penyihir yang bertarung demi cinta dan keberanian.

"Sekarang , datanglah Maki-chan! Gadis penyihir cinta dan keberanian ☆ Rainbow Yurika akan menjadi lawanmu!"

Hingga saat ini, Yurika terus mengatakan kepada Koutarou dan yang lainnya kalau dia adalah gadis penyihir, tapi baru saat inilah dia betul-betul menjadi gadis penyihir itu, dalam artian yang sebenarnya.


Part 3[edit]

Lonceng tanda istirahat siang berbunyi, dan guru Bahasa Inggris yang berada di depan papan tulis pun meletakkan kapur tulisnya.

"Oke, sampai disini dulu. Sisanya akan jadi PR kalian. Tolong beri tahu Nijino-san dan...em..Aika-san, benar? Tolong beri tahu mereka berdua yang sedang tidak hadir itu"

"Berdiri, beri hormat"

Seisi kelas memberi hormat saat sang guru Bahasa Inggris meninggalkan ruang kelas. Di saat yang sama, suasana disiplin di ruangan kelas pun sirna.

"Waktunya makan! Makan!"

"Kana, kamu bawa bekal, atau ke kantin?"

"Aku ke kantin"

"Kalau kamu ke mesin penjual minum, tolong beliin jus buatku dong"

"Bayarin punyaku juga ya"

Istirahat makan siang, saat dimana semua murid bisa bersantai sejenak. Semuanya menghabiskan waktu mereka dengan memakan bekal dan menyegarkan diri mereka.

"Pada akhirnya, Yurika nggak muncul juga"

Sementara itu, Koutarou memandangi kursi Yurika yang kosong.

"Dia biasanya dateng lari sebelum jam pelajaran kedua"

Sanae hanya memandangi kursi Yurika dengan raut wajah yang tidak biasanya.

Yurika terkadang terlambat datang karena dia susah untuk bangun tidur, jadi Koutarou dan yanglainnya tidak terlalu memikirkan dirinya yang tidak menghadiri jam pelajaran pertama. Setelah mereka masuk jam pelajaran kedua, mereka berasumsi kalau dia betul-betul ketiduran kali ini. Jam pelajaran ketiga dimulai, mereka masih berpikir kalau Yurika begadang hingga larut malam. Baru pada jam pelajaran keempat, mereka mulai merasa ada yang aneh dan mulai kuatir.

"Kalau dia terus-terusan telat kayak gini, dia bakal tinggal kelas"

"Nilainya juga pada parah-parah..."

Sementara Koutarou dan Sanae kuatir dengan teman mereka yang masih tidak jelas keberadaannya, Theia dan Ruth mendekati mereka.

"Kalau kalian sedang membicarakan Yurika, dia begadang hingga larut malam sambil membuat keributan. Kemungkinan besar dia tidur terlalu lama"

"Dia pasti bener-bener seneng karena ada Maki-san disini sekarang"

Koutarou membayangkan Yurika yang begadang semalaman untuk membuatkan kostum bagi Maki di dalam lemari itu.

"Aku juga tidak melihat Aika Maki sejak tadi pagi"

Kiriha pun bergabung dengan mereka.

"Kalau Maki-sama, bukankah itu karena dia baru saja pindah dan masih harus mengurus banyak hal?"

"Aku penasaran apa emang bener gitu. Aku ngerasa aneh, Maki dan Yurika nggak ada disini"

"Apa mungkin..."

Setelah mendengarkan Ruth dan Sanae, sebuah teori terlintas di kepala Koutarou. Setelah bekerja semalaman untuk membuat kostum bagi Maki, Yurika memanggilnya di pagi hari dan sekarang memaksanya untuk bercosplay.

Ditambah, ada kejadian kemarin...

Selanjutnya, Koutarou ingat bagaimana sikap Yurika saat pesta penyambutan kemarin. Saat itu, Yurika betul-betul memohon kepada Koutarou sambil mengatakan kalau Maki berbahaya. Meskipun dia mengabaikan bagian gadis penyihirnya, masih mungkin jika Yurika mempunyai masalah dengan Maki sebelumnya. Hal itu cukup untuk membuatnya menangis dan lari dari kamar.

"Yah, mau bagaimana lagi"

Koutarou menendang kursinya dan berdiri, dan orang -orang di sekitarnya langsung menoleh ke arahnya.

"Ada apa, Koutarou?"

"Aku mau meriksa Yurika"

"Tapi kalau kamu pergi sekarang, kamu nggak dapet sisa waktu istirahat siang"

"Maki-san yang nggak ada disini bikin aku kuatir. Aku harap Yurika nggak bikin masalah sama dia"

Koutarou yakin kalau semuanya berhubungan dengan cosplay, tapi dia tetap tidak menyingkirkan kemungkinan adanya masalah. Yurika bisa saja sedang sakit.

Nggak peduli apa masalahnya, aku harus ngecek

Koutarou, yang selalu berpikir selalu bertindak, tidak suka hanya duduk diam dan menunggu saja.

"Satomi-sama, aku akan ikut denganmu"

"Nggak apa-apa, Ruth-san. Kalau ada apa-apa, nanti aku kabarin"

"Tapi..."

"Lagian, aku lebih cepet kalo pergi sendiri"

Koutarou bersyukur dengan tanggapan Ruth, tapi dia bisa lebih cepat kembali ke kamarnya jika dia pergi sendiri. Dia mungkin bisa kembali tepat waktu sebelum pelajaran berikutnya dimulai.

"Koutarou, mantelmu"

"Makasih, Kiriha-san"

Kiriha, yang memprediksi langkah Koutarou selanjutnya, membawakannya mantelnya. Dengan dibantu Kiriha, Koutarou langsung memakai mantelnya.

"Ngomong-ngomong, Theia"

"Ya?"

"Kenapa kamu tahu Yurika lagi ngapain malem-malem tadi? Bukannya kamu udah balik ke kapalmu?"

"Ah!?"

Saat Sanae menanyakan itu, wajah Theia berubah terkejut. Dia betul-betul tertangkap basah.

"I-i-i-i-itu...A-aku melupakan sesuatu, ya! Aku melupakan barangku yang ada di kamar dan kembali untuk mengambilnya!"

Tentu saja dia tidak bisa mengatakan kalau dia ke kamar itu untuk melihat wajah Koutarou yang sedang tertidur.

"Hmm. Baguslah kamu bisa ambil sebelum dihancurin sama Koutarou"

Untungnya, Sanae tidak bertanya alasan di balik itu, dan menerima jawaban Theia sebagai hal yang sebenarnya.

"I-itu benar. Haha, hahahahaha"

Sementara Theia tertawa untuk menutupi kejadian sebenarnya, Koutarou selesai memakai mantelnya.

"Oke, aku pergi"

"Ah, aku ikut juga!"

Saat Koutarou menuju pintu, Sanae dengan cepat mengejarnya.

"Mackenzie, aku pulang bentar ya!"

"Hm? Ngapain?"

"Aku kelupaan sesuatu!"

"Bego"

Setelah berbicara dengan Kenji, Koutarou keluar kelas bersama Sanae.

"Muu..."

Theia, yang melihat Koutarou dan Sanae pergi bersama, entah mengapa merasa kesal.

"Kenapa anda tidak mengatakan kalau anda ingin melihat wajah tidur Satomi-sama?"

"B-Bagaimana bisa aku mengatakannya!"

Theia tersipu malu dan menoleh ke arah jendela untuk menyembunyikan wajahnya.

"Dan sekarang, anda sebenarnya ingin pergi dengan Satomi-sama, benar?"

Sebenarnya, Ruth ingin pergi bersama Koutarou demi Theia juga.

"..."

"Kalau anda tetap keras kepala, anda akan kalah"

"Bagaimana mungkin seorang tuan puteri memohon kepada hambanya!"

Saat Theia mengatakan itu, Ruth membalas tersenyum.

"Kalau Satomi-sama hanya sekedar hamba, itu mungkin benar"

"Dia hanyalah hamba! Tentu saja itu benar!"

Theia melirik ke arah Koutarou yang baru saja berlari keluar sekolah, dengan Sanae disebelahnya.

Kenapa dia tidak mengajakku untuk pergi bersamanya! Kenapa dia hanya membawa Sanae!?

Theia menggerutui Koutarou sambil memandangi punggungnya, sampai dia lari keluar gerbang sekolah dan Theia tidak bisa melihatnya lagi.

Part 4[edit]

Saat Koutarou meninggalkan sekolah, Yurika berdiri di tengah-tengah kamar 106. Dia menutup kedua matanya sambil mengangkat tongkatnya di atas kepalanya, menandakan kalau dia sedang berusaha untuk mendengarkan sesuatu. Saat itu, Yurika sedang menggunakan sihir pendeteksi untuk mengetahui apakah Maki sedang mendekat atau tidak.

"...Kayaknya Maki-chan lagi nggak deket sini"

Setelah memusatkan perhatiannya sejenak, Yurika akhirnya membuka matanya dan menarik nafas dalam-dalam. Meskipun dia sudah bersiap untuk pertarungan yang akan datang, Yurika tentu saja tidak bisa tenang. Dia tidak akan tahu kalau dia akan bertarung hari ini, besok, atau seminggu lagi. Yurika benar-benar gugup saat berpikir semuanya akan berakhir saat dia kalah.

Saat itulah sesuatu terjadi.

Ada suara benda kecil yang mengenai suatu benda keras yang terdengar oleh telinga Yurika. Dia menduga kalau itu adalah batu yang mengenai jendela.

"Apa yang..ah!?"

Saat dia melihat ke jendela, Yurika bisa melihat seekor kelelawar. Kelelawar itu bergantung terbalik di kusen jendela dan melihat ke arah Yurika.

"Kelelawar itu, jangan-jangan punya..."

Hari itu masih siang, masih terlalu awal bagi kelelawar untuk terbang keluar. Caranya melihat ke arah Yurika pun berbeda dari kelelawar pada umumnya, hampir seperti kalau kelelawar itu sudah terlatih. Karena itulah, Yurika menduga kalau itu adalah kelelawar yang dikirimkan Maki ke tempat itu.

"Kau benar, Nijino Yurika"

"Maki-chan!"

Hal itu rupanya sesuai dugaan Yurika. Dengan matanya yang bersinar merah dan suara Maki yang bisa terdengar darinya, kelelawar itu adalah hewan panggilan Maki yang dikirimkannya untuk berbicara dengan Yurika.

"Apa urusanmu?"

"Hanya ada satu urusan diantara kita berdua, benar?"

Yurika berbicara kepada kelelawar itu dengan gugup. Sebaliknya, Maki berbicara dengan nada yang mengejek.

"Aku ingin menyelesaikan semuanya denganmu, tapi aku tidak bisa menerobos begitu saja ke kamar itu dan kalah disana, iya kan? Itulah kenapa aku kirim dia kepadamu"

"Menyelesaikan semuanya...apa kita emang cuma bisa berantem?"

"Pertanyaan bodoh. Pertanyaan semacam itu sudah terjawab dari beberapa ratus tahun lalu"

Rainbow Heart dan Darkness Rainbow punya sejarah yang panjang yang berjalan bersama-sama - pertarungan diantara mereka sudah berjalan selama beberapa ratus tahun.

"Kalau begitu, mau gimana lagi. Aku akan ngejalanin tugasku juga"

"Langsung ke intinya. Dengan begitu, aku punya permintaan. Maukah kamu keluar dari sana?"

"Keluar?"

"Ya, benar. Aku rasa itu bukan hal yang cukup buruk untuk kita berdua"

"Itu..."

Maki sedang waspada dengan jebakan di kamar 106, dan ragu untuk masuk. Yurika sendiri tidak mau ada pertarungan yang terjadi di dalam kamar itu. Kalau mereka ingin bertarung, keduanya ingin untuk melakukannya diluar kamar 106.

"Tapi, kalau aku keluar, temen-temenmu pasti dateng"

Yurika tidak bisa langsung mengambil keputusan. Maki punya enam teman. Kalau Yurika dengan ceroboh pergi begitu saja, keenam teman Maki itu bisa jadi datang dan mengambil alih. Yurika tidak bisa mengabaikan resiko itu.

"Mereka tidak akan datang"

"Buktinya?"

"Aku tidak punya. Aku hanya bisa memberikan kata-kataku sebagai bukti. Coba ingat, apa aku pernah berbohong?"

"Itu..."

Yurika masih ragu. Ada benarnya bahwa sampai sekarang Maki tidak pernah berbohong. Gadis penyihir teman Maki akan berbohong dan menipu Yurika, tapi anehnya, hanya Maki yang terus jujur. Tapi tetap saja, Yurika tidak bisa mengambil keputusan.

"Lagipula, aku ingin menggunakan sihir pelindung ukuran besar untuk mengusir orang-orang agar menjauh"

Apa yang meyakinkan Yurika adalah kata-kata Maki selanjutnya. Pelindung adalah salah satu teknik tradisional yang digunakan untuk menjaga keberadaan gadis penyihir tetap rahasia.

Karena tidak ada diantara mereka yang ingin diketahui keberadaannya oleh orang awam, mereka selalu menggunakan sihir seperti itu sebelum bertarung.

"...Aku ngerti"

Yurika menganggukkan kepalanya. Dia ingin memasang pelindung yang besar, dan karena dia sadar dengan pengalamannya sendiri, dia tidak mau bertarung dalam area yang kecil. Dengan memikirkan resiko itu dan kata-kata Maki sebelumnya, Yurika akhirnya setuju untuk keluar dari kamar itu.

"Kalau begitu, ikuti kelelawar itu, dia akan menuntunmu ke tempatku. Jangan kuatir, tidak ada jebakan"

"Oke, aku ngerti"

Yurika meninggalkan kamar yang kecil itu dan pergi menuju medan pertempuran.


Part 5[edit]

"Bener ke arah sini? Lingkungannya kok makin sepi..."

"Nggak apa-apa, nggak apa-apa. Aku bisa nyium energi spiritualnya Yurika kok"

Hidung Koutarou kembang kempis saat dia mengikuti arahan Sanae menuju daerah perumahan. Karena mereka tidak menemukan Yurika saat mereka sampai di kamar 106, Koutarou dan Sanae akhirnya mengikuti jejak Yurika berkat bantuan Sanae, seorang hantu yang bisa merasakan keberadaan Yurika.

"Memang baunya kayak apa?"

"Bau-bau benda buatan? Mirip mi instan"

"Mi instan ya...aku masih nggak paham.."

"Ah, kalau gitu, coba begini deh"

Setelah mendapatkan suatu ide, Sanae berhenti terbang di depan Koutarou dan bergantung di punggungnya.

"Kamu mau ngapain?"

"Yah, kalau aku ngelakuin ini, aku bisa ngerasain apa yang kamu rasain, ya kan? Jadi aku pikir kita bisa ngelakuin yang sebaliknya"

Sanae melingkarkan tangannya di sekitar leher Koutarou seperti biasanya dan meletakkan kepalanya di pundak Koutarou. Saat Sanae melakukan itu, indra-indra di tubuh Koutarou mulai menerima sesuatu yang tidak biasanya.

"Oh, aku bisa ngeliat sesuatu yang aneh!"

"Nishishi, inilah kekuatan gadis Sanae-chan!"

Saat itu, Koutarou bisa melihat energi spiritual, yang nampak sebagai cahaya putih yang bersinar layaknya makhluk hidup. Karena cahaya energi itu menyatu dengan pemandangan di sekitarnya, Koutarou bisa melihat sosok orang dari balik tembok.

Begitu pula dengan telinganya. Koutarou masih bisa mendengar seperti biasanya, tapi selain itu, dia juga bisa mendengar energi spiritual dari orang-orang dan makhluk yang kuat. Dengan itu, dia bisa mengenal orang dari suaranya. Lalu, indra penciumannya, dengan kata lain hidungnya, menjadi sama seperti telinganya: bisa merasakan energi spiritual. Tapi, tidak seperti telinganya, dia bisa merasakan bau jejak dan membedakannya dengan bau jejak energi spiriual yang lain yang ada di udara.

"Apa kamu selalu ngerasain semuanya kayak gini?"

"Gimana, keren kan?"

Melihat Sanae yang tertawa dengan bangganya saat mengatakan itu, banyak perasaan Sanae yang mulai mengalir ke dalam Koutarou. Isinya sebagian besar adalah rasa bangganya terhadap kemampuannya sendiri dan keinginan untuk dipuji. Selain itu, ada juga rasa percaya yang dalam dan rasa suka terhadap Koutarou.

"Keren, keren"

"Tehehehe"

Sudah kuduga, dia bener-bener kesepian tanpa orang tuanya...

Itulah yang dipikirkan Koutarou saat dia mengelus kepala Sanae.

"Jadi, kamu bisa ngerasain kan, Koutarou? Bau-bau mi instan?"

"Mari kita lihat"

Koutarou mengarahkan hidungnya ke udara dan mulai mengendus. Di antara bau-bauan yang ada, dia bisa mencium bau mi instan.

"Oooh! Aku bisa nyium baunya! Itu dia!"

"Yap. Itu bau energi spiritualnya Yurika"

"Apa baunya beda tergantung orangnya?"

"Yap. Baunya Theia kayak bunga, Kiriha kayak bau hutan pas pagi-pagi"

"Hmm....kalau aku?"

Koutarou mencoba mencium baunya sendiri. Tapi, seperti baunya yang biasanya, dia tidak bisa mengenali bau energi spiritualnya sendiri.

"Kalau Koutarou...rahasia ♪"

Baunya Koutarou sama kayak bau papa

Dengan senyuman, Sanae menyembunyikan kata-kata yang tidak terucap itu.


Part 6[edit]

Yurika dibawa menuju daerah konstruksi bangunan oleh si kelelawar. Saat dia mencapai tempat itu, Yurika dengan hati-hati berjalan masuk.

"Konstruksi ditunda untuk hari ini..."

Tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia di sekitar Yurika. Peralatan berat pun sedang berhenti. Lahan konstruksi itu sedang diselimuti oleh kesunyian.

"Selamat datang, Nijino Yurika"

"Maki-chan"

Di tengah-tengah lahan konstruksi itu, Maki berdiri menunggu Yurika datang. Yurika kemudian maju mendekat hingga sekitar sepuluh meter dari Maki dan lalu berhenti.

Saat itu, Maki memakai pakaian gadis penyihirnya, sama seperti Yurika. Desainnya terlihat mirip dengan milik Yurika, tapi warnanya berbeda. Warna pakaiannya adalah nila yang cukup gelap. Karena keseluruhan pakaiannnya mempunyai warna nila, Maki lebih memberi kesan penyihir dibandingkan Yurika. Di tangannya, terdapat tongkatnya yang bernama Twilight Wing. Itulah pakaian tempur Maki - wujud sesungguhnya dari gadis penyihir Darkness Navy.

Ada alasan kenapa mereka berganti wujud menggunakan pakaian itu. Pakaian dan tongkat mereka memiliki fungsi meningkatkan kecepatan penyebutan mantra dan kekuatan sihir mereka, sehingga sihir mereka menjadi lebih kuat beberapa kali lipat dibandingkan saat mereka memakai pakaian biasa. Koutarou mungkin tidak akan menerima hal itu, karena mereka sendiri juga memakai pakaian itu bukan karena mau.

"Mengherankan, kau memakainya dengan berani sekarang. Dulu saat musim semi, kau masih terlihat gugup memakai itu"

"Aku nggak cuma main aja selama delapan bulan ini"

Yurika menelan air liurnya dan menyiapkan tongkatnya. Biasanya, Yurika akan dengan mudahnya dipukul habis oleh orang-orang disekitarnya, tapi dia telah menghabiskan delapan bulan terakhir ini melakukan apa yang terbaik. Kerja keras itu telah melatihnya dan mempersiapkannya untuk pertarungan ini.

"Tentu saja"

Maki pun menyiapkan tongkatnya sambil membalas perkataan Yurika.

Selain pertarungan sihir, kelihatannya dia juga mendapatkan beberapa pengalaman...

Maki mengingat kembali sosok Yurika yang dulu - yang hanya mengayunkan tongkatnya kesana kemari sambil mengucapkan mantra tanpa kendali sambil berlari dari kejaran musuhnya. Saat Yurika melangkah memasuki area pertarungan dengan langkah yang berani, Maki hanya bisa mengakui kalau Yurika telah bertumbuh.

"Kamu beneran nggak mau mundur ya?"

"Sudah kukatakan, pertanyaan itu sudah terjawab"

Raut wajah Maki bertambah suram saat dia mengarahkan tongkatnya ke arah Yurika. Mereka pun mulai mengucapkan mantra di saat yang bersamaan.

"Sanctuary -- Modifier -- Effective Area -- Colossal"

Suara mereka berdua saling menyatu layaknya paduan suara, dan dengan itu, sebuah mantra melebar memenuhi seluruh lahan konstruksi. Mereka sedang memasang pelindung agar orang tetap menjauh dari medan pertempuran mereka.

"Ayo kita mulai, Rainbow Yurika!"

"Aku pasti menang!"

Mantra itu juga menandakan mulainya pertarungan mereka. Setelah mantranya selesai, keduanya langsung beraksi.

"Pertama-tama--"

Maki, yang mempunyai pengalaman lebih, langsung membuat serangan pertama.

"Energy Bolt -- Target Option -- Sidewinder!"

Rokujouma V5 141-2.jpg

Bersamaan dengan suara keras Maki, sebuah panah yang bersinar keluar dari tongkat nila miliknya. Panah itu meluncur melintasi lahan konstruksi itu sambil menghindari halangan yang ada dan mendekati Yurika.

"Quick Cast -- Multiple Energy Bolt -- Target Option -- Spread!!"

Sebagai balasannya, Yurika mengayunkan tongkatnya dan mengucapkan mantra. Seperti dengan tongkat Maki, panah-panah cahaya keluar dari tongkat Yurika. Meskipun Yurika melakukan itu setelah Maki, dia masih menyelesaikan mantranya lebih cepat dan membuat panah dengan jumlah yang lebih banyak, yang langsung menghujani panah milik Maki. Panah milik Maki masih meluncur dan menghindari beberapa panah Yurika, tapi akhirnya sudah tidak bisa menghindar lagi dan sihir milik mereka berdua bertabrakan di udara.

Panah-panah itu meledak saat mereka bertabrakan, meskipun ledakannya tidak terlalu besar. Namun, kekuatan ledakannya cukup untuk membuat seorang biasa terluka parah jika mereka sampai terkena ledakan itu. Ledakan itu juga membuat suara keras dan getaran yang mengguncang lahan konstruksi itu.

"Bagus sekali, Rainbow Yurika!"

Dengan rambutnya yang halus dan pakaian nilanya berkibar diterpa angin, Maki terus berlari sambil mengomentari Yurika.

"Maki-chan juga!"

"Tapi, mulai sekaranglah pertarungan sebenarnya dimulai, Rainbow Yurika!"

Sudah kuduga, selain sihir manipulasi pikiran, Yurika benar-benar hebat! Dia benar-benar penerus Nana!

Maki dengan berani mengatakan itu, tapi sebenarnya dia sedang mengutuk Yurika di dalam hatinya. Yurika secara umum telah menguasai segala jenis sihir, pakaian dan tongkatnya pun telah diperkuat dengan rancangan penggunaan segala jenis sihir. Di sisi lain, Maki mendalami sihir jenis nila, manipulasi pikiran, dan pakaian dan tongkatnya hanya diperkuat untuk sihir jenis itu saja. Kalau seseorang mendalami satu jenis sihir saja, seperti Maki, mereka akan benar-benar kuat dalam sihir jenis tertentu itu, dengan sihir jenis lain tidak akan begitu efektif jika mereka gunakan. Karena itulah, jika mereka sampai bertarung melawan seseorang dengan kemampuan yang seimbang, mereka akan kalah jika tidak bergantung pada sihir yang mereka dalami.

"Kalau begitu!"

Maki mengayunkan tongkatnya dan mengarahkan ujungnya ke arah Yurika. Melihat itu, Yurika pun mulai menggerakkan tongkatnya.

"A-apa dia dateng!?"

Dalam hal kekuatan fisik, Yurika jauh lebih lemah dari Maki, yang berarti Maki masih lebih cepat darinya.

"Kena kau!! Flash!"

Tepat sebelum memasuki jarak efektif sihirnya, Maki dengan cepat menyebut mantranya.

"Oh---"

Sebelum Yurika bisa bertindak, Maki telah selesai menyebutkan mantranya. Tongkatnya mengeluarkan kilatan sinar - mantra yang sama yang digunakannya sekali untuk membuat musuhnya tidak bisa melihat. Meskipun itu adalah mantra yang cukup dasar, efektifitasnya akan berbeda tergantung cara menggunakannya. Cara Maki menggunakan mantra itu kali ini betul-betul tepat. Yurika, yang mengira akan diserang dan terfokus pada Maki, terkena kilatan sinar itu.

"Silau! Aku nggak bisa liat!"

Karena kilatan cahaya itu ditembakkan dari luar jarak serang efektifnya, Yurika hanya dibutakan selama dua hingga tiga detik berikutnya. Namun, waktu sebanyak itu sudah cukup bagi Maki untuk menyiapkan serangan selanjutnya.

"Tiny Memory Flash -- Mode -- Extend Length!"

"Anti Magical Shield"

"Kau terlambat!"

Yurika dengan kewalahan mencoba menyebutkan mantra perlindungan, tapi karena dia masih dibutakan dan tidak bisa bergerak, Maki bisa menyebutkan mantranya lebih dulu. Bola cahaya berwarna nila yang bersinar di ujung tongkat Maki pun terbang ke arah Yurika.

"Kya!?"

Saat bola cahaya itu mengenainya, seluruh badan Yurika tiba-tiba diselimuti cahaya. Setelahnya, Yurika melakukan sesuatu yang ganjil.

"Anti Magical Shield!"

Dia kembali menyebutkan mantra yang sebelumnya telah ia gunakan.

"Eh, apa?"

Tentu saja, mantra itu gagal. Maki tidak menggunakan sihir baru untuk menyerang, dan Yurika berhenti bergerak saat cahaya kuning dari mantranya menyelimuti badannya.

"M-Maki-chan dimana!?"

Tingkah aneh Yurika pun berlanjut. Meskipun penglihatannya kembali, dia betul-betul kehilangan Maki. Saat itu Yurika mencari Maki di posisi yang berkebalikan dengan posisi Maki sebenarnya.

"Disini"

Karena keadaan yang dialaminya, Yurika tidak bisa melihat dimana Maki sampai dia terkena serangan dari tinjuan Maki yang bersinar kemerahan.

"Kyaaaa!"

Yurika terhempas dan jatuh ke tanah setelah terkena pukulan telak. Kalau bukan karena pelindung sihir yang baru saja ia gunakan, pukulan itu pasti sudah membuatnya pingsan.

"A-apa yang..."

Dengan kepala yang sempoyongan akibat serangan tadi, Yurika mencoba bangkit dengan susah payah. Dia masih tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Maki tadi mengeluarkan kilatan cahaya, dan akan mengeluarkan mantra selanjutnya, itulah yang membuat Yurika langsung mengelurkan mantra pelindung pada dirinya sendiri. Tapi, sesaat setelahnya, Maki sudah berada di dekatnya dan langsung menghantamnya, meskipun seharusnya Maki sedang merapal mantra di depannya.

"Apa kau lupa apa spesialisasiku?"

Maki berhenti sejenak dan menghadap Yurika yang bangkit dari atas tanah. Yurika langsung sadar apa yang sudah terjadi saat dia melihat raut wajah Maki.

"B-bener juga, spesialisasi Maki-chan kan nila!"

Mantra yang digunakan Maki tepat setelah kilatan cahaya itu menghapus ingatan dari targetnya. Tapi, mencoba menggunakan pengubah ingatan skala besar akan mengurangi kekuatan sihirnya cukup banyak. Jadi, Maki membatasi ingatan yang dihapus menjadi beberapa detik, mengurangi kekuatan sihir yang dibutuhkan untuk memakainya dan membuat mantra itu bisa digunakan dalam pertarungan. Sekilas, kehilangan beberapa detik tidak terlihat sebagai masalah besar. Tapi, di tengah-tengah pertempuran dahsyat dimana situasinya selalu berubah-ubah, terkena mantra seperti itu akan sama seperti kehilangan musuh secara tiba-tiba.

Karena Maki tahu apa yang akan dilakukan oleh musuhnya selanjutnya, dia bisa memukul musuhnya dengan telak. Karena kekuatan fisiknya yang bagus, kekuatan pukulannya cukup besar. Flash, Erase dan menyerang dengan serangan yang ditambah dengan sihir adalah kombinasi serangan favorit Maki.

"Yurika, tetaplah terbaring seperti itu. Bagi seseorang sepertimu, tidak mungkin kau bisa terus bertarung. Kau akan mati"

"Maki-chan bener-bener kuat...tapi!"

Yurika mulai bangkit sambil menggunakan tongkatnya sebagai tumpuan. Dia belum menyerah. Sekujur badannya memang kotor setelah terpukul hingga mengenai tanah yang terhampar di sebagian lahan konstruksi itu, tapi matanya tetap memancarkan semangat yang indah.

"Tapi, kalo aku nyerah cuma gara-gara ini, aku nggak bisa bilang kalo aku penghuni kamar 106! Theia-chan dan Kiriha-chan jauh, jauh lebih kuat lagi!"

"Jadi kau masih bertahan..setidaknya kau masih punya semangat"

Setelah melihat Yurika yang seperti itu, Maki pun kagum.

Sepperti yang kuduga, mentalnya jauh lebih stabil dibandingkan dulu..

Delapan bulan lalu, saat dia baru saja menjadi gadis penyihir, Yurika pasti akan lari kalau dia sudah terkena serangan dari Maki.

Siapa yang bisa membuat Yurika seberani ini..aku jadi semakin tertarik. Cepatlah tunjukkan mukamu, rekan Yurika!

Maki menyemangati dirinya sendiri sambil memikirkan sosok lawan yang masih belum terlihat olehnya. Tapi, di sisi lain, dia mulai merasa kesal. Kesal karena tidak bisa mempercayai orang lain, dan karena orang lain ada hanya untuk dikendalikan oleh kekuatan. Karena Maki merasa seperti itu, hanya memikirkan tentang orang yang dipercaya oleh Yurika hanya membuat dirinya semakin kesal.

"Maki-chan, pertarungannya belon selesai!"

"Tepat sekali, Rainbow Yurika!"

Yurika kembali bersiap sambil mengeluarkan senyum yang tak kenal gentar, dan Maki pun juga kembali bersiap.

Pertarungan antara kedua gadis penyihir itu baru saja dimulai.


Part 7[edit]

"Ini tempatnya?"

"Yap. Aku bisa nyium bau mi instan dari sini"

Sanae dan Koutarou sampai di lahan konstruksi di pinggiran kota. Dinding-dinding seng mengelilingi lahan konstruksi itu. Berdasarkan ukuran lahannya, apartemen yang sedang dibangun disana luasnya sekitar beberapa ratus meter persegi.

"Tapi, ada yang aneh"

Sanae berdiri di depan lahan itu dan memiringkan kepalanya saat mengatakan itu.

"Yang aneh?"

"Baunya berhenti disini"

Sanae menunjuk ke pintu yang mengarah masuk ke lahan konstruksi. Bau Yurika yang telah diikutinya berakhir tepat disana.

"Karena itu pintu, bukannya normal kalau baunya berhenti?"

"Kan itu bukan bau sungguhan, jadi pintu nggak mungkin bisa halangin gitu aja"

"Oh iya, bener juga"

Koutarou ingat kalau dia bisa merasakan orang yang ada di balik tembok saat Sanae bergantung padanya.

"Kalau emang berakhir pas disitu berarti...apa Yurika mati pas dibalik pintu itu?"

"Jangan ngomong yang serem gitu dong"

Sanae langsung melayangkan tinjunya ke arah Koutarou, tapi karena tinjunya tidak berisi niatan untuk benar-benar meninju, Koutarou tidak merasa sakit.

"Sekarang kita liat aja dulu. Kalau kita nggak liat ke dalam, sia-sia kita dateng ke sini"

"Betul juga"

Koutarou, yang cepat dalam hal mengambil tindakan, membuka pintu menuju lahan konstruksi itu dan mengintip.

"Kayaknya nggak ada mayat tuh"

"Ampun deh, kamu jahat banget sih"

"Maaf, maaf"

Koutarou meminta maaf pada Sanae lalu masuk ke dalam lahan itu tanpa membuat suara, karena dia tidak ingin ditemukan oleh para pekerja disana.

"Kayaknya mereka baru ngerjain pondasi..."

Sambil melihat ke sekelilingnya, Koutarou melihat beberapa alat berat, dan sedikit lebih dalam lagi dia menemukan sebuah lubang besar yang akan digunakan sebagai pondasi.

"Kita beruntung. Kayaknya semuanya lagi pada liburan hari ini"

Tidak ada satupun pekerja konstruksi yang bisa terlihat sejauh mata memandang. Setelah Koutarou menghela nafas lega, dia mendengar suara Sanae yang terdengar lirih.

"Tunggu, Koutarou--"

"Kamu ngapain?"

Saat Koutarou berbalik, Sanae sedang melakukan sesuatu tepat di pintu.

"Kayak ada tembok disini"

"Tembok?"

Koutarou kembali menuju pintu, dan seperti yang dikatakan Sanae, kelihatannya dia seperti ditekan menghadap tembok kaca yang tidak terlihat.

"Ahahahahahah, mukamu lucu banget"

Sanae, yang berusaha masuk, mendorong mukanya melawan tembok tembus pandang itu dan membuat hidungnya seperti hidung babi.

"Hei, jangan ketawa, bantuin dong!"

Rokujouma V5 154.jpg

"Kamu bilang gitu juga..."

Koutarou mendekati Sanae, yang masih berjuang melawan tembok tembus pandang terkutuk itu, sambil menahan tawanya.

"Nggak adil, cuma kamu doang yang bisa masuk!"

Koutarou dan Sanae akhirnya saling berhadapan dengan dibatasi kusen pintu. Dilihat dari penampilan Sanae, memang terlihat seperti ada tembok tembus pandang disana.

"Diapain ya..."

"Coba aja sesuatu"

"Oke, aku coba tarik kamu masuk ya"

"Silahkan"

Koutarou mulai mengulurkan tangannya pada Sanae. Meskipun tangannya sampai ke tembok yang menahan Sanae, tangannya tidak terhenti.

"Nggak adil, cuma kamu doang yang nggak kepengaruh"

"Cup, cup, cup. Aku tarik ya"

"Oke"

Setelah menggenggam tangan Sanae, Koutarou menariknya masuk.

"Ah!?"

Saat Koutarou melakukannya, Sanae dengan mudahnya masuk melewati tembok itu. Beberapa saat lalu, Sanae berjuang keras melewati tembok itu namun gagal, dan sekarang dia berhasil melewatinya dengan mudah tanpa masalah apapun.

"K-kok bisa!? Tadi kan nggak bisa!"

"Aku nggak bener-bener ngerti cara kerjanya, tapi mungkin itu tadi gara-gara itu"

Koutarou menunjuk ke sebuah kuil kecil saat mengatakan itu.

"Apa itu?"

"Kuil pemurnian. Kuil itu ditaruh disitu sebelum konstruksi mulai biar...em..kok aku lupa ya?"

"Ah, aku pernah lihat di TV! Kalau orang nggak naruh itu, mereka bakal kena kutuk dan bakal ada kejadian-kejadian buruk, kayak derek yang tiba-tiba jatuh"

"Ya, itu"

Kuil kecil itu dibuat saat upacara pencangkulan tanah pertama untuk memohon selamat sepanjang konstruksi berjalan. Koutarou menduga kalau kuil itu adalah sebab kenapa Sanae tidak bisa masuk.

"Aku kan nggak ngutuk"

Tentu saja Sanae tidak puas. Dia langsung merajuk karena dia tidak suka diperlakukan seperti roh jahat.

"Kamu bisa masuk karena kamu nggak ngutuk, bener kan?"

"Iya juga. Aku bisa masuk karena aku deket sama kamu"

Setelah Koutarou mengatakan itu, Sanae kembali ceria dan mulai tertarik melihat-lihat area konstruksi.

"Ah, aku bisa nyium baunya Yurika"

"Beneran?"

"Yap. Kayaknya dia ada disana"

Sanae bisa kembali mencium bau Yurika, lalu menunjuk ke arah lubang besar yang sudah digali untuk pondasi.

"Oke, ayo kesana"

"Yap. Jam pelajaran kelima juga udah mau mulai"

"Ampun deh, si idiot satu itu ngapain disini sih"

Koutaruo dan Sanae mulai berjalan ke lubang itu. Namun, keduanya telah salah mengenai satu hal, karena ada suatu kesalahpahaman besar disini.

Yang membuat Sanae tidak bisa masuk ke lahan konstruksi itu bukanlah kuil itu.


Part 8[edit]

"Apa ini!?"

"Ada yang datang!"

Maki dan Yurika serentak saling menarik tongkat mereka. Pertarungan mereka masih berlanjut, tapi keduanya merasakan suatu keanehan dan berhenti bertarung untuk sementara.

"Ada orang yang bisa lewat tembok itu!?"

"Bagaimana bisa!?"

Keduanya berhenti bertarung karena ada seseorang yang melewati pelindung itu. Maki dan Yurika sama-sama memasang tembok pelindung, yang berarti ada tembok berlapis dua yang melindungi lahan konstruksi itu. Hampir tidak mungkin bagi seorang biasa untuk melewatinya, namun ternyata ada seseorang yang bisa. Karena itulah mereka berhenti bertarung.

"Nah, itu dia!"

"Yurika, kamu ngapain sih disana!?"

Baik Yurika maupun Maki menoleh ke arah asal suara itu.

"S-Satomi-san!?"

"Dia si penghuni kamar 106!! Kalau tidak salah, namanya adalah Satomi Koutarou!!"

Saat mereka menoleh untuk melihat siapa yang bersuara, mereka melihat Koutarou dan Sanae . Yurika dan Maki telah bertarung di dasar lubang yang dangkal yang akan digunakan sebagai pondasi. Koutarou dan Sanae saat itu berdiri di pinggir lubang itu dan melihat kebawah ke arah kedua gadis yang sedang terkejut itu.

"Satomi-san, Sanae-chan, kenapa kalian disini!?"

"Yurika, mau sampai kapan kamu main disini!? Paling nggak tahu waktu lah!"

"Ya! Coba pikirin masalah yang udah kamu bikin buat kami!"

Setelah menemukan Yurika, Koutarou dan Sanae mulai memarahinya. Jam saat itu sudah menunjukkan jam setengah dua, dan jam pelajaran kelima sudah dimulai.

"...Begitu, jadi begitu rupanya. Aku telah sangat salah paham!"

Tidak seperti Yurika yang benar-benar terkejut, Maki lebih terkejut pada hal lain yang lebih dalam.

"Cowok itu, Satomi Koutarou, belajar sihir dengan sendirinya! Dan dia juga yang mengendalikan hantu itu! Dan dialah rekan Nijino Yurika!"

Itulah bagaimana Maki mengartikan kemunculan Koutarou. Tentu saja, bukan itu yang sebenarnya terjadi. Itu masih menjadi kesalahpahaman di satu pihak saja.

"Bisa melewati pelindungku dan Yurika tanpa menghancurkannya berarti dia menggunakan sihir tipe memperkuat atau degenerasi! Dan karena dia mengontrol hantu itu dengan energi spiritual sebanyak itu, tingkat necromancy miliknya juga sangat tinggi! Paling tidak, dia bisa menggunakan dua warna, dan dia bahkan lebih kuat daripada Yurika!"

Berdasarkan fakta bahwa dia bisa melewati pelindung, Koutarou tidak mungkin hanya seorang biasa. Dan karena hantunya juga bisa lewat, sulit untuk memikirkan kalau itu adalah hantu biasa. Karena Koutarou sampai di medan pertempuran itu bersama si hantu, sudah sewajarnya untuk berpikir kalau Koutarou mengendalikan hantunya.

Aku terlalu naif. Dia tidak sekedar membantu rencana Yurika saja! Tidak kupikir Yurika punya senjata pamungkas seperti ini yang disembunyikannya!

Kalau Koutarou memang memiliki kekuatan-kekuatan seperti yang dibayangkan Maki, kalau ketujuh gadis penyihir Darkness Rainbow menyerang habis-habisan, mereka akan tumbang dengan mudahnya di dalam perangkap Koutarou. Hanya dengan membayangkan itu saja sudah membuat Maki menggigil ketakutan.

"Syukurlah aku menemukan dia sebelum kami bertujuh berkumpul..Tidak kupikir dia adalah master necromancy dan antara penguatan atau degenerasi. Aku tidak mau membayangkan apa yang terjadi kalau..."

Hantu yang diperkuat oleh sihir atau mayat hidup. Mengubah tingkat racun dari ghoul atau roh yang berpindah dunia menggunakan degenerasi. Makhluk undead yang sudah cukup bermasalah bisa diperkuat dengan sihir dan menyerang mereka. Kalau mereka sampai menerima serangan kejutan seperti itu saat mereka sedang sibuk menghadapi Yurika, bahkan petinggi-petinggi Darkness Rainbow akan berada dalam bahaya. Maki betul-betul merasa beruntung dan bersyukur karena dia pergi memantau sendirian. Saat ini, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun hanya dialah yang akan menjadi korban.

"Kalau begitu, setidaknya aku akan membawamu jatuh bersamaku, Yurika!"

Maki yakin kalau musuhnya sebenarnya bukanlah Yurika. Dia yakin kalau musuhnya adalah Koutarou, pria misterius yang licik, lihai dan mempunyai kekuatan sihir yang hebat. Dengan pemikiran seperti itu, Maki berasumsi bahwa tidak mungkin untuk mengalahkan Koutarou dan Yurika bersama-sama saat ini. Dengan begitu, dia akan mengalahkan Yurika, dan mengurangi sebagian kekuatan Koutarou.

Semuanya tetaplah sebuah kesalahpahaman yang besar, tapi keputusan Maki betul-betul tepat dan cepat.

"Ayo, naik ke sini, Yurika. Kita pulang"

"Nggak, Satomi-san, tolong terima kenyataannya dong!"

"Itu yang harusnya kubilang!"

Maki berlari cepat menuju Yurika dan Koutarou yang masih berbicara.

Mumpung mereka masih sibuk berbicara, sekarang kesempatan terbaikku!

Maki memegang tongkatnya dengan kecua tangannya dan memulai merapal mantra tanpa melambat sedikitpun. Kalau dia menggunakan jenis sihir yang memang menjadi keahliannya, dia akan bisa fokus mengeluarkan sihir itu meskipun dia sedang berlari sekalipun.

"Bind Person -- Modi--"

"Ah!? Maki-san, udah selesai loh!"

Koutarou memperhatikan apa yang sedang dilakukan Maki dan mencoba menghentikannya di tengah-tengah.

Jangan bercanda, semuanya belum selesai!

Namun, Maki tidak berhenti dan malah mengartikan kata-kata Koutarou sebagai provokasi dan membuatnya marah.

"Maki-chan!? Gawat!"

"--fier -- Double Effect!"

"Quick Cast -- Anti-Magical Shield!"

Dengan mempercepat merapal mantranya, Yurika menyelesaikan mantranya lebih dulu. Sebelum peluru sihir berwarna nila mengenai Yurika, sebuah cahaya kuning menyelimuti tubuhnya.

"Aku menang!"

Tapi, Maki yang melihat itu tidak merasa kesal, dan malah merasa yakin dengan kemenangannya dan mendekati Yurika. Sesaat berikutnya, peluru cahaya itu mengenai Yurika.

"Kyaaaaa!"

Meskipun sihir pelindungnya melindungi dirinya, Yurika menjerit. Sihir Maki rupanya mengenainya dua kali - satu mantra dengan efek dua kali lipatnya. Sihir perlindungan Yurika hanya melindunginya dari efek yang pertama, dan tidak melindunginya dari efek yang kedua.

"B-badanku-"

Mantra itu memberikan sugesti mendalam pada targetnya dan merenggut kebebasan bergerak mereka. Yurika, yang sudah terkena serangan itu, tidak bisa bergerak bahkan sedikitpun.

"Ooooh, buat orang yang suka bolos sekolah buat latihan kayak gini, boleh juga"

"Koutarou, Koutarou, ada sinar yang keluar dari ujung tongkatnya! Ada sinarnya!"

Melihat mereka berdua seperti itu, Koutarou dan Sanae justru bertepuk tangan dan merasa kagum. Keduanya hanya bisa takjub melihat peluru cahaya yang keluar dari tongkat Maki.

"Kayaknya mereka pura-pura nggak bisa gerak kalau kena itu"

"Sinar ya...cosplayer belakangan ini kelihatannya perhatian banget sama detail. Aku penasaran gimana caranya"

"Siapa yang tahu. Perkembangan teknologi kan cepet, susah ngikutnya"

"...Koutarou, kamu kayak bapak-bapak"

"Diem aja deh"

Bagi mereka berdua, pertarungan itu tetaplah seperti cosplay. Mereka dengan asyiknya tertawa, tanpa menyadari kalau Yurika benar-benar dalam keadaan terpojok.

"Ya ampun, ketegangannya sepertinya hancur...Oh iya, aku harus buru-buru ngelakuin sesuatu!"

Yurika jengkel dengan reaksi Koutarou dan Sanae saat dia berusaha lepas dari mantra pengikat itu.

"Terlambat, Yurika! Aku menang!"

Sebelum Yurika bisa menggerakkan badannya, Maki sampai didekatnya dengan kaki yang bersinar merah. Rupanya, Maki berniat menghabisi Yurika yang tidak bisa bergerak dengan tendangan yang mematikan yang diperkuat dengan sihir.

"Maaf, udah ganggu kesenangan kalian, tapi.."

"Cih!"

Tapi, sebelum tendangan Maki dapat mengenai Yurika, dia berhenti dan melompat mundur.

"Sudah kuduga, kau tidak bisa meninggalkan kami, Satomi Koutarou!!"

Maki mundur karena Koutarou datang ke dasar lubang itu.

"Jelas enggak lah..."

Koutarou tersenyum kecut pada Maki sembari berjalan ke arah Yurika yang masih tidak bisa bergerak.

"Udahlah, berhenti bercandanya, kita balik, Yurika"

"S-Satomi-san, bahaya tahu! Buruan pergi ngumpet!"

"Satu-satunya yang bahaya disini adalah kamu yang bakalan tinggal kelas"

Saat Koutarou mengatakan itu, dia meletakkan tangannya di bahu Yurika.

Ampun deh, kerjamu cuma main doang...

Koutarou, yang heran dengan tingkah Yurika, hannya bisa menghela nafas.

"Udahlah, ayo buruan balik"

"Kamu bilang gitu juga, badanku nggak mau gerak! Jadi, buruan lari!"

Yurika masih berada dibawah pengaruh sihir Maki. Satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah menggerakkan kepalanya, sementara seluruh tubuhnya seakan sudah berubah kaku layaknya besi.

"Aku bilang, ayo balik. Kalau kamu nggak mau nurut, aku bakal marah"

"Ah!?"

Tepat saat Koutarou menarik Yurika, sesuatu yang tidak terduga terjadi.

"A-aku bisa gerak!? Aku bisa gerakin badanku!"

Badan Yurika tiba-tiba bisa bebas bergerak kembali. Yurika yang masih kaget dengan perubahan itu langsung meraba badannya untuk memastikan kalau dia baik-baik saja.

"Ya jelas bisalah, ampun deh"

Nggak ada yang namanya sihir, tentu aja kamu bisa gerak. Koutarou yang berpikir seperti itu hanya bisa heran melihat Yurika sambil mengusap dahinya sendiri.

"I-itu tadi--"

Namun, keterkejutan Maki jauh lebih besar daripada Yurika. Dia tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Dia menghilangkan sihirnya!? Dan tanpa mengucap manra sedikitpun!?"

Tepat saat Koutarou menarik Yurika, tangannya mengeluarkan cahaya putih sesaat. Di saat itu, sihir yang mengikat Yurika masih sangat kuat, tapi tepat saat cahaya putih itu menyentuhnya, sihir yang mengikat Yurika melebur dan membebaskannya.

"Tidak mungkin...aku tidak pernah mendengar sihir putih sebelumnya...lebih penting lagi, seberapa kekuatan sihir yang dibutuhkan untuk menghilangkan sihirku, tanpa tongkat maupun mantra...?"

Cahaya itu adalah cahaya yang sama yang menyelamatkan Koutarou dan yang lainnya dari beberapa bahaya di masa lalu. Tapi, satu-satunya yang memperhatikan hal itu hanyalah Maki, yang memperlakukan Koutarou sebagai ancaman. Karena itulah, keraguan yang ada didalam dirinya semakin besar.

"Meskipun dia mengakomodasi penggunaan sihir tanpa tongkat dan kostum dengan alat sihir lainnya, aku tidak bisa meremehkan kemampuannya menggunakan sihir tanpa membaca mantra maupun gerakan. Kelihatannya aku harus menggunakan itu..."

Tidak peduli sihir apapun yang digunakan Satomi Koutarou, dengan itu, setidaknya...

Maki menyipitkan matanya dan membuat senyuman sinis.

"Ayo Yurika, kita udahan disini"

"Yap. Aku bisa ngerti kenapa kamu mau latihan di tempat segede ini sembunyi-sembunyi, tapi tetep aja, semua masih ada batasnya"

"Aku bukan lagi latihan, aku bener-bener lagi bertarung!"

Sementara Yurika dan Koutarou bertengkar, Maki berseru ke arah tempat penyimpanan bahan bangunan.

"Keluarlah, Sakuraba Harumi!"

"Eh!?"

"Sakuraba-senpai!?"

Koutarou dan yang lainnya dengan cepat berbalik begitu mendengar nama yang tidak mereka sangka-sangka disebut oleh Maki.

"S-Satomi-kun, Nijino-san"

Harumi, yang masih berseragam lengkap, muncul dari balik tempat penyimpanan bahan bangunan. Namun, ada yang aneh dengan dirinya. Wajahnya yang pucat dan gerakannya yang aneh membuat Koutarou memanggilnya dengan kuatir.

"Kamu kenapa, Sakuraba-senpai!?"

"Aku juga tidak tahu! B-badanku bergerak sendiri, aku tidak bisa melakukan apapun!"

Harumi ketakutan dengan badannya yang bergerak sendiri. Kalau seseorang sedang melakukan sesuatu dan tiba-tiba badannya berhenti menuruti keinginan orang itu, siapapun pasti juga merasa takut.

"Sakuraba-senpai!"

"Aku selametin kamu sekarang juga!"

"Kenapa Harumi juga ada disini..."

Koutarou dan yang lain dengan cepat bergerak ke arah Harumi, tahu kalau Harumi sedang dalam masalah. Koutarou tahu kalau Harumi tidak mungkin berbohong.

"Oh, tidak bisa"

"S-Satomi-kun"

Namun, Maki lebih cepat dan langsung berdiri di samping Harumi. Koutarou dan yang lain langsung berhenti saat melihat itu.

"Apa-apaan ini, Maki-san!"

"Yah, sudah jelas, bukan?"

Maki menodongkan tongkatnya ke arah Harumi.

"Begitu, jadi itu ulahmu, Maki-chan!"

"Benar, Yurika. Tidak peduli seberapa kuat kau dan cowok itu, apa kalian bisa bisa bertarung denganku sambil melindungi dia?"

"Jangan macem-macem ya, kalian! Badan Sakuraba-senpai lemah, nggak kayak kalian! Jangan bawa-bawa dia!!"

"Aku nggak akan ngelakuin itu! Aku juga nggak tahu kalau Sakuraba-senpai ada disini!"

"Raut wajah kalian bagus juga, Yurika, Satomi Koutarou. Aku sudah menunggu kalian berdua membuat raut wajah seperti itu"

Maki puas karena dia sudah membaca situasinya dengan baik setelah dia melihat wajah Koutarou dan Yurika.

Sudah kuduga, cewek ini penting buat Yurika...

Semenjak Maki berpapasan dengan Harumi di atap sekolah, dia sudah berasumsi kalau Harumi bisa dimanfaatkan.

"S-Satomi-kun!!"

"Sekarang, apa yang akan kalian lakukan, Rainbow Yurika, Satomi Koutarou!? Apa kalian akan menyerang cewek ini dan aku juga sekaligus!?"

"Kuh, Maki-chan, itu nggak adil!"

Harumi tidak bisa bergerak karena sihir Maki, yang berencana menggunakan Harumi sebagai tameng dari serangan Yurika dan Koutarou.

"Koutarou, ada yang salah kayaknya"

"Aku tahu!"

Koutarou dan Sanae saling mengangguk dan menatap tajam ke arah Maki.

"...Maki-san, tolong berhenti! Sakuraba-senpai nggak boleh ikutan! Jangan bawa-bawa dia!"

"Oh tentu saja. Itu sebabnya aku pilih dia!"

Koutarou tidak mengerti keadaan Harumi saat itu, tapi dia tahu kalau Maki menyeret dia dalam situasi ini.

Apa-apaan semua ini? Bukannya ini cuma cosplaying?

Selama setengah tahun ini, Koutarou yakin kalau Yurika hanya bercosplay. Tapi sekarang, pemikiran itu mulai berubah ke arah sesuatu yang dia tidak pernah tahu.

Koutarou mulai memikirkan itu sejak Harumi muncul di lahan konstruksi itu. Saat dia memikirkannya lagi, dia tidak percaya kalau Yurika akan melibatkan Harumi. Mereka berdua sangat akrab, tidak salah untuk menyebut mereka sahabat, dan Yurika juga tahu tentang kondisi badan Harumi. Koutarou tidak bisa percaya kalau Yurika akan membuat Harumi berpartisipasi ke dalam cosplay yang sekarang sudah mirip dengan film aksi ini. Lebih pentingnya lagi, Harumi saat itu sedang ketakutan. Bahkan Koutarou mengerti kalau itu bukanlah akting.

"Satomi-kun, Nijino-san, apa yang sebenarnya terjadi?"

"Tunggu aja, Sakuraba-senpai, aku bakal kesana!"

"Maki-chan, lepasin Sakuraba-senpai!"

"Pembicaraan kita sudah selesai. Lindungi aku, Sakuraba Harumi!"

"Kyaaa! A-apa ini!?"

Maki mengacuhkan Koutarou dan memerintah Harumi, yang mulai bergerak berlawanan dengan keinginan Harumi sendiri.

"Yurika, apa-apaan ini sebenarnya?"

"Udah aku bilang, aku lagi bertarung ngelawan Maki-chan!"

"Koutarou, sebenernya ada apa sih? Yurika lagi cosplaying, tapi si Maki itu penyihir beneran?"

"Kalau dilihat-lihat lagi, kelihatannya itu yang--"

"Stone Rain -- Mode -- Effective Time -- Twice!"

"Satomi-san, dia nyerang! Jangan diem aja!"

"Waaaah!"

"Kyaaaa!"

Koutarou mulai berteriak sebelum bicaranya selesai. Bebatuan yang ada di lahan konstruksi itu mulai melayang dan menghujani mereka. Itulah mantra dari Maki. Tapi, saat bebatuan itu mulai jatuh, Yurika menyiapkan tongkatnya dan berteriak:

"Quick Cast -- Force Field!!"

"Ow, owowow, eh, apa?"

Hujan batu yang menyerang Koutarou tiba-tiba berhenti. Saat Koutarou dengan hati-hati menengadahkan kepalanya, dia bisa melihat pelindung yang bercahayakan kuning memantulkan bebatuan itu.

"Apa yang terjadi?"

"Aku juga nggak tahu..."

Koutarou, yang tidak mengerti situasinya saat itu, menoleh ke arah Yurika, yang memegang tongkatnya di atas kepalanya. Sebuah sinar kuning keluar dari tongkat itu, menyebar layaknya payung dan membuat pelindung berwarna kuning.

"Yurika, kamu..."

"Kamu nggak apa-apa kan, Satomi-san?"

Yurika juga terkena batu dan ada luka yang berdarah sedikit baik di kepalanya maupun di kaki dan tangannya yang tidak tertutup kostumnya. Tapi, Yurika tidak terlihat peduli dengan lukanya dan malah tersenyum pada Koutarou.

"K-kamu barusan pakai...sihir?"

Bahkan Koutarou pun mengerti saat bebatuan yang menghujani dirinya telah terhalangi. Yurika betul-betul bisa menggunakan sihir.

"Aku udah bilangin kamu kan, dari awal!"

Air mata mulai tampak di mata Yurika saat dia mengatakan itu.

Berarti, apa yang kulihat pas kita pertama ketemu memang bukan alat maupun trik, semuanya betulan...

Saat yang telah ditunggu Yurika selama setengah tahun telah terjadi - Koutarou akhirnya menyadari kebenarannya.

"Kena kau!"

Sesaat selanjutnya, hujan batu itu berhenti dan Maki muncul dibawah payung cahaya itu. Hujan batu itu bukan hanya sekedar serangan, itu juga bermaksud untuk menutupi langkahnya selanjutnya. Kaki dan tangannya saat itu diselimuti sinar merah.

"Gawat!"

Sinar itu rupanya cincin energi yang akan meledak saat menyentuh sesuatu. Maki berencana menyerang Yurika dengan serangan sihir menggunakan cincin energi itu.

"Nggak apa-apa, jangan kuatir, Yurika!"

"Cih, Satomi Koutarou!?"

Namun, serangan Maki tidak mengenai Yurika. Sebelum serangan itu sampai, Koutarou menghalangi Maki dan memegang tangannya, membuat serangannya memantul. Koutarou tidak tahu harus berbuat apa saat bertarung dengan pengguna sihir, tapi adu jotos dengan tangan dan kaki adalah keahliannya.

"Satomi-san!?"

"Aku nggak apa-apa!"

Koutarou memegang tangan Maki dan menariknya menjauh dari Yurika sekuat tenaganya.

"Cowok ini, lagi-lagi!?"

Di saat yang sama, cahaya merah itu menghilang dari tangan Maki. Cahaya putih yang berasal dari Koutarou telah menghapusnya.

"Kalau begitu!"

Dengan kedua tangannya tertahan, Maki mencoba menendang dengan kaki kanannya. Dengan jarak sedekat itu, akan susah untuk menghindar, dan cahaya merah dikakinya masih ada.

"Jurus rahasia! Tameng Sanae-chan!!"

Namun, tendangan mematikan Maki pun berhasil dihalangi.

"Kamu nggak apa-apa kan, Koutarou!?"

"Kamu udah nyelametin aku!"

Sanae menghalangi serangan itu menggunakan fenomena poltergeist untuk melempar kaki Maki kembali. Cahaya merah di kakinya menghilang setelah terpakai karena bertabrakan dengan kekuatan telekinesis Sanae.

"Cih, hantu sialan!"

Maki menggunakan momen dari tendangannya yang terpantul untuk membebaskan dirinya dari Koutarou. Sebagai hadiah perpisahan, dia berputar dan menendang dengan kaki kirinya.

"Woah!?"

Koutarou tidak bisa menghindari tendangan Maki setelah kehilangan keseimbangan karena Maki lepas darinya - dia akan mendapat tendangan langsung.

"Snare Trap!"

Namun, tepat sebelum tendangan itu mengenai Koutarou, tanah disekitar pijakan Maki naik dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Alasannya adalah sihir tingkat dasar yang digunakan Yurika di situasi panas itu. Kekuatannya ternyata lebih dari cukup untuk menghentikan tendangan berputar itu.

"Buagus, Yurika!"

"Cih, sudah kuduga, tiga lawan satu memang tidak mungkin! Energy Release!"

Maki melepaskan cahaya merah yang masih menyelimuti kaki kirinya. Energi yang terlepas itu meninggalkan sebuah ledakan kecil dan tirai asap.

"Uwah!?"

"Tidak akan kubiarkan kalian menangkapku dengan mudah"

Ledakan itu melukai Maki, tapi itu juga membuat Koutarou kehilangan dirinya. Tangan Koutarou yang bergerak untuk menangkapnya pun meleset.

"Sanae-chan Psychogun!"[1]

Sanae, yang mendapat ide setelah melihat hujan batu tadi, menggunakan kemampuan poltergeistnya untuk menggerakkan sebuah batu dan membidik Maki. Batu itu mengejar Maki dengan kecepatan peluru asli.

"Kerja sama yang bagus, tapi--!"

Namun, Harumi berdiri diam di arah dimana Maki kabur. Maki lari ke belakang Harumi dan membuat Harumi berada diantara dirinya dan batu itu.

"Kyaaaa!"

Harumi berteriak saat melihat batu itu mendekat.

"Sanae-chan!"

"Ah, hampir aja!"

Sanae dengan cepat mengubah arah batu itu menjauh dari Harumi. Setelah menyentuh sedikit poni rambut Harumi, batu itu melesat menuju langit.

"Hei, pake Harumi sebagai tameng tuh nggak adil!"

"Kalian bisa mengatakan apapun yang kalian mau. Aku akan melakukan apapun untuk bisa menang melawan tiga orang tidak adil yang mengeroyokku"

"Dasar jahat! Kerja sama emang udah haknya pahlawan kebenaran!"

"Sanae, berhenti ngomongin hal-hal konyol kayak gitu"

"M-Maaf"

Setelah memarahi Sanae, Koutarou dengan cepat berbalik ke arah Maki. Dia kembali muncul di belakang Harumi sekali lagi.

Selain fakta bahwa Yurika bener-bener bisa pakai sihir, kelihatannya Maki-san memang musuhnya. Dan orang yang pakai Sakuraba-senpai sebagai tameng hidup pasti bukan orang baik-baik. Begitu...jadi mereka emang udah dateng..musuhnya Yurika, para gadis penyihir jahat..

Kalau Yurika bukanlah cosplayer tapi betul-betul seorang gadis penyihir, itu berarti Koutarou dan yang lainnya sudah mengabaikan ancaman para gadis penyihir jahat selama lebih dari setengah tahun ini.

"S-Satomi-kun, Nijino-san, a-apa yang sebenarnya terjadi?"

"Ada apa? Kalian tidak mau menyerang?"

Harumi ketakutan dengan situasi misterius itu, dan Maki dengan beraninya mengompori Koutarou dan yang lainnya, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Itu karena mereka tahu bahwa Maki bisa menggunakan Harumi sebagai tameng. Koutarou menghabiskan beberapa saat memelototi Maki sebelum dia memanggil nama Yurika.

"Yurika"

"Ya"

"Kamu gadis penyihir, iya kan?"

Yurika merasa sangat senang saat dia mendengar Koutarou mengatakan itu. Dia hanya bisa merasa bahagia karena akhirnya kebenaran tentang dirinya akhirnya tersampaikan. Tapi, Yurika menahan itu semua dan membalasnya sambil mengangguk:

"Ya. Aku adalah gadis penyihir cinta dan keberanian ☆ Rainbow Yurika"

"Kalau begitu, tolong bantu aku"

"Satomi-san, kamu ngerencanain apa?"

Yurika menahan nafasnya saat dia mendengar apa yang dikatakan Koutarou.

"Aku akan nyerang langsung"

"Itu nggak masuk akal!"

"Kalau Maki-san bakal pakai Sakuraba-senpai sebagai tameng, pilihan kita cuma mendekat dan bikin jadi adu jotos. Kamu mungkin gadis penyihir, tapi kamu nggak hebat soal berantem. Lagian..."

Koutarou hampir mengatakan sesuatu, tapi berhenti di tengah-tengah.

"Lagian, apa?"

"...Sementara aku disana, bisa nggak kamu ngelakuin sesuatu soal Sakuraba-senpai?"

Koutarou menjawab dengan jawaban yang berbeda dengan apa yang hendak dikatakannya.

Lagian, kamu nggak bisa mukul Sakuraba-senpai - Itulah yang Koutarou hampir katakan. Dalam keadaan terburuk, mereka mungkin harus memukul Harumi untuk bisa membawanya kembali. Namun, gadis penyihir yang terlalu gugup dan baik hati ini mungkin tidak akan memperbolehkannya melakukan itu.

"Aku ngerti. Aku usahain"

"Tolong ya"

Koutarou mengangguk ke arah Yurika dan lalu berbalik ke arah Maki.

"Maki-san, bisa kamu kembaliin Sakuraba-senpai ke kami?"

"Pertanyaan bodoh. Dia akan kulepas setelah aku mengalahkan kalian semua"

Apa dia berencana bertarung dengan tangan kosong, atau menyelamatkan Sakuraba Harumi lebih dulu? Kalau begitu, apa aku harus menggunakan dia untuk mengancam mereka? Tapi, kalau aku kehilangan sanderaku, keadaannya akan menjadi tiga lawan satu lagi...kalau begitu!

Maki menyiapkan tongkatnya dan mulai merapal mantra.

"Blast Fireball -- Modi---"

Sebuah bola api berdiameter satu meter muncul di ujung tongkat Maki.

"Koutarou, ini gawat"

"Ayo maju, Yurika!"

"Ya!"

Koutarou mulai berlari ke arah Maki di saat yang sama dia memulai merapal mantranya. Sanae menjaga sedikit jarak dengan Koutarou sambil mengikutinya. Jika mereka bertiga bergerombol melawan seseorang yang menggunakan senjata jarak jauh, mereka hanya akan menjadi sasaran empuk. Mereka perlu membuat jarak diantara mereka bertiga dan juga Yurika yang akan menggunakan sihirnya untuk membantu mereka.

"--fier -- High Concentration"

Setelah Maki menyelesaikan mantranya, bola api itu mulai mengecil. Sebagai gantinya, suhu bola api itu naik drastis. Apinya berubah dari merah menuju putih saat dia mengecil menjadi seukuran bola baseball.

"Satomi-san, hati-hati sama bola api itu! Aku nggak bisa ngehalangin pukulan langsung dari itu, meski udah pakai sihir!"

"Aku ngerti!"

Sesaat setelah Yurika memperingatkan mereka, badan Koutarou dan Sanae diselimuti cahaya kuning. Itu adalah mantra perlindungan yang dipasang Yurika.

"Oh, itu tidak apa-apa"

Maki tersenyum pada Koutarou dan yang lainnya. Namun, senyuman itu hanya sebatas senyum saja, tidak ada kebaikan sama sekali pada senyuman itu.

"Aku tidak berniat menembakkannya ke arah kalian"

"Apa!?"

"Apa-apaan maksudnya!"

Sambil memandang remeh musuhnya yang kebingungan, Maki mengarahkan tongkatnya pada sasarannya.

"...Eh?"

Sasarannya berada di serong belakangnya: Sakuraba Harumi. Sesaat setelahnya, bola api itu pergi dari tongkatnya dan melayang menuju Harumi.

"Apa, targetmu Sakuraba-senpai!?"

"Koutarou, Harumi bakalan kebunuh!"

Bola api itu sudah ditembakkan, membuat Koutarou dan Sanae tidak bisa melakukan apapun. Meskipun mereka mengalahkan Maki, Harumi tetap tidak akan selamat.

"Kyaaaaa!"

Melihat bola api yang terbang ke arahnya, Harumi hanya bisa berteriak. Tidak ada yang bisa dilakukannya sama sekali, dengan badannya yang tidak bisa bergerak dan ketidaktahuannya akan situasi yang dialaminya. Harumi sama sekali tidak punya cara untuk berlindung dari bola api yang melayang ke arahnya.

Sakuraba-senpai!

"Cancel"

Dalam krisis ini, satu-satunya yang bisa melakukan sesuatu hanyalah Yurika. Dia membatalkan sihir yang akan dikeluarkannya dan memulai merapal mantra yang berbeda.

"Recall -- Precast -- Teleport!"

Sihir teleportasi. Biasanya sihir semacam itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dipersiapkan dan dilancarkan, jadi Yurika sudah merapalnya sebelumnya dan tinggal memanggilnya kembali - itulah sihir terbaik sekali pakai miliknya. Tepat di saat dia selesai merapal mantranya, dia menghilang dari tempat dia berdiri sebelumnya, dan muncul tepat di depan Harumi.

"Koutarou, Yurika--!"

"Yurika!? Kamu ngapain!?"

Sanae kagum dengan Yurika yang berteleportasi, tapi Koutarou lebih kuatir dengan dimana dia muncul. Yurika menyiapkan tongkatnya dan memulai merapal mantra.

"Selama tidak terkena langsung, ini masih bisa ngelindungin kamu..."

Yurika tersenyum sambil mengatakan itu, dan di saat yang sama mantranya aktif dan sebuah cahaya kuning menyelimuti Harumi.

"Nijino-san, apa yang kamu--"

"Aku serahin selanjutnya sama kamu, Satomi-san"


Bola api itu tepat mengenai badan Yurika.


Part 9[edit]

Yurika betul-betul sadar kalau itu adalah jebakan Maki. Dia tidak akan melakukan sesuatu seperti membuang senjata terbaiknya - sanderanya. Meskipun dia sudah tahu itu, Yurika harus melindungi Harumi. Hal yang tidak terpikirkan mungkin bisa terjadi.

"Yurikaaaaaaaa!"

"Nijino-san!"

"Yurika, kenapa kamu ngelakuin itu!?"

Tepat saat bola api itu mengenai Yurika, semua energi yang ada didalamnya langsung terlepas. Energi yang sangat besar itu membakar habis sihir perlindungan yang melindungi Yurika dan juga membakar dirinya. Badannya yang tak bernyawa jatuh perlahan ke atas tanah dilalap si jago merah.

Karena tindakan Yurikalah Harumi tidak terluka. Sebagian api yang membakar Yurika mencapai Harumi, tapi api itu tidak berpengaruh karena mantra perlindungan yang dilepaskan Yurika.

"Sudah kuduga, ini cara paling sederhana untuk melakukannya"

Maki menatap dengan dingin ke arah Yurika yang sudah tumbang.

Itu benar. Itulah batasan Rainbow Heart. Kau punya terlalu banyak hal untuk dilindungi. Karena itulah kau tidak bisa melindungi apapun...

Namun, hanya untuk sesaat saja, pandangannya berubah menjadi kasihan.

"Satomi-kun! Nijino-san, Nijino-san--!!"

Harumi, yang masih tidak bisa bergerak, hanya bisa berteriak. Dia betul-betul merasa kehilangan setelah melihat Yurika tumbang saat melindungi dirinya.

"Yurika! Hei, Yurika!"

Koutarou berlari ke arah Yurika dan membopongnya. Dia tidak mati karena terlindung oleh sihir pelindungnya, tapi dia terluka parah dan kehilangan kesadaran.

"Dia nggak apa-apa....iya kan?"

Sanae dengan cemas melihat kepada Yurika. Dia bisa melihat energi spiritual Yurika, tapi sudah melemah sampai-sampai Sanae merasa kuatir karenanya.

"Yang begini nggak akan ngebunuh dia"

Koutarou gemetaran sambil menahan amarahnya saat dia memegang Yurika. Namun, amarah itu tidak diarahkan pada Maki, tapi pada dirinya sendiri.

Kenapa aku nggak percaya sama dia selama setengah tahun ini!? Ini nggak bakal sampe kejadian kalau aku percaya sama dia!

Karena dia tidak percaya dengan Yurika, Koutarou mengabaikan ancaman dari para gadis penyihir jahat selama setengah tahun ini. Kalau saja dia percata, setidaknya mereka pasti akan membuat sebuah rencana. Dengan begitu, Yurika mungkin tidak akan tumbang seperti ini.

Koutarou merasa tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Dia seharusnya percaya dengan apa yang Yurika katakan padanya, bahkan jika hanya sedikit saja.

Amarah dan penyesalan itu menyala-nyala dengan kuatnya didalam dirinya.

"Satomi-kun..."

Di saat itu, Harumi akhirnya mulai mengerti keadaannya. Yurika bukanlah cosplayer, tapi sesuatu yang berbeda. Dia tidak tahu kalau yang dilihatnya adalah sihir atau bukan, tapi dia tahu kalau Yurika sedang bertarung dengan nyawa sebagai taruhannya.

"Jangan salahkan dirimu sendiri, Satomi-kun"

"Tapi, kalau aja aku percaya sama dia, ini nggak akan kejadian!"

Meskipun begitu, biasanya tidak akan ada seorang pun yang percaya dengan seseorang yang berbicara mengenai sihir, gadis penyihir dan musuh yang datang saat mereka pertama kali bertemu

"Tidak usah kuatir. Kalian semua akan segera menemui akhir yang sama dengan Yurika"

"Maki-san!!"

Maki mulai menghampiri Koutarou dan yang lainnya sambil mengacungkan tongkatnya.

Jadi, dia berniat menghabisi Yurika

Melihat itu, Koutarou merebahkan Yurika kembali di tanah dan melangkah maju untuk melindungi Yurika dan Harumi.

"Nggak akan kubiarkan kamu nyentuh Yurika"

"Itu, kalau kamu menang..."

Tidak perlu habis-habisan...selama aku bisa mengetahui sedikit kekuatan cowok ini sebenarnya...

Maki berniat mempelajari kemampuan Koutarou. Dia tidak berniat untuk segera mengalahkan musuh yang tidak dikenalnya sama sekali.

"Itulah kenapa aku bakal menang!"

Dan kalau aku sampai nggak bisa ngelindungin Yurika, aku betul-betul bakal jadi si idiot!!

Tepat saat Koutarou berteriak, sebuah suara nyaring yang mirip dengan suara benturan dua buah besi dapat terdengar dan sebuah cahaya putih menyinari area itu.

"Apa!?"

"Kau akhirnya akan bertarung habis-habisan, iya kan!?"

Diantara Koutarou dan Harumi, tepat di daerah dimana Yurika terbaring, sebuah bola cahaya putih muncul. Bola cahaya itu berdiameter sekitar satu meter dan menyinari area itu sambil melayang di atas Yurika. Saat bola cahay itu menyinari Yurika, raut wajah Yurika tampak lebih tenang. Cahaya itu rupanya menyembuhkan Yurika yang terluka parah, seperti saat Harumi dulu disembuhkan.

"Apa yang terjadi!?"

"Koutarou, ini cahaya itu!"

Cahaya ini, dia ngelindungin kami lagi!

Koutarou hanya kaget dengan kemunculan cahaya itu, tapi Sanae kaget karena dia mengenali cahaya itu. Dulu, cahaya itu menyinari pedang yang melindungi Theia, dan juga menyinari jimat yang melindungi Sanae juga. Sanae merasa kalau ini adalah cahaya yang sama dengan yang dulu dijumpainya.

Saat Koutarou dan Sanae kaget dengan cahaya yang tiba-tiba muncul itu, Harumi memanggil Koutarou.

"Koutarou-sama..."

"Sakuraba-senpai!?"

Saat Koutarou melihat ke arah Harumi, dia memperhatikan kalau Harumi berbeda dari biasanya. Rambutnya bersinar keperakan dan di dahinya terdapat lambang yang menyerupai pedang. Wujudnya saat itu nampak agung, kata-kata seperti pendeta kuil atau wanita suci akan cocok menggambarkannya.

"A-apa-apaan penampilanmu...!?"

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan"

Sambil menggelengkan kepalanya, entah mengapa Harumi menatap dengan lembut - hampir seperti dia bertemu seseorang yang lama dikenangnya dan sudah lama tidak pernah berjumpa; seperti dia telah menemukan seseorang yang telah dicarinya untuk waktu yang sangat lama.

"Kalau aku menggunakan kekuatan ini, yang telah menyembuhkan Yurika, untuk memanggil pedangmu..."

Saat Harumi mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya menuju bola cahaya itu, menggenggamnya, dan menutup matanya.

Sakuraba Harumi lolos dari efek sihirku!? Dia menghilangkannya!? Dengan kekuatan sihir sebesar itu, sudah pasti itu yang terjadi!

Maki tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya saat dia melihat Harumi yang bisa bergerak dengan bebas.

Rokujouma V5 190.jpg

Selain itu, dia juga bisa memakai sihir!? Dia mencoba mengendalikan cahaya yang dipanggil Satomi Koutarou!

Apa yang lebih mengejutkan bagi Maki adalah bahwa Harumi mulai memanipulasi cahaya yang telah muncul itu.

"Sakuraba-senpai, sebenarnya kamu itu apa!?"

"...Tenanglah, takdirmu adalah bukanlah untuk mati di tempat ini"

Saat Harumi mengulurkan tangannya, bola cahaya itu mulai bergerak. Gerakan itu sama seperti saat Maki mengecilkan bola api miliknya. Namun, tidak seperti bola api Maki, cahaya putih itu mulai membentuk pedang.

"Koutarou-sama, tolong gunakan ini. Aku tidak bisa memanggil yang sebenarnya, tapi ini, tanpa diragukan lagi, adalah pedangmu"

"Koutarou, pedang ini kuat banget! Ada apa sih sebenernya!? Kekuatannya gede banget, mataku sampai nggak bisa liat!"

Sanae bisa merasakan kekuatan yang dipancarkan pedang itu. Cahaya putih yang memancar keluar hampir seperti angin yang bertiup kencang. Sanae bahkan bisa merasakan kekuatan itu meresap ke kulitnya, dan kekuatan yang terlalu besar itu membuat Sanae tidak bisa melihat pedang itu.

"Aku ngerti!"

Aku masih belum paham apa yang terjadi, tapi nggak ada waktu buat pilih-pilih!

Koutarou mengambil pedang cahaya itu tanpa ragu lagi. Pedang itu hanyalah seberkas cahaya, tapi rasanya sama seperti pedang yang dipinjamnya dari Theia. Meskipun pedang itu mempunyai kekuatan yang luar biasa, anehnya Koutarou tidak merasa kuatir untuk memegangnya, dia justru merasakan kelembutan dan kehangatan dari pedang itu.

"Koutarou-sama..."

Rasa hangat yang dirasakannya mirip dengan kehangatan yang dia rasakan dari senyuman Harumi.

"Semoga keberuntungan ada bersamamu..."

"Sakuraba-senpai!?"

Setelah Koutarou mengambil pedang itu, dia berbalik ke arah Harumi hanya untuk melihatnya jatuh perlahan ke atas tanah. Di saat yang sama, warna rambutnya kembali normal, dan lambang pedang di dahinya hilang.

"Nggak apa-apa kok, dia kelihatannya cuma tidur"

Sanae mendekati Harumi dan memeriksa nafas dan energi spiritualnya. Dia tidak menemukan adanya hal yang janggal.

"Begitu.."

Setelah merasa lega, Koutarou menggenggam pedangnya dan berbalik ke arah Maki. Dia kuatir dengan Harumi, tapi kalau dia sampai lupa dengan Maki, ada hal buruk yang mungkin akan terjadi.

"Aku betul-betul terkejut. Jadi itulah kekuatanmu sebenarnya..."

Maki tidak terlihat akan menyerang. Seperti kata-katanya barusan, dia betul-betul terkejut saat itu.

"Aku juga kaget sih"

Koutarou masih tidak mengerti apa yang sudah terjadi. Dimulai dengan Yurika yang sebenarnya adalah gadis penyihir, kemunculan musuhnya, Maki, dan pertarungan diantara kedua gadis penyihir itu. Lalu saat Yurika kehilangan kesadaran karena melindungi Harumi, sebuah cahaya putih muncul dan Harumi mengubah cahaya itu menjadi pedang. Tahun ini sudah cukup riuh bagi Koutarou, tapi hari ini adalah yang terburuk sejauh ini.

"Sebenarnya kau itu apa? Monster..?"

Maki menelan ludahnya saat dia melihat pedang yang ada di tangan Koutarou. Karena dia sendiri adalah pengguna sihir, dia tahu betul bahwa kekuatan yang berdiam di dalam pedang itu sangatlah besar, dan yang mengalir keluar sudah cukup untuk membuat seluruh lahan konstruksi itu bergetar hebat.

Akan aku coba...

Maki menyiapkan dirinya dan mengarahkan tongkatnya pada Koutarou.

"Ini dia, Satomi Koutarou!"

"Sanae, tolong jaga Yurika sama Sakuraba-senpai ya!"

"Oke!"

Koutarou menyiapkan pedangnya dan memasang kuda-kuda bertarung dari Forthorthe - gaya bertarung pedang yangsudah lama yang Theia ajarkan kepada Koutarou setiap harinya.

"Double Cast -- Force Field, Thunder Lance!!"

Seperti yang sudah-sudah, yang pertama melancarkan serangan adalah Maki yang punya serangan jarak jauh. Dia merapal mantra dengan cepat, membuat tameng untuk melindungi dirinya dan memanggil tombak petir yang kuat.

"Makan ini!"

Maki melempar tombak petir itu ke arah Koutarou yang mendekat. Targetnya adalah pedangnya, karena benda-benda yang panjang lebih mudah untuk mengundang petir.

"Ooooooooo!!"

Melihat itu, Koutarou meraung sambil maju menyerang. Cahaya dari pedangnya semakin terang sebagai balasan dari raungan itu. Saat tombak petir itu menyentuh cahaya itu, tombak itu menghilang, seakan-akan tidak pernah ada.

"Apa!?"

"Yaaaaaaaaaaaa!!"

Koutarou mengayunkan pedangnya ke arah Maki yang sedang terkejut.

"Cih!"

Maki membelokkan badannya dan berhasil mengelak dari ujung pedang itu. Tapi, karena pedangnya sendiri menyentuhnya, mantra pelindungnya hilang.

"Apa-apaan ini!?"

Tidak kusangka dia sekuat ini! Kalau terus begini, aku tidak akan tahan! Kecocokannya dengan spesialisasiku terlalu lemah!

Cahaya yang terpancar dari pedang Koutarou saja telah menghapus tombak petir Maki, dan pedang yang hanya melewati kepalanya telah menghancurkan tameng sihirnya. Itu adalah senjata yang sempurna untuk melawan penyihir.

"Kalau begitu!"

Maki menggunakan momentum dari mengelak pedang untuk melakukan salto ke belakang, dan tepat saat mendarat, ia langsung merapal mantra berikutnya.

"Quick Cast -- Fog Cloud -- Modifier -- Effective Area -- Colossal!!"

"Apa!?"

Maki melepaskan mantra pembuat kabut. Area efektifnya luas dan memenuhi keseluruhan lubang di lahan konstruksi itu.

"Apa ini!? Aku nggak bisa ngeliat apa-apa!"

Kabut yang dibuat Maki cukup tebal dan betul-betul menghalangi pandangan Koutarou. Selain itu, karena kabut itu terbuat dari sihir, bahkan Sanae sekalipun tidak bisa melihat menembus kabutnya.

"Sanae, tetep disana dan jaga Yurika sama Sakuraba-senpai!"

"Aku ngerti!"

Saat Koutarou menghapus kabut itu dengan pedangnya, sedikit demi sedikit, Sanae akhirnya mulai bisa melihat. Koutarou menyiapkan pedangnya dan melihat ke sekelilingnya.

Dia nggak nyerang? Kenapa?

Tapi tidak peduli seberapa lama ia melihat dan mencari, Koutarou tidak bisa menemukan Maki. Tidak ada serangan kejutan. Sementara Koutarou terus waspada, angin yang berhembus mulai menyapu kabut.


Saat kabut itu betul-betul menghilang, Maki sudah tidak ada di sana.



Kembali ke Bab 3 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 5
  1. Senjata pamungkas dari Cobra. Pistol yang pelurunya bisa membelok mengikuti kemauan si penembak menuju target