Rokujouma no Shinryakusha!? Empat Musim (Indonesia): Bab 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Musim Gugur[edit]

Rokujouma Shunkashuutou Image 7.jpg

Festival budaya telah berakhir, dan musim yang ada mulai terasa seperti musim dingin. Dedaunan di pepohonan masih berubah menjadi merah, tapi udara mulai terasa dingin sampai nafas seseorang di pagi hari bisa berubah menjadi kabut di hadapan orang itu. Namun, berlawanan dengan musim yang semakin dingin, hubungan antara Koutarou dan keempat gadis penjajah menjadi semakin hangat.

"Masih terlalu cepat sepuluh tahun buat kamu bisa ngalahin aku di game ini, Theia!"

"Koutarou, kau hanya bisa sombong di saat-saat seperti ini! Akan kutunjukkan kepadamu siapa penguasa sesungguhnya!"

Koutarou dan Theia sedang menggenggam erat controller game mereka dan menekan tombol-tombolnya dengan semangat sambil menghadap TV. Mereka telah mengeluarkan sebuah konsol game lama dari dalam lemari dan sedang berada dalam kompetisi.

Setelah pementasan drama, para penghuni kamar 106 menjadi semakin mengerti antara satu sama lain dan semakin mengurangi pertengkaran mereka dalam perbedaan pendapat. Namun, saat bertarung dalam bermain game seperti ini, suasana akan memanas. Keinginan untuk menang dalam sebuah kompetisi adalah hal yang disukai orang-orang muda, bukan karena mereka membenci lawan mereka. Malahan, suasana memans karena mereka tahu kalau lawan mereka akan memberikan tantangan yang seharusnya. Untuk bermain game, Koutarou dan Theia adalah musuh yang tepat.

"Semangat, Koutarou! Aku bergantung sama kamu biar dapet lebih banyak coklat!"

"Jangan kalah, Theia-chan! Aku nggak mau coklatku diambil!"

Sanae dan Yurika sedang menyemangati mereka, dimana Sanae menyemangati Koutarou dan Yurika kepada Theia. Mereka berdua rupanya mempertaruhkan cemilan mereka dengan taruhan siapa yang menang. Sorakan itu membuat Koutarou dan Theia menjadi lebih bersemangat lagi.

"Yang Mulia, Satomi-sama, semangat!"

Ruth justru mendukung mereka berdua. Dia mengerti kalau Theia dan Koutarou adalah lawan yang cocok. Karena Theia adalah seorang tuan puteri, tidak banyak orang yang bisa berhadapan dengannya seperti ini tanpa maksud lain. Lewat berbagai keadaan, permusuhan diantara Koutarou dan Theia pun sirna. Mereka mungkin sedang bertengkar sekarang, tapi itu karena mereka sedang asyik bermain, dan karena mereka sudah menjadi teman. Ruth mengerti akan hal itu dan menonton mereka dengan penuh senyum. Koutarou dan Theia mungkin akan saling mencela, dan akan saling beradu tinju, tapi Ruth tahu lebih dari siapapun kalau itu adalah cara mereka bermain.

"Aku sudah membuat teh dan cemilan, silahkan makan kalau kalian bisa beristirahat"

"Ini coklat Ho-!"

"Sama kue beras Ho-!"

Berlawanan dengan Ruth, Kiriha tidak memihak siapapun. Namun, setidaknya semuanya tahu kalau Kiriha tidak menyukai pertarungan yang sia-sia dan mereka menjadi memiliki rasa percaya yang aneh padanya. Yang paling percaya pada Kiriha adalah Koutarou, karena dia sudah mendengar tentangcinta pertama Kiriha dari Kiriha sendiri dan betul-betul mengerti Kiriha. Jadi, Koutarou mulai merasa ragu, apakah Kiriha benar-benar berada disini untuk menginvasi permukaan tanah.

"Ada jalan pintas disini!!"

"Itu kenapa aku ngerem pas saat-saat terakhir!!"

Di layar yang kecil yang ditampilkan dari konsol game, ban kotak dari mobil-mobil yang dikendalikan oleh Koutarou dan Theia berdecit dan menggelincir di jalur balapan. Namun, hubungan mereka berdua tidaklah menggelincir seperti ban itu, melainkan seperti mesin yang dengan mulusnya bekerja bersama tanpa saling menghambat.

Pada akhirnya, kemenangan didapat oleh Theia. Koutarou tadinya memimpin, dan untuk mempertahankan itu, berbelok terlalu kencang di satu tikungan dan akhirnya keluar jalur. Meski dalam permainan itu tidak membuat permainan berakhir, tapi itu membuat Koutarou kehilangan beberapa detik. Theia menyusulnya dalam beberapa detik itu dan melewati garis finish, merasa puas setelah merebut kemenangan di ambang kekalahan.

"Hmph, meskipun tadi kau memimpin, kau terlambat untuk melambat dan kalah"

"Theia, kamu nggak ngerti romannya ngebut di belokan"

"Roman, ya? Mau bagaimana lagi, aku rasa"

Hingga saat ini, Theia sudah penuh dengan rasa kemenangan, tapi setelah mendengar kata roman, dia pun mengangguk mengerti. Koutarou merasa aneh dengan hal itu dan ingin tahu mengapa.

"Cepet juga kamu ngertinya"

"Dengan tampilan seperti ini, aku sudah pasti mempunyai pengertian tentang roman"

"Masa'?"

"Kalau tidak, aku tidak akan mementaskan drama Ksatria Biru, benar?"

"Bener juga sih...nih"

Karena dia sudah mengerti, Koutarou menawarkan coklatnya pada Theia. Kalau mereka bisa saling terbuka untuk mengerti, kalah tidak akan semenyedihkan yang terkira. Itulah yang membuat Koutarou rela memberikan coklatnya pada Theia.

"'rima 'a'ih"

Tanpa mengambilnya dari Koutarou, Theia langsung memakannya. Coklat itu punya biskuit didalamnya dan Theia mengunyahnya seperti tupai yang sedang memakan kacang.

"Nggak bagus dicontoh, Theia"

"Tak usah tegas begitu, aku bisa menikmati hasil kemenanganku dengan cara yang kusuka"

"Gitu juga, wajahnya Ruth serem loh"

"Ahem"

"B-begitu, makan dengan sopan memang lebih baik!"

Theia langsung membetulkan posisinya dan mulai memakan coklatnya. Karena Ruth mengawasinya, kali ini Theia memastikan kalau dirinya memakan coklatnya dengan cara yang pantas.

"Kenapa kamu kalah, Koutarou!? Gara-gara kamu, Yurika ngambil coklatku! Coklatmu juga keambil..."

Sanae tidak puas dengan hasil permainan itu. Rencananya tadinya adalah Koutarou menang dan mendapat dua buah coklat, lalu Sanae akan mendapat tambahan yang dipertaruhkan oleh Yurika dan juga mendapat dua coklat. Lalu, dia akan membuat Koutarou memakan keempat coklat itu agar Sanae bisa merasa puas menikmati coklat-coklat itu dan membuat siang harinya menjadi indah. Namun, karena Koutarou sudah menghancurkan rencananya, Sanae meluapkan kekecewaannya padanya.

"Kamu tahu, menang nggaknya tergantung keberuntunganmu hari ini"

"Cinta terhadap Sanae-chan nggak berubah seiring berjalannya waktu"

"Apa maksudnya?"

"Nggak masalah, ayo hibur aku"

"Baiklah, baiklah. Sayang sekali, sayang sekali"

"Lebih lagi"

"Betul-betul sangat disayangkan, wahai puteriku"

"Ohohoho, bagus sekali"

Namun, meredam kekecewaannya tidak perlu waktu lama. Bagi Sanae, memakan coklat dan bermain dengan Koutarou adalah hal yang serupa, dan dia kembali ke sikapnya yang ceria saat mereka berbicara.

Setelah setuju dengan apa yang Koutarou katakan, Sanae beralih menuju ke konsol game.

"Oke Yurika, giliran kita main"

"Ehhh, kita main?"

"Ya iya dong! Aku mau coklatku balik!"

"Aku nggak mau! Aku pasti kalah!"

Sanae sudah bersemangat untuk bermain, tapi lawannya, Yurika, menggenggam erat-erat coklat miliknya dan mundur menjauh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Koutarou, Koutarou, gimana nih?"

"Yurika, kalau kamu main, nanti aku bantu kamu ngerjain PR"

"Oke deh! Dibandingin PR, satu dua coklat itu lebih murah!"

Sebagai balasan tawaran dari Koutarou, Yurika dengan cepat kembali menghadap ke konsol game dan Sanae dan Yurika pun mulai bermain.

"...Koutarou, Yurika berniat untuk membuatmu mengatakan semua jawabannya"

Kiriha yang sedari tadi meminum teh sambil menonton percakapan mereka akhirnya berbicara pada Koutarou. Daripada terkejut dengan apa reaksi Yurika barusan, dia lebih tertarik dengan bagaimana Koutarou akan menanganinya.

"Nggak apa-apa", angguk Koutarou.

Dari waktu ke waktu, Yurika akan memilih pilihan yang lebih enak baginya. Koutarou pun tahu, berkata pada Yurika kalau dirinya akan membantu Yurika mengerjakan PRnya akan sama dengan memberitahu Yurika jawabannya.

"Buat sekarang, kita buat dia buka bukunya buat ngerjain PR. Kalau dia terus-terusan begini, dia bakal tinggal kelas"

Kalau ditinggal sendiri, Yurika tidak akan mengerjakan PRnya. Hal itu terjadi berulang-ulang selama musim semi dan Yurika sekarang berada dalam ancaman tinggal kelas.

Koutarou sempat berpikir kalau ada baiknya dia meninggalkan Yurika dan membiarkannya mendapat hal yang sepantasnya, tapi entah mengapa Koutarou tidak bisa begitu saja meninggalkan Yurika. Dia sudah menulis naskah drama bersamanya, dan Yurika pun melindungi Harumi dari bahaya. Itulah yang membuat Koutarou berpikir setidaknya dia memberikan Yurika kebiasaan untuk belajar.

"Kau pria yang bijak, Koutarou"

"Kalau aku ninggalin dia sendiri dan dia tinggal kelas, aku nggak akan bisa bangun lagi, iya kan?"

"Kau baik sekali, Satomi-sama"

"Itu sikap yang bagus, seperti itulah seharusnya seorang ksatria bersikap"

"Aku nggak inget pernah jadi ksatria"

"Ohohoho, sikap awal ksatria! Tidak usah kuatir, tidak usah kuatir!"

Pada suatu saat, suasana di kamar 106 menjadi lebih santai. Dalam beberapa bulan diantara musim semi dan musim gugur, beberapa insiden besar telah merubah hati para penghuni kamar 106.

Awalnya, Koutarou hanya berpikir untuk menolak dan menyingkirkan yang lainnya, tapi dia sudah tidak memikirkan itu sekarang. Kalaupun dia ingin menyingkirkan mereka, dia akan melakukannya dari hadapan mereka, secara adil dan jujur. Dalam artian lain, dia sudah menjadi lebih dewasa.

Di kamar 106, yang suka menonton anime adalah Sanae dan Yurika, tapi ada pengecualian untuk sekali seminggu. Pada Jumat malam, pada jam setengah enam sore, ada anime yang membuat dua penghuni kamar tergila-gila.

"Karama, sudah mau mulai Ho-!"

"Tunggu, aku datang Ho-!"

Kedua haniwa meluncur kedepan TV, dan seakan menunggu momen itu datang, judul anime itu muncul di layar TV dan lagu pembukanya pun dimainkan.

"Ho-"

"Ho ho-"

Kedua haniwa itu terkesima dan menatap dengan diam ke arah TV. Mereka rupanya sudah menunggu ini setiap minggunya.

Anime yang mereka sukai itu berjuul 'GO Haniwamaru Yahoo!', yang menceritakan tentang pangeran haniwa yang imut dan menyiarkan cerita untuk anak-anak yang penuh dengan persahabatan, impian dan petualangan setiap minggunya. Judul itu sudah terkenal di kalangan anak-anak untuk waktu yang lama dan sudah disiarkan selama lebih dari dua puluh tahun.

"Keren, Pangeran Haniwamaru itu impian kita Ho-"

"Dia yang paling hebat, kita harus bisa jadi seperti dia nanti, Ho-"

Sang protagonis, Haniwamaru, adalah anak laki-laki yang ceria dan penuh semangat. Terkadang dia egois, dan gagal melakukan sesuatu, tapi dia tidak pernah melupakan keberaniannya dan rasa persahabatannya dan akan berdiri menghadapi apapun tantangan yang ada di hadapannya. Pada saat-saat dimana dia harus menghunuskan pedangnya, dia akan menunjukkan kekuatannya yang luar biasa. Di layar TV itulah tampil gambaran ideal sebuah haniwa yang disukai oleh Karama dan Korama.

"Haneena-chan juga imut, Ho-"

"Aku mau istri kayak dia, Ho-"

Ada karakter lain yang juga membuat mereka tertarik pada anime itu, yaitu pahlawan wanita cerita itu, Haneena si gadis haniwa. Dia terkadang muncul sebagai gadis yang tertawan setelah diculik oleh para penjahat, dan setiap kali dia akan selalu diselamatkan oleh Haniwamaru. Berkat itulah, Haniwamaru dan Haneena memiliki hubungan asmara, dan karena cerita itu diarahkan pada anak-anak, hubungan mereka dibuat supaya menyegarkan. Untungnya, banyak penggemar yang menyukai itu, dan tidak sedikit orang-orang dewasa yang menganggap mereka sebagai pasangan ideal.

"Hei, hei, Karama-chan, Korama-chan, Haneena-chan itu apa bagusnya sih? Bukannya si Dograska itu badannya lebih bagus ya?"

"Kamu tidak mengerti, Sanae-chan. Haneena itu baik sekali, Ho-"

"Dograska itu jahat. Tidak peduli seberapa besar dadanya, atau selangsing apa pahanya, sifatnya jelek, Ho-!"

"Hmm, kalian pilih-pilih juga ya, soal sifat"

"Tentu saja Ho-!"

"Apa yang di dalam, itu yang penting Ho-!"

"G-gitu toh..."

Sanae masih kurang sependapat dengan para haniwa tentang itu, tapi dia merasa sungkan karena sudah menghentikan mereka sesaat untuk menonton anime, dan akhirnya tidak mempermasalahkan itu lagi.

Koutarou saat itu sedang menonton mereka bertiga yang sedang menonton TV, dan melihat interaksi polos antara mereka bertiga membuatnya senang. Bagi Koutarou, yang merupakan anak tunggal, hal itu sama seperti melihat adik-adiknya sendiri dan itu asyik baginya.

"Satomi-san, Satomi-san, yang nomer ini jawabannya apa?"

Hal yang sama juga bisa dikatakan untuk Yurika. Tapi, daripada dikatakan polos, dia adalah adik perempuan yang butuh perhatian lebih. Saat ini dia sedang berkutat dengan PR kanjinya, tapi dia lebih berusaha untuk mendapatkan jawabannya dari Koutarou. Tentu saja, Koutarou tidak berniat untuk memberitahukan jawabannya.

"Kyaa!?"

"Cari sendiri"

Koutarou membanting sebuah kamus kanji di depan Yurika, dan suara dentumannya membuat Yurika terkejut sampai melompat ke belakang. Sifat malasnya kemudian muncul kembali dan melawan Koutarou.

"Kok kamu jahat gitu sih!? Langsung kasih tahu dong!"

"Nggak, cari sendiri. Nanti kuajarin cara pakai kamusnya"

"Nggak masalah deh. Nanti aku minta jawaban sama Sakuraba-senpai"

Saat Yurika sadar kalau Koutarou tidak akan memberitahu jawabannya, dia menyerah mendesak Koutarou dan memutuskan untuk meminta jawabannya dari Harumi pada keesokan harinya. Karena Harumi lebih bagus dalam hal akademik daripada Koutarou, dia lebih dipercaya oleh Yurika.

"Tunggu, Yurika"

Koutarou menangkap tangan Yurika yang mulai membereskan PRnya.

"Kenapa?"

"Kalau kamu bener-bener dalam masalah, aku sama Sakuraba-senpai nggak akan selalu ada di deketmu loh"

Yurika sedang dalam ambang bahaya, dimana jika Yurika terus seperti itu, dia harus tinggal kelas. Tentu saja, Koutarou akan naik ke kelas dua dan Harumi akan menjadi kelas tiga. Lalu, bahan pelajaran Koutarou dan Yurika akan berbeda, dan Harumi akan bersiap untuk menjalani ujian nasional. Jadi, jika Yurika sampai tinggal kelas sekali, kemungkinan dirinya untuk tinggal kelas lagi akan sangat tinggi.

"Apa kamu nggak apa-apa begitu? Apa kamu emang sejahat itu?"

"Satomi-san..."

Mata Yurika terbelalak karena tadinya dia berharap akan dimarahi seperti biasanya. Namun, yang diucapkan Koutarou justru kata-kata yang menunjukkan kepercayaannya pada Yurika.

Bener juga, pas di akuarium, Satomi-san...

Dia lalu teringat beberapa hari yang lalu, saat dia pergi bersama Koutarou, Harumi dan Kenji. Koutarou berkata bahwa dia percaya pada Yurika. Orang yang akan mengorbankan dirinya untuk orang lain bukanlah orang yang jahat, itulah yang membuat Koutarou percaya pada Yurika. Saat hal-hal yang penting terjadi, Yurika pasti akan melakukan yang terbaik.

Aku nggak bisa bikin orang yang udah percaya sama aku jadi nggak percaya lagi...

Tidak banyak orang yang percaya pada Yurika, mungkin hanya Koutarou dan Harumi saja saat itu yang percaya padanya. Kalau mereka terus memanjakan Yurika, dia akan kehilangan kepercayaan itu. Yurika sendiri mengerti betul pemikiran pesimis seperti itu, karena baginya, dia akan terlihat tidak bertumbuh dewasa sama sekali selama beberapa bulan ini.

"Aku ngerti, aku coba deh"

"Semoga beruntung ya. Kalau emang bener-bener nggak bisa, nanti aku bantu"

"...Kalau emang aku bener-bener nggak bisa?"

"Diem, lakuin aja dulu!"

"I-iya!"

Meski kesal, Yurika sebenarnya tidak ingin dibenci karena sifatnya. Yurika akhirnya membuka kamus dan dengan tergesa-gesa membalik tiap halamannya.

"....Baik, aku sudah selesai"

Lalu, tepat di sebelah Koutarou, Theia juga mengerjakan PR yang sama dan meletakkan pensilnya sebelum menyerahkan hasil pekerjaannya pada Koutarou.

"Maaf, Koutarou, tapi bisa kau tolong katakan padaku kalau ada yang salah?"

"Oke, mari kita lihat..."

Theia betul-betul serius mengerjakan PRnya dan meminta tolong dengan sopan, jadi Koutarou tidak bisa berlaku jahat padanya. Koutarou kemudian mengambil PR Theia dan mengecek jawabannya.

"Yap, ada beberapa yang salah disini, Theia"

"Sudah kuduga"

Theia meminta Koutarou mengecek PRnya karena dia merasa ada kesalahan didalamnya. Bukannya dia tidak berbakat, tapi karena dia seorang alien, bahasa Jepang, khususnya kanji, bukanlah sesuatu yang sudah betul-betul dikuasainya.

"Yang pertama yang ini"

"Yang mana?"

Theia mendekat dan melihat ke arah pekerjaannya bersama-sama dengan Koutarou. Saat dia melakukan itu, sebagian rambutnya terjatuh ke atas PRnya, membuat Koutarou melihat ke arah rambut itu dan lalu ke wajahnya. Itu membuatnya menyadari kalau wajah Theia ternyata begitu dekat dari yang ia sangka dan nafasnya pun tertahan.

"A-apa?"

Theia, yang menyadari tatapan Koutarou, melihat ke arah Koutarou dan menyadari hal yang sama, sebelum menahan nafas dan melirik ke arah lain. Mereka berdua terdiam seperti itu selama beberapa saat.

"...Wah...ufufufufu..."

Rokujouma Shunkashuutou Image 8.jpg

Tapi, Ruth justru tertawa saat dia menonton mereka akhirnya kembali bergerak. Dengan gerakan yang kaku dan suara yang patah-patah, mereka melanjutkan memerika jawaban PR.

"Y-yah, yang pertama kanji untuk nasi, ada garis tambahan disini"

"Bukankah itu k-kanji yang sama untuk makanan?"

"Kadang-kadang itu, em, disingkat"

"O-oh, begitu rupanya, akan kuingat"

Mereka melanjutkan berbicara dengan canggung seperti itu untuk sementara. Ruth tidak merasa aneh dengan hal itu, tapi dibalik senyum kecilnya, dia berpikir seperti apa mereka nanti di masa depan.

Butuh waktu satu jam setelah Yurika mulai membuka kamus untuk menyelesaikan PRnya. Setelah melakukan suatu hal yang tidak biasa dia lakukan, kepalanya rasanya akan meledak. Jadi, dengan terkubur jawaban PRnya, Yurika terbaring lemas di atas meja seperti boneka yang putus tali pengendali bonekanya.

"A-aku capek..."

"Kerja bagus, Yurika. Apa kamu mau minum teh?"

"Mau dong, Kiriha-san"

Kiriha lalu mulai menyiapkan teh untuk Yurika yang kelelahan. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh malam, jadi setelah dia selesai menyajikan teh, Kiriha akan beranjak ke dapur dan membantu Ruth menyiapkan makan malam.

"Em, em, Kiriha-san?"

"Ada apa?"

"Kenapa sih, kita ada PR? Bukannya gampang ya, buat ngerjain pake cara curang?"

"Fufufu, itu benar. Tapi, ada orang yang berpikir bahwa jauh lebih baik untuk menjalani hidup dengan berusaha, tanpa berbuat curang. PR adalah untuk orang-orang seperti itu"

"Bukannya lebih enak kalau ngambil jalan yang paling cepet?"

"Yurika, untuk yang akan datang, jalan yang cepat untukmu sudah berubah, benar?"

"Aku...."

Selama beberapa jam ini, berkat Koutarou yang sudah mengajarinya, Yurika akhirnya sudah belajar bagaimana caranya menggunakan kamus kanji. Jadi, lain kali dia mendapat masalah, dia tidak harus bertanya setiap kali pada Koutarou dan Harumi agar dia mengerti, dan waktunya pun menjadi lebih singkat.

"Terkadang itu terjadi saat kamu mengambil jalan yang lebih lama dan mengerjakan PR itu sendiri. Mungkin kali ini lebih lama, tapi yang selanjutnya bisa menjadi jalan yang paling cepat"

Yurika lalu menengadahkan kepalanya dan melihat ke arah Kiriha, yang sedang menyeduh teh dan mengatakan hal itu seakan itu bukanlah hal yang penting. Nyatanya, itu sangat berarti bagi Yurika.

"Dan saat seseorang menuntunmu melewati jalan yang cepat, kamu tidak akan mengingat jalan yang sebenarnya, dan pada akhirnya kamu harus bertanya untuk saat yang akan datang. Jadi, selalu bergantung pada orang lain untuk itu akan menjadi jalan yang paling lama"

"Jalan yang lama...bergantung sama orang jadi jalan yang paling lama..."

Yurika mengerti akan hal itu. Di awal tadi, Koutarou sudah mengatakan kalau Yurika berada dalam masalah, dia dan Harumi tidak akan selalu ada bersamanya. Saat Yurika berada dalam masalah, dia tidak akan bisa meminta tolong pada Koutarou dan Harumi.

"Yang penting adalah untuk memilih jalan yang panjang yang mana yang akan kamu ambil"

"Yang..."

Antara mengambil jalan yang pendek sekarang, dan bergantung pada orang lain, atau membuat jalan itu lebih pendek nantinya dan dengan sengaja mengambil jalan yang lebih panjang. Kapan dan dimana harus mengambil jalan itu, bukan itu saja yang menjadi pembedanya. Kalau Yurika tidak memilih, kegagalan sudah berada di depan matanya.

"Saat kamu melihat ke sebuah bom bersumbu, antara kamu pikir bomnya akan meledak nanti karena sumbunya masih panjang atau kamu langsung memadamkan apinya, tergantung pada dirimu.

Sumbu Yurika tidak sepanjang itu. Kalau dia mau mengambil jalan yang lebih panjang, dia harus mengambilnya sekarang.

"Makasih, Kiriha-san, aku pikir-pikir lagi baik-baik"

"Bagus sekali. Ingat, ini hidupmu"

"Baik"

Meskipun hanya sebentar, Yurika memikirkan masa depannya. Meskipun hanya sedikit, tapi hal itu bisa dikatakan sebagai pertumbuhan yang pesat. Dia merasa berterimakasih pada Kiriha, yang telah memberikannya saran yang berubah menjadi sebuah kesempatan.

Dia bener-bener....

Saat Koutarou dan Theia masih mengecek PR bersama-sama, Koutarou mendengarkan percakapan Yurika dan Kiriha, dan menjadi semakin ragu apakah Kiriha betul-betul datang kesini untuk menginvasi permukaan tanah.

Kata-kata Kiriha membuatnya tampak bukan seperti seorang penjajah. Kebaikannya, rasa tidak sukanya terhadap konflik, sikapnya yang siap membantu saat Sanae dan Theia berada dalam masalah, dan sekarang sarannya kepada Yurika. Meninggalkan Yurika begitu saja akan membuat Kiriha kehilangan satu lawan, jadi seharusnya dia tidak perlu aktif membantu seperti itu. Tapi, dia justru membantu. Dengan demikian, keraguan Koutarou akhirnya berubah menjadi sebuah keyakinan.

Makan malam hari ini adalah gorengan, dan aromanya memenuhi seluruh penjuru kamar. Sanae merasa puas setelah mencium aromanya melalui Koutarou.

"Koutarou, dari aromanya, pasti tonkatsu!"

"Kayaknya sih gitu, aku juga udah nggak sabar nih. Masakannya Kiriha memang enak"

"Masakan Ruth juga semakin enak belakangan ini"

"Aku suka dua-duanya! Kamu sendiri gimana, Koutarou"

"Sama"

Karena dia saling berbagi indera perasa dengan Koutarou, kesukaan Sanae pun sama dengan Koutarou. Ada pengecualian untuk tomat dan paprika hijau, yang mana ingatan Sanae tentang rasa kedua sayur itu menimpa informasi rasa asli yang masuk dari Koutarou hanya saat apa yang mereka rasakan tidak cocok. Tapi, tetap saja itu hanya sebuah pengecualian.

"Aku nggak masalah selama itu enak. Aku rasa aku bakal coba makan yang banyak"

"Yah, kalorinya tinggi sih"

Yurika berniat melahap tonkatsu yang ada. Selain itu adalah makanan yang disukainya, makanan itu juga merupakan sumber gizi yang bagus. Itulah kenapa Yurika mengambil kesempatan untuk memakannya banyak-banyak selagi sempat. Terkadang, Yurika menjalani waktu istirahat makan siang di sekolah anpa makan, dan malnutrisi akan membuatnya mengigil pada musim gugur dan musim dingin.

Saat makan seperti inilah, para penghuni kamar 106 membicarakan hal ini dan itu.

"Koutarou, Koutarou!"

"Kami punya permintaan Ho-!"

Kedua haniwa bergerak lincah kesana kemari di hadapan Koutarou, dan sembari melompat ke arahnya, mereka berusaha membujuk Koutarou akan sesuatu.

"Kami berdua ingin kalian membawa kami ke suatu tempat, Ho-!"

"Kemana?"

"Sunrise Ninety Ho-! Disana ada pameran Haniwamaru Ho-!"

"Dan kalian mau ngeliat itu, ya"

"Benar sekali, kami ingin kalian membawa kami kesana, Ho-!"

"Kelihatannya ada Pangeran Haniwamaru dan Haneena-chan dalam ukuran asli, Ho-!"

"Bukannya kalian bisa? Tinggal jadi tidak terlihat dan pergi"

"Tidak! Kami adalah penggemar yang sopan, Ho-!"

"Kami ingin membayar untuk masuk pameran dan pernak-pernik yang ada di sana dengan sepantasnya. Kami ingin jadi pengunjung biasa, Ho-!"

"Kalian bener-bener suka sama Haniwamaru, ya"

Sambil mengatakan itu, Koutarou melihat ke arah Yurika, yang paling punya sedikit kesadaran tentang hak cipta.

"Tapi, kami tidak bisa pergi sendiri. Nanti pasti akan terjadi keributan, Ho-!"

"Jadi, kami memerlukan Anego dan kamu! Kami akan masuk sebagai bawaan kalian, ini rencana yang sempurna Ho-!"

Karama dan Korama adalah penggemar yang berdedikasi dan ingin pergi sebagai penggemar yang sesungguhnya. Tapi, haniwa hidup sungguhan pasti akan menimbulkan keributan nantinya, maka dari itulah mereka memilih Koutarou dan Kiriha sebagai pengunjung palsu.

"Jadi, tolong Ho-!"

"Kami memintamu sebagai pria Jepang, Ho-!"

Setelah menyelesaikan penjelasan mereka, para haniwa itu memandang penuh harap ke arah Koutarou. Baru pertama kali mereka memohon seperti ini, tanda bahwa mereka betul-betul menyukai Haniwamaru dan Haneena.

"Yah, boleh aja. Kalian juga selalu ngebantu soalnya"

Koutarou, yang sudah diselamatkan oleh para Haniwa beberapa kali, tidak masalah membalas budi mereka seperti ini.

"Yey! Terima kasih Koutarou Ho-!"

"Anego, Koutarou bilang dia akan pergi Ho-!"

"Maaf, Koutarou"

Lalu, Kiriha masuk dari arah dapur sambil membawa nampan, yang isinya seperti sudah ditebak beberapa orang: tonkatsu.

"Ah, nggak apa-apa kok. Kadang-kadang begini juga asyik"

"Terima kasih, Koutarou"

Kiriha lalu tersenyum pada Koutarou, sebagai rasa terima kasihnya pada Koutarou dan karena dia begitu menghargai para haniwa miliknya.

"Hei, Koutarou, kenapa nggak kita semua juga ikut?"

Yang menyarankan itu adalah Shizuka, yang membawa peralatan makan di belakang Kiriha. Saat proses memasak makan malam membutuhkan waktu yang agak lama, seperti misalnya memasak gorengan seperti ini, Shizuka terkadang akan ikut makan bersama para penghuni kamar 106. Sejak liburan musim panas, situasi di kamar itu sudah menjadi lebih tenang.

"Semuanya?"

"Ya, Sunrise ada di dekat kota, benar? Aku pergi belanja disana kadang-kadang, dan pas kita pulang nanti, kita bisa mampir ke gunung Kisshou buat liat-liat daun musim gugur"

"Ooh, bisa juga"

Hanya pergi ke kota untuk mengunjungi event Haniwamaru rasanya masih kurang, jadi mereka semua bisa pergi bersenang-senang di saat yang sama, yang berarti semuanya bisa ikut. Itulah rencana Shizuka.

"Karama, Korama, gimana menurut kalian?"

"Tidak apa-apa Ho-!"

"Kami juga mau bersenang-senang dengan semuanya Ho-!"

Para haniwa dengan cerianya mengangguk. Pameran Haniwamaru tidak terlalu besar. Mengelilingi pameran itu hanya akan butuh waktu sebentar saja, dan sudah termasuk mengunjungi kios-kios souvenir, total waktu yang dibutuhkan hanya sekitar satu jam. Para haniwa ingin banyak bersenang-senang, jadi saran dari Shizuka tepat bagi mereka.

"Oke, kita semua bisa pergi bareng-bareng kalau gitu"

"Aku ikut!"

Tepat di sebelah Koutarou, Sanae dengan cerianya setuju.

"Syukurlah, Karama, Korama"

"Ayo kita senang-senang Ho-!"

"Aku sudah tidak sabar Ho-!"

Mereka berdua pun melayang mengitari Kiriha.

"Hey, Ruth-san, dekat Sunrise, ada beberapa toko yang punya majalah-majalah baru loh"

"Benarkah, Shizuka-sana!? Aku ingin ke sana!"

"Ngomong-ngomong, Theia, Sunrise punya toko game bekas dekat situ, ada banyak--"

"Tunjukkan padaku! Itu tujuan utama kita!"

"Um, um, bisa nggak, kita ajak Sakuraba-senpai?"

"Tentu! Kami suka Harumi-chan Ho-!"

"Kami tidak bisa membiarkan dia melihat kami, tapi dia boleh ikut Ho-!"

Mereka tidak ada yang menolak adanya orang lain yang ingin ikut bersama, dan semuanya pun dengan mudahnya setuju untuk pergi bersama pada hari libur mendatang.

Setelah makan malam, para penghuni kamar memutusan hari apa mereka akan pergi. Tidak seperti biasanya, pemimpin diskusi malam itu adalah para haniwa. Karena mereka yang mengusulkan tentang acara ini, maka dengan alaminya, merekalah yang memimpin diskusi itu.

"Karama-chan, Korama-chan, Sakuraba-senpai bilang dia bisa ikut"

"Terima kasih, Yurika-chan Ho-!"

"Harumi-chan juga ikut, Ho-!"

"Tapi, apa nggak apa-apa dia ikut? Bahaya kan, kalau kalian sampai kelihatan?"

"Meskipun Harumi-chan tidak ikut, kami harus tetap tidak terlihat, Ho-"

"Haniwa bergerak akan menarik perhatian, dan kami tidak mau menarik lebih banyak perhatian dari Pangeran Haniwamaru, Ho-!"

"Gitu ya, betul juga"

Sambil berbicara dengan semua orang, para haniwa menulis rencana mereka pada kertas koran. SIapa yang ikut, kemana mereka ingin pergi, lewat mana mereka akan pergi dan juga kemungkinan perubahan-perubahan pada rencana yang ada.

"Aku pikir paling bagus kalau kita ketemu Pangeran Haniwamaru dulu, Ho-!"

"Kita juga perlu pergi ke kios selama mereka masih punya souvenirnya, Ho-!"

"Kalau begitu, kita akan berbelanja habis itu. Bagaimana, Ruth-san?"

"Ya, aku akan melihat-lihat majalah dulu dan bersiap-siap"

"Tapi, Shizuka, pergi kesana kemari kayak gitu bakal lama kan? Bukannya kita mau lihat-lihat ke gunung pas sorenya?"

"Hmm, bener juga..."

"Bagaimana jika begini, setelah melihat Haniwamaru, semuanya bisa melakukan apa yang mereka mau sampai makan siang"

"Itu dia, Ane-san! Kita lakukan itu saja Ho-!"

"Dan setelah kita semua makan, kita bisa pergi melihat daun-daunnya"

"Aku bisa pergi ngeliat toko-toko baseball, jadi aku setuju. Lagian juga, cewek nggak akan ada yang mau masuk toko baseball"

"Aku mau pergi ke toko anime! CD lagu karakter Love Love Heart harusnya udah rilis!"

Koutarou, yang berpikir kalau rencana mereka sebagian besar sudah tersusun, bangkit berdiri dan menuju lemari. Saat itu adalah rutinitas harian mereka untuk bermain untuk menentukan kepemilikan kamar 106, dan Koutarou sedang mempersiapkan permainan itu.

"Semuanya, kita mau main apa nih? Karena udah malem, gimana kalau kartu?"

Koutarou berpikir kalau kartu adalah permainan yang cocok untuk malam itu, karena mereka sudah menggunakan banyak waktu untuk rencana pergi mereka. Karena mereka semua sudah terbiasa bermain kartu, maka pilihan itu adalah yang terbaik.

"Nggak usah dulu! Ayo kita tentuin dulu kemana kita mau pergi!"

"Benar, game-game lama itu lebih penting daripada permainan saat ini!"

"Satomi-san, nanti kamu kan nemenin Sakuraba-senpai, jadi jangan mikir yang lain-lain dulu! Tolong pikirin ini yang serius!"

"Shizuka-sama, kita tidak akan bisa membawa semua belanjaan kita kalau begini"

"Fufufu, aku rasa nggak apa-apa kalau nanti kita minta bantuan Satomi-kun"

"Kami bisa membantu membawa Ho-"

Tapi, para gadis itu tidak terlihat memikirkan permainan itu sama sekali. Mereka masih memikirkan bagaimana mereka akan menghabiskan hari liburan itu dengan bersenang-senang.

"Kalian..."

Koutarou pun keheranan dengan sikap mereka, dan hanya bisa membelalakkan matanya.

"Kenapa? Kamu seperti baru melihat hantu"

"Kiriha-san..."

"Apakah aneh, kalau tidak ada yang mau bermain?"

"I-iya..."

Koutarou hanya bisa mengangguk dengan pasrah. Para penghuni kamar itu terkumpul di tempat itu karena mereka punya tujuan untuk menguasai kamar itu. Meskipun mereka hanya melewatkan permainan itu hanya untuk hari ini, sikap seperti itu punya makna yang besar dibalik itu. Itu berarti ada sesuatu yang membuat mereka lebih fokus akan suatu hal yang lain selain usaha perebutan kamar.

"Benar, kami mengabaikan apa yang seharusnya penting bagi kami, dan itu aneh. Tapi, Koutarou, bagaimana denganmu? Apa menurutmu kita perlu bermain saat ini?"

"...Nggak, aku rasa besok-besok juga bisa"

Terlebih lagi, yang membuat Koutarou bingung adalah dia tidak berpikir untuk memaksa mereka semua untuk bermain. Dia hanya mengusulkan itu karena bermain untuk kamar itu sudah menjadi kebiasaan, dan kebiasaan sehari-hari sudah menjadi sesuatu yang penting baginya, karena dia adalah seseorang dengan pemikiran seorang atlit.

"Nggak apa-apa sih, kalau kita nggak berebut kamar ini"

"Benar. Aku...juga memikirkan hal yang sama"

"Hei, Kiriha-san?"

"Ya?"

"Kamu sebenernya--"

"Koutarou, ayo sini! Kamu mau pergi kemana nanti!?"

"Benar, Koutarou, Kiriha, jangan berpura-pura tidak ada hubungan dengan ini seperti itu. Kemarilah dan ikut membahas bersama kami! Kami tidak akan bisa melanjutkannya tanpa kalian"

"Satomi-saaan, tolong bilangin yang lainnya biar aku bisa pergi ke toko anime dong!"

"Dia udah harus bawa tas buat tiga orang"

"Shizuka-sama, itu agak..."

"Akhirnya, kita bisa bertemu Pangeran Haniwamaru Ho-"

"Kita bisa beli souvenir-souvenir Haneena juga Ho-"

"Kelihatannya begitu aja dulu, kita simpen dulu yang rumit-rumit buat nanti"

"Benar sekali"

Karena semuanya sudah menunggu mereka berdua, Koutarou dan Kiriha hanya bisa saling bertukar senyuman. Koutarou lalu menutup lemarinya dan kembali duduk di dekat meja bersama Kiriha.


Gondola yang mereka naiki sedang bergerak menaiki bukit. Ada banyak orang yang juga datang untuk melihat pepohonan musim gugur, itu sebabnya ada banyak orang yang juga menaiki gondola dan membuat gondola itu bergoyang. Para penghuni kamar 106 terombang-ambing di dalam gondola itu, membuat situasinya menjadi canggung.

"Terima kasih, Satomi-kun"

"Nggak masalah. Udah tugas anggota klub buat ngelindungin ketuanya"

"Yah...Satomi-kun..."

Saat mereka turun dari gondola, Harumi membungkukkan kepalanya pada Koutarou. Saat di gondola yang penuh dengan orang-orang tadi, Koutarou memastikan kalau Harumi tidak terlalu terbebani. Karena badan Harumi lemah, dan mereka sudah mengajaknya bermain bersama, setidaknya Koutarou bisa melindunginya. Itulah yang dipikirkan Koutarou.

"Hm, bagus sekali"

Theia, yang mendengarkan mereka berdua, menginjakkan tumitnya tepat di kaki kanan Koutarou. Dia tidak senang dengan Koutarou, yang sudah direncanakannya untuk melayaninya, melindungi Harumi.

"Sialan, ngajak ribut ya?"

"Ini penilaian dan tawaran spesial dariku!"

Koutarou dan Theia mulai saling melotot dan perhatian Koutarou pun teralihkan seluruhnya pada Theia. Seharusnya, Harumi merasa kesal, tapi semenjak ia mendapat pengalaman berakting bersama Koutarou dalam drama, Harumi menjadi lebih percaya diri ditambah juga Yurika yang mendukungnya tanpa kata-kata. Itulah yang membuat Harumi tetap tenang.

"Semangat, Theiamillis-san!"

"Lihat, Harumi berada di pihakku"

"S-Sakuraba-senpai!?"

"Fufu, maaf ya"

Harumi masih belum bisa berakting dengan bagus, tapi dia bisa mendukung Theia dan mengganti topik pembicaraan. Dengan itu, Harumi juga telah berkembang semenjak musim semi.

Setelah para penghuni kamar 106 turun dari gondola, mereka melanjutkan mendaki sedikit untuk bisa menaiki lift menuju tujuan mereka.

Mereka semua datang untuk melihat dedaunan musim gugur, dan gunung Kisshou memiliki jalur pendakian yang terawat agar mereka yang datang bisa kesana dengan mudah. Ditambah dengan adanya gondola dan lift, mereka pun tiba di puncak dengan cepat. Berkat itulah, siapapun bisa menikmati area gunung yang memang sudah disukai oleh para penduduk untuk waktu yang lama ini.

Koutarou saat itu berada di belakang. Di hadapannya, dia bisa melihat punggung para gadis. Berada paling depan adalah Theia dan Harumi yang tersenyum, mungkin sambil membicarakan drama. Berikutnya Shizuka dan Ruth, yang tersenyum kecil selagi melihat dedaunan di sekeliling mereka. Lalu ada Kiriha dan Yurika. Yurika baru saja terpeleset jatuh dan Kiriha berjalan di belakangnya sambil melihat benjolan di kepala Yurika. Wajah Yurika penuh dengan air mata, tapi melihat dari raut wajah Kiriha, nampaknya lukanya tidak separah itu.

"Hari ini asyik Ho-"

"Aku senang Ho-"

"Belum kok, kita masih bisa seneng-seneng lagi"

"Betul Ho-"

"Ayo kita naik ke puncak dan melihat matahari terbenam Ho-"

"Habis itu kita bisa ke toko teh di puncak nanti! Ayo kita nikmati sampai hari ini habis, Koutarou!"

"Yap. Ngomong-ngomong, toko teh itu punya dango sama bola konyaku yang terkenal loh"

"Beneran!?"

"Aku mau itu Ho-!"

"Ayo kita makan yang banyak Ho-!"

Lalu yang berada paling belakang adalah Koutarou, para haniwa dan Sanae. Sanae dan para haniwa tidak bisa berbicara dekat Harumi, jadi tentu saja mereka berada pada posisi yang berjauhan. Koutarou, yang juga berjalan di belakang, membuat jumlah yang berjalan di belakang menjadi mereka berempat.

"Jadi, gimana menurut kalian soal Haniwamaru event tadi?"

"Aku bisa mengerti hebatnya Pangeran Haniwamaru, suatu hari nanti kami akan jadi seperti itu, Ho-!"

"Haneena-chan memang imut, aku mau istri seperti dia, Ho-!"

"Ngomong-ngomong, aku setuju sekarang kalau Dograska itu jahat"

"....Kalau gitu, baguslah"

Koutarou mengangguk mendengarkan kesenangan mereka dan kembali memandangi para gadis yang berada di depannya. Bagi Koutarou, dia tidak hanya melihat kegembiraan ketiga orang di dekatnya, tapi juga keenam gadis yang berada di depannya. Semuanya merasa puas menikmati hari di musim gugur itu dengan pelan-pelan.

Apa yang sebenernya kita lakuin...?

Dari awal, seharusnya Koutarou bertarung demi kamar 106. Tapi sekarang, kamar itu sedang kosong dan semua penghuninya sedang keluar untuk bertamasya bersama. Para gadis penjajah itu pun sekarang tidak terlihat sebagai penjajah sama sekali. Bagaimanapun seseorang melihatnya, mereka hanyalah gadis remaja biasa. Koutarou tidak bisa membangkitkan kebenciannya di hadapan alasan seperti itu. Justru sebaliknya, dia menjadi lebih percaya dengan para gadis itu. Kalau mereka akan mengambil alih kamar itu, mereka akan melakukannya dengan jujur dan adil. Kalau mereka mendapat masalah, mereka juga akan saling membantu satu sama lain. Di suatu titik, Koutarou dan para gadis itu sudah tidak merasa sebagai musuh lagi.

Apa aku bener-bener serius mau ngusir mereka...?

Koutarou merasa senang bisa melihat senyuman mereka, dan muram saat mereka terlibat masalah. Jadi, meskipun nantinya Koutarou yang mendapat semua poin kepemilikan kamar, dia mungkin tidak akan mengusir mereka. Koutarou akan sedih kalau mereka tidak mencapai tujuan mereka, dan dia sendiri tidak akan bisa melihat senyuman mereka lagi.

Apa...yang sebenernya mau aku lakuin ke mereka...?

Itulah yang Koutarou tanyakan pada dirinya sendiri, dan itulah yang sering ditanyakannya belakangan ini. Namun, dia tidak pernah bisa menjawabnya dan hanya berputar-putar saja di dalam pertanyaan itu.

"Kiriha-san, apa kamu pernah naik lift sebelumnya?"

"Aku hanya pernah naik sekali di dalam terowongan, jadi ini yang pertama kalinya aku menaiki lift dengan pemandangan seperti ini"

"Teknologi Ruth-san dan Theia terlalu hebat, jadi kalian pasti belum pernah, iya kan?"

"Tidak juga, tempat wisata dan tempat-tempat lain yang memiliki suasana penting menggunakan lift"

"Satomi-kun!"

"Koutarou, cepatlah, kita akan berfoto bersama!"

"Koutarou, semuanya sudah menunggu"

"Aku datang"

"Iya"

"Ho-"

"Ho ho-"

Koutarou pun berlari kecil dan Sanae dan para haniwa pun mengikutinya.

Mereka selalu begitu, menungguku. Mereka penjajah, tapi...kita sebenernya itu apa...?

Dengan kekuatirannya yang serumit itu, Koutarou akan butuh waktu sedikit lebih lama untuk tiba pada jawabannya.

Rokujouma Shunkashuutou Image 12.png



Kembali ke Musim Panas Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Musim Dingin