Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid14 Bab 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 5 - Benteng Sunyi[edit]

Bagian 1[edit]

"Tetaplah disini dan jangan melakukan sesuatu yang aneh, Raja Iblis Malam Hari—"


Dikekang oleh sihir roh, Kamito ditangkap oleh para ksatria dan dengan kasar dilemparkan ke sel penjara didalam sebuah fasilitas militer dibelakang sebuah pintu logam.


Est disita dan tangannya diborgol dibelakang punggungnya. Dibawah kondisi semacam itu, bahkan Kamito pun tak bisa melawan. Selain itu, meskipun dia bisa melawan, dia kahabisan pilihan karena Restia dijadikan sandera.


Ketika pintu logam itu tertutup, sebuah lingkaran sihir yang terukir di permukaan pintu bersinar.


(....Sebuah penghalang isolasi huh. Sungguh menyakitkan....)


Sambil berbaring di lantai batu yang dingin, Kamito mengutuk didalam pikirannya.

Dengan itu, bahkan mencoba untuk menemukan lokasi Est melalui resonansi segel roh tidak akan bisa dilakukan.


Merangkak diatas lantai, dia bergerak mendekati pintu.


Dia mendeteksi satu kehadirab di sisi lain dari pintu tersebut, sepertinya hanya penjaga bisa, bukan seorang ksatria roh.


"Apa yang terjadi pada Claire dan yang lainnya? Mereka tidak mendapatkan perlakuan yang kasar kan?"


Dia bertanya pada orang yang ada dibalik pintu.


"Kau tak perlu tau "


Suara dingin dari si penjaga menjawab.


"Apa ini benar-benar upaya pembunuhan pada kasiar? Apa sebenarnya yang terjadi di ibukota kekaisaran?"


"Diam, lama-lama kau menjengkelkan."


Kali ini pintunya ditendang dengan kasar.


(Sepertinya itu bukan seseorang yang gampang membocorkan sesuatu.)

Kamito mendesah, duduk dan bersandar pada dinding.


Mengamuk disini tak ada gunanya. Akan lebih bijaksana untuk menghemat energinya dan meluangkan waktunya.


(....Tetapi semuanya telah menjadi merepotkan.)


Situasinya sangat mengerikan.


Fianna pasti tertangkap dalam suatu kekuatan dan ditahan.


Pada tingkat ini, dia mungkin berakhir dieksekusi sebelum pengadilan yang tepat di lakukan.


(...Dan itu membutuhkan setidaknya empat hari untuk pergi ke ibukota kekaisaran dari sini.)


Dan juga, meskipun dia bergegas ke ibukota kekaisaran, dia masih harus mencari untuk menghindari pasukan penjaga untuk menyelamatkan Fianna.


....Sebelum itu, keluar dari sini saja audah menjadi masalah tersendiri.


(Fianna...)


Sosok dari sang putri, yang kadang-kadang menggoda dia dan sering menyemangati dia, muncul dalam benaknya, seketika membuat dia dipenuhi ketidaksabaran.


—Pada saat ini.


"...to... Kazehaya Kamito—"

Dia tiba-tiba mendengar suara dibelakang dia.


Bukannya berasal dari sisi yang berlawanan dengan pintu, itu lebih terasa seperti bisikan disebelah telinganya.


Kamito melihat pintu yang ada dibelakangnya. Tak ada tanda-tanda dari orang lain.


Yang dia lihat hanyalah bayangannya sendiri.


Namun, Kamito merasakan perasaan disonansi dari bayangan tersebut.


Sumber cahaya sel itu adalah secercah cahaya redup yang masuk dari jendela kecil dekat langit-langit.


Namun, bayangan tersebut terproyeksi dengan tingkat kejelasan yang tak wajar pada pintu, tampak hampir seperti sosok manusia yang secara ganjil memotong ruang.


"...Katakanlah, mungkinkah ini—"


"Diam, bodoh."


Bayangan itu mengangkat satu jari dan membuat postur menyuruh diam.


Segera menyadari identitas sejati dari bayangan tersebut, Kamito merendahkan suaranya seperti yang diinstuksikan.


"—Freya-sensei."


Dia mengatakan nama dari guru wali kelasnya.


Memang, Kamito telah melihat ini berkali-kali selama ujian pertempuran di akademi.


Identitas sejati dari bayangan tidak jelas ini adalah roh bayangan milik Miss Freya—Shadow Servant.


kemudian bayangan itu mengangguk....


"Aku minta maaf karena datang terlambat. Ini sedikit sulit untuk menggunakan roh didalam penghalang isolasi."


"Jangan bilang kau menyelinap kedalam fasilitas militer ini?"


"Tidak, aku tidak berada di dalam fasilitas. Aku mengendalikan roh ini dari jarak jauh dari suatu tempat di Kota Akademi. Saat kau ditangkap, aku menyelipkan roh ini secara sembunyi-sembunyi kedalam bayanganmu."


Setelah dengan tangkas merenggangkan borgol Kamito, bentuk bayangan itu terdistorsi dan menyelinap melewati retakan dibawah pintu untuk pergi keluar. Tak lama kemudian, suara pembukaan kunci yang tenang terdengar.


"Cepatlah. Pergilah sebelum para ksatria roh menyadarinya."


"....Maaf, aku berhutang padamu."


Kamito segera berdiri.


"Tapi apakah kau yakin ini tidak apa-apa?"


"Apa maksudmu?"


"Pastinya, kau membahayakan posisimu dengan melakukan hal ini—"


"Bagaimanapun juga, kesetiaanku hanya untuk kepala sekolah saja, bukan pada kekaisaran."


Bayangan yang ada dilantai mengangkat bahu dan menjawab.


Bagian 2[edit]

Didalam kantor kepala sekolah di lantai tiga di akademi....


"—Claudia, aku tidak menyetujui penguasaanmu atas akademi!"


"Ijinmu tidak diperlukan, Nona Ellis."


".....Apa!?"


Ellis tak bisa berkata apa-apa, berhadapan dengan Claudia yang tenang yang bahkan ekspresinya tidak berubah.


Ini adalah setelah Kamito dkk ditangkap.


Akademi Roh Areishia telah diambil alih oleh para Imperial Knight.


Semua siswa yang demo di pintu masuk utama diamankan. Siswa-siswa yang lain berada dalam rumah tahanan di asrama mereka.


Disaat yang sama, para Sylphid Knight, yang bertanggung jawab menegakkan aturan dan kedisiplinan di akademi, dilarang mengambil tindakan. Itu setara dengan mencopot Ellis dari posisinya sebagai kapten Sylphid Knight.


"Aku hanya mengerjakan tugasku sebagai seorang Imperial Knight."


Claudia menyatakan dengan dingin.


"Tugad? Apa tugasmu juga termasuk menangkap para siswa tak berdaya yang bahkan tak bisa melawan?"


"Apa boleh buat. Mereja adalah orang-orang yang menggunakan sihir roh duluan."


"....Hmph. Selain itu, kenapa kepala sekolah ditangkap dan dipenjara!?"


"Dilaporkan, dia berkonspirasi dengan Putri Kedua dan mencoba membunuh Yang Mulia."


"Itu pasti sebuah jebakan. Mereka bukanlah tipe orang yang akan melakukan hal itu."


"Yang Mulia Putri Kedua adalah teman sekolahmu kan Nona Ellis? Apakah ada lagi yang ingin kau tambahkan?"


Ellis mengangkat tangannya secara reflek.


Setelah menarik nafas dalam-dalam, dia meletakkan tangannya di meja pelan-pelan.


Kemudian dalam suata yang tenang dan bergetar, dia berkata:


".....Masukkan aku kesana."


".....?"


"Aku ingin dimasukkan kedalam penjara sama seperti Kamito dan yang lainnya!"


"Tak terpikir aku mengharapkan sesuatu yang lain—"


Claudia menggeleng jengkel.


Namun, Ellis melanjutkan:


"Aku menetang para Imperial Knight disaat yang sama juga. Itu akan tidak adil kalau hanya aku satu-satunya orang yang tidak ditahan. Atau kau mau mengatakan bahwa seorang putri dari keluarga Fahrengart terikat pada perlakuan khusus?"


"....Sungguh keras kepala."


Mencapai akhir dari kesabarannya, Claudia membentak dan menjentikkan jari-jarinya dengan keras.


Segera, pintu kantor kepala sekolah terbuka dan dua ksatria roh masuk.


"Bawa dia ke fasilitas militer untuk mendinginkan kepalanya sedikit."


Bagian 3[edit]

"....Ini tak bisa diterima!"


Claire berteriak marah pada pintu sel yang tertutup rapat.


Seperti tempat dimana Kamito ditahan, ini adalah sebuah penjara di fasilitas militer.


Meskipun dia tidak diborgol seperti Kamito, penghalang isolasi tersebut telah merusak hubungan pada roh terkontraknya, bukan hanya mencegah dia dari memanggil Scarlet, tetapi juga mencegah menggunakan sihir roh.


(...Tetapi aku mungkin bisa keluar kalau aku menggunakan api itu.)


Claire menatap tangannya. Kekuatan khusus yang sifatnya berbeda dari sihir roh, diturunkan keluarga Elstein—api kehampaan, bahkan bisa membakar api lain.


Namun, bahkan jika dia bisa lolos dari sel ini, dia masih tak berdaya menghadapi para ksatria roh diluar.


"....Biarkan aku keluar atau kau mungkin berakhir terbakar menjadi arang!"


Meskipun memukul-mukul pintu dan bahkan menendangnya dua kali, dia sama sekali tak bisa mendapatkan tanggapan dari luar.


Akhirnya merasa lelah, Claire mendesak tak berdaya dan duduk ditempat.


"....Aku sungguh minta maaf, itu semua karena aku tertangkap—"


Pada saat ini, Restia meminta maaf dari posisinya yang meringkuk di sudut sel.


"Itu bukanlah kesalahanmu. Segerombolan ksatria kasar itulah yang harus disalahkan."


Claire memalingkan kepalanya untuk menatap Restia.


"Tetapi jika aku bisa memulihkan kekuatanmu, melarikan diri dari penjara semacam ini harusnya sangatlah mudah."


Dia mengangkat bahu.


"Aku memiliki kekuatan semacam itu?"


"Ya, bagaimanapun juga kau adalah seorang roh berperingkat tinggi dari elemen kegelapan. Kalau kau menggunakan kekuatan aslimu, para ksatria roh biasa bukanlah lawanmu. Menggunaksn petir hitam itu, kau bisa memanggang mereka dalam sekejap—"


"....Itu terdengar begitu menakutkan."


Restia mengerang dan berbicara takut-takut dengan suara pelan.


"Yah, kau tak perlu memaksa dirimu untuk mengingatnya. Maaf tentang hal itu."


Melihat bagaimana dia bereaksi, Claire meminta maaf, merasa kasihan.


(...I-Itu terasa cukup tak bisa dipercaya, menghabiskan waktu sendirian bersama si roh kegelapan.)


Claire merasa cukup bertentangan didalam hatinya. Claire awalnya adalah seorang cewek pemalu. Bahkan mengabaikan fakta bahwa mereka berdua jelas-jelas adalah musuh sebelumnya, Claire benar-benar gak tau bagaimana caranya berinteraksi dengan Restia setelah dia kehilangan ingatannya.


(....Menurutku, dia adalah cewek yang dicintai Kamito.)


Tiba-tiba teringat fakta ini, Claire seketika merasa sesak didadanya.


(Jauh jauh hari dimasa lalu, jauh lebih lama dari aku, dia sudah bersama dengan Kamito—)


...Growl.


Mendengar suara manis yang pelan, Claire segera tertarik kembali ke realitas.


"Apa kau lapar?"


"Ah, u-uhh...."


Restia tersipu, tanpak cukup bingung.... Ngomong-ngomong, mereka masih belum makan malam. Claire tiba-tiba teringat.


"Uh, kau mau ini?"


Dari sakunya, Claire mengeluatu biskuit yang dibungkus kertas minyak. Biskuit itu dibuat oleh Rinslet dan Claire menbawanya ketika meninggalkan kastil di Laurenfrost.


"Bolehkah?"


"Aku juga akan memakannya. Mari kita berbagi setengah-setengah."


"T-Terimakasih...."


Sambil makan biskuit tersebut, Claire berbicara.


"Jangan khawatir. Ellis pasti akan menemukan suatu cara."


Segala hal dipertimbangkan, Ellis adalah putri dari keluarga Fahrengart, yang mana memegang pengaruh yang luas atas para Imperial Knight. Kalau dia bernegosiasi dengan para petinggi, pastinya mereka akan segera dibebaskan.


Tepat saat Claire berpikir begitu optimis....


Pintu sel, yang mana gak menunjukkan reaksi tak peduli bagaimana dia berteriak atau menendang, terbuka dengan suara berderit.


"...Ellis!"


Claire berdiri dan berteriak.


Muncul diluar pintu adalah Ellis sama seperti yang baru saja dia sebutkan.


"Kau terlambat, Ellis. Aku sudah menunggu begitu lama."


Claire berbicara pada dia.


Namun, Claire segera menyadari ada sesuatu yang janggal tentang dia.


"Tidak, uh, maaf—"


"...Huh?"

Ellis masuk dan duduk di pojokan sel tersebut, menarik lututnya ke dadanya.


Kemudian pintunya tertutup dari luar dan terkunci dengan suara "klak".


"T-Tunggu, apa yang terjadi? Kenapa kau dimasukkan penjara juga?"


"A-Aku hanya bersikeras pada prinsip-prinsipku...."


Mengatakan itu, Ellis memalingkan wajahnya karena malu.


"K-Kau..... Jangan bilang...."


Menebak pokok permasalahannya berdasarkan kepribadiannya, Claire menutupi kepalanya sendiri dengan tangannya.


"I-Idiot! Siapa yang akan menyelamatkan kita jika kau dipenjara disini juga!?"


"U-Umm, kau ada benarnya.... Maafkan aku."


Tampaknya dia bercermin pada tindakkannya pada akhirnya, Ellis meminta maaf pelan-pelan.


"Tetapi aku tidak menyesali keputusanku—"


"....Haaaa. Ya ampun, kau hanya tak bisa berpikir secara luas."


Claire mencengkeram kepalanya sendiri dan mendesah kebingungan.


"Yah, itu memang sangat sesuai dengan gayamu...."


Bagian 4[edit]

"—Gak ada reaksi?"


"Ya, tampaknya dia gak ada didekat sini."


Berlari disepanjang lorong, dipimpin oleh roh bayangan, Kamito memfokuskan kewaspadaannya pada segel di tangan kanannya.


Hubungannya dengan Est masih belum pulih.


Setidaknya, Est gak ada disekitar sini.


(....Atau mungkin, Est di kunci dibelakang sebuah penghalang juga.)


Jika demikan, maka dis tak akan bisa merasakan lokasi Est sampai mefekat benar-benar dekat.


Kamito menghapus hawa keberadaannya untuk menghindari terdeteksi oleh para penjaga, menggunakan titik-titik buta di lorong tersebut untuk bergerak.


Meskipun pelariannya masih belum diketahui, itu hanyalah masalah waktu saja.


"Bagaimana kalau disini?"


Menemukan apa yang tanpak seperti sebuah ruang penyimpanan, Kamito berhenti.


Roh bayangan itu menyelinap kedalam lubang kunci dan dengan cepat membukanya.


"Seperti yang diharapkan dari seorang mantan ksatria operatif khusus bagian dari Umbra. Hal semacam ini sangatlah mudah bagimu."


"Oh? Kau mengetahuinya?"


Roh bayangan milik Freya terdengar terkejut mendengar komentar Kamito.


"Aku bisa mengetahuinya dari pergerakanmu. Aku sudah melawan orang-orang itu berkali-kali."


"Para ksatria operatif khusus milik Kekaisaran? Kehidupan macam apa sebenarnya yang kau jalani?"


"....Itu adalah cerita yang panjang."


Mengangkat bahu, Kamito memasuki ruangan penyimpanan itu.


Mengambil dan mengaktifkan kristal roh yang menggantung di dinding yang dimaksudkan untuk penerangan, dia menyalakannya didalam, yang terlihat hanyalah banyak botol dilantai. Tampaknya seperti mereka menggunakan botol-botol itu untuk pemeliharaan pengawetan daging atau semacamnya.


Tak ada tanda-tanda Est. Rupanya bukan ditempat ini.


"Sialan, kalau kita tidak bergegas—"


Kamito hendak keluar dari ruang penyimpanan tersebut, ketika—


Mendengar langkah kaki keras dan teriakan diluar, dia berhenti.


"Si elementalis laki-laki telah melarikan diri!"
"Tangkap dia, hidup atau mati!"


".....cih, mereka sudah mengetahuinya."


Itu lebih cepat dari yang diharapkan. Dibandingkan dengan penjaga yang dilumpuhkan sebelumnya, musuh merupakan para ksatria roh terlatih. Itu akan sulit, bahkan bagi seseorang seperti Kamito, untuk melawan mereka tanpa dipersejatai elemental waffe.


(....Tetapi situasinya sebenarnya tidak benar-benar seburuk itu.)


Dengan terfokusnya perhatian para Imperial Knight pada Kamito saja, seharusnya dia bisa menciptakan celah, kemudian Claire dan yang lainnya mungkin memiliki peluang untuk melarikan diri dari pengurungan mereka.


"Freya-sensei, Claire dan yang lainnya harusnya ada disuatu tempat didalam fasilitas ini juga. Bisakah kau pergi menyelamatkan mereka terlebih dahulu?"


"Tentu, tetapi apa rencanamu?"


"Aku akan mencari Est sendiri. Setelah aku mendapatkan Est kembali, aku akan selalu menemukan cara."


"Percaya diri sekali. Aku gak berharap kau berniat melawan semua ksatria roh yang ditempatkan di fasilitas ini?"


"Yang benar saja—"


Kamito meringis.


"Aku akan menarik perhatian para ksatria sementara waktu. Setelah kau membantu Claire dan yang lainnya melarikan diri, beritahu mereka untuk pergi ke pemandian itu di Hutan Roh dan kita akan bertemu disana—"


"Pemandian?"


"Claire pasti paham."


"....Baiklah. Jangan terlalu memaksakan diri."


Meninggalkan pesan ini, roh bayangan itu meninggalkan bayangan Kamito dan menghilang kedalam kegelapan lorong tersebut.


Setelah melihat roh itu pergi, Kamito bergerak:


"—Oh yah, penyusupan dan menyebabkan gangguan adalah pekerjaan asliku."


Kamito bergumam pelan dan mulai bergerak.


Suara-suara dan langkah kaki dari para ksatria yang mencari Kamito semakin dan semakin keras.


Namun, suara-suara ini berakhir memberitahu Kamito tentang posisi para ksatria.


(—Sepertinya mereka berpencar untuk menemukan aku.)


Kamito menyimpulkan hal ini dark suara langkah kaki mereka.


Para ksatria roh dalam pasukan biasanya akan selalu bertindak dalam unit-unit yang terdiri dari dua atau tiga orang. Hal ini memungkinkan mereka untuk menyeimbangkan kelemahan elemental pada roh terkontrak milik ksatria yang lain, dengan demikian memungkinkan mereka untuk bertarung pada kekuatan maksimum.


Contohnya, seorang elementalis api, yang lemah terhadap air, akan dipasangkan dengan seorang elementalis tanah, yang memilki keuntungan terhadap air.


Namun, mengetahui bahwa Kamito saat ini tak bisa menggunakan roh terkontraknya, para ksatria memilih untuk memprioritaskan efesiensi pencarian. Memang, itu adalah keputusan yang sangat masuk akal.


(—Sayang sekali untuk kalian, lawan kalian dilatih di Sekolah Intruksional.)


Kamito merapal mantra Penciptaan Senjata, menciptakan sebuah belati di masing-masing tangan.


Pembagian dan penaklukan adalah taktik dasar yang digunakan oleh para petarung Sekolah Intruksional. Bahkan tanpa menggunakan sebuah elemental waffe, itu sudah cukup dengan tujuan menyebabkan keributan.


Tak lama kemudian seorang ksatria muncul diarah yang berlawanan dengan dia di lorong.


"—Ketemu kau, elementalis laki-laki!"


Melihat Kamito memegang senjata dikedua tangannya, ksatria itu melepaskan sihir roh Fireball tanpa ragu-ragu. Seketika, kobaran api yang ganas meledak.


—Namun, kamito tak lagi ada disana. Menendang dinding, dia melompat dan menghindari api dengan waktu yang tipis dan mengambil keuntungan dari ledakan api tersebut untuk melemparkan belati sihir miliknya.


(—Bagus, coba kita lihat seberapa banyan keributan yang bisa aku buat.)


Bagian 5[edit]

Suara dari ledakan d kejauhan membuat Claire mendongak secara tiba-tiba.


"....Apa yang terjadi?"


Dia buru-buru mendekati pintu.


Tiba-tiba, sebuah bayangan tidak jelas masuk melalui celah dibawah pintu.


"H-Huahh!"


"Ada apa Claire!?"


Mendengar jeritan Claire, Ellis berteriak tajam.


"S-Sesuatu yang aneh datang dari luar—"


"Menyebut orang lain aneh dari awal, kan? Claire Rogue."


"....Huh?"


Claire tertegun. Suara tidak senang itu terdengar begitu akrab.


"Jangan bilang kau adalah Freya-sensei?"


"Tepat. Pelajaran tambahanmu harus dibebaskan."


Bayangan itu yang menyelinap dari bawah pintu perlahan-lahan mengambil wujud manusia.


"Sensei, tolong selamatkan kami!"


"Tentu. Cepat dan pergilah secepat mungkin ketika keributannya masih berlangsung."


"B-Baik!"
"Dimengerti!"


Claire dan Ellis mengangguk dan segera membuka pintu yang telah dan terkunci.


Roh bayangan itu bergerak di lantai, memimpin Claire dan teman-temannya melewati lorong tersebut.


"Baiklah, roh kegelapan, cepat lari—"


"B-Baik...."


Claire menggenggam tangan Restia dan mengikuti bayangan itu yang bergerak di lorong.


Sambil berlari, dia menanyai si bayangan yang merayap dilantai.


"Sensei, bagaimana dengan Kamito? Dan juga, ledakan sebelumnya itu—"


"Dia sudah kabur duluan. Aku menduga dia saat ini menyebabkan gangguan untuk menarik perhatian para ksatria. Dia berniat untuk bertemu denganmu diluar setelah dia mendapatkan kembali roh pedang."


"Tak mungkin....!"


Kekuatan Kamito memang tak bisa dibantah.


Namun, untuk melawan pasukan ksatria sendirian—


"Akankah dia baik-baik saja sendirian? Atau haruskah kita pergi untuk bertarung juga—"


Meskipun Ellis menyarankan itu....


"Jangan menghawatirkan sesuatu yang tidak perlu. Jangan sia-siakan upaya Kamito."


Roh bayangan tersebut menggeleng dan menjawab. ....Memang, satu saja salah langkah, maka semuanya akan hilang jika mereka menyia-nyiakan kesempatan mereka untuk melarikan diri.


"....Aku mengerti. Jadi dimana titik pertemuannya?"


"Dia bilang itu adalah di pemandian di Hutan Roh."


".....Pemandian?"


Claire segera mengernyit dan memikirkannya.


"...Oh aku paham, yang dia maksudkan pemandian itu."


Dia segera mengetahuinya. Kamito mangacu pada pemandian pemurnian dimana dia pertama kali bertemu Claire.


Teringat bagaimana Kamito melihat dia telanjang pada saat itu, Claire merasa wajahnya memanas.


—Namun pada saat ini, suara langkah kaki bisa terdengar datang dari ujung lorong yang berlawanan arah.


"Sialan, bagaimana bisa mereka membuka pintu penjara—"


Muncul dari sekitar sudut adalah seorang ksatria bersenjatakan elemental waffe.


"...Kita ketahuan. Tetapi itu hanya satu orang saja—"


"Ya, ayo kita terobos secara paksa!"


Sambil berteriak, Ellis memanggil Ray Hawk di tangannya.


"Roh kegelapan, bersembunyilah dibelakang kami—"


Claire memanggil Flametongue dan segera mengayunkannya.


Tebasan berwarna merah merobek udara, menyerang si ksatria yang ada dihadapan mereka.


"Aku memohon pada egkau untuk berhembus, O angin dari pasir yang panas—Desert Storm!"


Si ksatria merapal sihir roh. Seketika, suatu badai pasir ganas terjadi di lorong itu, memblokir pandangan Claire.


Karena sosok ksatria itu dikaburkan oleh pasir, cambuk api itu gagal menyerang targetnya.


"Sangat bagus huh—"


"Claire, roh bayangan milik guru—"


Ellis berteriak keras.


Badai pasir yang menderu tersebut tanpa kenal ampun melahap bayangan yang merayap di lantai.


"Freya-sensei—"


"....Jadi ini adalah batasnya huh....? Aku serahkan sisanya, pada kalian, murid-murid—"


Suaranya, bercampur dengan keributan, terpotong.


Sejak awal roh bayangan memang bukan dimaksudkan untuk pertempuran. Selain itu, roh itu dikendalikan dari jarak yang jauh. Setelah bayangan itu tak bisa mempertahankan dirinya sendiri, bayangan itu akan menghilang dengan cepat.


"Sialan—"


Claire menggigit bibirnya dan menatap dengan cermat badai pasir itu.


"Ini buruk. Kemampuan elemental Scarlet buruk terhadap roh pasir itu!"


"Ya, hati-hati, dia datang—"


Ellis menyiapkan Ray Hawk dan berteriak. Seketika, sebuah lengan raksasa dari pasir batu menjulur keluar dari dari penghalang pasir yang menghalangi pandangan mereka.


"...Tsk, sialan kau—"


Tombak milik Ellis menebas lengan pasir itu dalam garis melengkung.


Namun, itu sia-sia. Parahnya, lengan itu segera beregenerasi dengan mengumpulkan pasir terdekat dan menyerang Claire.


Terlempar karena sebuah pukulan, Claire menghantam dinding.


"...Gah—!"


"Claire!"


"....A-Aku baik-baik saja.... Rasakan ini—"


Claire merapal sihir roh sambil dalam postur berlutut.


"Datanglah dari neraka—Hellhounds!"


Kobaran api muncul dari udara tipis dan berubah menjadi dua anjing pemburu, masuk kedalam badai pasir yang menderu. Ini adalah binatang api yang secara otomatis disiagakan yang bisa mengejar target sampai akhir.


Sebagai tanggapan, lengan pasir yang menjulur keluar dari lantai segera mengubah arah dan memblokir jalur didepan kedua anjing neraka itu. Terblokir oleh pasir batu, kobaran api panas itu padam dengan mudah.


—Namun, itu tepat seperti yang direncanakan Claire.


Itu akan mustahil untuk mengendalikan lengan pasir itu secara langsung dengan ketepatan dalam situasi visibilitas nol. Sifatnya pasti menyertakan beberapa level otonomi dalam menyerang target dan melindungi tuannya.


Dengan kata lain, lengan pasir itu secara otomatis bertahan ketika penggunanya diserang, yang mana juga berarti bahwa—


Tidaklah sulit untuk menebak lokasi penggunanya meskipun badai pasir menghalangi dia agar tidak terlihat.


"Ellis, lakukan sekarang—"


"—Disebelah sana huh? Tombak gaya Fahrengart, Flying Strike!"


Ellis melemparkan tombaknya, terselimuti dalam topan, kearah lengan pasir yang menempel pada lantai.


Diresapi dengan semua divine power miliknya, Ray Hawk yang dilemparkan menembus lengan pasir itu, melepaskan badai angin pembelah didalam badai pasir.


"Ahhhhhhhhhhhh!"


Badai pasir yang menderu tersebut lenyap seketika, disertai dengan sebuah jeritan. Penglihatan dipulihkan sekaligus.


Seorang ksatria bisa terlihat terbaring telentang di lantai lorong, armor miliknya hancur berantakan.


"Tunggu sebentar, Ellis, bukankah kau berlebihan melakukannya?"


"Aku mengendalikan kekuatanku. Dia hanya pingsan saja."


Mengatakan itu, Ellis mencabut Ray Hawk yang menancap di lantai.


"Roh kegelapan, kau bisa keluar sekarang—"


Claire memanggil kebelakang dia. Segera, Restia muncul dari tempat persembunyiannya, sebuah lubang di dinding.


"....Kalian berdua begitu kuat."


"Kamito bahkan lebih luar biasa lagi."


Claire mengangkat bahu dan menatap ke kedalaman lorong.


"Ayo cepat sebelum bala bantuan ksatria tiba—"


Bagian 6[edit]

Pada saat ini, bahkan Kamito perlahan-lahan semakin terpojok oleh para ksatria yang mengepung dia.


"T-Tutup lorongnya!"


"Raja Iblis Malam Hari itu pasti ada disekitar sini!"


(....Est, dimana kau? Jawab aku!)


Sambil menggunakan dinding untuk menyembunyikan dirinya sendiri, Kamito memanggil Est secara mental.


Namun, segel roh di tangan kanannya tidak bereaksi sama sekali. Est mungkin terpenjara dalam bentuk pedang di suatu penghalang isolasi. Mencoba untuk menemukan satu pedang di fasilitas yang luas ini layaknya mencari jarum ditumpukan jerami.


(....Pada tingkat ini, mereka akan mengepungku.)


Kamito menempatkan ksatria yang runtuh di kakinya di tengah-tengah lorong semencolok mungkin. Ini adalah seorang ksatria yang dia sergap sambil menghapus hawa keberadaannya. Cewek itu sepenuhnya tak sadarkan diri.


(....Ini sudah yang kelima. Aku sudah membuat keributan sebesar itu, jadi harusnya itu sudah hampir waktunya—)


Kamito menarik perhatian sebanyak mungkin untuk suatu tujuan. Wajarnya, pertama, dia ingin memudahkan Claire dan yang lainnya melarikan diri. Yang kedua—


Inilah saatnya. Telinga sensitif milik Kamito menangkap suara banyak langkah kaki.


Kira-kira empat atau lima orang. Tidak kurang dari tiga orang.


(Waduh, akhirnya mereka mengambil tindakan huh....)


Kamito bergumam dalam hatinya dan menyembunyikan dirinya lagi, memfokuskan pikirannya pada suara langkah kaki.


Sebelumnya, para ksatria bertindak sendiri-sendiri, mungkin meremehkan kekuatan Kamito dalam keputusan untuk memprioritaskan efesiensi pencarian.


Sekarang, mereka membentuk tim kecil untuk mengalahkan Kamito—


Tidak, tak peduli seberapa takutnya mereka pada kekuatan Kamito, mengerahkan lima ksatria untuk menangani seorang lawan yang gak memiliki elemental waffe itu keterlaluan. Untuk mencari Kamito dalam fasilitas sebesar ini, tindakan itu sangat tidak efesien.


Tujuan dari tim ini mungkin untuk menjaga sesuatu bukannya memburu Kamito. Dibawah situasi seperti itu, hanya ada satu objek hingga para Imperial Knight mengirim lima ksatria untuk berjaga.


Tepatnya adalah sesuatu yang tidak boleh jatuh ke tangan Kamito—Demon Slayer.


Memang, ini adalah tujuan lain dari Kamito. Untuk membuat para ksatria merasa krisis dalam menghadapi Kamito dan mengirim orang untuk menjaga Est—


Kamito memfokuskan perhatiannya pada langkah kaki di kejauhan dan mulai mengikuti mereka.


(....Tetapi lima ksatria roh huh. Menghadapi mereka secara langsung akan sedikit terlalu ribet.)


Sejujurnya, ini adalah pertaruhan.


Skenario terbaiknya adalah menemukan lokasi Est sembari para Imperial Knight masih meremehkan dia. Membuat mereka waspada tinggi hingga mereka memperketat keamanan sudah pasti bukanlah rencana terbaik. Bahkan setelah mengambil kembali Est, itu akan sia-sia kalau dia tak bisa keluar dari pengepungan itu.


Namun—


(....Selama aku punya Est ditanganku, akan selalu ada jalan.)


Kamito yakin dia bisa melarikan diri setelah dia mendapatkan kembali Demon Slayer, meskipun dia harus menghadapi semua ksatria roh didalam fasilitas itu.


Menghapus hawa keberadaannya, dia mengikuti para ksatria dengan hati-hati. Para knight tidak terlalu waspada, kemungkinan menurunkan kewaspaan mereka setelah membentuk tim. Mereka tidak tampak menyadari Kamito mendekati mereka.


Segera, tim ksatria itu berhenti didepan sebuah pintu tertentu. Sebuah pintu logam besar terukir dengan lingkaran sihir. Sebuah penghalang isolasi mungkin telah dipasang didalamnya.


Denyut—Kamito merasakan rasa nyeri pada segel roh di tangan kanannya.


(...Est?)


Bersembunyi didalam bayangan, Kamito segera memfokuskan pikirannya pada tangan kanannya.


....Tak ada jawaban. Tetapi dia sudah pasti bisa merasakan keberadaan Est.


(...Sudah kuduga, dia disini huh—)


Est ada disini—Tepat seperti yang Kamito percayai dengan pasti....


"—Ada seseorang disana!?"


Seorang ksatria yang menjaga pintu berteriak tajam.


"...!"


Kamito secara reflek meninggalkan tempatnya di bayangan itu.


Dalam detik berikutnya, sebuah panah cahaya ditembakkan ke tempat persembunyiannya, meledak dalam cahaya yang menyilaukan.


—Sepertinya karena membentuk membentuk ulang hubungannya dengan Est, para ksatria bisa merasakan kehadiran samar dari divine power.


"K-Kau adalah—"


Melihat Kamito muncul, si ksatria yang menembakkan panah cahaya tersebut berseru terkejut.


"O baja, berilah aku kekuatan engkau—Weapon Works!"


Kamito menciptakan sebuah belati dimasing-masing tangannya menggunakan sihir roh dan menendang tanah untuk berakselerasi.


Jaraknya hanya sembilan langkah. Namun, itu merupakan jarak yang sangat jauh ketika menghadapi para ksatria yang terlatih dengan baik.


(Delapan langkah, tujuh langkah—)


Berkonsentrasi sampai pada batasnya, Kamito merasakan saat-saat yang sulit ketika sekelilingnya melambat.


Menilai dari pergerakan, dia bisa bilang bahwa mereke berlima kemungkinan adalah sebuah tim elit yang dipilih secara hati-hati dari para ksatria.


Mereka berada pada standart yang jauh lebih tinggi daripada orang-orang yang dia kalahkan sebelumnya, meskipun mereka semua adalah para ksatria.


Sebuah panah cahaya ditembakkan lagi pada Kamito ketika dia mendekat. Dia segera melemparkan belatinya, sedikit membelokkan lintasan panah tersebut. Melewati wajahnya, panah itu kemudian meledak dibelakang dia.


(Enam langkah, lima langkah, empat langkah—)


Para ksatria yang memiliki pedang dan tombak bersiap ketika elemtal waffe mereka tepat berada didepan dia. Dalam pertarungan langsung, belati yang dibuat menggunakan sihir roh sudah pasti akan hancur berkeping-keping ketika bertabrakan.


Satu ksatria mengayunkan pedangnya.


Tepat sebelum pedang dan belati itu membuat kontak, Kamito berhenti bergerak maju.


Tak mampu menghentikan momentumnya tepat waktu, pedang milik ksatria itu menghantam lantai. Ujung pedang itu melewati ujung hidung Kamito, memotong beberapa helai rambut dari dari poninya.


(Kalau sedekat ini—)


Kamito mengulurkan tangannya kearah pintu.


Dia menuangkan divine power dalam jumlah yang besar kedalam segel roh sambil merapalkan kata-kata pelepasan roh terkontraknya.


"—Ratu Baja yang tidak memihak, pedang suci yang menghancurkan kejahatan!

—Sekarang jadilah pedang baja dan jadilah kekuatan ditanganku!"


Segel roh itu mengeluarkan petir yang menyilaukan, membuat penglihatannya menjadi putih.


Perasaan tersambung pada Est memang tidak salah lagi.


"—A-Apa!?"


Si ksatria yang ada didepan dia mengerang dengan tampilan terkejut dimatanya.


Demon Slayer—Terminus Est—adalah roh pedang terkuat.


Namun, kontraknya dengan Kamito tidaklah sempurna, dengan demikian menghasilkan pembatasan jarak fisik dalam hubungan mereka. Tanpa suplai divine power dari Kamito, Demon Slayer tak lebih dari pedang yang relatif lebih tajam.


Namun, setelah mereka terhubung—


(Menghancurkan sebuah penghalang isolasi setingkat ini akan sangat mudah—)


Pintu baja itu yang diperkuat dengan sihir perlindungan dihancurkan seketika dari dalam.


Apa yang menghancurkan pintu itu adalah petir hitam legam ganas yang memancar dari pusat ruangan.


"M-Mustahil—!"
"Apa, petir hitam menakutkan ini adalah—"


Para ksatria didekat pintu terhantam oleh petir hitam yang mengamuk, jatuh satu per satu.


Para ksatria mungkin menganggap dari turnamen Blade Dance bahwa roh pedang milik Kamito adalah sebuah senjata jarak dekat saja. Mereka berpikir bahwa itu tak bisa menunjukkan kekuatannya kecuali pedang itu ada di tangan Kamito.


(—Inilah alasan kekalahan kalian.)


Saat ini, Eat bukan sekedar Demon Slayer—


Lebih tepatnya, dia adalah Terminus Est Zwei, Pedang Raja Iblis yang telah mewarisi kekuatan Restia.


Kamito meluncur ketengah-tengah petir hitam yang mengamuk dan memegang gagang Est yang berada didalam ruangan itu.


"Terimakasih sudah menunggu, Est—"


‘Ya, Kamito.’


Dengan hubungannya dipulihkan sepenuhnya, suara Est bergema dalam pikirannya.


Dengan itu, Kamito mencabut Demon King's Sword yang bilahnya telah menjadi hitam.


mungkin menyadari suara yang keras itu, suara langkah kaki dalam jumlah yang banyak mendekat dari segala arah.


"Maaf, aku harus memasukkan kamu kedalam pertunjukkan segera setelah kami bangun, Est—"


STnBD V14 150.jpg


‘Ya, Kamito. Aku adalah pedangmu, keinginanmu adalah perintah bagiku.’


Bagian 7[edit]

"Cepat, bala bantuan ksatria datang—"


"Baik, sebelah sini!"


Ketika Kamito tengah bermain petak umpet dengan para ksatria, Claire dan teman-temannya berlari disepanjang lorong yang mengarah ke jalan keluar di permukaan tanah.


Disepanjang jalan, mereka bertemu sejumlah ksatria roh, tetapi dengan koordinasi mengagumlam dari pemahaman tanpa suara, Claire dan Ellis berhasil mengalahkan mereka. Mereka sudah setara dengan para ksatria dari Ordesia. Setelah selamat dari pertempuran melawan para elit dari negara-negara lain dan memperoleh kemenangan di Blade Dance, kedua cewek itu telah meningkatkan kemampuan mereka secara dratis.


"—Ngomong-ngomong, keamanan disebelah sini tampaknya cukup lemah."


"Ya, kemungkinan besar Kamito menarik sebagian besar dari pasukan mereka."


Ellis mengangguk dan menjawab sambil berlari didepan.


Karena roh bayangan milik Miss Freya sudah menghilang, Ellis harus memanggil roh angin untuk memimpin jalan ke jalan keluar. Roh itu tidak mempetakan seluruh tataruang fasilitas itu, tetapi hanya mengikuti aliran angin, mereka harusnya bisa mencapai jalan keluar di permukaan tanah. Namun, fasilitas ini rupanya memiliki sejumlah jalan keluar, oleh karena itu, dimana mereka akan berakhir itu hanyalah masalah keberuntungan saja—


"Roh kegelapan, apa kau baik-baik saja?"


"Huff, huff.... Aku baik-baik saja, ya...."


Restia berusaha sebaik mungkin untuk menjawab, tetapi berlarian terus tampaknya sulit bagi dia.


....Tetap saja, mereka tak bisa berhenti untuk beristirahat. Segera setelah bala bantuan ksatria tiba, tak akan ada harapan yang tersisa.


"Kita akan segera sampai. Bertahanlah."


"B-Baiklah...."


Melewati lorong untuk kargo transportasi, mereka menaiki tangga yang mengarah ke permukaan tanah.


—Didepam lorong setelah mencapai puncak tangga itu, mereka bisa melihat sebuah pintu besar yang tampak seperti pintu keluar.


Ada dia ksatria roh didepan pintu itu.


"Itu pasti jalan keluarnya—"


"Ya, itu tampak seperti jalan keluar yang sepenuhnya tersegel."


Menyelimuti dirinya sendiri dengan angin, Ellis melesat maju.


"—Angin ganas, mengamuklah!"


Dia mengayunkan Ray Hawk secara horisontal, seketika menghasilkan tarian pedang angin yang mengerikan.


"...! Lindungi aku—Rock spirit!"


Seorang ksatria segera bereaksi dan memanggil roh terkontraknya.


Sebuah batu besar muncul dan memblokir pedang angin dengan tubuhnya yang besar.


"Naif sekali—"


Claire memanggil Flametongue dan mengayunkannya berulang kali tanpa henti. Tarian menggila dari tebasan berwarna merah berhamburan di lorong. Dalam detik berikutnya, tubuh raksasa batu itu hancur dan menghilang.


Roh api harusnya buruk terhadap roh batu, tetapi menggunakan manuver-manuver terampil dari cambuk itu, Claire merusak sendi-sendi roh batu itu dalam sekejap. Selanjutnya—


"O angin, aku memohon pada engkau untuk menyapu musuhku—Wind Bombs!"


Ellis melepaskan sebuah ledakan pedang angin.


Ini adalah serangan sihir yang dimaksudkan untuk melepaskan badai di area yang luas. Didalam lorong yang sempit, serangan itu membentuk angin kencang yang terkompresi, menghempaskan kedua ksatria didepan mereka ke pintu.


"Hah—!"


Mengabaikan kedua ksatria yang runtuh itu, Ellis melepaskan pedang angin pada pintu.


Namun, permukaan pintu itu tetap tak tergores. Itu bukanlah pintu biasa, mungkin terbuat dari mithril, material yang sama yang digunakan untuk armor kapal-kapal militer.


"....Tsk, sepertinya ini akan membutuhkan waktu untuk menghancurkannya."


"Tunggu, biar aku saja—"


Claire melangkah maju dan menekankan telapak tangannya pada pusat pintu.


"....Apa yang ingin kau lakukan?"


Ellis tampak terkejut.


Claire memejamkan matanya dan berfokus. Kemudian dia merapal mantra.


"O api sejati yang terukir pada garis keturunan kuno, muncullah di tanganku untuk melahap api—"

—Seketika, api crimson ganas muncul di telapak tangan Claire.


"Ini adalah api yang melenyapkan semua ciptaan menjadi kehampaan—End of Vermilion!"


Api crimson itu meledak, menjadikan pintu mithril itu berwarna merah tua.


Selanjutnya, pintu yang terbakar merah panas itu meleleh dengan mudah.


"Claire, a-apa itu sebenarnya...."


"Kurasa kau bisa menyebutnya teknik rahasia.... Guh...."


Setelah menjawab Ellis yang terkejut, Claire segera jatuh berlutut.


"A-Apa kau baik-baik saja?"


"...huff, huff.... Teknik ini sangat menguras tenaga...."


"Sekarang yang perlu kita lakukan adalah meninggalkan tempat ini. Bertahanlah sedikit lagi."


Ellis memapah Claire dan berjalan keluar dari fasilitas itu.


Tak ada bulan diluar. Malam yang benar-benar gelap. Cuaca yang sempurna untuk melarikan diri.


"Sungguh keberuntungan yang bagus, kita akan sampai di Hutan Roh—"


"Lelucon ini sudah berjalan cukup panjang, Nona Ellis—"


"...!?"


Sebuah kilatan cahaya menerangi Claire dan teman-temannya ketika mereka berjalan di kegelapan.


Cahaya yang membutakan itu memaksa Claire menyipitkan mata. Setelah beberapa saat, dia menyadari itu adalah granat cahaya militer yang diciptakan menggunakan kristal roh.


Cahaya menyilaukan itu mereda. Claire membuka matanya lebar-lebar lagi dan kemudian terperangah.


Puluhan penjaga dan para ksatria roh sudah mengepung mereka.


"....Mereka menebak kita akan pergi lewat pintu masuk kargo huh."


"Nona Ellis, harap kembali ke penjara dengan tenang. Jika tidak—"


Kapten dari para ksatria, Claudia, menghunus sebilah pedang panjang, elemental waffe miliknya.


"Kau akan menderita meskipun kau adalah cucu Duke Fahrengart."


"Guh..."


Menatap Claudia didepan dia, Ellis menggigit bibirnya.


"....Tampaknya pertarungan tak bisa dihindari lagi."


Memegang Flametongue, Claire menghutung jumlah yang mengepung mereka.


"Delapan ksatria dan duapuluh sampai tigapuluh penjaga huh."


"Claire, situasinya tidak berpihak pada kita—"


"...aku tau. Tapi setidaknya, kita bisa mengulur waktunya."


Sambil berdiri baku sandar punggung dengan Ellis, Claire berbicara pelan.


"Benar, asalkan Kamito bisa sampai disini tepat waktu, mungkin...."


"Bodoh—"


STnBD V14 156.jpg


Claudia menggeleng dan berbicara dengan nada meremehkan.


Mengangkat pedang panjangnya, dia memberi perintah pada para ksatria bawahannya.


"Tangkap mereka, bahkan jika itu berarti melukai Nona Ellis! Aku mengijinkannya."


Para ksatria mengeluarkan elemental waffe mereka secara bersamaan.


"Baiklah, coba kita lihat berapa lama kita bisa bertahan...."


Ellis mengusap keringat dari alisnya.


"Roh kegelapan, tetap disana dan tunggulah—"


Claire melihat kebelakang, namun menyadari sesuatu yang janggal.


"....Roh kegelapan?"


Claire mengerutkan kening dalam keterkejutan.


Meskipun dalam situasi yang menegangkan seperti itu, dia malah melihat ke langit.


Matanya yang berwarna senja terbuka lebar, wajahnya membeku dalam ekspresk tertegun.


(....Apaan sih yang dia lihat?)


Claire mau tak mau mengikuti tatapannya. Selanjutnya—


"....Apa!?"


Melihat objek yang saat ini terbang dilangit, Claire tak bisa berkata apa-apa.


Bagian 8[edit]

"A-Apa? Itu adalah!?"


"....Kenapa sesuatu seperti itu muncul!?"


Seperti Claire, para penjaga yang melihat ke langit juga mulai membuat keributan.


Melayang tepat diatas fasilitas itu adalah kapal raksasa dengan bentuk yang aerodinamis.


"Sebuah kapal terbang militer!?"


Claudia berseru terkejut.


Ini menyiratkan bahwa itu bukanlah kapal milik Imperial Knight.


"Kota Akademi tidak memperbolehkan penerbangan apapun. Terdaftar dimana kapal ini!?"


"Tidak terdaftar di Ordesia, kapal itu—"


Sekarang, bagian bawah dari kapal terbang itu, yang diam tanpa bergerak diatas kepala, perlahan-lahan terbuka.


"....! Sesuatu keluar!"


Claire berteriak keras.


Berikutnya, sesuatu yang sangat besar terpisah dari bagian bawah kapal tersebut dan meluncur kearah fasilitas itu.


"Tiarap!"


Claudia berteriak tajam. Detik berikutnya....


BOOOOOOOOOM!


Suara menakutkan terdengar ketika tanah berguncang keras.


"Guh—A-Apa?"
"Apa-apaan itu!?"


Claire dan yang lainnya menutupi wajah mereka dari pasir dan debu yang berhamburan karena ledakan itu.


Awan debu beterbangan disekitar mereka. Didalam bayangan, suatu cahaya menyilaukan bersinar.


Claire menatap bayangan itu dan melihatnya


Disana ada—


(...Apa-apaan itu!?)


—Sebuah "benteng" turun ke tanah.


Armor defensif berlapis-lapis berwarna hitam. Sebuah reaktor bersinar terang.


Ada banyak moncong senjata berbagai laliber yang menonjol dari seluruh tubuh. Apa yang tampak seperti meriam utamanya diarahkan pada Claudia, kapten dari para ksatria, dan para bawahannya.


Bruak—Terlindungi oleh armor berat, kaki raksasanya masuk kedalam atap fasilitas militer.


Dihadapkan dengan kehaditan yang kuat dan menekan, semua orang yang ada disana menghentikan apa yang mereka lakukan.


"Madam Claudia, a-apa itu...."


Salah satu ksatria bertanya dengan gugup.


"Sebuah 'elemental berlapis baja'—Juggernaut. Dikerahkan dalam pertempuran yang sebenarnya untuk yang pertama kalinya, responsifnya memuaskan."


Berbanding terbalik dengan penanpilan yang mengintimidasi dari benteng itu, suara menyenangkan dan jelas terdengar di udara.


Pelindung yang menutupi matanya terbuka. Rambut pirang platinum yang berkilauan berkibar tertiup angin.


Wajah yang terungkap dari balik pelindung itu adalah—


Semua ksatria tertegun.


"M-Mustahil.... Kenapa dia ada disini—!?"


—Tak seorangpun yang tidak mengenali dia. Setidaknya, mereka pernah mendengar tentang pemanfaatannya.


Sebelumnya mendominasi Akademi Roh Areishia dengan kekuatannya yang luar biasa, memerintah Sylphid Knight dengan teror mengerikan.


Mereka yang takut atau benci pada dia akan menyebut dia "Benteng Sunyi."


Elementalis terkuat dari Akademi Roh Areishia.


"—Velsaria Eva!"


Claudia berseru terkejut.


"....Kakak!?"


Mata coklat gelap milik Ellis melebar disertai ketidakpercayaan pada wajahnya.


"K-Kenapa kau disini—"


Suara Claudia bergetar.


Menyala dengan cahaya menakutkan, mata biru es itu menatap Claudia dengan dingin


"—Untuk kembali ke medan perang. Untuk menegakkan keyakinan dari pasukanku."


"....Apa?"


Claudia menggertakkan giginya dan berteriak pada bawahannya.


"Dia adalah seorang penghianat. Tangkap dia!"


"T-Tapi...."


"Tak ada perlunya takut pada benda itu. Itu hanyalah gertakan!"


"—Dimengerti!"


Dibawah perintah Claudia, para ksatria segera merespon. Mereka bersiap untuk bertarung meskipun ada benteng raksasa dan mengintimidasi itu.


"Kakak!"


Memegang Ray Hawk, Ellis hendak berlari mendekat, tetapi Claire buru-buru menarik dia.


"A-Apa yang kau lakukan!?"


"Idiot, kau akan terkena bombardir kalau kau pergi kesana!"


Para ksatria mengelilingi Velsaria dan menyerang.


Pada saat yang sama, reaktor benteng itu melepaskan kilatan cahaya membutakan sembari setiap moncong senjata pada badannya diaktifkan.


"—! Tiarap!"


Claire berteriak.


Dalam detik berikutnya, semua meriam dalam jumlah yang tak terhitung ditembakkan.


Ledakan yang memekakkan telinga. Tanah diledakkan. Bangunan fasilitas itu retak dalam sekejap. Angin dari ledakan itu menghantam para ksatria dan pepohonan sekeliling. Langit makan berubah menjadi putih seketika.


"Kyah!"


Restia menjerit. Claire melindungi dia dari puing-puing yang beterbangan.


—Bombardir berhenti.


Claire perlahan-lahan membuka matanya.


Serangan artileri, ditembakkan ke segala arah, telah meratakan fasilitas itu dengan tanah hanya dalam hitungan detik.


"Apa....."


Menyaksikan kekuatan penghancur yang mencengangkan itu, bahkan Claudia tak bisa berkata apa-apa.


Namun, akurasi darj bombardir itu bahkan lebih menakutkan daripada kekuatan penghancurnya. Meskipun itu adalah serangan area luas, secara tak bisa dipercaya, tak satupun dari penjaga menerima serangan langsung.


"Apa, kekuatan itu adalah..."


Claudia runtuh diatas lututnya karena syok.


"Kau seharusnya telah kehilangan kekuatan dari roh terkontrak karena menggunakan segel persenjataan terkutuk."


"Ya, aku memang kehilangan kekuatan dari roh terkontrak karena kebodohanku sendiri."


Velsaria mendarat di tanah.


"Mungkin ini bisa dianggap sebagai kekuatan tabu juga—"


"Kekuatan tabu.... Datang lagi?"


"Claudia, perintahkan bawahanmu untuk mundur. Aku tidak menginginkan korban yang sia-sia."


Velsaria berbicara dengan tenang.


"....! A-Apa yang kalian lakukan? Kepunh penghianat itu!"


Mendengar itu, Claudia merasakan desakan kemarahan dan berteriak.


Namun, tak seorangpun bergerak. Setengah dari para ksatria telah terhantam bombardir yang sebelumnya. Mereka yang beruntung bisa menahan serangan itu tidak berani melawan lagi setelah menyaksikan kekuatan tembakan yang luar biasa itu.


"Sialan....!"


Lalu.....


"—Apa kalian baik-baik saja!?"


Sebuah suara berasal dari kegelapan malam.


Kamito. Memegang Demon Slayer, bersinar putih-perak ditangannya, dia bergegas mendekat.


"Kamito, kau baik-baik saja."


"Maaf membuatmu menunggu. Tunggu sebentar, apa yang terjadi disini?"


Melihat tanah yang hangus dan semua ksatria yang runtuh, Kamito bertanya bingung.


Velsaria melemparkan tatapannya pada Kamito dan berkata:


"Oh? Aku berniat menyerang fasilitas ini, tetapi kalau kau sudah lolos, itu membuatku tak perlu repot-repot lagi."


Dia bergumam dan menutup matanya.


—Seketika, benteng itu lenyap menjadi partikel cahaya.


Mendarat di tanah adalah seorang ksatria cewek yang cantik, memakai seragam akademi.


"...Velsaria! Kenapa kau ada disini—"


Kamito menampilkan ekspresi terkejut.


Dia menatap Claire dan Ellis, tetapi mereka berdua menggeleng.


"Tak ada waktu untuk berbicara disini. Kita harus segera naik—"


"...Huh?"


Mengikuti tatapan Velsaria, Kamito mendongak.


Kapal terbang diatas perlahan-lahan mendarat.


Kota Akademi riuh dengan suara sirine sedangkan fasilitas itu juga terbakar. Segera, bala bantuan Imperial Knight akan segera tiba.


"....Sepertinya hanya ada satu pilihan."


STnBD V14 166.jpg


Sebelumnya Bab 4 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 6