Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid15 Bab 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 5 - Kuil Naga Hitam[edit]

Bagian 1[edit]

Menunggani naga terbang yang dikembalikan oleh Leonora, Kamito pergi ke pelabuhan perdagangan di ibukota naga Grand Dracunia. Perjalanan panjang diatas kereta kuda bisa ditempuh dalam sekejap mata dengan menunggangi seekor naga terbang.

Setelah mengikat naga terbang itu di alun-alun yang dikhususkan untuk para naga, Leonora berjalan kearah pasar yang ramai.

"Sungguh tempat yang ramai..."

"Karena Pegunungan Kelbreth adalah sebuah sumber besar dari kristal roh. Bahkan tanpa kapal, sangatlah umum disini untuk menggunakan naga-naga terbang untuk melakukan perdagangan."

Sama seperti yang dikatakan Leonora, ketika Kamito berjalan-jalan di pasar, naga-naga terbang membawa peti-peti kemas kayu terus beterbangan diatas kepala kearah saling melintang.

"Apa mereka nggak saling bertabrakan?"

"Para penunggang naga terbang yang berpengalaman nggak akan ngalami kecelakaan semacam itu. Para pemula terkadang menjatuhkan barang, tapi para penduduk lokal sudah terbiasa dengan hal itu."

"Ini bukanlah masalah tentang terbiasa dengannya atau tidak, kan?"

Alasan kenapa bangunan disini tampak lebih kokoh daripada bangunan yang ada di ibukota kekaisaran atau kota Akademi mudah-mudahan bukan sebagai perlindungan terhadap barang-barang yang jatuh dari ketinggian yang tinggi.

"Pengangkutan udara dalam jumlah ini sudah relatif rendah. Disatu sisi, perang sipil di Teokrasi telah menganggu perdagangan. Disisi lain, perdagangan dengan Ordesia mungkin akan diberhentikan nggak lama lagi."

"Kau nyebut ini relatif rendah..."

Melihat para naga yang hilir-mudik diatas kepala yang gak ada habisnya, Kamito menatap takjub sembari mulutnya terbuka.

Melihat itu, Leonora tertawa bangga.

"Kau lebay banget kalau kau terkejut sama sesuatu setingkat ini. Saat Festival Tarian Naga Terbang tahunan, seluruh langit akan dipenuhi dengan para naga. Itu baru yang aku sebut spektakuler."

"Eh, aku benar-benar ingin melihat itu...."

....Pemandangan seperti apa itu jadinya? Untuk suatu alasan, Kamito membayangkan segerombolan besar belalang.

"Bagus, biarkan aku yang jadi pemandumu pada kesempatan itu."

"Tentu, makasih."

"Fufu, itu adalah sebuah janji."

—Dengan demikian mereka berjalan selama beberapa saat, kadang-kadang memandangi para naga yang ada diatas kepala, sisanya memeriksa barang-barang di pasar. Mereka berdua sampai di sebuah jalan yanh lebar dibawah kanopi raksasa.

Sebelah kiri dan kanan jalan tersebut adalah toko-toko dengan tanda yang mewah. Jalan itu dipenuhi orang.

"Ini adalab Dragon's Street—distrik hiburan terbesar di ibukota naga. Kau bisa membeli apapun yang kau mau dari barang-barang umum, produk kerajinan sampai telur naga. Sepertinya, juga ada alat-alat kesenangan malam hari yang dijual."

"Apa itu alat-alat untuk kesenangan malam hari?"

"Siapa yang tau? Aku juga nggak tau betul..."

Mengatakan itu, mereka berdua berjalan-jalan dengan santai di Dragon's Street. Di toko terbuka disisi jalan, Kamito melihat banyak barang langka yang dijual yang tak bisa ditemukan di kota Akademi.

"Anu, apa itu?"

Kamito menunjuk pada sebuah telur berwarna biru, ukurannya cukup besar hingga bisa dipeluk oleh seseorang.

"Sebuah telur drake—tipe dari naga kecil."

"Bisakah kau memakannya?"

"Tentu saja tidak. Para bangsawan menggunakan telur itu sebagai dekorasi interior. Namun, masih bisa menetaskannya dengan menggunakan tungku pemanasan. Drake yang baru menetas sangatlah lucu."

"Naga kecil huh? Sekarang aku jadi pengen memelihara satu."

Kamito membayangkan seekor naga penyembur api seukuran telapak tangan.

"Ya, drake remaja kira-kira seukuran kuda dan sangat mudah diurus."

"Itu sudah cukup besar."

"Masa sih? Aku punya tujuh ekor dirumah."

.....Seperti yang diduga dari seorang putri dari Negara Naga. Standarnya benar-benar berbeda.

"Kalau nggak lagi bisa memelihara mereka, apa yang terjadi ketika mereka dilepaskan?"

"Mayoritas drake yang dilepaskan kembali ke Pegunungan Kelbreth. Akan tetapi, kebanyakan dari mereka berubah menjadi mangsa untuk para naga yang lebih besar."

"Sungguh dunia yang kejam...."

Saat mereka berdua mengobrol didepan toko itu....

"Oh, apa kau mencari telur drake? Selera yang bagus, tuan."

Tersenyum ramah, si penjaga toko keluar.

"Tidak, aku hanya melihat-lihat, aku nggak berencana...."

"Sungguh orang yang suka bercanda dirimu, tuan, luar biasa. Aku nggak bisa percaya kau mengincar setinggi itu."

Memeriksa Kamito dan Leonora, si penjaga toko tersenyum sugestif.

"Apa maksudmu?"

"Telur drake adalah pesona keberuntungan. Rumor mengatakan bahwa satu sentuhan saja bisa memastikan kehamilan yang cepat."

"Apa....!?"

Kamito buru-buru mundur. Dia melihat sekeliling, orang-orang disekelilingnya tersenyum pada mereka berdua seolah mereka adalah pengantin baru.

"Kau nggak tau?"

"T-Tentu saja aku nggak tau. A-Ayo pergi...."

"Oh...!"

Kamito meraih tangan Leonora dan buru-buru meninggalkan tempat itu.

Setelah meninggalkan Dragon's Street, Kamito akhirnya berhenti berjalan. Leonora menatap Kamito dengan wajah yang merah cerah.

"K-Kau, apa kau selalu berjalan-jalan sambil memegang tangan cewek sesantai ini!?"

"M-Maaf..."

Kamito menjadi panik.

"Oh tidak, itu bukan seperti aku keberatan terus seperti ini..."

Leonora langsung tergagap.

"Uh, setelah berjalan kesana kemari, aku jadi ngerasa agak lapar..."

"Hmm? Oh, bener juga... Bagaimana kalau cari tempat untuk makan siang?"

"A-Apa kau mau kesana?"

Leonora menunjuk sebuah toko yang memiliki tanda seekor naga raksasa.

"Steak naga... Jangan bilang mereka menjual daging naga?"

"Tentu aja enggak. Mereka menggunakan sapi yang dipelihara di bukit-bukit pegunungan."

"Aku ngerti..."

Kamito mendesah lega.

"Hanya saja sapi-sapi itu tumbuh sampai seukuran para naga."

Bagian 2[edit]

—Ketika Kamito dan Leonora dengan santai menikmati pemandangan di ibukota naga...

Claire dan rekan-rekannya berjalan menyusuri jalur pegunungan yang mengarah ke Dragon's Peak.

Meskipun para naga terbang dari para ksatria Kaisar Naga memberi mereka tumpangan sampai pertengahan pegunungan, sisa jalan menuju ke puncak harus ditempuh dengan berjalan kaki karena kabut yang tebal serta sejumlah besar naga ganas tinggal disana.

....Setelah berjalan beberapa saat di jalur pegunungan yang terjal ini, kabut disekitar mulai menebal secara perlahan.

Sudah sejak sekarang ini siang bolong, namun jarak pandangnya sangat rendah. Bahkan sangat sulit untuk melihat beberapa langkah kedepan.

"....Berikutnya, jalan mana yang harus kita ambil?"

Claire melihat sekeliling.

"Meskipun Nee-sama mengatakan apa yang kita butuhkan ada disini—"

Lalu, Scarlet tiba-tiba mengeong lalu berlari ke arah tertentu.

"Tunggu, Scarlet! Pergi sendirian sangatlah berbahaya!"

Claire mengejar ekor Scarlet yang melambai-lambai dalam kabut.

Kemudian, dia menemukan tangga batu yang panjang didepannya.

"Ada tangga ditempat seperti ini?"

Claire memiringkan kepalanya dan mendongak.

"Apa yang terjadi, tiba-tiba berlari.... Hmm?"

Lalu, Ellis dan yang lainnya menyusul dan memyadari tangga itu juga.

"Mengarah kemana tangga ini?"

"Aku benar-benar ingin tau...."

"Ayo kita baik untuk mencari tau."

Mengejar Scarlet, Claire dan rekan-rekannya mulai menaiki tangga itu.

Setelah naik kira-kira 300 anak tangga—

"...t-tempat apa ini?"

Kelompok itu sampai di sebuah kuil batu yang tertutup lumut.

Gaya arsitekturnya berbeda dari apa biasanya ditemui diseluruh benua. Kuil itu tampak sangat kuno.

Di pintu masuk kuil itu, Scarlet duduk diam disana.

"Suasananya sangat suram...."

Fianna mengernyit. Dengan indera yang sangat tajam sebagai seorang princess maiden, dia sangat sensitif pada udara yang tak murni.

"Leonora-dono tidak menyebutkan tempat ini—"

"Scarlet, bagaimana kau tau tentang tempat ini?"

Claire bertanya pasa Scarlet yang ada dikakinya.

Perilaku Scarlet barusan hampir seperti dia memimpin jalan untuk kelompok Claire.

Akan tetapi, berbicara secara logis, seharusnya ini adalah kunjungan pertama Scarlet ke tempat ini.

"—Ayo periksa dalamnya."

Claire melangkah kedalam kuil tersebut penuh kegelisahan.

—Lalu....

"Bodoh sekali karena sudah mengganggu tidurku yang nyenyak—"

".....!"

Tiba-tiba, bayangan sesuatu muncul didepan matanya—

Ketakutan, Claire melompat pada Rinslet yang ada disebelahnya.

"A-Apa, a-a-a-apa!?"

"—O cahaya!"

Fianna segera merapalkan sihir roh untuk menerangi sekeliling.

Apa yang mereka lihat didepan mereka adalah—

".....Huh?"

Claire membeku karena terkejut.

Mahluk itu melayang disekitaran mata Claire.

Itu asalah mahkluk hitam bulat seukuran telapak tangan.

Pada tubuh yang seperti bola itu terdapat bagian tubuh yang bulat dan wajah seekor kadal bertanduk.

...Dibelakangnya adalah sesuatu yang mungkin bisa dianggap sebagai ekor.

Mahluk misterius itu menyilangkan tangannya dan membusungkan dadanya di udara.

"....m-mahluk aneh apa ini!?"

Claire berteriak sembari twintailnya berdiri. Karena suara berat dengan keseriusan yang besar telah bergema didalam kegelapan, dia menduga sesuatu yang jauh lebih menakutkan.

"Kalian adalah orang-orang bodoh yang mengganggu tidurku yang damai—Hei, apa yang kau lakukan? Hentikan!"

"Apa-apaan kau ini? Beraninya kau menakuti aku!"

Claire memegang ekornya keras-keras, menyebabkan mahluk aneh ini mengeluarkan suara keras.

"Claire, lepaskan. Itu pasti roh penjaga tempat ini atau semacam itulah."

"Menyiksa roh akan membawa karma buruk."

Setelah Fianna dan Ellis mengatakan hal itu...

"Ehhh, lelucon macam apa itu!? Aku bukan roh penjaga!"

Mahluk aneh itu berjuang melepaskan diri tangan Claire dan berteriak marah.

"Aku adalah sang naga hitam Vritra yang menguasai Gunung Kelbreth ini!"

"...Hmph."

Claire dan rekan-rekannya menunjukkan mata mencemooh pada saat yang bersamaan.

"....T-Tunggu, tidakkah kalian terkejut? Ini adalah naga hitam legendaris lho!?"

Mungkin gagal mendapatkan reaksi yang diharapkan, mahluk aneh itu mulai panik.

"Anu, bisakah lebih realistis kalau kaul mau bohong? Siapa yang akan percaya pada suatu klaim yang tak bisa dipercaya bahwa seekor mahluk aneh sepertimu benar-benar naga hitam legendaris!? Kalau kau nggak mau menjelaskan dengan jujur, aku akan memanggangmu menjadi arang."

Sambil menyalakan api dari sihir roh ditelapak tangannya, Claire melotot pada makhluk misterius itu.

(Yah, ada benarnya, mahluk itu memang tampak sedikit mirip dengan seekor naga...)

Mahluk ini mungkin saja tampak seperti seekor naga hitam kalau kau menyusutkannya menjadi ukuran kecil lalu meremasnya seperti tanah liat.

"A-Aku nggak bohong! Ini hanyalah sekedar penampilan palsu yang aku gunakan untuk menipu persepsi. Kalau aku memulihkan kekuatanku yang dulu, aku bisa menelan kalian bulat-bulat dalam satu kali lahap!"

Mahluk misterius itu meraung marah.

".....haaaah, terserahlah."

Claire mengangkat bahu dan menjawab. Sama seperti yang dikatakan Fianna, mahluk ini mungkin sesuatu seperti seekor roh naga yang tinggal didalam kuil. Nggak ada waktu buat main-main dengannya.

(Aku harus menemukan cara untuk menjadi lebih kuat secepat mungkin...)

Mengabaikan mahluk misterius itu yang terus menyebabkan keributan, dia hendak pergi ketika—

"....Terkutuk kau, mahluk rendahan yang bodoh. Ratu Api yang datang kesini sebelum kau mengetahui sopan santun yang jauh lebih baik."

"....!?"

Tiba-tiba mendengar hal itu, Claire dan para cewek menghentikan langkah mereka.

"Kau.... Apa yang baruskan kau katakan?"

"Mahluk rendahan yang bodoh—"

"Setelah itu. Kau mengatakan sesuatu tentang seorang Ratu Api datang kesini?"

Claire mengejar masalahnya.

"....Berapa lama kejadian itu?"

"U-Umm, kira-kira tiga tahun yang lalu. Tidak, itu mungkin sudah empat tahun yang lalu..."

"Tiga atau empat tahun yang lalu...."

Claire menopang dagunya dalam perenungan. Waktunya sangat pas dengan waktu ketika Rubia menghianati Elemental Lord Api dan bekerja diam-diam dibalik layar sebagai Cardinal.

"Nee-sama datang kesini....?"

Gumaman Claire keluar.

"Apa kau mengatakan 'Nee-sama'?"

Mendengar itu, mahluk misterius itu mengeluarkan suara "hmm" dan memeriksa wajah Claire.

"Ya, kau adalah adik cewek itu! Aku mengerti sekarang, sudah pasti ada kemiripan. Aku ingat dia mengatakan bahwa kau akan datang berkunjung suatu hari, cepat atau lambat—"

Melayang kesana kemari sambil mengelilingi Claire secara nggak beraturan, bergumam sendiri.

Claire menatap Scarlet yang ada dikakinya.

...Ngomong-ngomong, apa yang dilakukan kakaknya dengan Scarlet di dek Revenant pada saat itu?

(...Mungkinkah sia memberitahu Scarlet tentang tempat ini?)

Oleh karena itu, Scarlet memimpin Claire dan rekan-rekannya kesini?

....Memang sih. Bahkan Leonora, yang berlatih di Dragon's Peak, tidak mengetahui lokasi ini. Lalu pastinya, ini bukanlah suatu tempat yang bisa dicapai secara sembarangan.

Jika demikian—

"Uh.... Apa kau beneran naga hitam Vritra dari legenda?"

"Aku sudah mengatakannya tadi!"

"Tapi—"

Claire teringat Leonora telah mengatakan bahwa naga hitam Vritra yang menguasai Pegunungan Kelbreth dimusnahkan oleh Sacred Maiden Areishia seribu tahun yang lalu.

(...Tunggu, apa aku salah mengingat?)

Faktanya, iya. Apa yang dikatakan Leonora adalah:

—Vritra dikalahkan oleh Sacred Maiden Areishia dan disegel di sebuah kuil di puncak.

".....Kalo gitu mungkinkah kuil ini—"

"Memang, inilah tepatnya kuil dimana musuh abadiku, Areishia, menyegelku."

Naga hitam Vritra menyilangkan tangannya dengan bangga dan menjawab.

Bagian 3[edit]

"Ya, itu terjadi seribu tahun yang lalu—"

Mahluk yang menyebut dirinya sendiri sebagai naga hitam legendaris itu menatap ke kejauahan dan mulai menceritakan kembali.

"Kenapa dia bercerita meski nggak ada yang minta...?"

"Shust, dengarkan saja dan jangan mengganggu."

Rinslet menyuruh Claire diam.

"Sebagai seorang naga roh yang kuat, aku memimpin para naga dan roh dari Gunung Kelbreth untuk membawa kehancuran pada alam yang lebih rendah. Saat itu, Raja Iblis Solomon telah menjadikan hampir semua negeri dibawah kekuasaannya, tetapi tak satupun pasukan dari Raja Iblis yang bisa mengalahkan aku—"

"Ehhhhhh, itu menakjubkan—"

Sambil makan cemilan yang Rinslet persiapkan terlebih dahulu, Claire setuju.

—Namun, apa yang muncul pada saat itu tepatnya adalah Pasukan Pembebasan yang dipimpin oleh Sacred Maiden Areishia. Pasukan Pembebasan itu mengalahkan pasukan naga dan naik ke puncak Gunung Kelbreth, benteng pertahanan milik Vritra. Orang-orang dari alam yang lebih rendah semuanya berduka cita melihat naga hitam yang kejam akan menemui ajalnya.

Akan tetapi, kekuatan Areishia tidaklah sekuat itu pada saat itu, oleh karena itu, Vritra yang kuat mengalahkan pasukan milik Areishia dan berhasil menangkap dia.

"Apa kau benar-benar mengatakan kebenarannya? Divine Ritual Institute nggak pernah mengajarkan ini."

Fianna bertanya penuh kecurigaan.

"Tentu. Salama masa keemasanku, bahkan Raja Naga berhati-hati agar tidak menyinggungku."

Vritra menjawab dengan sikap yang berlebihan.

"Namun, aku membuat kesalahan yang fatal pada saat itu."

"....Kesalahan?"

"Ya, menemui kekalahan ditanganku, sacred maiden itu kehabisan kekuatan suci miliknya dan pedangnya kembali ke bentuk aslinya sebagai seorang roh. Berniat untuk mengambil roh pedang yang kuat itu menjadi milikku, aku menyentuh kakinya."

"Oh......"

Mendengar itu, Claire dan para cewek saling menatap satu sama lain.

"Karena suatu alasan, hal itu tampaknya menimbulkan kemarahan roh pedang itu. Lalu dalam sekejap, lengan dan sayapku dipotong menjadi dua—"

Naga hitam Vritra mulai gemetar.

"Aku nggak ingat dengan jelas apa yang terjadi selanjutnya, kecuali bahwa aku dihajar habis-habisan, melarikan diri kembali ke kuil ini yang jadi tempat tinggalku, nyaris terbunuh. Akan tetapi, itu adalah keputusan yang salah. Sebuah penghalang isolasi telah dipasang disekitar kuil ini. Dalam kondisiku yang melemah, aku disegel oleh sacred maiden itu."

"Jadi begitu ceritanya hingga kau jadi seperti ini."

Rinslet berkata sambil mengasihani.

Penampilannya aslinya seharusnya lebih mengerikan dan menakutkan. Namun, setelah disegel dalam keadaan kehabisan kekuatan, Vritra berubah menjadi bentuk dragonoid yang aneh ini.

"....Yah, sekarang aku mengerti ceritanya.sungguh ujian yang berat."

Mengatakan itu, Ellis menepuk kepala Vritra.

....Tampaknya ini adalah kuil dimana naga hitam itu disegel, nggak salah lagi.

Namun, nggak ada gunanya meributkan rincian tentang apa yang terjadi pada naga hitam itu—

"Lalu kenapa Nee-sama datang kesini?"

Claire bertanya.

"Hmm, Ratu Api itu datang kesini pada suatu malam berbadai. Karena penghalang kabut yang dipasang oleh sacred maiden itu, orang biasa biasanya nggak bisa menemukan tempat ini. Akan tetapi, melalui intuisinya yang nggak biasa, dia menemukan lokasi kuil ini."

"Rubia-sama dikenal sebagai Ratu terbaik sepanjang jaman—"

Fianna bergumam pelan.

"Ratu Api itu mengalami cidera parah dan sepertinya sedang dikejar."

"Saat itu, baik itu Divine Ritual Institute dan para ksatria Ordesia sedang mencari Nee-sama. Jadi karena dia bersembunyi di tempat ini yang dilindungi penghalang milik sacred maiden, mereka kehilangan jejaknya...."

"Cewek itu berada disini selama beberapa bulan untuk menjalani latihan princess maiden. Adapun kenapa bisa begitu, itu juga karena aku nggak punya teman ngobrol. Hari-hari itu sangatlah menyenangkan..."

—naga hitam itu terus memgangguk seolah mengingat saat-saat itu. Meskipun roh tidak memiliki konsep waktu, setelah disegel di tempat seperti ini selama seribu tahun, mungkin sangat sulit untuk tidak merasa kesepian.

"Aku mengerti..."

Claire bergumam dengan ekspresi rumit.

Rubia yang dulu ada dikenangan Claire samgatlah lembut, pengertian dan ramah. Dulu saat dia berada di kuil ini, mungkin saja dia belum menjadi Cardinal yang sekarang ini, yang tertelan oleh misinya untuk pembantaian.

"Jadi Nee-sama berlatih disini...."

Mengatakan itu, dia melihat-lihat interior kuil yang redup itu.

Akan tetapi, kuil reyot ini tidak tampak sesuai untuk pelatihan seorang princess maiden nggak peduli gimana melihatnya.

Tepatnya apa yang dilakukan kakaknya untuk memperoleh kekuatan sebesar itu....?

"Bagaimana Nee-sama berlatih? Kami ingin menjadi lebih kuat."

Claire mendekati Vritra dan berkata dengan ekspresi memohon.

"....Hmm, menjadi lebih kuat huh"

Vritra merenung.

"Memang, aku nggak bisa merasakan kekuatan dari kalian pada tingkat cewek itu. Kucing neraka itu tampaknya adalah seekor roh yang kuat, tetapi sama sekali belum melepaskan kekuatan sejatinya."

"......"

Mendengar hal yang sama seperti yang dikatakan kakaknya, Claire langsung jatuh kedalam keputusasaan.

Melihat seperti itu, Vritra memejamkan matanya sebentar sebelum—

"Kalian, ikuti aku—"

Dia berbalik dan bergerak lebih dalam ke dalam kuil.

".......?"

Claire dan rekan-rekannya saling menatap.

Bagian 4[edit]

"Anu, kita pergi kemana...?"

Mengikuti Vritra yang melayang didepan, mereka berjalan di sepanjang lorong yang mengarah ke kedalaman kuil—

Lalu mereka menemui sebuah ruangan persegi dengan High Ancient yang terukir diseluruh lantai didepan mereka.

".....tempat ini?"

"Sebuah situs sejarah kuno. Aku telah membaca tentang hal yang serupa di perpustakaan Divine Ritual Institute..."

Fianna bergumam penuh ketertarikan.

"Tepat. Ini adalah situs bersejarah dari jaman dahulu sebagai perangkat untuk princess maiden Elfim untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan para roh."

Vritra mengangguk bangga.

"Lalu Nee-sama berlatih disini?"

"Ya. Tujuannya mungkin memang situs bersejarah ini sejak awal."

"Latihan macam apa tepatnya yang dilakukan oleh Rubia-sama?"

Ellis bertanya. Seorang maniak latihan, dia tampak seperti dia tak bisa menekan kegembiraannya.

"Aku nggak tau rinciannya. Namun, cewek itu bilang itu bukanlah latihan biasa. Ini adalah sebuah tempat bagi orang-orang untuk menghadapi arti dari eksistensi mereka sendiri—"

"Arti dari eksistensimu sendiri...."

Claire bergumam dengan penampilan penasaran.

"Uh, tuan Naga Hitam, bolehkah kami menggunakan tempat ini?"

Rinslet bertanya.

Lalu, Vritra membuang muka seolah malu.

"Hmph, dalam pengakuan dari Ratu Api yang merupakan satu-satunya orang di era ini yang membuat ikatan persahabatan denganku, aku akan meminjamkan tempat ini pada kalian. Bagaimanapun juga, itu adalah bagian dari kontrak dengan cewek itu—"

".....Kontrak?"

"Bukan urusanmu. Baiklah, bagaimana? Gunakan saja kalau itu memang mau kalian, jika tidak, segera tinggalkan kuil ini!"

Vritra membentak marah.

"Kalau begitu kamu akan menggunakannya dengan senang hati. Kau ternyata sangat baik."

"....Apa? A-Aku adalah naga hitam yang kejam!"

Claire menepuk kepalanya, menyebabkan Vritra membuka mulutnya dan menyemburkan api kecil.

"Baiklah, cepat masuki ruangan itu!"

Pada desakan Vritra, Clairen dan yang lainnya melangkah masuk kedalam ruangan berbentuk persegi tersebut.

Seketika, beraksi pada kekuatan suci dari para princess maiden, High Ancient yang menyelimuti lantai mulai bercahaya.

".....A-Apa in!?"

Lalu—

Claire dan semuanya berubah menjadi partikel cahaya dan lenyap.

Bagian 5[edit]

Mimpi itu, dialami lagi.

Didalam kegelapan, aku sendirian dengan sayap hitam legam yang tertutup, menunggu seseorang tertentu sepanjang waktu.

Aku—

Bukan, dia—

Selama ratusan, ribuan tahun lamanya, layaknya keabadian—

Apa aki menunggu dalam kegelapan ini sepanjang waktu?

Segel yang terukir di tangan kiri.

Bersinar samar dalam kegelapan, itu adalah harapan terakhirnya yang tersisa.

(...Siapa sebenarnya yang kau tunggu?)

Didalam mimpi, aku menanyai dia—

Seperti yang diduga, aku nggak mendapatkan jawaban.

".....Mm, mm...."

Lalu, Restia bangun.

(Mimpi itu lagi...)

...Baru-baru ini, dia sering mendapatkan mimpi ini tentang menunggu seseorang tertentu didalam kegelapan sepanjang waktu, mimpinya.

Itu adalah mimpi yang jelas tetapi terpelihara dengan sangat jelas didalam ingatannya...

—Tiba-tiba, Restia menyadari perubahan yang mencengangkan.

(....Dimana ini?)

Dia jelas-jelas sudah membuka matanya, tetapi sekelilingnya diselimuti kegelapan, sama seperti mimpi itu.

Dia ingat sia dibawa ke sebuah kamar di istana, untuk berbaring di tempat tidur dan tidur.

Tempat ini tidak memiliki jendela ataupun bola-bola bercahaya yang melayang-layang di langit-langit untuk penerangan. Bukannya matras tidur yang lembut, punggungnya bersandar pada tanaman merambat yang saling bertautan.

(....Kenapa aku berada ditempat seperti ini!?)

Restia dengan panik berusaha bangun, tetapi—

"....Ah, ow....!"

Tangann dan kalinya tak bisa bergerak. Tanaman merambat itu mengikat tubuhnya.

Semakin keras dia meronta, semakin kencang ikatannya.

"....Kami... to...."

Restia memanggil namanya dengan suara serak.


Sebelumnya Bab 4 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 6